makalah porifera
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua hewan yang tidak memiliki tulang belakang dikelompokkan dalam
hewan Invertebrata (avertebrata). Hewan invertebrata ada yang tersusun oleh satu
sel (uniselluler) dimana seluruh aktivitas kehidupannya dilakukan oleh sel itu
sendiri. Sedangkan hewan invertebrata yang tersusun oleh banyak sel
(multiselluler/metazoa) sel-selnya mengalami deferensisasi dan spesialisasi
membentuk jaringan dan organ tubuh dan aktivitasnya semakin komplek (Zaif,
2012).
Perkembangan embrio hewan metazoa melalui tahap-tahap tertentu. Secara
embriologi, hewan ada yang memiliki dua lapisan kulit, hewan demikian
dinamakan diploblastik. Untuk hewan yang memiliki tiga lapisan kulit dalam
tubuhnya dinamakan triploblastik. Struktur tubuh, dan sistem sistem yang ada
pada hewan invertebrata berbeda-beda, makin tinggi tingkatannya semakin
komplek struktur dan sistem tubuhnya (Zaif, 2012).
Salah satu contoh dari hewan Invertebrata yaitu Porifera. Pada Porifera
struktur embrionya memiliki dua lapisan kulit atau disebut juga dengan
diplobastik. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Embriologi maka dalam makalah
ini akan dijelaskan tentang reproduksi porifera, tahap-tahap pembentukan gamet,
fertilisasi sampai terbentuknya individu baru. Selain itu dalam makalah ini juga
akan dijelaskan tentang teknologi tepat guna dalam budidaya Porifera (Spons).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Porifera?
1
2. Bagaimana strutur tubuh dari Porifera ?
3. Bagaimana sistem reproduksi pada Porifera ?
4. Bagaimana cara membudidayakan Porifera (Spons) dengan menggunakan
teknologi tepat guna ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Porifera.
2. Untuk mengetahui struktur tubuh Porifera.
3. Untuk mengetahui system reproduksi pada Porifera.
4. Untuk mengetahui cara membudidayakan Porifera (Spons) dengan
menggunakan teknologi tepat guna.
D. Manfaat
Sebagai sumber informasi untuk mempelajari tentang reproduksi Porifera
dan cara membudidayakannya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Porifera (Spons)
Porifera dalam bahasa latin, yaitu porus artinya pori, sedangkan fer artinya
membawa. Porifera adalah hewan multiseluler atau metazoa yang paling
sederhana. Karena hewan ini memiliki ciri yaitu tubuhnya berpori seperti busa
atau spons sehingga porifera disebut juga sebagai hewan spons (Diana, 2008).
Porifera adalah hewan yang berlubang-lubang (berpori), hidup di air tawar,
di rawa, di laut yang dangkal, air jernih dan tenang. Tubuhnya tersusun atas
jaringan diploblastik (dua lapisan jaringan). Lapisan luar tersusun oleh sel
epidermis dan lapisan dalam tersusun atas sel-sel leher (koanosit). Tubuh
menyerupai vas bunga, memiliki rongga tubuh (spongosol) dan lubang keluar
(oskulum), tubuh lunak, permukaannya berpori (ostium) (Zaif, 2012).
Menurut Zaif (2012) Porifera memiliki dua lapisan jaringan, yaitu:
1. Lapisan luar, tersusun atas sel-sel yang berbentuk pipih, berfungsi sebagai
epidermis. Sel ini dinamakan pinakosit.
2. Lapisan dalam, tersusun atas sel-sel berbentuk corong dan memiliki flagel. Sel
ini dinamakan koanosit.
B. Struktur Tubuh Porifera (Spons)
Struktur tubuh porifera terdiri atas dua lapisan yaitu epidermis dan
endodermis. Epidermis (lapisan luar) terdiri atas sel-sel epithelium berbentuk
pipih (pinakosit). Endodermis terdiri atas sel berflagela yang berfungsi mencerna
makanan dan bercorong yang disebut sel leher atau koanosit. Di antara kedua
lapisan itu terdapat bahan gelatin yang disebut mesoglea (Anonim, 2009).
Mesoglea terdiri atas beberapa macam sel, yakni :
3
1. Sel amebosit, yaitu sel yang bertugas mengangkut zat makanan dan zat sisa
metabolism dari satu sel ke sel yang lain.
2. Sel skleroblas, yaitu selayang fungsinya membentuk spikula yang bisa terbuat
dari zat kapur, kersik, atau sponging.
3. Porosit, sel yang fungsinya membuka dan menutup pori-pori.
4. Arkeosit, sel amebosit embrional yang tumpul dan dapat membentuk sel-sel
reproduktif.
5. Spikula, sel pembentuk tubuh.
Sekujur tubuh porifera terdapat pori-pori (porus: lubang kecil dan faro:
membawa/mengandung), hal tersebut menjadi sebab utama penamaannya. Dia
antara anggota-anggota Kerajaan Animalia, spons mempunyai stuktur tubuh yang
paling sederhana. Hewan yang dikenal sebagai hewan spons ini merupakan
organisme multiselular. Bentuk tubuh dan warnanya beragam, misalnya, mirip
tumbuhan, bulat, pipih, dan ada yang mirip vas bunga, sedangkan warna tubuhny
ada yang jingga, biru, hitam, ungu, kuning, dan merah (Fafa, 2008).
Porifera belum mempunyai organ, simetri tubuh, sel-sel pengindra, sel
saraf, saluran pencernaan., jaringan saraf maupun mulut. Tubuhnya tidak bisa
bergerak secara dan melekat di dasar perairan (sesil). Kerangka tubuhnya kuat
yang tersusun dari zat kapur, silikat, atau spongin. Mereka mempunyai daya
regenerasi yang tinggi, artinya mampu menumbuhkan kembali bagian tubuh yang
hilang (rusak). Sehingga, jika hewan ini dipotong menjadi empat bagian, maka
akan terbentuk empat hewan porifera baru (Fafa, 2008).
Tubuh suatu spons terdiri atas dua lapisan sel-sel yang dipisahkan oleh
suatu daerah bergelatin yang disebut mesohil. Berkeliaran di dalam mesohil
tersebut adalah sel-sel yang disebut amoebosit, yang dinamai berdasarkan
penggunaan pseudopodianya (Campbell dkk, 2003).
4
Menurut Fafa (2008), bentuk paling sederhana dari spons adalah seperti
kantong yang kaku dan berpori. Tubuh Porifera terdiri atas bagian-bagian sebagai
berikut:
1. Oskulum : saluran penyebaran air dari tubuh. Tempat air keluar dari
spongiosel.
2. Ostium atau apurturea : lubang kecil tempat masuknya air ke dalam tubuh.
Lubang pada porosit.
3. Paragaster atau spongiosel : saluran yang terdapat di bagian tengah tubuh.
Ruang kosong di dalam kantong.
4. Dinding tubuh yang tersusun atas :
a. Pinakosit : sel pelapis tubuh bagian luar, lapisan sel-sel yang berbentuk
pipih.
b. Porosit : sel berlubang yang di dalamnya terdapat ostia.
c. Miosit : sel otot yang mengelilingi porosit dan oskulum. Berfungsi untuk
membuka dan menutup sel porosit dan oskulum. Jika miosit mengerut,
maka sel porosit dan oskulum akan menutup.
d. Koanosit : sel pelapis dinding spongiosel dan berfungsi untuk mencerna
makanan secara intrasel. Pada ujung sel terdapat flagela, sedangkan pada
bagian pangkal terdapat vakuola.
e. Amebosit : sel penghasil matriks pada lapisan tengah tubuh. Sel ini
berfungsi untuk mengedarkan zat makanan dan dapat berubah fungsi
menjadi ovum dan sperma.
f. Skleroblas : sel penghasil spikula yang berfungsi sebagai rangka tubuh.
5
Gambar 1. Struktur Tubuh Porifera
http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/0016%20Bio
%201-4b.html
C. Reproduksi Porifera (Spons)
1. Reproduksi Seksual
Reproduksi seksual berlangsung secara anisogami (internal), yaitu
dengan peleburan gamet jantan (mikrogamet) dengan gamet betina
(makrogamet) (Anonim, 2009).
Seksualitas pada spons dapat dikelompokkan atas dua tipe, yaitu: (1)
Hermaprodit, yaitu jenis spons yang menghasilkan gamet jantan dan gamet
betina selama hidupnya, tetapi menghasilkan gamet jantan dan gamet
betinanya dalam waktu yang berbeda; (2) Gonokhorik, yaitu jenis spons yang
memproduksi hanya gamet jantan atau betina saja selama hidupnya. (Reseck,
1988; Kozloff, 1990; Ruppert dan Barnes, 1991; Amir dan Budiyanto, 1996).
Tipe hermaprodit pada spons terbagi atas: (1) hermaprodit bersamaan
(contemporaneous hermaproditism), yaitu apabila spons menghasilkan gamet
6
jantan dan gamet betina dalam waktu yang bersamaan dalam satu individu;
(2) hermaprodit bergantian (successive hermaproditism), yaitu apabila spons
menghasilkan gamet jantan dan gamet betina secara bergantian (Sara, 1992).
a. Cara Reproduksi
Cara reproduksi pada spons terbagi atas dua kategori, yaitu: ovivar
dan vivivar. Pada jenis spons yang ovipar, telur yang telah dibuahi
diletakkan di mesohyl, selanjutnya dikeluarkan dari tubuh spons dan
kemudian menetas, sedangkan pada jenis spons yang vivipar, larva spons
dikeluarkan dari tubuh spons dan bergerak dengan bulu getarnya selama
selang waktu tertentu sampai mendapat tempat menempel yang sesuai
(Kozloff, 1990; Romimohtarto dan Juwana, 1999).
Reproduksi secara vivipar dilakukan dengan pembuahan sel telur
suatu porifera oleh sel sprema porifera yang lain secara internal. Masing-
masing individu menghasilkan sperma dan ovum. Kedua sel kelamin
terbentuk dari perkembangan sel-sel amebosit atau koanosit. Sel-sel
sperma dilepaskan ke dalam air, kemudian masuk ke tubuh spons lain
bersama aliran air melalui ostium untuk melakukan fertilisasi. Hasil
pembuahan berupa zigot yang akan berkembang menjadi larva bersilia.
Larva tersebut akan keluar dari tubuh porifera induk melalui oskulum,
kemudian melekat di dasar perairan untuk tumbuh menjadi dewasa.
7
Gambar 2. Reproduksi Seksual Porifera
http://blogmint.wordpress.com/category/materi-kuliah/konsep-dasar-ipa-2/
b. Tingkat Perkembangan Gamet
1) Spermatogenesis
Spermatogonia pada spons kemungkinan berasal dari choanocytes
atau archaeocytes (amoebocytes) karena ada fakta yang menunjukkan
bahwa choanocytes mengalami transformasi ke archaeocytes
(amoebocytes) atau sebaliknya (Sara, 1992), dan spermatogenesis terjadi
spermatic cyst.
Diferensiasi sperma terbagi atas tiga bentuk, yaitu: (1) semua sel
pada semua cyst mungkin berkembang secara bersama-sama
(synchronous); (2) diferensiasi sel di dalam sebuah cyst secara bersama-
sama (synchronous), tetapi tahap perkembangan bervariasi pada cyst yang
berbeda; dan (3) Sel berkembang pada beberapa cyst yang berbeda
(asynchronous) (Sara, 1961 dalam Harrison dan De Vos, 1991).
Tahap awal Spermatogenesis nukleus choanocytes ukurannya
membesar menjadi nukleus akhir, dan sel-sel leher (collars) dan
flagellanya hilang. Nukleus bermigrasi dari choanocytes chamber dan
8
mengumpul sebagai spermatogonial cyst. Sel-sel follikel berbentuk datar
berasal dari archaeocytes mengelilingi cyst dan mungkin memfagositosis
spermatogonia yang buruk. Spermatogenesis tidak bersama-sama
(asynchronous) dalam satu cyst dan pada beberapa tempat spermatogonia
mungkin berkembang di dalam sel-sel dan sisanya berkembang di dalam
choanocytes chamber (Harrison dan De Vos, 1992).
Spermatosit primer ukurannya meningkat, diameternya rata-rata
sedikit di atas 5 µm. Kromatin berkondensasi terhadap permukaan bagian
dalam pembungkus nukleus. Cytoplasma berisi sejumlah mitokondria,
kelompok ribosom bebas sebagai polysomes, dan badan golgi. Badan
golgi padat berisi karbohidrat homogen dan glikogen. Badan golgi terletak
pada bagian tepi sitoplasma. Hilangnya nukleolus dan tidak kelihatannya
penutup nukleus adalah merupakan tanda awal terjadinya meiosis, dan
pada proses ini terdapat synaptonema yang kompleks (Harrison dan De
Vos, 1992).
Spermatosit sekunder jarang kelihatan, kemungkinan disebabkan
oleh cepatnya pembelahan, tetapi dicirikan oleh nukleus yang berisi
butiran-butiran halus dan kromatin yang homogen. Selama
spermiogenesis, nukleus yang berbentuk bola bermigrasi ke bagian tepi
mendekati membran sel. Badan golgi terlihat pada spermatosit primer
menjadi terletak pada kutub akrosom dan mungkin berfungsi pada cara
yang sama. Sebuah akrosom benar tidak ada. Badan golgi kompleks tidak
kelihatan. Mitokondria ukurannya meningkat, kemungkinan mengalami
penggabungan untuk mencapai ukuran 1 µm dan terletak di bagian
belakang dengan dua sentriole, tersusun tegak lurus antara satu dengan
yang lainnya. Satu sentriole memunculkan axonema berflagella yang
berisi susunan mikrotubula, dua mikrotubula terletak dibagian tengah dan
9
sembilan pasang mikrotubula diletakkan disekitarnya (Harrison dan De
Vos, 1992).
2) Oogenesis
Pada tahap awal pembentukan oosit,,nucleolus sudah tampak di
dalam nucleus dengan pinggiran yang bebrbentuk seperti kerang. Pada
tahap awal,material nutrisi oosit diabsorbi secara pinositosis,yang berasal
dari mesohyl. Pada thap kedua, nutrient pada oosit, berasal dari fagositosit
sel trophocytes nurse cells yang bermigrasi melalui sarung sel-sel folikel
yang mengelilinginya dan mensintesa vitelline (Harrison dan De Vos,
1992).
c. Fertilisasi
Setelah sperma terbentuk, sperma kemudian dikeluarkan melalui
oskulum dengan arus keluar (excurrent current) dan menyebar di perairan
laut (Harris, 1988), sperma kemudian mengalir dan masuk ke dalam
saluran masuk (ostia). Setelah sperma sampai pada ruang berflagella,
sperma ditelan oleh choanocytes yang membawa sperma ke telur. Kedua
sel tersebut hilang flagellanya setelah membawa spermanya sampai ke
telur. Sel pembawa salah satunya membawa nukleus sperma atau sel
pembawa dan nukleus sperma ditelan oleh telur. Fertilisasi selanjutnya
terjadi secara in situ (Ruppert dan Barnes, 1991). Mekanisme lain
terjadinya fertilisasi pada spons adalah setelah choanocytes menangkap
sperma, choanocytes berubah menjadi amoeboid dan membawa sperma ke
oosit yang mau menerima atau membawa sperma ke amoebocyte yang
bertindak sebagai sel pembawa, atau setelah sperma masuk melalui sistem
aquiferous dan melewati penghalang selluler, sperma menuju ke oosit
pada mesohyl. Proses ini kelihatannya melalui perantaraan choanocytes
yang berasal dari sel pembawa (Kozloff, 1990). Sperma masuk ke
choanocytes setelah sel-sel leher (collars) dan flagellanya hilang,
10
kemudian bermigrasi ke oosit, sperma disimpan atau di transfer langsung
oleh penelanan sel pembawa sperma (Harrison dan De Vos, 1992).
2. Reproduksi Aseksual
Reproduksi aseksual dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
pembentukan tunas dan gemmule.
a. Fragmentasi (Pembentukan Tunas)
Dilakukan dengan membentuk tunas pada tubuh induk., lama-
kelamaan akan terbentuk koloni porifera. Fragmen-fragmen kecil
melepaskan diri dari spons induk, menempel pada substrat, dan tumbuh
menjadi spons baru (Fafa, 2008).
b. Gemmule (Butir Benih)
Reproduksi aseksual porifera air tawar bisa juga dilakukan untuk
mengatasi kondisi lingkungan yang kering dengan pembentukan gemmule
(butir benih / tunas internal), yaitu sel amebosit yang dibungkus oleh tiga
lapisan kuat. Gemmule dihasilkan menjelang musim dingin di dalam
tubuh porifera yang hidup di air tawar (Fafa, 2008).
Proses pembentukan gemmule adalah sebagai berikut :
Pertama-tama arkeost mengumpulkan nutrient dengan memfagosit sel lain
untuk dikumpulkan dalam rongga tubuh. Sel tertentu kemudian
mengelilingi secret kumpulan tersebut dan membungkusnya. Terbentuklah
kumpulan/cluster dan kapsul yang mengelilingi. Pada kondisi yang tepat
gemmulae menetas dan sel-sel di dalamnya keluar dan berdiferensiasi
membentuk spons baru (Anonim, 2009).
Gemmule mengandung kapsul spongin, spikula, dan dibungkus
dengan archaeocytes yang mengandung cadangan makanan, seperti
glycogen. Potongan-potongan spons yang patah (fragmentasi) dapat hidup
dengan cadangan makanan yang ada di tubuhnya, kemudian beregenerasi
11
membentuk tunas baru atau kompleks gemmule untuk menjadi spons
dewasa (Bergquist, 1978).
D. Budidaya Porifera
Porifera yang dibudidayakan pada umumnya adalah spons. Fragmentasi
spons merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam mengantisipasi
eksploitasi sumber daya spons alam yang berlebihan untuk keperluan perikanan,
farmasi, maupun benih untuk pengembangan.
Dalam usaha pengembangan budidaya, fragmentasi spons diarahkan untuk
memproduksi ekstrak kasar dan fraksinya serta untuk penyediaan bibit/anakan
untuk restocking dimana sampel/induk diberi beberapa perlakuan sehingga
pertumbuhan dapat terjadi lebih cepat.
Fragmentasi spons dilakukan karena saat ini dibutuhkan suatu teknik
budidaya yang dapat menghasilkan individu baru yang lebih banyak,
pertumbuhan yang cepat, tingkat kelangsungan hidup yang tinggi dan masa
pemulihan siklus reproduksi yang cepat.
Fragmentasi dilakukan dengan jalan melakukan pemotongan pada induk
spons menggunakan pisau stainless steel, dilanjutkan dengan menanam atau
menaruh fragmen tersebut pada substrat buatan di kedalaman dan lokasi tertentu
yang telah ditentukan sebelumnya. Fragmentasi dapat dilakukan bila lokasi yang
akan digunakan jauh dari sumber air tawar, kedalaman minimal 2-3 meter, hal ini
bertujuan agar spons tidak terkena cahaya matahari berlebih yang akan
meningkatkan suhu air disekitarnya juga menghindari baling-baling dari kapal
yang melintas diatasnya, selain menghindarkan spons dari arus deras juga untuk
memudahkan dalam bekerja. Penentuan metode yang akan diterapkan pada proses
fragmentasi berdasar kepada kemampuan adaptasi spons itu sendiri terhadap
perubahan kondisi terumbu dan dapat mempercepat pertumbuhan spons.
Persiapan spons untuk fragmentasi sangat menentukan bagi kelangsungan hidup
dan berhasil tidaknya fragmentasi ini dilaksanakan. Proses persiapan yang tidak
12
tepat dapat mengakibatkan rendahnya tingkat keberhasilan fragmentasi. Bila
terkena udara selama 30 menit, tingkat keberhasilan fragmentasi spons akan
menurun hingga hanya berkisar antara 70-90% dan spons akan mengalami stres
hingga kematian. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi stres
atau tingkat kematian yang tinggi ialah dengan cara memotong spons tetap
didalam rendaman air, tidak menggenggam dengan terlalu kuat hingga seperti
memeras, gunakan selalu alat potong yang benar-benar tajam dan tahan karat
(MacMillan, 1996).
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Porifera merupakan hewan yang berlubang lubang (berpori), hidup di air
tawar, di rawa, di laut yang dangkal, air jernih dan tenang. Tubuhnya tersusun
atas jaringan diploblastik (dua lapisan jaringan).
2. Struktur tubuh porifera terdiri atas Oskulum, Ostium atau apurturea,
Paragaster atau spongiosel dan dinding tubuh yang tersusun atas Pinakosit,
Porosit, Miosit, Koanosit, Amebosit, Skleroblas.
3. Reproduksi pada Porifera dilakukan secara aseksual dan seksual. Secara
aseksual dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pembentukan tunas
(fragmentasi) dan gemmule (butir benih). Secara seksual berlangsung secara
anisogami (internal), yaitu dengan peleburan gamet jantan (mikrogamet)
dengan gamet betina (makrogamet).
4. Untuk membudidayakan Porifera (Spons) dapat dilakukan dengan cara
fragmentasi.
B. Saran
Dalam membudidayakan Spons dengan cara fragmentasi disarankan untuk
memotong spons tetap didalam rendaman air, tidak menggenggam dengan terlalu
kuat hingga seperti memeras, gunakan selalu alat potong yang benar-benar tajam
dan tahan karat.
14
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, dkk. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Anonim. 2009. Hewan Spons Porifera. Diakses dari:
http://kamuspengetahuan.blogspot.com/2009/03/hewan-spons-porifera.html
Diana, I Ketut Adhi. 2008. Mengenal Seluk Beluk Phylum Porifera. Diakses dari :
http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/10/mengenal-seluk-beluk-phylum-
porifera/
Fafa. 2008. Porifera. Diakses dari :
http://shaowofheisei.wordpress.com/2008/11/12/porifera-kingdom-porifera/
http://blogmint.wordpress.com/category/materi-kuliah/konsep-dasar-ipa-2/
http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/0016%20Bio
%201-4b.html
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54980/BAB%20II
%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=7
Zaif. 2012. Avertebrata. Diakses dari : http://zaifbio.wordpress.com/2012/02/
15