cedera kepala - andre

25
5/13/2018 CederaKepala-Andre-slidepdf.com http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 1/25 STATUS PASIEN I. IDENTITAS  Nama : Tn. D Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 19 Tahun Pekerjaan : Karyawan swasta (teknisi komputer) Pendidikan : Tamat SMA Status Pernikahan : Belum Menikah Agama : Islam Alamat : Palmerah Raya Tanggal masuk RS : 29 April 2011 II. ANAMNESIS Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 2 Mei 2011 Keluhan Utama: Pingsan selama < 10 menit, ± 1 jam SMRS Keluhan Tambahan: sakit kepala Riwayat Penyakit Sekarang (RPS): Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUP Fatmawati dengan keluhan pingsan selama < 10 menit, ± 1 jam SMRS. Menurut pasien ia ditabrak oleh mobil dari belakang saat dini hari, OS saat itu sedang mengendarai motor sedang pulang dari bengkel. Pasien mengaku saat terjadi kecelakaan OS mengenakan helm. OS tidak ingat dengan detail kejadian tabrakan, ia pingsan dan tersadar sudah di IGD RSUP Fatmawati di bawa oleh orang yang menabraknya. OS juga mengeluhkan sakit kepala yang terus menerus di belakang kepala seperti ditusuk-tusuk. Mual (-), muntah (-), kejang (-), penglihatan kabur atau ganda , baal, kesemutan, kelemahan anggota badan, keluar darah dari hidung dan telinga disangkal. OS menyangkal mengkonsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) 1

Upload: aditya-angga-dharma

Post on 15-Jul-2015

262 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Cedera Kepala - Andre

5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 1/25

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS

 Nama : Tn. D

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 19 Tahun

Pekerjaan : Karyawan swasta (teknisi komputer)

Pendidikan : Tamat SMA

Status Pernikahan : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Palmerah Raya

Tanggal masuk RS : 29 April 2011

II. ANAMNESIS

Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 2 Mei 2011

Keluhan Utama:

Pingsan selama < 10 menit, ± 1 jam SMRS

Keluhan Tambahan:

sakit kepala

Riwayat Penyakit Sekarang (RPS): 

Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUP Fatmawati dengan keluhan pingsan

selama < 10 menit, ± 1 jam SMRS. Menurut pasien ia ditabrak oleh mobil dari belakang saat

dini hari, OS saat itu sedang mengendarai motor sedang pulang dari bengkel. Pasien mengaku

saat terjadi kecelakaan OS mengenakan helm. OS tidak ingat dengan detail kejadian tabrakan,

ia pingsan dan tersadar sudah di IGD RSUP Fatmawati di bawa oleh orang yang

menabraknya. OS juga mengeluhkan sakit kepala yang terus menerus di belakang kepala

seperti ditusuk-tusuk. Mual (-), muntah (-), kejang (-), penglihatan kabur atau ganda , baal,

kesemutan, kelemahan anggota badan, keluar darah dari hidung dan telinga disangkal. OS

menyangkal mengkonsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan.

Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)1

Page 2: Cedera Kepala - Andre

5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 2/25

Riwayat trauma kepala sebelumnya disangkal

Riwayat epilepsi disangka

Riwayat Keluarga Riwayat epilepsi disangkal

Riwayat Kebiasaan :

Merokok disangkal pasien

Minum alkohol disangkal

Penggunaan obat-obatan disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK 

Pemeriksaan dilakukan tanggal 2 Mei 2011

Status Generalis

Keadaan Umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Sikap : berbaring pasif 

Kooperasi : kooperatif  

Tanda vital :

Tek. Darah : 120/70 mmHg

  Nadi : 78 kali/menit

Laju Napas : 20 kali/ menit

Suhu : 36,8ºC

Trauma/stigmata : vulnus laseratum palpebra superior dextra

vulnus ekskorasi di maxila kiri dan lutut kanan.

Ekimosis periorbital (-)

Ekimosis mastoid (-)

Pulsasi Aa.Carotis : reguler, cukup, equal kanan dan kiri, bruit (-)

Pemb. darah perifer : capillary refill time < 2 detik 

Kel. Getah bening : tidak teraba membesar 

Columna vertebralis : lurus ditengah

Jantung

2

Page 3: Cedera Kepala - Andre

5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 3/25

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak 

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V 2 cm medial midklavikularis

sinistra

Perkusi :

Batas atas : ICS III linea parasternalis sinistra

Batas kanan : ICS IV linea parasternalis dextra

Batas kiri : ICS V 2 cm medial midklavikularis sinistra

Auskultasi : Bunyi jantung I normal, Bunyi jantung II normal,

reguler, tidak terdengar murmur dan gallop

Paru

Inspeksi : simetris dalam keadaan statis dan dinamis, jejas (-)

Palpasi : vocal fremitus simetris di kedua hemithoraks

Perkusi : sonor pada kedua hemithoraks

Auskultasi : suara napas vesikuler, ronchi -/-, whezzing -/-

Abdomen

Inspeksi : datar, tidak ada jejas.

Auskultasi : bising usus (+) normal

Palpasi : supel, nyeri tekan (+) pada kuadran kiri bawah, nyeri lepas (-),

tidak teraba massa, tidak teraba pembesaran hepar dan lien

Perkusi : timpani,

Ekstremitas : tidak ada deformitas, akral hangat, oedem (-)

Status Neurologis

GCS : E3 M6 V5

Rangsang selaput otak 

a. Kaku kuduk : (-)

 b. Laseque : >70° / >70°

c. Laseque menyilang : -/-

d. Kernig : >135° / >135°

e. Brudzinski I : -

f. Brudzinski II : -3

Page 4: Cedera Kepala - Andre

5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 4/25

Peningkatan tekanan intrakranial :

a. Penurunan kesadaran : (-)

 b. Muntah proyektil : (-)

c. Edema papil : tidak dilakukan pemeriksaan

Saraf-saraf Kranialis

 N. I : normosmia

 N.II

Kanan Kiri

Ascies visus : baik baik  

Campus visus : baik baik  

Melihat warna : baik baik  

Funduskopi : tidak dilakukan tidak dilakukan

Sklera : haemorage normal

Pupil

Bentuk bulat, ø3mm bulat, ø3mm

RCL (+) (+)

RCTL (+) (+)

Akomodasi baik baik  

Konvergensi baik baik  

 N. III, IV, dan VI

Kanan Kiri

Kedudukan bola mata : ortoposisi ortoposisi

Kelopak mata : hematom palpebra normal

Pergerakan bola mata

  Nasal baik baik  

Temporal baik baik  

 Nasal atas baik baik  

Temporal atas baik baik  

Temporal bawah baik baik  

Exophtalmus : (-) (-)

  Nistagmus : (-) (-)4

Page 5: Cedera Kepala - Andre

5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 5/25

 N.V

Kanan Kiri

Cabang motorik baik baik  

Cabang sensorik 

• Opthalmikus baik baik  

• Maxillaris baik baik  

• Mandibularis baik baik  

 N.VII

Kanan Kiri

Motorik orbitofrontalis baik baik  

Motorik orbicularis oculi baik baik  

Motorik orbicularis oris baik baik  

Pengecap 2/3 anterior lidah baik baik  

 N.VIII

Kanan Kiri

Vestibular 

• Vertigo (-) (-)

•  Nistagmus (-) (-)

Cochlearis

• Tuli konduktif (-) (-)

• Tuli sensorineural (-) (-)

 N.IX dan X

Motorik : arkus faring simetris, uvula di tengah

Sensorik : reflek muntah (+)

 N.XI

kanan kiri

Mengangkat bahu baik baik  

Menoleh baik baik  

5

Page 6: Cedera Kepala - Andre

5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 6/25

 N.XII

Pergerakan lidah : tidak ada deviasi

Atrofi : -

Fasikulasi : -

Tremor : -

Sistem motorik 

Kekuatan motorik : kesan hemiparesis (-)

Ekstremitas atas : 5555 5555

Ekstremitas bawah : 5555 5555

Gerakan Involunter 

• Tremor : (-) / (-)

• Chorea : (-) / (-)

• Athetose : (-) / (-)

• Mioklonik : (-) / (-)

Tics : (-) / (-)Trofik : eutrofik / eutrofik  

Tonus : normotonus/ normotonus

Sistem sensorik : hemihipestesia (-)

Fungsi cerebellar dan koordinasi

• Ataxia : -

• Tes Rhomberg : -

Disdiadokinesia : baik  • Jari-jari : baik  

• Jari-hidung : baik/baik  

• Tumit-lutut : baik/baik  

• Rebound phenomenon : -

• Hipotoni : -

Fungsi otonom• Miksi : terpasang DC

6

Page 7: Cedera Kepala - Andre

5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 7/25

• Defekasi : baik  

• Sekresi keringat : baik 

• Ereksi : baik  

Refleks fisiologis

Kanan kiri

• Kornea baik baik  

• Berbangkis baik baik  

• Pharing baik baik  

• Bisep (+2) (+2)

• Trisep (+2) (+2)

• Dinding perut baik  

• Otot perut baik  

• Lutut (+2) (+2)

• Tumit (+2) (+2)

Refleks Patologis

Hoffman Tromer (-) (-)

Babinsky (-) (-)

Chaddock (-) (-)

Oppenheim (-) (-)

Gordon (-) (-)

Schaeffer (-) (-)

Klonus tumit (-) (-)

Klonus lutut (-) (-)

Keadaan Psikis

• Intelegensia : baik 

• Demensia : (-)

Tanda regresi : (-)

7

Page 8: Cedera Kepala - Andre

5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 8/25

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG:

Laboratotrium

Hb : 14,9gr/dl

Ht : 42%

Lekosit : 13.000/ul

Trombosit : 235.000/ul

Eritrosit : 4,61 jt/ul

VER/HER/KHER : 91,5/32,3/35,3

 Na/K/Cl : 145 / 3,41 / 115 mmol/l

SGOT/ SGPT : 25 / 10 u/l

Ureum/ creatinin : 34 / 1,1 mg/dl

GDS : 163 mg/dl

Elektrolit : Na: 145 mmol/l

K : 3,41 mmol/l

Klorida: 115 mmol/l

Ct scan

Tidak ada perdarahan pada intra dan extra cranial

Terdapat focal edema di regio frontal dextra

Susp fraktur di regio temporal dextra

V. RESUME

Pasien laki-laki, 19 tahun, datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUP Fatmawati

dengan keluhan Penurunan kesadaran selama kurang dari 10 menit, ± 1 jam SMRS.

Menurut pasien ia ditabrak oleh mobil dari belakang pada dini hari, os saat itu sedang

mengendarai motor sedang pulang dari bengkel. Pasien mengaku saat terjadi kecelakaan os

mengenakan helm. Os tidak ingat dengan detail kejadian tabrakan os pingsan dan tersadar 

sudah di IGD RSUP Fatmawati di bawa oleh orang yang menabrak Os. OS juga

mengeluhkan sakit kepala di belakang kepala seperti ditusuk-tusuk. Mual (-), muntah (-),

kejang (-), penglihatan kabur atau ganda , baal, kesemutan, kelemahan anggota badan, keluar 

darah dari hidung dan telinga disangkal. OS menyangkal mengkonsumsi minuman beralkohol

dan obat-obatan.

8

Page 9: Cedera Kepala - Andre

5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 9/25

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tampak sakit sedang, kesadaran

composmentis, Tek. Darah 120/70 mmHg, Nadi 78 kali/menit, Laju Napas 20 kali/ menit,

Suhu 36,8ºC.

Pada status generalis didapatkan vulnus laseratum palpebra superior dextra, vulnus

ekskorasi di maxila kiri dan lutut kanan, Ekimosis periorbital (-), Ekimosis mastoid (-),

rhinorea (-) otorea (-)

Pada status neurologis, ditemukan keadaan pasien sebagai berikut:

• GCS : E3 M6 V5

• Pupil : bulat isokor, ø3mm/ø3mm, RCL +/+, RCTL +/+

• TRM : Kaku kuduk (-), laseque >70° / >70°,

laseque

menyilang -/-, kernig>135° / >135°, Brudzinski I (-),

Brudzinski II (-)

•  Nervus kranialis : kesan parese (-)

• Motorik : kesan hemiparesis (-), refleks fisiologis +2 +2

+2 +2

Refleks patologis -/-

• Sensorik : baik  

• Otonom : baik.

CT-Scan Kepala : Tidak ada perdarahan intra dan extra cranial,Terdapat focal

edema di regio frontal dextra, Susp fraktur di regio temporal dextra

VI. DIAGNOSA KERJA

Diagnosis klinis : nyeri kepala, multiple vulnus ekskoriasi, hematom palpebra superior kanan,

riwayat penurunan kesadaran

Diagnosis etiologis : contusio cerebri, susp fraktur os temporal dextra

Diagnosis topis : regio frontal dextra

VII. THERAPY

 Non medikamentosa

9

Page 10: Cedera Kepala - Andre

5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 10/25

Tirah baring

Elevasi kepala 30

Observasi tanda vital

Medikamentosa

O2 2 liter/menit via nasal kanul

IVFD Asering 500cc/12 jam

Amoksisilin 3x500 mg

Ketorolac amp 2x1

Citicoline 2x500 mg tab

VIII. PROGNOSIS

Ad Vitam : ad bonam

Ad functionam : ad bonam

Ad sanationam : ad bonam

CEDERA KEPALA

10

Page 11: Cedera Kepala - Andre

5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 11/25

PENDAHULUAN

Tulang tengkorak yang tebal dan keras membantu melindungi otak. Tetapi meskipun memiliki

helm alami, otak sangat peka terhadap berbagai jenis cedera. Cedera kepala telah menyebabkan

kematian dan cacat pada usia kurang dari 50 tahun. Hampir separuh penderita yang mengalami cedera

kepala meninggal, mengingat kepala merupakan bagian yang paling rentan dalam suatu kecelakaan.

Sebagian besar cedera kepala disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, tindak kekerasan, kecelakaan

saat bekerja, di rumah maupun saat berolahraga.

Di negara berkembang, seiring dengan kemajuan teknologi dan pembangunan, frekuensi terjadinya

cedera kepala cenderung semakin meningkat. Cedera kepala merupakan separuh dari penyebab

kematian akibat trauma, mengingat kepala merupakan bagian yang paling rentan dalam suatu

kecelakaan.

Cedera kepala biasa terjadi pada dewasa muda antara 15 - 44 tahun. Pada umumnya rata-rata usia

adalah sekitar 30 tahun. Kecelakaan kendaraan bermotor penyebab paling sering dari cedera kepala,

 biasanya dengan derajat cedera kepala yang lebih berat dan sering mengenai usia 15-24 tahun.

ANATOMI

Otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit, dan tulang yang membungkusnya. Tampak 

 perlindungan tersebut, otak yang lembut akan mudah sekali terkena cedera dan mengalami kerusakan.

Dan begitu rusak, neuron tidak dapat diperbaiki lagi.

Tepat diatas tengkorak terletak galea aponeurotika yaitu jaringan fibrosa, padat, dapat digerakan

dengan bebas, yang membantu menyerap kekuatan trauma eksternal. Diantara kulit dan galea terdapat

lapisan lemak dan lapisan membran dalam yang mengandung pembulu-pembuluh darah besar yang

 bila robek, sukar mengadakan vasokontriksi sehingga dapat menyebabkan kehilangan darah

 bermakna. Tepat dibawah galea terdapat ruang subaponeurotik yang mengandung vena emisaria dan

diploika, pembuluh ini dapat membawa infeksi dari kulit sampai ke dalam tengkorak.

Tulang tengkorak terdiri dari dua dinding atau tabula yang dipisahkan oleh tulang berongga. Dinding

luar disebut tabula eksterna dan dinding bagian dalam disebut tabula interna yang mengandung alur-

alur yang berisi arteria meningea anterior, media, dan posterior. Apabila arteria tersebut terkoyak 

maka akan tertimbun dalam ruang epidural.

11

Page 12: Cedera Kepala - Andre

5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 12/25

Meningens terdiri dari tiga lapis dari luar ke dalam yaitu dura mater, araknoid, dan pia mater. Dura

adalah membran yang liat, semitranlusen, tidak elastis dan melekat erat dengan permukaan dalam

tengkorak. Fungsinya (1) melindungi otak, (2) menutupi sinus-sinus vena, (3) membentuk periosteum

tabula interna. Bagian tengah dan poterior disuplai oleh a. Meningea media yang bercabang dari a.

Vertebralis dan a. Carotis interna. Arakhnoid adalah membran fibrosa halus dan elastis, membran ini

tidak melakat dengan dura mater, ruangan antara kedua membran disebut ruang subdural. Vena-vena

otak yang melewati ruangan ini hanya mempunyai sedikit jaringan penyokong sehingga mudah sekali

terkena cedera dan robek pada trauma kepala. Diantara arakhnoid dan pia mater terdapat ruang

subarakhnoid yang melebar dan mendalam pada daerah tertentu dan memungkinkan sirkulasi cairan

serebrospinal. Pia mater adalah membran halus yang memiliki sangat banyak pembuluh darah halus

dan merupakan satu-satunya lapisan meningeal yang masuk ke dalam semua sulkus dan membungkus

semua girus.

PATOFISIOLOGI

Berdasarkan patofisiologinya, terdapat dua macam cedera otak, yaitu :

1. Cedera otak primer 

Cedera otak primer adalah cedera yang terjadi saat atau bersamaan dengan kejadian trauma,

dan merupakan suatu fenomena mekanik. Umumnya menimbulkan lesi permanen. Tidak banyak 

yang bisa kita lakukan kecuali membuat fungsi stabil, sehingga sel-sel yang sedang sakit bisamengalami proses penyembuhan yang optimal. Kerusakan neurologik segera dapat disebabkan

oleh suatu benda tajam atau serpihan tulang yang menembus dan merobek jaringan otak, oleh

 pengaruh kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak, dan oleh efek akselerasi-deselerasi pada

otak, yang terbatas pada kompartemen yang kaku.

2. Cedera otak sekunder 

Merupakan hasil dari proses yang berkelanjutan sesudah atau berkaitan dengan cedera primer.

Proses berkelanjutan tersebut sebenarnya merupakan proses alamiah. Tetapi, bila ada faktor-

faktor lain yang mempengaruhi dan tidak ada upaya untuk mencegah atau menghentikan proses

tersebut maka cedera akan terus berkembang dan berakhir pada kematian jaringan yang cukup

luas. Pada tingkat organ, ini akan berakhir dengan kematian/kegagalan organ. Cedera otak 

sekunder disebabkan oleh keadaan-keadaan yang merupakan beban metabolik tambahan pada

 jaringan otak yang sudah mengalami cedera (neuron-neuron yang belum mati tetapi mengalami

cedera). Beban ekstra ini bisa karena penyebab sistemik maupun intrakranial. Berbeda dengan

cedera otak primer, banyak yang bisa kita lakukan untuk mencegah dan mengurangi terjadinya

cedera otak sekunder. Penyebab cedera otak sekunder di antaranya : (1) Penyebab sistemik:

hipotensi, hipoksemia, hipo/hiperkapnea, hipertermia, dan hiponatremia. (2) Penyebab

12

Page 13: Cedera Kepala - Andre

5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 13/25

intrakranial: tekanan intrakranial meningkat, hematoma, edema, pergeseran otak, vasospasme,

kejang, dan infeksi.

KLASIFIKASI

1. Berdasarkan mekanisme :

o Cedera kepala tertutup

o Cedera kepala terbuka

2. Berdasarkan beratnya :

o cedera kepala ringan

o cedera kepala sedang

o cedera kepala berat

3. Berdasarkan morfologi

o Kulit : vulnus, laserasi, hematom subkutan, hematom subgaleal

o Fraktura tengkorak 

a. Kalvaria

1. Linear atau stelata

2. Depressed atau nondepressed

b. Basilar o Lesi intrakranial

a. Fokal

1. kontusio serebri

2. hematom epidural

3. hematom subdural

4. perdarahan subarakhnoid

5. perdarahan intraserebral

b. Difusa

1. Konkusi ringan

2. Konkusi klasik 

3. Cedera aksonal difusa

PENJELASAN KLASIFIKASI

Berdasarkan Mekanisme

13

Page 14: Cedera Kepala - Andre

5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 14/25

Cedera kepala secara luas diklasifikasikan sebagai tertutup dan penetrans atau terbuka. Walau istilah

ini luas digunakan dan berguna untuk membedakan titik pandang, namun sebetulnya tidak benar-

 benar dapat dipisahkan. Misalnya fraktura tengkorak depres dapat dimasukkan kesalah satu

golongan tersebut, tergantung kedalaman dan parahnya cedera tulang. Sekalipun demikian, untuk 

kegunaan klinis, istilah cedera kepala tertutup biasanya dihubungkan dengan kecelakaan kendaraan,

 jatuh dan pukulan, dan cedera kepala penetrans lebih sering dikaitkan denganluka tembak dan luka

tusuk.

Berdasarkan Beratnya

Cedera kepala ringan (GCS 13-15)

Biasanya terjadi penurunan kesadaran dan apabila ada penurunan kesadaran hanya terjadi

 beberapa detik sampai beberapa menit saja. Tidak ditemukan kelaianan pada pemeriksaan CT-scan,

LCS normal, dapat terjadi amnesia retrograde.

Cedera kepala sedang (GCS 9-12)

Dapat terjadi penurunan kesadaran yang berlangsung hingga beberapa jam. Sering tanda

neurologis abnormal, biasanya disertai edema dan kontusio serebri. Terjadi juga drowsiness dan

confusion yang dapat bertahan hingga beberapa minggu. Fungsi kognitif maupun perilaku yang

terganggu dapat terjadi beberapa bulan bahkan permanen.

Cedera kepala berat (GCS <8)

Terjadi hilangnya kesadaran yang berkepanjangan atau yang disebut koma. Penurunan

kesadaran dapat hingga beberapa bulan. Pasien tidak mampu mengikuti, bahkan perintah sederhana,

karena gangguan penurunan kesadaran. Termasuk juga dalam hal ini status vegetatif persisten.

Tanpa memperdulikan nilai SKG, pasien digolongkan sebagai penderita cedera kepala berat bila :

1. Pupil tak ekual

2. Pemeriksaan motor tak ekual.

3. Cedera kepala terbuka dengan bocornya CSS atau adanya jaringan otak yang terbuka.

4. Perburukan neurologik.

5. Fraktura tengkorak depressed.

14

Page 15: Cedera Kepala - Andre

5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 15/25

Berdasarkan Morfologi

CEDERA KULIT : vulnus, laserasi, hematom subkutan, hematom subgaleal

Luka dapat menimbulkan perdarahan, pembengkakan setempat, nyeri setempat, nyeri pada pergerakan

dan dirawat sebagaimana mestinya. Perdarahan subgaleal dapat besar sekali hingga menimbulkan

 pembengkakan yang hebat dan bentuk kepala menjadi besar tidak teratur. Pada keadaan ini perlu

diberi balut yang menekan dan bila teraba lunak dapat dipungsi untuk mengeluarkan darah yang cair.

FRAKTUR TENGKORAK 

Patah tulang tengkorak merupakan suatu retakan pada tulang tengkorak. Mungkin tampak 

 pada kalvaria atau basis, mungkin linier atau stelata, mungkin terdepres atau tidak terdepres. Fraktur 

tengkorak biasanya terjadi pada tempat benturan. Garis fraktur dapat menjalar sampai basis cranii.

Patah tulang tengkorak bisa melukai arteri dan vena, yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam

rongga di sekeliling jaringan otak. Patah tulang di dasar tengkorak bisa merobek meningens. Cairan

serebrospinal (cairan yang beredar diantara otak dan meningens) bisa merembes ke hidung atau

telinga yang menandakan adanya fraktur basis cranii. Depresi pada kepala atau muka (sunken eye)

menandakan terjadi fraktur maksila. Bakteri kadang memasuki tulang tengkorak melalui patah tulang

tersebut, dan menyebabkan infeksi serta kerusakan hebat pada otak. Sebagian besar patah tulangtengkorak tidak memerlukan pembedahan, kecuali jika pecahan tulang menekan otak atau

 posisinyabergeser.

KONTUSIO SEREBRI

Pada kontusio atau memar otak terjadi perdarahan didalam jaringan otak tanpa adanya robekan

 jaringan yang kasat mata, meskipun neuron-neuron mengalami kerusakan atan terputus. Pada trauma

yang membentur dahi, kontusio terjadi didaerah otak yang mengalami benturan. Pada benturan di

daerah parietal, temporal, dan oksipital selain ditempat benturan dapat pula terjadi kontusio pada sisi

yang berlawanan pada jalan garis benturan. Lesi ini disebut lesi kontra benturan. Perdarahan mungkin

 pula terjadi disepanjang garis gaya benturan ini, dan pada permukaan bagian otak yang menggeser 

karena gerakan akibat benturan itu.

Pada pemeriksaan neurologik pada kontusio ringan mungkin tidak dijumpai kelainan neurologik yang

 jelas kecuali kesadaran yang mmenurun. Pada kontudio serebri dengan penurunan kesadaran yang

 berlangsung berjam-jam pada pemeriksaan padat atau tidak dijumpai defisit neurogik. Pada kontusioserebri yang berlangsung lebih dari 6 jam penurunan kesadarannya, biasanya selalu dijumpai defisit

15

Page 16: Cedera Kepala - Andre

5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 16/25

neurologik yang jelas. Gejalanya tergantung pada lokasi dan luas daerah lesi. Keadaan klinis yang

 berat terjadi pada perdarahan besar atau tersebar di dalam jaringan otak, sering pula disertai

 perdarahan subarakhnoid atau kontusio pada batang otak. Edema otak yang menyertainya tidak jarang

 berat dan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meninggi

menimbulkan gangguan mikrosirkulasi otak dengan akibat menghebatnya edema. Bila hal ini terus

terjadi, dapat menimbulkan kematian.

Pada perdarahan dan edema di daerah diensefalon, pernafasan dapat bersifat cheyne –stokes, pupil

mengecil, reaksi cahaya baik. Mungkin terjadi rigiditas dekortikasi yaitu kedua tungkai kaku dalam

sikap ekstensi dan kedua lengan kaku dlam sikap fleksi pada sendi siku.

Pada gangguan didaerah mesemsefalon dan pons bagian atas, kesadaran menurun hingga koma, pupil

melebar, refleks cahaya tidak ada, gerakan mata diskonjugat, tidak teratur, pernafasan hiperventilasi,

motorik menunjukkan rigiditas deserebrasi dengan keempat ekstremitas kaku dalam sikap ekstensi.

Pada lesi pons bagian bawah, bila nukklues vestibularis terganggu bilateral, gerakan kompensasi bola

mata pada gerakan kepala menghilang. Pernafasan tidak teratur. Bila medula oblongata terganggu,

 pernafasan terlambat tidak teratur, tersengal-sengal.

Pemeriksaan tambahan yang perlu dilakukan ialah foto rontgen polos, bila mungkin ct-scan, eeg dan

fungsi lumbal.

EPIDURAL HEMATOM

Epidural hematom adalah akumulasi darah di antara bagian dalam dari tulang tengkorak dan

duramater yang terlepas dari tempat melekatnya di tengkorak. Terjadi pada kejadian kecelakaan

dengan cedera kepala berat akibat “impact” hantaman langsung yang biasanya berlokasi di daerah

temporoparietal kepala sehingga menyebabkan fraktur pada tulang tengkorak sehingga duramater 

terlepas dari perlekatannya dan terus terkelupas dan robeknya arteri meningea media dan sinus

venosus dural. Desakan oleh hematom akan melepaskan duramater lebih lanjut dari tulang kepala

sehingga tercipta ruang kosong yang menjadi tempat akumulasi dari darah sehingga hematom

 bertambah besar. Hematom yang makin meluas menyebabkan pergeseran dari otak dan menyebabkan

herniasi otak. Jaringan otak yang terkompresi oleh hematom bisa mengenai N. Occulomotorius yang

mengakibatkan dilatasi pupil ipsilateral dan hemiplegi kontralateral.

Gejala klasik yang biasanya selalu ada adalah interval lucid dimana terjadi periode pasien

tidak sadar, sadar, lalu tidak sadar lagi. Interval ini berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam

dari saat kejadian sampai terdapat gejala pertama. Setelah hematom bertambah besar akan terlihat

tanda pendesakan dan peningkatan tekanan intrakranial. Penderita akan mengalami sakit kepala progresif memberat, mual dan muntah diikuti penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

16

Page 17: Cedera Kepala - Andre

5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 17/25

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan GCS yang menurun. Fraktur tengkorak biasanya

linear, hematom atau laserasi.Anisocoria : dilatasi pupil ipsilateral akibat herniasi otak dan penekanan

 pada N III. Pada perjalanannya, pelebaran pupil akan mencapai maksimal dan reaksi cahaya yang

tadinya masih positif akan menjadi negatif. Pada sisi kontralateral dari benturan timbul gejala

terganggunya traktus kortikospinalis, misalnya refleks tendo tinggi, refleks patologik positif dan

hemiparesis. Terjadinya trias Cushing menandakan terjadinya peningkatan tekanan intrakranial yaitu

hipertensi, bradikardi, dan bradipnea. Pada tahap akhir kesadaran menjadi sangat menurun sampai

koma dalam, pupil kontralateral juga mengalami dilatasi sampai akhirnya kedua pupil tidak 

menunjukkan reaksi cahaya lagi yang merupakan tanda kematian.

Kadang-kadang, EDH mungkin akibat robeknya sinus vena, biasanya di daerah frontal dan

suboksipital dapat berjalan lebih lama. Gejala neurologik mungkin tidak jelas. Keadaan umum pasien

 perlahan-lahan memburuk 

Pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan ialah rontgen kepala untuk mencari adanya

garis fraktur yang memotong sulkus arteri meningea media pada sisi ipsilateral dengan pupil yang

melebar. CT Scan tanpa kontras dapat menunjukkan dengan pasti adanya EDH. Akan terlihat

gambaran hiperdense dengan bentuk bikonfeks antara tabula interna dan duramater. Adanya

gambaran fokal isodense atau zona hipodense menunjukkan adanya perdarahan yang aktif.

Diagnosis harus segera ditegakkan dan Penatalaksanaan segera dilakukan untuk evakuasi hematom

dengan operasi diikuti dengan pengikatan cabang arteri yang robek dengan tetap melakukan

 prosedur awal A, B, C. Beberapa kasus berhasil dengan terapi konservatif medika mentosa.

Terapi medikamentosa dapat dilakukan dengan memberikan diuretic osmotic seperti manitol

untuk mengurangi peningkatan tekanan intrakranial. Asetaminofen bisa diberikan untuk keadaan

hipertermia yang mungkin timbul akibat exaserbasi dari trauma neurologik. Antikonvulsan diberikan

untuk menghindari kejang.

Kraniotomi dilakukan untuk dekompresi dari tekanan intrakranial yang meningkat dengan

mengeluarkan bekuan darah, menghentikan perdarahan dan dipasang drain epidural selama 24 jam.

Bekuan darah dikeluarkan dengan suction, selama penutupan duramater dijahit ke periosteum untuk 

mencegah akumulasi darah berulang di ruang epidural.

17

Page 18: Cedera Kepala - Andre

5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 18/25

Delapan jam pertama merupakan waktu emas ( golden periode ) yang sebaiknya di jaga betul, karena

lebih dari 8 jam vitalitas otak akan semakin berkurang dan prognosis menjadi buruk. Karena

 parenkim bagian otak yang bersangkutan biasanya hanya rusak minimal, maka prognosisnya

sangat baik jika diterapi secara agresif. Meskipun demikian, memerlukan kewaspadaan tinggi

karena EDH termasuk kegawat daruratan bedah saraf, karena bisa menyebabkan kematian

sehingga memerlukan diagnosis yang tepat, cepat dan intervensi bedah. Waktu kejadian,

lamanya, tempat kejadian, konsumsi waktu selama evakuasi dan menunggu terlalu lama di IGD

sangat menentukan prognosis pasien.

SUBDURAL HEMATOM

Pengumpulan darah pada daerah antara dural dengan membrane arachnoid. Tidak seperti

epidural hematom yang disebabkan oleh pecahnya arteri, subdural hematom lebih sering disebabkan

karena pecahnya vena ( bridging vein ). Pendarahan yang ditimbulkan biasanya tidak sehebat

epidural hematom, dikarenakan pada subdural hematom yang robek adalah vena, sehingga tekanannya

lebih rendah daripada arteri. Selain itu rongga subdural tidak dibatasi oleh sutura kepala sehingga

darah tidak terbendung dan dapat menyebar keseluruh hemisphere, akibatnya tekanan intracranial

tidak mudah tinggi.

Perdarahan yang tidak terlalu besar akan membeku dan disekitarnya akan tumbuh jaringan

ikat yang membentuk kapsula. Gumpalan lambat laun mencair dan menarik cairan dari sekitarnya dan

mengembung, memberikan gejala seperti tumor serebri karena tekanan intrakranial yang berangsur meningkat. Gejala ini adalah nyeri progresif, tajam penglihatan menurun akibat adanya edema papil,

tanda defisit neurologik daerah otak yang tertekan. Gejala ini timbul berminggu-minggu hingga

 berbulan-bulan setelah terjadinya trauma kepala.

Klasifikasi :

1. Akut

Disebabkan oleh adanya trauma yang hebat pada kepala yang menyebabkan bergesernya seluruh

 parenkim otak ke kontra lateral dan menyebabkan parenkim otak mengenai tulang kontra lateral

sehingga merusak a. kortikalis. Paling sering terjadi pada daerah fronto parietal. Disebut akut, karena

terjadi perdarahan yang massif dan gejala timbul segera setelah terjadinya trauma. Prognosisnya jelek.

Mortalitasnya 50 – 75 %.

2. Subakut

Perdarahan yang terjadi tidak terlalu besar dan penderita dapat mentoleransinya dengan cukup

 baik sampai sepuluh hari.

3. Kronis

a. Kelainan hemostasis, adanya trauma minimal yang menyebabkan pecahnya bridging vein.

SDH kronis ini biasa terjadi pada orang tua.

18

Page 19: Cedera Kepala - Andre

5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 19/25

  b. Trauma yang menyebabkan perdarahan minimal. Perdarahan ini akan membentuk kapsul

yang terdiri dari lemak dan protein yang mudah menyerap cairan dan mudah rupture. Jika

volumenya besar akan menyebabkan lesi desak ruang. Akhirnya akan terjadi penurunan

kesadaran pasien. Mortalitasnya 10 %.

Penatalaksanaan pada SDH tergantung dari besar kecilnya hematom. Apabila

hematom kecil, tindakannya bisa dilakukan monitoring dengan tujuan akan terjadi reabsorpsi

hematom dengan sendirinya. Apabila hematomnya besar bisa dilakukan craniotomy dengan

mengeluarkan bekuan darah yang biasa disebut cara multiple trephine terbuka, lalu dilakukan

 pemasangan drain biasanya berhasil.

 

PERDARAHAN SUBARACHNOID

Perdarahan subarachnoid adalah perdarahan didalam ruang subarachnoid , area antara arachnoid dan

 piamater,yang terjadi karena trauma kepala atau spontan oleh karena rupture aneurisma serebral atau

arterivena malformasi serebral dan bersifat emergensi dimana dapat menyebabkan kematian atau

menyebabkan disability meskipun telah di diagnosis dan diterapi dalam tahap awal perdarahan.

Berbeda dengan sakit kepala pada perdarahan arachnoid spontan yang mempunyai onset lambat, sakit

kepalanya kadang disebut “thunderclap”. Sakit kepala ini kadang dideskripsikan oleh pasien sebagai

sakit kepala yang terburuk yang pernah dialami. Gejala neurologi ( paralysis ), gejala visual dan

meninismus jarang muncul tetapi mual, muntah dan hilang kesadaran sering ditemui.

Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (CT-

Scan). Pada CT-Scan dapat terlihat darah pada subarachnoid, ventrikel atau parenkim otak, tergantung

dari ukuran dan lokasi perdarahan.Pada perdarahan subaracnoid karena trauma, dapat terlihat adanya

cedera intrakranial tambahan. Perdarahan retina menjadi tanda diagnosis yang penting untuk 

 perdarahan subarachnoid. Pemeriksaan lumbal punksi mungkin diperlukan pada perdarahan yang

sedikit yang mungkin tidak terdeteksi dengan CT-Scan. Pemeriksaan angiografi serebral dapat

mengisolasi sumber dari perdarahan untuk keperluan operasi.

Fischer Grade :

• Grade I : tidak ada perdarahan

• Grade II : perdarahan subarachnoid < 1 mm

• Grade III : perdarahan subarachnoid > 1 mm

• Grade IV : perdarahan subarachnoid dengan berbagai ukuran disertai perdarahan

intraventikular atau pelebaran parenkim

Fisher Grade paling sering digunakan karena paling mendeskripsikan perdarahan arachnoid.

19

Page 20: Cedera Kepala - Andre

5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 20/25

Prioritas pertama pada keadaan ini adalah stabilisasi keadaan pasien, dengan mengikutu

 prinsip A, B, C. Pada pasien yang tidak sadar perlu dilakukan intubasi dan pemasangan ventilator.

Tekanan darah, nadi, frekuensi napas, dan skala koma Glasgow harus selalu dimonitor. Oleh karena

itu pada keadaan ini pasien sebaiknya ditempatkan pada ICU. Intervensi neurology diperlukan pada

  perdarahan subarachnoid berat dapat berupa kraniotomi atau intervensi radiologi dimana berupa

transfemoral angiografi dan memasukkan gulungan kawat untuk menghentikan perdarahan ( sangat

  berhasil dalam pengobatan perdarahan aneurisma). Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya

vasospasme yang sering terjadi pada perdarahan subarachnoid.

KONKUSIO SEREBRI

Konkusio (komosio) serebri atau gegar otak adalah keadaan pingsan dan kadang ingatan

sekejap yang berlangsung tidak lebih dari 10 menit akibat trauma kepala, yang tidak disertai

kerusakan jaringan otak. Hal ini bahkan bisa terjadi setelah cedera kepala yang ringan, tergantung

kepada goncangan yang menimpa otak di dalam tulang tengkorak.

Konkusio bisa menyebabkan kebingungan, sakit kepala dan rasa mengantuk yang abnormal; sebagian

 besar penderita mengalami penyembuhan total dalam beberapa jam atau hari. Beberapa penderita

merasakan pusing, kesulitan dalam berkonsentrasi, menjadi pelupa, depresi, emosi atau perasaannya

 berkurang dan kecemasan. Gejala-gejala ini bisa berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa

minggu, jarang lebih dari beberapa minggu. Penderita bisa mengalami kesulitan dalam bekerja, belajar dan bersosialisasi. Keadaan ini disebut sindroma pasca konkusio. Para ahli belum sepakat,

apakah penyebabkan adalah cedera mikroskopi atau faktor psikis. Pemberian obat-obatan dan terapi

 psikis bisa membantu beberapa penderita sindroma ini. Yang lebih perlu dikhawatirkan selain

sindroma pasca konkusio adalah gejala-gejala yang lebih serius yang bisa timbul dalam beberapa jam

atau kadang beberapa hari setelah terjadinya cedera. Jika sakit kepala, kebingungan dan rasa

mengantuk bertambah parah, sebainya segera mencari pertolongan medis. Biasanya, jika terbukti

tidak terdapat kerusakan yang lebih berat, maka tidak diperlukan pengobatan. Dapat pula terjadi

amnesia retrograde yaitu hilangnya ingatan sepanjang masa yang terbatas sebelum terjadinya

kecelakaan. Amnesia ini timbul akibat terhapusnya rekaman kejadian antaranya di lobus temporalis.

Setiap orang yang mengalami cedera kepala diberitahu mengenai pertanda memburuknya fungsi otak.

Selama gejalanya tidak semakin parah, biasanya untuk meredakan nyeri diberikan asetaminofen. Jika

cederanya tidak parah aspirin bisa digunakan setelah 3 – 4 hari pertama.

Pemeriksaan penunjang antara lain foto tengkorak, EEG, pemeriksaan memori. Terapi simptomatis

dengan mobilisasi secepatnya setelah keluha-keluhan menghilang.

20

Page 21: Cedera Kepala - Andre

5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 21/25

CEDERA AKSONAL DIFUSA

Kerusakan akson oleh karena adanya proses akselerasi dan deserelasi yang terjadi pada otak sewaktu

terjadinya trauma kepala. Otak memiliki beberapa lapisan yang membentuknya. Pada saat terjadinya

trauma, lapisan – lapisan ini akan ikut bergeser. Pergerakkan tiap lapisan ini akan berbeda – beda.

Ilustrasi dibawah ini menunjukkan adanya penarikan neuron akibat perbedaan waktu pergeseran yang

 bias menyebabkan akson teregang, terpuntir, terputus, dan terjepit. Akibatnya cairan dan ionic akan

masuk ke axon dan menyebakan pembengkakkan, yang nantinya akan menyebakkan kerusakkan

neuron. Akson terputus dan akson bagian distal akan terpisah. Pada stadium lanjut, akan terjadi

kematian akson pada ujung distal

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

Pemeriksaan neurologis pada pasien cedera kepala yang kesadarannya cukup baik mencakup

 pemeriksaaan neurologis yang lengkap, sedangkan pada penderita yang kesadarannya menurun dapat

digunakan pedoman yaitu :

1. Tingkat kesadaran dengan mengitung nilai GCS

2. Kekuatan fungsi motorik 

3. Ukuran pupil dan responnya terhadap cahaya

4. Gerakan bola mata

PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Foto polos cranium ( schullder )

Foto polos tengkorak adalah prosedur mutlak yang dikerjakan pada setiap cedera kepala. Foto

ini membantu mendiagnosa dini adanya fraktur pada tulang tengkorak.

2. Pemeriksaan CT-Scan

CT scan merupakan metode standar terpilih untuk cedera kepala baik ringan sampai berat

terutama dikerjakan pada pasien – pasien yang mengalami penurunan kesadaran dan terdapat

tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial. Selain untuk melihat adanya fraktur tulang

tengkorak, CT scan juga dapat melihat adanya perdarahan otak, efek desakan pada otak dan bisa

digunakan sebagai pemantau terhadap perkembangan perdarahan pada otak.

PENANGANAN CEDERA KEPALA

I. Cedera kepala ringan

Bila dijumpai penderita sadar dan berorientasi dengan GCS 13 – 15.

Terdiri atas :

a. Simple head injury

• Tidak ada penurunan kesadaran

21

Page 22: Cedera Kepala - Andre

5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 22/25

• Adanya trauma kepala ( pusing )

 b. Commotio cerebri ( gegar otak )

• Adanya penurunan kesadaran ( pingsan > 10 menit )

• Amnesia retrograde

• Pusing, sakit kepala, muntah

• Tidak ada defisit neurologis

Manajemen

1. Airway

Periksa dan bebaskan jalan nafas dari sumbatan.

• Lendir, darah,muntahan, benda asing : lakukan penyedotan dengan suction, pasang NGT

• Posisi kepala dalam posisi netral, tidak miring ke kanan atau ke kiri.

• Lakukan intubasi endotrakeal terutama pada pasien GCS ≤ 7 tetapi sebelumnya harus

diyakini tidak ada fractur cervical.

Foto rontgen cervical lateral dapat menjadi pilihan sebelum melakukan tindakan intubasi.

• Apabila didapatkan fractur cervical, maka tindakan yang dilakukan adalah tracheostomi.

2. Breathing

Perhatikan gerak napasnya, jika terdapat tanda – tanda sesak segera pasang oksigen.

3. Circulation

Periksa tekanan darah dan denyut nadi. Jika ada tanda – tanda syok segera pasang infuse.

Bila disertai dengan perdarahan yang cukup banyak bisa ditambah dengan tranfusi darah (

whole blood ). Pasang kateter untuk memonitoring balans cairan.

4. Setelah kondisi pasien stabil, Periksa tingkat kesadaran pasien, perhatikan kemungkinan

cedera spinal. Adanya cedera/ luka robek atau tembus. Jika ada luka robek, bersihkan lalu di

 jahit.

5. Foto rontgen tengkorak.

Dilakukan pada posisi AP dan Lateral.

6. CTscan kepala.

Pemeriksaan ini perlu dilakukan pada semua cedera kepala, kecuali pada pasien – pasien

yang asimptomatik tidak perlu dilakukan.

7. Observasi

Kriteria rawat :

a. Amnesia post traumatika lebih dari 1 jam

22

Page 23: Cedera Kepala - Andre

5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 23/25

b. Riwayat kehilangan kesadaran lebih dari 15 menit

c. Penurunan tingkat kesadaran

d.  Nyeri kepala sedang hingga berat

e. CT scan abnormal ( adanya fraktur, perdarahan )

f. Otorrhea, rhinorrhea

g. Semua cedera tembus

h. Indikasi sosial ( tidak ada pendamping di rumah )

Penderita yang tidak memiliki gejala seperti di atas diperbolehkan pulang setelah

dilakukan pemantauan di rumah sakit dengan catatan harus kembali ke rumah sakit bila

timbul gejala-gejala ( observasi 1 x 24 jam ) seperti :

Mengantuk dan sukar dibangunkan

Mual dan muntah hebat

Kejang

 Nyeri kepala bertambah hebat

Bingung, tidak mampu berkonsentrasi

Gelisah

8. Terapi simtomatik 

II. Cedera kepala sedang

Pasien mungkin konfusi atau somnolen namun tetap dapat mengikuti perintah sederhana

( GCS 9 – 12 ). Walau dapat mengikuti perintah, namun dapat memburuk dengan cepat.

Karenanya harus ditindak hampir seperti halnya pasien cedera kepala berat tapi aspek 

kedaruratannya tidak begitu akut. Penanganannya sama seperti pada cedera kepala ringan

ditambah dengan pemeriksaan darah. Bila kondisi membaik,pasien boleh pulang dan control

di poli. Pemeriksaan CT scan perlu diulang apabila kesadaran pasien tidak membaik. Pada

keadaan ini pasien harus dirawat untuk di observasi.

III. Cedera kepala berat

Penderita kelompok ini tidak dapat mengikuti segala perintah sederhana karena adanya

gangguan kesadaran ( GCS 3 – 8).

Cedera kepala berat dapat dibagi menjadi :

23

Page 24: Cedera Kepala - Andre

5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 24/25

a. Contusio cerebri

• Pingsan > 10 menit

• Kegelisahan motorik 

• Sakit kepala, muntah

• Kejang

• Pada kasus berat dapat dijumpai pernapasan cheyne stokes

• Amnesia anterogard

 b. Laceratio cerebri

Biasanya didapat pada fraktur terbuka maupun tertutup.

Penangan kasus ini mencakup :

• Stabilisasi kardiopulmoner mencakup prinsip ABC seperti pada cedera kepala ringan.

• Pemeriksaan umum untuk mendeteksi berbagai macam cedera atau gangguan di

 bagian tubuh lainnya.

• Pemeriksaan neurologis, meliputi : reflex buka mata, reflex cahaya pupil, respon

motorik, respon verbal, respon okulo sefalik ( Doll’s eye ).

• Pemeriksaan penunjang : CT-scan, angiografi.

• Rawat selama 7 – 10 hari.

Beri manitol 20 % ( 1 gr/BB ) bolus dalam 5 menit.• Furosemid ( 0,3 – 0,5 mg/BB ) diberi bersama manitol.

• Antikonvulsan : fenitoin dan fenobarbital.

DAFTAR PUSTAKA

1. Harsono, et all. Kapita Selekta Neurologi, edisi kedua. Yogyakarta : Gadjah Mada University

Press. 2007. Hlm 309 - 315

24

Page 25: Cedera Kepala - Andre

5/13/2018 Cedera Kepala - Andre - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-andre 25/25

2. Sidharta, Priguna. Mardjono, Mahar. Neurologi Klinik Dasar. Jakarta : Dian Rakyat. 1988, hlm

249 - 256

3. Price, Sylvia. Wilson, Lorraine. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, edisi

keenam. Jakarta : EGC. 2006, HLM 1171 - 1177

4. Sjamsuhidayat, wim de jong Buku ajar ilmu bedah, edisi revisi.

25