pikiran rakyat - pustaka ilmiah universitas...

2
Pikiran Rakyat o Selasa 0 Rabu . Kamis 0 Jumat 4 5 6 (Z) 8 9 10 11 20 21 22 23 24 25 26 o Mar OApr OMel OJun OJul 0 Ags o Sabtu 0 Minggu 12 13 14 15 16 27 28 29 30 31 OSep OOkt ONov ODes Iklan Politik dan APED' Jabqr 2010 - '"'" """ -- "'"'""""'_. -- --~ -..::.= - -- - - -- - Oleh DEDE MARIANA " 8 AYA, Irfan Smyanegara, Ketua DPRD Jawa Barat, mengucap- kan selamat tahun barn 2010. Kami siap mempeIjuangkan kepenting- an rakyat Jawa Barat clanmenyalurkan aspirasi masyarakat Jawa Barat." Demi- kian penggalan iklan dari salah satu ra- dio swasta niaga di Kota Bandung, yang penulis dengar saat teIjebak di tengah kemacetan Kota Bandung, di pengujung akhir tahun 2009. Iklan politik yang berisi ucapan sela- mat tahun barn bagi warga Jawa Barat tersebut menarik untuk disimak karena beberapa halo Pertama, karena disam- paikan ketua DPRD yang dapat diang- gap representasi institusi DPRD clan re- presentasi seluruh anggota DPRD Jawa Barat. Dalam konteks demokrasi, ketua parlemen adalahjuru bicara (spoker) da- ri institusi parlemen itu sendiri. Menyimak isi iklan politik di atas, tampaknya ketua DPRD sebagai ketua "parlemen" di level Provinsi Jawa Barat ingin menegaskan kesiapan institusinya sekaligus paraanggota DPRD Jawa Ba- rat, untuk mempeIjuangkan kepenting- an clan aspirasi masyarakat Jawa Barat. Namun pertanyaannya, apakah yang di- maksud dengan kepentingan rakyat Ja- wa Barat yang akan dipeIjuangkan terse- but? Sudahkah DPRD Jawa Barat meng- identifikasi dan merumuskan yang di- maksud dengan kepentingan clan aspira- si rakyat tersebut? Dengan cara apakah kepentingan clan aspirasi rakyat akan di- peIjuangkan dan bagaimana rakyat ta- hu bahwa kepentingan dan aspirasinya sudab dipeIjuangkan oleh para wakilnya, clan dapat mereka rasakan hasilnya? Un- tuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, tentu saja tidak mudab. Namun karena sudab dijanjikan kepada rakyat, baik saat kampanye maupun diiklankan kembali oleh para anggota DPRD Jawa Barat melalui ketuanya menjelang tutup tahun 2009, maka menjadi kewajiban mereka untuk merealisasikannya. Indikasi yang paling mudah dicerna publik bahwa DPRD Jawa Barat telah mempeIjuangkan kepentingan clan aspi- rasi masyarakat, adalah anggaran pendi- dikan sebesar minimal 20 persen di da- lam APBD 2010 sesuai dengan amanat konstitusi, dapat dipenuhi DPRD seba- gai institusi yang berwenang di dalam penetapan anggaran daerah. Faktanya, DPRD Jawa Barat membiarkan clan ma- lah menyetujui anggaran pendidikan se- besar 16 persen sebagaimana diajukan eksekutif. Meskipun ada argumen bah- wa terdapat biaya-biaya yang ''bernuan- sa pendidikan", yang tersebar di bebera- pa organisasi perangkat daerah di luar Dinas Pendidikan Jawa Barat. Tentu, ini merupakan kemunduran kineIja DPRD sebelumnya, yang secara tegas menetap- kan anggaran pendidikan sebesar 20 persen clan berada ill Dinas Pendidikan Jawa Barat. Ikl1wal bahwa anggaran yang 20 persen pada tahun anggaran yang lalu ternyata belum terserap oleh dinas bersangkutan, adalah persoalan lain yang terkait dengan kemampuan menyusun perencanaan program dan implementasi kegiatan. Untuk hal ini, publik telah bereaksi Ie- wat aksi demonstrasi untuk memprotes- nya. Namun hingga APBD 2010 tersebut disahkan, angka tersebut tidak diubah clan tampaknya menunggu hasil koreksi dari kementerian dalam negeri. Padabal, otonomi daerah sebagai buah dari poli- tik desentralisasi menghendaki bahwa setiap keputusan itu "matang" di daerah dan sesuai kebutuhan daerah, apalagi apabila itu berkenaan dengan amanat konstitusi. Ringkasnya, untuk hal yang sederhana seperti ini saja, DPRD belum mampu mengidentifikasi, merumuskan, clan sensitif dengan agenda kepentingan rakyat. Kedua, harns disadari bahwa DPRD hakikatnya adalah lembaga perwakilan rakyat. Oleh karena itu, di dalam rapat- rapat DPRD yang membahas ikhwal ke- butuhan rakyat, termasuk pembahasan APBD tahunan, harns mencerminkan dinamika kepentingan, aspirasi, clan pri- oritas kebutuhan rakyat Jawa Barat. Meski menurut UU 32 Tahun 2004, DPRD provinsi clan kabupaten/kota su- dab "dikebiri", tidak dianggap lagi seba- gai lembaga legislatif daerah, tetapi di- tempatkan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah bersama-sama gu- bernur clanbupatijwali kota. Inilah salah satu ''keanehan'' adopsi praktik demo- krasi di kita. Lebih parah lagi, apa yang diputuskan DPRD masih harns dikon- sultasikan ke kementerian dalam negeri, yang biasanya ditangani oleh para peja- bat birokrasi yang kedudukannya bukan dipilih rakyat. Dalam konstruksi demiki- Kliping Humas Unpad 2010 --- - ---

Upload: lamdang

Post on 26-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pikiran Rakyato Selasa 0 Rabu . Kamis 0 Jumat

4 5 6 (Z) 8 9 10 1120 21 22 23 24 25 26

o Mar OApr OMel OJun OJul 0 Ags

o Sabtu 0 Minggu12 13 14 15 16

27 28 29 30 31

OSep OOkt ONov ODes

Iklan Politik dan APED' Jabqr 2010- '"'"""" -- "'"'""""'_.-- --~ -..::.= - -- - - -- -

Oleh DEDE MARIANA

"

8 AYA, Irfan Smyanegara, KetuaDPRD Jawa Barat, mengucap-kan selamat tahun barn 2010.

Kami siap mempeIjuangkan kepenting-an rakyat Jawa Barat clanmenyalurkanaspirasi masyarakat Jawa Barat." Demi-kian penggalan iklan dari salah satu ra-dio swasta niaga di Kota Bandung, yangpenulis dengar saat teIjebak di tengahkemacetan Kota Bandung, di pengujungakhir tahun 2009.

Iklan politik yang berisi ucapan sela-mat tahun barn bagi warga Jawa Barattersebut menarik untuk disimak karenabeberapa haloPertama, karena disam-paikan ketua DPRD yang dapat diang-gap representasi institusi DPRD clan re-presentasi seluruh anggota DPRD JawaBarat. Dalam konteks demokrasi, ketuaparlemen adalahjuru bicara (spoker) da-ri institusi parlemen itu sendiri.

Menyimak isi iklan politik di atas,tampaknya ketua DPRD sebagai ketua"parlemen" di level Provinsi Jawa Baratingin menegaskan kesiapan institusinyasekaligus paraanggota DPRD Jawa Ba-rat, untuk mempeIjuangkan kepenting-an clan aspirasi masyarakat Jawa Barat.Namun pertanyaannya, apakah yang di-maksud dengan kepentingan rakyat Ja-wa Barat yang akan dipeIjuangkan terse-but? Sudahkah DPRDJawa Barat meng-identifikasi dan merumuskan yang di-maksud dengan kepentingan clanaspira-si rakyat tersebut? Dengan cara apakahkepentingan clanaspirasi rakyat akan di-peIjuangkan dan bagaimana rakyat ta-hu bahwa kepentingan dan aspirasinyasudab dipeIjuangkan oleh para wakilnya,clandapat mereka rasakan hasilnya? Un-tuk menjawab pertanyaan-pertanyaantersebut, tentu saja tidak mudab. Namunkarena sudab dijanjikan kepada rakyat,baik saat kampanye maupun diiklankankembali oleh para anggota DPRD JawaBarat melalui ketuanya menjelang tutuptahun 2009, maka menjadi kewajibanmereka untuk merealisasikannya.

Indikasi yang paling mudah dicernapublik bahwa DPRD Jawa Barat telahmempeIjuangkan kepentingan clanaspi-rasi masyarakat, adalah anggaran pendi-dikan sebesar minimal 20 persen di da-lam APBD 2010 sesuai dengan amanatkonstitusi, dapat dipenuhi DPRD seba-gai institusi yang berwenang di dalampenetapan anggaran daerah. Faktanya,

DPRD Jawa Barat membiarkan clanma-lah menyetujui anggaran pendidikan se-besar 16 persen sebagaimana diajukaneksekutif. Meskipun ada argumen bah-wa terdapat biaya-biaya yang ''bernuan-sa pendidikan", yang tersebar di bebera-pa organisasi perangkat daerah di luarDinas Pendidikan Jawa Barat. Tentu, inimerupakan kemunduran kineIja DPRDsebelumnya, yang secara tegas menetap-kan anggaran pendidikan sebesar 20persen clan berada ill Dinas PendidikanJawa Barat. Ikl1wal bahwa anggaranyang 20 persen pada tahun anggaranyang lalu ternyata belum terserap olehdinas bersangkutan, adalah persoalanlain yang terkait dengan kemampuanmenyusun perencanaan program danimplementasi kegiatan.

Untuk hal ini, publik telah bereaksi Ie-wat aksi demonstrasi untuk memprotes-nya. Namun hingga APBD2010 tersebutdisahkan, angka tersebut tidak diubahclantampaknya menunggu hasil koreksidari kementerian dalam negeri. Padabal,otonomi daerah sebagai buah dari poli-tik desentralisasi menghendaki bahwasetiap keputusan itu "matang" di daerahdan sesuai kebutuhan daerah, apalagiapabila itu berkenaan dengan amanatkonstitusi. Ringkasnya, untuk hal yangsederhana seperti ini saja, DPRD belummampu mengidentifikasi, merumuskan,clansensitif dengan agenda kepentinganrakyat.

Kedua, harns disadari bahwa DPRDhakikatnya adalah lembaga perwakilanrakyat. Oleh karena itu, di dalam rapat-rapat DPRD yang membahas ikhwal ke-butuhan rakyat, termasuk pembahasanAPBD tahunan, harns mencerminkandinamika kepentingan, aspirasi, clanpri-oritas kebutuhan rakyat Jawa Barat.Meski menurut UU 32 Tahun 2004,DPRD provinsi clankabupaten/kota su-dab "dikebiri", tidak dianggap lagi seba-gai lembaga legislatif daerah, tetapi di-tempatkan sebagai unsur penyelenggarapemerintahan daerah bersama-sama gu-bernur clanbupatijwali kota. Inilah salahsatu ''keanehan'' adopsi praktik demo-krasi di kita. Lebih parah lagi, apa yangdiputuskan DPRD masih harns dikon-sultasikan ke kementerian dalam negeri,yang biasanya ditangani oleh para peja-bat birokrasi yang kedudukannya bukandipilih rakyat. Dalam konstruksi demiki-

Kliping Humas Unpad 2010

--- - ---

an, kedudukan DPRD provinsi dan ka-bupatenjkota sebenamya mirip "dinasdaerah" yang menjalankan fungsi legis-lasi daerah, tetapi masih di bawah super-visi birokrasi pemerintah. Ke depan,aturan main seperti ini harus diperbaikikarena mendistorsi malma "demokrasi"dan representasi rakyat.

Ketiga, pasca-penetapan APBD JawaBarat 2010 oleh DPRD, wacana yangmenonjol di publik melalui media massalebih pada soal kemungkinan fasilitasyang akan diperoleh anggota DPRD Ja-wa Barat, mulai dari gaji anggota yanghanya Rp 6,9 juta, tunjangan perumah-an, tunjangan komunikasi, dan mobil di-nas ootuk setiap anggota. Jadi,jumlahuang yang akan diterima setiap anggotaDPRD sebenarnya akan relatif cukup bi-la dilihat dari besarannya, apalagi bagianggota DPRD yang menduduki alat ke-lengkapan dewan. Dengan catatan, se-tiap anggota dewan harns mampu men-didik konstituen bahwa tidak setiap wak-tu mereka bisa meminta uang. Perlu pu-la ditegaskan, bila demikian terns, sarnasaja dengan konstituen itu menyuruhmereka melakukan "praktik korupsi".

Soal fasilitas yang akan diterima ang-gota DPRD Jawa Barat ini, sebenamyamerupakan sesuatu yang wajar dan bia-sa saja, sepanjang memenuhi dua haloPertama, jelas aturannya, ada dasar hu-kum yang melandasinya. Kedua, jelas tu-juannya ootuk apa fasilitas itu diberikankepada para pejabat publik, baik pejabatpolitik, maupoo pejabat birokrasi. Tam-palmya ihwal gaji, tunjangan perumah-an, dan tunjangan komunikasi dari sisiaturan sudah tidak ada permasalahan.Sementara itu, ootuk pemberian mobildinas bagi setiap anggota masili mene-mui masalah. lni tampak dari keraguansoal bagaimana mobil dinas tersebut di-adakan. MoocuDahwacana pinjam pakaimobil dinas, artinya mobil tersebut di-adakan oleh eksekutif dan dipinjampa-kaikan kepada anggota DPRD.Tentu halini memooculkan kecurigaan dan kekha-watiran publik, terkait dengan daya kri-tis dan independensi DPRD di dalammenjalankan fungsi pengawasan terha-dap eksekutif. Bagaimanajadinya DPRDJawa Barat yang seharusnya mengawasieksekutif daerah, malah melegalkan ke-mungkinan cara-cara yang tidak atau be-lum jelas aturannya.

Kalaulah publik dan media masa se-perti terkesan tidak berempati kepadaDPRD Jawa Barat, menurut saya, justru

sebaliknya. Publik dan media masa me-lancarkan kritik-kritiknya terhadapDPRD Jawa Barat sebagai wujud memi-100 dan sangat sayang serta khawatirDPRD Jawa Barat ini menjadi terkoop-tasi oleh eksekutifhingga kehilangan da-ya kritisnya dan akhirnya tak mampu la-gi mempeIjuangkan kepentingan dan as-pirasi rakyat Jawa Barat, hanya karenamereka semua telah menerima berbagaifasilitas yang didanai APBD.Padahal ki-ta tabu, dana APBD adalah dana rakyatjuga, yang hams secara cermat alokasipenggunaannya. Kecualikalau para ang-gota DPRDJawa Barat telah menempat-kan diri hanya sebagai "pekerja politik"yang diupah semata-mata, layaknya pa-ra Pegawai Negeri Sipil (PNS) ProvinsiJawa Barat yang mulai taboo anggaran2010 akan menerima kenaikan tunjang-an perbaikan penghasilan yang relatifbesar setiap bulannya ootuk para pejabatstrukturan, fungsional, maupoo yangtanpa jabat:aJ1. .

Berdasarkan Peraturan Gubernur No-mor 841/2009, eselon satu akan mene-rima tunjangan perbaikan penghasilansebesar Rp 40 juta per bulan dan PNSnonstruktural akan menerima Rp 3 jutaper bulan. Tentu angka ini sangatjom-plang, karena ideaInya skala pemberianimbalan yang wajar antara tertinggi keterendah adalah satu berbanding empatatau lima. Dalam konteks ini, karena ek-sekusinya harns didasarkan kepada sua-tu Peraturan Daerah yakni Perda APBD2010, maka seharusnya DPRD Jawa Ba-rat dapat mengkritisinya, bukan malahterkesan mempertukarkannya dengansoal fasilitas yang diperlukan DPRD Ja-wa Barat, seperti yang berkembang saatini di berbagai media masa. Padahalmencermati dan mengkritisi anggaranyang diajukan eksekutif dan birokrasi,adalah salah satu bentuk pengawasan se-cara dini yang harns dijalankan DPRD dilevel provinsi maupoo kabupatenjkota.

Semoga di 2010 ini, DPRDJawa Baratbenar-benar dapat menjalankan tugasdan fungsinya, yakni menjalankan fung-si legislasi, anggaran, dan pengawasan,secara lebih berkualitas dan sesuai de-ngan agenda dan harapan publik JawaBarat, sebagaimana iklan politikyang di-suarakan Ketua DPRD Jawa Barat lewatradio siaran swasta niaga di Kota Ban-dung dan Jawa Barat di akhir 2009.***

Penulis, dosen JU71JSanflmu Peme-rintahan dan Pascasarjana Unpad.