poligami dalam perspektif keluarga salafi...

107
i POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI (Studi Kasus Satu Keluarga Bapak AR di Desa Sumberejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam Oleh: SUNARNOTO NIM: 211.11.022 JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016

Upload: others

Post on 24-Dec-2019

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

i

POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI

(Studi Kasus Satu Keluarga Bapak AR di Desa Sumberejo

Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

SUNARNOTO

NIM: 211.11.022

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

Page 2: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

ii

Page 3: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

iii

Page 4: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

iv

Page 5: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

v

MOTTO

“Kurang pikir kurang ilmu

Dirinya tentu mudah ditipu”

“Bila tampil kurang sopan

Akan tersisih dari pergaulan”

“Bukan pemuda-sembarang pemuda

Tapi pemuda tampan giat bekerja”

“Kalau kita rajin menabung

Tentu kita sangat beruntung”

Do the best, don’t feel the best, always be the best.

(Slogan Youth Association of Bidik Misi Limardhatillah IAIN Salatiga)

Penulis

Page 6: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Seluruh keluarga penulis: Narno (bapakku), Ngatmi (ibuku), Ichsan

Fauziah (kakakku), Siti Fathonah (adikku) yang tidak henti-hentinya

memberikan dukungan yang tak ternilai harganya.

2. Guru-guruku yang berjasa: Bapak Kyai Bahrurrozi, Mbah Kyai Slamet

Idris, Pak Asyiq Ma‟ruf, Pak Dhe Tardi, Kang M. Arba‟in yang bisa

memberi warna dalam hidupku.

3. Kang-kang pondok Tarbiyatul Muballighin: M. Mukhib, R. Fajar

Hidayatullah, M. Zainal Abidin dan lainnya. Pondok Al-Ishlah: Emha Arif

B, M. Munawar Said, M. Sigit, Khoirul Amin, Khoirul Anam, Ali Maskur,

M. Aminudin, Nahar N. Nafi‟, M. Syukron Rofiq yang pernah penulis

repoti.

4. Teman-teman Jurusan Ahwal al-Syakhshiyyah terutama angkatan 2011,

LPM DinamikA serta ikhwan dan akhwat LDK IAIN Salatiga yang super-

super.

5. Rekan dan rekanita kader IPNU-IPPNU Kabupaten Boyolali serta Sahabat

dan sahabati PMII Salatiga yang selalu memberi dukungan dan semangat

kepada penulis.

Page 7: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

vii

KATA PENGANTAR

انؼم ػه جيغ انؼانى. انصالج ػه م ت آدو تانؼهىر فض هلل ان انذد

ا تؼد(.د انؼسب انؼجى ػه آن أصذات ياتيغ انؼهو انذكى )اي د سي يذ

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat, karunia,

hidayahdan limpahan kasih sayang yang diberikan-Nya kepada peneliti sehingga

dapat menyelesaikan proses penyusunan skripsi ini. Sholawat serta salam selalu

terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun manusia

menuju jalan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Skripsi ini berjudul: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA

SALAFI (Studi Kasus Satu Keluarga Bapak AR di Desa Sumberejo Kecamatan

Pabelan Kabupaten Semarang) peneliti menyadari bahwa proses penyelesaian

penyusunan skripsi ini tentu tidak terlepas dari adanya bimbingan, dukungan, dan

peran serta dari banyak pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati peneliti

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga yang telah memberikan do‟a dan restunya dalam

penulisan skripsi ini.

Page 8: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

viii

2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN

Salatiga.

3. Bapak Sukron Ma‟mun, M.Si. selaku KetuaJurusan Ahwal al-Syakhshiyyah

(AS) Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga dan sekaligus menjadi Dosen

Pembimbing Skripsi, yang telah memberikan banyak masukan dan nasehat

kepada peneliti selama menjalani studi program Sarjana Strata Satu (S1)

Ahwal al-Syakhshiyyah dan yang telah memberikan pengarahan dan

bimbingannya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Ibu Evi Ariyani, M.H. selaku Pembimbing Akademik (PA) yang telah

meluangkan waktu, membimbing, dan memberikan nasehat serta masukan

yang tidak ternilai harganya kepada peneliti.

5. Segenap Dosen dan Karyawan Jurusan Ahwal al-Syakhshiyyah Fakultas

Syari‟ah serta Unit Perpustakaan IAIN Salatiga yang telah mempermudah

dalam pengumpulan bahan skripsi.

6. Kepada Ayahanda, Ibunda, Kakak dan Adik tercinta, atas semua

pengorbanan, kasih sayang, senyum, air mata, dan do‟a yang selalu teriring

dalam setiap langkah peneliti.

7. Teman-teman AS 2011 yang selama ini belajar dan berjuang bersama

di kampus IAIN Salatiga. Terima kasih atas kebersamaan dan canda tawanya.

8. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Page 9: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

ix

Page 10: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

x

ABSTRAK

Sunarnoto. 2016. Poligami Dalam Perspektif Keluarga Salafi (Studi Kasus Satu

Keluarga Bapak AR di Desa Sumberejo Kecamatan Pabelan Kabupaten

Semarang). Skripsi. Fakultas Syari‟ah. Jurusan Ahwal al-Syakhshiyyah.

Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Sukron Ma‟mun,

M.Si.

Kata kunci: Poligami, Perspektif, Keluarga, Salafi

Penelitian ini merupakan studi kasus dari satu keluarga bapak AR dalam

kaitannya tentang poligami. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui

penelitian ini adalah: Pertama, apa yang melatarbelakangi poligami dalam

keluarga bapak AR, dan kedua, bagaimana konsep penataan keluarga antara istri

pertama dan istri keduanya. Tujuan penelitian ini adalah: Pertama, mengetahuai

apa yang melatarbelakangi poligami dalam keluarga bapak AR, dan kedua,

mengetahui konsep penataan keluarga/sosiologi keluarga antara istri pertama dan

istri kedua.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif deskriptif analisis yang bersifat natural setting dengan

rancangan studi yang sumber datanya berasal dari manusia (human intrustment).

Metode pengumpulan data yang dipakai oleh peneliti adalah metode interview,

metode observasi dan metode dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data

peneliti menggunakan metode analisis dan deduksi.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa perkawinan poligami dapat

diterima di masyarakat dan sudah menjadi tradisi di kalangan keluarga salafi. Hal

utama yang melatarbelakangi Bapak AR melakukan poligami adalah dalam

rangka untuk merasakan yang namanya keadilan dan semata-mata untuk

menaikkan iman istri yang pertama, kedua dan bapak AR sendiri.Konsep penataan

keluarga yang dilakukan oleh Bapak AR adalah melakukan pemerataan keadilan

dalam hal nafakah dan waktu bermalam. Sengaja tidak dijadikan satuatap antara

istri pertama dengan istri kedua karena untuk mengantisipasi terjadinya

perselisihan yang tidak terduga jika bapak AR tidak berada di rumah.

Page 11: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ iv

HALAMAN MOTTO ............................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... vi

KATA PENGANTAR ............................................................................... vii

ABSTRAK ................................................................................................. x

DAFTAR ISI .............................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Fokus Penelitian/Rumusan Masalah ...................................... 7

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7

D. Kegunaan Penelitian/Signifikasi Penelitian ........................... 7

E. Penegasan Istilah ...................................................................... 9

F. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 11

G. Metode Penelitian ..................................................................... 13

H. Sistematika Penulisan .............................................................. 18

Page 12: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

xii

BAB II POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM ......... 20

A. Pengertian Poligami ............................................................... 20

B. Dasar Hukum Poligami ......................................................... 22

C. Sejarah Poligami .................................................................... 27

D. Syarat Poligami ...................................................................... 28

E. Poligami Rasulullah SAW ..................................................... 39

F. Manfaat dan Madharat Poligami .......................................... 32

G. Perintah Berlaku Adil ........................................................... 36

H. Pengertian Adil ....................................................................... 37

I. Hikmah Poligami ..................................................................... 38

J. Definisi Keluarga Salafi .......................................................... 41

1. Salaf ....................................................................................... 42

2. Salafi ...................................................................................... 44

3. Salafiah .................................................................................. 49

BAB III POTRET KELUARGA POLIGAMI BAPAK AR ................. 50

A. Profil Bapak AR ..................................................................... 50

B. Landasan Bapak AR dalam Berpoligami ............................ 51

C. Bapak AR Memaknai Kata “al-Adl” ................................... 51

D. Kesalafian Bapak AR dan Keluarganya .............................. 52

E. Pendidikan Bapak AR ........................................................... 53

Page 13: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

xiii

F. Keluarga Bapak AR ............................................................... 54

G. Kondisi Ekonomi Bapak AR ................................................. 55

H. Kehidupan Keluarga Bapak AR .......................................... 57

BAB IV POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA BAPAK AR

.................................................................................................... 60

A. Latar Belakang Poligami Keluarga Bapak AR ..................... 60

B. Konsep Penataan Keluarga Sakinah Bapak AR ................... 65

1. Dalam Hal Kehidupan Ekonomi ......................................... 59

2. Maghligai Rumah Tangga ................................................... 67

a. Bapak AR dengan Istri Pertama ...................................... 67

b. Bapak AR dengan Istri Kedua ......................................... 68

3. Tanggung Jawab Terhadap Anak-anak ............................. 69

4. Pengelolaan Konflik ............................................................. 70

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 73

A. Kesimpulan ............................................................................. 73

B. Saran ........................................................................................ 73

C. Kata Penutup .......................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 75

Page 14: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang membawa misi rahmat lial-‟ālamin (rahmat

bagi alam semesta) yang memiliki hukum universal yang senantiasa berlaku

di setiap tempat dan sepanjang zaman, dan sesuai dengan realitas dan watak

manusia mana sangat memperhatikan arti penting perkawinan. Perkawinan

atau pernikahan sebagai satu-satunya cara yang sah untuk berketurunan. Tidak

kurang dari delapan puluh (80) ayat di dalam Al-Qur‟an yang

berbicaratentang perkawinan, baik yang memakai kata nikāh (berhimpun),

maupun menggunakan kata zawwaja (berpasangan). Keserasian ayat tersebut

memberikan tuntunan kepada manusia bagaimana seharusnya menjalani

perkawinan itu dapat menjadi jembatan yang mengantarkan manusia, laki-laki

dan perempuan, menuju kehidupan sakinah (damai, tenang dan bahagia) yang

diridhai Allah subhanahu wata‟ala (SWT).

Menikah merupakan suatu keputusan manusia yang mulia karena

dengan menikah maka tujuannya dapat tercapai. Tujuan manusia menikah pun

bermacam-macam, ada yang beralasan status sosial, dapat melanjutkan

keturunan dan lain-lain.

Sebenarnya seorang laki-laki (suami) menikah dengan seorang

perempuan (istri) sudah cukup. Karena permasalahan baru diperbolehkan

Page 15: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

2

menikah lebih dari satu orang, yang disebut poligami. Permasalahan tersebut

seperti istrinya mandul atau sakit dan lain-lain.

Pada dasarnya prinsip perkawinan adalah monogami, namun dalam

praktiknya, pilihan monogami atau poligami dianggap persoalan parsial

(pilihan sepihak). Status hukumnya akan mengikuti kondisi ruang dan waktu.

Sunnah Nabi sendiri menunjukkan betapa persoalan ini bisa berbeda dan

berubah dari satu kondisi ke kondisi lain. Karena itu, pilihan monogami atau

poligami bukanlah sesuatu yang yang didasarkan pilihan bebas, melainkan

harus selalu merujuk pada prinsip-prinsip dasar syari‟ah, yaitu terwujudnya

keadilan yang membawa kemaslahatan dan tidak mendatangkan madharat

atau kerusakan.

Indonesia sebagai negara hukum, tentu mendambakan dan berkeinginan

agar masyarakatnya taat hukum. Urgennya adalah di dalam peraturan

perundang-undangan dalam bidang keluarga yang mengeluarkan produk

hukum berupa Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 dan Kompilasi Hukum

Islam. Didalamnya mengatur kekeluargaan yang dalam perguruan tinggi

masuk dalam lingkup jurusan atau program studi Ahwal al-Syakhshiyyah

(AS).

Bukan rahasia lagi jika saat ini aturan Islam yang berkaitan dengan

masalah poligami telah dikecam oleh berbagai pihak, terutama oleh kalangan

Barat. Mereka senantiasa menyebarkan kebohongan dengan tujuan

mengelabui umat manusia untuk tidak mengenal kebenaran Islam dengan

alasan bahwa Islam adalah agama yang melegalisasi poligami, sementara

Page 16: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

3

mereka beranggapan bahwa poligami banyak menimbulkan dampak negatif

dan hanya pantas terjadi di negara-negara terbelakang.1

Diperbolehkannya poligami tentunya berdasarkan al-Qur‟an surat An-

Nisa‟ [4]: 3 yaitu:

Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-

hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka

kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau

empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil,

Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu

miliki, yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat

aniaya.”

Seorang wanita yang bersedia dimadu membuktikan kerelaan dan

kepuasannya bahwa perkawinannya itu tidak akan mengakibatkan

kemudharatan, mengabaikan haknya, atau merendahkan martabatnya. Ayat di

atas cukup menjelaskan hal-hal yang telah dipahami Rasulullah, sahabat-

sahabatnya, tabi‟in, dan jumhur ulama‟ muslimin tentang hukum-hukum

berikut:

1. Boleh berpoligami paling banyak hingga empat orang istri.

2. Disyariatkan dapat berbuat adil di antara istri-istrinya. Barang siapa yang

belum mampu memenuhi ketentuan di atas, dia tidak boleh mengawini

wanita lebih dari satu orang. Seorang laki-laki yang sebenarnya meyakini

1 Musfir Al-Jahrani, Poligami dari Berbagai Persepsi, Jakarta, Gema Insani Press, 1996, hlm. 1.

Page 17: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

4

dirinya tidak akan mampu berbuat adil, tetapi tetap melakukan poligami,

dikatakan bahwa akad nikahnya sah, tetapi dia telah berbuat dosa.

3. Keadilan yang disyaratkan oleh ayat di atas mencakup keadilan dalam

tempat tinggal, makan, dan minum, serta perlakuan lahir batin.

4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-

anaknya.2

Berlaku adil di sini maksudnya ialah perlakuan yang adil dalam

melayani istri seperti sandang (pakaian), papan atau tempat tinggal (rumah),

pangan atau pemenuhan kebutuhan ekonomi, giliran, dan lain-lain yang

bersifat lahiriyah. Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat

tertentu. Sebelum turun ayat ini poligami sudah ada, dan pernah pula

dijalankan oleh para nabi sebelum nabi Muhammad Sallallah „alaihi wa

sallam (SAW). Dan ayat ini membatasi poligami sampai empat orang saja.

Islam memandang poligami lebih banyak membawa resiko/madharat

daripada manfaatnya. Karena manusia menurut fitrahnya (human nature)

mempunyai watak cemburu, iri hati, dan suka mengeluh. Watak-watak

tersebut akan mudah timbul dengan kadar tinggi, jika hidup dalam kehidupan

keluarga yang poligamis. Dengan demikian, poligami itu bisa menjadi sumber

konflik dalam kehidupan keluarga, baik konflik antara suami dengan istri-istri

dan anak-anak dari istri-istrinya, maupun konflik antara istri beserta anak-

anaknya masing-masing.

2 Musfir Aj-Jahrani, Poligami Dari Berbagai Persepsi, Jakarta, Gema Insani Press, 2002, hlm. 41.

Page 18: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

5

Karena itu poligami hanya diperbolehkan apabila dalam keadaan

darurat, misalnya istri ternyata mandul, sebab menurut Islam, anak itu

merupakan salah satu dari tiga human investment yang sangat berguna bagi

manusia setelah ia meninggal dunia, yakni bahwa amalnya tidak tertutup

berkah dengan adanya keturunannya yang solih yang selalu berdoa untuknya.

Maka dalam keadaan istri mandul dan suami bukan mandul berdasarkan

keterangan medis hasil laboratorium, suami diizinkan berpoligami dengan

syarat ia benar-benar mampu mencukupi nafkah untuk semua keluarga dan

harus bersikap adil dalam pemberian nafkah lahir dan giliran waktu

tinggalnya.3

Mengutip dari Skripsi yang ditulis Emma Nayly Syifa4 tahun 2011

bahwa:

UU Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam

(KHI) menganut kebolehan poligami bagi suami, walaupun terbatas hanya

empat orang istri. Ketentuan itu termaktub dalam pasal 3 dan 4 Undang-

Undang Perkawinan dan Bab XI pasal 55 s.d. 59 KHI. Dalam KHI antara lain

disebutkan bahwa syarat utama beristri lebih dari seorang, suami harus

mampu berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya (pasal 55 ayat 2).

Selain syarat utama tersebut, ada lagi syarat lain yang harus dipenuhi

sebagaimana termaktub dalam pasal 5 UU Nomor 1 Tahun 1974, yaitu adanya

persetujuan istri dan adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin

kehidupan istri-istri dan anak-anak mereka. Perkawinan poligami adalah suatu

perkawinan yang dilakukan oleh seseorang (suami) karena adanya

sebab/alasan yang menyebabkan perkawinan itu terjadi.5

3 H. Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam, Jakarta, PT Toko Gunung

Agung, 1996, hlm. 13. 4Alumni Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, lulus tahun 2011.

5Emma Nayly Syifa, Perkawinan Poligami Menurut Hukum Islam dan Perundang-undangan di

Indonesia: Studi Kasus Pelaku Poligami di Desa Suruh Kec. Suruh Kab. Semarang 2011,

Salatiga, Jurusan Syari‟ah STAIN Salatiga, 2011, hlm.2- 3.

Page 19: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

6

Di dalam KHI pasal 57 dijelaskan bahwa alasan-alasan bagi suami

berpoligami adalah:

1. Istri tidak dapat melayani suami seperti pada umumnya.

2. Istri mengalami cacat badan atau penyakit yang tidak kunjung sembuh.

3. Istri tidak melahirkan keturunan.6

Yang terjadi dalam satu keluarga salafi di Desa Sumberejo Kecamatan

Pabelan Kabupaten Semarang ini, adalah menarik dimana terdapat keluarga

salafi yang menjalankan poligami. Keluarganya sangat harmonis. Hipotesis

yang penulis peroleh adalah bahwa poligami yang dilakukan adalah karena

untuk meningkatkan iman istri pertama, kedua dan pelaku poligami (suami).

Serta semata-mata untuk merasakan dan menjalankan konsep keadilan yang

pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Dari uraian-uraian tersebut serta minimnya data dan bahan yang akan

dibutuhkan dalam pembahasan tentang POLIGAMI DALAM

PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI (Studi KasusSatu Keluarga Bapak

AR di Desa Sumberejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang, maka

penulis bermaksud untuk meneliti dan membahas lebih lanjut tentang

beberapa permasalahan yang berkaitan dengan berpoligaminya keluarga salafi.

6Ibid, hlm. 3.

Page 20: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

7

B. Fokus Penelitian/Rumusan Masalah

Sebagai basicquestionatau pokok permasalahan yang berangkat dari

latar belakang masalah, maka penulis mengambil beberapa hal yang dapat

dijadikan sebagai rumusan masalah atau fokus penelitian, adalah sebagai

berikut:

1. Apa yang melatarbelakangi poligami dalam keluarga Bapak AR?

2. Bagaimanakonsep penataan keluarga antara istri pertama dan istri kedua?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan fokus penelitian diatas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Mengetahui apa yang melatarbelakangi poligami dalam keluarga bapak

AR.

2. Mengetahui konsep penataan keluarga/sosiologi keluarga antara istri

pertama dan istri kedua.

D. Kegunaan Penelitian/Signifikasi Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun secara praktis. Secara Teoritis penelitian ini diharapkan dapat

menambah pengetahuan tentang permasalahan sosiologi keluarga dan

memperkaya khazanah kasus hukum Islam pada civitas akademik Fakultas

Syari‟ah jurusan Ahwal al-Syakhshiyyah (AS), khususnya tentang poligami.

Selain hal itu juga dapat dijadikan bahan bacaan tentang hukum Islam dan

Page 21: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

8

sosiologi keluarga. Sehingga mampu memberi sumbangan dan solusi pada

permasalahan yang terjadi di masyarakat.

Secara praktis hasil penelitian ini juga bermanfaat bagi masyarakat

umum. Masyarakat dapat mengetahui adanya praktik poligami yang sah baik

menurut syariat (hukum Islam) dan sah menurut hukum (perundang-

undangan) yang berlaku.

Bagi pemerintah, penelitian ini dapat memberikan masukan akan

adanya praktik poligami (baik sah secara agama dan sah secara hukum) yang

berada di kelurahan Sumberejo, menata ulang (memaksimalkan) tugas pokok

dan fungsi Kantor Urusan Agama (KUA) dalam mensosialisasikan pencatatan

nikah serta jika ingin melakukan poligami harus melalui izin Pengadilan

Agama (PA).

Penelitian ini penting bagi Kementerian Agama sehingga dapat

memberikan pembinaan keluarga yang ingin berpoligami, memberikan

penyuluhan kepada masyarakat terhadap pentingnya pencatatan nikah dan

keabsahan poligami secara hukum sehingga anak-anak mempunyai status

hukum yang sah dan tetap.

Manfaat praktis bagi jurusan AS adalah memberikan informasi tentang

praktik poligami yang sesuai dengan hukum Islam, perundang-undangan di

Indonesia dan keluarga Salafi. Bagi KUA memberikan sumbangan pemikiran

yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan masalalah

Page 22: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

9

poligami. Terakhir bagi masyarakat, yaitu memberikan sumbangan

pengetahuan tentang praktik poligami sesuai dengan fakta yang ada.

E. Penegasan Istilah

Sebelum memulai dalam penyusunan skripsi ini, perlu penulis

kemukakan bahwa judul skripsi ini adalah: POLIGAMI DALAM

PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI (Studi Kasus Satu Keluarga Bapak

AR di Desa Sumberejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang). Untuk

menghindari kekeliruan penafsiran dan kesalah-pahaman serta pengertian

yang simpang siur, maka penulis kemukakan pengertian dan penegasan judul

skripsi ini sebagai berikut:

1. Poligami

Poligami adalah seorang suami memiliki banyak istri. Poligami

juga berarti ikatan perkawinan yang salah satu pihak (suami) mengawini

beberapa (lebih dari satu) isteri dalam waktu yang bersamaan.

2. Perspektif

Perspektif adalah pengharapan, peninjauan, tinjauan, pandangan

luas.7

3. Keluarga

Termaktub dalam UU Nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10,

keluarga menurut sejumlah ahli adalah sebagai unit sosial-ekonomi

terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua

7 Pius A. Partanto & M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Arkola, Surabaya, 1994, hlm.

592.

Page 23: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

10

institusi, merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua atau lebih

orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan darah,

hubungan perkawinan, dan adopsi.8

4. Salafi

Salaf berasal dari fi‟il madhi, fi‟il mudhori‟ dan isim masdar:

salafa, yaslufu dan salafan yang berarti terdahulu atau telah lalu.9 Salafi

adalah metodologi berpikir salaf tanpa melibatkan label-label lain. Salafi

juga adalah mereka yang menjaga kemurnian akidah Islam dari hal-hal

yang berbau syirik atau hal-hal yang bid‟ah, yang sebenarnya tidak

masuk dalam bagian akidah Islam.10

5. Studi

Studi adalah pelajaran, penggunaan waktu dan pikiran untuk

memperoleh ilmu pengetahuan.11

6. Kasus

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kasus adalah

keadaan yang sebenarnya dari suatu urusan atau perkara; keadaan atau

kondisi khusus yang berhubungan dengan seseorang atau suatu hal; soal;

perkara;.12

8 Herien Puspitawati, Konsep dan Teori Keluarga, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen-

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, 2013, hlm. 1. 9 Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, PT Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah,

Jakarta, 2007, hlm. 178. 10

Andi Aderus, Karakteristik Pemikiran Salafi di Tengah Aliran-Aliran Pemikiran Keislaman,

Jakarta, Kementerian Agama RI, 2011, hlm. 63. 11

WJS. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia,Jakarta, Balai Pustaka, 1999,hlm. 965. 12

Ibid, hlm. 420.

Page 24: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

11

Karya ini dibuat penulis bertujuan menganalisis tentang bagaimana

pelaku poligami dapat menegakkan sistem keadilan seperti yang diajarkan

oleh syari‟at Islam (al-Qur‟an dan Hadis). Benarkah dalam praktik poligami

orang telah mampu menegakkan keadilan dengan memenuhi apa-apa yang

dibutuhkan oleh istri dan anak-anaknya. Sebagaimana kita tahu bahwa peran

pelaku poligami dituntut lebih besar dari yang bukan berpoligami karena

tanggung jawab yang lebih besar terhadap keluarga.

F. Tinjauan Pustaka

Banyak karya ilmiah atau penulisan yang membahas tentang kasus-

kasus poligami, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk terus dikaji dan

ditelusuri lebih dalam lagi. Banyaknya kasus yang berhubungan dengan

poligami mendorong penulis mencoba mengungkap fenomena tersebut

dengan mengamati dalam praktik kehidupan pasangan poligami. Dengan

demikian diharapkan penelitian ini tidak sama dengan yang sudah ada. Pada

umumnya kajian kasus poligami – sejauh pengkajian penulis – hanya terbatas

pada teori saja, seperti pada penulisan skripsi yang ditulis oleh Sudibyo yang

berjudul “Konsep Keadilan Dalam Berpoligami menurut hukum Islam”

menjelaskan bahwa konsep adil dalam perkawinan poligami harus sesuai

dengan apa yang ada di dalam aturan Islam serta penerapan konsep keadilan

yang benar menurut al-Qur‟an dan hukum Tuhan. Menurutnya, adil disini

tidak hanya adil dalam pemberian nafkah saja tetapi juga adil terhadap

pembagian terhadap cinta dan kasih sayang kepada istri-istrinya seperti

Page 25: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

12

pembagian jatah malam dan nafkah lahiriah maupun batiniah. Bukan hanya

itu, adil terhadap pemberian kasih sayang kepada anak-anaknya pun harus

diperhatikan yaitu dengan memberikan hak-hak mereka secara penuh dan

tidak berbuat aniaya kepada mereka.

Emma Nayly Syifa menjelaskan dalam skripsinya bahwa:

Begitu juga karya dari Siti Mulyani (1997:18) yang mengangkat tema

“Poligami Dalam PerspektifKeadilan Jender”dalam karyanya dijabarkan

bahwa poligami yang dilakukan oleh suami terhadap istri adalah merupakan

suatu perbuatan yang sangatmerendahkan kaum perempuan karena terdapat

unsur diskriminasi sosial maupun kejiwaan. Tidak hanya itu, jika dilihat dari

sisi suami itu sendiri maka tampak sangat jelas unsur yang terkandung di

dalamnya lebih mementingkan kepentingan pribadi ketimbang dari sisi kaum

perempuan yang jelas-jelas lebih merasakan dampak dari poligami itu sendiri.

Jelas di sini bahwa kaum perempuan merasa seperti tersisihkan karena adanya

sebab yang menjadi alasan-alasan bagi suami untuk berpoligami seperti yang

telah disebutkan di atas.13

Emma Nayly Syifa juga membandingkan dengan skripsi lain karya M.

Sholihan, yaitu:

Berbeda dengan karya-karya di atas, M. Sholihan (1993:30) “Poligami

Dalam Perspektif Fazlur Rahman”menjelaskan bahwa Fazlur Rahman

memaparkan pendapat bahwa adanya kontradiksi diantara izin untuk beristri

sampai empat orang dan keharusan untuk berlaku adil kepada mereka dengan

pernyataan tegas bahwa keadilan terhadap istri-istri tersebut adalah mustahil.

Menurut penafsiran yangtradisional izin untuk berpoligami itu mempunyai

kekuatan hukum, sedang keharusan untuk berbuat adil kepada mereka

walaupun sangat penting, terserah kepada kebaikan si suami (walaupun

Hukum Islam yang tradisional memberikan hak kepada kaum wanita untuk

meminta pertolongan atau perceraian apabila mereka dianiaya atau dikejami

oleh suami mereka). Dari sudut pandang agama yang normatif keadilan

terhadap istri yang memiliki posisi lemah itu tergantung kepada kebaikan

suami, walaupun pasti akan dilanggar. Sebaliknya modernis-modernis muslim

cenderung untuk mengutamakan keharusan untuk berbuat adil tersebut, bahwa

perlakuan adil tersebut adalah mustahil, mereka mengatakan bahwa izin untuk

13

Emma Nayly Syifa, Perkawinan Poligami Menurut Hukum Islam dan Perundang-undangan di

Indonesia: Studi Kasus Pelaku Poligami di Desa Suruh Kec. Suruh Kab. Semarang 2011,

Salatiga, Jurusan Syari‟ah Program Studi Ahwal al-Syakhshiyyah (AS) STAIN Salatiga, 2011,

hlm. 9.

Page 26: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

13

berpoligami itu hanya untuk sementara waktu dan tujuan tertentu saja. Beliau

memang membenarkan pendapat di atas bahwa izin berpoligami merupakan

hukum, sedang sanksinya adalah untuk mencapai ideal moral yang harus

diperjuangkan masyarakat karena poligami itu tidak dapat dihilangkan begitu

saja.14

Dari berbagai penelitian yang berkaitan dengan poligami yang

dilakukan oleh beberapa peneliti, mereka meninjau dari segi takhrij hadis

tentang poligami, dan poligami menurut ulama madzhab. Dan belum ada yang

membahas tentang keluarga salafi dalam memahami poligami. Oleh karena itu

peneliti mencoba membahas sebuah tema yang berkaitan dengan pemahaman

tentang poligami dalam Islam yang dilakukan oleh keluarga salafi dengan

mengambil judul „Poligami Dalam Perspektif Keluarga Salafi (Studi Kasus

Satu Keluarga Bapak AR di Desa Sumberejo Kecamatan Pabelan Kabupaten

Semarang)‟.

G. Metode Penelitian

Metode dalam hal ini diartikan sebagai salah satu cara yang harus

dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan alat-alat tertentu,

sedangkan penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan

dan menguji suatu pengetahuan, usaha dimana dilakukan menggunakan

metode-metode tertentu.

14

Emma Nayly Syifa, Perkawinan Poligami Menurut Hukum Islam dan Perundang-undangan di

Indonesia: Studi Kasus Pelaku Poligami di Desa Suruh Kec. Suruh Kab. Semarang 2011,

Salatiga, Jurusan Syari‟ah STAIN Salatiga, 2011, hlm. 9-10.

Page 27: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

14

Adapun metode yang digunakan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian lapangan (field research) yaitu peneliti terjun langsung ke

lapangan guna mengadakan penelitian pada objek yang dibahas yaitu

bagaimana tingkat pengetahuan keluarga salafi terhadap disyariatkannya

(diperbolehkannya) poligami dalam al-Qur‟an.

Terkait dengan kajian penelitian ini, maka peneliti menggunakan

pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan apabila data-data

yang dibutuhkan berupa sebaran-sebaran informasi yang tidak perlu

dikuantifikasi. Peneliti memilih jenis pendekatan ini karena beberapa

pertimbangan yaitu, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila

berhadapan langsung dengan kenyataan yang ada. Dengan pendekatan ini

peneliti bisa mendapatkan data yang akurat, dikarenakan peneliti bertemu

atau berhadapan langsung dengan informan.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini kehadiran peneliti merupakan hal yang utama

dan penting karena seorang peneliti secara langsung mengumpulkan data

yang ada di lapangan. Dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan

psikologis untuk memperoleh data yang relevan sesuai dengan tujuan

penelitian, yaitu dengan mencari informan guna melengkapi data.

Sedangkan status peneliti dalam hal mengumpulkan data diketahui oleh

informan secara jelas guna menghindari kesalah-pahaman antara peneliti

Page 28: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

15

dengan informan. Kehadiran peneliti untuk mencoba menggali lebih jauh

tentang poligami dan melibatkan secara langsung subyek peneliti, dengan

kata lain penelitian ini telah diketahui oleh subyek penelitaian.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Sumberejo kecamatan Pabelan

kabupaten Semarang. Peneliti memilih lokasi ini karena para informan

bertempat tinggal di desa Sumberejo. Sumberejo merupakan tempat

tinggal masyrakat yang heterogen. Namun keluarga Salafi ini mampu

berbaur dengan masyarakat majemuk. Pada penelitian ini, peneliti fokus

(mengadakan penelitian) di kelurga Salafi yang terdapat di Sumberejo.

4. Data dan Sumber Data

Adapun jenis data yang penulis pergunakan dalam penulisan skripsi

ini meliputi:

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung berupa beberapa

keterangan-keterangan dan fakta langsung yang diperoleh dari

lapanganan melalui wawancara dengan para informan dan pihak-

pihak yang dipandang mengetahui obyek yang diteliti. Dalam hal ini

adalah keterangan dari pihak laki-laki (suami) dan perempuan (istri)

di keluarga Salafi Desa Sumberejo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten

Semarang.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak lain, tidak

langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya dalam

Page 29: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

16

format dokumentasi.15

Metode dokumentasi dilakukan dengan

menelusuri data berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah

dan sebagainya.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Metode Wawancara

Metode wawancara yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.16

Adapun metode wawancara yang dilakukan dengan tanya jawab

secara lisan mengenai masalah-masalah yang ada dengan

berpedoman pada daftar pertanyaan sebagai rujukan yang telah

dirumuskan sebelumnya. Wawancara akan dilakukan terhadap pelaku

maupun orang terdekat seperti keluarga, tetangga, maupun pihak-

pihak yang mengetahui praktik perkawinan poligami di Desa

Sumberejo.

b. Observasi

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan

pengamatan secara langsung mengenai objek penelitian. Metode ini

penulis gunakan sebagai langkah awal untuk mengetahui kondisi

objektif mengenai objek penelitian.

15

S. Azwar, Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset, 2007,

hlm. 91. 16

Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, PT Rineka Cipta, hlm. 145.

Page 30: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

17

c. Dokumentasi

Mencari data mengenai beberapa hal, baik yang berupa catatan

dan data dari Keluarga Salafi di Desa Sumberejo. Metode ini

digunakan sebagai salah satu pelengkap dalam memperoleh data.

6. Analisis Data

Data mentah yang telah dikumpukan oleh peneliti tidak akan ada

gunanya jika tidak dianalisis. Analisis data merupakan bagian yang amat

penting dalam metode ilmiah, karena dengan dianalisis data tersebut

dapat diberi arti makna yang berguna dalam memecahkan masalah

penelitian.17

Dalam analisis ini penulis menggunakan analisis deskriptif yang

mendeskripsikan tentang pemahaman keluarga Salafi di DesaSumberejo

Kecamatan Pabelan tentang syariat Islam terutama ayat tentang

diperbolehkannya poligami.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan hal yang sangat penting dalam

penelitian, karena dari data itulah nantinya akan muncul beberapa teori.

Untuk memperoleh keabsahan temuan, penulis akan menggunakan

teknik-teknik perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, observasi

yang diperdalam, triangulasi (menggunakan beberapa sumber, metode,

teori), pelacakan kesesuaian dan pengecekan anggota. Jadi temuan data

tersebut bisa diketahui keabsahannya.

17

Moh. Nazir, MetodePenelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1988, hlm. 405.

Page 31: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

18

8. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai tahap. Pertama pra

lapangan, dimana peneliti menentukan topik penelitian, mencari

informasi tentang ada tidaknya praktik pernikahan poligami tersebut tidak

sesuai undang-undang yang berlaku, lebih-lebih di luar syariat Islam.

Tahap selanjutnya peneliti terjun langsung ke lapangan atau lokasi

penelitian untuk mencari data informan dan pelaku serta melakukan

observasi, dokumentasi dan wawancara terhadap informan yaitu pelaku

yang melangsungkan pernikahan dengan praktik poligami.

Tahap akhir yaitu penyusunan laporan atau penelitian dengan cara

menganalisis data atau temuan dari penelitian kemudian memaparkannya

dengan narasi deskriptif.

H. Sistematika Penulisan

Dalam suatu penelitian ilmiah, adanya suatu pembahasan yang

sistematis, guna mempermudah pembaca dalam memahami penelitian ini.

Maka keseluruhan bentuk pembahasan dalam penulisan ini disusun secara

sistematis sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan

Bab I ini memuat kajian mengenai Latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah,

Metodologi Penelitian yang berisi tentang Pendekatan dan Jenis Penelitian,

Page 32: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

19

Kehadiaran Peneliti, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan

Data, Tahap-tahap Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II: Poligami Dalam Perspektif Hukum Islam

Dalam bab ini terdapat penelitian terdahulu, PengertianPoligami, Dasar

Hukum Poligami, Sejarah Poligami, Syarat Poligami Dalam Islam, Perintah

Berlaku Adil, Pengertian Adil, Hikmah Poligami, Definisi Kelurga Salafi.

BAB III: Potret Keluarga Bapak AR

Dalam bab ini akan menggambarkan tentang kondisi sosialobjek yang

akan diteliti yang meliputi yang melatarbelakangi poligami dalam keluarga

bapakAR dan konsep penataan keluarga antara istri pertama dan istri kedua.

BAB IV: Poligami Dalam Perspektif Bapak AR

Dalam bab ini memaparkan hasil penelitian yang meliputi: Selayang

pandang keluarga Salafi Sumberejo, analisis data pengetahuan poligami,

pengetahuan konsep keluarga Salafi, penilaian keluarga Salafi terhadap

poligami dan sosiologi keluarganya.

BAB V: Kesimpulan dan Penutup

Bab terakhir berisi tentang penutup yang meliputi, kesimpulan dan

saran-saran. Hasil penelitian yang diambil dari hasil penelitian dari judul

hingga proses pengambilan kesimpulan dan saran-saran bagi berbagai pihak

yang bersangkutan dalam penelitian ini.

Page 33: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

20

BAB II

POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Pengertian Poligami

Kata poligami berasal dari bahasa Yunani, yaitu poly atau polus yang

berarti banyak dan gamein atau gamos yang berarti kawin atau perkawinan.

Kalau kedua kata tersebut digabungkan menjadi poligami, maka artinya

adalah perkawinan yang banyak atau dengan ungkapan lain adalah

perkawinan antara seorang dengan dua orang atau lebih namun cenderung

diartikan perkawinan satu orang suami dengan dua istri atau lebih.18

Poligami merupakan salah satu dinamika dalam hukum perkawinan.

Poligami adalah ikatan perkawinan dalam hal mana suami mengawini lebih

dari satu istri dalam waktu yang sama.19

Poligami ada dua macam, yaitu

Poligini dan Poliandri. Poligini artinya permaduan atau beristri lebih dari satu.

Jenis poligami yang kedua yaitu poliandri, artinya perkawinan dengan lebih

dari satu laki-laki.

Keuntungan-keuntungan poligami yang disebut oleh Georges Anquetil

seorang ahli sosiologi Perancis, adalah sebagai berikut:

1. Poligami menekan merajalelanya prostitusi (lenyap, seperti yang kita lihat

pada kaum Mormon).

18

Ahmad Maulana, dkk., Kamus Ilmiah Populer Lengkap, Yogyakarta, Absolut, 2004, hlm. 407. 19

Siti Musdah Mulia, Islam Menggugat Poligami, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2004, hlm.

43.

Page 34: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

21

2. Poligami dengan demikian melenyapkan salah satu sumber penyakit kotor,

yang membunuh jenis bangsanya.

3. Poligami akan memungkinkan berjuta-juta wanita melaksanakan haknya

akan kecintaan dan keibuan, yang kalau tidak, akan terpaksa hidup tak

bersuami karena sistem monogami.

4. Poligami akan mengurangi sebab-sebab drama-drama perceraian yang

tidak terhitung banyaknya, kejahatan-kejahatan karena percintaan,

kemunafikan dalam rumahtangga-rumahtangga yang kurang sehat, bencana

mundurnya angka penduduk, pembunuhan anak-anak, menyerahkan bayi-

bayi pada Bantuan Umum.

5. Poligami akan memungkinkan si suami memelihara kesehatan wanita yang

hamil dan wanita yang bersalin tanpa menyerahkan dirinya kepada bahaya-

bahaya, petualangan-petualangan dengan gadis-gadis yang bisa dipesan

dengan karcis (yang jumlahnya kita ketahui di Paris, dan yang dua pertiga

(2/3) di antaranya sakit syphilis).

6. Poligami akan melenyapkan “mati-syahid” kaum bastard yang celaka,

poligami akan memeperbaiki jenis bangsa dengan anak-anak yang bagus-

bagus, semuanya sah, dan setiap wanita akan bisa melaksanakan

pekerjaannya dengan gembira).” 20

20

Asghar Ali Engineer, Pembebasan Perempuan, Yogyakarta, LKIS, 2003, hlm. 29

Page 35: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

22

B. Dasar Hukum Poligami

Syariat poligami dan pembatasannya terdapat dalam dua ayat firman

Allah sebagai berikut:

Artinya: “…Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua,

tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat

berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak

yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada

tidak berbuat aniaya.”(Q.S. an-Nisa‟: 3)

ن ذسرطيؼا ذؼدنا أ انساء تي ن فال دسصرى يم كم يهاذ فررزا ان

ؼه قح كان ئ ذر قا ذصهذا فا للا .زديا غفزا كا

Artinya: Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-

istri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, Karena

itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai),

sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamu

mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan),

Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang. (Q.S. An-Nisa‟: 129).

Rasulullah SAW telah menjelaskan keutamaan beristri lebih dari

satu sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dalam sahihnya ini. Said bin

Jubair berkata:

ػث اس: م خيس ر قال ني ات ج فا جد؟ قهد: ال قال: فرز ح أكثسا ساء. ذز األي

Artinya: “Berkata kepadaku Ibnu Abbas: „Apakah engkau telah kawin?‟

Jawabku: „Belum.‟ Berkata beliau: „Kawinlah, sesungguhnya

yang paling baik dari umat ini adalah yang banyak kaum

wanitanya.”

Berdasarkan UU Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan, maka hukum

perkawinan di Indonesia menganut asas monogami, baik untuk pria maupun

Page 36: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

23

untuk wanita (vide pasal 3 (1) UU Nomor 1 tahun 1974). Hanya apabila

dikehendaki oleh yang bersangkutan, karena hukum dan agama dari yang

bersangkutan mengizinkannya, seorang suami dapat beristri lebih dari

seorang.

Pada zaman sekarang ini praktik poligami menuai berbagai macam

tanggapan dan pendapat tentang hukumnya, diantara pendapat-pendapat

ulama tentang hukum poligami: M. Quraish Shihab21

dalam menafsirkan Q.S.

An-Nisa‟ [4] ayat 3, tidak membuat satu peraturan tentang poligami, dan tidak

pula mewajibkan poligami ataupun menganjurkannya, jadi Q.S. An-Nisa‟ [4]

ayat 3 hanya berbicara tentang bolehnya poligami. Bolehnya poligami itupun

hanya sebagai pintu darurat, artinya pintu itu tidak boleh (haram) dibuka

apabila tidak dalam keadaan darurat, seperti seorang istri yang mandul atau

seorang istri yang terjangkit penyakit parah yang sulit untuk disembuhkan,

lalu bagaimana suaminya apabila menghadapi keadaan tersebut? Bagaimana

ia akan menyalurkan kebutuhan biologisnya atau memperoleh dambaan anak?

Saat itulah pintu poligami baru bisa dibuka. Jadi untuk membuka pintu

poligami itu syaratnya berat, poligami itu mirip pintu darurat dalam sebuah

pesawat terbang, yang boleh dibuka hanya dalam keadaan emergency

tertentu.22

Muh. Abduh berpendapat Poligami hukumnya hanya ada dua yaitu

boleh dan tidak boleh (haram). Boleh apabila dalam keadaan memaksa seperti

istri tidak bisa mengandung, juga kebolehan poligami mensyaratkan suami

21

Penulis buku Tafsir Al-Misbah. 22

A. Nikmah Mukhlisin, Hukum Poligami Dalam Perspektif Islam.html. Diakses 20 Maret 2016,

pukul 12:06 WIB.

Page 37: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

24

harus berbuat adil terhadap istri-istrinya, ini ada syarat yang sangat berat,

seandainya manusia bersikeras ingin berlaku adail tetap saja manusia tidak

bisa berlaku adil dalam membagi kasih sayangnya.23

Muhammad Asad berpendapat bahwa kebolehan poligami untuk beristri

maksimal empat (Q.S. An Nisa‟ [4] ayat 3) dibatasi dengan syarat juga yaitu

“apabila kamu takut, tidak mampu berbuat adil maka kawinilah satu saja“

karena beliau berpendapat untuk membuat perkawinan majemuk/poligami itu

hanya sangat mungkin dalam kasus-kasus yang luar biasa dan dalam kondisi

yang luar biasa juga“.24

Masjfuk Zuhdi berpendapat bahwa Islam memandang poligami lebih

banyak membawa resiko atau madharat dari pada manfaatnya, karenanya

manusia menurut fitrahnya manusia mempunyai watak cemburu, iri hati dan

suka mengeluh, watak-watak tersebut akan mudah timbul dalam kadar yang

tinggi jika hidup dalam kehidupan keluarga yang poligamis, oleh sebab itu

hukum asal perkawinan dalam Islam adalah monogami. Dengan demikian

poligami hanya diperbolehkan bila dalam keadaan darurat, misalnya

istrimandul, atau istri terkena penyakit yang menyebabkan tidak bisa

memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri.25

Aktivis Kaum Feminis Liberal Prof. Dr. Siti Musdah Mulia di dalam

bukunya yang berjudul “Islam Menggugat Poligami“ mengharamkan syari‟at

poligami karena dianggap sebagai pelanggaran terhadap HAM. Hal ini

23

Khoiruddin Nasution, Riba dan Poligami: Sebuah Studi atas Pemikiran Muhammad Abduh,

Jakarta, Pustaka Pelajar, 1996, hlm. 100. 24

Asghar Ali Engineer, PembebasanPerempuan, Yogyakarta, LKIS, 2003, hlm. 117. 25

Masjfuk Zuhdi, MasailFiqhiyyah, Jakarta, CV. Haji Masagung, 1989, hlm.12.

Page 38: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

25

tampak jelas pada bab kesimpulan: “Kesimpulannya, aspek negatif poligami

lebih besar daripada aspek positifnya. Dalam istilah agama, lebih banyak

mudharatnya ketimbang maslahatnya dan sesuai dengan kaidah fiqhiyah

segala sesuatu yang lebih banyak mudharatnya harus dihilangkan. Mengingat

dampak buruk poligami dalam kehidupan sosial, poligami dapat dinyatakan

haram lighairih (haram karena eksesnya). Karena itu, perlu diusulkan

pelarangan poligami secara mutlak sebab dipandang sebagai kejahatan

terhadap kemanusiaan (crime against humanity) dan pelanggaran terhadap hak

asasi manusia”.26

Banyak ulama yang menentang judul bukunya karena tidak tepat, Islam

tidak menggugat Poligami, yang benar seharusnya “Siti Musdah Mulia

Menggugat Poligami” karena dialah yang menggugat, bukan Islam.

Dari berbagai macam pendapat mengenai Hukum Poligami sepanjang

yang penulis ketahui. Aqidah yang kita punya mestinya membimbing kita

untuk percaya bahwa Islam membolehkan (dibedakan dari

menganjurkan/mensunahkan) berpoligami tetapi dengan berbagai macam

syarat yang teramat berat dan penuh ancaman, bahkan Nabi pun melarang Ali

radhiyallahu „anhu (r.a.) untuk memadu Fathimah yang menurut keyakinan

penulis, bukan karena emosi beliau, tetapi karena ilmu danpengetahuan beliau

yang luas terhadap kemungkinan yang akan terjadiserta domino effect-nya

terhadap perkembangan Islam yang baru sajalahir. Namun pun begitu,

26

Siti Musdah Mulia, Islam Menggugat Poligami, 2004, hlm. 193-194.

Page 39: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

26

Rasulullah tidak melarang umat untuk berpoligami karena Allah saja

membolehkannya dengan Q.S. [4]: 2-3.

Jadi menurut penulis, jalan keluarnya adalah dengan melarang apa yang

dibolehkan oleh Allah seperti yang banyak disuarakan oleh para pendukung

gerakan feminis akhir-akhir ini, tetapi seharusnya memberikan pemahaman

tentang ajaran Islam terkait poligami dengan segala seluk-beluknya. Selain

itu, umat tidak boleh salah paham terhadap peran Islam dalam mengatur dan

memperkecil peluang untuk berpoligami. Pemerintah Indonesia telah

mengatur masalah poligami ini melalui produk hukumnya yang berupa UU

nomor 1 Tahun 1974 Pasal 3, 4 dan 5 yang bunyinya sebagai berikut:

1. Pasal 3

a. Pada asasnya seorang pria hanya boleh memiliki seorang isteri. Seorang

wanitahanya boleh memiliki seorang suami.

b. Pengadilan, dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri

lebih dari seorang apabila dikendaki oleh pihak-pihak yang

bersangkutan.

2. Pasal 4

a. Dalam hal seorang suami akan beristri lebih dari seorang, sebagaimana

tersebut dalam pasal 3 ayat (2) Undang-undang ini, maka ia wajib

mengajukan permohonan ke Pengadilan di daerah tempat tinggalnya.

b. Pengadilan dimaksud dalam ayat (1) pasal ini hanya memberi izin

kepada suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila:

1) Istri tidak dapat memnjalankan kewajibannya sebagai istri;

Page 40: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

27

2) Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan;

3) Istri tidak dapat melahirkan keturunan.

3. Pasal 5

a. Untuk dapat mengajukan permohonan ke Pengadilan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) Undang-undang ini harus memenuhi

syarat-syarat berikut:

1) Adanya persetujuan dari istri/istri-istri;

2) Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-

keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka.

3) Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri

dan anak-anak mereka.

C. Sejarah Poligami

Poligami sudah berlangsung sejak jauh sebelum datangnya Islam.

Orang-orang Eropa yang sekarang kita sebut Rusia, Yugoslavia,

Cekoslovakia, Jerman, Belgia, Belanda, Denmark, Swedia dan Inggris

semuanya adalah bangsa-bangsa yang berpoligami. Demikian juga bangsa-

bangsa Timur seperti Ibrani dan Arab mereka juga berpoligami. Karena itu

tidak benar apabila ada tuduhan bahwa Islam yang melahirkan aturan tentang

poligami, sebab nyatanya aturan poligami yang berlaku sekarang ini juga

Page 41: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

28

hidup dan berkembang di negeri-negeri yang tidak menganut Islam, seperti

Afrika, India, Cina, dan Jepang.27

Agama Nasrani pada mulanya tidak mengharamkan poligami, karena

tidak ada satupun dalam Injil yang secara tegas melarang poligami. Apabila

orang-orang Kristen di Eropa melaksanakan monogami tidak lain hanyalah

karena kebanyakan seperti orang Yunani dan Romawi sudah lebih dulu

melarang poligami, kemudian setelah mereka memeluk agama Kristen mereka

tetap mengikuti kebiasaan nenek moyang mereka yang melarang poligami.

Dengan demikian, peraturan tentang monogami atau kawin dengan seorang

istri bukanlah peraturan dari agama Kristen yang masuk ke negeri mereka,

tetapi monogami adalah peraturan lama yang sudah berlaku sejak mereka

menganut agama berhala. Gereja hanya meneruskan larangan poligami dan

menganggapnya sebagai peraturan dari agama, padahal lembaran-lemabaran

dari Kitab Injil sendiri tidak menyebutkan adanya larangan poligami.28

D. Syarat Poligami

Dalam Poligami tercatat beberapa alasan-alasan yang dianggap

membolehkan terjadinya, seperti yang tercantum pada UU Nomor 1 tahun

1974 pasal 40 dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 57 yaitu:

1. Istri tidak dapat melayani suami seperti pada umumnya.

27

Emma Nayly Syifa, Perkawinan Poligami Menurut Hukum Islam dan Perundang-undangan di

Indonesia: Studi Kasus Pelaku Poligami di Desa Suruh Kec. Suruh Kab. Semarang 2011,

Salatiga, Jurusan Syari‟ah STAIN Salatiga, 2011, hlm. 19. 28

Ibid, hlm. 19-20.

Page 42: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

29

2. Istri mengalami cacat badan atau penyakit yang tidak kunjung sembuh.

3. Istri tidak dapat melahirkan keturunan.29

Selain alasan-alasan di atas, pelaku poligami harus mendapat

persetujuan dari istri terlebih dahulu baik secara lisan mapupun tulisan

(tertulis) dan persetujuan tersebut harus disebutkan di depan sidang

pengadilan. Pada saat proses pengizinan berpoligami disini (suami) harus bisa

menunjukkanbukti-bukti kepada Pengadilan Agama bahwa suami tersebut

sanggup menghidupi keluarga dan anak-anaknya, baik dari istri pertama

mapun kedua, serta berlaku adil sesuai dengan syariat agama yang telah

ditetapkan. Bukti-bukti tersebut antara lain dengan melampirkan surat

keterangan mengenai penghasilan suami yang ditandatangani oleh bendahara

tempat bekerja atau dengan menunjukkan surat keterangan pajak penghasilan

atau dengan surat keterangan lain yang dapat diterima oleh Pengadilan.

Permohonan izin poligami dapat dikabulkan oleh pihak Pengadilan

Agama menurut pertimbangan majelis hakim yaitu dengan melihat

persetujuan dari istri pertama tentang kesediaannya dipoligami atau tidakdan

ada beberapa pengajuan persyaratan yang terdapat di dalam UU Nomor 1

tahun 1974. Apabila ada salah satu persyaratan yang diajukan oleh pemohon

itu kurang, maka Pengadilan Agama berhak memutuskan menolak

berpoligami.30

29

Ibid, hlm. 20. 30

Emma Nayly Syifa, Perkawinan Poligami Menurut Hukum Islam dan Perundang-undangan di

Indonesia: Studi Kasus Pelaku Poligami di Desa Suruh Kec. Suruh Kab. Semarang 2011,

Salatiga, Jurusan Syari‟ah STAIN Salatiga, 2011, hlm. 20.

Page 43: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

30

E. Poligami Rasulullah SAW

Rasulullah mengawini Sayyidah Khadijah binti Khuwailid ketika beliau

berumur 25 tahun. Pada waktu itu, Khadijah adalah seorang janda yang telah

berumur 40 tahun lebih tua daripada Rasulullah 25 tahun. Selama 25 tahun

mereka hidup bersama, yaitu 15 tahun sebelum diangkat jadi Nabi dan 10

tahun setelah diangkat. Khadijah r.a. meninggal dunia 3 tahun sebelum hijrah.

Setelah kepergian Khadijah, sekitar tiga tahun, Rasulullah tidak menikah lagi.

Kemudian Rasulullah mengawini Aisyah binti Abu Bakar dan Saudah binti

Zum‟ah dalam waktu berdekatan.Salah seorang sejarawan menyebutkan

bahwa akad nikah Rasulullah dengan Aisyah dilakukan sebelum menikah

dengan Saudah sebelum Aisyah.31

Rasulullah baru memadu istrinya setelah berumur 53 tahun; artinya

beliau berpoligami setelah berusia tua. Padahal, nafsu seksual laki-laki akan

menurun pada umur empat puluh-an dan hal itu telah dibuktikan oleh

penelitian ilmiah. Waktu yang dihabiskan Rasulullah untuk beristri satu

adalah masa ketenangan dan kemantapan beliau.Adapun masa singkat

yangtidak lebih 10 tahun, masa beliau berpoligami adalah masa pergolakan,

perjuangan dan peperangan. Hal itu membuktikan beliau berpoligami bukan

31

Musfir Aj-Jahrani, Poligami Dari Berbagai Persepsi, Jakarta, Gema Insani Press, 2002, hlm. 93.

Page 44: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

31

karena dorongan syahwat,tetapi untuk kepentingan pelaksanaan syariat dan

kepentingan urusan politik serta kemanusiaan.32

Disebutkan dalam Sirah Nabi SAW, beberapa istri Rasulullah:

1. Khadijah binti Khuwailid

2. Aisyah binti Abu Bakar

3. Saudah binti Zum‟ah

4. Zainab binti Jahasyi al-„Asadiyyah

5. Ummu Salamah binti Abi Umayyah bin al-Mughirah

6. Hafshah binti Umar ibnul Khattab

7. Ummu Habibah Ramlah binti Abi Sufyan bin Harb

8. Juwairiyyah binti al-Harits al-Khuza‟iyyah

9. Shafiyyah bin Hayyi bin Akhtab

10. Maimunah binti al-Harits

11. Zainab binti Khuzaimah ibnul Harits

12. Asma binti an-Nu‟man al-Kindiyyah

13. Umrah binti Yazid al-Kilabiyyah

Ibnu Hisyam mengatakan bahwa Rasulullah SAW hanya menggauli

sebelas orang istrinya. Dua orang lagi, yaitu Asma binti an-Nu‟man dan

Umrah binti Yazid al-Kilabiyyah, beliau kembalikan kepada keluarganya

setelah satu-persatu diberi harta untuk mengobati kesedihannya.

32

Ibid, hlm. 93-92.

Page 45: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

32

F. Manfaat dan Madharat Poligami

Tidak diragukan lagi bahwa poligami jika dilihat dari satu sisi akan

mempunyai manfaat yang sangat berarti bagi pelakunya, tetapi jika dilihat dari

sisi lain sebaliknya akan menimbulkan banyak madharat. Sisi pertama,

poligami akan menimbulkan banyak manfaat, diantaranya:

1. Dalam hal negara dimana jumlah perempuan lebih banyak dari pada laki-

laki, maka poligami dapat mengatasi masalah krisis perkawinan. Karena

jika harus dipaksakan satu laki-laki dengan satu perempuan maka akan

terjadi kesenjangan bagi wanita yang tidak memiliki jodoh. Demikian

juga bagi laki-laki yang mempunyai nafsu super ekstra kuat, jika hanya

memiliki satu perempuan saja dan di saat itu pula istri sedang ada

halangan/datang bulan dan ia mempunyai kemampuan dan memenuhi

syarat poligami maka ia akan tersiksa jika ia tidak poligami.

2. Dalam hal istri tidak melahirkan keturunan, karena sakit, mandul dan

karena sebab lain maka poligami dapat dijadikan sebagai solusi bagi

suami untuk mengatasi masalah keturunan. Jika suami tidak mengambil

cara ini, apakah suami rela dengan kondisi tidak mempunyai anak karena

disebabkan istri mandul? Jika suami harus dipaksakan dengan kondisi

seperti itu, tentu istri juga menzalimi suami karena ia telah mengekang

suami harus menerima dengan kondisi istri tidak melahirkan keturunan.

Sisi kedua adalah madharat poligami, diantaranya:

Page 46: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

33

a. Kemungkinan suami tidak berlaku adil. Sebagai contoh misalnya,

kedua istrinya melahirkan anak perempuan dengan selisih hanya

beberapa minggu. Untuk anak dari istri mudanya dilaksanakan

kenduri, sedangkan untuk anak dari istri tuanya tidak diadakan upacara

apa-apa. Bisa jadi adik bungsunya ini menjadi pemberontak karena dia

tidak pernah merasakan kasih sayang dari bapaknya.

b. Poligami berpotensi menciptakan rasa cemburu bagi sesama istri. Jika

dipahami jiwa perempuan sangat sensitif dalam hal segala yang

berhubungan dengan cinta. Apapun bentuknya yang dapat menyerang

kemerdekaannya akan selalu ditolak oleh perempuan, terutama hal-hal

yang berhubungan dengan rasa cinta. Dalam istilah sinis poligami

sebenarnya merupakan tindakan penyimpangan di dalam perkawinan

pada umumnya:

1) Nikah poligami, sebagaimana telah penulis uraikan di atas, dimana

poligami itu merupakan perkawinan yang bertujuan untuk

mengatasi masalah suami tetapi dibalik itu menimbulkan masalah

baru yang dibebankan kepada istri yang dipoligami, istilah lain

mengatasi masalah, tetapi menimbulkan masalah.

2) Nikah mut‟ah, atau dengan istilah lain disebut kawin kontrak.

Dikatakan kawin kontrak karena orang hanya akan menikahi

perempuan yang ia kehendaki hanya untuk waktu tertentu, misalnya

satu (1) minggu atau 1 bulan. Setelah lewat waktu yang dijanjikan

maka habis dengan sendirinya. Perkawinan model ini tidak ada

Page 47: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

34

tujuan memperoleh atau memelihara keturunan, melainkan hanya

untuk memenuhi keperluan syahwat semata. Perkawinan model ini

dulu oleh Rasulullah SAW, diperbolehkan dan berjalan tidak lama,

tetapi kemudian Rasulullah melarang bentuk perkawinan ini,

sebagaimana disebut di dalam Hadis Riwayat Ibnu Majah:

د ا راع يايا اناس ا ك د نكى في االسر و انقيايح ذ يا ان ي للا دس ا اال

Artinya:Wahai manusia sesungguhnya dahulu saya mengizinkan

kawin mut‟ah kepada kamu sekalian, tetapi ingat sekarang

Allah SWT telah mengharamkan hingga hari qiamat.

Di dalam Hadis lain disebutkan sebagai berikut:

زسل للا ػه ات اتي طانة ا و ػ نذ ػ و خيثس يرؼح انساء ي

سيح س اال انذ

Artinya: Dari Ali bin Abi Thalib bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW

melarang kawin mut‟ah pada perang Khaibar dan melarang

memakan daging Himar Jinak.

Al-Khattabi menegaskan bahwa hukum keharaman kawin mut‟ah itu

telah ijma‟ (sepakat) ulama‟ kecuali sebagian Ulama Syi‟ah saja yang tidak

mengharamkan. Hukum keharaman nikah mut‟ah itu bahkan menurut Imam

al-Baihaqi dari Ja‟far bin Muhammad mengatakan bahwa nikah mut‟ah itu

termasuk zina.

3). Nikah Sirri. Istilah kawin sirri, baik di dalam kitab fikih maupun di

dalam UU Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan tidak diatur

dengan jelas, tetapi secara tekstual di dalam UU Nomor 1 tentang

perkawinan dapat dipahami pada Bab I Pasal 1 disebutkan bahwa

perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

Page 48: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

35

seorang wanita sebagi suami istri dengan tujuan membentuk

keluarga (rumah tangga) yang bahagia kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa. Pada pasal 2 ayat 1 disebutkan bahwa

perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-

masing agamanya dan kepercayaannya itu. Pada ayat 2 dijelaskan

bahwa tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Menurut penulis kawin sirri sah menurut agamnya, tetapi dari segi

perundang-undangan belum memenuhi kriteria, yaitu adanya pencatatan.

Pencatatan menurut penjelasan UU Nomor 1 tahun 1974 atau Peraturan

Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 tentang penjelasan UU Nomor 1 tahun 1974

tentang perkawinan ditegaskan bahwa pencatatan perkawinan dari mereka

yang melangsungkan perkawinan menurut agama Islam dilakukan oleh

pegawai pencatat sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 32 tahun 1954

tentang pencatatan nikah talak dan rujuk.

Tegasnya Pegawai Pencatat Nikah itu adalah Pejabat KUA setempat.

Perkawinan yang tidak memenuhi syarat ini, termasuk kawin sirri tidak

mempunyai akibat hukum, sehingga dikhawatirkan jika dikemudian hari

terjadi perselisihan yang mengakibatkan perceraian semua hak-hak wanita

yang dikawini sirri, seperti hak nafkah, rumah tempat tinggal, hak anak, hak

saling mewarisi tidak dapat dituntut di muka pengadilan, dan ini sangat

merugikan kepada pihak wanita yang dinikahi secara sirri.

Page 49: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

36

G. Perintah Berlaku Adil

Al-Qur‟an adalah kitab suci yang memuat asas dan nilai dasar

pandangan hidup Islami. Salah satu tema sentral di dalam kitab ini adalah

perintah kepada seluruh umat manusia yang beriman kepada Allah sang Maha

Pencipta supaya berlaku adil dan menegakkan keadilan yang berdasarkan

kebenaran.

Perintah berlaku adil dalam Islam meliputi semua bidang dan aspek

kehidupan, sejak dari soal-soal pribadi dan keluarga. Seorang muslim

diwajibkan adil ketika menegakkan hukum, adil dalam mendamaikan perkara

atau perselisihan, adil terhadap musuh, adil terhadap istri, adil terhadap anak,

bahkan adil terhadap diri sendiri.

Sebagaimana yang diungkapkan Quraish Shihab33

dalam bukunya

Wawasan Al-Qur‟an, bahwa keadilan yang dibicarakan dan dituntut oleh Al-

Qur‟an amat beragam, tidak hanya pada proses penetapan hukum atau

terhadap pihak yang berselisih, melainkan Al-Qur‟an juga menuntut keadilan

terhadap diri sendiri, baik ketika berucap, menulis, dan bersikap batin.

Firman Allah:

ذإد يأيسكى أ للا ئ ا تانؼدل ئ ذذك ان اس أ رى تي ئذا دك ها ا األيااخ ئن أ

يؼا تصيسا ) س كا للا ئ ا يؼظكى ت ؼ (85للا

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada

yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila

menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan

dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-

33

M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an (Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan Umat),

Mizan, Bandung, cet. IX, 1999, hlm. 112.

Page 50: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

37

baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar

lagi Maha Melihat. (Q.S. an-Nisa‟ [4]: 58).

Dalam hal ini merupakan tugas kaum muslimin sekaligus sebagai

akhlak, yaitu menunaikan amanat-amanat kepada yang berhak menerimanya

dengan memutuskan hukum dengan adil diantara “manusia” sesuai dengan

ajaran Allah.

H. Pengertian Adil

Keadilan adalah kata jadian dari kata “adil” yang terambil dari bahasa

Arab “adl”. Kamus-kamus bahasa Arab (al-I‟tidaalu: masdarnya I‟tidala yang

berarti “persamaan”). Persamaan tersebut sering dikaitkan dengan hal-hal

yang bersifat immaterial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “adil”

diartikan: 1) tidak berat sebelah/tidak memihak, 2) berpihak kepada

kebenaran, dan 3) sepatutnya/tidak sewenang-wenang.

Keadilan diungkapkan oleh Al-Qur‟an antara lain dengan kata-kata al-

„adl, al-qisth, al-mizan, dan dengan menafikan kezaliman, walaupun

pengertian keadilan tidak selalu menjadi antonim kezaliman. „Adl, yang

berarti “sama”, memberi kesan adanya dua pihak atau lebih, karena jika hanya

satu pihak, tidak akan terjadi “persamaan”.34

34

M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an (Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan Umat),

Mizan, Bandung, cet. IX, 1999, hlm. 111.

Page 51: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

38

Paling tidak ada empat makna keadilan yang dikemukakan oleh para

pakar agama, yaitu:35

1. Pertama, adil dalam arti “sama”. Si A dikatakan adil, karena yang

dimaksud adalah bahwa dia memperlakukan sama atau tidak membedakan

seseorang dengan yang lain. Tetapi harus digarisbawahi bahwa persamaan

yang dimaksud adalah dalam hak.

2. Kedua, adil dalam arti “seimbang”. Keseimbangan ditentukan pada suatu

kelompok yang di dalamnya terdapat beragam bagian yang menuju satu

tujuan tertentu, selama syarat dan kadar tertentu terpenuhi oleh setiap

bagian.

3. Ketiga, adil adalah perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikan

hak-hak itu kepada setiap pemiliknya. Pengertian inilah yang didefinisikan

dengan “menempatkan sesuatu pada tempatnya” atau memberi pihak lain

haknya melalui jalur yang terdekat.

4. Keempat, adil yang dinisbatkan pada Ilahi. Adil di sini berarti “memelihara

kewajaran atas berlanjutnya eksistensi, tidak mencegah kelanjutan

eksistensi dan perolehan rahmat sewaktu terdapat banyak kemungkinan

untuk itu”.

I. Hikmah Poligami

Islam adalah agama yang mengatur tentang kemasyarakatan. Islam

mempunyai konsep kemanusiaan yang luhur, harus dibebankan kepada

35

Ibid, hlm. 114-116.

Page 52: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

39

manusia untuk menegakkannya dan harus disebarluaskan kepada seluruh umat

manusia. Risalah Islamiyah tidak akan tegak tanpa ada kekuatan yang

mendukung. Pemerintah harus mengelola segala segi, seperti pertahanan

keamanan, pendidikan, industri, perdagangan, dan sektor-sektor lain yang

menunjang tegaknya suatu pemerintahan. Semuanya itu tidak akan sempurna

tanpa adanya orang-orang yang hidup pada tiap generasi yang banyak

jumlahnya. Jalan untuk mendapatkan massa yang banyak ini ialah dengan

kawin dan memperbanyak keturunan.

Negara-negara yang maju banyak membutuhkan sumber daya manusia

untuk tenaga kerja maupun untuk keperluan pertahanan keamanan. Di negara-

negara yang sedang dilanda peperangan tidak jarang rakyatnya gugur di

medan perang dan banyak janda-janda yang harus dilindungi. Tidak ada jalan

yang terbaik untuk melindungi mereka selain dengan mengawini mereka dan

tidak ada jalan untuk menggantikan orang yang gugur di peperangan itu selain

dengan memperbanyak keturunan, dan poligami adalah jalan untuk

memperbanyak keturunan.

Demikian pula di beberapa negara, yang penduduk perempuannya lebih

banyak dari laki-lakinya, seperti yang lazim terjadi di negara yang habis

berperang. Bahkan pertambahan jumlah kaum perempuan pasti terjadi pada

banyak negara meskipun dalam suasana damai, karena kesibukan kerja

menyebabkan kaum lelaki cepat tua dan berarti membuat mereka cepat mati,

oleh karenanya jumlah kaum perempuan akan lebih banyak dari kaum laki-

laki. Perbedaan jumlah ini mengharuskan adanya poligami untuk menjaga dan

Page 53: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

40

melindungi perempuan. Apabila mereka dibiarkan hidup sendiri mereka lebih

mudah terombang-ambing dan gampang terjerumus ke dalam perbuatan nista

yang akan merusak kehidupan masyarakat, akhlak mereka akan rusak dan

mereka akan merana sendirian.

Seorang laki-laki bisa mempunyai kesanggupan untuk berketurunan

lebih kuat daripada perempuan. Laki-laki sanggup melaksanakan tugas

biologisnya sejak ia baligh sampai usia akhirnya. Sedang kaum perempuan

tidak mampu melaksanakannya di waktu sedang haid, nifas, hamil dan waktu

menyusui. Kesanggupan kaum perempuan untuk berketurunan terbatas

sampai usia antara 40 tahun hingga 50 tahun, sedangkan kaum lelaki sanggup

sampai usia 60 tahun lebih.

Apabila perempuan dalam keadaan seperti tersebut di atas tidak dapat

melaksanakan fungsinya sebagai seorang istri lantas apa yang harus dilakukan

oleh suaminya? Apakah ia harus menyalurkannya kepada istrinya yang halal

untuk menjaga kehormatannya ataukah ia harus mencari penyaluran seperti

yang dilakukan oleh binatang? Tanpa perkawinan sah? Padahal Islam secara

tegas melarang pelacuran. Firman Allah SWT:

فادشح كا ا ئ ال ذقستا انز (43ساء سثيال )

Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina, Sesungguhnya zina itu adalah

suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. (Q.S. al-

Isra‟[17]: 32).

Kadang-kadang ada seorang suami mempunyai istri berpenyakit atau

mandul yang tidak dapat diharapkan sembuhnya, padahal si istri ingin tetap

Page 54: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

41

bersama suaminya, sedang suami menginginkan adanya anak serta punya istri

yang dapat mengatur rumah tangganya. Dalam keadaan seperti ini apakah

suami harus tetap rela dengan menanggung beban yang menyedihkan? Tetap

bersama istrinya yang berpenyakit atau mandul, yang tidak dapat mengatur

rumah tangganya, dan beban itu harus dipikul suami sendirian? Ataukah si

istri harus diceraikan padahal ia masih mencintai suaminya dan suami juga

masih mencintainya, ia tidak mau menyakiti istri dengan menceraikan

istrinya? Ataukah kasih sayang suami istri itu tetap diteruskan tetapi suami

kawin dengan perempuan lain tanpa harus berpisah dengan istri lama dan

kemaslahatan keduanya masih tetap terjaga? Inilah petunjuk terbaik yang

lebih layak untuk diterima.

Kadang-kadang juga ada seorang laki-laki yang karena kejiwaannya

atau karena fisiknya sangatkuat nafsu seksnya, ia belum akan puas kalau

hanya dilayani oleh seorang istri, maka sebagai gantinya agar ia tidak

mengambil gundik yang akan merusakkan moralnya, ia diijinkan untuk

memuaskan nafsu (gharizahnya) dengan jalan yang halal, yaitu berpoligami.

J. Definisi Kelurga Salafi

Masalah salafi telah banyak dikaji oleh ulama-ulama terdahulu

meskipun mereka memberikan peristilahan yang berbeda-beda. Ada yang

menamakan akidah Ahl al-Sunnah wa al-Jamaah, karena Ahl al-Sunnah tidak

bisa dipisahkan dengan salafi. Keduanya konsisten terhadap al-Qur‟an dan

Page 55: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

42

Sunnah Rasulullah SAW, yaitu mendahulukan kedua sumber ini dari produk

pemikiran yang lain.

1. Salaf

Perlu penulis jelaskan seputar hakikat salaf, salafi dan salafiah.

Ditinjau dari segi bahasa, salaf berasal dari kata bahasa Arab: Salafa (Fi‟il

Madhi), Yaslufu (Fi‟il Mudhori‟) dan Salafan wa Sulufan (Isim

Masdarnya), yang apabila ditulis menjadi:

اف ه س –ا ف ه س – ف ه س ي – ف ه س 36

Salafa berarti terdahulu sebagaiman dalam ungkapan al-umam al-

salifah yang berarti generasi terdahulu.37

Salaf dengan makna ini sinonim dengan kata qablu (قثم), dan menjadi

antonim dari kata khalaf (خهف) atau ba‟du (تؼد) yang berarti datang

kemudian.

Kata salaf ditemukan dalam Al-Qur‟an berulang kali yang

kesemuanya berarti masa lampau, di antara firman Allah SWT, yang

menyebutkan kata salaf adalah sebagai berikut:

a. Surah al-Zukhruf [43]: 56, Allah SWT, berfirman:

( يثال نآلخسي (85فجؼهاى سهف ا

Artinya: Dan Kami jadikan mereka kelompok yang terdahulu serta

menjadi perempuan bagi kelompok yang datang kemudian.

36

Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Ciputat, Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah, 2010, hlm.

178. 37

Andi Aderus, Karakteristik Pemikiran Salafi di Tengah Aliran-Aliran Pemikiran Keislaman,

Jakarta, Kementerian Agama RI, 2011, hlm. 52.

Page 56: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

43

Pengertian salaf pada ayat tersebut adalah umat para nabi dan

rasul terdahulu, mereka dianggap sebagai contoh dan perumpamaan

dalam ketaatan dan kekufuran. Penggunaan kata salaf dari ayat tersebut

berlaku secara umum untuk seluruh umat yang terdahulu tanpa batas

pada satu kurun waktu tertentu.

b. Surat al-Nisa‟ [4]: 22, Allah SWT berfirman:

ساء يقرا فادشح كا انساء ئال يا قد سهف ئ كذا يا كخ آتاؤكى ي ال ذ

(33سثيال )

Artinya: Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang Telah

dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang Telah

lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci

Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).

c. Suratal-Nisa‟[4]: 23, Allah SWT berfirman:

تاخ تاخ األر خاالذكى اذكى ػ اذكى أخ تاذكى اذكى يد ػهيكى أي دس

اخ سائكى أي ضاػح انس اذكى ي أخ اذكى انالذي أزضؼكى أي األخد

زتائثكى انالذي في نى ذكا دخهرى فا سائكى انالذي دخهرى ت دجزكى ي

األخري ؼا تي ذج أ أصالتكى ي دالئم أتائكى ان ري فال جاح ػهيكى ت

غف كا للا ا )ئال يا قد سهف ئ ا زدي (34ز

Artinya: Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu

yang perempuan38

; saudara-saudaramu yang perempuan, 38

Maksud ibu di sini ialah ibu, nenek dan seterusnya ke atas. dan yang dimaksud dengan anak

perempuan ialah anak perempuan, cucu perempuan dan seterusnya ke bawah, demikian juga yang

lain-lainnya. Sedang yang dimaksud dengan anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu,

menurut Jumhur ulama termasuk juga anak tiri yang tidak dalam pemeliharaannya.

Page 57: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

44

Saudara-saudara bapakmu yang perempuan; Saudara-saudara

ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-

saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari

saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang

menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu

istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam

pemeliharaanmu dari istri yang Telah kamu campuri, tetapi

jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu

ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan

diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu);

dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang

bersaudara, kecuali yang Telah terjadi pada masa lampau;

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Kata „salafa‟ pada ayat-ayat tersebut berarti masa lampau atau masa

yang telah berlalu tanpa ada batasannya, hal itu sejalan dengan arti leksikal

kata salaf yang terdapat dalam beberapa kamus yang populer seperti lisan

al-Arab.

2. Salafi

Kata “salafi” adalah bentuk nisbat terhadap kata al-salaf. Secara

epistimologis, kata al-salaf sendiri bermakna “orang-orang yang hidup

sebelum zaman kita”.39

Adapun secara terminologis, al-salaf mengacu

pada sebuah hadis nabi riwayat Bukhari dan Muslim yang berbunyi:

“Sebaik-baik manusia adalah (yang hidup) di masaku, kemudian yang

mengikuti mereka (tabi‟in), kemudian yang mengikuti mereka (tabi‟ at-

tabi‟in)”.

Dari hadis ini, al-salaf dapat dimaknai sebagai “generasi tiga abad

pertama sepeninggal Rasulullah”, yakni para sahabat, para tabi‟in

(pengikut Nabi setelah masa tabi‟in). Oleh karena itu, seorang Salafi

39

Abu al-Fadhl Muhammad ibnu Manzhur: Qamus Lisan al-Arab, Dar as-Shadir, Beirut, Lebanon

1410 H, Cet.ke-1, entri Sa-La-Fa, jilid 6, hlm. 330.

Page 58: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

45

berartiseseorang yang mengikuti ajaran para sahabat Nabi SAW, tabi‟in

dan tabi‟ at-tabi‟in.40

Dari definisi di atas, sebenarnya tidak ada yang salah dengan klaim

salafi ini. Sebab, setiap muslim tentu mengakui legalitas kedudukan para

sahabat Nabi SAW dan dua generasi terbaik umat Islam sesudahnya

(tabi‟in dan tabi‟ at-tabi‟in). Siapa pun yang mengaku muslim sedikit

banyak memiliki kadar ke”salafi”an dalam dirinya, meskipun ia tidak

menggembar-gemborkan bahwa ia seorang salafi. Sebab, sejatinya maksud

dari salafi tidak lain adalah Islam itu sendiri.41

Ditinjau dari segi sejarah, para ulama berbeda persepsi dalam

mendefinisikan salafi. Perbedaan tersebut timbul akibat dari sisi pandang

mereka yang berbeda dalam melihat siapa sebenarnya yang dimaksud

dengan salafi, atau sampai kurun waktu mana gelar salafi itu semestinya.

Penamaan salafi dengan konotasi ini memiliki dua makna:

a. Manusianya

Yaitu orang yang hidup dalam masa dan kurun waktu tertentu.

Kurun waktu inilah yang menjadi perdebatan, sampai kapan gelar salafi

itu bisa diberikan sehingga muncullah pengelompokan kurun waktu

seputar penamaan salafi.

40

Dari kata ini kita kemudian sering mendengar kata lainnya, seperti Salafuna Shalih (generasi

pendahulu kita yang saleh-salah), Salafiyah (yang berarti ajaran atau paham Salaf) atau

Salafiyun/Salafiyin yang merupakan bentuk plural dari kataSalafi. 41

Syaikh Idarham, Ulama Sejagad Menggugat Salafi Wahabi, Yogyakarta, Pustaka Pesantren,

2011, hlm. 34.

Page 59: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

46

1) Sahabat dan Tabi‟in

Penamaan salaf kepada sahabat dan tabi‟in hampir ditemukan

pada setiap buku yang mengkaji masalah salafi, bahkan mereka

dikenal dengan salafal-saleh, sehingga umat Islam yang mengikuti

cara hidup dan langkah-langkah mereka dalam kehidupan beragama

disebut dengan salafi.

Ada yang membatasi penamaan salaf pada dua generasi

tersebut, sementara generasi setelahnya bukan lagi salaf tetapi

sudah menjadi khalaf, meski demikian, mereka yang konsisten

mengikuti alur hidup sahabat dan tabi‟in dapat dikategorikan

sebagai salafi.42

Pemahaman seperti ini memberikan indikasi bahwa imam

empat madzhab bukan salaf, tetapi mereka adalah salafi karena

mereka konsisten dalam memahami agama sama seperti sahabat

dan tabi‟in.

Pendapat yang masih membatasi salafi pada dua generasi

pertama, sahabat dan tabi‟in beralasan bahwa sahabat dan tabi‟in

adalah dua generasi yang masih hidup dalam iklim yang telah

dibentuk Rasulullah SAW, di Madinah, sehingga kemungkinan

tradisi, budaya dan peradaban Islam benar-benar masih murni hasil

gemblengan Rasulullah SAW. Di samping itu, umat Islam belum

42

Sayyid Abdul Aziz al-Sailiy, al-aqidah al-Salafiyah baina al-Imam Ibn Hanbal wa al-Imam Ibn

Taimiyyah, Kairo, Dar al-Manar, 1993, hlm. 26.

Page 60: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

47

terlalu banyak bersentuhan dengan peradaban lain di negeri yang

telah dibebaskan oleh umat Islam.

2) Tiga abad pertama umat Islam

Peristilahan salaf dan salafi erat kaitannya dengan kurun

waktu dan bukan orang perorangan, atau kelompok, karena di

antara para sahabat dan tabi‟in tidak semuanya salaf al-saleh,

diantara mereka ada yang memiliki akhlak yang jauh dari nilai-nilai

keislaman, sehingga dalam berbagai hal ditemukan hukum hudud

dan cambuk bagi mereka yang melakukan pelanggaran.

b. Metodologinya

Yaitu metodologi salaf yang dianut oleh sekelompok orang,

sehingga arah pemikiran mereka disebut dengan pemikiran salafi. Salafi

tidak terikat dengan kurun waktu atau generasi, tetapi salafi senantiasa

bergulir dari masa ke masa dan tidak pernah berhenti dengan terhentinya

sebuah kurun waktu atau generasi, karena salafi lebih bertuju pada cara

berpikir, bersikap serta metodologi yang digunakan dalam beragama.

Seseorang boleh jadi dari segi waktu diluar batas salaf, tetapi dari segi

cara berfikir dan metodologi beragama yang digunakan maka ia adalah

salafi.

Para ulama berusaha mencarikesimpulan siapa sebenarnya yang

berhak menyandang label salafi, apakah mereka yang menamakan

dirinya sebagai salafi kemudian bergabung dengan ikatan salafiah, atau

cukup melihat sikap dan metode beragama yang dipakai. Mustafa

Page 61: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

48

Hilmi43

memberikan kesimpulan bahwa salafi adalah mereka yang

cukup memiliki tiga kriteria,44

siapapun orangnya maka ia berhak

menyandang nama salafi, kriteria tersebut adalah:

1). Memandang agama Islam sebagai satu kesatuan

2). Pemikiran Salafi adalah kemajuan beragama

3). Memiliki jati diri dan bukan penjiplak

Salafi juga adalah mereka yang menjaga kemurnian akidah Islam

dari hal-hal yang berbau syirik atau hal-hal yang bid‟ah, yang

sebenarnya tidak masuk dalam bagian akidah Islam. Penulis lebih

cenderung mendefinisikan salafi yang berarti metodologi berpikir salaf

tanpa melibatkan label-label lain. Salafi juga adalah para ulama yang

menjaga ketat kemurnian Akidah Islam, yang memiliki pemahaman

mendalam tentang agama Islam serta merealisasikannya dalam

kehidupan, baik perkataan, keyakinan maupun perbuatan secara lahir

dan batin, yaitu mereka yang memegang prinsip-prinsip berikut:

a. Mereka yang mengatakan kami beriman sebagaimana para sahabat

dan tabi‟in beriman serta ulama-ulama yang solih mengembalikan

segala persoalan umat kepada Al-Qur‟an dan Hadis.

b. Umat Islam yang berpegang teguh pada Al-Qur‟an dan Hadis.

c. Umat Islam yang mengembalikan segala persoalannya kepada Al-

Qur‟an dan hadis baik dari sisi akidah maupun dari segi yang lain,

43

Guru besar pada fakultas Dar al-Ulum Universitas Cairo Mesir. 44

Mustafa Hilmi, Qowaid al-Manhaj al-Salafi (Cet, II; Iskandariah: Dar al-Da‟wah, 1991, hlm.

209.

Page 62: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

49

kesemua ini dilakukan sebagai ikutan kepada para sahabat dan

tabi‟in.

d. Umat Islam yang tidak bertaqlid kepada siapa-siapa, tetapi

menjadikan Rasulullah sebagai contoh teladan dalam

kehidupannya.45

3. Salafiah

Salafiah berarti organisasi, ikatan, atau pemikiran yang menghimpun

orang-orang yang menamakan dirinya salafi, dengan demikian salafiah

berarti sebuah kelompok yang mengikat diri dalam sebuah wadah yang

ingin konsisten dengan kelompok terdahulu, atau sebuah pemikiran yang

mengacu pada metodologi kaum salaf.46

Penelusuran makna salaf, salafi dan salafiah dapat dipahami bahwa

salaf, salafi serta salafiah tidak bisa dipisahkan. Lahirnya salafi karena

keinginan keras untuk mempertahankan metode beragama yang dipegangi

oleh salaf, keinginan keras tersebut mendorong terbentuknya komunitas

tersendiri yang terikat dalam sebuah wadah yang disebut dengan salafiah.47

45

Abu Usman Ismail bin Abd Rahman Al-Sabuny, Aqidah al-Salaf, al-Kurdy, Kairo, 1325 H, hlm.

236. 46

Andi Aderus, Karakteristik Pemikiran Salafi di Tengah Aliran-Aliran Pemikiran Keislaman,

Jakarta, Kementerian Agama RI, 2011, hlm. 76. 47

Ibid, hlm. 76.

Page 63: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

50

BAB III

POTRET KELUARGA BAPAK AR

A. Profil Bapak AR

Bapak AR48

adalah seorang laki-laki yang dilahirkan pada tanggal 30

Juli 1963. Artinya saat ini bapak AR berusia 53 tahun. Bapak AR tentunya

berkewarganegaraan Indonesia dengan suku Jawa, berpostur tubuh bisa

dibilang standar dengan tinggi badan 165 cm. Agama bapak AR adalah Islam

yang taat beragama dan pengetahuan agama yang tidak diragukan lagi. Orang

tuanya adalah pendiri dan pengasuh pesantren di pondok pesantren di salah

satu kecamatan di kabupaten Semarang pada waktu itu yang sampai sekarang

masih diperingati haulnya tiap bulan rajab.

Bapak AR selain belajar dari orang tuanya sendiri, juga memiliki

riwayat pendidikan yang baik. Mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah

Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Aliyah (MA). Selama di belajar di

MAN di Porwodadi bapak AR juga belajar di pondok pesantren di Porwodadi.

Pendidikan Informal bapak ARberjumlah sembilan puluh sembilan (99)

guru (sesuai jumlah asma‟ul husna) yang diperolehnya dengan menyantri dan

tabarukan. Al-Qur‟an beliau pelajari di Kudus dengan pengasuh K.H. Arwani.

Bapak AR juga pernah bertabarukan dengan Habib Lutfi Pekalongan dan

masih banyak lainnya.

48

AR adalah bukan nama asli. Sebenarnya namanya adalah dua kata yang peneliti singkat AR.

Merupakan nama seorang yang berpoligami dimana peneliti melihat langsung prosesi nikah

sirrinya di tahun 2008.

Page 64: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

51

Pekerjaan utama bapak AR sekarang adalah berdagang sembako dan

membuat kerajinan di rumahnya. Kehidupan ekonomi keluarga bapak AR bisa

dikatakan menengah keatas.

B. Landasan Bapak AR dalam Berpoligami

Alasan bapak AR dalam berpoligami yang dapat diterima adalah

Mengikuti Rasulullah; tatkala wafat beliau meninggalkan Sembilan orang

istri.Tanpa ada keraguan, Rasulullah adalahteladan yang baik bagi kaum

muslimin dalam semua urusan, kecuali hal yang dikhususkan bagi beliau.

Allah SWT berfirman:

ذكس للا و اآلخس اني يسج للا كا ج دسح ن أس نكى في زسل للا نقد كا

ا (32) كثيس

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharat (rahmat)

Allahdan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama

Allah.” (Q.S. al-Ahzab: 21).

C. Bapak AR Memaknai Kata “al-Adl”

Bapak AR mengutarakan dalil:

دسصرى ن انساء ذؼدنا تي ذسرطيؼا أ ن

Page 65: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

52

Artinya: Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-

isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian. (An-Nisa‟

[4]: 129).

Manusia hanya berusaha untuk berlaku adil, karena yang bisa berlaku

adil hanyalah Allah SWT. Sesuai firman Allah dalam Surat At-Tiin ayat 8,

yang artinya bukankah Allah hakim yang paling adil?.

D. Kesalafian Bapak AR dan Keluarganya

Pendapat narasumber bisa peneliti terima juga bahwa yang namanya

keluarga salafi adalah keluarga yang beragama islam tentunya yang

mengetahui ajaran keempat Imam Madzhab yang terkenal. Keempat Imam

Madzhab tersebuta adalah Imam Maliki, Imam Hanafi, Imam Hambali dan

Imam Syafi‟i. Salafi di Indonesia terutama menganut Ahlus Sunnah Wal

Jamaah adalah lebih condong hanya mengikuti Imam Syafi‟i. Salafi di

Indonesi yang menganut paham Wahabi, yaitu Salafi Wahabi lebih condong

pada Imam Hambali yang mana lebih mengikuti pemikiran Ibnu Taimiyah.

Pelaku poligami dari keluarga salafi yang informasi peneliti dapatkan

bahwa alasan melakukan poligaminya bisa diterima. Meningkatkan Iman Istri

yang pertama dan kedua serta pelaku poligami sendiri yang disini adalah

suami. Alasan beliau sudah tentu pengetahuan yang di atas peneliti karena

sudah ke ranah ilmu hakikat.

Pelaku poligami tentu juga tidak ada niat menyengsarakan istri pertama

dan anak-anaknya. Ketika beliau waktu akan menikahi calon istri kedua

Page 66: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

53

adalah dengan alasan menolong. Bisa dalam hal ekonomi dan psikologis.

Tidak ada niatan dalam hatinya untuk menceraikan istri pertama baru

menikahi istri kedua. Pada waktu akad ijab qobul walapun dilakukan dengan

nikah sirri, istri pertama juga diajak di lokasi ijab qobul. Menyaksikan secara

langsung, yang mana itu kebijaksanaan bapak yang mengijabkan yang

menganjurkan mengajaknya dan menanyai kesediaannya untuk dipoligami.

Sampai sekarang keluarga bapak AR rukun-rukun saja, walaupun antara

istri pertama dan kedua tidak dalam satu rumah. Masalah keadilan bapak AR

laksanakan. Keadilan yang meliputi nafkah lahir dan batin.

E. Pendidikan Bapak AR

Bapak AR terlahir dari keluarga yang taat beragama. Terdidik dari

lingkungan pesantren karena orang tuanya juga pendiri dan pengasuh.

Pendidikannya terdiri dari pendidikan formal dan informal.

1. Pendidikan Formal

Pendidikan formal bapak AR ditempuh di SD Reksosari, SMP NU

Suruh, dan MAN Purwodadi.

2. Pendidikan Informal

Taman Pendidikan al-Qur‟an (TPQ) Ar-Rohmah Reksosari,

Madrasah Diniyyah Darul Ulum Reksosari, Pondok Pesantren Tajul Ulum

Brabo Purwodadi, Pondok Pesantren Ringin Agung Kediri yaitu khusus

mondok kitab kuning dan nahwu-sorof. Bertabarukan (ngalab berkah:

Jawa, yang maksudnya menguatkan ilmu yang telah diterima) di Pondok

Page 67: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

54

Pesantren Lasem yang diasuh oleh Mbah Amin, Pondok Pesantren Ploso,

Habib Muh di Jogja, Habib Abdullah di Kendal, Gus Miek, Banten,

Sumatra, Madura: Habib Sholeh, Magelang dan lain-lain.49

F. Keluarga Bapak AR

Bapak AR sebagai kepala keluarga bisa membawa dan memimpin

keluarganya sebagai keluarga yang harmonis. Harmonis karena peran bapak

AR yang maksimal dengan didukung pengetahuan beliau yang tinggi,

terutama dalam bidang agama dan ekonomi yang cukup. Cara berfikir beliau

sudah mencapai tingkatan hakikat. Pengetahuan beliau tentang syari‟ah pun

sudah baik. Makanya beliau berani memutuskan untuk berpoligami.

1. Istri Pertama Bapak AR

Bapak AR menikah dengan Ibu MS50

pada usia 25 tahun. Bapak AR

menikahi ibu MS tanpa pacaran. Sebelum menikahi ibu MS, dulu bapak

AR melihat ibu MS hanya dua kali. Pertama, ketika masih duduk di bangku

Madarasah Ibtidaiyah (MI). Kedua, ketika bapak AR menginjak usia

remaja, dan waktu ibu MS diajak orang tuanya bersilaturrahmi ke

pesantren ataupun rumah orang tua bapak AR.

Prosesi melamar ibu MS pada waktu itu bapak AR melamar sendiri ke

orang tuanya ibu MS. Baru besoknya orang tua bapak AR menguatkan

(mentaukidi) lamarannya.

49

Wawancara, 2 Juni 2016. 50

MS adalah bukan nama asli. Adalah istri pertama bapak AR.

Page 68: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

55

Bapak AR menjalin keluarga dengan istri pertama sudah dikaruniai

tiga orang putra. Anak sulungnya kelahiran tahun 1992 dengan jenis

kelamin laki-laki. Anak kedua baru lulus Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) di tahun 2016 ini dengan jenis kelamin laki-laki juga. Si bungsu

masih duduk di bangku MI kelas 4 dengan berjenis kelamin perempuan.

2. Istri Kedua Bapak AR

Bapak AR menikahi ibu MN51

yaitu pada tahun 2008. Beliau

menikah dengan istri kedua dengan cara sirri, yang dilaksanakan di

salah satu desa di kabupaten Boyolali. Peneliti melihat secara langsung

prosesi nikah sirri tersebut. Tentunya sah secara agama Islam karena

syarat dan rukun sudah terpenuhi pada waktu itu.

Bapak AR dapat membawa ibu MN dan anak-anaknya (sudah

mempunyai 2 orang putra dengan suami sebelumnya) menjadi keluarga

bahagia. Antara ibu MS dan ibu MN tidak ada perseteruan ataupun

percekcokan bahkan perselisihan.

G. Kondisi Ekonomi Bapak AR

Poligami yang dilakukan dapat harmonis dilatarbelakangi pelakunya

memiliki ekonomi yang mapan dan pengetahuan agama yang baik. Selama

peneliti berkunjung dan berwawancara di kediaman bapak AR, peneliti

melihat kekayaannya meliputi:

51

MN adalah bukan nama asli yang merupakan istri kedua dari bapak AR.

Page 69: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

56

1. Rumah

Bapak AR memiliki rumah dua (desain rumah desa yang digabung

jadi satu) dengan ukuran kurang lebih 20 m x 12 m. Bahan dasar bangunan

adalah kayu jati dengan lantai sudah berkeramik.

2. Properti

Properti yang bapak AR miliki diantaranya TV fullset, dan laptop

yang digunakan anak pertamanya bekerja di toko cutting sticker di daerah

Desa Reksosari Kecamatan Suruh. Kulkas dan meja kursi diletakkan di

rumah belakang sebagai tempat khusus keluarga.

3. Mobil

Mobil carry berwarna merah terparkir di garasi pada waktu peneliti

melakukan wawancara. Plat H (Kabupaten Semarang) yang biasanya

digunakan untuk belanja barang-barang sembako dan snack ciki-ciki yang

tiap hari para pedagang kecil-kecil di sekitar desa Sumberejo pada

mengambil (kulakan) di rumah bapak AR.

4. Sawah

Bapak AR juga memiliki sawah yang luas, tetapi pengelolaannya

adalah sistem dikerjakan tetangganya yang ketika panen bapak AR

menerima separo (bahasa Jawa yang artinya setengah) dari hasil panen.

Ketika berwawancara di rumah bapak AR terdapat sepuluh karung gabah

yang merupakan satu panen yang sudah dibagi dengan tetangganya yang

menggarap sawah.

Page 70: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

57

5. Kendaraan

Kendaraan roda dua (motor) merk ShogunR yang dimiliki bapak AR

yang biasanya digunakan anak pertamanya untuk bekerja di toko stiker.

Bapak AR belum membelikan motor untuk anak keduanya karena baru saja

lulus SMK dan belum meminta dan belum terlalu membutuhkannya.

H. Kehidupan Keluarga Bapak AR

Bapak AR bersikukuh keluarganya adalah keluarga salafi. Salafi yang

beliau maksud adalah orang islam yang mengetahui ajaran keempat Imam

Madzhab yang masyhur dan berkembang di Indonesia. Imam Madzhab

tersebut adalah Imam Syafi‟i, Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Hanafi, Imam

Maliki. Beliau mengikuti ajaran keempat Imam Madzhab tersebut dan yang

lebih banyak diikuti adalah ajaran dari Imam Syafi‟i karena sesuai dengan

ideologinya yang mengikuti ajaran Ahlus Sunnah Wal Jamaah.

Perkembangan keluarga salafi di Sumberejo adalah dimulai dari bapak

AR ini mengajak satu keluarganya. Karena bapak AR adalah seorang putra

dari seorang Kiai maka banyak orang-orang, keluarga dan warga di Desa

Sumberejo mengikuti ajarannya. Bapak AR sekarang juga merupakan seorang

tokoh agama di Desa Sumberejo.

Page 71: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

58

Foto ketika berwawancara dengan narasumber:

Foto Narasumber dengan putra kedua dari istri pertama:

Page 72: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

59

Foto narasumber, yaitu bapak AR (tengah) dengan anak pertama (kiri) dan

anak kedua (kanan) dari istri yang pertama:

Page 73: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

60

BAB IV

POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA BAPAK AR

A. Latar Belakang Poligami Bapak AR

Bapak AR memutuskan untuk melakukan poligami, yang pertama

karena termotivasi untuk belajar adil. Beliau juga berkeinginan merasakan

sebuah poligami yang disahkanoleh Allah SWT. Kemudian bapak AR juga

berkata, “Kedua, saya mempunyai tanggung jawab pada saat ingin melakukan

poligami, semata-mata menolong seseorang atau wanita yang perlu sangat

perlu sekali untuk ditolong. Pada saat itu misalkan saya mengetahui imannya

sangat lemah, ekonominya juga sangat lemah. Sehingga bagaiman saya untuk

membangkitkan ekonomi dan keimanan. Jadi, saya mengambil suatu

kebijaksanaan, dia harus dipoligami. Tanpa saya poligami kemungkinan besar

untuk meningkatkan kualitas keimanannya tidak bisa”.

Bapak AR juga mempunyai alasan yang terkuat mengapa beliau

memutuskan untuk poligami adalah untuk menaikkan keimanan istri yang

pertama. Beliau menambahkan, “Karena apa, faktor iman itu hanya dilandasi

dengan lima (5) kata, yaitu 1). Sabar, 2). Ngalah (Jawa), 3). Loman (Jawa), 4).

Narimo (Jawa), dan 5). Ikhlas. Iman yang kuat adalah saya ulangi lagi sabar,

narimo, ngalah, loman dan ikhlas. Dipoligami ikhlas tidak, narimo tidak. Ini

untuk menaikkan kualitasnya. Tanpa ada niat seperti itu tidak ada alasan yang

kuat untuk poligami”.

Page 74: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

61

“Kalau hanya cukup hartanya itu bukan poligami yang disahkan oleh

Allah SWT. Poligami yang disahkan oleh Allah itu untuk mengangkat derajat

iman istri yang pertama. Bukan untuk menyengsarakan. Kalau hanya sebatas

kemampuan harta, misalkan karena sugih, penghasilanku lebih dari dua juta,

bahkan sampai dua puluh juta, sampai satu milyar. Itu semua untuk alasan

melakukan poligami belum cukup”, tambahnya.

Kedua, karena saya memiliki cita-cita untuk menaikkan iman istri saya

yang pertama, juga untuk menaikkan iman saya sendiri. Kenapa bisa? Bapak

AR mencontohkan, dengan mengangkat benda dipraktikkan dengan cara

mengajak saya. Kalau kita memiliki iman yang tinggi, namanya jodoh harus

seimbang. Biar seimbang bagaimana? Ayo kita angkat. Ringan sama dijinjing,

berat sama dipikul.Sama-sama mengangkat. Sama tidak derajatnya? Inilah

suami istri, harus memiliki kualitas yang sama di hadapan Allah SWT.

Dasarnya adalah sesuai dalam surat At-Tahrim [66]: 6:

انذجازج ػهيا يالئكح قدا ان اس ا هيكى از أ فسكى آيا قا أ ا ان ري غالظ يا أي

يا للا شداد ال يؼص يا يإيس يفؼه (5) أيسى

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu

dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;

penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak

mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada

mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Beliau memaknai “Reksanen awakmu, awake dewe (Jawa) kualitas

imannya bagaimana, keluarga kita soko genine neroko (Jawa)”. Jika ini

mampu, kuat untuk menaikkan iman, istri pertama, kedua dan saya sendiri

Page 75: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

62

maka anak-anak akan menjadi solih dan salihah. Tetapi kalau ini tidak mampu

maka anak pun yang akan menjadi korban. Kenapa demikian, alasannya saya

jelas. Kalau ini kualitas imannya tidak terangkat, pikirannya goyah, hatinya

goyah, sehingga akan mempengaruhi anak-anaknya.

Kalau istri yang kedua mampu adalah wajar, karena dia sudah siap dari

awal. Dia tahu saya sudah mempunyai anak dan istri. Baru istri yang pertama

ini belum tentu. Menyikapi yang demikian apa yang harus kita lakukan selain

dari pada pasrah dan tawakal kepada Allah SWT, maka istri yang pertama

akan mampu. Bapak AR juga mengetahui kalau saya melihat prosesi nikah

sirrinya. Awalnya istri pertama berontak, lambat laun, di tengah perjalanan,

step by step akhirnya mampu menerima.52

”Proses awal saya bisa poligami adalah pada waktu itu sekitar delapan

tahun yang lalu tepatnya tahun 2008, saya bertemu dengan seseorang yang

sangat perlu ditolong sekali, kemudian dia fakir sekali, miskin sekali, tidak

mempunyai pekerjaan dan tidak mempunyai penghasilan. Dia

dikesampingkan oleh suaminya, tidak terurus. Alasan terkuat saya, dia

menikahnya itu tidak sah karena sudah mempunyai suami direbut. Jadi dalam

jangka punya suami terhadap orang lain dan ini direbut oleh lelaki yang

kedua”, katabapak AR. Bapak AR yang menengahi setelah suami yang

pertama tadi melepas dan suami yang merebut tadi tidak bertanggungjawab.

52

Wawancara, 3 Juni 2016.

Page 76: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

63

Peneliti menanyakan kepada bapak AR bagaiman konsep bapak

mengatur keluarga terutamadalam hal keadilan?

Masalah keadilan sebetulnya urusan poligami itu hanya milik

Allah SWT semata. Sedangkan keadilan yang tertera pada poligami itu

sesuai dengan kemampuan manusianya masing-masing, dalam rangka

seadil-adilnya, jangan sampai membedakan antara istri kesatu dengan

istri kedua. Atau sebaliknya istri yang kedua dengan istri yang kesatu.

Sama dengan halnya kita mempunyai anak lebih dari satu, dua,

tiga dan empat. Melakukan anak dan istri harus sama dan bijaksana.

Keadilan itu sama. Kalau anak itu misalnya diberi uang saku seribu,

yang kedua juga seribu. Pada saat sesuai kebutuhan masing-masing.

Misalkan pada saat SD, anak pertama diberi uang saku seribu

rupiah, maka anak yang kedua juga harus diberi seribu rupiah. Tapi

perbedaannya dalam hal mereka melanjutkan ke sekolah lanjutan,

karena kebutuhan sudah berbeda. Bisa jadi uang sakunya menjadi dua

ribu rupiah atau lima ribu rupiah karena ditambah kebutuhan

transportasi. Itulah perbedaannya. Apakah itu adil? Adil. Sesuai

dengan kebutuhan.53

Begitu pula poligami dengan istri yang pertama, harus seadil

adilnya dalam hal nafkah. Baik itu nafkah dhohir (lahir) dan nafkah

batin. Harus bersikap adil atau bijaksana. Seperti halnya seorang

Hakim. Hakim itu juga sama dalam hal mengadili. Tidak pandang bulu

53

Wawancara, 8 Juni 2016

Page 77: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

64

baik itu anak sendiri, sama saudara sendiri atau orang lain. Kalau

selama itu dia melakukan kesalahan juga harus divonis. Kalau keadilan

yang sebenarnya, yang hakiki adalah hanya milik Allah SWT.54

Dalam hal menggauli istri, istri pertama satu hari, maka istri

kedua pun juga harus satu hari. Kalau istri yang kedua dua hari, maka

istri yang pertama pun juga dua hari. Keseimbangan itu pun tidak bisa

maksimal seperti keadilan sesungguhnya sesuai kehendak Allah SWT.

“Yang namanya istri adalah jodoh. Jodoh nanti ketemunya adalah

sama, seimbang sampai dunia dan akhirat. Bukan semata-mata untuk

kenikmatan di dunia saja. Bukan untuk pelampiasan nafsu. Kalau untuk

pelampiasan nafsu, semua orang mampu. Ini yang kebanyakan orang

tidak mampu, yaitu untuk menaikkan kualitas iman. Yang rata-rata

manusia tidak tahu. Rata-rata orang melakukan poligami untuk

pelampiasan nafsu. Misalkan karena istriku yang pertama kurang

cantik, kurang sabar, kurang santun, kurang taat. Makanya mereka

mencari pelampiasan ke orang lain.”, tambahnya.

Bapak AR warga Desa Sumberejo Kecamatan Pabelan

Kabupaten Semarang mengungkapkan bahwa melakukan poligami

adalah dalam rangka untuk merasakan yang namanya keadilan dan

semata-mata untuk menaikkan iman istri yang pertama, kedua dan

bapak AR sendiri. Bapak AR menikah dengan istri yang pertama pada

tahun 1990, kemudian menikah lagi pada tahun 2008.

54

Wawancara dengan bapak AR pada hari rabu 1 Juni 2016 pada pukul 19.30 (habis sholat isya‟

berjamaah)

Page 78: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

65

Bapak AR melakukan poligami adalah pada waktu itu sekitar

delapan tahun yang lalu tepatnya tahun 2008.Bapak AR bertemu

dengan seseorang yang sangat perlu ditolong sekali, ibu MN fakir

sekali, miskin sekali, tidak mempunyai pekerjaan dan tidak mempunyai

penghasilan. Ibu MN dikesampingkan oleh suaminya dan tidak terurus.

Alasan terkuat bapak AR mempoligami ibu MN adalah karena

menikahnya ibu MT dengan suami sebelumnya itu tidak sah karena

sudah mempunyai suami dan direbut. Jadi dalam jangka punya suami

terhadap orang lain dan ini direbut oleh lelaki yang kedua. Bapak AR

yang menengahi setelah suami yang pertama tadi melepas dan suami

yang merebut tadi tidak bertanggungjawab.

B. Konsep Penataan Keluarga Sakinah Bapak AR

1. Dalam Hal Kehidupan Ekonomi

Bapak AR berusaha berlaku adil terhadap kedua istrinya dan

anak-anaknya. Beliau mengutarakan bahwa sebetulnya urusan poligami

itu hanya milik Allah SWT semata. Sedangkan keadilan yang tertera

pada poligami itu sesuai dengan kemampuan manusianya masing-

masing, dalam rangka seadil-adilnya, beliau tidak membedakan antara

istri kesatu dengan istri kedua. Atau sebaliknya istri yang kedua dengan

istri yang kesatu.

Gambaran beliau bapak AR dalam menafkahi anak-anaknya dan

kedua istrinya yaitu sama halnya kita mempunyai anak lebih dari satu,

Page 79: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

66

dua, tiga dan empat. Melakukan anak dan istri harus sama dan

bijaksana. Keadilan itu sama. Kalau anak itu misalnya diberi uang saku

seribu, yang kedua juga seribu, sesuai kebutuhan masing-masing.

Misalkan pada saat SD, anak pertama diberi uang saku seribu

rupiah, maka anak yang kedua juga harus diberi seribu rupiah. Tapi

perbedaannya dalam hal mereka melanjutkan ke sekolah lanjutan,

karena kebutuhan sudah berbeda. Bisa jadi uang sakunya menjadi dua

ribu rupiah atau lima ribu rupiah karena ditambah kebutuhan

transportasi. Itulah perbedaannya. Adil yang sesuai dengan kebutuhan.

Begitu pula poligami dengan istri yang pertama, harus seadil-

adilnya dalam hal nafaqoh. Baik itu nafaqoh dhohir (lahir) dan nafaqoh

batin. Harus bersikap adil atau bijaksana. Seperti halnya seorang

Hakim. Hakim itu juga sama dalam hal mengadili. Tidak pandang bulu

baik itu anak sendiri, sama saudara sendiri atau orang lain. Kalau

selama itu dia melakukan kesalahan juga harus divonis. Kalau keadilan

yang sebenarnya, yang hakiki adalah hanya milik Allah SWT.

Dalam hal menggauli istri, istri pertama satu hari, maka istri

kedua pun juga harus satu hari. Kalau istri yang kedua dua hari, maka

istri yang pertama pun juga dua hari. Keseimbangan itu pun tidak bisa

maksimal seperti keadilan sesungguhnya sesuai Allah SWT.

Page 80: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

67

2. Maghligai Rumah Tangga

a. Bapak AR Dengan Istri Pertama

Bapak AR dalam menjalin hubungan berkeluarga dengan Ibu

MS sudah cukup lama. Sekitar dua puluh enam tahun lamanya

hidup berkeluarga dan sudah dikaruniai tiga orang anak.

“Tentunya dalam berkeluarga kami sekarang selalu bekerja

sama”, kata bapak AR. Beliau menambahkan juga bahwa, sekarang

yang kami utamakan adalah masa depan anak-anak kami. Kami

berikan bekal mereka ilmu dengan pendidikan yang cukup. Ilmu

yang akan menjaga kita, tetapi harta yang harus kita jaga.

Pekerjaan yang dilakukan antara bapak AR dengan ibu MS

adalah berjualan secara bersama-sama.Mereka berjualan sembako

dan jajanan snack di Pasaraya dengan menggunakan mobil

carrynya.Kemudian setelahsampai di rumah Sumberejo, para

tetangga ataupun pedagang kecil-kecil mengambil dari rumah

bapak AR. Bisa dikatakan pasangan romantis.

Kemudian untuk bimbingan dalam hal ibadah juga bisa

dikatakan romantis dan harmonis.Peneliti pada waktu itu

wawancara di bulan ramadhan, bapak AR dan ibu MS serta anak-

anaknya pada sholat tarawih di masjid.Bapak AR juga mendapat

jadwal sebagai imam sholat tarawih di masjid.

Page 81: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

68

Penempatan kamar untuk anak-anak bapak AR juga sudah

disendirikan.Penataan rumah yang leter L terlihat lebih

rapi.Keharmonisan dan kerja sama yang baik peneliti waktu

wawancara kedua pada malam hari sehabis sholat isya‟ juga, bapak

AR dan ibu MS sedang membuat kerajian atau karya tangan yaitu

membuat besek (wadah) tempat ikan bandeng, ketika sudah banyak

ada pedagang yang mengambil dan membelinya langsung datang

ke Sumberejo.

b. Bapak AR Dengan Istri Kedua

Bapak AR menikahi Ibu MT pada tahun 2008. Kurang lebih

sudah delapan tahun lamanya bapak AR dalam menjadi kepala

keluarga. Bapak AR selalu berusaha memberi yang terbaik buat

istri dan anak-anaknya. Walaupun bukan anak darah dagingnya,

beliau bapak AR masih mempunyai belas kasihan.

Nafkah lahir yang utama adalah nafkah lahir yang bapak AR

berikan sekira cukup untuk beberapa hari beliau tinggal di istri

pertama ibu MS. “Nafkah batin tentu ketika jatah hari saya di istri

saya yang kedua, tentu tanpa saya jelaskan secara detail anda sudah

paham”, penjelasan bapak AR.

Ketika mengantar belanja (kulakan) di Pasaraya dengan ibu

MS, bapak AR juga pernah minta izin untuk menengok ibu MN

yang di daerah pasar sapi.Kerukunan bisa terlihat kebersamaanya

ketika ibu MN sakit di rumah, setelah belanja sempat bapak AR

Page 82: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

69

mengajak ibu MS untuk menjenguk ibu MN. Sengaja bapak AR

tidak menjadikan satu atap di Sumberejo.

3. Tanggung Jawab Terhadap Anak-Anak

a. Anak-anak Bapak AR dengan Ibu MS

Sudah bisa dikatakan orang tua yang bertanggungjawab

terhadap putra-putrinya. Buktinya Bapak AR dan Ibu MS bisa

menyekolahkan anaknya sampai tamat sekolah menengah atas.

Anak pertama berjenis kelamin laki-laki adalah kelahiran tahun

1991. Sekarang sudah bekerja di toko yang menjual stiker-stiker

untuk sepeda motor. Memproduksi stiker dan service dalam

pemasangan di motor-motor dan sepeda onthel. Anak kedua

juga berjenis kelamin laki-laki yang bernama AK55

. Mas AK

baru saja lulus Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di tahun

2016 ini. Sembari menunggu ijazahnya keluar dia sudah

magang di bengkel tetangganya karena sesuai jurusan mas AK

yaitu otomotif. Anak ketiganya adalah berjenis kelamin

perempuan yang pada tahun 2016 ini naik kelas enam (6)

Sekolah Dasar (SD).

Kesalafian di keluarga bapak AR sangat dijaga. Prinsip

anak harus belajar di pesantren yang salaf merupakan suatu

keharusan. Pondok Salafi yang mengkaji kitab-kitab kuning

yang mana sangat mendalami dalam hal ilmu fikih. Karena

55

AK merupakan nama singkatan. Anak kedua bapak AR dengan istri pertama.Umurnya 18 tahun

di tahun 2016 ini.

Page 83: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

70

bapak AR sebagai kepala keluarga sangat prihatin di jaman

globalisasi seperti sekarang. Ketika anak-anak tidak dibentengi

dengan ilmu-ilmu agama, iman yang kuat khawatir akan

terbawa arus globalisasi. Dampak globalisasi yang begitu

memprihatinkan terutama kemajuan teknologi.

b. Anak-anak Bapak AR dengan Ibu MN

Selama menjalin hubungan kekeluargaan dengan ibu

MN bapak AR tidak dikaruniai anak, mungkin belum. Motivasi

utama bapak AR menikahi ibu MT adalah bukan untuk

mendapat keturunan yang banyak. Sudah saya jelaskan di atas

tentang alasan terkuat beliau.

Ketika dinikahi bapak AR ibu MN sudah mempunyai

seorang anak laki-laki dan waktu itu sudah Sekolah Menengah

Atas (SMA). Tentu bapak AR waktu itu membatu biayanya

sampai lulus SMA. “Anak saya sekarang sudah bekerja dan

untuk doa yang terbaik saya terus berikan untuk yang terbaik

untuk anak-anak saya”, kata bapak AR.

4. Pengelolaan Konflik

Keluarga adalah sangat berharga, di dalam keluarga dapat

menjadi tempat bagi kita untuk bisa merasakan suka cita, di dalam

keluarga cinta kasih dapat diajarkan, dan di dalam keluarga Allah

bisa hadir. Keluarga yang harmonis konflik di antara anggota

Page 84: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

71

keluarga tidak jarang terjadi, penyebabnya bisa bermacam-macam.

Terkadang konflik yang terjadi dapat semakin menguatkan ikatan

dalam keluarga, tetapi tak jarang juga yang berujung dengan

permusuhan jangka panjang yang tak kunjung menemukan solusi

untuk mengatasinya.

Allah SWT tidak pernah menginginkan umat-Nya saling

terlibat dalam konflik, apalagi jika dilakukan dalam keluarga.

Kehidupan ini hendaknya senantiasa selalu diisi dengan

kebahagiaan, namun jika pertikaian dalam keluarga tak dapat

dihindarkan bersedialah untuk mengalah, kendalikan emosi, segera

untuk menyelesaikannya, jangan biarkan berlarut-larut.

Pernah terjadi beberapa kesalahpahaman terhadap istri

pertama yaitu ibu MS dan istri kedua yaitu ibu MN, diantaranya:

1. Kadang merasa tidak dihargai

Ada kalanya kurangnya rasa kasih diantara istri pertama dan

kedua. Kadang diantara mereka merasa tidak dihargai. Alih-

alih ingin merasa dihargai, maka suami mencoba untuk terlebih

dahulu menghargai istri, lunakan ego dan berusaha sekuat

tenaga untuk menghargainya. Suami harus bisa menjadi

pembawa perubahan terhadap situasi yang selama ini sudah

terjadi dalam keluarga.

Page 85: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

72

2. Kecemburuan

Kecemburuan di dalam keluarga itu bisa menunjukkan adanya

rasa cinta yang dalam di dalam keluarga. Kenalilah dengan

baik hal-hal apa saja yang membuat kita merasa iri, daripada

mencemburui kita alangkah lebih baik menggali potensi diri

kita sendiri dan berusaha menampilkan keunikan kita dengan

sebaik mungkin, intinya kita harus percaya diri dengan apa

yang kita miliki.

3. Komunikasi kadang tidak lancar

Komunikasi yang terjalin dengan baik di dalam sebuah

keluarga adalah satu hal yang sangat penting untuk terciptanya

keharmonisan, namun bila komunikasi antara suami dan istri

atau orang tua dengan anak-anak tidak berjalan lancar, maka

keluarga tersebut tidak akan bisa bertahan. Maka suami

seorang kepala keluarga, sebagai "nahkoda" dalam sebuah

rumah tangga adalah pemegang pucuk pimpinan, dan

semestinya suami seharusnya bertanggung jawab dalam

terciptanya komunikasi yang lancar antar istri pertama dan

kedua.

Page 86: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

73

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Latar belakang bapak AR melakukan poligami adalah untuk merasakan

yang namanya keadilan, menolong ibu MN, meningkatkan iman ibu

MS, ibu MN dan bapak AR sendiri. Mempelajari dan mentaati ajaran

syariat agama Islam tentu suatu kewajiban seorang yangberagama

Islam. Bapak AR termasuk seseorang yang berbeda dengan yang

lainnya, apa yang dilakukannya bisa dibilang irrasional (khariq al-

„adah), melihat keterangannya ketika belajar di Kudus, dia berangkat

dari Purwodadi setiap malam Jum‟at dengan berjalan kaki.

2. Konsep penataan keluarga bapak AR adalah melakukan pemerataan

keadilan dalam hal nafakah dan waktu bermalam.Sengaja tidak

dijadikan satu atap antara istri pertama dengan istri kedua karena

untukmengantisipasi terjadinya perselisihan yang tidak terduga jika

bapak AR tidak berada di rumah.

B. Saran

1. Pelaku Poligami

a. Suami

Mengajarkan kepada orang-orang yang inginberpoligami atau yang

sudah berpoligami, untuk memahami bagaimana konsep adil dalam

Page 87: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

74

perkawinan poligami secara benar.Setelah menikah istri kedua

secara sirri, hendaknya pernikahannya segera dicatatkan di Kantor

Urusan Agama (KUA) dan izin Pengadilan Agama (PA) terlebih

dahulu.

b. Istri

Memberikan panutan yang baik kepada para istri dalam

menghadapi persoalan hidup yang dihadapi, serta menjadi contoh

yang baik bagi para pelaku lainnya.

C. Kata Penutup

Demikian skripsi ini kami buat semoga dapat dijadikan suatu

pembelajaran serta saran ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang.

Wallahu a‟lam Bi al-showwāb.

Page 88: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

75

DAFTAR PUSTAKA

Aderus, Andi. 2011. Karakteristik Pemikiran Salafi di Tengah Aliran-Aliran

Pemikiran Keislaman. Jakarta: Kementerian Agama RI.

Al-Sabuny, Abu Usman Ismail bin Abd Rahman. 1325 H. Aqidah al-Salaf. Kairo: al-

Kurdy.

Al-Sailiy, Sayyid Abdul Aziz. 1993. al-Aqidah al-Salafiyah baina al-Imam Ibn

Hanbal wa al-Imam Ibn Taimiyyah. Kairo: Dar al-Manar.

Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Azwar, S. 2007. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar Offset.

Engineer, Asghar Ali. 2003. Pembebasan Perempuan. Yogyakarta: LKIS.

Idahram, Syaikh. 2011. Ulama Sejagad Menggugat Salafi Wahabi. Yogyakarta:

Pustaka Pesantren.

Mulia, Siti Musdah. 2004. Islam Menggugat Poligami. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Musfir Al-Jahrani, Musfir. 1996. Poligami dari Berbagai Persepsi. Jakarta: Gema

Insani Press.

Nasution, Khoiruddin. 1996. Riba dan Poligami: Sebuah Studi atas Pemikiran

Muhammad Abduh. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Nazir, Moh. 1988. MetodePenelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Partanto, Pius A. & al-Barry, M. Dahlan. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Arkola:

Surabaya.

Poerwadarminto, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia.

Syifa, Emma Nayly. 2011. Perkawinan Poligami Menurut Hukum Islam dan

Perundang-undangan di Indonesia: Studi Kasus Pelaku Poligami di

Desa Suruh Kec. Suruh Kab. Semarang 2011. Skripsi Jurusan Syari‟ah

STAIN Salatiga: Salatiga.

Yunus, Mahmud. 2010. Kamus Arab Indonesia. Ciputat: PT. Mahmud Yunus Wa

Dzurriyyah.

Page 89: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

76

Zuhdi, Masjfuk. 1989. MasailFiqhiyyah. Jakarta: CV. Haji Masagung.

_____________. 1996. Masail Fiqhiyah-Kapita Selekta Hukum Islam. Jakarta: PT

Toko Gunung Agung.

Page 90: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

77

Page 91: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

78

DAFTAR NILAI SKK

Nama : SUNARNOTO

NIM : 211.11.022

Fakultas/Jurusan : Syariah/Ahwal al-Syakhshiyyah (AS)

Pembimbing Akademik (PA) : Ibu Evi Ariyani, M.H.

NO. JENIS KEGIATAN PELAKSANAAN JABATAN NILAI

1. Piagam Penghargaan-Orientasi

Pengenalan Akademik dan

Kemahasiswaan (OPAK),

dengan Tema “Revitalisasi

Gerakan Mahasiswa di Era

Modern Untuk Kejayaan

Indonesia” oleh Dewan

Mahasiswa (DEMA) STAIN

Salatiga.

20-22 Agustus 2011 Peserta 3

2. Sertifikat-Achievement

Motivation Training (AMT),

dengan Tema “Membangun

23 Agustus 2011 Peserta 2

Page 92: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

79

Mahasiswa Cerdas Emosi,

Spiritual, dan Intelektual” oleh

STAIN Salatiga.

3. Piagam Penghargaan-Orientasi

Dasar Keislaman (ODK),

dengan Tema “Menemukan

Muara Sebagai Mahasiswa

Rahmatan Lil Alamin” oleh

STAIN Salatiga.

24 Agustus 2011 Peserta 2

4. Sertifikat-Seminar

Entrepreneurship dan Koperasi

oleh Koperasi Mahasiswa

(KOPMA) & Kajian Study

Ekonomi Islam (KSEI)

STAIN Salatiga.

25 Agustus 2011 Peserta 2

5. Sertifikat-User Education

(Pendidikan Pemakai) oleh

UPT Perpustakaan STAIN

Salatiga.

19 September 2011 Peserta 2

6. Sertifikat Penghargaan-

Kegiatan Malam Keakraban

(MAKRAB) Mahasiswa

Syariah, dengan Tema

8 Oktober 2011 Peserta 2

Page 93: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

80

“Bertajuk Semalam Sehati”

oleh Himpunan Mahasiswa

Jurusan (HMJ) Syariah

STAIN Salatiga.

7. Piagam Penghargaan-Kegiatan

IBTIDA‟ Lembaga Dakwah

Kampus (LDK) Darul Amal

STAIN Salatiga, Dengan

Tema “Muslim Diary-Catatan

Harian Mahasiswa Rabbani”.

8-9 Oktober 2011 Peserta 3

8. Sertifikat-Seminar Ekonomi

Islam, dengan Tema “Peran

Ekonomi Islam Dalam

Mengatasi Krisis Ekonomi

Global” oleh Jurusan Syariah

STAIN Salatiga.

14 Januari 2012 Peserta 2

9. Piagam Penghargaan-

Pelatihan Sholat Khusyu‟di

Biro Konsultasi Psikologi

“TAZKIA” Majelis Doa

Mawar Allah STAIN Salatiga.

29 Januari 2012 Peserta 3

10. Piagam Penghargaan-TEKAD

1,dengan Tema “Meniti Jalan

11-12 Februari 2012 Peserta 2

Page 94: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

81

Dakwah Menuju Ruhyah

Sejati” oleh LDK Darul Amal

STAIN Salatiga.

11. Piagam Penghargaan-Masa

Penerimaan Anggota Baru

(MAPABA), dengan Tema

“Revormulasi Nalar

Organisasi Menuju Kesadaran

Kolektifitas Berorganisasi”

oleh Pergerakan Mahasiswa

Islam Indonesia (PMII)

Komisariat Joko Tingkir

Salatiga.

23-25 Maret 2012 Peserta 3

12. Sertifikat-Seminar dengan

Tema “Urgensi Media dalam

Mencerahkan Umat” oleh

LDK Darul Amal STAIN

Salatiga.

30 April 2012 Pesetrta 2

13. Piagam Penghargaan-

Pelatihan Advokasi, dengan

Tema “Anggaran Percepatan

Pembanguna dan

Kesejahteraan Masyarakat

16-17 Mei 2012 Peserta 3

Page 95: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

82

Kota Salatiga” oleh DEMA

dan HMJ Syariah STAIN

Salatiga.

14. Piagam Penghargaan-

SEMINAR NASIONAL

Ekonomi Syariah, dengan

Tema “Ekonomi Syariah:

Bukan Ekonomi Biasa-

Penerapan Nilai-Nilai Syariah

dalam Praktik Perekonomian”

oleh KSEI STAIN Salatiga.

2 Juni 2012 Peserta 6

15. Sertifikat-Panitia

Akhirussanah Ma‟had STAIN

Salatiga 2012.

7 Juni 2012 Panitia 2

16. Piagam Penghargaan-Kegiatan

Public Hearing II, dengan

Tema “Evaluasi Kinerja

Lembaga Menanggapi Public

Hearing I” oleh Senat

Mahasiswa (SEMA) STAIN

Salatiga.

20 Juni 2012 Peserta 2

17. Certificate-PYRAMID

ENGLISH COURSE.

10 Juli-9 Agustus

2012

Peserta 3

Page 96: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

83

18. Surat Keputusan (SK) Ketua

STAIN Salatiga, Tentang

Pengangkatan Panitia OPAK

Jurusan Syariah STAIN

Salatiga tahun 2012.

8 September 2012 Panitia 2

19. Piagam Penghargaan-Panitia

Orientasi Mahasiswa Syariah

(ORMAS), dengan Tema

“Membangun Pribadi

Mahasiswa Melalui Analisa

Sosial Ke-Syariah-an” oleh

HMJ Syariah STAIN Salatiga.

9 September 2012 Panitia 2

20. Sertifikat-MAPABA PMII

Joko Tingkir Salatiga 2012,

dengan Tema “Membangun

Militansi Kader Menuju

Mahasiswa yang Ideal”.

05-07 Oktober 2012 Panitia 3

21. Sertifikat-Dialog Publik dan

Silaturahim Nasional, dengan

Tema “Kemanakah Arah

Kebijakan BBM? Mendorong

Subsidi BBM untuk Rakyat”

oleh PMII Kota Salatiga.

10 November 2012 Panitia 6

Page 97: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

84

22. Surat Keputusan (SK) Ketua

STAIN Salatiga, Tentang

Pengangkatan Anggota

Komisi Pemilihan Umum

Mahasiswa (KPUM) STAIN

Salatiga Tahun 2012.

20 November 2012 Anggota 4

23. Sertifikat-Lomba Karya Tulis

Ilmiah Tingkat Perguruan

Tinggi Negeri (PTN) Se-

Indonesia, dengan Tema

“Membangun Pendidikan

Moral Berkarakter Ulul Albab

Sebagai Pilar Kebangkitan

Bangsa” oleh Keluarga Besar

Mahasiswa Bidik Misi

(KBMB) Universitas Islam

Negeri (UIN) Maulana Malik

Ibrahim Malang.

13 Maret 2013 Peserta -

24. Piagam Penghargaan-JUARA

HARAPAN II Lomba Karya

Tulis Ilmiah Tingkat PTN Se-

Indonesia, dengan Tema

“Membangun Pendidikan

13 Maret 2013 Juara Harapan

II

4

Page 98: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

85

Moral Berkarakter Ulul Albab

Sebagai Pilar Kebangkitan

Bangsa” dalam rangka Acara

Dies Natalis KBMB UIN

Maulana Malik Ibrahim

Malang.

25. Sertifikat-Konggres

Mahasiswa Bidik Misi

Perguruan Tinggi Agama

Islam Negeri (PTAIN) Se-

Indonesia, dengan Tema

“Menggapai Asa, Meraih

Prestasi, dan Mewujudkan

Generasi Emas Indonesia

Bersama Bidik Misi” oleh

KBMB UIN Maulana Malik

Ibrahim Malang.

14-17 Maret 2013 Peserta 3

26. Sertifikat-SEMINAR

NASIONAL, dengan Tema

“Membangun Pendidikan

Moral Berkarakter Ulul Albab

Sebagai Pilar Kebangkitan

Bangsa” oleh UIN Maulana

16 Maret 2013 Peserta 6

Page 99: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

86

Malik Ibrahim Malang.

27. Surat Keputusan (SK) Ketua

STAIN Salatiga, Tentang

Penyelenggara Pendidikan

Pers Mahasiswa Tingkat Dasar

(PPMTD) STAIN Salatiga

tahun 2013.

3 April 2013 Panitia 2

28. Sertifikat-Pelatihan Jurnalistik

Tingkat Lanjut (PJTL), dengan

Tema “Idealisme Mahasiswa

Sebagai Modal Utama

Penggerak Jurnalistik

Kampus” oleh Lembaga Pers

Mahasiswa (LPM) DinamikA.

6-7 April 2013 Panitia 3

29. Sertifikat-SEMINAR

NASIONAL Dan DIALOG

PUBLIK, dengan Tema

“Minimnya Pasokan Energi

Dalam Negeri; Pembatasan

Subsidi BBM Dan Peran

Masyarakat Dalam

Penghematan Energi” oleh

HMJ Tarbiyah & Syariah

20 April 2013 Peserta 6

Page 100: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

87

STAIN Salatiga.

30. Sertifikat-MILAD XI, dengan

Tema “Satukan Cinta dalam

Dekapan Ukhuwah Menuju

Umat Madani” oleh Panitia

MILAD XI LDK Darul Amal

STAIN Salatiga.

14 Juni 2013 Panitia 2

31. Sertifikat-SEMINAR

NASIONAL Dan DIALOG

PUBLIK, dengan Tema

“Penyesuaian Harga BBM

Bersubsidi” oleh HMJ Syariah

STAIN Salatiga.

27 Juni 2013 Peserta 6

32. Surat Keterangan-Kegiatan

“Penguatan Rekonsiliasi

Elemen Masyarakat dalam

rangka Peningkatan Wawasan

Kebangsaan” oleh Badan

Kesatuan Bangsa Politik dan

Perlindungan Masyarakat

Provinsi Jawa Tengah.

28 Agustus 2013 Peserta 2

33. Sosialisasi Pancasila, Undang-

Undang Dasar (UUD) Negara

24 Oktober 2013 Peserta 6

Page 101: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

88

Republik Indonesia Tahun

1945, Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI)

dan Bhinneka Tunggal Ika

oleh Majelis Permusyawaratan

Rakyat Republik Indonesia

(MPR-RI).

34. Sertifikat-Sosialisasi 4 Pilar

Kebangsaan Dan SEMINAR

NASIONAL, dengan Tema “4

Pilar Kebangsaan Untuk

Mempertegas Karakter Ke-

Indonesiaan” oleh MPR RI

dan Ikatan Pelajar Nahdlatul

Ulama (IPNU).

24 Oktober 2013 Peserta 6

35. Sertifikat-Pelatihan Kaligrafi

Lukis oleh Jam‟iyyatul Qurra‟

wal Huffadz (JQH) STAIN

Salatiga.

14 Desember 2013 Peserta 3

36. IJAZAH-Kursus Pembina

Pramuka Mahir Tingkat Dasar

(KMD) oleh Gerakan Pramuka

Kwartir Cabang Kota Salatiga-

03-08 Maret 2014 Peserta 3

Page 102: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

89

Pusat Pendidikan dan

Pelatihan Gerakan Pramuka

Kota Salatiga.

37. Sertifikat-Public Hearing,

dengan Tema “STAIN Menuju

IAIN Dari Mahasiswa Oleh

Mahasiswa Untuk

Mahasiswa” oleh SEMA 2014

STAIN Salatiga.

10 Juni 2014 Peserta 3

38. Sertifikat-Gerakan Santri

Menulis Sarasehan Jurnalistik

Ramadhan 2014 oleh Suara

Merdeka.

8 Juli 2014 Peserta 2

39. Sertifikat-Rebana dalam

Gebyar Seni Qur‟aniyy (GSQ)

Umum VI Se-Jawa Tengah,

dengan Tema “Aktualisasi

Makna dan Syi‟ar Al-Qur‟an

sebagai Sumber Inspirasi”

oleh JQH Al-Furqon STAIN

Salatiga.

5 November 2014 Peserta 2

40. Surat Pengesahan Pimpinan

Pusat (PP) IPNU Tentang

22 Desember 2014 Pengurus 4

Page 103: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

90

Susunan Pengurus Pimpinan

Cabang IPNU Kabupaten

Boyolali Masa Khidmat 2014-

2016.

41. Sertifikat-Masa Kesetiaan

Anggota (MAKESTA) PC

IPNU oleh PC IPNU Kab.

Boyolali.

10-11 Mei 2015 Peserta 3

42. Sertifikat-Seminar Bisnis

Online dalam Acara Festival

Seni dan Olah Raga oleh

Badan Eksekutif Mahasiswa

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam IAIN Surakarta.

20 Mei 2015 Peserta 2

43. Sertifikat-WORKSHOP

Pengembangan Desain Modul

Pendidikan Toleransi, HAM

dan Perdamaian di Pesantren

oleh Center for the Study for

Religion and Culture (CSRC)

UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan Konrad-Adenauer-

Stiftung (KAS) dengan

24 Mei 2015 Peserta 2

Page 104: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

91

dukungan bantuan hibah Uni

Eropa.

44. Sertifikat-Latihan Kader Muda

(LAKMUD) PC IPNU oleh

PC IPNU Kabupaten Sragen.

29-31 Mei 2015 Peserta 3

45. Sertifikat-SEMINAR

NASIONAL dengan Tema

“Peran Mahasiswa Syariah

dan Hukum dalam

Pembangunan Bangsa” oleh

DEMA Fakultas Syariah IAIN

Salatiga.

27 Juni 2015 Peserta 8

46. Sertifikat-Pelatihan

Manajemen TPQ dengan

Tema “Mendongeng Cerita

Islam dan Membuat Alat

Peraga Edukatif (APE)” oleh

Youth Association of

Bidikmisi Limardlotillah (Ya

Bismillah) IAIN Salatiga.

04 Juli 2015 Peserta 3

47. Sertifikat-PEMATERI dalam

acara Pesantren Kilat 1436 H

di SMP Negeri 1 Salatiga.

7-8 Juli 2015 Pemateri 3

Page 105: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

92

Page 106: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

93

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : SUNARNOTO

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat, : Boyolali, 13 Desember 1993

tanggal lahir

Kewarganegaraan : Indonesia

Status perkawinan : Belum menikah

Tinggi, berat badan : 165 cm, 53 kg

Kesehatan : Baik

Agama : Islam

Alamat asal : Ngaren RT/RW 002/001, Kec. Juwangi, Kab. Boyolali

Alamat tinggal : Sanggrahan, Tingkir Lor, Tingkir, Salatiga

(Pon. Pes Al-Ishlah Tingkir Lor)

HP : 0899 5623 568 / 085.800.675.933

E-mail : [email protected]

Pendidikan

>>Formal

- TK Tunas Rimba II Telawa (Lulus Tahun 1999)

- SD N 1 Ngaren, Juwangi (Lulus Tahun 2005)

- MTs Nurul Islam Juwangi, Boyolali (Lulus Tahun 2008)

Page 107: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2867/1/POLIGAMI...4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-anaknya.2 Berlaku

94

- MA Negeri Suruh, Kab. Semarang (Jurusan IPA) (Lulus Tahun 2011)

- IAIN Salatiga (Lulus Tahun 2016)

>>Non Formal

- Madrasah Diniyyah Awaliyyah Desa Ngaren

- Madrasah Diniyyah Darul Ulum Suruh

- Pon. Pes Tarbiyatul Muballighin Reksosari, Suruh

- Pon. Pes Al-Ishlah Tingkir Lor, Salatiga

- Kursus Bahasa Inggris di Pare, Kediri

Prestasi Yang Pernah Diraih

- Juara Harapan II Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Perguruan Tinggi

Negeri (PTAIN) Se-Indonesia

- Penerima Beasiswa Bidik Misi

Kemampuan

1. Kemampuan Komputer (MS Word, MS Excel, MS Power Point)

2. Kemampuan Internet

Organisasi

- Pengurus Cabang (PC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)

Kota Salatiga

- Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) DinamikA IAIN Salatiga

- Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal IAIAN Salatiga

- Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Kab.

Boyolali