79789330 kejang demam andre

35
PRESENTASI KASUS KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK RS HUSADA, FK UKRIDA I. IDENTITAS PASIEN Nama : An E Umur : 1 tahun 5 bulan Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Jl. Pangeran Jayakarta Agama : Islam Tanggal masuk RS : 20 Januari 2012 IDENTITAS ORANG TUA Nama Ayah : Tn. B Nama Ibu : Ny. R Umur : 31 tahun Umur : 28 tahun Pendidikan terakhir : SMA Pendidikan terakhir : SMA Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : Ibu rumah tangga Penghasilan : 2.000.000 Penghasilan : - Nama : Ignatius Andre NIM : 11-2010-141 Dokter Pembimbing : dr. Sri Rochani Soedjarwo SpA (K).

Upload: rudy-hermawan

Post on 01-Dec-2015

40 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 79789330 Kejang Demam Andre

PRESENTASI KASUSKEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RS HUSADA, FK UKRIDA

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : An E

Umur : 1 tahun 5 bulan

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Pangeran Jayakarta

Agama : Islam

Tanggal masuk RS : 20 Januari 2012

IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ayah : Tn. B Nama Ibu : Ny. R

Umur : 31 tahun Umur : 28 tahun

Pendidikan terakhir : SMA Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Penghasilan : 2.000.000 Penghasilan : -

II. ANAMNESIS

Alloanamnesis dari ibu pasien tanggal 20 Januari 2012 jam 13.15

Keluhan utama : Kejang sejak 2 jam SMRS

Keluhan tambahan : Demam

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Sejak 4 jam SMRS pasien demam tinggi, tidak diukur dengan termometer, tidak

ada mimisan, tidak ada bintik-bintik merah di kulit.

Nama : Ignatius AndreNIM : 11-2010-141Dokter Pembimbing : dr. Sri Rochani Soedjarwo SpA (K).

Page 2: 79789330 Kejang Demam Andre

Sejak 2 jam SMRS, pasien kejang sebanyak 2 kali dalam satu hari dengan

lamanya kejang 5 menit, diantara serangan kejang pasien sadar. Kejang terjadi pada

seluruh anggota badan. Kejang tidak dimulai pada salah satu sisi tangan ataupun kaki.

Saat kejang pasien mendelik keatas dan badan kelojotan. Pasien pernah kejang

sebelumnya, yaitu pada umur 4 bulan dan 12 bulan. Sesampai di unit gawat darurat

pasien kejang lagi, lalu diberi obat dari dubur dan kejang berhenti, kejang tidak lebih dari

5 menit.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Kejang demam pada umur 5 bulan dan 12 bulan

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Tidak ada

RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN

A. Antenatal care : Teratur F. Masa gestasi : Cukup bulan/Aterm

B. Tempat kelahiran : Klinik bersalin G. Berat badan lahir : 3100 gram

C. Ditolong oleh : Bidan H. Panjang badan lahir: 45 cm

D. Cara persalinan : Spontan I. Sianosis : Tidak ada

E. Penyakit kehamilan: Tidak ada J. Ikterus : Tidak ada

Kesan : Bayi cukup bulan dan sesuai masa kehamilan

RIWAYAT IMUNISASI

Imunisasi Waktu Pemberian

Bulan Tahun

0 1 2 3 4 5 6 9 15 18 5 6 12

BCG I

DPT I II III

Polio (OPV) I II III IV

Hepatitis B I II III

Campak I

Page 3: 79789330 Kejang Demam Andre

Kesan : Imunisasi dasar lengkap , imunisasi tambahan (non-PPI) belum dilakukan.

RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Psikomotor

- Tengkurap: 3 bulan - Berjalan : 10 bulan

- Duduk : 6 bulan - Berlari : 12 bulan

- Merangkak: 7 bulan - Berbicara : Belum

- Berdiri : 8 bulan - Membaca dan menulis : Belum

Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan tidak sesuai usia.

RIWAYAT MAKANAN

A. Usia 0 - 4 bulan : Tidak minum ASI, hanya minum PASI ( Lactogen) 3 x 60cc

B. Usia 4 - 6 bulan : Tidak minum ASI, hanya minum PASI ( Lactogen) 4 x 80cc

C. Usia 6 - 9 bulan : Tidak minum ASI, hanya minum PASI ( Lactogen) 3 x 100cc;

Nestle sereal 3 x 1.

D. Usia 9 - 12 bulan : PASI (lactogen) 4-5 x 100cc, Nestle sereal 1-2x, Bubur susu

E.Usia 1 tahun sampai sekarang : Pasien minum PASI (Lactogen ) 4-5 x 200cc ditambah

Nasi Tim (wortel, daging) 3x 1 mangkuk kecil + buah (papaya,

melon, pisang) porsi makan dihabiskan.

Kesan : Kualitas cukup Kuantitas : cukup

RIWAYAT KELUARGA

Corak reproduksi: Pasien anak tunggal dalam keluarga.

Data Keluarga: Ayah ibu pasien tidak mempunyai hubungan keluarga, pernikahan

pertama, umur ayah saat menikah 28 tahun, umur ibu 25 tahun.

Data Perumahan: Rumah milik sendiri, terletak di permukaan padat, berukuran 30m2,

terdiri dari dua kamar tidur, satu kamar mandi, tidak ada got. Cahaya dapat masuk,

ventilasi cukup. Rumah memiliki satu pintu masuk. Sumber air dari PAM.

Page 4: 79789330 Kejang Demam Andre

Keadaan lingkungan: Saluran air sekitar rumah kurang lancer, baud an keadaan

lingkungan kurang baik.

Kesan: Keadaan rumah di permukaan padat, ventilasi cukup dan keadaan lingkungan

kurang baik.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal 20 januari 2012

A. Status Generalis

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital : - Tekanan darah : (-)

- Nadi : 120 x / menit

- Suhu : 38,40C

- Pernapasan : 28 x / menit

B. Data Antropometri

Berat badan : 12 Kg

Panjang badan : 80 cm

Lingkar kepala : 46 cm

Lingkar lengan atas : 15 cm

- Berdasarkan kurva NCHS, perbandingan usia dengan berat badan

terletak di persentil 10 dan 25.

- Berdasarkan kurva NCHS, perbandingan usia dengan panjang badan

terletak di persentil 25 dan 50.

Kesan : status Gizi cukup

C.Pemeriksaan Sistematis

Kepala : Bentuk normal, tidak teraba benjolan, rambut hitam distribusi merata,

tidak mudah dicabut.Ubun-ubun besar sudah menutup.

Mata : Bentuk normal, palpebra superior dan inferior tidak cekung, kedudukan

bola mata dan alis mata simetris, konjungtiva kanan dan kiri tidak

Page 5: 79789330 Kejang Demam Andre

anemis, sklera kanan dan kiri tidak ikterik, kornea kanan dan kiri jernih,

kedua pupil bulat isokor diameter 3 mm, refleks cahaya +/+.

Telinga : Bentuk normal, CAE lapang, serumen -/-, sekret -/-

Hidung : Bentuk normal, deviasi septum tidak ada, sekret tidak ada.

Mulut : Bentuk tidak ada kelainan, bibir merah tidak kering, sianosis tidak ada,

lidah kotor dengan tepi hiperemis, tidak ada tremor, tonsil T1-T1, faring

tidak hiperemis, gigi geligi tidak ada karies .

Leher : Tidak ada kelainan, kelenjar getah bening tidak teraba membesar, trakea

di tengah.

Thorax

Paru-paru

- Inspeksi : Bentuk normal, simetris keadaan stasis dan dinamis.

- Palpasi : Fremitus kanan sama dengan kiri

- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.

- Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-.

Jantung

- Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis

- Palpasi : Teraba pulsasi ictus cordis di sela iga V linea mid clavicula

sinistra.

- Perkusi : Tidak di lakukan

- Auskultasi : Bunyi jantung I - II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

- Inspeksi : Datar, tidak tampak gambaran vena kolateral,

- Palpasi : Supel, hepar teraba 1/3-1/3, tepi tajam, konsistensi kenyal, permukaan

rata, nyeri tekan (-), nyeri tekan epigastrium (-), lien tidak teraba.

- Perkusi : Timpani, shifting dullness (-).

- Auskultasi : Bising usus (+).

Genitalia eksterna Wanita, tidak ada tanda radang.

Page 6: 79789330 Kejang Demam Andre

Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada deformitas, tidak ada edema.

Kulit : Warna sawo matang, turgor kulit baik, petechiae.

Pemeriksaan neurologist : Kaku kuduk (-), Kerniq (-), Laseque (-),

Refleks fisiologis : normo refleksi

Refleks patologis : (-).

IV PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium Tanggal 20 januari 2012

Hematologi

- Hemoglobin : 11 g / dl (11-15 g / dl)

- Hematokrit : 32 Vol % (37-47 Vol %)

- Eritrosit : 4,2juta / μl (4,8-6,2 juta / μl)

- Leukosit : 9500 / μl (5-10 x 10 3 / μl)

- Trombosit : 324.000 / μl (150-350 x 103 / μl)

- Kalium : 4,13

- Natrium : 132

- Klorida : 105

V. RESUME

Pasien anak perempuan umur 1 tahun 5 bulan, berat badan 10 kg datang dengan

keluhan keluhan kejang sejak 2 jam SMRS, kejang sebanyak 2 kali dalam satu hari

dengan lamanya kejang 5 menit, diantara serangan kejang pasien sadar. Kejang terjadi

pada seluruh anggota badan. Kejang tidak dimulai pada salah satu sisi tangan ataupun

kaki. Saat kejang pasien mendelik keatas dan badan kelojotan. Pasien pernah kejang

sebelumnya, yaitu pada umur 4 bulan dan 12 bulan. Sesampai di unit gawat darurat

pasien kejang lagi, lalu diberi obat dari dubur dan kejang berhenti, kejang tidak lebih dari

5 menit. Kejang didahului dengan demam tetapi tidak diukur dengan termometer.

Pemeriksaan fisik :

Tanda vital : - Nadi : 120 x / menit

- Suhu : 38,40C

Page 7: 79789330 Kejang Demam Andre

- Pernapasan : 28 x / menit

Pemeriksaan neurologist : Reflex fisiologis dan patologis semua dalam batas normal

Pemeriksaan laboratorium

Tanggal 20 januari 2012

Hematologi

- Hemoglobin : 11 g / dl (11-15 g / dl)

- Hematokrit : 32 Vol % (37-47 Vol %)

- Eritrosit : 4,2juta / μl (4,8-6,2 juta / μl)

- Leukosit : 9500 / μl (5-10 x 10 3 / μl)

- Trombosit : 324.000 / μl (150-350 x 103 / μl)

- Kalium : 4,13

- Natrium : 132

- Klorida : 105

VI. DIAGNOSIS KERJA

1) Kejang demam sederhana.

Dasar yang mendukung:

- Demam 38,4 HH C ( >38 HH C)

- Tidak ada gejala kelainan neurologik pra/pasca kejang.

- Kejang bersifat umum.

- Umur pasien diantara 6 bulan – 5 tahun.

VII. DIAGNOSA BANDING

Tidak ada

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN

- Darah lengkap, Ca darah

- EEG

Page 8: 79789330 Kejang Demam Andre

PENATALAKSANAAN

1. IVFD KAEN 3A

Maintenance : 12 x 100 = 1200 cc

Koreksi suhu : 1,4 x 12% x 1000 = 168 cc → 1700 cc/ 24 jam

2. Untuk kejangnya dapat diberikan diazepam rektal 5 mg.

3. Antipiretrik : paracetamol 100 mg/kali pemberian.

4. Diazepam oral 3 mg tiap 8 jam.

5. Untuk rumatan berikan asam valproat 150 mg/hari.

PROGNOSIS

Ad vitam : bonam

Ad fungsionam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

FOLLOW UP

21 januari 2012

S : Demam ( - ), kejang ( - ),

O: Tanda- tanda vital : Suhu : 37,4 ºC

Nadi : 120x/menit napas : 28x/menit

A : Kejang demam membaik.

P : IVFD KAEN 3A 1200cc (maintenance)

Paracetamol 100mg

22 januari 2012

S : Demam ( - ), kejang ( - ),

O: Tanda- tanda vital : Suhu : 37,1 ºC

Nadi : 120x/menit napas : 28x/menit

A : Kejang demam membaik.

P : IVFD KAEN 3A 1200cc (maintenance)

Paracetamol 100mg

Page 9: 79789330 Kejang Demam Andre

23 januari 2012

S : Demam ( - ), kejang ( - ),

O: Tanda- tanda vital : Suhu : 36,8 ºC

Nadi : 120x/menit napas : 28x/menit

A : Kejang demam membaik.

P : IVFD KAEN 3A 1200cc (maintenance)

Paracetamol 100mg

Page 10: 79789330 Kejang Demam Andre

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Kejang didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsi otak yang involunter yang

dimanifestasikan sebagai penurunan atau kehilangan kesadaran, aktivitas motorik yang

abnormal, perilaku yang abnormal, gangguan sensorik, atau kelainan otonom 2.

Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat demam (suhu rectal di atas

38 0C) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat (SSP) atau gangguan elektrolit akut,

terjadi pada anak di atas umur 1 bulan dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam

sebelumnya 11.

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh

(suhu rectal lebih dari 38 0C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Menu rut

Consensus Statement on Febrile Seizures (1980), kejang demam adalah suatu kejadian

pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan sampai 5 tahun,berhubungan

dengan demam tetapi tadak terbukti adanya infeksi intracranial atau penyebab tertentu 9.

Definisi ini menyingkirkan penyakit saraf separti meningitis, ensefalitis atau

enselopati. Kejang keadaan ini mempunyai prognosis berbeda dengan kejang demam

karena keadan yang mendasarinya mengenai susunan saraf pusat. Kejang demam harus

dibedakan mengenai epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang berulang tanpa demam.

EPIDEMILOGI

Sebanyak 2-5 % anak- anak yang berumur antara 6 bulan sampai 5 tahun pernah

mengalami kejang yang disetai demam. Kira-kira dari tiap 25 orang anak, setidaknya satu

kali akan mengalami kejang demam dan 1-3 dari anak-anak ini akan mengalami kejang

demam tambahan. Beberapa anak mengalami lebih dari 3 kali kejang selama hidupnya.

Makin tua umur anak saat kejang pertama timbul, makin kecil kemungkinan terjadinya

kejang tambahan 4.

Kejang demam adalah tergantung umur dan jarang sebelum umur 9 bulan dan

sesudah umur 5 tahun. Puncak umur mulainya adalah sekitar 14-18 bulan dan insiden

Page 11: 79789330 Kejang Demam Andre

mendekati 3-4 % anak kecil. Ada riwayat kejang demam keluarga yang kuat pada saudara

kandung dan orang tua, menunjukkan bahwa vasopressin arginin dapat merupakan

mediator penting pada patogenesis kejang akibat hipertermia.

Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat, Amerika Selatan,

Eropa Barat. Di negara Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira- kira 80% dan mungkin

mendekati 90% dari seluruh kejang demam adalah kejang demam sederhana. Beberapa

studi prospektif menunjukan bahwa kira- kira 20% kasus merupakan kejang demam

kompleks. Umumnya kejang demam timbul pada tahun kedua kehidupan (17- 23).

Kejang demam sedikit lebih sering pada anak laki-laki 4.

ETILOGI

Pada tingkat pengetahuan kita saat ini dapat dikatakan bahwa infeksi pada sebagian besar

kejang demam adalah tidak spesifik dan timbulnya serangan terutama didasarkan atas

reaksi demam yang terjadi. Faktor-faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan

kejang demam, misalnya:

1. Demam itu sendiri

2. Efek produk toksin daripada mikroorganisme (kuman dan virus) terhadap otak

3. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi

4. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit.

5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak diketahui atau

encefalopati toksik sepintas

6. Gabungan semua faktor diatas

Kebanyakan kejang demam terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang

mendadak, dan paling sering terjadi selama hari pertama demam. Biasanya demam yang

mencetuskan kejang demam pada disebabkan oleh suatu infeksi pada tubuh anak. Infeksi

yang paling sering adalah infeksi pada saluran atas, otitis media, campak, pneumonia,

gastroenteritis dan infeksi saluran kemih 11.

PATOFISIOLOGI

Meskipun mekanisme pasti terjadinya kejang tidak diketahui, beberapa faktor fisiologis

dianggap bertanggung jawab atas berkembangnya suatu kejang 1.

Page 12: 79789330 Kejang Demam Andre

Untuk mempertahankan hidup sel atau organ otak, diperlukan suatu energi yang

didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk memetabolisme otak yang terpenting adalah

glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan

fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi sumber

energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.

Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah

lipid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat

dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+)

dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya kosentrasi K+ dalam sel neuron

tinggi dan konsentrasi Na+ menjadi rendah sedangkan di luar sel neuron terjadi keadaan

sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka

terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk

menjaga keseimbangan petensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-

K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan petensial membran ini dapat diubah oleh adanya:

1. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler.

2. Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik

dari sekitarnya.

3. Perubahan dari patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.

Pada keadaan demam, kenaikan 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme

basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat sampai 20%. Jadi pada kenaikan

suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron, dan

dalam waktu yang singkat dapat terjadi difusi ion kalium listrik. Lepas muatan listrik ini

demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran

tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang.

Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya

ambang kejang seorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tubuh tertentu. Pada

anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang sudah dapat terjadi pada suhu 38oC,

sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru dapat terjadi pada

suhu 40oC atau lebih 4.

Page 13: 79789330 Kejang Demam Andre

Pada kejang yang berlangsung lama biasanya disertai terjadinya apnea,

meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet sedangkan otot

pernafasan tidak efisien sehingga tidak sempat bernafas yang akhirnya terjadi

hipoksemia, hiperkapnea, hipoglikemia, laktat asidosis disebabkan metabolisme anaerob,

hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh yang semakin

meningkat oleh karena meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan

metabolisme otot meningkat.

Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah mengakibatkan hipoksia

sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul oedem otak yang mengakibatkan

kerusakan sel neuron.

Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa berulangnya kejang demam lebih

sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga di dalam penanggulangannya

perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita menjadi kejang.

KLASIFIKASI

Dahulu di Sub bagian Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, Jakarta

digunakan klasifikasi kriteria Livingston sebagai pedoman untuk membuat diagnosis

kejang demam sederhana sebagai berikut:

1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun

2. Kejang berlangsung sebentar tidak melebihi 15 menit

3. Kejang bersifat umum

4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam

5. Pemeriksaan neurologis sebelum dan setelah kejang normal

6. Pemerisaksaan EEG yang dibuat sedikitnya satu minggu setelah suhu normal tidak

menunjukan kelainan

7. Frekuensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tadak melebihi 7 kali

Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ke tujuh kriteria di

atas digolongkan pada epilepsi yang diprovokasi oleh demam. Namun kriteria ini sudah

tidak digunakan lagi karena studi epidemilogi membuktikan bahwa resiko

berkembangnya epilepsi atau berulangnya kejang tanpa demam tidak sebanyak yang

diperkirakan 2.

Page 14: 79789330 Kejang Demam Andre

Saat ini klasifikasi yang dipakai adalah klasifikasi berdasarkan kesepakatan UKK

Neurologi IDAI, Saraf Anak PERDOSSI, yang membagi kejang demam menjadi 2 yaitu : 7

1. Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)

2. Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)

Kriteria kejang demam sederhana:

Kejang berlangsung singkat umumnya serangan akan berhenti sendiri dalam watu

kurang dari 10 menit.

Bangkitan kejang tonik atau tonik- klonik tanpa gerakan fokal.

Tidak berulang dalam waktu 24 jam

Kriteria kejang demam kompleks

Kejang berlangsung lama lebih dari 15 menit.

Kejang fokal atau partial satu sisi atau kejang umum didahului kejang partial.

Kejang berulang atau lebih dari 24 jam.

MANIFESTASI KLINIK

Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak terkait dengan kenaikan suhu yang cepat

dan biasanya terjadi jika suhu tubuh (rectal) mencapai 38 0C atau lebih.

Manifestasi klinik yang sering dijumpai adalah:

Didahului oleh kenaikan suhu yang cepat, biasanya terjadi bila suhu diatas 390C

Kehilangan kesadaran

Kejang menyeluruh

Serangan berupa kejang klonik atau tonik- klonik bilateral

Mata mendelik ke atas

Anak dapat menahan napasnya tanpa sadar

Dapat mengeluarkan suara seperti teriakan melengking atau menangis

Mungkin mengompol

Selanjutnya diikuti gerakan ritmis berulang seluruh tubuh yang involunter yang tidak

dapat dihentikan

Setelah kejang pasien mengalami periode mengantuk singkat

Page 15: 79789330 Kejang Demam Andre

Setelah beberapa detik atau menit anak akan bangun dan sadar kembali tanpa adanya

defisit neurologis

Kejang dapat diikuti hemiparesis sementara (hemiparesis Tood) yang berlangsung

beberapa jam atau beberapa hari

FAKTOR RESIKO KEJANG DEMAM

Faktor resiko kejang demam pertama

Riwayat keluarga dengan kejang demam.

Permulaan noenatus >28 hari.

Perkembangan terlambat.

Anak dengan pengawasan.

Kadar natrium rendah.

Temperatur yang tinggi.

Bila seorang anak mempunyai 2 atau lebih faktor resiko tersebut diatas,maka

resiko untuk mendapatkan kejang demam kira- kira 30% 6.

Faktor resiko kejang demam berulang

Usia muda kurang dari 12 bulan

Riwayat kejang demam

Cepat timbulnya kejang setelah demam

Temperatur yang rendah saat timbulnya kejang(< 380C)

Riwayat keluarga epilepsi.

Rekurensi lebih sering bila serangan pertama terjadi pada bayi berumur kurang

dari 1 tahun yaitu sebanyak 50% dan bila terjadi pada usia lebih dari 1 tahun resiko

rekurensi menjadi 28% 6.

Faktor resiko menjadi epilepsi

Seluruh jenis epilepsi termasuk absens, tonik–klonik umum, dan partial kompleks dapat

terlihat pada pasien dengan riwayat kejang demam. National Institute of Neurologic

Disoder and Stroke (NINDS) Perinatal Colaborative project (NCPP)L melaporkan

tingginya resiko epilepsi seperti berikut:

Page 16: 79789330 Kejang Demam Andre

Perkembangan abnormal sebelum kejang demam pertama.

Riwayat keluaga dengan epilepsi.

Kejang demam kompleks

Enam puluh persen anak dengan kejang demam tidak memiliki satupun dari faktor

resiko diatas, 2% akan berkembang epilepsi sebelum usia 7 tahun. Dari 34% anak dengan

1 faktor resiko 3% akan menjadi epilepsi dan jika mempunyai 2 atau 3 faktor resiko maka

kejadian epilepsi akan menjadi 13% 4.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium pada anak kejang ditujukan selain untuk mencari etiologi

kejang juga untuk mencari komplikasi akibat kejang yang lama. Jenis pemeriksan

laboratorium disesuaikan dengan kebutuhan. Pemeriksaan yang dianjurkan pada

kejang yang pertama adalah kadar glukosa darah, elektrolit, hitung jenis dan

prorombin time. Pada kejang demam beberapa peneliti menemukan kadar yang

normal terhadap pemeriksaan diatas, oleh karenanya tidak diindikasikan pada kejang

demam, kecuali bila didapatkan kelainan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik. Bila

dicurigai adanya meningitis bakterialis dilakukan pemeriksaan kultur darah, dan

kultur cairan cerebrospinalis.

2. Pungsi lumbal

Pemeriksaan cairan cerebrospinalis dilakukan untik menyingkirkan kemungkinan

meningitis, terutama pada pasien dengan kejang demam yang pertama. Selain itu

pungsi lumbal dapat dipertimbangkan pada pasien dengan kejang disertai penurunan

status kesadaran, kaku kuduk, perdarahan kulit, gejala infeksi, paresis, peningkatan

sel darah putih, atau tidak adanya faktor pencetus yang jelas. Pada bayi kecil sering

manifestasi meningitis tidak jelas sehingga pungsi lumbal harus dilakukan pada bayi

berumur kurang dari 12 bulan, dianjurkan pada pasien berumur 12- 18 bulan dan

dipertimbangkan pada anak berumur diatas 18 bulan.

Page 17: 79789330 Kejang Demam Andre

3. Elektroensefalografi

Saat ini EEG tidak diindikasikan untuk anak-anak dengan kejang demam demam

sederhana, karena hasil studi menunjukan bahwa mayoritas dari anak- anak dengan

kejang demam sederhana mempunyai gambaran EEG yang normal. Akan tetapi EEG

yang dikerjakan 1 minggu setelah kejang demam dapat abnormal, biasanya berupa

perlambatan di bagian posterior. Kira- kira 30% penderita yang mengalami

perlambatan di posterior akan menghilang 7-10 hari kemudian. Menurut American

Academy of Pediatric EEG tidak dianjurkan pada penderita kejang demam sederhana

maupun kompleks.

4. Neuroimaging

Pemeriksaan ini meliputi CT Scan dan MRI. Kedua pemeriksaan ini diindikasikan

pada pasien yang dicurigai terdapat lesi intrakranial berdasarkan adanya riwayat

pemeriksaan neurologis yang abnormal. MRI dapat dipertimbangkan pada anak

dengan kejang yang sulit diatasi, epolepsi lobus temporalis, perkembangan terlambat

tanpa adanya kelainan pada kelainan pada CT Scan dan bila terdapat lesi ekuivokal

pada CT Scan.

DIFERENSIAL DIAGNOSIS

1. Meningitis

2. Ensefalitis

3. Obat- obatan tertentu seperti difehidramin, anti depresan trisiklik, ametamin, dan

kokain.

4. Dehidrasi yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air dan elektrolit.

KOMPLIKASI

Komplikasi jarang terjadi pada kejang demam sederhana, sedang kejang demam

kompleks dapat menimbulkan komplikasi. Komplikasi yang mungkin dapat terjadi, yaitu:

1. Kerusakan sel otak

Page 18: 79789330 Kejang Demam Andre

Pada kejang yang berlangsung lama (> 15 menit) biasanya disertai terjadinya apnea,

meningkatnya kebutuhan O2 dan energi untuk kebutuhan otot skelet yang akhirnya

hipoksemia, hiperkapnea, asidosis laktat oleh karena metabolisme anaerob, hipotensi

arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meninggi

disebabkan meningkatnya aktivitas dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak

meningkat. Rangkaian di atas adalah penyebab tejadinya kerusakan neuron otak.

Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia

sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang

mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.

2. Epilepsi

Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang

yang berlangsung lama. Dapat menjadi matang dikemudian hari, sehingga sering

terjadi serangan epilepsi spontan dikemudian hari.

3. Penurunan IQ

Ganguan intelek dan gangguan belajar jarang terjadi pada kejang demam sederhana.

Ellenberg dan Nelson melaporkan bahwa IQ pada 42 pasien kejang demam tidak

berbeda bila dibandingkan dengan saudara kandungnya yang tidak menderita kejang

demam. IQ lebih rendah ditemukan pada pasien kejang demam yang berlangsung

lama dan sebelumnya telah terdapat gangguan perkembangan atau kelainan

neurologis. Selain itu resiko retardasi mental pada pasien dengan kejang demam yang

berulang menjadi 5x lebih besar 4,9,11.

4. Kelumpuhan

Hemiperesis biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama

(berlangsung lebih dari setengah jam) baik bersifat umum atau fokal. Mula –mula

kelumpuhan bersifat flasid tetapi setelah 2 minggu spastisitas.

PENATALAKSANAAN

Pada tatalaksana kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan 4:

Page 19: 79789330 Kejang Demam Andre

1. Pengobatan pada fase akut

2. Mencari dan mengobati penyakit

3. Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam

Pengobatan pada fase akut

Pada sebagian kejang besar kasus kejang demam sering kali kejang berhenti sendiri. Dan

untuk mencegah agar kejang tidak berulang kembali sebaiknya diberikan profilaksis anti

konvulsan karena kejang masih dapat kambuh selama anak masih demam.

Pada anak yang masih mengalami kejang dilakukan perawatan yang adekuat

meliputi: semua pakaian yang ketat dilonggarkan, kemudian penderita dimiringkan agar

jangan terjadi aspirasi ludah atau lendir dari mulut, jalan napas harus bebas agar

oksigenasi terjamin, bila perlu diberikan tambahan oksigen. Fungsi vital seperti

kesadaran, keadaan jantung, tekanan darah, suhu tubuh, pernapasan perlu diikuti dengan

seksama. Suhu yang tinggi harus segera diturunkan dengan kompres atau pemberian

antipiretik.

Kejang harus segera dihentikan untuk mencegah agar tidak terjadi kerusakan pada

otak, meninggalkan gejala sisa atau bahkan menyebabkan kematian. Obat yang paling

cepat menghentikan kejang adalah diazepam. Diazepam dapat diberikan secara intravena

atau intratekal. Dosis intravena 0,3-0,5 mg diberikan secara perlahan- lahan dengan

kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg, bila kejang berhenti sebelum

dosis habis hentikan penyuntikan. Diazepam dapat diberikan 2 kali dengan jarak 5 menit

bila anak masih kejang selain itu diazepam tidak boleh diberikan secara intramuskuler

karena absorpsinya tidak baik.

Bila kejang belum berhenti juga setelah pemberian diazepam ulangan diberikan

fenitoin dengan dosis awal 20mg/kgBB/menit atau kurang dari 50mg/menit. Dosis

selanjutnya diberikan 4-8mg/kgBB/hari (dosis pemeliharaan), 12- 24 setelah dosis awal.

Jika masih kejang rawat di Ruang Rawat Intensif, berikan fenobarbital dosis 10- 20

mg/kgBB dan pasang ventilator bila perlu.

Mencari dan mengobati penyakit

Page 20: 79789330 Kejang Demam Andre

Mencari faktor penyebab sesuai dengan pemeriksaan penunjang yang tersedia. Kejang

demam biasanya disebabkan oleh suatu infeksi sehingga pemberian antibiotik yang tepat

sangat di perlukan.

Pengobatan profilaksis

Pengobatan profilaksis di bagi menjadi 2, yaitu:

1. Profilaksis Intermiten

2. Profilaksis jangka panjang (rumat)

1. Profilaksis intermiten

Yang dimaksud dengan pengobatan intermiten adalah pengobatan yang diberikan

pada saat anak mengalami demam,dengan tujuan mencegah terjadinya kejang

demam. Terdiri dari pemberian antipiretik dan antikonvulsan.

Antipiretik

Efektif menurunkan suhu tubuh sehingga anak tampak lebih tenang, meskipun tidak

terbukti dapat mengurangi resiko rekurensi. Antipiretik yang digunakan antara lain:

Parasetamol atau Asetaminofen 10- 15 mg/kgBB/x dan diberikan

sebanyak 4x sehari

Ibuprofen 10 mg/kgBB/x diberikan sebanyak 3x sehari

Antikonvulsan

Antikonvulsan hanya diberikan pada waktu pasien demam dengan ketentuan orang

tua atau pengasuh pasien mengetahui dengan cepat adanya demam pada anak. Dapat

diberikan diazepam oral dengan dosis 0,3 mg/kgBB/hari tiap 8 jam saat demam atau

diazepam rectal 0,5 mg/kgBB/hari setiap 8 jam bila demam diatas 380C. Efek

samping diazepam adalah ataksia, mengantuk dan hipotonia 4,9.

2. Profilaksis jangka panjang ( rumat)

Page 21: 79789330 Kejang Demam Andre

Pengobatan rumat adalah pengobatan yang diberikan terus- menerus untuk waktu

yang cukup lama. Pengobatan ini diberikan bila terdapat lebih dari satu keadaan

dibawah ini 6 :

Kejang demam lebih dari15 menit

Adanya defisit neurologist yang jelas baik sebelum demam maupun setelah

demam

Kejang demam fokal

Adanya riwayat epilepsi dalam keluarga

Dipertimbangkan bila terdapat lal- hal dibawah ini:

- Kejang demam pertama pada umur dibawah 12 bulan.

- Kejang berulang dalam waktu 24 jam

- Kejang demam berulang (lebih dari 4 kali pertahun)

Obat rumat yang dapat menurunkan resiko berulangnya demam hanya

fenobarbital (3-5mg/kgBB/hari.dibagi dalam 2-3 dosis) dan asam valproat (15-40

mg/kgBB/hari dan dibagi dalam 2 dosis per hari), obat ini diberikan terus menerus

selama satu tahun setelah kejang terakhir kemudian dihentikan secara bertahap

selama 1-2 bulan. Gangguan prilaku dan kesulitan belajar adalah efek samping

pemakaian fenobarbital setiap harinya, sedangkan pemakaian asam valproat pada usia

kurang dari 2 tahun dapat menyebabkan gangguan pada fungsi hati, sehingga jangan

lupa diperiksakan kadar SGOT dan SGPT setelah 2 minggu, satu bulan kemudian

setiap 3 bulan 2,7.

PROGNOSIS

Dengan penanggulangan yang cepat dan tepat, prognosisnya baik dan tidak menyebabkan

kematian. Frekuensi berulangnya kejang berkisar antara 25-50% dan umumnya terjadi

pada 6 bulan pertama dan resiko untuk eskipun belum mendapatkan epilepsy rendah 11,18.

PENCEGAHAN

Meskipun belum diketahui dengan pasti efektifitasnya dalam meminimalkan resiko

kejang demam namum cukup beralasan bila dilakukan pengawasan dan pengontrolan

demam, oleh karena kejang diprovokasi oleh demam. Obat yang biasanya diberikan

adalah Asetamonofen atau Ibuprofen yang diberikan sebanyak 3-4 kali sehari.

Page 22: 79789330 Kejang Demam Andre

Menurunkan demam juga dapat dilakukan dengan kompres menggunakan air hangat.

Walaupun kejang demam tidak terlalu berbahaya tetapi disarankan kepada orang

tua untuk membawa anak dengan kejang demam bila:

Keaadan anak tidak cepat membaik, meskipun kejang telah berhenti

Kejang berlangsung lebih dari 5 menit

Terdapat kejang berulang segera setelah kejang pertama berhenti

Anak kesulitan bernapas

Selain itu pasien dengan kejang demam dapat pula dirujuk kerumah sakit apabila

menunjukkan tanda- tanda 9:

Kejang demam kompleks

Hiperpireksia

Kejang demam pertama

Usia dibawah 6 bulan

Dijumpai kelainan neurologis

Page 23: 79789330 Kejang Demam Andre

DAFTAR PUSTAKA

1. Abraham M Rudolph, Robert K, Kim J, Seizuure and Epilepsy, Rudolph

Fundamental Of Pediatrics, 3rd edition. California: MacGraw- Hill Medical

publishing Division. 2002, page 812- 819

2. Behrman RE, Kliegman RM, Jensen HB, Nelson Text book of pediatrics, 17 th

edition. Philadelphia: WB Sauders company. 2004, page 1813- 1829.

3. Behrman RE, Kliegman RM, Arvio, Nelson Ilmu Kesehatan anak, volume 3, edisi

15. Jakarta: EGC 2005, hal 2059- 2066.

4. Dwi Putro Widodo. Kejang demam apa yang perlu diwaspadai. Penanganan demam

pada anak secara professional, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta, RCSM

2005, hal 58-66.

5. Julia A McMillan,MD, febrile seizures, Oski,s Pdiatrics Principles and Practise,3rd

edition.Philadelpia. publisher:Lippincott& wilkins. 1999, chapter 404,page 1949-

1951.

6. Kesepakatan UUK Neurologi IDAI, kejang demam, Saaf Anak PERDOSSSI,

Jakarta, 2004.

7. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga,Jilid kedua. Penerbit Media Aesculapius

fakultas kedokteran Universitas Indonesia,2000, hal 434-437.

8. MA Guggenheim, MD. Febrile seizure, Current Pediatrics Therapy,15 th edition,

Philadelphia, WB.Sauders company.2000, page 105-106.

9. Paduan Pelayanan Kesehatan Medis, Kejang Demam, Departemen Ilmu Kesehatan

Anak, Jakarta:EGC 2005. hal 151- 154.

10. Rahman M, Derajat MT, Segi- segi praktis Ilmu Kesehatan Anak, edisi2,

salemba,Jakarta. Hal 171-176.

Page 24: 79789330 Kejang Demam Andre

11. Soetomenggolo, Taslim. Kejang demam. Buku Ajar neorologi Anak. Jakarta:Ikatan

Dokter Anak Indonesia. 1999, hal 244- 251.

12. Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, Buku kuliah 2 ilmu kesehatan anak. Bagian

Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, 1985 hal 847-855.