cedera kepala - andre
TRANSCRIPT
5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 1/25
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Tn. D
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 19 Tahun
Pekerjaan : Karyawan swasta (teknisi komputer)
Pendidikan : Tamat SMA
Status Pernikahan : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Palmerah Raya
Tanggal masuk RS : 29 April 2011
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 2 Mei 2011
Keluhan Utama:
Pingsan selama < 10 menit, ± 1 jam SMRS
Keluhan Tambahan:
sakit kepala
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS):
Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUP Fatmawati dengan keluhan pingsan
selama < 10 menit, ± 1 jam SMRS. Menurut pasien ia ditabrak oleh mobil dari belakang saat
dini hari, OS saat itu sedang mengendarai motor sedang pulang dari bengkel. Pasien mengaku
saat terjadi kecelakaan OS mengenakan helm. OS tidak ingat dengan detail kejadian tabrakan,
ia pingsan dan tersadar sudah di IGD RSUP Fatmawati di bawa oleh orang yang
menabraknya. OS juga mengeluhkan sakit kepala yang terus menerus di belakang kepala
seperti ditusuk-tusuk. Mual (-), muntah (-), kejang (-), penglihatan kabur atau ganda , baal,
kesemutan, kelemahan anggota badan, keluar darah dari hidung dan telinga disangkal. OS
menyangkal mengkonsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan.
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)1
5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 2/25
Riwayat trauma kepala sebelumnya disangkal
Riwayat epilepsi disangka
Riwayat Keluarga Riwayat epilepsi disangkal
Riwayat Kebiasaan :
Merokok disangkal pasien
Minum alkohol disangkal
Penggunaan obat-obatan disangkal
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan dilakukan tanggal 2 Mei 2011
Status Generalis
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Sikap : berbaring pasif
Kooperasi : kooperatif
Tanda vital :
Tek. Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 78 kali/menit
Laju Napas : 20 kali/ menit
Suhu : 36,8ºC
Trauma/stigmata : vulnus laseratum palpebra superior dextra
vulnus ekskorasi di maxila kiri dan lutut kanan.
Ekimosis periorbital (-)
Ekimosis mastoid (-)
Pulsasi Aa.Carotis : reguler, cukup, equal kanan dan kiri, bruit (-)
Pemb. darah perifer : capillary refill time < 2 detik
Kel. Getah bening : tidak teraba membesar
Columna vertebralis : lurus ditengah
Jantung
2
5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 3/25
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V 2 cm medial midklavikularis
sinistra
Perkusi :
Batas atas : ICS III linea parasternalis sinistra
Batas kanan : ICS IV linea parasternalis dextra
Batas kiri : ICS V 2 cm medial midklavikularis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I normal, Bunyi jantung II normal,
reguler, tidak terdengar murmur dan gallop
Paru
Inspeksi : simetris dalam keadaan statis dan dinamis, jejas (-)
Palpasi : vocal fremitus simetris di kedua hemithoraks
Perkusi : sonor pada kedua hemithoraks
Auskultasi : suara napas vesikuler, ronchi -/-, whezzing -/-
Abdomen
Inspeksi : datar, tidak ada jejas.
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : supel, nyeri tekan (+) pada kuadran kiri bawah, nyeri lepas (-),
tidak teraba massa, tidak teraba pembesaran hepar dan lien
Perkusi : timpani,
Ekstremitas : tidak ada deformitas, akral hangat, oedem (-)
Status Neurologis
GCS : E3 M6 V5
Rangsang selaput otak
a. Kaku kuduk : (-)
b. Laseque : >70° / >70°
c. Laseque menyilang : -/-
d. Kernig : >135° / >135°
e. Brudzinski I : -
f. Brudzinski II : -3
5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 4/25
Peningkatan tekanan intrakranial :
a. Penurunan kesadaran : (-)
b. Muntah proyektil : (-)
c. Edema papil : tidak dilakukan pemeriksaan
Saraf-saraf Kranialis
N. I : normosmia
N.II
Kanan Kiri
Ascies visus : baik baik
Campus visus : baik baik
Melihat warna : baik baik
Funduskopi : tidak dilakukan tidak dilakukan
Sklera : haemorage normal
Pupil
Bentuk bulat, ø3mm bulat, ø3mm
RCL (+) (+)
RCTL (+) (+)
Akomodasi baik baik
Konvergensi baik baik
N. III, IV, dan VI
Kanan Kiri
Kedudukan bola mata : ortoposisi ortoposisi
Kelopak mata : hematom palpebra normal
Pergerakan bola mata
Nasal baik baik
Temporal baik baik
Nasal atas baik baik
Temporal atas baik baik
Temporal bawah baik baik
Exophtalmus : (-) (-)
Nistagmus : (-) (-)4
5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 5/25
N.V
Kanan Kiri
Cabang motorik baik baik
Cabang sensorik
• Opthalmikus baik baik
• Maxillaris baik baik
• Mandibularis baik baik
N.VII
Kanan Kiri
Motorik orbitofrontalis baik baik
Motorik orbicularis oculi baik baik
Motorik orbicularis oris baik baik
Pengecap 2/3 anterior lidah baik baik
N.VIII
Kanan Kiri
Vestibular
• Vertigo (-) (-)
• Nistagmus (-) (-)
Cochlearis
• Tuli konduktif (-) (-)
• Tuli sensorineural (-) (-)
N.IX dan X
Motorik : arkus faring simetris, uvula di tengah
Sensorik : reflek muntah (+)
N.XI
kanan kiri
Mengangkat bahu baik baik
Menoleh baik baik
5
5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 6/25
N.XII
Pergerakan lidah : tidak ada deviasi
Atrofi : -
Fasikulasi : -
Tremor : -
Sistem motorik
Kekuatan motorik : kesan hemiparesis (-)
Ekstremitas atas : 5555 5555
Ekstremitas bawah : 5555 5555
Gerakan Involunter
• Tremor : (-) / (-)
• Chorea : (-) / (-)
• Athetose : (-) / (-)
• Mioklonik : (-) / (-)
•
Tics : (-) / (-)Trofik : eutrofik / eutrofik
Tonus : normotonus/ normotonus
Sistem sensorik : hemihipestesia (-)
Fungsi cerebellar dan koordinasi
• Ataxia : -
• Tes Rhomberg : -
•
Disdiadokinesia : baik • Jari-jari : baik
• Jari-hidung : baik/baik
• Tumit-lutut : baik/baik
• Rebound phenomenon : -
• Hipotoni : -
Fungsi otonom• Miksi : terpasang DC
6
5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 7/25
• Defekasi : baik
• Sekresi keringat : baik
• Ereksi : baik
Refleks fisiologis
Kanan kiri
• Kornea baik baik
• Berbangkis baik baik
• Pharing baik baik
• Bisep (+2) (+2)
• Trisep (+2) (+2)
• Dinding perut baik
• Otot perut baik
• Lutut (+2) (+2)
• Tumit (+2) (+2)
Refleks Patologis
Hoffman Tromer (-) (-)
Babinsky (-) (-)
Chaddock (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Gordon (-) (-)
Schaeffer (-) (-)
Klonus tumit (-) (-)
Klonus lutut (-) (-)
Keadaan Psikis
• Intelegensia : baik
• Demensia : (-)
•
Tanda regresi : (-)
7
5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 8/25
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG:
Laboratotrium
Hb : 14,9gr/dl
Ht : 42%
Lekosit : 13.000/ul
Trombosit : 235.000/ul
Eritrosit : 4,61 jt/ul
VER/HER/KHER : 91,5/32,3/35,3
Na/K/Cl : 145 / 3,41 / 115 mmol/l
SGOT/ SGPT : 25 / 10 u/l
Ureum/ creatinin : 34 / 1,1 mg/dl
GDS : 163 mg/dl
Elektrolit : Na: 145 mmol/l
K : 3,41 mmol/l
Klorida: 115 mmol/l
Ct scan
Tidak ada perdarahan pada intra dan extra cranial
Terdapat focal edema di regio frontal dextra
Susp fraktur di regio temporal dextra
V. RESUME
Pasien laki-laki, 19 tahun, datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUP Fatmawati
dengan keluhan Penurunan kesadaran selama kurang dari 10 menit, ± 1 jam SMRS.
Menurut pasien ia ditabrak oleh mobil dari belakang pada dini hari, os saat itu sedang
mengendarai motor sedang pulang dari bengkel. Pasien mengaku saat terjadi kecelakaan os
mengenakan helm. Os tidak ingat dengan detail kejadian tabrakan os pingsan dan tersadar
sudah di IGD RSUP Fatmawati di bawa oleh orang yang menabrak Os. OS juga
mengeluhkan sakit kepala di belakang kepala seperti ditusuk-tusuk. Mual (-), muntah (-),
kejang (-), penglihatan kabur atau ganda , baal, kesemutan, kelemahan anggota badan, keluar
darah dari hidung dan telinga disangkal. OS menyangkal mengkonsumsi minuman beralkohol
dan obat-obatan.
8
5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 9/25
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tampak sakit sedang, kesadaran
composmentis, Tek. Darah 120/70 mmHg, Nadi 78 kali/menit, Laju Napas 20 kali/ menit,
Suhu 36,8ºC.
Pada status generalis didapatkan vulnus laseratum palpebra superior dextra, vulnus
ekskorasi di maxila kiri dan lutut kanan, Ekimosis periorbital (-), Ekimosis mastoid (-),
rhinorea (-) otorea (-)
Pada status neurologis, ditemukan keadaan pasien sebagai berikut:
• GCS : E3 M6 V5
• Pupil : bulat isokor, ø3mm/ø3mm, RCL +/+, RCTL +/+
• TRM : Kaku kuduk (-), laseque >70° / >70°,
laseque
menyilang -/-, kernig>135° / >135°, Brudzinski I (-),
Brudzinski II (-)
• Nervus kranialis : kesan parese (-)
• Motorik : kesan hemiparesis (-), refleks fisiologis +2 +2
+2 +2
Refleks patologis -/-
• Sensorik : baik
• Otonom : baik.
CT-Scan Kepala : Tidak ada perdarahan intra dan extra cranial,Terdapat focal
edema di regio frontal dextra, Susp fraktur di regio temporal dextra
VI. DIAGNOSA KERJA
Diagnosis klinis : nyeri kepala, multiple vulnus ekskoriasi, hematom palpebra superior kanan,
riwayat penurunan kesadaran
Diagnosis etiologis : contusio cerebri, susp fraktur os temporal dextra
Diagnosis topis : regio frontal dextra
VII. THERAPY
Non medikamentosa
9
5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 10/25
Tirah baring
Elevasi kepala 30
Observasi tanda vital
Medikamentosa
O2 2 liter/menit via nasal kanul
IVFD Asering 500cc/12 jam
Amoksisilin 3x500 mg
Ketorolac amp 2x1
Citicoline 2x500 mg tab
VIII. PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
CEDERA KEPALA
10
5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 11/25
PENDAHULUAN
Tulang tengkorak yang tebal dan keras membantu melindungi otak. Tetapi meskipun memiliki
helm alami, otak sangat peka terhadap berbagai jenis cedera. Cedera kepala telah menyebabkan
kematian dan cacat pada usia kurang dari 50 tahun. Hampir separuh penderita yang mengalami cedera
kepala meninggal, mengingat kepala merupakan bagian yang paling rentan dalam suatu kecelakaan.
Sebagian besar cedera kepala disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, tindak kekerasan, kecelakaan
saat bekerja, di rumah maupun saat berolahraga.
Di negara berkembang, seiring dengan kemajuan teknologi dan pembangunan, frekuensi terjadinya
cedera kepala cenderung semakin meningkat. Cedera kepala merupakan separuh dari penyebab
kematian akibat trauma, mengingat kepala merupakan bagian yang paling rentan dalam suatu
kecelakaan.
Cedera kepala biasa terjadi pada dewasa muda antara 15 - 44 tahun. Pada umumnya rata-rata usia
adalah sekitar 30 tahun. Kecelakaan kendaraan bermotor penyebab paling sering dari cedera kepala,
biasanya dengan derajat cedera kepala yang lebih berat dan sering mengenai usia 15-24 tahun.
ANATOMI
Otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit, dan tulang yang membungkusnya. Tampak
perlindungan tersebut, otak yang lembut akan mudah sekali terkena cedera dan mengalami kerusakan.
Dan begitu rusak, neuron tidak dapat diperbaiki lagi.
Tepat diatas tengkorak terletak galea aponeurotika yaitu jaringan fibrosa, padat, dapat digerakan
dengan bebas, yang membantu menyerap kekuatan trauma eksternal. Diantara kulit dan galea terdapat
lapisan lemak dan lapisan membran dalam yang mengandung pembulu-pembuluh darah besar yang
bila robek, sukar mengadakan vasokontriksi sehingga dapat menyebabkan kehilangan darah
bermakna. Tepat dibawah galea terdapat ruang subaponeurotik yang mengandung vena emisaria dan
diploika, pembuluh ini dapat membawa infeksi dari kulit sampai ke dalam tengkorak.
Tulang tengkorak terdiri dari dua dinding atau tabula yang dipisahkan oleh tulang berongga. Dinding
luar disebut tabula eksterna dan dinding bagian dalam disebut tabula interna yang mengandung alur-
alur yang berisi arteria meningea anterior, media, dan posterior. Apabila arteria tersebut terkoyak
maka akan tertimbun dalam ruang epidural.
11
5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 12/25
Meningens terdiri dari tiga lapis dari luar ke dalam yaitu dura mater, araknoid, dan pia mater. Dura
adalah membran yang liat, semitranlusen, tidak elastis dan melekat erat dengan permukaan dalam
tengkorak. Fungsinya (1) melindungi otak, (2) menutupi sinus-sinus vena, (3) membentuk periosteum
tabula interna. Bagian tengah dan poterior disuplai oleh a. Meningea media yang bercabang dari a.
Vertebralis dan a. Carotis interna. Arakhnoid adalah membran fibrosa halus dan elastis, membran ini
tidak melakat dengan dura mater, ruangan antara kedua membran disebut ruang subdural. Vena-vena
otak yang melewati ruangan ini hanya mempunyai sedikit jaringan penyokong sehingga mudah sekali
terkena cedera dan robek pada trauma kepala. Diantara arakhnoid dan pia mater terdapat ruang
subarakhnoid yang melebar dan mendalam pada daerah tertentu dan memungkinkan sirkulasi cairan
serebrospinal. Pia mater adalah membran halus yang memiliki sangat banyak pembuluh darah halus
dan merupakan satu-satunya lapisan meningeal yang masuk ke dalam semua sulkus dan membungkus
semua girus.
PATOFISIOLOGI
Berdasarkan patofisiologinya, terdapat dua macam cedera otak, yaitu :
1. Cedera otak primer
Cedera otak primer adalah cedera yang terjadi saat atau bersamaan dengan kejadian trauma,
dan merupakan suatu fenomena mekanik. Umumnya menimbulkan lesi permanen. Tidak banyak
yang bisa kita lakukan kecuali membuat fungsi stabil, sehingga sel-sel yang sedang sakit bisamengalami proses penyembuhan yang optimal. Kerusakan neurologik segera dapat disebabkan
oleh suatu benda tajam atau serpihan tulang yang menembus dan merobek jaringan otak, oleh
pengaruh kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak, dan oleh efek akselerasi-deselerasi pada
otak, yang terbatas pada kompartemen yang kaku.
2. Cedera otak sekunder
Merupakan hasil dari proses yang berkelanjutan sesudah atau berkaitan dengan cedera primer.
Proses berkelanjutan tersebut sebenarnya merupakan proses alamiah. Tetapi, bila ada faktor-
faktor lain yang mempengaruhi dan tidak ada upaya untuk mencegah atau menghentikan proses
tersebut maka cedera akan terus berkembang dan berakhir pada kematian jaringan yang cukup
luas. Pada tingkat organ, ini akan berakhir dengan kematian/kegagalan organ. Cedera otak
sekunder disebabkan oleh keadaan-keadaan yang merupakan beban metabolik tambahan pada
jaringan otak yang sudah mengalami cedera (neuron-neuron yang belum mati tetapi mengalami
cedera). Beban ekstra ini bisa karena penyebab sistemik maupun intrakranial. Berbeda dengan
cedera otak primer, banyak yang bisa kita lakukan untuk mencegah dan mengurangi terjadinya
cedera otak sekunder. Penyebab cedera otak sekunder di antaranya : (1) Penyebab sistemik:
hipotensi, hipoksemia, hipo/hiperkapnea, hipertermia, dan hiponatremia. (2) Penyebab
12
5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 13/25
intrakranial: tekanan intrakranial meningkat, hematoma, edema, pergeseran otak, vasospasme,
kejang, dan infeksi.
KLASIFIKASI
1. Berdasarkan mekanisme :
o Cedera kepala tertutup
o Cedera kepala terbuka
2. Berdasarkan beratnya :
o cedera kepala ringan
o cedera kepala sedang
o cedera kepala berat
3. Berdasarkan morfologi
o Kulit : vulnus, laserasi, hematom subkutan, hematom subgaleal
o Fraktura tengkorak
a. Kalvaria
1. Linear atau stelata
2. Depressed atau nondepressed
b. Basilar o Lesi intrakranial
a. Fokal
1. kontusio serebri
2. hematom epidural
3. hematom subdural
4. perdarahan subarakhnoid
5. perdarahan intraserebral
b. Difusa
1. Konkusi ringan
2. Konkusi klasik
3. Cedera aksonal difusa
PENJELASAN KLASIFIKASI
Berdasarkan Mekanisme
13
5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 14/25
Cedera kepala secara luas diklasifikasikan sebagai tertutup dan penetrans atau terbuka. Walau istilah
ini luas digunakan dan berguna untuk membedakan titik pandang, namun sebetulnya tidak benar-
benar dapat dipisahkan. Misalnya fraktura tengkorak depres dapat dimasukkan kesalah satu
golongan tersebut, tergantung kedalaman dan parahnya cedera tulang. Sekalipun demikian, untuk
kegunaan klinis, istilah cedera kepala tertutup biasanya dihubungkan dengan kecelakaan kendaraan,
jatuh dan pukulan, dan cedera kepala penetrans lebih sering dikaitkan denganluka tembak dan luka
tusuk.
Berdasarkan Beratnya
Cedera kepala ringan (GCS 13-15)
Biasanya terjadi penurunan kesadaran dan apabila ada penurunan kesadaran hanya terjadi
beberapa detik sampai beberapa menit saja. Tidak ditemukan kelaianan pada pemeriksaan CT-scan,
LCS normal, dapat terjadi amnesia retrograde.
Cedera kepala sedang (GCS 9-12)
Dapat terjadi penurunan kesadaran yang berlangsung hingga beberapa jam. Sering tanda
neurologis abnormal, biasanya disertai edema dan kontusio serebri. Terjadi juga drowsiness dan
confusion yang dapat bertahan hingga beberapa minggu. Fungsi kognitif maupun perilaku yang
terganggu dapat terjadi beberapa bulan bahkan permanen.
Cedera kepala berat (GCS <8)
Terjadi hilangnya kesadaran yang berkepanjangan atau yang disebut koma. Penurunan
kesadaran dapat hingga beberapa bulan. Pasien tidak mampu mengikuti, bahkan perintah sederhana,
karena gangguan penurunan kesadaran. Termasuk juga dalam hal ini status vegetatif persisten.
Tanpa memperdulikan nilai SKG, pasien digolongkan sebagai penderita cedera kepala berat bila :
1. Pupil tak ekual
2. Pemeriksaan motor tak ekual.
3. Cedera kepala terbuka dengan bocornya CSS atau adanya jaringan otak yang terbuka.
4. Perburukan neurologik.
5. Fraktura tengkorak depressed.
14
5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 15/25
Berdasarkan Morfologi
CEDERA KULIT : vulnus, laserasi, hematom subkutan, hematom subgaleal
Luka dapat menimbulkan perdarahan, pembengkakan setempat, nyeri setempat, nyeri pada pergerakan
dan dirawat sebagaimana mestinya. Perdarahan subgaleal dapat besar sekali hingga menimbulkan
pembengkakan yang hebat dan bentuk kepala menjadi besar tidak teratur. Pada keadaan ini perlu
diberi balut yang menekan dan bila teraba lunak dapat dipungsi untuk mengeluarkan darah yang cair.
FRAKTUR TENGKORAK
Patah tulang tengkorak merupakan suatu retakan pada tulang tengkorak. Mungkin tampak
pada kalvaria atau basis, mungkin linier atau stelata, mungkin terdepres atau tidak terdepres. Fraktur
tengkorak biasanya terjadi pada tempat benturan. Garis fraktur dapat menjalar sampai basis cranii.
Patah tulang tengkorak bisa melukai arteri dan vena, yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam
rongga di sekeliling jaringan otak. Patah tulang di dasar tengkorak bisa merobek meningens. Cairan
serebrospinal (cairan yang beredar diantara otak dan meningens) bisa merembes ke hidung atau
telinga yang menandakan adanya fraktur basis cranii. Depresi pada kepala atau muka (sunken eye)
menandakan terjadi fraktur maksila. Bakteri kadang memasuki tulang tengkorak melalui patah tulang
tersebut, dan menyebabkan infeksi serta kerusakan hebat pada otak. Sebagian besar patah tulangtengkorak tidak memerlukan pembedahan, kecuali jika pecahan tulang menekan otak atau
posisinyabergeser.
KONTUSIO SEREBRI
Pada kontusio atau memar otak terjadi perdarahan didalam jaringan otak tanpa adanya robekan
jaringan yang kasat mata, meskipun neuron-neuron mengalami kerusakan atan terputus. Pada trauma
yang membentur dahi, kontusio terjadi didaerah otak yang mengalami benturan. Pada benturan di
daerah parietal, temporal, dan oksipital selain ditempat benturan dapat pula terjadi kontusio pada sisi
yang berlawanan pada jalan garis benturan. Lesi ini disebut lesi kontra benturan. Perdarahan mungkin
pula terjadi disepanjang garis gaya benturan ini, dan pada permukaan bagian otak yang menggeser
karena gerakan akibat benturan itu.
Pada pemeriksaan neurologik pada kontusio ringan mungkin tidak dijumpai kelainan neurologik yang
jelas kecuali kesadaran yang mmenurun. Pada kontudio serebri dengan penurunan kesadaran yang
berlangsung berjam-jam pada pemeriksaan padat atau tidak dijumpai defisit neurogik. Pada kontusioserebri yang berlangsung lebih dari 6 jam penurunan kesadarannya, biasanya selalu dijumpai defisit
15
5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 16/25
neurologik yang jelas. Gejalanya tergantung pada lokasi dan luas daerah lesi. Keadaan klinis yang
berat terjadi pada perdarahan besar atau tersebar di dalam jaringan otak, sering pula disertai
perdarahan subarakhnoid atau kontusio pada batang otak. Edema otak yang menyertainya tidak jarang
berat dan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meninggi
menimbulkan gangguan mikrosirkulasi otak dengan akibat menghebatnya edema. Bila hal ini terus
terjadi, dapat menimbulkan kematian.
Pada perdarahan dan edema di daerah diensefalon, pernafasan dapat bersifat cheyne –stokes, pupil
mengecil, reaksi cahaya baik. Mungkin terjadi rigiditas dekortikasi yaitu kedua tungkai kaku dalam
sikap ekstensi dan kedua lengan kaku dlam sikap fleksi pada sendi siku.
Pada gangguan didaerah mesemsefalon dan pons bagian atas, kesadaran menurun hingga koma, pupil
melebar, refleks cahaya tidak ada, gerakan mata diskonjugat, tidak teratur, pernafasan hiperventilasi,
motorik menunjukkan rigiditas deserebrasi dengan keempat ekstremitas kaku dalam sikap ekstensi.
Pada lesi pons bagian bawah, bila nukklues vestibularis terganggu bilateral, gerakan kompensasi bola
mata pada gerakan kepala menghilang. Pernafasan tidak teratur. Bila medula oblongata terganggu,
pernafasan terlambat tidak teratur, tersengal-sengal.
Pemeriksaan tambahan yang perlu dilakukan ialah foto rontgen polos, bila mungkin ct-scan, eeg dan
fungsi lumbal.
EPIDURAL HEMATOM
Epidural hematom adalah akumulasi darah di antara bagian dalam dari tulang tengkorak dan
duramater yang terlepas dari tempat melekatnya di tengkorak. Terjadi pada kejadian kecelakaan
dengan cedera kepala berat akibat “impact” hantaman langsung yang biasanya berlokasi di daerah
temporoparietal kepala sehingga menyebabkan fraktur pada tulang tengkorak sehingga duramater
terlepas dari perlekatannya dan terus terkelupas dan robeknya arteri meningea media dan sinus
venosus dural. Desakan oleh hematom akan melepaskan duramater lebih lanjut dari tulang kepala
sehingga tercipta ruang kosong yang menjadi tempat akumulasi dari darah sehingga hematom
bertambah besar. Hematom yang makin meluas menyebabkan pergeseran dari otak dan menyebabkan
herniasi otak. Jaringan otak yang terkompresi oleh hematom bisa mengenai N. Occulomotorius yang
mengakibatkan dilatasi pupil ipsilateral dan hemiplegi kontralateral.
Gejala klasik yang biasanya selalu ada adalah interval lucid dimana terjadi periode pasien
tidak sadar, sadar, lalu tidak sadar lagi. Interval ini berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam
dari saat kejadian sampai terdapat gejala pertama. Setelah hematom bertambah besar akan terlihat
tanda pendesakan dan peningkatan tekanan intrakranial. Penderita akan mengalami sakit kepala progresif memberat, mual dan muntah diikuti penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
16
5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 17/25
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan GCS yang menurun. Fraktur tengkorak biasanya
linear, hematom atau laserasi.Anisocoria : dilatasi pupil ipsilateral akibat herniasi otak dan penekanan
pada N III. Pada perjalanannya, pelebaran pupil akan mencapai maksimal dan reaksi cahaya yang
tadinya masih positif akan menjadi negatif. Pada sisi kontralateral dari benturan timbul gejala
terganggunya traktus kortikospinalis, misalnya refleks tendo tinggi, refleks patologik positif dan
hemiparesis. Terjadinya trias Cushing menandakan terjadinya peningkatan tekanan intrakranial yaitu
hipertensi, bradikardi, dan bradipnea. Pada tahap akhir kesadaran menjadi sangat menurun sampai
koma dalam, pupil kontralateral juga mengalami dilatasi sampai akhirnya kedua pupil tidak
menunjukkan reaksi cahaya lagi yang merupakan tanda kematian.
Kadang-kadang, EDH mungkin akibat robeknya sinus vena, biasanya di daerah frontal dan
suboksipital dapat berjalan lebih lama. Gejala neurologik mungkin tidak jelas. Keadaan umum pasien
perlahan-lahan memburuk
Pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan ialah rontgen kepala untuk mencari adanya
garis fraktur yang memotong sulkus arteri meningea media pada sisi ipsilateral dengan pupil yang
melebar. CT Scan tanpa kontras dapat menunjukkan dengan pasti adanya EDH. Akan terlihat
gambaran hiperdense dengan bentuk bikonfeks antara tabula interna dan duramater. Adanya
gambaran fokal isodense atau zona hipodense menunjukkan adanya perdarahan yang aktif.
Diagnosis harus segera ditegakkan dan Penatalaksanaan segera dilakukan untuk evakuasi hematom
dengan operasi diikuti dengan pengikatan cabang arteri yang robek dengan tetap melakukan
prosedur awal A, B, C. Beberapa kasus berhasil dengan terapi konservatif medika mentosa.
Terapi medikamentosa dapat dilakukan dengan memberikan diuretic osmotic seperti manitol
untuk mengurangi peningkatan tekanan intrakranial. Asetaminofen bisa diberikan untuk keadaan
hipertermia yang mungkin timbul akibat exaserbasi dari trauma neurologik. Antikonvulsan diberikan
untuk menghindari kejang.
Kraniotomi dilakukan untuk dekompresi dari tekanan intrakranial yang meningkat dengan
mengeluarkan bekuan darah, menghentikan perdarahan dan dipasang drain epidural selama 24 jam.
Bekuan darah dikeluarkan dengan suction, selama penutupan duramater dijahit ke periosteum untuk
mencegah akumulasi darah berulang di ruang epidural.
17
5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 18/25
Delapan jam pertama merupakan waktu emas ( golden periode ) yang sebaiknya di jaga betul, karena
lebih dari 8 jam vitalitas otak akan semakin berkurang dan prognosis menjadi buruk. Karena
parenkim bagian otak yang bersangkutan biasanya hanya rusak minimal, maka prognosisnya
sangat baik jika diterapi secara agresif. Meskipun demikian, memerlukan kewaspadaan tinggi
karena EDH termasuk kegawat daruratan bedah saraf, karena bisa menyebabkan kematian
sehingga memerlukan diagnosis yang tepat, cepat dan intervensi bedah. Waktu kejadian,
lamanya, tempat kejadian, konsumsi waktu selama evakuasi dan menunggu terlalu lama di IGD
sangat menentukan prognosis pasien.
SUBDURAL HEMATOM
Pengumpulan darah pada daerah antara dural dengan membrane arachnoid. Tidak seperti
epidural hematom yang disebabkan oleh pecahnya arteri, subdural hematom lebih sering disebabkan
karena pecahnya vena ( bridging vein ). Pendarahan yang ditimbulkan biasanya tidak sehebat
epidural hematom, dikarenakan pada subdural hematom yang robek adalah vena, sehingga tekanannya
lebih rendah daripada arteri. Selain itu rongga subdural tidak dibatasi oleh sutura kepala sehingga
darah tidak terbendung dan dapat menyebar keseluruh hemisphere, akibatnya tekanan intracranial
tidak mudah tinggi.
Perdarahan yang tidak terlalu besar akan membeku dan disekitarnya akan tumbuh jaringan
ikat yang membentuk kapsula. Gumpalan lambat laun mencair dan menarik cairan dari sekitarnya dan
mengembung, memberikan gejala seperti tumor serebri karena tekanan intrakranial yang berangsur meningkat. Gejala ini adalah nyeri progresif, tajam penglihatan menurun akibat adanya edema papil,
tanda defisit neurologik daerah otak yang tertekan. Gejala ini timbul berminggu-minggu hingga
berbulan-bulan setelah terjadinya trauma kepala.
Klasifikasi :
1. Akut
Disebabkan oleh adanya trauma yang hebat pada kepala yang menyebabkan bergesernya seluruh
parenkim otak ke kontra lateral dan menyebabkan parenkim otak mengenai tulang kontra lateral
sehingga merusak a. kortikalis. Paling sering terjadi pada daerah fronto parietal. Disebut akut, karena
terjadi perdarahan yang massif dan gejala timbul segera setelah terjadinya trauma. Prognosisnya jelek.
Mortalitasnya 50 – 75 %.
2. Subakut
Perdarahan yang terjadi tidak terlalu besar dan penderita dapat mentoleransinya dengan cukup
baik sampai sepuluh hari.
3. Kronis
a. Kelainan hemostasis, adanya trauma minimal yang menyebabkan pecahnya bridging vein.
SDH kronis ini biasa terjadi pada orang tua.
18
5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 19/25
b. Trauma yang menyebabkan perdarahan minimal. Perdarahan ini akan membentuk kapsul
yang terdiri dari lemak dan protein yang mudah menyerap cairan dan mudah rupture. Jika
volumenya besar akan menyebabkan lesi desak ruang. Akhirnya akan terjadi penurunan
kesadaran pasien. Mortalitasnya 10 %.
Penatalaksanaan pada SDH tergantung dari besar kecilnya hematom. Apabila
hematom kecil, tindakannya bisa dilakukan monitoring dengan tujuan akan terjadi reabsorpsi
hematom dengan sendirinya. Apabila hematomnya besar bisa dilakukan craniotomy dengan
mengeluarkan bekuan darah yang biasa disebut cara multiple trephine terbuka, lalu dilakukan
pemasangan drain biasanya berhasil.
PERDARAHAN SUBARACHNOID
Perdarahan subarachnoid adalah perdarahan didalam ruang subarachnoid , area antara arachnoid dan
piamater,yang terjadi karena trauma kepala atau spontan oleh karena rupture aneurisma serebral atau
arterivena malformasi serebral dan bersifat emergensi dimana dapat menyebabkan kematian atau
menyebabkan disability meskipun telah di diagnosis dan diterapi dalam tahap awal perdarahan.
Berbeda dengan sakit kepala pada perdarahan arachnoid spontan yang mempunyai onset lambat, sakit
kepalanya kadang disebut “thunderclap”. Sakit kepala ini kadang dideskripsikan oleh pasien sebagai
sakit kepala yang terburuk yang pernah dialami. Gejala neurologi ( paralysis ), gejala visual dan
meninismus jarang muncul tetapi mual, muntah dan hilang kesadaran sering ditemui.
Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (CT-
Scan). Pada CT-Scan dapat terlihat darah pada subarachnoid, ventrikel atau parenkim otak, tergantung
dari ukuran dan lokasi perdarahan.Pada perdarahan subaracnoid karena trauma, dapat terlihat adanya
cedera intrakranial tambahan. Perdarahan retina menjadi tanda diagnosis yang penting untuk
perdarahan subarachnoid. Pemeriksaan lumbal punksi mungkin diperlukan pada perdarahan yang
sedikit yang mungkin tidak terdeteksi dengan CT-Scan. Pemeriksaan angiografi serebral dapat
mengisolasi sumber dari perdarahan untuk keperluan operasi.
Fischer Grade :
• Grade I : tidak ada perdarahan
• Grade II : perdarahan subarachnoid < 1 mm
• Grade III : perdarahan subarachnoid > 1 mm
• Grade IV : perdarahan subarachnoid dengan berbagai ukuran disertai perdarahan
intraventikular atau pelebaran parenkim
Fisher Grade paling sering digunakan karena paling mendeskripsikan perdarahan arachnoid.
19
5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 20/25
Prioritas pertama pada keadaan ini adalah stabilisasi keadaan pasien, dengan mengikutu
prinsip A, B, C. Pada pasien yang tidak sadar perlu dilakukan intubasi dan pemasangan ventilator.
Tekanan darah, nadi, frekuensi napas, dan skala koma Glasgow harus selalu dimonitor. Oleh karena
itu pada keadaan ini pasien sebaiknya ditempatkan pada ICU. Intervensi neurology diperlukan pada
perdarahan subarachnoid berat dapat berupa kraniotomi atau intervensi radiologi dimana berupa
transfemoral angiografi dan memasukkan gulungan kawat untuk menghentikan perdarahan ( sangat
berhasil dalam pengobatan perdarahan aneurisma). Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
vasospasme yang sering terjadi pada perdarahan subarachnoid.
KONKUSIO SEREBRI
Konkusio (komosio) serebri atau gegar otak adalah keadaan pingsan dan kadang ingatan
sekejap yang berlangsung tidak lebih dari 10 menit akibat trauma kepala, yang tidak disertai
kerusakan jaringan otak. Hal ini bahkan bisa terjadi setelah cedera kepala yang ringan, tergantung
kepada goncangan yang menimpa otak di dalam tulang tengkorak.
Konkusio bisa menyebabkan kebingungan, sakit kepala dan rasa mengantuk yang abnormal; sebagian
besar penderita mengalami penyembuhan total dalam beberapa jam atau hari. Beberapa penderita
merasakan pusing, kesulitan dalam berkonsentrasi, menjadi pelupa, depresi, emosi atau perasaannya
berkurang dan kecemasan. Gejala-gejala ini bisa berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa
minggu, jarang lebih dari beberapa minggu. Penderita bisa mengalami kesulitan dalam bekerja, belajar dan bersosialisasi. Keadaan ini disebut sindroma pasca konkusio. Para ahli belum sepakat,
apakah penyebabkan adalah cedera mikroskopi atau faktor psikis. Pemberian obat-obatan dan terapi
psikis bisa membantu beberapa penderita sindroma ini. Yang lebih perlu dikhawatirkan selain
sindroma pasca konkusio adalah gejala-gejala yang lebih serius yang bisa timbul dalam beberapa jam
atau kadang beberapa hari setelah terjadinya cedera. Jika sakit kepala, kebingungan dan rasa
mengantuk bertambah parah, sebainya segera mencari pertolongan medis. Biasanya, jika terbukti
tidak terdapat kerusakan yang lebih berat, maka tidak diperlukan pengobatan. Dapat pula terjadi
amnesia retrograde yaitu hilangnya ingatan sepanjang masa yang terbatas sebelum terjadinya
kecelakaan. Amnesia ini timbul akibat terhapusnya rekaman kejadian antaranya di lobus temporalis.
Setiap orang yang mengalami cedera kepala diberitahu mengenai pertanda memburuknya fungsi otak.
Selama gejalanya tidak semakin parah, biasanya untuk meredakan nyeri diberikan asetaminofen. Jika
cederanya tidak parah aspirin bisa digunakan setelah 3 – 4 hari pertama.
Pemeriksaan penunjang antara lain foto tengkorak, EEG, pemeriksaan memori. Terapi simptomatis
dengan mobilisasi secepatnya setelah keluha-keluhan menghilang.
20
5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 21/25
CEDERA AKSONAL DIFUSA
Kerusakan akson oleh karena adanya proses akselerasi dan deserelasi yang terjadi pada otak sewaktu
terjadinya trauma kepala. Otak memiliki beberapa lapisan yang membentuknya. Pada saat terjadinya
trauma, lapisan – lapisan ini akan ikut bergeser. Pergerakkan tiap lapisan ini akan berbeda – beda.
Ilustrasi dibawah ini menunjukkan adanya penarikan neuron akibat perbedaan waktu pergeseran yang
bias menyebabkan akson teregang, terpuntir, terputus, dan terjepit. Akibatnya cairan dan ionic akan
masuk ke axon dan menyebakan pembengkakkan, yang nantinya akan menyebakkan kerusakkan
neuron. Akson terputus dan akson bagian distal akan terpisah. Pada stadium lanjut, akan terjadi
kematian akson pada ujung distal
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Pemeriksaan neurologis pada pasien cedera kepala yang kesadarannya cukup baik mencakup
pemeriksaaan neurologis yang lengkap, sedangkan pada penderita yang kesadarannya menurun dapat
digunakan pedoman yaitu :
1. Tingkat kesadaran dengan mengitung nilai GCS
2. Kekuatan fungsi motorik
3. Ukuran pupil dan responnya terhadap cahaya
4. Gerakan bola mata
PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Foto polos cranium ( schullder )
Foto polos tengkorak adalah prosedur mutlak yang dikerjakan pada setiap cedera kepala. Foto
ini membantu mendiagnosa dini adanya fraktur pada tulang tengkorak.
2. Pemeriksaan CT-Scan
CT scan merupakan metode standar terpilih untuk cedera kepala baik ringan sampai berat
terutama dikerjakan pada pasien – pasien yang mengalami penurunan kesadaran dan terdapat
tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial. Selain untuk melihat adanya fraktur tulang
tengkorak, CT scan juga dapat melihat adanya perdarahan otak, efek desakan pada otak dan bisa
digunakan sebagai pemantau terhadap perkembangan perdarahan pada otak.
PENANGANAN CEDERA KEPALA
I. Cedera kepala ringan
Bila dijumpai penderita sadar dan berorientasi dengan GCS 13 – 15.
Terdiri atas :
a. Simple head injury
• Tidak ada penurunan kesadaran
21
5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 22/25
• Adanya trauma kepala ( pusing )
b. Commotio cerebri ( gegar otak )
• Adanya penurunan kesadaran ( pingsan > 10 menit )
• Amnesia retrograde
• Pusing, sakit kepala, muntah
• Tidak ada defisit neurologis
Manajemen
1. Airway
Periksa dan bebaskan jalan nafas dari sumbatan.
• Lendir, darah,muntahan, benda asing : lakukan penyedotan dengan suction, pasang NGT
• Posisi kepala dalam posisi netral, tidak miring ke kanan atau ke kiri.
• Lakukan intubasi endotrakeal terutama pada pasien GCS ≤ 7 tetapi sebelumnya harus
diyakini tidak ada fractur cervical.
Foto rontgen cervical lateral dapat menjadi pilihan sebelum melakukan tindakan intubasi.
• Apabila didapatkan fractur cervical, maka tindakan yang dilakukan adalah tracheostomi.
2. Breathing
Perhatikan gerak napasnya, jika terdapat tanda – tanda sesak segera pasang oksigen.
3. Circulation
Periksa tekanan darah dan denyut nadi. Jika ada tanda – tanda syok segera pasang infuse.
Bila disertai dengan perdarahan yang cukup banyak bisa ditambah dengan tranfusi darah (
whole blood ). Pasang kateter untuk memonitoring balans cairan.
4. Setelah kondisi pasien stabil, Periksa tingkat kesadaran pasien, perhatikan kemungkinan
cedera spinal. Adanya cedera/ luka robek atau tembus. Jika ada luka robek, bersihkan lalu di
jahit.
5. Foto rontgen tengkorak.
Dilakukan pada posisi AP dan Lateral.
6. CTscan kepala.
Pemeriksaan ini perlu dilakukan pada semua cedera kepala, kecuali pada pasien – pasien
yang asimptomatik tidak perlu dilakukan.
7. Observasi
Kriteria rawat :
a. Amnesia post traumatika lebih dari 1 jam
22
5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 23/25
b. Riwayat kehilangan kesadaran lebih dari 15 menit
c. Penurunan tingkat kesadaran
d. Nyeri kepala sedang hingga berat
e. CT scan abnormal ( adanya fraktur, perdarahan )
f. Otorrhea, rhinorrhea
g. Semua cedera tembus
h. Indikasi sosial ( tidak ada pendamping di rumah )
Penderita yang tidak memiliki gejala seperti di atas diperbolehkan pulang setelah
dilakukan pemantauan di rumah sakit dengan catatan harus kembali ke rumah sakit bila
timbul gejala-gejala ( observasi 1 x 24 jam ) seperti :
Mengantuk dan sukar dibangunkan
Mual dan muntah hebat
Kejang
Nyeri kepala bertambah hebat
Bingung, tidak mampu berkonsentrasi
Gelisah
8. Terapi simtomatik
II. Cedera kepala sedang
Pasien mungkin konfusi atau somnolen namun tetap dapat mengikuti perintah sederhana
( GCS 9 – 12 ). Walau dapat mengikuti perintah, namun dapat memburuk dengan cepat.
Karenanya harus ditindak hampir seperti halnya pasien cedera kepala berat tapi aspek
kedaruratannya tidak begitu akut. Penanganannya sama seperti pada cedera kepala ringan
ditambah dengan pemeriksaan darah. Bila kondisi membaik,pasien boleh pulang dan control
di poli. Pemeriksaan CT scan perlu diulang apabila kesadaran pasien tidak membaik. Pada
keadaan ini pasien harus dirawat untuk di observasi.
III. Cedera kepala berat
Penderita kelompok ini tidak dapat mengikuti segala perintah sederhana karena adanya
gangguan kesadaran ( GCS 3 – 8).
Cedera kepala berat dapat dibagi menjadi :
23
5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 24/25
a. Contusio cerebri
• Pingsan > 10 menit
• Kegelisahan motorik
• Sakit kepala, muntah
• Kejang
• Pada kasus berat dapat dijumpai pernapasan cheyne stokes
• Amnesia anterogard
b. Laceratio cerebri
Biasanya didapat pada fraktur terbuka maupun tertutup.
Penangan kasus ini mencakup :
• Stabilisasi kardiopulmoner mencakup prinsip ABC seperti pada cedera kepala ringan.
• Pemeriksaan umum untuk mendeteksi berbagai macam cedera atau gangguan di
bagian tubuh lainnya.
• Pemeriksaan neurologis, meliputi : reflex buka mata, reflex cahaya pupil, respon
motorik, respon verbal, respon okulo sefalik ( Doll’s eye ).
• Pemeriksaan penunjang : CT-scan, angiografi.
• Rawat selama 7 – 10 hari.
•
Beri manitol 20 % ( 1 gr/BB ) bolus dalam 5 menit.• Furosemid ( 0,3 – 0,5 mg/BB ) diberi bersama manitol.
• Antikonvulsan : fenitoin dan fenobarbital.
DAFTAR PUSTAKA
1. Harsono, et all. Kapita Selekta Neurologi, edisi kedua. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press. 2007. Hlm 309 - 315
24
5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 25/25
2. Sidharta, Priguna. Mardjono, Mahar. Neurologi Klinik Dasar. Jakarta : Dian Rakyat. 1988, hlm
249 - 256
3. Price, Sylvia. Wilson, Lorraine. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, edisi
keenam. Jakarta : EGC. 2006, HLM 1171 - 1177
4. Sjamsuhidayat, wim de jong Buku ajar ilmu bedah, edisi revisi.
25