plagiat merupakan tindakan tidak terpuji pdf/f. farmasi/farmasi/098114099_full.pdfpengaruh carbopol...
TRANSCRIPT
i
FORMULASI EMULGEL MINYAK CENGKEH (Oleum caryophylli) SEBAGAI ANTI BAU KAKI:
PENGARUH CARBOPOL 940 DAN SORBITOL TERHADAP SIFAT FISIK DAN STABILITAS FISIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Lani Agustina
NIM : 098114099
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Karya ini kupersembahkan untuk:Bapaku, Tuhan Yesus Kristus;
Orang tuaku;Ci Fani, Felix, dan Welli;
Sahabat-sahabatku;dan Almamaterku.
HALAMAN PERSEMBAHAN
~ Filipi 4:6~
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan
permohonan dengan ucapan syukur
~ Kolose 3:23~
Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan
dan bukan untuk manusia
~ Yesaya 55:8~
Sebab rancangan- Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan- Ku, demikianlah
firman Tuhan
~ Anonim~
Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras dan belajar dari kegagalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, berkat, dan
penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Formulasi Emulgel Minyak Cengkeh (Oleum caryophylli) Sebagai Anti Bau
Kaki: Pengaruh Carbopol 940 dan Sorbitol Terhadap Sifat Fisik dan Stabilitas
Fisik” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama proses perkuliahan, penelitian, penyusunan dan penyelesaian
skripsi ini, penulis telah mendapatkan bantuan doa, dukungan, semangat, saran
dan kritik dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Orang tua atas doa, cinta, kasih sayang, perhatian, kebersamaan, kesabaran,
inspirasi, motivasi, saran, dan kritik yang diberikan kepada penulis.
2. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu C. M. Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt., selaku dosen pembimbing yang
telah banyak memberikan waktu, bimbingan, diskusi, kritik, dan saran kepada
penulis mulai dari proposal, penelitian, penyusunan hingga penyelesaian
skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
4. Dr. Enade Perdana Istyastono, Apt., selaku dosen penguji atas kesediaannya
meluangkan waktu untuk menjadi dosen penguji, serta memberikan
pengarahan, saran, dan kritik kepada penulis.
5. Ibu Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji atas kesediaannya
meluangkan waktu untuk menjadi dosen penguji, serta memberikan
pengarahan, saran, dan kritik kepada penulis.
6. Dra. Lily Widjaja, M.Phs., Apt., yang telah membantu dalam pengadaan
minyak cengkeh dan memberikan masukan kepada penulis.
7. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si., yang banyak memberikan masukan,
saran, dan kritik yang membangun kepada penulis.
8. Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko, M.Sc., selaku dosen statistika yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan masalah terkait data skripsi.
9. Jenny Marina, Lia Susanti, Selvia, Melisa Silvia Angelina Wijaya, dan Tri
Pamulatsih sebagai teman satu tim penelitian atas kerja sama, bantuan, dan
kebersamaan selama proses skripsi ini.
10. Sahabat-sahabatku : Elisabeth Adelia Widjaja dan Melissa Septina Ismanto
atas semangat, dukungan, dan doa yng diberikan kepada penulis.
11. Theresia Nindyati Krisantini, Maria Quincy Pang, Vincentia Adelina
Haryanto, Agnes Mutiara Kurniawan, Sylvia Agustina, Sheilla Ardhistia, dan
teman-teman kos Dewi 2 atas kebersamaan dan motivasi yang diberikan
kepada penulis selama proses skripsi ini.
12. Teman-teman FST A dan B 2009 atas kebersamaannya baik selama proses
perkuliahan maupun praktikum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
13. Bapak Musrifin, Bapak Mukminin, Mas Ottok, Bapak Heru, Bapak Parjiman,
Mas Darto, Bapak Yuwono, Bapak-bapak satpam dan seluruh laboran serta
karyawan lain di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah
banyak membantu penulis selama penelitian.
14. Semua pihak yang telah banyak membantu selama proses skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis sadar bahwa memiliki keterbatasan kemampuan dan pengetahuan
pada skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di
bidang farmasi.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
PRAKATA ................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xix
INTISARI ..................................................................................................... xx
ABSTRACT ................................................................................................... xxi
BAB I. PENGANTAR .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1. Perumusan masalah ............................................................................. 4
2. Keaslian penelitian............................................................................... 4
3. Manfaat penelitian ............................................................................... 5
B. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6
1. Tujuan umum ....................................................................................... 6
2. Tujuan khusus ...................................................................................... 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ........................................................... 7
A. Bau Kaki dan Staphylococcus epidermidis ............................................... 7
B. Minyak Cengkeh ...................................................................................... 8
1. Deskripsi ............................................................................................. 8
2. Kandungan kimia ................................................................................. 8
3. Sifat fisik dan kimia ............................................................................. 9
4. Manfaat ............................................................................................... 9
C. Emulgel .................................................................................................... 10
D. Komposisi Emulgel .................................................................................. 11
1. Carbopol 940 ....................................................................................... 11
2. Triethanolamine (TEA) ....................................................................... 12
3. Sorbitol ................................................................................................ 12
4. Emulsifying agent (tween 80 dan span 80) ........................................... 13
5. Parafin cair .......................................................................................... 15
6. Pengawet (metil paraben dan propil paraben) ....................................... 15
7. Aquadest .............................................................................................. 17
E. Iritasi Primer ........................................................................................... 17
F. Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Emulgel .................................................... 18
1. Viskositas ............................................................................................ 18
2. Daya sebar ........................................................................................... 19
G. Uji Potensi Antimikroba ........................................................................... 20
1. Metode difusi ....................................................................................... 20
2. Metode dilusi ....................................................................................... 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
H. Landasan Teori ......................................................................................... 21
I. Hipotesis .................................................................................................. 22
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................... 23
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................ 23
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................................ 23
1. Variabel penelitian ............................................................................... 23
2. Definisi operasional ............................................................................. 24
C. Bahan Penelitian ...................................................................................... 25
D. Alat Penelitian .......................................................................................... 25
E. Tata Cara Penelitian ................................................................................. 26
1. Verifikasi sifat fisik minyak cengkeh ................................................... 26
a. Verifikasi indeks bias minyak cengkeh ............................................ 26
b. Verifikasi bobot jenis minyak cengkeh ............................................ 26
2. Formulasi emulgel ............................................................................... 27
a. Pengembangan carbopol 940 .......................................................... 27
b. Pembuatan emulsi .......................................................................... 28
c. Pembuatan sediaan emulgel ........................................................... 28
3. Pengujian pH emulgel .......................................................................... 28
4. Iritasi primer ........................................................................................ 28
5. Uji sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel minyak cengkeh ................... 29
a. Uji viskositas ................................................................................. 29
b. Uji daya sebar ................................................................................ 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
6. Pengujian potensi antibakteri emulgel terhadap Staphylococcus
epidermidis .......................................................................................... 29
a. Pembuatan stok bakteri .................................................................. 29
b. Pembuatan suspensi bakteri ............................................................ 30
c. Pembuatan kontrol media steril ...................................................... 30
d. Kontrol pertumbuhan bakteri uji Staphylococcus epidermidis ........ 30
e. Uji potensi antibakteri sediaan emulgel .......................................... 31
F. Analisis Hasil ........................................................................................... 31
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 34
A. Identifikasi dan Verifikasi Sifat Fisik Minyak Cengkeh ............................ 34
B. Formulasi Emulgel ................................................................................... 35
C. Pengujian pH Emulgel .............................................................................. 43
D. Iritasi Primer ............................................................................................ 44
E. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Emulgel .............................................. 45
F. Pengaruh Carbopol 940 dan Sorbitol Terhadap Sifat Fisik dan Stabilitas
Fisik Emulgel ........................................................................................... 50
1. Viskositas ............................................................................................ 50
2. Daya sebar ........................................................................................... 52
3. Pergeseran viskositas ........................................................................... 55
G. Pengujian Potensi Antibakteri Emulgel Terhadap Staphylococcus
epidermidis .............................................................................................. 57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 61
A. Kesimpulan .............................................................................................. 61
B. Saran ........................................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 62
LAMPIRAN ................................................................................................. 66
BIOGRAFI PENULIS .................................................................................. 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Kandungan eugenol dalam minyak cengkeh ............................. 8
Tabel II. Perbedaan sifat fisik dan kimia minyak cengkeh ....................... 9
Tabel III. Sistem penilaian metode Draize ................................................ 18
Tabel IV. Interpretasi nilai Primary Irritation Index (PII) ......................... 18
Tabel V. Hasil modifikasi dari formula standar untuk pembuatan
emulgel sebanyak 200 g ........................................................... 27
Tabel VI. Hasil verifikasi minyak cengkeh CV Indaroma Yogyakarta ...... 34
Tabel VII. Hasil orientasi sifat fisik emulgel dengan variasi carbopol 940 . 39
Tabel VIII. Hasil orientasi sifat fisik emulgel dengan variasi sorbitol .......... 41
Tabel IX. Hasil pengujian viskositas, daya sebar, dan pergeseran viskositas
emulgel .................................................................................... 45
Tabel X. Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk untuk respon viskositas ........ 50
Tabel XI. Hasil uji Wilcoxon-two sample untuk melihat pengaruh variasi
carbopol 940 pada respon viskositas ......................................... 50
Tabel XII. Hasil uji Wilcoxon-two sample untuk melihat pengaruh variasi
sorbitol pada respon viskositas ................................................. 51
Tabel XIII. Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk untuk respon daya sebar ....... 52
Tabel XIV. Hasil uji Wilcoxon-two sample untuk melihat pengaruh variasi
carbopol 940 pada respon daya sebar ........................................ 53
Tabel XV. Hasil uji Wilcoxon-two sample untuk melihat pengaruh variasi
sorbitol pada respon daya sebar ................................................ 54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Tabel XVI. Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk untuk respon pergeseran
viskositas.................................................................................. 55
Tabel XVII. Hasil uji Wilcoxon-two sample untuk melihat pengaruh variasi
carbopol 940 pada respon pergeseran viskositas ....................... 55
Tabel XVIII. Hasil uji Wilcoxon-two sample untuk melihat pengaruh variasi
sorbitol pada respon pergeseran viskositas ............................... 56
Tabel XIX. Rata-rata diameter zona hambat setelah emulgel disimpan
selama satu bulan ..................................................................... 59
Tabel XX. Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk rata-rata diameter zona
hambat ..................................................................................... 59
Tabel XXI. Hasil uji normalitas Wilcoxon-two sample rata-rata diameter zona
hambat untuk melihat potensi antibakteri terhadap Staphylococcus
epidermidis ............................................................................... 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Unit monomer asam akrilat dalam polimer carbopol ................. 11
Gambar 2. Struktur triethanolamine (TEA) ................................................ 12
Gambar 3. Struktur sorbitol ....................................................................... 13
Gambar 4. Struktur Polysorbate 80 (tween 80) .......................................... 14
Gambar 5. Struktur Sorbitan monooleate (span 80) .................................... 15
Gambar 6. Struktur metil paraben .............................................................. 16
Gambar 7. Struktur propil paraben ............................................................. 16
Gambar 8. Skematik droplet minyak dalam emulsi O/W, menunjukkan
orientasi molekul tween dan span pada antarmuka .................... 37
Gambar 9. Carbopol dalam bentuk coiled (kiri) dan uncoiled (kanan) ........ 38
Gambar 10. Profil kurva variasi carbopol 940 terhadap viskositas ................ 40
Gambar 11. Profil kurva variasi carbopol 940 terhadap daya sebar .............. 40
Gambar 12. Profil kurva variasi sorbitol terhadap viskositas ........................ 41
Gambar 13. Profil kurva variasi sorbitol terhadap daya sebar ....................... 42
Gambar 14. Pemberian emulgel sebanyak 3 kali replikasi (A, B, C), basis (D)
pada punggung kelinci dan kulit normal (E) sebagai kontrol
negatif ...................................................................................... 44
Gambar 15. Hasil uji iritasi primer emulgel dan basis pada punggung
kelinci (pengamatan 72 jam) ..................................................... 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Gambar 16. Perbandingan antara emulgel setelah penyimpanan selama 48
jam (gambar A) dan emulgel setelah penyimpanan selama satu
bulan (gambar B) ...................................................................... 48
Gambar 17. Kontrol yang digunakan yaitu kontrol media (A) dan kontrol
pertumbuhan bakteri (B) ........................................................... 58
Gambar 18. Zona hambat pada uji potensi antibakteri .................................. 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analysis (CoA) minyak daun cengkeh ................. 66
Lampiran 2. Sertifikat hasil uji Staphylococcus epidermidis ATCC 1228 ..... 67
Lampiran 3. Verifikasi minyak cengkeh ....................................................... 68
Lampiran 4. Hasil uji sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel .......................... 69
Lampiran 5. Hasil pengolahan data dengan Software R2.14.1 ....................... 70
Lampiran 6. Dokumentasi sediaan emulgel minyak cengkeh ........................ 76
Lampiran 7. Dokumentasi hasil uji iritasi primer .......................................... 78
Lampiran 8. Hasil uji potensi antibakteri emulgel minyak cengkeh
terhadap Staphylococcus epidermidis ....................................... 79
Lampiran 9. Dokumentasi penelitian ............................................................ 82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
INTISARI
Sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel minyak cengkeh sebagai anti bau
kaki dapat dipengaruhi oleh gelling agent dan humectant. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan signifikansi pengaruh dari carbopol 940 dan sorbitol pada level yang diteliti terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel minyak cengkeh.
Penelitian eksperimental ini dirancang menggunakan desain faktorial 22, meliputi level rendah (1 g) dan level tinggi (5 g) carbopol 940 sebagai gelling agent serta level rendah (2 g) dan level tinggi (10 g) sorbitol sebagai humectant. Viskositas, daya sebar, dan pergeseran viskositas merupakan respon yang diuji. Data dianalisis secara statistik menggunakan software R2.14.1 dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa carbopol 940 berpengaruh signifikan baik pada sorbitol level rendah maupun tinggi terhadap respon viskositas dan daya sebar, sedangkan sorbitol berpengaruh signifikan terhadap respon daya sebar dan pergeseran viskositas pada level tinggi carbopol 940. Formula emulgel minyak cengkeh yang memenuhi kriteria sifat fisik adalah formula a dan formula ab, serta tidak ada formula yang memenuhi kriteria stabilitas fisik yang diinginkan.
Kata kunci : emulgel, minyak cengkeh, carbopol 940, sorbitol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
ABSTRACT
Physical properties and physical stability of clove oil emulgel as anti foot
odor can be affected by the gelling agent and humectant. This research aimed to prove the effect of carbopol 940 and sorbitol at levels studied on physical properties and physical stability of clove oil emulgel.
This experimental research was designed by using 22 factorial design, involving low level (1 g) and high level (5 g) of carbopol 940 as the gelling agent, as well as low level (2 g) and high level (10 g) of sorbitol as humectant. Viscosity, spreadability, and viscosity shift were selected the observed responses. The data were analysed statistically by using R2.14.1 open-source software with 95% confidence interval.
The results showed that carbopol 940 had significant effects in both low and high levels sorbitol in terms of viscosity and spreadability responses, while sorbitol has significant effects on the spreadability and the viscosity shift responses at high level of carbopol 940. The formula which met the criteria of physical properties are formula a and formula ab, and there is no formula that met the criteria of physical stability.
Keywords: emulgel, clove oil, carbopol 940, sorbitol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Kaki merupakan salah satu area tubuh yang jarang mendapatkan
perhatian dari pemiliknya, baik dari segi kebersihan, kesehatan, maupun
keindahannya. Oleh karena itu, banyak masalah yang sering muncul sebagai
akibat kurangnya perhatian pada kaki, seperti bau kaki. Bau kaki disebabkan oleh
adanya keringat bercampur dengan bakteri pada kulit. Salah satu bakteri tersebut
adalah Staphylococcus epidermidis, yang merupakan bakteri flora normal kulit.
Staphylococcus epidermidis menguraikan leusin yang terkandung pada keringat
dengan bantuan enzim leusin dehidrogenase untuk memproduksi isovaleric acid.
Isovaleric acid merupakan senyawa asam lemak rantai pendek. (Ara, Hama,
Akiba, Koike, Okisaka, Hagura, Kamiya, and Tomita, 2006). Senyawa ini paling
banyak diproduksi oleh bakteri pada saat metabolisme yang mengakibatkan bau
kaki (Caroprese, Gabbanini, Beltramini, Lucchi, and Valgimigli, 2009). Menurut
penelitian Ara et al. (2006), isovaleric acid yang menyebabkan bau kaki sebesar
2,3% (Ara et al., 2006).
Cengkeh (Syzygium aromaticum, (Linn.) Merr.) merupakan salah satu
jenis rempah-rempah yang terdapat di Indonesia. Minyak atsiri pada cengkeh
memiliki kandungan utama yaitu eugenol. Tingkat kandungan eugenol yang tinggi
dapat berperan sebagai antibakteri (Bhuiyan, Begum, Nandi, and Akter, 2010).
Kandungan eugenol ini tersebar pada bagian kuncup, batang, dan daun (Alma,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Ertas, Nitz, and Kollmannsberger, 2007). Minyak cengkeh dapat menghambat
beberapa pertumbuhan bakteri, salah satunya adalah Staphyloccocus epidermidis
(Joseph and Sujatha, 2011). Hasil penelitian Kusuma (2010) menyatakan bahwa
konsentrasi minyak cengkeh 15% sudah dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphyloccocus epidermidis. Range rata-rata diameter zona hambat yang
dihasilkan sebesar 17,27-20,73 mm (Kusuma, 2010). Menurut Davis dan Stout
(1971), diameter zona hambat yang dihasilkan tersebut masuk ke dalam kategori
kuat (Davis and Stout, 1971). Berdasarkan hasil penelitian Kusuma (2010), maka
minyak cengkeh dapat diformulasikan menjadi sediaan topikal yang berfungsi
sebagai anti bau kaki.
Emulgel adalah suatu sediaan emulsi baik tipe oil in water (O/W) maupun
water in oil (W/O) yang dibuat dalam bentuk gel dengan adanya penambahan
gelling agent. Keuntungan bentuk emulgel yaitu adanya kandungan emulsi dapat
memiliki kemampuan penetrasi yang tinggi (Singla, Saini, Joshi, and Rana, 2012).
Emulgel dapat menjadi salah satu alternatif bentuk sediaan anti bau kaki dengan
acceptability yang tinggi. Hal ini dikarenakan emulgel merupakan salah satu
pembawa yang baik bagi zat aktif yang bersifat hidrofobik, dimana zat aktif
tersebut akan lebih sulit apabila diformulasikan ke dalam suatu bentuk sediaan
yang mengandung banyak air, misalnya gel.
Kualitas emulgel minyak cengkeh dapat dilihat dari viskositas dan daya
sebarnya. Viskositas merupakan suatu tahanan untuk mengalir. Viskositas
berperan penting dalam meningkatkan stabilitas emulgel minyak cengkeh. Daya
sebar akan mempengaruhi efikasi terapi topikal. Konsistensi formula yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
optimum dapat memastikan dosis yang sesuai untuk diaplikasikan ke tempat
target. Oleh karena itu, konsistensi sediaan dan kualitas daya sebar perlu
dipertimbangkan dalam formulasi emulgel minyak cengkeh agar dapat
menghasilkan sediaan dengan sifat fisik dan stabilitas fisik yang baik.
Secara umum, formula emulgel mengandung gelling agent dan
humectant. Carbopol 940 sebagai gelling agent dapat membentuk matriks untuk
menjebak droplet-droplet minyak dari emulsi yang ada dalam sistem emulgel.
Semakin banyak jumlah carbopol 940, viskositas pun akan semakin meningkat.
Adanya peningkatan viskositas tersebut dapat membatasi pergerakan droplet-
droplet minyak sehingga terjadinya penggabungan droplet-droplet minyak
(coalescence) dapat diminimalkan. Sorbitol sebagai humectant bersifat inert dan
compatible dengan banyak eksipien. Sebagai humectant, sifat mengikat lembab
(moisture-binding) pada sorbitol dapat membantu mengurangi penguapan air dari
formulasi suatu sediaan sehingga dengan penggunaan sorbitol pada tingkat yang
cukup dapat meningkatkan ketahanan suatu emulgel. Sifat higroskopis sorbitol
lebih rendah dibandingkan dengan gliserin. Jadi, baik carbopol 940 maupun
sorbitol berpengaruh dalam suatu formulasi emulgel.
Desain faktorial merupakan rancangan untuk menentukan pengaruh
beberapa faktor secara simultan dan interaksi dari faktor-faktor tersebut. Carbopol
940 sebagai gelling agent dan sorbitol sebagai humectant merupakan faktor
penting yang berpengaruh dalam sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel. Dengan
demikian, melalui desain faktorial dapat menentukan faktor mana yang dominan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
berpengaruh serta mengetahui ada atau tidaknya interaksi antar faktor yang
diteliti.
1. Perumusan masalah
a. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari variasi carbopol 940 dan
sorbitol pada level yang diteliti terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel
minyak cengkeh? Jika ada, bagaimana pengaruhnya terhadap respon yang diteliti?
b. Formula emulgel minyak cengkeh manakah yang memenuhi kriteria
sifat fisik dan stabilitas fisik yang diinginkan?
2. Keaslian penelitian
Penelitian terkait yang pernah dilakukan oleh Kusuma (2010) adalah
membandingkan daya antibakteri antara krim antiacne minyak cengkeh dan
emulgel antiacne minyak cengkeh dalam menghambat pertumbuhan
Staphylococcus epidermidis. Penelitian tersebut menyatakan bahwa konsentrasi
minyak cengkeh 15% sudah dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphyloccocus epidermidis dengan menghasilkan range rata-rata diameter zona
hambat sebesar 17,27-20,73 mm dan diperoleh kesimpulan bahwa baik krim
antiacne minyak cengkeh maupun emulgel antiacne minyak cengkeh memiliki
kemampuan yang tidak berbeda dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus
epidermidis.
Joseph dan Sujatha (2011) melakukan penelitian dengan judul Bioactive
Compounds and its Autochthonous Microbial Activities of Extract and Clove Oil
(Syzygium aromaticum L.) on some Food Borne Pathogens. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa secara in vitro minyak cengkeh memiliki aktivitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
antijamur dan antibakteri yang lebih baik dibandingkan ekstrak kering dari
tanaman cengkeh dan sorbic acid propionate (pengawet makanan). Salah satu
bakteri yang diuji adalah Staphylococcus epidermidis dan minyak cengkeh dapat
menghambat bakteri tersebut dengan menghasilkan zona hambat sebesar 21 mm.
Menurut penelitian Suryarini (2011) mengenai pengaruh tween 80 dan
span 80 sebagai emulsifying agent terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel
antiacne minyak cengkeh (Oleum caryophylli) menggunakan aplikasi desain
faktorial menunjukkan hasil bahwa semua formula dalam penelitian ini optimum
karena semua respon yang dihasilkan dari penelitian ini (viskositas, daya sebar,
dan pergeseran viskositas) masuk ke dalam range viskositas, daya sebar, dan
pergeseran viskositas yang sebelumnya telah ditentukan oleh peneliti. Penelitian
ini juga menyimpulkan bahwa tween 80 merupakan faktor yang paling signifikan
dalam menentukan respon viskositas, daya sebar, dan pergeseran viskositas
emulgel.
Namun, sejauh pengetahuan dan penelusuran beberapa pustaka yang
dilakukan oleh penulis, penelitian tentang “Formulasi Emulgel Minyak Cengkeh
(Oleum caryophylli) Sebagai Anti Bau Kaki: Pengaruh Carbopol 940 dan Sorbitol
Terhadap Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik” belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoretis. Menyumbangkan pengetahuan mengenai pengaruh
carbopol 940 sebagai gelling agent dan sorbitol sebagai humectant terhadap sifat
fisik dan stabilitas fisik emulgel minyak cengkeh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
b. Manfaat praktis. Menghasilkan suatu formulasi emulgel minyak
cengkeh dengan sifat fisik dan stabilitas fisik yang baik sehingga bermanfaat bagi
masyarakat.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menghasilkan emulgel minyak cengkeh dengan sifat fisik yaitu
viskositas dan daya sebar serta stabilitas fisik yaitu pergeseran viskositas yang
memenuhi kriteria.
2. Tujuan Khusus
a. Membuktikan signifikansi pengaruh dari carbopol 940 dan sorbitol
pada level yang diteliti terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel minyak
cengkeh. Selain itu, melihat pengaruhnya apakah meningkatkan atau menurunkan
respon yang diteliti.
b. Mengetahui kualitas formula emulgel minyak cengkeh yang
memenuhi kriteria sifat fisik dan stabilitas fisik yang diinginkan secara kualitatif
dan kuantitatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Bau Kaki dan Staphylococcus epidermidis
Bau kaki merupakan suatu masalah kesehatan. Setiap bagian tubuh
manusia memiliki bakteri-bakteri yang berfungsi sebagai flora normal kulit,
termasuk kaki. Salah satu contoh bakteri tersebut adalah Staphylococcus
epidermidis. Apabila kaki berkeringat, maka pertumbuhan Staphylococcus
epidermidis akan mengalami peningkatan. Di dalam keringat terdapat kandungan
asam amino, seperti leusin, valin, dan isoleusin. Staphylococcus epidermidis akan
mendegradasi leusin dengan bantuan enzim leusin dehidrogenase menghasilkan
isovaleric acid. Isovaleric acid merupakan suatu senyawa asam lemak rantai
pendek (Ara et al., 2006). Hasil penelitian Caroprese et al. (2009) menyatakan
bahwa isovaleric acid merupakan senyawa utama yang berperan dalam
menyebabkan bau kaki (Caroprese et al., 2009).
Staphylococcus epidermidis adalah strain bakteri gram positif yang
merupakan flora normal kulit (Brooks, Carroll, Butel, and Morse, 2007) dan
menjadi target dari sediaan anti bau kaki (Ara et al., 2006). Koloni
Staphylococcus epidermidis berwarna abu-abu sampai putih pada isolasi primer.
Banyak koloni yang berkembang menjadi pigmen hanya pada saat inkubasi
jangka panjang (Brooks, et al., 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
B. Minyak Cengkeh
1. Deskripsi
Cengkeh (Syzygium aromaticum (L) Merr & Perry) merupakan tanaman
rempah yang sejak lama digunakan dalam industri rokok, makanan, minuman dan
obat-obatan. Bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan industri-
industri tersebut adalah bunga, tangkai bunga dan daun cengkeh (Taufik,
Triatmojo, Erwanto, Santoso, dan Kristanti, 2012).
Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri yang diperoleh dari tanaman
cengkeh (Syzygium aromaticum (L) Merr & Perry). Minyak atsiri ini dapat
diperoleh dari bunga, gagang, dan daun tanaman cengkeh. Kualitas minyak atsiri
yang dihasilkan dievaluasi berdasarkan kandungan eugenolnya (Hidayati, 2003).
Minyak daun cengkeh merupakan minyak yang dihasilkan dengan cara
penyulingan dari daun tanaman cengkeh yang telah luruh. Hal ini menyebabkan
minyak daun cengkeh paling ekonomis apabila dibandingkan dengan minyak
bunga cengkeh dan minyak gagang cengkeh (Hidayati, 2003).
2. Kandungan kimia
Kandungan utama dalam minyak cengkeh adalah eugenol. Kadar eugenol
dan kualitas minyak cengkeh dipengaruhi oleh asal minyaknya. Minyak bunga
dan gagang cengkeh dapat menghasilkan kadar eugenol paling banyak dan
kualitas paling baik, sedangkan kadar eugenol dan kualitas minyak daun cengkeh
hanya sedikit lebih rendah dibawahnya (Hidayati, 2003).
Tabel I. Kandungan eugenol dalam minyak cengkeh (Hidayati, 2003) Asal Minyak Kadar Eugenol
Bunga 90 - 95 % Gagang 83 - 95 % Daun 82 - 87 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Berdasarkan penelitian Ayoola et al. (2008), senyawa yang terkandung
dalam minyak bunga cengkeh, antara lain caryophyllene, eugenol acetate dan
alpha-humelene, dan eugenol yang merupakan senyawa terbanyak (Ayoola,
Lawore, Adelowotan, Aibinu, Adenipekun, Coker, and Odugbemi, 2008). Minyak
gagang cengkeh mengandung eugenol, eugenyl acetate, β-caryophyllene, dan
alpha-humulene (Lis-Balchin, 2006). Komponen minyak daun cengkeh dibagi
menjadi dua kelompok yaitu senyawa fenolat berupa eugenol dan senyawa non-
fenolat, meliputi β-kariofilen, α-kububen, α-kopaen, humulen, δ-kadien dan
kadina 1,3,5-trien (Hidayati, 2003).
3. Sifat fisik dan kimia
Minyak atsiri yang diperoleh dari bunga, gagang, dan daun tanaman
cengkeh memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda-beda, seperti pada tabel
berikut :
Tabel II. Perbedaan sifat fisik dan kimia minyak cengkeh (Reineccius, 1999)
Sifat Minyak bunga
cengkeh Minyak gagang
cengkeh Minyak daun
cengkeh
Warna tidak berwarna -
kuning pucat kuning - cokelat tua
sangat pucat, warna jerami
Bobot jenis ����� 1,038 - 1,060 1,048 - 1,056 1,036 - 1,046
Indeks bias ����� 1,527 - 1,535 1,534 - 1,538 1,531 - 1,535
Kelarutan dalam etanol 70%
2 vol 2 vol 2 vol
Total eugenol minimum 85%, v/v 89 - 95%, v/v 84 - 88%, v/v
4. Manfaat
Minyak cengkeh juga memiliki efek terapi, seperti antiradang,
antimuntah, analgesik, antispasmodik, antikarminatif, penguatan ginjal, dan
antiseptik. Kandungan eugenol yang tinggi pada minyak cengkeh memiliki
aktivitas antimikroba (Bhuiyan et al., 2010). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Joseph dan Sujatha (2011), minyak cengkeh dapat menghambat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
pertumbuhan beberapa spesies bakteri, antara lain Bacillus subtilis, B. cereus,
Staphy. faecalis, S. aureus, S. epidermidis, Micrococcus luteus, K. Pneumoniae,
E. Coli, dan Salmonell sp. serta spesies jamur, seperti Paeciliomyces, Aspergillus
flavus, Aspergillus niger, Penicillium sp., Rhizopus sp., dan Rhizomucor sp.
(Joseph and Sujatha, 2011).
C. Emulgel
Emugel merupakan suatu bentuk sediaan emulsi dan gel yang digunakan
secara kombinasi. Pada penggunaan dermatologis, emulgel memiliki sifat-sifat
menguntungkan. Sifat-sifat tersebut, antara lain tiksotropi, dapat melembabkan,
mudah penyebarannya, mudah dihilangkan, larut dalam air, dan dapat bercampur
dengan eksipien lain (Singla et al., 2012).
Banyak obat-obatan yang bersifat hidrofobik tidak dapat bergabung
dalam sistem gel karena masalah kelarutan. Oleh karena itu, emulgel dapat
digunakan sebagai alternatif untuk mengatasi masalah tersebut. Emulgel
membantu obat-obatan yang bersifat hidrofobik bergabung dalam fase minyak,
kemudian droplet-droplet minyak akan terdispersi dalam fase air menghasilkan
emulsi tipe oil in water (O/W). Selanjutnya, emulsi ini yang akan dicampur dalam
basis gel. Hal ini dapat meningkatkan stabilitas dan pelepasan obat (Panwar,
Upadhyay, Bairagi, Gujar, Darwhekar, and Jain, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
D. Komposisi Emulgel
1. Carbopol 940
Carbopol 940 merupakan salah satu contoh dari gelling agent. Gelling
agent adalah suatu zat hidrokoloid organik ataupun hidrofilik inorganik yang
digunakan sebagai bahan pembentuk gel (Collet and Aulton, 1990). Syarat gelling
agent untuk sediaan farmasi dan kosmetik harus inert, aman, dan tidak bereaksi
dengan komponen lain dalam formula (Zatz and Kushla, 1996).
Gambar 1. Unit monomer asam akrilat dalam polimer carbopol
(Rowe, Sheskey, and Quinn, 2009)
Carbopol 940 lebih dikenal dengan nama carbomer 940. Range
konsentrasi carbopol 940 sebagai gelling agent yaitu (0,5-2)%. Secara kimia,
carbopol ini merupakan polimer sintetik dari asam akrilat dengan bobot molekul
tinggi (Rowe et al., 2009). Carbopol 940 berbentuk serbuk halus berwarna putih,
memiliki bau asam yang ringan, pH 2,5-3 dalam 1% larutan dan stabil pada suhu
di atas 75oC (LibrawPharma, 2008).
Carbopol 940 memiliki viskositas 40.000-60.000 cP pada 0,5% larutan
dengan pH 7,5. Hal ini menunjukkan sifat carbopol 940 yaitu kemampuan
thickening paling baik pada viskositas yang tinggi. Pada formulasi gel topikal
hidroalkoholik, carbopol 940 ini menghasilkan warna yang jernih (Allen, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2. Triethanolamine (TEA)
Gambar 2. Struktur triethanolamine (TEA) (Rowe et al., 2009)
Triethanolamine (TEA) merupakan hasil dari reaksi antara amoniak dan
etilen oksida. Triethanolamine (TEA) mempunyai kemampuan menguap yang
rendah pada suhu ruangan, berbau amoniak, dan dapat berbentuk solid atau liquid
tergantung pada suhu dan nilai kemurniannya (Arak Petrochemical Company,
2013).
Beberapa sifat lain dari TEA yaitu memiliki pH 10,5 dalam 0,1 N larutan,
sangat higroskopis, berwarna cokelat apabila terpapar udara dan cahaya.
Triethanolamine (TEA) digunakan sebagai agen pembasa dan dapat juga
digunakan sebagai emulsifying agent (Rowe et al., 2009).
3. Sorbitol
Humectant adalah bahan dalam produk kosmetik yang bertujuan untuk
mencegah hilangnya lembab dari produk dan meningkatkan jumlah air
(kelembaban) pada lapisan kulit terluar saat produk diaplikasikan (Barel, Paye,
and Maibach, 2009). Humectant membantu menjaga kelembaban kulit dengan
mekanisme yaitu menjaga kandungan air pada lapisan stratum korneum serta
mengikat air dari lingkungan ke kulit (Leyden and Rawlings, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Gambar 3. Struktur sorbitol (Rowe et al., 2009)
Sorbitol merupakan salah satu contoh humectant yang dapat juga
berfungsi sebagai plasticizer, agen penstabil, agen pemanis, bahan pengisi pada
tablet dan kapsul. Sorbitol memiliki pH 4,5-7 dalam 10% w/v larutan (Rowe et al.,
2009). Sorbitol mudah larut dalam air, tetapi sukar larut dalam etanol, dalam
metanol, dan dalam asam asetat (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan RI, 1995). Range konsentrasi sorbitol sebagai humectant yaitu (0,5-
15)%. Sifat higroskop sorbitol lebih rendah dibandingkan dengan gliserin (Barel,
Paye, and Maibach, 2009). Viskositas sorbitol pada suhu 25oC adalah 190 cP
(Smith and Hong, 2003).
4. Emulsifying agent (tween 80 dan span 80)
Emulsifying agent merupakan suatu bahan yang berperan dalam
kestabilan emulsi dengan menurunkan tegangan antar muka dan kemudian
menjaga pemisahan droplet pada fase dispersi dengan membentuk barrier. Syarat
emulsifying agent yang ideal yaitu tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau,
tidak toksik dan tidak mengiritasi, serta dapat memproduksi emulsi pada
konsentrasi rendah. Emulsifying agent dikatakan efektif apabila memiliki dua
gugus yaitu gugus polar yang bersifat hidrofilik dan gugus non-polar yang bersifat
lipofilik. Keseimbangan antara sifat hidrofilik dan lipofilik pada emulsifying agent
akan mempengaruhi tipe emulsi yang dihasilkan. Emulsifying agent sintetis yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
bersifat non-ionik cenderung akan memiliki sifat hidrofilik dan lipofilik yang
seimbang. Contoh emulsifying agent tersebut adalah tween 80 dan span 80 (Collet
and Aulton, 1990).
Gambar 4. Struktur Polysorbate 80 (tween 80) (Nair, Stephens, Vincent, Raghavan, and
Sand, 2003)
Polysorbate 80 merupakan nama lain dari tween 80. Polysorbate
merupakan surfaktan hidrofilik non-ionik yang mengandung 20 unit oksietilena
dan digunakan sebagai emulsifying agent pada emulsi tipe oil in water (O/W).
Penggunaan tween 80 secara kombinasi sebagai emulsifying agent hidrofilik
memiliki range konsentrasi sebesar (1-10)%. Nama kimia untuk tween 80 adalah
polyoxyethylene 20 sorbitan monooleate dengan rumus kimia C64H124O26,
berbentuk cairan berminyak berwarna kuning (Rowe et al., 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Gambar 5. Struktur Sorbitan monooleate (span 80) (Wu et al., 2010)
Sorbitan monooleate merupakan nama lain dari span 80. Sorbitan ester
digunakan secara luas untuk kosmetik, produk makanan, dan sebagai emulsifying
agent lipofilik. Range konsentrasi penggunaan span 80 secara kombinasi sebagai
emulsifying agent lipofilik sebesar (1-10)%. Nama kimia untuk span 80 adalah
(Z)-sorbitan mono-9-octadecenoate dengan rumus kimia C24H44O6, berbentuk
cairan kental berwarna kuning (Rowe et al., 2009).
5. Parafin cair
Parafin cair merupakan suatu campuran hidrokarbon yang diperoleh dari
minyak mineral. Parafin cair berbentuk cairan kental, transparan, hampir tidak
berbau (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1979).
Parafin merupakan salah satu contoh bahan yang memiliki sifat emolien.
Emolien merupakan suatu bahan yang dapat membantu menjaga kulit agar tetap
lembut dan halus. Fungsi dari emolien yaitu sebagai lubrikan pada permukaan
kulit, mengurangi pengelupasan pada kulit, serta meningkatkan penampilan kulit.
Beberapa emolien menunjukkan sifat lipofilik yang kuat sehingga sering disebut
bahan oklusif. Bahan oklusif yaitu bahan berminyak untuk menghambat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
penguapan air pada permukaan kulit sehingga kadar airnya meningkat (Barel et
al., 2009).
6. Pengawet (metil paraben dan propil paraben)
Gambar 6. Struktur metil paraben (Rowe et al., 2009)
Metil paraben berbentuk serbuk kristal, berwarna putih dan tidak berbau.
Nama kimia metil paraben adalah methyl-4-hydroxybenzoate dengan rumus kimia
C8H8O3. Range konsentrasi yang digunakan dalam sediaan topikal yaitu (0,02-
0,3)% (Rowe et al., 2009).
Gambar 7. Struktur propil paraben (Rowe et al., 2009)
Propil paraben merupakan serbuk kristal yang berwarna putih dan tidak
berbau. Nama kimia metil paraben adalah propyl-4-hydroxybenzoate dengan
rumus kimia C10H12O3. Range konsentrasi yang digunakan dalam sediaan topikal
yaitu (0,01-0,6)% (Rowe et al., 2009).
Metil paraben dan propil paraben berfungsi sebagai pengawet
antimikroba. Keduanya memiliki aktivitas antimikroba pada pH 4-8. Kombinasi
paraben dapat meningkatkan aktivitasnya sebagai pengawet karena aktivitas
antimikroba meningkat seiring dengan meningkatnya panjang rantai alkil. Oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
karena itu, kombinasi metil-, etil-, propil-, dan butil paraben sering digunakan
bersama, contohnya metil paraben dan propil paraben (Rowe et al., 2009).
7. Aquadest
Menurut Farmakope Indonesia III, aquadest yaitu cairan jernih, tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa. Nama lain aquadest adalah air
suling. Aquadest dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. Fungsi
aquadest sebagai pelarut. Rumus kimia dari aquadest adalah H2O dengan berat
molekul 18,02 (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1979).
E. Iritasi Primer
Iritasi kulit adalah proses peradangan pada kulit yang tidak dimediasi
oleh sistem imun (limfosit atau antibodi). Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi
kulit baik pada paparan pertama maupun paparan berulang. Apabila paparan
berulang terjadi pada area yang sama, maka bahan kimia tersebut akan merusak
kulit dengan segera yang dapat mengakibatkan kematian jaringan kulit dan
pembentukan bekas luka (Benson and Watkinson, 2012).
Edema atau yang sering disebut dropsy, merupakan suatu pembengkakan
yang disebabkan oleh terakumulasinya sejumlah cairan pada sel-sel tubuh.
Kondisi ini sering terjadi pada pergelangan kaki, wajah, dan tangan (Ehrlich,
2010). Eritema merupakan kondisi kulit yang kemerahan dan menimbulkan ruam.
Jenis eritema yaitu fotosensitivitas, erythema multiforme, dan erythema nodusum.
Fotosensitivitas dikarenakan peningkatan sensitivitas pada radiasi ultraviolet.
Erythema multiforme ditandai dengan munculnya bercak pada kulit karena reaksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
obat, infeksi atau penyakit. Erythema nodusum dikenal dengan adanya benjolan di
bawah lutut karena suatu penyakit tertentu (Ehrlich, 2010).
Metode Draize digunakan untuk menguji iritasi kulit. Hewan uji yang
digunakan adalah kelinci. Draize menggunakan sistem penilaian secara visual
untuk menghitung Primary Irritation Index (PII) (Benson and Watkinson, 2012).
Tabel III. Sistem penilaian metode Draize (Benson and Watkinson, 2012) No Reaksi Kulit Skor
1
Eritema dan Pembentukan Kerak Tanpa eritema 0 Eritema sangat sedikit (hampir tidak nampak) 1 Eritema berbatas jelas 2 Eritema moderat sampai berat 3 Eritema berat (merah bit) sampai sedikit membentuk kerak (luka dalam) 4
2
Pembentukan edema Tanpa edema 0 Edema sangat sedikit (hampir tidak nampak) 1 Edema sedikit (tepi daerah berbatas jelas) 2 Edema moderat (tepi naik kira-kira 1 mm) 3 Edema berat (naik lebih dari 1 mm dan meluas keluar daerah pajanan) 4
Primary Irritation Index (PII) dihitung dengan cara merata-rata nilai eritema dan
edema yang terjadi pada semua bagian. Selanjutnya, kedua hasil rata-rata tersebut
dijumlahkan. Nilai PII yang dihasilkan diinterpretasikan berdasarkan Tabel IV
(Benson and Watkinson, 2012).
Tabel IV. Interpretasi nilai Primary Irritation Index (PII) (Benson and Watkinson, 2012) Primary Irritation Index (PII) Interpretasi mengenai bahan uji
< 2 Tidak mengiritasi 2 - 5 Iritasi sedang > 5 Iritasi berat
F. Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Emulgel
1. Viskositas
Viskositas merupakan suatu tahanan dari suatu cairan untuk mengalir.
Semakin kental suatu cairan, semakin besar tahanannya, sehingga dibutuhkan
energi lebih besar untuk membuat cairan tersebut mengalir pada kecepatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
tertentu (Sinko, 2006). Viskositas memiliki peranan penting pada beberapa bentuk
sediaan. Viskositas merupakan faktor penting dalam menjaga obat bentuk
suspensi, meningkatkan stabilitas emulsi, mengubah kecepatan pelepasan obat
pada tempat aplikasi, membuat suatu bentuk sediaan mudah diaplikasikan.
Seorang farmasis akan mempertimbangkan viskositas untuk meningkatkan
stabilitas bentuk sediaan yang diformulasikan (Allen, 2002). Pengujian viskositas
dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis viskometer berdasarkan
kebutuhan formulator (Garg, Aggarwal, Garg, and Singla, 2002).
2. Daya sebar
Efikasi terapi topikal dipengaruhi oleh daya sebar formulasi pada tempat
target dengan dosis standar. Konsistensi formula yang optimum membantu
memastikan dosis yang sesuai untuk diaplikasikan ke tempat target, khususnya
untuk obat-obat poten. Apabila dosis berkurang, maka tidak akan memberikan
efek yang diinginkan, tetapi dengan dosis berlebih dapat memberikan efek
samping yang tidak diinginkan (Garg et al., 2002).
Faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam penilaian daya sebar
yaitu rigiditas sediaan, lama tekanan, suhu tempat target, viskositas formulasi
sediaan, dan laju penguapan pelarut. Metode yang paling sering digunakan dalam
pengukuran daya sebar adalah metode parallel-plate. Keuntungan metode ini
yaitu sederhana, mudah untuk dilakukan, dan tidak memerlukan banyak biaya.
Namun, metode ini kurang tepat dan sensitif karena data yang dikumpulkan harus
dihitung lagi secara manual (Garg et al., 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
G. Uji Potensi Antimikroba
Parameter yang diukur pada uji potensi antimikroba adalah respon
pertumbuhan populasi mikroorganisme terhadap agen antimikroba. Kegunaan uji
potensi antimikroba untuk memperoleh suatu sistem pengobatan yang efektif dan
efisien. Secara garis besar, terdapat dua metode untuk uji potensi antimikroba
yaitu metode difusi dan metode dilusi (Pratiwi, 2008).
1. Metode difusi
Metode disc diffusion (tes Kirby dan Bauer) berfungsi untuk menentukan
aktivitas agen antimikroba. Disc yang berisi agen antimikroba diletakkan pada
media agar yang telah ditanami mikroorganisme. Selanjutnya, disc akan berdifusi
dengan media agar menghasilkan suatu zona jernih. Zona jernih yang dihasilkan
menandakan adanya penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme oleh
agen antimikroba pada permukaan media agar (Pratiwi, 2008).
2. Metode dilusi
a. Metode dilusi cair (broth dilution test). Metode ini digunakan untuk
mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM).
Mekanisme metode dilusi cair adalah dengan membuat seri pengenceran agen
antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan
agen antimikroba dengan kadar terkecil yang terlihat jernih ditetapkan sebagai
KHM. Selanjutnya, larutan KHM tersebut dikultur ulang pada media cair tanpa
adanya penambahan agen antimikroba dan mikroba uji, diinkubasi selama 24-48
jam. Apabila larutan masih terlihat jernih, maka ditetapkan sebagai KBM
(Pratiwi, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
b. Metode dilusi padat (solid dilution test). Mekanisme metode ini sama
dengan metode dilusi cair, hanya saja media yang digunakan adalah media padat.
Keuntungan metode ini yaitu satu konsentrasi agen antimikroba dapat digunakan
untuk mengidentifikasi beberapa mikroba uji (Pratiwi, 2008).
H. Landasan Teori
Bau kaki disebabkan oleh senyawa isovaleric acid yang diproduksi
Staphylococcus epidermidis pada saat mendegradasi leusin di dalam keringat
dengan bantuan enzim leusin dehidrogenase (Ara et al., 2006). Minyak cengkeh
mengandung eugenol. Kandungan eugenol yang tinggi memiliki aktivitas
antimikroba (Bhuiyan et al., 2010). Minyak cengkeh dapat menghambat
pertumbuhan Staphylococcus epidermidis (Joseph and Sujatha, 2011). Oleh
karena itu, minyak cengkeh dapat diformulasikan menjadi sediaan anti bau kaki.
Emulgel merupakan salah satu pembawa yang baik untuk zat aktif yang
bersifat hidrofobik, seperti minyak cengkeh. Bentuk sediaan emulgel dapat
meningkatkan stabilitas dan pelepasan obat (Panwar et al., 2011).
Sifat fisik emulgel ditentukan melalui viskositas dan daya sebar yang
dihasilkan. Viskositas merupakan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir.
Viskositas cairan yang semakin tinggi akan membutuhkan energi yang semakin
besar agar cairan tersebut dapat mengalir (Sinko, 2006). Viskositas merupakan
faktor penting yang dapat meningkatkan stabilitas emulsi (Allen, 2002). Efikasi
terapi topikal dipengaruhi oleh daya sebar, dimana konsistensi formula yang
optimum membantu memastikan dosis yang sesuai untuk diaplikasikan ke tempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
target. Apabila dosis berkurang, maka tidak akan memberikan efek yang
diinginkan, tetapi dengan dosis berlebih dapat memberikan efek samping yang
tidak diinginkan (Garg et al., 2002).
Formula sediaan emulgel mengandung gelling agent dan humectant.
Carbopol 940 dapat digunakan sebagai gelling agent dan sorbitol sebagai
humectant. Range konsentrasi carbopol 940 sebagai gelling agent yaitu (0,5-2)%
(Rowe et al., 2009). Pada formulasi sediaan topikal, carbopol 940 akan
membentuk gel yang jernih. Kemampuan thickening carbopol 940 paling baik
pada viskositas tinggi yang dapat dicapai pada range pH 5,0-9,0. Netralisasi
gugus karboksilat pada carbopol 940 menggunakan zat alkali yang sesuai akan
membuat carbopol 940 sangat terionisasi membentuk gel yang kaku (Allen, 2002;
Lubrizol, 2009). Range sorbitol sebagai humectant sebesar (0,5-15)%, dimana
sifat moisture-binding yang dimiliki sorbitol dapat mengurangi penguapan air dari
formulasi dan mengontrol viskositas. Penggunaan sorbitol sebagai humectant
pada level yang cukup dapat meningkatkan ketahanan emulgel (Barel et al.,
2009).
I. Hipotesis
1. Carbopol 940 dan sorbitol memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sifat
fisik dan stabilitas fisik emulgel minyak cengkeh pada level yang diteliti.
2. Semua formula emulgel minyak cengkeh memenuhi kriteria sifat fisik dan
stabilitas fisik yang diinginkan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain
faktorial.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas. Komposisi carbopol 940 sebagai gelling agent dan
sorbitol sebagai humectant dalam formula emulgel minyak cengkeh.
b. Variabel tergantung. Daya sebar dan viskositas (sifat fisik emulgel),
pergeseran viskositas (stabilitas fisik emulgel), diameter zona hambat tiap formula
(potensi antibakteri), dan edema dan eritema (uji iritasi primer).
c. Variabel pengacau terkendali. Lama, kecepatan dan suhu pengadukan
pada saat pembuatan emulgel, lama penyimpanan, kondisi tempat penyimpanan,
suhu dan lama inkubasi, kepadatan suspensi bakteri Staphylococcus epidermidis,
umur, berat badan dan jenis kelamin kelinci.
d. Variabel pengacau tak terkendali. Suhu dan kelembaban ruangan pada
saat pembuatan, penyimpanan dan pengujian emulgel, laju penguapan minyak
cengkeh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2. Definisi operasional
a. Emulgel adalah sediaan topikal, berbentuk semisolid dengan zat aktif
minyak daun cengkeh dengan konsentrasi sebesar 15% dengan formula yang
ditunjukkan pada penelitian ini.
b. Viskositas adalah tahanan emugel untuk mengalir, yang diukur
dengan viscotester seri VT 04 (RION®-JAPAN).
c. Daya sebar adalah diameter penyebaran emulgel pada horizontal
double plate selama 1 menit.
d. Stabilitas fisik emulgel adalah suatu parameter untuk menilai kualitas
emulgel setelah penyimpanan selama 1 bulan. Pada penelitian ini stabilitas
emulgel ditentukan dari pergeseran viskositasnya.
e. Faktor adalah besaran yang dapat mempengaruhi respon. Dalam
penelitian ini, faktor yang diteliti adalah carbopol 940 dan sorbitol.
f. Level adalah jumlah faktor yang diteliti. Dalam penelitian ini terdapat
dua level yaitu level rendah dan level tinggi. Level rendah carbopol 940 adalah 1
g dan level tinggi adalah 5 g. Level rendah sorbitol adalah 2 g dan level tinggi
adalah 10 g.
g. Respon adalah besaran yang diamati perubahannya dan dapat
dikuantitatifkan. Dalam penelitian ini, respon yang dihasilkan adalah viskositas,
daya sebar, dan pergeseran viskositas
h. Pengaruh adalah perubahan respon yang disebabkan oleh adanya
variasi faktor dan level.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
i. Kontrol basis emulgel adalah sediaan emulgel yang diformulasikan
tanpa zat aktif yaitu minyak cengkeh dan digunakan sebagai pembanding pada
saat melakukan uji iritasi primer dan uji potensi antibakteri.
j. Potensi antibakteri emulgel adalah kemampuan emulgel minyak
cengkeh dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis,
dilihat dari diameter zona hambat yang dihasilkan dan dibandingkan dengan
kontrol basis emulgel.
k. Diameter zona hambat adalah parameter uji potensi antibakteri berupa
pengukuran diameter zona jernih yang dihasilkan.
C. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak daun
cengkeh yang diperoleh dari CV Indaroma Yogyakarta (Lampiran 1), carbopol
940, TEA, sorbitol, tween 80, span 80, parafin cair, metil paraben, propil paraben,
aquadest, media Muller-Hinton Agar (Oxoid), media Muller-Hinton Broth
(Merck), kultur murni bakteri Staphylococcus epidermidis ATCC 12228 yang
diperoleh dari Dinas Kesehatan, Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta
(Lampiran 2), dan kelinci.
D. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Glasswares
(PYREX-GERMANY), neraca, mixer merk Philips®, viscotester seri VT 04
(RION®-JAPAN), refractometer ABBE, stopwatch, indikator pH, horizontal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
double plate, waterbath, cawan petri, labu erlenmeyer, stirer, tabung reaksi, jarum
ose, pelubang sumuran diameter 0,8 cm, pipet ukur, vortex, autoklaf dan alat
pencukur bulu kelinci.
E. Tata Cara Penelitian
1. Verifikasi sifat fisik minyak cengkeh
a. Verifikasi indeks bias minyak cengkeh. Indeks bias minyak cengkeh
diukur menggunakan refractometer ABBE. Indeks bias ini diukur dengan cara
minyak cengkeh diteteskan pada prisma utama, kemudian prisma ditutup dan
refraktometer diarahkan ke cahaya terang melaui lensa skala agar dapat dilihat
dengan jelas sehingga indeks bias dapat ditentukan. Refraktometer dialiri air
mengalir dan diatur suhunya menjadi 20oC. Selanjutnya, nilai indeks bias
ditunjukkan oleh garis batas yang memisahkan sisi terang dan sisi gelap pada
bagian atas dan bawah. Pada uji ini dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.
b. Verifikasi bobot jenis minyak cengkeh. Bobot jenis minyak cengkeh
diukur dengan menggunakan piknometer yang telah dikalibrasi dengan
menetapkan bobot piknometer kosong dan bobot air pada suhu 25oC. Kemudian
volume air dihitung dengan cara bobot air dibagi dengan kerapatan air.
Piknometer diisi minyak cengkeh dan suhu dikondisikan pada suhu 25oC,
kemudian piknometer ditimbang. Bobot piknometer yang telah diisi minyak
cengkeh dikurangi bobot piknometer kosong untuk memperoleh bobot minyak
cengkeh. Kerapatan minyak cengkeh dihitung dengan cara bobot minyak cengkeh
dibagi dengan volume air. Bobot jenis minyak cengkeh merupakan perbandingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
antara kerapatan minyak cengkeh dengan kerapatan air, pada suhu 25oC. Pada uji
ini dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.
2. Formulasi emulgel
Formula yang digunakan mengacu pada formula emulgel antiacne
minyak cengkeh Suryarini (2011) untuk 250 g emulgel, sebagai berikut :
R/ Minyak cengkeh 37,5 g Carbopol 940 5 g NaOH 20% b/v 1,5 g Parafin cair 2,5 g Tween 80 43,75 g Span 80 6,25 g Gliserin 5 g Metil paraben 0,45 g Propil paraben 0,05 g Aquadest 135,5 g
Tabel V. Hasil modifikasi dari formula standar untuk pembuatan emulgel sebanyak 200 g
Bahan (g) F1 Fa Fb Fab
Minyak cengkeh 30 30 30 30
Carbopol 940 1 5 1 5
Sorbitol 2 2 10 10 TEA 1,5 1,5 1,5 1,5
Tween 80 35 35 35 35
Span 80 5 5 5 5
Parafin cair 2,5 2,5 2,5 2,5
Metil paraben 0,36 0,36 0,36 0,36
Propil paraben 0,04 0,04 0,04 0,04
Aquadest (mL) 110 110 110 110
Keterangan : F1 = carbopol 940 level rendah, sorbitol level rendah Fa = carbopol 940 level tinggi, sorbitol level rendah Fb = carbopol 940 level rendah, sorbitol level tinggi Fab = carbopol 940 level tinggi, sorbitol level tinggi
a. Pengembangan carbopol 940. Carbopol 940 dikembangkan dengan
cara ditaburkan dalam 70 mL aquadest yang terdapat pada formula. Carbopol 940
didiamkan selama 24 jam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
b. Pembuatan emulsi. Semua bahan dicampurkan menurut fasenya
masing-masing di atas waterbath hingga suhu 50oC. Minyak cengkeh, parafin,
span 80 dan propil paraben termasuk fase minyak sedangkan sisa air (40 mL),
tween 80, sorbitol, dan metil paraben termasuk fase air. Setelah suhu 50oC, kedua
fase tersebut dicampurkan. Campuran kedua fase dicampur menggunakan mixer
dengan kecepatan putar pada skala 1 selama 10 menit di dalam baskom yang
berisi air panas dengan suhu 60oC.
c. Pembuatan sediaan emulgel. Carbopol 940 yang telah dikembangkan
selama 24 jam ditambahkan ke dalam emulsi dan dicampur menggunakan mixer
dengan kecepatan putar pada skala 1 selama 10 menit. Selanjutnya, TEA
ditambahkan ke dalam campuran dan dicampur menggunakan mixer kembali
selama 5 menit.
3. Pengujian pH emulgel
Indikator pH dimasukkan ke dalam sejumlah sediaan emulgel.
Selanjutnya, indikator pH tersebut dibandingkan dengan standar yang terdapat
pada wadah.
4. Iritasi primer
Uji ini dilakukan dengan menggunakan kelinci sebagai hewan uji.
Sebanyak 0,5 g emulgel diaplikasikan pada kulit kelinci yang bulunya sudah
dicukur dan dibersihkan dengan air suling. Emulgel diaplikasikan pada punggung
kelinci dengan luas area 2,54 x 2,54 cm. Pengamatan dilakukan setelah pemberian
selama 24 jam, 48 jam dan 72 jam (Deveda, Jain, Vyas, Khambete, and Jain,
2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
5. Uji sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel
a. Uji viskositas. Uji ini dilakukan dengan menggunakan alat viscotester
seri VT 04 (RION®-JAPAN). Emulgel seberat 150 g ditimbang dan dimasukkan
ke dalam suatu wadah yang tersedia. Selanjutnya, wadah yang berisi emulgel
tersebut dipasang pada portable viscotester. Viskositas emulgel ditentukan dengan
mengamati pergerakkan jarum penunjuk viskositas. Uji ini dilakukan 2 kali yaitu
48 jam setelah pembuatan dan setelah penyimpanan selama 1 bulan untuk
mengetahui pergeseran viskositasnya. Range viskositas yang dikehendaki sebesar
150-300 d.Pa.s Stabilitas fisik emulgel ditentukan dari nilai pergeseran viskositas
yang dihitung dengan cara viskositas emulgel setelah penyimpanan selama 1
bulan dikurangi dengan viskositas emulgel 48 jam setelah pembuatan dibagi
dengan viskositas emulgel 48 jam setelah pembuatan, lalu dikali 100%.
Pergeseran viskositas yang dikehendaki ≤ 10.
b. Uji daya sebar. Sediaan emulgel seberat 1 g ditimbang dan diletakkan
pada horizontal double plate. Horizontal double plate lain seberat 55 gram
diletakkan di atas emulgel dan didiamkan selama 1 menit, kemudian dicatat
penyebarannya. Uji daya sebar ini dilakukan setelah penyimpanan selama 48 jam.
Daya sebar yang dikehendaki dalam penelitian ini adalah 3-5 cm.
6. Pengujian potensi antibakteri emulgel terhadap Staphylococcus
epidermidis
a. Pembuatan stok bakteri. Media Muller-Hinton Agar dimasukkan ke
dalam erlenmeyer (penimbangan disesuaikan kebutuhan dengan melihat label
pada wadah) dan ditambahkan aquadest. Selanjutnya, media diambil sebanyak 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
mL dengan pipet ukur, dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dan disterilisasi
dengan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit. Pada suhu 45-50oC, tabung
reaksi yang berisi media dimiringkan hingga memadat. Staphylococcus
epidermidis sebanyak 1 ose diinokulasikan secara goresan zig-zag pada media
agar miring tersebut dan diinkubasi selama 24-48 jam di dalam inkubator.
b. Pembuatan suspensi bakteri. Koloni bakteri Staphylococcus
epidermidis diambil dengan 2-3 ose dari stok bakteri, jika dikehendaki dalam
volume yang besar dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi Media Muller-
Hinton Broth (penimbangan disesuaikan kebutuhan dengan melihat label pada
wadah) yang telah disterilisasi dengan autoklaf (suhu 121oC, 15 menit). Suspensi
bakteri diinkubasi selama 48 jam di dalam inkubator pada suhu 37oC. Selanjutnya,
suspensi bakteri divortex dan kekeruhannya dibandingkan dengan Mac Farland
0,5 (1,5 x 108 CFU/mL) (Bonang dan Koeswardono, 1982).
c. Pembuatan kontrol media steril. Media Muller-Hinton Agar yang telah
disterilisasi dengan autoklaf (suhu 121oC, 15 menit) dituang ke dalam cawan petri
steril, ditunggu hingga memadat dan diinkubasi di dalam inkubator selama 48 jam
pada suhu 37oC. Setelah diinkubasi, media diamati dan dibandingkan dengan
perlakuan dan kontrol pertumbuhan bakteri uji.
d. Kontrol pertumbuhan bakteri uji Staphylococcus epidermidis. Media
Muller-Hinton Agar yang steril, dengan suhu 45-50oC, diinokulasikan suspensi
bakteri uji dengan kepadatan dan jumlah yang sama dengan suspensi bakteri uji
pada perlakuan, kemudian dituang ke cawan petri steril dan digoyang sehingga
pertumbuhan bakteri dapat merata. Cawan petri tersebut diinkubasi selama 48 jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dengan suhu 37oC. Setelah diinkubasi, media diamati pertumbuhan bakteri ujinya
melalui kekeruhan media yang dibandingkan dengan perlakuan.
e. Uji potensi antibakteri sediaan emulgel. Semua alat yang akan
digunakan disterilisasi dengan autoklaf (suhu 121oC, 15 menit). Media Muller-
Hinton Agar yang steril, dengan suhu 45-50oC, diinokulasikan suspensi bakteri uji
dengan kepadatan dan jumlah yang sama dengan suspensi bakteri uji pada kontrol
pertumbuhan bakteri uji. Selanjutnya, sumuran sebanyak 5 lubang dibuat pada
media berisi bakteri uji tersebut. Lima lubang sumuran yang dibuat meliputi basis
(di tengah) dan ke 4 lubang lainnya berisi sediaan emulgel tiap formula. Cawan
petri dibungkus menggunakan plastic wrap, kemudian diinkubasi selama 48 jam
pada suhu 37oC. Setelah diinkubasi, diameter zona hambat yang dihasilkan diukur
dengan menggunakan penggaris. Pada uji ini dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.
F. Analisis Hasil
Data utama yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi viskositas dan
daya sebar (sifat fisik), dan pergeseran viskositas (stabilitas fisik). Uji Shapiro-
Wilk digunakan untuk menentukan normalitas distribusi data.
Besarnya pengaruh antara carbopol 940 dengan sorbitol dapat dianalisis
secara statistik menggunakan uji two-way ANOVA. Uji tersebut dilakukan jika
pada penelitian didapatkan data yang terdistribusi normal. Uji two-way ANOVA
digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh carbopol 940, sorbitol, dan
interaksi keduanya. Dengan demikian, dapat diketahui faktor dominan yang
berpengaruh dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel. Apabila p-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
value < 0,05, maka disimpulkan bahwa faktor yang diteliti memiliki pengaruh
yang signifikan (taraf kepercayaan 95%).
Jika pada penelitian didapatkan data yang terdistrbusi tidak normal, maka
analisis data tersebut dilakukan menggunakan uji non-parametrik. Uji non-
parametrik yang digunakan adalah uji Mann-Whitney atau Wilcoxon two sample
dengan membandingkan dua kelompok formula dengan salah satu nilai faktor
yang sama untuk melihat pengaruh faktor lain yang nilainya berbeda. Apabila
dalam analisis data didapatkan p-value < 0,05, maka disimpulkan bahwa ada
perbedaan antara dua kelompok formula. Perbedaan kedua kelompok formula
yang dihasilkan dapat menunjukkan adanya pengaruh dari nilai faktor yang
berbeda tersebut. Sebaliknya, apabila p-value > 0,05, maka disimpulkan bahwa
tidak ada perbedaan antara dua kelompok formula. Taraf kepercayaan yang
digunakan adalah 95%.
Analisis statistik dilakukan menggunakan software R2.14.1. Berdasarkan
analisis statistik ini, maka dapat diketahui ada atau tidaknya pengaruh yang
signifikan dari carbopol 940 dan sorbitol terhadap respon-respon yang diuji dalam
penelitian ini.
Selain data utama, hasil uji pH, iritasi primer, dan diameter zona hambat
dapat menjadi data pendukung dalam penelitian ini. Data pH didapatkan dengan
menguji keempat formula emulgel dengan suatu indikator pH. Data iritasi primer
didapatkan dengan pengamatan secara visual, kemudian ditentukan menggunakan
evaluasi reaksi kulit metode Draize (tabel III). Pada uji potensi antibakteri sediaan
emulgel, pengujian dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengujian secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
kulitatif dilakukan dengan cara mengamati secara visual ada atau tidaknya zona
jernih yang dihasilkan oleh keempat formula emulgel, sedangkan pengujian secara
kuantitatif dilakukan dengan cara mengukur rata-rata diamter zona hambat
masing-masing formula emulgel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi dan Verifikasi Sifat Fisik Minyak Cengkeh
Pada penelitian ini, minyak cengkeh yang digunakan berasal dari CV
Indaroma Yogyakarta. Minyak cengkeh yang digunakan adalah minyak daun
cengkeh yang dibuktikan dengan Certificate of Analysis (CoA) pada Lampiran 1.
Pengujian organoleptis (bentuk, bau, dan warna) dari minyak daun cengkeh
tersebut juga dilakukan. Berdasarkan Reineccius (1999), warna minyak daun
cengkeh yaitu sangat pucat, warna jerami (Reineccius, 1999). Hasil organoleptis
minyak cengkeh yang digunakan dalam penelitian adalah berbentuk cair dengan
bau yang khas dan berwarna kuning jerami.
Tahap awal dari penelitian ini adalah melakukan verifikasi terhadap
minyak cengkeh yang akan digunakan sebagai bahan uji. Verifikasi ini bertujuan
untuk mengetahui kualitas dari minyak cengkeh yang digunakan. Sifat fisik yang
diuji pada tahap verifikasi ini meliputi indeks bias dan bobot jenis. Hasil yang
didapatkan dari proses ini adalah sebagai berikut :
Tabel VI. Hasil verifikasi minyak cengkeh CV Indaroma Yogyakarta Sifat Fisik Teoretis Spesifikasi CoA Hasil Verifikasi
Indeks bias ����� 1,528-1,535 (SNI, 2006) 1,520-1,540 1,534 ± 0,001
Bobot jenis ����� 1,036-1,046 (Reineccius, 1999) 1,010-1,035 1,0207 ± 0,0021
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa indeks bias yang
dihasilkan masuk kedalam range indeks bias ����� teoretis berdasarkan SNI (2006)
dan masuk kedalam spesifikasi yang menjadi parameter CV Indaroma Yogyakarta
pada CoA (Lampiran 1). Menurut Reineccius (1999), range bobot jenis �����
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
minyak daun cengkeh adalah 1,036-1,046 (Reineccius, 1999) dan bobot jenis
yang dihasilkan tidak masuk kedalam range bobot jenis tersebut, tetapi masuk
kedalam spesifikasi yang menjadi parameter CV Indaroma Yogyakarta pada CoA
(Lampiran 1). Jadi, minyak yang berasal dari CV Indaroma tersebut adalah
minyak daun cengkeh, tetapi memiliki kualitas kemurnian yang berbeda dari yang
disebutkan pada literatur. Perbedaan ini diduga disebabkan karena adanya
perbedaan jumlah kandungan eugenol dalam minyak daun cengkeh tersebut.
Kandungan eugenol dalam minyak daun cengkeh yang digunakan dalam
penelitian sebesar 74,08% (Lampiran 1), sedangkan kandungan eugenol pada
literatur yang disebutkan sebesar 84-88%.
B. Formulasi Emulgel
Emulgel memiliki dua sistem yaitu sistem emulsi dan sistem gel.
Emulgel dipilih karena zat aktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah
minyak daun cengkeh. Minyak memiliki sifat hidrofobik sehingga zat aktif
tersebut akan lebih sulit apabila diformulasikan ke dalam bentuk sediaan gel yang
mengandung banyak air.
Kegunaan sediaan emulgel yang diformulasikan ini adalah sebagai anti
bau kaki. Umumnya, setiap orang menggunakan kaos kaki dan sepatu. Kaki yang
tertutup kaos kaki dan sepatu akan berkeringat sehingga menyebabkan bau kaki.
Hal tersebut dikarenakan adanya kandungan lembab berlebih pada kaki
menyebabkan Staphylococcus epidermidis sebagai flora normal kulit menguraikan
leusin yang ada di dalam keringat menjadi isovaleric acid (Ara et al., 2006) dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
senyawa tersebut menyebabkan bau kaki (Caroprese et al., 2009). Jadi, sistem
emulsi yang digunakan pada penelitian adalah sistem oil in water (O/W). Selain itu,
rasa lengket yang ditimbulkan oleh minyak daun cengkeh sebagai zat aktif akan
mengurangi acceptability penggunanya sehingga pemilihan sediaan emulgel pada
penelitian ini dapat memberikan keuntungan. Emulgel mengandung sejumlah air
yang apabila menguap, maka dapat memberikan efek dingin dan sistem emulsi
tipe O/W yang terbentuk pada emulgel dalam penelitian ini dapat menutupi kesan
berminyak dari minyak cengkeh.
Bentuk sediaan emulgel tipe O/W juga akan lebih stabil dengan adanya
penambahan gelling agent untuk membentuk sistem gel didalamnya. Polimer-
polimer gelling agent akan menjebak droplet-droplet minyak sehingga
mengurangi terjadinya penggabungan droplet-droplet minyak (coalescence)
tersebut. Selain itu, gelling agent juga dapat berfungsi sebagai pengental yang
dapat meningkatkan viskositas. Peningkatan viskositas ini akan membuat droplet-
droplet minyak semakin susah bergerak sehingga coalescence semakin kecil.
Pada penelitian ini, formulasi sediaan emulgel terdiri dari minyak
cengkeh, parafin cair, tween 80, span 80, carbopol 940, triethanolamine (TEA),
sorbitol, metil paraben, propil paraben, dan aquadest. Minyak cengkeh berfungsi
sebagai zat aktif karena minyak cengkeh 15% sudah dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Staphyloccocus epidermidis (Kusuma, 2010). Bersama
dengan minyak cengkeh, parafin cair digunakan sebagai fase minyak pada saat
proses emulsifikasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Tween 80 dan span 80 digunakan sebagai emulsifying agent, yang
menjembatani antara fase minyak dengan fase air dengan mekanisme menurunkan
tegangan antar muka pada kedua fase tersebut agar dapat bercampur sehingga
menghasilkan bentuk emulgel yang stabil. Tween 80 lebih bersifat hidrofilik
sedangkan span 80 lebih bersifat lipofilik.
Adapun mekanisme kerja penggunaan tween dan span secara kombinasi
yaitu bagian hidrokarbon molekul span (sorbitan monooleate) terletak pada globul
minyak dan bagian radikalnya terletak pada fase air. Kepala yang besar pada
molekul sorbitan mencegah ekor-ekor hidrokarbon di dalam fase minyak saling
berdekatan. Ketika tween (polyoxyethylene 20 sorbitan monopalmitat)
ditambahkan, senyawa ini akan berorientasi pada antarmuka sehingga bagian ekor
hidrokarbonnya berada pada fase minyak. Sisa rantai pada senyawa tersebut
bersama dengan cincin sorbitan dan rantai polyoxyethylene terletak pada fase air.
Gambar 8. Skematik droplet minyak dalam emulsi O/W, menunjukkan orientasi molekul
tween dan span pada antarmuka (Sinko, 2006)
Pada gambar 10 dapat teramati bahwa rantai hidrokarbon molekul
polyoxyethylene terletak di dalam globul minyak diantara rantai sorbitan sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
orientasi ini akan menghasilkan gaya tarik menarik van der Waals yang efektif.
Dengan cara ini, kedua emulsifying agent tersebut dapat memperkuat interfacial
film dan meningkatkan stabilitas emulsi tipe O/W terhadap coalescence.
Pada formula ini, metil paraben dan propil paraben berfungsi untuk
mencegah terkontaminasinya emulgel oleh mikroba (sebagai pengawet).
Peningkatan rantai alkil seiring dengan peningkatan aktivitas antimikroba pada
golongan paraben (Rowe et al., 2009). Oleh karena itu, metil paraben dan propil
paraben dikombinasikan dalam penelitian ini. Aquadest berfungsi untuk
mengembangkan carbopol 940 dan sebagai fase air pada saat proses emulsifikasi.
Carbopol 940 berfungsi sebagai gelling agent. Carbopol 940 merupakan
suatu polimer yang membentuk gelungan sangat erat (coiled) dalam bentuk serbuk
kering sehingga dapat membatasi kemampuan thickening-nya.
Gambar 9. Carbopol dalam bentuk coiled (kiri) dan uncoiled (kanan)
(Noveon, 2002)
Ketika didispersikan ke dalam air, carbopol 940 terhidrasi dan sebagian
gelungannya terbuka (uncoiled). Carbopol 940 dapat berfungsi dengan baik
apabila polimer tersebut benar-benar uncoiled (Chikalikar and Moorkath, 2002).
Mekanisme carbopol 940 untuk uncoiled adalah penetralan gugus asam
karboksilat pada rantai polimer dengan basa yang sesuai. Penetralan tersebut akan
mengakibatkan terbentuknya muatan negatif di sepanjang rantai polimernya. Gaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
tolak-menolak antar muatan negatif tersebut menyebabkan carbopol 940 benar-
benar uncoiled ke dalam strukturnya yang lebih bebas. Namun, rantai carbopol
940 tetap akan terjalin satu sama lain menghasilkan matriks tiga dimensi untuk
membentuk gel yang sangat kental dalam waktu seketika (Suhaime, Tripathy,
Mohamed, and Majeed, 2012). Pada penelitian ini, triethanolamine (TEA)
berfungsi sebagai basa untuk menetralkan pH asam carbopol 940 sehingga dapat
membantu carbopol 940 untuk uncoiled.
Humectant akan menarik air saat diaplikasikan pada kulit sehingga
meningkatkan penyerapan air pada stratum korneum. Dalam penelitian ini,
sorbitol berfungsi sebagai humectant. Sorbitol dipilih karena bersifat inert dan
compatible dengan banyak eksipien. Sifatnya yang mengikat lembab (moisture-
binding) dapat menstabilkan emulgel dengan cara mengurangi penguapan air dari
formulasinya. Dalam jumlah tertentu, penggunaan sorbitol dapat meningkatkan
ketahanan emulgel. Selain itu, sorbitol juga dapat mempertahankan kelembaban
pada kulit.
Faktor yang akan diteliti adalah carbopol 940 dan sorbitol dengan dua
level yaitu level rendah dan level tinggi untuk masing-masing faktor. Level
rendah dan level tinggi untuk carbopol 940 adalah 1 g dan 5 g.
Tabel VII. Hasil orientasi sifat fisik emulgel dengan variasi carbopol 940 Carbopol 940 (g) Viskositas (d.Pa.s) Daya sebar (cm)
1 60 5,50 2 120 4,05 3 150 4,00 4 160 3,75 5 180 3,53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Gambar 10. Profil kurva variasi carbopol 940 terhadap viskositas
Gambar 11. Profil kurva variasi carbopol 940 terhadap daya sebar
Pada orientasi ini diambil 5 titik untuk jumlah carbopol 940 yaitu 1, 2, 3,
4, dan 5 g. Tabel VII menunjukkan bahwa jumlah carbopol 940 sebesar 3 g
sampai 5 g menghasilkan viskositas yang sesuai dengan range yang dikehendaki
yaitu 150-300 d.Pa.s , sedangkan range daya sebar yang dikehendaki yaitu 3-5 cm
dihasilkan oleh jumlah carbopol 940 sebesar 2 g sampai 5 g. Namun, level yang
dipilih pada penelitian ini adalah carbopol 940 sebesar 1 g sebagai level rendah
meskipun tidak masuk kedalam range viskositas dan daya sebar yang dikehendaki
dan carbopol 940 sebesar 5 g sebagai level tinggi. Hal ini dikarenakan grafik pada
gambar 10 terjadi peningkatan viskositas dan grafik pada gambar 11 terjadi
0
50
100
150
200
250
300
0 1 2 3 4 5 6
Vis
kosi
tas
(d.P
a.s
)
Carbopol (g)
Profil Carbopol 940 terhadap Viskositas
0
1
2
3
4
5
6
0 1 2 3 4 5 6
Day
a Se
bar
(cm
)
Carbopol (g)
Profil Carbopol 940 terhadap Daya Sebar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
penurunan daya sebar. Berdasarkan grafik tersebut, maka diprediksikan bahwa
ada pengaruh dari penambahan carbopol 940 terhadap viskositas dan daya sebar.
Jadi, pemilihan level rendah dan level tinggi carbopol 940 sebesar 1 g dan 5 g
dimaksudkan untuk melihat pengaruh yang lebih jelas dari penambahan carbopol
940 sebagai gelling agent terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel yang
diformulasikan.
Tabel VIII. Hasil orientasi sifat fisik emulgel dengan variasi sorbitol Sorbitol (g) Viskositas (d.Pa.s) Daya sebar (cm)
2 185 3,85 4 175 3,83 6 225 3,78 8 150 3,95 10 155 3,80
Gambar 12. Profil kurva variasi sorbitol terhadap viskositas
0
50
100
150
200
250
0 2 4 6 8 10 12
Vis
kosi
tas
(d.P
a.s)
Sorbitol (g)
Profil Sorbitol terhadap Viskositas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Gambar 13. Profil kurva variasi sorbitol terhadap daya sebar
Sorbitol memiliki level rendah dan level tinggi yaitu 2 g dan 10 g.
Penentuan level tersebut juga didasarkan pada hasil orientasi menurut tabel VIII
dengan mengambil 5 titik untuk jumlah sorbitol. Hasil orientasi menunjukkan
bahwa semua titik yang diambil memenuhi baik range viskositas (150-300 d.Pa.s)
maupun daya sebar (3-5 cm) meskipun dilihat dari grafik, nilainya tidak stabil
(naik-turun). Level rendah dan level tinggi sorbitol yaitu 2 g dan 10 g dipilih
berdasarkan grafik pada gambar 12 dan 13 yang masih mengalami peningkatan
dan penurunan, meskipun grafik pada gambar 13 tidak terlalu signifikan dalam
menggambarkan peningkatan dan penurunan yang terjadi. Peningkatan dan
penurunan tersebut menandakan bahwa sorbitol memiliki pengaruh terhadap
viskositas dan daya sebar. Oleh karena itu, level sorbitol yang dipilih dalam
penelitian ini yaitu level rendah sebesar 2 g dan level tinggi sebesar 10 g. Hal ini
bertujuan untuk dapat melihat pengaruh yang lebih jelas dari sorbitol sebagai
humectant terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel yang diformulasikan.
Proses formulasi emulgel ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap
emulsifikasi dan penambahan gelling agent. Emulsifikasi merupakan tahap
pembentukan emulsi. Proses ini dilakukan dengan mencampurkan fase minyak
0
1
2
3
4
5
6
0 2 4 6 8 10 12
Da
ya S
eb
ar
(cm
)
Sorbitol (g)
Profil Sorbitol terhadap Daya Sebar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
dan fase air yang dilakukan di atas waterbath hingga suhunya mencapai 50oC,
kemudian dicampur menggunakan mixer selama 10 menit untuk meningkatkan
hasil proses emulsifikasi. Proses mixer dapat memberikan energi kinetik dalam
pencampuran fase minyak dan fase air yang dibantu dengan adanya emulsifying
agent. Tahapan kedua adalah penambahan gelling agent, yaitu carbopol 940, yang
telah dikembangkan dengan cara didispersikan di dalam air selama 24 jam,
kemudian dicampur menggunakan mixer selama 10 menit. Selanjutnya,
triethanolamine (TEA) ditambahkan ke dalam campuran untuk menetralkan pH
yang sebelumnya memiliki pH asam, kemudian dicampur menggunakan mixer
selama 5 menit.
C. Pengujian pH Emulgel
Uji pH dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah sediaan
emulgel yang diformulasi telah sesuai dengan pH kulit atau tidak. Menurut
Tranggono dan Latifah (2007), pH fisiologis kulit adalah 4,5-6,5. Apabila suatu
bahan yang mengenai kulit semakin bersifat asam atau basa dapat mengiritasi
kulit. Contoh iritasi yang dapat ditimbulkan, seperti kulit menjadi kering, pecah-
pecah, sensitif dan mudah mengalami infeksi (Tranggono and Latifah, 2007).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua formula emulgel menunjukkan pH 5-
6. Jadi, emulgel yang diformulasikan telah memenuhi kriteria pH kulit manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tujuan dilakukan uji iritasi primer yaitu untuk mengetahui apakah
sediaan yang diformulasikan mengiritasi kulit atau tidak. Iritasi kulit yang dil
pada uji ini adalah eritema dan edema. Uji iritasi ini dilakukan menggunakan
kelinci sebagai hewan uji.
evaluasi reaksi kulit metode Draize.
Pada uji ini, kontrol yang digunakan adalah kontrol basis em
kontrol negatif. Kontrol basis berfungsi untuk mengetahui apakah bahan
lain, kecuali zat aktif,
tidak. Kontrol negatif dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan apakah
terjadi iritasi atau tidak antara kulit normal dan kulit yang diberi sediaan (basis
dan emulgel) pada punggung kelinci. Pengamatan dilakukan setelah pemberian 24
jam, 48 jam, dan 72 jam.
Gambar 14. Pemberian emulgel sebanyak 3 kali replikasi pada punggung kelinci
D. Iritasi Primer
Tujuan dilakukan uji iritasi primer yaitu untuk mengetahui apakah
sediaan yang diformulasikan mengiritasi kulit atau tidak. Iritasi kulit yang dil
pada uji ini adalah eritema dan edema. Uji iritasi ini dilakukan menggunakan
kelinci sebagai hewan uji. Selanjutnya, hasil uji ini ditentukan menggunakan
evaluasi reaksi kulit metode Draize.
Pada uji ini, kontrol yang digunakan adalah kontrol basis em
kontrol negatif. Kontrol basis berfungsi untuk mengetahui apakah bahan
, kecuali zat aktif, yang terdapat dalam formula menyebabkan iritasi atau
tidak. Kontrol negatif dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan apakah
tau tidak antara kulit normal dan kulit yang diberi sediaan (basis
dan emulgel) pada punggung kelinci. Pengamatan dilakukan setelah pemberian 24
jam, 48 jam, dan 72 jam.
Pemberian emulgel sebanyak 3 kali replikasi (A, B, C), basis (D)pada punggung kelinci dan kulit normal (E) sebagai kontrol negatif
A B C
D
E
44
Tujuan dilakukan uji iritasi primer yaitu untuk mengetahui apakah
sediaan yang diformulasikan mengiritasi kulit atau tidak. Iritasi kulit yang dilihat
pada uji ini adalah eritema dan edema. Uji iritasi ini dilakukan menggunakan
asil uji ini ditentukan menggunakan
Pada uji ini, kontrol yang digunakan adalah kontrol basis emulgel dan
kontrol negatif. Kontrol basis berfungsi untuk mengetahui apakah bahan-bahan
yang terdapat dalam formula menyebabkan iritasi atau
tidak. Kontrol negatif dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan apakah
tau tidak antara kulit normal dan kulit yang diberi sediaan (basis
dan emulgel) pada punggung kelinci. Pengamatan dilakukan setelah pemberian 24
(A, B, C), basis (D)
dan kulit normal (E) sebagai kontrol negatif
D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan tabel evaluasi reaksi kulit metode Draize (tabel III), hasil
yang didapatkan yaitu tanpa eritema dan tanpa edema sehingga
Index (PII) sama dengan nol. Hal ini menunjukkan bahwa
menimbulkan iritasi pada kulit.
Gambar 15. Hasil
E.
Kualitas dari
fisik dari bentuk sediaan tersebut. Sifat fisik yang a
emulgel yang diformulasikan dalam penelitian ini adalah viskositas dan daya
sebar, sedangkan stabilitas
Tabel IX. Hasil pengujian viskositas, daya sebar, da
Formula Viskositas
(d.Pa.s)
F1 42,33 ± 2,52
Fa 248,33 ±
Fb 43,00 ± 3,61
Fab 245,00 ± 0
Berdasarkan tabel evaluasi reaksi kulit metode Draize (tabel III), hasil
yang didapatkan yaitu tanpa eritema dan tanpa edema sehingga Primary Irritation
(PII) sama dengan nol. Hal ini menunjukkan bahwa
menimbulkan iritasi pada kulit.
. Hasil uji iritasi primer emulgel dan basis pada punggung kelinci(pengamatan 72 jam)
Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Emulgel
Kualitas dari bentuk sediaan biasanya dilihat dari sifat fisik dan stabilitas
fisik dari bentuk sediaan tersebut. Sifat fisik yang akan diidentifikasi pada
yang diformulasikan dalam penelitian ini adalah viskositas dan daya
sebar, sedangkan stabilitas fisik emulgel ditentukan dari pergeseran viskositasnya.
X. Hasil pengujian viskositas, daya sebar, dan pergeseran viskositas emulgel
Viskositas (d.Pa.s)
Daya sebar (cm)
Pergeseran viskositas
42,33 ± 2,52 5,93 ± 0,15 4,68 ± 2,16
248,33 ± 2,89 3,45 ± 0,03 4,71 ± 1,22
43,00 ± 3,61 5,75 ± 0,16 6,01 ± 4,22
245,00 ± 0,00 3,54 ± 0,04 14,29 ± 4,09
45
Berdasarkan tabel evaluasi reaksi kulit metode Draize (tabel III), hasil
Primary Irritation
(PII) sama dengan nol. Hal ini menunjukkan bahwa emulgel tidak
pada punggung kelinci
Emulgel
bentuk sediaan biasanya dilihat dari sifat fisik dan stabilitas
kan diidentifikasi pada
yang diformulasikan dalam penelitian ini adalah viskositas dan daya
gel ditentukan dari pergeseran viskositasnya.
n pergeseran viskositas emulgel
Pergeseran viskositas (%)
4,68 ± 2,16
4,71 ± 1,22
6,01 ± 4,22
14,29 ± 4,09
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Viskositas merupakan suatu tahanan dari suatu cairan untuk mengalir.
Semakin tinggi viskositas, maka semakin besar tahanannya. Dalam penelitian ini,
apabila viskositas semakin besar, maka pergerakan droplet-droplet minyak dapat
dibatasi. Hal ini untuk meminimalkan kecenderungan droplet-droplet tersebut
untuk bergabung membentuk droplet-droplet yang lebih besar. Dengan demikian,
stabilitas fisik emulgel yang diformulasikan dapat meningkat.
Pengujian viskositas emulgel dilakukan sebanyak dua kali yaitu setelah
penyimpanan selama 48 jam dan satu bulan. Pada proses pembentukan emulgel,
banyak energi yang diberikan, misal saat pencampuran dengan mixer dapat
mempengaruhi besarnya viskositas emulgel tersebut. Dengan adanya
penyimpanan selama 48 jam ini diharapkan dapat menstabilkan sistem emulgel
setelah pembuatan. Sebelum viscotester diputar untuk mengetahui viskositas,
emulgel yang telah dituangkan ke dalam wadah yang tersedia ditunggu selama
lima menit untuk masing-masing formula. Hal ini bertujuan agar semua perlakuan
sama untuk masing-masing formula setelah penuangan emulgel ke dalam wadah
yang tersedia. Penuangan juga merupakan suatu bentuk energi yang dapat
mempengaruhi viskositas emulgel. Nilai viskositas ditentukan dengan cara
melihat skala yang ditunjuk jarum pemutar pada alat viscotester. Satuan pada alat
tersebut adalah d.Pa.s. Skala yang ditunjuk tergantung pada nomor seri alat
pemutar yang digunakan. Pada penelitian ini, viskositas ditentukan dengan
menggunakan seri alat pemutar nomor dua untuk formula a dan formula ab,
sedangkan seri alat pemutar nomor satu untuk formula 1 dan formula b. Hal ini
dikarenakan secara visual bentuk emulgel formula 1 dan formula b lebih encer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
dibandingkan formula a dan formula ab. Apabila dalam penentuan viskositas, seri
alat pemutar nomor satu digunakan untuk formula a dan formula ab, maka jarum
pemutar tidak akan bergerak karena seri alat pemutar yang digunakan tidak sesuai.
Range viskositas yang dikehendaki adalah 150-300 d.Pa.s. Penentuan range ini
berdasarkan atas orientasi yang telah dilakukan dengan asumsi bahwa range
tersebut menghasilkan emulgel yang tidak terlalu encer dan tidak terlalu kental.
Sifat fisik lain yang diuji adalah daya sebar. Pengujian daya sebar ini
berkaitan dengan pengaplikasian emulgel di kulit, acceptability konsumen, dan
pengeluaran dari kemasan. Selain itu, penghantaran dosis obat yang tepat juga
dipengaruhi oleh daya sebar. Daya sebar pada suatu bentuk sediaan berbanding
terbalik dengan viskositasnya. Semakin tinggi viskositas, maka daya sebar akan
semakin rendah. Semakin rendah viskositas, maka daya sebar akan semakin tinggi
(Garg et al., 2002). Range daya sebar yang dikehendaki adalah 3-5 cm. Range ini
ditentukan berdasarkan hasil orientasi dengan mempertimbangkan daya sebar
yang dihasilkan dapat membuat sediaan mudah diaplikasikan tanpa harus
menggunakan tekanan yang besar dan dapat tinggal di kulit dalam waktu yang
lama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 16. Perbandingan dan emulgel setelah
Emulgel yang telah disimpan selama satu
ketidakstabilan. Ketidakstabilan tersebut ditunjukkan dengan adanya minyak
cengkeh yang keluar dari sistem
kapasitas surfaktansi
droplet minyak (coalescence
dapat menyebabkan ketidakstabilan yaitu kurangnya rigiditas carbopol 940 pada
pH 5. Rigiditas carbopol 940 akan lebih stabil pada pH 7. Namun, pada penelitian
ini, pH yang dikehendaki dalam fo
Jadi, perlu dilakukan pengevaluasian
pengamatan stabilitas emulgel secara berkala
ketidakstabilan tersebut
Stabilitas emulgel juga ditentukan berdasarkan
viskositas yang dihasilkan.
penurunan viskositas karena kemungkinan terjadinya
penyimpanan cukup besar sehingga p
mengamati ada atau tidaknya perubahan konsistensi emulgel selama penyimpanan
dalam periode waktu tertentu
A
. Perbandingan antara emulgel setelah penyimpanan selama 48 jamemulgel setelah penyimpanan selama satu bulan (gambar B)
mulgel yang telah disimpan selama satu bulan menunjukkan
ketidakstabilan. Ketidakstabilan tersebut ditunjukkan dengan adanya minyak
cengkeh yang keluar dari sistem (gambar 16B). Hal ini bisa terjadi dikarenakan
surfaktansi yang melemah sehingga terjadi penggabungan droplet
coalescence) selama penyimpanan. Faktor lainnya yang juga
dapat menyebabkan ketidakstabilan yaitu kurangnya rigiditas carbopol 940 pada
pH 5. Rigiditas carbopol 940 akan lebih stabil pada pH 7. Namun, pada penelitian
ini, pH yang dikehendaki dalam formula adalah pH kulit dengan
perlu dilakukan pengevaluasian mengenai kapasitas surfaktansi
pengamatan stabilitas emulgel secara berkala untuk meminimalkan terjadinya
ketidakstabilan tersebut.
Stabilitas emulgel juga ditentukan berdasarkan besarnya pergeseran
viskositas yang dihasilkan. Adanya sistem emulsi dalam emulgel menyebabkan
penurunan viskositas karena kemungkinan terjadinya coalescence
penyimpanan cukup besar sehingga pergeseran viskositas perlu
mengamati ada atau tidaknya perubahan konsistensi emulgel selama penyimpanan
dalam periode waktu tertentu. Pergeseran viskositas merupakan persentase dari
B
48
48 jam (gambar A)
(gambar B)
bulan menunjukkan
ketidakstabilan. Ketidakstabilan tersebut ditunjukkan dengan adanya minyak
. Hal ini bisa terjadi dikarenakan
yang melemah sehingga terjadi penggabungan droplet-
Faktor lainnya yang juga
dapat menyebabkan ketidakstabilan yaitu kurangnya rigiditas carbopol 940 pada
pH 5. Rigiditas carbopol 940 akan lebih stabil pada pH 7. Namun, pada penelitian
rmula adalah pH kulit dengan range 4,5-6,5.
mengenai kapasitas surfaktansi serta adanya
untuk meminimalkan terjadinya
besarnya pergeseran
Adanya sistem emulsi dalam emulgel menyebabkan
coalescence selama
perlu diuji untuk
mengamati ada atau tidaknya perubahan konsistensi emulgel selama penyimpanan
Pergeseran viskositas merupakan persentase dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
selisih penyimpanan emulgel selama satu bulan dengan penyimpanan emulgel
selama 48 jam dibagi dengan penyimpanan emulgel selama 48 jam. Emulgel
dikatakan stabil jika pergeseran viskositasnya kecil atau bahkan tidak terjadi
perubahan konsistensi sediaan selama penyimpanan dalam periode waktu tertentu.
Pergeseran viskositas yang dikehendaki ≤ 10%.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, viskositas formula a dan formula
ab masuk kedalam range yang dikehendaki sedangkan formula 1 dan formula b
tidak. Begitu pula untuk hasil pengujian daya sebar, formula a dan formula ab
masuk kedalam range yang dikehendaki sedangkan formula 1 dan formula b
tidak. Hasil pergeseran viskositas semua formula masuk kedalam range yang
dikehendaki, kecuali formula ab. Hal ini menunjukkan bahwa formula ab paling
tidak stabil selama penyimpanan. Namun, secara fisik keempat formula emulgel
menunjukkan ketidakstabilan seperti pada gambar 16. Jadi, formula a dan formula
ab memenuhi kriteria sifat fisik yang diinginkan, tetapi tidak ada formula emulgel
yang memenuhi kriteria stabilitas fisik yang diinginkan. Selanjutnya, data yang
diperoleh tersebut akan dianalisis secara statistik untuk melihat ada atau tidaknya
pengaruh yang signifikan dari carbopol 940 dan sorbitol terhadap respon
viskositas, daya sebar, dan pergeseran viskositas yang diuji dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
F. Pengaruh Carbopol 940 dan Sorbitol terhadap Sifat Fisik dan
Stabilitas Emulgel
1. Viskositas
Viskositas merupakan tahanan sediaan untuk mengalir. Pada penelitian
ini, viskositas berperan dalam meningkatkan stabilitas emulgel serta
mempermudah emulgel saat pengaplikasian. Pengujian viskositas ini memperoleh
data yang kemudian dianalisis secara statistik. Uji normalitas yang dilakukan pada
respon viskositas mendapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel X. Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk untuk respon viskositas
Formula p-value
F1 0,7804
Fa 1,127e-07
Fb 0,5367
Fab not available (N/A)
Berdasarkan hasil uji normalitas Shapiro-Wilk pada tabel X, menunjukkan bahwa
formula 1 dan formula b memiliki p-value > 0,05, sedangkan formula a memiliki
p-value < 0,05. Hal ini berarti bahwa data untuk respon viskositas terdistribusi
tidak normal. Pada tabel X, formula ab menghasilkan p-value yaitu not available
(N/A), artinya bahwa data tidak terdistribusi. Jadi, analisis statistika untuk respon
viskositas menggunakan uji non-parametrik yaitu uji Wilcoxon-two sample.
Tabel XI. Hasil uji Wilcoxon-two sample untuk melihat pengaruh variasi carbopol 940 pada respon viskositas
Perbandingan Formula p-value Keterangan Kesimpulan
F1 : Fa 0,0463 berbeda ada pengaruh
Fb : Fab 0,0369 berbeda ada pengaruh
Formula 1 dibandingkan dengan formula a untuk melihat pengaruh
carbopol 940 pada level rendah sorbitol, dimana formula 1 dan formula a
memiliki jumlah sorbitol yang sama yaitu 2 g, jumlah carbopol 940 1 g pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
formula 1 dan 5 g pada formula a. Hasilnya dapat dilihat dari p-value. Hasilnya
adalah berbeda (p-value < 0,05), artinya bahwa pada level rendah sorbitol,
carbopol 940 berpengaruh terhadap respon viskositas.
Pengaruh carbopol 940 pada level tinggi sorbitol dilihat dengan
membandingkan antara formula b dengan formula ab. Formula b dan formula ab
memiliki jumlah sorbitol yang sama yaitu 10 g dan jumlah carbopol 940 yang
berbeda. Formula b memiliki jumlah carbopol 940 1 g dan formula ab 5 g.
Hasilnya adalah berbeda (p-value < 0,05). Hal ini berarti carbopol 940
berpengaruh terhadap respon viskositas pada level tinggi sorbitol. Kesimpulannya,
carbopol 940 berpengaruh terhadap respon viskositas. Pengaruh carbopol 940
adalah meningkatkan respon viskositas. Hal ini dapat dilihat pada rata-rata
viskositas yang dihasilkan (tabel IX). Carbopol 940 berpengaruh terhadap respon
viskositas karena carbopol 940 sebagai gelling agent dapat membentuk matriks
yang meningkatkan viskositas seiring dengan adanya penambahan jumlah
carbopol 940. Matriks yang dihasilkan akan menjebak droplet-droplet minyak
untuk meminimalkan terjadinya coalescence pada emulgel yang diformulasikan.
Tabel XII. Hasil uji Wilcoxon-two sample untuk melihat pengaruh variasi sorbitol pada respon viskositas
Perbandingan Formula p-value Keterangan Kesimpulan
F1 : Fb 0,8222 tidak berbeda tidak ada pengaruh Fa : Fab 0,1138 tidak berbeda tidak ada pengaruh
Selanjutnya, pengaruh sorbitol pada level rendah carbopol 940 dapat
dilihat dengan membandingkan antara formula 1 dengan formula b (tabel XII).
Formula 1 dan formula b memiliki jumlah carbopol 940 yang sama yaitu 1 g,
jumlah sorbitol 2 g pada formula 1 dan 10 g pada formula b. Analisis statistika ini
menghasilkan p-value > 0,05 yang artinya tidak berbeda. Hal ini menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
bahwa sorbitol tidak berpengaruh terhadap respon viskositas pada level rendah
carbopol 940.
Pengaruh sorbitol pada level tinggi carbopol 940 dilihat dari
perbandingan antara formula a dengan formula ab. Formula a dan formula ab
memiliki jumlah carbopol 940 yang sama yaitu 5 g dan memiliki variasi jumlah
sorbitol. Formula a memiliki jumlah sorbitol 2 g dan formula ab 10 g. Hasilnya
adalah tidak berbeda (p-value > 0,05), artinya sorbitol tidak berpengaruh terhadap
respon viskositas pada level tinggi carbopol 940. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
sorbitol tidak berpengaruh terhadap respon viskositas. Hal ini dikarenakan sorbitol
sebagai humectant tidak dapat membentuk matriks sehingga tidak berpengaruh
terhadap respon viskositas.
2. Daya sebar
Parameter lain untuk menentukan sifat fisik emulgel minyak cengkeh
adalah daya sebar. Hasil uji normalitas pada respon daya sebar untuk masing-
masing formula yaitu
Tabel XIII. Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk untuk respon daya sebar
Formula p-value F1 0,1866
Fa 0,7804
Fb 0,2983 Fab 0,7262
Pada tabel XIII, menunjukkan bahwa seluruh formula memiliki p-value > 0,05.
Hal ini berarti bahwa data untuk respon daya sebar terdistribusi normal sehingga
diperkirakan uji yang digunakan adalah two-way ANOVA.
Tiga syarat untuk uji parametrik yaitu skala pengukuran variabelnya
numerik, data terdistribusi normal, dan adanya kesamaan varians. Selanjutnya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Levene’s test dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya kesamaan varians.
Dalam penelitian ini, hasil Levene’s test data daya sebar menghasilkan Pr (> F)
sebesar 0,02353 (Pr (> F) kurang dari 0,05). Artinya, bahwa varians data tidak
sama. Oleh karena itu, analisis data dilakukan dengan menggunakan uji non-
parametrik yaitu uji Wilcoxon-two sample.
Tabel XIV. Hasil uji Wilcoxon-two sample untuk melihat pengaruh variasi carbopol 940 pada respon daya sebar
Perbandingan Formula p-value Keterangan Kesimpulan
F1 : Fa 0,04953 berbeda ada pengaruh
Fb : Fab 0,04953 berbeda ada pengaruh
Pengaruh carbopol 940 pada level rendah sorbitol diamati dengan
membandingkan antara formula 1 dengan formula a, dimana formula 1 dan
formula a memiliki jumlah sorbitol yang sama yaitu 2 g dan memiliki variasi
jumlah carbopol 940. Jumlah carbopol 940 1 g pada formula 1 dan 5 g pada
formula a. Hasilnya adalah berbeda (p-value < 0,05), artinya bahwa pada level
rendah sorbitol, carbopol 940 berpengaruh terhadap respon daya sebar.
Formula b dibandingkan dengan formula ab untuk mengamati pengaruh
carbopol 940 pada level tinggi sorbitol, dimana formula b dan formula ab
memiliki jumlah sorbitol yang sama yaitu 10 g, jumlah carbopol 940 1 g pada
formula 1 dan 5 g pada formula ab. Hasilnya adalah berbeda (p-value < 0,05),
artinya bahwa pada level tinggi sorbitol, carbopol 940 berpengaruh terhadap
respon daya sebar. Kesimpulannya, carbopol 940 berpengaruh terhadap respon
daya sebar. Berdasarkan tabel IX, carbopol 940 berpengaruh menurunkan respon
daya sebar. Hal ini dikarenakan semakin banyak jumlah carbopol 940 yang
ditambahkan, maka matriks yang dihasilkan untuk menjebak droplet-droplet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
minyak semakin banyak pula sehingga viskositas meningkat. Apabila viskositas
meningkat, maka daya sebarnya akan menurun.
Tabel XV. Hasil uji Wilcoxon-two sample untuk melihat pengaruh variasi sorbitol pada respon daya sebar
Perbandingan Formula p-value Keterangan Kesimpulan
F1 : Fb 0,1266 tidak berbeda tidak ada pengaruh Fa : Fab 0,04953 berbeda ada pengaruh
Kemudian, pengaruh sorbitol pada level rendah carbopol 940 dapat
diamati dengan membandingkan antara formula 1 dengan formula b (tabel XV).
Formula 1 dan formula b memiliki jumlah carbopol 940 yang sama yaitu 1 g dan
jumlah sorbitol yang berbeda. Formula 1 memiliki jumlah sorbitol 2 g dan
formula b 10 g. Analisis statistika ini menghasilkan p-value > 0,05 yang artinya
tidak berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa sorbitol tidak berpengaruh terhadap
respon daya sebar pada level rendah carbopol 940.
Perbandingan antara formula a dengan formula ab untuk mengamati
pengaruh sorbitol pada level tinggi carbopol 940. Formula a dan formula ab
memiliki jumlah carbopol 940 yang sama yaitu 5 g dan memiliki variasi jumlah
sorbitol. Jumlah sorbitol 2 g pada formula a dan 10 g pada formula ab. Hasilnya
adalah berbeda (p-value < 0,05), artinya sorbitol berpengaruh terhadap respon
daya sebar pada level tinggi carbopol 940. Sorbitol berpengaruh meningkatkan
respon daya sebar. Hal ini dapat diamati pada rata-rata daya sebar untuk formula a
yang memiliki jumlah sorbitol 2 g sebesar 3,45 cm dan formula ab yang memiliki
jumlah sorbitol 10 g sebesar 3,54 cm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
3. Pergeseran viskositas
Pergeseran viskositas merupakan parameter untuk menentukan stabilitas
fisik emulgel minyak cengkeh. Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk pada respon
pergeseran viskositas yaitu
Tabel XVI. Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk untuk respon pergeseran viskositas
Formula p-value F1 0,7571
Fa 8,502e-08 Fb 0,6027 Fab 0,9986
Berdasarkan tabel XIV, menunjukkan bahwa formula 1, formula b, dan formula
ab memiliki p-value > 0,05, sedangkan formula a memiliki p-value < 0,05. Hal ini
berarti bahwa data untuk respon pergeseran viskositas terdistribusi tidak normal.
Oleh karena itu, analisis data dilakukan dengan menggunakan uji non-parametrik
yaitu uji Wilcoxon-two sample.
Tabel XVII. Hasil uji Wilcoxon-two sample untuk melihat pengaruh variasi carbopol 940 pada pergeseran viskositas
Perbandingan Formula p-value Keterangan Kesimpulan
F1 : Fa 0,8248 tidak berbeda tidak ada pengaruh
Fb : Fab 0,1266 tidak berbeda tidak ada pengaruh
Formula 1 dibandingkan dengan formula a untuk melihat pengaruh
carbopol 940 pada level rendah sorbitol, dimana formula 1 dan formula a
memiliki jumlah sorbitol yang sama yaitu 2 g, jumlah carbopol 940 1 g pada
formula 1 dan 5 g pada formula a. Hasilnya adalah tidak berbeda (p-value > 0,05),
artinya bahwa pada level rendah sorbitol, carbopol 940 tidak berpengaruh
terhadap respon pergeseran viskositas.
Pengaruh carbopol 940 pada level tinggi sorbitol dilihat dengan
membandingkan antara formula b dengan formula ab. Formula b dan formula ab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
memiliki jumlah sorbitol yang sama yaitu 10 g dan jumlah carbopol 940 yang
berbeda. Formula b memiliki jumlah carbopol 940 yaitu 1 g dan formula ab 5 g.
Hasilnya adalah tidak berbeda (p-value > 0,05). Hal ini berarti carbopol 940 tidak
berpengaruh terhadap respon pergeseran viskositas pada level tinggi sorbitol.
Kesimpulannya, carbopol 940 tidak berpengaruh terhadap respon pergeseran
viskositas.
Tabel XVIII. Hasil uji Wilcoxon-two sample untuk melihat pengaruh variasi sorbitol pada pergeseran viskositas
Perbandingan Formula p-value Keterangan Kesimpulan
F1 : Fb 0,8222 tidak berbeda tidak ada pengaruh Fa : Fab 0,0463 berbeda ada pengaruh
Selanjutnya, pengaruh sorbitol pada level rendah carbopol 940 dapat
dilihat dengan membandingkan antara formula 1 dengan formula b (tabel XVIII).
Formula 1 dan formula b memiliki jumlah carbopol 940 yang sama yaitu 1 g dan
memiliki variasi jumlah sorbitol. Jumlah sorbitol sebesar 2 g pada formula 1 dan
10 g pada formula b. Analisis statistika ini menghasilkan p-value > 0,05 yang
artinya tidak berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa sorbitol tidak berpengaruh
terhadap respon viskositas pada level rendah carbopol 940.
Pengaruh sorbitol pada level tinggi carbopol 940 dilihat dari
perbandingan antara formula a dengan formula ab. Formula a dan formula ab
memiliki jumlah carbopol 940 yang sama yaitu 5 g, jumlah sorbitol 2 g pada
formula a dan 10 g pada formula ab. Hasilnya adalah berbeda (p-value < 0,05),
artinya sorbitol berpengaruh terhadap respon viskositas pada level tinggi carbopol
940. Pengaruh sorbitol adalah meningkatkan respon pergeseran viskositas (tabel
IX). Hal ini bisa terjadi karena sifat sorbitol sebagai humectant yang menarik air
dari lingkungan selama masa penyimpanan sehingga viskositas sediaan menurun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Semakin banyak jumlah sorbitol yang ditambahkan maka akan semakin banyak
menarik air dari lingkungan. Oleh karena itu, pergeseran viskositas yang
ditimbulkan semakin besar.
Dalam penelitian ini, jumlah carbopol 940 sebagai gelling agent yang
digunakan sebesar 1 g (level rendah) dan 5 g (level tinggi) serta jumlah sorbitol
sebesar 2 g (level rendah) dan 10 g (level tinggi). Hasil analisis data secara
statistik menunjukkan bahwa dengan kriteria jumlah tersebut pada masing-masing
bahan, carbopol 940 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap viskositas dan
daya sebar, sedangkan sorbitol memiliki pengaruh yang signifikan terhadap daya
sebar dan pergeseran viskositas. Oleh karena itu, perlu diperhatikan kedua faktor
yang berpengaruh tersebut karena dengan sedikit saja perubahan dapat mengubah
respon-respon yang diteliti.
G. Pengujian Potensi Antibakteri Emulgel terhadap
Staphylococcus epidermidis
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Joseph dan Sujatha (2011),
minyak cengkeh memiliki kandungan eugenol yang berfungsi sebagai antibakteri.
Salah satu bakteri yang diujikan dalam penelitian tersebut adalah Staphylococcus
epidermidis (Joseph dan Sujatha, 2011). Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh
Kusuma (2010) yang menyatakan bahwa dengan konsentrasi 15%, minyak
cengkeh sudah dapat melakukan penghambatan terhadap bakteri Staphylococcus
epidermidis yang ditunjukkan dengan adanya zona jernih di sekitar lubang
sumuran sampel. Oleh karena itu, pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
membuktikan ada atau tidaknya
terhadap pertumbuhan bakteri
Gambar 17. Kontrol yang digunakan yaitu
Pengujian potensi antibakteri ini menggunakan metode difusi sumuran
karena sampel yang digunakan adalah sediaan semisolid. Pengujian potensi
antibakteri ini terdiri dari
potensi sediaan yang direplikasi sebanyak tiga kali. Kontrol media berfungsi
untuk memastikan bahwa media yang digunakan steril (tidak ada pertumbuhan
mikroba). Kontrol pertumbuhan bakteri berfungsi untuk
yang digunakan sesuai dengan bakteri uji sehingga dapat bertumbuh dengan baik.
Gambar 1
A
ada atau tidaknya potensi antibakteri dari keempat formula emulgel
pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis.
Kontrol yang digunakan yaitu kontrol media (A) dan kontrol pertumbuhan bakteri (B)
Pengujian potensi antibakteri ini menggunakan metode difusi sumuran
karena sampel yang digunakan adalah sediaan semisolid. Pengujian potensi
antibakteri ini terdiri dari kontrol media, kontrol pertumbuhan bakteri, dan uji
potensi sediaan yang direplikasi sebanyak tiga kali. Kontrol media berfungsi
untuk memastikan bahwa media yang digunakan steril (tidak ada pertumbuhan
mikroba). Kontrol pertumbuhan bakteri berfungsi untuk memastikan bahwa media
yang digunakan sesuai dengan bakteri uji sehingga dapat bertumbuh dengan baik.
Gambar 18. Zona hambat pada uji potensi antibakteri
B
58
dari keempat formula emulgel
kontrol pertumbuhan
Pengujian potensi antibakteri ini menggunakan metode difusi sumuran
karena sampel yang digunakan adalah sediaan semisolid. Pengujian potensi
kontrol media, kontrol pertumbuhan bakteri, dan uji
potensi sediaan yang direplikasi sebanyak tiga kali. Kontrol media berfungsi
untuk memastikan bahwa media yang digunakan steril (tidak ada pertumbuhan
memastikan bahwa media
yang digunakan sesuai dengan bakteri uji sehingga dapat bertumbuh dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Pada cawan petri untuk uji potensi terdapat 5 buah lubang sumuran yang
dilubangi dengan sumuran berdiameter 8 mm. Lubang-lubang tersebut terdiri dari
formula 1, formula a, formula b, formula ab, dan kontrol basis emulgel (bagian
tengah). Kontrol basis emulgel digunakan sebagai pembanding untuk memastikan
bahwa diameter zona hambat yang dihasilkan benar-benar berasal dari zat aktif
yaitu minyak cengkeh pada keempat formula tersebut. Pengujian potensi
antibakteri ini dilakukan setelah penyimpanan emulgel selama satu bulan.
Berdasarkan gambar 18, keempat formula emulgel yang diamati secara visual
menunjukkan zona jernih, sedangkan kontrol basis emulgel tidak.
Hasil pengukuran diameter zona hambat yang dihasilkan, yaitu:
Tabel XIX. Rata-rata diameter zona hambat setelah emulgel disimpan selama satu bulan
Keterangan Diameter zona hambat (mm)
Rata-rata ± SD Rep I Rep II Rep III
Kontrol basis emulgel 0 0 0 0,000 ± 0,000 Emulgel F1 11,00 8,50 8,50 9,333 ± 1,443 Emulgel Fa 10,50 8,50 8,50 9,167 ± 1,155 Emulgel Fb 9,25 8,50 8,50 8,750 ± 0,433 Emulgel Fab 9,25 9,00 8,75 9,000 ± 0,250
Emulgel memiliki perbedaan nilai rata-rata diameter zona hambat apabila
dibandingkan dengan kontrol basis emulgel. Selanjutnya data rata-rata diameter
zona hambat dianalisis menggunakan statistik. Hasil yang didapatkan dari
pengujian normalitas rata-rata diameter zona hambat adalah sebagai berikut:
Tabel XX. Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk rata-rata diameter zona hambat
Formula p-value F1 4,581e-08
Fa 6,304e-08 Fb 9,220e-08 Fab 1,000
Berdasarkan tabel XVII, menunjukkan bahwa formula 1, formula a, dan formula b
memiliki p-value < 0,05, sedangkan formula ab memiliki p-value > 0,05. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
berarti bahwa data diameter rata-rata zona hambat terdistribusi tidak normal. Oleh
karena itu, analisis data dilakukan menggunakan uji non-parametrik yaitu uji
Wilcoxon-two sample untuk membandingkan masing-masing formula emulgel
dengan kontrol basis.
Tabel XXI. Hasil uji Wilcoxon-two sample rata-rata diameter zona hambat untuk melihat potensi antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis
Perbandingan p-value Keterangan Kesimpulan
F1 : basis 0,03389 berbeda ada potensi
Fa : basis 0,03389 berbeda ada potensi Fb : basis 0,03389 berbeda ada potensi Fab : basis 0,0369 berbeda ada potensi
Berdasarkan tabel VIII, masing-maasing formula emulgel yang
dibandingkan dengan kontrol basis memiliki p-value <0,05, yang artinya berbeda.
Jadi, keempat formula emulgel tersebut memiliki potensi antibakteri terhadap
Staphylococcus epidermidis baik secara kualitatif (gambar 18) maupun kuantitatif
(tabel XVI dan XVIII).
Penelitian ini masih memiliki keterbatasan, antara lain belum membahas
mengenai kemasan emulgel sehingga tidak bisa melakukan uji extrudability
terhadap emulgel yang diformulasikan. Uji extrudability merupakan uji untuk
mengetahui kemudahan emulgel keluar dari kemasannya. Evaluasi ini tidak bisa
dilakukan karena kemasan tube yang sesuai dengan kriteria yang dikehendaki sulit
didapatkan. Tube emulgel yang dikehendaki adalah metallic collapsible tube
dengan mulut berdiameter 40 mm. Pemilihan tube tersebut untuk kepentingan
efisiensi dan kenyamanan konsumen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Carbopol 940 berpengaruh baik pada level rendah maupun tinggi sorbitol yang
meningkatkan respon viskositas dan menurunkan respon daya sebar. Sorbitol
berpengaruh meningkatkan respon daya sebar dan meningkatkan respon
pergeseran viskositas pada level tinggi carbopol 940.
2. Formula emulgel minyak cengkeh yang memenuhi kriteria sifat fisik adalah
formula a dan formula ab, serta tidak ada formula yang memenuhi kriteria
stabilitas fisik yang diinginkan.
B. Saran
1. Pengujian dengan jumlah replikasi sampel lebih banyak perlu dilakukan untuk
mendapatkan data yang lebih akurat.
2. Perlu dilakukan studi mengenai kapasitas surfaktansi terhadap lama
penyimpanan sehingga emulgel minyak cengkeh yang dihasilkan lebih stabil.
3. Pengujian extrudability perlu dilakukan untuk mengetahui konsistensi emulgel
saat dikeluarkan dari kemasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
DAFTAR PUSTAKA
Alma, M.H., Ertas, M., Nitz, S., and Kollmannsberger, H., 2007, Chemical Composition and Content of Essential Oil from Bud of Cultivated Turkiish Clove (Syzygium aromaticum L.), BioResouces, 2 (2), 265-269.
Allen, L.V., 2002, The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical
Compounding 2nd ed., American Pharmaceutical Association,
Washington, D.C., pp. 250, 308-310. Ara, K., Hama, M., Akiba, S., Koike, K., Okisaka, K., Hagura, T., Kamiya, T.,
and Tomita, F., 2006, Foot Odor Due to Microbial Metabolism and its Control, Can. J. Microbiol, (52), 357-364.
Arak Petrochemical Company, 2013, Triethanolamine (TEA),
http://www.arpc.ir/Portals/0/Pdf/Products/Chemical/TEA.pdf, diakses tanggal 31 Juni, 2013.
Ayoola, G.A., Lawore, F.M., Adelowotan, T., Aibinu, I.E., Adenipekun, E.,
Coker, H.A.B., and Odugbemi, T.O., 2008, Chemical Analysis and Antimicrobial Activity of The Essential of Syzygium aromaticum (Clove), African Journal of Microbiology Research., (2), 162-166.
Barel, A.O., Paye, M., and Maibach, H.I., 2009, Handbook of Cosmetic Science
and Technology, 3rd edition, Informa Healthcare USA pp. 115, 126, 357-378.
Benson, H.A.E. and Watkinson, A.C., 2012, Topical and Transdermal Drug
delivery, Wiley, Hoboken, New Jersey, pp. 327-329. Bhuiyan, Md.N.I., Begum, J., Nandi, N.C., and Akter, F., 2010, Constituents of
The Essential Oil From Leaves and Buds of Clove (Syzigium caryophyllatum (L.) Alston), African Journal of Plant Science, 4 (11), 451-454.
Bonang, G., Koeswardono, E.S., 1982, Mikrobiologi Kedokteran untuk
Laboratorium dan Klinik, Gramedia, Jakarta, pp.190. Brooks G.F., Carroll K.C., Butel J.S., and Morse, S.A., 2007, Jawetz, Melnick,
and Adelberg’s Medical Microbiology, 24th ed., chapter 11 dan 14, The McGraw-Hill Companies, Inc.
Caropresel, A., Gabbanini, S., Beltramini, C., Lucchi, E., and Valgimigli, 2009,
HC-SPME-GC-MS Analysis of Body Odor to Test The efficacy, Skin Research and Technology, (15), 503-510.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Chikalikar K. and Moorkath, S., 2002, Carbopol Polymers: A versatile range of polymers for pharmaceutical applications, http://saffron.pharmabiz.com/article/detnews.asp?articleid=16723§ionid=50, diakses tanggal 3 Januari 2013.
Collet, D.M., and Aulton, M.E., 1990, Pharmaceutical Practice, Educational-
Low-Priced Books Scheme, British, pp. 109-115, 127-128. Davis, W.W., and Stout, T.R, 1971, Disc Plate Methods of Microbiological
Antibiotic Assay, Microbiology, 22(4): 659-665. Deveda P., Jain, A., Vyas, N., Khambete, H., and Jain, S., 2010, Gellified
Emulsion For Sustain Delivery of Itraconazole for Topical Fungal Disease, Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 2 (1), 107.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1979, Farmakope
Indonesia, jilid III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 96, 474-475.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995, Farmakope
Indonesia, jilid IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 765.
Ehrlich, S.D., 2010, Erythema, http://www.umm.edu/altmed/articles/erythema-
000154.htm, diakses tanggal 27 Januari 2013. Ehrlich, S.D., 2010, Edema, http://www.umm.edu/altmed/articles/edema-
000055.htm, diakses tanggal 27 Januari 2013. Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., and Singla, A.K., 2002, Spreading of Semisolid
Formulations : An Update, http://www.pharmtech.com/pharmtech/data/articlestandard/pharmtech/362002/30365/article.pdf, diakses tanggal 5 September 2012.
Hidayati N, 2003, Ekstraksi Eugenol dari Minyak Daun Cengkeh, Jurnal Teknik
Gelagar., 14 (2), 108-114. Joseph, B. and Sujatha, S., 2011, Bioactive Compounds and its Autochthonous
Microbial Activities of Extract and Clove Oil (Syzygium aromaticum L.) on Some Food Borne Pathogens, Asian Journal of Biological Sciences, 4 (1), 35-43.
Kusuma, D., 2010, Perbandingan Daya Antibakteri Krim Antiacne Minyak
Cengkeh dengan Emulgel Antiacne Minyak Cengkeh Terhadap Staphylococcus epidermidis, Skripsi, 30-31, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Leyden, J.J. and Rawlings, A.V., 2002, Skin Moisturization, Marcel Dekker, Inc, New York, pp.245-249.
LibrawPharma, 2008, Carbomer 940/980, http://www.pharma-
excipients.com/carbomer-940-980.html, diakses tanggal 17 Januari 2013. Lis-Balchin, M., 2006, Aromatherapy Science : A guide for healthcare
proffesionals, Pharmaceutical Press, London, pp. 170-173. Lubrizol, 2009, Neutralizing Carbopol® and Pemulen® Polymers in Aqueous and
Hydroalcoholic Systems, http://www.lubrizol.com/Home-Care/Documents/Technical-Data-Sheets/TDS-237-Neutralizing-Carbopol-Pemulen-in-Aqueous-Hydroalcoholic-Systems--HC.pdf, diakses tanggal 3 Januari 2013.
Nair, L.M., Stephens, N.V., Vincent, S., Raghavan, N., and Sand, P.J., 2003,
Determination of Polysorbate 80 in Parenteral Formulations by High-Performance Liquid Chromatography and Evaporative Light Scattering Detection, Journal of Chromatography A, 1012 (2003), 81–86.
Noveon, 2002, Neutralizing Carbopol® and Pemulen® Polymers in Aqueous and
Hydroalcoholic Systems, http://talasonline.com/photos/msds/carbopol_mixing.pdf, diakses tnggal 3 Januari 2013.
Panwar A.S., Upadhyay, N., Bairagi, M., Gujar, S., Darwhekar, G.N., and Jain,
D.K., 2011, Emulgel : A Review, Asian Journal of Pharmacy and Life Science, 1 (3), 333-343.
Pratiwi, S.T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, Erlangga, Jakarta, pp. 22-24, 188-191. Reineccius, G., 1999, Source Book of Flavors 2nd ed., Aspen Publishers, Inc, pp.
285-286. Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 6th edition, Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association, USA, pp.110-113, 441-445, 549-553, 596-598, 675-681, 754-755.
Singla, V., Saini, S., Joshi, B., and Rana, A.C., 2012, Emulgel:A New Platform
for Topical Drug Delivery, International Journal of Pharma. and Bio. Sciences, 3 (1), 485-498.
Sinko, P.J., 2006, Physical Chemical and Biopharmaceutical Principles in the
Pharmaceutical Sciences 5th ed., Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, pp. 481-483, 512.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Smith, J. and Hong, L., 2003, Food Additives Data Book, Blackwell Science Ltd., USA, pp. 971.
SNI, 2006, Minyak Daun Cengkih,
https://www.google.com/search?hl=en&tbo=d&biw=1280&bih=681&noj=1&sclient=psy-ab&q=SNI-minyak+daun+cengkih&oq=SNI-minyak+daun+cengkih&gs_l=serp.3...800172.805249.1.805590.23.14.0.0.0.0.0.0..0.0.les%3B..0.0...1c.1.2.serp.xtx85WIQBy8, diakses tanggal 17 Januari 2013.
Suhaime, I.H.B., Tripathy, M., Mohamed, M.S., and Majeed, A.B.A., 2012, The
Pharmaceutical Applications of Carbomer, Asian Journal of Pharmaceutical Sciences and Research, 2 (2), 1-12.
Suryarini, S., 2011, Pengaruh Tween 80 dan Span 80 Sebagai Emulsifying Agent
Terhadap Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Emulgel Antiacne Minyak Cengkeh (Oleum caryophilli) : Aplikasi Desain Faktorial, Skripsi, ii, 27, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Taufik, M., Triatmojo, S., Erwanto, Y., Santoso, U., dan Kristanti, N.D., 2012,
Aktivitas Antibakteri Minyak Cengkeh Terhadap Bakteri Patogen, http://stpp-malang.ac.id/PDF/Aktivitas%20mikroba%20cengkeh.pdf, diakses tanggal 14 April 2012.
Tranggono, R.I. and Latifah, F., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, pp. 19-20. Wu, Y., Iglauer, S., Shuler, P., Tang, Y., and Goddard III, W.A., 2010, Alkyl
Polyglycoside-Sorbitan Ester Formulations for Improved Oil Recovery, http://www.wag.caltech.edu/publications/sup/pdf/892.pdf, diakses 20 Februari 2013.
Zatz, J. L. and Kushla, G. P., 1996, Gels, in Lieberman, H. A., Lachman, L., and
Schwatz, J. B. Pharmaceutical Dosage Form: Disperse System Vol. 2. 2nd ed, New York: Marcell Dekker, Inc, pp.399-417.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analysis (CoA) minyak daun cengkeh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Lampiran 2. Sertifikat hasil uji Staphylococcus epidermidis ATCC 12228
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Lampiran 3. Verifikasi minyak cengkeh
1. Indeks bias minyak cengkeh
Replikasi Indeks bias I 1,535 II 1,533 III 1,534
Rata-rata ± SD 1,534 ± 0,001
2. Bobot jenis minyak cengkeh
Rumus untuk menghitung kerapatan minyak cengkeh (25oC) :
ρ minyak cengkeh = ����� ������ ������� (�)
������ ������ ������� (��)
Replikasi I II III Bobot piknometer (g) 24,6291 24,3469 24,6159 Bobot piknometer + air (g) 34,8958 34,5556 34,8720 Bobot air (g) 10,2667 10,2087 10,2561 ρ air (25oC) (g/mL) 0,99707 0,99707 0,99707 Volume air (mL) 10,2969 10,2387 10,2862
Replikasi I II III Bobot piknometer (g) 24,6286 24,3450 24,6158 Bobot piknometer + minyak cengkeh (g) 35,0843 34,7819 35,0891 Bobot minyak cengkeh (g) 10,4557 10,4369 10,4733 Volume minyak cengkeh (mL) 10,2969 10,2387 10,2862 ρ minyak cengkeh (25oC) (g/mL) 1,0154 1,0194 1,0182 Rata-rata ± SD 1,0177 ± 0,0020
Rumus untuk menghitung bobot jenis minyak cengkeh (25oC) :
BJ = ��������� ������ ������� ����
��������� ��� ����
Replikasi Bobot jenis I 1,0184 II 1,0224 III 1,0212
Rata-rata ± SD 1,0207 ± 0,0021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Lampiran 4. Hasil uji sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel
1. Viskositas (d.Pa.s)
Formula Replikasi
Rata-rata ± SD I II III
F1 40 42 45 42,33 ± 2,52 Fa 250 250 245 248,33 ± 2,89 Fb 40 47 42 43,00 ± 3,61 Fab 245 245 245 245,00 ± 0
2. Daya Sebar (cm)
Formula Replikasi
Rata-rata ± SD I II III
F1 6,03 5,75 6,00 5,93 ± 0,15 Fa 3,45 3,48 3,43 3,45 ± 0,03 Fb 5,93 5,63 5,68 5,75 ± 0,16 Fab 3,58 3,50 3,53 3,54 ± 0,04
3. Pergeseran viskositas (d.Pa.s)
Rumus untuk menghitung pergeseran viskositas emulgel minyak cengkeh :
pergeseran viskositas = ����������� �� �������������� �� ����
���������� �� ���� �100%
Formula Replikasi
Rata-rata ± SD I II III
F1 5,00 2,38 6,67 4,68 ± 2,16 Fa 4,00 4,00 6,12 4,71 ± 1,22 Fb 5,00 10,64 2,38 6,01 ± 4,22 Fab 18,37 14,29 10,20 14,29 ± 4,09
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Lampiran 5. Hasil pengolahan data dengan Software R2.14.1
1. Viskositas
a. Uji normalitas dengan Shapiro-Wilk
formula 1
formula a
formula b
formula ab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
b. Uji Wilcoxon two sample
formula 1 : formula a
formula b : formula ab
formula 1 : formula b
formula a : formula ab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
2. Daya Sebar
a. Uji normalitas dengan Shapiro-Wilk
formula 1
formula a
formula b
formula ab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
b. Levene’test
c. Uji Wilcoxon two sample
formula 1 : formula a
formula b : formula ab
formula 1 : formula b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
formula a : formula ab
3. Pergeseran Viskositas
a. Uji normalitas dengan Shapiro-Wilk
formula 1
formula a
formula b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
formula ab
b. Uji Wilcoxon two sample
formula 1 : formula a
formula b : formula ab
formula 1 : formula b
formula a : formula ab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 6. Dokumentasi sediaan emulgel m
1. Saat pembuatan
Formula 1, replikasi III
Formula b, replikasi III
Dokumentasi sediaan emulgel minyak cengkeh
Saat pembuatan
Formula 1, replikasi III Formula a, replikasi III
Formula b, replikasi III Formula ab, replikasi III
76
engkeh
Formula a, replikasi III
Formula ab, replikasi III
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Setelah penyimpanan 30 hari
Formula 1, replikasi III
Formula b, replikasi
Setelah penyimpanan 30 hari
Formula 1, replikasi III Formula a, replikasi III
Formula b, replikasi III Formula ab, replikasi III
77
Formula a, replikasi III
Formula ab, replikasi III
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 7. Dokumentasi hasil uji iritasi p
Setelah pencukuran bulu kelinci
Setelah pendiaman 24 jam
Dokumentasi hasil uji iritasi primer
Setelah pencukuran Setelah pemberianbulu kelinci emulgel dan basis
Setelah pendiaman Setelah pendiaman 48 jam
78
Setelah pemberian
emulgel dan basis
Setelah pendiaman
72 jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Lampiran 8. Hasil uji potensi antibakteri emulgel terhadap Staphylococcus
epidermidis
1. Zona hambat setelah emulgel disimpan selama 1 bulan
Keterangan Diameter zona hambat (mm) Rata-rata ±
SD Rep I Rep II Rep III Kontrol basis emulgel 0 0 0 0 ± 0
Emulgel F1 11,00 8,50 8,50 9,333 ± 1,444 Emulgel Fa 10,50 8,50 8,50 9,167 ± 1,155 Emulgel Fb 9,25 8,50 8,50 8,750 ± 0,433 Emulgel Fab 9,25 9,00 8,75 9,000 ± 0,250
2. Hasil uji statistik zona hambat masing-masing formula emulgel
dibandingkan dengan kontrol negatif (basis)
a. Uji normalitas dengan Shapiro-Wilk
formula 1
formula a
formula b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
formula ab
b. Uji Wilcoxon two sample
formula 1 : kontrol basis
formula a : kontrol basis
formula b : kontrol basis
formula ab : kontrol basis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Dokumentasi uji potensi
Kontrol me
Dokumentasi uji potensi
Kontrol media Kontrol pertumbuhan bakteri Uji potensi
81
Uji potensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Lampiran 9. Dokumentasi penelitian
Proses pembuatan emulgel Hasil emulsifikasi
Uji viskositas
Indikator pH Waterbath
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Lani Agustina, lahir di Kudus,
23 Agustus 1991. Penulis adalah anak kedua dari tiga
bersaudara, dari pasangan Lilik Dwi Santoso dan
Kristine. Penulis menempuh pendidikan formal di TK
Masehi Kudus (1996-1997), SD Masehi Kudus (1997-
2003), SMP Masehi Kudus (2003-2006), dan SMA
Masehi Kudus (2006-2009). Pada tahun 2009, penulis melanjutkan kuliah
program S1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama
kuliah, penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia Organik tahun ajaran
2011/2012, asisten praktikum Biokimia tahun ajaran 2012/2013, asisten
praktikum Bioanalisis tahun ajaran 2012/2013, asisten praktikum Biofarmasetika
tahun ajaran 2012/2013 dan asisten praktikum Formulasi Teknologi Sediaan
Farmasi tahun ajaran 2012/2013. Selain itu, penulis juga pernah menjadi sie
pengawas pada Pharmacy Competition 2010, volunteer pada Kampanye Informasi
Obat 2010 “Health by herbal, herbal for healthy” dan mengikuti Olimpiade
Kimia Mahasiswa PTS Kopertis Wilayah V Tahun 2010.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI