pertumbuhan karang lunak lobophytum strictum hasil transplantasi

68
PERTUMBUHAN KARANG LUNAK Lobophytum strictum HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM RESIRKULASI DENGAN KONDISI CAHAYA BERBEDA DYAH ISNAINI PRASTIWI SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Upload: truongnga

Post on 12-Jan-2017

226 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

PERTUMBUHAN KARANG LUNAK Lobophytum strictum

HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM RESIRKULASI

DENGAN KONDISI CAHAYA BERBEDA

DYAH ISNAINI PRASTIWI

SKRIPSI

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:

PERTUMBUHAN SOFT CORAL Lobophytum strictum HASIL

TRANSPLANTASI PADA SISTEM RESIRKULASI DENGAN KONDISI

CAHAYA BERBEDA

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk

apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi

yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan

dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar

Pustaka dibagian akhir Skripsi ini.

Bogor, April 2011

DYAH ISNAINI PRASTIWI

C54060790

Page 3: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

RINGKASAN

DYAH ISNAINI PRASTIWI. Pertumbuhan Karang Lunak Lobophytum

strictum Hasil Transplantasi pada Sistem Resirkulasi dengan Kondisi Cahaya

Berbeda. Dibimbing oleh DEDI SOEDHARMA dan BEGINER SUBHAN.

Karang lunak merupakan bagian dari ekosistem terumbu karang yang

dianggap penting dan merupakan komponen kedua terbesar sesudah karang batu

serta mempunyai peranan yang penting dalam ekologi terunbu karang, seperti

memberikan kontribusi pada pembentukan terumbu (Manuputty, 2002).

Penelitian karang lunak telah banyak dilakukan terutama penelitian tentang

kandungan bioaktif yang terdapat dalam karang lunak. Mengingat banyaknya

peranan karang lunak yang dimanfaatkan sebagai bahan senyawa bioaktif masih

berasal dari alam maka pengendalian stok di alam perlu dilakukan secara optimal.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk tetap menjaga kelestariannya adalah

melakukan transplantasi dengan fragmentasi buatan.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 sampai Januari 2011 di

Laboratorium Pusat Studi Ilmu Kelautan IPB, Ancol, Jakarta Utara menggunakan

perlakuan pencahayaan yang berbeda pada kolam pengamatan. Kolam yang

pertama dibiarkan terbuka dan kolam yang kedua ditutup menggunakan terpal.

Data pengukuran diolah menggunakan software Image J dan Microsoft Office

Excel 2007. Data total pertumbuhan karang lunak dianalisis menggunakan

metode Rancangan Acak Lengkap. Pengukuran karang lunak meliputi

pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan, dan tingkat kelangsungan hidup.

Pada kolam yang terbuka, tingkat kelangsungan hidup Lobophytum strictum

mencapai 100% sampai akhir penelitian, sedangkan pada kolam tertutup (tanpa

cahaya) hanya mampu bertahan selama 8 minggu sebesar 62,5%. Pertumbuhan

panjang rata-rata karang lunak selama penelitian berkisar antara (5,95±0,31cm)

sampai (10,04±0,6cm). Pada awal penelitian lebar rata-rata fragmen pada kolam

terbuka memiliki nilai (5,27 ± 0,51 cm) dan pada akhir penelitian minggu ke-12

lebarnya bertambah menjadi (6,84 ± 0,72 cm). Pertumbuhan panjang dan lebar

rata-rata kolam tertutup mengalami penurunan setiap minggu. Pada akhir

penelitian, panjang karang lunak berkurang sebesar 3,55 cm sedangkan lebarnya

berkurang 4,28 cm.

Cahaya matahari berperan penting dalam kehidupan karang lunak, hal ini

dikarenakan adanya mikrosimbion zooxhantellae yang memerlukan cahaya

matahari untuk berfotosintesis. Hasil penelitian yang didapatkan bahwa

kelangsungan hidup karang lunak pada kolam terbuka lebih baik daripada kolam

tertutup. Hasil analisa ragam untuk pengaruh pencahayaan terhadap pertumbuhan

panjang Lobophytum srictum mendapatkan hasil yang berbeda nyata. Hal ini

menunjukkan bahwa pencahayaan berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang

karang lunak Lobophytum srictum.

Page 4: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

©Hak cipta milik Dyah Isnaini Prastiwi, tahun 2011

Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari

Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam

bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya

Page 5: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

PERTUMBUHAN KARANG LUNAK Lobophytum strictum

HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM RESIRKULASI

DENGAN KONDISI CAHAYA BERBEDA

DYAH ISNAINI PRASTIWI

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ilmu Kelautan pada

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 6: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

vi

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : PERTUMBUHAN KARANG LUNAK Lobophytum

strictum HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM

RESIRKULASI DENGAN KONDISI CAHAYA

BERBEDA

Nama Mahasiswa : Dyah Isnaini Prastiwi

NRP : C54060790

Departemen : Ilmu dan Teknologi Kelautan

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA Beginer Subhan S.Pi, M.Si

NIP. 19460218 197301 1 001 NIP. 19800118 200501 1 003

Mengetahui,

plh. Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

Dr. Ir. Wayan Nurjaya, M.Sc

NIP. 19640801 198903 1 001

Tanggal Ujian : 15 April 2011

Page 7: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas semua rahmat dan karunia yang telah

diberikan-Nya kepada penulis sehingga penelitian ini dapat selesai. Skripsi yang

berjudul “ Pertumbuhan Karang Lunak Lobophytum strictum Hasil

Transplantasi pada Sistem Resirkulasi dengan Kondisi Cahaya Berbeda”

diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar kesarjanaan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA selaku ketua komisi pembimbing yang

telah memberikan bimbingan, saran dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

2. Beginer Subhan, S.Pi, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, saran dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Staf Laboratorium Pusat Studi Ilmu Kelautan IPB Ancol, Jakarta Utara

khususnya Bapak Mardi yang telah membantu selama penelitian di kolam.

4. Laboratorium Hidro Biologi Laut yang telah mendanai kegiatan penelitian ini.

5. Keluarga tercinta, Bapak Sakri, Ibu Kodariyah, dan kakak Darmawan Wisnu

Pambudi yang selalu memberikan do’a, dukungan, semangat, motivasi dan

kasih sayang.

6. Citra Satrya, Nur Ari Bayu Utama, Nur Endah Fitrianto, Fadhilah Rachmawati,

Safrina Dyah Hardiningtyas, dan Aditya Bramandityo atas bantuan yang telah

diberikan selama penulis bergabung di Laboratorium Hidro Biologi Laut.

7. Silvia Desrika Hutagalung, Yudhi Romansyah, Wahyu Adi Setyaningsih, dan

Woenxyz James atas kebersamaannya pada saat penelitian di Laboratorium

Hidro Biologi Laut.

Page 8: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

viii

8. Teman-teman kosan Arsidaers, Yustika Sekar Negari, Fitriana Intan Putri,

Windarti, Nanda Diniarti, Dwi Retno Aryati, Riza Amirethi Sani, Siska

Wulandari, Dini Dhalyana atas rasa kekeluargaannya, semangat dan masukan

selama ini.

9. Teman-teman ITK 43, khususnya Yudhi Romansyah, Sri Hutri Madela, Resni

Oktavia, Oliver Yonathan, Fitriyah Anggraeni, atas segala masukan, nasihat,

dan semangat sejak kuliah di ITK sampai penelitian.

10. Seluruh pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan maupun sebagai tambahan informasi untuk

memperkaya ilmu dikemudian hari.

Bogor, April 2011

Dyah Isnaini Prastiwi

Page 9: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

ix

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

1. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2. Tujuan ................................................................................................... 3

2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4

2.1. Karang Lunak Lobophytum strictum ................................................... 4

2.2. Morfologi Karang Lunak ...................................................................... 6

2.3. Reproduksi Karang Lunak .................................................................... 8

2.4. Kebiasaan Makan ................................................................................. 8

2.5. Pertumbuhan Karang Lunak ................................................................. 9

2.6. Manfaat Karang Lunak ......................................................................... 12

2.7. Transplantasi Karang Lunak ................................................................ 13

3. METODE PENELITIAN ......................................................................... 15

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 15

3.2. Alat dan Bahan ..................................................................................... 15

3.3. Prosedur Penelitian ............................................................................... 16

3.3.1. Persiapan Kolam ........................................................................ 17

3.3.2. Pengambilan Karang Lunak ....................................................... 18

3.3.3. Pemberian Pakan ........................................................................ 19

3.3.2. Pengambilan Data ...................................................................... 20

3.4. Analisis Data ........................................................................................ 22

3.4.1. Pertumbuhan Karang Lunak ....................................................... 22

3.4.2. Tingkat Kelangsungan Hidup ..................................................... 23

3.4.3. Laju Pertumbuhan Karang Lunak .............................................. 24

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 25

4.1. Kondisi Perairan Kolam ....................................................................... 25

4.2. Organisme Pengganggu ........................................................................ 27

4.3. Transplantasi Karang Lunak ................................................................ 28

4.3.1. Penutupan Luka .......................................................................... 28

4.3.2. Pertumbuhan Mutlak .................................................................. 30

4.3.3. Laju Pertumbuhan ...................................................................... 36

4.3.4. Tingkat Kelangsungan Hidup ..................................................... 40

Page 10: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

x

5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 43

5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 43

5.2. Saran ..................................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 44

LAMPIRAN .................................................................................................... 47

Page 11: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Alat dan Bahan ........................................................................................ 15

2. Parameter fisika, kimia dan biologi ........................................................ 22

3. Parameter kualitas air kolam pemeliharaan ............................................ 25

Page 12: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Koloni Lobopythum strictum .................................................................. 5

2. Penampang vertikal polip karang lunak .................................................. 7

3. Diagram kegiatan penelitian ................................................................... 16

4. Kolam transplantasi karang lunak ........................................................... 17

5. Subtrat transplantasi karang lunak .......................................................... 18

6. Proses penanganan karang lunak ............................................................ 19

7. Pengukuran fragmen karang lunak yang ditransplantasi ........................ 20

8. Perbedaan fragmen karang lunak hidup dan mati ................................... 21

9. Organisme pengganggu ........................................................................... 27

10. Persentase penutupan luka .................................................................... 28

11. Proses penyembuhan luka pada fragmen karang lunak ........................ 29

12. Penyembuhan luka karang lunak Lobopytum strictum ......................... 30

13. Pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata pada kolam terbuka ............. 31

14. Pertumbuhan mutlak kolam terbuka ..................................................... 33

15. Pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata pada kolam tertutup ............. 34

16. Pertumbuhan mutlak kolam tertutup ..................................................... 35

17. Laju pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata pada kolam terbuka ..... 37

18. Laju pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata pada kolam tertutup ..... 39

19. Tingkat kelangsungan hidup karang lunak pada kolam terbuka dan

kolam tertutup ..................................................................................... 41

Page 13: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Hasil pengukuran panjang fragmen Lobophytum strictum pada kolam

terbuka (Image J) .................................................................................... 48

2. Hasil pengukuran lebar fragmen Lobophytum strictum pada kolam

tertutup (Image J) ................................................................................... 49

3. Hasil pengukuran panjang fragmen Lobophytum strictum pada kolam

terbuka (Image J) .................................................................................... 50

4. Hasil pengukuran lebar fragmen Lobophytum strictum pada kolam

tertutup (Image J) ................................................................................... 51

5. Pertumbuhan fragmen karang lunak hasil transplantasi.......................... 52

6. Hasil Analisis Ragam Anova .................................................................. 54

Page 14: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Karang lunak merupakan salah satu anggota Cnidaria yang mempunyai

peranan dalam pembentukan terumbu karang yaitu sebagai pemasok senyawa

karbonat dan meningkatkan keanekaragaman hayati. Hal ini terbukti sejak

ditemukannya sejumlah besar spikula berkapur di dalam jaringan tubuhnya yang

tidak ditemukan pada hewan lain (karang batu, anemone) yang hidup di terumbu

karang yang sama (Manuputty, 2002).

Penelitian karang lunak telah banyak dilakukan terutama penelitian tentang

kandungan bioaktif yang terdapat dalam karang lunak. Tursck et al., (1978) in

Manuputty (2002) telah mengisolasi senyawa terpen dari beberapa jenis karang.

Karang lunak hasil fragmentasi buatan mampu menghasilkan senyawa bioaktif

yang digunakan sebagai penyedia bahan obat-obatan (Soedharma dan Arafat,

2007). Triyulianti (2009) melaporkan bahwa hasil ekstrak pada Sinularia sp. dan

Lobophytum sp. memiliki aktivitas antibakteri yang berbeda pada kedalaman yang

berbeda-beda, ekstrak etil asetat Sarchophyton sp. yang tidak difragmentasi

mampu menghambat empat bakteri yaitu E.coli, S.aureus, P.aeruginosa, dan

B.cereus (Hardiningtyas, 2009)

Mengingat banyaknya peranan karang lunak yang dimanfaatkan sebagai

senyawa bioaktif masih berasal dari alam maka pelestariannya harus segera

dilakukan agar didapatkan pemanfaatan yang optimal. Salah satu upaya yang

dapat dilakukan untuk tetap menjaga kelestarian dan memenuhi bahan baku

adalah melakukan transplantasi dengan fragmentasi buatan.

Page 15: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

2

Tranplantasi karang adalah penanaman dan penumbuhan koloni karang

dengan cara memperbanyak diri dengan fragmentasi (Soedharma dan Arafat,

2007). Kegiatan transplantasi karang merupakan salah satu usaha pengembangan

populasi berbasis alam di habitat alami atau habitat buatan yang dapat dipanen

secara berkelanjutan.

Transplantasi karang di alam telah banyak dilakukan, diantaranya oleh Haris

(2001) spesiesnya adalah Sarchopyton sp. dan Lobophytum strictum, Sinularia

dura oleh Utama (2010), Lobophytum strictum oleh Nugroho (2008) dan

Pramayudha (2010), dan Caulastrea fucata oleh Firdaus (2010). Penelitian

transplantasi karang juga dilakukan di kolam oleh Zulfikar (2003) spesies

Caulastrea fucata dan Cynarina lacrimalis, Lobophytum strictum oleh

Pramayudha (2010).

Sandy (2000) menyatakan bahwa kelebihan transplantasi adalah waktu yang

dibutuhkan relatife cepat, sederhana dan murah. Selain itu dapat diterapkan

kepada masyarakat dalam pemanfaatan karang lunak secara lestari. Faktor yang

mempengaruhi transplantasi di alam adalah gangguan dari alga berfilamen dan

kemampuan karang lunak dalam beradaptasi dengan kondisi lingkungannya

(Utama, 2010).

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengamati tingkat kelangsungan hidup dan

pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum yang ditransplantasikan pada dua

kondisi yang berbeda, yaitu pada sistem resirkulasi dengan pencahayaan dan tanpa

cahaya. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi baik untuk kepentingan

penelitian lanjutan maupun dasar dalam memproduksi anakan karang lunak dan

dapat membantu dalam pemulihan kawasan terumbu karang yang rusak.

Page 16: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

3

1.2. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah mengamati tingkat kelangsungan hidup dan

pertumbuhan karang lunak Lobophytum srictum hasil fragmentasi pada perlakuan

pencahayaan yang berbeda.

Page 17: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

4

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karang Lunak Lobophytum strictum

Terumbu karang merupakan ekosistem di perairan tropis yang kaya akan

biota-biota penyusunnya, dengan keanekaragaman jenis yang tinggi. Salah satu

biota penyusun terumbu karang adalah karang lunak (Octocorallia, Alcyionacea).

Kelompok ini diwakili oleh suku Alcyoniidae yang merupakan kelompok karang

lunak yang tersebar luas di perairan Indo-Pasifik Barat dalam jumlah besar

(Bayer, 1956 in Manuputty, 1996). Kelompok Octocorallia terdiri dari tujuh

bangsa (ordo) yaitu Stolonifera, Telestacea, Alcyonacea, Coenothecalia,

Trachypsammiacea, Gorgonacea dan Pennatulacea.

Sistem klasifikasi karang lunak Lobophytum strictum adalah sebagai berikut

(Ellis dan Sharon, 2005) :

Filum : Coelentrata/Cnidaria

Kelas : Anthozoa

Sub kelas : Octocorallia

Ordo : Alcyonacea

Sub ordo : Alcyoniina

Famili : Alcyoniidae

Genus : Lobophytum

Spesies : Lobophytum strictum

Lobophytum strictum merupakan koloni besar, tumbuh merambat, serta

memiliki kapitulum yang lebar. Polip dimorfik dan retraktil, serta memiliki

koloni berwarna kuning, krem atau kuning kehijauan yang merupakan perbedaan

yang kontras dengan jenis Alcyonaea lainnya (Manuputty, 1996).

Page 18: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

5

(a) (b)

Sumber: (a) Simon Ellis dan Larry Sharon 2005, (b) karang lunak yang

diambil dari Pulau Pramuka

Gambar 1. Koloni Lobopythum strictum

Jenis ini umumnya ditemukan dimana-mana terutama pada perairan yang

jernih. Diketemukan pada perairan dari rataan terumbu sampai kedalaman 7

meter. Koloni bertangkai pendek, sepintas nampak seperti mengerak (encrusting).

Lobus pada bagian tepi bergelombang, dan pada bagian tengah berbentuk seperti

jari. Polip hanya terdapat pada permukaan atas. Garis tengah permukaan atas

hampir sama dengan koloni dasar. Club pada permukaan lobus memiliki

tonjolan-tonjolan berduri, ukuran club 0,07–0,19 mm. Pada bagian interior lobus

club berbentuk kapstan atau silinder yang memiliki tonjolan berduri, ukuran club

0,18–0,25 mm. Pada bagian permukaan tangkai club sama seperti pada

permukaan lobus dengan ukuran panjang 0,07–0,15 mm, sedangkan pada interior

tangkai berbentuk kapstan yang lebar dengan ukuran panjang 0,16 – 0,23 mm

(Tixier Durivault, 1957 in Manuputty 2002).

Page 19: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

6

2.2. Morfologi Karang Lunak

Karang lunak (Octocorallia, Alcyonacea) memiliki tubuh yang lunak tapi

lentur. Jaringan tubuhnya disokong oleh spikula yang tersusun sedemikian rupa

sehingga tubuhnya lentur dan tidak mudah sobek. Spikula tersebut mengandung

kalsium karbonat yang berfungsi sebagai penyokong seluruh tubuh karang lunak

mulai dari bagian basal tempat melekat sampai ke ujung tentakel. Bentuk dasar

spikula bagi bangsa Octocorallia adalah bentuk kumparan sederhana (spindle),

berujung tumpul atau juga runcing, dengan permukaan mempunyai tonjolan-

tonjolan (Manuputty, 1998).

Secara sepintas karang lunak tampak seperti tumbuhan, karena bentuk

koloninya bercabang seperti pohon, memiliki tangkai yang identik dengan batang

dan tumbuh melekat pada substrat dasar yang keras (Manuputty, 1998).

Tubuhnya yang lunak dan kenyal disebabkan karena tidak memiliki kerangka

kapur luar yang keras seperti karang keras. Karang lunak ditunjang oleh tangkai

berupa jaringan berdaging yang diperkuat oleh suatu matriks dari partikel kapur

yang disebut sklerit (Allen dan Steene, 1994 in Sandy, 2000).

Polip merupakan bagian yang fertil pada karang lunak. Menurut Hyman

(1940) in Fabricius dan Alderslade (2001), terdapat dua tipe polip pada karang

lunak, yaitu autozooid dan siphonozooid. Sebagian besar karang

lunak memiliki tipe autozooid, yaitu setiap individu hanya memiliki satu tipe

polip (monomorphic). Polip pada tipe autosoid terdiri dari delapan tentakel dan

delapan septa yang berkembang baik. Selain itu, beberapa karang lunak juga

memiliki tipe polip siphonozooid. Polip pada tipe ini tidak memiliki tentakel, atau

tentakel dan septa yang tereduksi, umumnya lebih kecil dari autozooid dan

bersifat steril.

Page 20: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

7

Sumber: Bayer (1956) in Manuputty (2002)

Gambar 2. Penampang vertikal polip karang lunak

Polip dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu antokodia, kaliks, dan

antostela. Antokodia merupakan bagian yang terdapat dipermukaan koloni dan

bersifat retraktil. Pada antokodia ditemukan tentakel yang berjumlah delapan

dengan deretan duri-duri disepanjang sisinya. Duri ini disebut pinnula yang

berfungsi untuk membantu mengalirkan air dan zat-zat makanan ke dalam mulut.

Pada daerah kaliks ditemukan rongga gastrovaskuler atau rongga perut, terusan

dari farinks yang terbagi menjadi delapan dan disebut septa. Septa membagi

rongga perut menjadi delapan ruangan. Bagian antostela merupakan bagian basal

Page 21: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

8

polip yang mengandung jaring-jaring solenia. Hubungan antara polip satu dengan

lainnya terjadi melalui jaring-jaring solenia ini (Manuputty, 2002).

2.3. Reproduksi Karang Lunak

Pada umumnya karang memiliki kemampuan reproduksi secara aseksual dan

seksual. Reproduksi aseksual adalah reproduksi yang tidak melibatkan peleburan

gamet jantan (sperma) dan gamet betina (ovum). Pada reproduksi ini,

polip/koloni karang membentuk polip/koloni baru melalui pemisahan potongan-

potongan tubuh atau rangka. Karang lunak memiliki cara bereproduksi yang

berbeda-beda tergantung pada kondisi lingkungan sehingga memungkinkan untuk

bisa pulih pada kondisi awal (Fabricius dan Alderslade, 2001).

Reproduksi seksual adalah reproduksi yang melibatkan peleburan sperma dan

ovum (fertilisasi). Sifat reproduksi ini lebih komplek karena selain terjadi

fertilisasi, juga melalui sejumlah tahap lanjutan (pembentukan larva, penempelan

baru kemudian pertumbuhan dan pematangan) (Manuputty, 1996). Larva yang

terbentuk memiliki silia atau bulu getar, kemudian berenang bebas atau melayang

sebagai plankton untuk kurun waktu beberapa hari sampai beberapa minggu,

hingga mendapat tempat perlekatan di substrat dasar yang keras untuk selanjutnya

berubah bentuk (metamorfosis) tumbuh menjadi polip muda kemudian

membentuk koloni baru (Manuputty, 2002).

2.4. Kebiasaan Makan

Pada umumnya Octocorallia khususnya karang lunak, memiliki cara makan

yang bersifat holosoik, yaitu menangkap organisme planktonik dalam jumlah

Page 22: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

9

besar. Salah satu cara yang digunakan adalah menangkap mangsa dengan

menggunakan nematosit. Tentakel akan bergerak ketika berhasil mendeteksi

keberadaan makanan dan akan menginjeksi mangsa sampai mati dengan racun

yang terkandung dalam nematosit. Setelah mangsa tidak berdaya maka mangsa

tersebut dibawa masuk kedalam perut dan dicerna.

Melimpahnya nematosit dan jaringan pencernaan yang berkembang biasanya

berhubungan dengan zooxanthella. Jenis-jenis yang mengandung banyak

zooxanthella dalam jaringan tubuhnya biasanya hanya mengandung sedikit

nematosis, bahkan pada beberapa tidak ditemukan sama sekali. Sisa-sisa

makanan akan dikeluarkan melalui mulut dengan bantuan flagella septa (Bayer,

1956 in Manuputty 1996).

2.5. Pertumbuhan Karang Lunak

Semua organisme hidup mengalami tumbuh dan berkembang. Buddemeir

1978 in Suharsono (1984) pertumbuhan bagi karang dapat diartikan sebagai

perubahan massa per satuan waktu, perubahan volume per satuan waktu, dan

perubahan area permukaan per satuan waktu. Kecepatan tumbuh karang lunak

bervariasi dan tergantung dari jenis, tempat tumbuh dan faktor lain yang

berpengaruh. Secara global, terumbu karang tumbuh dan berkembang optimal

pada perairan bersuhu rata-rata tahunan 25-32 °C, dan dapat mentoleransi suhu

sampai dengan 36-40 °C. Efek dari perubahan suhu pada karang dapat

menyebabkan turunnya respon makan, mengurangi rata-rata reproduksi, banyak

mengeluarkan lendir, dan proses fotosintesis atau respirasi berkurang (Haris,

2001).

Page 23: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

10

Kelompok oktocoral yang mengandung zooxanthella sangat sensitif terhadap

perubahan temperatur air laut yang cukup tinggi. Terlalu tinggi atau rendahnya

suhu suatu perairan dapat menyebabkan terjadinya kehilangan zooxanthella yang

merupakan sumber nutrisi dan warna karang. Kehilangan zooxanthellae dalam

jangka waktu yang cukup lama dapat menyebabkan bleaching dan akhirnya

mematikan hewan karang tersebut (Glynn, 1993)

Terumbu karang hanya dapat hidup di perairan laut dengan salinitas normal

30-35 ‰. Umumnya terumbu karang tidak berkembang di perairan laut yang

mendapat limpasan air tawar teratur dari sungai besar, karena dapat menurunkan

salinitas (Rachmawati, 2001).

Cahaya dan kedalaman berperan penting untuk kelangsungan proses

fotosintesis oleh zooxanthella yang terdapat di jaringan karang. Terumbu yang

dibangun karang hermatipik dapat hidup di perairan dengan kedalaman maksimal

50-70 meter, dan umumnya berkembang di kedalaman sekitar 25 meter. Titik

kompensasi untuk karang hermatipik berkembang menjadi terumbu adalah pada

kedalaman dengan intensitas cahaya 15-20% dari intensitas di permukaan.

Zooxanthellae merupakan algae uniselluler yang bersifat mikroskopik, hidup

dalam berbagai jaringan tubuh karang yang transparan dan menghasilkan energi

langsung dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Pada umumnya zooxanthellae

ditemukan dalam jumlah yang besar dalam setiap polip, hidup bersimbiosis

dengan karang lunak, memberikan warna pada polip, memberikan 90% energi

dari hasil fotosintesis pada polip. Karang menyediakan tempat berlindung bagi

zooxanthellae, nutrisi dan pasokan karbon dioksida secara konstan yang

diperlukan untuk fotosintesis. Assosasi yang erat ini sangat efisien, sehingga

Page 24: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

11

karang dapat bertahan hidup bahkan di perairan yang sangat miskin hara

(Manuputty, 1998). Kekeruhan yang menjadi faktor penting merupakan fungsi

dari konsentrasi padatan tersuspensi dan bahan organik terlarut dalam kolom air,

semakin tinggi kandungan partikel akan menurunkan daya tembus cahaya

matahari, sehingga titik kompensasinya semakin rendah (Rachmawati, 2001).

Nutrien (zat hara) yang berbentuk partikel atau terlarut di perairan terbuka

(oceanic) berasal dari berbagai sumber. Pada daerah pesisir, konsentrasi zat

makanan yang terlarut dalam air lebih tinggi daripada di perairan terbuka, hal ini

disebabkan karena adanya aliran sungai-sungai yang membawa nutrient

(Manuputty, 2008).

Zat hara nitrit, nitrat dan amonium merupakan salah satu mata rantai yang

mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan hidup organisme

di laut. Plankton merupakan salah satu parameter biologi yang erat hubungannya

dengan kandungan zat hara. Tinggi rendahnya kelimpahan plankton tergantung

kepada kandungan zat hara di perairan tersebut (Nybakken, 2000).

Gelombang merupakan faktor pembatas karena gelombang yang terlalu besar

dapat merusak struktur terumbu karang, contohnya gelombang tsunami. Faktor

arus dapat berdampak baik atau buruk. Bersifat positif apabila membawa nutrien

dan bahan-bahan organik yang diperlukan oleh karang dan zooxanthella,

sedangkan bersifat negatif apabila menyebabkan sedimentasi di perairan terumbu

karang dan menutupi permukaan karang sehingga berakibat pada kematian

karang.

Page 25: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

12

2.6. Manfaat Karang Lunak

Karang lunak menghasilkan senyawa bioaktif yang bermanfaat bagi

karang lunak tersebut dan bagi manusia. Senyawa bioaktif merupakan metabolit

sebagai produk metabolisme organisme yang melibatkan anabolisme dan

katabolisme. Ada dua jenis metabolit yang dihasilkan oleh organisme selama

masa pertumbuhan dan perkembangannya yaitu metabolit primer dan metabolit

sekunder. Murniasih (2005) menjelaskan bahwa metabolit primer adalah

metabolit yang dibentuk selama masa pertumbuhan dan digunakan untuk

pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya seperti lemak, DNA, protein dan

karbohidrat. Sedangkan metabolit sekunder adalah komponen senyawa yang

diproduksi pada saat kebutuhan metabolism primer sudah terpenuhi dan

digunakan dalam strategi adaptasi lingkungan ( fungsi penting dalam ekologi).

Elyakov dan Stonik (2003) in Hardiningtyas (2009) melaporkan bahwa karang

lunak menghasilkan beberapa dari golongan senyawa hasil metabolit sekunder,

seperti alkaloid, terpenoid, steroid, flavonoid, fenol, saponin, dan peptida.

Alkaloid memiliki efek farmakologi sebagai analgesik (pereda nyeri) dan

anestetik (pembius). Alkaloid yang biasa digunakan sebagai analgesic dan

anaestetik adalah morfin dan rodein (Robinson 1995 in Hardiningtyas 2009).

Senyawa steroid dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan obat. Flavonoid

merupakan golongan yang penting karena memiliki spektrum aktivitas

antimikroba yang luas dan dapat mengurangi kekebalan pada organisme sasaran.

Saponin merupakan golongan triterpenoid yang mempunyai kerangka karbon

berdasarkan isoprena. Efek utama saponin terhadap bakteri adalah adanya

pelepasan protein dan enzim dari dalam sel. Fungsi dan peranan senyawa terpen

Page 26: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

13

bagi karang lunak adalah untuk kompetisi ruang sebagai racun untuk melawan

predator, sebagai senyawa untuk menyelamatkan makanan dari biota lain. Selain

itu senyawa terpen berperan juga dalam reproduksi (Coll & Sammarco, 1986 in

Manuputty 2002).

2.7. Transplantasi Karang Lunak

Soedharma dan Arafat (2007) menyatakan manfaat transplantasi karang

adalah mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah rusak, rehabilitasi

lahan-lahan kosong atau yang rusak, menciptakan komunitas baru dengan

memasukkan spesies baru ke dalam ekosistem terumbu karang di daerah tertentu,

konservasi plasma nutfah, dan keperluan perdagangan.

Penelitian transplantasi karang di Indonesia telah banyak dilakukan di

Kepulauan Seribu dengan tujuan untuk mengamati laju pertumbuhan dan tingkat

kelangsungan hidup terhadap perlakuan yang berbeda. Transplantasi diruang

terkontrol juga telah dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kendala yang

terdapat di alam dan diharapkan dapat menghasilkan yang lebih baik (Soedharma

dan Arafat, 2007).

Transplantasi karang telah banyak dilakukan dan dikembangkan sebagai

teknologi dalam pengembangan terumbu karang. Filipina telah mengembangkan

untuk mengembalikan terumbu karang yang telah rusak, Singapura melakukan

pengembangan untuk menyelamatkan spesies pada habitat yang rusak dengan cara

meletakkan karang hasil transplantasi pada habitat tersebut.

Pramayudha (2010) melakukan transplantasi spesies Lobophytum strictum di

Kepulauan Seribu dalam dua kondisi lingkungan berbeda, yaitu pada kedalaman 3

Page 27: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

14

meter dan 12 meter serta pada bak terkontrol yang berlangsung selama 19 bulan

untuk mengetahui pertumbuhan karang lunak (panjang, lebar, dan luas). Arafat

(2008) mentransplan jenis Lobophytum strictum, dan Sinularia dura pada dua

kedalaman yakni kedalaman 3 meter dan 10 meter, serta melakukan analisa

histologi untuk melihat perkembangan gonad karang lunak hasil transplantasi.

Haris (2001) melakukan transplantasi Lobophytum strictum di alam dengan

perlakuan cara potong dan zona transplantasi yang berbeda.

Menurut Okubo (2004), faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup

karang yang ditransplantasi ada tiga yaitu memperhatikan tipe pemotongan karang

yang akan ditransplantasi, ukuran potongan fragmen yang ditransplantasi, dan

musim pemotongan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Okubo (2004) bahwa

ukuran fragmen yang dipotong kecil secara vertikal lebih bertahan daripada yang

dipotong secara horizontal.

Page 28: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

15

3. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Ilmu Kelautan IPB,

Ancol, Jakarta yang meliputi dua tahap yaitu persiapan dan fragmentasi

Lobophytum stictum. Tahap persiapan (pembersihan kolam, substrat) dilakukan

pada bulan Juni 2010. Kegiatan fragmentasi dimulai pada bulan Agustus 2010

dan selanjutnya dilakukan pengamatan sampai bulan Januari 2011. Sampel

karang yang digunakan untuk kegiatan transplansi diperoleh dari Area

Perlindungan Laut, Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu pada koordinat 5° 44’ 23”

LS dan 106° 36’ 42.3” BT.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

Alat dan Bahan Spesifikasi Keterangan

Cool box Pengangkut sample

Jangka sorong 15 cm Pengukur panjang, lebar

Kamera underwater Canon G 10, 12

megapixel

Dokumentasi

Kertas newtop Menulis data pengamatan

Alat tulis Menulis data pengamatan

Termometer Pengukur suhu

Pompa Membuat arus

Refraktometer Pengukur salinitas

Aerator Penyuplai oksigen

Sampel karang Karang lunak Lobophytum strictum

Rubble/Gravel Bahan dasar filter mekanik

Substrat ubin 20 x 20 cm Tempat peenenmpelan karang

Terpal 5 x 2 m Penutup kolam

Pipa, selang, dan

pemberat selang

Mengalirkan air dan udara

Pakan alami Plankton

Page 29: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

16

Peralatan yang digunakan untuk mengolah data pengamatan adalah komputer atau

laptop yang dilengkapi dengan software Image-J dan Microsoft Office Excel 2007.

3.3. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan perlakuan yang berbeda yaitu

penggunaan cahaya dan tanpa cahaya. Sampel karang diletakkan pada kolam

yang berbeda. Kolam yang pertama dibiarkan mendapat cahaya, sedangkan

kolam yang kedua ditutup menggunakan terpal untuk menghalangi cahaya agar

tidak masuk ke dalam kolam. Hal ini dilakukan untuk mengetahui besarnya

pengaruh cahaya matahari terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup karang

lunak yang sudah ditransplantasi. Tahapan kegiatan penelitian dapat dilihat pada

skema yang disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram kegiatan penelitian

Persiapan kolam

transplantasi

Analisis Data

Pengambilan data

hasil transplantasi

Transplantasi

Pengambilan

sampel karang

Kolam tertutup

terpal

Kolam terbuka

tanpa penutup

Page 30: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

17

3.3.1. Persiapan Kolam

Tahap persiapan meliputi dua kegiatan yaitu pembersihan kolam dan

persiapan substrat. Kolam yang akan digunakan untuk kegiatan transplantasi

dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan kaporit yang bisa membantu

menghilangkan lumut dan organisme lainnya yang nantinya dapat mengganggu

kegiatan transplantasi. Pada bagian dasar kolam terdapat rubble karang yang

terdiri dari beberapa ukuran dan berfungsi sebagai filter fisik. Kolam yang

digunakan berukuran 3,5x1,5x1 m3 menggunakan sistem resirkulasi tertutup

sehingga air yang digunakan adalah air yang sama. Kolam mengalami

penambahan air setiap 3 hari sekali, hal ini dikarenakan air yang terdapat dalam

kolam merembes ketanah dan menguap. Kolam berfungsi dengan baik jika

dilengkapi dengan aerator yang berfungsi untuk mensuplai oksigen kedalam

kolam. Berikut adalah kolam yang digunakan untuk transplantasi karang lunak

dengan perlakuan kolam yang dibiarkan terbuka mendapat cahaya dan kolam

yang tertutup terpal (Gambar 4).

Gambar 4. Kolam transplantasi karang lunak

Page 31: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

18

Substrat yang digunakan untuk penempelan karang lunak berbentuk persegi

empat dari bahan semen seperti ubin dengan ukuran 20x20 cm2

(Gambar 5).

Karang hasil transplantasi diletakkan di atas substrat yang nantinya akan

menempel pada substrat. Sebelum digunakan, substrat dibersihkan terlebih

dahulu dari organisme lain yang menempel.

Gambar 5. Subtrat transplantasi karang lunak

3.3.2. Pengambilan Karang Lunak

Karang lunak yang digunakan diambil dari Pulau Pramuka Kepulauan Seribu.

Koloni karang lunak yang diambil adalah koloni alami beserta substratnya dengan

ukuran panjang sekitar 25-30 cm. Setelah pengambilan, karang lunak dimasukkan

ke dalam plastik yang diisi air dan udara kemudian diikat rapat. Karang yang

terdapat dalam plastik dimasukkan kedalam coolbox yang sudah diisi es batu

(Gambar 6a). Fungsi dari es batu adalah untuk menurunkan suhu sehingga

aktivitas metabolisme karang berjalan lambat dan mengurangi tingkat stress

karang. Es batu yang dimasukkan dalam coolbox dibalut dengan koran, hal ini

dilakukan agar es batu tidak cepat mencair.

Setelah karang sampai di kolam, karang tidak langsung dimasukkan ke dalam

kolam tetapi dilakukan aklimatisasi selama satu malam. Kegiatan ini dilakukan

dengan keadaan plastik dimasukkan kedalam kolam untuk menyamakan suhu

Page 32: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

19

dengan kolam sehingga karang lunak mampu menyesuaikan diri dengan kondisi

perairan yang baru (Gambar 6b).

(a) (b)

Gambar 6. Proses penanganan karang lunak (a) pengemasan karang lunak di

laut, (b) aklimatisasi di kolam setelah dari laut

Karang lunak sudah siap untuk ditransplantasi setelah satu bulan beradaptasi

di kolam. Setelah ditransplantsi, dilakukan pengamatan pertumbuhan karang

lunak setiap seminggu sekali selama tiga bulan. Pemotongan fragmen karang

lunak dilakukan sebanyak 32 fragmen, kemudian diletakkan pada substrat ubin

yang terdapat pada kolam.

3.3.3. Pemberian Pakan

Pakan yang diberikan pada karang lunak selama penelitian adalah pakan

alami. Pakan alami yang diberikan berupa fitoplankton spesies Chlorella sp. yang

merupakan hasil kultur di Laboratorium Mikroalga, ITK-IPB. Selain pakan alami,

diberikan juga liquidfry untuk merangsang pertumbuhan fitoplankton sehingga

dapat dijadikan sebagai makanan bagi zooplankton. Pemberian liquidfry sesuai

dengan dosis yang tertera pada aturan pemakaian yang dilakukan setiap satu

minggu sekali sebanyak 1,5 liter fitoplankton. Sedangkan untuk pakan buatan

Page 33: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

20

diberikan sebanyak satu tutup botol liquifry untuk satu kolam. Ketika

memberikan pakan, pompa dan aerator yang terdapat pada kolam dimatikan

terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar pakan menyebar keseluruh bagian kolam.

3.3.4. Pengambilan Data

Pengukuran pertumbuhan karang lunak meliputi panjang dan lebar.

Penentuan panjang dan lebar berdasarkan kapitulum terluar. Tanda panah

horizontal untuk pengukuran lebar, sedangkan tanda panah vertikal untuk

pengukuran panjang fragmen (Gambar 7).

(A)

(B)

Gambar 7. Pengukuran fragmen karang lunak yang ditransplantasi,

(A) lebar, (B) panjang

Ciri-ciri karang lunak hidup (Gambar 8a) adalah terlihat segar, berwarna

coklat kuning, dan fragmen tidak lembek sedangkan karang dikatakan mati

(Gambar 8b) jika berwarna coklat pucat, layu, dan fragmen akan hancur ketika

dipegang.

Page 34: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

21

(a) v (b)

Gambar 8. Perbedaan fragmen karang lunak hidup (a) dan mati (b)

Parameter lingkungan yang diukur adalah parameter fisika, kimia dan biologi

yang diukur secara langsung maupun di laboratorium. Parameter fisika yang

diukur adalah suhu dan salinitas. Pengukuran suhu dilakukan dengan

menggunakan termometer yang terpasang pada kolam, sedangkan pengukuran

salinitas menggunakan refraktrometer dengan cara meneteskan contoh air keatas

kaca refraktometer yang kemudian bisa dilihat langsung besarnya nilai salinitas

pada kolam. Parameter kimia yang diamati yaitu nitrat, nitrit, amonium. Contoh

air untuk dianalisa kandungan kimia perairannya diambil dengan botol berbentuk

jerigen kemudian disimpan dalam coolbox. Analisis kandungan nitrat, nitrit, dan

amonia dilakukan di Laboratorium Produksi Lingkungan, MSP-IPB.

Page 35: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

22

Tabel 2. Parameter fisika, kimia dan biologi serta peralatan yang digunakan

Parameter Unit Alat/Bahan Keterangan

Fisika

Suhu °C Termometer Pengukuran Langsung

Salinitas ‰ Refraktrometer Pengukuran Langsung

Kimia

Nitrit mg/l Spektrofotometer Analisis Laboratorium

Nitrat mg/l Spektrofotometer Analisis Laboratorium

Amonium mg/l Spektrofotometer Analisis Laboratorium

Biologi

Panjang pertumbuhan mm/minggu Jangka sorong Pengukuran Langsung

3.4. Analisis Data

Pertumbuhan panjang, lebar dan luasan karang lunak yang ditransplantasi

dianalisa menggunakan software Image J 1.38x. Sistem penganalisaannya

menggunakan foto karang lunak yang didigitasi di sekitar tepian karang sehingga

akan menghasilkan nilai panjang, lebar, dan luasan karang secara otomatis. Untuk

menjaga tingkat keakurasian data yang dihasilkan oleh Image J maka dilakukan

pembandingan data dengan hasil olahan yang bulan sebelumnya. Satuan dari

Image J telah dikalibrasi ke dalam centimeter (cm). Data pengukuran secara

manual atau langsung diolah menggunakan software Microsoft Office Excel 2007.

Data pertumbuhan karang lunak dianalisis menggunakan metode Rancangan Acak

Lengkap. Analisis ragam ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pencahayaan

terhadap pertumbuhan.

3.4.1. Pertumbuhan Karang Lunak

Pertumbuhan karang lunak diketahui dengan menganalisa beberapa parameter

terkait pertumbuhannya, yaitu meliputi pertambahan panjang, lebar, dan luasan

Page 36: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

23

kapitulum. Pengukuran pertumbuhan dengan menggunakan jangka sorong dan

Image J dihitung menggunakan rumus Ricker (1975) in Haris (2001)

………. (1)

Keterangan :

β = Pertumbuhan panjang/lebar karang lunak (cm),

Lt = Panjang/lebar karang lunak pada saat waktu ke-t, (cm)

L0 = Panjang/lebar karang lunak pada saat waktu ke-o, (cm)

t = Waktu pengamatan karang lunak (minggu)

3.4.2. Tingkat Kelangsungan Hidup

Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan

transplantasi yang dilihat dari seberapa persen karang lunak yang ditransplantasi

masih tetap hidup dari awal hingga akhir penelitian. Untuk menghitungnya maka

digunakan persamaan Ricker (1975) in Haris (2001), yaitu:

……….. (2)

Keterangan :

SR = Tingkat kelangsungan hidup karang lunak (%),

Nt = Jumlah fragmen karang lunak pada akhir penelitian,

No = Jumlah fragmen karang lunak pada awal penelitian,

Page 37: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

24

3.4.3. Laju Pertumbuhan Karang Lunak

Persamaan yang digunakan untuk menghitung laju pertumbuhan karang

lunak, serupa dengan yang digunakan Zonneveild et al dalam Yustina et al.,

(2003), yaitu :

………. (3)

Keterangan :

α = Laju pertumbuhan panjang/lebar karang lunak (cm),

Lt+1 = Rata-rata panjang/lebar karang lunak pada waktu ke- t+1, (cm)

Lt = Rata-rata panjang/lebar karang lunak pada saat waktu ke-i, (cm)

ti+1 = Waktu pengamatan ke-i+1

ti = Waktu pengamatan ke-t

Page 38: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

25

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Perairan Kolam

Kondisi lingkungan perairan berpengaruh terhadap pertumbuhan karang.

Terdapat beberapa faktor fisik dan kimia yang berpengaruh diantaranya adalah

suhu, salinitas, nutrient, arus, kecerahan. Berikut ini adalah parameter kualitas air

yang diukur pada kolam pemeliharaan (Tabel 3).

Tabel 3. Parameter kualitas air kolam pemeliharaan

No Parameter Satuan

Perlakuan Baku

Mutu* Kolam

terbuka

Kolam tertutup

I II I II

1 Suhu °C 26-28 26-28 28-30

2 Salinitas ‰ 31-33 31-33 33-34

3 Nitrat mg/l 0.9122 1.1100 0.2000 0.8062 0.0080

4 Nitrit mg/l 0.0019 0 0.0011 0

5 Amonia mg/l 0.6433 0.9530 0.2844 0.6858 0.3000

Catatan: *Baku mutu Keputusan MENLH No. 51 tahun 2004 tentang baku mutu

kualitas air untuk biota

Karang mampu tumbuh dan berkembang secara optimum pada suhu rata-rata

25- 32 ºC (Nybaken, 2000). Nilai kisaran suhu perairan kolam selama penelitian

antara 26-28 ºC. Kisaran suhu pada kolam perairan masih memenuhi syarat agar

karang dapat tumbuh secara optimum.

Nilai salinitas pada kolam terkontrol berkisar antara 31-33 ‰. Menurut

Keputusan MENLH No. 51 (2004) kisaran salinitas yang baik untuk biota

memiliki kisaran 33-34 ‰, hal ini menunjukkan bahwa salinitas kolam terkontrol

masih mendukung untuk kehidupan karang lunak. Penurunan salinitas dapat

dipengaruhi oleh masukan dari air hujan (Rachmawati, 2001).

Kecerahan pada kolam terbuka mencapai 100 %, karena air pada kolam

terlihat jernih. Hal ini ditunjukkan dengan tidak terbatasnya pandangan hingga ke

Page 39: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

26

dasar kolam. Pengadukan yang ditimbulkan oleh arus buatan tidak menimbulkan

pengaruh yang cukup besar, karena arus yang ditimbulkan tidak mencapai dasar

perairan sehingga tidak menimbulkan kekeruhan. Kecerahan sangat berpengaruh

terhadap proses fotosintesis.

Hasil pengukuran beberapa parameter kimia didapatkan bahwa nilai kualitas

air masih berada diatas atau berada pada kisaran yang cukup aman untuk

pertumbuhan karang lunak. Nitrat adalah senyawa anorganik yang berperan

sebagai nutrien. Hasil pengukuran awal pada kolam terbuka didapatkan 0.9122

mg/l dan pada akhir penelitian didapatkan 1.1100 mg/l. Pada kolam tertutup,

kandungan nitrat pada pengukuran awal mencapai 0.2000 mg/l dan pengukuran

kedua bernilai 0.8062 ml/l. Kandungan nitrat yang terukur sudah melebihi

ambang batas aman baku mutu yang ditetapkan oleh Kep MENLH No.51 yaitu

0.0080 mg/l. Kadar nitrat yang lebih dari 0,2000 mg/l dapat memicu terjadinya

eutrofikasi perairan, yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan algae dan

tumbuhan air secara pesat (Effendi, 2003).

Nitrit dan amonia merupakan zat buangan dari aktivitas metabolisme. Nilai

nitrit hasil pengukuran awal penelitian didapatkan 0.0019 mg/l untuk kolam

terbuka dan 0.0011 mg/l untuk kolam tertutup. Hal ini menunjukkan bahwa nilai

nitrit pada kolam terbuka memiliki nilai yang lebih besar. Pada akhir penelitian,

kandungan nitrit pada kedua kolam bernila 0. Kadar amonia yang terukur pada

kedua kolam telah melebihi ambang batas baku mutu. Hasil pengukuran amonia

pada awal penelitian kolam yang mendapat cahaya 0.6433 mg/l dan 0.9530 mg/l

pada akhir penelitian. Kolam yang mendapat cahaya memiliki nilai amonia

0.2844 mg/l dan 0.6858 mg/l.

Page 40: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

27

4.2. Organisme Pengganggu

Umumnya pada perairan terdapat organisme yang mengganggu biota yang

hidup pada perairan tersebut. Demikian juga dengan perairan dalam kolam

terkontrol terdapat organisme seperti alga yang dapat menghambat pertumbuhan

karang dan akan menambah persaingan untuk mendapatkan makanan, nutrient,

dan oksigen. Alga bisa ditemukan pada dinding kolam, substrat, pada selang

aerator, dan pada karang yang ditransplantasi.

(i) (ii)

(iii)

Gambar 9. Organisme pengganggu (i) alga coklat cembung, (ii) alga coklat

berfilamen, (iii) anemon

Kandungan unsur hara yang tinggi (terutama nitrat) akan memacu laju

petumbuhan alga berfilamen yang tumbuh pada substrat fragmen karang lunak.

Alga ini dapat mengganggu efektifitas pemanfaatan cahaya, kompetitor dalam

mencari ruang dan bahkan dapat memotong jaringan tubuh karang lunak yang

ditransplantasi (Haris, 2001). Pembersihan kolam dari alga dan anemone

dilakukan setiap satu minggu sekali, dan dalam satu minggu kemudian alga dan

Page 41: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

28

anemon tumbuh disekitar dinding kolam, substrat karang lunak bahkan pada

tubuh karang lunak itu sendiri. Pertumbuhan alga yang subur dapat menutupi

permukaan polip karang sehingga menghalangi zooxhantella berfotosintesis.

Karang yang mendapat sedikit masukan makanan dapat menyebabkan

pertumbuhan menjadi lambat dan dapat mengakibatkan kematian.

4.3. Transplantasi Karang Lunak

4.3.1. Penutupan Luka

Pada saat ditransplantasi karang akan berubah warna dan mengeluarkan

lendir. Hal ini mengindikasikan bahwa karang lunak mengalami stress. Masa

adaptasi karang lunak adalah masa yang paling kritis karena karang lunak harus

menyesuaikan dengan lingkungan. Karang lunak akan mengeluarkan mucus

(lendir) dalam jangka waktu yang lama jika kondisi perairan kurang mendukung

untuk kehidupan. Mucus berfungsi sebagai perlindungan diri dari lingkungan luar

dan akan kembali normal jika telah stabil (Zulfikar, 2003).

Gambar 10. Persentase penutupan luka

Page 42: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

29

Luka bagian luar pada fragmen mengkerut

dan merapat ke dalam (minggu ke-1)

Luka mengecil setelah 3 minggu

Pada minggu pertama setelah fragmentasi lendir yang dikeluarkan karang

lunak cukup banyak. Minggu kedua, lendir mulai berkurang dan luka pada karang

lunak sudah mulai tertutup sebesar 37,81 % ± 1,51. Minggu ketiga karang masih

mengeluarkan lendir tetapi tidak sebanyak minggu kedua. Penutupan luka pada

minggu ketiga mencapai 75,63 % ± 1,41. Pada minggu keempat lendir pada

karang lunak masih ada namun sangat tipis dan luka sudah hampir tertutup 92,5 %

± 1,51. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi penyembuhan luka hasil

fragmentasi.

Proses penyembuhan luka karang lunak pada penelitian ini berlangsung

selama 1 bulan. Demikian juga transplantasi yang telah dilakukan oleh

Pramayudha (2010) dan Haris (2001) bahwa penutupan luka berlangsung selama

1 bulan. Proses penutupan luka dimulai dari bagian tepi yang terluar kemudian

akan merapat kedalam sehingga luka akan tertutup (gambar 11). Pada minggu ke-

2 karang mulai berubah warna dari coklat pucat menjadi berwarna coklat segar.

Gambar 11. Proses penyembuhan luka pada fragmen karang lunak

Page 43: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

30

Bagian karang yang dilingkari adalah bagian karang yang terluka (Gambar

12). Luka karang lunak umumnya terjadi pada lapisan ektodermis yang

melindungi tubuh karang lunak terhadap kondisi lingkungan seperti arus. Pada

awal penelitian (Gambar 12i) terlihat luka dibagian tepi dan setelah 4 minggu

pengamatan (Gambar 12ii), luka pada karang lunak telah tertutup. Indikator

penutupan luka adalah lapisan ektodermis yang luka telah tertutup oleh lapisan

ektodermis baru dan akan membentuk polip namun tidak sesempurna yang

aslinya. Selain itu warna karang lunak juga terlihat segar dan tidak terdapat lendir.

(i) (ii)

Gambar 12. Penyembuhan luka karang lunak Lobopytum strictum (i) awal

penelitian, (ii) penutupan luka (selama 4 minggu).

4.3.2. Pertumbuhan Mutlak

a. Pertumbuhan pada Kolam Terbuka

Pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata fragmen karang pada kolam terbuka

mengalami fluktuasi. Pada minggu pertama sampai minggu keempat fragmen

mengalami pertumbuhan panjang dan lebar (Lampiran 1 dan lampiran 2), namun

pada minggu keenam pertumbuhan mengalami penurunan, dan pada pengamatan

minggu ke-9 sampai minggu ke-12 menunjukkan fragmen semakin menurun

Page 44: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

31

setiap minggunya. Pertumbuhan panjang rata-rata pada minggu pertama bernilai

5,95 ± 0,31 cm dan pada akhir penelitian bertambah menjadi 8,64 ± 0,32 cm.

Panjang rata-rata karang lunak selama penelitian berkisar antara 5,95 ± 0,31 cm

sampai 10,04 ± 0,6 cm. Nilai terendah didapatkan pada minggu ke-1 dan nilai

tertinggi didapatkan pada minggu ke-8.

Gambar 13. Pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata pada kolam terbuka

Pertumbuhan lebar rata-rata fragmen pada kolam terbuka memiliki nilai 5,27

± 0,51 cm dan pada akhir penelitian minggu ke-12 lebarnya bertambah menjadi

6,84 ± 0,72 cm. Apabila dilihat pertambahan lebarnya, dari minggu pertama

sampai minggu terakhir mengalami pertumbuhan namun dengan nilai yang naik

turun. Rata-rata pertumbuhan lebar berkisar antara 5,27 ± 0,51 cm sampai 8,60 ±

0,77cm. Pertumbuhan lebar tertinggi pada minggu ke-5 dan terendah terjadi pada

minggu pertama pengamatan. Pertumbuhan lebar pada fragmen karang sebanding

dengan pertumbuhan panjang. Dari gambar 13 diketahui bahwa ketika fragmen

karang lunak mengalami penurunan panjang, lebar fragmen juga akan menurun.

Page 45: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

32

Haris (2001) dan Pramayudha (2010) menjelaskan bahwa pertumbuhan

karang lunak yang ditransplantasi di alam lebih cepat mengalami pertumbuhan

daripada hasil transplantasi di kolam. Faktor yang mempengaruhi diantaranya

adalah arus. Arus akan membantu pengadukan sehingga alga penempel atau

kompetitor tidak menempel pada karang. Arus yang terjadi pada kolam sangat

kecil yang bersumber dari semprotan aliran air pada pipa. Pergerakan massa air

yang terlalu kecil dapat menyebabkan lendir dan alga akan terus menempel

sehingga mengganggu aktivitas antokodia dalam menangkap makanan (Zulfikar,

2003). Hasil pengamatan pertumbuhan panjang dan lebar yang dilakukan hampir

sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Pramayudha (2010) yaitu

pertumbuhan panjang di kolam mengalami fluktuasi dan pada pengamatan

terakhir mengalami penurunan.

Pada minggu ke-6 dan minggu ke-9 terjadi penurunan panjang dan lebar. Hal

ini dikarenakan pada minggu tersebut terjadi curah hujan cukup tinggi sehingga

kolam mendapat penambahan air tawar dari air hujan. Penambahan air tawar

dapat mengakibatkan penurunan salinitas (Rachmawati, 2001). Karang lunak

dapat melindungi diri dari kondisi yang merugikan dengan menarik tentakel dari

polip ke dalam rongga tubuh dan menyusutkan massa tubuh mereka hingga

sepertiga dari ukuran panjang mereka dengan mengeluarkan air. Hal ini dapat

sedikit menjelaskan kemampuan mereka untuk bertahan pada kondisi lingkungan

yang berfluktuasi (Ellis dan Sharron, 1999).

Pakan alami diberikan pada dua bulan pertama sedangkan pada satu bulan

terakhir pakan alami diganti dengan pakan buatan liquidfry. Pada minggu ke-10

sampai dengan minggu ke-12 fragmen karang mengalami penurunan panjang dan

Page 46: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

33

lebar. Hal ini dapat diasumsikan bahwa pasokan makanan dari pakan alami lebih

mencukupi daripada liquidfry. Pakan buatan dihasilkan dari liqudfry tidak

mencukupi jumlah makanan yang dibutuhkan sehingga karang lunak mengalami

krisis makanan. Selain itu jumlah alga yang terdapat dalam kolam semakin

banyak sehingga terjadi kompetisi ruang antara alga dengan karang lunak

Lobophytum strictum.

Pertumbuhan mutlak panjang fragmen Lobophytum strictum awal penelitian

sampai akhir penelitian adalah 2,69 cm sedangkan pertumbuhan mutlak lebarnya

mencapai 1,57 cm (Gambar 14). Berdasarkan data dapat disimpulkan bahwa

fragmen karang lunak Lobophytum strictum cenderung tumbuh memanjang dan

diasumsikan karena adanya pengaruh arus buatan yang terletak pada arah

memanjang karang lunak serta adanya cahaya matahari yang menimbulkan

fototaksis yaitu tumbuh mengikuti arah cahaya berasal.

Gambar 14. Pertumbuhan mutlak pada kolam terbuka

b. Pertumbuhan pada Kolam Tertutup

Pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata kolam tertutup (Gambar 15)

mengalami penurunan setiap minggu yaitu pada minggu ke-1 memiliki nilai 8,80

Page 47: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

34

± 0,55 cm dan pada akhir penelitian pada minggu ke-8 bernilai 5,25 ± 0,34 cm.

Nilai tertinggi didapatkan pada pengamatan pertama 8,80 ± 0,55 cm dan nilai

terendah pada pengamatan minggu ke-8 yaitu 5,25 ± 0,34 cm (Lampiran 3).

Fragmen karang lunak yang ditransplantasi pada kolam tertutup hanya mampu

bertahan sampai minggu ke-8.

Gambar 15. Pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata pada kolam tertutup

Pada kolam tertutup, pertumbuhan lebar dari minggu pertama sampai minggu

ke-8 mengalami penurunan. Nilai pertumbuhan lebar berkisar antara 4,86 ± 0.64

cm sampai 9,14 ± 0,51cm. Pertumbuhan terendah terjadi pada minggu ke-8 dan

pada minggu ke-9 fragmen karang lunak mati (Lampiran 4). Proses kematian

mula-mula terlihat adanya perubahan warna karang yaitu dari warna coklat

menjadi putih pucat yang kemudian diikuti dengan kematian (Suharsono, 1984).

Proses perubahan warna dapat dilihat pada Lampiran 5b.

Page 48: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

35

Gambar 16. Pertumbuhan mutlak kolam tertutup

Pertumbuhan mutlak panjang fragmen Lobophytum strictum awal penelitian

sampai akhir penelitian menurun sebesar 3,55 cm sedangkan pertumbuhan mutlak

lebarnya juga menurun yaitu 4,28 cm (Gambar 16). Pertumbuhan karang

mengalami penurunan setiap minggu. Hal ini dikarenakan kolam tidak mendapat

cahaya sehingga pertumbuhan dan proses fotosintesis menjadi terhambat dan

mengurangi pasokan makanan. Zooxhantella pada karang lunak berperan penting

pada penyediaan nutrisi melalui proses fotosintesis dan kemungkinan besar

berperan juga pada kalsifikasi dan pengendapan sklerit. Beberapa peneliti

menyatakan bahwa pertumbuhan karang mempunyai korelasi positif dengan lama

penyinaran matahari dan tidak dengan intensitas cahaya (Haris, 2001). Perubahan

warna pada spesies Lobophytum strictum yang terjadi pada awal penelitian

menunjukkan bahwa karang lunak mengalami stres dan biasanya disertai dengan

keluarnya lendir yang berfungsi untuk mempertahankan diri.

Pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata pada kolam terbuka jauh lebih baik

dibandingkan dengan kolam tertutup. Verron in Zulfikar (2003) menyatakan

bahwa cahaya adalah salah satu faktor penting untuk pertumbuhan karang, karena

Page 49: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

36

90 % makanan karang disalurkan oleh zooxhantella dan cahaya sangat berperan

penting untuk zooxhantella. Cahaya dapat membantu pertumbuhan jenis oktokoral

yang mengandung zooxhantella berdasarkan tingkat iradiasi yang akan

mempercepat fotosintesis. Pada kolam tertutup tidak terdapat alga seperti pada

kolam terbuka sehingga tidak terjadi kompetisi ruang dengan alga.

Hasil analisa ragam untuk pengaruh pencahayaan terhadap pertumbuhan

panjang Lobophytum srictum mendapatkan hasil yang berbeda nyata dengan nilai

Fhit 12,2078 lebih besar dari Ftabel 4,4939 (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan

bahwa pencahayaan berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang karang lunak

Lobophytum srictum. Hasil analisa ragam untuk pengaruh pencahayaan terhadap

pertumbuhan lebar Lobophytum srictum mendapatkan hasil yang berbeda nyata

dengan nilai Fhit 7.1458 lebih besar dari Ftabel 4.4939 (Lampiran 6). Hal ini

menunjukkan bahwa pencahayaan berpengaruh terhadap pertumbuhan lebar

karang lunak Lobophytum srictum.

4.3.3. Laju Pertumbuhan

a. Laju Pertumbuhan Kolam Terbuka

Laju pertumbuhan karang lunak mengalami fluktuasi pada setiap minggunya

(Gambar 17). Laju pertumbuhan panjang memiliki nilai tertinggi ± 1,26 cm dan

terendah ± -0,6 cm . Nilai laju pertumbuhan panjang terendah terjadi pada M10-

M11, sedangkan laju tertinggi pada M2 -M3. Nilai kisaran laju pertumbuhan

lebar antara ± -0,5 cm sampai ± 1,36 cm.

Page 50: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

37

Gambar 17. Laju pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata pada kolam terbuka

Laju pertumbuhan lebar terendah terjadi pada M5-M6. Secara keseluruhan

dari awal hingga akhir penelitian, rata-rata laju pertumbuhan panjang karang

lunak pada kolam yang mendapat cahaya mengalami laju penurunan sebesar

±0,22cm, laju pertumbuhan lebar juga mengalami penurunan dari ± 0,68 cm

menjadi ± 0,2 cm.

Ukuran polip yang panjang dan jumlah polip persatuan luas yang banyak

akan mengefektifkan pengambilan makanan. Sorokin in Haris (2001) menyatakan

bahwa polip yang berukuran besar juga mempunyai zooxhantella yang banyak

sehingga akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan karang.

Pemberian pakan alami dapat menunjang laju pertumbuhan karang lunak.

Pakan alami yang diberikan adalah fitoplankton jenis Chlorella sp. yang

diberikan setiap seminggu sekali selama penelitian. Laju pertumbuhan pada akhir

penelitian mulai menurun dikarenakan adanya kompetisi ruang dengan alga dan

anemon sehingga karang lunak tertutup alga dan zooxhantella akan sulit

berfotosintesis. Pada awal penelitian laju pertumbuhan mulai naik dan kemudian

Page 51: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

38

turun pada minggu ke-6. Hal ini dikarenakan belum terjadi kompetisi ruang

dengan alga. Pengukuran suhu yang didapatkan lebih rendah dari suhu optimum

untuk pertumbuhan. Suhu yang terlalu tinggi atau rendah dapat mengakibatkan

kehilangan zooxhantella dari jaringan karang yang merupakan sumber utama

nutrisi dan warna ( Manuputty, 2008). Pengamatan dengan kontak langsung akan

berpengaruh terhadap nilai pengukuran dan dengan intesitas tertentu dapat

mengakibatkan karang lunak menjadi mengkerut.

b. Laju Pertumbuhan pada Kolam Tertutup

Laju pertumbuhan panjang dan lebar karang lunak pada kolam tertutup dapat

dilihat pada Gambar 18. Laju pertumbuhan terpanjang terdapat pada M7-M8 dan

terendah terjadi pada M1-M2. Nilai laju pertumbuhan panjang berkisar antara ± -

1,92 cm sampai ± 1,17 cm. Pada laju pertumbuhan lebar nilai tertinggi pada M4-

M5 dan nilai terendah terjadi pada M1-M2. Kisaran nilai laju pertumbuhan lebar

antara ± -2,81 cm sampai ± 0,09 cm. Berdasarkan gambar 18, laju pertumbuhan

panjang selalu mengalami penurunan pada setiap minggu sedangkan pada laju

pertumbuhan lebar mengalami kenaikan pada M4-M5. Laju pertumbuhan

panjang dan lebar terendah terjadi pada M1-M2. Hal ini dikarenakan karang

masih belum beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan yang baru yaitu tidak

mendapat cahaya yang cukup.

Page 52: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

39

Gambar 18. Laju pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata pada kolam tertutup

Ketersediaan makanan yang cukup pada karang lunak akan memberikan

pertumbuhan yang optimal pada karang. Tidak adanya kompetisi ruang dengan

alga maka polip akan mudah untuk mencari makanan. Pada kolam yang tertutup

tidak terjadi kompetisi ruang dengan alga. Hal ini dikarenakan pada kolam tidak

terdapat cahaya sehingga alga akan sulit tumbuh. Semakin sedikit alga maka

pertumbuhan akan semakin optimal, tetapi hal ini tidak terjadi pada kolam yang

tertutup. Zooxanthellae tidak dapat berfotosintesis karena tidak terdapat cahaya.

Panjang lobus fragmen karang lunak yang terdapat pada kolam tertutup

mengalami penurunan bahkan berkurang. Penurunan dalam volume, massa dan

jumlah polip dengan sendirinya akan menurunkan kemampuan karang dalam

memperoleh energi dari produk fotosintesis zooxhantellae yang hidup pada

jaringan polipnya (Rani, 1999). Warna pada fragmen karang berubah menjadi

kuning putih atau bleaching (Lampiran 5b). Coral bleaching dikarenakan

kehilangan alga simbion (zooxhantellae) dan atau pigmen yang dikarenakan

Page 53: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

40

stress, proses aklimatisasi dan adaptasi perubahan lingkungan (Woesik et al.,

2001).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Horani et al., (2007)

menyatakan bahwa karang mampu menyerap kalsium secara optimal pada siang

hari sampai sore hari. Kemampuan menyerap akan berkurang pada malam hari.

Hal ini membuktikan bahwa karang mampu berproduksi ketika mendapatkan

cahaya secara maksimal sehingga mampu berfotosintesis. Peranan zooxanthellae

dalam kalsifikasi sangat penting. Jika zooxanthellae dicegah untuk tidak

melakukan fotosintesis atau dipindahkan dari jaringan karang maka reaksi

pembentukan CaCO3 menjadi sangat lambat.

Pada kolam tanpa cahaya, cahaya yang didapatkan kurang optimal karena

dalam kondisi yang gelap sehingga proses fotosintesis tidak terjadi. Berdasarkan

hasil penelitian yang telah dilakukan, pertumbuhan karang lunak mengalami

penurunan setiap minggunya. Hal ini dikarenakan karang lunak tidak

mendapatkan pasokan makanan untuk tumbuh sehingga tubuh karang mengkerut

dan mengecil. Karang akan mengalami kematian apabila kondisi lingkungan yang

tidak stabil berlangsung lama (Zulfikar, 2003).

4.3.4. Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup diukur dari awal penelitian sampai akhir

penelitian untuk mengetahui ketahanan karang dan perkembangan karang.

Tingkat kelangsungan hidup pada kolam terbuka dan kolam tertutup berbeda.

Pada kolam terbuka, tingkat kelangsungan hidup Lobophytum strictum mencapai

100% sampai akhir penelitian, sedangkan pada kolam tertutup hanya mampu

Page 54: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

41

bertahan selama 8 minggu. Kolam tertutup memiliki tingkat kelangsungan hidup

100 % selama tiga minggu dan kemudian menurun setiap minggu hingga mecapai

0% pada minggu ke-9. Dari Gambar 19 menunjukkan bahwa tingkat

kelangsungan hidup pada kolam terbuka lebih tinggi daripada kolam tertutup.

Gambar 19. Tingkat kelangsungan hidup karang lunak pada kolam terbuka

cahaya dan kolam tertutup.

Ketahanan hidup pada karang yang terdapat pada kolam tertutup menurun

karena salah satu respon dari karang yang stres. Sarwono in Zulfikar (2003)

menjelaskan bahwa untuk mengurangi atau menghilangkan stres, hewan karang

akan melakukan penyesuaian tingkah laku. Jika tidak berhasil maka biota akan

kembali mengalami stress bahkan stres itu akan bertambah besar dan akan

berdampak pada kematian.

Menurut Rani (1999), polip karang kehilangan warna sebagai akibat

keluarnya zooxanthellae dari jaringan polip karang, sebagai tanggapan terjadinya

stress pada polip karang akibat perubahan lingkungan. Fragmen tersebut tidak

dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan juga dipengaruhi dengan luka

Page 55: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

42

yang terdapat pada tubuh karang lunak tersebut setelah pemindahan dari

lingkungan sebelumnya.

Pada kolam tertutup faktor pencahayaan kurang terpenuhi sehingga

pertumbuhan karang lunak menjadi lambat. Rani (1999) menyatakan untuk

keberhasilan usaha transplantasi karang perlu memperhatikan kemiripan kondisi

oseanografis antara daerah dimana karang diambil dengan daerah yang akan

ditransplantasi serta mengurangi tingkat stres selama transportasi dari daerah

pengambilan menuju lokasi transplantasi karang lunak. Faktor lain yang

berpengaruh adalah, karena Lobophytum srictum merupakan jenis yang

mempunyai kemampuan hidup cukup tinggi dan tumbuh subur pada lingkungan

yang berenergi tinggi (Haris, 2001).

Page 56: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

43

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Pertumbuhan panjang dan lebar karang lunak pada kolam terbuka mengalami

fluktuasi setiap minggunya, sedangkan pada kolam tertutup pertumbuhannya

negative sehingga terjadi penurunan ukuran panjang dan lebar. Pertumbuhan pada

karang mengalami penurunan meskipun sudah diberikan tambahan makanan

berupa plankton dan liquidfry sebagai perangsang tumbuhnya fitoplankton.

Cahaya matahari berperan penting dalam kehidupan karang lunak, hal ini

dikarenakan adanya mikrosimbion zooxhantellae yang memerlukan cahaya

matahari untuk berfotosintesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kelangsungan hidup karang lunak pada kolam terbuka lebih baik daripada kolam

tertutup.

5.2. Saran

Untuk mengetahui besarnya cahaya yang optimal bagi pertumbuhan karang

lunak, diperlukan penelitian lanjutan dengan intensitas pencahayaan yang

berbeda. Selain itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh

pemberian pakan plankton terhadap karang lunak.

Page 57: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

44

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta. 258 h.

Ellis, E dan L. Sharon, 2005. The Culture of Soft Corals (Order: Alcyonacea) for

The Marine Aquarium Trade. Center for Tropical and Subtropical

Aquaculture Publication. 137 h.

Fabricius, K. dan P. Aldersade. 2001. Soft Coral And Sea Fans: A Comprehensive

Guide to Tropical Shallow- Water Genera of the Central-West Pasific, the

Indian Ocean and The Red Sea. Institut of Marine Science. Twonsville.

Firdaus, A. M, 2010. Pengaruh Percabangan Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan

Transplantasi Karang Caulastrea furcata di Pulau Karya, Kepulauan

Seribu, Jakarta. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Program Sarjana Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Glynn, P. W. 1993. Coral Reef Bleaching: Ecological Perspective. Coral Reefs

(1993) 12: 1-17

Hardiningtyas, S. D. 2009. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Karang Lunak

Sarcophyton sp yang Difragmentasi dan Tidak difragmentasi di Perairan

Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Skripsi (Tidak dipublikasikan).

Program Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Haris, A. 2001. Laju Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Fragmentasi

Buatan karang Lunak (Octocorallia: Alcyonacea) Sarchophyton

trocheliophorum Von Marenzeller dan Lobophytum strictum Tixier-

Durivault di Perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Tesis (Tidak

dipublikasikan). Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Manuputty, A. E. W. 1996. Pengenalan beberapa Karang Lunak (Octocorallia,

Alyonecea) di Lapangan. Oseana, vol. XXI. Puslitbang-Oseanologi,

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. 4: 1-11

Manuputty, A. E. W. 1998. Beberapa Karang Lunak (Alyonecea) Penghasil

Substansi Bioaktif.Seminar Potensi Farmasitik dan Bioktif Sumberdaya

Hayati Terumbu Karang. Puslitbang-Oseanologi. Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Manuputty, A. E. W. 2002. Karang Lunak (Soft Coral) Perairan Indonesia (Buku

I, Laut Jawa dan Selat Sunda). Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Jakarta. 91 h.

Page 58: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

45

Manuputty, A. E. W. 2008. Beberapa Aspek Ekologi Oktocoral. Oseana, vol.

XXXIII. Puslitbang-Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Jakarta. 2: 33-42.

Menteri Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

No: 51. Tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut.

Murnasih, T. 2005. Potensi mikroorganisme sebagai sumber bahan obat-obatan

dari laut yang dapat dibudidayakan. Oseana. Vol XXIX. Puslitbang-

Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. 1:1-7.

Nugroho, S. C. 2008. Tingkat Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan

Transplantasi Karang Lunak Sinularia dura dan Lobophytum strictum di

Pulau Pramuka, Keoulauan seribu, Jakarta. Skripsi (Tidak dipublikasikan).

Program Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Nybakken, J. W. 2000. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologi. Diterjemahkan

oleh H. M. Eidman, Koesoebiono, D. G. Bengen, M. Hutomo dan S.

Sukarjo. PT Gramedia. Jakarta. 459 h.

Okubo, N., H. Taniguchi, dan T. Motokawa. 2005. Succesful Methods for

Transplanting Fragmen of Acropora formosa and Acropora hyacinthus.

Coral Reef. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. 24: 333-342

Pramayudha, M. R. 2010. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Hasil

Transplantasi Softcoral Lobophytum strictum di Pulau Pramuka,

Kepulauan Seribu tahun 2008. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Program

Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rachmawati, R. 2001. Terumbu Buatan (Artificial Reef). Pusat Riset Teknologi

Kelautan. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan

Perikanan, Jakarta.

Rani, C. 1999. Respon Pertumbuhan karang batu Pocilopora verrucosa Ellis &

Solander dan Kepiting Trapezia ferrugenia Latreile, xanthidae (yang

hidup bersimbiosis) pada Beberapa Karakteristik Habitat. Tesis. Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Sandy, R. E. 2000. Penempelan Fragmen Buatan Karang Lunak (Sinularia sp.)

pada Substrat Pecahan Karang. Tesis. Program Pasca Sarjana.Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Soedharma, D. dan D. Arafat. 2007. Perkembangan Transplantasi Karang di

Indonesia, h. 1-7. Prosiding Seminar Transplantasi Karang. Bogor, 8

September 2005. Pusat Pengkajian Lingkungan Hidup Institut Pertanian

Bogor, Bogor.

Page 59: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

46

Suharsono. 1984. Pertumbuhan Karang. Oseana. Puslitbang-Oseanologi. Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. 9: 41-48

Triyulianti, I. 2009. Bioaktivitas Ekstrak Karang Lunak Sinularia sp dan

Lobopyhtum sp. Hasil Fragmentasi di Perairan Pulau Pramuka, Kepulauan

seribu, DKI Jakarta. Tesis (Tidak dipublikasikan). Program Pascasarjana.

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Utama, N. A. B. 2010. Pertumbuhan Transplantasi karang Lunak (Sinularia dura)

di Alam dan Bak Terkontrol. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Program

Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Woesik, R., A. Irikawa, dan Y. Loya. 2001. Coral Bleaching Sign of Change in

Southern Japan, h. 119-141. In Rosenberg, E dan Y. Loya. Coral Health

and Disease. Springer. Verlag Berlin Heidelberg, Germany.

Yustina, A. dan Darmawati. 2003. Daya tetas dan Laju Pertumbuhan Larva Ikan

Hias Betta splendens di Habitat Buatan. Jurnal Natur Indonesia. 5(2): 129-

132

Zulfikar. 2003. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Karang (Caulastrea

furcata dan Cynarina lacrimalis) Hasil Fragmentasi Buatan Pada Kondisi

Terkontrol. Tesis (Tidak dipublikasikan). Program Pascasarjana. Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Page 60: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

LAMPIRAN

Page 61: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

48

Lampiran 1. Hasil pengukuran panjang fragmen Lobophytum strictum pada kolam terbuka (Image J)

Fragmen

Periode Pengamatan

Minggu

1

Minggu

2

Minggu

3

Minggu

4

Minggu

5

Minggu

6

Minggu

7

Minggu

8

Minggu

9

Minggu

10

Minggu

11

Minggu

12

1 3.68 4.27 5.46 6.64 8.61 9.27 5.69 5.43 5.78 5.53 10.1 8.99

2 6.00 6.6 7.80 9 7.86 7.69 8.84 8.57 7.87 7.22 6.8 7.32

3 6.39 6.8 7.62 8.44 8.44 9.56 6.62 9.13 10.86 9.26 9.78 9.67

4 7.17 7.69 8.73 9.77 12.73 13.68 11.66 12.3 11.94 11.44 12.68 10.55

5 6.87 7.12 7.62 8.12 9.27 6.55 13.94 13.58 9.4 5.89 7 9.27

6 5.14 6.07 7.93 9.78 10.7 10.8 9.72 11.01 12.65 12.97 11.19 9.5

7 3.82 4.3 5.26 6.22 6.36 6.37 7.98 8.45 7.28 8.08 9 9.11

8 6.36 7.65 10.24 12.83 12.92 11.88 15.23 14.14 14.08 14.07 14.35 7.91

9 7.92 8.55 9.82 11.08 9.43 11.04 13.33 11.82 14.41 13.78 9 10.65

10 4.56 5.75 8.13 10.5 6.58 8.89 9.16 12.34 8.42 11.3 6.42 8.43

11 6.33 7.04 8.46 9.87 9.25 9.18 9.06 9.34 9.2 9.85 9.63 8.73

12 7.78 7.54 7.06 6.58 8.37 8.17 9.65 9.26 9.44 10.04 10.14 9.41

13 5.38 5.81 6.68 7.54 6.57 5.48 7.34 6.73 7.09 6.29 6.1 7.04

14 5.66 6.35 7.73 9.1 8.61 5.71 6.91 8.81 9.19 8.56 8.45 7.8

15 5.69 6.42 7.89 9.35 12.08 8.03 8.32 11.14 7.74 12.92 7.78 7.98

16 6.44 7.23 8.82 10.4 9.69 9.6 8.31 8.51 8.55 9.36 7.25 5.92

Standar

eror 0.31 0.29 0.33 0.45 0.51 0.57 0.68 0.60 0.63 0.70 0.57 0.32

Page 62: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

49

Lampiran 2. Hasil pengukuran lebar fragmen Lobophytum strictum pada kolam terbuka (Image J)

Fragmen

Periode Pengamatan

Minggu

1

Minggu

2

Minggu

3

Minggu

4

Minggu

5

Minggu

6

Minggu

7

Minggu

8

Minggu

9

Minggu

10

Minggu

11

Minggu

12

1 5.46 6.53 8.68 10.82 5.07 5.59 10.12 10.14 5.79 8.7 5.16 5.25

2 5.97 6.75 8.32 9.88 7.91 6.43 6.4 8.46 7.61 8.87 7.33 8.22

3 6.92 7.61 8.99 10.36 10.44 10.04 6.07 9.03 8.96 7.55 8.78 7.31

4 8.30 7.55 6.06 4.57 4.94 5.01 8.07 7.09 6.35 6.57 5.46 4.46

5 6.36 7.97 11.20 14.43 14.77 10.41 7.42 7.52 12.15 8.65 6.84 5.94

6 3.71 4.19 5.16 6.13 6.33 5.8 6.57 5.62 5.92 6.13 5.08 4.27

7 5.91 5.94 6.00 6.05 6.23 5.74 6.56 7.51 7.06 6.85 5.8 6.17

8 2.24 2.47 2.93 3.38 5.44 2.39 3.22 5.33 3.69 5.94 2.11 3.43

9 8.56 9.28 10.72 12.16 14.98 16.48 12.63 10.83 12.52 10.66 7.7 9.88

10 3.30 4.14 5.83 7.52 9.07 6.94 12.19 9.83 7.91 7.62 8.2 13.26

11 2.97 4.27 6.87 9.46 9.86 8.08 7.33 9.9 9.11 5.69 8.88 6.29

12 7.30 6.95 6.25 5.54 8.16 5.77 6.47 7.08 7.01 6.09 7.1 6.83

13 2.38 3.31 5.17 7.02 6.79 4.93 7.35 8.13 7.31 7.24 7.65 6.82

14 4.11 4.69 5.86 7.02 7.59 6.39 7.52 6.25 6.42 5.29 8.41 4.7

15 4.29 5.83 8.91 11.98 8.88 7.49 8.08 10.85 6.98 8.81 12.21 12.46

16 6.56 7.79 10.25 12.71 11.1 5.4 7.98 8.49 8.42 8.75 5.9 4.15

Standar

eror 0.51 0.48 0.58 0.81 0.77 0.79 0.58 0.44 0.56 0.37 0.56 0.72

Page 63: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

50

Lampiran 3. Hasil pengukuran panjang fragmen Lobophytum strictum pada kolam tertutup (Image J)

Fragmen

Periode Pengamatan

Minggu

1

Minggu

2

Minggu

3

Minggu

4

Minggu

5

Minggu

6

Minggu

7

Minggu

8

1 8.02 5.99 4.99 4.39 6.9 5 4.64 4.3

2 7.46 4.39 5.42 5.33 5.35 5.03 5.07 -

3 8.84 6.68 7.2 6.64 6.77 7.13 6.53 6.73

4 7.37 6.77 6.64 5.85 7.9 6.28 6.06 5.55

5 6.23 5.46 4.66 4.36 4 4.58 3.77 3.84

6 9.92 8.03 7.34 7.3 7.54 7.05 5.06 4.97

7 9.04 8.36 7.47 7.74 6.1 7.32 - -

8 9.24 6.77 6.29 5.43 5.4 4.21 4.22 3.43

9 11.08 8.08 7.48 7.4 7.55 6.27 6.18 5.77

10 5.95 7.31 7.86 8.29 4.71 5.34 5.55 -

11 6.65 5.49 5.74 - - - - -

12 8.64 6.91 6.97 6.22 5.82 5.95 5.9 5.84

13 13.54 9.69 6.77 9.01 - - - -

14 8.63 6.87 7.25 6.92 6.43 6.16 5.92 5.74

15 13.02 8.4 7.68 6.82 5.72 - - -

16 7.09 4.77 7.27 7.15 7.09 6.51 6.35 6.3

Standar eror 0.554 0.358 0.247 0.524 0.595 0.636 0.637 0.688

Page 64: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

51

Lampiran 4. Hasil pengukuran lebar fragmen Lobophytum strictum pada kolam tertutup (Image J)

Fragmen

Periode Pengamatan

Minggu

1

Minggu

2

Minggu

3

Minggu

4

Minggu

5

Minggu

6

Minggu

7

Minggu

8

1 11.16 7.16 6.32 5.29 4.6 6.38 5.23 5.48

2 7.86 4.98 5 4.63 4.71 4.19 4.16 -

3 7.28 5.61 5.51 5.05 4.73 4.18 4.55 4.46

4 11.74 9.39 9 8.44 7.26 7.5 6.18 6.18

5 7.9 4.04 4 4.07 3.85 4.01 3.12 3.24

6 8.08 5.84 6.23 5.77 8.12 5.7 5.56 6.05

7 8.3 5.35 5.79 5.41 4.59 4.97 - -

8 10.89 5.46 5.67 4.78 4.9 4.62 4.51 4.45

9 9.18 6.18 6.6 6.64 7.43 6.55 6.38 5.44

10 12.29 7.23 4.84 4.59 7.26 4.92 4.42 -

11 7.87 6.86 5.33 - - - - -

12 7.94 6.42 5.94 5.99 5.8 5.52 5.66 5.36

13 8.26 6.96 8.77 6.98 - - - -

14 8 6.08 6.54 5.74 5.46 5.22 4.41 4.39

15 6.16 5.23 5.27 4.12 5.37 - - -

16 13.28 8.45 6.26 5.24 4.42 3.93 4.18 3.59

Standar eror 0.51 0.33 0.32 0.44 0.57 0.58 0.58 0.63

Page 65: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

52

Lampiran 5. Pertumbuhan Fragmen Karang Lunak Hasil Transplantasi

a. Kolam Terbuka

Minggu 1 Minggu 3

Minggu 4 Minggu 6

Minggu 8 Minggu 10

Minggu 12

Page 66: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

53

b. Kolam tertutup

Minggu 1 Minggu 3

Minggu 5 Minggu 7

Minggu 8

Page 67: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

54

Lampiran 6. Hasil Analisis Ragam Anova

a.Hasil analisis pertumbuhan panjang

Anova: Single Factor

SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance

Column 1 8 67.03047 8.378809 2.123174

Column 2 8 51.77929 6.472411 1.222033

ANOVA

Source of

Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 14.53741 1 14.53741 8.691488 0.010585 4.60011

Within Groups 23.41645 14 1.672603

Total 37.95386 15

b. Hasil analisis pertumbuhan lebar

Anova: Single Factor

SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance

Column 1 8 58.891875 7.3614844 1.526273

Column 2 8 47.691726 5.9614658 1.912433

ANOVA

Source of

Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 7.840208 1 7.8402083 4.559976 0.05088 4.60011

Within Groups 24.07094 14 1.7193531

Total 31.91115 15

Page 68: Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cilacap pada tanggal 24 Maret

1988 sebagai anak kedua dari dua bersaudara, putri dari

pasangan Bapak Sakri dan Ibu Kodariyah. Pada tahun

2006 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah

Menengah Atas Negeri 7 (SMAN 7) Purworejo

(Purworejo). Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Institut

Pertanian Bogor, melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Penulis

memilih Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi asisten beberapa

mata kuliah, seperti Asisten mata kuliah Biologi Laut 2009-2010 dan Ekologi

Laut Tropis 2010-2011. Selain itu penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi di

antaranya sebagai anggota UKM Tenis Meja periode 2006-2010, dan Himpunan

Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan periode 2008-2009, serta aktif dalam

berbagai kepanitiaan.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan pada

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, penulis menyelesaikan skripsi dengan

judul ” Transplantasi Karang Lunak Lobophytum srictum Hasil Transplantasi

pada Sistem Resirkulasi dengan Kondisi Cahaya Berbeda ”.