pkl lingkungan

8
1. Organisasi Bidang Lingkungan a. Lembaga sertifikasi kompetensi auditor lingkungan hidup memberikan sertifikat kompetensi auditor kepada perusahaan D. Berdasarkan UU no.32 Tahun 2009 tentang PPLH, pasal 51 ayat (2) berisi : Auditor lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki sertifikasi kompetensi auditor lingkungan hidup. Dari bukti adanya pemberian sertifikat kompetensi auditor lingkungan hidup kepada perusahaan D, maka perusahaan D telah sesuai dalam pengadaan adanya auditor lingkungan hidup yang bersertifikasi. 2. Pengelolaan Limbah a. Perusahaan E memiliki laboratorium analisa dan alat analisa limbah B3. Berdasarkan PermenLH no.18 Tahun 2009 tentang Tatacara Perijinan Pengelolaan Limbah B3 pasal 9 ayat (1) berisi : Perusahaan yang kegiatan utamanya berupa pengelolaan limbah B3 dan atau mengelola limbah B3 yang bukan dari kegiatan sendiri wajib memiliki : - Laboratorium analisa atau alat analisa limbah B3 di lokasi kegiatan, dan - Tenaga yang terdidik di bidang analisa pengelolaan limbah B3. Dari isi peraturan perundangan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan E telah (sesuai/tdk sesuai) dalam penyelenggaraan laboratorium analisa dalam hal pengelolaan limbah B3. b. Perusahaan H tidak memiliki unit pengelolaan limbah sendiri, namun bekerjasama dengan IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah) yang berada tidak jauh dari perusahaan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air ANGGA PRINAWAN R.0011011 / B TGS PKL- LINGKUNGAN

Upload: galuh-pramesti

Post on 03-Oct-2015

4 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

lingkungan

TRANSCRIPT

1. Organisasi Bidang Lingkungan

a. Lembaga sertifikasi kompetensi auditor lingkungan hidup memberikan sertifikat kompetensi auditor kepada perusahaan D.

Berdasarkan UU no.32 Tahun 2009 tentang PPLH, pasal 51 ayat (2) berisi : Auditor lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki sertifikasi kompetensi auditor lingkungan hidup.

Dari bukti adanya pemberian sertifikat kompetensi auditor lingkungan hidup kepada perusahaan D, maka perusahaan D telah sesuai dalam pengadaan adanya auditor lingkungan hidup yang bersertifikasi.2. Pengelolaan Limbah

a. Perusahaan E memiliki laboratorium analisa dan alat analisa limbah B3.

Berdasarkan PermenLH no.18 Tahun 2009 tentang Tatacara Perijinan Pengelolaan Limbah B3 pasal 9 ayat (1) berisi :

Perusahaan yang kegiatan utamanya berupa pengelolaan limbah B3 dan atau mengelola limbah B3 yang bukan dari kegiatan sendiri wajib memiliki :

Laboratorium analisa atau alat analisa limbah B3 di lokasi kegiatan, dan

Tenaga yang terdidik di bidang analisa pengelolaan limbah B3.

Dari isi peraturan perundangan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan E telah (sesuai/tdk sesuai) dalam penyelenggaraan laboratorium analisa dalam hal pengelolaan limbah B3.

b. Perusahaan H tidak memiliki unit pengelolaan limbah sendiri, namun bekerjasama dengan IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah) yang berada tidak jauh dari perusahaan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air pasal 3 berisi : Penyelenggaraan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dapat dilaksanakan oleh pihak ketiga berdasarkan peraturan perundang-undangan.Dari peraturan pemerintah diatas, walaupun perusahaan H tidak memiliki unit Pengolahan Limbah sendiri, namun ia melakukan pengolahannya melalui pihak ketiga yaitu kepada IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya surat perintah atasan kepada unit bagian pengelolaan limbah untuk melakukan pengelolaan limbah di IPAL. (sesuai/tidak sesuai)

c. Perusahaan I melakukan pemanfaatan air limbah ke dalam tanah namun belum mendapat izin tertulis dari Bupati / WalikotaBerdasarkan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Bab VI Persyaratan Pemanfaatan dan Pembuangan Air Limbah pasal 35 ayat (1) berisi : Setiap usaha dan atau kegiatan yang akan memanfaatkan air limbah ke tanah untuk aplikasi pada tanah wajib mendapat izin tertulis dari Bupati/walikota.

Dari hasil peraturan diatas, perusahaan I (sesuai/tidak sesuai) dalam pemanfaatan air limbah ke tanah untuk pemanfaatan. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya surat ijin resmi dari bupati maupun walikota.

d. Perusahaan K tidak membuat saluran pembuangan limbah cair

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air pasal 20 yang berisi : Penanggung jawab kegiatan wajib membuat saluran limbah cair sedemikian rupa, sehingga memudahkan pengambilan contoh dan pengukuran debit limbah cair di luar areal kegiatan.

Dalam hal ini perusahaan K belum sesuai dalam pembuatan saluran limbah cair, hal ini mungkin karena belum adanya bagian / organisasi yang mengatur pengelolaan lingkungan perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari belum adanya saluran limbah cair yang ada di perusahaan.

e. Rumah Sakit L telah melakukan pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan umum.

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Rumah Sakit pasal 7 berisi :

Setiap penanggung jawab kegiatan atau pengelola rumah sakit wajib :

Melakukan pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan sehingga mutu limbah cair yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui Baku Mutu Limbah Cair yang telah ditetapkan

Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup dan kedap air sehingga tidak terjadi perembesan ke tanah serta terpisah dengan saluran limpahan air hujan;

Memasang alat ukur debit laju alir limbah cair dan melakukan pencatatan debit harian limbah cair tersebut;

Memeriksakan kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini kepada laboratorium yang berwenang sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan;

Menyampaikan laporan tentang catatan debit harian dan kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana dimaksud huruf c dan d sekurang-kurangnya tiga bulan sekali kepada Gubernur dengan tembusan Menteri, Kepala Bapedal, Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Nasional, instansi teknis yang membidangi rumah sakit serta instansi lain yang dianggap perlu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dari peraturan diatas rumah sakit L telah sesuai dalam menerapkan kebijakan peraturan diatas untuk mematuhi beberapa persyaratan yang ada diatas. Pembuktian ini dibuktikan dengan adanya unit pengolahan limbah di rumah sakit L.

f. Perusahaan M telah melakukan proses pengolahan sampah sesuai dengan 5 tahapan pengolahan sampah.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga pasal 16 tentang Penanganan Sampah :

Penanganan sampah meliputi kegiatan:- pemilahan;- pengumpulan;- pengangkutan;- pengolahan; dan- pemrosesan akhir sampah.

Dari peraturan diatas disimpulkan bahwa perusahaan M telah melakukan proses penerapan pengolahan limbah padat sampah dengan memperhatikan 5 prinsip pengolahan limbah sampah yang ada. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya beberapa kebijakan pengolahan limbah padat yang telah dibuat perusahaan M.

g. Perusahaan N telah membuat produk dengan kemasan yang mudah diurai oleh proses alam dan sehingga menimbulkan sedikit sekali sampah.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga pasal 16 tentang Penanganan Sampah pasal 12 :

Produsen wajib melakukan pembatasan timbulan sampah dengan:

menyusun rencana dan/atau program pembatasan timbulan sampah sebagai bagian dari usaha dan/atau kegiatannya; dan/atau

menghasilkan produk dengan menggunakan kemasan yang mudah diurai oleh proses alam dan yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin.

Dari adanya peraturan diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan N telah melakukan tindakan pencegahan penimbulan sampah dengan memproduksi kemasan yang mudah diurai. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya sertifikasi terhadap green product yang dihasilkan perusahaan N.

h. Perusahaan O tidak membuat cerobong pada unit pengolahan limbah padat.

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 13 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak pasal 7 berisi :

Setiap penanggung jawab jenis kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) wajib memenuhi ketentuan sebagaimana berikut :(1) membuat cerobong emisi yang dilengkapi dengan sarana pendukung dan alat pengaman;(2) memasang alat ukur pemantauan yang melitputi kadar dan laju alir volume untuk setiap cerobong emisi yang tersedia serta alat ukur arah dan kecepatan angin;(3) melakukan pencatatan harian hasil emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong emisi;(4) menyampaikan laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam huruf (c) kepada Gubernur dengan tembusan Kepala Badan sekurang-kurangnya sekali dalam 3 (tiga) bulan;(5) melaporkan kepada Gubernur serta kepala Badan apabila ada kejadian tidak normal dan atau dalam keadaan darurat yang mengakibatkan baku mutu emisi dilampaui.

Dari peraturan diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan O belum sesuai dalam pelaksanaan untuk pengurangan pencemaran limbah gas, hal ini dibuktikan dengan belum dipasangnya cerobong untuk menghindari kontak pencemaran udara lingkungan.3. Sistem Manajemen Limbah

a. Perusahaan A mengeksploitasi sumber daya alam yang tidak terbarukan.

Menurut UU no.32 Tahun 2009 tentang PPLH, pasal 23 ayat (1) tentang kriteria usaha dan atau kegiatan yang berdampak penting yang wajib dilengkapi dengan amdal,

Berdasarkan dari pernyataan diatas maka, perusahaan A diwajibkan untuk memenuhi kegiatan AMDAL.

Dari hasil penilaian, perusahaan A telah (..sesuai../..tidak sesuai..) dalam pelaksanaan kegiatan AMDAL hal ini didasarkan pada kriteria perusahaan yang masuk dalam kriteria pelaksanaan AMDAL. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya dokumen AMDAL perusahaan A.

b. Perusahaan B belum memiliki sertifikat kompetensi penyusun AMDALMenurut UU no.32 Tahun 2009 tentang PPLH, pasal pasal 28 ayat (1) berisi penyusun AMDAL sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat (1) dan pasal 27 wajib memiliki sertifikat kompetensi penyusun AMDAL.

Dari hasil penilaian, perusahaan B belum sesuai dalam pemenuhan sertifikat kompetensi penyusun AMDAL, hal ini bisa dibuktikan dengan belum adanya sertifikasi kompetensi penyusun AMDAL.

c. Perusahaan C tidak memiliki dokumen AMDAL tetapi hanya dokumen UKL/UPL.Menurut UU no 32 tahun 2009 ttg PPLH, pasal 34 (1) menyatakan : Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib AMDAL, sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat (1) wajib memiliki UKL-UPL.

Kegiatan di perusahaan A telah sesuai dengan peraturan karena tidak masuk kategori wajib AMDAL dan telah memiliki UKL/UPL yang terpantau dengan baik dan dilaporkan secara rutin. Hal ini didukung dengan adanya beberapa dokumen) *terlampir

d. Perusahaan J mengajukan permohonan izin lingkungan kepada Menteri, Gubernur, bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan pasal 42 berisi : Permohonan Izin Lingkungan diajukan secara tertulis oleh penanggungjawab Usaha dan/atau Kegiatan selaku Pemrakarsa kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.Maka perusahaan J telah (sesuai/tidak sesuai) dalam melakukan permohonan izin lingkungan hal ini dapat dilihat dengan adanya surat permohonan yang diajukan perusahaan kepada instansi pemerintah.4. Peraihan penghargaan di bidang Lingkungan

a. Perusahaan F mendapatkan bendera merah berdasarkan hasil dari Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2010 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 3 ayat (1) yang berisi : Penilaian peringkat kinerja usaha dan atau kegiatan dilakukan terhadap semua jenis usaha dan atau kegiatan yang mempunyai potensi dapt menimbulkan pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup.

Maka perusahaan F belum sesuai dalam hal pengendalian pencemaran dan lingkungan hidup. Dengan didapatkannya bendera merah, ini berarti upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan belum sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan dan dalam tahapan melaksanakan sanksi administrasi. Berarti perusahaan F (belum sesuai) dalam pelaksanaan untuk mendapatkan penghargaan PROPER.b. Perusahaan G mendapatkan trophy penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2010 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup pasal 8 berisi : Perusahaan yang meraih peringkat emas dan hijau diberikan trophy penghargaan.

Dari peraturan perundangan diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan G telah menerapkan dan mendapatkan peringkat penilaian yang tinggi, hal ini dibuktikan dengan adanya lampiran trophy penghargaan yang diberikan kepada perusahaan G.c. Perusahaan P membuat rancangan anggaran dan kegiatan.

Berdasarkan peraturan PP nomor 47 tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas, pasal 5 berisi : Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam, dalam menyusun dan menetapkan rencana kegiatan dan anggaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (2) harus memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

Dari peraturan diatas, perusahaan P telah memenuhi beberapa kriteria , dan bisa saja untuk mendapatkan penghargaan CSR, hal ini didukung dengan adanya dokumen rancangan kegiatan dan anggaran dalm pelaksanaannya sesuai dengan PP nomor 47 tahun 2012.ANGGA PRINAWAN

R.0011011 / B

TGS PKL-LINGKUNGAN