lapkas pitiriasis versikolor

26
LAPORAN KASUS PITIRIASIS VERSIKOLOR Pembimbing: dr. Ramona D. Lubis Sp. KK (K) Oleh: Alfina Rahmina R.D. 080100052 Sheila Nabila Asepty 080100116 Ardiana Annissa 080100171 Dira Wahyuni Siregar 080100174 Shalini Shanmugalingam 080100402 DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK MEDAN

Upload: shalini-shanmugalingam

Post on 03-Jan-2016

180 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

LAPORAN KASUS

TRANSCRIPT

Page 1: LAPKAS PITIRIASIS VERSIKOLOR

LAPORAN KASUS

PITIRIASIS VERSIKOLOR

Pembimbing:

dr. Ramona D. Lubis Sp. KK (K)

Oleh:

Alfina Rahmina R.D. 080100052

Sheila Nabila Asepty 080100116

Ardiana Annissa 080100171

Dira Wahyuni Siregar 080100174

Shalini Shanmugalingam 080100402

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK

MEDAN

2012

Page 2: LAPKAS PITIRIASIS VERSIKOLOR

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini

tepat pada waktunya.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang

pengertian pitiriasis versikolor, cara mendiagnosa, serta tatalaksana pasien dengan

pitiriasis versikolor menurut hasil penelitian yang terbaru agar didapatkan hasil

yang optimal bagi para penderita.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh staff pengajar

Departemen Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin atas segala bantuan yang telah

diterima selama penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa penulisan

makalah ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari kesempurnaan dikarenakan

keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karenanya, penulis mengharapkan saran

dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan laporan kasus ini.

Medan, 23 April 2012

Penulis

ii

Page 3: LAPKAS PITIRIASIS VERSIKOLOR

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

PENDAHULUAN...............................................................................................................4

LAPORAN KASUS………………………………………………………………………6

DISKUSI.............................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................11

iii

Page 4: LAPKAS PITIRIASIS VERSIKOLOR

PENDAHULUAN

Infeksi kulit yang disebabkan oleh dermatomitosis adalah merupakan masalah

kesehatan yang signifikan yang dapat menginfeksi anak,remaja serta dewasa.1

Menurut penelitian Kannan P., 2006, dari 165 sampel infeksi kulit jamur yang

positif KOH didapati bahwa 80 kasus dari 165 kasus adalah infeksi yang

disebabkan dermatomitosis manakala pitiriasis versikolor terdapat 39 kasus dari

165 kasus. 1-3 Infeksi jamur yang paling sering terutamanya di remaja dan dewasa

muda adalah pitiriasis versikolor.2-5 Pitiriasis versikolor adalah infeksi kulit

dermatomikosis superficial yang ringan dan kronis di bagian stratum korneum.3-

4,6

Pitiriasis versikolor lebih sering pada lelaki dibanding perempuan.3-7 Pitiriasis

versikolor ini paling sering pada sering di remaja dan dewasa muda berbanding

pada orang tua.3-7 Pitiriasis versikolor paling sering pada kumpulan umur 20-30

tahun.3 Kasus pitiriasis versikolor jarang ditemukan pada anak kurang dari 10

tahun.3 Etiologi pitiriasis versikolor paling sering adalah Pityrosporum

orbiculare yang berbentuk bulat dan Pityrosporum ovale berbentuk ovale.6.

Keduanya merupakan organism yang sama, dapat berubah sesuai dengan

lingkungannya, misalnya suhu, media, dan kelembaban.6 Malassezia furfur

merupakan fase spora dan miselium. Faktor predisposisi menjadi patogen dapat

endogen atau eksogen.3-7 Endogen dapat disebabkan diantaranya oleh defisiensi

imun.6 Eksogen dapat karena faktor suhu, kelembaban udara, dan keringat.6

Pitiriasis versiolor adalah infeksi superfisial yang dikarekteristik dengan

hipopigmentasi berskuama atau hiperpigmentasi berskuama dan paling sering

ditemukan di punggung, dada, ekstremitas atas dan bawah.2,4,6,8 Infeksi pitiriasis

4

Page 5: LAPKAS PITIRIASIS VERSIKOLOR

versikolor paling sering pada remaja dan dewasa muda karena kemungkinan

sewaktu pubertas terjadi peningkatan hormon seksual yang modulasi distribusi

dan sekresi kelenjar sebasea yang merupakan metabolisme dari Malassezia

sehingga kembang biak dari jamur ini bisa meningkat.1-4

Pitiriasis versikolor ini lebih sering terjadi di negara tropis dimana kondisi panas

dan lembab dan lebih sering pada orang yang mempunyai hiperhidrosis.6-9 Ruam

pada pitiriasis versikolor yang pertama kali muncul adalah skuama folikular dan

berubah menjadi makula hipopigmentasi atau hiperpigmentasi dengan batas yang

sangat tegas serta tertutupi skuama halus dan jika pitiriasis versikolor yang tidak

diobati lesi dapat bergabung membentuk polisiklik.1-9.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan mikrokopis

sediaan skuama dengan KOH 10 % akan memperlihatkan pengelompokkan sel

ragi bulat berdinding tebal dengan miselium kasar, sering terputus-putus dan

akan lebih mudah dilihat dengan penambahan zat warna tinta Parker blue-black

akan memperlihatkan gambaran ragi dan miseim tersebut seperti meat ball and

spaghetti.10-14 Pengambilan skuama dapat dilakukan dengan kerokan

menggunakkan skalpel tumbul atau menggunakan selotip.14 Pembuktian dengan

biakan Malassezia tidak dagnostik, oleh karena Malassezia merupakan flora

normal kulit.1,3,7,9,13Pemeriksaan dengan lampu Wood akan menunjukkan adanya

pendaran (fluoresensi) berwarna kuning muda pada lesi yang bersisik.5,7,9,13,15

Pengobatan pitiriasis versikolor dapat dilakukan dengan cara topikal atau

sistemik.15-21Pengobatan topikal, terutama ditujukan untuk penderita dengan lesi

yang minimal.6-7,14,16 Obat topikal digunakan obat golongan senyawa azol, selium

sulfida.6,7,16,21 Pengobatan sistemik menggunakan golongan azole juga sering

diberikan. 6,7,16,17,20-22

5

Page 6: LAPKAS PITIRIASIS VERSIKOLOR

Prognosis pitiriasis versikolor dalam hal kesembuhan baik namun kekambuhan

pitiriasis versikolor adalah sangat tinggi.6,7,16,18,19,21 Maka, pasien harus

diperingatkan untuk mandi 2 kali sehari dan mengganti baju apabila berkeringat

karena kondisi yang lembab ini akan meningkatkan perkembangan biakan dari

Malassezia.17-19,22

LAPORAN KASUS

Seorang pria, suku Jawa, bangsa Indonesia, usia 21 tahun, belum menikah, tukang

cuci piring, datang ke poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam

Malik Medan sub bagian pada tanggal 13 Aril 2012 dengan keluhan utama dengan

awal keluhan bercak-bercak putih yang bersisik halus disertai rasa gatal di bagian

punggung 7 bulan yang lalu dan menyebar ke daerah paha dan betis sejak 5 bulan

yang lalu. Bercak-bercak tersebut lebih terasa gatal terutama pada saat berkeringat.

Pada pemeriksaan fisik dijumpai keadaan umum baik, kesadaran kompos mentis,

status gizi baik, suhu badan afebris dan tanda vital lainnya dalam batas normal.

Pada pemeriksaan dermatologis dijumpai makula hipopigmentasi yang tertutupi

skuama halus yang multipel dengan ukuran plakat dan susunan polisiklik terletak

regional dan ruam sirkumskrip di regio vertebralis, intrascapulari dan di regio

lumbalis. Terdapat juga ruam yang berukuran numular-plakat dengan susunan

polisiklik dan berlokalisasi yang regional serta penyebaran bilateral di regio femoris

anterior, regio cruris anterior dan posterior dan regio surae. Ruam yang lain adalah

makula hiperpigmentasi yang multipel dengan ukuran geografis serta sirkumskrip

dan regional di regio antebranchii posterior sinistra serta regio cruris anterior dekstra

et sinistra yaitu sebuah tattoo

6

Page 7: LAPKAS PITIRIASIS VERSIKOLOR

Pasien didiagnosis banding dengan pitiriasis versikolor dan tattoo, pitiriasis alba dan

tattoo, dan vitiligo dan tattoo. Diagnosis sementara pitiriasis versikolor dan tato.

Penatalaksanaan pada pasien ini secara umum untuk tidak memakai baju yang

lembab dan menjaga kebersihan diri. Penatalaksanaan khusus yang diberikan pada

kasus ini adalah ketakonazol 2% 2-3 kali/minggu diberikan selama 2-4 minggu.

Sampo ketokonazol ini dioleskan selama 10-15 menit kemudian dibilas. Diberikan

juga terapi sistemik yaitu ketokonazol 1x200 mg/hari selama 10 hari.

Prognosis quo ad vitam ad bonam, karena didapati keadaan umum baik., quo ad

functionam ad bonam, karena tidak dijumpai adanya gangguan fungsi, quo ad

sanationam ad dubia, karena mungkin kambuh jika pasien tidak teratur

pengobatannya dan pasien masih sering memakai baju lembab dan higienitas yang

kurang.

7

Page 8: LAPKAS PITIRIASIS VERSIKOLOR

8

Gambar 1: Regio vetebralis, region infrascapularis

sinitra dan dekstra, dan region lumbalis sinister dan

dekstra kelihatan makula hipopigmentasi yang

tertutupi skuama halus yang multipel dengan

ukuran plakat dan susunan polisiklik. Terletak

regional dan ruam sirkumskrip

Gambar 2: Regio femoris anterior sinister dan

dekstra kelihatan makula hipopigmentasi yang

tertutupi skuama halus yang multipel dengan

ukuran numular-plakat dan susunan polisiklik.

Terletak regional dan ruam sirkumskrip

Page 9: LAPKAS PITIRIASIS VERSIKOLOR

9

Gambar 3: Regio cruris anterior dan posterior

dekstra dan regio surae kelihatan makula

hipopigmentasi yang tertutupi skuama halus yang

multipel dengan ukuran numular-plakat dan susunan

polisiklik. Terletak regional dan ruam sirkumskrip.

Ruam yang lain adalah makula hiperpigmentasi

yang multipel dengan ukuran geografis serta

sirkumskrip dan regional di regio cruris anterior

dekstra et sinistra yaitu sebuah tattoo

Ruam yang lain adalah makula

hiperpigmentasi yang multiple dengan

ukuran geografis serta sirkumskrip dan

regional di regio antebranchii posterior

sinistra yaitu sebuah tattoo.

Page 10: LAPKAS PITIRIASIS VERSIKOLOR

DISKUSI

Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis dan

pemeriksaan sediaan langsung. Pada anamnesis dijumpai seorang laki-laki berumur

21 tahun datang dengan awal keluhan bercak-bercak putih yang bersisik halus

disertai rasa gatal di bagian punggung 7 bulan yang lalu dan menyebar ke daerah

paha dan betis sejak 5 bulan yang lalu. Bercak-bercak tersebut lebih terasa gatal

terutama pada saat berkeringat. Ruam pada awalnya sebesar uang logam dan

membesar menjadi daun mangga. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa pitiriasis

versikolor adalah infeksi kulit mikosis superfisial yang ringan dan kronis di bagian

stratum korneum.4-6 Pitiriasis versikolor paling sering pada kumpulan umur 20-30

tahun sesuai dengan kasus diatas dimana umur O.S. adalah 21 tahun.3

10

Page 11: LAPKAS PITIRIASIS VERSIKOLOR

Pada gambaran klinis didapati, dijumpai makula hipopigmentasi yang tertutupi

skuama halus yang multipel dengan ukuran plakat dan susunan polisiklik terletak

regional dan ruam sirkumskrip di regio vertebralis, intrascapulari dan di regio

lumbalis. Terdapat juga ruam yang berukuran numular-plakat dengan susunan

polisiklik dan berlokalisasi yang regional serta penyebaran bilateral di regio femoris,

cruris dan regio surae. Ruam yang lain adalah makula hiperpigmentasi yang multipel

dengan ukuran geografis serta sirkumskrip dan regional di regio antebranchii

posterior sinistra serta regio cruris anterior dekstra et sinistra yaitu sebuah tattoo.

Pitiriasis versiolor adalah infeksi superfisial yang dikarekteristik dengan

hipopigmentasi berskuama atau hiperpigmentasi berskuama dan paling sering

ditemukan di punggung, dada, ekstremitas atas dan bawah.2,4,6,8 Pitiriasis versikolor

adanya disertai rasa gatal ringan yang umunya muncul saat berkeringat.1,2,7,10,12

Ukuran dan bentuk lesi sangat bervariasi bergantung lama sakit dan luasnya lesi.1,6-

810,12 Ruam ini pada kulit hitam atau coklat umumnya berwarna putih sedang kulit

yang putih atau terang cederung berwarna coklat atau kemerahan.1-4,7-10,12 Tattoo

adalah kemasukan warna permanent ke dalam kulit pada bagian epidermis dan

dermis dengan menggunakan jarum yang tajam dicucuk pewarna ke dalam kulit. 23

Pada pemeriksaan sediaan langsung yaitu dengan menggunakan scalpel yang tumpul

diambil skuama dan dilakukan fiksasi menggunakan KOH dan diperiksa

menggunakan mikroskop memperlihatkan hifa yang bertangkai pendek serta

sporanya. Pitiriasis versikolor disebabkan ragi lipofilik yang merupakan flora normal

kulit yang dikenal dalam genus Malassezia: M. furfur, M. pachydermatitis, M.

sympodialis, M. globosa, M. restricta, M. slooffiae, M. obtuse.1,7,8 Kedua organisme

ini merupakan flora normal di kulit.1-3 Infeksi jamur harus diperiksa menggunakan

KOH 10% dimana diambil sediaan menggunakan bagian tumpul scalpel No.15 dan

diletakkan di kaca objek.8,9 Kaca objek ini kemudian dibubuhi KOH 10% dan fiksasi

sehingga kering, setelah itu dilakukan pemeriksaan mikroskopis.1,6,8,9,13 Pemeriksaan

11

Page 12: LAPKAS PITIRIASIS VERSIKOLOR

mikroskopis sediaan skuama dengan KOH akan memperlihatkan sel ragi bulat

berdinding tebal dengan misellium kasar dan ditambah Parker blue-black terlihat

seperti meat ball and spaghetti.1,6-8-10,12,15,17 Walaupun organisme ini adalah flora

normal namun terjadi aktivas terhadap Malassezia pada tubuh penderita sendiri,

walaupun dilaporkan adanya penularan dari individu lain.1,7,8-10 Perubahan

keseimbangan hubungan antara hospes dengan ragi sebagai flora normal kulit.7,9

Dalam kondisis tertentu Malassezia akan berkembang ke bentuk miseal, dan bersifat

lebih patogenik.7

Faktor lingkungan dapat mempengaruhi keseimbangan antara hospes dengan ragi

dimana faktor lingkungan mikro adalah kelembaban kulit dan faktor individual

adalah kecenderungan genetic seperti sindrom Cushing.1,7-10 Pada lesi baru sering

dijumpai makula skuamosa folikular . Ruam pada pitiriasis versikolor berskuama

dan dapat diperiksa dengan garukan kuku dimana akan tampak batas jelas antara lesi

dan kulit normal.1-5,7-10,12Infeksi pitiriasis versikolor paling sering pada remaja dan

dewasa muda karena kemungkinan sewaktu pubertas terjadi peningkatan hormon

seksual yang modulasi distribusi dan sekresi kelenjar sebasea yang merupakan

metabolisme dari Malassezia sehingga kembang biak dari jamur ini bisa meningkat.1-

4 Hipopigmentasi pada lesi kemungkinan terjadi oleh asam dekarboksilat yang

diproduksi oleh Malassezia yang bersifat sebagai inhibitor kompetitif terhadap enzim

tirosinase dan mempunyai efek sitotoksik terhadap melanosit, sedang lesi

hiperpigemtasi yang terjadi belum dapat dijelaskan.1,7,8,16

Pitiriasis versikolor didiagnosis banding dengan pitiriasis alba dan vitiligo. Pitiriasis

alba adalah bentuk dermatitis yang tidak spesifik dan belum diketahui penyebabnya

dimana pitiriasis alba ditandai dengan adanya bercak kemerahan dan skuama halus

yang akan menghilang serta meninggalkan area yang depigmentasi.24-26 Menurut

penelitian Burkhart,2009 riwayat perjalanan penyakit pasien pitiriasis alba ditelerusi

didapati 295 pasien dari 431 sampel adanya riwayat penyakit impetigo sebelumnya.24

12

Page 13: LAPKAS PITIRIASIS VERSIKOLOR

Pitiriasis alba sering dijumpai pada anak berumur 3-16 tahun.24,25 Lesi pada pitiarisis

alba berbentuk bulat, oval atau plakat yang tak teratur dan pada awalnya adanya

ruam merah muda atau sesuai warna kulit dengan skuama halus setelah itu dijumpai

lesi dipigmentasi dengan skuama halus.25 Pada anak dengan pitiriasis alba, tempat

prediliksinya adalah di sekitar mulut,dagu, pipi serta dahi. 24,25 Ruam pada pitiriasis

alba juga dapat dijumpai pada ekstremitas dan badan.24-25 Perubahan histopatologi

dijumpai adanya akantosis ringan, spongiosis dengan hyperkeratosis sedang dan

parakeratosis setempat dan tidak ada pigmen disebabkan karena kemampuan sel

epidermis mengangkat granula pigmen melanin berkurang.25 Pemeriksaan

mikroskopis sediaan KOH pada pitiriasis alba tidak ada memperlihatkan apa-apa.24,26

Vitiligo adalah hipomelanosis idiopatik dan ditandai dengan adanya macula putih

yang dapat meluas serta dan dapat mengenai seluruh bagian tubuh yang mengandung

sel melanosit. 27-30 Pada penderita vitiligo dijumpai makula berwarna putih dengan

diameter beberapa millimeter sampai beberapa sentimeter, bulat atau lonjong dengan

berbatas tegas, tanpa perubahan epidermis yang lain.28 Penderita vitiligo ini biasanya

ada riwayat keluarga, riwayat terpajan bahan kimiawi, riwayat inflamasi, iritasi kulit,

krisis emosi, penyakit diabetes mellitus, alopesia, kelainan tiriod dan anemia

pernisiosa.27-30 Pemeriksaan histopatologi yaitu dilakukan pewarnaan hematoksilin

eosin tampaknya normal kecuali tidak ditemukan melanosit dan ini berbeda pada

pitiriasis versikolor masih kelihatan melanosit.27-29

Penatalaksanaan pada pasien ini secara umum untuk tidak memakai baju yang

lembab dan menjaga kebersihan diri. Penatalaksanaan khusus yang diberikan pada

kasus ini adalah ketokonazol 2% 2-3 kali/minggu diberikan selama 2-4 minggu.

Sampo ketokonazol ini dioleskan selama 10-15 menit kemudian dicuci. Diberikan

juga terapi sistemik yaitu ketokonazol 1x200 mg/hari selama 10 hari. Hal ini sesuai

dengan kepustakaan dimana ketokonazol shampo lebih poten disbanding selenium

sulfide 1,8% karena adanya efek antimikotik. Ketokonazol juga lebih sesuai

13

Page 14: LAPKAS PITIRIASIS VERSIKOLOR

diberikan pada pasien yang sering berkeringat dimana obat yang dimakan secara

sistemik ini akan ke kulit melalui kelenjar keringat serta obat lebih baik diabsorbsi

dalam keadaan asam. 19,21 Obat golongan ini juga menghambat kembang biak jamur

dengan menghambat sintesa ergosterol dimana ergosterol adalah metabolism yang

penting untuk jamur sehingga jamur tidak dapat lagi berkembang biak.19-21

Prognosis quo ad vitam ad bonam, karena didapati keadaan umum baik., quo ad

functionam ad bonam, karena tidak dijumpai adanya gangguan fungsi, quo ad

sanationam ad dubia, karena mungkin kambuh jika pasien tidak teratur

pengobatannya dan pasien masih sering memakai baju lembab dan higienitas yang

kurang. Hal ini sesuai dengan kepustakaan dimana prognosis pitiriasis versikolor

dalam hal kesembuhan baik, tetapi persoalan utama adanya kekambuhan sangat

tinggi.7

DAFTAR PUSTAKA

1. Kannan P., Janaki C., Selvi S., Prevalence of dermatophytes and other fungal

isolated from clinical samples. Indian Journal of Medical Microbiology. 2006

May; 24(3): 212-215.

2. Mahmaudabadi, Ali Z., Mossavi Z., Zarrin M., Pityriasis versicolor in

Ahvaz, Iran. Jundishapur Journal of Microbiology. 2009 Aug; 2(3): 92-96.

3. Rai, Mahendra K., Wankhade S., Tinea Versicolor- An Epidemiology.

Journal of Microbial & Biochemical Technology. 2009 May; 1(1): 051-056.

4. Flores, Juan M., Castillo, Vilma B., Franco, Florencio C., Huata, Armando

B., Superficial fungal infections: clinical and epidemiological study in

adolescent from marginal districts of Lima and Callao, Peru. Journal

Infection Deve Ctries. 2008 Dec; 3(4): 313-317.

14

Page 15: LAPKAS PITIRIASIS VERSIKOLOR

5. Banerjee S., Clinical profile of pityriasis versiclor in a referral hospital of

West Bengal. Journal of Pakistan Association of Dermatologist. 2011 May;

21(4): 248-252.

6. Budimulja U., Mikosis. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima

Dalam: Djunda A., Hamzah M., Aisah S., Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; 2008; 100-101.

7. Radiono S., Pitiriasis Versikolor. Dermatomikosis Superfisialis Dalam:

Budimulja U., Kuswadji, Bramono K., Menaldi, Sri L., Dwihastuti P.,

Widaty S., Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2004; 19-22.

8. Weller R., Infections. Clinical Dermatology In: Weller R., Hunter J., Savin

J., Dahl M., Massachusetts: Blackwell Publishing; 2008; 254-256.

9. Lone, Azad H., Study of Bahaq (Pityriasis Versicolor) and Therapeutic

Evaluation of Unani Formulation in its Management [medical degree thesis].

Bangalore: Rajiv Gandhi University of Health Sciences, Karnataka,

Bangalore; 2011.

10. Erchiga V., Martos A., Casano A., Erchiga A., and Fajardo F., Malassezia

Globosa as the causative agent of pityriasis versicolor. British Journal of

Dermatology. 2000 May; 143(1): 799-803.

11. Kabbin, Jyoti S., Vijaya D., Meundi, Meera D., Leelavathy B., A

Clinicomycological Study of Pityriasis Versicolor with a Special Referance

to the Calcoflour White Stain. Journal of Clinical and Diagnostic Research.

2011 Nov; 5(7):1356-1358.

12. Krisanty R., Bramono K., and Wisnu I., Identification of Malassezia species

from pityriasis versicolor in Indonesia and its relationship with clinical

15

Page 16: LAPKAS PITIRIASIS VERSIKOLOR

characteristics. Journal compilation 2008 Blackwell Publishing Ltd. 2008

June; 52(1): 257-262.

13. Morishita N., Sei Y., Microreview of Pityriasis versicolor and Malassezia

species. Mycopathologia. 2006 Oct; 162(1): 373-376.

14. Das K., Basak S., and Ray S., A Study on Superficial Fungal Infection from

West Bengal: A Brief Report. Journal Life Science. 2009 May; 1(1): 51-55.

15. Moghaddam, Abdoreza S., Davoodian P., Jafari A., Nikoo, Muhammad A.,

Evaluation of pityriasis versicolor in prisoners: A cross-sectional study.

Indian J Dermatology Venereol Leprol. 2009 Aug; 75(4): 379-382.

16. Ebrahimzadeh A., A Survey on Pityriasis Versicolor in the University

Students in Southeast of Iran. Asian Journal of Dermatology. 2009 May;

1(1): 1-5.

17. Shokohi T., Afshar P., Barzgar A., Distribution of Malassezia Species in

Patients with Pityriasis Versicolor in Northern Iran. Indian Journal of

Medical Microbiology. 2009 May; 27(4): 321-324.

18. Cholis M., Imunologi Dermatomikosis Superfisialis. Dalam: Budimulja U.,

Kuswadji, Bramono K., Menaldi, Sri L., Dwihastuti P., Widaty S., Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2004; 7-17.

19. Khan, Miraj M., Noor, Sahibzada M., Nawaz K., Single dose fluconazole in

the treatment of pityriasis versicolor. Journal of Pakistan Association of

Dermatologist. 2007 Mar; 17(1): 28-31.

20. Muzaffar F., Ilyas M., Suhall M., Ejaz A., Rehaman, Simeen B., Iqbal Z.,

Keratolytic soaps versus topical azoles in the treatment of pityriasis

16

Page 17: LAPKAS PITIRIASIS VERSIKOLOR

versicolor. Journal of Pakistan Association of Dermatologist. 2005 May;

15(1): 313-316.

21. Minnebruggen G., Francois I., Cammue B., Theviseen K., Vroome V.,

Brogers M., and Shroot B., A General Overview on Past, Present and Future

Antimycotics. The Open Mycology Journal. 2010 Jan; 4(1): 22-32.

22. Sharma R., Sharma G., Sharma M., Comparative Antifungal Study of

Essential Oil with Allopathic Drugs against Malassezia furfur. International

Journal of Pharmaceutical & Biological Archives 2012 May; 3(1): 89-93.

23. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary. 32nd edition. Baltimore: Williams

& Wilkins; 2012. Tattoo; p 1101.

24. Burkhart, Craig G., Burkhart, Craig N., Pityriasis Alba: A condition with

Possibly Multiple Etiologies. The Open Dermatology Journal. 2009 May;

3(1): 7-8.

25. Soepardiman L., Pityriasis Alba. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi

Kelima Dalam: Djunda A., Hamzah M., Aisah S., Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia; 2008; 333-334.

26. Nordlund J., Disorder of skin pigmentation. Journal Community

Dermatology. 2007 May; 4 (5): 3-16.

27. Weller R., Disorders of pigmentation. Clinical Dermatology In: Weller R.,

Hunter J., Savin J., Dahl M., Massachusetts: Blackwell Publishing; 2008;

281-283.

28. Soepardiman L., Kelainan Pigmen. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi

Kelima Dalam: Djunda A., Hamzah M., Aisah S., Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia; 2008; 296-298.

17

Page 18: LAPKAS PITIRIASIS VERSIKOLOR

29. Rajpal S., Atal R., Palaian S., Prabhu S., Clinical Profile and Management

Pattern of Vitiligo Patients In A Teaching Hospital In Western Nepal.

Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2008 Oct; 2(1): 1065-1068.

30. Namazi M., Phenytoin as a novella anti-vitiligo weapon. Journal of

Autoimmune Disease.2005 Nov; 2(1): 111-117.

18