poligami dalam pandangan islam

22
Poligami dalam Pandangan Islam MAKALAH diajukan untuk memenuhi salahsatu tugas mata kuliah PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Oleh : YAYAN AGUS WARA 021303105 IRVAN REYNALDI 021303107 DIDIN WAHYUDIN 021303108 MOCHAMAD YUSUF HIDAYAT 021303110 CHANDRA YUNIZAR ACHMADAN 021303113 CANDRA AGUNG 021303122 DEDIN MUHAMAD S. 021303125 YUSUP SUPRATMAN 021303131 SAEPUL ANWAR 021303135 WILDAN DWI P 021202161 HENDI SUHENDAR 021303159 JURUSAN MANAJEMEN KELAS REGULER B

Upload: mochamad-yusuf-hidayat

Post on 29-Dec-2015

95 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Poligami Dalam Pandangan Islam

TRANSCRIPT

Page 1: Poligami Dalam Pandangan Islam

Poligami dalam Pandangan Islam

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salahsatu tugas mata kuliah PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Oleh :

YAYAN AGUS WARA 021303105

IRVAN REYNALDI 021303107

DIDIN WAHYUDIN 021303108

MOCHAMAD YUSUF HIDAYAT 021303110

CHANDRA YUNIZAR ACHMADAN 021303113

CANDRA AGUNG 021303122

DEDIN MUHAMAD S. 021303125

YUSUP SUPRATMAN 021303131

SAEPUL ANWAR 021303135

WILDAN DWI P 021202161

HENDI SUHENDAR 021303159

JURUSAN MANAJEMEN KELAS REGULER BFAKULTAS BISNIS & MANAJEMEN

UNIVERSITAS WIDYATAMA2014

Page 2: Poligami Dalam Pandangan Islam

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWR. Shalawat serta salam semoga dicurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhamad SAW. Karena dengan rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan tugas ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Makalah ini menjelaskan hal – hal pembahasan mengenai pandangan islam terhadap poligami. Dalam penulisan makalah ini penulis banyak menemui kesulitan namun karena dukungan dari beberapa pihak penulispun dapat menyelesaikan makalah ini, kami sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang sudah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Harapan penulis adalah makalah ini bias bermanffat bagi pembacanya. Agar makalah ini bias menjadi referensi untuk pembahasan pandangan islam terhadap poligami.

Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan, olejh karena itu penulis menantikan saran dan kritik dari para pembaca sebagai penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Bandung , April 2014

Penyusun

Page 3: Poligami Dalam Pandangan Islam

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Belakangan ini istilah poligami menjadi suatu hal yang sudah tidak asing lagi untuk diperdengarkan, banyak dikalangan masyarakat dan para tokoh terkenal di Indonesia yang juga melakukan poligami. Poligami dilakukan oleh orang yang sudah terikat dalam suatu pernikahan. Pernikahan merupakan ikatan antara dua insan yang mempunyai banyak perbedaan, baik dari segi fisik, asuhan keluarga, pergaulan, cara berfikir (mental), pendidikan, diakui sah oleh Negara dan agama. Sedangkan Poligami ialah suatu system pernikahan dimana salah satu pihak (suami) mengawini lebih dari satu istri pada waktu bersamaan, artinya istri-istri tersebut masih dalam tanggungan suami tidak diceraikan tetapi masih sah menjadi istrinya. Hal ini tentu menjadi pro kontra dikalangan masyarakat bangsa Indonesia.

Dalam kondisi tertentu poligami diperbolehkan bagi seseorang, namun dengan ketentuan syarat yang berlaku. Dalam kesempatan ini kami akan mencoba memaparkan tentang poligami, baik dari pendapat para ulama, dari segi hukum Indonesia dan dari segi agama. Setiap apapun perbuatan pasti memiliki dampak bagi pelakunya, begitupun dengan poligami. Poligami membawa dampak tersendiri bagi orang yang berpoligami baik positif maupun negatif.

2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan poligami?2. Bagaimana pendapat para ulama mengenai poligami?3. Bagaimana hukum mengenai poligami menurut Islam dan di Indonesia?4. Bagaimana hikmah poligami ?

Page 4: Poligami Dalam Pandangan Islam

3. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian poligami.

2. Untuk mengetahui pendapat para ulama mengenai poligami.

3. Untuk mengetahui hukum mengenai poligami menurut Islam dan di Indonesia.

4. Untuk mengetahui hikmah yang ditimbulkan dari poligami.

Page 5: Poligami Dalam Pandangan Islam

BAB 2

PEMBAHASAN

1. DEFINISI POLIGAMI

Poligami berasal dari bahasa Yunani, yaitu apoulus yang mempunyai arti banyak; serta gamos yang mempunyai arti perkawinan. Maka ketika kata ini digabungkan akan berarti suatu perkawinan yang banyak dan bisa jadi dalam jumlah yang tidak terbatas. Kata poligami hampir sama dengan poligini. Dimana poligini berasal dari kata polus yang berarti banyak; dan gene yang berarti perempuan. Dari pengertian itu dapat di pahami bahwa yang dimaksud dengan poligami dan poligini ialah suatu system perkawinan dimana yang salah satu pihak (suami) mengawini lebih dari satu istri pada waktu bersamaan, artinya istri-istri tersebut masih dalam tanggungan suami tidak diceraikan tetapi masih sah menjadi istrinya. Ada juga istilah poliandri, dimana yang menjadi pelaku poliandri adalah sang istri. Jika dibandingkan dengan poliandri, lebih banyak orang yang mempraktekkan poligami.

Kebalikkan dari poligami yaitu monogami, dimana didalam perkawinan tersebut suami hanya mempunyai satu istri. Monogami pada kenyataanya lebih sesuai dengan perilaku manusia.

Menurut syari’at islam, kata poligami atau ta’addud az-zaujat mempunyai arti seorang laki-laki diperbolehkan mengawini perempuan sebanyak dua, tiga, atau empat jika mampu berlaku adil. Jumhur ulama berpendapat bahwa batasannya yaitu hanya empat.

Dalam poligami ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain:

1. Jumlah perempuan yang boleh nikahi harus berjumlah 4 dan tidak boleh lebih dari itu. Prof. T. M. Hasby Ash-Shiddiqi berpendapat berdasarkan penafsiran QS. An-Nisa ayat 3:

“Paling banyak ketika cukup persyaratan, boleh mengawini empat orang wanita. Kawin lebih dari empat adalah kekhususan Nabi Muhammad SAW. Sebagian ahli ilmu mengatakan, bahwa ayat ini digunakan untuk segolongan umat yang memperbolehkan mengawini beberapa orang yang kita kehendaki. Pendapat ini ditentang oleh para ijma’ fuqaha. Ayat ini menegaskan bahwa perkawinan itu mewajibkan beberapa hak.

1. Dia harus mempunyai kemampuan dan kekayaan yang cukup untuk menafkahi istri yang dinikahinya baik bersifat lahir maupun batin.

2. Dia harus memperlakukan istrinya secara adil, setiap hari diberlakukan sama dalam memenuhi hak-hak mereka.

Page 6: Poligami Dalam Pandangan Islam

2. PENDAPAT ULAMA TERHADAP POLIGAMI

Ulama Syafi’iyah (pengikut madzhab Syafi’i) merupakan para ulama pengikut Madzhab Syafi’i. Dimana madzhab ini didirikan oleh tokoh besar sebagai ulama fiqh kenamaan yang bernama lengkap Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i Al-Quraisyi, yang dikenal dengan nama simpel Imam Syafi’i.

Menurut Ahmad Rofiq, ketentuan ayat 3 QS. An-Nisa’ merupakan syarat utama yang sekaligus merupakan kewajiban suami terhadap isteri-isteri atau isteri-isterinya adalah jaminan keadilan, dari nafkah-nafkah sehari-hari, tempat kediaman, dan kebutuhan lainnya. Keadilan suami terhadap isteri-isterinya merupakan kewajiban yang harus diperhatikan. Hal ini disyaratkan dalam sabda yang diriwayatkan Abu Hurairah yang menyampaikan ultimatum ]:

�ل� ق�ه م�ائ �ام�ة� و�ش� �ق�ي �و�م� ال اء� ي ى ج� خ�ر� �ال �ح�د�اهم�ا دو�ن� ا �ل�ى ا �ان� ف�م�ال� ا �ت ا �ه ام�ر� �ت� ل �ان احم..د ﴿رواه م�ن� ك﴾واالربعة وسنده صحيح

“Barangsiapa seorang (suami) mempunyai dua orang isteri, kemudian ia cenderung kepada salah satunya, tetapi tidak kepada yang lain, maka ia datang di hari kiamat separuh badannya menceng” (HR. Ahmad, dan Imam Empat, dengan sanad yang sahih)

Imam Syafi’i menegaskan pada kasus poligami ini beliau mencoba mentransformasikan hadis dalam praktik Nabi Muhammad SAW terhadap wahyu yang diturunkan. Kemudian pada kasus poligami ini, Nabi sedang mengejawantahkan QS. An-Nisa ayat 2-3 mengenai perlindunganterhadap janda mati dan anak-anak yatim. Dengan menelusuri kitab Jami'al-Ushul (kompilasi dari enam kitab hadis ternama) karya Imam Ibnal-Atsir (544-606H), kita dapat menemukan bukti bahwa poligami Nabiadalah media untuk menyelesaikan persoalan sosial saat itu, ketikalembaga sosial yang ada belum cukup kukuh untuk solusi.Bukti bahwa perkawinan Nabi untuk penyelesaian problem sosial bisadilihat pada teks-teks hadis yang membicarakan perkawinan-perkawinanNabi. Kebanyakan dari mereka adalah janda mati, kecuali Aisyah bintiAbu Bakar ra.

Sayid Sabiq, memaparkan Imam Syafi’i berkata bahwa masalah poligami telah

ditunjukkan oleh sunnah Rasulullah sebagai penjelasan dari firman Allah, bahwa selain Rasulullah SAW tidak ada seorang pun yang dibenarkan kawin lebih dari empat perempuan.

Page 7: Poligami Dalam Pandangan Islam

Seperti dijelaskan dalam kitab Al-Umm, Imam Syafi’i menyatakan turunnya ayat tentang pembolehan poligami ini adalah sesuai dengan firman Allah SWT (QS. An-Nisa’ : 3) : “Maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi : dua, tiga dan empat”. Pada saat ayat ini diturunkan, masyarakat Arab memiliki isteri yang tidak dapat dihitung dengan jari dan budak-budak wanita yang tidak terbatas jumlahnya. Dengan turunnya ayat ini, Al-Qur’an melarang seluruh umat Islam untuk menikah lebih dari empat orang (kekhususan hanya diberikan kepada Rasulullah SAW).

Lebih lanjut Imam Syafi’i juga memberikan saran, apabila tidak bisa berlaku adil, hendaknya beristri satu saja itu jauh lebih baik. Para ulama ahli Sunnah juga telah sepakat, bahwa apabila seorang suami mempunyai istri lebih dari empat maka hukumnya haram. Dan perkawinan yang kelima dan seterusnya dianggap batal dan tidak sah, kecuali suami telah menceraikan salah seorang istri yang empat itu dan telah habis pula masa iddah-nya. Dalam masalah membatasi istri empat orang saja, Imam Syafi’i berpendapat bahwa hal tersebut telah ditunjukkan oleh Sunnah Rasulullah saw sebagai penjelasan dari firman Allah, bahwa selain Rasulullah tidak ada seorangpun yang dibenarkan nikah lebih dari empat perempuan. Sedangkan pada ayat dzalika ‘adna an la ta ‘ulu dipahami oleh Imam Syafi’i dalam arti tidak banyak tanggungan kamu. Ia terambil dari kata ‘ala ya‘ulu yang berarti “menanggung dan membelanjai”.

Imam Taqiyuddin Abi Bakr al-Husaini, menegaskan juga bahwasannya seorang laki-laki boleh melaksanakan poligami. Poligami yang disyaratkan ini adalah kebolehan laki-laki hanya menikahi perempuan tidak lebih dari 4 orang perempuan (istri). Peristiwa ini pernah terjadi pada masa Rasulullah SAW., dimana Ghilan masuk Islam, ia mempunyai 10 orang istri. Lalu Nabi SAW. bersabda kepadanya: “Pilihlah yang empat orang dan ceraikan yang lain“. Peristiwa juga pernah terjadi ketika Naufal bin Muawiyah masuk Islam, ia mempunyai 5 orang isteri, Nabi SAW. bersabda kepadanya: “Pilihlah yang empat orang dan ceraikan yang lain“.

Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat di atas, mengutip perkataan Imam Syafi’i, yaitu :

“Sunnah Rasulullah SAW yang menjadi penjelasan bagi firman Allah sesungguhnya menunjukkan kepada tidak boleh bagi seseorang selain Rasulullah SAW menghimpun isteri-isteri lebih banyak dari empat orang”.

Selanjutnya Ibnu Katsir berkata :

“Perkataan Syafi’i r.a. ini merupakan ijmak para ulama kecuali pendapat yang diceritakan dari satu kelompok Syi’ah yang membolehkan menghimpun isteri-isteri lebih banyak dari empat sampai dengan sembilan orang”.

Page 8: Poligami Dalam Pandangan Islam

Berkata al-Khazin :

“Berkata para ulama : “boleh bagi orang merdeka menghimpun empat orang perempuan merdeka”.

Pada zaman moderen ini, ada orang yang berpendapat bahwa poligami dilarang dalam Islam dengan alasan poligami yang dibolehkan adalah dengan syarat mampu berbuat adil. Sedangkan berbuat adil kepada beberapa orang isteri merupakan sesuatu yang tidak mungkin mampu dilakukan oleh laki-laki. Alasan ini katanya berdasarkan firman Allah Ta’ala :

�ن� �ط�يعوا و�ل ت �س� �ن� ت وا أ �ع�د�ل �ن� ت �ي اء� ب :س� �و� الن م� و�ل ص�ت وا ف�ال� ح�ر� �م�يل ل< ت �ل� ك �م�ي وه�ا ال �ذ�ر <ق�ة� ف�ت �مع�ل �ال �ن� ك �حوا و�إ ص�ل ت <قوا �ت �ن< و�ت <ه� ف�إ �ان� الل ا ك Cورا غ�فCح�يم ر�

Artinya : Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu cenderung dalam semua kecenderungan (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain seperti perempuan yang terkatung-katung (tidak mempunyai suami tetapi bukan janda) dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(Q. S. an-Nisa’ : 129)

3. POLIGAMI DALAM HUKUM ISLAM & INDONESIA

Allah berfirman,

�ن< Fه� إ مر الل� �أ �ع�د�ل� ي �ال ان� ب �ح�س� �اء و�اإل �يت ب�ى ذ�ي و�إ �قر� �ه�ى ال �ن اء ع�ن� و�ي �ف�ح�ش� �ر� ال �منك �غ�ي� و�ال �ب م� و�ال �ع�ظك م� ي <ك �ع�ل ل

ون� <ر �ذ�ك ت

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. An Nahl: 90)

Sebagai contoh Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kita untuk bertauhid yang mengandung maslahat yang murni dan tidak memiliki mudarat sama sekali bagi seorang hamba. Demikian pula, Allah subhanahu wa ta’ala melarang perbuatan syirik yang mengandung keburukan dan sama sekali tidak bermanfaat bagi seorang hamba. Allah subhanahu wa ta’ala mensyariatkan jihad dengan berperang, walaupun di dalamnya terdapat mudarat bagi manusia berupa rasa susah dan payah, namun di balik syariat tersebut terdapat manfaat yang besar ketika seorang berjihad dan berperang dengan ikhlas yaitu tegaknya kalimat Allah dan

Page 9: Poligami Dalam Pandangan Islam

tersebarnya agama Islam di muka bumi yang pada hakikatnya, ini adalah kebaikan bagi seluruh hamba Allah.

Allah berfirman,

�ب� ت م ك �ك �ي �ال ع�ل �ق�ت ه� و�هو� ال ر� م� ك <ك �ن و�ع�س�ى ل � أ هوا �ر� �ك C ت �ئا ي �ر� و�هو� ش� ي م� خ� <ك �ن و�ع�س�ى ل � أ �وا ب ح� C ت �ئا ي و�هو� ش�

Uر م� ش� <ك Fه ل �م و�الل �ع�ل م� ي �نت � و�أ �مون� ال �ع�ل ت

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216)

Demikian pula, Allah subhanahu wa ta’ala mengharamkan judi dan minuman keras, walaupun di dalam judi dan minuman keras tersebut terdapat manfaat yang bisa diambil seperti mendapatkan penghasilan dari judi atau menghangatkan badan dengan khamar/minuman keras. Namun mudarat yang ditimbulkan oleh keduanya berupa timbulnya permusuhan di antara manusia dan jatuhnya mereka dalam perbuatan maksiat lainnya jauh lebih besar dibandingkan manfaat yang didapatkan.

Allah berfirman,

�ك� ون �ل أ �س� �خ�م�ر� ع�ن� ي ر� ال �س� �م�ي �م� ف�يه�م�ا قل� و�ال �ث �ير� إ �ب �اف�ع ك <اس� و�م�ن �لن �مهم�ا ل �ث �ر و�إ �ب ك� <ف�ع�ه�م�ا م�ن أ ن

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: Pada keduanya terdapat keburukan yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi keburukan keduanya lebih besar dari manfaatnya.” (QS. Al Baqarah: 219)

Setelah kita memahami kaidah tersebut, maka kita bisa menerapkan kaidah tersebut pada syariat poligami yang telah Allah perbolehkan. Tentu di dalamnya terdapat manfaat yang sangat besar walaupun ada beberapa mudarat yang ditimbulkan yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh dengan syariat tersebut. Sebagai contoh misalnya: terkadang terjadi kasus saling cemburu di antara para istri karena beberapa permasalahan, maka hal ini adalah mudarat yang ditimbulkan dari praktek poligami. Namun, manfaat yang didapatkan dengan berpoligami untuk kaum muslimin berupa bertambahnya banyaknya jumlah kaum muslimin dan terjaganya kehormatan wanita-wanita muslimah baik yang belum menikah maupun para janda merupakan kebaikan dan maslahat yang sangat besar bagi kaum muslimin.

Page 10: Poligami Dalam Pandangan Islam

Oleh karena itu, jika kita melihat kebanyakan orang-orang yang menentang syariat poligami adalah orang-orang yang lemah pembelaannya terhadap syariat Islam bahkan terkadang melecehkan syariat Islam. Pemikiran mereka terpengaruh dengan pemikiran orang-orang kafir yang jelas-jelas tidak menghendaki kebaikan bagi kaum muslimin.

Bolehnya melakukan poligami dalam Islam berdasarkan firman Allah subhanahu wa ta’ala:

�ن� م� و�إ < خ�ف�ت �ال � أ ق�س�طوا �ام�ى ف�ي ت �ت �ي � ال �كم ط�اب� م�ا ف�انك�حوا اء م:ن� ل :س� �ن�ى الن �ث� م�ث ال �اع� و�ث ب �ن� و�ر م� ف�إ < خ�ف�ت �ال أ � وا �ع�د�ل و� ف�و�اح�د�ةC ت

� �ت� م�ا أ �ك م� م�ل ك �م�ان �ي �ك� أ �د�ن�ى ذ�ل < أ �ال � أ وا �عول ت

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak dapat berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (QS. An Nisaa: 3)

Bolehnya syariat poligami ini juga dikuatkan dengan perbuatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan perbuatan para sahabat sesudah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Di Indonesia, ketentuan tentang poligami ini diatur oleh Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan khususnya bab 1 pasal 3 sampai dengan pasal 5 dan peraturan pemerintah tentang pelaksanaannya termaktub dalam Peraturan pemerintah No. 9 tahun 1975, bab VII, pasal 40 sampai dengan pasal 44, yang mana kesemuanya itu mengacu pada tujuan menjaga kehormatan wanita agar tidak terjadi adanya tindakan diluar ketentuan hukum, dengan jelas bahwa didalam pasal 3 Undang-undang Perkawinan tahun 1974 termaktub dengan bunyi:

“Pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri, seorang wanita hanya boleh memiliki seorang suami.”

Ungkapan ini tidak jauh dari pemahaman al-Qur’an. Artinya, prinsip dasar dalam sistem perkawinan Islam itu adalah beristri satu (monogami).

Pasal dalam undang-undang yang menerangkan tentang poligami yaitu:

a. Pasal 40

Apabila seorang suami bermaksud untuk beristeri lebih dari seorang, maka ia wajib mengajukan permohonan secara tertulis ke Pengadilan (Pengadilan Agama/Pengadilan Negeri).

b. Pasal 41

Page 11: Poligami Dalam Pandangan Islam

Pengadilan selanjutnya berkewajiban memeriksa mengenai beberapa hal yang terkait dengan pemberian izin bagi suami untuk menikah lagi (poligami), hal-hal antara lain:

1. Ada tidaknya alasan yang memungkinkan seorang suami kawin lagi, ialah:

- bahwa isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri;

- bahwa isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan;

- bahwa isteri tidak dapat melahirkan keturunan.

2. Ada atau tidaknya persetujuan dari isteri, baik persetujuan lisan maupun tertulis, apabila persetujuan itu merupakan persetujuan lisan, persetujuan itu harus diucapkan di depan Sidang Pengadilan.

3. Ada atau tidak adanya kemampuan suami untuk menjamin keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

- Surat keterangan mengenai penghasilan suami yang ditandatangani oleh bendahara tempat kerja atau

- Surat keterangan pajak penghasilan

- Surat keteranagan lain yang dapat diterima oleh pengadilan.

4. Ada atau tidak adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anak mereka dengan pernyataan atau janji dari suami yang dibuat dalam bentuk yang ditetapkan untuk itu.

c. Pasal 42

1. Dalam melakukan pemeriksaan mengenai hal-hal pada pasal 40 dan 41, Pengadilan harus memanggil dan mendengar isteri yang bersangkutan.

2. Pemeriksaan Pengadilan untuk itu dilakukan oleh hakim selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya surat permohonan beserta lampiran-lampirannya.

d. Pasal 43

Apabila pengadilan berpendapat bahwa cukup alasan bagi pemohon (suami) untuk beristeri lebih dari seorang, maka pengadilan memberikan putusannya yang berupa izin untuk beristeri lebih dari seorang.

e. Pasal 44

Pegawai pencatat dilarang untuk melakukan pencatatan perkawinan seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang sebelum adanya izin pengadilan seperti yang dimaksud dalam pasal 43.

Bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) disamping berlaku ketentuan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, juga berlaku Peraturan Pemerintah (PP) 10 tahun 1983 dan PP 45 tahun 1990. Kedua PP ini pada prinsipnya hampir sama dengan ketentuan yang tertuang dalam Undang-Undang Perkawinan. Hanya saja kedua PP ini menitik beratkan

Page 12: Poligami Dalam Pandangan Islam

pentingnya ijin atasan untuk melakukan poligami. Baru kemudian yang bersangkutan menempuh proses yang sesuai ketentuan Undang-Undang Perkawinan dan peraturan pelaksanaannya. Kedua PP ini dilengkapi dengan janji sanksi terhadap PNS yang tidak melaksanakan ketentuan tersebut.

Sementara dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) di Indonesia yang mengakomudasi dari hukum fiqh Islam yang bisa dipakai oleh umat Islam Indonesia, disebutkan pada pasal 55 ayat (2) dan (3):

2.) Syarat utama beristeri lebih dari seorang, suami harus mampu berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anaknya.

3.) Apabila syarat utama yang disebut pada ayat (2) tidak mungkin dipenuhi, suami dilarang beristeri lebih dari seorang.

4. HIKMAH DARI POLIGAMI

Beberapa hikmah atau falsafah yang terkandung dalam poligami antara lain :

1.Negara-negara dewasa ini benar-benar telah menyadari tentang nilai dari jumlah

penduduk yang besar, pengaruhnya terhadap industri dan perang serta perluasan

pembangunan.

Seorang penyelidik bangsa Jerman telah membahas dengan tajam tentang suburnya

keturunan di kalangan masyarakat Islam yang menurutnya dipandang sebagai salah satu unsur

dari kekuatan masyarakat Islam. Dalam bukunya yang

berjudul “ Islam suatu kekuatan di masa depan “ yang terbit tahun 1936 menulis

bahwa sendi-sendi kekuatan Timur Islam ada tiga, yaitu :

a.Kekuatan Islam sebagai suatu agama, baik dalam i’tikad, pedoman yang luhur, persaudaraan antar bangsa, warna kulit dan kebudayaan.

b.Karena memiliki sumber-sumber kekayaan alam yang besar yang membentang dari Barat meliputi Samudera Atlantik dan Maroko sampai

ke Timur yang meliputi Lautan Teduh dan Indonesia. Gambaran ini membentuk kesatuan

ekonomi yang sehat, kuat , dan mencukupi dirinya sendiri, sehingga bagi kaum muslim sama

Page 13: Poligami Dalam Pandangan Islam

sekali sebenarnya tidak memerlukan dunia Barat atau lain-lainnya bilamana sesama mereka

mau bahu membahu dan tolong menolong.

c. Suburnya keturunan di kalangan masyarakat Islam, sehingga tambah memperbesar kekuatan yang sudah besar tersebut.

Selanjutnya penyelidik Jerman tersebut menyatakan bahwa bilamana ketiga faktor

kekuatan tersebut menjadi satu, yaitu kaum muslimin bersaudara dalam satu aqidah,

mentauhidkan Allah dan kekayaan alamnya yang besar, dapat memenuhi kebutuhan

bertambahnya jumlah penduduk yang besar, maka Islam akan merupakan satu bahaya yang

mengancam dunia Eropa dan menjadi Yang Dipertuan di alam ini dan menjadi pusatnya.22

Dari data tahun 2008, 23 jumlah penduduk dunia berjumlah sekitar 6,7 milyar dan jumlah

tersebut akan meningkat menjadi sekitar 7 milyar pada tahun 2012. Namun demikian jumlah

penduduk muslim saat ini masih termasuk kelompok minoritas di dunia.

Dengan adanya poligami, tak bisa tidak akan menyebabkan banyaknya anak keturunan

yang merupakan suatu berkah dari Allah SWT . Jika seorang wanita memiliki seratus suami,

darinya tidak akan dapat lahir seratus orang anak. Akan tetapi sebaliknya, jika seratus orang

wanita memiliki seorang suami, maka lahirnya seratus anak tidak akan jauh dari kemungkinan.

Jadi suatu cara yang melaluinya bisa diharapkan anak keturunan manusia bisa berkembang dan

dengan demikian akan bertambah jumlahnya hamba-hambaAllah tersebut.

2. Bahwa adakalanya jumlah kaum wanita dalam suatu Negara lebih banyak darilaki-

lakinya, seperti yang biasanya terjadi pada masa peperangan. Bahkan pada beberapa banyak

bangsa, hampir selalu jumlah wanitanya lebih banyak sekalipun di masa damai, di samping

memperhatikan bahwa pada umumnya laki-laki itumerupakan kerja-kerja yang berat, sehingga mengakibatkan panjangnya umur perempuan lebih besar daripada laki-laki.

Keadaan umur yang lebih panjang dengan sendirinya akan menambah banyaknya jumlah

perempuan. Karena itu ada keharusan untuk menanggung dan melindungi jumlah yang lebih,

dan jika tidak ada yang melakukan tanggung jawab dan melindungi mereka,tentu mereka akan

terpaksa berbuat menyeleweng dan rendah, sehingga masyarakat menjadi rusak dan moral

yang runtuh, atau hidup mereka dihabiskan dalam penderitaan kesepian dan tak bersuami,

Page 14: Poligami Dalam Pandangan Islam

sehingga kekuatan mereka menjadi habis dan menyia-nyiakan kekayaan potensi kemanusiaan

yang dapat merupakan kekuatan bangsa dan memperbesar jumlah kekayaan yang sudah ada.

3. Bahwa kesanggupan laki-laki untuk mempunyai keturunan lebih besar daripada

perempuan, sebab laki-laki telah memiliki persiapan kerja seksual sejak baligh sampai tua,

sedangkan perempuan dalam masa haid tidak memilikinya, di mana masa haid ini datang setiap

bulan yang temponya terkadang sampai sepuluh hari, dan begitu pula selama masa nifas

(sehabis melahirkan anak) yang temponya terkadang sampai empat puluh hari, ditambah lagi

dengan masa hamil dan menyusui.

Kesanggupan perempuan untuk beranak berakhir sekitar umur 45 sampai 50 tahun,

sedangkan di pihak laki-laki masih subur sampai dengan lebih dari 60 tahun. Keadaan dan

kondisi seperti ini sudah tentu perlu diberi jalan pemecahan yang sehat.

4. Bahwa adakalanya isteri mandul atau menderita sakit yang tidak ada harapan sembuhnya, padahal masih tetap berkeinginan untuk melanjutkan hidupbersuami isteri, sedangkan suami menginginkan mempunyai anak-anak dan seorang isteri yang dapat mengurus keperluan rumah tangganya.

5. Bahwa ada segolongan laki-laki yang mempunyai dorongan seksual besar, yang

merasa tidak puas dengan seorang isteri saja. Karena itu, daripada orang- orang tersebut hidup

dengan teman perempuan yang rusak akhlaknya, maka akan lebih baik diberikan jalan yang

halal untuk dapat memuaskan tuntutan nafsunya.

Page 15: Poligami Dalam Pandangan Islam

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Seorang yang mampu berbuat adil

Seorang pelaku poligami, harus memiliki sikap adil di antara para istrinya. Tidak boleh ia condong kepada salah satu istrinya. Hal ini akan mengakibatkan kezhaliman kepada istri-istrinya yang lain. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Siapa saja orangnya yang memiliki dua istri lalu lebih cenderung kepada salah satunya, pada hari kiamat kelak ia akan datang dalam keadaan sebagian tubuhnya miring.” (HR. Abu Dawud, An-Nasa-i, At-Tirmidzi)

Selain adil, ia juga harus seorang yang tegas. Karena boleh jadi salah satu istrinya merayunya agar ia tetap bermalam di rumahnya, padahal malam itu adalah jatah bermalam di tempat istri yang lain. Maka ia harus tegas menolak rayuan salah satu istrinya untuk tetap bermalam di rumahnya.

Jadi, jika ia tak mampu melakukan hal itu, maka cukup satu istri saja. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “…kemudian jika kamu khawatir tidak mampu berbuat adil, maka nikahilah satu orang saja…” (QS. An-Nisa: 3)

Aman dari lalai beribadah kepada Allah

Seorang yang melakukan poligami, harusnya ia bertambah ketakwaannya kepada Allah, dan rajin dalam beribadah. Namun ketika setelah ia melaksanakan syariat tersebut, tapi malah lalai beribadah, maka poligami menjadi fitnah baginya. Dan ia bukanlah orang yang pantas dalam melakukan poligami.

Page 16: Poligami Dalam Pandangan Islam

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka…” (QS. At-Taghabun: 14)

Mampu menjaga para istrinya

Sudah menjadi kewajiban bagi suami untuk menjaga istrinya. Sehingga istrinya terjaga agama dan kehormatannya. Ketika seseorang berpoligami, otomatis perempuan yang ia jaga tidak hanya satu, namun lebih dari satu. Ia harus dapat menjaga para istrinya agar tidak terjerumus dalam keburukan dan kerusakan.

Misalnya seorang yang memiliki tiga orang istri, namun ia hanya mampu memenuhi kebutuhan biologis untuk dua orang istrinya saja. Sehingga ia menelantarkan istrinya yang lain. Dan hal ini adalah sebuah kezhaliman terhadap hak istri. Dampak yang paling parah terjadi, istrinya akan mencari kepuasan kepada selain suaminya, alias berzina. Wal iyyadzubillah!

Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Wahai para pemuda, siapa saja di antara kalian yang memiliki kemapuan untuk menikah, maka menikahlah…” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Mampu memberi nafkah lahir

Hal ini sangat jelas, karena seorang yang berpoligami, wajib mencukupi kebutuhan nafkah lahir para istrinya. Bagaimana ia ingin berpoligami, sementara nafkah untuk satu orang istri saja belum cukup? Orang semacam ini sangat berhak untuk dilarang berpoligami.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan orang-orang yang tidak mampu menikah, hendaklah menjaga kesucian (dirinya), sampai Allah memberikan kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya…” (QS. An-Nur: 33)