photosensitivit1.docx lebih baru diedit

14
1 FOTOSENSITIVITAS Fotosensitifitas adalah respon abnormal terhadap cahaya, biasanya pada sinar matahari, terjadi dalam hitungan menit, jam atau hari eksposur dan berlangsung hingga minggu, bulan, dan bahkan lebih lama. Gangguan fotosensitifitas hanya terjadi pada daerah tubuh terkena radiasi matahari (Gambar 1). Gambar 1. Variasi paparan surya pada area tubuh yang berbeda Ada tiga jenis fotosensitifitas akut: 1. Sunburn type response-eritema, edema, dan bula, seperti pada reaksi fototoksik obat obatan atau phytophotodermatitis.

Upload: frinbel-ka

Post on 24-Jul-2015

225 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PHOTOSENSITIVIT1.Docx Lebih Baru Diedit

1

FOTOSENSITIVITAS

Fotosensitifitas adalah respon abnormal terhadap cahaya, biasanya pada sinar

matahari, terjadi dalam hitungan menit, jam atau hari eksposur dan berlangsung hingga

minggu, bulan, dan bahkan lebih lama. Gangguan fotosensitifitas hanya terjadi pada daerah

tubuh terkena radiasi matahari (Gambar 1).

Gambar 1. Variasi paparan surya pada area tubuh yang berbeda

Ada tiga jenis fotosensitifitas akut:

1. Sunburn type response-eritema, edema, dan bula, seperti pada reaksi fototoksik obat

obatan atau phytophotodermatitis.

2. A rash response: makula, papula, atau plakat

3. Urtikaria responses

Page 2: PHOTOSENSITIVIT1.Docx Lebih Baru Diedit

2

Berdasarkan etiologi, klasifikasi reaksi kulit terhadap sinar matahari dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:

Drug-/Chemical-Induced Photosensitivity

Drug/chemical ninduced photosensitivity menjelaskan intereaksi radiasi UV dengan

bahan kimia /obat dalam kulit. Dua mekanisme yang dikenal: reaksi fototoksik, yang

menyebabkan reaksi fotokimia pada kulit dan reaksi fotoalergi di mana photoallergen yang

terbentuk memulai suatu respon imun dan bermanifestasi di kulit sebagai reaksi imunologi

tipe IV. Perbedaan klinis utama antara fototoksik dan fotoalergi adalah bahwa memanifestasi

seperti dermatitis kontak iritan atau kulit terbakar dan yang terakhir seperti

eczematous/dermatitis kontak alergi.

Tabel perbedaan fototoksik dan fotoalergik.

Page 3: PHOTOSENSITIVIT1.Docx Lebih Baru Diedit

3

1. Reaksi Fototoksik

Reaksi fototoksik lebih sering ditemukan daripada reaksi fotoelergik karena

reaksi sunburn digolongkan didalamnya. Reaksi fototoksik hampir terjadi pada

hampir semua individu apabila terpajan dengan sensitizer, atau lebih tepat disebut

sebagai fototoksin.

Reaksi dapat terjadi pada pajanan pertama dan pajanan berikutnya pada tempat

lain akan menunjukkan reaksi yang serupa, sehingga reaksi fototoksik dapat

disamakan dengan reaksi iritan primer.

Beberapa contoh reaksi fototoksik adalah sunburn, dermatitis fototoksik topikal

(fitofotodermatitis, dermatitis berloque) dermatitis fototoksik sistemik.

a. Sunburn

Sunburn merupakan reaksi akut, tertunda, dan inflamasi sementara respon

kulit normal setelah terpapar radiasi UV dari sinar matahari atau sumber buatan.

Secara alami sunburn merupakan reaksi fototoksik. Sunburn ditandai dengan eritema

(Gambar A) dan jika parah ditandai dengan vesikel dan bula, edema, tenderness, dan

nyeri (Gambar B).

b. Dermatitis Fototoksik Topikal

Terjadinya kontak dengan sengaja atau penerapan fotosensitizer terapeutik,

yang diikuti oleh radiasi UVA. Agen yang paling umum menimbulkan dermatitis

fototoksik topikal tercantum pada tabel dibawah ini:

Page 4: PHOTOSENSITIVIT1.Docx Lebih Baru Diedit

4

Rute yang paling umum melalui bentuk terapi atau pekerjaan. Gambaran klinis

seperti dermatitis kontak iritan akut berupa eritema, edema, vesikulasi, dan terbatas

pada daerah yang kontak dengan agen fototoksik. Gejala yang ditimbulkan perih,

menyengat, dan membakar bukan gatal. Penyembuhan biasanya menghasilkan

pigmentasi jelas. Jenis yang paling umum jenis dermatitis fototoksik topikal adalah

fitofotodermatitis.

i. Fitofotodermatitis

Fitofotodermatitis adalah suatu peradangan kulit yang disebabkan oleh kontak

dengan tanaman tertentu selama rekreasi atau pekerjaan paparan sinar matahari.

Respon inflamasi adalah reaksi fototoksik bahan kimia photosensitizing pada

beberapa tanaman. Umum jenis fitofotodermatitis karena paparan jeruk nipis, seledri,

dan padang rumput.

Manifestasi klinis, pasien memberikan riwayat paparan tertentu tanaman

(jeruk nipis, lemon, peterseli liar, seledri, lobak, wortel,). Gejala kulit perih, sensasi

terbakar sinar matahari, rasa sakit, kemudian pruritus. Kulit Lesi akut: eritema,

edema, vesikel, dan bula (Gambar a). Lesi dapat muncul pseudopapular sebelum

vesikel yang jelas. Sering terlihat gambaran tidak lazim, pola buatan yang

menunjukkan "outside job" (Gambar b). Tersebar di daerah area kontak, terutama

lengan, kaki, dan wajah.

ii. Derm

a titis

berloque

Pertama kali digambarkan oleh Freund tahun 1916 berupa eritema atau

pigmentasi menyerupai bentuk kalung (Perancis: berlock atau berloque) pada individu

yang mengoleskan minyak wangi sebelum terpajan sinar matahari. Kemudian

diketahui bahwa minyak tersebut mengandung minyak bergamot (bergapten, 5-

a. b.

Page 5: PHOTOSENSITIVIT1.Docx Lebih Baru Diedit

5

methoxypsoralen) yang dihasilkan oleh sejenis buah jeruk dan dapat menimbulkan

garis-garis pigmentasi hanya di daerah mana parfum diberikan, terutama sisi leher.

Gambar dermatitis berloque. Tamapak coretan sisa hiperpigmentasi.

c. Dermatitis Fototoksik Sistemik

Terjadi pada setiap orang setelah konsumsi yang cukup dosis obat

photosensitizing dan UVR. Oleh karena itu segala usia, kedua jenis kelamin, semua

ras, dan segala jenis warna kulit. Reaksi Fototoksik sensitivitas obat lebih sering

ditemukan daripada fotoalergi sensitivitas obat. Obat memunculkan fototoksik

sistemik dermatitis tercantum dibawah ini:

Page 6: PHOTOSENSITIVIT1.Docx Lebih Baru Diedit

6

Manifestasi klinis terjadi pada hitungan jam setelah paparan, dengan beberapa

agen seperti psoralen setelah 24 jam, dan memuncak pada 48 jam. Gejala Kulit:

membakar, menyengat, pruritus. Lesi Awal Kulit: Eritema, edema, vesikel dan

pembentukan bula terbatas pada daerah yang terkena cahaya. Reaksi eczematous tidak

terlihat pada reaksi fototoksik.

2. Reaksi Fotoalergik

Merupakan hasil dari interaksi kulit radiasi ultraviolet saja atau dengan adanya

photoallergen.

Manifestasi klinis: urtikaria akut sampai lesi papular atau eksematosa. Kelainan dapat

terjadi lebih luas daripada yang terpajan dan apabila terjadi eksaserbasi dapat berlokasi jauh

dari daerah pajanan. Kelainan bersifat polimorfi terutama eksematosa terutama rasa gatal.

Stadium akut disertai vesikel atau skuama, krusta, dan ekskoriasi. Stadium kronik berupa

likenifikasi, dan juga bisa ditemukan bentuk lain seperti urtika, dan papul. Hiperpigmentasi

lebih jarang ditemukan daripada reaksi fototoksik.

Klasifikasi

1. Yang dipacu oleh photosensitizer eksogen:

a. Photosensitizer kontak

b. Photosensitizer sistemik

2. Yang tidak berhubungan dengan photosensitizer

a. Tipe cepat: urtika solaris

b. Tipe lambat: polymorphus light eruption

Yang dipacu oleh photosensitizer eksogen:

Photosensitizer kontak

Reaksi fotoalergik dapat terjadi akibat pemakaian berbagai macam bahan

secara topikal, antara lain aftershave lotion, tabir matahari psoralen, dan salisilanilid

halogen serta zat turunannya yang terkandung didalam bahan antibakteri atau

antimikotik. Penggunaan trichlosalicylatenilide (TSCA) dalam sabun, deodoran, dan

bahan lain untuk membunuh bakteri merupakan penyebab terbanyak reaksi fototoksik.

Page 7: PHOTOSENSITIVIT1.Docx Lebih Baru Diedit

7

Secara klinis erupsi berbentuk papular, likenoid, dan ekzematosa. Dasar reaksi

tersebut adalah reaksi hipersensitivitas tipe lambat, sehingga lesi akan timbul dalam

waktu beberapa jam sampai beberapa hari setelah pajanan dengan spektrum sinar

ultraviolet gelombang panjang.

Gambaran histopatologik: perubahan epidermis berupa akantosis, spongiosis,

dan pembentukan vesikel disertai infiltrat padat sel radang bulat disekitar pembuluh

darah. Gambaran klinis dan histopatologiknya mirip dengan gambaran dermatitis

kontak alergik. Pemeriksaan penunjang dengan uji tempel dengan sinar (photopatch

test).

Page 8: PHOTOSENSITIVIT1.Docx Lebih Baru Diedit

8

Photosensitizer sistemik

Reaksi terhadap photosensitizer sistemik lebih jarang ditemukan daripada

Photosensitizer kontak dan mekanismenya juga belum diketahui secara pasti.

Meskipun dapat timbul reaksi alergik terhadap griseofulvin, beberapa antihistamin,

pemanis artifisial kalsium siklamat sulfonamid, klorotiazid, dan sulfonirurea.

Waktu reaksi berlangsung lamabat, berupa papul likenoid sampai perubahan

ekzematosa. Meskipun kelainan biasanya cepat menghilang, tetapi ditemukan juga

keadaan yang persisten (persiten light reactivity)

Gambaran histopatologik memperlihatkan keadaan likenoid berupa sebukan

padat sel radang bulat berbentuk pita didaerah subepidermal disertai sebukan sel

radang bulat disekitar pembuluh darah dermis bagian bawah. Pemeriksaan penunjang

melalui tes provokasi dengan pemberian obat secara sitemik yang dicurigai sebagai

penyebab, secara sistemik diikuti penyinaran.

Yang tidak berhubungan dengan photosensitizer

Tipe cepat: urtika solaris

Karakteristik lesi berupa urtika dikelilingi oleh daerah eritematosa,

meskipun kadang-kadang terlihat urtika multiple disertai pseudopodi. Lokasi

biasanya didaerah terpajan, tetapi dapat timbul diseluruh tubuh, meskipun

daerah yang terlihat sinar matahari bersifat lebih toleran. Waktu reaksi

berkisar antara beberapa detik sampai beberapa menit dan urtikaria yang

timbul sesuai dengan arah pajanan. Lesi dapat menetap untuk beberapa menit

sampai beberapa jam bergantung pada intensitas pajanan.

Page 9: PHOTOSENSITIVIT1.Docx Lebih Baru Diedit

9

Urtikaaria solaris dapat dipacu oleh spektrum berbagai varietas

panajang gelombang kurang dari 370nm.

Tipe lambat: polymorphus light eruption

Secara klinis gamabaran bervariasi, dapat menyerupai prurigo atau

kadang-kadang menyerupai eritema multiforme. Beberapa lesi dapat bersatu

membentuk plakat, dengan lokalisasi didaerah muka. Biasanya terdapat satu

bentuk lesi yang menonjil dan umumnya adalah lesi ekzematosa. Terdapat

dugaan bahwa 30-50% penderita PMLE akan mengalami kelainan klinis berat

pada pajanan pertama, sedangkan pada pajanan berikutnya kelainan tersebut

akan semakin ringan hingga menimbulkan keadaan yang disebut sebagai

fonomen hardening.

Page 10: PHOTOSENSITIVIT1.Docx Lebih Baru Diedit

10

Daftar Pustaka

Soebaryo, RW. 2007. Fotosensitivitas. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, [ed].

Ilmu Penyakit Kulit Kelamin. Edisi 4. Jakarta:FKUI; hal 182-188.

Fitzpatrick, TB. 2008. Photosensitivity, Photo-induced disorders, and Disorders by

ionizing Radiation. Dalam: Johnson A, Richard KW, [ed]. Fitzpatrick’s Color Atlas

and Synopsis of Clinical Dermatology. Edisi 6. The mcgraw-hill companies; hal.232-

248.

Andrews. 2006. Photosensitivity. Dalam James W, Berger TG, Elston DM, [ed].

Andrews’ Disease of The Skin Clinical Dermatology. Edisi 10. Canada:WB Saunders

Company; Chapter 3.hal 32.