persepsi kepuasan pasien perawatan ortodontik berdasarkan keahlian operator menurut jenjang profe

55
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa kini perawatan ortodontik semakin banyak di minati oleh kalangan masyarakat. Banyak orang menganggap perawatan ortodontik hanya sebagai penampilan masa kini dan hanya segelintir orang yang menyadari akan pentingnya perawatan ortodontik itu. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat bahwa gigi yang tidak teratur, dan kelainan bentuk muka disebabkan oleh hubungan rahang yang tidak harmonis dapat mempengaruhi sistem pengunyahan, pencernaan, serta sistem artikulasi. Ortodontik merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari pertumbuhan struktur jaringan gigi, perkembangan oklusi gigi geligi serta mempelajari cara pencegahan dan perawatan kelainan dentofasial, termasuk maloklusi untuk mendapatkan oklusi yang sehat, seimbang, stabil, dan estetik. Maloklusi yang merupakan penyimpangan pertumbuhkembangan geligi dan struktur anatomi yang terkait dapat mengganggu kondisi psikologis seseorang. Maloklusi dapat dirawat dengan menggunakan peranti ortodontik agar didapat oklusi yang normal dan muka yang menyenangkan. 1 Tujuan perawatan ortodontik adalah memperbaiki letak gigi dan rahang yang tidak normal sehingga didapatkan fungsi geligi dan estetik geligi yang baik maupun wajah yang menyenangkan dan dengan hasil ini akan meningkatkan kesehatan

Upload: fanni-marinda

Post on 03-Sep-2015

40 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pada masa kini perawatan ortodontik semakin banyak di minati oleh kalangan

    masyarakat. Banyak orang menganggap perawatan ortodontik hanya sebagai

    penampilan masa kini dan hanya segelintir orang yang menyadari akan pentingnya

    perawatan ortodontik itu. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat bahwa gigi yang

    tidak teratur, dan kelainan bentuk muka disebabkan oleh hubungan rahang yang tidak

    harmonis dapat mempengaruhi sistem pengunyahan, pencernaan, serta sistem artikulasi.

    Ortodontik merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari

    pertumbuhan struktur jaringan gigi, perkembangan oklusi gigi geligi serta mempelajari

    cara pencegahan dan perawatan kelainan dentofasial, termasuk maloklusi untuk

    mendapatkan oklusi yang sehat, seimbang, stabil, dan estetik. Maloklusi yang

    merupakan penyimpangan pertumbuhkembangan geligi dan struktur anatomi yang

    terkait dapat mengganggu kondisi psikologis seseorang. Maloklusi dapat dirawat

    dengan menggunakan peranti ortodontik agar didapat oklusi yang normal dan muka

    yang menyenangkan.1

    Tujuan perawatan ortodontik adalah memperbaiki letak gigi dan rahang yang

    tidak normal sehingga didapatkan fungsi geligi dan estetik geligi yang baik maupun

    wajah yang menyenangkan dan dengan hasil ini akan meningkatkan kesehatan

  • 2

    psikososial seseorang. Hasil perawatan ortodontik yang kurang baik akan berakibat

    sebaliknya. Hal ini dapat terjadi apabila timbul ketidaksesuaian antara kasus yang

    dirawat dengan perencanaan perawatan, pemilihan piranti yang digunakan, serta

    kemampuan operator yang melakukan perawatan. Kasus yang sederhana dapat dirawat

    dengan piranti yang sederhana oleh dokter gigi umum sedangkan kasus-kasus yang

    sukar menjadi tanggung jawab spesialis ortodontik. Tugas dokter gigi umum adalah

    memonitor dan menatalaksana perkembangan oklusi berbekal pengetahuan ortodontik

    yang cukup sehingga dapat mengintervasi suatu maloklusi atau merujuk ke seorang

    spesialis ortodontik bila kasus yang dihadapi membutuhkan perawatan yang kompleks.2

    Dalam perawatan ortodontik ada beberapa operator ortodontik yang dikenal

    dalam masyarakat yaitu : (1) Dokter Gigi Spesialis Ortodontik, adalah dokter gigi yang

    mempunyai pengetahuan yang lebih luas terhadap ilmu ortodontik karena telah

    menyelesaikan jenjang pendidikanspesialis dalam bidang ortodontik. (2) Dokter Gigi

    Umum, adalah dokter gigi yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan S1 dan telah

    menyelesaikan pendidikan profesi dokter gigi. (3) Perawat Gigi, adalah setiap orang

    yang telah lulus dalam pendidikan perawat gigi dan diperkenankan untuk membantu

    atau menjadi asisten dari dokter gigi spesialis atau dokter gigi umum dalam melakukan

    perawatan dan tidak diperkenankan untuk melakukan perawatan yang melebihi dari

    kompetensinya. (4) Tukang Gigi, tukang gigi adalah mereka yang melakukan perawatan

    gigi tetapi tidak mempunyai ilmu pengetahuan tentang kesehatan gigi. Dan ilmu yang

    mereka punya hanya didapatkan secara turun temurun atau otodidak.

    Ada berbagai dampak yang dapat ditimbulkan jika perawatan yang dilakukan

    oleh seorang operator tidak sesuai prosedur perawatan ortodontik yang baik dan benar

  • 3

    yaitu : 1) Kerusakan gigi, oral hygiene yang buruk (cara penyikatan gigi) dapat

    menyebabkan kerusakan disekitar kawat gigi. Kerusakan gigi akan terjadi jika adanya

    akumulasi plak disekitar kawat ortodontik cekat dalam asupan gula yang sering. 2)

    Resorbsi akar, ada banyak factor yang menyebabkan resorbsi akar, salah satunya yaitu

    penggunaan alat ortodontik. Resorbsi akar lebih banyak disebabkan oleh penggunaan

    alat ortodontik cekat dibandingkan dengan alat ortodontik lepasan. Hilangnya jaringan

    akar gigi secara ringan sering dilihat sebagai konsekuensi dari gerakan gigi, tetapi ini

    tidak menimbulkan masalah jangka panjang bagi sebagian besar pasien. 3) Resorbsi

    tulang alveolar, jika mulut pasien kebersihan yang buruk selama pengobatan, ortodontik

    mungkin memperburuk inflamasi gingival dan kerentanan terhadap periodontal (gusi)

    penyakit. Pasien yang telah menjalani perawatan ortodontik tidak memiliki

    kecenderungan meningkat untuk mengembangkan penyakit periodontal. 4) Radang

    sendi, kadang pasien dapat menderita sakit atau disfungsi pada sendi rahang (TMJ). Hal

    ini dapat berupa nyeri sendi, sakit kepala masalah telinga. Masalah dapat terjadi dengan

    atau tanpa perawatan ortodontik. 5) Ketidaknyamanan pada peralatan yang tidak sesuai,

    peralatan yang tidak sesuai atau rusak dapat menyebabkan iritasi pada gusi, pipi atau

    bibir. Penyesuaian penggunaan bracet biasanya berlangsung selama 24-48 sejak

    peralatan terpasang.3,4,5

    Sebenarnya dampak perawatan ortodontik sangat baik jika dilakukan dengan

    prosedur yang benar, dan bagaimana operator dalam menerapkan keahliannya. Maka

    pasien akan mendapatkan wajah yang menyenangkan dan akan meningkatkan rasa

    percaya diri yang tinggi, tidak ada lagi rasa malu untuk senyum atau tertawa

    dikarenakan gigi yang tidak rata.

  • 4

    Tetapi, pada masa sekarang ini perawatan ortodontik tidak hanya dilakukan oleh

    dokter gigi spesialis ortodontik atau dokter gigi umum saja. Seiring berjalannya waktu,

    permintaan perawatan ortodontik semakin meningkat, keadaan ini membuat kalangan

    masyarakat memanfaatkan kondisi tersebut. Seperti yang kita ketahui setiap operator

    mempunyai jenjang profesinionalisme yang berbeda, maka hal tersebut mempengaruhi

    persepsi kepuasan pasien ortodontik terhadap perawatan yang dijalaninya dengan

    operator yang mereka pilih. Namun dalam penelitian ini penulis tidak ingin

    memperdebatkaan legalitas operator.

    Dengan demikian berdasarkan uraian diatas maka penulis ingin meneliti persepsi

    kepuasan pasien ortodontik terhadap keahlian operator berdasarkan jenjang

    profesionalisme.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dibuat rumusan

    masalah sebagai berikut bagaimana persepsi kepuasan pasien ortodontik berdasarkan

    kehalian operator menurut jenjang profesionalisme.

    1.3 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk

    mengetahui persepsi kepuasan pasien ortodontik berdasarkan keahlian operator menurut

    jenjang profesionalisme.

  • 5

    1.4 Kegunaan Penelitian

    Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai

    berikut:

    1). Kegunaan ilmiah

    1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang cara menilai

    persepsi kepuasan pasien ortodontik berdasarkan keahlian operator menurut

    jenjang profesionalisme.

    2. Memberikan informasi mengenai persepsi kepuasan pasien ortodontik

    berdasarkan keahlian operator.

    2). Kegunaan Praktis

    Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan informasi tentang

    kepuasan pasien ortodontik, agar operator perawatan ortodontik dalam menerapkan

    keahliannya, perlu memperhatikan kepuasan pasien pada saat perawatan berlangsung

    dan sesudah perawatan

    1.5 Hipotesis Penelitian

    1. Ada hubungan antara persepsi kepuasan pasien ortodontik terhadap

    keahlian operator berdasarkan jenjang profesionalisme.

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2. 1 Ortodontik

    2.1.1 Pengertian Ortodontik

    Istilah ortodontik berasal dari kata Ortodonsia. Ortodonsia (Orthodontia,

    Bld., Orthodontic, Ingg.) berasal dari bahasa Yunani (Greek) yaitu orthos dan

    dons yang berarti orthos (baik, betul) dan dons (gigi). Jadi ortodonsia dapat

    diterjemahkan sebagai ilmu pengetahuan yang bertujuan memperbaiki atau

    membetulkan letak gigi yang tidak teratur atau tidak rata.1

    Keadaan gigi yang tidak teratur disebabkan oleh malposisi gigi, yaitu

    kesalahan posisi gigi pada masing masing rahang. Malposisi gigi akan

    menyebabkan malrelasi, yaitu kesalahan hubungan antara gigi gigi pada rahang

    yang berbeda. Lebih lanjut lagi keadaan demikian menimbulkan maloklusi, yaitu

    penyimpangan terhadap oklusi normal. Maloklusi dapat terjadi karena adanya

    kelainan gigi (dental), tulang rahang (skeletal), kombinasi gigi dan rahang

    (dentoskeletal) maupun karena otot otot pengunyahan (muskuler).1

    Dalam pengertian yang lebih luas, ortodonsia ini disebut ortodonti.

    Menurut American Board of Orthodontics (ABO), ortodonti adalah cabang

    spesifik dalam profesi kedokteran gigi yang bertanggung jawab pada studi dan

  • 7

    supervisi pertumbuhkembangan geligi dan struktur anatomi yang berkaitan,

    sejak lahir sampai dewasa, meliputi tindakan preventif dan korektif pada

    ketidakteraturan letak gigi yang membutuhkan reposisi gigi dengan piranti

    fungsional dan mekanik untuk mencapai oklusi normal dan muka yang

    menyenangkan. Tercakup dalam pengertian ini masalah perkembangan dalam

    arti yang luas, yaitu pertumbuhkembangan gigi sampai mencapai oklusi dalam

    fase geligi permanen dan juga pertumbuhkembangan rahang serta muka.2

    Pertumbuhkembangan perlu dipelajari karena maloklusi bukan

    merupakan suatu penyakit tetapi suatu penyimpangan pertumbuhkembangan.

    Penyimpangan pertumbuhkembangan yang menyangkut letak gigi dapat

    menyebabkan suatu maloklusi, misalnya letak gigi-gigi yang berdesakan.

    Penyimpangan pertumbuhkembangan tulang rahang menghasilkan kelainan

    skeletal misalnya, maloklusi kelas III Angle yang ditandai dengan rahang bawah

    yang terlalu ke depan dibandingkan dengan rahang atas. Letak gigi yang tidak

    teratur dan kelainan letak rahang sangat besar pengaruhnya terhadap penampilan

    seseorang. Sebagian besar kelainan ortodonti lebih banyak mempengaruhi

    kondisi psikososial seseorang daripada mempengaruh kesehatan fisik.2

    2.1.2 Tujuan Perawatan Ortodontik

    Tujuan perawatan ortodontik adalah memperbaiki susunan dan

    kedudukan gigi-geligi untuk mendapatkan hubungan gigi-geligi (fungsi oklusi)

    yang stabil, perbaikan pengunyahan, keseimbangan otot dan keserasian estetika

    wajah yang harmonis. Secara umum perawatan ortodontik bertujuan

  • 8

    memperbaiki kehidupan pasien dengan mengatasi kesulitan psikososial yang

    berhubungan dengan penampilan wajah dan gigi.6

    Ada 2 alasan yang jelas dari perawatan ortodontik yaitu untuk estetika

    dan fungsi, perawatan ortodontik tidak hanya dapat memperbaiki susunan gigi

    geligi, tetapi dalam kasus-kasus tertentu juga dapat mempunyai dampak yang

    besar pada lingkungan seseorang dan perkembangan kariernya. Selain itu,

    susunan gigi yang lebih baik dapat menyebabkan standar kebersihan mulut

    menjadi lebih baik. Tujuan utama perawatan ortodontik adalah mendapatkan

    penampilan dentofacial yang menyenangkan secara estetika dengan fungsi yang

    baik dan dengan gigi gigi dalam posisi yang stabil, perawatan ortodontik tidak

    boleh dilakukan jika tidak dapat memberikan perbaikan yang nyata serta abadi,

    karena alasan inilah banyak maloklusi ringan yang dibiarkan tanpa perawatan.7

    2.1.3 Sejarah Perawatan Ortodontik

    Adanya maloklusi sudah dikenal sejak 24 abad yang lalu. Dalam literatur

    kuno 460 tahun sebelum Masehi, Hipocrates dalam bukunya Epidemic

    menyebutkan : Di antara orang-orang yang kepalanya panjang, terdapat di

    antaranya yang berleher besar dan tulang-tulangnya kuat. Sebagian mempunyai

    langit-langit yang sangat melengkung sehingga gigi-gigi menjadi tidak

    beraturan, berjejal satu dengan yang lain.8

    Perawatan pertama yang tercatat ditulis oleh Celcus pada tahun 25 SM.

    Ia mengatakan bahwa : Jika pada anak-anak gigi kedua bererupsi sebelum gigi

    pertamanya tanggal, maka gigi yang mungkin tertahan ini harus dicabut dan gigi

  • 9

    baru ini setiap hari harus didorong ke muka dengan jari sampai gigi ini

    menempati tempatnya yang betul. Perawatan secara mekanis terhadap maloklusi

    dicatat oleh Galus Plinus Secundus (Pliny) yang hidup pada tahun 23 79,

    dimana Pliny mengusulkan penambalan gigi yang elongasi supaya gigi ini dapat

    kembali ke tempat yang benar.8

    Sampai abad pertengahan, perkembangan ilmu kedokteran gigi ini

    berajalan sangat lambat. Mencetak gigi dalam kedokteran gigi pertama kali

    dikerjakan oleh Mathais Gottfried Purman pada tahun 1692 dengan

    menggunakan lilin, sedangkan penggunaan Plaster of Paris oleh Philip Pfaff

    baru dikerjakan satu abad kemudian, yaitu tahun 1756. Beberapa tahun

    kemudian terbit buku menegenai maloklusi yang dikarang oleh Kneisel dari

    Jerman dengan judul Der Stiefstand der Zahne. Kneisel menganjurkan

    removable appliance (alat lepasan) dan sendok cetak yang modern.Prancis

    tercatat sebagai negara yang banyak berjasa dalam bidang ortodonsia. Piere

    Fauchard dan beberapa penulis Prancis lainnya sekitar tahun 1728 1846

    menulis tentang gigi-gigi yang tidak beraturan. Istilah Orthodontia dikenal

    pertama kali oleh Joseph Fox tahun 1803 yang menguraikan tentang perawatan

    maloklusi dan metode yang diuraikannya ini baru dipakai hampir setengah abad

    kemudian.8

  • 10

    2.1.4 Jenis Perawatan Ortodontik

    Berdasarkan piranti yang digunakan untuk merawat maloklusi secara

    garis besar dapat digolongkan pada piranti lepas (removable appliance), piranti

    fungsional (functional appliance), dan piranti cekat (fixed appliance).2

    a. Piranti Lepasan

    Piranti lepasan (removable appliance) adalah piranti yang dapat

    dipasang dan dilepas oleh pasien. Komponen utama piranti lepasan adalah

    (1) komponen aktif; (2) komponen pasif; (3) lempeng akrilik; (4)

    penjangkaran. Salah satu faktor keberhasilan perawatan dengan piranti

    lepasan adalah kepatuhan pasien untuk memakai piranti.

    b. Piranti Fungsional (Fungsional appliance)

    Piranti fungsional digunakan untuk mengoreksi maloklusi dengan

    memanfaatkan, menghalangi atau memodifikasi kekuatan yang dihasilkan

    oleh otot orofasial, erupsi gigi dan pertumbuhkembangan

    dentomaksilofasial. Ada juga yang mengatakan bahwa piranti fungsional

    dapat berupa piranti lepasan atau piranti cekat yang menggunakan kekuatan

    yang berasal dari kekuatan otot, fasial, dan atau jaringan yang lain untuk

    mengubah relasi skeletal dan gigi.

    c. Piranti Cekat (Fixed Appliance)

    Piranti cekat adalah piranti ortodontik yang melekat pada gigi pasien

    sehingga tidak bisa dilepas pleh pasien. Piranti ini mempunyai komponen

  • 11

    utama, yaitu lekatan (attachment)yang berupa breket (bracket) atau cincin

    (band), kawat busur (archwire) dan penunjang (accesories atau auxiliaries)

    misalnya rantai elastomerik dan modul.

    2.2 Definisi Operator/Tenaga Kesehatan

    Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang

    Kesehatan Pada Bab 1 Pasal 1 Nomor 6, Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang

    mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau

    keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu

    memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.9

    Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN), tenaga kesehatan merupakan pokok

    dari subsistem SDM kesehatan, yaitu tatanan yang menghimpun berbagai upaya

    perencanaan, pendidikan dan pelatihan, serta pendayagunaan kesehatan secara terpadu

    dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang

    setinggi tingginya. Unsur utama dari subsistem ini adalah perencanaan, pendidikan

    dan pelatihan, dan pendayagunaan tenaga kesehatan.10

    Secara umum kebijakan tentang tenaga kesehatan, khususnya yang berkaitan

    dengan kualitas atau mutu, antara lain dapat pada Peraturan Pemerintah (PP) No.32

    Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Dalam PP ini antara lain dinyatakan:

    1) Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang

    kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan; dan

    2) Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk

    mematuhi standar profesi tenaga kesehatan.10

  • 12

    Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) Tahun 2004, khususnya dalam Sub

    Sistem Sumberdaya Manusia Kesehatan, antara lain dinyatakan bahwa: pembinaan dan

    pengawasan praktek profesi dilakukan melalui sertifikasi, registrasi, uji kompetensi, dan

    pemberian lisensi. Instuti atau lembaga yang melaksanakan kegiatan tersebut adalah

    sebagai berikut: 1) Sertifikasi dilakukan oleh Institusi Pendidikan; 2) Registrasi

    dilakukan oleh komite registrasi tenaga kesehatan; 3) Uji kompetensi dilakukan oleh

    masing masing organisasi profesi; dan 4) Pemberian lisensi dilakukan oleh

    pemerintah.10

    2.3 Jenjang Profesionalisme Operator Ortodontik

    2.3.1Dokter gigi spesialis Ortodontik

    Program pendidikan dokter gigi spesialis ortodonti bertujuan mencapai

    kemampuan keprofesian sebagai seorang dokter gigi spesialis ortodonti dengan

    kemampuan akademik yang mempunyai sifat atau ciri utama sebagai berikut11

    :

    a. Berkesinambungan (continue)

    Bahwa program pendidikan dokter gigi spesialis 1 (SP 1) merupakan

    bagian daripada pendidikan yang berkesinambungan dan berjenjang

    yang berawal dari pendidikan sarjana kedokteran gigi, pendidikan

    dokter gigi spesialis, dan dapat diteruskan ke pendidikan doktor.

    b. Akademik Profesional

    Bahwa pendidikan dokter gigi spesialis ortodonti merupakan

    perpaduan pendidikan akademik yang bercirikan pendalaman ilmu

    (akademik) melalui berbagai kegiatan akademik dan pendidikan

  • 13

    keprofesian yang bercirikan pencapaian kemampuan profesi (dokter

    gigi spesialis) melalui serangkaian pelatihan keprofesian.

    c. Belajar Aktif (Active Learning/Adult Learning)

    Pendidikan dokter gigi spesialis ortodonti memakai kaidah

    pendidikan tinggi (higher education) yang bersifat pendidikan aktif

    dan mandiri dengan motivasi, kreativitasi, dan integritas peserta yang

    tinggi. Proses pendidikan terutama ditekankan pada pendekatan

    student centred, problem solving, dan self directed learning, sehingga

    staf pengajar lebih berperan sebagai fasilisator.

    d. Berdasarkan Pencapaian Kemampuan (Competency Based/Mastery

    Learning)

    Bahwa pendidikan dokter gigi spesialis ortodonti bertujuan mencapai

    kemampuan (competency) dan kemahiran (mastery) yang didukung

    oleh dasar akademik yang kuat berdasarkan permasalahan yang ada

    di masyarakat (evident base).

    e. Pencapaian Kemampuan Individu (Individual Competency)

    Bahwa pencapaian kemampuan tersebut merupakan pencapaian

    kemampuan setiap individu peserta. Oleh karena itu setiap kegiatan

    baik pendalaman akademik maupun pelatihan keprofesian harus

    dialami oleh masing masing individu peserta melalui hand on

    training secara terus menerus dan nyata di bawah pengawasan

    supervisor.

    f. Sekuensi

  • 14

    Bahwa strategi proses pembelajaran, supervisi, dan evaluasi disusun

    secara sekunsial dan berjenjang melalui berbagai tahapan.

    g. Persyaratan (Pre Requisite)

    Untuk hal hal tertentu prasyarat harus dicapai lebih dahulu untuk

    mengikuti tahap berikutnya.

    h. Terpadu dan Terintegrasi (Integrated Comprehensif )

    Bahwa proses pelatihan keprofesian sedapat mungkin dilaksanakan

    secara komprehensif (integrated teaching) dengan cara

    mengelompokkan berbagai sub-disiplin sub-unit.

    i. Sistem Matriks

    Bahwa sistem matriks dapat dipakai dalam menyusun jenis,

    distribusi, dan variasi kegiatan peserta dalam pelatihan keprofesian

    dan kegiatan kademik agar setiap peserta mendapatkan kegiatan yang

    sama.

    j. Jaringan Sumber Pembelajaran (Network of Learning Resources)

    Bahwa seyogyanya digunakan jaringan sumber pembelajaran secara

    luas agar proses pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien.

    Misalnya kerjasama dengan pusat pendidikan dokter gigi spesialis

    ortodonti lain.

    2.3.2 Dokter gigi umum

    Pendidikan profesi dokter gigi merupakan pendidikan akademik dan

    pendidikan profesional yang diarahkan pada penguasaan ilmu dan penerapan

    ilmu kepada masyarakat dalam bidang kedokteran gigi.12

  • 15

    Profesi dokter gigi merupakan tugas mulia bagi kehidupan manusia

    dalam bidang kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut. Karenanya

    seorang dokter gigi dalam menjalankan tugasnya dituntut untuk bersikap

    profesional. Untuk mencapai kompetensi tersebut, dokter gigi yang merupakan

    profesi harus didasari oleh keilmuan yang kokoh. Dengan demikian seorang

    dokter gigi mempunyai kompetensi akademik profesionalisme yang diperoleh

    melalui pendidikan profesi yang didasari oleh pendidikan akademik, sehingga

    setelah selesai pendidikannya akan memiliki kemampuan melaksanakan praktik

    sesuai dengan keahliannya, bersikap profesional, dengan selalu membekali

    dirinya dengan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan

    perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.12

    Kompetensi dokter gigi indonesia ini adalah memberikan batas

    kemampuan yang harus dimiliki oleh dokter gigi yang melaksanakan pelayanan

    kedokteran gigi di Indonesia. Kemampuan minimal tersebut sudah dapat

    mengambarkan mutu dokter gigi indonesia di manapun ia melaksanakan praktik.

    Melalui gambaran mutu ini, masyarakat Indonesia diharapkan akan

    mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang prima dengan mutu yang

    hampir sama.12

    Jumlah kuantitas dokter gigi umum cenderung lebih besar di banding

    dokter gigi spesialis ortodontik, oleh karena itu peranan dokter gigi umum di

    bidang ortodontik mencakup melakukan tindakan pencegahan terjadinya

    maloklusi atau mencegah bertambah parahnya maloklusi. Tindakan preventif

    atau perawatan ortodontik dini dapat mengurangi resiko bertambah parahnya

  • 16

    suatu maloklusi. Banyak kasus maloklusi yang seharusnya dapat diatasi secara

    dini tetapi tidak diketahui pasien karena tidak adanya informasi yang benar.

    Tidak jarang dokter gigi menyarankan untuk menunda perawatan tanpa analisis

    yang tepat akibatnya maloklusi berkembang menjadi parah. Untuk mencegah hal

    tersebut maka dokter gigi perlu memahami tumbuh kembang kraniofasial,

    perkembangan oklusi, tindakan pencegahan dini, kemampuan diagnostik dan

    faktor faktor penyulit yang dapat menyertai suatu maloklusi sehingga dapat

    menentukan perawatan ortodontik yang tepat.13

    2.3.3 Perawat Gigi

    Perawat gigi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan perawat

    gigi sesuai dengan perundang undangan yang berlaku, selanjutnya perawat

    gigi yang menjalankan tugasnya diseluruh Indonesia harus mempunyai SPIG

    dan SIK sesuai dengan Peraturan Pemerintah. Perawat gigi dalam melaksanakan

    peran, tugas dan fungsinya dilakukan dengan penuh tanggung jawab sesuai

    dengan hak dan wewenang yang dimilikinya.14

    Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1035 Tahun

    1998 tentang Perawat Gigi dinyatakan: (1) Perawat Gigi adalah setiap orang

    yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Perawat Gigi yang telah

    diakui oleh Pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

    (2) Perawat Gigi merupakan salah satu jenis tenaga kesehatan dalam kelompok

    keperawatan yang dalam menjalankan tuigas profesinya harus berdasarkan

  • 17

    Standar Profesi. (3) Perawat gigi dalam menjalankan tugas profesinya diarahkan

    untuk meningkatkan mutu dan kerja sama dengan profesi terkait.14

    Kewajiban Perawat Gigi terhadap masyarakat adalah memberikan

    pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang sebaik mungkin hendaknya

    tidak diartikan sebagai keharusan bagi Perawat Gigi untuk mempunyai peralatan

    alat alat peraga atau bahan bahan yang mahal. Dengan bahan bahan yang

    tersedia sederhana diharapkan Perawat Gigi dapat memberikan pelayanan

    kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat Perawat Gigi wajib memperhatikan

    dan mendapat persetujuan apa yang akan dilakukan terhadap kliennya. Dengan

    demikian tidak mendapat kesan klien yang tidak tahu atau tanpa persetujuan apa

    yang telah dilakukan terhadap dirinya. Selain itu Perawat Gigi juga harus

    memperhatikan hak klien antara lain hak untuk bertanya tentang tindakan yang

    akan dilakukan, menolak rencana tindakan yang akan dilakukan meskipun

    Perawat Gigi telah menjelaskan indikasi perawatan yang sesuai dengan keadaan

    penderitanya. Seorang Perawat Gigi Indonesia harus sadar bahwa pengetahuan,

    kemampuan, kewenangan dalam menangani suatu kasus terbatas. Oleh

    karenanya Perawat Gigi wajib merujuk penderita tersebut kepada tenaga yang

    lebih ahli dan dengan harapan penderita akan mendapatkan perawatan yang

    lebih baik. Dalam keadaan darurat seorang Perawat Gigi wajib memberikan

    pertolongan kepada siapapun yang membutuhkan dan apapun yang dideritanya.

    Pertolongan yang diberikan tentu dalam batas batas tindakan keterampilan,

    keahlian dan pengetahuan yang dimilikinya. Walaupun sangat terbatas, namun

    tetap harus mengerjakan segala sesuatu dalam upaya menyelamatkan seseorang.

  • 18

    Pertolongan harus diberikan apabila tidak ada orang lain yang mampu

    memberikan.14

    2.3.4 Tukang gigi

    Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 339/Menkes/Per/V/1989

    tentang Pekerjaan Tukang Gigi, tukang gigi adalah mereka yang melakukan

    pekerjaan di bidang penyembuhan dan pemeliharaan kesehatan gigi dan tidak

    mempunyai pendidikan berdasarkan ilmu pengetahuan kedokteran gigi serta

    telah mempunyai izin untuk melakukan pekerjaannya.15

    Tukang gigi berbeda dengan dokter gigi. Dokter gigi adalah dengan

    ruang lingkup di daerah mulut. Dokter gigi mempunyai ilmu yang cukup banyak

    tentang geligi dan rongga mulut bahkan hubungannya dengan organ diluar

    mulut. Tukang gigi berbeda pula dengan tehniker gigi. Tehniker gigi biasanya

    berprofesi membantu dokter gigi dalam pekerjaan laboratorium. Apa yang

    dibuat oleh dokter gigi dibuat dalam laboratoriium oleh tehniker gigi dengan

    pengawasan dan arahan dokter gigi. Dasar pengetahuan tehniker gigi didapat

    dari sekolah Akademi Tehnik/Laboratorium Kedokteran Gigi, bukan otodidak

    atau turun-temurun seperti halnya tukang gigi.16

    Berdasarkan Keputusan Dirjen Yanmed Depkes RI No.

    234/Yanmed/KG/5/1991, wewenang tukang gigi antara lain : (1) Membuat gigi

    tiruan lepasan dari akrilik, sebagian atau penuh. (2) Memasang gigi tiruan

    lepasan, tidak menutupi sisa akar. (3) Merujuk ke sarana kesehatan yang

    terdekat. Larangan larangan yang tidak boleh dilakukan dalam pelaksanaan

  • 19

    praktek tukang gigi yaitu : (1) Melakukan penambalan gigi dengan bahan

    tambalan apapun. (2) Melakukan pembuatan dan pemasangan gigi tiruan

    cekat/mahkota/tumpatan tuang dan sejenisnya. (3) Menggunakan obat

    obatanyang berhubungan dengan bahan tambalan gigi, baik sementara ataupun

    tetap. (4) Melakukan pencabutan gigi, baik dengan suntikan maupun tanpa

    suntikan. (5) Melakukan tindakan tindakan secara medik termasuk pemberian

    obat obatan. (6) Mewakilkan pekerjaannya kepada siapapun.17

    2.4 Kepuasan Pasien

    Kepuasan pasien merupakan salah satu hal sangat penting dalam mengevaluasi

    mutu layanan suatu perawatan terhadap keahlian operator. Saat ini masalah

    ketidakpuasan terjadi di negara berkembang maupun di negara maju. Ada berbagai

    macam pegertian yang diberikan oleh pakar tentang kepuasan. Kepuasan adalah tingkat

    perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja/hasil yang dirasakan dengan

    harapannya.18

    Kepuasan dapat diartikan sebagai perbedaan antara harapan dan kinerja yang

    dirasakan.Kepuasan pasien merupakan hal yang sangat subyektif, sulit diukur, dapat

    berubah ubah, serta terdapat banyak sekali faktor yang berpengaruh; sebanyak

    dimensi di dalam kehidupan manusia. Subyektivitas tersebut bisa berkurang dan bahkan

    bisa menjadi obyektifitas bila cukup banyak pendapat yang sama terhadap sesuatu hal.18

    Oleh karena itu, untuk mengkaji kepuasan pasien digunakan suatu instrumen

    penelitian yang cukup valid disertai dengan metode penelitian yang baik. Ada dua

    dimensi kepuasan pasien, yaitu dimensi pertama adalah kepuasan yang mengacu hanya

  • 20

    pada penerapan standar dan kode etik profesi yang meliputi hubungan dokter pasien,

    kenyamanan layanan, kebebasan menentukan pilihan, pengetahuan dan kompetensi

    teknis, efektivitas layanan dan keamanan tindakan. Dimensi kedua adalah kepuasan

    yang mengacu pada penerapan semua persyaratan layanan kesehatan, yang meliputi

    ketersedian, kewajaran, keterjangkauan, efesiensi dan mutu layanan kesehatan. Keluhan

    masyarakat sering terjadi oleh karena layanan yang kurang memuaskan, tingginya biaya

    layanan kesehatan, sarana dan prasrana kesehatan masih sangat terbatas serta faktor

    faktor lain yang mempengaruhi kepuasan pasien.18

    Dalam perawatan ortodontik kepuasan pasien dapat dilihat dari hubungan

    profesionalisme operator dengan pasiennya seperti dalam hal memotivasi pasien.

    Operator dalam melakukan perawatan ortodontik perlu menjelaskan tujuan perawatan

    kepada pasien agar pasien termotivasi dan merasa puas terhadap perawatan yang akan

    dilakukan. Selain itu, seorang operator harus menggunakan kosakata yang dapat

    dipahami oleh pasien agar terjalin komunikasi yang efektif antara operator dan pasien.19

    2.4.1 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien

    Beberapa faktor yang memotivasi pelanggan/pasien untuk berkunjung ke

    klinik atau ke tempat perawatan yaitu: pelayanan, operator, fasilitas, lingkungan,

    lokasi dan rujukan. Pelayanan meliputi pelayanan yang lengkap, pemahaman

    pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan diterimanya. Kepuasan pasien

    ditentukan oleh 4 faktor, yaitu: kemudahan (terjangakau, tersedia, waktu selalu

    buka), hubungan pasien dokter (mendengarkan keluhan keluhan, ramah,

    aman, informasi yang jelas), pelayanan (kecepatan pelayanan, tanggapan

  • 21

    keluhan, pelayanan yang berlanjut), fasilitas (bersih, nyaman), dan biaya

    perawatan. Fasilitas meliputi reputasi klinik atau tempat perawatan, kecanggihan

    peralatan, kemudahan parkir, dan kenyamanan ruangan. Lingkungan meliputi

    kebersihan lingkungan, keindahan lingkungan, ketenangan lingkungan, yang

    dapat membuat pasien nyaman berada di klinik atau tempat perawatan.20

    Penelitian penelitian sebelumnya tentang kepuasan pasien telah banyak

    menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor penentu kepuasan pasien, antara

    lain yaitu tangibles (aspek terlihat secara fisik, misalnya peralatan dan personel),

    reliability (kemampuan untuk memiliki perfoma yang bisa diandalkan dan

    akurat), responsiveness (kemauan untuk merespon keinginan atau kebutuhan

    akan bantuan dari pelanggan, serta pelayanan yang cepat), assurance (kemauan

    para personel untuk menimbulkan rasa percaya dan aman kepada pelanggan),

    empathy (kemauan personel untuk peduli dan memperhatikan setiap pelanggan).

    Selain itu juga terdapat beberapa variabel nonmedik yang juga dapat

    mempengaruhi kepuasan pasien, diantaranya yaitu: tingkat pendidikan, latar

    belakang sosial ekonomi, budaya, lingkungan fisik, pekerjaan kepribadian dan

    lingkungan hidup, juga mempengaruhi oleh karakteristik pasien, yaitu: umur,

    pendidikan, pekerjaan, etnis, sosial ekonomi, dan diagnosis penyakit.21

  • 22

    BAB III

    KERANGKA KONSEP

    Keterangan :

    Variabel yang diteliti

    Variabel yang tidak diteliti

    PERAWATAN

    ORTODONTIK

    REMOVABLE

    APPLIANCE

    FIXED

    APPLIANCE

    OPERATOR

    DOKTER GIGI

    SPESIALIS

    ORTODONTIK DOKTER GIGI

    UMUM PERAWAT GIGI

    KEPUASAN PASIEN

    TUKANG GIGI

  • 23

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4.1 Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik, karena

    dalam pelaksanaannya meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi

    data dari objek penelitian.

    4.2 Rancangan Penelitian

    Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross- sectional

    study. Rancangan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data hanya satu kali

    dan satu waktu tanpa ada tindak lanjut.

    4.3 Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Klnik dokter gigi spesialis ortodontik, klinik dokter gigi

    umum, perawat gigi dan tukang gigi di Kota Madya Makassar

    4.4 Waktu Penelitian

    Penelitian dilakukan pada Maret-Juni 2013

    4.5 Populasi Dan Sampel

    Populasi adalah pasien ortodontik yang datang ke klinik donter gigi spesialis

    ortodontik, klinik dokter gigi umum, perawat gigi dan tukang gigi yang bertempat

  • 24

    di Kota Madya Makassar. Populasi dari penelitian ini berjumlah 120 orang yang

    terdiri dari 30 orang pasien ortodontik dari masing masing operator (dokter gigi

    spesialis ortodontik, dokter gigi umum, perawat gigi dan tukang gigi) di Kota

    Madya Makassar.

    Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling untuk memilih

    secara acak klinik dokter gigi spesialis ortodontik, klinik dokter gig umum, praktik

    perawat gigi dan praktik tukang gigi di Kota Madya Makassar. Dimana peneliti

    dalam memilih sampel dengan memberikan kesempatan yang sama kepada semua

    anggota populasi untuk ditetapkan sebagai anggota sampel.

    Setelah lokasi penelitian terpilih secara acak, selanjutnya responden dari setiap

    operator dipilih menggunakan teknik accidential sampling. Teknik ini yaitu dengan

    mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang

    secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila

    orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data dengan criteria eksklusi

    dan inklusi.

    Adapun kriteria sampel dari penelitian ini yaitu :

    a. Kriteria inklusi :

    Pasien yang melakukan perawatan fixed ortodontik (piranti cekat), berusia 18

    tahun ke atas dan bersedia mengisi kuesioner.

    b. Kriteria eksklusi :

    Pasien ortodontik yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.

  • 25

    4.6 Variabel Penelitian

    4.6.1 Menurut Fungsinya :

    a. Variabel bebas : Pemilihan operator

    b. Variabel akibat : Persepsi kepuasan pasien

    c. Variabel antara : Keahlian operator

    d. Variabel random : Jenis kelamin

    e. Variabel terkendali : Pasien ortodontik, profesionalisme

    4.6.2 Menurut skala pengukuram :

    a. Variabel sebab / independen : ordinal

    b. Varibel akibat / dependen : ordinal

    4.7 Definisi Operasional Variabel

    a. Persepsi kepuasan pasien adalah dimana operator mampu melakukan

    perawatan dan pelayanan dengan baik, dan apa yang diharapkan oleh

    pasien tercapai.

    b. Pasien ortodontik adalah mereka yang sedang menjalani perawatan

    ortodontik atau yang sedang memakai alat ortodontik.

    c. Operator adalah orang yang melakukan tindakan dan memberikan jasa

    perawatan ortodontik dalam hal ini dokter gigi spesialis ortodontik,

    dokter gigi umum,perawatgigi, tukang gigi.

  • 26

    - Dokter gigi spesialis ortodontik adalah mereka yang telah

    menempuh pendidikan profesi dokter gigi spesialis dalam bidang

    ortodontik dan mendapatkan gelar Spesialis Ortodontik.

    - Dokter gigi umum adalah mereka yang telah menempuh pendidikan

    Strata Satu (S1) dan menyelesaikan pendidikan profesi dokter gigi.

    - Perawat gigi adalah setiap orang yang telah mengikuti dan

    menyelesaikan pendidikan Perawat Gigi yang telah diakui oleh

    Pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

    - Tukang gigi adalah mereka yang melakukan perawatan gigi tetapi

    tidak mempunyai ilmu pengetahuan tentang kesehatan gigi. Dan ilmu

    yang mereka punya hanya didapatkan secara turun temurun atau

    otodidak.

    4.8 Data

    a. Jenis data : Data primer

    b. Pengolahan data : Dilakukan dengan menggunakan SPSS

    c. Penyajian data : Dalam bentuk tabel

    d. Analisis data : Uji chi-square

    4.9 Alat Pengumpulan Data

    Peneliti menggunakan lembar kuesioner dalam mengumpulkan data. Kuesioner

    yang diberikan berisi daftar pertanyaan. Kuesioner disusun secara terstruktur

    sehingga responden dapat memberikan jawaban sesuai petunjuk yang ada.

  • 27

    Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Lichert.

    Skala Lichert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

    seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban sikap item

    instrument yang digunakan dalam skala Lichert mempunyai gradasi dari sangat

    positif sampai negative, yang dapat berupa kata-kata antara lain :

    a. Sangat setuju

    b. Setuju

    c. Tidak setuju

    4.10 Kriteria Penilaian

    Kuesioner terdiri dari dua bagian, yaitu :

    a. Bagian pertama terkait dengan identitas responden, meliputi nama, usia,

    jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendidikan terkahir

    orangtua, dan pekerjaan orangtua.

    b. Bagian kedua terkait dengan persepsi kepuasan pasien ortodontik

    terhadap keahlian operator berdasarkan jenjang profesionalisme. Masing-

    masing item pertanyaan dalam kuesioner diberi skor yaitu :

    3 = untuk pilihan jawaban sangat setuju

    2 = untuk pilihan jawaban setuju

    1 = untuk pilihan jawaban tidak setuju

    4.11 Prosedur Penelitian

    a. Menentukan lokasi dan waktu penelitian.

    b. Menyiapkan daftar isian kuesioner.

  • 28

    c. Pengambilan data yang diperlukan untuk mengetahui pengaruh persepsi

    kepuasan pasien ortodontik terhadap keahlian operator berdasarkan jenjang

    profesionalisme.

    d. Mengelolah data yang dikumpulkan dengan menggunakan program komputer

    SPSS

    e. Analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square

  • 29

    BAB V

    HASIL PENELITIAN

    Berdasarkan Penelitian yang dilakukan yaitu Persepsi Kepuasan Pasien

    Ortodontik Berdasarkan Keahlian Operator Menurut Jenjang Profesionalisme yang

    dilakukan di klinik dokter gigi spesialis ortodontik (Eka Erwansyah Orthodontics

    Center jalan Sungai Saddang Baru dan Klinik Ortodontik drg. Baharuddin MR, sp.

    Orto jalan Urip Sumoharjo), klinik dokter gigi umum (drg. Ita Isdiana Anwar jalan Batu

    Putih, drg Rahmat jalan Pelita Raya, Dental Health Cares Clinic, BTP), praktik perawat

    gigi (Balai Pengobatan Gigi Alif jalan Pongtiku, Balai Pengobatan Gigi Nirwana jalan

    Mallengkeri, Balai pengobatan Gigi jalan Perintis Kemerdekaan) dan praktik tukang

    gigi (Tukang Gigi Yustia jalan Urip Sumoharjo, Tukang Gigi Kecantikan jalan

    A.Pettarani, Tukamg Gigi Daya jalan Perintis Kemerdekaan) selama tiga bulan yaitu

    pada bulan Maret-Juni 2013, maka diperoleh sampel sebanyak 120 responden yang

    berasal dari 30 orang pasient ortodontik dari masing masing operator (dokter gigi

    spesialis ortodontik, dokter gigi umum, perawat gigi dan tukang gigi).

    Data yang telah dikumpulkan kemudian ditabulasi dan diinput kemudian

    dianalisis dengan program SPSS. Hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk tabel

    disertai dengan penjelasan.

  • 30

    Tabel 5.1. Karakteristik sampel penelitian/pasien yang menggunakan fixed

    orthodontic (ortodontik cekat) di Kota Makassar berdasarkan jenis

    kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan

    Karakteristik n %

    Jenis Kelamin :

    Laki laki Perempuan

    28

    92

    23,3

    76,7

    Umur :

    15 24 tahun 25 34 tahun 35 44 tahun

    44 tahun

    93

    20

    6

    1

    77,5

    16,7

    5.0

    0,8

    Pendidikan :

    SMP

    SMA

    D3/Sarjana

    20

    64

    36

    16,7

    53,3

    30,0

    Pekerjaan :

    PNS

    Peg. Swasta

    Wiraswasta

    Pelajar/Mahasiswa

    IRT

    13

    20

    15

    71

    1

    10,8

    16,7

    12,5

    59,2

    0,8

    Berdasarkan tabel diatas dari 120 pasien ortodontik lebih banyak digunakan

    oleh perempuan yaitu sebanyak 92 orang (76,7%) dibandingkan laki laki hanya 28

    orang (23,3%) dengan rentang usia 15 24 tahun sebanyak 93 orang (77,5%), 25 34

    tahun sebanyak 20 orang (16,7), 35 44 tahun sebanyak 6 orang (0,8%), 44 tahun

    hanya 1 orang (0,8) dan berdasarkan pendidikan terakhir pasien yaitu SMA sebanyak

    64 orang (53,3%), SMP sebanyak 20 orang (16,7), perguruan tinggi sebanyak 36 orang

    (30,0%). Berdasarkan pekerjaan dari 120 pasien, sebanyak 13 orang (10,8) berprofesi

    sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), 20 orang (16,7%) berprofesi sebagai Pegawai

  • 31

    Swasta, 15 orang (12,5%) berprofesi sebagai Wiraswasta, 71 orang (59,2%) berprofesi

    sebagai Pelajar/Mahasiswa, dan 1 orang (0,8%) sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT).

    Tabel 5.2 Rata - rata skor responden laki laki dan perempuan terhadap enam

    kategori kepuasan pasien pada perawatan fixed orthodontic (ortodontik cekat) di

    Kota Makassar

    Persepsi Laki-Laki Perempuan

    Rerata SD Rerata SD

    Hubungan operator-pasien

    Aspek situasi

    Perubahan wajah

    Perubahan psikisosial

    Fungsi gigi

    Aspek lain - lain

    Total skor kepuasan

    21,89

    24,04

    19,00

    17,86

    7,71

    9,21

    99,71

    5,072

    4,409

    5,128

    3,894

    2,291

    1,792

    20,587

    21,71

    24,08

    18,39

    18,08

    6,59

    9,23

    98,07

    4,226

    3,789

    4,418

    3,490

    1,774

    1,453

    16,846

    Tabel 5.2 memperlihatkan adanya perbedaan persepsi kepuasan pasien laki

    laki dan perempuan terhadap enam kategori. Laki laki memiliki persepsi kepuasan

    lebih tinggi dibandingkan perempuan yaitu rata rata skor kepuasan laki laki

    99,7120,587, sedangkan perempuan 98,0716,846. Akan tetapi nilai ini tidak berbeda

    jauh antara laki laki dan perempuan. Dari enam kategori aspek situasi memiliki nilai

    tertinggi baik pada laki laki maupun perempuan, sedangkan kategori fungsi gigi

    memiliki skor terendah untuk kedua jenis kelamin ini.

  • 32

    Tabel 5.3. rata rata skor responden berdasarkan operator terhadap enam

    kategori kepuasan pasien pada perawatan fixed orthodontic (ortodontik cekat) di

    Kota Makassar

    Persepsi Tukang gigi Perawat gigi Dokter gigi Orthodonstist

    Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

    Hubungan operator -pasien

    Aspek situasi

    Perubahan wajah

    Perubahan psikososial

    Fungsi gigi

    Aspek lain - lain

    Total skor kepuasan

    18,40

    21,37

    15,47

    15,97

    5,53

    8,57

    85,30

    3,85

    3,87

    3,73

    3,38

    1,38

    1,59

    16,06

    20,57

    22,90

    17,93

    17,33

    7,27

    8,87

    94,87

    2,59

    3,32

    3,39

    2,55

    1,34

    1,38

    11,57

    22,23

    25,13

    18,57

    18,47

    6,50

    9,47

    100,37

    4,45

    3,53

    5,29

    4,22

    2,01

    1,78

    19,15

    25,80

    26,87

    22,17

    20,33

    8,10

    10,00

    113,27

    2,89

    2,53

    2,96

    2,47

    2,06

    0,87

    10,27

    Tabel 5.3 memperlihatkan adanya perbedaan total jumlah persepsi kepuasan

    berdasarkan operator. Persepsi kepuasan pasien paling tinggi berada pada dokter gigi

    spesialis ortodontik yaitu 113,2710,27 sementara untuk dokter gigi menempati urutan

    kedua dari persepsi kepuasan pasien yaitu sebesar 1003,3719,15 selanjutnya diikuti

    perawat gigi (94,8711,57) dan tukang gigi diurutan terakhir (85,3016,06).

    Tabel 5.4 menunjukkan jumlah responden yang merasa puas paling banyak

    adalah dokter gigi spesialis ortodontik (ortodontist) yaitu sebanyak 27 (90.00%)

    responden dan profesi ini memiliki jumlah responden paling sedikit yang merasa tidak

    puas yaitu sebanyak 3 (10.00%) responden. Profesi tukang gigi memiliki jumlah

  • 33

    responden yang merasa puas sebanyak 5 (16.70%) responden dan merasa tidak puas

    sebanyak 25 (83.30%) responden. Profesi perawat gigi memiliki jumlah responden yang

    merasa puas yaitu sebanyak 9 (30.00%) responden dan yang merasa tidak puas yaitu

    sebanyak 21 (70.00%) responden. Profesi dokter gigi memiliki jumlah responden yang

    merasa puas sebanyak 18 (60.00%) responden dan yang merasa tidak puas yaitu

    sebanyak 12 (40.00%) responden.

    Tabel 5.4. total persepsi kepuasan pasien berdasarkan jenjang profesionalisme

    operator di kota Makassar

    Operator Persepsi Total

    Puas tidakpuas

    Tukang gigi n 5 25 30

    % 16.70% 83.30% 100.00%

    Perawat gigi n 9 21 30

    % 30.00% 70.00% 100.00%

    Dokter gigi n 18 12 30

    % 60.00% 40.00% 100.00%

    Ortodontist n 27 3 30

    % 90.00% 10.00% 100.00%

    Total n 59 61 120

    % 49.20% 50.80% 100.00%

    Tabel 5.5 profesi tukang gigi sebanyak 9 responden menilai hubungan operator

    pasien cukup baik, 3 (33.3%) diantaranya merasa puas dan 6 (66.7%) tidak merasa

    puas. Responden yang menilai hubungan operator pasien kurang baik sebanyak 21

    responden, 2 (9.5%) merasa puas dan 19 (90.5%) responden merasa tidak puas. Profesi

    ini menunjukan nilai p=0.143 (p>0.05) hal ini tidak menunjukan nilai yang signifikan

    pada uji korelasi. Pada perawat gigi sebanyak 7 responden menilai hubungan operator

  • 34

    pasien cukup baik, 6 (85.7%) diantaranya merasa puas sedangkan 1 (14.3%) responden

    lainnya merasa tidak puas.

    Tabel 5.5. total persepsi kepuasan pasien ortodontik menurut kategori kepuasan

    hubungan operator - pasien berdasarkan jenjang profesionalisme operator di kota

    Makassar

    Operator Hubungan

    operator

    pasien

    Kepuasan Total P

    Puas Tidakpuas

    n % n % n %

    Tukang Gigi Cukup 3 33.3 6 66.7 9 100.0 0.143

    Kurang 2 9.5 19 90.5 21 100.0

    Perawat Gigi Cukup 6 85.7 1 14.3 7 100.0 0.001

    Kurang 3 13.0 20 87.0 23 100.0

    Dokter Gigi Cukup 13 100.0 0 0.0 13 100.0 0.000

    Kurang 5 29.4 12 70.6 17 100.0

    Ortodontist Cukup 26 96.3 1 3.7 27 100.0 0.020

    Kurang 1 33.3 2 66.7 3 100.0

    Total 59 49.2 61 50.8 120 100.0

    Responden yang menilai hubungan operator pasien kurang baik sebanyak 23

    responden, 3 (13.0%) merasa puas dan 20 (87.0%) merasa tidak puas. Pada hasil uji

    korelasi menunjukan nilai p yang signifikan yaitu 0.001 artinya terdapat hubungan

    antara profesi perawat gigi terhadap persepsi kepuasan pada kategori hubungan operator

    pasien. 13 responden menilai cukup baik profesi dokter gigi dalam hal hubungan

  • 35

    operator pasien. Semua responden ini menyatakan puas dan tidak ada responden yang

    merasa tidak puas. Sebanyak 17 responden menilai profesi dokter gigi dalam hal

    hubungan operator pasien kurang baik. 5 (29.4%) diantaranya merasa puas dan 12

    (70.6%) merasa tidak puas. Hasil uji korelasi menunjukan nilai p yang signifikan yaitu

    0.000 yang berarti ada hubungan antara profesi dokter gigi terhadap persepsi kepuasan

    pada kategori hubungan operator pasien. Sebanyak 27 responden menilai cukup baik

    profesi dokter gigi spesialis ortodontik (ortodontist) dalam hubungan operator pasien.

    Jumlah ini adalah jumlah terbanyak dibandingkan operator lainnya dan responden

    terbanyak yang merasa puas yaitu sebanyak 26 (96.3%) sedangkan yang tidak merasa

    puas hanya 1 (3.7%) responden. Responden yang menilai kurang baik yaitu sebanyak 3

    responden, 1 (33.3%) diantaranya merasa puas dan 2 (66.7%) lainnya merasa tidak

    puas. Uji korelasi pada profesi ini menunjukan nilai yang signifikan (p=0.020).

    Tabel 5.6 profesi tukang gigi sebanyak 3 responden menilai aspek situasi

    cukup baik dan seluruh responden merasa puas. Responden yang menilai aspek situasi

    kurang baik sebanyak 27 responden, 2 (7.4%) merasa puas dan 25 (92.6%) responden

    merasa tidak puas. Pada perawat gigi sebanyak 5 responden menilai aspek situasi cukup

    baik dan seluruh responden merasa puas. Responden yang menilai aspek situasi kurang

    baik sebanyak 25 responden, 4 (16.0%) merasa puas dan 21 (84.0%) merasa tidak puas.

    17 responden menilai cukup baik profesi dokter gigi dalam hal aspek situasi, 15 (88.2%)

    diantaranya merasa puas dan 2 (11.8%) responden merasa tidak puas. Sebanyak 13

    responden menilai profesi dokter gigi dalam hal aspek situasi kurang baik. 3 (23.1%)

    diantaranya merasa puas dan 10 (76.9%) merasa tidak puas. Sebanyak 26 responden

    menilai cukup baik profesi dokter gigi spesialis ortodontik (ortodontist) dalam hal aspek

  • 36

    situasi. Jumlah ini adalah jumlah terbanyak dibandingkan operator lainnya dan seluruh

    responden merasa puas. Responden yang menilai kurang baik yaitu sebanyak 4

    responden, 1 (25.0%) diantaranya merasa puas dan 3 (75.0%) lainnya merasa tidak

    puas. Hasil uji korelasi menunjukan nilai p yang signifikan pada seluruh profesi

    terhadap persepsi kepuasan pada kategori aspek situasi.

    Tabel 5.6. total persepsi kepuasan pasien ortodontik menurut kategori kepuasan

    aspek situasi berdasarkan jenjang profesionalisme operator di kota Makassar

    Operator Aspek

    Situasi

    Kepuasan Total P

    Puas Tidakpuas

    n % n % n %

    Tukang

    Gigi

    Cukup 3 100.0 0 0.0 3 100.0 0.002

    Kurang 2 7.4 25 92.6 27 100.0

    Perawat

    Gigi

    Cukup 5 100.0 0 0.0 5 100.0 0.001

    Kurang 4 16.0 21 84.0 25 100.0

    Dokter Gigi Cukup 15 88.2 2 11.8 17 100.0 0.001

    Kurang 3 23.1 10 76.9 13 100.0

    Ortodontist Cukup 26 100.0 0 0.0 26 100.0 0.001

    Kurang 1 25.0 3 75.0 4 100.0

    Total 59 49.2 61 50.8 120 100.0

    Tabel 5.7 profesi tukang gigi sebanyak 6 responden menilai perubahan wajah

    cukup baik, 3 (50.0%) diantaranya merasa puas dan 3 (50.0%) merasa tidak puas.

    Responden yang menilai perubahan wajah kurang baik sebanyak 24 responden, 2

  • 37

    (8.3%) merasa puas dan 22 (91.7%) responden merasa tidak puas. Pada perawat gigi

    sebanyak 11 responden menilai perubahan wajah cukup baik, 7 (63.6%) diantaranya

    merasa puas dan 4 (36.4%) responden merasa tidak puas.

    Tabel 5.7. total persepsi kepuasan pasien ortodontik menurut kategori kepuasan

    perubahan wajah berdasarkan jenjang profesionalisme operator di kota Makassa

    Responden yang menilai perubahan wajah kurang baik sebanyak 19 responden, 2

    (10.5%) merasa puas dan 17 (89.5%) merasa tidak puas. 15 responden menilai cukup

    baik profesi dokter gigi dalam hal perubahan wajah dan seluruh responden merasa puas.

    Sebanyak 15 responden menilai profesi dokter gigi dalam hal perubahan wajah kurang

    baik. 3 (20.0%) diantaranya merasa puas dan 12 (80.0%) merasa tidak puas. Sebanyak

    Operator Perubahan

    wajah

    Kepuasan Total P

    Puas Tidakpuas

    n % n % n %

    Tukang

    Gigi

    Cukup 3 50.0 3 50.0 6 100.0 0.041

    Kurang 2 8.3 22 91.7 24 100.0

    Perawat

    Gigi

    Cukup 7 63.6 4 36.4 11 100.0 0.004

    Kurang 2 10.5 17 89.5 19 100.0

    Dokter Gigi Cukup 15 100.0 0 0.0 15 100.0 0.000

    Kurang 3 20.0 12 80.0 15 100.0

    Ortodontist Cukup 25 96.2 1 3.8 26 100.0 0.039

    Kurang 2 50.0 2 50.0 4 100.0

    Total 59 49.2 61 50.8 120 100.0

  • 38

    26 responden menilai cukup baik profesi dokter gigi spesialis ortodontik (ortodontist)

    dalam hal perubahan wajah. Jumlah ini adalah jumlah terbanyak dibandingkan operator

    lainnya dan responden yang merasa puas yaitu sebanyak 25 (96.2%), yang tidak merasa

    puas yaitu hanya 1 (3.8%) responden. Responden yang menilai kurang baik yaitu

    sebanyak 4 responden, 2 (50.0%) diantaranya merasa puas dan 2 (50.0%) lainnya

    merasa tidak puas. Hasil uji korelasi menunjukan nilai p yang signifikan pada seluruh

    profesi terhadap persepsi kepuasan pada kategori perubahan wajah.

    Tabel 5.8. total persepsi kepuasan pasien ortodontik menurut kategori kepuasan

    perubahan psikososial berdasarkan jenjang profesionalisme operator di kota

    Makassar

    Operator Perubahan

    psikososial

    Kepuasan Total P

    Puas Tidakpuas

    n % n % n %

    Tukang Gigi Cukup 1 100.0 0 0.0 1 100.0 0.167

    Kurang 4 13.8 25 86.2 29 100.0

    Perawat Gigi Cukup 7 63.6 4 36.4 11 100.0 0.004

    Kurang 2 10.5 17 89.5 19 100.0

    Dokter Gigi Cukup 14 93.3 1 6.7 15 100.0 0.001

    Kurang 4 26.7 11 73.3 15 100.0

    Ortodontist Cukup 21 95.5 1 4.5 22 100.0 0.166

    Kurang 6 75.0 2 25.0 8 100.0

    Total 59 49.2 61 50.8 120 100.0

  • 39

    Tabel 5.8 profesi tukang gigi sebanyak 1 responden menilai perubahan

    psikososial cukup baik dan seluruhnya merasa puas. Responden yang menilai perubahan

    psikososial kurang baik sebanyak 29 responden, 4 (13.8%) merasa puas dan 25 (86.2%)

    responden merasa tidak puas. Profesi ini menunjukan nilai p=0.167 (p>0.05) hal ini

    tidak menunjukan nilai yang signifikan pada uji korelasi. Pada perawat gigi sebanyak 11

    responden menilai perubahan psikososial cukup baik, 7 (63.6%) diantaranya merasa

    puas sedangkan 4 (36.4%) responden lainnya merasa tidak puas. Responden yang

    menilai perubahan psikososial kurang baik sebanyak 19 responden, 2 (10.0%) merasa

    puas dan 17 (89.5%) merasa tidak puas. Pada hasil uji korelasi menunjukan nilai p yang

    signifikan yaitu 0.004 artinya terdapat hubungan antara profesi perawat gigi terhadap

    persepsi kepuasan pada kategori perubahan psikososial. 15 responden menilai cukup

    baik profesi dokter gigi dalam hal perubahan psikososial, 14 (93.3%) diantaranya

    merasa puas dan 1 (4.5%) responden merasa tidak puas. Sebanyak 15 responden menilai

    profesi dokter gigi dalam hal perubahan psikososial kurang baik. 4 (26.7%) diantaranya

    merasa puas dan 11 (73.3%) merasa tidak puas. Hasil uji korelasi menunjukan nilai p

    yang signifikan yaitu 0.001 yang berarti ada hubungan antara profesi dokter gigi

    terhadap persepsi kepuasan pada kategori perubahan psikososial. Sebanyak 22

    responden menilai cukup baik profesi dokter gigi spesialis ortodontik (ortodontist)

    dalam hal perubahan psikososial. Jumlah ini adalah jumlah terbanyak dibandingkan

    operator lainnya dan responden terbanyak yang merasa puas yaitu sebanyak 21 (95.5%)

    sedangkan yang tidak merasa puas hanya 1 (4.5%) responden. Responden yang menilai

    kurang baik yaitu sebanyak 8 responden, 6 (75.0%) diantaranya merasa puas dan 2

  • 40

    (25.0%) lainnya merasa tidak puas. Uji korelasi pada profesi ini tidak menunjukan nilai

    yang signifikan (p=0.166).

    Tabel 5.9. total persepsi kepuasan pasien ortodontik menurut kategori kepuasan

    fungsi gigi berdasarkan jenjang profesionalisme operator di kota Makassar

    Operator Fungsi gigi Kepuasan Total P

    Puas Tidakpuas

    n % n % n %

    Tukang

    Gigi

    Cukup 5 100.0 0 0.0 5 100.0 0.000

    Kurang 0 0.0 25 100.0 25 100.0

    Perawat

    Gigi

    Cukup 9 39.1 14 60.9 23 100.0 0.071

    Kurang 0 0.0 7 100.0 7 100.0

    Dokter Gigi Cukup 13 86.7 2 13.3 15 100.0 0.009

    Kurang 5 33.3 10 66.7 15 100.0

    Ortodontist Cukup 21 95.5 1 4.5 22 100.0 0.166

    Kurang 6 75.0 2 25.0 8 100.0

    Total 59 49.2 61 50.8 120 100.0

    Tabel 5.9 profesi tukang gigi sebanyak 5 responden menilai fungsi gigi cukup

    baik dan seluruh responden merasa puas. Responden yang menilai fungsi gigi kurang

    baik sebanyak 25 responden dan seluruh responden merasa tidak puas. Profesi ini

    menunjukan nilai p=0.000 hal ini menunjukan nilai yang signifikan pada uji korelasi.

    Pada perawat gigi sebanyak 23 responden menilai fungsi gigi cukup baik, 19 (39.1%)

    diantaranya merasa puas sedangkan 14 (60.9%) responden lainnya merasa tidak puas.

  • 41

    Responden yang menilai fungsi gigi kurang baik sebanyak 7 responden dan semuanya

    merasa tidak puas. Pada hasil uji korelasi menunjukan nilai p yang tidak signifikan yaitu

    0.071. artinya tidak terdapat hubungan antara profesi perawat gigi terhadap persepsi

    kepuasan pada kategori fungsi gigi. 15 responden menilai cukup baik profesi dokter gigi

    dalam hal fungsi gigi, 13 (86.7%) diantaranya merasa puas dan 2 (33.3%) responden

    merasa tidak puas. Sebanyak 15 responden menilai profesi dokter gigi dalam hal fungsi

    gigi kurang baik, 5 (33.3%) diantaranya merasa puas dan 10 (66.7%) merasa tidak puas.

    Hasil uji korelasi menunjukan nilai p yang signifikan yaitu 0.009 yang berarti ada

    hubungan antara profesi dokter gigi terhadap persepsi kepuasan pada kategori fungsi

    gigi. Sebanyak 22 responden menilai cukup baik profesi dokter gigi spesialis ortodontik

    (ortodontist) dalam hal fungsi gigi. Jumlah ini adalah jumlah terbanyak dibandingkan

    operator lainnya dan responden terbanyak yang merasa puas yaitu sebanyak 21 (95.5%)

    sedangkan yang tidak merasa puas hanya 1 (4.5%) responden. Responden yang menilai

    kurang baik yaitu sebanyak 8 responden, 6 (75.0%) diantaranya merasa puas dan 2

    (25.0%) lainnya merasa tidak puas. Uji korelasi pada profesi ini tidak menunjukan nilai

    yang signifikan (p=0.166).

    Tabel 5.10 profesi tukang gigi sebanyak 11 responden menilai aspek lain - lain

    cukup baik, 2 (18.2%) diantaranya merasa puas dan 9 (81.8%) responden merasa tidak

    puas. Responden yang menilai aspek lain - lain kurang baik sebanyak 19 responden

    yaitu 3 (15.8%) diantaranya merasa puas dan 16 (84.2%) responden merasa tidak puas.

    Profesi ini menunjukan nilai p=1.000 hal ini menunjukan nilai yang tidak signifikan

    pada uji korelasi. Pada perawat gigi sebanyak 9 responden menilai aspek lain - lain

    cukup baik, 7 (77.8%) diantaranya merasa puas sedangkan 2 (22.2%) responden lainnya

  • 42

    merasa tidak puas. Responden yang menilai aspek lain - lain kurang baik sebanyak 21

    responden, 2 (9.5%) diantaranya merasa puas dan merasa tidak puas 19 (90.5%)

    responden. Pada hasil uji korelasi menunjukan nilai p yang tidak signifikan yaitu 0.001

    artinya terdapat hubungan antara profesi perawat gigi terhadap persepsi kepuasan pada

    kategori aspek lain - lain.

    Tabel 5.10. total persepsi kepuasan pasien ortodontik menurut kategori kepuasan

    aspek lain lain berdasarkan jenjang profesionalisme operator di kota Makassar

    Operator Lain

    lain

    Kepuasan Total P

    Puas Tidakpuas

    n % n % n %

    Tukang Gigi Cukup 2 18.2 9 81.8 11 100.0 1.000

    Kurang 3 15.8 16 84.2 19 100.0

    Perawat Gigi Cukup 7 77.8 2 22.2 9 100.0 0.001

    Kurang 2 9.5 19 90.5 21 100.0

    Dokter Gigi Cukup 13 92.9 1 7.1 14 100.0 0.002

    Kurang 5 31.3 11 68.8 16 100.0

    Ortodontist Cukup 21 95.5 1 4.5 22 100.0 0.166

    Kurang 6 75.0 2 25.0 8 100.0

    Total 59 49.2 61 50.8 120 100.0

    14 responden menilai cukup baik profesi dokter gigi dalam hal aspek lain - lain, 13

    (92.9%) diantaranya merasa puas dan 1 (7.1%) responden merasa tidak puas. Sebanyak

    16 responden menilai profesi dokter gigi dalam hal aspek lain - lain kurang baik, 5

  • 43

    (31.3%) diantaranya merasa puas dan 11 (68.8%) merasa tidak puas. Hasil uji korelasi

    menunjukan nilai p yang signifikan yaitu 0.002 yang berarti ada hubungan antara

    profesi dokter gigi terhadap persepsi kepuasan pada kategori aspek lain - lain. Sebanyak

    22 responden menilai cukup baik profesi dokter gigi spesialis ortodontik (ortodontist)

    dalam hal aspek lain - lain. Jumlah ini adalah jumlah terbanyak dibandingkan operator

    lainnya dan responden terbanyak yang merasa puas yaitu sebanyak 21 (95.5%)

    sedangkan yang tidak merasa puas hanya 1 (4.5%) responden. Responden yang menilai

    kurang baik yaitu sebanyak 8 responden, 6 (75.0%) diantaranya merasa puas dan 2

    (25.0%) lainnya merasa tidak puas. Uji korelasi pada profesi ini tidak menunjukan nilai

    yang signifikan (p=0.166).

  • 44

    BAB VI

    PEMBAHASAN

    Penelitian ini dilakukan di klinik dokter gigi spesialis ortodontik (Eka

    Erwansyah Orthodontics Center jalan Sungai Saddang Baru dan Klinik Ortodontik drg.

    Baharuddin MR, sp.Orto jalan Urip Sumaharjo), klinik dokter gigi umum (drg. Ita

    Isdiana Anwar jalan Batu Putih, drg. Rahmat jalan Pelita Raya, Dental Health Cares

    Clinik, BTP), praktik perawat gigi (Balai Pengobatan Gigi Alif jalan Pongtiku, Balai

    Pengobatan Gigi Nirwana jalan Mallengkeri, Balai Pengobatan Gigi jalan Perintis

    Kemerdekaan) dan praktik tukang gigi (Tukang Gigi Yustia jalan Urip Sumoharjo,

    Tukang Gigi Kecantikan jalan A.Pettarani, Tukang Gigi Daya jalan Perintis

    Kemerdekaan) di Kota Madya Makassar selama 3 bulan yaitu pada bulan Maret Juni

    2013, diperoleh responden sebanyak 120 yang terdiri dari 30 orang pasien ortodontik

    dari masing masing operator (dokter gigi spesialis ortodontik, dokter gigi umum,

    perawat gigi dan tukang gigi) yang dipilih sesuai dengan criteria inklusi dan ekslusi.

    Responden terdiri dari 92 orang perempuan, lebih banyak dibandingkan laki laki yaitu

    28 orang dengan rentang usia yang paling banyak sekitar 15 24 tahun sebanyak 93

    orang. Hal ini menunjukan bahwa perawatan ortodontik lebih disukai oleh

    pelajar/mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan.

    Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui persepsi kepuasan

    pasien ortodontik berdasarkan keahlian operator menurut jenjang profesinonalisme.

  • 45

    Operator yang dimaksud dalam hal ini yaitu para dokter gigi spesialis ortodontik

    (ortodontist), dokter gigi umum, perawat gigi dan tukang gigi di Kota Madya Makassar.

    Setiap operator memiliki jenjang profesionalisme yang berbeda sesuai dengan

    jenjang pendidikan yang telah mereka peroleh. Dokter gigi spesialis ortodontik

    (ortodontist) berkompetensi dalam melakukan ortodontik preventif, ortodontik

    interseptif, ortodontik korektif dan ortodontik bedah. Sedangkan peranan dokter gigi

    umum dibidang ortodontik mencakup melakukan tindakan pencegahan terjadinya

    maloklusi atau mencegah bertambah parahnya maloklusi.13,22

    Lain halnya dengan perawat gigi dan tukang gigi. Perawat gigi berwenang

    untuk membantu dokter gigi spesialis ortodontik (ortodontist) dan dokter gigi umum

    dalam memberikan jasa/layanan ortodontik, sedangkan tukang gigi tidak memiliki

    kewenangan dalam melakukan perawatan ortodontik. Tukang gigi hanya diberikan

    kewenangan untuk membuat seluruh/sebagian gigi tiruan lepasan dari akrilik dan

    memasang gigi tiruan lepasan.14,15

    Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Elham Saleh

    Abu Alhaija. Ia melaporkan bahwa jenis kelamin dan usia seseorang menentukan sikap

    untuk memilih perawatan ortodontik. Perempuan memiliki keinginan yang lebih besar

    untuk menerima dan menjalani perawatan ortodontik dibandingkan dengan laki laki,

    dan juga mereka yang lebih muda memiliki sikap positif dibandingkan mereka yang

    berusia lebih tua untuk menjalani perawatan ortodontik.23

    Dari enam kategori laki laki memiliki persepsi kepuasan lebih tinggi dibanding

    perempuan, hal ini mungkin disebabkan karena pada laki laki tidak memiliki banyak

  • 46

    tuntutan selama perawatan berlangsung sehingga akan berdampak pada persepsi

    kepuasan. Aspek situasi merupakan kategori yang paling tinggi dari kedua jenis kelamin

    tersebut. Dimana aspek situasi adalah aspek yang menyangkut kebersihan lingkungan,

    keindahan lingkungan, ketenangan lingkungan, yang dapat membuat pasien nyaman

    berada di klinik atau tempat perawatan.20

    Hasil penelitian ini memperlihatkan ada perbedaan persepsi kepuasan pasien

    terhadap beberapa operator. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurt

    Bergstrm (1998) Dokter gigi spesialis ortodontik memberikan nilai kepuasan tertinggi

    kepada pasien. Hal ini disebabkan karena dokter gigi spesialis ortodontik memberikan

    informasi yang lebih banyak sebelum perawatan dan selama perawatan, pasien juga

    merasa puas karena keputusan yang diambil oleh dokter gigi spesialis lebih tepat

    sehingga mereka dianggap lebih ahli dalam bidang ortodontik.24

    Sebagian besar pasien merasa bahwa dokter gigi speisalis mempunyai

    kemampuan yang lebih dibanding profesi lain dalam hal rencana perawatan,

    menjelaskan rencana perawatan, skill, pendidikan dan pengalaman kerja. Faktor-faktor

    lain yang mempengaruhi adalah fasilitas klinis, peralatan medis, rekomendasi dari

    keluarga atau teman dan media iklan. Hal ini diperkuat dengan melihat jumlah

    responden yang merasa puas terbanyak dimiliki oleh dokter gigi spesialis ortodontik.

    Dan dokter gigi umum menempati urutan kedua pada persepsi kepuasan pasien, hal ini

    mungkin disebabkan karena dokter gigi yang hanya berbekal pengetahuan ortodontik

    dasar . 13,24,27

  • 47

    Persepsi kepuasan pasien ortodontik terendah dimiliki oleh perawat gigi dan

    tukang gigi. Hal ini mungkin juga disebabkan keterbatasan ilmu yang dimiliki sehingga

    mempengaruhi perawatan ortodontik itu sendiri. Berdasarkan Keputusan Dirjen

    Yanmed Depkes RI No. 234/Yanmed/KG/5/1991 tukang gigi tidak memiliki wewenang

    untuk melakukan perawatan ortodontik sehingga tukang gigi dianggap tidak memiliki

    kompetensi dalam hal tersebut. Begitu pula halnya dengan perawat gigi, menurut

    Permenkes No 58 tahun 2012 tentang penyelenggaraan pekerjaan perawat gigi yang

    tidak membahas mengenai wewenang perawat gigi untuk melakukan perawatan

    ortodontik.17,25

    Kepuasan dapat diartikan sebagai perbedaan antara harapan dan kinerja yang

    dirasakan. Kepuasan pasien merupakan hal yang sangat subyektif, sulit diukur, dapat

    berubah ubah, serta terdapat banyak sekali faktor yang berpengaruh; sebanyak

    dimensi di dalam kehidupan manusia. Subyektivitas tersebut bisa berkurang dan bahkan

    bisa menjadi obyektifitas bila cukup banyak pendapat yang sama terhadap sesuatu hal.

    Beberapa faktor yang memotivasi pelanggan/pasien untuk berkunjung ke klinik atau ke

    tempat perawatan yaitu: pelayanan, operator, fasilitas, lingkungan, lokasi dan rujukan.

    Pelayanan meliputi pelayanan yang lengkap, pemahaman pengguna jasa tentang jenis

    pelayanan yang akan diterimanya. Kepuasan pasien ditentukan oleh 4 faktor, yaitu:

    kemudahan (terjangakau, tersedia, waktu selalu buka), hubungan pasien dokter

    (mendengarkan keluhan keluhan, ramah, aman, informasi yang jelas), pelayanan

    (kecepatan pelayanan, tanggapan keluhan, pelayanan yang berlanjut), fasilitas (bersih,

    nyaman), dan biaya perawatan. Fasilitas meliputi reputasi klinik atau tempat perawatan,

    kecanggihan peralatan, kemudahan parkir, dan kenyamanan ruangan.18,20

  • 48

    Penelitian yang dilakukan oleh Bamise dan Bada (2001) menunujukan bahwa

    pelayanan perawatan gigi itu berbedabeda dari masingmasing operator oleh karena itu

    persepsi kepuasan pasien dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu hubungan operator-

    pasien, aspek situasi, perubahan wajah, perubahan psikososial dan fungsi gigi.26

    Dokter gigi spesialis ortodontik dan dokter gigi umum mungkin memiliki

    fasilitis klinik dan peralatan medis yang memadahi seperti situasi lingkungan praktek

    yang nyaman juga ditunjang oleh alat-alat yang canggih.

    Dokter gigi spesialis ortodontik telah melewati pendidikan spesialis sehingga

    mereka dianggap lebih ahli dalam bidang ortodontik. Hal ini mempengaruhi keputusan

    yang diambil dalam perawatan ortodontik yang menyebabkan tingkat kesalahan selama

    perawatan itu lebih kecil. Berbeda halnya dengan operator yang dianggap tidak

    kompeten kemungkinan terjadi kesalahan dalam perawatan lebih besar. Kesalahan

    selama perawatan akan berdampak terhadap perubahan wajah, oklusi gigi, dan fungsi

    gigi. Perubahan wajah yang tidak sesuai akan berdampak pula pada psikososial pasien

    dimana pasien merasa kurang percaya diri karena perubahan wajah yang diharapkan

    setelah perawatan tidak sesuai.

    Hasil uji korelasi antara persepsi kepuasan dengan kategori hubungan

    operatorpasien pada profesi tukang gigi tidak menunjukan nilai yang signifikan

    (p=0.143) sementara tiga profesi lainnya menunujukan nilai yang signifikan hal ini

    mungkin dikarenakan tukang gigi tidak mempunyai kemampuan dalam memberikan

    penjelasan pada pasien akan perawatan ortodontik. Kita ketahui bahwa tukang gigi yang

    tidak memiliki ilmu kedokteran gigi dan ilmu yang mereka punya hanya didapatkan

  • 49

    secara turun temurun atau otodidak. Lain halnya dengan kategori situasi yang

    menunjukan ada hubungan dengan persepsi kepuasan pasien/responden pada seluruh

    profesi, ini berarti semua responden merasa cukup nyaman dengan situasi lingkungan

    praktek dari semua profesi ini.

    Kategori perubahan wajah menunjukan hasil uji korelasi yang signifikan

    terhadap persepsi kepuasan pada semua profesi. Dengan kata lain responden merasa

    puas dengan perubahan wajah mereka yang selama kurang lebih dua tahun dalam masa

    perawatan.

    Beberapa profesi seperti perawat gigi dan dokter gigi menunjukan nilai yang

    signifikan pada hasil uji korelasi antara kategori perubahan psikososial terhadap

    persepsi kepuasan, sedangkan dua profesi lainnya tidak menunjukan nilai yang

    signifikan. Akan tetapi jumlah responden yang merasa cukup puas terhadap perubahan

    psikososial dimiliki oleh profesi dokter gigi spesialis ortodontik. Pada penelitian ini

    terdapat kemungkinan terjadinya bias penelitian seperti bias pada metode penarikan

    sampel, bias pada sampel itu sendiri maupun bias pada saat pengukuran sehingga

    mempengaruhi hasil uji korelasi pada beberapa profesi. Seperti halnya yang terlihat

    pada hasil uji korelasi kategori fungsi gigi pada profesi perawat gigi dan dokter gigi

    spesialis ortodontik, demikian halnya terlihat pada hasil uji korelasi aspek lain lain

    terhadap persepsi kepuasan pada tukang gigi dan dokter gigi spesialis ortodontik yang

    tidak menunjukan nilai yang signifikan.

  • 50

    BAB VII

    PENUTUP

    7.1 Kesimpulan

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai Persepsi Kepuasan Pasien

    Perawatan Ortodontik Berdasarkan Keahlian Operator Menurut Jenjang

    Profesionalisme di Kota Madya Makassar dapat ditarik kesimpulan bahwa :

    1) Terdapat hubungan antara persepsi kepuasan pasien ortodontik terhadap keahlian

    operator berdasarkan jenjang profesionalisme.

    2) Dokter gigi spesialis ortodontik memberikan nilai kepuasan tertinggi kepada pasien.

    Hal ini disebabkan karena dokter gigi spesialis ortodontik memberikan informasi

    yang lebih banyak sebelum perawatan dan selama perawatan, pasien juga merasa

    puas karena keputusan yang diambil oleh dokter gigi spesialis lebih tepat sehingga

    mereka dianggap lebih ahli dalam bidang ortodontik.

    3) Dokter gigi umum menempati urutan kedua pada persepsi kepuasan pasien, hal ini

    mungkin disebabkan karena dokter gigi yang hanya berbekal pengetahuan

    ortodontik dasar.

    4) Persepsi kepuasan pasien ortodontik terendah dimiliki oleh perawat gigi dan tukang

    gigi. Hal ini mungkin juga disebabkan keterbatasan ilmu yang dimiliki sehingga

    mempengaruhi perawatan ortodontik itu sendiri. Berdasarkan Keputusan Dirjen

    Yanmed Depkes RI No. 234/Yanmed/KG/5/1991 tukang gigi tidak memiliki

    wewenang untuk melakukan perawatan ortodontik sehingga tukang gigi dianggap

  • 51

    tidak memiliki kompetensi dalam hal tersebut. Begitu pula halnya dengan perawat

    gigi, menurut Permenkes No 58 tahun 2012 tentang penyelenggaraan pekerjaan

    perawat gigi yang tidak membahas mengenai wewenang perawat gigi untuk

    melakukan perawatan ortodontik.

    7.2 Saran

    1) Guna meningkatkan kepuasan pasien disarankan kepada operator yang melakukan

    perawatan ortodontik agar meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pelayanan

    untuk melakukan perawatan yang lebih memuaskan.

    2) Perlu adanya pengawasan/tindakan dari pihak PDGI dan IKORTI mengenai

    perawatan kawat gigi oleh pihak yang tidak berkompeten.

  • 52

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Sulandjari H. Buku ajar ortodonsia I KGO I. Fakultas kedokteran Gigi

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta; 2008, hal.6

    2. Rahardjo P. Ortodonsi dasar. Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair (AUP).

    Surabaya; 2009, hal.2-3, 128-134

    3. Traves H, Robert HD, Sandy J. Orthodontics. Part 6: risks in orthodontic

    treatment;original article. Br Dent J;2004;196;71-7

    4. Lopatiene, Kristina and Aiste D. Risk factors of root resorption after

    orthodontic treatment. Stomatologija, Baltic Dental and Maxillofacial

    Journal;2004:10:89-95

    5. British Orthodontic Society. The justification for orthodontic treatment.

    London : 12 Bridewell place. 2008; p 4

    6. Erwansyah E. Sekilas ilmu ortodonti (keahlian merapikan gigi dan

    menserasikan bentuk wajah). 2012 februari:[internet] available from :

    http://www.orthodontic-eka.com/2012/02/sekilas-ilmu-ortodonti-

    keahlian.html?m=1diakses 17 desember 2012

    7. Willian JK, Cook PA, Isaacson KG, Thom AR. Lingkup alat alat cekat. In:

    Lilian Yuwono, editor.Alat alat orthodonsi cekat. Jakarta : EGC; 2000.

    Hal. 2-3

    8. Mundiyah M. Sejarah dan perkembangan ortodonti. In: Hilda Shandika

    P,editor. Dasar dasar ortodonti. Medan : Penerbit Bina Insani Pustaka;

    2002. Hal. 1-18

  • 53

    9. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang

    Kesehatan Pada Bab 1 Pasal 1 Nomor 6.

    10. Ali PB, Ratman DR, Sularsono. Kajian kebijakan perencanaan tenaga

    kesehatan. Jakarta : Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementrian

    Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan

    Nasional (Bappenas); 2005. Hal.18

    11. Harahap N, Muslim, F. Susanto A, Dahar E. Buku panduan penyelenggaraan

    program pendidikan dokter gigi spesialis-1 ortodonti. Fakultas Kedokteran

    Gigi Universitas Sumatera Utara Medan; 2005, hal.21-23

    12. Yusa H.Standar kompetensi dokter gigi. Jakarta : Konsil Kedokteran

    Indonesia. Indonesian Medical Council;2006

    13. Mardiati E. Peranan dokter gigi umum di bidang ortodonti. Seminar Wisata

    Dentistry; 6 februari, Yogyakarta, 2009. Hal.2

    14. Keputusan Menteri Kesehatan RI No, 378/Menkes/SK/III/2007 Tentang

    Standar Profesi Perawat Gigi.

    15. Peraturan Menteri Kesehatan No. 339/Menkes/Per/V/1989 tentang Pekerjaan

    Tukang Gigi.

    16. Dhiyauddin, Edy. Diagnosa : Tukang Gigi, Mengatasi Masalah dengan

    Masalah;2008

    17. Keputusan Dirjen Yanmed Depkes RI No.234/Yanmed/KG/5/1991. Tata

    cara pendaftaran dan pemberian izin pekerjaan tukang gigi.

  • 54

    18. Asmidar A St, Abdullah AZ. Studi mutu pelayanan berdasarkan kepuasan

    pasien di Klinik Gigi dan Mulut RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

    Makassar.J Dentofasial ; 2008:7(2):70 140

    19. Carneiro CB, Moresco R, Petrelli NE. Evaluation of level of satisfaction in

    orthodontic patient considering professional performance. Dental Press J

    Orthod ; 2010:15(5):98-108

    20. Lily Y, Rahina Y, Feby G. Analisis pelayanan terhadap kepuasan pasien

    (Kajian Di RSGM FKG UNMAS Denpasar). Jurnal Interdental Kedokteran

    Gigi ; 2007;5(1):13-14

    21. Suryawati C, Dharminto, Shaluhiyah Z. Penyusun Indikator Kepuasan

    Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Di Provinsi Jawa Tengah. JMPK 2006:177

    184

    22. Dental Clinic Specialist Orthodontic. Kawat gigi cekat (ortodonti/ortodontik)

    tidak sakit. [internet] Tanggal update 29 Mei 2009. Available from :

    http://smilecare.wordpress.com/. Diakses tanggal 9 september 2013

    23. Alhaija ESA, Aldaikki A, Al-Omairi MK, Al-Khateeb SN. The relationship

    between personality traits, pain perception and attitude towar orthodontic

    treatment. Angle Orthodontist:2010;80(6):1141

    24. Bergstrm K, Halling A, Wilde B. Orthodontic care from the patients

    perspective: perceptions of 27 year old. European Journal of Orthodontic

    20:1998:319-329

    25. Permenkes No 58 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Perawat

    Gigi.

  • 55

    26. Bamise CT, Bada TA, Bamise FO, Ogunbodede EO. Dental care utilization

    and satisfaction of residential university students. Libyan J Med, AOP

    2001:140-143

    27. Lee kun-tsung, Chun-ming chen, Shun-te Huang. Patient satisfaction with

    the quality of dental treatment provided by interns. Journal of Dental

    Sciences 2013:8:177-183