peta nkri 2017 : suatu tinjauan teknis andre bohal …

14
1 PETA NKRI 2017 : SUATU TINJAUAN TEKNIS Andre Bohal Sinaga 1 231160083 Pembimbing : Dr. Ir. Eka Djunarsjah, M.T., ² Aulia Try Atmojo, S.Kel.,M.T. 1 Institut Teknologi Sumatera, Teknik Geomatika ²Institut Teknologi Bandung, Teknik Geodesi dan Geomatika Email :[email protected] Abstrak: Indonesia merupakan negara kepulauan karena memiliki banyak pulau pulau serta posisi geografis yang sangat strategis, yang berbatasan dengan 10 (sepuluh) negara. Di darat, Indonesia berbatasan dengan Malaysia, Papua Nugini, dan Timor Leste. Sedangkan di laut, Indonesia berbatasan dengan India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Palau, Papua Nugini, Australia, dan Timor Leste. Indonesia memiliki kedaulatan yang terdiri atas daratan pada semua pulau yang berada di sebelah dalam garis pangkal kepulauan Indonesia, dan berdaulat di wilayah perairan pedalaman, perairan kepulauan, dan Laut Teritorial, serta memiliki hak berdaulat di zona tambahan, Zona Ekonomi Eksklusif, dan Landas Kontinen. Penetapan batas maritim Indonesia sesuai dengan yang ditentukan dalam UNCLOS III. UNCLOS III (United Nations Convention on the Law of the Sea 1928 ) merupakan konvensi PBB (Persatuan Bangsa Bangsa yang mengatur penetapan batas laut antarnegara. Wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta batas batas maritimnya dengan 10 (sepuluh) negara tetangga tertuang dalam peta nasional yang dikenal dengan Peta NKRI, yang berlaku saat ini adalah Peta NKRI 2017. Pada penelitian ini membahas suatu tinjauan teknis mengenai aspek aspek teknis Peta NKRI 2017 ditinjau dari keilmuan Geomatika serta perubahan pada peta NKRI 2017 dari peta sebelumnya yaitu Peta NKRI 2015. Berdasarkan hasilan analisisis yang menggunakan metode deskripsi kualitatif, akan menganalisis aspek aspek teknis Peta NKRI 2017, yaitu meliputi peta laut, skala, datum vertikal, datum horizontal, serta sistem proyeksi, dan perubahan pada Peta NKRI 2017, sehingga didapatkan rekomendasi-rekomendasi teknis untuk Peta NKRI 2017. Kata Kunci : Peta NKRI 2017, Aspek teknis peta, UNCLOS III, Deskripsi Kualitatif .

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PETA NKRI 2017 : SUATU TINJAUAN TEKNIS Andre Bohal …

1

PETA NKRI 2017 : SUATU TINJAUAN TEKNIS

Andre Bohal Sinaga1

231160083

Pembimbing : Dr. Ir. Eka Djunarsjah, M.T., ² Aulia Try Atmojo, S.Kel.,M.T.1

Institut Teknologi Sumatera, Teknik Geomatika

²Institut Teknologi Bandung, Teknik Geodesi dan Geomatika Email :[email protected]

Abstrak: Indonesia merupakan negara kepulauan karena memiliki banyak pulau pulau serta

posisi geografis yang sangat strategis, yang berbatasan dengan 10 (sepuluh) negara. Di darat,

Indonesia berbatasan dengan Malaysia, Papua Nugini, dan Timor Leste. Sedangkan di laut,

Indonesia berbatasan dengan India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Palau,

Papua Nugini, Australia, dan Timor Leste. Indonesia memiliki kedaulatan yang terdiri atas

daratan pada semua pulau yang berada di sebelah dalam garis pangkal kepulauan Indonesia, dan

berdaulat di wilayah perairan pedalaman, perairan kepulauan, dan Laut Teritorial, serta memiliki

hak berdaulat di zona tambahan, Zona Ekonomi Eksklusif, dan Landas Kontinen. Penetapan

batas maritim Indonesia sesuai dengan yang ditentukan dalam UNCLOS III. UNCLOS III

(United Nations Convention on the Law of the Sea 1928 ) merupakan konvensi PBB (Persatuan

Bangsa Bangsa yang mengatur penetapan batas laut antarnegara. Wilayah kedaulatan Negara

Kesatuan Republik Indonesia serta batas batas maritimnya dengan 10 (sepuluh) negara tetangga

tertuang dalam peta nasional yang dikenal dengan Peta NKRI, yang berlaku saat ini adalah Peta

NKRI 2017. Pada penelitian ini membahas suatu tinjauan teknis mengenai aspek aspek teknis

Peta NKRI 2017 ditinjau dari keilmuan Geomatika serta perubahan pada peta NKRI 2017 dari

peta sebelumnya yaitu Peta NKRI 2015. Berdasarkan hasilan analisisis yang menggunakan

metode deskripsi kualitatif, akan menganalisis aspek aspek teknis Peta NKRI 2017, yaitu

meliputi peta laut, skala, datum vertikal, datum horizontal, serta sistem proyeksi, dan perubahan

pada Peta NKRI 2017, sehingga didapatkan rekomendasi-rekomendasi teknis untuk Peta NKRI

2017.

Kata Kunci : Peta NKRI 2017, Aspek teknis peta, UNCLOS III, Deskripsi Kualitatif.

Page 2: PETA NKRI 2017 : SUATU TINJAUAN TEKNIS Andre Bohal …

2

Abstract: Indonesia is an archipelagic country because it has many islands and is

geographically very strategic, with 10 (ten) countries. On land, Indonesia is bordered by

Malaysia, Papua New Guinea and Timor Leste. While at sea, Indonesia borders India, Thailand,

Malaysia, Singapore, Vietnam, the Philippines, Palau, Papua New Guinea, Australia and Timor

Leste. Indonesia has sovereignty which consists of land on all islands to the right of the baseline

of the Indonesian archipelago, and is sovereign in inland waters, archipelagic waters and the

Territorial Sea, and has sovereign rights in additional zones, the Exclusive Economic Zone and

the Continental Shelf. The determination of Indonesia's maritime boundaries is in accordance

with those stipulated in UNCLOS III. UNCLOS III (United Nations Convention on the Law of the

Sea 1928) is a United Nations convention that regulates maritime boundaries between countries.

The sovereign territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia and its maritime

boundaries with 10 (ten) neighboring countries is contained in a national map known as Peta

The Republic of Indonesia, currently in effect is the Map of the Republic of Indonesia 2017. In

this study, it discusses a technical review of the technical aspects of the 2017 NKRI Map in terms

of Geomatics as well as changes to the 2017 NKRI map from the previous map, namely the 2015

NKRI Map. , will analyze the technical aspects of the 2017 NKRI Map, which includes maps,

scale, vertical datum, horizontal datum, and projection system, and changes to the 2017 NKRI

Map, so that technical recommendations for the 2017 NKRI Map.

Keywords: Map of the Republic of Indonesia 2017, Technical aspects of the map, UNCLOS III,

Qualitative Description.

Page 3: PETA NKRI 2017 : SUATU TINJAUAN TEKNIS Andre Bohal …

3

PENDAHULUAN

Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI) merupakan Negara Kepulauan yang

berbatasan dengan 10 (Sepuluh) negara. Di

darat, Indonesia berbatasan dengan

Malaysia, Papua Nugini, dan Timor-Leste.

Sedangkan di laut, Indonesia berbatasan

dengan India, Thailand, Malaysia,

Singapura, Vietnam, Filipina, Palau, Papua

Nugini, Australia, dan Timor-Leste [1]

Peta NKRI atau Peta Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI) merupakan peta

yang menggambarkan wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri

dari wilayah daratan, perairan pedalaman,

serta klaim batas maritim Indonesia yang

terdiri dari Laut Teritorial, Zona Tambahan,

Zona Ekonomi Eksklusif, Landas Kontinen,

serta Landas Kontinen Ekstensi. Posisi

geografis Repulik Indonesia yang diapit oleh

dua benua, mempunyai batas maritim

internasional dengan 10 negara tetangga.

Batas batas maritim ini tertuang dalam Peta

NKRI 2017 yang dikeluarkan oleh Badan

Informasi Geospasial (BIG). Indonesia di

dalam penetapaan batas maritim dengan

negara tetangga yang tertuang dalam Peta

NKRI 2017 menerapkan kaidah kaidah

UNCLOS III. UNCLOS III merupakan

Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa

(PBB) yang mengatur tentang hukum laut

internasional. UNCLOS III atau lebih

dikenal United Nations Convention on the

Law of the Sea adalah implementasi dari

Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa

Bangsa (PBB) yang berisi kegiatan

penetapan batas laut suatu negara pantai [2]

RUANG LINGKUP PENELITIAN Ruang lingkup pada penelitian ini adalah : 1. Peta yang digunakan adalah Peta NKRI

2017 2. Perubahan yang dimaksud pada peta

NKRI 2017 adalah perubahan pada batas

maritim meliputi perubahan nama laut,

perubahan garis batas maritim yang

dilakukan sepihak maupun berdasarkan

kesepakatan. 3. Melihat optimalisasi batas batas maritim

Negara Indonesia dari sudut pandang

geodesi. 4. Aspek aspek teknis yang dimaksud

adalah Skala, Peta Laut, Datum Vertikal, Datum Horizontal, Transformasi Koordinat, serta Sistem Proyeksi.

DAGRAM ALIR

Gambar 1. 1 Metode Penelitian

TEORI DASAR

Garis Pangkal

Pengertian garis pangkal menurut UNCLOS

III (United Nations Convention on the Law

of the Sea), merupakan suatu garis awal

yang menghubungkan titik titik terluar yang

diukur pada kedudukan garis air rendah (

low water line) dimana batas batas ke arah

laut, seperti laut teritorial dan wilayah

yurisdiksi laut lainnya (zona tambahan,

landas kontinen, dan zona ekonomi

eksklusif) diukur [2]. Garis Pangkal

merupakan acuan yang digunakan untuk

menetapkan batas-batas laut negara, yaitu

Laut Teritorial, Zona Tambahan, Zona

Ekonomi Eksklusif, dan Landas Kontinen

[1]. Dalam UNCLOS III (United Nations

Page 4: PETA NKRI 2017 : SUATU TINJAUAN TEKNIS Andre Bohal …

4

Convention on the Law of the Sea),

disebutkan bahwa suatu negara pantai dapat

menggunakan berbagai kombinasi garis

pangkal untuk menetapkan batas-batas

lautnya [1].

Konsep penetapan garis pangkal menurut

UNCLOS III terdapat pada gambar 2.1.

Gambar 2. 1 Konsep penetapan garis

pangkal menurut UNCLOS III [3]

Dalam UNCLOS III dikenal beberapa macam garis pangkal, yaitu : 1. Garis pangkal normal (normal baseline)

2. Garis pangkal lurus (straight baseline) 3. Garis pangkal penutup (closing line)

(sungai, teluk, dan pelabuhan) 4. Garis pangkal kepulauan (archipelagic

baseline).

Batas Maritim Negara-negara pantai berkewajiban

menyajikan batas wilayah perairannya dalam

bentuk peta laut atau daftar koordinat

geografis dari titik titik-dasar (basepoints)

terluar wilayahnya. Dalam peta laut tersebut

harus disajikan informasi yang dibutuhkan

bagi pelayaran, serta yang paling penting

adalah garis garis pangkal yang digunakan

untuk mengukur batas-batas wilayah laut

(maritime zone). Konsep penetapan batas

laut yang tercantum dalam konvensi

dimaksudkan untuk penentuan wilayah

perairan negara-negara pantai di dunia

terutama negara-negara yang telah

meratifikasi konvensi tersebut [2].

Menurut UNCLOS III, wilayah perairan

terbagi atas :

1. Laut Teritorial

Dalam pasal 3 UNCLOS III (United Nations

Convention on the Law of the Sea)

disebutkan bahwa setiap negara pantai

berhak menetapkan lebar laut teritorialnya

hingga suatu batas yang tidak boleh

melebihi 12 mil laut, diukur dari garis

pangkal yang telah ditentukan. Di dalam

kawasan ini, negara pantai mempunyai hak

berdaulat atas ruang udara di atas laut

teritorial, dasar laut serta tanah di bawahnya.

Penarikan garis batas wilayah laut teritorial

antara dua negara pantai yang berhadapan

atau berdampingan didasarkan pada garis

tengah (median line) yang titik titiknya

mempunyai jarak yang sama terhadap titik

titik terdekat pada garis pangkal kedua

negara, kecuali karena alasan historis atau

keadaan khusus [2].

2. Perairan Pedalaman.

Perairan pedalaman diatur dalam pasal 8

UNCLOS III (United Nations Convention on

the Law of the Sea). Perairan pedalaman

adalah semua perairan yang terletak di

sebelah dalam ke arah darat garis pangkal,

seperti pelabuhan, sungai, danau, kanal, dan

perairan yang dapat dilayari. Secara umum,

perairan pedalaman merupakan bagian dari

wilayah daratan suatu negara pantai [3].

3. Zona Tambahan

Dalam UNCLOS III (United Nations

Convention on the Law of the Sea) Pasal 33,

zona tambahan adalah zona maritim yang

berdampingan dengan laut teritorial dan

merupakan area tambahan. Zona tambahan

dimaksudkan agar negara pantai dapat

melaksanakan pengawasan yang diperlukan

untuk mencegah pelanggaran peraturan bea

cukai, fiskal, imigrasi di dalam wilayah laut

teritorial, serta menghukum pelanggaran

tersebut di atas yang dilakukan di dalam

wilayah laut teritorial. Zona tambahan tidak

boleh melebihi 24 mil laut dari garis pangkal

yang digunakan untuk mengukur laut

teritorial [2].

4. Zona Ekonomi Eksklusif

Zona Ekonomi Eksklusif diatur dalam

UNCLOS III (United Nations Convention on

the Law of the Sea) pasal 57. Zona Ekonomi

Page 5: PETA NKRI 2017 : SUATU TINJAUAN TEKNIS Andre Bohal …

5

Eksklusif merupakan suatu kawasan dimana

suatu negara pantai mempunyai hak

eksklusif untuk melakukan eksplorasi dan

eksploitasi, pelestarian dan pengelolaan

sumber daya alam (hayati dan non-hayati) di

dasar, di bawah, dan di atas laut, serta

kegiatan lain seperti produksi energi dari air,

arus, dan angin. Namun demikian, semua

negara lain dapat menikmati kebebasan

pelayaran dan penerbangan, serta kebebasan

meletakkan kabel dan pipa bawah laut,

dengan memperhatikan hak dan kewajiban

negara pantai serta harus mentaati peraturan

yang ditetapkan oleh negara pantai. Lebar

zona ekonomi eksklusif tidak boleh melebihi

200 mil laut dari garis pangkal yang

digunakan untuk mengukur laut teritorial

[2].

5. Landas Kontinen.

Landas Kontinen meliputi dasar laut dan

tanah di bawahnya dari daerah di bawah

permukaan laut yang terletak di dasar laut

teritorial sepanjang kelanjutan alamiah

daratan hingga pinggiran luar tepi kontinen

atau hingga suatu jarak 200 mil laut dari

garis pangkal, dalam hal tepi kontinen tidak

mencapai jarak tersebut [3].

Gambar 2. 2 Pembagian Zona Batas Maritim

menurut UNCLOS III [1].

Delimitasi Batas Maritim Antarnegara

1. Batas Maritim Bilateral. Batas maritim bilateral menurut pengertian diatas dapat disimpulkan merupakan penentuan batas wilayah maritim antara dua

negara yang berbatasan dalam konteks berdampingan atau berhadapan. 2. Batas Maritim Trilateral. Batas Maritim Trilateral merupakan penentuan atau penetapan batas wilayah

maritim antara tiga negara yang saling

berdampingan atau berhadapan. Contoh

kasusnya adalah batas wilayah maritim

antara Indonesia, Malaysia, serta Singapura yang terletak di daerah Selat Malaka. 3. Batas Maritim Unilateral. Batas Maritim Unilateral merupakan

penentuan atau penetapan batas wilayah

maritim lebih dari tiga negara yang dalam

hal ini melibatkan banyak negara yang

saling berhadapan atau berdampingan.

Aspek Teknis Peta NKRI 2017

Beberapa aspek teknis mendasar pada Peta

NKRI 2017 yang perlu diperhatikan, antara

lain :

1. Peta Laut.

Peta laut atau yang lebih dikenal dengan

istilah chart seperti yang dijelaskan dalam

UNCLOS III (United Nations Convention on

the Law of the Sea) merupakan peta yang

dirancang dengan tujuan khusus, seperti

contohnya untuk navigasi dan tujuan

lainnya..

2. Sistem Proyeksi.

Penggambaran permukaan bumi yang

melengkung yang didekati dengan bentuk

ellipsoid pada sebuah bidang datar atau yang

lebih dikenal dengan peta dilakukan dengan

cara proyeksi titik titik di permukaan bumi

yang kemudian nantinya dituangkan dalam

bentuk peta. Salah satu proyeksi peta yang

lazim digunakan pada bidang ilmu geodesi

adalah proyeksi konform, yaitu proyeksi

yang mempertahankan sudut yang dibentuk

oleh perpotongan dua kurva sehingga sudut

yang digambar pada peta akan sama dengan

sudut yang ada di permukaan elipsoid [2].

Ada beberapa jenis jenis sistem proyeksi

seperti berikut :

a. Sistem Proyeksi Mercator.

Sistem proyeksi Mercator adalah sistem

proyeksi yang sesuai digunakan untuk

daerah sekitar ekuator (lintang< 150)

dengan menggunakan skala peta yang

besar. Sistem proyeksi Mercator

menggunakan bidang proyeksi silinder

dengan sumbu simetri bidang

Page 6: PETA NKRI 2017 : SUATU TINJAUAN TEKNIS Andre Bohal …

6

proyeksinya berimpit dengan sumbu

elipsid atau garis normal.

b. Sistem Proyeksi Lambert.

Sistem proyeksi Lambert adalah sistem

proyeksi yang sesuai digunakan untuk

daerah lintang antara 40 hingga 720

dengan distorsi luas yang cukup kecil

sekitar 2%.

c. Sistem Proyeksi Transverse

Mercator (TM).

Proyeksi Transverse Mercator (TM)

menggunakan bidang proyeksi silinder

dengan sumbu simetri bidang proyeksi

tegak lurus dengan sumbu elipsoid

(transverse) dan tidak terjadi distorsi

bentuk atau sudut. Karakteristik yang

lebih spesisifik dari proyeksi ini adalah

semakin jauh dari meridian sentral maka

konvergensi meridian akan semakin

membesar, meridian dan paralel

berpotongan tegak lurus, faktor skala

tetap di meridian sentral, faktor skala

akan membesar seiring membesarnya

bujur relatif terhadap meridian sentral

(pada kondisi lintang yang sama dengan

satu garis paralel), serta faktor skala akan

mengecil dengan membesarnya lintang

(pada kondisi bujur yang sama dengan

satu garis meridian).

d. Sistem Proyeksi Universal

Transverse Mercator (UTM).

Proyeksi Universal Transverse Mercator

(UTM) merupakan pengembangan dari

proyeksi Transverse Mercator (TM)

yang memiliki karakteristik khusus dan

telah dibakukan untuk seluruh dunia.

Karakteristik khususnya antara lain

adalah :

Elipsoid referensi yang

digunakan terserah pemakai,

yang terbagi dalam 60 zona,

dengan lebar setiap zona 60.

Penomoran zona, dimulai dari

1800 BB (Bujur Barat) sampai

1800 BT (Bujur Timur).

Wilayah pemakaian meliputi 840

LU (Lintang Utara) sampai 800

LS (Lintang Selatan).

Untuk koordinat proyeksi

ditetapkan sumbu-X sebagai

proyeksi lintang nol (ekuator)

dan sumbu-Y sebagai proyeksi

dari meridian sentral di setiap

zona yang disebut dengan sistem

koordinat yang mengacu pada

titik nol sejati.

Koordinat proyeksi UTM

biasanya dinyatakan terhadap

titik nol semu, dengan

XSEMU=XSEJATI+500,000 m dan

YSEMU=YSEJATI untuk belahan

bumi utara dan

YSEMU=YSEJATI=10,000,000 m

untuk belahan bumi selatan.

Konsep titik nol semu ini

digunakan agar tidak ada

koordinat berharga negatif.

Faktor skala di meridian sentral =

0.99996 [2].

3. Datum Vertikal.

Pada peta laut umumnya digunakan suatu

bidang air rendah (chart datum) sebagai

bidang referensi, sehingga semua kedalaman

yang diperlihatkan pada peta laut mengacu

pada pasut rendah (low tide). Datum vertikal

dipengaruhi oleh pergerakan bulan dan bumi

termasuk fase bulan, orbit bulan, serta

perubahan deklinasi bulan.

Pengertian chart datum adalah rata rata air

rendah tertentu yang diperoleh dari suatu

periode pengamatan selama 19 tahun atau

lebih agar pengaruh astronomis yang berarti

dapat termasuk di dalamnya.

Contoh berbagai jenis bidang vertikal yang

dijadikan sebagai chart datum :

MLLW (Mean Lower Low Water)

LLWLT (Lower Low Water Large

Tide)

LLWST (Lowest Low Water Spring

Tide)

LAT(Lowest Astronomical Tide) [2].

4. Datum Horizontal

Datum Horizontal atau Datum Geodesi yang

saat ini digunakan adalah WGS (World

Page 7: PETA NKRI 2017 : SUATU TINJAUAN TEKNIS Andre Bohal …

7

Geodetic System) 84 atau yang lebih dikenal

dengan WGS 84 [2].

WGS 84 telah digunakan oleh sistem

penentuan posisi global sejak 1987 dan

menjadi datum standar yang disepakati

secara internasional sebagai datum untuk

sistem referensi horizontal. Elipsoid yang

digunakan adalah GRS (Geodetic Reference

System) 1980 dengan parameter a =

6,378,187m dan modifikasi f =

1/298.257223563, yang berpusat di pusat

bumi (geocentric ellipsoid) [2].

5. Skala Peta

Dalam Konvensi Hukum Laut penyajian

garis batas wilayah perairan dilakukan pada

peta laut dengan skala yang sesuai dengan

pemilihan skala harus mencakup area yang

terkait serta dapat menjamin ketelitian

terbaik.

Ketelitian penggambaran berbagai garis dan

feature pada peta merupakan fungsi dari

skala. Pemilihan skala peta mempunyai

hubungan langsung dengan ketelitian posisi.

Batasan skala berkisar antara 1:100.000

hingga 1:1.000.000 untuk peta ZEE dan

landas kontinen, sedangkan peta laut

teritorial berkisar antara 1:50.000 hingga

1:100.000 [3].

6. Transformasi Koordinat.

Transformasi secara umum adalah

perubahan suatu bentuk dan ukuran ke

bentuk dan ukuran lain, baik secara fisik

maupun secara non fisik.

Sebagai penerapan pengertian di atas, maka

transformasi yang dimaksudkan di sini

adalah perubahan koordinat obyek dari suatu

sistem koordinat ke sistem koordinat lain.

Sistem Koordinat adalah suatu kesatuan

yang dibentuk sedemikian rupa dalam

menyatakan letak atau posisi obyek yang

tidak tergantung pada obyek lainnya [3]. antar negara (internasional). Posisi geografis Repulik Indonesia yang diapit oleh dua benua, mempunyai batas wilayah internasional dengan 10 negara tetangga.

METODOLOGI PENELITIAN Data

Data spasial adalah data yang bereferensi

geografis atas representasi objek di permukaan bumi. Data spasial untuk

penelitian ini adalah Peta NKRI 2017. Data nonspasial adalah data lain selain data spasial yang diperlukan guna menunjang dan

mendukung keberadaan data spasial yang berguna untuk penelitian ini. Data

nonspasial dari penelitian ini adalah data peraturan peraturan yang berkaitan dengan

Peta NKRI 2017, serta segala kesepakatan kesepakatan yang dilakukan oleh Indonesia

dengan negara tetangga guna untuk kepastian batas antar negara, serta segala

literatur literatur yang mendukung.

Metode 1. Studi Literatur. Studi literatur adalah studi yang dilakukan

oleh penulis yaitu dengan melakukan

pencarian terhadap berbagai sumber tertulis,

baik berupa jurnal jurnal ilmiah yang

berkaitan dengan penelitian ini, arsip,

majalah, artikel, serta buku-buku yang

relevan dan menunjang untuk rumusan

masalah yang sedang dikaji, sehingga

informasi yang di dapat dari studi literatur

ini dapat dijadikan rujukan untuk

memperkuat argumentasi-argumentasi yang

dihasilkan penulis. 2. Studi Aspek Teknis. Studi aspek teknis adalah studi untuk

mempelajari aspek aspek teknis Peta NKRI 2017 diantaranya adalah Peta Laut, Sistem Proyeksi, Datum Vertikal, Datum

Horizontal, Skala, serta Transformasi Koordinat. 3. Deskripsi Kualitatif.

Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif dengan pendekatan deskriptif,

yang artinya membuat deskripsi secara

sistematis, faktual dan akurat tentang fakta

fakta dan sifat sifat populasi atau objek

tertentu, sehingga dalam penelitian ini

bertujuan untuk menjelaskan dan

mendeskripsikan bagaimana apek aspek

teknis yang ada pada Peta NKRI 2017.

Aspek aspek teknis yang dikaji pada

penelitian ini adalah aspek aspek teknis Peta

NKRI 2017 serta perubahan Peta NKRI

Page 8: PETA NKRI 2017 : SUATU TINJAUAN TEKNIS Andre Bohal …

8

2017 terhadap Peta NKRI 2015. Aspek

teknis peta yang dimaksud adalah peta laut,

sistem proyeksi, datum vertikal, datum

horizontal, transformasi koordinat, serta

skala peta.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Studi Teknis Peta NKRI 2017. Spesifikasi Teknis Peta NKRI 2017 :

a) Peta Laut.

Peta NKRI 2017 sendiri menggunakan data

peta laut diantaranya adalah peta Alur Laut

Kepulauan Indonesia (ALKI) skala

1:300.000 dan skala 1:100.000 yang

diterbitkan oleh PUSHIDROSAL tahun

2012, peta Zona Ekonomi Eksklusif Wilayah

Kepulauan Indonesia skala 1:1.000.000

yang diterbitkan oleh

PUSHIDROSAL tahun 2015 serta peta Garis

Pangkal Wilayah Negara Kepulauan

Indonesia dengan skala 1:200.000 yang

diterbitkan oleh PUSHIDROSAL tahun

2015. b) Sistem Proyeksi.

Sistem proyeksi UTM (Transverse

Mercator) memiliki karakteristik khusus

dalam hal pembagian zona yaitu penomoran

zona dan penentuan posisi zona, dan

karakteristik khusus dalam faktor skala serta

sistem koordinat. Sistem proyeksi ini

membagi bumi menjadi 60 zona, dimana

lebar zona adalah 60. Peta RBI merupakan

peta dasar nasional di seluruh wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI) dengan menerapkan sistem proyeksi

UTM (Universal Transverse Mercator) yang

mencakup 9 zona dengan Indonesia berada

pada nomor zona 46 sampai nomor zona 54

[6]. Ini menjelaskan bahwa pada pembuatan

Peta NKRI 2017 menggunakan sistem

proyeksi UTM (Universal Transverse

Mercator). Peta NKRI 2017 menggunakan

sistem proyeksi UTM (Universal Transverse

Mercator). Tetapi pada Peta NKRI 2017

masih ada kesalahan typo yang menyatakan

bahwa sistem proyeksi yang digunakan

adalah Mercator. Hal ini menandakan masih

ada kesalahan kesalahan teknis yang perlu

diperhatikan dalam Peta NKRI 2017.

c) Datum Vertikal. Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2002, Garis Air Rendah adalah datum

hidrografis peta kenavigasian yang ditetapkan pada kedudukan rata-rata garis air rendah perbani [7]. Hal ini menyatakan

bahwa dalam penentuan batas maritim yang termuat pada Peta NKRI 2017 berdasarkan PP nomor 38 tahun 2002, menggunakan

garis air rendah yang ditetapkan pada kedudukan rata rata garis air rendah perbani. Garis air rendah perbani yang dimaksud adalah garis air rendah atau muka surutan

pada saat bulan perbani. Ini menjelaskan bahwa penentuan datum vertikal yang digunakan oleh Indonesia pada Peta NKRI

2017 masih merupakan datum vertikal lokal. Demi kepastian hukum, Peta NKRI 2017 sudah seharusnya menggunakan datum

vertikal global. Akan tetapi Indonesia dalam Peta NKRI 2017 belum menggunakan datum vertikal global yaitu LAT (Lowest Astronomical Tide ) yang direkomendasikan

oleh IHO (International Hydrographic Organization) [4]. Datum vertikal global ini sangat sesuai digunakan di Indonesia

d) Datum Horizontal. Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2002 Datum Horizontal atau Datum Geodesi yang digunakan adalah WGS 84

(World Geodetic System 1984) [7]. Datum ini merupakan datum global yang digunakan pada saat ini

e) Skala Peta.

Skala Peta pada Peta NKRI 2017 adalah

1:5.000.000.

2. Perubahan Peta NKRI 2017 pada Batas ZEE Indonesia dan

Palau

Konstruksi teknis yang dibangun dalam

klaim batas ZEE Indonesia dengan Palau

yang tertuang dalam peta NKRI 2017

merupakan klaim Indonesia secara sepihak

dengan melalui tiga tahapan, yaitu klaim

maksimal 200 mil laut, dan kekuasaan penuh

pada Karang Tobi dan Pulau Karang Helen

Page 9: PETA NKRI 2017 : SUATU TINJAUAN TEKNIS Andre Bohal …

9

yang mengakibatkan kedua pulau tersebut

memiliki batas laut teritorial masing masing

12 mil laut. Klaim ZEE Indonesia terhadap

Palau pada Peta NKRI 2017 dan klaim ZEE

Palau terhadap Indonesia pada Peta EFZ

(Extended Fishery Zone) 2008 adalah klaim

yang memiliki argumentasi masing masing.

Kedua klaim tersebut mengakibatkan

tumpang tindih batas maritim yang

mengakibatkan tumpang tindih pengelolaan

sumberdaya kelautan dan pemanfaatan laut.

Maka oleh karena itu perlu dilakukan

perundingan kedua negara agar dapat

dihasilkan kesepakatan batas untuk

mendapatkan batas Zona Ekonomi Eksklusif

secara defenitif. Berikut ini perubahan

klaim Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia

dan Palau dilihat dari Peta NKRI 2015

menuju yang terbaru yaitu Peta NKRI 2017

yang diperlihatkan pada gambar 4.2 serta

gambar 4.3.

Gambar 4. 1 Batas ZEE Indonesia dan Palau

pada Peta NKRI 2015 [8]

Gambar 4. 2 Batas ZEE Indonesia dan Palau

pada Peta NKRI 2017 [1]

3. Perubahan Peta NKRI 2017 pada

Batas ZEE Indonesia dan Filipina Indonesia dan Filipina memiliki batas Zona

Ekonomi Eksklusif dan batas Landas

Kontinen yang berada pada daerah

Samudera Pasifik dan Laut Sulawesi.

Perundingan Indonesia dengan Filipina

mengenai negosiasi perjanjian batas Zona

Ekonomi Eksklusif setelah 20 tahun,

akhirnya telah menemukan kata sepakat

dalam perundingannya. Pemerintah

Indonesia dan Filipina sepakat untuk

menggunakan UNCLOS III sebagai acuan

dalam penentuan batas maritimnya.

Perjanjian penetapan batas maritim

Indonesia dan Filipina sudah ditandatangani

pada 18 Mei 2014 di Jakarta, Indonesia.

Kemudian penandatanganan dilanjutkan

pada 23 Mei 2014 di Istana Malacanang di

Manila, Filipina. Indonesia meratifikasi

kesepakatan tersebut pada tanggal 27 April

2017 dengan menerbitkan undang undang

yaitu Undang Undang No. 4 Tahun 2017

tentang Pengesahan Persetujuan antara

Pemerintah Republik Indonesia dan

Pemerintah Republik Filipina mengenai

Penetapan Batas Zona Ekonomi Eksklusif.

Hasil kesepakatan tersebut menghasilkan 5

(lima) segmen batas Zona Ekonomi

Eksklusif yaitu segmen perairan sekitar laut

sulawesi bagian tengah, segmen perairan

sekitar laut sulawesi bagian timur, perairan

diantara pulau Marore dan pulau Balut,

Page 10: PETA NKRI 2017 : SUATU TINJAUAN TEKNIS Andre Bohal …

10

segmen perairan di utara pulau Miangas,

serta segmen perairan di Samudera Pasifik.

Berikut ini perubahan klaim Zona Ekonomi

Eksklusif Indonesia dan Filipina yang

tertuang pada Peta NKRI 2017 yang

ditampilkan pada gambar 4.4.

Gambar 4. 3 Perjanjian Batas ZEE Indonesia

dan Filipina pada Peta NKRI 2017 [1]

4. Klaim Indonesia Atas Sebagian Laut

China Selatan Menjadi Laut Natuna

Utara Penamaan nama Laut Natuna Utara

merupakan klaim Zona Ekonomi Eksklusif

Indonesia atas sebagian Laut China Selatan.

Sesuai dengan UNCLOS III (United Nations

Convention on the Law of the Sea),

Indonesia yang merupakan negara kepulauan

memiliki hak yurisdiksi atas klaim Zona

Ekonomi Eksklusif seluas 200 mil laut yang

diatur dalam pasal 57. Indonesia sudah

memiliki kedaulatan penuh dengan memiliki

batas laut teritorial dan batas zona tambahan

di kepulauan Natuna, akan tetapi untuk batas

Zona Ekonomi Eksklusif sejauh 200 mil laut

di kepulauan Natuna belum memiliki batas

yang defenitif. Klaim Indonesia atas Zona

Ekonomi Eksklusif sejauh 200 mil laut di

Laut Natuna Utara ditentang oleh Republik

Rakyat China dengan tetap berpegang teguh

pada klaim Nine Dashed Line yang

merupakan Traditional Fishing Zone China.

Hal ini menandakan Indonesia perlu untuk

melakukan perundingan batas dengan negara

China walaupun pada dasarnya Indonesia

tidak mengakui berbatasan dengan China

apabila kedua negara mengikuti kaidah

kaidah UNCLOS III di segmen Laut Natuna

Utara. Maka sikap yang tepat diambil oleh

pemerintah Indonesia adalah penentuan

batas dengan jalur damai melalui

perundingan-perundingan bilateral untuk

penentuan batas ZEE, mengingat konflik-

konflik yang terjadi akhir-akhir ini di

segmen Laut Natuna Utara.

Berikut ini peta laut Natuna Utara pada Peta

NKRI 2017 yang ditampilkan pada gambar

4.5.

Gambar 4. 4 Peta Laut Natuna Utara [1].

5. Perubahan Peta NKRI 2017 pada

Batas ZEE Indonesia dan Malaysia Indonesia beserta Malaysia adalah negara-

negara yang termasuk dalam negara-negara

yang sudah meratifikasi UNCLOS 1982.

Indonesia meratifikasi UNCLOS III (United

Nations Convention on the Law of the Sea)

dengan menerbitkan Undang-Undang No. 17

Tahun 1985 yang membuktikan bahwa

Indonesia taat kepada rezim hukum laut

internasional tersebut. Sedangkan Malaysia

meratifikasi UNCLOS III (United Nations

Convention on the Law of the Sea) pada

tanggal 14 Oktober 1996. Maka oleh karena

itu, sebagai negara yang berbatasan secara

batas darat dan batas laut, Indonesia serta

Malaysia seharusnya mengacu kepada

aturan-aturan maupun ketentuan-ketentuan

dalam menyelesaikan solusi untuk dapat

menentukan batas maritim Indonesia dan

Page 11: PETA NKRI 2017 : SUATU TINJAUAN TEKNIS Andre Bohal …

11

Malaysia dalam hal ini adalah batas Zona

Ekonomi Eksklusif Indonesia dan Malaysia.

Berikut ini adalah Zona Ekonomi Eksklusif

Indonesia dengan Malaysia menurut Peta

NKRI 2015 :

Gambar 4. 5 Batas ZEE Indonesia dan

Malaysia pada Peta NKRI 2015 [8].

Perubahan Batas ZEE Indonesia dan

Malaysia di segmen Selat Malaka

ditampilkan pada gambar 4.7 berikut :

Gambar 4. 6 Batas ZEE Indonesia dan

Malaysia pada Peta NKRI 2017 [5].

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa

batas Zona Ekonomi Eksklusif yang

diajukan oleh Indonesia masih memerlukan

kesepakatan dengan Malaysia. Sesuai

dengan konvensi hukum laut PBB tahun

1982, yaitu UNCLOS III maka Indonesia

menggunakan prinsip sama jarak untuk

menentukan Garis Tengah (Median Line)

dikarenakan luas laut yang yang membatasi

Indonesia dan Malaysia tidak sampai sejauh

400 mil laut. Pada segmen ini Malaysia

menginginkan penentuan batas ZEE

menggunakan kesepakatan batas landas

kontinen tahun 1970 di peta yang lama, serta

hak atas pulau pulau kecil Malaysia yang

berada pada perbatasan dengan Indonesia.

Oleh karena itu, diperlukan perjanjian

kesepakatan batas ZEE untuk kepastian

hukum dalam hal pengelolaan dan eksplorasi

sumber daya alam.

6. Perubahan Peta NKRI 2017 pada

Batas Laut Teritorial Indonesia di

Selat Riau. Pada daerah di Selat Riau, Indonesia

berbatasan dengan negara Singapura dan

Malaysia.. Batas maritim trilateral antara

Indonesia, Singapura, serta Malaysia yang

terletak pada daerah selat Riau merupakan

perbatasan laut teritorial. Hal ini

dikarenakan luas perairan pada daerah

perbatasan itu tidak memenuhi 200 mil laut

sehingga tidak memungkinkan klaim batas

ZEE pada daerah tersebut.

Berikut ini merupakan batas laut teritorial

Indonesia dan Singapura yang terdapat pada

Peta NKRI 2017 seperti digambarkan pada

gambar 4.8 :

Gambar 4. 7 Peta Batas Laut Teritorial

Indonesia-Singapura Pada Peta NKRI 2017

[5].

Tampak pada gambar bahwa batas laut

teritorial Indonesia, Malaysia, dan Singapura

belum mencapai pada hasil kesepakatan. Hal

ini memerlukan kerjasama antara ketiga

negara untuk mencapai kesepakatan batas.

Perubahan pada Peta NKRI 2017 adalah

perubahan batas yang diberikan pada dua

karang kecil pada segmen tersebut menjadi

diperkecil, yang sebelumnya pada peta yang

lama untuk ukuran kedua karang kecil

Page 12: PETA NKRI 2017 : SUATU TINJAUAN TEKNIS Andre Bohal …

12

tersebut diberikan batas yang luas. Karang

yang dimaksud adalah bernama South Ledge

milik Singapura dan Pedra Bianca milik

Malaysia. Batas laut teritorial di Selat Riau

perlu kerjasama ketiga negara untuk

menentukan batas yang memiliki

kesepakatan dan kepastian hukum.

REKOMENDASI Aspek teknis yang perlu diperhatikan dalam Peta NKRI 2017 adalah mendorong pemerintah atau lembaga terkait untuk mengadopsi LAT (Lowest Astronomical Tide) sebagai datum vertikal global yang direkomendasikan oleh IHO (International Hydrographic Organization) serta

mendorong pemerintah untuk memperbaiki

kesalahan-kesalahan typo pada Peta NKRI

2017 terutama pada sistem proyeksi. Mendorong kepada pemerintah untuk segera menyelesaikan batas batas maritim

Indonesia dengan negara tetangga yang

belum selesai antara lain batas ZEE dengan

Palau, batas ZEE dengan Malaysia, batas

laut teritorial di selat Riau, serta batas batas

yang lain seperti batas pada di Tanjung

Datu, di laut Sulawesi dan terutama yang

saat ini tengah kontroversial yaitu batas ZEE

Indonesia dengan Republik Rakyat China

dengan penamaan Laut Natuna Utara yang

sampai saat ini ditentang oleh China

dikarenakan sudah melanggar klaim Nine

Dash Line ( Sembilan garis khayal) yang

ditetapkan China. Dalam hal ini, Indonesia

harus melakukan perundingan dengan

negara Republik Rakyat China untuk

menyelesaikan konflik tersebut, walaupun

pada dasarnya Indonesia tidak mengakui

bahwa negara Indonesia berbatasan dengan

Republik Rakyat China, akan tetapi dengan

klaim China dalam Nine Dash Line sudah memaksa Indonesia untuk memiliki perbatasan dengan China.

KESIMPULAN Adapun kesimpulan dari hasil penelitian ini

adalah :

a) Peta NKRI merupakan gambaran

wilayah Republik Indonesia sebagai

salah satu bentuk kedaulatan Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang

memiliki kepastian hukum dalam aspek

teknis, aspek sosial, ekonomi, politik,

pertahanan, hukum dan keamanan dalam

lingkup luar negeri dan dalam negeri.

b) Masih banyak segmen segmen batas

maritim dengan negara tetangga yang

belum bisa mencapai kesepakatan

dikarenakan perbedaan prinsip dalam

penarikan batas serta faktor faktor yang

lain seperti faktor politik, ekonomi,

sosial budaya.

c) Penarikan garis batas maritim negara

yang berbeda prinsip dalam penarikan

garis pangkal dan metode penarikan

garis batas antar negara, mengakibatkan

kesepakatan batas sulit dihasilkan.

d) Adanya kesalahan typo pada Peta NKRI

2017 pada bagian quality control tertulis

sistem proyeksi Mercator yang

seharusnya sistem proyeksi UTM

(Universal Transverse Mercator) karena

peta NKRI 2017 menggunakan sistem

proyeksi tersebut.

e) Pembuatan Peta NKRI 2017 yang masih

menggunakan datum vertikal lokal, yang

seharusnya sudah mengadopsi LAT

(Lowest Astronomical Tide) sebagai

datum vertikal global belum dilakukan.

f) Perlunya kejelasan dan kesepakatan

batas maritim dengan negara tetangga

untuk memberikan kepastian hukum.

g) Masih ada KepPres terbaru yang belum

masuk dalam Landasan Hukum

(KepPres No. 6 Tahun 2017 tentang

Penetapan Pulau-Pulau Kecil Terluar

menggantikan PerPres No. 78 Tahun

2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau

Kecil Terluar.

h) Perapatan Titik Dasar pada segmen batas

maritim Indonesia dan Australia yaitu

penambahan Titik Dasar 101 A sampai

dengan Titik Dasar 101 J yang belum

masuk dalam peta [9].

i) Indonesia memiliki penambahan satu

negara tetangga yaitu Republik Rakyat

China, dikarenakan kasus batas ZEE di

Page 13: PETA NKRI 2017 : SUATU TINJAUAN TEKNIS Andre Bohal …

13

kepulauan Natuna sehingga pada saat ini

Indonesia memiliki 11 negara tetangga.

SARAN

Adapun penulisan skripsi ini masih jauh dari

kata sempurna, maka oleh karena itu

beberapa saran yang perlu disampaikan

antara lain :

a) Di dalam skripsi ini hanya membahas

tentang aspek teknis Peta NKRI 2017,

mungkin untuk penelitian selanjutnya

dapat membahas tentang aspek

perundang undangan lebih terperinci.

b) Perlu adanya semangat yang lebih

kepada Pemerintah Indonesia untuk

melakukan segala upaya baik melalui

mediasi internasional demi

menyelesaikan perjanjian batas batas

maritim yang belum selesai dengan

negara tetangga.

c) Mendorong kepada pemerintah untuk

segera melakukan revisi Peta NKRI 2017

karena dirasa belum optimal dengan

tinjauan teknis yaitu :

Adanya kesalahan typo pada Peta

NKRI 2017 khususnya sistem

proyeksi peta.

Datum vertikal yang seharusnya

digunakan dalam peta adalah

LAT (Lowest Astronomical Tide)

sebagai datum vertikal global,

karena datum vertikal yang

digunakan masih datum vertikal

lokal.

d) Dalam skripsi ini saya belum membahas

perkembangan terbaru yang terkait

adanya dua negara yang dapat mengubah

Peta NKRI, dalam hal ini Peta NKRI

2017. Dua negara tersebut adalah

Republik Rakyat China dan negara

Federasi Mikronesia. Republik Rakyat

China merupakan negara yang berada di

sebelah utara Indonesia dan merupakan

salah satu negara yang meratifikasi

UNCLOS III. Akan tetapi pada segmen

Laut China Selatan Republik Rakyat

China tidak menerapkan prinsip-prinsip

yang ada pada UNCLOS III, melainkan

tetap berpegang teguh pada klaim Nine

Dash Line. Hal ini berpengaruh kepada

Peta NKRI 2017 seiring dengan klaim

ZEE Indonesia dengan penamaan Laut

Natuna Utara. Dalam segmen laut

Natuna Utara, Indonesia secara tidak

langsung sudah memiliki batas maritim

dengan Republik Rakyat China yang

perlu melakukan perundingan batas

maritim.

Negara kedua yang dapat mengubah Peta

NKRI 2017 adalah Federasi Mikronesia,

dimana per hari ini Indonesia melakukan

klaim Landas Kontinen Ekstensi yang

berbatasan dengan Federasi Mikronesia,

serta Palau. Klaim Landas Kontinen

Ekstensi yang diajukan (submisi)

Indonesia kepada Sekretaris Jenderal

PBB (Persatuan Bangsa Bangsa)

disampaikan pada tanggal 11 April 2019

oleh Menko Kemaritiman Indonesia

yang memungkinkan apabila hal ini

mencapai kesepakatan maka luas

perairan yurisdiksi RI akan bertambah

seluas 195.568,5 km2. Maka untuk

perkembangan terbaru ini dapat dikaji

lebih lanjut melalui Tugas Akhir

selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

[1] E. D. der.Nat.Poerbandono, Survei

Hidrografi, Bandung: PT Refika

Aditama, 2012.

[2] E. Djunarsjah, Writer, Peta NKRI

Terbaru Edisi 2017. [Performance].

Kelompok Studi Kelautan Ikatan

Mahasiswa Geodesi ITB , 2018.

[3] E. Djunarsjah, Aspek Teknis Hukum

Laut, Bandung: ITB, 2007.

[4] S. Hendriatiningsih, "Desain Alternatif

Lembar Peta Rupa Bumi Indonesia

(RBI) Skala Besar," vol. 1, p. 36, 2020.

[5] P. Indonesia, Peraturan Pemerintah

Nomor 38 Tahun 2002 Tentang Daftar

Koordinat Geografis Titik Titik Garis

Pangkal Kepulauan Iindonesia, 2002.

[6] E. Djunarsjah, Writer, Referensi

Page 14: PETA NKRI 2017 : SUATU TINJAUAN TEKNIS Andre Bohal …

14

Penetapan Batas Negara di Laut.

[Performance]. Program Studi Teknik

Geomatika Jurusan Teknologi

Infrastruktur dan Kewilayahan, 2020.

[7] B. I. Geospasial, "Peta NKRI," Cibinong,

2017.

[8] E. A. A. R. Tri Patmasari,

"Perkembangan Terakhir Batas Maritim

Indonesia dengan Negara Tetangga," p.

11, 2016.

[9] P. Indonesia, Peraturan Pemerintah

Nomor 37 Tahun 2008 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah

Nomor 38 Tahun 2002 Tentang Daftar

Koordinat Geografis Titik Titik Garis

Pangkal Kepulauan Indonesia, 2008.