makalah porifera

24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua hewan yang tidak memiliki tulang belakang dikelompokkan dalam hewan Invertebrata (avertebrata). Hewan invertebrata ada yang tersusun oleh satu sel (uniselluler) dimana seluruh aktivitas kehidupannya dilakukan oleh sel itu sendiri. Sedangkan hewan invertebrata yang tersusun oleh banyak sel (multiselluler/metazoa) sel-selnya mengalami deferensisasi dan spesialisasi membentuk jaringan dan organ tubuh dan aktivitasnya semakin komplek (Zaif, 2012). Perkembangan embrio hewan metazoa melalui tahap- tahap tertentu. Secara embriologi, hewan ada yang memiliki dua lapisan kulit, hewan demikian dinamakan diploblastik. Untuk hewan yang memiliki tiga lapisan kulit dalam tubuhnya dinamakan triploblastik. Struktur tubuh, dan sistem sistem yang ada pada hewan invertebrata berbeda-beda, makin tinggi tingkatannya semakin komplek struktur dan sistem tubuhnya (Zaif, 2012). 1

Upload: ayi-reni-rahmawaty

Post on 31-Oct-2014

1.214 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Porifera

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semua hewan yang tidak memiliki tulang belakang dikelompokkan dalam

hewan Invertebrata (avertebrata). Hewan invertebrata ada yang tersusun oleh satu

sel (uniselluler) dimana seluruh aktivitas kehidupannya dilakukan oleh sel itu

sendiri. Sedangkan hewan invertebrata yang tersusun oleh banyak sel

(multiselluler/metazoa) sel-selnya mengalami deferensisasi dan spesialisasi

membentuk jaringan dan organ tubuh dan aktivitasnya semakin komplek (Zaif,

2012).

Perkembangan embrio hewan metazoa melalui tahap-tahap tertentu. Secara

embriologi, hewan ada yang memiliki dua lapisan kulit, hewan demikian

dinamakan diploblastik. Untuk hewan yang memiliki tiga lapisan kulit dalam

tubuhnya dinamakan triploblastik. Struktur tubuh, dan sistem sistem yang ada

pada hewan invertebrata berbeda-beda, makin tinggi tingkatannya semakin

komplek struktur dan sistem tubuhnya (Zaif, 2012).

Salah satu contoh dari hewan Invertebrata yaitu Porifera. Pada Porifera

struktur embrionya memiliki dua lapisan kulit atau disebut juga dengan

diplobastik. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Embriologi maka dalam makalah

ini akan dijelaskan tentang reproduksi porifera, tahap-tahap pembentukan gamet,

fertilisasi sampai terbentuknya individu baru. Selain itu dalam makalah ini juga

akan dijelaskan tentang teknologi tepat guna dalam budidaya Porifera (Spons).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Porifera?

1

Page 2: Makalah Porifera

2. Bagaimana strutur tubuh dari Porifera ?

3. Bagaimana sistem reproduksi pada Porifera ?

4. Bagaimana cara membudidayakan Porifera (Spons) dengan menggunakan

teknologi tepat guna ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Porifera.

2. Untuk mengetahui struktur tubuh Porifera.

3. Untuk mengetahui system reproduksi pada Porifera.

4. Untuk mengetahui cara membudidayakan Porifera (Spons) dengan

menggunakan teknologi tepat guna.

D. Manfaat

Sebagai sumber informasi untuk mempelajari tentang reproduksi Porifera

dan cara membudidayakannya.

2

Page 3: Makalah Porifera

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Porifera (Spons)

Porifera dalam bahasa latin, yaitu porus artinya pori, sedangkan fer artinya

membawa. Porifera adalah hewan multiseluler atau metazoa yang paling

sederhana. Karena hewan ini memiliki ciri yaitu tubuhnya berpori seperti busa

atau spons sehingga porifera disebut juga sebagai hewan spons (Diana, 2008).

Porifera adalah hewan yang berlubang-lubang (berpori), hidup di air tawar,

di rawa, di laut yang dangkal, air jernih dan tenang. Tubuhnya tersusun atas

jaringan diploblastik (dua lapisan jaringan). Lapisan luar tersusun oleh sel

epidermis dan lapisan dalam tersusun atas sel-sel leher (koanosit). Tubuh

menyerupai vas bunga, memiliki rongga tubuh (spongosol) dan lubang keluar

(oskulum), tubuh lunak, permukaannya berpori (ostium) (Zaif, 2012).

Menurut Zaif (2012) Porifera memiliki dua lapisan jaringan, yaitu:

1. Lapisan luar, tersusun atas sel-sel yang berbentuk pipih, berfungsi sebagai

epidermis. Sel ini dinamakan pinakosit.

2. Lapisan dalam, tersusun atas sel-sel berbentuk corong dan memiliki flagel. Sel

ini dinamakan koanosit.

B. Struktur Tubuh Porifera (Spons)

Struktur tubuh porifera terdiri atas dua lapisan yaitu epidermis dan

endodermis. Epidermis (lapisan luar) terdiri atas sel-sel epithelium berbentuk

pipih (pinakosit). Endodermis terdiri atas sel berflagela yang berfungsi mencerna

makanan dan bercorong yang disebut sel leher atau koanosit. Di antara kedua

lapisan itu terdapat bahan gelatin yang disebut mesoglea (Anonim, 2009).

Mesoglea terdiri atas beberapa macam sel, yakni :

3

Page 4: Makalah Porifera

1. Sel amebosit, yaitu sel yang bertugas mengangkut zat makanan dan zat sisa

metabolism dari satu sel ke sel yang lain.

2. Sel skleroblas, yaitu selayang fungsinya membentuk spikula yang bisa terbuat

dari zat kapur, kersik, atau sponging.

3. Porosit, sel yang fungsinya membuka dan menutup pori-pori.

4. Arkeosit, sel amebosit embrional yang tumpul dan dapat membentuk sel-sel

reproduktif.

5. Spikula, sel pembentuk tubuh.

Sekujur tubuh porifera terdapat pori-pori (porus: lubang kecil dan faro:

membawa/mengandung), hal tersebut menjadi sebab utama penamaannya. Dia

antara anggota-anggota Kerajaan Animalia, spons mempunyai stuktur tubuh yang

paling sederhana. Hewan yang dikenal sebagai hewan spons ini merupakan

organisme multiselular. Bentuk tubuh dan warnanya beragam, misalnya, mirip

tumbuhan, bulat, pipih, dan ada yang mirip vas bunga, sedangkan warna tubuhny

ada yang jingga, biru, hitam, ungu, kuning, dan merah (Fafa, 2008).

Porifera belum mempunyai organ, simetri tubuh, sel-sel pengindra, sel

saraf, saluran pencernaan., jaringan saraf maupun mulut. Tubuhnya tidak bisa

bergerak secara dan melekat di dasar perairan (sesil). Kerangka tubuhnya kuat

yang tersusun dari zat kapur, silikat, atau spongin. Mereka mempunyai daya

regenerasi yang tinggi, artinya mampu menumbuhkan kembali bagian tubuh yang

hilang (rusak). Sehingga, jika hewan ini dipotong menjadi empat bagian, maka

akan terbentuk empat hewan porifera baru (Fafa, 2008).

Tubuh suatu spons terdiri atas dua lapisan sel-sel yang dipisahkan oleh

suatu daerah bergelatin yang disebut mesohil. Berkeliaran di dalam mesohil

tersebut adalah sel-sel yang disebut amoebosit, yang dinamai berdasarkan

penggunaan pseudopodianya (Campbell dkk, 2003).

4

Page 5: Makalah Porifera

Menurut Fafa (2008), bentuk paling sederhana dari spons adalah seperti

kantong yang kaku dan berpori. Tubuh Porifera terdiri atas bagian-bagian sebagai

berikut:

1. Oskulum : saluran penyebaran air dari tubuh. Tempat air keluar dari

spongiosel.

2. Ostium atau apurturea : lubang kecil tempat masuknya air ke dalam tubuh.

Lubang pada porosit.

3. Paragaster atau spongiosel : saluran yang terdapat di bagian tengah tubuh.

Ruang kosong di dalam kantong.

4. Dinding tubuh yang tersusun atas :

a. Pinakosit : sel pelapis tubuh bagian luar, lapisan sel-sel yang berbentuk

pipih.

b. Porosit : sel berlubang yang di dalamnya terdapat ostia.

c. Miosit : sel otot yang mengelilingi porosit dan oskulum. Berfungsi untuk

membuka dan menutup sel porosit dan oskulum. Jika miosit mengerut,

maka sel porosit dan oskulum akan menutup.

d. Koanosit : sel pelapis dinding spongiosel dan berfungsi untuk mencerna 

makanan secara intrasel. Pada ujung sel terdapat flagela, sedangkan pada

bagian pangkal terdapat vakuola.

e. Amebosit : sel penghasil matriks pada lapisan tengah tubuh. Sel ini

berfungsi untuk mengedarkan zat makanan dan dapat berubah fungsi

menjadi ovum dan sperma.

f. Skleroblas : sel penghasil spikula yang berfungsi sebagai rangka tubuh.

5

Page 6: Makalah Porifera

Gambar 1. Struktur Tubuh Porifera

http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/0016%20Bio

%201-4b.html

C. Reproduksi Porifera (Spons)

1. Reproduksi Seksual

Reproduksi seksual berlangsung secara anisogami (internal), yaitu

dengan peleburan gamet jantan (mikrogamet) dengan gamet betina

(makrogamet) (Anonim, 2009).

Seksualitas pada spons dapat dikelompokkan atas dua tipe, yaitu: (1)

Hermaprodit, yaitu jenis spons yang menghasilkan gamet jantan dan gamet

betina selama hidupnya, tetapi menghasilkan gamet jantan dan gamet

betinanya dalam waktu yang berbeda; (2) Gonokhorik, yaitu jenis spons yang

memproduksi hanya gamet jantan atau betina saja selama hidupnya. (Reseck,

1988; Kozloff, 1990; Ruppert dan Barnes, 1991; Amir dan Budiyanto, 1996).

Tipe hermaprodit pada spons terbagi atas: (1) hermaprodit bersamaan

(contemporaneous hermaproditism), yaitu apabila spons menghasilkan gamet

6

Page 7: Makalah Porifera

jantan dan gamet betina dalam waktu yang bersamaan dalam satu individu;

(2) hermaprodit bergantian (successive hermaproditism), yaitu apabila spons

menghasilkan gamet jantan dan gamet betina secara bergantian (Sara, 1992).

a. Cara Reproduksi

Cara reproduksi pada spons terbagi atas dua kategori, yaitu: ovivar

dan vivivar. Pada jenis spons yang ovipar, telur yang telah dibuahi

diletakkan di mesohyl, selanjutnya dikeluarkan dari tubuh spons dan

kemudian menetas, sedangkan pada jenis spons yang vivipar, larva spons

dikeluarkan dari tubuh spons dan bergerak dengan bulu getarnya selama

selang waktu tertentu sampai mendapat tempat menempel yang sesuai

(Kozloff, 1990; Romimohtarto dan Juwana, 1999).

Reproduksi secara vivipar dilakukan dengan pembuahan sel telur

suatu porifera oleh sel sprema porifera yang lain secara internal. Masing-

masing individu menghasilkan sperma dan ovum. Kedua sel kelamin

terbentuk dari perkembangan sel-sel amebosit atau koanosit. Sel-sel

sperma dilepaskan ke dalam air, kemudian masuk ke tubuh spons lain

bersama aliran air melalui ostium untuk melakukan fertilisasi. Hasil

pembuahan berupa zigot yang akan berkembang menjadi larva bersilia.

Larva tersebut akan keluar dari tubuh porifera induk melalui oskulum,

kemudian melekat di dasar perairan untuk tumbuh menjadi dewasa.

7

Page 8: Makalah Porifera

Gambar 2. Reproduksi Seksual Porifera

http://blogmint.wordpress.com/category/materi-kuliah/konsep-dasar-ipa-2/

b. Tingkat Perkembangan Gamet

1) Spermatogenesis

Spermatogonia pada spons kemungkinan berasal dari choanocytes

atau archaeocytes (amoebocytes) karena ada fakta yang menunjukkan

bahwa choanocytes mengalami transformasi ke archaeocytes

(amoebocytes) atau sebaliknya (Sara, 1992), dan spermatogenesis terjadi

spermatic cyst.

Diferensiasi sperma terbagi atas tiga bentuk, yaitu: (1) semua sel

pada semua cyst mungkin berkembang secara bersama-sama

(synchronous); (2) diferensiasi sel di dalam sebuah cyst secara bersama-

sama (synchronous), tetapi tahap perkembangan bervariasi pada cyst yang

berbeda; dan (3) Sel berkembang pada beberapa cyst yang berbeda

(asynchronous) (Sara, 1961 dalam Harrison dan De Vos, 1991).

Tahap awal Spermatogenesis nukleus choanocytes ukurannya

membesar menjadi nukleus akhir, dan sel-sel leher (collars) dan

flagellanya hilang. Nukleus bermigrasi dari choanocytes chamber dan

8

Page 9: Makalah Porifera

mengumpul sebagai spermatogonial cyst. Sel-sel follikel berbentuk datar

berasal dari archaeocytes mengelilingi cyst dan mungkin memfagositosis

spermatogonia yang buruk. Spermatogenesis tidak bersama-sama

(asynchronous) dalam satu cyst dan pada beberapa tempat spermatogonia

mungkin berkembang di dalam sel-sel dan sisanya berkembang di dalam

choanocytes chamber (Harrison dan De Vos, 1992).

Spermatosit primer ukurannya meningkat, diameternya rata-rata

sedikit di atas 5 µm. Kromatin berkondensasi terhadap permukaan bagian

dalam pembungkus nukleus. Cytoplasma berisi sejumlah mitokondria,

kelompok ribosom bebas sebagai polysomes, dan badan golgi. Badan

golgi padat berisi karbohidrat homogen dan glikogen. Badan golgi terletak

pada bagian tepi sitoplasma. Hilangnya nukleolus dan tidak kelihatannya

penutup nukleus adalah merupakan tanda awal terjadinya meiosis, dan

pada proses ini terdapat synaptonema yang kompleks (Harrison dan De

Vos, 1992).

Spermatosit sekunder jarang kelihatan, kemungkinan disebabkan

oleh cepatnya pembelahan, tetapi dicirikan oleh nukleus yang berisi

butiran-butiran halus dan kromatin yang homogen. Selama

spermiogenesis, nukleus yang berbentuk bola bermigrasi ke bagian tepi

mendekati membran sel. Badan golgi terlihat pada spermatosit primer

menjadi terletak pada kutub akrosom dan mungkin berfungsi pada cara

yang sama. Sebuah akrosom benar tidak ada. Badan golgi kompleks tidak

kelihatan. Mitokondria ukurannya meningkat, kemungkinan mengalami

penggabungan untuk mencapai ukuran 1 µm dan terletak di bagian

belakang dengan dua sentriole, tersusun tegak lurus antara satu dengan

yang lainnya. Satu sentriole memunculkan axonema berflagella yang

berisi susunan mikrotubula, dua mikrotubula terletak dibagian tengah dan

9

Page 10: Makalah Porifera

sembilan pasang mikrotubula diletakkan disekitarnya (Harrison dan De

Vos, 1992).

2) Oogenesis

Pada tahap awal pembentukan oosit,,nucleolus sudah tampak di

dalam nucleus dengan pinggiran yang bebrbentuk seperti kerang. Pada

tahap awal,material nutrisi oosit diabsorbi secara pinositosis,yang berasal

dari mesohyl. Pada thap kedua, nutrient pada oosit, berasal dari fagositosit

sel trophocytes nurse cells yang bermigrasi melalui sarung sel-sel folikel

yang mengelilinginya dan mensintesa vitelline (Harrison dan De Vos,

1992).

c. Fertilisasi

Setelah sperma terbentuk, sperma kemudian dikeluarkan melalui

oskulum dengan arus keluar (excurrent current) dan menyebar di perairan

laut (Harris, 1988), sperma kemudian mengalir dan masuk ke dalam

saluran masuk (ostia). Setelah sperma sampai pada ruang berflagella,

sperma ditelan oleh choanocytes yang membawa sperma ke telur. Kedua

sel tersebut hilang flagellanya setelah membawa spermanya sampai ke

telur. Sel pembawa salah satunya membawa nukleus sperma atau sel

pembawa dan nukleus sperma ditelan oleh telur. Fertilisasi selanjutnya

terjadi secara in situ (Ruppert dan Barnes, 1991). Mekanisme lain

terjadinya fertilisasi pada spons adalah setelah choanocytes menangkap

sperma, choanocytes berubah menjadi amoeboid dan membawa sperma ke

oosit yang mau menerima atau membawa sperma ke amoebocyte yang

bertindak sebagai sel pembawa, atau setelah sperma masuk melalui sistem

aquiferous dan melewati penghalang selluler, sperma menuju ke oosit

pada mesohyl. Proses ini kelihatannya melalui perantaraan choanocytes

yang berasal dari sel pembawa (Kozloff, 1990). Sperma masuk ke

choanocytes setelah sel-sel leher (collars) dan flagellanya hilang,

10

Page 11: Makalah Porifera

kemudian bermigrasi ke oosit, sperma disimpan atau di transfer langsung

oleh penelanan sel pembawa sperma (Harrison dan De Vos, 1992).

2. Reproduksi Aseksual

Reproduksi aseksual dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

pembentukan tunas dan gemmule.

a. Fragmentasi (Pembentukan Tunas)

Dilakukan dengan membentuk tunas pada tubuh induk., lama-

kelamaan akan terbentuk koloni porifera. Fragmen-fragmen kecil

melepaskan diri dari spons induk, menempel pada substrat, dan tumbuh

menjadi spons baru (Fafa, 2008).

b. Gemmule (Butir Benih)

Reproduksi aseksual  porifera air tawar bisa juga dilakukan untuk

mengatasi kondisi lingkungan yang kering dengan pembentukan gemmule

(butir benih / tunas internal), yaitu sel amebosit yang dibungkus oleh tiga

lapisan kuat. Gemmule dihasilkan menjelang musim dingin di dalam

tubuh porifera yang hidup di air tawar (Fafa, 2008). 

Proses pembentukan gemmule adalah sebagai berikut :

Pertama-tama arkeost mengumpulkan nutrient dengan memfagosit sel lain

untuk dikumpulkan dalam rongga tubuh. Sel tertentu kemudian

mengelilingi secret kumpulan tersebut dan membungkusnya. Terbentuklah

kumpulan/cluster dan kapsul yang mengelilingi. Pada kondisi yang tepat

gemmulae menetas dan sel-sel di dalamnya keluar dan berdiferensiasi

membentuk spons baru (Anonim, 2009).

Gemmule mengandung kapsul spongin, spikula, dan dibungkus

dengan archaeocytes yang mengandung cadangan makanan, seperti

glycogen. Potongan-potongan spons yang patah (fragmentasi) dapat hidup

dengan cadangan makanan yang ada di tubuhnya, kemudian beregenerasi

11

Page 12: Makalah Porifera

membentuk tunas baru atau kompleks gemmule untuk menjadi spons

dewasa (Bergquist, 1978).

D. Budidaya Porifera

Porifera yang dibudidayakan pada umumnya adalah spons. Fragmentasi

spons merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam mengantisipasi

eksploitasi sumber daya spons alam yang berlebihan untuk keperluan perikanan,

farmasi, maupun benih untuk pengembangan.

Dalam usaha pengembangan budidaya, fragmentasi spons diarahkan untuk

memproduksi ekstrak kasar dan fraksinya serta untuk penyediaan bibit/anakan

untuk restocking dimana sampel/induk diberi beberapa perlakuan sehingga

pertumbuhan dapat terjadi lebih cepat.

Fragmentasi spons dilakukan karena saat ini dibutuhkan suatu teknik

budidaya yang dapat menghasilkan individu baru yang lebih banyak,

pertumbuhan yang cepat, tingkat kelangsungan hidup yang tinggi dan masa

pemulihan siklus reproduksi yang cepat.

Fragmentasi dilakukan dengan jalan melakukan pemotongan pada induk

spons menggunakan pisau stainless steel, dilanjutkan dengan menanam atau

menaruh fragmen tersebut pada substrat buatan di kedalaman dan lokasi tertentu

yang telah ditentukan sebelumnya. Fragmentasi dapat dilakukan bila lokasi yang

akan digunakan jauh dari sumber air tawar, kedalaman minimal 2-3 meter, hal ini

bertujuan agar spons tidak terkena cahaya matahari berlebih yang akan

meningkatkan suhu air disekitarnya juga menghindari baling-baling dari kapal

yang melintas diatasnya, selain menghindarkan spons dari arus deras juga untuk

memudahkan dalam bekerja. Penentuan metode yang akan diterapkan pada proses

fragmentasi berdasar kepada kemampuan adaptasi spons itu sendiri terhadap

perubahan kondisi terumbu dan dapat mempercepat pertumbuhan spons.

Persiapan spons untuk fragmentasi sangat menentukan bagi kelangsungan hidup

dan berhasil tidaknya fragmentasi ini dilaksanakan. Proses persiapan yang tidak

12

Page 13: Makalah Porifera

tepat dapat mengakibatkan rendahnya tingkat keberhasilan fragmentasi. Bila

terkena udara selama 30 menit, tingkat keberhasilan fragmentasi spons akan

menurun hingga hanya berkisar antara 70-90% dan spons akan mengalami stres

hingga kematian. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi stres

atau tingkat kematian yang tinggi ialah dengan cara memotong spons tetap

didalam rendaman air, tidak menggenggam dengan terlalu kuat hingga seperti

memeras, gunakan selalu alat potong yang benar-benar tajam dan tahan karat

(MacMillan, 1996).

13

Page 14: Makalah Porifera

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Porifera merupakan hewan yang berlubang lubang (berpori), hidup di air

tawar, di rawa, di laut yang dangkal, air jernih dan tenang. Tubuhnya tersusun

atas jaringan diploblastik (dua lapisan jaringan).

2. Struktur tubuh porifera terdiri atas Oskulum, Ostium atau apurturea,

Paragaster atau spongiosel dan dinding tubuh yang tersusun atas Pinakosit,

Porosit, Miosit, Koanosit, Amebosit, Skleroblas.

3. Reproduksi pada Porifera dilakukan secara aseksual dan seksual. Secara

aseksual dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pembentukan tunas

(fragmentasi) dan gemmule (butir benih). Secara seksual berlangsung secara

anisogami (internal), yaitu dengan peleburan gamet jantan (mikrogamet)

dengan gamet betina (makrogamet).

4. Untuk membudidayakan Porifera (Spons) dapat dilakukan dengan cara

fragmentasi.

B. Saran

Dalam membudidayakan Spons dengan cara fragmentasi disarankan untuk

memotong spons tetap didalam rendaman air, tidak menggenggam dengan terlalu

kuat hingga seperti memeras, gunakan selalu alat potong yang benar-benar tajam

dan tahan karat.

14

Page 15: Makalah Porifera

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, dkk. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Anonim. 2009. Hewan Spons Porifera. Diakses dari:

http://kamuspengetahuan.blogspot.com/2009/03/hewan-spons-porifera.html

Diana, I Ketut Adhi. 2008. Mengenal Seluk Beluk Phylum Porifera. Diakses dari :

http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/10/mengenal-seluk-beluk-phylum-

porifera/

Fafa. 2008. Porifera. Diakses dari :

http://shaowofheisei.wordpress.com/2008/11/12/porifera-kingdom-porifera/

http://blogmint.wordpress.com/category/materi-kuliah/konsep-dasar-ipa-2/

http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/0016%20Bio

%201-4b.html

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54980/BAB%20II

%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=7

Zaif. 2012. Avertebrata. Diakses dari : http://zaifbio.wordpress.com/2012/02/

15