salafi wahabi ttg hadistl

53
Sesungguhnya pokok landasan agama kita yang mulia adalah kitab suci Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Allah telah berjanji akan menjaga kemurnian Al-Qur’an: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr: 9) Jaminan Allah dalam ayat ini telah terbukti dan tak terbantahkan. Oleh karenanya, selama berabad-abad lamanya, tidak ada seorangpun yang mencoba untuk merubahnya, menambahinya, menguranginya atau menggantinya kecuali Allah pasti membongkar makarnya dan menyibak tirainya[1] . Adapun Sunnah Nabi, maka dia juga merupakan wahyu dari Allah yang berfungsi sebagai penjelas Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya: Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan. (QS. An-Nahl: 44) Sebagai seorang muslim, kita mesti percaya bahwa setiap apa yang diucapkan oleh Nabi pasti benar dan tiada kebohongan di dalamnya, karena kita telah mengetahui bersama bahwa apa yang beliau ucapkan adalah berdasarkan bimbingan wahyu dari Rabbul Alamin. Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya. (QS. An-Najm: 3-4) , ٌ شْ يَ رُ قْ يِ نْ تَ هَ نَ ف, ُ هَ ظْ فِ حُ دْ يِ رُ ! ِ لهل ِ لْ وُ سَ رْ ) نِ مُ هُ عَ مْ سَ ! / ! يْ نَ شَ ّ لُ كُ 4 بُ تْ كَ ! ُ بْ تُ ك: َ الَ و ق/ رْ مَ عِ ) نْ 4 بِ لهل ِ دْ 4 بَ عْ ) نَ عُ تْ رَ كَ D دَ , قِ 4 اتَ بِ كْ ل ِ ) نَ عُ تْ كَ سْ مَ ! اَ ي ! قَ ضِ ّ ر ل َ وِ 4 بَ ضَ غْ ل يِ فُ مَ ّ لَ كَ تَ يٌ رَ شَ 4 يِ لهل ُ لْ وُ سَ رَ و/ ! يْ نَ شَ ّ لُ كُ 4 بُ تْ كَ W يَ ! : ْ وُ ل اَ قَ وٌ ّ قَ حَ ّ لاِ ] ُ هْ نِ مُ ) جُ رْ خَ ي اَ مِ هِ دَ بِ f يْ يِ سْ فَ نْ يِ دَ ّ ل َ وَ ف, ْ 4 بُ تْ ك : َ الَ قَ ف, ِ هْ نِ ف ىَ لِ ] ِ هِ عِ 4 بْ صِ u اِ f يَ ! اَ مْ وَ ! اَ , قِ لهل ِ لْ وُ سَ رِ لDari Abdullah bin Amr berkata: Dahulu aku menulis semua yang aku dengar dari Rasulullah untuk kuhafalkan, namun Quraish melarangngku seraya mengatakan: Apakah engau menulis segala sesuatu, padahal

Upload: yonianwar

Post on 28-Dec-2015

53 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

WAH-WAH-WAH WAHABY SESSAT

TRANSCRIPT

Page 1: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

Sesungguhnya pokok landasan agama kita yang mulia adalah kitab suci Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Allah telah berjanji akan menjaga kemurnian Al-Qur’an:

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr: 9)

Jaminan Allah dalam ayat ini telah terbukti dan tak terbantahkan. Oleh karenanya, selama berabad-abad lamanya, tidak ada seorangpun yang mencoba untuk merubahnya, menambahinya, menguranginya atau menggantinya kecuali Allah pasti membongkar makarnya dan menyibak tirainya[1].

Adapun Sunnah Nabi, maka dia juga merupakan wahyu dari Allah yang berfungsi sebagai penjelas Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya:

Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan. (QS. An-Nahl: 44)

Sebagai seorang muslim, kita mesti percaya bahwa setiap apa yang diucapkan oleh Nabi pasti benar dan tiada kebohongan di dalamnya, karena kita telah mengetahui bersama bahwa apa yang beliau ucapkan adalah berdasarkan bimbingan wahyu dari Rabbul Alamin.

Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya. (QS. An-Najm: 3-4)

الله� : و�ل� س ر� م�ن� عه م� س�أ� ي�ئ� ش� كل� أ�ك�تب كن�ت ال� ق� ر�و ع�م� ب�ن� الله� ع�ب�د� ع�ن�

: , , ر% ب�ش� الله� و�ل س و�ر� ي�ئ� ش� كل� �ت�ك�تب أ ا الو� ق� و� ي�ش% ر� ق ت�ن�ي� ن�ه� ف� ظ�ه ف� ح� ي�د ر�أ

, , الله� ! و�ل� س ل�ر� ت ذ�ك�ر� ف� ال�ك�ت�اب� ع�ن� ك�ت م�س�أ� ف� ض�ى الر8 و� ال�غ�ض�ب� ف�ي ي�ت�ك�ل�م

, : , ن�ه م� ج ر ي�خ� ا م� ب�ي�د�ه� ي� س� ن�ف� ال�ذ�ي� و� ف� اك�تب� ال� ق� ف� ي�ه� ف� إ�ل�ى ب�ع�ه� ب�إ�ص�أ� م� و�

أ� ف� Eق ح� إ�ال�

Dari Abdullah bin Amr berkata: Dahulu aku menulis semua yang aku dengar dari Rasulullah untuk kuhafalkan, namun Quraish melarangngku seraya mengatakan: Apakah engau menulis segala sesuatu, padahal Rasulullah adalah seorang manusia yang berbicara ketika marah dan ridha?! Akupun menahan diri dari penulisan sehingga aku mengadukannya kepada Rasullalh, lantas beliau mengisyaratkan dengan jarinya ke mulutnya seraya bersabda: Tulislah, Demi Dzat Yang jiwaku berada di tanganNya, tidaklah keluar darinya (mulut Nabi) kecuali al-Haq (sesuatu yang jujur dan benar)[2].

Kalau demikian keadaannya, maka merupakan kewajiban bagi setiap muslim apabila mendapati sebuah hadits yang shahih adalah membenarkannya, mengamalkan isinya dan mengagungkannya. Allah berfirman:

Page 2: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

Apa yang diberikan Rasul maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya maka tinggalkanlah. (QS. Al-Hasyr: 7)

Namun bagaimana kenyataan yang kita saksikan bersama?! Fenomena yang kita saksikan di lapangan seakan menjawab: Alangkah derasnya hujan hujatan terhadap sunnah Nabawiyyah! Alangkah dahsyatnya serangan dan tikaman yang dihunuskan kepadanya! Tahukah anda, apa sebenarnya alasan mereka?! Mereka tiada memiliki alasan kecuali hanya alasan-alasan rapuh: Hadits ini bertentangan dengan akal! Hadits ini bertentangan dengan ilmu medis! Hadits ini bertentangan dengan Al-Qur’an! Hadits ini hanya berderajat Ahad! Landasan kita hanyalah Al-Qur’an saja! Dan sederet alasan rapuh lainnya[3].

Allahu akbar!! Sungguh benar apa yang diinformasikan oleh Nabi semenjak beberapa abad yang lalu tentang orang-orang model mereka, katanya:

. ي�ك�ت�ه� ر�أ� ع�ل�ى ب�ع�ان� ش� ل% ج ر� ك يو�ش� ال�

أ� ع�ه م� ث�ل�ه م� و� ا�ن� ر� ال�ق ت�ي�ت و�أ إ�ن8ي� ال�

أ�د�تم�: و�ج� ا و�م� ه لLو� ح�

أ� ف� ال�ل� ح� م�ن� ي�ه� ف� د�تم� و�ج� ا م� ف� ، ا�ن� ر� ال�ق ذ�ا ب�ه� ع�ل�ي�كم� و�ل ي�قه و� م ر8 ح� ف� ا�م ر� ح� م�ن� ي�ه� .ف�

Ketahuilah bahwa aku mendapatkan wahyu Al-Qur’an dan juga semisalnya (hadits) semisalnya. Ketahuilah, hampir saja akan ada seseorang duduk seraya bersandar di atas ranjang hiasnya dalam keadaan kenyang, sedang dia mengatakan, ‘Berpeganglah kalian dengan al-Qur’an. Apa yang kalian jumpai di dalamnya berupa perkara halal, maka halalkanlah. Dan apa yang kalian jumpai di dalamnya berupa perkara haram, maka haramkanlah.[4].

Hadits ini merupakan tanda dari tanda-tanda kenabian. Sebab apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah n/ ini benar-benar telah terbukti nyata. Imam Baihaqi berkata: “Inilah khabar Rasulullah n/ tentang ingkarnya para ahlu bid’ah terhadap hadits beliau. Sungguh apa yang beliau n/ sampaikan telah nyata terjadi.”[5]

Maka merupakan suatu kewajiban yang amat mendasar bagi setiap muslim yang cemburu terhadap sunnah Nabi untuk mengadakan pembelaan terhadap hadits-hadits beliau dari hujatan para musuhnya, membongkar kebohongan mereka, dan membantah syubhat-syubhat mereka.

Saudaraku, marilah kita bersama menjadi pembela sunnah Nabi. Marilah kita siapkan diri kita dengan bekal ilmu dan kekuatan untuk menjadi pejuang Sunnah Nabi! Apakah kita tidak ingin menjadi rombongan yang dido’akan oleh Nabi dalam haditsnya:

ا ع�ه� م� س� ك�م�ا ا د�اه�أ� ثم� ا و�ع�اه� ف� ال�ت�ي� ق� م� ع� م� س� ءUا ر� ام� الله ر� ن�ض�

Semoga Allah mencerahkan wajah seorang yang mendengar sebuah hadits dariku lalu dia menyampaikannya sebagaimana yang dia dengar. [6]

Al-Khathib al-Baghdadi berkata: “Allah menjadikan golongan selamat sebagai penjaga agama dan penangkis tipu daya para penyimpang, disebabkan keteguhan

Page 3: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

mereka dalam menjalankan syari’at Islam dan meniti jejak para sahabat dan tabi’in. Sungguh betapa banyak para penyeleweng yang ingin mencampuradukkan syari’at dengan kotoran lainnya, lalu Allah membela agamaNya melalui para ahli hadits yang siap membela dan menjaga pondasi-pondasi agama. Merekalah pasukan Allah, ketahuilah bahwa pasukan Allah pasti beruntung”.[7]

Sesungguhnya potret para ulama dalam pembelaan terhadap sunnah Nabi sangatlah mengagumkan sekali. Pernah ada seorang berkata kepada Yahya bin Ma’in: Apakah engkau tidak khawatir bila orang-orang yang engkau kritik tersebut kelak menjadi musuhmu di hari kiamat? Beliau menjawab: “Bila mereka yang menjadi musuhku jauh lebih kusenangi daripada Nabi n yang menjadi musuhku, tatkala beliau bertanya padaku: Mengapa kamu tidak membela sunnahku dari kedustaan?!!![8] Dan tatkala disampaikan kepadanya sebuah hadits riwayat Suwaid al-Anbari, beliau mengatakan: “Seandainya saya memilki kuda dan tombak, niscaya saya akan memerangi Suwaid!!”. [9]

Saudaraku, sesungguhnya membela hadits ini Nabi merupakan suatu amalan yang amat mulia dan utama. Oleh karenanya, tidak heran bila para ulama menilainya sebagai Jihad fi Sabilillah. Imam Yahya bin Yahya pernah mengatakan:

اد� ه� ال�ج� م�ن� ل أ�ف�ض� ن�ة� Lالس ع�ن� Lالذ�ب

Membela sunnah lebih utama daripada jihad[10].

Imam Al-Humaidi mengatakan:

الله�! و�ل� س ر� د�ي�ث� ح� دLو�ن� ي�ر ال�ذ�ي�ن� ؤال�ء� ه� و� غ�زأ� أل�ن� الله� أ�ن� n و� م�ن� إ�ل�ي� Lب أ�ح�

اك� ت�ر�األ� م�ن� م� د�ت�ه ع� و� غ�ز

أ�

Saya perang melawan orang-orang yang menolak hadits Nabi lebih saya sukai daripada saya perang melawan pasukan kafir sejumlah mereka[11].

Syaikh Muhammad bin Murtadha al-Yamani berkata:

“Pembela sunnah adalah seperti seorang yang berjihad di jalan Allah, yang mempersiapkan alat, kekuatan dan bekal semampunya, sebagaimana firman Allah:

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi. (QS. Al-Anfal: 60)

Telah shahih dalam Shahih Bukhari bahwa Malaikat Jibril mendukung Hassan bin Tsabit tatkala dia melantunkan syair-syairnya dalam rangka pembelaannya terhadap Nabi. Demikian pula setiap orang yang membela agamanya dan sunnahnya karena didasari rasa cinta kepada Nabi”.[12]

Page 4: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

Marilah kita renungkan bersama ucapan indah Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berikut dalam Nuniyahnya 196-200:

ان� ع�و�و�األ� ار� األ�ن�ص� ل�ة� ق� م�ن� ت�خ�ف� و�ال� و�ل س الر� ال� ق� ا ب�م� د�ع� و�اص�

ان� م�ب�أ� ع�ب�د�ه ك�اف� الله و� ك�ت�اب�ه� و� د�ي�ن�ه� ر ن�اص� الله ف�

ت�ان� ال�به� و� و�ر� Lب�الز م� ت�اله ق� ف� ك�ر�ه�م� و�م� ال�ع�دو8 ك�ي�د� م�ن� ت�خ�ش� ال�

ي�ط�ان� الش� اك�ر ع�س� ف� دهم� نو� و�ج ال�ئ�ك% م� و�ل� س الر� ت�ب�اع�� أ د نو� ج ف�

ئ�ت�ان� ال�ف� ل�ي�ن�ظر� ف� ا Uي8ز ت�ح� م ي�كن� م�ن� ف� ي�ن� ك�ر� ال�ع�س� ب�ي�ن� ت�ان� ش�

Tegarlah dengan ucapan Rasul dan janganlah khawatir

Karena sedikitnya kawan dan teman.

Allah penolong agamaNya dan kitabNya

Allah menjamin keamanan bagi hambaNya

Janganlah takut tipu daya musuh dan makar mereka

Karena senjata mereka hanyalah tuduhan dan kedustaan

Pasukan pengikut Rasul adalah para Malaikat

Adapun pasukan mereka adalah bala tentara Syetan

Alangkah jauh perbedaan antara dua pasukan tersebut

Barangsiapa mundur, maka hendaknya melihat dua pasukan tersebut.

Buku yang kini berada di hadapan anda merupakan sebuah upaya sederhana dari seorang hamba yang lemah untuk berpartisipasi dalam mengadakan pembelaan terhadap sunnah Nabi serta jawaban atas hujatan yang diarahkan kepadanya. Semoga buku ini bisa dijadikan sebagai contoh dan pedoman dalam masalah penting ini.

Sebagaimana mungkin telah diketahui oleh sebagian kita bahwa asli buku ini adalah beberapa artikel yang pernah disusun oleh penulis beberapa tahun lalu dalam Majalah “Al Furqon” pada rubrik hadits. Kemudian sebagian diantara saudara kami -bahkan ustadz kami- mengusulkan agar artikel-artikel tersebut dibukukan. Maka dengan memohon pertolongan kepada Allah, kami berusaha memenuhi usulan tersebut karena kami menilai ini adalah sebuah usulan yang bermanfaat. Tentunya hal itu setelah adanya beberapa tambahan, perubahan

Page 5: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

dan pembenahan yang lebih baik dari sebelumnya sebagaimana diiketahui oleh seorang yang mau membandingkannya.

Pada kumpulan perdana ini, buku ini memuat beberapa pembahasan menarik yang berputar pada tiga tema pembahasan: aqidah, wanita, dan ilmu medis. Urutannya sebagai berikut:

1. Dimana Allah?2. Turunnya Allah3. Adzab Kubur, Mutawatir atau Ahad?4. Kontroversi Imam Mahdi5. Dajjal, Imajinasi atau Fakta6. Turunnya Isa bin Maryam7. Maut disembelih8. Wahdatul Wujud, Salah Paham Hadits Wali9. Perpecahan Umat10. Wanita Di Saudi Arabia11. Presiden Wanita12. Nikah Tanpa Wali13. Hadits Lalat, antara Ilmu Hadits dan Ilmu Medis14. Penyakit Menular, antara Ahli Hadits dan Ahli Medis15. Sujudnya Matahari

Tak lupa ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami haturkan kepada kedua orang tuaku yang telah membesarkanku, kepada para ustadzku di Ma’had Al Furqon, Gresik Jatim[13] dan para masayikhku di Jami’ Ibnu Utsaimin, KSA yang tidak pelit untuk mengajarkan ilmu kepadaku, kawan-kawanku yang telah bergaul baik denganku, kru Majalah Al Furqon yang tidak pelit dalam membantuku. Dan tak lupa, juga kepada saudara dan saudari kami yang telah memberikan saran dan kritikannya tentang artikel kami sehingga menjadi bahan berharga dalam perbaikan buku ini, kami sebut secara khusus ukhti Ummu Hamzah Asma’, akhi Abu Khubaib Ahmad Shiddiqi, akhi Deni bin Abu Daris al-Ghifari, dan selainnya. Bahkan juga kepada beberapa saudara kami yang mengirimkan bantahan dan sanggahan, karena kritikan-kritikan tersebut sangatlah mewah harganya bagi kami.

Pada kesempatan ini juga kami ingin menegaskan bahwa hati kami sangat siap terbuka menerima kritikan dari siapapun atas tulisan kami, namun tentunya harus disertai dengan ilmu da adab Islami. Kita memohon kepada Allah keikhlasan niat dalam segala amal perbuatan.

“Akhirnya, dengan hadirnya buku ini, kami berdoa agar kami dimasukkan oleh Allah ke dalam kelompok orang-orang yang membela Sunnah Nabi Muhammad dan menangkis kebohongan-kebohongan yang dituduhkan kepada beliau. Amiin.”[14]

Disusun oleh: Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mokhtar As-Sidawi

Page 6: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

http://abiubaidah.com

Catatan Kaki:

[1] Lihat kisah menarik tentang hal ini dalam al-Jami’ li Ahkam Qur’an al-Qurthubi 10/6.

[2] HR. Abu Dawud 3646, ad-Darimi 1/125, al-Hakim 1/105-106, Ahmad 2/162, dan dishahihkan al-Albani dalam ash-Shahihah 1532

[3] Lihat risalah “Syubuhat Haula Sunnah” oleh Syaikh Abdur Rozzaq ‘Afifi.

[4] HR. Abu Dawud (4604), Ahmad (4/130-131), dll. Hadits ini dishahihkan al-Albani dalam al-Misykah (163).

[5] Dala’il Nubuwwah (1/25),

[6] Mutawatir. Sebagaimana ditegaskan oleh as-Suyuthi dalam al-Azhar al-Mutanatsirah hal. 5, az-Zabidi dalam Luqathul Alai al-Mutanatsirah hal. 161-162, al-Kattani dalam Nadhmul Mutanatsir hal. 24, Syaih Abdul Muhsin al-Abbad dalam Dirasah Hadits Nadhdhara Allah Imra’am Sami’a Maqalati, Riwayah wa Dirayah hal. 21. (Lihat pula Faidhul Qadir al-Munawi 6/284 dan Kif dzah Salim al-Hilali hal. 278-279)

[7] Syaraf Ashabil Hadits, al-Khathib al-Baghdadi hal. 31

[8] Al-Kifayah fi Ilmi Riwayah, al-Khathib al-Baghdadi hal. 61

[9] Mizanul I’tidal adz-Dzahabi 2/250

[10] Dzammul Kalam al-Harawi 4/254/no. 1089, Majmu Fatawa Ibnu Taimiyyah 4/13

[11] Dzammul Kalam al-Harawi 2/158/no. 236

[12] Iitsar al-Haq ‘ala Al-Khalq hal. 20

[13] Khususnya kepada ustadzuna wa waliduna karim Abu Muhammad Aunur Rafiq bin Ghufran Hamdani yang kuanggap seperti orang tuaku sendiri. Masih segar dalam ingatanku, tatkala aku berpamitan kepada ibuku -semoga Allah menjaganya- untuk melakukan safar, dia berkata padaku:

“Jangan lupa untuk minta izin kepada ustadz Aun, karena beliau adalah seperti ayahmu”.

Hal itu karena setelah wafatnya ayahku -semoga Allah merahmatinya- dalam usiaku tujuh tahun, belaiulah (ust. Aunur Rafiq) yang mengasuhku dan

Page 7: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

membimbingku. Semoga Allah membalas kebaikan beliau dan memberkahi kehidupan beliau di dunia dan akherat. Amiin.

[14] Hadits-Hadits Bermasalah hal. 180 oleh Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub

Diposkan oleh Akhi Sandy Pebyh Bangundara di 03.24 Tidak ada komentar: 1 Pelajaran Penting dalam Khutbah Hajah Nabi

2 Pelajaran Penting dalam Khutbah Hajah Nabi

MUTIARA

KHUTBATUL HAJAH

A. Pengantar

Tahukah anda faktor apakah yang mendorong sahabat mulia Dhimad al-Azdi untuk memeluk agama Islam?! Dia mengucapkan syahadat masuk Islam usai mendengar Nabi membacakan khutbah hajat kepadanya, lalu dia berkomentar:

“Aku telah mendengar ucapan para dukun, para penyihir dan para penyair. Namun saya belum pernah mendengar kata-kata engkau tersebut. Sungguh, kata-kata itu

telah sampai ke dasar lautan (karena kedalaman makna yang dikandungnya -pent)”.

(Muslim: 868)

Ya, demikianlah pengaruh dahsyat khutbah hajat bagi orang-orang yang memahaminya. Bagaimana tidak, bagi orang yang merenungi isi kandungan khutbah ini secara sekilas, maka akan nampak jelas baginya bahwa khutbah ini merupakah “ikatan undang undang Islam dan Iman”.[1] Lantas apakah isi kandungannya?!

1. Pujian kepada Dzat Pencipta Alam.

2. Ibadah seorang hamba dan kebutuhannya kepada Allah serta permintaannya kepada Allah dalam segala urusannya.

3. Persaksian bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah saja dan tidak ada rasul yang diikuti kecuali Rasulullah[2].

4. Agungnya kedudukan al-Qur’an dan Sunnah, yang dikatakan oleh Nabi:

ع�ه م� ث�ل�ه و�م� ا�ن� ر� ال�ق ت�ي�ت و�أ إ�ن8ي� ال�

أ�

Page 8: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

Ketahuilah bahwa saya diberi wahyu al-Qur’an dan semisalnya (hadits) bersamanya[3].

5. Bahaya perkara bid’ah dalam agama dan semua bid’ah adalah sesat yang menjerumuskan pelakunya ke neraka.

Masalah ini semakin bertambah sangat jelas bila kita ingat apabila khutbah ini sering diulang-ulang dan ditekankan. Hal yang menunjukkan tingginya kedudukannya dan pentingnya isi kandungannya[4].

.

B. Tujuan Penulisan

Hati ini terdorong untuk menulis masalah ini dengan dua tujuan inti:

Pertama: Menghidupkan dan menyebarkan sunnah khutbah hajat ini.

Kedua: Memahami isi kandungan khutbah hajat yang penuh dengan mutiara-mutiara hikmah.

Kita berdoa kepada Allah agar menjadikan kita termasuk hamba-hamba yang menghidupakn sunnah Nabi-Nya dan memahami makna kandungannya. Amiin.

.

B. TEKS KHUTBAH HAJAT

, , , , ور� ر ش م�ن� ب�الل�ه� ن�عوذ و� ه ر ت�غ�ف� ن�س� و� ت�ع�ينه ن�س� و� ده م� ن�ح� ل�ل�ه� د� م� ال�ح� إ�ن�ال�ن�ا, ع�م�أ� ي8ئ�ات� و�س� ن�ا س� �ن�ف .أ

, , � إ�ال �ل�ه� إ ال� أ�ن� د ه� ش�أ� و� ل�ه اد�ي� ه� ال� ف� ل�ل� يض� و�م�ن� ل�ه ل� مض� ال� ف� الل�ه د�ه� ي�ه� م�ن�

, وله س و�ر� ع�ب�ده دUا م� مح� أ�ن� د ه� ش�أ� و� ل�ه ر�ي�ك� ش� ال� د�ه و�ح� .الل�ه

ل�مون� مس� ن�تم�� أ و� إ�ال� ت�موتن� و�ال� ات�ه� تق� ق� ح� الل�ه� وا ات�ق نوا آم� ال�ذ�ين� ا يLه�

� أ .ي�ا

ا ن�ه� م� ل�ق� و�خ� د�ة� و�اح� ن�ف�س� م�ن� كم� ل�ق� خ� ال�ذ�ي ب�كم ر� وا ات�ق الن�اس ا يLه�� أ ي�ا

ب�ه� اء�لون� ت�س� ال�ذ�ي الل�ه� وا ات�ق و� Uاء ن�س� و� ا Uث�ير�ك Uاال ر�ج� ا م� ن�ه م� ب�ث� و� ا ه� و�ج� ز�يبUا ق� ر� ع�ل�ي�كم� ك�ان� الل�ه� إ�ن� ام� ح� ر�

.و�األ��

ال�كم� ع�م�أ� ل�كم� ل�ح� يص� د�يدUا س� Uو�ال ق� ولوا و�ق الل�ه� وا ات�ق نوا آم� ال�ذ�ين� ا يLه�

� أ ي�اا Uظ�يم�ع ا Uو�ز ف� از� ف� د� ق� ف� ول�ه س و�ر� الل�ه� يط�ع� و�م�ن� ذنوب�كم� ل�كم� ر� ي�غ�ف� .و�

ب�ع�د ا م� :أ�

, , مور� األ ر� و�ش� د� م� مح� د�ي ه� د�ي� ال�ه� ي�ر� و�خ� الل�ه� ك�ت�اب د�يث� ال�ح� ي�ر� خ� إ�ن� ف� , , الن�ار�, ف�ي ال�ل�ة� ض� Lلك�و ال�ل�ة% ض� ب�د�ع�ة� و�كل� ب�د�ع�ة% د�ث�ة� مح� و�كل� ا د�ث�اته� ح� .م

Page 9: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka

tidak ada yang dapat menye-satkannya, dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.

Aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwasanya

Nabi Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-bena r takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam

keadaan beragama Islam.” (QS. Ali ‘Imran: 102)

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya, dan dari-pada keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.

Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (menggunakan) Nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi.

Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan menga-wasimu.” (QS. An-Nisaa’: 1)

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang

besar.” (QS. Al-Ahzaab: 70-71)

Amma ba’du:

Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah (al-Qur’an) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad (as-Sunnah). Seburuk-buruk perkara

adalah perkara yang diada-adakan (dalam agama), setiap yang diada-adakan (dalam agama) adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan

tempatnya di Neraka.

.

C. TAKHRIJ HADITS[5]

Ketahuilah wahai sauadaraku -semoga Allah memberkahimu- bahwa khutbah berbarokah ini diriwayatkan dari enam sahabat, yaitu Abdullah bin Mas’ud, Abu Musa al-Asy’ari, Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdullah, Nubaith bin Syarith dan Aisyah, serta seorang tabi’in yaitu Zuhri.

Pertama: Riwayat Abdullah bin Mas’ud

Page 10: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

Ada empat jalur dari beliau:

1. Abu Ubaidah

Diriwayatkan Abu Dawud 1/331, Nasa’i 1/208, al-Hakim 2/182, 183, ath-Thoyyalisi 338, Ahmad 3720, 4115, Abu Ya’la 1/342, al-Baihaqi 7/146.

Sanad hadits ini seluruh perawinya terpercaya, hanya saja terputus, sebab Abu Ubaidah tidak mendengar dari ayahnya (Ibnu Mas’ud).

2. Abul Ahwash

Diriwayatkan Nasa’i 2/29, Tirmidzi 2/178, Ibnu Majah 1/584, 585, ath-Thohawi 1/4, al-Baihaqi 3/214.

Sanad hadits ini shohih menurut syarat Muslim. Tirimidzi berkata: “Hadits hasan“.

3. Abu ‘Iyadh

Diriwayatkan Abu Dawud 1/172, 331, al-Baihaqi 3/215, 7/146.

Sanad ini lemah, sebab Abu Iyadh adalah seorang yang majhul (tidak dikenal).

4. Syaqiq

Diriwayatkan al-Baihaqi 7/146, 147

Sanad ini lemah, karena di dalamnya terdapat Huraits al-Fazari, dia seorang yang lemah haditsnya.

Kedua: Riwayat Abu Musa al-Asy’ari

Diriwayatkan Abu Ya’la 1/342. Al-Haitsami membawakan dalam Majma’ Zawaid 4/288 dan berkata: “Diriwayatkan Abu Ya’la dan ath-Thobarani dalam al-Ausath dan al-Kabir secara ringkas.

Seluruh perawinya terpercaya. Dan hadits Abu Musa sanadnya bersambung“.

Ketiga: Riwayat Abdullah bin Abbas

Diriwayatkan Muslim 3/12, al-Baihaqi, Ahmad 3275, Ibnu Majah 1/585 dan ath-Thohawi.

Sanad hadits ini shohih.

Page 11: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

Keempat: Riwayat Jabir bin Abdillah

Diriwayatkan Muslim 3/11, Ahmad 3/371, al-Baihaqi 3/214.

Sanad hadits shohih sesuai syarat Muslim.

Kelima: Riwayat Nubaith bin Syarith

Diriwayatkan al-Baihaqi 3/215.

Sanad ini seluruh perawinya terpercaya kecuali Musa bin Muhammad al-Anshari.

Keenam: Riwayat Aisyah

Diriwayatkan Abu Bakar bin Abu Dawud dalam Musnad Aisyah 2/57.

Sanadnya jayyid (bagus).

Ketujuh: Riwayat Sahl bin Sa’ad

Dikeluarkan Simmawaih dalam Fawaid-nya sebagaimana dalam Husnu Tanabbuh fi Tarki Tasyabbuh karya Syaikh Muhammad al-Ghozzi 5/8.

.

Kedelapan: Riwayat Zuhri

Diriwayatkan Abu Dawud 1/172, al-Baihaqi 3/215.

Sanad hadits ini seluruh rawinya terercaya, hanya saja dia mursal. Oleh karena itu, dia termasuk hadits lemah dan tidak bisa dijadkan hujjah.

.

D. SYUBHAT DA JAWABAN[6]

Sebagian kalangan mengatakan bahwa khutbah hajat ini hanyalah untuk akad pernikahan saja, bukan untuk segala hajat seperti khutbah jum’at, pengajian, tulisan dan sebagainya. Oleh karenanya, para ulama salaf sejak dahulu hingga sekarang selalu meninggalkan khutbah hajat dalam tulisan-tulisan mereka (!). Dan karenaya pula, para ulama ahli hadits mencantumkan khutbah ini dalam kitab nikah. (lihat Majalah Markaz Buhuts Sunnah was Siroh, tulisan Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah, edisi 9, tahun 1417 H).

Jawaban:

1. Khutbah Hajat Khusus Dalam Akad Nikah?!

Page 12: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

Bagi pemerhati hadits-hadits di atas, akan jelas baginya bahwa khutbah ini digunakan pada setiap khutbah, baik khutbah nikah, khutbah jum’at dan sebagainya, bukan hanya khusus ketika akad pernikahan saja sebagaimana anggapan sebagian orang. Lebih jelasnya, perhatikanlah riwayat Abu Dawud dalam hadits Ibnu Mas’ud berikut:

: ل�ل�ه� د� م� ال�ح� و�غ�ي�ر�ه� الن8ك�اح� ف�ي� ة� اج� ال�ح� ط�ب�ة� خ الله� و�ل س ر� ن�ا …ع�ل�م�

Rasulullah mengajari kami khutbah hajat dalam pernikahan dan selainnya.

Dalam hadits ini, sahabat Ibnu Mas’ud menyebutnya dengan “khutbah hajat” yang hal itu berarti mencakup seluruh hajat dan kebutuhan yang penting. Tidak ragu lagi bahwa buah karya dan tulisan merupakan kebutuhan penting kaum muslimin. Lantas kenapa harus dibeda-bedakan?!

Dan dalam riwayat lainnya:

ة� اج� ال�ح� ف�ي� د� Lه الت�ش� و� ال�ة� الص� ف�ي� د� Lه الت�ش� الله� و�ل س ر� ن�ا ع�ل�م�

Rasulullah mengajari kami tasyahhud dalam sholat dan tasyahhud dalam hajat.

Dalam riwayat ini, sahabat Ibnu Mas’ud mengiringkan antara tasyahhud dalam sholat dengan tasyahhud dalam hajat. Pengiringan ini menunjukkan tentang pentingnya dan populernya. Maka sebagaimana tasyahhud sholat itu mencakup semua sholat baik sholat wajib maupun sholat sunnah, maka demikian juga tasyahhud dalam hajat mencakup semua hajat baik khutbah, muhadharah, kitab dan sebagainya.

Hal yang memperkuat keumuman disyariatkannya khutbah ini dalam amal sholeh adalah hadits Ibnu Abbas riwayat Imam Muslim (868) tentang kisah datangnya Dhimad ke Mekkah dan Nabi menyampaikan khutbah berbarakah ini padanya lalu kemudian dia masuk Islam setelah mendengarnya, padahal saat itu tidak ada akad pernikahan sama sekali[7]!!

2. Para ulama salaf bersepakat untuk meninggalkannya dalam tulisan?

Anggapan ini tidak benar dan bertentangan dengan kenyataan, karena para ulama salaf sendiri menyatakan tentang disyariatkannya hal itu dalam tulisan juga. Berikut beberapa ucapan mereka:

a. Imam ath-Thohawi dalam muqaddimah kitabnya yang menakjubkan “Syarh Musykil Atsar” 1/6-7:

“Saya memulainya dengan apa yang dianjurkan oleh Rasululullah dalam membuka segala hajat, sebagaimana telah diriwayatkan dari beliau beberapa hadits yang akan saya paparkan setelah ini insya Allah”. Lalu beliau membawakan khutbah hajat dan hadits-haditsnya.

Page 13: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

b. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah[8] berkata:

“Oleh karena itu, khutbah ini dianjurkan dan dilakukan dalam pembicaraan dengan manusia baik secara umum maupun secara khusus, berupa mengajarkan al-Qur’an dan sunnah berseta penjelasannya, menasehati manusia, dan berdialog dengan mereka, hendaknya semua itu dibuka dengan khutbah syar’iyyah nabawiyyah ini. Kami mendapati para ulama pada zaman kami, mereka memulai pelajaran tafsir atau fiqih di masjid dan sekolah dengan khutbah selainnya, sebagaimana saya juga mendapati suatu kaum yang membuka akad pernikahan bukan dengan khutbah syar’iyyah ini, dan setiap kaum memiliki jenis sendiri yang berbeda-beda.

Hal itu karena hadits Ibnu Mas’ud tidaklah khusus berkaiatan tentang nikah, namun khutbah untuk setiap hajat dalam berdialog antara sesama manusia. Dan nikah termasuk diantaranya, karena menjaga perkara sunnah dalam ucapan dan perbuatan pada semua ibadah dan adat merupakan jalan yang lurus. Adapun selainnya maka hal itu kurang, sebab sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad”. (Majmu’ Fatawa 18/287-288)

c. Al-Muhaqqiq as-Sindi berkata dalam Hasyiyah Nasa’i 3/105 mengomentari hadits Ibnu Mas’ud:

“Dhohir hadits ini mencakup keumuman hajat, dalam pernikahan dan selainnya[9]. Hal ini diperkuat dengan sebagian riwayat. Maka hendaknya seorang untuk mengamalkan khutbah ini dalam untuk kesempurnaan hajat/ kebutuhannya…”.

3. Para Ulama Ahli Hadits Mencantumkannya Dalam Kitab Nikah Saja?!

Pembatasan inipun tidak benar, sebab banyak juga diantara ahli hadits yang mencantumkannya pada selain kitab nikah, diantaranya:

1. Imam Muslim mencantumkannya dalam kitab jum’at

2. Imam Baihaqi dalam Sunan Kubro mencantumkannya dalam kitab jum’at

3. Imam Nasa’i dalam Amalul Yaum wa Lailah membuat bab “Ucapan yang dianjurkan ketika hajat”. Dalam sunannya beliau mencantumkan dalam sholat i’edain dan juma’t.

4. Abu Dawud dalam sunannya dan al-Marasil mencantumkannya dalam kitab jum’at

Semua itu menunjukkan bahwa khutbah ini mencakup umum dalam nikah, khutbah jum’at, khutbah ied, pelajaran, pengajian, kitab dan selainnya. Wallahu A’lam.

.

Page 14: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

E. MUTIARA KHUTBAH HAJAT

Sesungguhnya khutbah hajat ini menyimpan mutiara-mutiara yang amat berharga bagi orang yang merenunginya. Oleh karenanya, selayaknya bagi kita untuk menyelam guna menggapainya. Sungguh, betapa sering kita mendengarnya! Betapa sering kita menyampaikannya! Tapi sudahkah kita benar-benar memahaminya?!! Berikut ini saya mengajak saudara-saudara kami untuk bersama-sama menggali sebagian mutiara tersebut, semoga bisa dijadikan sebagai jembatan untuk meluaskan jalannya:

1. Memuji Allah, Pembuka Khutbah[10]

Nabi Muhammad selalu membuka khutbahnya dengan al-hamdalah (memuji Allah). Tidak ada satu haditspun yang menunjukkan bahwa beliau membukanya dalam khutbah hari raya maupun selainnya dengan takbir. [11]

Adapun makna ( د م� adalah menyebut kebaikan yang dipuji dengan ( ال�ح�kecintaan dan pengagungan[12]. Berbeda dengan kata ( د�ح maksudnya ( ال�م�adalah sekedar pujian walaupun tanpa pengagungan dan kecintaan, seperti halnya pujian para penyair kepada para pemimpin, yang biasanya hanya sekedar untuk meraup harta dari mereka.[13]

Sedangkan ( berfungsi istighroq yang bermakna bahwa semua dan segala (ال�pujian hanya bagi Allah semata.[14]

Mengapa Allah berhak untuk dipuji?! Jawabannya: karena kesempurnaan nama dan sifat-Nya dari segala segi. Demikian juga karena banyaknya kenikmatan yang Dia berikan kepada kita semua.

الله� م�ن� ف� ة� ن8ع�م� م8ن ب�كم ا و�م�

Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya). (QS. An-Nahl: 53)[15]

2. Meminta Pertolongan Kepada Allah dan Memohon Ampunan Kepada Allah.

Hal itu karena seorang hamba diantara dua hal:

Pertama: Perbuatan Allah kepadanya berupa nikmat, maka hal ini membutuhkan pujian dan syukur.

Kedua: Perbuatan hamba sendiri, yang tidak lepas dari kebaikan yang membutuhkan kepada pertolongan Allah dan kejelekan yang membutuhkan ampunan Allah. [16]

3. Bersandar Kepada Allah Dari Kejahatan Jiwa

Page 15: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

Kita bersandar kepada Allah dari kejahatan-kejahatan jiwa kita. Perhatikanlah wahai saudaraku, setelah kita diajarkan untuk memohon maghfiroh[17] kepada Allah, setelah itu kita diajarkan untuk bersandar kepada Allah dari dosa-dosa yang belum terjadi.

Bila ada yang bertanya: Apakah jiwa memiki kejahatan?! Jawabnya: Ya, sebagaimana firman Allah:

وء� Lب�الس ة% ار� م�أل� الن�ف�س� إ�ن� ي س� ن�ف� ئ ب�ر8

آأ و�م�

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan. (QS. Yusuf: 53)

Perlu diketahui bahwa kejahatan jiwa berputar pada dua perkara:

Pertama: Ajakan kepada kemaksiatan.

Kedua: Menghambat dari ketaatan.

Obat dua penyakit ini adalah kesempurnaan iman kepada Allah dan merenungi akibat perbuatan sehingga dapat mengerem seseorang dari lembah kemaksiatan. [18]

4. Berlindung dari Jeleknya Amal Perbuatan

Amal hamba tidak terlepas dari tiga macam:

Pertama: Amal shalih

Kedua: Amal tidak shalih (jelek)

Ketiga: Amal tidak shalih dan tidak jelek (baca: mubah)

Ketahuilah wahai saudaraku bahwa amal yang jelek memiliki dampak negatif bagi pribadi dalam hati, lisan dan anggota badannya. Salah seorang salaf pernah berkata:

“Apabila saya bermaksiat, maka saya dapat mengetahui pengaruhnya pada kendaraan dan keluargaku”.

Kemaksian juga memiliki dampak negatif juga bagi masyarakat dalam perekonomian dan keamanan mereka. Perhatikanlah bersamaku firman Allah:

ال�ذ�ي ب�ع�ض� م ه ل�يذ�يق� الن�اس� �ي�د�ي أ ب�ت� ك�س� ا ب�م� ر� ال�ب�ح� و� ال�ب�ر8 ف�ي اد س� ال�ف� ر� ظ�ه�عون� ج� ي�ر� م� ل�ع�ل�ه لوا ع�م�

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari

Page 16: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Ruum: 41) [19]

5. Hidayah dan Kesesatan Hanya Di Tangan Allah

Yakni barangsiapa yang ditakdirkan oleh Allah mendapat petunjuk maka tidak ada seorangpun yang dapat menyesatkannya sekalipun semua manusia sedunia dan dengan segala cara. Demikian juga sebaliknya, apabila Allah mentakdirkan seseorang untuk tersesat maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk sekalipun dia seorang Nabi, karena hanya di tangan Allah-lah segala urusan. Allah berfirman kepada Nabinya tatkala bersemangat untuk mengislmkan paman kesayangannya, Abu Thalib:

ت�د�ين� ه� ب�ال�م ع�ل�مأ� و� و�ه آء ي�ش� م�ن د�ي ي�ه� الله� ل�ك�ن� و� ب�ب�ت� أ�ح� م�ن� د�ي ال�ت�ه� إ�ن�ك�

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan

Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS. Al-Qoshos: 56)

Hal ini memberikan kepada kita beberapa faedah:

a. Iman kepada takdir

b. Banyak berdoa kepada Allah agar menetapkan kita di atas hidayah dan menjauhkan kita dari kesesatan karena semua itu ada di tangan-Nya saja.

c. Tidak bersandar pada diri sendiri karena hal itu akan mengantarkan kepada penyakit ujub (bangga diri).

d. Hiburan bagi para da’i apabila dakwahnya tidak diterima agar dia tidak sedih dan gelisah apabila dia telah menunaikan kewajiban dakwahnya.

6. Memahami Makna Syahadatain

Hal ini sangat penting sekali, karena inilah kunci kebahagiaan dunia dan akherat. Makna saya[20] bersaksi yakni “saya yakin dan percaya dengan sepenuh hati seperti saya menyaksikan sendiri dengan mata kepalaku”.

Syahadat ( الل�ه إ�ال� �ل�ه� إ maksudnya adalah ( ال�

Tidak ada sesembahan yang berhak untuk diibadahi kecuali hanya Allah semata, sebagaimana tidak pencipta, pemberi rizki dan pengatur alam selain Allah.

Dan perlu diketahui bahwa syahadat ini memiliki dua rukun yang utama:

Pertama: Nafi (peniadaan) yang terdapat pada kata “Tiada sesembahan” ( �ه�ل� إ ( ال�dan dikuatkan dengan kata “tiada sekutu bagi-Nya” ( ل�ه ر�ي�ك� � ش� ال ) untuk

Page 17: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

membuang dan meniadakan semua sesembahan selain Allah siapapun dia, baik malaikat atau nabi.

Kedua: Itsbat (penetapan) yang terdapat pada kata “kecuali Allah” ( الل�ه dan ( إ�ال�dikuatkan dengan kata “hanya Dia saja” ( د�ه untuk menetapkan bahwa hanya ( و�ح�Allah semata yang berhak untuk diibadahi, bukan selain-Nya.

Adapun makna syahadat Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya adalah:

1. Mengerjakan semua perintahnya

2. Menjauhi segala larangannya

3. Membenarkan beritanya

4. Tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan syari’at yang dibawanya.

Persaksian kita bahwa Muhammad adalah “hamba” berarti tidak boleh bagi kita untuk berlebihan kepadanya dan mengangkatnya di atas kedudukan yang telah diberikan Allah seperti meminta pertolongan kepada beliau setelah wafatnya atau mensifati beliau mengetahui ilmu ghoib secara mutlak dan lain sebagainya.

Dan persaksian kita bahwa beliau adalah “rasul” berarti kita harus memuliakannya, membenarkan ucapannya dan tidak meremehkannya.

7. Taqwa dan Pembenahan Bathin

Hal ini dipetik dari kandungan tiga ayat yang dibaca oleh Rasulullah, yang semuanya menganjurkan untuk taqwa dan pembenahan bathin, karena memang taqwa merupakan kunci kebahagian dunia dan akherat dan pembenahan hati berarti pembenahan anggota tubuh lainnya. Maka merupakan kewajiban bagi kita semua untuk lebih memperhatikan masalah bathin daripada hanya sekedar penampilan luar.

8. Sunnahnya Ucapan: Amma Ba’du (Adapun setelah itu)

Hal ini juga merupakan sunnah Nabi yang sering dilakukan oleh beliau. Imam Bukhari membuat bab dalam Shahihnya 1/292: “Bab: Orang Yang Mengatakan: Amma Ba’du setelah memuji Allah dalam khutbah”. Sebagian ahli hadits mengumpulkan riwayat-riwayat penyebutan “Amma ba’du” sehingga mencapai tiga puluh dua sahabat.[21]

Kalimat “Amma Ba’du” digunakan untuk:

Perpindahan dari pembukaan menuju tema pembicaraan, bukan sebagimana dikatakan oleh sebagian ahli bahasa bahwa kata tersebut untuk perpindahan dari

Page 18: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

uslub (gaya bahasa) ke uslub lainnya seperti dari perintah ke uslub khabar atau sebaliknya[22].

Al-Hafizh Ibnu Rojab menjelaskan:

“Tujuan memisah antara memuji Allah dengan ucapan setelahnya adalah sindiran bahwa semua perkara dunia dan agama sekalipun besarnya bagaimana, semua itu pada hakekatnya mengikuti pujian Allah”. [23]

9. Keunggulan Al-Qur’an

Kebaikan dan keunggulan Al-Qur’an mencakup beberapa perkara berikut:

1. Kejujuran beritanya dan keadilan hukumnya

U و�ع�د�ال ا Uد�ق ص� ب8ك� ر� ة ك�ل�م� ت�م�ت� و�

Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (al-Qur’an), sebagai kalimat yang benar dan adil. (QS. Al-An’am: 115)

2. Kefasihan bahasanya. Oleh karena itu menantang para sastra Arab untuk mendatangkan semisalnya!

3. Kedahsyatan pengaruhnya bagi pribadi secara khusus berupa kesejukan hati bagi pembacanya dan manusia secara umum sehingga betapa banyak negeri ditaklukkan dengannya!!.

10. Berpegang Teguh Dengan Petunjuk dan Jalan Nabi Muhammad

Ketahuilah bahwa pada kata ( د� م� مح� د��ي ه� د��ي� ال�ه� ي�ر� :ada dua bacaan ( و�خ�

Pertama: ( ى�د dengan mendhommah ha’ dan menfathah dal bermakna ( ال�هpetunjuk, lawan dari kesesatan.

Kedua: ( د�ي� dengan menfathah ha’ dan mensukun dal bermakna jalan.[24] ( ال�ه�

Faedah dari ungkapan ini adalah anjuran bagi kita untuk berpegang teguh dengan jalan dan petunjuk Nabi kita, baik dalam ibadah maupun muamalat. Dan hal ini memiliki beberapa faedah, diantaranya:

1. Menjadikan Nabi kita sebagai suri tauladan2. Merasa tegar karena dia berpegang pada pegangan yang kuat3. Berusaha untuk berakhlak seperti akhlak Nabi4. Menjadi panutan di masyarakatnya

11. Bahaya Bid’ah Dalam Agama

Page 19: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

Bid’ah adalah suatu jalan baru dalam agama[25] yang menyerupai syari’at, dimana pelakunya melakukan hal itu dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah.[26]

Maka, waspadalah saudarku dari perkara-perkara baru dalam agama baik berupa ucapan, perbuatan, keyakinan yang menggeliat pada zaman sekarang, karena semua itu sejelek-jelek perkara yang diperingatkan oleh Nabi kita. Sungguh benar sabda tatkala mensifati bid’ah sebagi perkara yang terjelek, karena konsekuansi bid’ah adalah sangat berat sekali, diantaranya:

1. Mendustakan kesempurnaan agama Islam, sehingga seakan-akan dia mengatakan bahwa agama Islam ini belum sempurna sehingga perlu ditambahi dengan bid’ah tersebut.

2. Menuduh Nabi dengan dua sifat yang sama-sama pahitnya yaitu dengan “khianat” karena beliau menyembunyikan dan tidak menyampaikannya kepada umat, atau “jahil” karena Nabi tidak mengetahui apa yang diketahui oleh pelaku bid’ah tersebut.

3. Menjadikan tandingan bagi Allah dalam membuat syari’at.4. Menyebabkan perpecahan dan pertikaian diantara umat.5. Mematikan sunnah Nabi.

12. Semua bid’ah sesat

Demikianlah sabda Nabi yang tegas, sekalipun hal itu dianggap baik oleh kebanyakan manusia dan menamainya dengan bid’ah hasanah!! Aduhai, dari manakah mereka mendapatkan wahyu pengecualian tersebut?!! Bukankah ini berarti sebuah kritikan kepada hadits Nabi dan pengkhususan dari keumuman tanpa dalil?!! Sekali lagi, janganlah engkau tertipu dengan label “bid’ah hasanah” dalam agama karena istilah itu sendiri merupakan sebuah istilah yang bid’ah!![27]

Demikianlah penjelasan secara ringkas. Sebenarnya masih banyak dalam benak ini beberapa masalah yang ingin dituangkan, tetapi semoga saja yang sedikit ini bisa bermanfaat dan berbarokah bagi diri kami dan saudara-sauadara kami semua. Allahu A’lam.

disusun oleh:

Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi

artikel: [www.abiubaidah.com]

.

Catatan kaki:

[1] Majmu’ Fatawa 14/223 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.

Page 20: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

[2] Faedah: Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata:

“Barangsiapa memperhatikan khutbah-khutbah nabi dan para sahabatnya, niscaya dia akan mendapatinya penuh dengan penjelasan petunjuk dan tauhid, sifat-sifat Allah, pokok-pokok keimanan, kebesaran nikmat Allah, hari akhir, perintah mengingat dan bersyukur kepada Allah, sehingga tatkala para pendengar keluar, maka mereka keluar dengan kecintaan kepada Allah, berbeda dengan khutbah-khutbah zaman sekarang yang hanya indah penampilan luarnya tetapi kosong dari tujuan utamanya!!”. (Zadul Ma’ad 1/419-410 -secara ringkas-).

[3] HR. Abu Dawud 4604, al-Khathib dalam al-Faqih wal Mutafaqqih 1/89, Ibnu Nashr dalam as-Sunnah 353 dan lain-lain dengan sanad shohih.

[4] Lihat Ilmu Ushul Bida’, Syaikh Ali bin Hasan al-Halabi hal. 6-7

[5] Diringkas dari risalah “Khuthbah Hajat Al-Lati Kaana Rasululullah Yu’allimuha Ashabahu” oleh Syaikh Muhammad Nasiruddin al-Albani, cet Maktabah Ma’arif.

[6] Lihat Dzail Khutbah Hajat “Al-Umdah fi Raddi Syubuhat Abi Ghuddah” oleh Syaikh Salim bin I’ed al-Hilali, cet Dar Tauhid, Mesir.

[7] Namun perlu ditegaskan juga di sini bahwa khutbah hajat hukumnya sunnah, sehingga jangan ada anggapan bahwa kami mewajibkannya. Bahkan kalau memang dikhawatirkan ada anggapan wajib, maka selayaknya untuk ditinggalkan kadang-kadang agar tidak dianggap wajib. Wallahu A’lam.

[8] Syaikh al-Albani berkata:

“Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah adalah diantara ulama yang paling semangat dalam memulai risalah dan kitab-kitabnya dengan khutbah ini. Hal itu merupakan diantara bukti-bukti kongkrit tentang kecintaan beliau kepada Nabi dan sunnah beliau serta semangat beliau dalam menghidupkannya”. (al-Ihtijaj bil Qodar hal. 3, Haqiqatus Shiyam hal. 9-10)

[9] Syaikh Ibnu Utsaimin juga menguatkan hal ini dalam Syarh Muqaddimah Tafsir hal. 5, katanya:

“Khutbah ini disebut dengan khutbah hajat, yang digunakan oleh seseorang tatkala hendak membicarakan tentang kebutuhannya, baik pernikahan maupun keperluan lainnya yang berkaitan dengan agama dan dunia. Oleh karena itu, dia disebut khutbah hajat”.

[10] Faedah: Khutbah diambil dari kata “khotb” yaitu kesulitan atau urusan besar. Hal itu karena orang-orang Arab dulu apabila tertimpa masalah besar maka mereka berpidato lalu orang-orang berdatangan untuk berkumpul dan berfikir bersama untuk mencari solusinya. (Kitab at-Ta’yin fi Syarhil Arba’in ath-Thufi hal. 3)

Page 21: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

[11] Zadul Ma’ad Ibnu Qayyim 1/431.

[12] Majmu Fatawa 8/378.

[13] Bada’iul Fawaid Ibnu Qayyim 2/536.

[14] Majmu Fatawa 1/89.

[15] Syarh Aqidah Wasithiyyah Ibnu Utsaimin 1/39.

[16] Majmu’ Fatawa 18/285

[17] Maghfirah adalah menutupi dosa di dunia dan mengampuninya di akherat, diambil dari kata “mighfar” yaitu topeng besi yang biasa dipakai orang perang untuk menutupi kepalanya dari senjata musuh. (al-Qaulul Mufid, Ibnu Utsaimin 2/330)

[18] Syarh Ushul min Ilmi Ushul Ibnu Utsaimin hal. 16

[19] Syarh Ushul fi Tafsir Ibnu Utsaimin hal. 9

[20] Perhatikanlah dalam syahadat digunakan dhomir mufrod/ tunggal yaitu “aku” sedangkan sebelumnya dalam pujian, minta tolong dan ampunan digunakan dhomir nahnu “kami”. Apakah rahasia di balik itu?! Hal itu karena persaksian tidak bisa diwakilkan oleh orang lain, berbeda dengan minta tolong dan minta ampunan. Hal lainnya karena persaksian berarti menyampaikan isi hatinya karena dia tahu tentang dirinya sendiri, berbeda dengan isi hati orang lain, dia tidak mengetahuinya. (Lihat Tahdzib Sunan Ibnu Qayyim 3/54)

[21] Subulus Salam ash-Shan’ani 2/136

[22] Syarh Nuzhatun Nadzar, Ibnu Utsaimin hal. 20

[23] Fathul Bari 5/484

[24] Syarh Muslim Nawawi 6/154

[25] Adapun masalah-masalah dunia, maka tidak disebut bid’ah yang tercela, seperti penemuan-penemuan modern yang tidak ada pada zaman Nabi. Fahamilah hal ini baik-baik!!

[26] Al-I’tishom asy-Syathibi 1/43, tahqiq Masyhur Hasan.

[27] Syaikh Salim al-Hilali telah menepis syubhat-syubhat para penganut faham “bid’ah hasanah” dan meruntuhkannya satu persatu secara bagus dalam risalahnya “Al-Bid’ah wa Atsaruha Sayyi’ fil Ummah” hal. 207-247 -Jami’ Rosail-.

Diposkan oleh Akhi Sandy Pebyh Bangundara di 03.17 Tidak ada komentar:

Page 22: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

3 KEAJAIBAN HADITS LALAT

4 KEAJAIBAN HADITS LALAT KEAJAIBAN HADITS LALAT[1]

Fenomena pengingkaran terhadap sunnah semakian menggeliat di masa kini. Berbagai media telah berjasa besar untuk propaganda tersebut. Semakin banyak

kader-kader yang disiapkan untuk menyerang hadits Nabi. Mereka menempuh beberapa jalur untuk menuju ke terminalnya, sekalipun berbeda jalannya namun tujuan tetap sama.

Imam asy-Syathibi menjelaskan metode ahli bid’ah tersebut dengan ucapannya:

“Mereka menolak hadits-hadits yang dianggap tidak sesuai dengan tujuan dan madzhabnya. Mereka menuduhnya tidak sesuai dengan yang dimaksud oleh dalil. Karenanya, mereka mengingkari adanya siksa kubur, jembatan, timbangan, melihat Allah di akherat. Demikian pula hadits lalat yang menerangkan bahwa salah satu sayapnya terdapat penyakit dan dalam sayap lainnya terdapat obat penawarnya dan lalat ini mendahulukan sayap yang mengandung penyakit, dan hadits-hadits lainnya yang shahih dan diriwayatkan dengan benar.

Terkadang mereka mengkritik para sahabat, tabi’in dan para pakar hadits yang telah disepakati tentang keadilan dan keahliannya dalam meriwayatkan hadits. Dan ini hanya sekedar alasan untuk menentang orang-orang yang dianggap bertentangan dengan madzhab mereka. Dan dalam kesempatan lain, mereka menolak fatwa para ulama ini dan mencomoohkannya di hadapan masyarkat awam agar mereka tidak mengikuti sunnah dan menjauhi para pembela sunnah”.[2]

Nah, diantara hadits yang kena getahnya adalah hadits lalat, dimana oleh sebagian kalangan hadits ini diklaim sebagai hadits yang palsu, tidak sesuai dengan rasio, hanya diriwayatkan oleh orang yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Benarkah suara-suara sumbang tersebut?! Atauah hanya sekedar ucapan yang terlontar tiada kendali?! Pembahasan berikut akan mencoba memberikan jawabannya.

5 A. TEKS HADITS

Page 23: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

Ketahuilah wahai saudaraku seiman -semoga Allah selalu memberkahimu- bahwa hadits ini telah diriwayatkan oleh sejumlah para ulama ahli hadits dalam kitab-kitab mereka dari beberapa sahabat. Berikut perinciannya:

1. Hadits Abu Hurairah

6 �ذ�ا : إ ال� ق� الله� و�ل� س ر� أ�ن� ة� ي�ر� ر� ه ب�ي�� أ ع�ن�

كل�ه ه ل�ي�غ�م�س� ف� د�كم� ح�أ� �ن�اء� إ ف�ي� الذLب�اب ع� و�ق�

و�ف�ي� Uاء�د ي�ه� ن�اح� ج� د�ى إ�ح� ف�ي� إ�ن� ف� ه ح� ل�ي�ط�ر� ثم� Uاء ف� ش� ر� اآلخ�

Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda: “Apabila lalat jatuh di bejana salah satu diantara kalian maka celupkanlah karena pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap lainnya terdapat obat penawarnya”.

SHAHIH. Diriwayatkan Imam Bukhari dalam Shahihnya (3320, 5782), Ahmad dalam Musnadnya (2/229, 230, 246, 263, 340, 355, 388, 398, 443), Abu Dawud (3844), Ibnu Majah (3505), Ad-Darimi (2045), Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya (105), Ibnu Hibban dalam Shahihnya (1243, 5226), Al-Baihaqi dalam Sunan Kubra (1/252), Ma’rifah Sunan wal Atsar 1/317 dan al-Khilafiyyat (933), At-Thahawi dalam Musykil Atsar (3291, 3295), Al-Baghawi dalam Syarh Sunnah (2813), Ibnu Jarud dalam Al-Muntaqa (55), al-Khathib al-Baghdadi dalam Taali Tasybih (267), Ibnu Abdil Barr dalam at-Tamhid 1/337, adz-Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala’ 6/322, Al-Fakihi dalam Fawaidnya (276), Ibnu Sakan -sebagaimana dalam At-Talkhis Habir Ibnu Hajar (1/38)-, dari beberapa jalan yang banyak dari Abu Hurairah.

Al-Baghawi berkata dalam Syarh Sunnah 11/259: “Hadits ini shahih”.

Ibnu Abdil Barr berkata dalam At-Tamhid 1/337: “Hadits ini diriwayatkan dari jalur yang amat banyak sekali dari sahabat Abu Sa’id dan Abu Hurairah. Semuanya shahih”.

Adz-Dzahabi berkata dalam Siyar 6/322: “Hadits ini sanadnya hasan lagi tinggi”.

Al-Albani berkata dalam Irwaul Ghalil 1/194: “Shahih”.

Abu Ubaidah -semoga Allah menambahkan ilmu baginya- berkata:

“Hadits ini tidak punya cacat sedikitpun. Tidak ada satupun ahli hadits yang mengkritik dan melemahkannya, bahkan hadits ini diriwayatkan dan dishahihkan

oleh sejumlah para imam ahli hadits, terutama Imam Bukhari, Imam Ibnu Khuzaimah, Imam Ibnu Hibban dan Ibnu Jarud yang memilih hadits ini dalam

kitab shahih mereka”.

Page 24: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

2. Hadits Abu Sa’id Al-Khudri

7 الله� و�ل� س ر� ع�ن� د�ر�ي8 ال�خ ع�ي�د� س� ب�ي�� أ ع�ن�

ر� : و�اآلخ� Eم س� الذLب�اب� ي� ن�اح� ج� د� أ�ح� إ�ن� ال� ق��ن�ه إ ف� لو�ه ق ام� ف� الط�ع�ام� ف�ي� ع� و�ق� إ�ذ�ا ف� اء% ف� ش�

اء� ف� الش8 ر يؤ�خ8 و� م� الس� د8م يق�

Dari Abu Said Al-Khudri dari Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya pada salah satu diantara dua sayap lalat itu terdapat racun dan syap lainnya terdapat obat

penawarnya. Apabila lalat jatuh di makanan maka celupkanlah karena lalat mengedepankan racun dan mengakhirkan obat penawarnya”.

SHAHIH. Diriwayatkan Imam Ahmad dalam Musnadnya (3/24, 67), Ibnu Majah (3504), Nasa’i (4259), Al-Baihaqi dalam Sunan Kubra (1/253), At-Thayyalisi dalam Musnadnya (2188), Abu Ya’la dalam Musnadnya (2/65) dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya (1244) dan At-Tsiqat (2/102), Abu Ubaid dalam Gharib Hadits (2/214-215), al-Baghawi dalam Syarh Sunnah (2815), Abdu bin Humaid dalam al-Muntakhab (882), ath-Thahawi dalam Syarh Musykil Atsar (3289, 3290).

Ibnu Qutaibah berkata dalam Ta’wil Mukhtalif Hadits hal. 429: “Hadits ini shahih”.

Syaikh Al-Albani berkata dalam ash-Shahihah 1/95: “Sanad hadits ini shahih, para perawinya terpercaya, perawi Bukhari Muslim kecuali Sa’id bin Khalid Al-Qaridhi, dia seorang yang shaduq (hasan haditsnya -pent) sebagaimana dikatakan imam Ad-Dzahabi dan Al-Asyqalani”.

Abu Ishaq al-Huwaini berkata dalam Takhrij Kitab Al-Amradh wal Kaffarat karya adh-Dhiya’ hal. 124: “Sanadnya kuat”.

3. Hadits Anas bin Malik

8 الذLب�اب : ع� و�ق� �ذ�ا إ ال� ق� الن�ب�ي� ن�أ� أ�ن�س� ع�ن�

د� أ�ح� ف�ي� إ�ن� ف� ه ل�ي�غ�م�س� ف� د�كم� ح�أ� �ن�اء� إ ف�ي�

Uاء ف� ش� ر� اآلخ� و�ف�ي� Uاء�د ي�ه� ن�اح� ج�

Dari Anas bahwasanya Nabi bersabda: “Apabila lalat jatuh pada bejana salah satu diantara kalian, maka celupkanlah karena pada salah satu sayapnya

terdapat penyakit dan sayap lainnya terdapat obat”.

SHAHIH. Diriwayatkan At-Thabrani dalam Al-Aushat (5891), Al-Bazzar (2866) dan Ibnu Abi Khaitsamah dalam Tarikh Kabir sebagaimana dalam At-Talkhis (1/38), Ibnu Qutaibah dalam Ta’wil Mukhtalif Hadits hal. 429 dan diisyaratkan oleh ad-Darimi dalam Sunannya (2045).

Page 25: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

Al-Haitsami dalam Majma’ Zawa’id (5/47): “Diriwayatkan Al-Bazzar dan para perawinya seluruhnya terpercaya dan diriwayatkan At-Thabrani dalam Al-Aushat”.

Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (10/250): “Dikeluarkan Al-Bazzar dan para perawinya terpercaya”. Beliau juga berkata dalam At-Talkhis (1/38): “Sanadnya shahih”. Hal ini disetujui oleh Imam Syaukani dalam Nailul Authar (1/55) dan Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah (1/96).

4. Hadits Ka’ab al-Ahbar

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Dan diriwayatkan dari Qaotadah dari Anas dari Ka’ab al-Ahbar. Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Khaitsamah dalam Tarikh Kabir dalam bab riwayat sahabat dari tabi’in. Sanadnya shahih”.[3]

5. Hadits Ali bin Abi Thalib

Diriwayatkan oleh Ibnu Najjar.[4]

9 B. ARGUMEN PARA PENGKRITIK

Sebagian orang mementahkan hadits ini dengan argumen yang sangat lemah sekali, bahkan lebih lemah daripada sarang laba-laba.

Seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui. (QS. Al-Ankabut: 41)

Berikut komentar para pengkritik tersebut:

1. Dr. Hasan At-Thurabi dalam ceramahnya pada tanggal 12 Agustus 1982 M kepada para mahasisiwi di universitas Al-Khurthum mengatakan tentang hadits lalat ini: “Ini adalah masalah kedokteran. Perkataan dokter kafir lebih dipercaya daripada perkataan Nabi karena memang masalah ilmu kedokteran ini bukanlah bidangnya (Nabi)”. [5]

2. Mahmud Abu Rayyah[6] dalam Adhwa’ Islamiyyah[7] hal. 199 mengkritik hadits pembahasan dengan alasan karena hadits ini hanya diriwayatkan dari Abu Hurairah saja.

3. Abdul Waris Al-Kabir dalam Majalah Al-Arabi volume 82 hal. 144 kolom “Anda Bertanya Kami Menjawab” ketika ditanya tentang keabsahan hadits ini, dia menjawab: “Adapun hadits tentang lalat, dimana pada sayapnya ada penyakit serta obat penawarnya adalah hadits yang dha’if (lemah), bahkan secara akal hadits ini hanyalah dibuat-buat belaka. Sebab, sudah kita maklumi bersama bahwa lalat itu biasanya hinggap di tempat kotor dan membawa kotoran… Tidak ada seorang dokterpun yang mengatakan bahwa dalam sayap lalat itu ada obatnya. Hanya pembuat hadits palsu ini saja yang mengatakan hal itu. Seandainya hadits itu

Page 26: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

shahih, tentunya akan disingkap oleh ilmu kodekteran modern yang telah sepakat akan bahaya lalat dan menganjurkan untuk memberantasnya “. [8]

5. Orang-orang Syi’ah menolak hadits ini karena menurut mereka hadits ini hanyalah buatan Abu Hurairah saja. Buktinya hanya dia yang meriwayatkan hadits ini, tidak ada sahabat lainnya.

Dengan uraian di atas, dapat kita simpulkan argumen para pengingkar hadits ini dalam beberapa point berikut:

1. Hadits ini hanya dibuat-buat saja.2. Kesendirian riwayat Abu Hurairah.3. Ilmu kedoteran belum menyingkapnya.4. Tidak masuk akal.

10 C. BANTAHAN TERHADAP SYUBHAT PARA PENGINGKAR HADITS

Ketahuilah wahai saudaraku seiman -semoga Allah selalu merahmatimu- bahwa tidak ada satu syubhatpun yang dilontarkan oleh para penyeleweng melainkan ahli haq dan pembela sunnah memiliki jawabannya karena Allah pasti memenangkan mereka.

Tidaklah mereka dating keadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik

penjelasannya.

(QS. Al-Furqon: 33)

Demikian juga syubuhat-syubuhat di atas, ternyata dalam timbangan ahli hadits hanyalah seperti bangunan yang siap untuk diruntuhkan berkeping-keping dengan senjata hujjah yang kuat.

Pertama: Anggapan mereka bahwa hadits ini hanya dibuat-buat

Jawaban: Ini merupakan kelancangan yang sangat. Karena hadits ini telah diriwayatkan oleh para ulama’ ahli hadits yang terpercaya dalam kitab-kitab mereka sebagaimana penjelasan di atas. Salah satunya adalah imam ahli hadits besar, Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya yang diakui oleh umat dan direstui mereka semua. Imam Nawawi berkata dalam Muqaddimah Syarh Shahih Muslim (1/24):

11 ح� ص�أ� أ�ن� ع�ل�ى الله م م�ه ح� ر� اء ال�عل�م� ق� ات�ف�

ان� ي�ح� ح� الص� ي�ز� ال�ع�ز� آن� ر� ال�ق ب�ع�د� ال�كتب�. بو�ل� ب�ال�ق� ة م�

ااأل م� ت�ه ت�ل�ق� و� ل�م% و�مس� Lار�ي ال�بخ�

Page 27: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

ائ�د� و� ف� ا م� ه ك�ث�رأ� و� ا م� ه Lح ص�

أ� ار�ي8 ال�بخ� ك�ت�اب و� Uة و�غ�ام�ض� Uة ر� ظ�اه� ع�ار�ف� و�م�

Para ulama semoga Allah merahmati mereka- telah bersepakat bahwa kitab yang paling shahih setelah Al-Qur’an yang mulia adalah dua kitab shahih yaitu

Bukhari dan Muslim serta diterima oleh umat. Dan kitab Bukhari lebih shahih dan lebih banyak faedah dan pengetahuannya secara nampak dan tersembunyi.

Cukuplah sebagai hujjah bahwa tidak ada satupun ahli hadits yang melemahkan atau mengkritik hadits ini, karena mereka semua mengetahui bahwa hadits ini mencapai derajat yang sangat istimewa keabsahannya. Bahkan sebaliknya, orang-orang yang menyatakan bahwa hadits ini hanya dibuat-buat tidak dapat mendatangkan bukti akurat tentang pernyataannya.[9]

Sesungguhnya tindakan gegabah dalam menolak hadits dengan cara seperti ini merupakan serangan nyata terhadap kaum muslimin. Bagaimana tidak?! Tidak-kah mereka menyadari bahwa konsekuansi dari tindakan ini adalah mencela para perawi terpercaya dari kalangan salaf shalih dan menuding mereka dengan kebohongan, penipuan dan kejahilan?!! Tahukah anda kebohongan kepada siapa? Berbohong kepada Nabi yang merupakan dosa yang amat besar. Saudaraku! Sesungguhnya para ulama salaf shalih adalah generasi yang paling mulia, berakhlak mulia, sangat takut kepada Allah. Lantas, setelah itu mereka dituding berbohong kepada Nabi?!! Hanya kepada Allah kita serahkan urusan kita[10].

Kedua: Anggapan mereka bahwa hadits ini hanya diriwayatkan Abu Hurairah saja

Jawaban: Ini merupakan kejahilan mereka tentang ilmu hadits. Sebab hadits ini bukan hanya diriwayatkan oleh Abu Hurairah saja bahkan didukung oleh riwayat Abu Sa’id Al-Khudri dan Anas bin Malik sebagaimana penjelasan di atas.

Aduhai, katakanlah padaku: “Apakah mereka tahu bahwa Abu Hurairah tidak sendirian dalam meriwayatkan hadits ini -sekalipun kalau sendirian juga tetap dijadikan hujjah- ataukah mereka tidak mengetahuinya?!”

Bila mereka mengetahuinya, lantas mengapa mereka mempersoalkan riwayat Abu Hurairah dan menipu umat dengan mengatakan bahwa Abu Hurairah sendirian dalam riwayat hadits ini?!

Dan bila mereka tidak mengetahuinya, lantas mengapa mereka tidak mau bertanya kepada ahli hadits dan percaya kepada perkataan mereka?! Alangkah indahnya ucapan seorang:

12 ك�ن�ت� إ�ن� و� ي�ب�ة% مص� ت�ل�ك� ف� ت�د�ر�ي� ال� كن�ت� إ�ن�أ�ع�ظ�م ي�ب�ة ال�مص� ف� ت�د�ر�ي�

Page 28: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

Bila engkau tak tahu, maka itu merupakan musibah

Dan bila engkau mengetahui, maka musibahnya lebih dahsyat.

Mengapa mereka begitu benci setengah mati terhadap sahabat Abu Hurairah, seorang sahabat yang dido’akan Nabi agar kuat ingatannya?! Mengapa mereka tidak menghormati seorang sahabat yang menyibukkan diri siang malam untuk menghafal hadits-hadits Nabi sehingga beliau tidak disibukkan oleh pertanian dan perdagangan?!

Wahai saudaraku, ketahuilah barangsiapa yang mencela sahabat Abu Hurairah, maka sesungguhnya dia ingin merusak aqidah Islamiyyah. Karena tujuan utama dari celaan mereka terhadap dirinya, bukanlah hanya pribadi Abu Hurairah saja, namun lebih dari itu mereka ingin merusak agama Islam. Sebab, apabila Abu Hurairah telah berhasil dicerca, maka ribuan hadits -yang merupakan sumber hukum agama- tentang Islam akan termentahkan[11]. Semoga Allah merahmati imam Abu Zur’ah yang telah mengatakan:

13 ن� م� دUا أ�ح� ي�ن�ت�ق�ص ل� ج الر� �ي�ت� أ ر� �ذ�ا إ , ذ�ل�ك� و� ن�د�ي�ق% ز� ن�ه

� أ اع�ل�م� ف� الله� و�ل� س ر� اب� ح� ص� أ�

, ا �ن�م� إ و� Eق ح� آن� ر� ال�ق و� Eق ح� ن�د�ن�ا ع� و�ل� س الر� ن� أ�

اب ح� ص�أ� ن�ن� Lالس�و آن� ر� ال�ق ذ�ا ه� �ل�ي�ن�ا إ د�ى

أ� , ا و� ح ر� ي�ج� ن�أ� ي�دو�ن� ير� ا �ن�م� إ و� الله� و�ل� س ر�

, ح ر� ال�ج� و� ن�ة� Lالس�و ال�ك�ت�اب� ا ل�يب�ط�لو� د�ن�ا و� ه شة% ن�اد�ق� ز� و�هم� ل�ى و�

أ� م� .ب�ه�

Apabila engkau mendapati orang yang mencela salah satu sahabat Nabi, maka ketahuilah bahwa dia adlah seorang zindiq (munafiq). Hal itu karena rasulullah adalah benar dan Al-Qur’an juga benar menurut (prinsip) kita. Dan orang yang

menyampaikan Al-Qur;an dan sunnah adalah para sahabat Nabi. Dan par pencela para saksi kita (sahabat) hanyalah bertujuan untuk menghancurkan Al-Qur’an dan sunnah. Mencela mereka lebih pantas. Mereka adalah orang-orang

zindiq.[12]

Berikut ini kami nukilkan tiga komentar ulama’ terhadap orang yang menolak hadits Abu Hurairah:

1. Imam Al-Hakim menukil perkataan imam Ibnu Khuzaimah: “Sesungguhnya orang yang mencela Abu Hurairah guna menolak haditsnya, tidak lain kecuali orang yang dibutakan hatinya oleh Allah sehingga mereka tidak memahami hadits-hadits Nabi. Orang kelompok Jahmiyyah menolak riwayat Abu Hurairah yang bertentangan dengan faham kekufuran mereka dengan mencela dan menuduhnya secara dusta dan bohong untuk menipu orang-orang awam yang bodoh. Orang kelompok khawarij yang menghalalkan darah kaum muslimin dan tidak taat terhadap khalifah/imam tatkala mendengarkan riwayat Abu Hurairah

Page 29: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

dari Nabi yang tidak sesuai dengan faham sesatnya, tiada cara lain untuk menghujatnya kecuali dengan senjata pamungkasnya; mencela Abu Hurairah…Demikian pula orang jahil yang sok pintar fikih tatkala mendengar hadits Abu Hurairah yang bertentangan dengan madzhab yang dianutnya dengan taklid buta/membeo, dia mencela pribadi Abu Hurairah dan mementahkan haditsnya yang tidak sesuai dengan madzabnya dan memakai haditsnya yang sesuai dengan madzhabnya. Sebagian golongan telah mengingkari hadits-hadits riwayat Abu Hurairah yang mereka tidak fahami maksudnya…”[13]

2. Imam Dzahabi menceritakan dari Al-Qadhi Abu Thayyib, katanya: “Suatu kali, kami pernah ta’lim (pengajian) di masjid Jami’ Al-Manshur lalu tiba-tiba datang seorang pemuda dari Khurasan menanyakan perihal masalah “Al-Musharrah” serta meminta dalilnya sekaligus. Pertanyaan pemuda itupun dijawab dengan membawakan hadits Abu Hurairah tentangnya. Pemuda yang bermadzhab Hanafiyyah itu mengatakan dengan nada mencela: “Abu Hurairah tidak diterima haditsnya!!!” Belum selesai ngomongnya, kemudian ada ular besar yang menjatuhinya dari atap masjid. Melihatnya, manusiapun berlarian ketakutan. Ular tersebut terus mengejar pemuda tadi yang sedang berlari. Dikatakan kepadanya: “Taubatlah! Taubatlah!”. Pemuda itu mengatakan: “Saya bertaubat”. Akhirnya, ular itupun hilang tiada membawa bekas”.

Imam Dzahabi berkomentar: “Sanadnya, para tokoh imam. Abu Hurairah merupakan sosok sahabat yang sangat kuat hafalannya terhadap hadits Nabi secara perhuruf dan beliau telah menyamapaikan hadits tentang “Al-Musharrah” secara lafadhnya. Maka wajib bagi kita untuk mengamalkannya. Inilah pokok masalah”.[14]

3. Al-Hafizh Ibnu Hajar mengomentari sebagain Hanafiyyah tatkala menolak hadits dengan alasan karena diriwayatkan Abu Hurairah: “Perkataan seperti ini hanyalah merugikan diri sendiri. Rasanya, cukup hanya diceritakan begitu saja tanpa harus susah payah membantahnya”.[15]

Ketiga: Alasan mereka bahwa ilmu kedokteran belum menyingkapnya

Jawaban: Syaikh Al-Allamah Abdur Rahman bin Yahya Al-Mua’llimi berkata ketika membantah Abu Rayyah: “Seluruh ahli kedokteran mengakui bahwa mereka tidak mengilmui segala sesuatu. Karenanya, mereka selalu mengadakan penelitian dan penyelidikan satu demi satu. Lantas mengapa Abu Rayyah dan orang-orang semisalnya tidak percaya kalau Allah mengajarkan pada rasul-Nya ilmu yang belum dijangkau oleh ilmu kedokteran padahal Sang Pencipta dan Pengatur adalah pembuat syari’at?!!”. [16]

Sebenarnya hadits ini tidak bertentangan sama sekali dengan ilmu kedokteran bahkan mendukungnya karena Nabi menginformasikan bahwa dalam sayap lalat terdapat penyakit tetapi Nabi menambah suatu ilmu yang belum terjangkau oleh mereka yaitu “Pada sayap lainnya terdapat obat

Page 30: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

penawarnya”. Maka sebagai seorang yang beriman kita harus percaya kepada hadits Nabi yang telah disifati oleh Allah (yang artinya) :

Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan

(kepadanya).

(QS. An-Najm: 3)

Kita lebih percaya kepada wahyu daripada penelitian manusia yang serba kekurangan.

Allah berfirman, yang artinya:

Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.

(QS. Al-Isra’: 85)

Terlepas dari apakah hadits ini bertentangan dengan ilmu kedokteran atau tidak, kita tetap mengatakan bahwa hadits ini benar adanya, apalagi telah terbukti dari beberapa penelitian ahli kedokteran yang membenarkan hadits ini[17] seperti pernah diungkapkan oleh seorang dokter di Yayasan Al-Hidayah Al-Islamiyyah Mesir mengenai hadits ini: “Lalat itu terbentuk dari bahan-bahan kotor yang penuh dengan kuman dan dapat menimbulkan beberapa penyakit yang beraneka macam. Lalat dapat menyebarkannya melalui kuku-kukunya dan memakan sebagian lainnya. Dengan demikian, maka pada jasadnya terdapat sesuatu beracun yang dalam ilmu kedokteran disebut “bakteri”. Bakteri ini akan membunuh kuman-kuman penyakit tadi sehingga kuman tidak dapat bertahan hidup atau berpengaruh pada diri seorang manusia bilamana bakteri tadi ada.

Pada sayap lalat terdapat keistimewaan, dia dapat memindah bakteri ke ujung sayap. Oleh karena itu, apabila sayap jatuh pada minuman atau makanan dan melepaskan kuman-kuman yang menempel di kukunya pada minuman tersebut, maka penangkal pertama yang paling potensial adalah bakteri yang berada dibawa oleh lalat di tenggorokan dengan salah satu sayapnya. Apabila ada obat penawar, maka obatnya sangat dekat dengannya. Dan mencelupnya lalu membuangnya adalah cara jitu untuk membunuh kuman-kuman yang menempel serta membendung dari pengaruh kuman pada diri manusia”. Keterangan serupa juga pernah disampaikan oleh dokter Al-Ustadz Sa’id As-Shuyuti, dokter Mahmud Kamal dan Muhammad Abdul Mun’im Husain sebagaimana dalam Majalah Al-Azhar.[18]

Saya (Ustadz Abu Ubaidah-editor) teringat ketika dalam suatu majlis ilmi di Masjid Ibnu Utsaimin, tatkala Syaikhuna Sami Muhammad (meanantu Syaikh Ibnu Utsaimin, kini pengganti Syaikh Ibnu Ustaimin di Unaizah-editor) menyindir hadits lalat,

Page 31: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

DR. Shalih ash-Shalih[19] mengabarkan bahwa dirinya dan beberapa muridnya telah mengadakan penelitian baru tentang analisa mikrobiologi tentang sayap lalap, akhirnya menemukan hasil yang menakjubkan sesuai dengan berita Nabi[20]. Segala puji bagi Allah.

Imam Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah[21]: “Ketahuilah bahwa pada lalat terdapat racun (kuman penyakit) yang terletak pada sengatnya yang merupakan senjata bagi dirinya. Jika ia jatuh atau hinggap pada sesuatu, maka yang pertama menyentuh adalah senjata tadi. Oleh sebab itulah Nabi Muhammad memerintahkan agar mencelupkan lalat itu ke dalam makanan atau minuman yang dihinggapinya. Tujuannya agar kuman penyakit itu menjadi tawar (tidak berfungsu lagi) dan hilanglah bahaya yang ditimbulkannya. Teori ini tidak pernah keluar dari para pakar dan pemuka ahli kedokteran, melainkan a merupakan percikan kemilauannya cahaya kenabian Muhammad. Dengan demikian, maka seorang dokter/tabib yang arif akan tunduk terhadap sistem kedokteran ini dan akan mengakui bahwa Rasulullah adalah makhluk yang paling sempurna dan dikuatkan oleh wahyu ilahi diluar jangkauan kekuatan manusia”.[22]

Keempat: Hadits ini bertentangan dengan akal (logika)

Mereka mengatakan: Bagaimana mungkin penyakit dan obat terhimpun dalam satu hewan. Ini tidak masuk akal?!

Jawab: Mengapa tidak masuk akal?! Akalnya siapa yang tidak dapat menerima hadits ini? Apakah anda tidak memperhatikan bahwa pada tawon/lebah terkumpul antara madu yang bermanfaat dan racun berbahaya! Demikian pula pada kalajengking terdapat penyakit serta obat penawarnya[23].

Imam Al-Khaththabi berkata dalam Ma’alimus Sunan (4/459): “Sebagian orang yang tak berakhlak mencela hadits ini seraya berceloteh: Bagaimana mungkin ini terjadi?! Bagaimana mungkin penyakit dan obat berkumpul dalam sayap lalat?! Bagaimana lalat mampu mengerti sehingga dia mengedepankan terlebih dahulu sayap yang berisi penyakit kemudian mengakhirkan sayap obat penawarnya?! Apa yang membuat lalat begitu pandai?!

Saya (Al-Khaththabi) berkata: “Ini adalah pertanyaan orang yang benar-benar jahil atau memang hanya pura-pura jahil. Seorang yang dapat merasakan kehidupan dirinya dan kehidupan hewan-hewan dia akan mendapati terkumpulnya panas dan dingin, kering dan basah yang saling berlawanan dimana apabila bertemu maka akan saling merusak tetapi Allah mampu untuk menyatukannya dan menjadikannya sebagai kekuatan hewan agar tidak ada orang yang ingkar akan terkumpulnya penyakit dan obat dalam satu hewan. Dia juga mengetahui bahwa Dzat yang mengajari lebah untuk membuat rumah yang sangat menakjubkan serta mengeluarkan madu dan Dzat yang mengajari semut agar mencari

Page 32: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

makanan pokok serta mmenyimpan untuk kebutuhan hidupnya, Dialah yang menciptaan lalat dan mengajarinya agar mengedepankan sayap penyakit dulu kemudian sayap obatnya. Semua itu adalah keinginan Allah untuk menguji hamba-Nya sebagai wujud ta’abbud (ibadah). Pada segala sesuatu terdapat pelajaran dan hikmah. Dan tidak ada yang dapat memahaminya kecuali orang-orang yang berakal”.[24]

Imam Ibnul Jauzi mengatakan: “Apa yang diungkapkan orang ini tidaklah aneh karena lebah saja dapat mengeluarkan madunya dari arah atas dan mengeluarkan racunnya dari arah bawah”. [25]

Imam Abu Ja’far ath-Thahawi berkata: “Kalau ada yang mengatakan dari manusia yang jahil tentang hadits Nabi: Apakah lalat bisa mendahulukan salah satu sayapnya karena suatu alasan dan mengakhirkan salah satu sayap lainnya karena alasan yang berbeda? Jawaban kita terhadap pertanyaan tersebut: Seandainya dia membaca Al-Qur’an dengan renuangan, niscaya dia akan mendapati kebenaran ucaan Nabi. Allah berfirman, yang artinya:

Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”. (QS.

An-Nahl: 68)

Jadi Allah-lah yang mewahyukan kepadanya agar mengerjakan apa yang Dia perintahkan kepadanya”.[26]

14 D. FATWA DAN KOMENTAR ULAMA TENTANG HADITS LALAT

Untuk melengkapi pembahasan ini agar bertambah ilmiyyah, maka penulis nukilkan sebagian fatwa dan komentar para ulama rabbaniyyun yang telah menjelaskan masalah hadits ini secara gamblang. Berikut komentar mereka:

1. Lajnah Daimah pernah ditanya tentang hadits ini, maka mereka menjawab: “Hadits ini sanadnya shahih diriwayatkan Bukhari dan memiliki penguat dari jalur Abu Said diriwayatkan Nasa’i dan Ibnu Majah serta jalur Anas bin Malik diriwayatkan Al-Bazzar. Matan hadits ini juga tidak bertentangan dengan akal, lantaran akal tidak menjangkau bahwa pada dua sayap lalat terdapat penyakit dan obat. Hal itu hanyalah dapat diketahui lewat cara penelitian atau lewat informasi dari wahyu. Dan secara penelitian tidak dijumpai hal yang menegaskan akan hal ini. Hal itu hanyalah perasaan jijik yang timbul dari perasaan dan tabiat manusia. Adapun rasulullah, beliau tidak mengetahui masalah ini berdasarkan penelitian dan penyelidikan karena beliau adalah buta huruf tetapi beliau mengetahui berdasarkan informasi dari Allah yang menciptakan segala sesuatu

Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan) dan Dia Maha halus lagi Maha mengetahui. (QS. Al-Mulk: 14)

Page 33: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

Apabila hadits ini secara sanad adalah shahih dan bersumber dari Dzat yang mengetahui segala sesuatu melalui lisan Nabi yang jujur, maka wajib bagi kita untuk menegaskan keabsahan hadits ini. Sedangkan alasan bahwa hadits ini bertentangan dengan akal adalah alasan yang rapuh dan prasangka belaka yang harus dibuang sejauh mungkin. Dengan demikian, maka teranglah kebenaran dan lenyaplah kebatilan, sesungguhnya kebatilan pasti hancur musnah”. [27]

2. Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz mengatakan: “Adapun hadits tentang lalat, maka hadits tersebut berderajat shahih. Diriwayatkan Bukhari dalam Shahihnya dan mempunyai syawahid (penguat) dari hadits Abu Said Al-Khudri dan Anas bin Malik. Seluruhnya shahih dan diterima oleh umat. Barangsiapa yang mencela hadits ini, berarti dia adalah salah dan jahil, tidak boleh dianggap perkataannya. Dan salah juga orang yang menganggap bahwa hadits ini berkaitan dengan urusan dunia[28] sedangkan Nabi sendiri bersabda:

15 دن�ي�اكم� ر� و� مب�أ ع�ل�م

أ� ن�تم�� أ

Kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian.

Alasannya, karena Rasul menegaskan akan hal ini dan mengambil hukum syar’i darinya. Tidaklah beliau mengatakan “Saya menyangka” tetapi tegas dan perintah. Hal ini menunjukkan bahwa hadits tersebut adalah syari’at dari Rasul karena beliau bersabda:

16 د�كم� ح�أ� اب� ر� ش� ف�ي� الذLب�اب ع� و�ق� �ذ�ا إ

ه ح� ل�ي�ط�ر� ثم� كل�ه ه ل�ي�غ�م�س� ف�

Apabila lalat jatuh dalam minuman seorang diantara kalian, maka celupkanlah lalu buanglah.

Ini adalah perintah dan syari’at dari Rasul pada umatnya, sedangkan beliau tidak mungkin berbicara dengan hawa nafsu, tetapi hanya dari wahyu saja”. [29]

3. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin menjelaskan dalam bukunya “Makarimul Akhlaq” hal. 16-18: “Salah satu bentuk akhlak yang mulia terhadap Sang Pencipta adalah membenarkan segala berita-Nya dengan tiada keraguan secuilpun dalam hati karena berita Allah dibangun di atas ilmu dan kebenaran. Allah berfirman tentang diri-Nya:

Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan (nya daripada Allah? (QS. An-Nisa’: 87)

Konsekuensi dari pembenaran ini adalah menyakininya dengan mantap, membela dan berjuang mempertahankannya sehingga tidak ada sedikitpun keraguan dan kerancuan dalam masalah khabar Allah dan rasul-Nya. Apabila seorang hamba berakhlaq dengan akhlaq mulia ini, niscaya dia akan dapat menampik segala kerancuan yang dilancarkan oleh para pengacau agama baik internal, kaum

Page 34: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

muslimin yang menyimpang dan berbuat bid’ah dalam agama maupun eksternal, kaum kafirin yang sengaja menebarkan kerancuan di hati orang-orang Islam untuk menyesatkan dan menfitnah mereka.

Sebagai contoh, hadits tentang lalat. Dalam Shahih Bukhari dari sahabat Abu Hurairah bahwa Nabi pernah bersabda:

17 د�كم� ح�أ� اب� ر� ش� ف�ي� الذLب�اب ع� و�ق� �ذ�ا إ

د�ى إ�ح� ف�ي� إ�ن� ف� ه ح� ل�ي�ط�ر� ثم� كل�ه ه ل�ي�غ�م�س� ف� Uاء ف� ش� ر� اآلخ� و�ف�ي� Uاء�د ي�ه� ن�اح� ج�

Apabila lalat jatuh dalam minuman seorang diantara kalian, maka celupkanlah lalu buanglah karena pada satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap

lainnya terdapat obat penawarnya.

Hadits ini merupakan informasi dari Nabi. Sedangkan Nabi tidak mungkin berbicara berdasarkan hawa nafsunya, tetapi wahyu dari Allah sebab beliau adalah manusia yang tidak mengetahui ilmu ghaib.

Hadits seperti ini harus kita sikapi dengan akhlaq yang mulia yaitu menerimnya dengan tunduk dan pasrah walaupun banyak orang yang menentangnya. Karena kita yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa setiap yang menyelisihi hadits shahih pasti batil. Allah berfirman, yang artinya:

Maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?

(QS. Yunus: 32)”.

Demikianlah pembahasan kita kali ini. Semoga Allah menjadikannya ikhlas mengaharap wajah-Nya dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

18 FAWAID HADITS[30]

Dalam hadits ini terdapat beberapa faedah dan hokum yang penting, diantaranya:

1. Kesempurnaan syari’at Islam, dimana dia menjelaskan secara gamblang masalah penyakit badan dan juga penyakit hati. Oleh karenanya, tidak ada satu permasalahanpun kecuali Allah dan rasulNya telah menjelaskannya.

2. Kemampuan Allah yang telah menjadikan pada satu hewan dua hal yang kontradiksi yaitu penyakit dan obatnya. Semua ini menunjukkan bahwa Allah Maha mampu atas segala sesuatu.

3. Lalat itu suci dan tidak najis, baik masih hidup maupun sesudah mati. Sebab seandainya najis, tentu Nabi akan memerintahkan supaya airnya dibuang.

Page 35: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

4. Apabila lalat mati di air maka tidak menajiskan air tersebut. Ini merupakan pendapat mayoritas ulama dan tidak diketahui adanya perselisihan tentangnya[31]. Demikian pula hewan yang tidak memiliki darah yang mengalir seperti semut, tawon, laba-laba dan sejenisnya. Segi pandalilannya, karena Nabi memerintahkan dalam hadits ini supaya kita mencelupkannya yang kemungkinan besar akan menyebabkan kematiannya. Nah, kalau hal itu menajiskannya maka Nabi akan memerintahkan supaya membuang minuman yang dihinggapi lalat, sedangkan Nabi tidak memerintahkan demikian[32].

5. Apabila lalat masuk ke minuman maka dianjurkan untuk mencelupkannya kemudian membuang lalatnya serta memanfaatkan minuman tersebut.

6. Hadits ini merupakan salah satu bukti keajaiban hadits Nabi. Sebab ilmu medis masa kini telah menyingkap bahwa pada lalat memang terdapat penyakit pada salah satu sayapnya dan obat pada sayap lainnya.

7. Anjuran untuk mencari sebab, karena Nabi menganjurkan untuk melawan penyakit dengan obatnya. Dan Allah tidak menurunkan penyakit kecuali menurunkan juga obat penawarnya.

8. Boleh membunuh setiap hewan yang mengganggu dan menyakiti.

9. Tidak setiap sesuatu yang dianggap jijik oleh tabiat manusia itu dianggap najis dalam hukum syari’at.

10. Hendaknya manusia mengampil pelajaran dari segala sesuatu, sekalipun dari seekor lalat yang dianggap binatang hina.

Kita berdoa kepada Allah agar menguatkan keimanan dalam hati kita semua. Amiin.

[1] Tulisan pernah dimuat pada edisi 2/Th. III, namun kami angkat lagi dengan beberapa tambahan resensi dan revisi yang cukup banyak.

[2] Al-I’tisham 1/294-295

[3] At-Talkhis al-Habir 1/38.

[4] Lihat al-Fathu al-Kabir 2/273.

[5] Lihat Ar-Raddu al-Qawim ala at-Turabi hal. 83 oleh Syaikh Amin Haj Muhammad.

[6] Mahmud Abu Rayyah adalah seorang yang sangat benci terhadap sunnah dan para pembelanya dari kalangan para sahabat, terutama sahabat mulia Abu Hurairah yang banyak meriwayatkan hadits. Diantara buku hasil goresan tangannya yang keji adalah Adhwa’ Islamiyyah ‘ala Sunnah Muhammadiyyah

Page 36: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

yang memuat pendapat para tokoh Mu’tazilah, Syia’ah dan oriantalis sehingga buku ini sangat menyenangkan musuh-musuh Islam. Oleh karena itulah, para ulama bangkit membantah kitab sesat tersebut seperti Syaikh Abdur Razzaq Hamzah dalam bukunya “Zhulumat Abu Rayyah” dan Syaikh Abdur Rahman bin Yahya al-Mu’allimi dalam bukunya Al-Anwar al-Kasyifah…”. (Lihat as-Sunnah wa Makanatuha Syaikh Musthafa as-Siba’I hal. 467 dan Zawabi’ fi Wajhi Sunnah Maqbul Ahmad hal. 81-85)

[7] Al-Allamah Syaikh Abdur Rahman bin Yahya al-Mu’allimi berkata dalam Muqaddimah al-Anwar al-Kasyifah: “Tatkala saya mencermati isi buku ini, ternyata telah tersusun rapi untuk menghujat dan mencela hadits Nabi”.

[8] Dinukil oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ahadits As-Shahihah 1/98.

[9] Lihat komentar Syaikh Ahmad Syakir dalam Syarh Musnad Ahmad 6/553.

[10] Lihat al-Baits al-Hatsits Syaikh Ahmad Syakir 1/75.

[11] Imam Ibnu Hazm menegaskan dalam Jawami’ Sirah 275 bahwa Abu Hurairah meriwayatkan sebanyak 5374 hadits. Demikian juga Ibnul Jauzi dalam Talqih Fuhum Ahli Atsar 183 dan adz-Dzahabi dalam Siyar 2/632. DR. Muhammad Dhiya’ Rahman al-A’zhami telah mengumpulkan riwayat-riwayat Abu Hurairah dalam Musnad Imam Ahmad dan kutub sittah, beliau dapat mencapai 13336 hadits saja. Lihat Abu Hurairah fi Dhaui Marwiyyatihi hal. 76. (Dinukil dari Syarh Bulughul Maram al-Audah 1/275).

[12] Al-Kifayah fi Ilmi Riwayah hal. 48 oleh Al-Khathib Al-Baghdadi.

[13] Al-Mustadrak ‘ala As-Shahihahin (3/513)

[14] Siyar A’lam Nubala (1/618-619)

[15] Fathul Bari (4/364-365)

[16] al-Anwar al-Kasyifah hal. 221

[17] Ucapan ahli medis kita nukil untuk dua faedah: Pertama: Menambah kemantapan kita. Kedua: Bantahan terhadap pencela syari’at karena akal cekak mereka. Jadi kita tidak menolak semua ucapan para ahli medis dan kita juga tidak menerima semua omongan mereka. Kalau memang ucapan mereka bertentangan dengan Al-Qur’an dan sunnah yang jelas, maka kita menolak ucapan mereka dan kita katakan: Akan datang suatu zaman, dimana manusia akan membuktikan kedustaan omongan kalian dan kebenaran Al-Qur’an dan Sunnah. (Fathu Dzil Jalali wal Ikram Ibnu Utsaimin 1/130).

[18] Lihat Silsilah Ahadits As-Shahihah al-Albani 1/97-98, Difa’ ‘an Sunnah Abu Syuhbah hal. 169, al-Ishabah fi Sihhah Hadits Dzubabah Khalil Ibrahim Mula Khathir hal. 133-178.

Page 37: Salafi Wahabi Ttg Hadistl

[19] Beliau adalah salah satu murid Syaikh Ibnu Utsaimin, ahli fisika dan biologi, aktif berdakwah dengan bahasa Inggris, wafat usai sholat jumat di masjid Nabawi, 22 Shofar 1429 H.

[20] Lihat juga Majalah Adz-Dzakhiroh Al-Islamiyah no. 3 Edisi 35 hlm. 21-23

[21] Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 4/252 mengisyaratkan penjelasan Ibnu Qayyim ini dengan tanpa menyebut namanya, tetapi beliau mensifatinya dengan ucapannya “Sebagian pakar ahli kedokteran”.

[22] Zadul Ma’ad (4/112-113)

[23] Lihat Faidhul Qadir 1/567 oleh Al-Munawi.

[24] Dinukil juga oleh al-Baghawi dalam Syarh Sunnah 11/261-262 dan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 10/252.

[25] Dinukil oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 10/252.

[26] Syarh Musykil Atsar 8/343

[27] Fatawa Lajnah Daimah 4/425.

[28] Lihat juga Syubuhat Haula Sunnah, Abdur Rozzaq ‘Afifi hal. 15-44

[29] Majmu Fatawa wa Maqalat 6/373.

[30] Lihat Fathu Dzil Jalal wal Ikram Ibnu Utsaimin 1/130-134, Taudhihul Ahkam Ibnu Bassam 1/148, Tashil Ilmam Shalih al-Fauzan 1/62-63.

[31] Lihat al-Ausath Ibnul Mundzir 1/282.

[32] Zadul Ma’ad Ibnu Qayyim 4/102, Syarh Sunnah al-Baghawi 11/260)

Diposkan oleh Akhi Sandy Pebyh Bangundara di 03.15 Tidak ada komentar: