plagiat merupakan tindakan tidak terpuji “kenakalan...

113
i “KENAKALAN” SEBAGAI UPAYA MENDAPAT “KEKUASAAN” (SEBUAH FENOMENA) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Oleh: Layung Rahmawati NIM: 141134129 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 01-Oct-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

i

“KENAKALAN” SEBAGAI UPAYA MENDAPAT “KEKUASAAN”

(SEBUAH FENOMENA)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Layung Rahmawati

NIM: 141134129

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

ii

SKRIPSI

“KENAKALAN” SEBAGAI UPAYA MENDAPAT “KEKUASAAN”

(SEBUAH FENOMENA)

Oleh:

Layung Rahmawati

NIM: 141134129

Telah disetujui oleh:

Pembimbing 1

Eny Winarti M. Hum., Ph. D.

Tanggal 14 Maret 2018

Pembimbing 2

Wahyu Wido Sari, M. Biotech.

Tanggal 14 Maret 2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

iii

SKRIPSI

“KENAKALAN” SEBAGAI UPAYA MENDAPAT “KEKUASAAN”

(SEBUAH FENOMENA)

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Layung Rahmawati

NIM: 141134129

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

pada tanggal 3 April 2018

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua Christiyanti Aprinastuti, S. Si., M. Pd. ....................

Sekretaris Kintan Limiansih, S. Pd., M. Pd. ....................

Anggota Eny Winarti, S. Pd., M, Hum., Ph. D. ....................

Anggota Wahyu Wido Sari, S. Si., M. Biotech. ....................

Anggota Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., M.A. ....................

Yogyakarta, 3 April 2018

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

Dekan,

Dr. Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahakan untuk kedua orang tua, Bapak Sutapa dan Ibu

Kristiana Triastuti serta adik saya Lambang Pikatan Aspa Sinar Sito. Melalui

mereka saya belajar untuk memahami ungkapan urip narimo ing pandum.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

v

MOTTO

Urip iku mung sawang sinawang, mula aja mung nyawang sing kesawang (Hidup

itu hanya tentang melihat dan dilihat, jadi jangan hanya melihat dari apa yang

terlihat)

- Pepatah Jawa -

Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia, ning yo

tetep ana sing ngelakoni (tapi tetap saja ada yang menjalani) dengan

pemaknaannya masing-masing.

- Padmo Adi -

Genre tragi-komedi itu ada karena hidup yang pahit itu bisa juga ditertawakan...

dengan getir dan sinis. Jangan-jangan, Tuhan itu adalah anak kecil yang sedang

bosan... lalu menciptakan semesta... lalu menciptakan manusia... untuk nonton

drama, tragi komedi.

- Padmo Adi -

Hai putri-putri Yerusalem, janganlah engkau menangisi Aku, tetapi tangisilah

dirimu sendiri dan anak-anakmu. (Lukas 28:28) Terkadang kita kurang mampu

berempati dan lebih mudah memberikan simpati, seolah menjadi pahlawan dalam

penderitaan orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 3 April 2018

Peneliti

Layung Rahmawati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Univeritas Sanata Dharma:

Nama : Layung Rahmawati

Nomor Mahasiswa : 141134129

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma Karya Ilmiah saya yang berjudul:

“KENAKALAN” SEBAGAI UPAYA MENDAPAT “KEKUASAAN”

(SEBUAH FENOMENA)

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu memita ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 3 April 2018

Yang menyatakan

Layung Rahmawati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

viii

ABSTRAK

Masyarakat memiliki kecenderungan untuk menilai suatu fenomena berdasarkan

suara atau opini mayoritas. Salah satunya, pandangan guru kelas di SD Negeri Damai

terhadap Putra (pseudonym) yang berperilaku berbeda dari teman-teman lainnya. Putra

dijuluki “nakal” atau “spesial” atau “hiperaktif” oleh guru kelas. Julukan itu juga

diberikan oleh beberapa teman sekelas, ibunya, dan beberapa guru lain yang pernah

berinteraksi dengannya. Namun, perilaku “nakal” tersebut timbul pada orang-orang

tertentu. Contohnya, Putra sering mengejek atau menyembunyikan alat tulis Inka

(pseudonym) dan baru berhenti ketika dimarahi guru atau salah satu menangis. Sedangkan

Putra jarang berkelahi dengan Indah (pseudonym). Penelitian ini dimaksudkan untuk

mengeksplorasi fenomena yang melatarbelakangi pola-pola perilaku antar partisipan

penelitian.

Untuk mempelajari kasus tersebut, peneliti menggunakan metode fenomenologi.

Data diambil melalui open-ended interview, observasi, dan studi dokumentasi. Data yang

diperoleh kemudian dianalisis menggunakan cross checking dan comparing data melalui

proses triangulasi dan coding. Dari proses analisis tersebut diidentifikasikan bahwa

julukan “nakal” bagi Putra (key participant) digunakan sebagai power untuk menguasai

(bullying) orang-orang tertentu. Sedangkan bagi partisipan lain (guru kelas, ibu, beberapa

teman) menjuluki Putra “nakal” menjadi peluang untuk mengendalikan perilaku yang

tidak diinginkan (contohnya berkelahi) darinya. Jadi julukan “nakal” digunakan key

participant dan other participant sebagai alat untuk mendapat kuasa atas diri orang lain.

Sementara nakal itu sendiri dianggap sebagai perilaku menyimpang dalam pandangan

masyarakat umum.

Kata kunci: sistem dominasi, labeling, sibling rivalry

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

ix

ABSTRACT

People have tendency to judge a phenomenon by thought or majority general

assumption. For example, classroom teachers assumption agaist the case of Putra

(pseudonym) who behave differently with the other friends in SD Negeri Damai. Putra

called by "naughty" or "special" or "hyperactive" by the classroom teacher. That

nickname also given by several classmates, his mother, and several teachers who had

interacted with him. But the "naughty" behaviour seen in several peoples. For example,

Putra mocking or hide Inka (pseudonym) stationary often and will stop after scolded by

teacher or one of them crying. But, Putra rarely quarrel with Indah (pseudonym). The

aim of this research is to explore phenomenon background that patterns of each

participant.

To learn that case, researcher used phenomenology method. Data collected by

open-ended interviews, observation, and documentation studies. Obtained data analyzed

by cross checking and data comparing from triangulation and coding. From that

analyzed process identified that “naughty” nickname for Putra (key participant) used as

power to dominate (bullying) some people. For other participant (homeroom teacher, his

mother, some friends) “naughty” label become an oppportunities for controled Putra’s

unwanted behaviour (such as quarrel). So, “naughty” label used by key participant and

other participant as a tool to get power of the other peoples. Meanwhile naughty mean as

deviate behave in society paradigm.

Key words: domination system, labeling, sibling rivalry

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

x

KATA PENGANTAR

Peneliti tidak akan pernah dapat menyelesaikan karya tulis ini tanpa

dukungan dan bantuan dari para dosen, orang tua, dan teman-teman. Ucapan

terima kasih kepada yang terhormat Dr. Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si. selaku

dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Christiyanti Aprinastuti, S. Si., M.

Pd. selaku ketua prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, dan Kintan Limiansih, S.

Pd., M. Pd., sebagai wakil ketua prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Ucapan

terima kasih kepada Ibu Eny Winarti selaku dosen pembimbing satu atas

kesediaannya berbagi dan mengajarkan banyak hal baru dalam hidup peneliti dan

Ibu Wahyu Widosari, untuk segala dukungan, waktu, dan kesempatan merasakan

banyak pengalaman berarti bagi peneliti.

Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada Maria Melani Ika Susanti,

S. Pd., M. Pd., selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih kepada Maria

Agustina Amelia, S. Si., M. Pd., atas dukungan yang membawa peneliti pada

pengalaman internasional yang berkesan selama masa perkuliahan. Terima kasih

kepada Brigitta Erlita Tri Anggadewi, M. Psi., atas waktu dan dukungan moral

bagi peneliti selama menjalani masa studi. Terima kasih kepada Dra.Ignatia Esti

Sumarah, M. Hum. dan Drs. Paulus Wahana, M. Hum atas kesempatan yang

diberikan kepada peneliti untuk dapat belajar terlibat dalam kegiatan akreditasi

prodi. Terima kasih kepada Laurensia Aptik Evanjeli, M. A. selaku dosen

pengajar dan Kepala Pusat Studi Individu Berkebutuhan Khusus yang masih mau

menampung dan menerima peneliti bekerja sebagai student staff meskipun sudah

di semester akhir masa studi.

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada kepala sekolah, guru, orang tua

siswa, dan semua partisipan lain yang telah bersedia menjadi teman seperjalanan

selama proses pengambilan data. Peneliti merasa sangat bersyukur dapat bertemu

dan belajar bersama semua partisipan dalam penelitian ini. Tanpa keterlibatan dan

kesediaan mereka, penelitian ini tidak akan dapat selesai dengan baik.

Terima kasih kepada kedua orang tua peneliti, Bapak Sutopo dan Ibu

Kristiana Triastuti, peneliti bersyukur bisa menjadi bagian dalam keluarga ini dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

xi

belajar untuk memasrahkan diri pada kehendak Tuhan ketika dalam masa sulit.

Kepada Lambang Pikatan Aspa Sinar Sito, adik peneliti, terima kasih telah

membantu peneliti belajar makna komunikasi dan memberi ruang bagi orang lain.

Ucapan terima kasih kepada teman-teman seangkatan dan seperjuangan

peneliti, Maria Eka Setyaningsih, Nisa Setya Widiasanti, Agung Hari, Jatu

Maharani, Anastasia, Ignatia Dita, Jeri Paikar, Andi Sucahyo, Ratri Septiana

Astuti yang selalu memberi kritik dan saran, menjadi teman diskusi, pendengar,

dan sekutu di saat-saat tertentu yang memberikan banyak pelajaran berharga bagi

peneliti. Teruntuk teman-teman PPL peneliti, Maria Krusita, Sofia Putri

Nugraheni, Dedi Permana, Yosafat Margiono, Theodorus Cahyono yang menjadi

partner kerja terbaik dan rekan diskusi yang menyenangkan bagi peneliti. Terima

kasih kepada Agnes Maya Wandita, Agata Nindya, dan semua sahabat peneliti

yang selalu menjadi motivator dan rekan seperjuangan yang setia. Teruntuk

teman-teman cepriz dan keluarga PSIBK, Mbak Anti, Deon, Jojo, Joste, Kurnelia

Sukmawati, Mila, Vero, Mbak Tia, Mbak Sonya, Tika, Phieter, Dafi, Riri, Mala,

Viany terima kasih telah membantu peneliti belajar memahami makna dari sikap

empati.

Peneliti menyadari bahwa karya tulis ini tidak sempurna dan memiliki

kekurangan, sehingga peneliti menerima kritik dan saran dengan terbuka. Semoga

karya ini dapat menjadi bahan refleksi dan pembelajaran yang bermanfaat bagi

pembaca.

Peneliti

Layung Rahmawati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

PERSEMBAHAN .................................................................................................. iv

MOTTO .................................................................................................................. v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................. vii

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

ABSTRACT ............................................................................................................. ix

KATA PENGANTAR ............................................................................................ x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 6

E. Definisi Operasional ........................................................................................ 7

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 10

A. Deskripsi Anak ............................................................................................... 10

B. Teori-Teori yang Mendukung ........................................................................ 12

1. Siswa Marginal (minoritas) dan Privilege (hak istimewa): Dua Sisi

Berbeda dalam Satu Keping Koin ................................................................. 12

2. Collectivism Society (Masyarakat Kolektif): Sebuah Teori Tentang

Social Action (Aksi Sosial) ............................................................................ 16

3. Sibling Rivalry (Persaingan Saudara) dan Pengaruhnya dalam Prestasi

Akademis ....................................................................................................... 19

C. Hasil Penelitian yang Relevan ....................................................................... 21

D. Kerangka Berpikir .......................................................................................... 24

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

xiii

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 26

A. Jenis Penelitian ............................................................................................... 26

B. Setting Penelitian ........................................................................................... 27

C. Desain Penelitian ........................................................................................... 27

D. Partisipan Penelitian ....................................................................................... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 29

D. Instrumen Penelitian ...................................................................................... 33

E. Kredibilitas dan Transferabilitas .................................................................... 36

F. Teknik Analisis Data ...................................................................................... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 41

A. Hasil Data Penelitian ...................................................................................... 41

1. Key Participant ....................................................................................... 41

2. Ibu Key Participant ................................................................................. 47

3. Guru-Guru yang Berinteraksi dengan Key Participant .......................... 51

4. Teman-Teman dan Kakak Laki-Laki Key Participant ........................... 63

B. Analisis dan Pembahasan Sebagai Summary Report Data Penelitian ........... 71

C. Temuan-Temuan Lain .................................................................................... 80

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 82

A. Kesimpulan .................................................................................................... 82

B. Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 83

C. Implikasi dan Saran Penelitian Selanjutnya ................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... xvi

LAMPIRAN .......................................................................................................... xx

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... xxix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

xiv

DAFTAR GAMBAR

Diagram 1. Alur Relasi dalam Keluarga Key Participant 73

Diagram 2. Digram 2. Alur Relasi Antar Guru di Sekolah dengan Key Participant

75

Sociogram 1. Alur Hubungan Relasi Key Participant dengan Teman-Teman Satu

Kelasnya 78

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Look at your life through the eyes of a child (Michele, 2005:1) dalam

bahasa Indonesia kalimat tersebut berarti “Lihatlah hidupmu melalui mata

seorang anak”. Kalimat itu hendak menyatakan perjalanan peneliti dalam

melakukan penelitian dan belajar dari pengalaman seorang anak. Sebagai

mahasiswa pendidikan guru sekolah dasar, peneliti telah banyak berinteraksi

dengan anak-anak dalam berbagai kegiatan magang di sekolah dasar. Peneliti

melihat bahwa sosok seorang anak dapat menjadi cermin untuk menjadi lebih

peka melihat berbagai peristiwa di alam bawah sadar kita seperti trauma, luka

batin, phobia, dan sebagainya.

Hanh (2011) dalam artikelnya yang berjudul Healing the Child Within

menuliskan bahwa ternyata dalam diri setiap manusia terdapat jiwa seorang

anak yang terluka (wounded child) yang mencoba menghindar dari berbagai

pengalaman buruk dimasa lalu dengan cara berusaha melupakan atau

mengabaikan pengalaman tersebut. Pengalaman buruk atau terluka dapat

dialami bahkan sejak anak masih berada dalam rahim ibunya. Kemudian

pengalaman-pengalaman lain diterima lewat interaksi dalam keluarga,

sekolah, dan lingkungan sekitar. Seiring dengan berjalannya waktu manusia

berusaha menghibur diri terus menerus, misalnya dengan menonton televisi

atau film, bersosialisasi, atau ekstrimnya menggunakan alkohol atau narkoba;

semua itu karena tidak ingin merasakan kembali ingatan pada pengalaman

buruk tersebut (Hanh, 2011:40). Faktanya, berlari dari kenyataan dengan

berusaha melupakan tidak akan mengakhiri penderitaan; hal itu hanya akan

memperpanjangnya (Hanh, 2011: 40). Lalu sebenarnya bagaimana cara

terbaik berproses menghadapi luka atau trauma?

Sebagai contoh, ketika masa kanak-kanak seorang individu kerap

dilarang melakukan hal yang dianggap buruk oleh orang tua seperti membaca

komik. Maka akibatnya mungkin menimbulkan perasaan tertekan atau

ketakutan berlebihan (phobia) pada individu tersebut untuk melakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

2

sesuatu di luar kebiasaan. Selain itu, individu tersebut juga bisa jadi

mempercayai pandangan umum orang tuanya bahwa membaca komik adalah

kegiatan yang negatif atau tidak bermanfaat. Padahal belum tentu pandangan

tersebut benar. Sebab, bisa jadi perilaku dan pandangan individu tersebut

dalam menanggapi larangan orang tuanya adalah caranya menghindari

teguran atau amarah atau hukuman, bukan karena dia benar-benar tahu

dampak negatif membaca komik terhadap dirinya. Maka bisa dikatakan

bahwa usaha individu tersebut menyikapi larangan membaca komik sebagai

dalih menghindari rasa sakit karena dimarahi atau dihukum.

Berkaitan dengan contoh peristiwa sebelumnya, peneliti menemukan

sebuah fenomena yang terjadi di sekolah, yaitu ada seorang siswa bernama

Putra (psedonym) yang mendapat julukan “nakal” karena kerap melanggar

aturan. Julukan ini timbul karena dalam masyarakat kolektif ada

kecenderungan untuk mempercayai sesuatu hal berdasarkan pandangan

umum yang berkembang di masyarakat. Seperti pola pikir tentang marginal

student yang umumnya dikaitkan dengan siswa yang nakal, pembangkang,

pembuat onar, atau predikat negatif lainnya. Apakah benar bahwa marginal

student selalu merupakan golongan anak-anak dalam kategori tersebut? Bisa

jadi kenakalan anak merupakan upayanya untuk menghindari melakukan hal-

hal atau aktivitas yang tidak disukainya. Misalnya ketika sesi membaca cerita

pendek dalam pelajaran bahasa Indonesia, ada anak yang sibuk mengobrol

dengan teman sebangkunya. Perilaku anak tersebut dianggap “nakal” oleh

gurunya, karena seharusnya dia fokus membaca bukan mengobrol. Jika guru

mencoba bertanya alasan anak tersebut berperilaku demikian mungkin saja

hal itu karena dia tidak senang membaca atau karena dia sudah selesai

membaca lalu merasa bosan.

Bertolak dari paparan di atas, ketika guru menggunakan persepsi

subjektifnya terlebih dahulu dibanding mencari tahu penyebab perilaku

tertentu pada siswa maka akan memicu munculnya julukan “nakal” tanpa

dasar alasan yang jelas. Meminjam istilah Driyarkara yaitu menjadi lebih

manusiawi, sesungguhnya apa fungsi edukatif pendidikan dalam pengajaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

3

di sekolah? Apakah menjuluki siswa “nakal” dengan melihat perilakunya

yang melanggar aturan lewat perspektif guru bisa dikatan pendidikan yang

manusiawi? Pengajaran yang mendidik bertujuan untuk membantu manusia

muda mencapai status dan kehidupan yang khas manusia, yaitu mampu

berdiri sendiri, bersikap sendiri, bertanggung jawab dan berbuat sendiri

(Supratiknya, 2014). Apakah julukan “nakal” dapat membuat siswa

menyadari dampak perilakunya dan akhirnya bertanggung jawab pada

perbuatan yang telah dilakukannya?

Permasalahan siswa di sekolah semacam kasus tersebut, berkaitan

dengan cara penanganan siswa “nakal” melalui bimbingan atau layanan

konseling guru kelas. Peneliti menemukan di sekolah PPL (Program

Pengalaman Lapangan) beberapa pendapat guru kelas yang merasa kurang

memberikan layanan konseling bagi siswa yang memiliki permasalahan

akademik maupun masalah sosial. Bu Is (pseudonym) wali kelas 1B

menuturkan bahwa dia tidak memiliki waktu melakukan home visit

(kunjungan rumah) ketika ada siswa yang memiliki permasalahan belajar atau

dalam pergaulan di sekolah. Menurut Bu Is bimbingan konseling bagi siswa

yang memiliki masalah belajar dan sosial harus diawali dari mengetahui latar

belakang keluarga atau lingkungan rumah siswa, sehingga bisa menemukan

penyebab permasalahannya. Karena kendala jarak rumah siswa yang jauh dan

kesulitan mengatur waktu melakukan home visit maka Bu Is merasa kurang

dalam memberikan layanan bimbingan konseling bagi siswa.

Sedangkan Pak Ibi (pseudonym) wali kelas IVB mengungkapkan

bahwa kesibukan administrasi di sekolah negeri membuatnya tidak sempat

menangani permasalahan siswanya. Pak Ibi mengangap bahwa bimbingan

konseling bagi siswa adalah menyediakan waktu konsultasi dengan orang tua/

wali murid membahas berbagai hal yang berkaitan tentang masalah maupun

latar belakang siswa bersangkutan. Pak Ibi yang bertugas sebagai bidang

kurikulum dan administrasi selain menjadi guru kelas merasa tidak punya

waktu luang untuk bertemu dengan orang tua/wali murid selain saat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

4

penerimaan rapor. Pak Ibi menyatakan bahwa dirinya masih kurang dalam

memberikan bimbingan konseling bagi siswa kelasmya.

Apakah bimbingan atau layanan konseling merupakan cara yang sesuai

menangani kasus siswa yang mendapat julukan “nakal”? Sebetulnya apa

makna bimbingan atau layanan konseling bagi siswa? Dinkmeyer & Caldwell

(1970) menyatakan bahwa bimbingan konseling di sekolah dasar lebih

menekankan pada pentingnya peranan guru dalam fungsi bimbingan.

Selanjutnya mereka juga menjabarkan bahwa fokus bimbingan di SD ialah

pengembangan, pemahaman diri, pemecahan masalah, dan kemampuan

berhubungan secara efektif dengan orang lain. Pandangan para guru yang

telah peneliti jelaskan pada paragraf sebelumnya merupakan bagian dari

penjabaran Dinkmeyer & Caldwell mengenai bimbingan konseling di sekolah

dasar. Parameter cukup atau kurang bimbingan konseling yang diberikan

tergantung pada kebutuhan masing-masing siswa dan teknik memberikan

bimbingan dari masing-masing guru.

Sementara itu Bu Egi (pseudonym) wali kelas IIIA memiliki

pandangan lain soal cara mendidik dan mengatasi masalah siswa “nakal” di

kelas. Bu Egi mengungkapkan bahwa dirinya adalah seorang guru muda di

SD Negeri Damai (identitas sekolah disamarkan) sehingga mendapatkan

banyak tugas penelitian dan lomba untuk memenuhi syarat sertifikasi. Oleh

sebab itu Bu Egi merasa tidak memiliki waktu untuk melakukan bimbingan

konseling bagi siswanya. Dia mengatakan bahwa setiap anak didik dalam

kelasnya adalah pribadi yang unik dengan latar belakang yang berbeda beda.

Hanya saja dia lebih memilih menerapkan sikap “galak” dan tegas dalam

menghadapi murid “nakal” di kelas. Baginya guru yang terlalu lembut akan

sulit memanagemen kelas dan cenderung kalah argumen atau kehabisan cara

menghadapi tingkah beragam siswa. Berbanding terbalik dengan cara Bu

Lani (pseudonym) yang menceritakan bahwa dirinya merasa dengan

kelembutan akan dapat lebih memahami siswa “nakal” di kelas karena siswa

merasa secure (aman) serta jauh dari rasa dihakimi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

5

Beragam argumen guru mengenai cara mendampingi atau memberi

bimbingan konseling siswa berkaitan dengan permasalahan Putra

(pseudonym) yang menjadi key participant dalam penelitian ini. Salah satu

alasan Putra mendapat julukan “nakal” karena pernah tinggal kelas. Awalnya

Pak Dodi (pseudonym) wali kelas Putra (pseudonym) menjelaskan bahwa

masalah yang mengakibatkan Putra tidak naik kelas karena dia belum lancar

menulis dan membaca. Tetapi Bu Ely wali kelas Putra sebelumnya

menjelaskan bahwa sebenarnya Putra anak yang pintar dan bisa belajar hal

baru dengan baik, hanya saja dia merasa bahwa Putra adalah anak yang

terlalu aktif dan kurang fokus dalam beraktivitas di kelas.

Guru memiliki cara pandangnya masing-masing terhadap Putra yang

menciptakan ragam julukan terhadapnya. Kasus kenakalan Putra nampak

seperti kasus biasa yang umum terjadi di sekolah. Kenakalan anak di sekolah

telah dianggap menjadi topik biasa yang wajar dan kerap dibahas di sekolah,

namun kadang tidak ada tindak lanjut terhadap topik permasalahan tersebut.

Apakah betul kasus kenakalan anak sesederhana itu untuk dapat diabaikan

atau diusut lebih jauh faktor penyebabnya? Padahal tindakan “nakal” yang

dilakukan Putra ini tidak terjadi pada setiap siswa di kelas atau di sekolah.

Perilaku “nakal” ini hanya muncul pada orang atau situasi tertentu. Jika

demikian, apakah julukan “nakal” sesuai untuk menamai pola perilaku ini?

Penelitian ini hendak menggambarkan pribadi Putra dari sudut

pandang masing-masing orang yang berinteraksi dengannya. Pengambilan

data melalui open-ended interview, observasi, dan studi dokumentasi.

Fenomenologi digunakan sebagai metode analisis data penelitian. Semua data

partisipan dan setting lokasi dalam penelitian ini adalah samaran untuk

menjaga privasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan sebelumnya

oleh peneliti maka dapat dirumuskan pertanyaan utama penelitian yaitu, hal-

hal apa saja yang melatarbelakangi pola-pola perilaku partisipan penelitian?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

6

Dari pertanyaan utama tersebut ada delapan sub-pertanyaan lain untuk

membantu menjawab topik permasalah utama secara menyeluruh dan

mendalam, yaitu:

1. Pengalaman hidup seperti apa yang mempengaruhi kepribadian Putra?

2. Apa respon Ibu Putra dalam menghadapi perilaku anaknya?

3. Mengapa Ibu Putra memberikan respon demikian?

4. Apa respon guru kelas terhadap perilaku Putra?

5. Mengapa guru kelas memberikan respon demikian?

6. Apa respon teman-teman Putra terhadap sikapnya dalam berelasi?

7. Mengapa teman-teman Putra memberi respon demikan?

8. Seperti apa relasi Putra dengan kakak laki-lakinya?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi hal-hal

apa saja yang melatarbelakangi pola perilaku antar partisipan penelitian.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan refleksi bagi guru dan

orang tua dalam memahami permasalahan anak dengan melihat dari sudut

pandang yang berbeda. Proses penelitian memberikan pengetahuan baru

bagaimana melakukan penelitian fenomenologi di kelas untuk

mengidentifikasi permasalahan psikologis anak. Hasil penelitian juga

menjadi bahan pembelajaran guru untuk mengembangkan penelitian

kualitatif di Sekolah Dasar secara lebih mendalam lewat pemahaman

kondisi psikologis anak. Implikasi dari penelitian ini juga menjadi usaha

untuk memutus mata rantai dominasi yang menimbulkan pendidikan yang

menindas dan fokus pada kebebasan siswa belajar dari pengalamannya

masing-masing.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

7

2. Manfaat Praktik

2.1 Bagi Peneliti

Proses penelitian sebagai bahan refleksi pribadi bercermin melalui

seorang anak dengan stigma negatif dari lingkungannya dan caranya

bersikap terhadap orang-orang yang berinteraksi dengannya. Hasil

penelitian menjadi bahan pembelajaran bagi peneliti mendalami

metode penelitian fenomenologi. Dinamika penelitian membuka pola

pikir peneliti untuk melihat sebuah peristiwa dari sudut pandang yang

berbeda supaya tidak mudah menghakimi segala sesuatu berdasarkan

satu sudut pandang.

2.2 Bagi Guru

Penelitian ini sebagai bahan refleksi dan referensi dalam mendidik

siswa di kelas berdasarkan kesadaran bahwa setiap individu

diciptakan unik dan berbeda-beda. Hasil penelitian ini menjadi bahan

pembelajaran baru dalam mengembangkan penelitian kualitatif di

sekolah yang mendukung perubahan proses pendidikan yang semakin

memanusiakan manusia.

2.3 Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini menjadi bahan referensi bagi warga sekolah

tentang dinamika anak dengan stigma negatif di sekolah dan cara

menyikapinya.

E. Definisi Operasional

Beberapa konsep-konsep kunci dalam penelitian ini memiliki makna

yang berbeda dari arti kata sebenarnya. Pada bagian ini, peneliti akan

menjabarkan arti kata konsep-konsep kunci secara pengertian etimologis dan

makna kata sesuai dengan fokus penelitian. Konsep-konsep kunci

berdasarkan arti kata secara etimologis diberi garis bawah, sedangkan

penjelasan setelahnya adalah keterangan penjelas makna kata sesuai fokus

penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

8

1. Kenakalan (KBBI; Kamus Besar Bahasa Indonesia) sebagai kata sifat

bermakna perbuatan atau tingkah laku nakal, nakal yang dimaksud adalah

perbuatan yang melanggar atau tidak sesuai dengan aturan yang berlaku

seperti membantah, mengganggu, jahil, dan sebagainya. Makna nakal

dalam penelitian ini adalah tindakan partisipan yang melanggar peraturan

kelas dan mengakibatakan proses pembelajaran terganggu yaitu jahil,

berkelahi, mencontek dan merebut atau mengambil atau meminjam alat

tulis teman tanpa meminta izin.

2. Kekuasaan (KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah kuasa untuk

mengurus, memerintah, mengatur, atau menguasai suatu hal, wilayah,

golongan, atau peristiwa tertentu. Makna kekuasaan dalam penelitian ini

adalah kemampuan orang atau sekelompok orang untuk mengasai orang

atau golongan orang lain berdasarkan wewenang, kekuatan fisik, jabatan,

kemampuan, kewibawaan, koneksi, atau keistimewaan tertentu.

3. Fenomena (KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia) merupakan hal-hal

yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan dapat diterangkan serta

dinilai secara ilmiah. Fenomena dalam penelitian ini memiliki makna

sebagai fakta atau kenyataan dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di

sekolah, berkaitan dengan key participant dan other participant yang

terlibat dalam penelitian.

4. Marginal student (siswa minoritas) adalah anak-anak yang mendapat

stigma buruk karena perilaku buruk (membolos, suka berkelahi,

melanggar aturan, dan sebagainya) maupun karena perbedaan kelas sosial

atau kondisi ekonomi yang mengakibatkan mereka sulit berinteraksi

sosial dengan orang lain dan kerap mengalami penolakan dalam interaksi

sosial. Marginal student dalam penelitian ini adalah siswa atau kelompok

siswa yang kurang diterima dalam kelompok bermain di sekolah karena

dianggap nakal, curang, bodoh, tidak naik kelas, atau suka mengatur.

5. Privilege student adalah siswa dengan hak istimewa karena kapasitas

intelektualnya di atas rata-rata atau kondisi ekonomi orang tua menengah

ke atas. Hak istimewa ini bisa berbentuk prioritas dalam menjawab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

9

pertanyaan di kelas, mengikuti lomba, atau bahkan izin melanggar

peraturan seperti tidur di kelas. Privilege student dalam penelitian ini

adalah siswa yang mendapat pengecualian dan pembiaran dalam kegiatan

pembelajaran karena dimaklumi sebagai siswa yang nakal serta sulit

diatur.

6. Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu (KBBI;

Kamus Besar Bahasa Indonesia). Persepsi dalam penelitian ini memiliki

makna pandangan atau cara menanggapi individu terhadap seorang anak

yang dianggap sebagai anak nakal di sekolah.

7. Pendekatan fenomenologi dalam ranah psikologi adalah metode deskriptif

penelitian kualitatif dari pengalaman hidup manusia (Wertz, 2011:124).

Tujuannya adalah mengkonseptualisasikan proses dan struktur dari

kehidupan mental manusia, bagaimana situasi hidup bermakna melalui

pengalaman, dengan tanpa menambah dan mengurangi apa pun (apa

adanya).

8. Empowering adalah segala tindakan memberdayakan siswa sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan masing-masing pribadinya. Empowering

dalam penelitian ini bermakna kemampuan guru dalam memberikan

treatment yang tepat atau sesuai bagi masing-masing individu atau peserta

didik dalam kelas mengembangkan dirinya secara mandiri dan

bertanggung jawab berdasarkan rasa empati bukan simpati.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

10

BAB II

LANDASAN TEORI

Beberapa konsep-konsep kunci dalam penelitian ini memiliki makna yang

berbeda dari arti kata sebenarnya. Makna dari masing-masing konsep kunci

tersebut telah peneliti jabarkan pada bagian definisi operasional di Bab I. Pada

Bab II ini peneliti akan fokus melihat tiga teori khusus yang berkaitan dengan

fokus utama penelitian yaitu marginal dan privilege student, masyarakat kolektif,

dan sibling rivalry.

Relevansi ketiga teori tersebut dengan fokus utama penelitian adalah

kegunaannya untuk menemukan masalah utama penelitian yaitu, faktor-faktor

yang mempengaruhi pola perilaku key participant. Teori-teori tersebut

mengungkapkan bagaimana proses terjadinya dominasi dan munculnya individu

atau golongan subordinat. Pola-pola perilaku dominasi dan resistensi ini juga

timbul dalam fenomena yang teramati dari key participant. Teori-teori ini menjadi

ukuran dan batasan dalam membaca analisis data penelitian.

A. Deskripsi Anak

Partisipan kunci dalam penelitian ini adalah Putra. Peneliti bertemu

dengan Putra di sekolah tempat pelaksanaan PPL (Program Pengalaman

Lapangan). Ketika itu peneliti mendapatkan tugas untuk melakukan observasi

pembelajaran guru di kelas IIB. Selama pembelajaran peneliti mengamati

Putra yang selalu ingin menjawab soal yang diberikan guru. Ternyata Putra

juga adalah ketua kelas IIB. Sebagai ketua kelas Putra sering melanggar

peraturan kelas seperti berjalan-jalan saat pelajaran, mengobrol ketika guru

menerangkan, membuang sampah sembarangan di kelas, mencontek, dan

berkelahi. Guru kelas, Pak Dodi, sering menegur Putra dengan suara keras

dan memperingatkan akan mengeluarkannya dari kelas jika tidak mematuhi

peraturan kelas. Pak Dodi juga menegur sikap Putra dengan selalu

mengingatkan dan mengatakan bahwa dia adalah ketua kelas, sebagai ketua

kelas dia wajib menjadi contoh yang baik bagi teman-teman yang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

11

Berdasarkan perbincangan peneliti dengan Pak Dodi peneliti

mengetahui bahwa Putra ternyata adalah salah satu siswa yang tinggal kelas

di tahun ajaran sebelumnya. Penyebab Putra tinggal kelas karena dia belum

lancar membaca dan menulis, selain itu sebagian besar nilai rapornya belum

memenuhi KKM yaitu pada mata pelajaran IPS, Bahasa Indonesia, dan

PPKn. Karena pertimbangan tersebut maka Putra tinggal kelas dan

mengulang di kelas II. Pak Dodi menunjuk Putra sebagai ketua kelas dengan

tujuan supaya Putra menjadi anak yang memiliki tanggung jawab dan

mengurangi sikap nakalnya. Definisi nakal menurut Pak Dodi adalah sikap

melanggar peraturan, mencontek, berkelahi dengan teman, suka membuat

gaduh, mendominasi di kelas, dan berbagai sikap negatif lainnya.

Putra adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Dia mempunyai

seorang kakak laki-laki bernama Eno yang duduk di bangku kelas V di

sekolah yang sama. Informasi ini didapat peneliti berdasarkan perbincangan

dengan Ibu Putra, Bu Ina. Bu Ina adalah seorang ibu rumah tangga. Bu Ina

hampir selalu mengantar jemput kedua putranya tersebut. Suami Bu Ina

berprofesi sebagai polisi. Bu Ina mengungkapkan dia berasal dari keluarga

ekonomi menengah ke atas sebab penghasilan suaminya selalu mencukupi

kebutuhan keluarga. Mereka tinggal di sebuah daerah perumahan elit di dekat

sekolah. Bu Ina ternyata berasal dari Kalimantan, namun kedua orang tuanya

sebetulnya adalah orang Jawa yang transmigrasi ke Kalimantan. Beliau

menjelaskan bahwa pertemuannya dengan suaminya terjadi di Kalimantan

saat suaminya itu bertugas di daerah tempat tinggalnya. Semenjak menikah

mereka tinggal di Yogykarta. Bu Ina mengungkapkan bahwa dia memang

sosok ibu yang galak dan tegas dalam mendidik anak-anak. Hal ini karena

pengaruh pendidikan orang tuanya yang keras semasa tinggal bersama kedua

orang tua dan dua kakak perempuan di Kalimantan. Pendidikan keras itu

diterapkan dalam keluarga Bu Ina karena tidak ada anak-anak laki-laki dalam

keluarga mereka, sehingga ketiga bersaudara itu dituntut menjadi wanita yang

tangguh tahan banting.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

12

Bu Ina menceritakan bahwa Eno lahir di saat kondisi perekonomian

keluarga belum begitu baik, sedangkan Putra lahir saat kondisi ekonomi

keluarga sudah mapan. Bu Ina mengeluhkan bahwa suaminya tidak mau

ambil bagian dalam mendidik anak-anak. Sejak awal menikah sang suami

sudah menetapkan bahwa dia akan bertanggungjawab terhadap segala

kebutuhan ekonomi keluarga namun tidak akan mengurus pendidikan anak

karena pekerjaannya yang sibuk dan padat. Sehingga apa pun keinginan dan

kebutuhan kedua anaknya selalu dipenuhi oleh ayah mereka sebagai ganti

waktu yang jarang bisa diluangkannya bagi keluarga.

Berdasarkan penjelasan yang didapat peneliti dari penuturan Pak Dodi

dan Bu Ina, peneliti akan membahas lebih lanjut bagaimana persepsi dan

pola-pola perilaku Putra dengan orang-orang di sekitarnya mempengaruhi

kepribadiannya. Selain itu penjelasan itu menjadi bekal awal peneliti dalam

mengamati perilaku Putra yang mendapat label anak nakal dari beberapa guru

dan teman-temannya di sekolah. Pembahasan tersebut akan dikaji dengan

menggunakan pendekatan fenomenologi yang akan dibahas secara mendalam

pada bab III.

B. Teori-Teori yang Mendukung

1. Siswa Marginal (minoritas) dan Privilege (hak istimewa): Dua Sisi

Berbeda dalam Satu Keping Koin

Ungkapan marginal student umumnya mengacu pada siswa yang

berada pada batas atensi (perhatian) dari guru dan pihak sekolah yang lain

saat mereka merencanakan dan melakukan kegiatan pendidikan di sekolah

(Sinclair & Ghory, 1987). Pada tahun 1987 Sinclair dan Ghory

mengumpulkan berbagai artikel tentang marginal student dari para

peneliti pendidikan di Amerika Serikat. Keberadaan marginal student saat

itu dikaitkan dengan kemiskinan masyarakat karena berdasarkan sumber

buku karya Sinclair dan Ghory menuliskan bahwa saat itu Amerika masih

merupakan negara berkembang. Selain itu keberadaan marginal student

juga dipengaruhi dominasi ras, kondisi psikologis keluarga, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

13

kemampuan intelgensi anak. Anggapan bahwa anak bodoh tidak bisa

belajar atau mengikuti pembelajaran di sekolah masih kental terasa di

sekolah-sekolah yang ada. Sinclair dan Ghory (1987) menggolongkan

siswa marginal menjadi beberapa kategori yaitu, siswa droupouts (putus

sekolah), low achievement and underachievement (kemampuan

intelegensi dibawah rata-rata), suspensions (siswa yang mendapat skors),

avoidance (dihindari, umumnya karena kerap melanggar peraturan), dan

drug use (pengguna narkoba).

Topik marginalize bersinggungan dengan persoalan privilege (hak

istimewa). Kedua ungkapan ini menjadi penanda identitas seseorang

dalam masyarakat (Goodman, 2015). Dua identitas ini kerap

menimbulkan perbincangan di masyarakat berkaitan dengan isu justice

(keadilan); pandangan dan penelitian umum membahas bahwa pihak

penguasa atau opperessor menggunakan privilege (hak istimewa) yang

menindas kelompok marginal baik tersurat maupun tersirat (Goodman,

2015). Privilege dalam masyarakat Amerika Serikat adalah representasi

dari orang kaya atau menengah keatas dari segi ekonomi dan pendapatan,

orang kulit putih, laki-laki (budaya patriarki), heterosexual, agama

mayoritas (Kristen), dan semua golongan dominan yang lain (Goodman,

2015). Jika ditarik menuju ke persoalan siswa dengan privilege, maka

dapat dikategorikan menjadi siswa kaya atau golongan sosial ekonomi

menengah, siswa gifted, siswa berprestasi, dan siswa dominan yang

mendapat kemudahanan akses serta beragam pengecualian dalam hal-hal

tertentu di sekolah.

Peneliti belum menemukan artikel dan penelitian yang relevan

mengenai siswa dengan privilege di sekolah. Peneliti menemukan artikel

lain oleh Goodman (2010) yang membahas mengenai bagaimana

mendampingi siswa dengan label privilege di sekolah. Siswa sering

resisten untuk mengevaluasi kembali keyakinan pribadi tentang identitas

diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia (Goodman, 2010). Bagi siswa

dari kelas dominan, mempertanyakan asumsi seseorang dapat menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

14

ancaman emosional dan intelektual siswa, sehingga mereka berjuang

dengan banyak hambatan untuk memeriksa identitas privilege dalam diri

mereka (Goodman, 2010). Hal ini menimbulkan penyangkalan dalam diri

anak-anak dengan privilege bahwa mereka berbeda karena pandangan

negatif masyarakat bahwa kelompok dominan selalu menjadi pihak yang

bersalah juga bertanggung jawab terhadap perampasan hal kelompok

marginal (Goodman, 2010).

Fenomena yang teramati peneliti selama berada di lapangan adalah

seorang anak di kelas IIIB yang mendapat pembiaran dan pemakluman

atas sikap-sikap buruknya di kelas seperti tidak mengerjakan PR,

berkelahi dengan temannya, memukul dan berkata kasar kepada guru,

karena orang tuanya adalah salah satu donatur di kelas. Secara tidak

langsung anak tersebut dicap mendapat hak istimewa atau privilege,

namun di sisi lain dia tidak mempunyai teman di kelas dan menjadi bahan

gunjingan kelompok yang memusuhinya. Peristiwa lain yang juga ditemui

peneliti adalah seorang siswi kelas IIB yang selalu mendapat nilai

akademik dengan predikat sangat baik di kelas yang selalu menjadi

sasaran mencotek teman-temannya saat ulangan. Siswi tersebut tidak

mengadukan perbuatan teman-temannya yang mencotek hasil

pekerjaannya karena jika dia melapor dia akan dijauhi dan tidak memiliki

teman di kelas. Dua contoh sederhana tadi menggambarkan bahwa

kelompok marginal dan privilege sebenarnya sama-sama berada pada

posisi yang tidak nyaman juga terkekang karena label identitas tersebut

membatasi kebebasan mereka, seumpama dua sisi berbeda dalam satu

koin yang sama.

Penjelasan sebelumnya menjadi sebuah refleksi bahwa kerap kali

manusia membahas ketidakadilan dari sisi kaum tertindas dan marginal

semata. Menjadi acuh pada kenyataan bahwa keberadaan kelompok

marginal yang melawan atau justru mendapat privilege juga bisa menjadi

masalah ketidakadilan bagi kelompok dominan. Goodman (2015)

menjelaskan dalam jurnal penelitiannya bahwa umumnya manusia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

15

memiliki multiple identity (identitas ganda) yang melekat pada dirinya,

hanya saja salah satu identitas lebih dominan menutupi identitas yang

lain. Identitas ganda ini hanya berbeda satu derajad saja dalam pribadi

seseorang (Goodman, 2015), sehingga sesungguhnya siswa privilege bisa

sekaligus menjadi marginal dalam beberapa bagian dan kasus tertentu

dalam hidupnya. Gambaran konkretnya adalah siswi pintar dalam contoh

sebelumnya, mendapat privilege dari guru kelas untuk mengerjakan soal-

soal sulit di depan kelas sebagai contoh bagi teman-temannya, namun

sekaligus tidak dapat lepas dari jerat memberikan contekan demi tetap

memiliki teman di kelas.

Pada umumnya solusi yang muncul untuk menghadapi masalah

siswa injustice (ketidakadilan) adalah dengan menciptakan kurikulum

yang sesuai dan tepat guna dengan kebutuhan masing-masing siswa.

Kunci utama tetap terletak pada pendidik itu sendiri, yang terlibat

langsung dalam hubungan interaksi dengan anak. Bagaimana mengubah

pola pikir guru untuk rendah hati mengenali pribadi siswanya masing-

masing dan melakukan empowering (memberdayakan, memberi

wewenang) kepada siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran

sesuai kemampuan dan minat bakat masing-masing. Empowering ini

harus benar-benar tepat memberdayakan siswa secara adil dengan prinsip

empati bukan simpati.

Sebagai contoh bagi siswa dominan karena status ekonomi

keluarga harus tetap diberi sangsi atau hukuman jika melanggar peraturan

dan bagi siswa yang dianggap underachiement dimotivasi dalam belajar

serta dibangun kepercayaan dirinya sambil membantunya menemukan

bakat lain yang dia kuasai. Sebab terkadang siswa yang dinilai

underachievement karena nilai akademik yang tidak memuaskan memiliki

bakat di bidang lain yang non-akademik. Selain itu kita juga tidak dapat

menuntut semua siswa mampu berteman baik dengan semua anak dalam

kelas. Sebab kita pun memiliki kecenderungan tertentu dalam bergaul,

misalnya hanya bisa berteman baik dengan beberapa rekan kita yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

16

dirasa cocok diajak berdiskusi atau berkejasama. Jika ada anak yang

senang menyendiri dan sulit bergaul dengan teman sekelasnya tidak selalu

berarti bahwa dia introvert. Mungkin saja dia sedang beradaptasi atau

belum tertarik bersosialisasi.

Marginal dan privilege adalah indentitas diri dan label ciptaan

masyarakat (Goodman, 2015). Yang terpenting bukan lagi soal apa

identitas diri kita, tetapi bagaimana supaya identitas itu tidak menjadi

penghalang dalam kehidupan sosial kita. Pengetahuan dan kepekaan guru

melihat situasi demikian menjadi kunci untuk dapat merangkul masing-

masing siswa menemukan dirinya dan semakin memanusiakan pribadi

mereka.

2. Collectivism Society (Masyarakat Kolektif): Sebuah Teori Tentang

Social Action (Aksi Sosial)

Fukuyama seorang politikus saintis, ekonom, dan penulis buku

berkewarganegaraan Amerika keturunan Jepang menuliskan ungkapan

Horace, Epistles dalam bukunya yang berjudul The Great Disruption “You

can throw out Nature with a pitchfork, but it always comes running back,

and will burst through your foolish contempt in triumph” (Kamu dapat

membuang sifat dasarmu dengan penggaruk rumput, tapi dia akan selalu

kembali padamu, dan akan membakar dengan penghinaan melalui

kebodohanmu dengan kemenangan). Setelah era indrustrialisasi moderen

kita beralih ke era postmodern namun belum meninggalkan jejak aturan

permainan di masa lalu (Fukuyama, 1999:3). Manusia selalu berada di

bawah bayang-bayang social order (tatanan sosial) dalam membangun

peradabannya.

Negara kapital dan komunis dengan ideologi besarnya menguasai

negara-negara kecil dan membuat standarisasi internasional yang membuat

mereka akan selalu berada di atas awan dan menjadi penguasa. Pada

kenyataannya, bahkan di dalam negara maju pun ada sekelompok

masyarakat yang tertindas. Penindasan itu tidak serta merta selalu terjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

17

pada golongan minoritas tapi bisa terjadi pada siapa saja yang tidak

resisten atau rentan terhadap dominasi.

Ada sebuah pepatah ethiopia “When the great lord passes the wise

peasant bow deeply and silently farts” (Ketika tuan besar lewat, petani

yang bijak membungkuk dalam dengan hormat dan diam-diam kentut).

Hal ini menjadi ungkapan sederhana yang hendak menggambarkan betapa

kekuasaan seseorang tidak selalu dihormati karena kebaikannya,

penghormatan itu hanya timbul karena tidak ada perlawan terhadapnya.

Scott dalam bukunya Domination and The Arts of Resistence menuliskan

kutipan tulisan Valcav Havel (31 Mei 1990) “Society is a very mysterious

animal with many faces and hidden potentialities and ... it’s extremely

shortsighted to belive that the face society happens to be the potencialities

that slumber in the spirit of population” (Masyarakat adalah hewan yang

sangat misterius dengan banyak wajah dan potensi tersembunyi dan ...

sangat picik untuk percaya bahwa wajah masyarakat merupakan potensi

yang terlelap dalam semangat penduduk atau populasi yang lebih besar).

Dua kutipan tersebut menunjukan adanya anomali-anomali dari pemikiran

dan pemahaman umum pada masyarakat kolektif dalam menanggapi

situasi kekuasaan tertentu. Kecenderung masyarakat kolektif menerima

pendapat umum atau mayoritas pada titik tertentu dapat mencapai titik

jenuh. Titik jenuh inilah yang kemudian memicu beragam aksi atau

tindakan anomali terhadap nilai, norma, situasi, konflik, dan cara pandang

masyarakat umum.

Pada titik tertentu dapat juga timbul social act (aksi sosial) yang

merupakan efek samping atau dampak dari peristiwa anomali terhadap

pandangan umum di masyarakat kolektif. Pierre Bourdieu menuliskan

teori tentang struktur yang membentuk pola praktis dalam ranah ekonomi,

sosial, dan budaya. Teorinya menjelaskan bagaimana produksi dan

reproduksi kekuasaan bekerja dalam hal ekonomi, sosial, dan budaya

(Öztrük, 2009). Bourdieu membedakan hukum internal masing-masing

bidang karena batasan struktural pencapaiannya dalam power game

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

18

(permainan kekuasaan) di bidang tersebut (Öztrük, 2009). Dari teori

tersebut dapat dipahami bahwa masyarakat berada dalam tataran

permainan kekuasan karena power relationship (hubungan kekuasaan).

Hal ini menggambarkan bahwa dalam sistem pendidikan tersirat oposisi

kekuasaan yang menentukan pola dan kurikulum pendidikan, sehingga

segala sesuatu menjadi memiliki batas dan ukuran yang seragam

berdasarkan kuasa pemerintah. Collectivism society (masyarakat kolektif)

adalah tanggapan dari kegelisahan sistem individualistik dan oposisi.

Hanya saja masyarakat kolektif bisa menjadi bias sebagai solusi

permasalahan tersbut, karena dalam masyarakat kolektif bermunculan pula

ragam teori konspirasi sebagai bentuk konfrontasi terhadap pihak oposisi

(Öztrük, 2009). Padahal pihak oposisi mula-mula juga terbentuk dari

masyarakat kolektif, hanya saja mereka memiliki kuasa yang membuatnya

menjadi dominan di masyarakat (Öztrük, 2009).

Singkatnya, Bordieu merumuskan pendekatan reflektif terhadap

kehidupan sosial. Kehidupan sosial ini menyingkap kondisi sewenang-

wenang struktur sosial dan sikap yang terkait dengannya berdasarakan

rumusan tiga konsepsi yaitu, habitus, modal, dan lapangan (Öztrük, 2009).

Oleh karena itu, bagi Bourdieu, studi tentang kehidupan manusia harus

mencakup makna tindakan manusia. Dia berusaha untuk mengklarifikasi

reproduksi sosial dan budaya ketidaksetaraan dengan menganalisis proses

misreprognition, dan dengan menyelidiki bagaimana habitus kelompok

yang didominasi dapat menutupi kondisi mereka sebagai golongan

subordinat (Öztrük, 2009).

Berdasarkan teori dan penelitian Bourdieu maka, baginya, tidak

ada titik di luar sistem dimana seseorang dapat mengambil atau mengakui

sikap yang netral dan atau dia tertarik dengan perspektif manapun (Öztrük,

2009). Karena kita, setiap pribadi manusia, adalah bagian dari masyarakat

kolektif dan berada dalam pihak tertentu. Hanya saja terkadang kita

menjadi denial (mengingkari) posisi kita dengan mengakui sebagai pihak

yang netral.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

19

Dalam konteks pendidikan di Indonesia, masih ada pandangan

bahwa guru sebagai poros masyarakat koletif dalam kelas. Masyarakat

kolektif yang dimaksud di sini merujuk pada kelompok siswa. Adanya

siswa dominan dan subordinat tidak dapat dihindari dalam peristiwa sosial

dalam kelas. Peran guru adalah mengarahkan supaya pola tersebut tidak

menimbulkan kondisi ketidakadilan yang merugikan salah satu pihak.

Guru menuntun dan membimbing pola pikir siswa untuk terbuka dan

mendukung kepentingan bersama dibanding kepentingan pribadi untuk

keuntungan diri semata. Guru mengajak siswa menyadari bahwa mereka

adalah bagian dari masyakat luas yang kompleks, bahwa perselisihan dan

usaha mendominasi orang lain adalah tindakan yang tidak perlu karena

hanya akan menyakiti orang lain dan harga diri. Permasalahannya adalah

apakah guru di Indonesia mampu melakukan hal tersebut ketika mayoritas

masyarakat masih memiliki kecenderungan pola pikir teacher centered

learning? Apakah semua guru mau berusaha keluar dari zona nyaman dan

aman untuk selalu menempatkan diri pada posisi netral? Jika tidak, lalu

apa yang bisa kita lakukan menghadapi kasus sedemikian rupa? Pemikiran

masyarakat kolektif erat kaitannya dengan budaya dan kebiasaan. Saat

suatu konsep atau ideologi menjadi bagian dari budaya atau kebiasaan

seseorang atau sekelompok masyarakat, maka mencerabutkan akan

menjadi tindakan ekstrim yang bisa memicu kecaman.

3. Sibling Rivalry (Persaingan Saudara) dan Pengaruhnya dalam

Prestasi Akademis

Alfred Adler seorang psikoanalisis meneliti bahwa urutan

kelahiran mempengaruhi sifat dan kepribadian anak serta memperlihatkan

pola dominasi antar saudara. Darwin (1859) menjelaskan mengenai teori

adapatasi lingkungan sebagai salah satu bentuk cara bertahan hidup.

Secara tersirat penelitian Darwin terhadap teori adaptasi dan evolusi

hewan juga menerangkan perilaku manusia. Bahwa ternyata persaingan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

20

saudara dapat dipahami sebagai salah satu bentuk adaptasi dan seleksi

alam.

Hamilton (1964; Trivers 1974) mengemukakan bahwa persaingan

saudara adalah sarana untuk bersaing mendapatkan sumber daya yang

lebih menguntungkan. Dengan demikian seleksi alam yang terjadi karena

disposisi keturunan untuk bersaing satu sama lain tidak hanya untuk

bertahan hidup, tapi juga mendapatkan perhatian lebih dari orang tua.

Persaingan saudara bisa digambarkan sebagai bentuk kecemburuan.

Persaingan dan perkelahian antar sauudara dan saudari umum terjadi

dalam sebuah keluarga (Badger, 2009). Trivers (1974) menunjukkan

bahwa setiap anak pada awalnya menganggap dirinya lebih penting atau

dua kali lipat lebih berharga daripada saudara kandungnya dan perlu

diajarkan untuk bisa berbagi serta bersikap baik.

Siegler (2007, dalam artikel penelitian Badger 2009) mencatat

berbagai kemungkinan pengaruh non-biologis pada persaingan saudara,

misalnya konflik orang tua atau “anak emas” orang tua, dsb. Hal ini bisa

meningkatkan persaingan dari anak yang kurang perhatian dan

menyebabkan rasa bersalah pada anak yang lebih dicintai, serta

kecenderungan meningkat saat anak memiliki dorongan dan minat pada

hobi yang sama. Lamb dan Sutton-Smith (1982) menggolongkan

persaingan saudara menjadi dua tipe yaitu, overt (terbuka) dan covert

(terselubung). Persaingan overt (terbuka) mencakup pernyataan

perbandingan langsung antara dua bersaudara. Sedangkan persaingan

covert (terselubung) mencakup pernyataan sindiran halus tanpa

perbandingan langsung. Persaingan yang timbul adalah usaha untuk

menjadi superior dalam mendapatkan perhatian orang tua dan

meningkatkan status dalam hubungan saudar kandung, atau dengan kata

lain menjadi dominan terhadap satu sama lain.

Mc Nerney dan Usner (2001, dalam artikel Badger 2009)

melakukan penelitian tentang persaingan saudara dalam rentang hidup

manusia. Partisipannya adalah 85 mahasiswa. Hasilnya 56% individu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

21

mengalami persaingan saudara antara usia 10-15 tahun dan 38%

mencakup permasalah akademis. Sedangkan pada usia 20-25 tahun

persaingan saudara meningkat hingga 65% dengan bagan persaingan

meliputi permasalahan sosial sebanyak 30%. Dalam tataran ini persaingan

akademis tidak hanya sebatas untuk mendapatkan perhatian dan

perlindungan orang tua, tetapi juga sebagai bentuk mencari penghormatan,

peningkatan status, dan prospek kerja. Prestasi akademis sebagai sarana

mengamankan status karir yang lebih tinggi.

Badger dan Reddy (2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa

persaingan saudara antara anak sulung dan bungsu dalam keluarga

dipengaruhi oleh pola asuh dan gender. Saudara dengan gender berbeda

cenderung memiliki tingkat persaingan akademis yang lebih rendah

daripada saudara dengan persamaan gender. Anak bungsu cenderung

merasa tidak lebih pintar dibanding kakak sulungnya, sehingga anak

sulung cenderung memiliki minat bersaing yang lebih besar untuk

menunjukkan otoritasnya. Hubungan kekuasaan (power relationship)

timbul saat anak sulung menunjukkan jari kepada adiknya untuk

memberikan sebuah tuduhan dengan tujuan mendapat pujian dan

perlindungan dari orang tua terhadap pemberontakan adiknya (Doron,

2009). Sedangkan anak bungsu menunjukan sikap manja dan

ketergantungannya untuk mendapatkan perhatian dari orang tua.

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan adalah artikel dari bikku Hanh tentang

Healing the Child Within, Sulloway F.J. artikel penelitiannya berjudul

Sibling-order Effects, dan artikel penelitian Badger dan Reddy tentang The

Effect of Birth Order on Personality Traits and Feelings of Academic Sibling.

Ketiga artikel tersebut menjadi bahan pembelajaran peneliti untuk mengkaji

lebih dalam data dari tema penelitian yang akan disajikan. Masing-masing

artikel membahas tentang permasalahan anak dan persaingan saudara dalam

hubungan serta pengaruhnya pada pergaulan dan prestasi akademik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

22

Hanh adalah seorang bikku Buddha Vietnam, penyair, sarjana, dan

aktivis hak asasi manusia yang mendapat nominasil oleh Martin Luther King,

Jr untuk hadiah Nobel perdamaian. Salah satu buku karangannya berjudul

Being Peace (menjadi damai). Artikel Hanh yang relevan dengan penelitian

ini adalah tentang Healing the Child Within, bagaimana kita bisa

menyembuhkan dan menyelamatkan diri sendiri sebelum bisa

menyelamatkan orang lain. Setiap pribadi kita memiliki masa lalu atau

pengalaman buruk yang tanpa kita sadari kerap kita hindari atau lupakan.

Padahal sesungguhnya luka akan kenangan itu masih ada dan membentuk

kepribadian serta sifat kita. Maka kunci penyembuhan luka batin adalah

dengan kesadaran. Kesadaran bahwa rasa sakit itu ada dan berusaha berdamai

dengannya untuk bisa menjadi lebih baik. Energi dari mindfulness (kesadaran

penuh) membantu kita melihat secara lebih mendalam dan mendapatkan

wawasan yang kita butuhkan untuk transformasi yang lebih baik.

Penelitian Sulloway (2001) melakukan pengkajian bahwa ternyata

secara historis urutan kelahiran berpengaruh penting pada aspek kehidupan

sosial, ekonomi, dan politik. Hal tersebut masih terjadi hingga kini dalam

masyarakat, terutama masyarakat tradisional. Hukum waris dan adat istiadat

yang diskriminatif , suksesi kerajaan yang mendukung anak sulung menjadi

salah satu contoh nyatanya. Efek urutan kelahiran juga telah

didokumentasikan untuk berbagai macam kecenderungan perilaku. Dalam

proses Darwinian, persaingan dilakukan sebagai bentuk adaptasi dan seleksi

alam. Hal ini berpengaruh radikal terhadap pembentukan kepribadian

berdasarkan urutan kelahiran. Pola perilaku ini dapat diolah dan dimediasi

dalam keluarga jika setiap anggota keluarga bisa saling mendukung dan

memahami satu sama lain.

Badger dan Reddy (2009) meneliti pengaruh urutan kelahiran

terhadap kepribadian dan persaingan saudara. Penelitian ini lebih mengarah

pada persaingan saudara di bidang akademik. Data diambil dengan

menggunakan kuisioner online dan wawancara terhadap 85 mahasiswa. Hasil

menunjukkan bahwa kecenderungan anak bungsu lebih banyak terpicu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

23

melakukan persaingan di bidang akademik dengan t = 2,33, DF = 44; p <

0,05. Sedangkan anak sulung lebih cenderung berhati-hati dan menunjukkan

sikap berbakti pada orang tua dengan hasil F (1,44) = 5,39; p <0,05. Hal ini

menunjukkan implikasi domain pada bidang pendidikan, kesehatan, dan

psikoterapi. Badger dan Reddy memberikan saran penelitian lanjutan untuk

memperluas temuan dalam hal variabel dan berdasarkan lokasi geografis.

Ketiga penelitian tersebut berkaitan erat dengan topik utama

penelitian ini. Pertama, untuk dapat memahami secara mendalam kasus

hegemoni dan stigma terhadap siswa yang dianggap nakal oleh

lingkungannya adalah dengan mengenali diri sendiri. Hal-hal atau

pengalaman apa dari peristiwa hidup peneliti yang sensitif bersinggungan

dengan pengalaman dalam interaksi bersama key participant. Peristiwa itu

dapat membangun kepekaan peneliti dalam memahami pola perilaku

bermasalah dan dapat menggali lebih dalam akar permasalah timbulnya

perilaku tersebut. Kedua, melihat bahwa pengaruh urutan kelahiran bisa

menimbulkan persaingan antar saudara kandung. Fenomena yang terselubung

bahwa sebenarnya ada persaingan di antara key participant dengan kakak

kandungnya. Pola persaingan ini dapat mengungkapkan posisi dominasi antar

kedua pihak yang akhirnya berpengaruh terhadap perilaku key participant.

Ketiga, bentuk persaingan saudara di bidang akademik bisa menjadi

salah satu faktor pemicu key participant ingin terlihat berbeda dengan kakak

kandungnya. Ketidakterarikannya dalam pembelajaran dan sikap malas bisa

terbangun karena ungkapan verbal orang tua yang kerap membandingkan key

participant dengan kakaknya. Prestasi akademis menjadi momok yang

hendak dihindari key participant sehingga dia tetap bisa memperoleh

perhatian dari orang tuanya. Artikel Bedger dan Reddy melakukan

pembuktian terhadap pola perilaku anak bungsu yang cenderung bersaing di

bidang akademik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

24

D. Kerangka Berpikir

Pengalaman peneliti bertemu dengan anak yang mendapat julukan

nakal di sekolah karena tidak naik kelas dan sering membuat onar membuka

kesadaran peneliti tentang pendidikan dasar yang sarat budaya labeling.

Banyak anak yang sebenarnya memiliki potensi namun kerap dianggap

sebagai troublemaker karena perilaku mereka yang melawan arus

mainstream. Guru kelas terkadang menganggap hal itu sebagai sebuah

kewajaran, seperti pendapat Bu Egi pada bagian latar belakang, keberadaan

anak nakal adalah hal yang wajar di kelas. Sebetulnya apa makna nakal bagi

guru? Apakah siswa yang kerap melanggar peraturan dapat lantas dijuluki

sebagai anak nakal? Apa tolok ukur dari kenakalan? Hal-hal ini menjadi latar

belakang peneliti melakukan penelitian lebih lanjut.

Proses penelitian dilakukan berdasarkan kasus yang dilihat dan

dialami peneliti. Kemudian peneliti mencoba berefleksi dalam pengalaman

bersama partisipan kunci. Dengan demikian peneliti dapat belajar pola

pemikiran partisipan kunci, serta mencari tahu akar permasalahan yang belum

selesai dalam hidup partisipan kunci yang akhirnya mempengaruhi

kepribadiannya. Selain itu peneliti juga berinteraksi dengan guru kelas,

mantan guru kelas, ibu partisipan kunci, dan kakak partisipan kunci untuk

melihat bagaimana cara mereka memandang partisipan kunci. Cara pandang

tersebut membentuk pola interaksi mereka dengan partisipan kunci.

Peneliti juga melihat bagaimana interaksi partisipan kunci dengan

teman-teman sekelas dan mantan teman sekelasnya. Bagaimana cara

partisipan kunci berinteraksi dengan teman sebayanya yang telah menjadi

kakak kelasnya karena dia tinggal kelas. Peneliti juga mencari tahu

pandangan teman-teman sekelas dan mantan teman sekelas terhadap

partisipan kunci. Sudut pandang mereka menjadi kunci respon tindakan

terhadap partisipan kunci. Ada teman yang merasa didominasi sehingga

menempatkan dirinya pada posisi subordinat. Ada juga teman yang tidak

dapat didominasi tetapi tidak balas mendominasi. Ada pula yang balik

mendominasi partisipan kunci. Peristiwa menarik juga peneliti amati yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

25

adanya perlawanan subordinat terhadap partisipan kunci yang jenuh dengan

kelakuan partisipan kunci. Semua peristiwa dan pengalaman peneliti tersebut

menjadi bagian dari proses penelitian.

E. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian adalah pertanyaan yang membantu peneliti

menggali lebih dalam topik atau tema permasalahan utama penelitian.

Pertanyaan penelitian ini merupakan delapan sub-rumusan masalah yang

sudah peneliti tulis sebelumnya pada Bab I, tetapi kembali peneliti cantumkan

pada bagian ini.

1. Pengalaman hidup seperti apa yang mempengaruhi kepribadian Putra?

2. Apa respon Ibu Putra dalam menghadapi perilaku anaknya?

3. Mengapa Ibu Putra memberikan respon demikian?

4. Apa respon guru kelas terhadap perilaku Putra?

5. Mengapa guru kelas memberikan respon demikian?

6. Apa respon teman-teman Putra terhadap sikapnya dalam berelasi?

7. Mengapa teman-teman Putra memberi respon demikan?

8. Seperti apa relasi Putra dengan kakak laki-lakinya?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

“There is no burden of proof. There is only the world to experience

and understand. Shed the burden of proof to lighten the load for the journey

of experience.” (Tidak ada beban bagi pembuktian. Hanya ada dunia untuk

pengalaman dan pemahaman. Singkirkan beban bagi pembuktian untuk

meringankan beban pada perjalanan dari pengalaman.) Pernyataan tersebut

merupakan kutipan tokoh fiktif, Profesor Halcom rekaan Michael Quinn

Patton, tentang Laws of Inquiry (hukum inkuiri) dalam buku Qualitative

Research and Evaluation Methods. Peneliti memaknai pernyataan tersebut

sebagai nilai baru yang dihidupi peneliti, yaitu untuk berhenti melakukan

pembuktian dalam hidup dan belajar memahami pengalaman berdasarkan

fenomena yang nampak dalam kehidupan sehari-hari untuk lebih peka serta

menghargai orang lain melalui penelitian kualitatif. Dengan demikian

pengetahuan kualitatif sebenarnya mudah diterima begitu saja, karena kita

sudah terbiasa dengan kondisi “apa adanya” lewat pengalaman rutin yang kita

alami dalam kehidupan sehari-hari (Wertz, 2011: 2).

Penelitian kualitatif diformulasi dengan menggunakan kata tanya

“apa?”. Mengetahui hal apa yang berarti konseptualisasi dari topik di bawah

investigasi sebagai bagian dari keseluruhan dan di masing-masing bagiannya,

bagaimana bagian-bagian ini terkait dan diatur secara keseluruhan, dan

bagaimana keseluruhannya serupa dan berbeda dari hal-hal lain (Wertz,

2011:2). Mengetahui hal apa yang mungkin terjadi, juga termasuk

konseptualisasi tentang “bagaimana” – proses dan peristiwa sementara

berlangsung pada waktunya (Wertz, 2011:2). Pengetahuan kualitatif juga

termasuk pemahaman konteks, konsekuensi/luaran, dan juga bahkan apa

pentingnya penyelidikan dalam dunia yang lebih luas (Wertz, 2011:2).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

27

B. Setting Penelitian

1. Waktu Penelitian

Peneliti melaksanakan penelitian kurang lebih selama enam bulan,

dimulai dari tanggal 25 Juli hingga 12 Desember 2017.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di sebuah SD Negeri yang berada di

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang namanya disamarkan

menjadi SD Negeri Damai. SD ini terletak di daerah pinggiran kota yang

berbatasan dengan jalan raya dan pasar tradisional. Kompleks sekolah ini

termasuk sempit karena tidak memiliki lapangan olah raga dan ruang

kelas yang memadai. Dua ruang kelas VI berada di gedung terpisah yang

berjarak kurang lebih 200 meter dari gedung sekolah utama.

C. Desain Penelitian

Peneliti melihat fenomena yang terjadi di sekolah dan mencari tahu

penyebab terjadinya fenomena tersebut serta bagaimana respon atau reaksi

orang-orang yang terlibat dalam situasi tersebut. Fenomena yang dilihat

peneliti adalah bagian dari peristiwa sehari-hari yang dialami selama

melakukan PPL (program pengalaman lapangan) di sekolah. Maka, metode

yang digunakan untuk memahami peristiwa-peristiwa tersebut adalah dengan

fenomenologi. Fenomenologi adalah metode formulasi original dalam filsafat

yang juga telah diterapkan di seluruh ilmu humaniora, social science, dan

profesi pelayanan selama abad terakhir; sejak tahun 1960-an, metode ini telah

digunakan dengan jelas untuk merumuskan meaning-oriented (orientasi

makna), pengetahuan deskriptif dalam psikologi (Wertz, 2011:4).

Fenomenologi berangkat dari mempelajari pengalaman dan peristiwa

yang dialami atau diamati di sekitar. Van Manen (1990:9-10)

mengungkapkan bahwa seseorang tidak dapat merefleksikan pengalaman

hidupnya saat melalui pengalaman tersebut. Artinya kita tidak akan bisa

memaknai dan berefleksi dari pengalaman hidup kita jika kita hanya

menganggap lalu peristiwa tersebut. Maka, dalam hal ini peneliti mencoba

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

28

memaknai dan mengamati segala fenomena yang terjadi di sekitar peneliti

saat berada di sekolah. Fenomena yang dilihat peneliti adalah dinamika dan

pergulatan batin seorang anak kelas IIB yang mendapat julukan “nakal” di

sekolah karena peristiwa perkelahian dengan teman sekelas di tahun ajaran

sebelumnya sehingga harus mengalami peristiwa pindah kelas dari IIA ke

IIB, tinggal kelas pada tahun ajaran sebelumnya, dan perilakunya yang kerap

melanggar peraturan. Siswa tersebut menjadi key participant (partisipan

kunci) dalam penelitian ini. Sedangkan guru kelas, ibu key participant,

teman-teman sekelas, kakak kandung key participant, dan guru serta teman-

teman yang pernah berinteraksi dengan key participant sebagai other

participant (partisipan lain).

Pertanyaan mendasar dalam penelitian fenomenologi adalah apa

maknanya, struktur, dan esensi dari pengalaman hidup berdasarkan fenomena

tersebut bagi individu atau sekelompok orang (Patton, 2002:104). Maka

peneliti merumuskan pertanyaan penelitian pada bab I dalam bentuk aksi –

reaksi dari setiap fenomena/peristiwa yang teramati oleh peneliti. Masing-

masing peristiwa aksi – reaksi tersebut dituliskan berdasarkan sudut pandang

dari key participant dan masing-masing other participant. Dalam hal ini

peneliti menuliskan semua fakta-fakta tanpa menambah atau mengurangi

makna dari keseluruhan data. Sebab, esensi dari penelitian fenomenologi

adalah untuk berefleksi melalui pengamatan peristiwa yang dialami.

D. Partisipan Penelitian

Beberapa peneliti kualitatif, yang kritis terhadap hubungan kekuasaan

yang tidak setara dalam penelitian tradisional, telah menganjurkan adanya

pergeseran hak istimewa peneliti terhadap peserta penelitian dalam jenis

hubungan yang baru (Wertz, 2011). Artinya, penelitian kualitatif menetapkan

posisi partisipan setara dengan peneliti, dengan kata lain proses penelitian

mengutamakan prinsip kesetaraan dan tidak menganggap partisipan sebagai

objek atau subjek penelitian. Pada penelitian ini ada dua jenis partisipan yang

terlibat yaitu key participant dan other participant.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

29

Key participant adalah tokoh utama yang diamati dan dilihat dari

ragam sudut pandang berbeda oleh other participant dalam penelitian. Pada

penelitian ini key participant adalah Putra, sebagai siswa yang perilaku dan

pengalaman hidupnya menjadi bahan refleksi peneliti. Segala tingkah laku,

lontaran ujaran, dan pendapat Putra dalam interaksi dengan peneliti menjadi

data penelitian.

Pada penelitian ini, yang menjadi other participant adalah guru kelas

2B, guru kelas 2A, guru kelas 1B, dan guru kelas 1A. Selain itu peneliti juga

memilih other participant dari beberapa teman sekelas Putra di kelas 2B dan

teman sekelas Putra sebelum pindah kelas serta tinggal kelas yaitu siswa

kelas 3A. Peneliti juga menggali informasi dari Ibu Putra, Bu Ina, dan kakak

laki-laki Putra yang bernama Eno. Semua nama partisipan penelitian yang

tercantum adalah nama samaran untuk menjaga privasi pihak bersangkutan.

Tidak ada batasan penentuan partisipan dalam penelitian kualitatif.

Partisipan bisa siapa saja yang memiliki hubungan atau interaksi dengan key

participant atau objek penelitian (Wertz, 2011). Penentuan partisipan

penelitian dilakukan secara key participanttif oleh peneliti berdasarkan

hubungan interaksi key participant dengan orang bersangkutan dan

kedalaman informasi yang bisa didapat dari orang tersebut mengenai topik

bahasan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Patton menggambarkan teknik pengumpulan data seperti bagaimana

cara buah apel tersaji di lapak pedagang. Apples come to market sorted by

type (Red Delicious, Golden), purpose (e.g., cooking or eating), and quality.

Likewise, qualitative study vary by type, purpose, and quality. Buah apel di

pasar dipilah berdasarkan tipe (merah lezat, keemasan), tujuan (untuk

dimasak atau dimakan langsung), dan kualitas. Seperti penelitian kualitatif

dipilah berdasarkan tipe, tujuan, dan kualitas. Ada tiga teknik pengumpulan

data yang digunakan peneliti yaitu in-depth, open-ended interview

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

30

(wawancara tidak terstruktur yang mendalam), direct observation (observasi

langsung), dan written document (dokumentasi).

1. Open-ended Interview (Wawancara Tidak Terstruktur)

Pedoman wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah

wawancara tidak terstruktur atau sering disebut open-ended interview.

Wawancara menggunakan pertanyaan terbuka, tanpa kisi-kisi dan

mengikuti alur respon partisipan, menghasilkan tanggapan tentang

pengalaman, persepsi, pendapat, perasaan, dan pengetahuan (Patton,

2002:4). Data terdiri dari kutipan kata demi kata dengan konteks yang

cukup untuk ditafsirkan (Patton, 2002:4). Respon wawancara tidak

terstruktur mengizinkan serta memungkinkan peneliti untuk melihat

dunia dalam cara pandang responden (Patton, 2002:21).

Lofland (1971) mengungkapkan, untuk memahami partisipan,

dalam istilah mereka sendiri, kita harus mempelajari kategori mereka

untuk memberi penjelasan yang koheren dengan realitas yang ada.

Dasar utama dari data mentah yang didapat melalui depth interview

(wawancara mendalam) mengungkapkan kedalaman emosi responden,

cara mereka menyusun kata dan kalimat, pengalaman mereka, dan

persepsi dasar mereka. Pada umumnya social scientist (peneliti bidang

sosial) memilih cara ini yang memungkinkan mereka untuk

mengatakan berdasarkan apa yang mereka lihat dan alami bukan

berdasarkan persepsi key participanttif peneliti (Denzin, 1978b:10).

Peneliti melakukan wawancara di sekolah ketika jam istirahat

dan pulang sekolah sehingga tidak mengganggu aktivitas mengajar

para guru. Sedangkan wawancara yang dilakukan dengan key

participant, teman sekelas key participant, dan kakak key participant

dilakukan ketika peneliti mengajar atau menunggui kelas. Perbedaan

pemilihan waktu wawancara tersebut bertujuan supaya peneliti dapat

membangun kedekatan relasi dengan masing-masing partisapan (siswa

siswi teman dan kakak key participant) sehingga mereka bisa lebih

terbuka dalam menyampaikan pendapatnya kepada peneliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

31

2. Observasi

Selain ungkapan verbal responden kepada peneliti ada

ungkapan nonverbal dan verbal yang tidak diajukan kepada peneliti

menjadi sumber data pada penelitian kualitatif. Kegiatan pengamatan

tersebut merupakan aktivitas obsevasi. Howard S. Becker menjadi

tokoh yang memimpin praktisi dari para peneliti kualitatif di bidang

penelitian social science, berpendapat bahwa observasi partisipan

adalah strategi yang paling komperhensif untuk menggali informasi.

Hal yang paling lengkap dari bentuk fakta sosiologis adalah ketika

partisipan dan observer berkumpul; menjadi sebuah observasi dari

peristiwa sosial dengan menjadi spectators (penonton) sebelum,

selama, dan sesudah kejadian. Fakta memberi kita informasi tentang

peristiwa dibalik penelitian, sehingga data akan terkumpul dengan

metode sosilogis yang lain (Becker and Geer, 1970: 133).

Peneliti memposisikan diri sebagai pengamat yang melihat

tingkah laku, tindakan, percakapan, interpersonal, proses organisasi

atau komunitas, atau aspek lain yang diamati dalam pengalaman

partisipan. Data terdiri dari catatan lapangan, deskripsi kaya dan

terperinci, termasuk konteks di mana pengamatan dilakukan. Pada

penelitian ini hasil observasi dituangkan dalam bentuk jurnal setiap

kali peneliti melakukan pengamatan terhadap partisipan.

Hal-hal di observasi peneliti dalam penelitian ini antara lain: 1)

Interaksi key participant dengan teman sekelasnya (cara

berkomunikasi, respon saat terjadi perkelahian, dsb), 2) Cara

berkomunikasi key participant dengan kakak laki-lakinya, 3) Cara

berkomunikasi key participant dengan ibunya, 4) Respon key

participant terhadap teguran ibunya, 5) Cara key participant

menanggapi teguran wali kelasnya, 6) Respon key participant terhadap

hukuman, teguran, dan sindiran guru terhadap perilakunya. Sedangkan

pada penelitian ini yang diamati peneliti dari partisipan penelitian

yaitu, 1) Cara ibu menasehari key participant, 2) Cara guru kelas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

32

menangani perilaku mengganggu atau membangkan key participant, 3)

Cara guru ketika melerai perkelahian key participant dengan

temannya, 4) Respon kakak key participant terhadap perilakunya, 5)

Respon teman-teman key participant terhadap perlakuan key

participant. Hal-hal tersebut menjadi poin penting dalam pengamatan

peneliti.

3. Written Document (Studi Dokumentasi)

Documeting Children adalah segala hal yang dapat diamati dan

didokumentasikan peneliti dari key participant peneltian. Salah satu

caranya adalah dengan melakukan studi dokumentasi. Studi

dokumentasi atau biasa disebut kajian dokumen merupakan teknik

pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada key

participant penelitian dalam rangka memperoleh informasi terkait

objek penelitian. Studi dokumentasi cenderung mengarah pada artefak

fisik yang dibuat atau berkaitan dengan key participant, seperti hasil

karya, catatan harian, surat, dsb. Dalam penelitian ini peneliti

melakukan studi dokumentasi dengan melihat hasil tulisan tangan key

participant yang dianggap menjadi salah satu faktor hambatan yang

menyebabkan key participant tinggal kelas.

Selain itu, ada banyak cara dalam melakukan documenting

children. Yang digunakan peneliti adalah anecdotal record dan

sociogram. Anecdote adalah sebuah cerita. Dalam kegiatan observasi,

anecdote adalah cerita tentang perilaku key participant atau anak yang

diamati (anonim, 2012:1). Tidak semua perilaku anak dicatat dalam

anecdot, catatan dibuat pada perilaku tertentu yang khas seperti

repetitive (perilaku berulang), peristiwa unik, atau kebiasaan tertentu

key participant.

Sociogram adalah pemetaan atau diagram pertemanan dan

interaksi pada sekelompok anak (Anonim, 2012:10). Metode ini bisa

digunakan untuk melihat pola interaksi sosial antar anak. Frekuensi

interaksi, entah itu verbal atau non-verbal, dan dengan siapa key

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

33

participant berinteraksi dapat menjadi catatan sociogram. Inisiasi dari

interaksi dan respon terhadap inisasi dari orang lain dapat direkam juga

(Anonim, 2012:10). Dalam penelitian ini sociogram digunakan peneliti

untuk menggambarkan diagram interaksi key participant dengan

teman-temannya.

D. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan peneliti sebagai instrumen penelitian atau

key instrument. Dalam penelitian kualitatif ada ragam bentuk instrumen yang

dapat digunakan, namun manusia atau peneliti itu sendiri adalah alat yang

paling fleksibel dan dapat diandalkan karena manusia dapat mengembangkan

dirinya terus menerus (Lincoln, 1985). Peneliti memahami key participant

penelitian dengan menggunakan pengalaman pribadinya, baik dari masa

kanak-kanak hingga dewasa, menggambarkan semua sifat penyelidikan

kualitatif yang mendalam (Patton, 2002:47).

Peneliti belajar mengasah kepekaan diri dalam mengumpulkan data

berdasarkan sensitivitas refleksi pengalaman pribadi dengan peristiwa dan

pengalaman yang dialami bersama key participant. Peneliti merasa memiliki

pengalaman luka batin yang menghambat di awal penelitian. Seiring

berjalannya waktu, peneliti menyadari bahwa memang Tuhan tidak pernah

memberikan kesulitan di luar batas kemampuan manusia. Kesadaran ini

dirasakan oleh peneliti ketika berani berdamai dengan pengalaman buruk di

masa lalu dan belajar rendah hati memahami orang lain baik kelebihan

maupun kekurangannya.

Peneliti adalah anak sulung dari dua bersaudara. Sejak kecil peneliti

lebih dekat dengan ibu, dibanding dengan bapak. Watak bapak yang keras

dalam mendidik anak-anak dan cenderung menerapkan hukuman fisik

mempengaruhi renggangnya komunikasi peneliti dengan bapak. Sewaktu

kecil bapak juga kerap menghukum dengan ungkapan verbal yang kasar,

mengumpat dan mengucapkan sumpah serapah kepada peneliti. Bapak juga

kerap meremehkan dan mengkritik keberhasilan peneliti. Pernah suatu ketika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

34

peneliti pulang dari ekaristi di gereja lalu terlibat pertengkaran kecil dengan

bapak, lalu bapak berujar demikian “Percuma rajin ke gereja dan jadi ketua

lektor kalau dikandhani ra nurut (dinasehati tidak menurut)”. Hal ini

membuat peneliti kerap merasa kesal ketika ada orang yang meremehkan,

mengkritik, atau mengucapkan kata kasar pada peneliti.

Efek tersebut mempengaruhi cara peneliti mengajar di kelas. Peneliti

akan senang mengajak berdebat anak yang kerap membuat keributan, tidak

memperhatikan saat pelajaran, atau berkata kasar. Peneliti juga tidak segan

untuk mengabaikan dan bahkan mendiamkan atau menghindari komunikasi

dengan anak-anak tersebut sebagai bentuk balas dendam. Akhirnya peneliti

sadar bahwa berdebat dan melawan balik ungkapan kekerasan verbal tidak

akan mengubah sikap pelaku menjadi lebih baik, justru semakin senang untuk

mengulangi terus perbuatannya. Peneliti berada di titik balik pemahaman

bahwa segala tindakan tersebut hanyalah pelampiasan akan kekesalan masa

lalu peneliti terhadap perlakuan bapak.

Kedekatan peneliti dengan ibu tidak serta merta memberikan

kenyamanan dalam hidup peneliti. Seiring berjalannya waktu, peneliti jenuh

menjadi tempat keluh kesah ibu dan mendengarkan cerita berulangnya

tentang segala kenangan masa kecil, penyesalan, kekhawatiran, dan nasihat-

nasihat yang sama. Peristiwa itu membuat peneliti sadar bahwa selama ini

selalu berada di bawah bayang-bayang ibu. Segala ungkapan keputusasaan

selalu membuat peneliti merasa bahwa seluruh hidupnya hanya akan dia

habiskan untuk membuat ibunya bahagia. Padahal bukankah kebahagiaan

datang dari sendiri bukan karena orang lain yang memberikannya. Peneliti

baru menyadari bahwa selama ini dia selalu berada di balik bayang-bayang

ibunya yang menuntutnya menjadi kakak yang mandiri, tegar, dan menutup

segala aib keluarga dari siapa pun supaya hanya hal baik yang terlihat. Dari

situ peneliti sadar bagaimana cara guru kelas Putra, Pak Dodi, yang kerap

menceritakan kemalangan hidupnya dan menyalahkan nasib serta harta yang

memudahkan rekan kerjanya yang lain mendapatkan jabatan. Namun beliau

selalu bangga menyatakan bahwa meskipun miskin dia bisa menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

35

pengusaha sekaligus guru. Sikap tersebut mengingatkan peneliti akan

sikapnya sendiri yang kerap menutupi kekurangan dengan banyak

pembuktian yang sebenarnya tidak perlu.

Hubungan peneliti yang kurang baik dengan adik laki-lakinya selalu

menjadi cermin baginya saat berinteraksi dengan key participant dan kakak

laki-lakinya. Betapa peneliti sesungguhnya sangat menyayangi adik laki-

lakinya meski menyadari bahwa dia juga pernah menaruh rasa iri yang sangat

besar pada adik laki-lakinya. Adiknya lahir ketika kondisi ekonomi keluarga

sedang baik, bapak peneliti telah memiliki pekerjaan tetap dan bisa selalu

memenuhi keinginan adiknya. Peristiwa ini seperti terngiang kembali dalam

benak peneliti dalam suatu diskusi dengan ibu key participant, Bu Ina, yang

menceritakan bahwa Putra lahir saat kondisi ekonomi keluarga sedang sangat

baik sehingga menurutnya Putra manja karena segala keinginannya selalu

bisa dituruti oleh ayahnya.

Tiap-tiap pengalaman hidup peneliti yang identik dengan pengalaman

hidup teman-temannya, orang-orang yang dekat dengannya, bahkan key

participant menjadi pengingat baginya untuk menjadi orang yang lebih peka

dan rendah hati. Kesulitan terbesar peneliti yaitu cara berkomunikasi,

dikembangkan dan diuraikan permasalahannya melalui penelitian ini. Bahwa

sesungguhnya segala sesuatu yang diberikan Tuhan sudah baik adanya, hanya

dari sudut pandang mana melihatnya sehingga manusia juga bisa mengatakan

baik dan buruknya. Belajar memahami orang lain adalah belajar memahami

diri sendiri. Sebelum hendak menyelamatkan orang lain tentu kita harus bisa

menyematkan diri sendiri terlebih dahulu. Sebab itu tidak mungkin seorang

penjaga pantai terjun ke laut untuk menyelamatkan pengunjung yang

tenggelam jika ia tidak bisa berenang. Melalui penelitian ini banyak peristiwa

yang menyadarkan peneliti berusaha sedikit demi sedikit beranjak dari

kubangan kebencian, dendam, rasa marah, kesombongan, keras kepala, dan

ketidakpercayaan diri. Seperti ungkapan Prof. Halcolm (tokoh fiksi rekaan

Patton dalam buku-bukunya tentang penelitan kualitatif) “Physician, heal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

36

thyself. Observer, observe thyself.” (Dokter menyembuhkan dirinya sendiri.

Observer mengobservasi dirinya sendiri.)

E. Kredibilitas dan Transferabilitas

Pada masa tahun 1970-an cara-cara evaluasi data untuk membuktikan

keabsahannya adalah dengan validitas, reliabilitas, keterukuran, dan

generalisasi (Patton, 2002:549). Sementara dalam penelitian kualitatif

kepercayaan yang mencakup kredibilitas, transferabilitas, kehandalan dan

konfirmabilitas menjadi bagian penting dalam evaluasi data penelitian

(Patton, 2002). Kredibilitas mengacu pada kemampuan untuk

mengungkapkan kepercayaan dari temuan (Winarti, 2012). Dalam hal ini

peneliti tidak sedang mencari sekutu atau pembenaran dalam melihat bagian

pengalaman partisipan yang serupa dengan pengalaman pribadi peneliti,

sehingga peneliti dapat menyajikan data dengan pandangan yang objektif.

Peneliti menyadari bahwa ada bagian dari beragaman pengalaman partisipan

yang serupa dengan pengalaman pengalaman pribadi peneliti. Kesadaran itu

bukan menjadi keprihatinan melainkan menjadi pelajaran bagi peneliti untuk

lebih peka pada permasalahan orang lain. Selain itu peneliti juga belajar

memandang pribadi seseorang tidak hanya berdasarkan hal yang nampak di

luar atau berdasarkan pandangan sekelompok orang semata, namun juga dari

sejarah hidupnya.

Sementara itu transferabilitas berarti peneliti lain bisa saja

mendapatkan temuan serupa yang mengacu pada konsep-konsep pada

penelitian ini (Winarti, 2012). Transferabilitas mengacu pada stabilitas

temuan dan kesesuaian data yang didefinisikan sebagai koherensi internal

(Winarti, 2012). Dengan kata lain konsep dan hasil dari penelitian ini dapat

ditransfer pada penelitian dengan temuan atau pola yang serupa. Kasus anak

yang mendapat labeling di lingkungan sekolah, khususnya di sekolah dasar,

cenderung terjadi dan dapat ditemukan dalam keseharian. Ada kemungkin

terjadi penelitian lanjut atau penelitian lain yang mengambil fokus kasus yang

serupa di kemudian hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

37

Tahap berikutnya dalam evaluasi data kualitatif adalah triangulasi data.

Ada empat jenis triangulasi data, yaitu 1)method trianggulation: pemeriksaan

konsistensi dari menemukan hasil dengan metode pengumpulan data berbeda;

2)trianggulation of source: pemeriksaan konsistensi dari sumber data berbeda

pada metode yang sama; 3)analyst trianggulation: menggunakan beragam

analisis untuk mengkaji ulang temuan; dan 4)theory/perspective:

menggunakan beragam perspektif atau teori untuk menginterpretasi data.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan theory/perspective, karena pada

penelitian ini yang dikaji adalah beragam perspektif dari other participant

terhadap key participant dan menganalisis fenomena berdasarkan beberapa

teori. Teori yang digunakan oleh peneliti adalah teori dominasi dan sibling

rivalry.

Pada triangulasi data peneliti juga melakukan cross checking

(pemeriksaan silang) dan comparing (membandingkan) konsistensi informasi

yang diperoleh pada saat yang berbeda dan dengan arti yang berbeda. Itu

berarti, 1)membandingkan hasil observasi dengan wawancara;

2)membandingkan apa yang orang katakan di depan publik dengan apa yang

mereka ungkapkan secara pribadi; 3)memeriksa konsistensi perkataan

seseorang terhadap sesuatu sepanjang waktu; 4)membandingkan perspektif

seseorang dari sudut pandang yang berbeda; dan 5)melakukan pemeriksaan

hasil wawancara terhadap bukti tertulis lain yang dapat menguatkan laporan

wawancara responden. Peneliti menggunakan kelima poin tersebut untuk

memeriksa keabsahan data.

Peneliti mempelajari akurasi, kelengkapan, kebenaran, dan validitas

dari analisis data dengan memiliki deskripsi individu dalam memberikan

reaksi pada fenomena atau peristiwa yang terjadi. Mendapatkan reaksi dari

responden untuk mengerjakan draft akan memakan waktu, tetapi responden

akan mungkin, 1)verifikasi bahwa Anda telah mencerminkan persepsi

mereka; 2)memberikan informasi pada bagian yang jika mereka publikasikan

dapat menjadi masalah personal bagi mereka atau alasan politik; 3)membantu

mengembangkan ide dan interpretasi baru (Glesne, 1999:152). Peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

38

melakukan klarifikasi tersebut dalam pelaksanaan wawancara. Kepekaan

peneliti menjadi kunci utama dalam melakukan klarifikasi data terhadap

lontaran atau reaksi partisipan terhadap pertanyaan peneliti.

Isu penting lainnya yang diperlukan dalam penanganan data kualitatif

adalah kerahasiaan (Glesne, 2006). Karena mempersonalisasikan para

partisipan penting untuk kontekstualisasi data dan untuk membantu pembaca

memahami konteks permasalahannya (Winarti, 2012). Kerahasiaan identitas

partisipan juga menjadi perhatian penting peneliti untuk menjaga privasi

mereka (Winarti, 2012). Maka peneliti menggunakan nama samaran atau

pseudonym untuk menggantikan nama asli partisipan dan setting lokasi

penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Analisis fenomenologi adalah berusaha untuk memahami dan

menjelaskan makna, struktur, dan esensi pengalaman hidup sebuah fenomena

bagi seseorang atau sekelompok orang (Patton, 2002:482). Pada kegiatan

analisis peneliti dapat membuat interpretasi dari persepsi. Bentuk interpretasi

dari persepsi memungkinkan lanskap muncul; demikian lanskap itu adalah

pemberian pribadi; persepsi peneliti nyata dalam kesadaran. Salah satu

langkah pertama dalam analisis data yang dikenal pada penelitian kualitatif

adalah epochè. Epochè adalah bahasa Yunani yang artinya menahan diri dari

menghakimi, menjauhkan diri atau menjadi abstain dari cara biasa

memahami sesuatu dalam keseharian. Epochè adalah proses di mana peneliti

terlibat dalam untuk menghapus atau setidaknya menjadi sadar dari

prasangka, sudut pandang atau asumsi mengenai fenomena di bawah

investigasi (Katz, 1987:36). Mengacu pada Ihde (1977), epochè

memburuhkan melihat pertimbangan dahulu dan pertimbangan dari apa yang

nyata atau hampir nyata ditangguhkan sampai semua barang bukti (atau

setidaknya bukti yang mencukupi) ditemukan atau termasuk di dalamnya.

Tahap selanjutnya setelah epochè adalah reduksi fenomenologi.

Dalam proses analitikal ini, peneliti bracketing out (keluar dari lingkupnya)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

39

ke dunia dan memperkirakan untuk mengidentifikasi data dalam bentuk

murni, tidak terkontaminasi dengan intrusi asing (Patton, 2002:485).

Bracketing (mengumpulkan) adalah istilah Husserls (1913). Dalam

bracketing, peneliti memegang fenomena terangkat untuk inspeksi serius.

Peneliti menggunakan kombinasi teori analisis data oleh Denzim (1989b:55-

56) tentang bracketing dan dua langkah analisis Moustakas (1994:28-32)

yaitu:

1. Mencari dalam pengalaman pribadi, atau self-story, frase kunci

dan pernyataan langsung pada fenomena dalam pertanyaan.

Pada penelitian ini peneliti menggali pengalaman pribadi yang

membuat peneliti peka terhadap fenomena yang teramati pada

key participant. Peneliti juga melihat pengalaman hidup apa

yang mempengaruhi key participant dalam bersikap dan

memberi respon pada lingkungan. Selain itu peneliti juga

melihat apa pengalaman hidup other participant yang

mempengaruhi tindakan dan respon mereka terhadap key

participant.

2. Menjelaskan perasaan di mana arah pengalaman kita. Menilik

kembali bagaimana fenomena yang teramati di sekolah,

perasaan dominan apa yang timbul dalam pengalaman tersebut.

Kemudian memilah perasaan dalam masing-masing

pengalaman menjadi sebuah konsolasi (pengalaman positif

yang berkesan) atau desolasi (kesepian rohani, kekosongan)

batin yang dialami peneliti.

3. Discerning (membedakan, memilah) beragam kesadaran yang

esensial atau mendasar bagi individu dari objek (nyata atau

khayalan) itu sebelum kita berada pada kesadaran tersebut

(noema). Hal ini dilakukan peneliti untuk menemukan makna

mendasar dalam setiap pengalaman dan fenomena yang terjadi

di lapangan. Makna mendasar tersebut menjadi alat refleksi dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

40

analisis akar permasalahan yang ada pada tiap peristiwa

maupun fenomena.

4. Menginterpretasi makna dari frase tersebut sebagai informasi

pembaca. Interpretasi makna peristiwa yang ditulis tidak

membatasi pembaca untuk dapat mengintepretasi secara

berbeda mengenai key participant dan other participant.

5. Memeriksa makna untuk apa mereka mengungkapkan tentang

hal essensi atau mendasar, mengulang fitur dari fenomena yang

dipelajari. Pada penelitian ini, peneliti menganalisis alasan key

participant dan other participant menceritakan pengalaman

hidup tertentu pada peneliti ketika wawancara.

6. Memberikan pernyataan tentatife atau definisi dari fenomena

dalam situasi essensial yang berulang terjadi pada idenfikasi

kasus pada tahap 4. Pernyataan tentatife ini sebagai highllight

bagi peneliti dan pembaca untuk melihat pola-pola perilaku apa

saja yang berulang dilakukan oleh key participant dan other

participant, serta fenomena atau peristiwa hidup apa yang

mempengaruhi perilaku atau respon tersebut.

Semua penjabaran lengkap dari tahap-tahap analisis data tersebut akan

dijabarkan oleh peneliti pada bab IV.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Data Penelitian

1. Key Participant

Putra adalah siswa kelas II B di SD Negeri Damai. Dia tidak

senang berinteraksi atau mengobrol dengan orang yang baru dikenal. Dia

senang bercerita tentang hal-hal apa saja yang sedang dia lakukan atau

kerjakan, yang dia sukai dan sudah berlalu, atau tentang kegiatan atau

materi pembelajaran yang sedang dia sukai kepada orang yang

menurutnya sudah cukup akrab. Peneliti mulanya tidak dapat

berkomunikasi dengan baik ketika awal mengenal key participant, namun

setelah beberapa kali mengajar di kelas key participant akhirnya dia mau

bercerita dan bahkan cenderung mencari perhatian peneliti dengan

mendatangi meja peneliti untuk mengajak ngobrol atau bahkan membuat

keributan di kelas saat peneliti mengajar.

Putra hanya beberapa kali mau memberikan jawaban terhadap

pertanyaan peneliti. Terkadang dia mengabaikan suatu pertanyaan. Berikut

adalah bentuk percakapan peneliti dengan Putra yang kerap tidak

ditanggapi:

Pertanyaan yang biasa dihindari key participant yaitu: Putra

mengapa kamu mengganggu temanmu? (saat dia tiba-tiba mengganggu

temannya yang belum selesai mengerjakan tugas) dia akan diam atau

mengabaikan pertanyaan peneliti dengan bernyanyi dangdut, Putra apa

yang kamu rasakah saat belajar di sekolah? Hanya diam atau lari

menghindar, Putra bagaimana perasaanmu kalau kamu diganggu oleh

temanmu? Menggelengkan kepala atau mengajak mengobrol tentang hal

lain, Putra mengapa kamu tidak mau menyelesaikan pekerjanmu?

Menatap peneliti dengan ekspresi wajah cemberut lalu pergi atau kembali

menunduk mengerjakan, Putra kenapa kamu senang mengganggu

temanmu? Tidak mau menjawab dan bermain dengan teman yang lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

42

atau semakin menjahili temannya, Putra dari mana kamu belajar lagu

dangdut? Dia menjawab dengan “nana nina” tanpa menatap saya dan

kemudian pergi, Mengapa setiap kali ibu mengajar kamu senang tiba-tiba

menyanyikan lagu dangdut? Membalas dengan menyanyikan lagu dangdut

dengan keras, Putra kamu sering bermain dengan kakakmu di rumah?

Menjawab dengan tertawa lalu pergi berlalu, Putra kakakmu itu orang

yang seperti apa? Menjawab dengan “Sena itu kakakku” lalu pergi

menjauh tanpa mengatakan hal lain, Apa perasaan Putra pada mama dan

papa? Hanya memandang wajah peneliti kemudian pergi tanpa

mengatakan apa pun.

Ketika peneliti menyakan hal lain ternyata key participant sangat

senang ketika diajak berbicara dengan topik hal yang sedang dia sukai saat

itu. Misalnya ketika pelajaran matematika pada materi perkalian bilangan

cacah 0-100, dia akan senang membahas soal bahkan meminta tambahan

soal ketika selesai mengerjakan. Jika kesenangannya terhadap topik tadi

dipotong dengan pembicaraan atau perkataan lain dia akan langsung pergi

atau tidak menjawab dan kemudian pergi atau meminta peneliti kembali

membahas topik yang dia sukai tadi. Apabila peneliti memenuhi

kenginginannya dengan kembali membahas topik tadi dia akan bertahan

sampai akhirnya bosan dan pergi tanpa mau menjawab pertanyaan lain

diluar topik itu.

Beberapa topik yang senang dibahas key participant yaitu, “Bu

kemarin aku habis berenang dikolam renang, aku ketemu Rio (psudonym)

di kolam. Aku bisa berenang lho bu”, “Bu lihat aku punya mainan baru

bagus lho bisa untuk sulapan kayak pak Dedi (lalu memeragakan cara

memainkan mainannya)”, “Bu aku tadi dikasih uang jajan Rp 10.000 sama

mama. Tak pakai untuk beli tempura, es krim, sama mainan, masih ada

sisanya aku simpen”, “Bu kemarin Ipn (psudonym) (teman sekelasnya)

habis kecelakaan lho, kepalanya benjol”, “Bu bajuku basah. Aku tadi pas

olah raga njorokin Arp (pseudonym) ke blumbang terus aku juga ikut

nyebur. Terus minggu depan aku gak boleh ikut olah raga sama pak Ian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

43

(pseudonym)”, “Bu aku mau sembunyi aja biar bisa bolos olah raga biar

aku bisa main yang lain”, “Bu aku bawa permen, ni untuk ibu satu”, “Bu

tadi malam aku nonton tv sampai larut malam. Aku berani nonton tv

sendiri”, “Bu Asf (psudonym) tu orangnya gampang marah. Aku ejek

sekali aja dia langsung marah. Dia juga nangis sambil teriak-teriak aku gak

suka .”, “Bu besok kalau piknik aku mau bawa HP”, “Itu tadi kakakku,

Eno, nganterin uang jajanku”.

Key participant selalu berubah menjadi pendiam dan menghindari

kontak mata ketika berkomunikasi saat key participant bersama ibunya.

Key participant akan cenderung lari menghindar saat peneliti dan ibu key

participant berinteraksi. Bahkan key participant tidak mau melakukan

kontak fisik (bersalaman atau diusap rambutnya) dengan peneliti saat ada

ibunya. Biasanya dia akan mengalihkan pertanyaan peneliti dan kemudian

membujuk meminta uang pada mamanya supaya dia bisa pergi atau

melakukan kegiatan lain. Putra kenapa kamu tidak mau menyapa ibu atau

menjawab pertanyaan ibu saat ibu sedang mengobrol dengan mamamu?

Tidak mau menjawab dan kadang hanya menatap peneliti dengan ekspresi

yang tidak peneliti pahami.

Peneliti pernah bertanya kepada key participant beberapa kali

“Kenapa kamu selalu menghindar saat ibu bicara dengan mamamu

Putra?”. Putra tidak pernah menjawab pertanyaan tersebut. Dia akan

berkata “Ma ayo cepetan pulang” setiap kali peneliti dan mamanya sedang

membicarakan dirinya.

Ketika key participant telah mengenal peneliti, dia sangat senang

berbuat jahil kepada peneliti. Misalnya mengagetkan peneliti dengan suara

bom kertas buatannya atau mendorong tiba-tiba. Dia juga akan sangat

senang tiba-tiba melontarkan cerita singkat atau ujaran kepada peneliti

disaat bertemu. Misalnya saat upacara, ketika peneliti lewat dan tidak

sengaja berada di dekatnya dia tiba-tiba bercerita bahwa kemarin ketika

hari minggu dia pergi berenang dan bertemu Rio (psedonym) ,teman

sekelasnya, di kolam renang. Ketika sudah mengenal peneliti dia juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

44

kerap memanggil nama peneliti ketika bertemu. Kadang memanggil

dengan sopan menggunakan bu, kadang langsung menyebut nama dengan

harapan peneliti bereaksi atas sikap atau ujarannya tersebut. Hal ini

terbukti dari sikapnya yang terus mengulang panggilan tersebut hingga

peneliti menoleh melihatnya atau menegurnya atau memanggil namanya.

Putra selalu ingin menjawab dan mengerjakan di depan kelas saat

peneliti memberi pertanyaan. Terkadang dia bisa menerima saat peneliti

menegurnya untuk memberi kesempatan kepada yang lain bisa bergantian

menjawab. Terkadang juga dia tetap keras kepala berusaha menjawab.

Ketika peneliti menunjuk teman yang lain, Putra akan protes “Bu aku dari

tadi udah ngacung kok gak ditunjuk”, “Gantian dulu sama teman lain ya

Putra. Tadi kan Putra udah jawab pertanyaan yang sebelumnya”, “Tapi

nanti aku juga mau jawab lho bu”. Terbukti dari sikap merajuknya setiap

kali key participant diabaikan. Dia akan meminta peneliti untuk

memberikan kesempatan kepadanya setelah peneliti memberikan

kesempatan pada yang lain terlebih dahulu.

Saat koreksi jawaban Putra tidak mau antri dan ingin didahulukan.

Jika peneliti bentak dengan keras dapat timbul dua kemungkinan sikap.

Pertama, dia akan menurut dan kemudian mundur. Kedua, dia akan

semakin menjadi dan malah membuat kerusuhan. Jika peneliti nasehati

dengan halus untuk antri dan menunggu giliran disamping peneliti setelah

peneliti mengoreksi pekerjaan anak lain yang antri sebelumnya dia akan

menurut dan menunggu. Namun jika dia merasa bosan menunggu dia akan

kembali merajuk meminta peneliti mendahulukan pekerjaannya, tidak

peduli lagi pada urutan dan antrian. Dia selalu mendahului temannya yang

lain untuk membantu peneliti membagikan pekerjaan siswa setelah

dikoreksi atau pun membagikan bacaan atau LKS yang perlu dikerjakan

masing-masing siswa.

Dia tidak tahan duduk tenang di kursinya dalam jangka waktu yang

cukup panjang. “Putra kenapa kamu menulis di meja depan. Ini temanmu

yang lain jadi ketutupan gak bisa liat papan tulis lho”, “Enggak kelihatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

45

bu kalau duduk”, “Keliatan Putra. (Lalu saya duduk di kursi Putra). Ni

ibu saja bisa lihat kok tulisan di papan dari kursimu. Memang tidak

kelihatannya gimana Putra?”, “Yah gak keliatan bu (Lalu dengan langkah

yang agak diseret kembali ke tempat duduk).” Lebih tenang dan tidak

membuat keributan ketika mengerjakan segala pekerjan (menulis,

mengerjakan soal) dengan duduk di dekat peneliti. “Sini aja Putra duduk

sebelah ibu daripada nutupin temennya.” Mengangguk dan duduk di

samping peneliti. Pada kesempatan lain saat Putra ribut dan peneliti

menegur (“Putra ayo mengerjakan jangan ganggu temennya terus”) Dia

akan mengambil buku dan alat tulis sambil mengadu kalau yang membuat

ribut adalah temannya, kemudian mengambil kursi dan duduk

mengerjakan disamping peneliti.

Suatu ketika peneliti pernah bertanya “Putra biasanya kamu kalau

di luar sekolah, misalnya di rumah, main dengan siapa?”, “Aku senang

main sama sepupuku bu, namanya Aldi dan Aldo (pseudonym). Mereka itu

enggak sekolah lho bu. Terus kita main naik motor keling-keling sekitaran

rumah”, “Lho kenapa mereka tidak sekolah?”, “Ya gak sekolah aja

pokoknya”, “Itu saudaramu dari siapa nak? Maksudnya dari keluarga

bapak atau ibu?”, “Anaknya om sama tante, eemm itu adeknya papaku

bu”, “Kamu kalau liburan senang main kemana?”, “Ke Jakarta bu,

sepupuku itu dulu tinggal di Jakarta. Kalau di Jakarta aku senang main ke

rumah simbah. Pokoknya aku senang pergi main bu”, “Owh dulu

sepupumu itu tinggal di Jakarta. Lalu kenapa kamu senang di rumah

simbah?”, “Ya senang lah bu, kan bisa liburan, bermain, jalan-jalan ke

monas”, “Lalu kalau liburannya di rumah saja senang tidak?”, “Ya gak

papa, kan sepupuku sekarang di Jogja, jadi aku bisa main kapan aja”,

“Kenapa sepupu pindah ke Jogja? Lalu di jogja sekolah tidak”, “Ya karna

orang tua nya punya rumah disini, dekat rumahku itu lho bu. Sekarang ya

juga gak sekolah”.

Berdasarkan keterangan dari wali kelas ayah key participant adalah

polisi dan ibunya pekerja rumah tangga yang juga berbisnis online shop.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

46

Uang saku Putra dalam sehari, ketika di sekolah, tidak pernah kurang dari

Rp 10.000 dan kadang masih ditambah bekal serta uang jajan tambahan

sepulang sekolah. Key participant kerap diantar sekolah dengan mobil

pribadi (bukan menggunakan mobil kedinasan polisi) oleh ayahnya. Saat

pulang bisanyanya yang menjemput adalah ibunya dengan motor, bisanya

ibu Putra akan pulang setelah Eno kakaknya selesai, sehingga mereka bisa

pulang berboncengan bertiga bersama. Ibu Putra aktif dalam paguyuban

orang tua dan ikut menyumbang dana saat ada acara di sekolah seperti

festival 17 Agustus.

Beberapa kali peneliti memergoki key participant mencontek

lembar jawab temannya saat ujian. Peneliti menegurnya lalu menghapus

jawaban key participant dan memintanya mengerjakan ulang. Key

participant awalnya berontak dan mengelak dituduh mencontek, namun

pada akhirnya key participant mau mengerjakan ulang. Dalam beberapa

perkelahian, peneliti sengaja tidak menegur key participant. Peneliti ingin

mengetahui bagaimana cara Putra menghadapi dan menyelesaikan

perkelahian. Ternyata, Putra akan berhenti berkelahi jika dia atau lawan

berkelahi ada yang menangis atau mengadu pada guru.

Peneliti mendapatkan informasi dari wali kelas bahwa key

participant tinggal kelas karena belum lancar membaca dan menulis.

Kemudian peneliti juga mendapatkan beberapa versi cerita dari guru kelas,

Bu Ina, dan guru kelas sebelumnya mengenai masalah key participant di

kelas IIA. Cerita yang peneliti narasikan adalah versi dari ungkapan

masing-masing.Sebelumnya Putra adalah salah satu murid kelas IIA. Di

kelas IIA dia dikenal sebagai siswa yang kerap jahil atau usil menggangu

teman saat kegiatan pembelajaran. Hingga suatu ketika perbuatan iseng

Putra membuat salah seorang temannya luka dan berdarah karena

dibenturkan kepala ke meja. Versi Bu Ely, dia telah mendamaikan kedua

siswa tersebut di sekolah dan menganggap kejadian tersebut hanya karena

ulang iseng Putra semata. Anak yang dipukul Putra itu bercerita kepada

orang tuanya dan akhirnya orang tua anak tersebut menuntut ke sekolah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

47

serta mengancam akan membawa kasus tersebut ke pengadilan. Bu Ely

mengungkapkan bahwa dia cenderung mendukung Putra karena bukankan

setiap anak pernah melakukan kesalahan dan patut dimaafkan. Pada

akhirnya kepala sekolah memtuskan bahwa Putra harus pindah ke kelas

IIB.

Sementara versi Bu Ina, menceritakan bahwa teman Putra yang

luka itu anak yang sombong dan kerap pamer karena ayahnya mantan

anggota DPRD. Lalu saat Putra ada masalah dengannya, anak tersebut

menyebarkan rumor ke teman-teman sekelas sehingga mereka menjauhi

Putra dan mengolok-olok Putra sebagai anak nakal yang kasar. Bu Ina

mengungkapkan bahwa sebetulnya dia berani saja jika masalah tersebut

dibawa ke pengadilan karena memiliki kepercayaan diri bahwa jabatan

suaminya di kepolisian bisa memenangkan mereka di pengadilan. Pada

akhirnya Bu Ina menerima keputusan ibu kepala sekolah untuk

memindahkan Putra ke kelas IIB.

2. Ibu Key Participant

Pak Doni menceritakan bahwa ibu key participant termasuk salah

satu yang paling sering menemuinya di sekolah. Peneliti sering melihat ibu

key participant datang ke sekolah dan berbincang dengan wali kelas key

participant. Ibu key participant dengan santai berkomunikasi dengan

peneliti meskipun peneliti baru mengenalnya di sekolah.

Ibu key participant mengungkapkan rasa kecewanya karena

anaknya tinggal kelas. Dia menceritakan bahwa dia berusaha kerasa

supaya anaknya dapat naik kelas di tahun ajaran ini. Dia mengusahakan

mendaftarkan Putra ke bimbingan belajar privat maupun kelas klasikal

setelah pulang sekolah. Biasanya Putra mengikuti les tambahan dengan

wali kelas secara klasikal untuk pendalaman materi. Sedangkan di rumah

biasanya dia akan kembali mengikuti les privat dengan wali kelasnya dulu

di kelas 2A. Dia pernah merasa trauma karena suatu hari sepulang sekolah

ketika dia menjemput Putra pulang dari les dari lembaga bimbingan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

48

belajar Putra nekat melompat dari motor ketika sedang dalam perjalanan

pulang. Beruntung Putra tidak luka parah dan tidak ada patah tulang.

Semenjak itu dia tidak berani terlalu memaksa Putra mengikuti semua les

setiap hari tetapi juga memberinya waktu luang untuk bermain dan hanya

mengikutkan les dengan guru yang dia mau saja.

Bu Ina bercerita bahwa dia memiliki dua anak laki-laki yang sangat

berbeda sikap dan perilakunya. Dia mengakui bahwa Putra adalah anak

yang cerdas dan kreatif jika dibandingan dengan kakak laki-lakinya.

Kakak laki-laki Putra cenderung penurut dan tidak pernah protes kepada

orang tua. Dia bercerita bahwa anaknya memiliki kecenderungan untuk

bebas bermain dan berlaku sesukanya di rumah.

Putra jarang bertemu ayahnya karena ayahnya seorang polisi dan

sibuk bekerja. Ayahnya terlalu sabar pada Putra kalau menurutnya.

“Hanya saya yang cerewet dan menunggui anaknya belajar. Saya

mengakui bahwa semasa muda Saya juga anak yang jahil suka

mengganggu dan mengisengi temannya. Saya mengakui bahwa mungkin

sikap dan sifat anaknya juga menurun dari perilakunya. Setiap malam saya

selalu menunggui anaknya belajar sambil bermain HP kadang kala. Kalau

anaknya menegur Saya sedang bermain HP Saya akan mengatakan bahwa

saya sedang membalas pesan penting dengan guru kelas.” tutur Bu Ina

suatu ketika pada peneliti. “Ayah Putra jarang sekali menunggui Putra

belajar maka saya mengambil peran itu di rumah yaitu menunggui dan

mengawasi Putra belajar. Saya sangat rajin meminta soal dan materi ke

guru kelas. Tiap kali akan ada ulangan tematik Saya akan mencetak ulang

soal-soal dari buku tematik atau latihan soal untuk dikerjakan Putra di

rumah. Saya akan merasa bangga dan lega kalau banyak soal mirip yang

keluar di ujian sesuai yang dipelajari dan dikerjakan anaknya di rumah

sehingga nilainya bagus.” ujar bu Ina.

Bu Ina dan suami sudah sudah punya komitmen awal tentang

pembagian peran dalam keluarga. “Suami saya memilih menjadi tulang

punggung yang akan mencari nafkah dan mencukupi kebutuhan finansial

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

49

keluarga, sedangkan saya bertanggungjawab penuh pada masalah anak

(mendidik, mengasuh, merawat, dsb).” ungkap Bu Ina pada peneliti. “Saya

kadang merasa kesal dan capek juga karena mengurus anak bukan

pekerjaan sepele. Saya alami sendiri bahwa mengurus anak sangat sulit.

Ayah Putra hanya akan turun tangan kalau saya bilang bahwa perilaku si

Putra sudah kelewat batas dan saya tidak bisa tangani sendiri.” tutur bu

Ina. “Misalnya kasus kemarin itu, dia menyembunyikan tas temannya. Dia

cerita ke saya sepulang sekolah, anak saya bilang gini, Mah tadi aku habis

berkelahi sama Vinca lalu tas nya aku sembunyikan. Mama diminta

ketemu Pak Dodi. Lalu karena saya sudah emosi jadi saya minta suami

saya yang menemui wali kelasnya. Setelah itu ya suami yang menemui

guru sampai Putra mengembalikan tas yang dia sembunyikan itu.” ujar Bu

Ina.

Bu Ina berujar, “Ya sebenarnya saya dan suami itu dibesarkan di

keluarga dengan didikan yang keras. Suami saya bisa marah ke anak-anak.

Sekalinya marah anak-anak pasti takut. Tapi ya itu dia tidak mau ambil

bagian di urusan mengasuh anak-anak. Dia konsisten sih karena selalu bisa

mencukupi kebutuhan finansial kami.”

Bu Ina kurang yakin dan puas dengan guru kelas Putra yang

sekarang. Tadinya sebelum tidak naik kelas Putra adalah siswa kelas IIA

dengan wali kelas Bu Ely. Semenjak ada konflik dan permasalahan dengan

teman satu kelasnya dan Putra dipindahkan ke kelas IIB Bu Ina merasa

kecewa. Bu Ina kerap khawatir kalau sudah dihubungi oleh Pak Dodi wali

kelas IIB karena biasanya itu merupakan sinyal kalau Putra membuat onar

atau masalah di sekolah. “Pak Dodi sering mengatakan hal negatif tentang

Putra, saya merasa bahwa anak saya selalu dikatakan paling kurang dan

tertinggal dalam mata pelajaran di kelas padahal kalau saya melihat hasil

ujian anak saya tidak terlalu buruk dan merasa bahwa pasti teman-teman

Putra juga ada yang kesulitan belajar. Saya juga merasa tingkat

kedisiplinan Putra menurun karena Pak Dodi bukan tipe yang tegas dan

keras saat mengajar di kelas.” tutur Bu Ina.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

50

Bu Ina merasa saat ini Putra masih mendapat diskriminasi di kelas

dan dari guru kelasnya yang menyatakan bahwa Putra anak paling bandel

dan pembuat masalah di kelas. “Seperti masalah waktu itu yang dia

merobek buku catetan temannya. Dia cerita ke saya kalau habis merobek

buku temannya. Ya saya marahi dia, tapi saya senang karna dia itu

anaknya jujur. Tapi sebenarnya si Auf temannya yang dia robek kertasnya

itu juga pernah balas robek buku catatan anak saya. Masalahnya yang dia

robek itu bagian yang ada catatannya. Padahal anak saya kalau merobek

pasti kertas kosong, ya meskipun tetap saja tindakan itu tidak dibenarkan.

Tapi kan tuduhan Pak Dodi itu kurang tepat, karena saya rasa anak-anak

lain juga punya kenakalan terhadap anak saya.” ujar bu Ina kepada

peneliti.

Bu Ina bercerita, “Saya merasa kesal saja terkadang kalau Pak

Dodi bilang anak saya nakal, karena saya yakin kalau di kelas pasti ada

teman-teman Putra yang juga nakal kan. Sebetulnya masalah anak saya itu

bermula waktu di kelas Bu Ely anak saya itu iseng memukulkan kepala

temannya ke meja sampai berdarah. Sebetulnya dia berbuat begitu juga

ada alasannya. Karena temannya itu sering mengadu ke orang tuanya

mengatakan bahwa anak saya nakal, lalu dia juga menghasut teman

sekelasnya menganggap anak saya nakal. Nah Putra itu meskipun seperti

itu dia jujur anaknya. Dia pasti cerita ke saya masalah apa saja dengan

jujur. Ya dia ceritakan juga tentang temannya itu dan alasan dia

melakukan itu ke temannya. Tapi orang tua si anak itu yang tidak terima

dan mau menuntut saya. Katanya sih orang tua anak itu anggota DPRD.

Sebenarnya saya berani aja orangnya, mau dibawa ke pengadilan silahkan,

saya tidak takut. Tapi lalu Bu Ely ini yang menenangkan saya, minta saya

mengalah saja. Akhirnya anak saya pindah kelas ke kelas IIB itu. Saya

tetap meminta Bu Ely yang mengajar les privat anak saya, karena saya

percaya sama dia, dia udah kenal anak saya juga.”

Bu Ina berujar bahwa dia trauma anaknya tidak naik kelas, juga

karena tiap Putra membuat masalah dia di panggil ke sekolah. “Makanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

51

saya selalu tanamkan rasa malu ke dia supaya kejadian seperti ini tidak

terulang lagi. Dia juga mulai ada rasa malu lihat teman temannya yang lain

naik kelas tapi dia masih di kelas II. Ya memang lama proses dia sadar,

tapi saya yakin dia bisa. Saya mau kritik Pak Dodi juga gimana ya, dia

emang orangnya begitu. Yasudahlah maka saya tetap percayakan les privat

ke Bu Ely. Saya malah lebih percaya Bu Rahma (peneliti) atau guru-guru

PPL yang mengajar anak saya daripada Pak Dodi.” tutur Bu Ina kepada

peneliti.

3. Guru-Guru yang Berinteraksi dengan Key Participant

3.1 Pak Dodi (wali kelas II B)

Peneliti mengenal Pak Dodi karena pernah melakukan obervasi

pengajaran di kelasnya. Beliau adalah orang yang senang bercerita, karena

setiap kali peneliti hanya bertanya satu hal dia akan menceritakan banyak

hal yang terkadang tidak ada kaitannya dengan pertanyaan awal peneliti.

Dia kerap menceritakan berbagai hal secara acak sesuai dengan apa yang

ingin dikatakannya. Mulanya peneliti kira dia adalah orang yang pendiam

karena ketika awal perkenalan di penerjunan PPL beliau hanya berbicara

sangat singkat dan tidak mengobrol dengan sesama guru lain serta

langsung meninggalkan ruangan begitu acara selesai. Ternyata beliau

senang berkelakar dan melontarkan candaan spontan saat bertemu. Gaya

bicaranya akan sulit dipahami jika yang mendengarkan tidak fokus karena

dia berbicara dengan tempo yang cepat dan dengan suara lirih serta

artikulasi yang kurang jelas.

Dalam perbincangan melalui whatsapp terkadang beliau membalas

pesan dengan singkat tetapi tidak menjawab semua pertanyaan, misalnya

ada dua pertanyaan dalam satu pesan dia hanya akan menjawab secara

jelas salah satu pertanyaan. Terkadang juga beliau tidak membalas pesan

yang berisi pernyataan seperti ucapan terima kasih atau permohonan maaf.

Saat di depan kepala sekolah dia sangat patuh, karena kerap kali selama

kami PPL dan berda di ruang guru beliau dipanggil oleh kepala sekolah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

52

Peneliti merasa cukup kesulitan mendiskripsikan beliau. Beliau

adalah lulusan SMA, namun tercatat sebagai PNS dan mengabdi cukup

lama di SD Negri Damai. Dalam suatu perbincangan di kelas beliau

menceritakan bahwa dia adalah guru yang juga pengusaha. Dia

mempunyai banyak usaha bisnis yang dikelola secara mandiri dan

mengatakan bahwa mempunyai banyak kenalan orang dinas. Beliau kerap

izin untuk keperluan pekerjaan sambilannya. Dia mengatakan bahwa

pekerjaan sambilannya menghasilkan lebih banyak daripada pekerjaan

utamanya sebagai guru. Namun dia tidak memberikan alasan yang cukup

jelas mengapa masih bertahan sebagai guru, dia hanya mengatakan sekilas

tentang masih ada ikatan kerja atau karena tuntutan. Beliau juga pernah

bercerita bahwa di sekolah tidak ada yang berani mengusik beliau bahkan

bu kepala sekolah padahal beliau kerap absen finger print. Pernah pada

suatu ketika dia dipanggil oleh bu kepala sekolah dan ditegur mengenai

finger print yang seharusnya wajib dilakukan karena untuk laporan ke

dinas dan seragam yang digunakan beliau juga kerap tidak sesuai dengan

jadwal seragam di sekolah. Beliau tidak membalas teguran kepala sekolah

tersebut dan hanya menjawab dengan tertawa serta dengan bahasa krama

(bahasa jawa halus) mengiyakan teguran tersebut.

Ketika peneliti bertanya tentang bagaimana beliau menangani

Putra di kelas, beliau menganggap bahwa Putra adalah anak yang berbeda

dan spesial. Dia sengaja menjadikan Putra sebagai ketua kelas supaya dia

belajar bertanggunjawab. Situasi yang peneliti lihat justru sebaliknya,

jabatan ketua kelas yang melekat pada dirinya tidak menjadikannya lebih

bertanggungjawab. Ketika memimpin doa dia masih bergurau, bahkah

ketika ditegur dan diingatkan oleh Pak Dodi bahwa dia ketua kelas dan

harus memberi contoh baik dia masih mengulangi perbuatan jahil atau

iseng di kelas. Dia memiliki penilaian tersendiri terhadap masing-masing

muridnya. Misalnya karena Putra dan Auf kerap berkelahi ketika bermain.

Auf kerap menangis setelah berkelahi dengan Putra, namun menurut

beliau kadang Auf itu hanya mencari pembelaan karena Auf adalah anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

53

yang pintar berdalih dan suka berbohong. Awalnya peneliti ragu, namun

akhirnya peneliti pernah mengalami dibohongi oleh Auf ketika dia

merobek buku temannya dan mengaku kepada peneliti bahwa dia tidak

melakukannya tetapi peneliti melihatnya. Menurut beliau juga ibu Putra

terlalu sering meminta waktu berkonsultasi dengannya. Tetapi menurutnya

yang dibutuhkan Putra hanyalah kedisiplinan.

Pernah dalam suatu kesempatan ketika akan ada kunjungan

pengawas sekolah peneliti diminta membantu menghias kelas dengan

menempel hasil karya anak-anak. Dia mengatakan bangga bahwa masih

menyimpan hasil-hasil karya anak-anaknya dari tahun ke tahun sehingga

bisa dipajang untuk menghias kelas. Beliau juga meminta peneliti

menempelkan hasil karya anak-anak ketika peneliti mengajar SBDP.

Ketika peneliti sedang membantu menuliskan struktural pengurus kelas

untuk tempelan di dinding beliau bercerita bahwa guru-guru lain disekolah

ini biasanya tidak sempat menata dan menghias kelas seperti dirinya

karena tidak menyimpan hasil karya anak. Dia mengatakan bahwa dahulu

generasi orang tua nya adalah guru SD namun dia merasa bahwa jika

hanya bekerja sebagai guru SD dia tidak akan berkembang maka dia

mempunyai berbagai bisnis. Peneliti kurang begitu paham bisnis apa yang

dimilikinya karena beliau kerap berbicara acak jika menyangkut pekerjaan.

Beliau lalu membicarakan teman-teman guru nya yang lain di sekolah.

Menurutnya semua guru-guru lain yang sudah PNS itu enak kerjanya

karena memang anak-anak orang kaya sedangkan dia bisa menjadi PNS

karena usaha dan jerih payah dari bawah. Misalnya saja dia pernah

membandingkan guru pamong kami, Pak Idi, yang mempunyai mobil dan

faslitas lain memang karena dia orang punya. Dia mengatakan bahwa

sejak kecil sudah dididik untuk bekerja keras. Bahkan dia bercerita bahwa

ayahnya meninggalkan keluarganya semenjak dia masih kecil.

Dia juga pernah bercerita bahwa dia adalah salah satu guru yang

membangun relasi kedekatan dengan orang tua siswa seperti menerima

konsultasi di sekolah. Dia juga kerap mengikuti lomba menulis atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

54

mendongeng dan biasanya dalam waktu mepet atau singkat membuat

materi tapi hasil akhirnya dia bisa menang. Pernah suatu ketika beliau

menang dalam perlombaan mendongeng tingkat kabupaten dan juara

kedua. Sehari sebelum lomba beliau bercerita kepada peneliti bahwa

belum menyelesaikan draft narasi mendongeng dan mengatakan bahwa dia

bisanya baru akan membuat saat sudah hampir lomba. Lalu kepala sekolah

juga memanggil beliau untuk menanyakan kesiapan lomba dan beliau pun

menejelaskan segala yang disiapkan serta inovasinya dalam perlombaan.

Kemudian H+1 setelah perlombaan kepala sekolah kembali memanggil

beliau. Beliau memberi selamat sekaligus mengkritik karena beliau tidak

juara pertama. Kepala sekolah juga mengkritik draft naskah dan performa

beliau yang menurutnya kurang maksimal karena terlau berbelit atau

kurang sederhana dan inti cerita tidak langsung dapat ditangkap. Tentu

saja peristiwa tersebut membuat peneliti berpikir dua kali bahwa ada

perbedaan antara kenyataan dengan apa yang dikatakan beliau kepada

peneliti.

Sempat terjadi misskomunikasi antara peneliti dengan teman-

teman PPL karena beliau. Jadi ketika peneliti dan Mana (pseudonym)

observasi dan akan mengajar di kelas IIB beliau meminta supaya hanya

kami berdua saja yang praktek mengajar di kelas IIB. Permintaan tersebut

kami konfirmasikan ke teman teman sekelompok dan menuai kritik untuk

konfirmasi dengan pak Ade (pseudonym). Namun karena kesibukan

akhirnya konfirmasi baru terjadi awal agustus. Ketika peneliti klarifikasi

dengan Pak Dodi di depan teman-teman yang lain beliau dengan ringan

menjawab bahwa boleh saja semua mengajar di kelas beliau. Tapi kembali

terulang di minggu berikutnya ketika beliau ada keperluan kerja

sambilannya peneliti dan Permana lagi yang dihubungi, dan kepada

peneliti juga kembali mengungkapkan bahwa sebaiknya yang mengisi

kelas peneliti dan Permana saja. Akhirnya hal tersebut diketahui guru

pamong dan beliau mendapat teguran dari kepala sekolah. Anggapan guru

pamong ketika peneliti dan Mana diminta membuat soal ulangan tematik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

55

itu terlalu berlebihan, apalagi kalau kami mau praktek mengajar harus

mengajar full dua penggalan dalam sehari.

3.2 Bu Ely (Wali Kelas II A)

Bu Ely adalah guru kelas Putra ketika kelas IIA. Beliau adalah

seorang ibu yang memiliki dua putra. Putra sulungnya SD dan yang

bungsu masih TK. Suami beliau adalah karyawan dan pengajar di TK/KB

Gembira. Beliau biasanya pulang lebih awal dari guru lain karena

menjemput anaknya.

Peneliti jarang bisa mengobrol dengan beliau karena beliau

mengampu kelas A yang dalam pembagian kelompok PPL adalah wilayah

praktek mahasiswa SM3T. Beliau mau diajak mengobrol ketika ada waktu

luang atau ketika sedang ada kegiatan diluar sekolah. Saat pertama melihat

pola mengajar beliau di kelas pada awal PPL peneliti tukup tertegun.

Beliau memiliki wireless kecil di kelas yang digunakan untuk mengajar.

Semua murid duduk dengan pola dan aturan yang ditentukan bukan

memilih sendiri, serta posisi tersebut akan di rolling dalam waktu berkala.

Semua siswa diminta tenang selama pembelajaran dan yang ribut akan

langsung ditegur. Karena ruang kelas yang cenderung sempit dan siswa

yang banyak maka beliau jarang mengajar sambil berjalan keliling kelas.

Beliau bercerita bahwa kadang tidak memiliki waktu luang di

sekolah karena mengurus pekerjaan rumah dan anak bungsunya sangat

aktif sehingga perlu bimbingan. Meskipun anak bungsunya telah

dimasukan ke program daycare tetap saja beliau kekurangan waktu untuk

keluarga. Bu Ely menceritakan kepada peneliti bahwa lembaga pendidikan

suaminya adalah lembaga yang bagus karena menggunakan kurikulum dan

sistem pendidikan yang sesuai dengan minat bakat anak. Maka beliau

tidak mau menekan anaknya untuk menjadi seperti yang dia inginkan,

yang penting mau belajar dan senang bersekolah.

Anak Gembira, lembaga pendidikan tempat kerja suaminya, itu

disebutnya menggunakan kurikulum internasional meskipun tidak penuh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

56

karena biaya pembelian brand nya mahal. Dia merasa bahwa saat ini

lembaga pendidikan TK dan PAUD sedang sangat dibutuhkan. Biaya

sekolah di Anak Gembira memang mahal, namun dia merasa bahwa

kualitas yang diberikan setara. Dia juga merasa bahwa gaji dan pendapatan

suaminya cukup serta sesuai dengan tuntutan kerjanya. Demikianlah yang

diceritakan beliau selama peneliti mengobrol membahas mengenai

tanggapannya terhadap pendidikan di sekolah.

Ketika peneliti tanya bagaimana tanggapan pengalaman beliau

dahulu ketika mengampu sebagai guru kelas Putra, dia sempat menolak

memberikan keterangan lebih lanjut dengan mengatakan bahwa dia tidak

tahu banyak karena sebenarnya dia hanya menjadi guru kelas Putra selama

kurang lebih satu semester karena Putra memiliki masalah di kelas lalu

dipindahkan ke kelas IIB dan keputusan dia tidak naik kelas juga ketika

dia sudah ada di kelas IIB. Namun pada kesempatan berikutnya akhirnya

beliau mau menceritakan permasalahan Putra dengan memberikan prolog

pengalaman mengajarnya dahulu. Beliau bercerita bahwa sudah mengajar

di SDN Damai kurang lebih 15 tahun. Dia sudah pernah mengalami

mengajar di kelas empat, tiga, lima, dan yang paling lama memang masa

mengajarnya di kelas dua. Dia mengakui bahwa belum cukup bisa

menghadapi kelas bawah terutama kelas 1. Tetapi semenjak terbiasa

mengadapi anak bungsunya yang cukup aktif dia belajar bisa mulai

memaklumi kenakalan anak.

Dia merasa bahwa menghadapi dan mengatasi anak kelas bawah

memang tidak mudah. Beliau mengakui bahwa anak-anak kerap berkelahi

dan membuat onar di kelas terutama saat dia tidak bisa mengajar atau

menunggui di kelas karena tugas dinas atau diklat. Dia menekankan bahwa

mengajar adalah masalah hati, ketika sudah bisa menaruh hati pada anak

maka senakal dan sebandel apa pun anak tersebut pasti akan kita maafkan

dan bimbing terus supaya menjadi lebih baik dari hari ke hari. Beliau

bercerita bahwa di kelasnya kerap mendapat dan menghadapi anak yang

dianggap bermasalah karena kurang perhatian keluarga atau tinggal kelas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

57

atau memiliki kepribadian yang memang berbeda dari teman sebayanya.

Dulu dia pernah sekali menghadapi seorang anak flores di kelasnya yang

mengalami bullying sekaligus kerap berkelahi dengan temannya. Cukup

lama beliau bisa mengajarkan anak itu bagaimana beradaptasi dan

melakukan perlawanan dengan cara yang halus. Pada akhirnya anak

tersebut tetap dipindahkan sekolah oleh orang tuanya karena tinggal kelas.

Berdasarkan cerita Bu Ely, Putra adalah anak yang spesial

menurutnya karena sangat aktif bergerak ketika pembelajaran. Putra bukan

tipe anak yang bisa dimarahi atau disindir, dia hanya butuh ditegasi tapi

tidak dengan kasar. Kasus yang pernah menimpanya di kelas adalah ketika

itu dia iseng mengganggu temannya Asy di kelas dengan memukulkan

kepala Asy ke tembok dan mengakibatkan hidungnya berdarah. Ketika itu

Bu Ely menganggap keisengan Putra memang patut ditegur namun luka

Asy salah satu faktor ketidaksengajaan, karna tentu dia yakin Putra tidak

memiliki niat sama sekali untuk membuat Asy luka hingga berdarah.

Peristiwa tersebut ternyata tidak diterima dengan baik oleh pihak keluarga

Asy. Kedua orang tua Asy menuntut ke sekolah dan meminta supaya Putra

dihukum dengan dipindahkan ke kelas lain.

Ketika itu dia berkata sampai menangis memohon kepada kedua

orang tua Asy untuk bersabar, toh anaknya juga pada akhirnya akan

sembuh dan selama ini juga teman-temannya tidak ada yang mengejek.

Kebetulan ayah Asy adalah pejabat di dinas dan mengancam akan

menuntut masalah tersebut ke pengadilan jika tidak diselesaikan dengan

memindahkan Putra ke kelas lain. Ayah Putra yang seorang polisi

khawatir juga kalau masalah ini akan dapat mengganggu pekerjaannya,

maka meskipun ibu Putra bersikeras berani menghadapi akhinya Putra

dipindahkan juga. Yang membuat Bu Ely sangat terpukul adalah dengan

sikap kedua orang tua Asy yang menurutnya keterlaluan. Peristiwa itulah

yang justru menjadi teror bagi anak-anak, banyak teman-teman Putra jadi

membullynya dan memandangnya berbeda. Dari situlah timbuh anggapan

dan stereotipe bahwa Putra adalah anak nakal yang suka menggangu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

58

temannya, ditambah lagi kasus tinggal kelasnya membuat Putra semakin

sering di bully.

Bu Ely merasa tidak dapat selalu mengawasi dan mendampingi

Putra karena dia memiliki 31 anak didik lain di kelas yang juga harus

diperhatikan. Kekecewaan terbesarnya adalah karena ketidakmampuannya

melindungi anak didiknya padahal dia sudah merasa bisa mengenal dan

mendidik Putra saat itu. Maka kekecewaannya itu dia tebus dengan tetap

mau menjadi guru les privat Putra dan masih menerima konsultasi dari ibu

Putra. Dia turut andil membantu Putra mengejar ketertinggalannya

menulis dan membaca. Dia sampai membelikan buku-buku dongeng

bergambar untuk bahan bacaan Putra di rumah. Beliau berpesan pada ibu

Putra untuk selalu membiasakan Putra membaca buku. Tidak harus selesai

satu cerita dalam sehari, cukup membiarkan Putra membaca seberapa yang

dia mau baca dalam sehari tetapi harus urut dan harus sampai selesai

membaca satu buku baru boleh berganti buku cerita lain. Untuk

menulisnya dia menekankan bahwa Putra harus bisa menulis huruf cetak

dengan benar. Yang penting bentuk huruf dan mengejanya sudah betul,

tidak harus rapi. Setelah bisa lancar menulis baru dituntut untuk menulis

rapi. Sedangkan untuk menulis tegak bersambung sudah bukan wewenang

beliau lagi yang harus mengulang mengajarkannya tetapi itu weweang

guru kelasnya sekarang yang harus mendampinginya.

Beliau mengatakan bahwa bentuk dan model tulisan Putra

bergantung pada moodnya dan sebenarnya bisa menjelaskan perasaannya.

Kalau dia sedang senang dan tertarik mengerjakan pasti tulisannya akan

nampak lebih rapi dan teratur serta menjelaskan dengan lengkap. Kalau

dia sudah malas pasti tulisannya besar-besar dan penuh coretan di

kertasnya.

Peneliti menanggapi dengan bercerita pengalaman peneliti dengan

Putra di kelas dan bagaimana sikapnya di kelas. Peneliti meminta pendapat

beliau tentang bagaimana gaya mengajar Pak Dodi, guru kelas Putra

sekarang, terhadap Putra. Beliau menolak berpendapat dengan beralasan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

59

bahwa gaya mengajar masing-masing dosen memang beragam dan tentu

memiliki alasan masing-masing dalam memberikan treatment pada anak.

Peneliti menceritakan bagaimana perilaku Putra ketika peneliti

mengajar yang senang berjalan-jalan dan mengerjakan di dekat meja guru

dibanding di bangkunya sendiri kalau bangkunya jauh dari papan tulis dan

meja guru. Beliau berpendapat bahwa itu karena peneliti, guru PPL, yang

mengajar. Dia berpendapat bahwa Putra senang meminta perhatian

terutama karena peneliti bukan guru kelasnya dan jarang bertemu maupun

mengajarnya sehingga dia cenderung meminta diperhatikan lebih oleh

peneliti. Peneliti juga harus lebih tegas kepada Putra supaya tidak menjadi

kebiasaan untuk terus menerus diperhatikan. Menurutnya peneliti harus

belajar menangani Putra dengan sabar dan telaten untuk memberinya

pengertian dan tanggungjawab lebih.

3.3 Bu Is (Wali Kelas I B)

Bu Is bukanlah wali kelas Putra, tetapi peneliti mendapatkan cukup

banyak cerita dari persepsinya terhadap Putra. Meskipun bukan wali kelas,

bu Is tahu dan mengenal Putra karena mengetahui permasalahannya

dahulu dengan teman sekelasnya. Menurut pendapatnya, Bu Ely dikenal

sebagai guru yang subjektif. Berdasarkan cerita Bu Is, ternyata ketika

terjadi insiden dan diputuskan bahwa Putra harus pindah ke kelas IIB, Bu

Ely ikut serta pindah kelas. Bu Ely minta bertukar menjadi wali kelas IIB

dengan Pak Dodi. Namun akhirnya pertukaran itu hanya terjadi selama 1

minggu.

Menurut Bu Is, sebagai guru selain memperhatikan muridnya

seharusnya juga bisa bersikap netral. Bagi Bu Is sikap Bu Ely dirasa tidak

netral karena cenderung memihak pada orang tua Putra. Bu Ely

berpendapat bahwa Bu Is memang sudah dikenal sebagai guru yang

subjektif pada orang tua siswa. Salah satu kasusnya pernah terjadi ketika

ada kegiatan kunjungan museum kelas 1-3, salah satu orang tua kaya yang

dekat dengan Bu Ely menjadi sponsor dalam pembuatan kaos kelas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

60

Kemudian kaos itu hendak digunakan sebagai seragam saat kegiatan

kunjungan lapangan, namun hal tersebut dilarang oleh Kepala Sekolah

sehingga siswa kelas IIA tetap wajib menggunakan seragam. Ketika

peristiwa tersebut terjadi peneliti juga melihat perbincangan Ibu Kepala

Sekolah dengan wali murid sponsor kaos dan Bu Ely. Menurut kepala

sekolah, menbuat kaos kelas diperbolehkan, tapi selama masih dalam

kegiatan atau acara sekolah wajib menggunakan seragam.

Sedangkan Pak Dodi, menurut pendapat Bu Is memang merupakan

salah satu guru yang sering memenangkan perlombaan di bidang kesenian

seperti mendongeng, pidato, atau nembang. Cara bicara Pak Dodi memang

unik dan kadang sulit dimengerti, tutur bu Is pada peneliti. Menurut Bu Is

semua guru di sekolah sudah tahu tabiat Pak Dodi. Peneliti pernah

menceritakan pengalaman ketika di jam KBM (kegiatan belajar mengajar)

tiba-tiba Pak Dodi tidak berada di dalam kelas untuk menunggui

pembelajaran sehingga murid-murid membuat kegaduhan dan beberapa

anak keluar kelas, sampai akhirnya Pak Ian (psudonym) turun tangan

menertibkan anak-anak tersebut.

Peneliti melihat Pak Dodi tak lama kemudian keluar dari dalam

mushala sekolah. Menurut Bu Is, beliau biasanya pergi ke mushala untuk

tidur. Karena peneliti belum pernah melihat langsung kebenarannya maka

peneliti tidak membahas kembali hal tersebut. Bu Is menambahkan bahwa

guru-guru lain juga pernah melihat langsung kalau Pak Dodi tidur di

mushala saat jam KBM.

Bu Is juga menceritakan bahwa sebelumnya Pak Dodi adalah guru

mata pelajaran bahasa Inggris. Karena ada perubahan kurikulum KTSP ke

Kurikulum 2013 mulai dilaksanakan di kelas II, maka otomatis guru kelas

lebih diperlukan dibanding guru mata pelajaran tertentu. Akibatnya dua

guru bahasa Inggris mata pelajaran lain memilih resign karena belum

mengantongi persyaratan PNS dan kalah saing dengan Pak Dodi. Pak Dodi

sendiri bisa menjadi PNS karena ijazah S1 nya palsu dan diajukan ke dinas

tapi lolos ACC. Hingga akhirnya ijazah palsu tersebut ketahuan dan beliau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

61

ditegur Kepala Sekolah. Tetapi jabatan PNS nya tidak dicabut. Awalnya

peneliti meragukan cerita tersebut, tetapi di hari-hari selanjutnya peneliti

melihat di data guru bahwa memang riwayat pendidikan terakhir Pak Dodi

adalah SMA. Beberapa hari setelahnya pula Pak Dodi meminta peneliti

mengunggui UTS kelasnya karena dia akan ikut ujian tengah semester di

UT (Universitas Terbuka) Yogyakarta. Padahal benar bahwa di data guru

dan karyawan Pak Dodi tercatat sebagai PNS. Usut punya usut, saat

peneliti mengobrol dengan Pak Dodi dilain hari, beliau mengatakan bahwa

dirinya memiliki koneksi dan kedekatan dengan orang dinas. Menurutnya

koneksinya selama ini banyak membantu di berbagai hal. Namun beliau

tidak membahas kisahnya bisa diangkat menjadi PNS.

Sementara itu, pandangan Bu Is yang sekilas mengenal Putra hanya

menganggapnya anak-anak biasa yang wajar saja memiliki kenakalan atau

sifat jahil. Beliau lalu menyarankan peneliti bertanya langsung pada Bu

Arti wali kelas IA Putra. Menurut Bu Is pola didik Bu Arti sudah baik dan

bisa membangun karakter anak-anak didiknya, tetapi di kelas II

kebanyakan karakter anak-anak kurang terbangun sehingga di kelas

selanjutnya mengalami banyak hambatan dalam adaptasi.

3.4 Bu Arti (Wali Kelas II A)

Bu Arti (pseudonym) adalah wali kelas I Putra. Menurutnya, Putra

bukanlah anak yang nakal, tetapi dia memang jahil. Menurut Bu Arti,

ketika di kelas IA, dia merasa mengenal Putra bukan sebagai pribadi yang

aktif bergerak atau sulit diatur. Hanya saja daya konsentrasi atau fokusnya

rendah. Tidak banyak yang saya dapat dari wawancara dengan Bu Arti.

Beliau juga menolak berpendapat terhadap masalah yang dialami Putra di

kelas IIA atau faktor tinggal kelas di tahun ajaran sebelumnya. Baginya

hal-hal tersebut bukan menjadi ranah atau wewenangnya untuk

berpendapat. Peneliti menghargai keputusan tersebut sehingga tidak

menanggapi lebih lanjut pertanyaan lain seputar permasalahan Putra.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

62

Peneliti mengetahui ternyata beliau hendak dicalonkan menjadi

kepala sekolah periode berikutnya oleh dinas. Bu Arti juga kerap

membagikan makanan ketika merayakan sesuatu, seperti kesembuhannya

dari sakit beberapa hari dan ketika hari ulang tahunnya. Bu Arti pernah

berujar pada peneliti bahwa tugasnya di sekolah adalah mengikuti aturan

dan urusan administrasi yang berlaku, bukan untuk memberi pendapat atas

suatu kasus tertentu yang terjadi di sekolah. Apabila ada kasus pun, dia

memilih tidak ikut campur tangan.

3.5 Bu Tami (Kepala Sekolah)

Bu Tami (psedonym) sudah hampir tujuh tahun menjabat sebagai

kepala sekolah di SD N Damai. Beliau tidak pernah mengajar di kelas

karena memang bukan guru kelas dan rata-rata kelas K-13 hanya diisi oleh

guru kelas dan guru OR, Agama, serta Bahasa Inggris. Beliau kerap

menegur anak-anak kelas satu yang kerap berisik atau mondar-mandir

ruang guru. Beliau juga kerap menegur anak-anak kelas satu yang

ruangannya memang kebetulan di samping ruang guru untuk lebih tertib

menaruh sepatu.

Beliau kerap kali memanggil guru ke ruangannya untuk diajak

berdiskusi. Kadang tentang kegiatan sekolah maupun permasalahan di

kelas. Tak jarang beliau memarahi atau menegur performa guru di depan

kami mahasiswa PPL yang ada di ruangan itu dengan suara keras. Pernah

suatu ketika Bu Us, guru agama, dipanggil karena izin tidak masuk

sekolah, meskipun hari itu memang tidak ada jadwal mengajar. Dengan

terang-terangan beliau bertanya apa alasan tidak masuk tanpa surat izin

resmi. Pernah juga saat akan supervisi Bu Us ditegur karena RPP

(Rancangan Pembelajaran) buatannya hanya menggunakan RPP tahun lalu

dan salah. Biasanya setelah menegur guru beliau akan berbicara kepada

kami susahnya mengatur guru tua yang suka sewenang-wenang di sekolah.

Menurutnya guru-guru yang sering dia panggil adalah pembangkang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

63

Pernah suatu ketika saat upacara bendera dia menegur Putra di

depan semua guru dan murid. Alasannya karena dia terlihat mengobrol

dengan temannya padahal dia berada di barisan terderpan. Lalu dia

menegur dengan menyindir Putra “Tolong kalau upacara jangan ribut

sendiri. Kamu ketua kelas IIB kan. Kamu ini sudah tinggal kelas kok

masih ribut. Kamu mau tinggal kelas lagi di kelas II. Anak-anak semua

jangan mencontoh sikap anak ini ya, dia ketua kelas, tidak naik kelas dan

suka membuat onar”. Teguran tersebut bukannya membuat Putra tenang,

justru dia menunduk seperti menahan emosi karena saya hanya melihat

raut wajahnya sekilas dan tangannya yang mengepal.

Baru ketika akhir-akhir akan penarikan saya dan teman-teman

mendapat banyak cerita tentang ibu kepala sekolah. Bagaimana kerasanya

beliau kepada orang yang dibenci dan beliau kerap korupsi. Hal itu sempat

saya pikirkan juga karena beliau kerap menyuruh kami mengisi nota

kosong dengan catatan keuangan yang dia tulis di kertas corat-coret. Uang

konsumsi guru yang dulu di awal tahun dia menjawab selalu digunakan

membelikan makan siang guru semakin lama tidak pernah ada. Kami juga

jarang melihat para guru datang ke ruang guru kecuali untuk bertemu

beliau. Guru-guru mengatakan bahwa mereka sudah lelah diperlakukan

terkadang kurang manusiawi. Misalnya saja diminta berbohong soal harga

barang-barang inventaris kelas atau ditegur secara berlebihan terus

menerus.

4. Teman-Teman dan Kakak Laki-Laki Key Participant

Perilaku dominasi dapat terjadi dimana saja, selama kita masih

hidup dalam masyarakat tentu kita menemukan pola-polanya (Scott,

1990). Teman sebaya adalah salah satu bagian dalam lingkup pergaulan

kita. Bagaimana yang terjadi bila kita belajar di lingkungan dengan

teman-teman yang tidak lagi sebaya dengan kita? Situasi itulah yang

dialami Putra. Karena dia pernah tinggal kelas dan akhirnya kini belajar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

64

dan bersosialisasi dengan teman-teman yang beberapa berusia lebih muda

dibanding usianya.

Bagaimana respon teman-teman sebayanya yang telah naik kelas

terhadapnya? Atau bagaimana keterlibatan peran kakak laki-laki nya

dalam pergaulan Putra di sekolah? Bagian ini akan membahas persepsi

teman-teman Putra terhadapnya dan respon mereka pada perilaku Putra.

4.1 Inka

Ada salah seorang siswi di kelas yang bernama Inka (psedonym)

yang kerap diganggu oleh Putra. Inka kerap kali melepas sepatu saat

pembelajaran di kelas dan menginjak tas nya. Peneliti pernah beberapa

kali menegur Inka “Inka kenapa kamu tidak pakai sepatu di kelas?”

Kadang hanya tersenyum atau menjawab singkat “Mau dilepas aja bu”

“Tapi teman-teman mu yang lain memakai sepatu lho di kelas. Pak Dodi

juga sudah sering mengingatkan Inka kan untuk pakai sepatu di kelas. Ini

juga kenapa tas nya di injak-injak Inka?” “Gak papa bu. Tas nya itu sudah

jelek!” Pernah suatu kali peneliti menegur siswi tersebut, sontak Putra

langsung berteriak “Huuuuuu, ra gelem ngganggo sepatu” yang kemudian

diikuti sahutan teman-temannya. Dia baru akan berhenti saat peneliti

menegur semua anak yang lain untuk diam dan tidak ada yang menirukan

atau mengikuti perbuatannya lagi. Atau dia akan berhenti saat peneliti

menegurnya langsung, Inka menangis, dan teman-teman sekelasnya ganti

menyoraki dirinya. Kadang disaat seperti itu dia bisa tiba-tiba memukul

teman di dekatnya yang juga menyorakinya.

Inka beberapa kali sempat mengadu kepada peneliti “Bu Putra tu

lho ngece-ngece aku terus” “Lha kenapa In? Memangnya Putra kamu

mengejek apa hayo?” “Kui lho bu, Inka gak pake sepatu, cekeran kayak

ayam” “Tuh kan bu Putra ngece ngece aku bu” “Yasudah, ayo Putra tidak

usah dilanjutkan lagi. Inka kamu kalau tidak mau diejek Putra ya dipakai

sepatunya to” Inka biasanya tidak akan protes lagi, hanya tersenyum

menatap peneliti sambil mulai mengenakan sepatunya. Kadang Putra yang

mengadu pada peneliti tentang Inka “Bu, itu lho Inka gak pakai sepatu lho

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

65

bu” Jika peneliti mendukung pernyataan tersebut seperti dengan jawaban

“Iyo po Put? Ya nanti ibu lihat” atau “Ya sebentar nanti ibu beri tahu”

dia akan menjadi senang dengan menanggapi “Iya bu marahin aja bu”

Hingga akhirnya peneliti merubah pola menanggapi Putra, karena Inka

memang tidak nyaman memakai sepatu di kelas dan menanggapi APut

hanya membuatnya semakin senang mengadu tentang Inka. Sehingga

peneliti menanggapi Putra dengan “Ya sudah tidak usah memberitahu ibu,

memang Inka nya yang tidak nyaman pakai sepatu di kelas Put” “Tapi kan

gak boleh kalau gak pakai sepatu di kelas kata Pak Dodi bu” “Ya sudah

kan yang tidak memperbolehkan Pak Dodi, kamu bilang sendiri sana

sama Pak Dodi” Akhirnya dia hanya akan tersenyum atau pura-pura

mengancam akan keluar dan bilang pada Pak Dodi, yang jika tidak peneliti

tanggapi makan tidak akan berlanjut. Inka juga kerap kali mengadu kalau

sering diganggu Putra. Salah satunya karena kerap dikejutkan Putra.

Putra juga senang mengganggu Inka karena Inka selalu heboh saat

dikejutkan atau tiba-tiba menjadi latah sehingga dia terus mengulang

gangguannya. Peneliti sempat beberapa kali menegur Putra “Put sudah to

jangan mengganggu Inka terus! Kamu belum selesai mengerjakan tugas

kan” Tapi hanya ditanggapi dengan tertawa dan kembali melakukan

keisengannya. Sampai akhirnya peneliti memberitahu Inka “Inka, sudah

kamu jangan teriak-teriak. Kalau tidak mau diganggu Putra yaa jangan

teriak-teriak, tidak usah panik atau malah menangis” “Tapi kan kaget bu”

“Ya berusaha supaya tidak terlalu heboh aja deh kalau digaketin ya.

Kaget tidak apa apa, tapi setelah itu tenang ya” “Ya tapi susah bu. Putra

aja yang dimarahi bu” “Kan sebelumnya Putra sudah ibu marahi tidak

ada efeknya kan. Nah sekarang Inka aja yang berusaha gak kagetan ya”

Tidak menanggapi peneliti dan pergi.

4.2 Arp

Ada seorang anak bernama Arp (pseudonym) di kelas yang selalu

menjadi salah satu teman yang kerap diganggu Putra. Arp adalah salah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

66

satu siswa yang paling lama saat mengerjakan tugas karena dia lebih suka

menggambar di kelas dibanding memperhatikan pelajaran. Peneliti sempat

beberapa kali menegur sikap Arp tapi dia tetap lebih sedang menggambar

dibanding belajar. Komunikasi verbal peneliti dengan Arp sangat minim

karena Arp lebih banyak menjawab “Tidak bisa” “Tidak tahu” “Enggak”

“Enggak mau” “Iya” “Tidak” “Bukan” “Bisa” untuk segala jenis

pertanyaan. Suatu ketika saat teman peneliti mengajar di kelas, dia

menegur Arp karena wajahnya coreng moreng penuh tinta hitam spidol

serta menyuruhnya keluar kelas untuk mencuci muka. Lalu ketika peneliti

bertanya “Siapa yang mencoreng-coreng mukamu Arp?” “Putra sama Ilmi

(psedonym) bu (menjawab sambil tersenyum dan menaham tawa)” “Lha

kamu kenapa mau wajahnya dicoreng-coreng begini Arp?” (Hanya

memandang peneliti sambil tertawa) Lalu peneliti bertanya pada Putra

“Put, kenapa kamu mencoreng-coreng mukanya Arp?” “Ya gak papa bu.

Kan permainan. Lucu kan bu wajahnya Arp. Dia juga cuma ketawa-

ketawa aja” Semenjak itu Putra dan Ilm kerap mengulang aksi corat coret

wajah Arp dan selalu mendapat teguran dari siapa pun guru yang mengajar

di kelas sehingga Arp, Ilm, dan Putra bisa mengambil peluang untuk

mencuci muka di wastafel depan kelas.

Pernah suatu kali peneliti membiarkan peristiwa itu hingga

akhirnya Arp pulang sekolah dengan wajah coreng moreng dan menuci

muka setelah ditegur ibunya. Di saat berbeda ketika pelajaran olah raga,

Arp diceburkan Putra ke kubangan kolam hingga basah kuyub. Arp tidak

membalas, bahkan peneliti mengamati saat Arp dijemput dan dimarahi

orang tuanya karena bajunya basah dan bau dia hanya menjawab tidak

tahu dan tidak mengatakan kronologis peristiwa yang dialaminya. Teman-

teman Putra mengadu kepada peneliti bahwa Putra dihukum tidak boleh

ikut pelajaran olah raga karena menceburkan Arp ke empang. Kemudian

Putra malah yang juga ikut memberitahu saya “Bu lihat bajuku basah lho.

Aku katanya gak boleh ikut olah raga lagi karna nyeburin Arp ke

blumbang”, Peneliti sempat bertanya pada Putra “Put kenapa kamu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

67

membuat Arp basah kuyup?”, “Lha soalnya dia berdiri di pinggir

blumbang, ya aku dorong aja sekalian. Lagian Arp juga gak marah kok

bu”, “Iya sih Put tapi kan baju nya jadi basah semua, padahal Arp tidak

bawa baju ganti lho”, “Ya gak papa bu. Kan habis ini juga pulang. Terus

si Arp gak boleh masuk kelas lho bu karna bajunya basah”, “Iya sih Put,

tapi kan jadi kotor semua bajunya kena lumpur dan kalian juga jadi gak

boleh masuk kelas karna basah kan. Lha terus siapa aja yang masuk

kolam kok Aul juga basah bajunya?”, “Kan aku tadi nyeburin Arp ke

kolam, terus aku ikutan nyebur aja. Si Aul juga ikut-ikutan tapi gak sampai

basah semua. Banyak kok bu yang ikut-ikut an nyebur kolam. Cuma Pak

Ian yang marah-marah karena jadi kelamaan main di kolam.”

Saat peneliti menunggui UAS di kelas ada fenomena baru dimana

Arp yang biasanya tidak melawan saat di ganggu oleh Putra hari itu

melawan balik. Perlawanan balik dilakukan secara verbal “Huu koe ki

nyebai yo (kamu tu menyebalkan ya). Isane mung ngono (bisanya hanya

begitu) huuu” “Apa koe (apa kamu) tak kandakke koe (saya adukan

kamu)” “Apa, aku yo isa (aku juga bisa) tak kandakke genti (saya adukan

balik) wanine mung ngandakke (beraninya hanya mengadu)” Diam tidak

membalas ucapan Arp dan kembali duduk di kursinya. Memukuli Putra

dengan terus mengatakan (apa koe (apa kamu) wani ra (berani tidak) gelut

wae yo (berkelahi saja yo) Putra tidak melawan balik dan hanya diam saat

dipukuli. Teman disamping Putra menyahut dengan mengatakan “Putra ki

ra gampang lara nek mung digebuki ngono (Putra tu tidak mudah sakit

kalau hanya dipukuli begitu)” Arp menyahut “Yo rapopo, iki ki lara kok

(ya tidak apa apa, ini tu sakit kok)” Sampai akhirnya Arp bosan dan

berhenti memukuli Putra lalu meninggalkannya sendiri. Ketika anak-anak

lain mulai pergi Putra tidak mempunyai teman dan berganti mengganggu

anak-anak perempuan. Peneliti bertanya pada Arp apa sebabnya dia

melawan dibanding menerima seperti biasanya “Arp kenapa kamu

membalas Putra kan biasanya tidak pernah” “Ya gak papa bu, kan emang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

68

Putra nakal” “Tapi dulu kamu tidak melawan kalau diganggu Putra” “Ya,

gak tahu bu”

4.3 Ipn

Ipn (pseudonym) adalah salah satu teman berkelahi Putra. Peneliti

sebut teman berkelahi karena mereka sangat kerap berkelahi di kelas

selama peneliti mengajar. Biasanya bahan atau permasalah berkelahi

mereka karena permainan. Kadang Putra menuduh Ipn curang dalam

bermain atau sebaliknya. Perkelahian baru akan berhenti setelah salah satu

menangis dan mengadu pada guru. Ipn dan Putra sama-sama minim kata

saat berkelahi dan langsung fokus pada tindakan baku hantam. Tapi

setelah perkelahian mereka akan kembali bermain bersama lagi. Biasanya

setelah Ipn menangis, saling hantam dengan Putra dan akhirnya diam

setelah beberapa saat dilerai dia akan kembali duduk di samping Putra,

lalu saat jam istirahat mereka juga kembali bermain bersama. Peneliti

sempat beberapa kali mengobrol dengan Ipn membahas seringnya ia dan

Putra berkelahi “Pan kenapa kamu sering berkelahi dengan Putra?” “Lha

Putra tu nakal kok bu, sukanya main curang. Pernah juga njegal kakiku.”

“Lha tapi kok kamu masih mau main sama Putra juga kalau sering

dicurangi?” “Yo rapopo bu (menjawab sambil cengengesan)

4.4 Asf

Asf (pseudonym) adalah salah satu lawan berkelahi Putra di kelas.

Asf sangat mudah tersinggung terhadap segala jenis ejekan. Dalam suatu

pertengkaran yang timbul hanya karena peristiwa saling menyoraki

huuuuu. Awalnya yang disoraki huuu adalah Inka karena kebiasaan tidak

memakai sepatunya, tapi kemudian mereka berganti menyoraki Asf. Putra

yang pertama menyoraki karna mengganggap bahwa Asf hanya ikut-

ikutan mengompori. Akhirnya mereka pun berkelahi dan Asf berani

memukul balik sambil menangis dan berteriak-teriak. Biasanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

69

perkelahian baru berhenti jika sudah dilerai oleh guru kelas dan Asf

berhenti menangis.

4.5 Rio

Dia senang berkelahi dengan teman yang mudah tersinggung oleh

perkataannya. Terbukti dari beberapa perkelahian dia akan senang

meladeni dan mengulang perkelahian dengan beberapa teman yang

membalas ejekan atau kejahilannya dengan emosi dan kemarahan. Namun

teman yang cuek dan tidak perduli terhadap sikap jahilnya tidak akan

diajak berkelahi dan langsung dilupakan atau dihiraukannya.

Selama pengataman peneliti, Putra belum pernah sekalipun

menangis setelah berkelahi dengan temannya. Namun ada satu momen

ketika peneliti tidak memperhatikan kronologi perkelahian antara Putra

dengan Rio (psedonym), Putra tiba-tiba saja menangis dan tidur telungkup

di lantai belakang kelas. Dia menangis cukup lama dan isakan yang

tertahan karena tidak terdengar jelas suara tangisnya. Saat peneliti

bertanya pada teman yang tadi berkelahi yaitu Rio, dia hanya menjawab

tidak tahu. Dia merasa bahwa tadi Putra menjegalnya hingga terjatuh dan

dia kesakitan lalu balik memukul Putra. Menurutnya pukulan balasannya

tidak menyakitkan.

Saat peneliti tanyakan kepada key participant apakah ada sakit, dia

hanya menggeleng. Peneliti tanya kenapa kamu menangis, dia tidak mau

menjawab. Peneliti ajak dia duduk dan minum dia tidak menjawab.

Peneliti mencoba mengangkat badannya yang telungkup untuk

mengajaknya duduk di kursinya, namun dia menolak menahan dengan

seluruh tubuhnya sehingga peneliti tidak kuat memindahkannya

sedikitpun. Akhirnya peneliti hanya menungguinya menangis dan duduk

disampingnya sambil mengusap-usap kepalanya. Dia sempat sejenak

menoleh melirik melihat wajah peneliti tapi peneliti tidak balas

menatapnya. Setelah menangis dalam posisi itu selama kurang lebih lima

belas menit akhirnya dia terdiam dan beranjak duduk. Dia mengusap air

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

70

matanya sebelum akhirnya bangkit berdiri dan berjalan untuk kembali

duduk di kursinya.

Biasanya dia akan menanggapi dengan tawa atau candaan setelah

perkelahian atau tangisan, namun kali itu dia hanya diam dan tanpa

ekspresi sama sekali. Kemudian setelah dia duduk di kursinya peneliti

menyuruhnya minum tapi dia menggeleng. Lalu peneliti mengusap

kepalanya sambil mengatakan bahwa peneliti akan pergi kembali ke ruang

guru dan memintanya kembali mengikuti pelajaran dengan baik, dia hanya

menjawab dengan anggukan kepala yang lemah.

5.6 Indah

Ada salah satu teman Putra bernama Indah (psedonym). Indah

adalah siswi yang selalu menjadi juara kelas dalam banyak mata pelajaran.

Dia sangat jarang mendapat nilai ulangan dibawah KKM atau standar

nilai. Putra sangat jarang sekali mengganggu atau mengejek atau berkelahi

dengan Indah.

Saya sempat beberapa kali melihat Putra berusaha mencontek

jawaban ulangan dari Indah namun sering gagal. Karena Indah punya

teman dekat bernama Frida (psedonymn) yang akan memukul atau

mengadukan Putra jika mencontek. Namun ada hal menarik yang peneliti

temukan. Ternyata, Frida kerap mencontek jawaban dan pekerjaan Indah

di kelas. Indah tidak pernah menolak perilaku Frida, karena Frida akan

selalu membelanya ketika terjadi perkelahian yang melibatkan Indah.

5.7 Eno dan Beberapa Mantan Teman Sekelas Putra

Suatu ketika saya pernah bertanya pada teman-teman Putra di kelas

IIIA tentang kesan mereka terhadap Putra ketika dulu satu kelas di kelas

IIA. Mereka kompak menjawab serentak bahwa Putra adalah anak nakal

yang suka berkelahi. Menurut mereka alasannya tinggal kelas karena tabiat

nakal dan kebiasaan suka berkelahi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

71

Pada kesempatan lain saya juga sempat melihat ada anak kelas V

yang mengolok-olok Putra karena tidak naik kelas. Lalu Putra menanggapi

ajakan berkelahi serombongan anak V yang mengolok-oloknya itu.

Ternyata anak-anak tersebut adalah teman sekelas Eno, kakak kandung

Putra. Sempat ada anak yang menanggapi “Kui adhimu nakal (Itu adikmu

nakal)”. Tetapi Eno hanya diam, tidak menanggapi sama sekali.

B. Analisis dan Pembahasan Sebagai Summary Report Data Penelitian

Pada bagian sebelumnya, peneliti telah menarasikan hasil data

penelitian yang sebagian besar merupakan hasil wawancara dan observasi

dengan masing-masing partisipan.

Pengalaman hidup seperti apa yang mempengaruhi kepribadian Putra?

Setiap individu memiliki pengalaman masing-masing dalam sejarah

hidupnya yang mempengaruhi kepribadian dan caranya bertindak atau

merespon situasi tertuntu. Peneliti menemukan beberapa pengalaman, bagian

dari sejarah hidup key participant, yang mempengaruhi perilakunya. Pertama,

pengalaman dipindahkan kelas (mutasi) karena masalah key participant

dengan salah satu temannya. Efek dari peristiwa ini adalah terjadinya

penyebaran rumor diantara wali murid pihak siswa yang memiliki masalah

dengan key participant, guru, dan teman-teman key participant mulai

memberi label “nakal” padanya. Kemudian key participant merasa mendapat

privileges untuk berbuat onar, sebagai justifikasi atas pemberian label “nakal”

atas dirinya.

Kedua, pengalaman tinggal kelas. Alasan tinggal kelas adalah 70%

nilai tidak memenuhi standar KKM dan terutama karena belum lancar baca

tulis. Alasan ini membuat ibu key participant memutuskan mendaftarkan

anaknya mengikuti les klasikal di sekolah, les privat di rumah, dan pernah

juga les di salah satu lembaga bimbingan belajar. Kondisi ini memberikan

label baru pada key participant yang dianggap under achievement (dibawah

kemampuan rata-rata). Akibatnya key participant memiliki kecenderungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

72

tidak suka membaca dan menulis. Ketiga, terbiasa dengan bentakan ketika

melakukan kesalahan. Ibu key participant selalu menerapkan bahwa didikan

yang baik bagi anaknya adalah dengan suara keras dan sikap galak. Maka key

participant pada beberapa peristiwa perkelahian, mencontek, atau iseng

mengganggu teman baru akan berhenti ketika dibentak atau diintimidasi

dengan pernyataan yang menyudutkan sikapnya.

Apa respon Ibu Putra dalam menghadapi perilaku anaknya? Mengapa Ibu

Putra memberikan respon demikian?

Tidak ada orang tua yang memahami pribadi anaknya secara penuh,

artinya tidak ada sosok orang tua yang benar-benar “sempurna”, yang ada

hanyalah orang tua yang berusaha memahami anak-anaknya. Setiap keluarga

berbeda, sehingga setiap orang tua memiliki cara masing-masing untuk

mengasuh anak-anaknya (NSPCC, 2018:1). Setiap anak membutuhkan afeksi

dan kasih sayang dari orang tuanya selama masa tumbuh kembangnya. Hanya

saja bentuk afeksi dan kasih sayang yang diberikan masing-masing orang tua

berbeda. Sehingga kita menyadari bahwa tantangan orang tua

menyemimbangkan tuntutan hidup dan mengasuh anak adalah persoalan yang

terkadang terasa rumit (NSPCC, 2018:1). Apalagi ketika merawat lebih dari

satu anak, tantangan lain adalah menghadapi efek dari sibling rivalry karena

pola asuh orang tua.

Ibu key participant, bu Ina, dalam memberikan respon terhadap

perilaku anaknya yang mendapat label “nakal” adalah cenderung dengan

bentakan, sindiran, galak, dan pengalihan perhatian. Tindakan ini teramati

ketika peneliti sedang mengobrol dengan Bu Ina, lalu Putra menginterupsi,

maka dia akan membentak Putra supaya diam. Terkadang dengan cara

menyuruhnya menunggu dengan kata-kata intimidatif seperti “Kamu tu

jangan bikin malu mama, diam dulu, mama sebentar lagi selesai ngobrol”.

Pernah juga dengan memberikan uang saku tambahan untuk jajan supaya

Putra pergi dan berhenti menginterupsi kegiatannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

73

Diagram 1. Alur Relasi dalam Keluarga Putra

reaksi Putra terhadap ibunya, berontak namun masih membutuhkan

perilaku dominasi

perilaku subordinasi

sikap membela dan memberi perlindungan

hubungan adik-kakak dalam situasi sibling rivalry

tidak mengambil peran dalam mengasuh dan mendidik anak-anak

Berdasarkan hasil wawancara, Bu Ina memilih memberikan respon

demikian karena menurutnya cara itu efektif membuat Putra patuh. Selain itu,

Bu Ina juga mengungkapkan bahwa pengaruh didikannya dalam keluarga

yang keras dan tegas mempengaruhi sikap serta caranya mendidik anak-

anaknya. Menurut pendapatnya kepatuhan adalah awal dari disiplin diri.

Dalam wawancara Bu Ina mengungkapkan kepada peneliti bahwa dirinya

tidak akan tersinggung atau marah bila ada guru yang memarahi anaknya

ketika melaggar aturan di sekolah. Kemudian menarik kembali pada latar

belakang budaya patriarki dalam keluarga Bu Ina yang menghasilkan

keputusan bahwa tugas ibu adalah mendidik anak sedangkan ayah mencari

nafkah materi, juga mempengaruhi pandangan Bu Ina dalam merespon

perilaku anaknya.

Penelitian yang dilakukan Melanie H. Mallers, at all (2010)

membuktikan bahwa orang dewasa yang memiliki hubungan baik dengan

Bu Ina

Ibu key participant

Putra

key participant

Eno

Kakak laki-laki Putra

Pak Deno

Ayah key participant

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

74

orang tuanya pada masa anak-anak beresiko lebih rendah mengalami

gangguan mental dibanding mereka yang melaporkan memiliki kualitas

hubungan baik yang rendah dengan orang tua. Oleh karena itu semua orang

tua bisa mengalami stress dan mendapat tekanan dari waktu ke waktu dalam

mendidik anak (NSPCC, 2018:2), karena mereka menaruh harapan terbaik

bagi masa depan anak-anaknya. Hubungan ibu dan anak serta hubungan ayah

dan anak, masing-masing memiliki peran dalam membentuk kepribadian

anak di masa depan (Mallers, 2010). Sementara itu bertolak pada budaya

masyarakat Jawa dalam pembagian peran dalam keluarga cenderung

menggunakan konsep patriarki. Dalam patriarki peran laki-laki adalah

sebagai pemimpin dalam keluarga dan wanita sebagai subordinat tetapi

memiliki tanggung jawab besar untuk mampu 100% mengasuh merawat anak

serta menjaga keutuhan rumah tangga (Ahdiah, 2013). Hal ini membuat ibu

cenderung memiliki beban moral tersendiri yang menimbulkan tekanan untuk

bisa mendisiplinkan anak dengan hukuman fisik atau verbal yang keras,

padahal hukuman semacam itu tidak selalu efektif mendisiplinkan perilaku

anak (NSPCC, 2018).

Apa respon guru kelas terhadap perilaku Putra? Mengapa guru kelas

memberikan respon demikian?

Guru memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak di

sekolah. Guru bisa disebut juga sebagai orang tua siswa di sekolah.

Hubungan guru dan siswa merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

tumbuh kembang anak di sekolah. Guru bisa menggunakan berbagai strategi

untuk membangun hubungan positif dengan anak-anak (Ostrosky dan Jung,

2010). Tindakan guru seperti mendengarkan aspirasi siswa, melakukan

kontak mata ketika berbicara, dan sering terlibat dalam interaksi tatap muka

satu lawan satu mampu membangun hubungan positif guru dan murid

(Ostrosky dan Jung, 2010). Kemampuan guru untuk bisa mendampingi siswa

berdasarkan kebutuhan, minat, gaya, dan kemampuan yang berbeda adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

75

salah satu keterampilan yang perlu dimiliki guru untuk membangun

hubungan yang positif dengan siswa (Ostrosky dan Jung, 2010).

Digram 2. Alur Relasi Antar Guru di Sekolah dengan Key Participant

respon guru kelas terhadap Putra

posisi jabatan dan kedudukan yang lebih tinggi terhadap guru lain

pendapat pribadi terhadap pola mengajar dan perilaku rekan kerja

tidak memberi pendapat (abstain) tentang Putra

peristiwa berupa ujaran intimidatif

Masing-masing guru kelas Putra memiliki respon berbeda terhadap

perilakunya. Bu Ely, wali kelas Putra sebelum mengalami mutasi kelas,

memilih menjadi seorang yang sabar dan tegas dalam merespon perilaku

Putrra yang melanggar aturan. Ketegasan menurut Bu Ely contohnya adalah

ketika Putra tidak bisa tenang dan berjalan-jalan keliling kelas maka dia akan

memperingatkan dan memerintahkanya kembali duduk. Bu Ely menekankan

bahwa duduk diam selama pelajaran adalah peraturan di kelas, maka tindakan

lain dianggap salah karena melanggar aturan. Bu Ely percaya bahwa

kenakalan dapat diredam dengan kesabaran dan ketelatenan.

Kepala

Sekolah

Bu Ely

wali kelas

Putra di IIA

Pak Dodi

wali kelas

Putra di IIB

Bu Arti

wali kelas

Putra di IA

Bu Is

other

participan

t

Putra

key participant

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

76

Sementara itu Pak Dodi, wali kelas Putra di saat peneliti mengambil

data, memilih sikap acuh pada Putra. Dia cenderung membiarkan saat Putra

berkelahi atau berbuat iseng menyembunyikan barang teman. Pak Dodi akan

memanggil orang tua Putra ketika orang tua murid teman yang diganggu

Putra melapor. Pak Dodi mengakui belum pernah memediasi secara langsung

kedua orang tua Putra dengan pihak siswa yang diganggu secara langsung.

Pak Dodi hanya pernah melakukan konsultasi terpisah bagi masing-masing

orang tua siswa. Sementara itu dia juga memiliki harapan untuk

menumbuhkan rasa tanggungjawab dan disiplin Putra dengan memilihnya

menjadi ketua kelas.

Masing-masing guru kelas Putra memiliki respon berbeda terhadap

perilakunya. Bu Ely, wali kelas Putra sebelum mengalami mutasi kelas,

memilih menjadi seorang yang sabar dan tegas dalam merespon perilaku

Putrra yang melanggar aturan. Ketegasan menurut Bu Ely contohnya adalah

ketika Putra tidak bisa tenang dan berjalan-jalan keliling kelas maka dia akan

memperingatkan dan memerintahkanya kembali duduk. Bu Ely menekankan

bahwa duduk diam selama pelajaran adalah peraturan di kelas, maka tindakan

lain dianggap salah karena melanggar aturan. Bu Ely percaya bahwa

kenakalan dapat diredam dengan kesabaran dan ketelatenan.

Sementara itu Pak Dodi, wali kelas Putra di saat peneliti mengambil

data, memilih sikap acuh pada Putra. Dia cenderung membiarkan saat Putra

berkelahi atau berbuat iseng menyembunyikan barang teman. Pak Dodi akan

memanggil orang tua Putra ketika orang tua murid teman yang diganggu

Putra melapor. Pak Dodi mengakui belum pernah memediasi secara langsung

kedua orang tua Putra dengan pihak siswa yang diganggu secara langsung.

Pak Dodi hanya pernah melakukan konsultasi terpisah bagi masing-masing

orang tua siswa. Sementara itu dia juga memiliki harapan untuk

menumbuhkan rasa tanggungjawab dan disiplin Putra dengan memilihnya

menjadi ketua kelas.

Bentuk respon guru kelas terhadap key participant telah dijabarkan

pada paragraf sebelumnya. Sementara penjelasan dari perilaku intimidatif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

77

kepala sekolah terhadap guru dan key participant teramati peneliti sebagai

berikut: 1)Kepala sekolah kerap memberikan teguran pada perilaku Pak Dodi

yang dianggap melanggar aturan seperti tidak melakukan presensi finger

print, datang terlambat, atau seragam yang tidak sesuai jadwal, 2)Kepala

sekolah melakukan teguran intimidatif kepada key participant ketika upacara

bendera, memberikan teguran atas sikap Putra yang mengobrol sendiri

dengan komentar negatif yaitu, “Anak-anak ini contoh yang salah ya, ketua

kelas malah ribut sendiri dan tahun sebelumnya juga tidak naik kelas”.

Selanjutnya pandangan other participant terhadap dua rekan guru lain

mengomentari gaya mengajar dan dugaan pribadi berdasarkan rumor dan

berita yang didengarnya. Rumor mengatakan bahwa Pak Dodi melakukan les

mata pelajaran illegal sesudah kegiatan belajar mengajar di sekolah karena

seharusnya pendampingan siswa lambat belajar oleh guru kelas tidak

dipungut biaya. Dalam kasus ini peneliti belum mendapatkan klarifikasi yang

dapat dipercaya. Sementara ada pula rumor yang tersebar di kalangan guru

bahwa Bu Ely adalah guru yang subjektif dalam memihak wali murid. Rumor

tersebut menimbulkan labeling bahwa guru kelas II cenderung tidak mampu

membentuk kepribadian siswa sehingga ketika naik kelas III banyak anak

bermasalah yang perlu pendampingan.

Wali kelas IA dan other participant memilih abstain atau tidak

berkomentar terhadap perilaku Putra yang dianggap nakal. Alasannya adalah

Bu Arti, wali kelas IA, merasa bahwa Putra tidak memiliki masalah di kelas

1. Sementara Bu Is memilih tidak berkomentar karena belum pernah

mengajar Putra atau mengenalnya secara langsung.

Bagian yang menarik adalah pola perilaku Pak Dodi yang inkonsisten

dalam relasi dengan peneliti. Hal ini dapat dipahami karena adanya relasi

kekuasaan yang menekan kebebasan Pak Dodi bertindak sesuka hati di

sekolah karena berbagai peraturan Kepala Sekolah. Maka, Pak Dodi kerap

menceritakan berbagai prestasi, kerja sampingan, atau kisah-kisah

pengaruhnya terhadap rekan sekerja maupun murid kepada peneliti untuk

memperoleh ruang unjuk diri. Pak Dodi mulai menarik diri dari hubungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

78

komunikasi intens dengan peneliti ketika mendapat teguran dari Kepala

Sekolah berdasarkan aduan dari rekan kerja peneliti kepada Pak Idi (bidang

kurikulum dan guru pamong PPL).

Apa respon teman-teman Putra terhadap sikapnya dalam berelasi? Mengapa

teman-teman Putra memberi respon demikan?

Sociogram 1. Alur Hubungan Relasi Key Participant dengan Teman-Teman

Satu Kelasnya

hubungan netral karena saling mengutungkan satu sama lain

perilaku mendominasi

perilaku subordinasi

perilaku resistensi

Teman-teman Putra merespon tindakannya sesuai dengan kebutuhan

dan kepentingan masing-masing. Salah satunya Inka yang merespon Putra

dengan cenderung menjadi subordinat dengan tujuan supaya sikapnya

menjadi pengalihan atas tindakan tidak mau memakai sepatu di dalam kelas.

Sementara Asrap cenderung selalu meladeni sikap iseng atau tantangan Putra

dengan kemarahan. Putra akan cenderung akan menanggapi kemarahan Asrap

Rio dan Indah

Arp Ipn

Inka Asf

Putra

key participant

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

79

dengan berkelahi sampai Asf menangis dan baru berhenti saat dilerai oleh

guru.

Pada kasus lain, Arp cenderung menjadi subordinat ketika dia

mendapat keuntungan dari perilakunya yaitu diabaikan guru ketika

pembelajaran di kelas sehingga dia bisa bebas tidak mengerjakan tugas atau

dihukum diluar kelas untuk bisa mencuri waktu bermain. Namun respon ini

mengalami perubahan. Ketika dia tidak lagi mendapatkan keuntungan dari

respon subordinatnya terhadap Putra maka dia melakukan perlawanan dengan

membalas kejahilan dan ejekan Putra terhadapnya.

Sementara itu Ipan cenderung memilih menjadi sekutu Putra dalam

melakukan tindakan jahil atau melanggar aturan. Namun pada saat tertentu

mereka juga terlibat perkelahian. Kendati demikian mereka akan berdamai

kembali dan mengulang aksi jahil bersama lagi.

Sedangkan Rio cenderung resisten terhadap perilaku dominasi Putra,

karena dia berani membalas saat berkelahi. Tingkah Putra juga tidak selalu

ditanggapinya, sehingga menimbulkan efek jengah pada Putra untuk

mengganggu Rio. Perilaku ini juga sempat teramati oleh peneliti pada

beberapa anak yang jarang menanggapi gangguan Putra di kelas, maka Putra

cenderung tidak mengganggu anak-anak tersebut.

Seperti apa relasi Putra dengan kakak laki-lakinya?

Hubungan Putra dengan kakak kandungnya memiliki kecenderungan

efek sibling rivalry. Sibling rivalry timbul dari cara ibu membandingkan

perilaku key participant dengan kakaknya. Eno dianggap lebih patuh,

penurut, dan kalem dibanding Putra yang kerap membantah dan melanggar

aturan. Putra tidak menggunakan sebutan “mas” (ciri tata krama budaya di

masyarakat Jawa ketika memanggil orang yang lebih tua) dalam

berkomunikasi dengan Eno. Eno cenderung mencari perlindungan pada

ibunya ketika berkelahi dengan Putra, sehingga dia biasanya tidak melawan

tetapi mengadukan perbuatan adiknya sehingga adiknya dimarahi oleh

ibunya. Di sekolah mereka menunjukan ciri sikap yang sangat bertolak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

80

belakang, misalnya, ketika Eno mengobrol saat pelajaran dan ditegur oleh

guru dia akan langsung patuh. Sedangkan Putra, jika mengobrol saat

pelajaran dan ditegur justru akan membantah atau malah membuat keributan

lain seperti jalan-jalan keliling kelas atau mengganggu teman lain

mengerjakan.

C. Temuan-Temuan Lain

Berdasarkan paparan hasil data dan analisis penelitian pada bagian

sebelumnya, peneliti menemukan beberapa temuan lain di luar topik utama

penelitian. Temuan-temuan lain tersebut diantaranya adalah tindak

pemalsuan, korupsi, dan gratifikasi terselubung. Tindak pemalsuan ditemukan

dari fakta bahwa Pak Dodi seharusnya belum bisa menjadi PNS karena ijazah

terakhirnya SMA. Lalu mengapa masih bisa menjadi guru tetap dan

jabatannya tidak dicabut? Berdasarkan paparan pada bagian sebelumnya, Pak

Dodi Sendiri mengatakan bahwa dia memiliki koneksi orang dalam di dinas

pendidikan. Selain itu, prestasinya yang kerap menjuarai beragam

perlombaan tingkat daerah dan nasional menjadikannya salah satu guru

potensial bagi sekolah.

Ada dugaan kasus korupsi yang dilakukan oleh kepala sekolah.

Argumen pendukung dugaan tersebut salah satunya adalah tidak tersedia

makan siang bagi guru dan karyawan pada periode dua tahun terakhir masa

jabatannya. Padahal pada periode pertama masa jabatannya makan siang bagi

guru dan karyawan selalu ada, anggaran konsumsi tersebut juga tercantum

dalam buku rencana anggaran tahunan. Selain itu, ketika PPL peneliti dan

beberapa teman lain kerap diminta mengisi nota kosong dan harus mau

mengisi bergantian, karena kepala sekolah ingin supaya tulisan tangan di nota

kosong berbeda-beda.

Temuan lain yang terakhir adalah dugaan adanya gratifikasi

terselubung. Kasus ini dikuatkan dengan peristiwa kelas Bu Ely yang

membuat seragam kaos kelas khusus ketika kegiatan kunjungan museum,

padahal kunjungan wajib berseragam. Ternyata kaos tersebut merupakan kaos

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

81

yang biaya produksinya disubsidi oleh salah seorang wali murid yang

menjadi ketua komite di kelas II A. Sementara itu, Pak Dodi pernah izin

mendadak selama dua hari karena alasan pekerjaan di Bali. Sepulang dari

Bali, Pak Dodi membagikan oleh-oleh ke semua guru termasuk bingkisan

khusus yang berisi lebih banyak oleh-oleh kepada kepala sekolah.

Menariknya, kepala sekolah tidak menegur tindakan izin mendadak Pak

Dodi, padahal dia pernah memarahi guru lain yang izin mendadak karena

mengikuti suatu rapat kepanitiaan. Guru yang kena teguran ini padahal sudah

menyerahkan undangan dan surat tugasnya, sementara Pak Dodi sama sekali

tidak menyerahkan surat izin kepada kepala sekolah.

Temuan lain yang menarik dan menjadi pembelajaran bagi peneliti

adalah pola perilaku Inka. Tanpa disadari ternyata perilaku Inka selama ini

yang menerima gangguan dari Putra hingga menangis sebenarnya bertujuan

untuk mengalihkan perhatian peneliti terhadap perkelahian mereka; dibanding

sikap Inka yang tidak memakai sepatu selama proses pembelajaran

berlangsung. Memakai sepatu selama proses pembelajaran di dalam kelas

adalah salah satu peraturan kelas. Perkelahian Inka dengan Putra telah

mengalihkan perhatian peneliti sehingga terlambat menegur Inka untuk

memakai sepatu selama proses pembelajaran. Sedangkan dalam kasus Arp,

ternyata Arp menerima gangguan dari Putra sebab dia bisa mendapat

keuntungan dari perkelahian atau gangguan dari Putra yaitu dihukum keluar

kelas. Bagi Arp, hukuman belajar di luar kelas adalah kesempatannya

bermain air di wastafel depan kelas atau bebas tidak mengerjakan tugas.

Sebab selama pembelajaran Arp kerap malas menulis atau mencatat dan

mengerjakan tugas jika tidak ditegur berulangkali. Pada beberapa kesempatan

peneliti mengajar di kelas, peneliti tidak menerapkan hukuman belajar di luar

kelas, sehingga Arp merasa terjebak dan akhirnya melawan tindakan Putra

terhadapnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

82

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pertanyaan utama dari topik permasalahan dalam penelitian ini adalah

hal-hal apa saja yang melatarbelakangi terbentuknya pola-pola perilaku

partisipan penelitian? Ternyata hal yang memengaruhi pola perilaku key

participant adalah adanya dominasi dari pihak lain yang berinteraksi

dengannya dan sibling rivalry antara key participant dengan kakak laki-

lakinya. Sibling rivalry diperkuat dengan posisi Bu Ina (ibu key participant)

yang memiliki kecenderungan membela anak pertama (kakak laki-laki key

participant). Kecenderungan pola asuh ini membuat key participant lebih

banyak mendapat pengawasan dan bimbingan belajar bersama ibunya, karena

ibu key participant memiliki kekhawatiran besar jika anaknya kembali tinggal

kelas.

Ada faktor dari peristiwa labeling atau pemberian julukan tertentu.

Label ini menjadi pemicu awal pola-pola relasi yang teramati pada bagian

sebelumnya. Labeling timbul karena pemahaman masyarakat koletif dan

budaya mempercayai pendapat umum atau mayoritas. Maka dapat dikatakan

bahwa labeling adalah salah satu bentuk dominasi dalam lingkungan sekolah.

Proses labeling terjadi karena individu yang terlibat dengan key

participant memerlukan ruang untuk menunjukan eksistensi mereka atau

mencari celah untuk melakukan dominasi karena tidak mendapat ruang di

situasi atau lingkungan yang lain. Label terhadap key participant digunakan

untuk menguasai, mengintimidasi, dan mengatur pola perilaku yang tidak

diharapkan. Sebagai contoh, Pak Dodi berada di bawah dominasi kekuasaan

jabatan kepala sekolah sehingga dia berusaha menunjukan eksistensi dirinya

dengan menceritakan prestasi dan kelebihannya menangani perilaku key

participant kepada peneliti. Maka, dalam proses pengajaran di kelas dia juga

tidak segan memberi hukuman dan teguran keras kepada key participant

ketika berbuat kesalahan atau menimbulkan keributan sebagai legitimasi atas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

83

dominasinya. Sementara Bu Ely cenderung mengajar dengan lebih mengikuti

pola perilaku key participant dengan tujuan menjalin relasi dengan ibu key

participant untuk tujuan tertentu yang tidak diketahui peneliti. Dugaan ini

muncul karena Bu Ely satu-satunya guru yang dipercaya memberikan les

privat bagi key participant dan bahkan membelikan buku bacaan untuknya.

Sementara itu, bagi key participant label “nakal” menjadi privilege dan

peluang khusus baginya melakukan dominasi terhadap orang lain. Sebagai

contoh, perilaku jahil dan isengnya terhadap Inka dilakukan karena Inka

mudah menangis sehingga membuatnya mengulang perilaku jahil tersebut

terus menerus. Tetapi kepada Rio key participant tidak bisa melakukan

dominasi, karena dia melawan atau tidak menanggapi perilakunya. Maka

sikap atau perilaku nakal key participant tidak timbul berulang dan terus

menerus pada relasinya dengan Rio.

Sekarang dapat dipahami bahwa ada pola relasi kekuasaan yang

melatarbelakangi timbulnya ragam pola perilaku pada masing-masing

fenomena. Tindak intimidatif, kenakalan, dan pelanggaran aturan

sesungguhnya hanya terjadi apabila lawan komunikasi memberi ruang untuk

terjadinya hal-hal tersebut. Pola-pola perilaku yang berulang ini berkembang

membentuk stigma tentang definisi “nakal”. Padahal stigma tersebut belum

tentu sesuai untuk mendefinisikan pola perilaku individu tertentu, karena

generalisasi itu belum menjelaskan secara menyeluruh penyebab timbulnya

pola perilaku nakal. Jadi julukan “nakal” digunakan sebagai alat oleh para

partisipan penelitian antar pribadi mereka dengan keperluan masing-masing

untuk menguasai atau memiliki power atas diri orang lain.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan dan disusun berdasarkan kaidah

penulisan serta prosedur ilmiah, namun demikian masih memiliki

keterbatasan yaitu:

1. Faktor penyebab reaksi atau respon other participant terhadap pola

perilaku key participant dalam penelitian ini diamati dari tiga teori yaitu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

84

dominasi, perilaku masyarakat kolektif, dan sibling rivalry, masih ada

kemungkinan faktor lain yang bisa saja memengaruhi respon atau persepsi

mereka terhadap pola perilaku key participant.

2. Temuan-temuan lain dalam penelitian ini bisa jadi salah satu faktor

pemicu pola perilaku key participant di lingkungan sekolah, karena siswa

SD masih dalam tahap mengamati lalu meniru perilaku orang-orang yang

berinteraksi dengannya.

3. Pertanyaan terbuka peneliti mungkin saja belum membuka secara

keseluruhan fakta-fakta yang diungkapkan oleh partisipan penelitian

karena faktor denial atau rasa takut mengungkapkan pendapat.

C. Implikasi dan Saran Penelitian Selanjutnya

Implikasi dalam penelitian ini adalah peristiwa labeling dipicu oleh

faktor kecenderungan kepercayaan masyarakat kolektif terhadap stigma atau

pandangan umum, sibling rivalry, dan dominasi kekuasaan tertentu oleh

beberapa pihak yang memerlukan ruang untuk menunjukan eksistensi dirinya.

Sibling rivalry dapat dipicu dari gejala post partum depression ibu kepada

anaknya sehingga menimbulkan pola asuh yang tidak berimbang bagi anak-

anaknya. Pola relasi kekuasaan dan hubungan kerja antar guru serta karyawan

di sekolah yang tidak sehat karena memiliki motivasi serta kepentingan

tertentu bagi keuntungan individu atau sekelompok orang bisa berdampak

pada pengajaran di kelas. Siswa bisa jadi melakukan imitasi terhadap pola-

pola perilaku guru-gurunya di sekolah.

Saran bagi peneliti adalah mengasah kembali kemampuan

berkomunikasi dengan partisipan. Jika melakukan penelitian lanjutan, belajar

kembali bagaimana cara menyusun pertanyaan terbuka yang memberikan

keleluasaan bagi partisipan untuk berpendapat. Selain itu penting pula bagi

peneliti untuk belajar mengesampingkan adjustment berdasarkan pendapat

pribadi sebelum menemukan justifikasi atas fenomena yang teramati.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

85

Bagi penelitian selanjutnya dapat mengamati apakah pola yang sama

juga timbul pada individu berbeda dengan kasus yang serupa. Hal ini bisa

menjadi bahan kajian untuk melihat apakah ada konsistensi pola pada kasus-

kasus serupa yang lain. Selain itu, hasil penelitian juga dapat digunakan untuk

melihat lebih jauh, guru manakah yang memiliki power atau pengaruh

terbesar melakukan kontrol terhadap perilaku key participant. Freire (1993)

menuliskan bahwa dalam perspektif Graff, guru hendaknya menempati posisi

netral, atau setidaknya bisa menunda prasangka mereka, dalam menghadirkan

konflik, dan bahwa konflik tersebut tetap dan tidak bergerak. Sehingga

pemahaman terhadap pola relasi sistem dominasi ini menjadi bahan reflektif

guru dan peneliti untuk bisa membangun empati dalam relasinya dengan

siswa dibanding rasa simpati.

Sementara itu disisi lain sebagai orang tua dari anak-anak berusaha

mengembangkan komunikasi yang positif. Persaingan, rasa manja, dan

ketergantungan wajar diungkapkan anak dalam relasinya dengan saudara

kandung dan orang tuanya. Orang tua memiliki peran penting untuk bisa

memberi ruang bagi anak-anak belajar mandiri, berbagi, dan toleransi dari

pengalaman hidup mereka bukan atas rasa takut karena tuduhan atau stigma

negatif dari orang tua. Menjadi orang tua dengan model dan pola asuh

tertentu adalah pilihan masing-masing individu. Setiap orang tua memiliki

cara terbaiknya masing-masing untuk mendidik anak-anaknya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

xvi

DAFTAR PUSTAKA

Adler, A. (1930). Individual Psychology. (I. C. Murchison, Penyunt.) Worchester,

MA: Clark University.

Ahdiah, I. (2013, Oktober). Peran-Peran Perempuan Dalam Masyarakat. Jurnal

ACADEMICA Fisip Unstad, VOL. 05 No. 02, 1085 - 1092.

Anonim. (2012). Documenting Children Types/Samples. Australia: FDC (Family

Day Care).

Anonim. (2018). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Dipetik Januari

16, 00.30, 2018, dari https://kbbi.web.id/

Becker, Howard dan Blance Geer. (1970). "Participant Observation and

Interviewing A Comparison" In Qualitative Methodology. (W. J. Filstead,

Penyunt.) Chicago: Markham.

Bedger, Julia dan Peter Reddy. (2009). The Effect of Birth Order on Personality

Traits and Feelings of Academic Sibling Rivalry. Phsychology Teaching

Review, Vol. 15 No.1, 45 - 54.

Darwin, C. R. (1859). On the Origin of Species by Means of Natural Selection.

London: John Murray.

Denzim, N. K. (1978b). The Research Act: A Theoritical Introduction to

Sociological Methods (2d ed.). New York: McGraw-Hill.

Dinkmeyer Jr. D. C., Dinkmeyer, dan Caldwell. D. E. (1970). Developmental

Counseling and Guidance: A Comperhensive School Approach. New

York: McGraw-Hill.

Doron, H. (2009, Februari). Birth Order, Traits and Emotions in the Sibling

System as Predictive Factors of Couple Relationships. The Open Family

Journal, Volume 2, 23-30.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

xvii

E.Husserl. (1954). The Crisis of European Science and Transcendental

Phenomenology. (D. Carr, Penerj.) Evanston, IL: Northwestern University

Press.

Freire, P. (1993). Pedagogy of the Oppressed. (M. B. Ramos, Penerj.) New York:

The Continuum International Publishing Group Inc.

Fukuyama, F. (1999). The Great Disruption: Human Nature the Reconstituition of

Social Order (Paperback edition in 2000 ed.). USA: The Free Press.

Glesne, C. (1999). Becoming Qualitative Researcher: An Introduction (2d ed.).

New York: Longman.

Glesne, C. (2006). Becoming Qualitative Researcher: An Introduction (3rd ed.).

MA: Allyn and Bacon.

Goodman, D. J. (2010). Helping Student Explore Their Privileged Identities.

Diversity and Democracy Magazine, Vol. 13 No.2, hal. 1-10.

Goodman, D. J. (2015). Oppresion and Privilege: Two Sides of the Same Coin.

Journal of Intercultural Communication, No. 18, 1 - 14.

Hanh, T. N. (2011, Mei 11). Healing the Child Within. Lion's Roar Magazine, hal.

40-45.

Husserl, E. (1913). Ideas. London: George Allen and Unwin.

Husserl, E. (1962). Ideas: General Introduction to Pure Phenomenology. (W. R.

Gibson, Penerj.) New York: Collier Books.

Husserl, E. (1977). Phenomenological Psychology: Lectures, Summer Semester,

1925. (J. Scanlon, Penerj.) Boston: Martinus Nijhoff.

Ihde, D. (1977). Experimental Phenomenology. New York: Putnam.

Katz, L. (1987). The Experience of Personal Change. Unpublised doctoral

dissertation, Graduate College, The Union Institute, Cinnati, OH.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

xviii

Lamb, M. E. dan Sutton-Smith, B. (1982). Sibling Relationships: Their Nature

and Significance Across The Lifespan. Hillside: Lawrence Erbaum

Associates.

Lincoln, Y. S. dan Guba, E. G. (1985). Naturalistic Inquiry. Beverly Hills: Sage

Publication.

Lofland, J. (1971). Analyzing Social Setting. Belmont, CA: Wadsworth.

Mallers, Melanie H., et all. (2010). Perceptions of Childhood Relationships With

Mother and Father: Daily Emotional and Stressor Experience in

Adulthood. Developmental Psychology Journal, Vol. 36 , No. 6, 1651 -

1661.

Michele, L. (2005). Inner Child Writing: Become Your Own Loving Parents.

Inner Child Workshop (hal. 1 - 6). California, USA: ICW.

Moustakas, C. (1994). Phenomenological Research Methods. Thounsand Oaks,

CA: Sage.

Öztrük, Ş. (2009). Pierre Bourdieu Theory of Social Action. Sosyal Bilimier

Dergizi Magazine, hal. 249-263.

Patton, M. Q. (2002). Qualitative Research & Evaluation Method (3rd ed.). USA:

Sage Publication Inc.

Scott, J. C. (1990). Domination and The Arts of Resistence. USA: Edwards

Brothers Inc.

Sinclair, Robert L. dan Ward J.Ghory. (1987). Reaching Marginal Student: A

Primary Concern for School Renewal. United States of America:

McCutchan Publishing Corporation.

Sulloway, F. J. (2001). Sibling-order Effect. International Encyclopedia of The

Social & Behavioral Science, 14058 - 14063.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

xix

Supratiknya, A. (2014). Membaca Pikiran Driyarkara tentang Pendidikan di

Zaman Sekarang. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Team, N. (2018). Guidance Book: Handout Material. Dipetik Februari 9, 21.30,

2018, dari NSPCC Organiazation:

https://www.nspcc.org.uk/globalassets/documents/advice-

andinfo/positive-parenting.pdf

Trivers, R. L. (1974). Parent-offspring Conflict. American Zoologist, 249 - 264.

Van Manen, M. (1990). Researching Lived Experience: Human Science for an

Action Sensitive Pedagogy. New York: State University of New York.

Wertz, Frederick J., at all. (2011). Five Ways of Doing Qualitative Analysis. New

York: The Guildford Press.

Winarti, E. (2012). School-Level Curriculum: Learning from a Rural School in

Indonesia. USA: The Patton College of Education of Ohio University.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

xx

LAMPIRAN

A. Daftar Topik Utama Wawancara

1. Key Participant

- Identitas diri key participant (nama, usia).

- Hal-hal yang disukai key participant (kegiatan atau aktivitas faforit

dan pelajaran yang digemari).

- Kecenderungan interaksi sosial key participant (teman bermain, teman

yang tidak disukai, guru faforit, dan guru yang dihindari).

- Relasi key participant dengan anggota keluarga yang lain.

- Identitas diri ibu key participant.

2. Other participant

2.1 Ibu Key Participant

- Identitas diri (nama, usia).

- Pandangan Ibu key participant terhadap anaknya (pendapat

mengenai sikap dan perilaku Putra).

- Pandangan Ibu key participant terhadap sekolah dan pengajar

anaknya di sekolah.

2.2 Pak Doni

- Identitas diri (nama, usia).

- Pandangan Pak Doni terhadap key participant.

- Pola ajar Pak Doni terhadap key participant.

- Pendapat Pak Doni terhadap orang tua key participant.

2.3 Bu Ely

- Pandangan Bu Ely terhadap perilaku key participant.

- Pendapat Bu Ely terhadap sikap orang tua key participant.

- Cara mengajar Bu Ely pada key participant.

2.4 Bu Arti

- Pandangan Bu Arti terhadap perilaku key participant.

2.5 Inka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

xxi

- Pendapat Inka tentang key partcipant dan alasan mengapa dia

berperilaku demikian terhadap key participant.

2.6 Arp

- Pendapat Arp terhadap perilaku key participant dan alasannya

bertindak atau menanggapi key participant.

2.7 Ipn

- Pendapat Ipn terhadap perilaku key participant dan alasan pilihan

sikapnya menanggapi key participant.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

xxii

B. Anecdotal Record

Senin, 7 Agustus 2017

Ketika upacara bendera rutin di hari senin, Bu Tami (kepala sekolah)

menegur Putra di depan semua guru dan murid. Alasannya karena dia terlihat

mengobrol dengan temannya padahal dia berada di barisan terderpan. Lalu

dia menegur dengan menyindir Putra “Tolong kalau upacara jangan ribut

sendiri. Kamu ketua kelas IIB kan. Kamu ini sudah tinggal kelas kok masih

ribut. Kamu mau tinggal kelas lagi di kelas II. Anak-anak semua jangan

mencontoh sikap anak ini ya, dia ketua kelas, tidak naik kelas dan suka

membuat onar”. Teguran tersebut bukannya membuat Putra tenang, justru dia

menunduk seperti menahan emosi karena saya hanya melihat raut wajahnya

sekilas dan tangannya yang mengepal.

Rabu, 30 Agustus 2017

Selama pengataman peneliti, Putra belum pernah sekalipun menangis

setelah berkelahi dengan temannya. Namun ada satu momen ketika peneliti

tidak memperhatikan kronologi perkelahian, Putra tiba-tiba saja menangis

dan tidur telungkup di lantai belakang kelas. Dia menangis cukup lama dan

isakan yang tertahan karena tidak terdengar jelas suara tangisnya. Saat

peneliti bertanya pada teman yang tadi berkelahi yaitu Rio, dia hanya

menjawab tidak tahu. Dia merasa bahwa tadi Putra menjegalnya hingga

terjatuh dan dia kesakitan lalu balik memukul Putra. Menurutnya pukulan

balasannya tidak menyakitkan.

Saat peneliti tanyakan kepada key participant apakah ada sakit, dia

hanya menggeleng. Peneliti tanya kenapa kamu menangis, dia tidak mau

menjawab. Peneliti ajak dia duduk dan minum dia tidak menjawab.

Peneliti mencoba mengangkat badannya yang telungkup untuk

mengajaknya duduk di kursinya, namun dia menolak menahan dengan

seluruh tubuhnya sehingga peneliti tidak kuat memindahkannya

sedikitpun. Akhirnya peneliti hanya menungguinya menangis dan duduk

disampingnya sambil mengusap-usap kepalanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

xxiii

Dia sempat sejenak menoleh melirik melihat wajah peneliti tapi

peneliti tidak balas menatapnya. Setelah menangis dalam posisi itu selama

kurang lebih lima belas menit akhirnya dia terdiam dan beranjak duduk.

Dia mengusap air matanya sebelum akhirnya bangkit berdiri dan berjalan

untuk kembali duduk di kursinya. Biasanya dia akan menanggapi dengan

tawa atau candaan setelah perkelahian atau tangisan, namun kali itu dia

hanya diam dan tanpa ekspresi sama sekali. Kemudian setelah dia duduk

di kursinya peneliti menyuruhnya minum tapi dia menggeleng. Lalu

peneliti mengusap kepalanya sambil mengatakan bahwa peneliti akan

pergi kembali ke ruang guru dan memintanya kembali mengikuti pelajaran

dengan baik, dia hanya menjawab dengan anggukan kepala yang lemah.

Senin, 11 Desember 2017

Saat peneliti menunggui UAS di kelas ada fenomena dimana Arp

yang biasanya tidak melawan saat di ganggu oleh Putra hari itu melawan

balik. Perlawanan balik dilakukan secara verbal “Huu koe ki nyebai yo

(kamu tu menyebalkan ya). Isane mung ngono (bisanya hanya begitu)

huuu” “Apa koe (apa kamu) tak kandakke koe (saya adukan kamu)” “Apa,

aku yo isa (aku juga bisa) tak kandakke genti (saya adukan balik) wanine

mung ngandakke (beraninya hanya mengadu)” Diam tidak membalas

ucapan Arip dan kembali duduk di kursinya.

Memukuli Putra dengan terus mengatakan (apa koe (apa kamu)

wani ra (berani tidak) gelut wae yo (berkelahi saja yo) Putra tidak

melawan balik dan hanya diam saat dipukuli. Teman disamping Putra

menyahut dengan mengatakan “Putra ki ra gampang lara nek mung

digebuki ngono (Putra tu tidak mudah sakit kalau hanya dipukuli begitu)”

Arp menyahut “Yo rapopo, iki ki lara kok (ya tidak apa apa, ini tu sakit

kok)” Sampai akhirnya Arp bosan dan berhenti memukuli Putra lalu

meninggalkannya sendiri. Ketika anak-anak lain mulai pergi Putra tidak

mempunyai teman dan berganti mengganggu anak-anak perempuan.

Peneliti bertanya pada Arp apa sebabnya dia melawan dibanding

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

xxiv

menerima seperti biasanya “Arp kenapa kamu membalas Putra kan

biasanya tidak pernah” “Ya gak papa bu, kan emang Putra nakal” “Tapi

dulu kamu tidak melawan Arp diganggu Putra” “Ya, gak tahu bu”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

xxv

C. Coding Data Wawancara dengan Putra (key participant) untuk Analisis

Relasi Putra dengan Keluarga

Fokus Pertanyaan Jawaban

Putra biasanya kamu kalau di

luar sekolah, misalnya di

rumah, main dengan siapa?

Aku senang main sama sepupuku bu,

namanya Aldi dan Aldo (pseudonym).

Mereka itu enggak sekolah lho bu. Terus

kita main naik motor keling-keling sekitaran

rumah.

Kamu kalau liburan senang

main kemana?

Ke Jakarta bu, sepupuku itu dulu tinggal di

Jakarta. Kalau di Jakarta aku senang main

ke rumah simbah. Pokoknya aku senang

pergi main bu

Owh dulu sepupumu itu

tinggal di Jakarta. Lalu kenapa

kamu senang di rumah

simbah?

Ya senang lah bu, kan bisa liburan, bermain,

jalan-jalan ke monas.

Lalu kalau liburannya di

rumah saja senang tidak?

Ya gak papa, kan sepupuku sekarang di

Jogja, jadi aku bisa main kapan aja.

Kenapa sepupu pindah ke

Jogja? Lalu di jogja sekolah

tidak

Ya karna orang tua nya punya rumah disini,

dekat rumahku itu lho bu. Sekarang ya juga

gak sekolah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

xxvi

D. Coding Data Wawancara dengan Bu Ina (Ibu key participant)

Fokus

Pertanyaan

Jawaban

Bagaimana

perilaku Putra

menurut ibu?

Putra itu sebetulnya anak yang cerdas dan kreatif jika

dibandingan dengan kakak laki-lakinya. Kakak laki-laki

Putra itu terlalu penurut dan tidak pernah protes kepada

orang tua. Saya itu kalau sama anak pertama tidak terlalu

banyak aturan, asalkan dia duduk nontong tv sudah anteng.

Nah, kalau sama Putra saya biarkan dia main diluar

rumah sepuasnya, karna gak bisa anteng kalau di rumah.

Bagaimana pola

asuh ibu

terhadap Putra

atau pendidikan

keluarga ibu

pada anak-

anak?

Ayahnya terlalu sabar pada Putra kalau menurutnya.

Hanya saya yang cerewet dan menunggui anaknya belajar.

Saya mengakui bahwa semasa muda saya juga anak yang

jahil suka mengganggu dan mengisengi temannya. Saya

mengakui bahwa mungkin sikap dan sifat anaknya juga

menurun dari perilakunya. Setiap malam saya selalu

menunggui anaknya belajar sambil bermain HP kadang

kala. Kalau anak saya menegur saya sedang bermain HP

Saya akan mengatakan bahwa saya sedang membalas

pesan penting dengan guru kelas. Ayah Putra jarang sekali

menunggui Putra belajar maka saya mengambil peran itu

di rumah yaitu menunggui dan mengawasi Putra belajar.

Saya sangat rajin meminta soal dan materi ke guru kelas.

Tiap kali akan ada ulangan tematik Saya akan mencetak

ulang soal-soal dari buku tematik atau latihan soal untuk

dikerjakan Putra di rumah. Saya akan merasa bangga dan

lega kalau banyak soal mirip yang keluar di ujian sesuai

yang dipelajari dan dikerjakan anaknya di rumah

sehingga nilainya bagus.

Bagaimana Saya dan suami sudah berkomitmen dari awal tentang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

xxvii

pembagian

peran mengasuh

dalam keluarga

ibu?

pembagian peran dalam keluarga. Suami saya memilih

menjadi tulang punggung yang akan mencari nafkah dan

mencukupi kebutuhan finansial keluarga, sedangkan saya

bertanggungjawab penuh pada masalah anak (mendidik,

mengasuh, merawat, dsb). Saya kadang merasa kesal dan

capek juga karena mengurus anak bukan pekerjaan sepele.

Saya alami sendiri bahwa mengurus anak sangat sulit.

Ayah Putra hanya akan turun tangan kalau saya bilang

bahwa perilaku si Putra sudah kelewat batas dan saya tidak

bisa tangani sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

xxviii

E. Dokumentasi Tulisan Tangan Putra

Putra masih kesulitan dalam

membedakan penggunaan huruf

kapital.

Pada beberapa kata ada suku

kata yang penlusinnya

terpisah, padahal masih satu

kata yang sama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “KENAKALAN ...repository.usd.ac.id/25046/2/141134129_full.pdf · Urip iku kaya udud (hidup itu seperti rokok), ngudud (merokok)... sia-sia,

xxix

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Layung Rahmawati lahir di Yogyakarta pada tanggal 10

Oktober 1996. Dia adalah anak pertama dari Bapak Sutapa

dan Ibu Kristiana Triastuti. Riwayat pendidikan formalnya

yaitu, tamat dari SD Kanisius Baciro tahun 2008, tamat

dari SMP Joannes Bosco tahun 2011, lulus SMA dari SMA

Stelladuce 1 tahun 2014. Setelah lulus SMA dia

melanjutkan studi S1 di Universitas Sanata Dharma, Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar (PGSD) mulai tahun 2014.

Memiliki pengalaman kerja sebagai pendidik di lembaga swadaya

masyarakat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Tunas Bangsa Padukuhan

Pringwulung tahun 2014 sampai 2015. Pada tahun 2014 – 2016 menjadi operator

kesekertariatan dan akademik di PAUD Tunas Bangsa, Pringwulung. Pernah

mengajar part-time sebagai Guru di Sekolah Anak Bintang Jogja (pre-school dan

day-care) di mata pelajaran Basic Mandarin or Chinnese Language for pre-school

di tahun 2016-2017. Menjadi asisten dosen dalam mata kuliah IPA Biologi,

praktikum biologi dasar, dan IPA inovatif di tahun 2016-2018. Anggota cepriest

sebagai student staff PIC Kursus Bahasa Isyarat di Pusat Studi Individu

Berkebutuhan Khusus (PSIBK) Sanata Dharma tahun 2016-2018.

Pernah menjadi penulis kedua artikel berjudul “Miskonsepsi Mahasiswa

PGSD terhadap Mikroorganisme” dalam Jurnal Penelitian Universitas Sanata

Dharma bersama Wahyu Wido Sari, M. Biotech di tahun 2015. Menjadi juara II

lomba menulis essay ilmiah dalam acara Pekan Ilmiah Fakultas Pendidikan tahun

2016. Sebagai peserta representatif Universitas Sanata Dharma dalam kegiatan

Global Leadership Programme, temu internasional mahasiswa universitas Jesuit

se-Asia tahun 2016. Pernah menjadi volunteer divisi Liasion Officer (LO) dalam

kegiatan Asian Youth Day 7, temu orang muda Katholik se-Asia, di Yogyakarta

tahun 2017. Menjadi peserta dalam ASEACCU Conference, konferensi

universitas Katholik se-Asia & Australia, dengan tema Inclusive Education di

Assumption University, Bangkok, Thailand tahun 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI