pitriasis versikolor

24
BAB I PENDAHULUAN Pitiriasis versikolor adalah penyakit universal terutama ditemukan di daerah tropis. Penyakit ini disebabkan oleh Malassezia furfur merupakan penyakit jamur superfisial yang kronik, biasanya tidak memberikan keluhan subyektif, berupa bercak berskuama halus yang berwarna putih sampai coklat hitam, terutama meliputi badan dan kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala yang berambut (Budimulja, 2007). Diagnosis pitiriasis versikolor ditegakkan berdasarkan adanya makula hipopigmentasi, hiperpigmentasi, atau kemerahan yang tertutup skuama halus.Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan yaitu dengan lampu Wood akan menunjukkan adanya pendara (fluoresensi) berwarna kuning keemasan pada lesi yang bersisik dan pemeriksaan mikroskopis sediaan skuama dengan KOH (Partogi, 2008). Untuk mengobati penyakit ini yang harus dilakukan pertama kali adalah menghilangkan faktor predisposisi, 1

Upload: timothy-skinner

Post on 13-Nov-2015

15 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

pitriasis versikolor

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANPitiriasis versikolor adalah penyakit universal terutama ditemukan di daerah tropis. Penyakit ini disebabkan oleh Malassezia furfur merupakan penyakit jamur superfisial yang kronik, biasanya tidak memberikan keluhan subyektif, berupa bercak berskuama halus yang berwarna putih sampai coklat hitam, terutama meliputi badan dan kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala yang berambut (Budimulja, 2007).Diagnosis pitiriasis versikolor ditegakkan berdasarkan adanya makula hipopigmentasi, hiperpigmentasi, atau kemerahan yang tertutup skuama halus.Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan yaitu dengan lampu Wood akan menunjukkan adanya pendara (fluoresensi) berwarna kuning keemasan pada lesi yang bersisik dan pemeriksaan mikroskopis sediaan skuama dengan KOH (Partogi, 2008).Untuk mengobati penyakit ini yang harus dilakukan pertama kali adalah menghilangkan faktor predisposisi, kemudian di lakukan pengobatan topikal dan sistemik.Pengobatan harus dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten (Budimulja, 2007).Terapi profilaksis juga harus dipertimbangkan untuk mengurangi tingkat kekambuhan. Agen topikal yang efektif termasuk selenium sulfide (misalnya selsun shampoo), antimikotik azole, ciclopirox Olamine, Piroctone-Olamine, pyrithione seng, lotion propilen glikol, Lamisil Derm gel, benzoyl peroxide, sodium sulfacetamide dan allylamine antijamur Pengobatan dengan selenium sulfida dapat mengakibatkan dermatitis iritan. Pasien mungkin memerlukan emolien atau steroid topikal selama beberapa hari setelah terapi.Antijamur golongan azol topikal bekerja dengan baik, tidak ada perbedaan yang signifikan apabila menggunakan senyawa lainnya .Masalah utama dengan menggunakan azole antijamur di pitiriasis versicolor adalah ketidaknyamanan menerapkan krim ke daerah permukaan tubuh yang luas.Bentuk sampo dari antijamur dapat digunakan untuk penyakit yang luas.Topikal selenium sulfida menghambat sulfida M. furfur, memiliki efek sitostatik pada epidermis dan epitel folikular, yang mengurangi produksi corneocyte (Kumar Rai, 2009).Prognosis baik jika pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten. Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan pemeriksaan lampu Wood dan sediaan langsung negative (Budimulja, 2007). Walaupun prognosis baik, angka kekambuhan tinggi (40 70 %), sehingga perlu pengobatan pemeliharaan untuk mencegah kambuh : Ketoconazole 400 mg 1 kali/ bulan atau Ketoconazole 200 mg selama 3 hari berturut turut tiap bulan selama faktor predisposisi masih ada, rata rata selama 1 tahun (Ervianty, et al, 2005)

BAB IILAPORAN KASUSI. Identitas PenderitaNama: Sdr. RobiUmur: 17 thJenis kelamin : Laki-lakiAlamat : Ngapit, JombangPekerjaan: PelajarAgama: Islam Suku bangsa: JawaStatus perkawinan: Belum KawinTgl pemeriksaan: 25 Maret 2015No RM: 14-80-83II. Anamnesis Keluhan Utama : GatalRiwayat Penyakit Sekarang :Pasien datang dengan keluhan gatal sudah 3 bulan yang lalu, gatal terutama saat berekringat. Kemudian keluar bercak kecoklatan pada daerah punggung, semakin lama semakin banyak. .Hobi pasien adalah olah raga .Pasien mandi 2x kali sehari.Pasien suka menggunakan pakaian berlapis.Lingkungan tempat tinggal baik dan ventilasi cukup.Pasien tidak ada mengeluhkan mati rasa atau kurang berasa pada bercak-bercak putih tersebut.Riwayat trauma tidak ada, bercak bercak merah yang berubah warna menjadi putih tidak ada.Riwayat mengkonsumsi obat-obatan yang lama tidak ada. Pasien belum pernah mengobati penyakitnyaRiwayat Atopik :Tidak ada

Riwayat Penyakit Dahulu :Sebelumnya penderita tidak pernah mempunyai penyakit kulit.Riwayat Kontak :Tidak ada anggota keluarga atau teman yang sakit serupa.Riwayat Pengobatan :Tidak ada pengobatan sebelumnya. III. Pemeriksaan Fisik Status Generalis :Keadaan Umum : BaikKesadaran: ComposmentisHygiene: CukupGizi: Cukup Nadi : -RR: -Kepala : Konjungtiva pucat (-)Leher : Tidak dilakukan pemeriksaanThorak : sesuai status dermatologisAksilla: Sesuai status dermatologisAbdomen : sesuai status dermatologisEktremitas : Tidak dilakukan pemeriksaanStatus Lokalis :Regio:Pada regio thoracalis posterior Effloresensi: Terdapat makula hiperpigmentasi bentuk bervariasi, tidak beraturan batas ada yang jelas dan ada yang tidak.

IV. Diagnosis Banding Pitiriasis Rosea Erythrasma Dermatitis seboroik Tinea korporisV. Pemeriksaan Penunjang-Pemeriksaan dengan lampu wood-Pemeriksaan sediaan dengan KOH 20%VI. Diagnosis Pitiriasis VersikolorVII. Penatalaksanaan Sistemik : Ketoconazole 1 x 200 mg selama 10 hari, citrizine 1x 10 mg diminum pada malam hari. Topikal : Ketoconazole cream 2% dioles pada lesi 2x sehari sehabis mandi Edukasi : Rendam pakaian, handuk, sprei dan alat sehari-hari dengan air panas selama 1 jam Mandi teratur minimal 2 kali sehari dengan sabun ph netral Sebisa mungkin menggunakan pakaian yang longgar dan menyerap keringat Minum obat teratur Kontrol 10 hari lagi saat obat habisVIII. Follow UpKontrol 10 hari lagi untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan kemajuan penyakit (keluhan subyektif dan tanda obyektif)IX. Prognosis Baik jika pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten.

BAB IIIPEMBAHASANPasien Sdr Robi, 17 tahun, datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Jombang pada tanggal 25 Maret 2015. Pasien datang dengan keluhan gatal sudah 3 bulan yang lalu, gatal terutama saat berekringat. Kemudian keluar bercak kecoklatan pada daerah punggung, semakin lama semakin banyak. .Hobi pasien adalah olah raga .Pasien mandi 2x kali sehari.Pasien suka menggunakan pakaian berlapis.Lingkungan tempat tinggal baik dan ventilasi cukup. Pasien tidak ada mengeluhkan mati rasa atau kurang berasa pada bercak-bercak putih tersebut. Riwayat trauma tidak ada, bercak bercak merah yang berubah warna menjadi putih tidak ada.Riwayat mengkonsumsi obat-obatan yang lama tidak ada Pasien belum pernah mengobati penyakitnyaPenderita adalah laki-laki 17 tahun suku bangsa jawa. Identitas ini sesuai dengan teori yang kami dapatkan, yaitu pitiriasis versikolor adalah penyakit universal dan terutama ditemukan di daerah tropis (Budimulja, 2007). Dapat menyerang hampir semua umur, pria dan wanita, semua bangsa, hampir diseluruh dunia(Mahmoudabadi, et al, 2009).Penderita datang dengan keluhan keluar bercak dipunggung sejak 3 bulan yang lalu, semakin lama semakin banyak. Anamnesis ini menunjukkan kelainan kulit yang kronis. Pitiriasis versikolor merupakan penyakit jamur superfisial yang kronik, terutama meliputi badan dan kadang kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka, dan kulit kepala yang berambut (Harahap, 2000).Bercak ini terasa gatal seperti kesemutan ketika berkeringat. Gambaran klinis penyakit ini adalah gatal bila berkeringat, kadang kadang penderita dapat merasakan gatal ringan, yang merupakan alasan berobat (Ervianti, 2005).Tidak ada anggota keluarga atau teman yang sakit serupa. Pitiriasis versikolor tidak lagi digolongkan sebagai penyakit menular. Timbulnya infeksi jamur ini lebih disebabkan oleh faktor faktor individual spesifik yang belum dapat diketahui dengan pasti. Aspek aspek endogen (genetik) merupakan faktor faktor kontributor yang menyebabkan timbulnya pitiriasis versikolor(Ervianti, 2005).Penyebab penyakit ini adalah Malassezia furfur (Pityrosporum orbiculare) yang merupakan lipophilic yeast, dimana dalam keadaan biasa adalah flora normal yang terdapat pada permukaan kulit. Malassezia furfur yang berbentuk ragi / spora dapat berubah menjadi patogen dalam bentuk filamen / hifa oleh faktor predisposisi sebagai berikut Endogen : defisiensi immun (immunodeffisiensi), kulit berminyak, hiperhidrosis, genetika, sindroma cushing dan malnutrisi. Eksogen : suhu tinggi, kelembapan udara, keringat, higiene, oklusi pakaian dan penggunaan emolient yang berminyak.

Gambar : malassezia furfurDua kondisi eksogen penting adalah suhu tinggi dan kelembaban di tempat yang mempunyai musim panas. Bermain basket bisa meningkatkan kelembaban kulit yang nantinya dapat mempengaruhi perjalanan penyakitnya (Mahmoudabadi, et al, 2009).Lokasi lesi terdapat di bahu, punggung, dada, perut dan lengan atas. Kelainan kulit pitiriasis versikolor ditemukan terutama di badan (dada, punggung), leher, lengan atas dan selangkangan (Budimulja, 2007).Ruam pada penderita didapatkan makula hiperpigmentasi dengan batas jelas berbentuk makular, ukuran bervariasi. Kelainan kulit pitiriasis versikolor sangat superfisial. Kelainan ini terlihat sebagai bercak bercak berwarna warni : putih (lesi dini) kemerahan, coklat dan kehitaman (lesi lama), bentuk kronis akan didapatkan bermacam warna. Bentuk tidak teratur sampai teratur, batas jelas sampai difuse. Terdapat 3 bentuk lesi : Makular : soliter dan biasanya saling bertemu (koalesen) dan tertutup skuama. Papuler : bulat kecil kecil perifolikuler, sekitar folikel rambut dan tertutup skuama. Campuran lesi makular dan papular.Bercak bercak tersebut berfluoresensi bila dilihat dengan lampu Wood (Ervianty, 2005).Penyakit ini harus dibedakan dengan penyakit lain berdasarkan warna lesi. lesi hipopigmentasi dibedakan dengan : Pitiriasis Alba, Vitiligo, MH tipe tuberkuloid, Hipopigmentasi pasca inflamasi. Kita dapat menyingkirkan hipopigmentasi post inflamasi karena dari anamnesis tidak ditemukan adanya penyakit kulit sebelumnya. Hipopigmentasi post inflamasi ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit yang berhubungan sebelumnya. Juga dapat disingkirkan MH tipe tuberkuloid karena pada MH terdapat tanda khas yaitu makula hipopigmentasi anestesi, anhidrosis, alopesia dan atrofi. Terdapat penebalan saraf perifer. Tanda tanda tersebut tidak didapatkan pada penderita ini(Partogi, 2008).Sedangkan lesi hiperpigmentasi seperti pada pasien ini dapat dibedakan antara lain dengan: pitiriasis rosea, erythrasma, dermatitis seboroik, dan tinea corporis.

Pitiriasis versikolor lesi hipopigmentasi (pada pasien ini)Makula hiperpigmentasi dengan batas jelas berbentuk makular, ukuran bervariasi berbatas tegas ada yang tidak berbatas tegas

Ptiriasis roseaMerupakan penyakit kulit ringan dan dapat sembuh sendiri. Lesi berupa makula, papula eritematus berbentuk oval terutup skuama tipis, sumbu panjang sejajar pelipatan kulit.

Erythrasma

Penyakit infeksi bakteri kronik pada stratum korneum Corynebacteriumminutissimum area intertriginosa darijari, lipat paha dan aksila tampak makula, berbatas tegas, kering. Awalnya berwarna merah kecoklatan, berukuran miliar plakat ditutupi oleh skuama tipis.

Dermatitis seboroikPenyakit kulit dengan keradangan superfisial kronis yang mengalami remisi dan eksaserbasi dengan area seboroik (daerah kepala, wajah, derah presternum, interskapula, aerola mamae, ketiak, lipatan paha, dearah anogenital, lipat pantat) sebagai tempat predeleksi, tampak gambaran makula, papular, inflamasi, skuama dan krusta tipis, sampai tebal yang kering, basah atau berminyak.

Tinea CorporisInfeksi dermatofit pada kulit halus (glabours skin), bentukan anular dan iris, tampak makula eritema batas jelas, tepi polisiklis, aktif (meninggi, ada papul, vesikel, meluas), sembh di tengah (central healing) tertutup skuama.

Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang karena selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik sudah menunjang diagnosa, juga keterbatasan sarana pemeriksaan penunjang tersebut di RSUD Jombang. Diagnosis pada pitiriasis versikolor ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan fluoresensi lesi kulit dengan lampu Wood dan sediaan langsung kerokan kulit dengan KOH 20%.(Budimulja, 2007).Fluoresensi lesi kulit pada pemeriksaan lampu Wood pada seluruh tubuh penderita dalam kamar gelap, hasilnya positif bila terlihat flouresensi berwarna kuning keemasan pada lesi (Ervianty, 2005).Pada pemeriksaan mikologis kerokan kulit, pengambilan bahan dapat dengan kerokan biasa atau dengan cellotape yang ditempel pada lesi. Setelah diambil bahan bisa diletakkan di atas objek glass lalu diteteskan larutan KOH 20% atau campuran 9 bagian KOH 20% dengan 1 bagian tinta Parker blueblacksuperchrome X akan lebih memperjelas pembacaan karena memberi tampilan warna biru yang cerah pada elemen elemen jamur. Hasil positif , bila : terlihat campuran hifa pendek tebal 3 8 , lurus, bengkok (seperti huruf i, v, j) dikelilingi spora spora budding yeast bulat berkelompok berukuran 1 -2 mirip seperti sphaghetti with meatballs. Hasil negatif, bila : tidak ada lagi hifa, maka bukan Pitiriasis versikolor walaupun ada spora (Siregar, 2003).

Gambar : hifa Malassezia furfurMalassezia furfur tidak dapat dikultur pada media rutin karena memerlukan lipid untuk tumbuh. Kultur yang dilakukan pada jamur ini tidak mempunyai nilai diagnostik, karena Malassezia furfur bentuk ragi/ spora merupakan bagian dari jamur kulit (Ervianty, 2005). Penatalaksanaan pada penderita ini adalah Ketoconazole 1 x 200 mg selama 10 hari, Citrizine 1x 10 mg diminum pada malam hari, Ketoconazole cream 2% dioles pada lesi 2x sehari sehabis mandi, edukasi untuk menghindari faktor predisposisi. Untuk mengobati penyakit ini yang harus dilakukan pertama kali adalah menghilangkan faktor predisposisi, kemudian di lakukan pengobatan topikal dan sistemik. Pengobatan harus dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten. Obat topikal (digunakan bila lesi tidak terlalu luas) suspensi selenium sulfide ( selsun ) dapat dipakai sebagai sampo 2 3 kali seminggu. Obat digosokkan pada lesi dan didiamkan 15 30 menit sebelum mandi. salisil spiritus 10%, derivat derivat azol (misalnya mikonazol, klotromazol, isokonazol dan ekonazol), sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4 20%, tolsiklat, tolnaftat dan haloprogin. Larutan (solusio) tiosulfas natrikus 25% dapat pula digunakan dengan dioleskan sehari 2 kali sehabis mandi selama 2 minggu (kurang dianjurkan karena menyebabkan iritasi, berbau tidak enak dan tidak boleh untuk daerah wajah dan leher). Krim Miconazole 2%, dioleskan sehari 2 kali selama 3 4 minggu untuk lesi di muka dan badan yang tidak luas. Krim Tretionin 0,05% - 0,1% untuk lesi hiperpigmentasi dioleskan sehari 2 kali selama 2 minggu. Sampo Ketoconazole 1 2 % dioleskan pada lesi selama 10 15 menit sebelum mandi seminggu 2 kali selama 2 4 minggu. Larutan propylene glycol 50% dalam air dioleskan seluruh tubuh sehari 2 kali selama 2 minggu. Merupakan sediaan yang murah, efektif, kosmetik bagus, memberikan hasil bagus dan sangat kecil efek iritasi kulitnya. Obat sistemik (digunakan bila lesi luas, resisten terhadap obat topikal, sering kambuh). ketokonazol dosis anak anak : 3,3 6,6 mg/kgBB/hari dosis dewasa : 200 mg/hari diberikan sekali sehari sesudah makan pagi lama pemberian 10 hari (Budimulja, 2007)Follow Up pada penderita ini dilakukan 10 hari kemudian untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan kemajuan penyakit (keluhan subyektif dan tanda obyektif). Prognosis baik jika pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten. Prognosis baik jika pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten. Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan pemeriksaan lampu Wood dan sediaan langsung negatif.

BAB IVKESIMPULAN Telah dilaporkan kasus Pitiriasis versikolor pada seorang laki-laki berusia 17 tahun. Diagnosis ditegakkan keluhan keluar bercak kecoklatan pada regio thorakalis posterior sejak 3 bulan yang lalu,. Pada pemeriksaan fisik didapatkan lesi pada regio tersebut diatas berupa makula hiperpigmentasi berbentuk makular ukuran bervariasi dengan batas jelas dan ada yang tidak jelas terasa gatal apabila berkeringat. Terapi yang diberikan adalah sistemik yaitu Ketoconazole 1 x 200 mg selama 10 hari, citirizine 1 x 10 mg diminum pada malam hari dan topikal dengan ketoconazole cream 2% dioles pada lesi 2x sehari sehabis mandi. Perlu diberikan edukasi untuk menghindari faktor predisposisi. Follow up dilakukan 10 hari kemudian untuk mengetahui hasil pengobatan dan kemajuan penyakit. Prognosis pasien ini baik, jika pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten.

BAB VDAFTAR PUSTAKABudimulja, Unandar, 2007. Mikosis. Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas IndonesiaErvianti, Evy dkk. 2005. Pitriasis Versikolor. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya: Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo.Partogi, Donna, dr, Sp.KK, 2008. Pitriasis Versikolor dan Diagnosis Bandingya (Ruam Ruam Bercak Putih Pada Kulit). Medan : Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU/RSUD H Adam Malik/ RS Dr Pirngadi. http://medicineline.wordpress.com/2011/08/08/pitiriasis-versikolor/diakses tanggal 27Maret 2015Siregar, R.S Prof. Dr, Sp.KK. 2003. Penyakit Jamur. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta : EGC.Zaenab, M.G, El-Gothamy, M.D. 2004. A Review of Pitiriasis Versicolor. Departement of dermathologhy and venerology, Ain-Shams University, Cairo, Egypt.

6