perlindungan hukum terhadap obat-obatan …digilib.unila.ac.id/54809/3/skripsi tanpa bab...

63
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN TRADISIONAL KARO MELALUI REZIM PENGETAHUAN TRADISIONAL (Skripsi) OREN BASTA ANUGERAH FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: vukhanh

Post on 27-Mar-2019

253 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN TRADISIONAL

KARO MELALUI REZIM PENGETAHUAN TRADISIONAL

(Skripsi)

OREN BASTA ANUGERAH

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN TRADISIONAL

KARO MELALUI REZIM PENGETAHUAN TRADISIONAL

Oren Basta Anugerah

Indonesia kaya akan pengetahuan obat tradisional dan tanaman obat yang berjumlah

kurang lebih 9.606 spesies tanaman obat. Sebagian besar masyarakat asli masih

tergantung pada pengetahuan obat tradisional sebagai bagian integral dalam

kehidupan mereka sehari-hari. Mereka melestarikan pengetahuannya dengan

mengalihkannya dari generasi ke generasi. Namun dengan berjalannya waktu

banyaknya pihak-pihak yang melakukan tindakan pemanfaatan pengetahuan obat

tradisional dengan mengesampingkan keberadaan dan hak-hak masyarakat

tradisional. Berdasarkan hal-hal tersebut maka dirumuskan permasalahan hukum

mengenai perlindungan hukum terhadap obat-obatan tradisional menurut Rezim Hak

Kekayaan Intelektual, perlindungan hukum terhadap pengetahuan tradisional

mengenai obat-obatan tradisional Karo, dan faktor-faktor penghambat perlindungan

obat-obatan tradisional menurut Hak Kekayaan Intelektual.

Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan normatif-terapan. Pengumpulan

data dalam penulisan penelitian ini dilakukan dengan cara studi pustaka dan studi

dokumen. Data yang diperoleh dikelola menggunakan analisis kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa: (1) Bahwa setiap bentuk Hak

Kekayaan Intelektual merupakan hasil kreativitas manusia dalam berbagai wujud dan

berguna dalam kehidupannya, maka sudah jelas bahwa pengetahuan obat-obatan

tradisioanl merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual di dalam Pengetahuan

Tradisional. (2) Perlindungan hukum terhadap pengetahuan tradisonal mengenai obat-

obatan tradisional masyarakat Karo melalui pengintegrasian secara parsial

Pengetahuan Obat Tradisional (POT) sebagai salah satu bentuk Hak Kekayaan

Intelektual (HKI). (3) Faktor-faktor penghambat perlindungan obat-obatan tradisional

menurut pengetahuan tradisional yaitu: persepsi masyarakat yang tidak merasa

keberatan apabila produk mereka ditiru oleh pihak lain (dalam hal ini HKI sebagai

fungsi sosial); aspek kepemilikan pengetahuan tradisional; tindakan

misappropriation; terbatasnya data, dokumentasi dan informasi

Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

mengenai Pengetahuan Obat Tradisional (POT); dan tidak adanya regulasi khusus

yang mengatur mengenai perlindungan Pengetahuan Obat Tradisional (POT).

Saran yang dapat penulis berikan adalah (1) perlunya regulasi khusus yang mengatur

mengenai perlindungan Pengetahuan Obat Tradisional (POT), baik itu di tingkat

pusat maupun di tingkat daerah; (2) pemerintah khususnya pemerintah daerah harus

meningkatkan pengawasan terhadap tindakan penelitian yang dilakukan oleh pihak

asing yang melakukan penelitian sehingga tidak terjadi tindakan misappropriation;

(3) perlunya menggalakkan kesadaran peningkatan kesehatan melalui obat-obatan

tradisional.

Kata kunci: Perlindungan Hukum, Obat-Obatan Tradisional, Pengetahuan

Tradisional

Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATANTRADISIONAL

KARO MELALUI REZIM PENGETAHUANTRADISIONAL

Oleh

OREN BASTA ANUGERAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Keperdataan

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga
Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga
Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga
Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal

3Desember 1995, sebagai anak pertama dari pasangan Bapak

Simon Barjona Perangin-angin dan Ibu Sempakata Br.

Sinuraya. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-

kanak di TKK Xaverius Way Halim Bandar Lampung pada

Tahun 2001-2002, Sekolah Dasar di SD Xaverius 3 Way Halim Bandar Lampung

pada Tahun 2002-2008, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Xaverius 4

Bandar Lampung pada Tahun 2008-2011, dan Sekolah Menengah Atas di SMA

Fransiskus Bandar Lampung pada Tahun 2011-2014. Tahun 2014 penulis

terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui jalur

Seleksi Ujian Mandiri Lokal (UML).

Selama mengikuti perkuliahan, Penulis aktif sebagai paralegal pada Bidang

Konsultasi dan Bantuan Hukum (BKBH FH Unila) yang menjadi penyelenggara

bantuan hukum bagi masyarakat tidak mampu. Dalam kegiatan kemahasiswaan,

Penulis pernah mengikutiperlombaan Peradilan Semu NMCC NAMLE IV dan

mendapat Predikat Juara I. Selain itu penulis aktif dalam organisasi Unit Kegiatan

Mahasiswa Fakultas (UKM-F) Pusat Studi Bantuan Hukum (PSBH), oraganisasi

Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA), dan organisasi Forum Mahasiswa Hukum

Kristen (Formahkris) sejak tahun 2014.

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

x

MOTO

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah

dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan

dengan ucapan syukur.

(Filipi 4:6)

Jangan sia-siakan kesalahan, dapatkan pelajaran dan pengalaman dari

kesalahan tersebut

(Robert Kiyosaki)

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

xi

PERSEMBAHAN

Dengan Segala Kerendahan Hati Kupersembahkan Karya Kecilku kepada:

Kedua Orang Tuaku

Bapak Simon Barjona Perangin-angin dan Ibu Sempakata Br. Sinuraya

Terimakasih untuk Kasih Sayang, Dukungan, Pengorbanan serta Doa yang tiada

hentinya untuk anakmu menantikan keberhasilanku

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala berkat dan

kasish karuniaNya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi yang

berjudul Penyelesaian Sengketa Online Marketplace Antara Penjual dan Pembeli

Melalui Online Dispute Resolution. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan,

petunjuk dan saran dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Maroni, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung;

2. Bapak Dr. Sunaryo, S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum Keperdataan

Fakultas Hukum Universitas Lampung;

3. Ibu Rohaini, S.H., M.H., Ph.D., selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, saran serta masukkan

dalam penulisan skripsi ini;

Page 12: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

4. Ibu Dewi Septiana, S.H., M.H., selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukkan, bantuan dan saran

dalam penulisan skripsi ini;

5. Bapak Prof. Dr. I Gede AB Wiranata, S.H., M.H. selaku dosen pembahas I yang

telah memberikan kritik, saran dan masukkan yang membantu penulis dalam

memperbaiki skripsi ini;

6. Ibu Yulia Kusuma Wardani, S.H., L.LM, selaku dosen pembahas II yang telah

memberikan kritik, saran dan masukkan yang membantu penulis dalam

memperbaiki skripsi ini;

7. Ibu Rilda Murniati, S.H., M.Hum, selaku dosen pembimbing akademik yang

telah membimbing dan membantu penulis dalam proses perkuliahan;

8. Seluruh dosen dan karyawan/i Fakultas Hukum Universitas Lampung yang

memberikan dedikasi segenap ilmunya kepada penulis, serta bantuan teknis dan

administratif yang diberikan kepada penulis selama kuliah;

9. Forum Mahasiswa Hukum Kristen (Formahkris): Abram, Bangkit, Christoffer,

Frans, Cindy, Elsadday, Ruth, Wafer, Nita Verena, Melva, Maria, Yoan dan

teman, abang, kakak, adek yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah

membantu sejak awal menjadi mahasiswa baru hingga sekarang;

10. Pance Squad: Daniel Gibson M. Nababan, S.H., Dhanty Novenda Sitepu, Ega

Gamalia Sitompul, Hotdo Nauli Banjarnahor, S.H., Korin Suryani Sirait, Oren

Basta Anugerah, Nika Lova Surbakti, S.M., Ruth Thresia Mika Pratiwi, S.H.,

Vera Polina Ginting, S.H., Yosef Caroland Sembiring, S.H.;

Page 13: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

11. Untuk Marina Simanungkalit terima kasih buat semangat, waktu dan doa dalam

penyelesaian skripsi ini;

12. ABBAS: Alfa, Alvin, Aldi, Anjas, Kristo, Darwin, Dolly, Firman, Gani, Ivan,

Jonathan, Oren, Rico, Sahat, Timbul, Yoshua, Yudistira;

13. Calon SH: Moza, Jody, Bima, Iam, Naim, Andey, Arif, Erick, Imam, Alan;

14. Teman-teman fakultas hukum angkatan 2014 dan Hima Perdata 2014, serta

anggota KKN Buyut Baru: Astri, Aziz, Bulan, Othi, Tata, Dini atas 40 hari

bersamanya;

15. Untuk segenap pembaca, terimakasih atas waktunya untuk membaca karya

ilmiah penulis;

16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan telah membantu dalam

penyelesaian karya ilmiah ini, terimakasih.

Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis dalam

mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, 25 Oktober 2018

Penulis,

Joshua Purba

Page 14: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

ABSTRAK ................................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iv

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ v

RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... vi

MOTO .......................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ........................................................................................ viii

SANWACANA ............................................................................................ ix

DAFTAR ISI ................................................................................................ xiv

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ...........................................................................

5

E. Kegunaan Penelitian .......................................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Perlindungan Hukum ............................................................. 7

B. Tinjauan Umum Pengetahuan Tradisional ...................................... 10

1. Pengertian dan Lingkup Pengetahuan Tradisional ..................... 10

2. Subjek Pengetahuan Tradisional ................................................ 15

3. Objek Pengetahuan Tradisional ................................................. 16

4. Perlindungan Hukum terhadap Obat-Obatan ............................. 17

C. Lingkup Pengetahuan Tradisional dalam Hak Kekayaan

Intelektual ....................................................................................... 26

D. Kerangka Pikir ................................................................................ 30

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Tipe Penelitian ............................................... 34

B. Pendekatan Masalah ........................................................................ 35

C. Data dan Sumber Data .................................................................... 36

D. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 37

E. Metode Pengolahan Data ................................................................ 38

F. Analisis Data ................................................................................... 39

4

C. Ruang Lingkup ................................................................................ 4

D. Tujuan Penelitian ............................................................................

5

Page 15: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

2

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Perlindungan Hukum Terhadap Obat-Obatan Tradisional

Menurut Rezim Hak Kekayaan Intelektual ..................................... 41

1. Pengetahuan Obat-obatan Tradisional menurut Rezim

Hak Paten ……………….......................................................... 42

2. Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Pengetahuan

Obat-obatan Tradisional Indikasi Geografis…………………... 48

B. Perlindungan Hukum Terhadap Pengetahuan Tradisional

Mengenai Obat-Obatan Tradisional Masyarakat Karo ................... 55

1. Perlindungan Hukum terhadap Pengetahuan Obat Tradisional

Karo Menurut Rezim Indikasi Geografis …............................. 57

2. Obat Tradisional Karo sebagai Obat

Alternatif Masyarakat Karo ...................................................... 62

3. Pengobatan Tradisional Karo dijadikan

sebagai Kearifan Lokal ............................................................. 64

C. Faktor-Faktor Penghambat

Perlindungan Obat-Obatan Dalam Rezim HKI .............................. 68

V. PENUTUP

A. Simpulan ......................................................................................... 76

B. Saran ............................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia dianugerahi kekayaan sumber daya alam hayati yang berlimpah

dan beraneka ragam baik di darat maupun di perairan, yang bermanfaat baik bagi

umat manusia maupun lingkungannya. Indonesia menjadi salah satu negara

dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia dan disebut dengan negara mega

biodiversity.1 Sumber daya hayati bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia

dalam konteks hubungan manusia dengan lingkungan, misalnya sebagai bahan

pangan, sandang, dan papan. Sumber daya alam hayati memiliki potensi ekonomi

untuk meningkatkan taraf kesejahteraan manusia dan masyarakat. Selain itu,

keanekaragaman hayati merupakan sumber dari ilmu pengetahuan dan teknologi

yang bermanfaat dalam pengembangan budaya dan identitas bangsa.

Keanekaragaman hayati terdapat dalam tiga tingkat, yaitu keanekaragaman hayati

pada tingkat genetik, tingkat spesies, dan tingkat ekosistem.2

Dalam bentuk

produk, keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan dan bernilai ekonomi

1Berdasarkan data yang dihimpun oleh Direktorat Lingkungan Hidup, Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Indonesia merupakan negara yang meiliki tingkat

keanekaragaman hayati tertinggi ke-2 di dunia setelah Brazil. Data ini didasarkan pada nilai

keanekaragaman flora dan fauna (diversity value) dan nilai endemis dari keberadaan flora dan

fauna tersebut (endemism value). Lihat: BAPPENAS, Indonesian Biodiversity Strategy and Action

Plan 2003-2020 (IBSAP), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Jakarta,

2003, hlm. 19. 2Miranda Risang Ayu, Harry Alexander dan Wina Puspitasari, Hukum Sumber Daya Genetik,

Pengetahuan Tradisional dan Exspresi Budaya Tradisinal di Indonesia, Bandung: PT Alumni,

2014, hlm. 1.

Page 17: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

2

tinggi di antaranya adalah hasil hutan, baik dari spesies-spesies kayu maupun non

kayu, hasil-hasil dari spesies kayu maupun non-kayu, hasil-hasil dari spesies

satwa liar, umbi-umbian, untuk meningkatkan mutu tanaman atau hewan untuk

ketahanan pangan, dan spesies tumbuhan atau hewan penghasil obat-obatan.

Indonesia kaya akan pengetahuan obat tradisional dan tanaman obat. Berkaitan

dengan pengetahuan obat dan pengobatan misalnya, masyarakat asli Indonesia

mempunyai pengetahuan obat dan pengobatan yang lebih banyak bila

dibandingkan dengan suku-suku Thailand.3 Demikian juga dengan tanaman obat

sebagai bahan baku, terdapat 9.606 spesies tanaman obat di negeri ini. Namun

demikian dalam kenyataannya, selama krisis ekonomi, harga obat melambung

hingga dua sampai tiga kali lipat. Bahkan hingga saat ini harga obat masih tetap

mahal dan merupakan barang “lux” bagi sebagian besar masyarakat.

Obat dan kesehatan adalah dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang

harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945. Dengan demikian untuk mendapatkan obat yang

murah juga merupakan hak asasi. Pasal 14 Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun

2009 tentang kesehatan menegaskan bahwa Pemerintah bertanggung jawab

3Masyarakat asli Mentawai di Siberut mempunyai pengetahuan 233 spesies tanaman

yangbisa digunakan sebagai ramuan obat untuk mengobati 129 penyakit. Suku Apokayan di

Kalimantan mempunyai pengetahuan sekitar 213 spesies tanaman obat dan Suku Dani di Papua

mengetahui 193 jenis tanaman obat. Sebaliknya kelompok etnis “Tai Lue” di sebelah Utara

Thailand hanya mempunyai pengetahuan 225 tanaman obat saja untuk mengobati berbagai jenis

penyakit. Ary S. Suhandi, Dessy Anggraeni, dkk. 2002. Conservation Concession Reconciliatory

Effort between the Demand of Increasing Local Revenue and Ecosystem Protection in the Process

of Power Devolution: A Case Study From Siberut Island, Sumatra, Final Report, Jakarta:

Conservation International Indonesia, hlm. 48.

Page 18: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

3

menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.

Salah satu upaya kesehatan tersebut terkait dengan penyediaan obat.

Sebagian besar masyarakat asli masih tergantung pada pengetahuan obat

tradisional sebagai bagian integral dalam kehidupan mereka sehari-hari. Mereka

melestarikan pengetahuannya dengan mengalihkannya dari generasi ke generasi.

Mereka mengatur cara-cara pemilikan, penggunaan dan pengalihan pengetahuan

itu sesuai dengan kaedah-kaedah adat yang mereka taati. Namun demikian

walaupun Undang-Undang Kesehatan mengetahui peranan arti penting obat dan

pengobatan tradisional namun undang-undang tersebut tidak mengatur mengenai

perlindungan pengetahuan obat tradisional. Demikian juga Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1994 tentang Ratifikasi Konvensi PBB tentang Keanekaragaman

Hayati juga tidak secara tegas mengatur tentang hal tersebut.Hingga saat ini

belum ada ketentuan hukum positif yang mengatur tata kelola perlindungan

pengetahuan obat tradisional.

Pada umumnya penggunaan obat tradisional masyarakat Karo menurut Setiana

BR Bangun mencapai 80%. Penggunaan obat tradisional sebagai penunjang obat

medis yang mempercepat proses penyembuhan. Pengetahuan obat tersebut berasal

dari nenek moyang yang diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke-

generasi. Bahan yang digunakan dalam pembuatan obat tentunya berasal dari

wilayah Karo, yang masih berlimpah sehingga mudah untuk didapatkan dan juga

bahan tersebut aman karena dibuat secara alami tanpa bahan kimia. Obat

tradisional Karo yang terbuat dari ramuan bahan tumbuhan sudah terbukti

berkhasiat berdasarkan pengalaman-pengalaman turun temurun, maka perlu

Page 19: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

4

dikembangkan untuk mencapai pengobatan yang lebih bermutu dan dikenal di

seluruh masyarakat Indonesia maupun diluar Indonesia.

Mengingat pentingnya kepastian hukum agar pemanfaaatan warisan budaya agar

tidak di eksploitasi yang mengeyampingkan keberadaan dan hak-hak masyarakat

tradisional, maka penulis tertarik melakukan penelitian yang penulis tuangkan

dalam judul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN

TRADISIONAL KARO MELALUI REZIM PENGETAHUAN

TRADISIONAL.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian

ini adalah:

1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap obat-obatan tradisional menurut

Rezim Hak Kekayaan Intelektual?

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap Hak Kekayaan Intelektual

mengenai obat-obatan Tradisional Karo?

3. Apakah faktor-faktor penghambat perlindungan obat-obatan tradisional dalam

Rezim Hak Kekayaaan Intelektuan?

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kajian penelitian ini adalah Hukum Perdata khususnya Hak

Kekayaan Intelektual terhadap obat-obatan tradisional Karo. Kajian penelitian ini

adalah mengkaji tentang perlindungan hukum terhadap obat-obatan tradisional

menurut hukum kesehatan, perlindungan hukum terhadap pengetahuan tradisional

Page 20: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

5

mengenai obat-obatan tradisional Karo, serta faktor-faktor penghambat

perlindungan obat-obatan tradisional menurut pengetahuan tradisional.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui perlindungan terhadap obat-obatan tradisional menurut Rezim

Hak Kekayaan Intelektual.

2. Mengetahui perlindungan hukum terhadap Hak Kekayaan Intelektual

mengenai obat-obatan tradisional masyarakat Karo.

3. Mengetahui dan memahami faktor-faktor penghambat perlindungan obat-

obatan tradisional menurut Hak Kekayaan Intelektual.

E. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Diharapkan memberi sumbangan pemikiran dalam pengetahuan ilmu pengetahuan

hukum, khususnya Hukum Kekayaan Intelektual dalam kaitannya dengan

Pengetahuan Tradisional terhadap obat-obatan tradisional di Indonesia, serta guna

menambah literatur dan bahan-bahan informasi ilmiah. Diharapkan hasil

penulisan ini dapat memberikan kontribusi akademis mengenai gambaran

perlindungan hukum terhadap Perlindungan Hukum Terhadap Obat-obatan

Tradisional di Indonesia Melalui Rezim Pengetahuan Tradisional.

Page 21: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

6

2. Kegunaan Praktis

a. Sebagai upaya pengembangan kemampuan dan pengetahuan hukum bagi

Penulis khususnya mengenai Pengembangan Obat-obatan Tradisional di

Indonesia.

b. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang memerlukan khususnya bagi

mahasiswa Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

c. Sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana Fakultas

Hukum Universitas Lampung.

Page 22: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Perlindungan Hukum

Menurut Fitzgerald awal mula dari munculnya teori perlindungan hukum ini

bersumber dari teori hukum alam atau aliran hukum alam. Aliran ini dipelopori

oleh Plato, Aristoteles (murid Plato), dan Zeno (pendiri aliran Stoic). Menurut

aliran hukum alam menyebutkan bahwa hukum itu bersumber dari Tuhan yang

bersifat universal dan abadi, serta antara hukum dan moral tidak boleh dipisahkan.

Para penganut aliran ini memandang bahwa hukum dan moral adalah cerminan

dan aturan secara internal dan eksternal dari kehidupan manusia yang diwujudkan

melalui hukum dan moral.4

Fritzgerald menjelaskan teori perlindungan hukum Salmond bahwa hukum

bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam

masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap

kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai

kepentingan di lain pihak. Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan

kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk

menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi. Perlindungan

hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir dari suatu

ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat

4Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm. 53.

Page 23: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

8

yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur

dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan masyarakat.5

Menurut Satijipto Raharjo, perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman

terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan

itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang

diberikan oleh hukum. Hukum dapat difungsikan untuk mewujudkan

perlindungan yang sifatnya tidak sekedar adaptif dan fleksibel, melainkan juga

prediktif dan antisipatif. Hukum dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan belum

kuat secara sosial, ekonomi dan politik untuk memperoleh keadilan sosial.6

Menurut pendapat Phillipus M. Hadjon bahwa perlindungan hukum bagi rakyat

sebagai tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan represif. Perlindungan

hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, yang

mengarahkan tindakan pemerintah bersikap hati-hati dalam pengambilan

keputusan berdasarkan diskresi, dan perlindungan yang represif bertujuan untuk

menyelesaikan terjadinya sengketa, termasuk penangananya di lembaga

peradilan.7

Sesuai dengan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa fungsi hukum adalah

melindungi rakyat dari bahaya dan tindakan yang dapat merugikan dan

menderitakan hidupnya dari orang lain, masyarakat maupun penguasa. Selain itu

berfungsi pula untuk memberikan keadilan serta menjadi sarana untuk

mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat.

5Ibid, hlm. 54.

6Ibid, hlm. 55.

7Phillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, PT. Bina Ilmu,

Surabaya: 1987.hlm.29.

Page 24: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

9

Perlindungan hukum bila dijelaskan harfiah dapat menimbulkan banyak persepsi.

Sebelum mengurai perlindungan hukum dalam makna yang sebenarnya dalam

ilmu hukum, menarik pula untuk mengurai sedikit mengenai pengertian-

pengertian yang dapat timbul dari penggunaan istilah perlindungan hukum, yakni

Perlindungan hukum bisa berarti perlindungan yang diberikan terhadap hukum

agar tidak ditafsirkan berbeda dan tidak cederai oleh aparat penegak hukum dan

juga bisa berarti perlindungan yang diberikan oleh hukum terhadap sesuatu.8

Perlindungan hukum juga dapat menimbulkan pertanyaan yang kemudian

meragukan keberadaan hukum. Hukum harus memberikan perlindungan terhadap

semua pihak sesuai dengan status hukumnya karena setiap orang memiliki

kedudukan yang sama dihadapan hukum. Aparat penegak hukum wajib

menegakkan hukum dan dengan berfungsinya aturan hukum, maka secara tidak

langsung pula hukum akan memberikan perlindungan pada tiap hubungan hukum

atau segala aspek dalam kehidupan masyarakat yang diatur oleh hukum.

Perlindungan hukum dalam hal ini sesuai dengan teori interprestasi hukum

sebagaimana dikemukakan oleh Sudikno Mertokusumo, bahwa interpretasi atau

penafsiran merupakan salah satu metode penemuan hukum yang memberi

penjelasan yang gamblang mengenai teks undang-undang agar ruang lingkup

kaidah dapat ditetapkan sehubungan dengan peristiwa tertentu. Penafsiran oleh

hakim merupakan penjelasan yang harus menuju kepada pelaksanaan yang dapat

diterima oleh masyarakat mengenai peraturan hukum terhadap peristiwa konkrit.

Metode interpretasi ini adalah sarana atau alat untuk mengetahui makna Undang-

8Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009. hlm. 38

Page 25: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

10

Undang. Pembenarannya terletak pada kegunaan untuk melaksanakan ketentuan

yang konkrit dan bukan untuk kepentingan metode itu sendiri.9

Penafsiran sebagai salah satu metode dalam penemuan hukum

(rechtsvinding),berangkat dari pemikiran, bahwa pekerjaan kehakiman memiliki

karakter logikal. Interpretasi atau penafsiran oleh hakim merupakan penjelasan

yang harus menuju kepada pelaksanaan yang dapat diterima oleh masyarakat

mengenai peraturan hukum terhadap peristiwa yang konkrit. Metode interpretasi

ini adalah sarana atau alat untuk mengetahui makna undang-undang.10

B. Tinjauan Umum Pengetahuan Tradisional

1. Pengertian dan Konsep Pengetahuan Tradisional

Beberapa istilah dalam literatur yang membahas pengetahuan tradisional, antara

lain yaitu pengetahuan lokal (local knowledge), pengetahuan asli (indigeneous

community) dan pengetahuan tradisional (traditional knowledge) sendiri. Namun

dari ketiga istilah ini pada hakikatnya memiliki prinsip yang sama-sama terfokus

pada pengetahuan yang telah dikenal lama pada suatu komunitas masyarakat

tertentu disuatu negara.11

Masih terdapat banyak perbedaan tentang pendefinisian dari pengetahuan

tradisional dalam perbincangan internasional. Istilah tradisional knowledge

dalam sebuah kamus hukum nasional adalah pengetahuan yang dimilki oleh

masyarakat daerah atau tradisi yang sifatnya turun temurun, yang meliputi bidang

9Ibid, hlm. 39.

10Ibid, hlm. 40.

11Suyud Margono, Hukum Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Mencari Konstruksi Hukum

Kepemilikan Komunal Terhadap Pengetahuan dan Seni Tradisional dalam Sistem Hak Kekayaan

Intelektual (HKI) di Indonesia, Pustaka Reka Cipta, Bandung, 2015, hlm. 179.

Page 26: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

11

seni, tumbuhan, arsitektur, dan lain sebagainya.12

Pengetahuan tradisional adalah

istilah umum yang mencangkup ekspresi kreatif, informasi, dan how know yang

secara khusus mempunyai ciri-ciri sendiri dan dapat mengindentifikasi unit

sosial.13

Dari pengertian di atas nampak bahwa lahirnya pengetahuan obat-obatan

tradisional (POT) melibatkan proses “mencipta” atau mengkreasikan bahan-bahan

yang disediakan oleh alam menjadi media penyembuhan. Sehingga, jika dikaitkan

dengan pengertian HKI yang menyatakan bahwa setiap bentuk Hak Kekayaan

Intelektual merupakan hasil kreativitas manusia dalam berbagai wujud dan

berguna dalam kehidupannya maka sudah jelas bahwa pengetahuan obat-obatan

tradisional merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual.

Terdapat berbagai macam definisi pengetahuan tradisional dalam literatur, baik

yang diusulkan oleh organisasi internasional maupun oleh para sarjana dan ahli.

Beberapa diantaranya adalah:

World Intellectual Property Organization (WIPO)14

mendefinisikan pengetahuan

tradisional sebagai berikut :

“ Knowledge, know-how, skill and practices that are developed, sustained

and passed on from generation within a community, often forming part of it’s

cultural or spiritual identity”

“ Pengetahuan, tahu-bagaimana yang dapat dikembangkan keterampilan dan

praktik, berkelanjutan dan diteruskan dari generasi ke generasi dalam

komunitas, sering membentuk bagian dari strategi identitas budaya atau

spiritual”

12

M.Marwan dan Jimmy P, Kamus Hukum, Reality Publisher, Surabaya, 2009 hlm. 613. 13

Budi Agus Riswandi, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 2005, hlm. 26. 14

World Intellectual Property Organization, diakses http://www.wipo.int/tk/index.html,

diakses tanggal 02 November 2017, pkl 18:09 WIB.

Page 27: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

12

Sementara The Director of United Nations Educational, Scientific and Cultural

Organization (UNESCO)15

juga mendefinisikan pengetahuan tradisional sebagai

berikut:

“ The indigenous people of the world possess on immense knowledge of their

environments, based on centuries of living close to nature. Living in and from

the richness and variety of complex ecosystems, they have an understanding

of the properties of plants and animals, the functioning of ecosystems and the

techniques for using and managing them that is particular and often detailed.

In rural communties in developing countries, locally occurring species are

relied on for many-sometimes all-foods, medicines, fuel, building materials

and other products. Equally, people’s knowledge and perceptions of the

environment, and their relationships with it, are often important elements of

cultural identity.”

“Masyarakat pribumi mempengaruhi dunia dengan penyebarluasan

pengetahuan dari lingkungannya, berdasarkan kedekatan zaman kehidupan

terhadap alam. Hidup pada dan dari kesempurnaan dan varietas keberagaman

ekosistem, mereka memiliki sebuah pemahaman dari kekayaan akan tanaman

dan tumbuhan, fungsi dari ekosistem dan cara untuk menggunakan dan

mengatur mereka adalah hal yang penting dan harus diperhatikan. Dalam

masyarakat pedalaman dimasyarakat berkembang, kemudian spesies secara

lokal dipercaya dalam beberapa kali pada segala jenis makanan, obat-obatan,

minyak, material bangunan dan produk-produk lainnya. Secara merata,

pengetahuan masyarakat da persepsi dari lingkungannya, dan hubungannya

dengan hal itu, sering kali menjadi elemen yang penting dari identitas

budaya.”

Di samping definisi-definisi yang diberikan oleh organisasi-organisasi

internasional, kita dapat merujuk juga pada definisi yang diberikan oleh para

sarjana dan ahli. Diantaranya sebagaimana disebutkan oleh Peter Jaszi. Dengan

merujuk pada definisi-definisi pengetahuan tradisional yang telah ada

sebelumnya, Peter Jaszi secara umum mendefinisikan pengetahuan tradisional

sebagai pengetahuan yang dihasilkan dari aktivitas intelektual yang

dikembangkan berdasarkan pengalaman dan pengamatan yang lalu, yang

15

Native Science Organization, Traditional Knowledge Systems in the Arctic, diakses dari

http://www.nativescience.org/html/traditional_knowledge.html, diakses tanggal 02 November

2017, pkl 18:35 WIB.

Page 28: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

13

memiliki sifat dinamis dan karakter yang selalu berubah berdasarkan kebutuhan

dan perubahan masyarakat. Sejalan dengan Peter Jaszi, J. Janewa mendefinisikan

pengetahuan tradisional sebagai hasil dari aktivitas intelektual yang diturunkan

antar generasi, dan berhubungan dengan kelompok masyarakat tertentu.

Pengetahuan ini menekankan pada akumulasi dan transmisi pengetahuan antar

generasi.16

Sementara itu masyarakat asli sendiri memiliki pemahaman sendiri yang

dimaksud dengan pengetahuan tradisional yaitu:17

1) Pengetahuan tradisional merupakan hasil pemikirn praktis yang

didasarkan atas pengajaran dan pengalaman dari generasi ke generasi.

2) Pengetahuan tradisional merupakan pengetahuan di daerah

perkampungan.

3) Pengetahuan tradisional tidak dapat dipisahkan dari masyarakat

pemegangnya, meliputi kesehatan, spiritual, budaya, dan bahasa dari

masyarakat pemegang. Hal ini merupakan way of life. Pengetahuan

tradisional lahir dari semangat untuk bertahan.

4) Pengetahuan tradisional memberikan kredibilitas pada masyarakat

pemegangnya.

Pengetahuan obat tradisional merupakan bagian penting dari pengetahuan

tradisional di samping ekspresi budaya tradisional seperti lagu-lagu dan karya

seni. Bahkan diantara sekian banyak bentuk pengetahuan tradisional pengetahuan

16

Rohaini, “Perlindungan Hukum Terhadap Pengetahuan Tradisional Melalui

Pengembangan Sui Generis Law”, Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum, Volume 9 No.4, Oktober-

Desember 2015, hlm. 431. 17

Budi Agus Riswandi, Op.Cit, hlm. 29.

Page 29: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

14

obat-obatan tradisional adalah yang perlu saling serius mendapat perhatian

mengingat besarnya nilai ekonomi yang terkandung di dalamnya sehingga rentan

terhadap tindakan misappropriation.

Sebagai contoh, akhir-akhir ini marak terjadi biopiracy atau pembajakan

keanekaragaman hayati dari pengetahuan obat-obatan tradisional Indonesia seperti

dipatenkannya tanaman brotowali yang sudah dikenal lama sebagai obat

tradisional Indonesia oleh pengusaha asal Jepang18

Mengenai pelanggaran

semacam ini perangkat HKI yang tersedia tidak mempunyai ketentuan yang cukup

kuat untuk menindak para pelaku. Mengingat adanya sistem pendaftaran ”first to

file” yang dianut sebagian besar negara anggota WTO termasuk Indonesia.

Masalah yang paling mendasar adalah adanya beda persepsi mengenai

kemampuan rezim HKI dalam melindungi POT antara negara berkembang dengan

negara maju. Dalam pandangan masyarakar adat, rezim HKI dianggap tidak

memadai sebagai kerangka perlindungan POT mengingat sifat penguasaan HKI

yang individualistik justru bertentangan dengan sifat kepemilikan Pengetahuan

Tradisional termasuk POT yang collective ownership.

Dalam hal ini sesuai dengan apa yang saya temukan di lapangan saat melakukan

penelitian Pengetahuan Tradisional sendiri yaitu dalam bentuk obat-obatan

tradisional yang berasal dari Tanah Karo, Sumatera Utara. Masyarakat asli dari

tanah Karo ini termasuk dalam Suku Batak Karo yang mana Suku Batak Karo

sendiri termasuk dalam 1 dari 5 Suku Batak yang ada di Sumatera Utara. Suku

18

Wiradirdja Imas Rosidawati,”Konsep Perlindungan Pengetahuan Tradisional Berdasarkan

Asas Keadilan Melalui Sui Generis Intellectual Property System.”Jurnal Hukum IUS QULA

IUSTUM Vol 20, no. 2 (2013):Hlm. 166.

Page 30: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

15

Batak yang lain anatara lain ada Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Pakpak,

Batak Mandailing/ Angkola.

2. Subjek Pengetahuan Tradisional

Berdasarkan hukum positif Indonesia dikenal dua subyek hukum yaitu manusia

(natuurlijke person) dan badan hukum (rechtpersoon). Secara umum, terdapat

beberapa pihak yang dimungkinkan menjadi subyek pemegang hak milik atas

pengetahuan tradisional, yaitu

a. Masyarakat adat merupakan pemilik utama atas pengetahuan tradisional;

b. Pemerintah (Pusat dan Daerah): Pemerintah bukan pemilik hak pengetahuan

tradisional, tetapi mempunyai kewajiban untuk mengelola dan

melindunginya;

c. Pihak ketiga: Perlindungan pengetahuan tradisional dengan sistem positif

menghendaki keterbukaan dalam pemanfaatannya, dengan syarat

pemanfaatan oleh pihak ketiga, tetapi tetap memperhatikan kepentingan

pemilik hak (Pejabat Pemegang Komitmen pada Dasisiten Deputi Daya Saing

Iptek Kementerian Riset dan Teknologi).19

Dalam hal ini subjek hukum yang dimaksud disini adalah manusia

(natuurlijke person) yang tergolong dalam masyarakat adat asli dari Tanah

Karo, Sumatera Utara yang bernama Setianna Br Bangun. Setianna Br

bangun disini sebagai peracik obat-obatan tradisional yang berasal dari suku

Karo. Ia juga yang terjun langsung untuk menjual hasil obat-obatan

tradisional yang ia buat sendiri.

19

Suyud Margono, Op.Cit, hlm. 186.

Page 31: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

16

3. Objek Pengetahuan Tradisional

Pengertian yang banyak dipakai berasal dari WIPO yakni terdiri dari: agriculture

knowledge, evironment knowlege, dan medical knowledge, tetapi belum sempurna

karena tidak mencangkup hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan tentang

manufaktur tradisional. Mengingat banyaknya know-how masyarakat adat di

bidang industri. Misalnya, perbuatan makanan tradisional, alat-alat rumah tangga

untuk kehidupan sehari-hari, bahkan industri tekstil. Ruang lingkup pengetahuan

tradisional dapat dikategorikan menjadi lima kelompok besar yaitu:20

a. Pengetahuan Agrikultural (biodiversity);

hasil dari interaksi antara sumber daya genetik, lingkungan dan sistem

manajemen dan praktik yang digunakan oleh petani

b. Pengetahuan Pengelolaan Lingkungan (environmental);

tanda yang menunjukkan asal suatu barang yang karena faktor lingkungan

(faktor alam atau faktor manusia dan kombinasi dari keduanya telah

memberikan ciri dri kualitas tertentu dari barang yang dihasilkan).

c. Pengetahuan Obat-Obatan;

Pengetahuan Obat-obatan termasuk di dalamnya obat dan penyembuhannya

d. Pengetahuan Manufaktur;

Suatu pengetahuan yang mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja

dan suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi

yang memiliki nilai jual.

e. Pengetahuan EBT (expression of folklore).

20

Ibid, hlm. 187.

Page 32: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

17

EBT adalah Ekspresi Budaya Tradisional, karya intelektual di bidang

pengetahuan dan teknologi yang mengandung unsur karakteristik warisan

tradisional yang dihasilkan, dikembangkan, dan dipelihara oleh komunitas

atau masyarakat tertentu.

Sesuai dengan Objek yang saya kaji disini adalah termasuk dalam

Pengetahuan Obat-obat dalam bentuk Obat-obatan Tradisional. Bagaiamana

dia sebagai peracik sekaligus penjual Obat-obatan tradisional yang terletak di

daerah Pusat Pasar Kabanjahe Tanah Karo, Sumatera Utara. Pengetahuan

pembuatan obat-obatan ini sudah secara turun temurun diperoleh. Pada

umumnya pada obat-obatan tradisional bahannya diperoleh dari tanaman-

tanaman seperti rempah-rempah tanpa bahan kimia.

4. Perlindungan Hukum terhadap Obat-Obatan Tradisional

Hukum mengatur hubungan hukum yang terdiri atas ikatan-ikatan antara individu

dan masyarakat dan antara individu itu sendiri. Ikatan-ikatan ini tercermin pada

hak dan kewajiban.21

Dalam usahanya mengatur, hukum menyesuaikan

kepentingan perseorangan dengan kepentingan masyarakat dengan sebaik-

baiknya; berusaha mencari keseimbangan antara memberi kebebasan kepada

individu dan melindungi masyarakat terhadap kebebasan individu. Mengingat

masyarakat itu terdiri atas individu-individu yang menyebabkan terjadinya

interaksi, sehingga akan selalu terjadi konflik atau ketegangan dengan

21

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2007,

hlm. 40.

Page 33: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

18

kepentingan masyarakat. Hukum berusaha menampung ketegangan atau konflik

ini sebaik-baiknya.22

Hukum sebagai sistem norma yang berlaku bagi masyarkat Indonesia, senantiasa

dihadapkan pada perubahan sosial yang sedemikian dinamis seiring dengan

perubahan kehidupan masyarakat, baik dalam konteks kehidupan individual,

sosial maupun politik bernegara. Pikiran bahwa hukum harus peka terhadap

perkembangan masyarakat dan bahwa hukum harus disesuaikan atau

menyesuaikan diri dengan keadaan yang telah berubah, sesungguhnya alam

pikiran manusia Indonesia.23

Hukum harus mampu memberikan perlindungan kepada masyarakat. Bentuk

perlindungan hukum berupa jaminan hak dan kewajiban dari subjek hukum.

Upaya perlindungan hukum terhadap ekspresi budaya tradisional hingga saat ini

belum pernah diatur secara jelas. Kepemilikan terhadap suatu properti tertentu

lebih mudah bila dikaitkan dengan konsep kekayaan intelektual. Bukan berarti

keduanya memiliki kesamaan konseptual tentang dasar kepemilikan atas properti,

tetapi hanya karena pengaturan kekayaan intelektual sudah lebih dulu ada dan

mudah dalam proses penerapannya karena hanya menyangkut satu individu saja,

padahal sudah jelas keduanya sangat berbeda.24

Sedangkan ide tentang kepemilikan kekayaan intelektual sediri bersumber dari

gagasan John Locke pada bukunya “The second Treatise of Governance” yang

lahir sebagai akibat dari pemaksaan kepemilikan yang dilakukan raja atas aset

22

Ibid, hlm. 42. 23

Mochtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional,

Binacipta:Jakarta, 1976, hlm. 6. 24

http://budaya-indonesia.org/laci/NCHSL diakses tanggal 10 Oktober 2017, pkl. 08.00 WIB.

Page 34: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

19

rakyatnya. Karena sifatnya yang berorientasi pada individu, ide kepemilikan

pribadi dirasakan kurang pas jika dijadikan pijakan untuk melindungi kekayaan

budaya disamping secara natural budaya bersifat komunal, dinamis, dan

diturunkan dari generasi ke generasi. Dengan kata lain, kepemilikan budaya lebih

tepat jika berdasar pada konsep kepemilikan kolektif bukan kepemilikan individu.

Sifat kepemilikan HKI yang “absolut dan mutlak” yakni hak eksklusif yang

diberikan oleh negara kepada pencipta, inventor, pendesain ataupun penemuan

lainnya untuk menguasai sendiri ataupun memberikan hak kepada pihak lain

untuk memanfaatkan karyanya. Lebih jauh, hak eksklusif memiliki muatan

ekonomi dan moral. Secara ekonomi, pemegang HKI berhak atas kompensasi atas

eksploitasi komersil invensinya. Sedangkan secara moral, pemegang HKI berhak

atas pengakuan dan penghargaan atas dirinya sebagai inventor atau pencipta.

Disamping itu terdapat muatan sosial dalam bentuk penyebarluasan, pengayaan

dan dukungan yang berguna bagi pengembangan sumber daya manusia.

Pengaturan kepemilikan pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional

di Indonesia, sebagaimana terefleksikan dalam Pasal 10, Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (UU Hak Cipta) pada kenyataannya belum

memuat batasan-batasan yang dapat dikategorikan sebagai pengetahuan dan

ekspresi budaya tradisional yang perlu dilindungi, bentuk perlindungan yang

dilakukan, serta kewenangan regulator dalam mengatur penggunaan pengetahuan

tradisional dan eskpresi budaya tradisional.

Sedangkan dalam lingkup internasional, WIPO (World Intellectual Property

Organization), sebuah lembaga dunia yang mengatur kekayaan intelektual,

Page 35: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

20

berusaha mengakomodasi upaya-upaya perlindungan pengetahuan tradisional dan

ekspresi budaya tradisional dengan membuat sebuah draft perlindungan

pengetahuan tradisional dan ekspresi tradisional. Namun, upaya tersebut tidak

mencukupi kebutuhan perlindungan dan pengembangan budaya tradisional bagi

negara-negara yang memiliki keragaman budaya yang tinggi, seperti Indonesia.

Perlindungan pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional dapat

dilakukan dengan cara menyerahkan kepemilikan ekspresi budaya tradisonal

kepada negara. Dengan harapan akan menumbuhkan rasa kepemilikan bersama

sehingga kita dapat terhindar dari proses disintegrasi bangsa. Perlindugan yang

dilakukan oleh negara nantinya akan bersifat mengatur perlindungan,

pengembangan, dan pemanfaatan pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya

tradisional.25

Perlindugan hukum di Indonesia terhadap Pengetahuan Tradisional, jika dilihat

dari kesatuan perundang-undangan tentang hak kekayaan intelektual hanya

terdapat 2 undang-undang yang secara eksplisit maupun tak langsung

menyebutkan mengenai pengetahuan tradisional, yaitu :

1) Undang-Undang Hak Cipta yaitu UU No. 19 tahun 2002, Pasal 10 yang

menyatakan bahwa : (1) Negara memegang hak cipta atas karya peninggalan

pra sejarah, sejarah dan benda budaya nasional lainnya. (2) a) Hasil

kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama, seperti cerita, hikayat,

dongeng, legenda, babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, dan karya seni

lainnya dipelihara dan dilindungi oleh negara; b) Negara memegang hak cipta

25

Suyud Margono, Op.Cit, hlm. 235.

Page 36: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

21

atas ciptaan tersebut pada ayat (2) a) terhadap luar negri. (3) Ketentuan lebih

lanjut mengenai hak cipta yang dipegang oleh negara sebagaimana dimaksud

dalam pasal ini, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

2) Undang-Undang Perlindugan Varietas Tanaman/PVT (UU No. 29 Tahun

2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman) yaitu terdapat pada Pasal 7

yang menyebutkan sebagai berikut : Varietas lokal milik masyarakat dikuasai

oleh negara. Penguasaan oleh negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah berkewajiban memberikan

panamaan tergadap varietas lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat

(2), dan ayat (3), serta instansi yang diberi tugas untuk melaksanakannya,

diatur lebih lanjut oleh Pemerintah.

Demikian dapat diketahui bahwa pengaturan obat-obatan herbal dan tekstil

tradisional sebagai pengetahuan tradisional dalam sistem hukum HKI di Indonesia

minim sekali. Ketiga perundang-undangan diatas yang secara ekspelisit maupun

implisit menyebut tentang pengetahuan tradisional tidaklah cukup akomodir untuk

melindungi kepentingan-kepentingan masyarakat lokal pemilik pengetahuan

tradisional. Pasal-pasal dari ketiga perundang-undangan tersebut terlalu abstrak

dalam pelaksanaannya sehingga membutuhkan peraturan pelaksaannya yang lebih

konkret atau suatu undang-undang khusus yang mengaturnya.

Dilihat dari perkembangannya, pada zaman dahulu orang banyak menggunakan

obat tradisional yang kini lebih dikenal dengan nama obat-obatan herbal terutama

dari tumbuh-tumbuhan untuk mengobati berbagai penyakit. Di Indonesia orang

menyebutnya dengan jamu.

Page 37: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

22

Obat nabati merupakan obat yang berasal dari tanaman yang aktivitas dan efeknya

berbeda-beda, contohnya obat yang diisolasi dari obat nabati :

1) Efedrin : Ephedra vulgaris

2) Atropin : Atropa belladona

3) Morfin : Papaver somnifera

4) Digoksin : Digitalis lanata

5) Vinblastin : Vinca rosae

Obat dapat didefinisikan sebagai bahan yang menyebabkan perubahan dalam

fungsi biologis melalui proses kimia. Sedangkan definisi yang lengkap, obat

adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan: (1) pengobatan, peredaan,

pencegahan atau diagnosa suatu penyakit, kelainan fisik atau gejala-gejalanya

pada manusia atau hewan; atau (2) dalam pemulihan, perbaikan atau perubahan

fungsi organik pada manusia atau hewan. Obat merupakan bahan yang disintesis

di dalam tubuh (misalnya: hormon, vitamin D) atau merupakan bahan-bahan

kimia yang tidak disentesis di dalam tubuh.26

Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral maupun

zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit,

memperlambat proses penyakit dan atau menyembuhkan penyakit. Obat ada yang

bersifat tradisional seperti, jamu, obat herbal dan ada yang telah melalui proses

kimiawai atau fisika tertentu serta telah diuji khasiatnya. Yang terakhir inilah

yang lazim dikenal sebagai obat. Obat harus sesuai dosis agar efek terapi atau

khasiatnya bisa kita dapatkan.27

26

http://www.ptpharpos.co.id/article.php?&m=Article&raid=17&lg diakses tanggal 2

September 2017 pkl. 14.00 WIB. 27

http://farmasi-istn.blogspot.com/2008/01/pengertian-obat.html diakses tanggal 2 September

2017 pkl 15.09 WIB.

Page 38: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

23

Pada permulaan abad 20 obat-obatan sintesis makin maju pesat yaitu obat yang

berasal dari sintesis zat kimia. Sampai dengan sekarang kebanyakan orang lebih

memilih obat kimia dibanding obat dari alam, karena obat kimia lebih cepat

reaksinya daripada obat alam, tetapi obat kimia lebih banyak menimbulkan efek

samping dibanding obat alam.28

Pengertian obat dapat dibedakan dalam dua kelompok yaitu obat modern dan obat

tradisional. Obat modern adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan

untuk melakukan pengobatan yang berfungsi untuk mencegah, menghilangkan,

mengurangkan atau menyembuhkan suatu penyakit, luka, kelainan badaniah,

rohaniah serta memperelok badan dan anggota badan. Obat modern berasal dari

produk kimiawi/ sintetik yang berkhasiat dan keamanannya telah terbukti secara

ilmiah. Semuanya harus didasarkan pada hasil penelitian dan harus bisa

dipertanggung-jawabkan secara rasional melalui kaidah keilmuan.

Obat tradisional, di negara Indonesia yang dalam bahasa sehari-hari dikenal

dengan istilah jamu. Jamu adalah obat jadi atau obat terbungkus yang berasal dari

bahan tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral dan atau sediaan galeniknya atau

campuran bahan-bahan tersebut yang belum ada klinisnya dan penggunaanya

untuk kesehatan hanya berdasarkan pengalaman. Obat tradisional atau jamu

berasal dari alam dan khasiatnya belum dibuktikan secara ilmiah. Selama ini,

penggunaannya hanya didasarkan pada data empirik semata, yaitu data

pengalaman seseorang yang telah mengalami penyembuhan setelah minum jamu.

Sekalipun banyak orang meyakini khasiat jamu, tetapi kalangan dokter belum bisa

28

http://dprayetno.wordpress.com/sejarah-dan-perkembangan-obat/ diakses tanggal 2

September 2017 pkl. 15.20 WIB.

Page 39: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

24

menganggapnya sebagai obat layaknya obat modern. Oleh karena itu, jamu oleh

kalangan kesehatan modern dikategorikan sebagai kelompok sarana pengobatan

alternatif. Di luar negri obat tradisional yang berasal dari tumbuhan disebut

sebagai medical herbs.29

Pengertian obat tradisional berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan

No.246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan

Pendaftaran Obat Tradisional, Pasal 1 menyatakan bahwa: Obat tradisional adalah

bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan

mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut, yang secara

tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

Menurut penelitian masa kini, meskipun obat-obatan tradisional yang

pengolahannya masih sederhana (tradisional) dan digunakan secara turun-temurun

berdasarkan resep nenek moyang adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan

setempat, memang bermanfaat bagi kesehatan dan kini digencarkan

penggunaannya lebih mudah dijangkau masyarakat, saat ini banyak digunakan

karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkan efek samping,

karena masih dapat dicerna oleh tubuh.

Obat tradisional biasanya merupakan obat-obatan yang diolah secara tradisional,

turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau

kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional.

Menurut penelitian masa kini, selain obat modern obat-obatan tradisional juga

29

www.depkes.go.id diakses tanggal 3 September 2017 pkl. 08.00 WIB.

Page 40: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

25

bermanfaat bagi kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih

mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaanya.

Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa

penelitian tidak terlalu menyebabkan efek samping, karena masih dapat dicerna

oleh tubuh. Beberapa pengusahaan mengolah obat-obatan tradisional yang

dimodifikasi lebih lanjut. Bagian dari obat tradisional yang dapat dimanfaatkan

adalah akar, rimpang, batah, buang, daun dan bunga. Bentuk obat tradisional yang

banyak dijual pasar dalam bentuk kapsul, serbuk, cari, simplisia dan tablet.30

Di negara China31

, sudah sejak dahulu kala telah dikenal obat-obatan

tradisionalnya. Obat-obatan tradisional China ini menjadi sangat terkenal dan

berkembang dengan cara lebih pesat semenjak epidermi SARS pada tahun 2003.

Obat-obatan tradisional China ini yang juga dinamakan Traditional Chinese

Medicine (TCM) oleh Peter Genea32

dikemukakan bahwasannya negara China

selain banyak mengekspor bahan-bahan dasar (raw materials) untuk produksi

TCM berbasis pharmasi, juga mengimpor produk-produk pharmasi yang

sophisticated dengan harga tinggi dari negara-negara tetangganya seperti Korea

dan Jepang, dan juga dari negara-negara Amerika Serikat dan Eropa.

30

http://id.wikipedia.org/wiki/Obat_tradisional diakses tanggal 3 September 2017 pkl. 09.20

WIB. 31

Dalam dua dekade terakhir, pengobatan dengan menggunakan obat-obatan tradisional maju

dengan sangat pesat, terutama karena adanya anggapan pengobatan tradisional dengan

menggunakan sumber daya herbal lebih aman daripada menggunakan bahan kimia. Menurut Guru

Besar Ilmu Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Muchtan Sujatno

dikemukakan bahwa pengobatan dengan cara tradisonal Cina terutama dengan obat-obat berasal

dari sumber daya herbalnya sangat mendunia. Hal ini disebabkan terhadap obat-obatan tradisional

berasal dari sumber daya herbal yang sangat melimpah di Cina, telah dilakukan uji praktik dan

klinik dengan hasil yang sangat memuaskan bagi pengobatan suatu penyakit, tanpa menggunakan

bahan-bahan kimia. 32

Peter Genea, (et.al), Intellectual Property Law in China, Mac Planck Institute for Foreign

and International Patent, Copyright and Competition Law, Kluwer Law International, 2005, hlm.

31-33.

Page 41: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

26

Sistem perlindungan kekayaan intelektual pada dewasa adalah sakit untuk

mendapatkan perlindungan bagi produk industri TCM. Mengenal hal ini Peter

Genea menjelaskan sebagai berikut :

An intellectual property protection system especially shaped to meet the

needs of the TCM industry is difficult to establish, however. Patent protection

is only partially applicable, as it only awards innovative achievements but not

the effort of preserving traditional knowledge. Moreover, the strict

technicality princaple stipulated by the PA is a notable obstacle to the patient

protection of TCM, which is often practiced by way of non-patenable medical

treatment.

C. Lingkup Pengetahuan Tradisional dalam Hak Kekayaan Intelektual

Pengertian Pengetahuan Tradisional dapat ditemukan dalam Article 8(j)

Traditional Knowledge, Innovations and Practices Introduction yang menyatakan

bahwa:

“Pengetahuan tradisional merujuk pada pengetahuan, inovasi dan praktik dari

masyarakat asli dan lokal di seluruh dunia. Dikembangkan dari pengalaman

melalui negara-negara dan diadaptasi ke budaya lokal dan lingkungan,

pengetahuan tradisional ditransmisikan secara lisan dari generasi ke generasi.

Hal itu menjadi kepemilikan secara kolektif dan mengambil bentuk cerita,

lagu, folklore, nilai-nilai budaya, keyakinan, ritual, hukum masyarakat,

bahasa daerah dan praktik pertanian mencakup pengembangan spesies

tumbuhan dan keturunan binatang. Pengetahuan tradisional utamanya

merupakan praktik alamiah, secara khusus seperti dalam wilayah pertanian,

perikanan, kesehatan, hortikultural dan kehutanan.”33

33

M.Syamsudin Budi Agus Riswandi, Hak Kekayaan Intelektual Dan Budaya Hukum

(Jakarta: Rajawali Pers, 2005). hlm. 27.

Page 42: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

27

Pengertian di atas memberi gambaran bahwa pengetahuan tradisional terbagi

menjadi 2 (dua) bagian besar yakni mencakup pengetahuan tradisional terkait

keanekaragaman hayati dan ekspresi budaya tradisional. Keanekaragaman hayati

berupa Sumber Daya Genetik (SDG) merupakan karakter tumbuhan atau hewan

yang dapat diwariskan, dapat bermanfaat atau berpotensi untuk dimanfaatkan oleh

manusia, yang mengandung kualitas yang dapat memberikan nilai ekologi,

genetik, sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan pendidikan, budaya, rekreasi dan

estetika keanekaragaman hayati tersebut dan komponennya. Sehingga termasuk

dalam SDG adalah hewan, tumbuhan dan mikrobiologi yang bermanfaat bagi

kehidupan manusia dalam dimensi ekologi, ekonomi, sosial dan budaya. Contoh

misappropriation SDG dapat kita temukan pada kasus Beras Basmati India yang

dipatenkan oleh perusahaan Amerika, pematenan pohon Neem (India) sebagai

obat anti serangga oleh perusahaan Jepang atau pematenan tumbuh-tumbuhan asli

Indonesia seperti brotowali, cabe jawa, sambiloto dan lain-lain sebagai bahan

kosmetik oleh perusahaan Shiseido-Jepang.

Penjelasan di atas memberi gambaran bahwa perpaduan antara pengetahuan

tradisional dengan sumber daya genetika mengandung nilai komersial tinggi yang

dapat menghasilkan produk atau proses tertentu. Sehingga, maraknya tindakan

Biopiracy atau pembajakan pengetahuan tradisional berbasis SDG oleh pihak

eksternal (di luar masyarakat pemangku pengetahuan) membawa kerugian berlipat

ganda bagi pemilik pengetahuan. Khususnya terkait dengan pembagian

keuntungan yang adil dan merata yang timbul dari penggunaanya. Dalam hal ini

terdapat kekhawatiran akan adanya“legalisasi” terselubung dari bio-piracy dalam

Page 43: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

28

rezim HKI modern khususnya melalui ketentuan Paten dan Perlindungan Varietas

Tanaman (PVT).34

Secara substantif pengertian Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dapat diartikan

sebagai “Hak atas kekayaan yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual

manusia”. Penggambaran ini pada dasarnya memberikan kejelasan bahwa HKI

memang menjadikan karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan

intelektual manusia sebagai inti dan objek pemahaman mengenai hak atas

kekayaan yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia.

Berkaitan dengan sifat substantif hakekat perlindungan HKI tersebut, seiring

dengan Pasal 27 (2) dari Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Universal

Declaration of Human Rights), menyebutkan bahwa:

“Everyone has the right to the protect of the moral and material interest

resulting from any scientific, literary, or artistic production of which he/she is

the author”.

“Setiap orang memiliki hak untuk melindungi moral dan kepentingan materi

yang dihasilkan dari setiap ilmu, sastra atau seni produksi yang ida ciptakan.”

Dikatakan sebagai kemampuan intelektual manusia karya-karya di bidang ilmu

pengetahuan, seni sastra, ataupun teknologi memang dilahirkan atau dihasilkan

oleh manusia melalui kemampuan intelektualnya, melalui daya cipta, rasa dan

karsanya. Karya-karya seperti ini, penting untuk dibedakan dari jenis kekayaan

lain yang juga dapat dimiliki manusia, tetapi juga tidak tumbuh atau dihasilkan

oleh intelektualitas manusia. Misalnya kekayaan yang diperoleh dari alam, seperti

34

Wahyu Sasongko, “Indikasi Geografis, Rezim Hki Yang Bersifat Sui Generis”, Jurnal

Media Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Vol 19, no. 1 (2012): Hlm. 101-102.

Page 44: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

29

tanah dan atau tumbuhan berikut hak-hak kebendaan lain yang diturunkan. Dari

segi ini, tampak mudah dipahami sebagaimana Intelectual Property Right (IPR)

yang berbeda dengan real property.35

Menurut Anne Fitzgerald, karya-karya intelektual tersebut, apakah dibidang ilmu

pengetahuan, atau seni, sastra, atau teknologi, dilahirkan dengan pengorbana,

menjadikan karya yang dihadirkan tersebut menjadi bernilai. Apalagi dengan

manfaat ekonomi yang dapat dinikmati, maka nilai ekonomi yang melekat

menumbuhkan konsep kekayaan (property) terhadapat karya-karya intelektual itu

bagi pemiliknya.36

35

Bambang Kesowo, Pengantar Umum Mengenai HKI di Indonesia, CV. Novindo Pustaka:

Jakarta, 2006, hlm. 21. 36

Suyud Margono, Op. Cit, hlm. 2

Page 45: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

30

D. Kerangka Pikir

Penjelasan terhadap bagan kerangka pikir di atas yaitu bahwa pengetahuan

tradisional sebagai aset bangsa contohnya Obat-obatan tradisional yang dapat

diberdayakan potensinya secara ekonomis.Potensi pengetahuan tradisional yang

memiliki keuntungan ekonomis yang secara faktual banyak dimanfaatkan oleh

negara-negara maju antara lain Amerika Serikat dan Jepang untuk industri obat-

obatan dan kosmetika tanpa adanya pembagian keuntungan (benefit sharing)

dengan Indonesia. Amerika Serikat dan Jepang menjadi contoh negara yang

melakukan biopiracy dan missapppropriation terhadap pengetahuan tradisional

Indonesia.

Terdapat 14 obat penting yang dipatenkan di Amerika Serikat berasal dari

tumbuhan Indonesia antara lain “tapak dara” yang berguna bagi penyembuhan

kanker. Sementara Jepang mematenkan obat-obatan dan kosmetika yang

Pengetahuan Tradisonal

Obat-Obatan Tradisional

Perlindungan Hukum Hambatan

Page 46: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

31

bahannya diperoleh dari keanekaragaman dan pengetahuan tradisonal di

Indonesia.

Pemanfaatan pengetahuan tradisional atas kekayaan hayati tersebut perlu

dilakukan untuk mendapatkan manfaat ekonomis bagi masyarakat lokal yang

memiliki pengetahuan tersebut untuk mencegah tindakan pencurian (biopiracy)

dan penyalahgunaan (missappropriation) pengetahuan tradisional masyarakat

lokal indonesia oleh pihak asing, dalam hal ini negara-negara maju yang telah

memiliki dan mengembangkan bioteknologi. Namun demikian, bahwa rezim HKI

yang diatur di dalam perundang-undangan Indonesia merupakan hasil desakan

negara-negara maju yang tidak mengakui adanya hak milik komunal atas

pengetahuan tradisional dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Pengetahuan terbatas mengenai pengakuan hak komunal (masyarakat lokal)

Indonesia dapat dijumpai di dalam Undang-Undang No. 29 Tahun 2000 tentang

Perlindungan Varietas Tanaman (UU PVT), hak atas foklor di dalam UU No. 19

Tahun 2002 dan hak atas indikasi geografis di dalam UU No. 15 Tahun 2001.

Indonesia belum memiliki undang-undang sui generis yang mengatur

perlindungan dan pemanfaatan pengetahuan tradisional. Sementara kekayaan

pengetahuan tradisional Indonesia begitu melimpah dan beragam di antaranya

pengetahuan tradisional yang terkait dengan sumber daya genetik, pertanian,

ilmiah, lingkungan obat-obatan, kosmetika, ekpresi foklor di bidang musik, tari,

lagu, kerajinan tangan, unsur-unsur bahasa, dan benda budaya yang bergerak

lainnya yang dimiliki oleh daerah secara beragam.

Page 47: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

32

Pemanfaatan yang seimbang dan berkelanjutan dengan mendasarkan pada

potensi-potensi yang dimiliki oleh daerah, maka akan menghasilkan efektifitas

dan efisiensi pemanfaatan pengetahuan tradisional yang dapat mendukung

pengembangan daerah khusunya dan pembangunan Indonesia secara keseluruhan.

Belum jelasnya pengaturan perlindungan kesimpangsiuran pemahaman produk

budaya tradisional dan proses pendaftaran hak cipta atas pengetahuan tradisional

yang berbeda dengan pengaturan dalam sistem HKI seperti hak cipta, merek,

paten, dan desian industri. Selain itu juga disebabkan kurangnya perhatian berupa

inventarisasi dan publikasi seni budaya Indonesia yang semestinya didaftarkan di

lembaga internasional yang memberikan perhatian serta perlindungan hak

kekayaan tradisional dan budaya agar tidak diklaim pihak lain.

Kepemilikan hak atas folklor, dikuasi negara untuk mencegah segala bentuk

eksploitasi atau pemnfaatan pihak asing, tentunya kita semua wajib memelihara

dan melestarikan, meski proses pendafatrannya belum ada pengaturannya.

Berdasarkan problematika terhadap ketidaksesuaian konsep antara karya dan

pengetahuan tradisional (traditional knowledge) yang merupakan wilayah

kepentingan publik (common heritage) dan perlindungan HKI yang menganut

paham individualisme, eksklusif dan monopolistik masalah dalam Pengkajian ini

menjadi menarik dan perhatian peneliti untuk mengkaji kembali eksistensi apakah

konsep penerapan kepemilikan bersama atas karya dan pengetahuan tradisional

tersebut menyebabkan dilanggaranya asas kepemilikan HKI diperoleh sejak

pengetahuan dan teknologi tradisional (traditional knowledge) tersebut pertama

kali dipublikasikan (publication) dan diberikan wewenang kepemilikannya oleh

Page 48: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

33

Negara (grant by goverment authoritative) untuk menggunakan Hak

Eksklusifnya.

Page 49: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

III. METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika,

dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran, secara

sistematis, metodologis, dan konsisten berarti tidak ada hal yang bertentangan

dalam kerangka tertentu. Sistematis artinya menggunakan sistem tertentu,

metodologis artinya menggunakan metode atau cara tertentu dan konsisten berarti

tidak ada hal yang bertentangan dalam kerangka tertentu. Penelitian sangat

diperlukan untuk memperoleh data yang akurat sehingga dapat menjawab

permasalahan sesuai dengan fakta atau data yang ada dan dapat mempertanggung

jawabkan kebenarannya.37

Penelitian hukum merupakan proses kegiatan berpikir dn bertindak logis, metodis,

dan sistematis mengenai gejala yuridis, peristiwa hukum, atau fakta empiris yang

terjadi, atau yang ada di sekitar kita untuk direkonstruksi guna mengungkapkan

kebenaran yang bermanfaat bagi kehidupan.38

A. Jenis Penelitian dan Tipe Penelitian

Hal yang penting untuk diketahui dalam melakukan sebuah penelitian adalah jenis

dan tipe penelitian yang akan digunakan. Berikut ini adalah pemaparan penulis

mengenai jenis dan tipe penulisan yang akan digunakan penulis.

37

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung:PT Citra Aditya Bakti,

2004, hlm 2. 38

Ibid, hlm. 3.

Page 50: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

35

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah normatif-terapan, yaitu penelitian hukum

yang mengkaji pelaksanaan atau implementasi ketentuan hukum positif

(perundang-undangan) dan kontak secara faktual pada setiap peristiwa hukum

tertentu yang terjadi dalam masyarakat guna mencapai tujuan yang telah

ditentukan.39

Pengkajian ini akan melihat sistem komunal dalam penerapan dan

melindungi pengetahuan tradisional, dengan menyertakan beberapa hasil

kesepakatan internasional.

b. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah tipe penelitian

hukum deskriptif. Penelitian hukum deskriptif bersifat pemaparan dan bertujuan

untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang

berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu, atau mengenai gejala yuridis

yang ada, atau peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.40

B. Pendekatan Masalah

Sesuai dengan jenis penelitian yaitu hukum normatif-terapan, maka pendekatan

masalah yang digunakan adalah pendekatan normatif-terapan. Untuk

menggunakan pendekatan normatif-terapan, terlebih dahulu merumuskan masalah

dan tujuan penelitian, kemudian masalah dan tujuan tersebut dirumuskan secara

rinci, jelas, dan akurat. Pendekatan normatif-terapan adalah pendekatan dengan

mempertimbangkan titik tolak penelitian ini tentang konsep kepemilikan bersama

terhadap asas-asas dan norma hukum Kebendaan dan Hak Kekayaan Intektual

39

Ibid, hlm. 53. 40

Ibid, hlm. 50.

Page 51: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

36

dimana kepemilikan bersifat individual dan pengetahuan tradisional yang asas

kepemilikannya bersifat bersama (kolektif) kemudian dengan melakukan studi

komparasi berupa perbandingan hukum anatara negara-negara berkembang yang

menerapkan sistem komunal dalam menerapkan dan melindungi pengetahuan

tradisional. Pendekatan normatif-terapan dengan cara melihat kenyatan-keyataan

hukum yang ada dilapangan yang berpa sikap, perilaku, dan pendapat hukum para

subjek penelitian tentang pokok permasalahan dalam penelitian ini. Dengan

pendekatan terapan ini diharapkan agar tergambar kondisi sebenarnya tentang

urgensi adanya perlindungan terhadap pengembangan obat-obatan Tradisional di

Indonesia melalui rezim Pengetahuan Tradisional.

C. Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder41

dengan rincian sebagai berikut :

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertaama

dengan demikian data primer adalah data yang diperoleh dengan melakukan studi

lapangan seperti melakukan wawancara terkait dengan permasalahan yang

diteliti.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan yang meliputi

bahan-bahan dokumentasi, tulisan ilmiah, buku-buku, dan sumber-sumber tertulis

lainnya. Data sekunder ini antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-

41

Mukti Fajar dan Yulianto Achamad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hlm. 156-158.

Page 52: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

37

buku hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian dan seterusnya yang

dalam penelitian ini antara lain:

1) Bahan Hukum Primer (bahan hukum yang mengikat), yaitu:

a) Perjanjian TRIPS;

b) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United

Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan

Bangsa-Bangsa mengenai Keanekaragaman Hayati);

c) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten;

d) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi

Geografis;

e) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta;

2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang erat kaitannya dengan

bahan hukum primer berupa, bahan pustaka, seperti dokumen resmi, buku,

majalah, jurnal, hasil penelitian, dan makalah yang berkaitan dengan

kebijaksanaan perlindungan Pengetahuan Tradisional.

3) Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang dapat menjelaskan baik

bahan hukum primer mapun bahan hukum sekunder, seperti : Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Kamus Hukum, media cetak dan website.

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah yang

ada sehingga data-data tersebut harus benar-benar dapat dipercaya dan akurat.

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui langkah-langkah

sebagai berikut.

a. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang berasal

dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas serta dibutuhkan dalam

penelitian hukum normatif. Studi kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data

Page 53: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

38

sekunder dengan cara membaca, menelaah dan mengutip peraturan perundang-

undangan, buku-buku, dan literatur yang berkaitan dengan perlindungan

pengetauan tradisional.

b. Studi Dokumen

Studi Dokumen dilakukan dengan mengkaji dokumen resmi institusional yang

berupa surat keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor

HK.00.05.21.4231 Tahun 2004 , Surat Edaran No. PN.03.4.41.411.02.14.574

tanggal 06 Februari 2014 tentang Registrasi Ulang Obat Tradisional dan

Suplemen Kesehatan dan lain-lain yang berkaitan dengan permasalahan

penelitian.

c. Studi Wawancara

Studi wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan pihak yang terlibat

langsung dengan permasalahan yang diteliti guna mencapai tujuan tertentu, yang

dilakukan dengan kegiatan wawancara kepada responden penelitian sebagai usaha

mengumpulkan berbagai data dan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan

permasalahan yang dibahas dalam skripsi, antara lain :

1. Dra. Adelia Sinuraya, Apt., sebagai Plh. Kepala Badan Pemeriksaan Obat

dan Makanan Provinsi Lampung;

2. Zakiah Kurniati, S. Farm, Apt, M. Sc., sebagai Plh. Kepala Badan

Pemeriksaan Obat dan Makanan Provinsi Sumatera Utara;

3. Produsen dan Penjual obat-obatan tradisonal Karo Ibu Setiana BR Bangun.

E. Metode Pengolahan Data

Tahap-tahap pengolahan daa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:42

a. Pemeriksaan Data (editing)

42

Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hlm.90.

Page 54: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

39

Pembenaran apakah data yang terkumpul melalui studi pustaka, dokumen, dan

studi putusan sudah dianggap lengkap, relevan, jelas, tidak berlebihan, dan tanpa

kesalahan.

b. Penandaan Data (coding)

Pemberian tanda pada data yang diperoleh, baik berupa penomoran ataupun

penggunaan tanda atau simbol atau kata tertentu yang menunjukkan

golongan/kelompok/klasifikasi data menurut jenis dan sumbernya, dengan tujuan

untuk menyajikan data secara sempurna, memudahkan rekonstruksi serta analisis

data.

c. Penyusunaan/Sistematika Data (constructing/systematizing)

Kegiatan menabulasi secara sistematis data yang sudah diedit dan diberi tanda itu

dalam bentuk tabel-tabel yang berisi angka-angka dan presentase bila data itu

kuantitatif, mengelompokkan secara sistematis data yang sudah diedit dan diberi

tanda itu menurut klasifikasi data dan urutan masalah bila data itu kualitatif.

F. Analisis Data

Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis

kualitatif, yaitu menganalisis data yang berupa bahan-bahan hukum dan bahan-

bahan pustaka. Analisis dilakukan dengan penafsiran terhadap data hasil

penelitian. Hasil analisis disajikan secara sederhana dan sistematis.

Hasil analisis diuraikan ke dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak

tumpang tindih dan efektif sehingga memudahkan interpretasi data dan

Page 55: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

40

pemahaman hasil analisis, kemudian ditarik kesimpulan sehingga diperoleh

gambaran yang jelas mengenai jawaban dari permasalahan yang dibahas.43

43

Ibid, hlm. 127.

Page 56: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dan diuraikan,

maka dapat disimpulkan yaitu

1. Perlindungan hak paten atas pengetahuan tradisional khususnya tentang obat

tradisional di Indonesia masih terdapat perbedaan substansial dalam konsep

tentang pengetahuan tradisionalnya. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) sendiri

dibangun untuk melindungi author (pencipta atau inventor) sebagai individu

atas hasil kreasi originalnya dan bentuk perlindungan dari hak Indikasi

geografis Obat Tradisional Karo di Indonesia hanya sebatas Undang-undang

Merek Dan Indikasi Geografis Nomor 20 Tahun 2016. Hak Indikasi

Geografis sangat penting sebagai payung hukum terhadap suatu produk jika

memang sudah terdaftar sebagai Hak Indikasi Geografis dalam sistem Hak

Kekayaan Intelektual di Indonesia tentu akan mendapatkan proteksi atas hak-

hak dan kewajiban terhadap barang yang di daftarkan sebagai barang Indikasi

Geografis. Termasuk terhadap bentuk dari perlindungan Hak Indikasi

Geografis sesuai dengan kaidah hukum di Indonesia.

2. Pengakuan negara dalam pengakuan hak indikasi geografis dapat dilihat dari

pendaftaran hak indikasi geografis itu sendiri, jika memang sudah terdaftar

maka secara otomatis akan mendapatkan pengakuan, demikian pula dengan

Page 57: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

77

masyarakat karo jika memang sudah terjadi pendaftaran dan diakui sebagai

hak indikasi geografis maka akan dengan hal itu pula menjadi hak ekslusifitas

terhadap masyarakat karo dengan mendapatkan pengakuan dan perlindungan

baik dari segi hal ekonomis dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan

Obat Tradisional Karo.

3. Faktor-faktor penghambat perlindungan obat-obatan tradisional menurut

pengetahuan tradisional yaitu: persepsi masyarakat yang tidak merasa

keberatan apabila produk mereka ditiru oleh pihak lain (dalam hal ini HKI

sebagai fungsi sosial); aspek kepemilikan pengetahuan tradisional; tindakan

misappropriation; terbatasnya data, dokumentasi dan informasi mengenai

Pengetahuan Obat Tradisional (POT); dan tidak adanya regulasi khusus yang

mengatur mengenai perlindungan Pengetahuan Obat Tradisional (POT).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas penulis memberikan saran yang sekiranya dapat

dijadikan suatu wacana untuk mengadakan pembaharuan hukum sebagai berikut:

1. Perlunya sosialisasi HKI pada semua kalangan terkait, seperti aparat penegak

hukum, pelajar, masyarakat pemakai, dan yang tak kalah pentingnya adalah

kalangan pers karena dengan kekuatan tinta kalangan jurnalis upaya

kesadaran akan pentingnya HKI akan relatif lebih mudah terwujud.

Page 58: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

78

2. Bentuk dari pengakuan negara terhadap hak indikasi geografis terhadap suatu

produk lokal sangat penting bagi pengakuan produk itu sendiri, demikian

dalam hal ini peneliti juga menyarankan bahwa jika memang selama ini Obat

Tradisional Karo belum terakui sebagai hak indikasi geografis dari

masyarakat karo, maka Kementerian Hukum dan Ham dalam hal ini

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual semestinya berperan aktif

untuk terjun ke masyarakat yang sebelumnya belum memahami hak indikasi

geografis dan memberikan pengakuan terhadap hak indikasi geografis jika

memang sudah memenuhi kriteria sebagai bagian bentuk dari indikasi

geografis.

3. Perlunya menggalakkan kesadaran peningkatan kesehatan melalui obat-

obatan tradisional sehingga dapat menumbuh kembangkan kesadaran akan

pentingnya pengetahuan obat tradisional.

Page 59: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

79

Lampiran :

UD. GIRIK

Page 60: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

80

SURAT REKOMENDASI PENYEHAT TRADISIONAL

Page 61: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ary S, Suhandi, dkk. 2002. Conservation Concession Reconciliatory Effort

between the Demand of Increasing Local Revenue and Ecosystem

Protection in the Process of Power Devolution: A Case Study From Siberut

Island, Sumatra, Final Report. Jakarta: Conservation International

Indonesia.

Budi, Agus Riswandi. 2015.Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya

Hukum.Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Djumhana, Muhammad. 2006. Perkembangan Doktrin dan Teori Perlindungan

Hak Kekayaan Intelektual. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Damian, Eddy. 2010.Hukum Hak Cipta.Bandung: PT Alumni.

Fajar, Mukti dan Achamad, Yulianto. 2010.Dualisme Penelitian Hukum Normatif

dan Empiris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Genea, Peter, (et.al). 2005.Intellectual Property Law in China, Mac Planck

Institute for Foreign and International Patent. Kluwer Law International.

Copyright and Competition Law.

Harahap, Zairin. 2001. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. Jakarta. Raja

Grafindo Persada.

Jimmy P dan M.Marwan. 2009.Kamus Hukum. Surabaya: Reality Publisher.

Kesowo, Bambang. 2006.Pengantar Umum Mengenai HKI di Indonesia. Jakarta:

CV. Novindo Pustaka.

Kusumaatmadja, Mochtar. 1976.Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum

Nasional. Jakarta: Binacipta.

.M. Hadjon, Phillipus.1987. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia.

Surabaya: PT. Bina Ilmu.

Margono,Suyud. 2015. Hukum Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Mencari

Konstruksi Hukum Kepemilikan Komunal Terhadap Pengetahuan dan Seni

Page 62: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

Tradisional dalam Sistem Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Indonesia.

Bandung: Pustaka Reka Cipta.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung:PT Citra

Aditya Bakti.

Purwaningsih, Endang. 2005. Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights

Kajian Hukum Terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual Dan Kajian

Komparatif Hukum Paten. Bogor: Ghalia Indonesia.

Risang Ayu, Miranda, dkk. 2014. Hukum Sumber Daya Genetik, Pengetahuan

Tradisional dan Exspresi Budaya Tradisinal di Indonesia. Bandung: PT

Alumni.

Raharjo, Satjipto. 2000.Ilmu Hukum. Bandung.PT. Citra Aditya Bakti.

Sudikno, Mertokusumo. 2007.Mengenal Hukum, Suatu Pengantar. Yogyakarta:

Liberty.

--------------------. 2009.Penemuan Hukum. Bandung: Citra Aditya bakti.

Sardjono, Agus. 2011. Hak Kekayaan Intelektual dan Pengetahuan Tradisional.

Bandung: Penerbit PT Alumni.

Sutedi, Adrian. 2009, Hak Atas Kekayaan Intelektual. Jakarta: Sinar Grafika.

Peraturan Perundang-Undangan

Perjanjian TRIPS;

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations

Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-

Bangsa mengenai Keanekaragaman Hayati);

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis;

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta;

Jurnal

Adhimiharja, Kusnaka. 2007.Jenis Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Folklor

Serta Karakteristiknya, hlm. 1.

Darwan, Prinst dan Prinst Darwin, 1986. Sejarah dan Kebudayaan Karo. Bandung

: CV. Yrama, 198

Page 63: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP OBAT-OBATAN …digilib.unila.ac.id/54809/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga

Rohaini, “Perlindungan Hukum Terhadap Pengetahuan Tradisional Melalui

Pengembangan Sui Generis Law”, Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum, Volume

9 No.4, Oktober-Desember 2015.

Sasongko, Wahyu “Indikasi Geografis, Rezim Hki Yang Bersifat Sui Generis”,

Jurnal Media Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Vol 19, no. 1

(2012).

Rosidawati, Wiradirdja Imas,”Konsep Perlindungan Pengetahuan Tradisional

Berdasarkan Asas Keadilan Melalui Sui Generis Intellectual Property

System.”Jurnal Hukum IUS QULA IUSTUM Vol 20, no. 2 (2013).

Daulay, Zainul “Konsep Perlindungan Hukum Terhadap Pengetahuan Tradisional

Masyarakat Asli Tentang Obat Di Indonesia,”Jurnal Media Hukum

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Vol 19, no. 2 (2012).

Harahap, Zairin. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. Jakarta. Raja

Grafindo Persada, 2001.

Skripsi

Roseva Sari Br Bangun, “Kuning” Pada Masyarakat Karo (Studi

Antropologi Kesehatan di Desa Bunuraya, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten

Karo), Medan: Universitas Sumatera Utara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

2009, hlm. 4.

Salmen Sembiring, Pengetahuan dan Pemanfaatan Metode Pengobatan

Tradisional Pada Masyarakat Desa Suka Nalu Kecamatan Barus Jahe,Medan:

Universitas Sumatera Utara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2013, hlm. 1.

Tesis

Fitri Hidayat. Perlindungan Indikasi Geografis Terhadap Produk Potensi Indikasi

Geografis Di Indonesia, Tesis tidak diterbitkan, Malang, Fakultas Hukum

Universitas Brawijaya, 2011.

Internet

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4fd1bd073c3a6/perlindungan-

indikasi-geografis-aset-nasional-dari-pendaftaran-oleh-negara-lain