pikiran rakyat - pustaka ilmiah universitas...

2
Pikiran Rakyat Senin o Selasa o Rabu o Kamis o Jumat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 OJan OPeb o Mar OApr .Mei OJun OJul OAgs o Sabtu 0 Minggu 12 13 14 1~ 16 27 28 29 ~ 31 OSep OOkt ONov ODes Kearifan Lokal pada Pantun Lutung Kasar ng Duh Teteh teu wasa teuing munjulanjeneng salira kuring mah darma piuxiranq kuma teuing balukarna mun mungpang leakersa rama kena supata bebendu E NAM larik teks pui- si di atas merupakan penggalan dari cari- ta pantun Lutung Kasarung yang ditulis ulang oleh pe- nyair Sayudi almarhum, pe- nyair Sunda kenamaan pada zamannya yang terkenal de- ngan kumpulan puisi Lalaki diTegalPati.Enamlarik teks puisi di atas didendang- kan dalam tembang Sunda cianjuran oleh Neng Dini, yang berperan sebagai Purba Sari, putri cantik dari Kera- jaan Pasir Batang yang di- usir oleh saudaranya ke hu- tan larangan. Enam larik teks puisi di atas merupakan jawaban atas ucapan Purba Rarang, kakak Purbasari, yang mengusir Purbasari karena dianggap telah merebut takhta keraja- an yang seharusnya jatuh ke- pada Purba Rarang dan bu- kan kepada Purba Sari. La- rik-larik puisi yang diucap- kan Purba Rarang (Ani Suk- mawati) itu berbunyi: Sia inji wani-wani narima hancengan aing puguh rama pilih kasih teu ngaragap hate anak (Bersarnbung ke hal. 9 kol. 1) ANORI RNITA!"PR" CERITA "Lutunq Kasarunq" dibawakan sepuluhpen bang Sunda cianjuran pada acara pementasan "Nqaderes Lu mg Ka- sarung Dina Tembang Sunda Cianjuran" di Grha Sanusi ardja- dinata Jln. Dipati Ukur, Kota Bandung, Minggu (29/5). * Kliping Humas Onpad 2011

Upload: phungquynh

Post on 29-Aug-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pikiran Rakyat• Senin o Selasa o Rabu o Kamis o Jumat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1117 18 19 20 21 22 23 24 25 26

OJan OPeb o Mar OApr .Mei OJun OJul OAgs

o Sabtu 0 Minggu

12 13 14 1~ 1627 28 29 ~ 31

OSep OOkt ONov ODes

Kearifan Lokal pada Pantun Lutung Kasar ngDuh Teteh teuwasa teuingmunjulanjeneng salirakuring mah darma piuxiranqkuma teuing balukarnamun mungpang leakersa ramakena supata bebendu

E NAM larik teks pui-si di atas merupakanpenggalan dari cari-

ta pantun Lutung Kasarungyang ditulis ulang oleh pe-nyair Sayudi almarhum, pe-nyair Sunda kenamaan padazamannya yang terkenal de-ngan kumpulan puisi LalakidiTegalPati.Enamlarikteks puisi di atas didendang-kan dalam tembang Sundacianjuran oleh Neng Dini,yang berperan sebagai PurbaSari, putri cantik dari Kera-

jaan Pasir Batang yang di-usir oleh saudaranya ke hu-tan larangan.

Enam larik teks puisi diatas merupakan jawaban atasucapan Purba Rarang, kakakPurbasari, yang mengusirPurbasari karena dianggaptelah merebut takhta keraja-an yang seharusnya jatuh ke-pada Purba Rarang dan bu-kan kepada Purba Sari. La-rik-larik puisi yang diucap-kan Purba Rarang (Ani Suk-mawati) itu berbunyi:

Sia inji wani-waninarima hancengan aingpuguh rama pilih kasihteu ngaragap hate anak

(Bersarnbung ke hal. 9 kol. 1)

ANORI RNITA!"PR"

CERITA "Lutunq Kasarunq" dibawakan sepuluhpen bangSunda cianjuran pada acara pementasan "Nqaderes Lu mg Ka-sarung Dina Tembang Sunda Cianjuran" di Grha Sanusi ardja-dinata Jln. Dipati Ukur, Kota Bandung, Minggu (29/5). *

Kliping Humas Onpad 2011

sia deui teu rumasabijil pandeurieun aingayeunajung geura luntatong aya diPasir Batang

Adegan dramatik tersebutmerupakan penggalan daripentas Setra Karesmen (musi-kalisasi puisi) Lutung Kasar-ung dalam tembang Sunda ci-anjuran yang digelar oleh BaleRumawat Unpad Bandung,pada Minggu (29/5) sore diGraha Sanusi HardjadinataKampus Unpad Jln. DipatiUkur No. 35 Bandung. Parapenembang lainnya Ujang Su-priatna, Rosyanti, Kari, ImanMustika, Hilman, Rika, ElisRosliani, Nana, Dika, Gilang,Robby, Fransisca, NisajeungWidia, dengan pamirig (peng-iring) Yusdiana, Gan Gan Gu-milar, Okta, Rizal, dan YudiSukenda."Digelarnya acara yang diberi

tema Baranang Bentanq Ha-repaan, Ngaderes Lutung Ka-sarung dina Tembang SundaCianjuran antara lain dimak-sudkan untuk menggali nilai-nilai kearifan lokal. Apa yangditulis almarhum Kang Sayudidalam puisinya bersumber daripantun Lutung Kasarung yangdalam kebudayaan Sundamempunyai nilai-nilai sakral, disamping persoalan sosial danreligius," ujar Rektor UnpadProf. Dr. Ir. Ganjar Kurnia,D.E.A.dalam percakapannyadengan "PR", sehelum acaratersebut dimulai.Hadir pula Drs. Enip Sukan-

da yang dikenal sebagai dosenJurusan Karawitan STSI Ban-dung. Enip berperan sebagaikonsultan bersama penyair Di-an Hendrayana.

Lutung Kasarung memang

menarik untuk digali nilai-ni-lainya. Di dalam carita pantunbukan hanya soal kekuasaanyang membuat kita miris, teta-pi juga soal gelap mata yangdisebabkan nafsu kekuasaanitu sendiri. Orang bisa salingmenumpahkan darah, tak pe-duli apakah ada hubungan da-rah atau tidak. Apa yang ditu-lis Sayudi sudah digarap olehDasentra di bawah pimpinanalmarhum Kang Poerbasahpada dekade 1980-an.Selain itu, menurut Enip,

ada juga pelajaran moral yang, bisa dipetik, antara lain, kese-rakahan akan selalu musnah dimuka bumi. Penguasa zalimpada dasarnya akan menemu-kan hukumannya, entah darialam, Tuhan, atau dari sesamamanusia yang rindu tegaknyakeadilan. "Dalam konteks ini,nilai-nilai kearifan lokal Sundalayak kita cermati kembali ditengah-tengah situasi sosial-politik sekarang ini," ujar Enip.

Sejak tahun 1979Puisi panjang Lutung Kasar-

ung yang ditulis almarhum pe-nyair Sayudi, menurut UbunKubarsyah, lahir atas gagasanKang Poerbasah almarhumyang pada tahun 1979 lalu pu-nya ide mementaskan lakongending karesmen Lutung Ka-sarung dalam tembang Sundacianjuran. Carita pantun itusudah ada sejak lama dalamkebudayaan Sunda."Pada saat itu kendala perta-

ma adalah soal naskah. KangPoerbasah lalu menghubungiKang Sayudi. Pada tahun 1980penulisan naskahnya dimulai,dan itu berjalan lebih dari satutahun. Setelah naskah selesai,Kang Poerbasah menghubungisejumlah orang untuk mem-

buat garapan musiknya her a-sarkan tembang Sunda cian-juran," kata Ubun.Orang-orang yang sepakat

membuat garapan pada saatitu adalah Dadang Sulaeman,Enip Sukanda, Ubun Kubar-syah, dan Tadjudin Nirwan.Hingga lagu itu utuh untuk

dipentaskan, kata Ubun, pi-haknya memerlukan waktu se-lama tiga tahun. Selesai diga-rap lalu direkam dalam bentukkaset dengan durasi lebih daritiga jam. Para penembangyang terlibat dalam garapantersebut pada saat 'itu adalahDadang Sulaeman, Yus Wirad-iredja, Barmansyah, TadjudinNirwan, Enah Sukaenah, NinaK. Sopandi, Yayah Roeti, danTati Muchtar.Garapan tembang Sunda

Lutung Kasarung yang dipra-karsai Kang Poerbasah itumerupakan upaya pendoku-mentasian paling lengkap soaltembang. Di dalam kaset itusetidaknya ada 126jenis tern-bang Sunda, baik dari tern-bang Sunda cianjuran, cigawi-ran, ciawian, maupun tern-bang-tembang yang ada dalampantun Sunda itu sendiri. "Ini-lah kekayaan tembang Sunda,yang kini nyaris musnah itu.Kami saat ini telah berupayauntuk menyelamatkan doku-men ini, dan itu memerlukanbiaya yang cukup besar. Parapelakunya saat ini sudah me-ninggal dunia," ujar Ubun.Dalam kesempatan yang sa-

ma, YusWiradiredja yang per-nah terlibat dalam garapantersebut pada dekade 1980-anmengatakan, apa yang digarapGanjar Kurnia merupakanupaya yang patut disambut se-mua pihak. "Dalam pentasyang tidak utuh ini setidaknyatadi kita mendengarkan 25 je-nis tembang Sunda yang turn-buh dan berkembang di tatar

Sunda. Untuk itu, tak aneh bi-la tadi mendengar ada orangyang terkaget-kaget mende-ngarnya, karena memang apayang dilantunkan itu nyarispunah," ujar Yus yang juga di-kenal sebagai dos n karawitandi Jurusan Kara 'tan STSIBandung.Yus berharap, ji a Pemerin-

tah Provinsi Jawa Barat mela-lui Dinas Pariwisata dan Kebu-dayaan ingin melestarikan ke-senian tradisional Sunda, iaharus menyelamatkan doku-mentasi tembang unda Lu-tung Kasarung y g sudah di-buat Kang Poerb ah pada de-kade 1980-an. "Jumlah 126je-nis tembang Sunda yang adadalam kaset itu b an sedikit.Saya yakin di ant a para pe-nembang Sunda sendiri adayang tidak tahu," kata Yus,diamini oleh Ubun Kubarsyah.Lepas dari itu, garapan yang

digelar oleh Bale umawatUniversitas Padja jaran bolehdibilang berhasil. Para penem-bang adalah paraj ara tern-bang Sunda cianju an versiDaya Mahasiswa unda (Da-mas) dalam sepul h tahun ter-akhir. "Apa yang kami garapini mengulang apa yang telahdigarap para pendahulu. Mes-kipun demikian, i i tidak mu-dah, sebab lirik yang ditulisKang Sayudi memerlukanpenghayatan men alam olehpara penembangnya," ujar Di-an Hendrayana yang selain di-kenal sebagai pakar tembangSunda cianjuran, juga sebagaisastrawan Sunda ~ang berkali-kali mendapat hadiah sastradari Lembaga Bahasa dan Sas-tra Sunda Bandung. (SoniFarid Maulana/,'PR")***