westernisasi dalam pandangan islam
TRANSCRIPT
WESTERNISASI DALAM PENDANGAN
ISLAM
OLEH:
SYUKRI ABADiajukan Untuk Memenuhi
Mata Kuliah Orientalisme
FAKULTAS USHULUDDIN
IAIN AR-RANIRY
BANDA ACEH
2011
B A B I
P E N D A H U L U A N
Tahun 1924, Khilafah Turki Utsmaniyah runtuh meninggalkan peradaban
yang pernah menguasai sepertiga bumi di bawah panji keislaman. Kejayaan Islam
lenyap begitu saja bagaikan terkubur bersama reruntuhan istana Istambul. Hegemoni
pemikiran Barat muncul dan berkembang di negara-negara yang dulunya bersatu di
bawah aqidah yang pernah dibawakan oleh seorang laki-laki padang pasir Hijaz,
Muhammad Saw.
Sejak itu negara-negara Islam dijajah dan dibodohi dalam segala bidang, baik
dari segi politik, ekonomi, sosial, budaya, dan ilmu pengetahuan. Berbagai pemikiran
dan sistem yang memiliki pengaruh negatif terhadap agama Islam ditanamkan
terhadap umat Islam sendiri. Telah jelas bahwa mereka tidak akan puas sampai umat
Islam itu hancur atau masuk ke dalam agama mereka (Yahudi-Nashrani) sebagaimana
firman Allah Swt:
Artinya: Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga
kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah
Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti
kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak
lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (Q.S. Al-Baqarah (2): 120)
Berbagai daya upaya terus diusahakan untuk menghancurkan Agama Islam
diakibatkan kedengkian dan kebencian mereka terhadapnya. Salah satu upaya itu
ialah dengan Westernisasi.
B A B II
P E M B A H A S A N
A. Definisi dan Tujuan Westernisasi
Westernisasi adalah sebuah arus besar yang mempunyai jangkauan politik,
sosial, kultural dan teknologi. Arus ini bertujuan mewarnai kehidupan bangsa-bangsa,
terutama kaum Muslimin, dengan gaya Barat. Dengan cara menggusur kepribadian
Muslim yang merdeka dan karakteristiknya yang unik. Kemudian kaum Muslimin
dijadikan tawanan budaya yang meniru secara total peradaban Barat.1
Gerakan ini secara mendasar telah melakukan upaya pengubahan berbagai
pemahaman Islam di dunia, memisahkan umat Islam dengan sejarah masa lampau
dan kejayaan mereka, bahwa mereka berusaha melenyapkan sisa-siasa kejayaan
tersebut dengan melakukan penanaman keragu-raguan, menyebarkan syubhat seputar
masalah agama, bahasa, sejarah, alam pemikiran, pemahaman, dan keyakinan secara
menyeluruh.2
Kolonialisme, Orientalisme, Komunisme, Free Mansory dengan seluruh
cabang-cabangnya, Zionisme dan para propagandis pluralisme, semuanya bersatu
mendukung gerakan westernisasi.3 Salah satu tujuannya ialah untuk menghancurkan
kesatuan kaum muslimin sehingga mudah untuk ditundukkan. Lauren Browen
menyatakan dalam bukunya al-Islam wal Irsaliyat, “Kalau kaum muslimin di
empirium Arab ini bersatu, mereka bisa jadi momok dan bencana berbahaya bagi
dunia (barat). Kalau mereka berpecah belah, mereka akan menjadi manusia tanpa
kekuatan dan pengaruh lagi.”4
Westernisasi pada hakikatnya merupakan perwujudan dari konspirasi Kristen-
Zionis-Kolonialis terhadap Islam. Mereka bersatu untuk mencapai tujuan bersama,
yaitu membaratkan dunia Islam agar kepribadian Islam yang unik terhapus dari muka
bumi ini.5
1 ? Lembaga Pengkajian dan Penelitian Lembaga WAMY Mesir. Gerakan Keagamaan dan Pemikiran. Jakarta: Al-I’tishom. (2002), hal. 952 ? Muhammad Hamid An-Nashir. Menjawab Modernisasi Islam. Jakarta: Darul Haq. (2004), hal. 943 ? Lembaga Pengkajian dan Penelitian Lembaga WAMY Mesir. Gerakan Keagamaan……, hal. 1034 ? Muhammad Hamid An-Nashir. Menjawab......, hal. 975 ? Lembaga Pengkajian dan Penelitian Lembaga WAMY Mesir. Gerakan Keagamaan……, hal. 106
B. Sejarah Berdiri dan Perkembangan Westernisasi
Kekalahan demi kekalahan yang dialami oleh Barat pada Perang Salib,
memunculkan rasa dendam yang mendalam pada bangsa Barat dan berupaya untuk
menebus kekalahan tersebut. Louis IX, seorang Raja Prancis yang ditawan pada masa
Perang Salib menulis dalam catatannya bahwa peperangan melawan kaum muslimin
harus dimulai dengan merusak akidah mereka yang sudah berurat berakar sehingga
membentuk kekuatan jihad dan perlawanan. Harus segera dipisahkan antara akidah
dan syariat.6
Pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 orang-orang yang berpandangan
Timur, di dunia Islam, mulai memodernisasi dan memperkuat tentara mereka dengan
cara mengirimkan kader-kadernya ke negara-negara Eropa, atau dengan
mendatangkan para ahli dari barat untuk mengajar dan membuat perencanaan bagi
kebangkitan modern.
Westernisasi di dunia Islam berkembang pesat setelah jatuhnya kekhalifahan
Ustmaniyah. Negara-negara Islam menjadi hancur dan terpecah belah. Di Turki
sendiri, yang penah menjadi ibu kota Utsmaniyah, pemerintahan yang dipimpin oleh
Kemal Attaturk berusaha untuk menghapus nilai-nilai keislaman dan menjadikan
Turki sebagai negara sekuler.
Selanjutnya ada pula beberapa tokoh muslim yang pernah belajar di Barat
membawa pengaruh westernisasi ke dalam budaya Islam. Disebutkan dalam buku
Gerakan Keagamaan dan Pemikiran yang disusun oleh Lembaga Pengkajian dan
Penelitian WAMY Mesir beberapa di antara tokoh-tokoh tersebut ialah Ismail
Mazhhar, Zaki Mubarak, dan Muhammad Husein Haikal. Akan tetapi tokoh-tokoh
yang disebutkan tadi pada akhirnya menyanggah dan mengakui kesalahan-kesalahan
westernisasi.
Pemikiran westernisasi yang banyak timbul dari kalangan cendikiawan
muslim berdalih bahwa dengan westernisasilah umat Islam dapat mengejar
6 ? Muhammad Hamid An-Nashir. Menjawab......, hal. 95
ketertinggalan dari dunia Barat. Namun, pendapat seperti ini tidak mempunyai dasar
yang kuat dan mendapat penentangan yang keras dari ulama-ulama muslim lainnya.
C. Usaha-Usaha Westernisasi di Pentas Dunia Islam
Anwar Jundi, dalam buku Al-Mu’ashirah fii Ithaaril Ashaalah yang telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Islam dan Dunia
Kontemporer menyebutkan beberapa upaya yang dilakukan dalam gerakan
westernisasi untuk menghancurkan Islam. Penulis merumuskannya sebagai berikut:
1. Mengosongkan nilai-nilai Al-Qur’an, hadits, budaya, serta peninggalan
sejarah pemikiran Islam dari dalam diri umat Islam sehingga umat Islam akan
mudah menerima pemikiran-pemikiran yang diberikan Barat seperti pahan
Demokrasi, Sosialisme, Marxisme, Liberalisme, Sekularisme dan sebagainya.
2. Menghidupkan kembali pemikiran-pemikiran ekstrim yang pernah timbul
seperti paham mendewakan akal di atas wahyu (mirip dengan paham
mu’tazilah).
3. Menebarkan pemikiran-pemikiran syubhat yang menjadikan umat Islam ragu-
ragu terhadap kebenaran Islam dan sumbernya (Al-Quran dan Sunnah).
Seperti muncunlnya gerakan Ingkar Sunnah yang meragukan ontentitas hadits
Rasulullah Saw serta usaha para orientalis Barat yang juga meragukan
kebenaran Al-Quran dengan berbagai macam alasan yang secara sepintas
tampak logis.
4. Menulis kembali sejarah Islam dengan pena-pena beracun. Yakni
membohongi sejarah dengan banyak menceritakan peristiwa-peristiwa yang
dapat memunculkan kontradiksi di antara umat Islam dengan riwayat-riwayat
yang sulit dibuktikan kebenarannya.
5. Menghujat pribadi-pribadi dalam sejarah pemikiran Islam. Seperti
penghujatan terhadap para sahabat, ilmuwan dan para pemikir Islam.
6. Menginterpretasikan sejarah secara materialistik dan menutup-nutupi
peninggalan Islam yang asli. Maksudnya ialah oleh orang-orang Barat
berusaha untuk menyembunyikan peninggalan kaum muslimin dan
menonjolkan penemuan-penemuan non-muslim.
7. Memasukkan hasil pemikiran para orientalis ke dalam pemikiran Islam.
8. Memasukkan cara hidup Barat secara halus kepada umat Islam dengan
menguasai berbagai media massa, baik media cetak maupun audiovisual.
D. Beberapa Paham yang Dimunculkan oleh Gerakan Westernisasi
1. Liberalisme
Liberalisme berkaitan dengan kata Libertas (bahasa latin) yang artinya
kebebasan, dan Liberalisme mencakup banyak aliran yang berbeda artinya di bidang
politik, ekonomi dan keagamaan, yang berpangkal tolak pada kebebasan orang-
perorangan terhadap kekuasaan apapun.7
Ditilik dari sejarahnya, paham liberalisme muncul dari masyarakat Barat yang
berusaha membebaskan diri dari kekangan doktrin-doktrin Gereja pada abad
Pertengahan. Paham ini sangat mengutamakan kebebasan individu di atas segalanya.
Liberalisme tidak dapat menerima ajaran dogmatisme (Refuse Dogatism). Hal
ini disebabkan karena pandangan filsafat dari John Locke (1632 – 1704) yang
menyatakan bahwa semua pengetahuan itu didasarkan pada pengalaman. Dalam
pandangan ini, kebenaran itu adalah berubah.8 Ini adalah pemikiran terpenting yang
disebarluaskan di kalangan umat Islam masa kini untuk menjauhkan kaum muslimin
dari agamanya.
Orang-orang yang mengikuti paham liberalisme cenderung mengikuti hawa
nafsu semata. Tidak ada kebenaran yang mutlak dalam paham ini. Semuanya tidak
statis dan dapat berubah. Maka tidak heran dalam sebuah kelompok yang dikenal
dengan nama Jaringan Islam Liberal (JIL) pernah menyatakan bahwa Al-Quran dan
Hadits tidak relevan lagi di masa sekarang, zaman telah berubah maka hukum pun
harus berubah.
7 ? Herlianto. http://artikel.sabda.org/liberalisme. (diakses pada tanggal 1 Juni 2011)8 ? http://id.wikipedia.org/wiki/Liberalisme (diakses pada tanggal 1 Juni 2011)
Pendapat JIL di atas pada dasarnya tidak dapat dibenarkan oleh akal sama
sekali, dasar pernyataan mereka hanyalah berdasarkan kepada dugaan semata.
Padahal telah jelas berdasarkan pengalaman sejarah, umat Islam mundur dikarenakan
meninggalkan ajaran agamanya. Islam adalah agama yang begitu lengkap mengatur
kehidupan manusia dan menjamin hak-hak perseorang dan sosial. Ketika aturan
agama mulai dilanggar, maka timbullah kekacauan hampir di segala bidang, dari segi
politik, ekonomi, bahkan moral.
Artinya: Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka
sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata. (Q.S. Al-Ahzab (33): 36)
Demikianlah paham liberalisme mengembangkan pemikirannya sehingga
memunculkan sekularisme, kapitalisme, pluralisme, dan sebagainya.
2. Sekularisme
Sekularisme adalah sebuah gerakan yang menyeru kepada kehidupan duniawi
tanpa campur tangan agama.9 Paham ini menyerukan agar segala aspek dalam bidang
kehidupan yang berkaitan dengan kehidupan duniawi dipisahkan dari agama. Jadi,
ruang lingkup agama hanya terbatas dalam masalah aqidah dan ibadah saja. Agama
tidak boleh campur tangan terhadap masalah-masalah politik, ekonomi, sosial dan
budaya.
Adapun Islam tidak dapat membenarkan paham tersebut. Islam adalah agama
yang totalitas, yaitu agama yang mencakup dalam segala aspek kehidupan. Sejarah
membuktikan bahwa kejayaan dan kemajuan yang dialami oleh umat Islam terjadi
9 ? Lembaga Pengkajian dan Penelitian Lembaga WAMY Mesir. Gerakan……., hal. 281
ketika umat Islam mempraktekkan ajaran agamanya di dalam semua bidang
kehidupan. Allah berfirman dalam Al-Quran:
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh
yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah (2): 208)
3. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan suatu ikatan untuk sekelompok manusia berdasarkan
kesamaan identitas sebagai sebuah “bangsa”. Pengertian “bangsa” ini, pada
praktiknya sangat luas dan kadang malah bersifat imajiner. Kesamaan “bangsa”
kadang bisa berarti kesamaan ras, budaya, bahasa, sejarah, dan sebagainya. Dalam
wacana ilmu politik mutakhir, pengertian “bangsa” lebih bersifat imajinatif (Benedict
Anderson, 1999). Penduduk pesisir timur Sumatera (yang ber”bangsa” Indonesia)
sebenarnya bukan hanya dekat secara fisik dengan penduduk di Semenanjung
Malaysia sebelah barat (yang ber”bangsa” Malaysia), yang hanya dipisahkan oleh
Selat Malaka. Merekapun satu suku, sehingga mereka bisa saling memahami ucapan
dan adat masing-masing. Tetapi, mereka “mengimajinasi” sebagai bangsa yang
berbeda, dan saling menganggap sebagai bangsa asing. Sebaliknya penduduk
Sumatera, yang sama sekali tidak memiliki kesamaan bahasa ibu dan kesukuan
dengan orang Ambon, ternyata telah “mengimajinasi” sebagai satu “bangsa” dengan
orang Ambon. Di sinilah letak absurdnya (kerancuan –pen) nasionalisme. Yang
“sama” bisa menjadi “bangsa” yang berbeda, sementara yang “tidak sama” bisa
menjadi satu “bangsa”.10
Karena itulah, nasionalisme sesungguhnya tidak mengandung suatu hakikat
pengertian yang pasti. Nasionalisme adalah ide yang kosong dari makna-makna yang
konkrit. Nasionalisme lebih mengandalkan sentimen atau emosi yang semu. Tidak
bertolak dari ide yang lahir melalui proses berpikir yang benar dan sadar.11
10 ? Muhammad Shiddiq Al-Jawi. Nasionalisme dan Islam. http://www.gaulislam.com/nasionalisme-dan-islam/comment-page-1#comment-13405 (diakses pada tanggal 2 Juni 2011)11 ? Muhammad Shiddiq Al-Jawi. Nasionalisme………
Satu hal yang mungkin tidak disadari banyak orang, temasuk umat Islam,
adalah kenyataan bahwa nasionalisme sebenarnya adalah ide yang diperalat oleh
Barat untuk menjajah dan mendominasi dunia (Abdus Sami’ Hamid, 1998). Negara-
negara Kapitalis seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis, telah menggariskan
langkah politik untuk memperkokoh atau mempertahankan eksistensi dan
pengaruhnya dengan cara memecah belah sebuah kekuatan politik dan merekayasa
berbagai konflik dan kekacauan di antara kelompok-kelompok masyarakat.12
Nasionalisme telah dimanfaatkan Barat untuk menjajah dan mendominasi
dunia, adalah tercerai berainya umat Islam menjadi lebih dari 50 negara berdasarkan
nasionalisme. Benih-benih perpecahan umat ini sebenarnya sudah mulai muncul sejak
imperialis Barat menginfiltrasikan racun nasionalisme ke dalam tubuh umat Islam
melalui kegiatan kristenisasi dan missi/zending –yang sebagian besar berasal dari
Amerika, Inggris, dan Perancis– pada pertengahan abad ke-19 di Siria dan Libanon.13
Menurut penulis sendiri, pada dasarnya rasa nasionalisme merupakan hal yang
fitrah bagi manusia dikarenakan Allah menciptakan manusia bersuku-suku dan
berbangsa-bangsa sebagaiman firman-Nya dalam surat Al-Hujurat ayat 13
menyebutkan:
Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal. (Q.S. Al-Hujurat (49): 13)
Ditilik dari ayat di atas, walaupun nasionalisme merupakan hal yang fitrah
namun Islam tidak menganjurkan agar umatnya fanatik terhadap rasa kebangsaan
atau kesukuan tersebut. Semuanya sama di sisi Allah kecuali orang-orang yang
12 ? Muhammad Shiddiq Al-Jawi. Nasionalisme………13 ? Muhammad Shiddiq Al-Jawi. Nasionalisme………
bertakwa. Di poin ini dapat kita pahami bahwasanya semua umat Islam yang tunduk
dan patuh terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya tidak dibeda-bedakan berdasarkan
kebangsaan, akan tetapi pada komitmennya terhadap agamanya.
Kaum muslimin adalah satu kesatuan yang diikat oleh kesamaan aqidah
(iman), bukan kesamaan bangsa. Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya orang-orang beriman adalah bersaudara.” (Al Hujurat (49): 10)
Rasulullah SAW juga bersabda :
“Tidak tergolong umatku orang yang menyerukan ashabiyah (fanatisme golongan).
(HR. Abu Dawud)
Akan tetapi paham nasionalisme yang diciptakan oleh Barat dalam upaya
westernisasi menempatkan agama di bawah nasionalisme itu sendiri. Sehingga rasa
cinta terhadap bangsa atau negara mengalahkan rasa persaudaraan sesama muslim.
Maka tidak heran orang-orang yang fanatik terhadap paham nasionalisme Barat tidak
segan-segan menghina, menjelek-jelekkan, bahkan memerangi saudaranya sesama
muslim hanya karena alasan membela bangsa masing-masing. Na’uzubillahi min
dzalik.
4. Darwinisme
Darwinisme adalah sebuah gerakan pemikiran yang dinisbatkan kepada
seorang pemikir Inggris Charles Darwin yang telah menyebarkan bukunya berjudul
The Origin pada tahun 1859. Dalam buku ini ia melontarkan teori tentang proses
perkembangan dan pertumbuhan yang telah menggoncang nilai-nilai agama dan
meninggalkan pengaruh negatif terhadap pemikiran manusia.14
Teori evolusi Darwin menyatakan bahwa semua makhluk hidup berasal dari
satu sel dari dalam air yang kemudian berkembang dan berubah bentuk secara
bertahap untuk dapat bertahan hidup sehingga menjelma menjadi makhluk yang kita
14 ? Lembaga Pengkajian dan Penelitian Lembaga WAMY Mesir. Gerakan……., hal. 154
kenali sekarang ini. Dalam teori ini misalnya dikatakan bahwa manusia berevolusi
dari kera.
Baik agama Islam, yahudi, maupun kristen menolak teori tersebut, karena
dalam kepercayaan agama baik Islam, yahudi maupun kristen manusia itu diciptakan
langsung dari tanah dan manusia pertama ialah Nabi Adam a.s. Kebanyakan pengikut
darwinisme adalah orang-orang yang atheis (tidak punya agama/Tuhan), dan mereka
melakukan berbagai propaganda di seluruh dunia agar teori Darwin dapat diterima.
Mereka juga berhasil memasukkan teori ini ke dalam kurikulum sekolah negara-
negara muslim.
Seorang ilmuwan muslim Turki, Adnan Oktar, yang lebih dikenal dengan
nama pena Harun Yahya, telah menerbitkan banyak buku yang membantah teori
Darwin disertai dengan bukti-bukti yang Ilmiah baik dari segi sains maupun agama.
Salah satunya berjudul New Research Demolishes Evolution (Keruntuhan Teori
Evolusi). Harun Yahya membongkar kebohongan teori Darwin dan para pengikut
fanatiknya serta membungkam seluruh pendapat mereka melalui hasil penyelidikan
dan penelitian yang dilakukannya secara mendalam.
5. Materialisme
Kata materialisme terdiri dari kata materi dan isme. Materi dapat dipahami
sebagai bahan; benda; segala sesuatu yang tampak. Materialisme adalah pandangan
hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam
alam kebendaan semata-mata, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang
mengatasi alam indra. Sementara itu, orang-orang yang hidupnya berorientasi kepada
materi disebut sebagai materialis. Orang-orang ini adalah para pengusung paham
(ajaran) materialisme atau juga orang yang mementingkan kebendaan semata
(harta,uang,dsb).15
15 ? http://id.wikipedia.org/wiki/Materialisme (diakses pada tanggal 24 Mei 2011)
Dalam paham ini agama dikesampingkan dikarenakan menghalangi manusia
untuk mencapai kebendaan secara mutlak. Paham ini memisahkan agama dan
keduniawian harta benda, orang yang menganut paham ini akan menjadikan
pengumpulan harta benda sebagai tujuan hidupnya. Tidak jarang pula kaum
materialis menafikkan akan adanya Tuhan. Liberalisme dan sekulerisme tampak jelas
dalam materialisme.
Materialisme adalah virus yang merusak kehidupan umat manusia, khususnya
umat Islam, karena mengajarkan semua standar kesuksesan hidup di dunia selalu
diukur dengan materi dan berbagai standar palsu lainnya, seperti jabatan, status
sosial, harga diri, tanah air, kesombongan pada Tuhan Pencipta, yakni Allah Ta’ala.
Padahal, dalam kenyataan hidup ini tidak sedikit yang memiliki materi berlimpah,
pangkat dan kedudukan yang tinggi dan sebagainya, malah hidupnya tersiksa dan
menderita. Kesuksesan hanya sebatas dalam pencapaian keduniaan berupa pangkat,
kedudukan, status sosial dan harta. Lupa, bahwa di atas segala kesuksesan di dunia ini
adalah kesuksesan di Akhirat kelak.
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka
tentang (kehidupan) Akhirat adalah lalai”. (Q.S. Ar-Rum (30): 7)
Agar kita tidak tertipu oleh faham dan ideologi materialisme yang sudah
menggurita akal, fikiran, perasaan dan hati kebanyakan umat manusia hari ini, ada
empat hal yang harus kita jadikan pegangan dalam hidup ini :
1. Ingat selalu kematian. Setiap yang bernyawa pasti merasakan kematian. Ini adalah
sunnatullah (ketetapan Allah) yang mustahil dapat kita rubah atau kita hindarkan.
Setiap hari kita melihat kematian di mana-mana. Cukuplah peristiwa kematian itu
bagi kita sebagai pelajaran.
2. Bangun orientasi hidup akhirat, karena akhirat itulah yang abadi. Harus disadari
betul bahwa kehidupan dunia ini sementara dan sebagai ladang kita bercocok
tanam atau berinvestasi akhirat. Gunakan semua potensi akal, ilmu, harta, fisik dan
apa saja yang kita miliki di jalan Allah Ta’ala. Buang jauh-jauh angan-angan
duniawi dari dalam diri kita, jauhkan hidup yang berlebihan, dan hiduplah dengan
sederhana, karena kehidupan yang berlebihan itu hanya akan melalaikan kita dari
konsentrasi menuju kehidupan sejati, yakni kehidupan akhirat.
3. Evaluasi pengertian sukses yang selama ini menggurita pikiran kita. Orang yang
sukses bukanlah yang banyak hartanya, akan tetapi yang menginfakkan
kebanyakan hartanya di jalan Allah. Orang yang sukses bukanlah yang tinggi
pangkatnya di dunia, akan tetapi yang paling baik kualitas taqwanya di sisi Allah.
Orang yang sukses bukanlah yang paling banyak ilmunya, akan tetapi yang paling
takut kepada Allah. Orang yang sukses bukanlah yang paling berkuasa di dunia,
akan tetapi yang paling taat dan tunduk kepada Allah semasa hidup di dunia.
Sukses bukanlah ditentukan dan dinilai di dunia, akan tetapi ditentukan dan dinilai
di akhirat nanti.
4. Hati-hati terhadap kehidupan dunia dan jangan sampai tertipu, karena kehidupan
dunia ini di mata Allah hanyalah kenikmatan yang sedikit dan menipu. Harta,
tahta, anak dan istri adalah bunga-bunga dunia dan menjadi ujian dalam kehidupan
dunia. Jika kita tidak pandai memenej dan mensyukurinya, semua itu akan menjadi
beban dan bencana bagi kita, jika tidak di dunia pasti di akhirat kelak akan kita
rasakan musibahnya. 16
Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 185 :
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu
tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Q.S. Ali Imran (3) : 185)
16 ? Fathuddin Ja’far. Bahaya Virus Materialisme. http://www.eramuslim.com/khutbah-jumat/virus-materialisme.htm (diakses pada tanggal 24 Mei 2011)
B A B III
P E N U T U P
Pandangan Islam sendiri terhadap westernisasi ialah betapa berbahayanya
upaya-upaya yang dilakukan Barat untuk mewujudkan westernisasi di dunia Islam.
Paham-paham yang disebarkan dalam upaya westernisasi ini benar-benar merusak
tatanan atau sistem kehidupan dalam masyarakat Islam.
Kondisi umat Islam pada saat ini
Mengupayakan untuk kembali kepada tiga dimensi ajaran pokok Islam adalah
solusi utama dalam memerangi pemikiran Barat. Tiga dimensi itu ialah Aqidah,
Syari’at, dan Akhlak.
Aqidah yang kokoh dan benar akan membawa kaum muslimin menjalani
aturan syari’at Islam dengan mantap dan sempurna. Jika aturan syari’at telah
dijalankan, maka kondisi yang pernah terjadi pada masa-masa kejayaan Islam tidak
mustahil akan kembali terulang. Aqidah dan syari’at membentuk watak atau prilaku
yang mulia, dikarenakan aqidah dan syari’at Islam selalu menunjukkan kebenaran
dan kebaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Lembaga Pengkajian dan Penelitian Lembaga WAMY Mesir. Gerakan Keagamaan
dan Pemikiran. Jakarta: Al-I’tishom. (2002)
Muhammad Hamid An-Nashir. Menjawab Modernisasi Islam. Jakarta: Darul Haq.
(2004),
Anwar Jundi. Islam dan Dunia Kontemporer. Jakarta: Gema Insani Press. (1994)
http://id.wikipedia.org/wiki/Materialisme (diakses pada tanggal 24 Mei 2011)
Muhammad Shiddiq Al-Jawi. Nasionalisme dan Islam.
http://www.gaulislam.com/nasionalisme-dan-islam/comment-page-1#comment-
13405 (diakses pada tanggal 2 Juni 2011)
Fathuddin Ja’far. Bahaya virus materialisme
http://www.eramuslim.com/khutbah-jumat/virus-materialisme.htm (diakses
pada tanggal 24 Mei 2011)