khaifazulfenia.files.wordpress.com€¦ · web viewtugas iii . pendidikan agam. a. islam....
TRANSCRIPT
TUGAS III PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
POLIGAMI DITINJAU DARI HUKUM ISLAMStudi Kasus: Kisah Poligami Eyang Subur
Disusun Oleh :
Nama : Khaifa Zulfenia 141061017
Fariska atha dewa 141061010
Amar rifa’i 141061015
Novitasari 141071004
Widayatno 141111004
Jurusan : MATEMATIKA
TEKNIK LINGKUNGAN
Dosen : Dra.Hj. Arifah Budiyati Mz
Tanggal : 05 MEI 2015
FAKULTAS SAINS TERAPANINSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang pernikahan
poligami ditinjau dari hukum islam sebagai tugas 3 mata kuliah pendidikan agama islam.
Tugas 3 ini kami susun berdasarkan keterangan yang kami peroleh selama
penyelesaian. Kami menyadari bahwa tugas ini tidak dapat tersusun dengan baik tanpa
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini.
Tentunya tiada gading yang tak retak. Demikian pula dengan tugas 3 ini juga masih
jauh dari sempurna. Untuk itu kami mohon kritik dan saran dari para pembaca khususnya
dosen pengampu ibu Dra. Hj. Arifah Budhyati Mz , teman-teman satu angkatan dan kakak
senior demi kesempurnaan tugas 3 ini. Terakhir semoga tugas ini bermanfaat.
Mei 2015
Penulis
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................2
A. LATAR BELAKANG......................................................................................................................2
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................................2
C. BATASAN MASALAH..................................................................................................................2
D. TUJUAN MASALAH....................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................2
LANDASAN TEORI..............................................................................................................................2
A. Pengertian poligami..................................................................................................................2
B. Hukum dan Dalil mengenai poligami........................................................................................2
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi poligami............................................................................2
D. Syarat-syarat melakukan perkawinan poligami berdasarkan hukum islam............................2
E. Dampak negatif dari poligami...................................................................................................2
F. Manfaat atau hikmah dari perkawinan poligami.....................................................................2
BAB III....................................................................................................................................................2
PENUTUP...............................................................................................................................................2
A. KESIMPULAN.................................................................................................................................2
B. SARAN...........................................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................2
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia itu diciptakan berpasang-pasangan, dan hanya Allah swt yang mengatur,
menentukan dan mengetahui siapakah pasangan hidup manusia itu sendiri. Semua telah
tertulis di Lahul Mafzuz, jauh sebelum manusia dan alam semesta ini diciptakan. Jadi
sesuai dengan fitrah manusia yang hidup berpasangan, Allah swt menjadikan manusia
yang berpasangan tersebut dalam suatu bingkai yang dinamakan pernikahan, hal ini juga
sesuai dengan sunnah Rasulullah Muhammad saw.
Perkawian poligami ialah perkawian yang lebih dari satu istri. Menurut Hukum Islam
poligami diatur dalam Al-Qur’an surah An-Nissa’ ayat 3 (Q.IV:3) yang maksudnya, ‘Dan
jika kamu takut tidak dapat beraku adil terhadap (hak-hak) wanita yatim (jika kamu
mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi; dua, tiga atau
empat. Kemudian jika kamu takut tidak dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang
saja’. Kata adil dimaksudkan dapat memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya, sandang
pangan, tempat kediaman, giliran mengunjungi, pemeliharaan dan pendidikan anak-anak,
budi pekerti dan agama mereka tanpa ada kericuhan secara terus-menerus.
Hukum perkawinan yang baik seharusnya adalah hukum perkawinan yang bisa
menjamin dan memelihara hakekat perkawinan yaitu untuk menghadapi segala keadaan
yang terjadi atau mungkin akan terjadi nantinya. Kesepakatan antara suami istri untuk
saling setia dan menjaga keharmonisan rumah tangga yang utuh adalah dambaan dan
keinginan untuk kesempurnaan rohani tiap individu. Akan tetapi, kesempurnaan rohani
tidak dapat dipaksakan oleh kekuatan hukum. Keutamaan disini bukan dimaksudkan
bahwa suami mencukupkan diri untuk beristri satu, karena ketidakmampuannya untuk
beristri dua atau tiga, keutamaan disini maksudnya adalah bahwa apabila seorang suami
yang mampu untuk beristri lebih dari satu akan tetapi Ia tidak mau berpoligami, dengan
demikian Ia mempunyai kesadaran bahwa kebahagiaan spiritual atau keimanan yang baik
dalam cara pandangnya yaitu terletak dari sikapnya yang berusaha menjauhkan diri dari
poligami.
Perkawinan poligami menurut hukum islam adalah monogami, yaitu seorang laki-laki
hanya diperbolehkan mempunyai seorang istri, akan tetapi tidak menutup kemungkinan
dengan adanya suatu sebab tertentu maka laik-laki diperbolehkan untuk mempunyai istri
4
lebih dari satu, tentunya harus dengan syarat-syarat yang ada dalam syari’at Islam dan
peraturan perundang- undangan.
Seperti yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini, terdapat seseorang yang dikabarkan
bahwa ia merupakan penganut aliran sesat (namun belum jelas faktanya) yang melakukan
praktik poligami yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Sosok itu ialah ‘Eyang Subur’
yang berpoligami lebih dari empat istri (delapan orang), namun tidak banyak yang
menentangnya, bahkan di media pun ia diberitakan positif mengenai praktik poligaminya
tersebut. Sangat berbeda kejadiannya ketika poligami itu dilakukan oleh salah satu ulama
besar Indonesia, yaitu AA Gym yang banyak dicemooh oleh masyarakat, padahal ia
menjalankan poligami sesuai syariat Islam.
Jadi agar suatu permasalahan tidak menimbulkan konflik dan pertentangan yang
berkepanjangan di masyarakat, serta bisa dihormati keberadaannya, maka dalam kasus
poligami ini perlu dilakukan pengkajian yang intensif dan dicermati secara teliti dan hati-
hati dengan memakai sudut pandang hukum Islam, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadist, serta
dengan hati nurani yang luhur.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas,dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa hukum melakukan poligami dan dalil yang melandasinya?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi poligami?
3. Bagaimana syarat-syarat melakukan perkawinan poligami berdasarkan hukum islam
serta tidak pertentangan dimasyarakat!
4. Apa saja dampak negatif dari poligami?
5. Apa manfaat yang didapatkan dari perkawinan poligami?
6. Bagaimana menangani poligami yang dipersalahgunakan pada kasus “Eyang Subur”?
C. BATASAN MASALAH
Pembatasan masalah bertujuan agar permasalahan lebih spesifik dan terarah. Arikunto
dalam prosedur penelitian suatu pendekatan praktek (2006: 49) menyatakan bahwa
“Pembatasan masalah sering diartikan sebagai pembatasan pengertian perlu ditambahkan
pada rancangan penelitian untuk pedoman kerja bagi peneliti sendiri dan bagi orang lain yang
akan membantu untuk memudahkan atau menyederhanakan masalah”.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka yang menjadi pembatasan
5
masalah dalam penelitian ini yaitu “Perkawinan poligami menurut hukum islam”
D. TUJUAN MASALAH
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui dasar hukum islam serta dalil mengenai poligami.
2. Untuk mengetahui factor apa saja yang mempengaruhi poligami
3. Untuk mengetahui syarat-syarat melakuakn poligami .
4. Untuk mengatahui dampak apa saja yang dapat ditimbulkan melalui perkawinan
poligami
5. Untuk mengetahui manfaat dan mudharat yang didapatkan dalam perkawinan
poligami
6. Untuk mengetahui syariat poligami yang sesuai dengan hukum islam , sehingga tidak
disalahgunakan oleh banyak pihak.
6
BAB II
PEMBAHASAN
LANDASAN TEORI
A. Pengertian poligami
Pengertian dari Poligami adalah pernikahan seorang suami dengan istri lebih
dari satu. Istilah poligami berasal dari bahasa Inggris “polygamy”, dan dalam bahasa
Arab disebut الزوجات .yang berarti beristeri lebih dari seorang wanita تعدد
Para orientalis menuduh bahwa poligami merupakan produk ajaran Islam,
dengan tujuan menghina dan meneror ajaran Islam, mereka mengemukakan segi-segi
negatif dari poligami. Padahal poligami sudah berlangsung lama sebelum Islam
datang. Agama Yahudi memperbolehkan poligami yang tidak terbatas di masa lalu.
Justru adanya syariat Islam lebih mengatur poligami dengan sejumlah syarat tertentu.
Berbicara tentang Poligami tidak terlepas dari tinjauan anjuran nikah, tujuan,
dan fungsi pernikahan.
Anjuran Nikah: QS.An-Nur: 32-33
يغنهم فقراء يكونوا إن وإمائكم عبادكم من الحين والص منكم الأيامى وأنكحوا
عليم واسع والله فضله من حتى الله نكاحا يجدون لا الذين وليستعفف
فضله من الله يغنيهم
Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang
layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba
sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka
dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri) nya,
hingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya.
Hadits Tentang Nikah:
Abdullah Ibnu Mas'ud Ra berkata: Rasulullah Saw bersabda pada kami: "Wahai
generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia
kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan.
7
Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat
mengendalikanmu." 1
B. Hukum dan Dalil mengenai poligami
Sesuai dengan undang-undang No. 1 Tahun 1974 prinsip perkawinan adalah
monogami. Dalam bukunya yang berjudul The Second Messege of Islami, Mohammed
Thaha mengatakan bahwa didalam Islam prinsip murninya adalah perkawinan dilakukan
oleh satu laki-laki dengan satu perempuan tanpa adanya perceraian Sebagaimana Allah
swt. berfirman dalam surat An-Nisa’ ayat 3 dan 129 yang berbunyi:
Dan jika kamu tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang
yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang
kamu senangi : dua,tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat
berlaku adil, maka (kawinilaha) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki.
Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.
Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri (mu),
walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu
cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-
katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari
kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Pada awalnya Islam membolehkan seorang suami atau laki-laki berpoligami dengan
alasan:1 Sumber: http://marhamahsaleh.wordpress.com/
8
1. Menopang ekonomi para janda dan anak yatim yan telah kehilangan suami dan ayah
mereka pasca Perang Uhud.
2. Pemerataan distribusi ekonomi secara adil.
3. Kuatnya kelompok masyarakat tidak memberhalakan sesuatu selain mengabdi kepada
Allah (tauhid)2
Menurut Mahmud Syaltut, mantan Syekh Al-Azhar, hukum
poligami adalah mubah. Poligami dibolehkan selama tidak dikhawatirkan terjadinya
penganiayaan terhadap para istri. Kebolehan berpoligami adalah terkait dengan
terjaminnya keadilan dan ketiadaan kekhawatiran akan terjadinya penganiayaan terhadap
para istri.
Dalam tafsir al-Kassyaf, Zamakhsyari mengatakan bahwa poligami dalam Islam suatu
rukhshah (kelonggaran ketika darurat), sama halnya dengan rukhshah bagi musafir dan
orang sakit yang boleh berbuka puasa. Kelonggaran boleh berpoligami untuk
menghindarkan terjadinya perzinaan.
Dengan demikian, haram berpoligami bagi seseorang yang merasa khawatir tidak
akan berlaku adil.
Namun, pada kenyataan yang banyak terjadi pada masa sekarang tujuan poligami
tidak kembali lagi pada tujuan awal tetapi hanya untuk memuaskan nafsu duniawi.
Pada QS. An-Nisa ayat 3 Allah mengungkapkan bersama dengan ayat 2,4,5, dan 6
yang menerangkan tentang penganyoman serta pemeliharaan anak yatim. Sehingga dapat
dikatakan bahwa diperbolehkannya berpoligami ditujukkan untuk pemeliharaan anak
yatim dan bukan untuk menuaskan nafsu birahi saja. Seperti yang sudah diungkapkan
diatas pada bagian pendapat para ulama, bahwa jika ingin melakukan poligami harus
mampu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Meskipun Islam membolehkan berpoligami, namun tidak berarti Islam memberikan
dispensasi itu secara bebas kepada setiap pria. Dalam hal ini ada aturan-aturan dan
ketentuan yang harus dipatuhi oleh mereka yang akan melakukan poligami seperti
tersebut dalma kitab-kitab Fiqh. Di Indonesia, ketentuan tentang poligami ini diatur oleh
Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan khususnya bab 1 pasal 3 sampai
dengan pasal 5 dan peraturan pemerintah tentang pelaksanaannya termaktub dalam
Peraturan pemerintah No. 9 tahun 1975, bab VII, pasal 40 sampai dengan pasal 44, yang
mana kesemuanya itu mengacu pada tujuan menjaga kehormatan wanita agar tidak terjadi
2 Eko Eni Setyaningsih, Skripsi Poligami dalam Perspektif Hukum Islam di Indonesia dan Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2007), hal 29
9
adanya tindakan diluar ketentuan hukum, dengan jelas bahwa didalam pasal 3 Undang-
undang Perkawinan tahun 1974 termaktub dengan bunyi:
“Pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang
istri, seorang wanita hanya boleh memiliki seorang suami.”
Ungkapan ini tidak jauh dari pemahaman al-Qur’an. Artinya, prinsip dasar dalam sistem
perkawinan Islam itu adalah beristri satu (monogami)3
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi poligami
Menurut Abu Azzam Abdillah, banyak faktor yang sering memotivasi seorang pria
untuk melakukan poligami. Selama dorongan tersebut tidak menyimpang dari ketentuan
syariat, tentu tidak ada cela dan larangan untuk melakukannya. Berikut ini beberapa
faktor utama yang menjadi pertimbangan kaum pria dalam melakukan poligami.
1) Faktor- Faktor Biologis
1.1 Istri yang Sakit
Adanya seorang istri yang menderita suatu penyakit yang tidak
memungkinkan baginya untuk melayani hasrat seksual suaminya. Bagi suami
yang shaleh akan memilih poligami dari pada energi ke tempat–tempat mesum
dengan sejumlah wanita pelacur
1.2 Hasrat Seksual yang Tinggi
Sebagian kaum pria memiliki gairah dan hasrat seksual yang tinggi dan
menggebu, sehingga baginya satu istri dirasa tidak cukup untuk menyalurkan
hasratnya tersebut.
1.3 Rutinitas Alami Setiap Wanita
Adanya masa-masa haid, kehamilan dan melahirkan, menjadi alasan utama
seorang wanita tidak dapat menjalankan salah satu kewajiban terhadap
suaminya. Jika suami dapat bersabar menghadapi kondisi seperti itu, tentu
tidak akan menjadi masalah. Tetapi jika suami termasuk orang yang hasrat
seksualnya tinggi, beberapa hari saja istrinya mengalami haid, dikhawatirkan
sang suami tidak bisa menjaga diri, maka poligami bisa menjadi pilihannya.
1.4 Masa Subur Kaum Pria Lebih Lama
Kaum pria memiliki masa subur yang lebih lama dibandingkan wanita. Dokter
Boyke, seorang seksolog, mengakui banyak menangani kasus perselingkuhan 3 Eko Eni Setyaningsih, Skripsi Poligami dalam Perspektif Hukum Islam di Indonesia dan Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2007), hal 39
10
pria usia 40-50 tahun, karena pada usia tersebut pria mendapat puber kedua,
sementara para istri umumnya malah menjadi frigid.
2) Faktor Internal Rumah Tangga
2.1 Kemandulan
Banyak kasus perceraian yang dilatarbelakangi oleh masalah kemandulan ,
baik kemandulan yang terjadi pada suami maupun yang dialami istri. Hal ini
terjadi karena keinginan seseorang untuk mendapat keturunan merupakan
salah satu tujuan utama pernikahan dilakukannya.
Dalam kondisi seperti itu, seorang istri yang bijak dan shalihah tentu akan
berbesar hati dan ridha bila sang suami menikahi wanita lain yang dapat
memberikan keturunan. Di sisi lain, sang suami tetep memposisikan istri
pertamanya sebagai orang yang mempunyai tempat di hatinya, tetap
dicintainya, dan hidup bahagia bersamanya
2.2 Istri yang Lemah
Ketika sang suami mendapati istrinya dalam keadaan serba terbatas , tidak
mampu menyelesaikan tugas-tugas rumahtangganya dengan baik, tidak bisa
mengarahkan dan mendidik anak-anaknya, lemah wawasan ilmu dan
agamanya,serta bentuk-bentuk kekurangan lainnya.maka pada saat
itu,kemungkinan suami melirik wanita lain yang dianggapnya lebih baik,bisa
saja terjadi.dan sang istri hendaknya berlapang dada bahkan berbahagia,karena
akan ada wanita lainyang membantunya memecahkan persoalan rumah
tangganya,tanpa akan kehilangan cinta dan kasih saying suaminya.
2.3 Kepribadian yang Buruk
Istri yang tidak pandai bersyukur, banyak menuntut, boros, suka berkata kasar,
gampang marah, tidak mau menerima nasihat suami dan selau ingin menang
sendiri, biasanya tidak disukai sang suami. Oleh karenanya, tidak jarang suami
yang mulai berpikir untuk menikahi wanita lain yang dianggap lebih baik dan
lebih shalihah, apalagi jika watak dan karakter buruk sang istri tidak bisa
diperbaiki lagi.
3) Faktor Sosial
3.1 Banyaknya Jumlah Wanita Banyaknya Jumlah Wanita
11
Di Indonesia, pada PEMILU tahun 1999, jumlah pemilih pria hanya 48%,
sedangkan pemilih wanita sebanyak 52%. Berarti dari jumlah 110 Juta jiwa
pemilih tersebut, jumlah wanita adalah 57,2 juta orang dan Jumlah pria 52,8
juta orang. Padahal usia para pemilih itu merupakan usia siap nikah.
3.2 Kesiapan Menikah dan Harapan Hidup pada Wanita
Jika saya mencoba melakukan survei pada masalah kesiapan menikah, pasti
para wanita akan lebih banyak jumlahnya daripada jumlahnya daripada kaum
pria. Bahkan di daerah-daerah tertentu, wanita usia 14-16 tahun sudah banyak
yang bersuami, dan wanita yang usianya 20 tahun merasa sudah terlambat
menikah. Sebagian pendapat juga mengatakan bahwa harapan hidup kaum
wanita, lebih panjang daripada harapan hidup kaum pria, perbedaannya
berkisar 5-6 tahun. Sehingga tidak heran jika lebih banyak suami yang lebih
dahulu meninggal dunia, sedangkan sang istri harus hidup menjanda dalam
waktu yang sangat lama, tanpa ada yang mengayomi, melindungi, dan tiada
yang memberi nafkah secara layak.
3.3 Berkurangnya Jumlah Kaum Pria
Dampak paling nyata yang ditimbulkan akibat banyaknya jumlah kematian
pada kaum pria adalah semakin bertambahnya jumlah peremuan yang
kehilangan suami dan terpaksa harus hidup menjanda.lalu siapakah yang akan
bertanggung jawab mengayomi,memberi perlindungan dan memenuhi nafkah
lahir dan batinnya,jika mereka terus menjanda?solusinya tida lain,kecuali
menikah lagi dengan seorang jejaka,atau duda,atau memasuki kehidupan
poligami dengan pria yang telah beristri.itulah solusi yang lebih mulia,halal
dan baradab.
3.4 Lingkungan dan Tradisi
Lingkungan tempat saya hidup dan beraktivitas sangat besar pengaruhnya
dalam mempentuk karakter dan sikap hidup seseorang. Seorang suami akan
tergerak hatinya untuk melakukan poligami, jika ia hidup di lingkungan atau
komunitas yang memelihara tradisi poligami.
Sebaliknya ia akan bersikap antipati, sungkan dan berpikir seribu kali untuk
melakukannya, jika lingkungan dan tradisi yang ada di sekitarnya menganggap
poligami sebagai hal yang tabu dan buruk, sehingga mereka melecehkan dan
merendahkan para pelakunya.
3.5 Kemapanan Ekonomi12
Inilah salah satu motivator poligami yang paling sering saya dapati pada
kehidupan modern sekarang ini. Kesuksesan dalam bisnis dan mapannya
perekonomian seseorang, sering menumbuhkan sikap percaya diri dan
keyakinan akan kemampuannya menghidupi istri lebih dari satu.
D. Syarat-syarat melakukan perkawinan poligami berdasarkan hukum
islam
1. Berlaku adil pada istri dalam pembagian giliran dan nafkah. Dan tidak
dipersyaratkan untuk berlaku adil dalam masalah kecintaan. Karena hal ini
adalah perkara hati yang berada di luar batas kemampuan manusia.
2. Mampu untuk melakukan poligami yaitu:
1. mampu untuk memberikan nafkah sesuai dengan kemampuan, misalnya
jika seorang lelaki makan telur, maka ia juga mampu memberi makan telur
pada istri-istrinya.
2. kemampuan untuk memberi kebutuhan biologis pada istri-istrinya.
Adapun adab dalam berpoligami bagi orang yang melakukannya adalah sebagai berikut
(kami ringkas dari tulisan Ustadz Abu Ismail Muslim Al Atsari dalam majalah As Sunnah
Edisi 12/X/1428 H):
1. Berpoligami tidak boleh menjadikan seorang lelaki lalai dalam ketaatan pada
Allah.
2. Orang yang berpoligami tidak boleh beristri lebih dari empat dalam satu waktu.
3. Jika seorang lelaki menikahi istri ke lima dan dia mengetahui bahwa hal tersebut
tidak boleh, maka dia dirajam. Sedangkan jika dia tidak mengetahui, maka dia
terkena hukum dera.
4. Tidak boleh memperistri dua orang wanita bersaudara (kakak beradik) dalam satu
waktu.
5. Tidak boleh memperistri seorang wanita dengan bibinya dalam satu waktu.
6. Walimah dan mahar boleh berbeda dia antara para istri.
7. Jika seorang pria menikah dengan gadis, maka dia tinggal bersamanya selama
tujuh hari. Jika yang dinikahi janda, maka dia tinggal bersamanya selama 3 hari.
Setelah itu melakukan giliran yang sama terhadap istri lainnya.
13
8. Wanita yang dipinang oleh seorang pria yang beristri tidak boleh mensyaratkan
lelaki itu untuk menceraikan istri sebelumnya (madunya).
9. Suami wajib berlaku adil dalam memberi waktu giliran bagi istri-istrinya.
10. Suami tidak boleh berjima’ dengan istri yang bukan gilirannya kecuali atas seizin
dan ridha istri yang sedang mendapatkan giliran.
11. Hendaknya menyiarkannya (dengan walimah) untuk istri ke-2 hingga ke-4 seperti
walimah yg dilakukan untuk istri pertama tanpa membeda-bedakannya.
E. Dampak negatif dari poligami
1) Terhadap Kehidupan Rumah Tangga
1.1 Ketidakharmonisan hubungan anggota keluarga.
1.2 Sering timbul permasalahan atau percek-cokan.
1.3 Tidak adanya rasa saling pecaya.
1.4 Tidak adanya kepedulian yang besar dari suami terhadap anak dan isteri.
1.5 Kemungkinan dapat menyebabkan perceraian.
2) Dampak yang Umum Terjadi Terhadap Istri
Menurut buku ‘Agar Suami Tak Berpoligami’, dampak-dampak umum yang dapat
terjadi bagi para istri yang suaminya berpoligami adalah,
Dampak psikologis: perasaan inferior istri dan menyalahkan diri karena merasa
tindakan suaminya berpoligami adalah akibat dari ketidakmampuan dirinya
memenuhi kebutuhan biologis suaminya.
Dampak ekonomi rumah tangga: Ketergantungan secara ekonomi kepada suami.
Walaupun ada beberapa suami memang dapat berlaku adil terhadap istri-istrinya,
tetapi dalam prakteknya lebih sering ditemukan bahwa suami lebih mementingkan
istri muda dan menelantarkan istri dan anak-anaknya terdahulu.. Akibatnya istri yang
tidak memiliki pekerjaan akan sangat kesulitan menutupi kebutuhan sehari-hari.
Kekerasan terhadap perempuan, baik kekerasan fisik, ekonomi, seksual maupun
psikologis. Hal ini umum terjadi pada rumah tangga poligami, walaupun begitu
kekerasan juga terjadi pada rumah tangga yang monogami.
Dampak hukum: Seringnya terjadi nikah di bawah tangan (perkawinan yang tidak
dicatatkan pada Kantor Catatan Sipil atau Kantor Urusan Agama), sehingga
perkawinan dianggap tidak sah oleh negara, walaupun perkawinan tersebut sah
14
menurut agama. Pihak perempuan akan dirugikan karena konsekwensinya suatu
perkawinan dianggap tidak ada, seperti hak waris dan sebagainya.
Dampak kesehatan: Kebiasaan berganti-ganti pasangan menyebabkan suami/istri
menjadi rentan terhadap penyakit menular seksual (PMS), bahkan rentan terjangkit
virus HIV/AIDS.
3) Dampak Negatif Poligami Terhadap Anak
3.1 Sang anak merasa tidak mendapatkan perhatian dari orang tuanya.
3.2 Anak menjadi frustasi melihat keadaan orang tuanya.
3.3 Anak mendapat tekanan mental.
3.4 Adanya rasa benci kepada sang ayah.
3.5 Dicemooh oleh teman-temannya.
3.6 Anak tidak betah di rumah.
3.7 Tidak menutup kemungkinan anak menjadi melakukan perbuatan yang
tidak baik.
3.8 Anak mengikuti pergaulan yang negative.
3.9 Anak tidak semangat belajar.
3.10 Anak menjadi beranggapan negative terhadap orang tua.
F. Manfaat atau hikmah dari perkawinan poligami
Poligami adalah syariat yang Allah pilihkan pada umat Islam untuk kemaslahatan
mereka. Seorang wanita terkadang mengalami sakit, haid dan nifas. Sedangkan
seorang lelaki selalu siap untuk menjadi penyebab bertambahnya umat ini. Dengan
adanya syariat poligami ini, tentunya manfaat ini tidak akan hilang sia-sia. (Syaikh
Muhammad Asy Syanqithi dalam Adhwaul Bayaan 3/377 dinukil dari Jami’ Ahkamin
Nisaa 3/443-3445). Jumlah lelaki yang lebih sedikit dibanding wanita dan lelaki lebih
banyak menghadapi sebab kematian dalam hidupnya. Jika tidak ada syariat poligami
sehingga seorang lelaki hanya diizinkan menikahi seorang wanita maka akan banyak
wanita yang tidak mendapatkan suami sehingga dikhawatirkan terjerumus dalam
perbuatan kotor dan berpaling dari petunjuk Al Quran dan Sunnah. (Syaikh
Muhammad Asy Syanqithi dalam Adhwaul Bayaan 3/377 dinukil dari Jami’ Ahkamin
Nisaa 3/443-3445). Secara umum, seluruh wanita siap menikah sedangkan lelaki
banyak yang belum siap menikah karena kefakirannya sehingga lelaki yang siap
menikah lebih sedikit dibandingkan dengan wanita. (Sahih Fiqih Sunnah 3/217).
15
Syariat poligami dapat mengangkat derajat seorang wanita yang ditinggal atau dicerai
oleh suaminya dan ia tidak memiliki seorang pun keluarga yang dapat
menanggungnya sehingga dengan poligami, ada yang bertanggung jawab atas
kebutuhannya. Kami tambahkan, betapa banyak manfaat ini telah dirasakan bagi
pasangan yang berpoligami, Alhamdulillah. Poligami merupakan cara efektif
menundukkan pandangan, memelihara kehormatan dan memperbanyak keturunan.
Kami tambahkan, betapa telah terbaliknya pandangan banyak orang sekarang ini,
banyak wanita yang lebih rela suaminya berbuat zina dari pada berpoligami, Laa
haula wa laa quwwata illa billah. Memperbanyak jumlah kaum muslimin sehingga
memiliki sumbar daya manusia yang cukup untuk menghadapi musuh-musuhnya
dengan berjihad. Kami tambahkan, kaum muslimin dicekoki oleh program Keluarga
Berencana atau yang semisalnya agar jumlah mereka semakin sedikit, sementara jika
kita melihat banyak orang-orang kafir yang justru memperbanyak jumlah keturunan
mereka.
G. STUDI KASUS
Kisah kehidupan Eyang Subur (ES) bersama delapan istri membuat banyak orang
bertanya-tanya dan penasaran. Menurut kesaksian salah seorang artis (Adi B.S) yang
juga sebagai mantan murid ES, menyatakan bahwa ES adalah penganut aliran sesat.
Profil Eyang Subur
Berawal pada tahun 1974 ketika merantau ke Jakarta menjadi seorang penjahit,
Eyang Subur sempat bekerja disebuah perusahaan konveksi, sebelum kemudian
menjadi tenar sebagai paranormal pada tahun 1980. Sisi negatif Eyang Subur mulai
terlihat ketika timbul perseteruan dengan mantan muridnya (Adi Bing Selamet) yang
kemudian menjadi topik sorotan oleh media di Indonesia. Mulai dari melakukan
poligami yang berlebihan, tuduhan melakukan pelet, dan suka membagi-bagikan harta
yang tidak diketahui dengan jelas asal-usulnya menjadikan beberapa pihak pro kontra
dengannya.
Sebelum permasalahan ini santer diberitakan, Eyang Subur beristri lebih dari 4
orang, yang tentu saja ini melanggar syariah Islam. Banyak yang mengatakan bahwa dia
menggunakan ilmu pelet untuk memikat wanita yang ingin dinikahinya, namun menurut
pengakuan isteri pertamanya, Eyang Subur berpoligami dikarenakan hanya ingin
16
menolong serta meningkatkan derajat wanita dan sama sekali tanpa ilmu pelet.
(Sumber: kapanlagi.com)
Kemudian, banyaknya pengakuan dari murid-muridnya yang mengatakan bahwa
Eyang Subur sering membagi-bagikan harta, menimbulkan pertanyaan dari mana dia
memperoleh kekayaan itu. Berdasarkan pengakuan pelayan pribadinya, kekayaan
Eyang Subur diperoleh dari tamu-tamu yang berkunjung ke rumahnya. “Setiap malam
Rabu dan Jum’at, ada ratusan orang yang datang. Sebagian besar dari mereka berharap
keberkahan dari Eyang Subur dan berharap dilancarkan segala urusannya” kata pelayan
pribadinya. (Sumber: informasigila.blogspot.com)
Mengetahui hal itu, Majelis Ulama Indonesia-pun turun tangan. Setelah melakukan
investigasi ke rumah Eyang Subur, MUI telah mengantongi beberapa fakta dan
keputusan. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan paham dan pengamalan
keagamaan Eyang Subur telah menyimpang dari akidah dan syariah Islam karena telah
mempraktikkan perdukunan dan ramalan. “Atas dasar itu, MUI meminta Saudara Subur
untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang lurus,” kata Ketua MUI KH Ma`ruf Amin,
Senin (22/4/2013). Keputusan MUI tersebut didasarkan kepada:
Pertama, ditemukan praktek keagamaan yang bertentangan dari pokok-pokok
syariat oleh Eyang Subur dengan menikahi wanita lebih dari empat orang dalam waktu
bersamaan. Itu dibuktikan dengan pengakuan yang bersangkutan dan kesaksian dari
sejumlah orang-orang yang terpercaya.
Kedua, ditemukan adanya praktek perdukunan dan peramalan yang dibuktikan oleh
kesaksian sejumlah orang yang jumlahnya sangat sulit untuk terjadinya kebohongan
serta indikasi kuat dalam proses klarifikasi yang menunjukan adanya praktek dimaksud.
“Penyimpangan tersebut didasarkan fatwa MUI nomor 2/munas VII/MUI/2005 tentang
perdukunan dan peramalan” terang Ma’ruf. (Sumber: islampos.com)
Mendengar fatwa Majelis Ulama Indonesia. Melalui kuasa hukumnya, Ramdan
Alamsyah, Eyang Subur akhirnya mengakui telah melakukan penyimpangan dalam
ajaran Islam. Hanya saja, Eyang Subur tak mau dibilang memiliki ajaran sesat.
(Sumber: bersamadakwah.com)
17
Beberapa Hal Yang Menarik Dari Kasus Eyang Subur
Ada yang menarik dari kasus Eyang Subur yang punya istri 8 orang wanita ini:
1).Tidak seperti biasanya, aktivis Femenis, Liberal dan HAM tidak menyerang praktek
poligami yang dilakukan oleh Eyang Subur, begitu juga dengan berita2 di media sekuler
yang memberitakan sangat positif kehidupan rumah tangga Eyang Subur, berbeda dengan
kasus Poligami nya aa Gym yang dicerca habis2an oleh media. Padahal AAGym cuma
menikahi 2 orang wanita, sedangkan Eyang Subur menikahi 8 orang wanita sekaligus.
Poligami AA Gym masih sesuai koridor syariat.
2).Jadi ternyata bukan Poligami nya yang mereka serang, tapi Syariat Islam-nya. Jika
praktek poligami itu bertentangan dengan syariat maka mereka akan dukung. Jadi jelas,
bahwa aktivis HAM, Feminis, Liberal dll adalah musuh2 Islam yang berusaha untuk
mengacak-acak syariat Islam dalam segala aspeknya.4
Menanggapi Kasus Poligami Eyang Subur
Dari kasus tentang kisah poligami Eyang Subur di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa praktik poligami yang dia lakukan jika dipandang dengan hukum Islam adalah
haram. Dikarenakan ia melakukan poligami bertentangan dengan dalil Al-Qur’an surat
An-Nisa (4): 3 yang berkenaan dengan batasan jumlah istri yang boleh dinikahi, yaitu
maksimal empat orang, sedangkan pernikahan yang dilakukan ES adalah dengan delapan
orang wanita.
Namun jika kita bandingkan dengan kasus poligami yang pernah dilakukan AA Gym,
nampaknya kasus poligami ES ini terasa adem ayem di tengah-tengah masyarakat, bahkan
tidak menimbulkan pertentangan dan protes dari masyarakat. Dan sangat berbeda jauh
ketika kasus ini terjadi pada AA Gym beberapa waktu yang lalu.
Menurut analisis penulis, hal ini bisa terjadi karena ada suatu konspirasi untuk
memojokkan suatu pihak, dalam hal ini adalah ajaran Islam. Seperti halnya pada saat
terjadinya pengeboman-pengeboman di Indonesia yang dilakukan oleh para teroris, dan
dalam hal ini media juga menyangkut-pautkan dengan umat islam. Padahal faktanya tidak
demikian adanya. Wallahu alam bisshohab.
Dan jika kita berkaca pada tujuan pernikahan yang sebenarnya adalah untuk
menciptakan rumah tangga yang sakinah (tentram), tumbuhnya rasa cinta dan kasih
4 http://info-kita.net/
18
sayang antara suami dan istri (mawaddah wa rahmah). Serta dengan melihat fungsi
pernikahan yang diantaranya untuk menjaga kesehatan kelamin. Sedangkan apa yang
dilakukan oleh Eyang Subur, tidak sesuai dengan tujuan tersebut, karena belum tentu
wanita yang menjadi istri-istrinya mersakan adanya sakinah, mawaddah wa rahmah dalam
pernikahan tersebut. Begitu juga dengan jumlah istri yang terbilang tidak sedikit, sehingga
dengan seringnya berganti-ganti pasangan, tidak menutup kemungkinan akan
menimbulkan penyakit kelamin pada yang bersangkutan serta para istrinya.
19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Hukum poligami adalah mubah dan bersyarat.
2. Islam membolehkan poligami dengan syarat adil, dan jika ditemukan adanya
kekurangan yang signifikan (menonjol) pada istri sebelumnya, serta terpenuhi
beberapa kondisi tertentu untuk menghindari jatuhnya sang suami kedalam perzinaan,
sehingga sebagai jalan keluarnya diperbolehkan berpoligami.
3. Syarat adil merupakan suatu penghormatan kepada wanita yang bila tidak dipenuhi
akan mendatangkan dosa.
4. Konsep keadilan merupakan landasan dalam melakukan pernikahan baik itu
monogami dan poligami. Keadilan itu bukan dalam perspektif perempuan saja, tapi
perempuan harus mampu berlaku adil terhadap suami yang mampu dan ingin
berpoligami dengan syarat mampu berlaku adil dan tidak melakukan aniaya terhadap
isteri dan dirinya sendiri.
5. Islam lebih mengutamakan sistem monogami (karena inilah yang mendekati
keadilan). Tetapi pada saat yang sama Islam membolehkan poligami dalam keadaan
tertentu, dengan seperangkat persyaratan tertentu, yang bertujuan mewujudkan
keadilan.
B. SARAN
1. Banyak orang yang menentang syariat poligami dikarenakan kurangnya pemahaman akan hal ini. Anehnya para penentang poligami baik pria maupun wanita, mayoritas mereka tidak mengerti tata cara wudhu dan sholat yang benar, tapi dalam masalah poligami, mereka merasa sebagai ulama besar!
2. Hendaknya mereka lebih banyak dan lebih dalam mempelajari ajaran agama Allah swt kemudian mengamalkannya sampai mereka menyadari bahwa sesungguhnya aturan Allah akan membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat.
20
3. Jangan mudah terintervensi oleh media dan orang-orang yang sengaja ingin menjatuhkan islam melalui berbebagai cara, termasuk masalah poligami yang diberitakan secara negatif dan berlebihan.
4. Boleh jadi kita tidak suka sesuatu, namun padahal itu baik bagi kita, dan mungkin kita suka sesuatu padahal itu tidak baik bagi kita, yang Maha Mengetahui sesuatu itu baik atau tidak hanyalah Allah swt.
21
DAFTAR PUSTAKA
Sudrajat,Ajat dan Amir Syamsudin.2008. Din Al-Islam.Yogyakarta: UNY Press
http://rahmatyudistiawan.wordpress.com/2013/01/23/hukum-poligami-jumlah-
istri-dan-syarat-adil-dalam-poligami-oleh-rahmat-yudistiawan/
http://marhamahsaleh.wordpress.com/
http://tausyiahaditya.blogspot.com/2013/01/bagaimanakah-poligami-dalam-
islam.html
http://info-kita.net/2013/05/beberapa-hal-yang-menarik-dari-kasus-eyang-
subur/
www.kapanlagi.com
http://hukum.kompasiana.com/2013/01/05/poligami-dalam-hukum-islam-
522592.html
http://escampur-sari.blogspot.com/2012/06/makalah-poligami.htm L
http://gumilar69.blogspot.com/2013/12/makalah-poligami-bab-ii.html
22