perencanaan pengadaan obat-obatan dalam instalasi farmasi rumah sakit...

78
PERENCANAAN PENGADAAN OBAT-OBATAN DALAM INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT DENGAN PERIODIC REVIEW MODEL SKRIPSI ASA V. R. 0606076974 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI DEPOK JUNI 2010 Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

Upload: others

Post on 31-Jan-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PERENCANAAN PENGADAAN OBAT-OBATAN DALAM INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT

    DENGAN PERIODIC REVIEW MODEL

    SKRIPSI

    ASA V. R.0606076974

    UNIVERSITAS INDONESIAFAKULTAS TEKNIK

    PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRIDEPOK

    JUNI 2010

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • PERENCANAAN PENGADAAN OBAT-OBATAN DALAM INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT

    DENGAN PERIODIC REVIEW MODEL

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

    ASA V. R.0606076974

    UNIVERSITAS INDONESIAFAKULTAS TEKNIK

    PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRIDEPOK

    JUNI 2010

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • iii

    HALAMAN PENGESAHAN

    Skripsi ini diajukan oleh :Nama : Asa V. R.NPM : 0606076974Program Studi : Teknik IndustriJudul Skripsi : Perencanaan Pengadaan Obat-obatan dalam

    Instalasi Farmasi Rumah Sakit dengan Periodic Review Model

    Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

    DEWAN PENGUJI

    Pembimbing : Ir. Amar Rachman, MEIM ( )

    Penguji : Ir. Yadrifil, MSc ( )

    Penguji : Arian Dhini,ST., MT. ( )

    Penguji : Armand Omar Moeis, ST., MSc ( )

    Ditetapkan di : DepokTanggal : 30 Juni 2010

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • iv

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih setia dan

    berkat-Nya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Penulisan skripsi ini

    dilakukan dalam rangka melengkapi persyaratan untuk menyelesaikan Program

    Pendidikan Sarjana Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

    Tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan

    terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, rasa terima kasih diucapkan

    kepada:

    (1) Bapak Ir. Amar Rachman, MEIM, selaku dosen pembimbing skripsi, untuk

    segala bimbingan, pengajaran, kesabaran, serta kepeduliannya yang sangat

    dirasakan sehingga setiap rintangan dalam pengerjaan skripsi ini dapat dilalui

    dengan baik

    (2) Bapak Akhmad Hidayatno, ST, MBT., Bapak Farizal, Ph.D., Ibu Isti

    Surjandari, PhD, Bapak Komarudin, ST, MEng., dan Bapak Ir. Yadrifil,

    M.Sc., atas segala kritik dan saran yang membangun pada kesempatan

    pertemuan di seminar 1 dan seminar 2

    (3) Bu Har, Mbak Ana, Mbak Willy, Pak Mursyid, Mas Iwan, dan seluruh

    karyawan Departemen Teknik Industri atas bantuannya untuk urusan

    administrasi skripsi dan kelulusan

    (4) Anindya, Bapak Mulyo Prihantono, Bapak Stefanus Lukas, Ibu Ruslina, dan

    Ibu Eli yang telah memberikan kesempatan untuk meneliti di rumah sakit

    (RS PGI Cikini)

    (5) Ibu Henny, Ibu Theresia, Ibu Tuty, Ibu Debby, dan Mas Anta yang telah

    membantu dalam pengambilan data dan pemahaman tentang sistem

    pengadaan di rumah sakit

    (6) Orang tua, Bapak Tatag dan Ibu Retno Indrawanti, atas segala doa, dukungan

    materi, semangat, dan tempat bertukar pikiran yang sangat baik

    (7) Evi Ferawaty, Dira Ballerina, Leonardo, Nicholas, Rizki Amalia, Tuty

    Arsyida, dan Yanti Sianipar, sebagai rekan-rekan satu bimbingan, atas segala

    bantuan dan kesediaan berbagi suka dan duka dalam menyelesaikan skripsi

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • v

    (8) Amalia O. Paera, Billy, Christie T. H. L. Gaol, Dinar Sukmaningati, Ismi

    Mey Gunanti, Mona Ariesta, Monica N. Romadhona, Norman E. S., Rainy

    Nafitri Naland, dan Suryaningsih, atas segala dukungan semangat dan teman

    bertukar pikiran yang luar biasa.

    Akhirnya, sangat diharapkan agar skripsi ini bisa memberikan inspirasi

    dan manfaat bagi semua pihak yang membacanya dan bagi pengembangan ilmu

    pengetahuan.

    Depok, 23 Juni 2010

    Penulis

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • viiUniversitas Indonesia

    ABSTRAK

    Nama : Asa V. R.Program Studi : Teknik IndustriJudul : Perencanaan Pengadaan Obat-obatan dalam Instalasi Farmasi

    Rumah Sakit dengan Periodic Review Model

    Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh perencanaan pengadaan obat-obatan, sehingga dapat menjamin ketersediaan obat-obatan dan mengefisienkan aktivitas pengadaan obat-obatan di rumah sakit. Perencanaan pengadaan dibuat berdasarkan Periodic Review Model dengan metode peramalan permintaan untuk karakter permintaan tidak lumpy dan lumpy. Keterbatasan sumber daya manusia serta banyaknya jenis obat mengakibatkan pengadaan pada rantai suplai rumah sakit lebih tepat dilakukan pada periode tetap yang dapat dihasilkan dari Periodic Review Model. Hasil dari penelitian ini adalah jarak waktu antar pengadaan, persediaan pengaman, serta tingkat persediaan maksimum. Dari 30 sampel obat yang diteliti, diperoleh kenaikan service level dari 80% menjadi 98.661% dan dapat menambah keuntungan penjualan sebanyak 19.02%.

    Kata kunci:Pengadaan, Periodic Review Model, Peramalan Permintaan, Service Level

    ABSTRACT

    Name : Asa V. R.Study Program : Industrial EngineeringTitle : Drugs Procurement Planning at Hospital Pharmaceutical

    Installation using Periodic Review Model

    The aim of this research is to obtain drugs procurement planning, in order to assure product avalibility and make efficient drugs procurement activity in hospital. Procurement planning is based on Periodic Review Model with demandforecasting for non-lumpy demand and lumpy demand. Limitation of human resources and huge amount of drug types causing fixed period procurement more appropriate for hospital supply chain, which can be obtained from periodic review model. Output from this research are review period, safety stock, and maximum order level. From 30 samples of drugs, output from this research can increase service level from 80% to 98.661% and can increase 19.02% profit.

    Key words:Procurement, Periodic Review Model, Demand Forecasting, Service Level

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • viii Universitas Indonesia

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

    UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................ vi ABSTRAK ........................................................................................................ vii DAFTAR ISI .................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ............................................................................................... x DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi 1. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 1.2 Diagram Keterkaitan Masalah .................................................................... 4 1.3 Rumusan Permasalahan ............................................................................. 4 1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5 1.5 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 5 1.6 Metodologi Penelitian ................................................................................ 5 1.7 Sistematika Penulisan ................................................................................ 8

    2. LANDASAN TEORI ..................................................................................... 10 2.1 Persediaan ............................................................................................... 10 2.2 Perencanaan dan Pengendalian Persediaan ............................................... 12 2.2.1 Peramalan Permintaan ..................................................................... 12 2.2.1.1 Metode Kualitatif ................................................................ 14 2.2.1.2 Metode Kuantitatif .............................................................. 15 2.2.1.3 Metode Croston ................................................................... 18 2.2.1.4 Akurasi Ramalan ................................................................. 18 2.2.2 Biaya Persediaan ............................................................................. 19 2.2.3 Periodic Review Model ................................................................... 21 2.2.4 Sistem Pengawasan Persediaan ....................................................... 24

    3. PENGUMPULAN DATA .............................................................................. 27 3.1 Profil Perusahaan ..................................................................................... 27 3.1.1 Sejarah ............................................................................................ 27 3.1.2 Layanan yang Tersedia.................................................................... 27 3.2 Sistem Pengadaan Obat-obatan di RS PGI Cikini ..................................... 28 3.3 Data Penelitian ........................................................................................ 30 3.3.1 Nilai Pemakaian Obat dan Kelompok Pemasok ............................... 30 3.3.2 Permintaan ...................................................................................... 30 3.3.3 Biaya dan Lead Time ...................................................................... 33 3.3.4 Service Level .................................................................................. 34

    4. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ..................................................... 36 4.1 Usulan Perencanaan Pengadaan Obat-obatan ........................................... 36

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • ix Universitas Indonesia

    4.2 Pengolahan Data ...................................................................................... 38 4.2.1 Peramalan ....................................................................................... 39 4.2.2 Pengolahan Data dan Hasil Periodic Review Model ........................ 43 4.2.2.1 Komponen Biaya, Lead Time, dan Probabilitas Tidak Stockout44 4.2.2.2 Pengolahan data dengan Periodic Review Model ................. 46 4.3 Pemrograman Aplikasi Pengadaan ........................................................... 48 4.3.1 Master File ...................................................................................... 49 4.3.2 Aplikasi Pengadaan ......................................................................... 52 4.3.3 Langkah-langkah Penggunaan ......................................................... 55 4.4 Analisis ................................................................................................... 56 4.4.1 Analisis Peramalan Permintaan ....................................................... 56 4.4.2 Analisis Hasil Periodic Review Model ............................................ 59 4.4.3 Analisis Program Perencanaan Pengadaan ....................................... 61

    5. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 63 5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 63 5.2 Saran ....................................................................................................... 63

    DAFTAR REFERENSI ..................................................................................... 65

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • xUniversitas Indonesia

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1. Contoh Persediaan ............................................................................. 10Tabel 2.2. Nilai Safety Factor............................................................................. 24Tabel 3.1. Daftar Sampel Obat ........................................................................... 31Tabel 3.2. Pengelompokan Sampel Obat berdasarkan Pemasok........................ 32Tabel 3.3. Data Rata-rata Permintaan dan Standar Deviasi ............................... 33Tabel 3.4. Data Biaya Pengadaan....................................................................... 33Tabel 3.5. Data Biaya Persediaan....................................................................... 34Tabel 4.1. Hasil Penentuan Permintaan Lumpy dan Tidak Lumpy ................... 40Tabel 4.2. Parameter Kontrol dan Asumsi Ramalan Periode Pertama............... 42Tabel 4.3. Hasil Ramalan untuk Minggu I Januari 2010.................................... 43Tabel 4.4. Proses dan Hasil Pengolahan Common Cost..................................... 44Tabel 4.5. Proses dan Hasil Pengolahan Procurement Cost ............................... 44Tabel 4.6. Hasil Pengolahan Biaya Persediaan .................................................. 45Tabel 4.7. Pengolahan dan Hasil Jarak Waktu antar Pengadaan (T), Persediaan

    Pengaman (SS), dan Tingkat Persediaan Maksimum (M) – Minggu I Januari 2010....................................................................................... 47

    Tabel 4.8. Service Level yang akan Didapat dari Periodic Review Model........ 48Tabel 4.9. Keuntungan Tambahan Per Tahun .................................................... 61Tabel 4.10. Perbandingan Standard Error of Forecast antara Hasil Perhitungan

    Aplikasi Pengadaan dengan Hasil Perhitungan Perangkat Lunak Minitab 14 ......................................................................................... 62

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • xiUniversitas Indonesia

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1. Diagram Keterkaitan Masalah ........................................................ 4Gambar 1.2. Diagram Alir Metodologi Penelitian .............................................. 6Gambar 2.1. Persediaan sebagai Kompensasi Perbedaan Intensitas Suplai dan

    Permintaan .................................................................................... 11Gambar 2.2. Pola Permintaan Tidak Reguler/Lumpy........................................ 13Gambar 2.3. Klasifikasi Metode Peramalan ...................................................... 14Gambar 2.4. Hubungan Biaya Persediaan dengan Jumlah Barang yang Dibeli 21Gambar 2.5. Pendekatan Periodic Review dengan Permintaan Probalistik dan

    Lead Time ..................................................................................... 22Gambar 2.6. Contoh Grafik Hukum Pareto ....................................................... 26Gambar 3.1. Alur Aktivitas Pengadaan Obat-obatan di RS PGI Cikini ............ 29Gambar 4.1. Alur Peramalan Permintaan .......................................................... 36Gambar 4.2. Alur Perhitungan Periodic Review Model .................................... 37Gambar 4.3. Alur Teknis Perencanaan Pengadaan Obat-obatan ....................... 38Gambar 4.4. Tampilan Master File – Biaya Persediaan .................................... 51Gambar 4.5. Tampilan Master File – Biaya Pengadaan .................................... 52Gambar 4.6. Tampilan Sheet ‘Obat 3’ pada file “Aplikasi Pengadaan”............ 53Gambar 4.8. Tampilan Sheet ‘Plan’ pada file “Aplikasi Pengadaan” ............... 54Gambar 4.7. Tampilan Sheet ‘T, SS, M’ pada file “Aplikasi Pengadaan” ........ 54Gambar 4.9. Aktivitas Setup.............................................................................. 55Gambar 4.10. Aktivitas Perencanaan Pengadaan ................................................ 56Gambar 4.11. Frekuensi a dan r Terbaik............................................................ 57

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 1Universitas Indonesia

    BAB 1PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Jumlah rumah sakit (RS) pemerintah pada tahun 1998 adalah 589 RS,

    sedangkan RS swasta sebanyak 491 RS. Pada tahun 2008, jumlah RS swasta

    meningkat menjadi 653 RS dan RS pemerintah sebanyak 667 RS. Pertumbuhan

    jumlah RS swasta lebih besar, yaitu 2,91 persen rata-rata per tahun dibandingkan

    RS pemerintah, yaitu 1,25 persen rata-rata per tahun1. Peningkatan jumlah RS ini

    memicu terjadinya persaingan yang semakin ketat untuk menunjukkan performa

    pelayanan yang baik sehingga mendapatkan loyalitas dari pasien.

    Performa pelayanan di RS sangat bergantung kepada manajemen RS

    tersebut. Salah satu komponen krusial dari manajemen RS adalah instalasi farmasi

    rumah sakit (IFRS). Menurut keputusan Menteri Kesehatan, tugas-tugas IFRS

    adalah: melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal, menyelenggarakan

    kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan

    kode etik profesi, melaksanakan komunikasi, informasi dan Edukasi (KIE),

    memberi pelayanan bermutu melalui analisis dan evaluasi untuk meningkatkan

    mutu pelayanan farmasi, melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang

    berlaku, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi,

    mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi, dan memfasilitasi

    serta mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium RS. Dari

    penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsinya secara umum adalah

    mengelola perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat

    dan alat kesehatan2. Yusmainita (2005) dalam karyanya Pemberdayaan Instalasi

    Farmasi Rumah Sakit Bagian I menyatakan bahwa pelayanan IFRS adalah

    pelayanan penunjang RS yang menjadi sumber pendapatan terbesar karena 90%

    pelayanan kesehatan di RS menggunakan perbekalan farmasi (obat-obatan, bahan

    kimia, bahan radiologi, bahan alat kesehatan habis, alat kedokteran, dan gas

    1 Elok Dyah Messwati (3 Juni 2009). RS dalam bentuk PT terus bertambah.http://kesehatan.kompas.com/read/2009/06/03/20524345/rs.dalam.bentuk.pt.terus.bertambah.2 Mahfudz, S.Far., Apt. (23 Mei 2009). Pelayanan farmasi di rumah sakit. http://cetak.bangkapos.com/opini/read/436/Pelayanan+Farmasi+di+Rumah+Sakit+.html.

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 2

    Universitas Indonesia

    medik), dan 50% dari seluruh pemasukan RS berasal dari pengelolaan perbekalan

    farmasi (Susi Suciati & Wiku B. B. Adisasmito, 2006, h.19).

    Aspek paling penting dari pelayanan farmasi adalah pengelolaan obat-

    obatan karena tidak hanya berdampak kepada biaya atau keuntungan semata,

    tetapi juga berdampak kepada sumber daya manusia yang mengelolanya dan

    pasien yang mengonsumsinya. Smith Daniels (2006) dalam Supply Chains

    Critical to Well-Being of Healthcare Systems Knowledge menyatakan bahwa

    walaupun RS adalah industri jasa yang berfokus kepada pelayanan terhadap

    konsumen, optimalitas sudah selayaknya dilakukan pada fungsi-fungsi krusial

    seperti pengendalian persediaan dan pengadaan obat-obatan karena setiap

    keputusan menentukan hidup mati pasien (Woosley, 2009).

    Salah satu kendala yang dihadapi dalam aktivitas pengadaaan persediaan

    obat-obatan di RS yang diteliti adalah banyaknya jenis obat-obatan dengan variasi

    permintaan yang besar sehingga cenderung tidak mudah diprediksi. Selain itu, ada

    pula beberapa jenis obat yang masuk ke dalam kategori permintaan lumpy

    (permintaan rendah dan ketidakpastian tentang kapan dan berapa jumlah

    permintaan sangat tinggi). Biasanya, prediksi permintaan untuk semua jenis obat

    didasarkan pada rata-rata penjualan aktual satu bulan terakhir saja, padahal variasi

    permintaan cukup besar dan berbeda-beda polanya. Hal ini mengakibatkan

    seringkali prediksi salah. Kesalahan prediksi seringkali membuat rencana

    pengadaan tidak tepat sehingga persediaan menumpuk saat tidak dibutuhkan.

    Selain itu, perencanaan pengadaan persediaan (jumlah stok, jumlah pesanan, dan

    waktu pemesanan) selama ini hanya didasari oleh kebiasaan dan intuisi di

    lapangan, belum memiliki dasar-dasar pengambilan keputusan yang

    memperhatikan kendala-kendala yang dihadapi. Kesalahan prediksi dan

    perencanaan pengadaan saat ini mengakibatkan persentase ketersediaan obat

    untuk memenuhi permintaan pasien saat ini hanya 80%. Selain itu, jenis obat yang

    dikelola sangat banyak sedangkan sumber daya manusia sangat terbatas sehingga

    aktivitas perencanaan pengadaan tidak efisien. Perhitungan yang teoritis dan

    adaptif diperlukan untuk menjamin ketersediaan obat dalam jumlah dan waktu

    yang tepat seta mengefisienkan kerja sumber daya manusia dalam pengontrolan

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 3

    Universitas Indonesia

    persediaan. Oleh karena itulah, penelitian ini dibuat untuk memperoleh

    perencanaan pengadaan obat-obatan yang optimal di RS.

    Dua faktor penting dalam solusi model persediaan adalah akurasi prediksi

    permintaan berdasarkan karakter permintaan historis dan pemilihan model yang

    sesuai dengan kondisi nyata alur suplai dan permintaan. Perlu diperhatikan bahwa

    peramalan permintaan dengan karakter lumpy tidak dapat dilakukan dengan

    metode permintaan reguler yang umumnya dipakai pada permintaan yang tidak

    lumpy. Karena itulah, pada penelitian ini peramalan permintaan yang lumpy akan

    dilakukan dengan metode Croston. Karakter permintaan jenis obat lainnya akan

    memakai metode pemulusan eksponensial tunggal dan rata-rata bergerak.

    Faktor kedua adalah pemilihan model pengadaan persediaan. Model

    pengadaan persediaan terbagi menjadi periodic review dan continuous review3.

    Sistem persediaan obat-obatan di RS tidak dapat memakai continuous review

    model karena keterbatasan-keterbatasan. Batasan pertama adalah model ini

    memungkinkan terjadinya pemesanan setiap barang yang pada waktu yang

    berbeda-beda, padahal barang-barang yang berasal dari pemasok yang sama atau

    yang akan masuk ke dalam lini produksi yang sama dapat dipesan bersamaan

    untuk mengefisiensikan aktivitas pengadaan. Selain itu, model ini memerlukan

    pengawasan yang terus-menerus. Dalam sebuah disertasi mengenai rantai suplai

    rumah sakit (Woosley, 2009), dinyatakan bahwa periodic replenishment model

    lebih tepat untuk sistem persediaan obat-obatan di rumah sakit karena pengadaan

    lebih mudah dilakukan pada periode yang tetap dan kuantitas yang optimal

    berdasarkan perhitungan kuantitas pemesanan ekonomis.

    Karena beberapa alasan di atas, perencanaan pengadaan persediaan obat-

    obatan di RS pada penelitian ini akan dilakukan dengan periodic review model.

    Hasil dari model ini adalah jarak waktu antar pengadaan (T), persediaan

    pengaman (SS) dan tingkat pemesanan maksimum (M) yang akan memudahkan

    aktivitas pengadaan dan menjamin ketersediaan obat-obatan.

    3 Taha, Hamdy A. (2003). Operations research: an introduction (7th ed.). New Jersey: Prentice Hall. hal 429-430

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 4

    Universitas Indonesia

    1.2 Diagram Keterkaitan Masalah

    Latar belakang masalah di atas ditransformasikan menjadi diagram

    keterkaitan masalah yang dapat menampilkan permasalahan secara visual dan

    sistematis. Diagram keterkaitan masalah penelitian ini ditunjukkan oleh Gambar

    1.1.

    Gambar 1.1. Diagram Keterkaitan Masalah

    1.3 Rumusan Permasalahan

    Berdasarkan diagram keterkaitan masalah pada subbab

    sebelumnya, didapatkan bahwa permasalahan yang menjadi fokus penelitian

    adalah tidak optimalnya hasil perencanaan pengadaan obat-obatan di RS, terlihat

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 5

    Universitas Indonesia

    dari tingkat ketersediaan obat rendah dan tidak efisiennya aktivitas pengadaan

    obat-obatan.

    1.4 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang yang telah divisualisasikan dalam diagram

    keterkaitan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh

    perencanaan pengadaan obatan-obatan dengan periodic review model untuk

    menjamin ketersediaan obat dan mengefisienkan rangkaian aktivitas pengadaan

    obat-obatan.

    1.5 Ruang Lingkup Penelitian

    Ruang lingkup penelitian ini adalah:

    1. Penelitian dilakukan pada bidang Farmasi suatu RS swasta di Jakarta

    2. Jenis obat-obatan yang menjadi objek penelitian adalah obat-obatan yang

    menjadi suplai unit rawat inap dan rawat jalan

    3. Data yang akan digunakan adalah data historis dari minggu pertama bulan

    Januari 2009-minggu terakhir bulan Desember 2009

    4. Berdasarkan wawancara dengan karyawan bagian pelayanan obat,

    diketahui bahwa service level yang telah dicapai oleh RS saat ini adalah

    80%

    5. Sampel obat yang diteliti diambil dari setiap kelompok obat yang

    diklasifikasikan berdasarkan Hukum Pareto

    6. Hasil dari penelitian ini adalah model perencanaan pengadaan obat di RS

    yang terdiri dari peramalan permintaan terbaik dengan akurasi terbaik,

    jarak waktu antar pengadaan (T), persediaan pengaman (SS), dan tingkat

    persediaan maksimum (M).

    1.6 Metodologi Penelitian

    Pada bagian berikut ini diberikan langkah-langkah metodologi yang

    digunakan dalam penelitian perencanaan pengadaan obat-obatan dalam instalasi

    farmasi RS dengan periodic review model seperti yang digambarkan pada Gambar

    1.2 dengan uraian sebagai berikut:

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 6

    Universitas Indonesia

    Gambar 1.2. Diagram Alir Metodologi Penelitian

    1. Identifikasi masalah

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 7

    Universitas Indonesia

    Penentuan tema dan fokus penelitian dilakukan melalui studi literatur.

    Literatur yang dipelajari adalah tentang teori tentang perencanaan dan

    pengendalian persediaan, teori peramalan, pengetahuan tentang instalasi

    farmasi RS, dan sistem pengadaan obat-obatan RS.

    2. Perumusan masalah

    Setelah mengidentifikasikan masalah dengan studi literatur, diperoleh

    rumusan masalah yaitu: tidak optimalnya hasil perencanaan pengadaan

    obat-obatan di RS, terlihat dari ketersediaan obat-obatan yang hanya

    mencapai 80%, aktivitas pengadaan yang tidak efisien, dan biaya

    persediaan yang tinggi.

    3. Penentuan tujuan penelitian

    Tujuan penelitan didasarkan pada rumusan masalah. Tujuan penelitian ini

    adalah memperoleh perencanaan pengadaan obatan-obatan yang optimal

    dengan periodic review model, untuk menjamin ketersediaan obat dan

    mengefisienkan aktivitas pengadaan.

    4. Pengumpulan data

    Data-data yang diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian ini adalah:

    Nilai obat untuk analisis Pareto

    Data pemasok obat

    Data historis permintaan

    Komponen biaya dan lead time

    Service level saat ini

    Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

    Wawancara dengan narasumber untuk mengetahui kebijakan

    perencanaan persediaan saat ini

    Pengumpulan data sekunder

    Observasi langsung untuk mengetahui kondisi gudang

    5. Pembuatan Model dan Pengolahan Data

    Model yang dipakai berdasarkan pada teori periodic review model. Model

    ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan obat dan mengefisienkan

    rangkaian aktivitas pengadaan obat-obatan. Setelah itu, dibuat pula

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 8

    Universitas Indonesia

    program (dalam bentuk Microsoft Excel dengan aplikasi VBA) untuk

    pemakaian secara berkelanjutan.

    6. Analisis Hasil

    Pada tahap ini setiap hasil yang diperoleh akan diinterpretasikan dan

    dievaluasi, yaitu perbandingan perencanaan pengadaan saat ini dengan

    hasil dari metode perencanaan pengadaan yang diusulkan, terdiri dari

    analisis metode peramalan, analisis hasil dari periodic review model, dan

    analisis program perancanaan pengadaan.

    7. Penarikan kesimpulan

    Pada tahap ini, kesimpulan ditarik berdasarkan analisis hasil pengolahan

    data.

    1.7 Sistematika Penulisan

    Penelitian dalam skripsi ini mengikuti standar Pedoman Tugas Akhir

    Universitas Indonesia, terdiri dari Bab Pendahuluan hingga Kesimpulan. Bab

    pertama berisi latar belakang dalam merumuskan masalah yang akan menjadi

    bahan penelitian yang juga digambarkan dalam diagram keterkaitan masalah.

    Pada bab ini juga dijelaskan tujuan penelitian, ruang lingkup yang menjadi fokus

    penelitian, dan sistematika penulisan.

    Bab kedua berisi konsep-konsep dan metodologi yang digunakan sebagai

    bahan referensi dalam merancang sistem perencanaan pengadaan obat-obatan di

    RS. Teori-teori yang terkait adalah tentang perencanaan dan pengendalian

    persediaan, teori peramalan, pengetahuan tentang instalasi farmasi RS, dan

    perencanaan pengadaan obat-obatan RS yang tertuang dalam metode periodic

    review model.

    Bab ketiga berisi deskripsi dari kondisi kebijakan persediaan RS saat ini

    dan data-data yang diperlukan sebagai bahan masukan dalam membuat

    perencanaan pengadaan persediaan di RS.

    Bab keempat berisi hasil pengolahan data dengan metode periodic review

    model. Pada bab ini juga akan dijelaskan analisis usulan perencanaan pengadaan

    dan penerapan dalam aktivitas pengadaan secara rutin.

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 9

    Universitas Indonesia

    Setelah pengolahan data dan analisis dari setiap hasil yang didapat,

    dibuatlah bab kesimpulan. Bab ini berisi kesimpulan penelitian dan

    rekomendasi perencanaan pengadaan yang sesuai dengan karakter rantai

    suplai di RS berdasarkan analisis dan pengolahan data.

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 10Universitas Indonesia

    BAB 2LANDASAN TEORI

    2.1 Persediaan

    Persediaan adalah akumulasi sumber daya material yang disimpan dalam

    sistem transformasi. Semua kegiatan memiliki simpanan material, walaupun

    tipenya berbeda-beda. Tingkat kepentingan jenis persediaan yang disimpan sangat

    tergantung pada kegiatan utama suatu perusahaan. Tabel 2.1 menunjukkan

    beberapa contoh persediaan pada perusahaan/institusi yang berbeda.

    Tabel 2.1. Contoh Persediaan

    (Sumber: Operations Management Fifth Edition, 2007)

    Persediaan diperlukan karena ada perbedaan waktu atau jumlah suplai dan

    permintaan. Jika suplai dari setiap barang tersedia tepat ketika ada permintaan,

    barang tersebut tidak perlu disimpan. Perbedaan waktu dan jumlah ini dapat

    dianalogikan dengan tangki air seperti pada Gambar 2.1. Jika dari waktu ke

    waktu, debit air yang masuk (suplai) berbeda dengan debit air yang keluar

    (permintaan), tangki air (persediaan) akan diperlukan untuk mengelola suplai.

    Ketika debit air yang masuk melebihi debit air yang keluar, jumlah persediaan

    meningkat; ketika debit air yang keluar melebihi debit air yang masuk, persediaan

    menurun. Jadi, jika perusahaan dapat menyesuaikan debit air yang masuk dengan

    debit air yang keluar, maka perusahaan tersebut dapat mengatur tingkat

    persediaan.

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 11

    Universitas Indonesia

    Gambar 2.1. Persediaan sebagai Kompensasi Perbedaan Intensitas Suplai danPermintaan

    (Sumber: Operations Management Fifth Edition, 2007)

    Sistem manajemen persediaan pada umumnya bertujuan untuk

    menyeimbangkan ketersediaan barang atau pelayanan terhadap konsumen dengan

    biaya pengadaan barang tersebut. Meminimumkan biaya yang berkaitan dengan

    pengadaan barang adalah salah satu cara untuk mencapai tingkat ketersediaan

    barang.

    Ketersediaan barang diukur dari probabilitas kemampuan untuk memenuhi

    permintaan dari jumlah persediaan yang dimiliki. Probabilitas ini disebut service

    level. Service level ditunjukkan dengan nilai antara 0 dan 1. Service level dicapai

    dengan mengendalikan jumlah permintaan yang tidak dapat dipenuhi.

    (2.1)

    (2.2)

    s’dE(z) menunjukkan jumlah persediaan yang akan habis pada jarak waktu

    antar pengadaan. E(z) disebut unit normal loss integral yang nilainya dibentuk

    dalam tabel sebagai fungsi dari deviasi normal z. D/Q menunjukkan frekuensi

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 12

    Universitas Indonesia

    pengadaan per satuan waktu. Frekuensi pengadaan dikalikan dengan jumlah

    persediaan yang akan habis pada jarak waktu antar pengadaan sama dengan

    jumlah persediaan yang akan habis selama satuan periode waktu.

    2.2 Perencanaan dan Pengendalian Persediaan

    Pada setiap titik dalam sistem persediaan, manajer operasional perlu

    mengkoordinasikan aktivitas harian untuk menjamin lancarnya sistem.

    Permintaan akan datang dari konsumen dan mengurangi jumlah persediaan.

    Pemesanan barang perlu dilakukan untuk menggantikan persediaan yang sudah

    terpakai untuk memenuhi permintaan. Dalam mengelola sistem ini, tiga jenis

    keputusan yang perlu diambil adalah:

    Berapa banyak yang akan dipesan? (berkaitan dengan peramalan

    permintaan dan biaya persediaan)

    Kapan pemesanan barang akan dilakukan? (berkaitan dengan review

    model)

    Bagaimana cara mengontrol sistem persediaan? (berkaitan dengan sistem

    pengendalian persediaan)

    2.2.1 Peramalan Permintaan

    Karakteristik permintaan perlu diketahui dengan baik sehingga metode

    peramalan yang digunakan sesuai dengan karakteristik permintaan tersebut.

    Peramalan permintaan sangat penting karena menjadi masukan dasar untuk

    perencanaan dan pengendalian semua area fungsional, seperti logistik, pemasaran,

    produksi, dan keuangan. Peramalan pada area logistik berkaitan dengan karakter

    perubahan permintaan dari waktu ke waktu, besar variabilitasnya, dan derajat

    acak (degree of randomness).

    Tingkat permintaan dari waktu ke waktu akan membentuk suatu pola.

    Permintaan akan disebut permintaan reguler jika polanya membentuk salah satu

    dari tiga pola berikut: pola permintaan acak yang tidak memiliki kecenderungan

    dan musim, pola permintaan acak dengan kecenderungan naik/turun namun tidak

    musiman, atau pola permintaan acak dengan kecenderungan dan musiman.

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 13

    Universitas Indonesia

    Selama variasinya kecil, peramalan permintaan akan mudah didapatkan dari

    beberapa prosedur peramalan yang terkenal.

    Ketika permintaan tergolong jarang karena rendahnya total permintaan

    dan tingginya ketidakpastian tentang kapan dan berapa jumlah permintaan,

    permintaan disebut lumpy atau tidak reguler. Contohnya dapat dilihat pada

    Gambar 2.2. Pola permintaan yang lumpy memiliki ciri-ciri permintaan yang tidak

    sering dan berjumlah besar. Pada lingkungan pengawasan secara periodik, hal ini

    ditunjukkan dengan banyaknya periode yang permintaannya 0 (nol) dan ketika

    ada permintaan, jumlahnya cenderung besar 1 . Secara statistik, karakteristik

    permintaan yang lumpy ditunjukkan dengan membandingkan standar deviasi

    permintaan historis (sd) dan rata-rata permintaan historis (d). Ballou (2004)

    mengatakan ”since sd > d, the item is believed to have a lumpy demand pattern”

    (h. 367). Permintaan dengan pola lumpy tidak mudah diramalkan dengan prosedur

    peramalan yang dipakai secara umum. Namun, karena jenis barang ini umumnya

    mencapai 50% dari semua jenis persediaan, prosedur peramalannya tetap harus

    dipertimbangkan dengan baik.

    Gambar 2.2. Pola Permintaan Tidak Reguler/Lumpy

    (Sumber: Introduction to Logistics Systems Planning and Control, 2004)

    1 Schultz, Carl R. (1987). Forecasting and inventory control for sporadic demand under periodic review. The Journal of The Operation Research Society, 38, 453-458.

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • Peramalan adalah usaha yang dlakukan untuk memperkirakan permintaan

    dari variabel-variabel yang tidak pasti.

    memerlukan prediksi

    dan permintaan. Metode peramalan dikelompokkan menjadi

    yaitu kualitatif dan kuantitatif.

    Gambar 2.

    (Sumber: Introduction to Logistics Systems Planning and Control

    2.2.1.1 Metode Kualitatif

    Metode kualitatif

    komparatif yang menghasilkan perkiraan kuantitatif untuk masa yang akan

    Kualitatif

    Sales force assessment

    Penelitian pasar

    Metode Delphi

    Universitas Indonesia

    adalah usaha yang dlakukan untuk memperkirakan permintaan

    variabel yang tidak pasti. Perencanaan dan pengendalian persediaan

    ksi karena adanya perbedaan waktu dalam menyesuaikan suplai

    Metode peramalan dikelompokkan menjadi dua kategori besar

    dan kuantitatif.

    Gambar 2.3. Klasifikasi Metode Peramalan

    Introduction to Logistics Systems Planning and Control, 200

    2.2.1.1 Metode Kualitatif

    de kualitatif menggunakan penilaian, intuisi, survei

    menghasilkan perkiraan kuantitatif untuk masa yang akan

    Metode Peramalan

    Kualitatif

    Sales force assessment

    Penelitian pasar

    Metode Delphi

    Kuantitatif

    Metode Kausal

    Regresi

    Model ekonometri

    Model masukan-keluaran

    Analisis siklus hidup

    Model simulasi komputer

    Neural network

    Deret waktu

    Teknik dasar

    Rata-rata bergerak

    Teknik pemulusan eksponensial

    Pendekatan dekompsosisi

    Metode BoxJenkins

    14

    Universitas Indonesia

    adalah usaha yang dlakukan untuk memperkirakan permintaan

    Perencanaan dan pengendalian persediaan

    karena adanya perbedaan waktu dalam menyesuaikan suplai

    dua kategori besar

    , 2004)

    survei, atau teknik

    menghasilkan perkiraan kuantitatif untuk masa yang akan

    Teknik dasar

    rata bergerak

    Teknik pemulusan eksponensial

    Pendekatan dekompsosisi

    Metode Box-

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 15

    Universitas Indonesia

    datang. Informasi yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi

    ramalan biasanya tidak kuantitatif dan subjektif. Data historis tidak tersedia atau

    hanya sedikit mempengaruhi peramalan permintaan yang akan datang. Karakter

    metode yang tidak ilmiah ini membuat metode kualitatif sulit untuk

    distandarisasikan dan divalidasikan akurasinya. Namun, mungkin saja hanya

    metode ini yang dapat dipakai pada suatu kondisi, misalnya untuk meramalkan

    penjualan produk baru, perubahan kebijakan pemerintah, atau dampak dari

    teknologi baru. Metode ini biasanya digunakan untuk peramalan jangka sedang

    hingga jangka panjang.

    Pada pendekatan sales force assessment, ramalan permintaan berasal dari

    divisi sales. Dasar pemikirannya adalah divisi sales dapat membuat perkiraan

    yang akurat karena mengetahui perilaku pelanggan. Melalui penelitian pasar,

    ramalan permintaan didasarkan pada hasil survei pelanggan atau pengguna

    potensial. Pendekatan ini membutuhkan waktu lama untuk menghasilkan ramalan

    dan membutuhkan pengetahuan yang baik tentang teori sampling. Pada metode

    Delphi, ramalan dibuat berdasarkan pendapat para ahli yang didapat melalui

    kuesioner. Teknik ini biasanya digunakan untuk memperkirakan pengaruh

    perubahan politik atau ekonomi makro pada permintaan produk tertentu.

    2.2.1.2 Metode Kuantitatif

    Metode kuantitatif dapat dipakai secara efektif untuk peramalan jangka

    pendek jika data historis permintaan tersedia. Dasar dari pemikiran ini adalah

    membuat asumsi bahwa permintaan pada waktu yang akan datang merupakan

    replikasi dari permintaan masa lalu. Karakter metode yang kuantitatif ini

    memungkinkan adanya pemakaian model matematis dan statistik sebagai alat

    bantu utama untuk membuat ramalan. Metode ini dibagi dua, yaitu kausal dan

    deret waktu. Aturan dasar dalam memilih satu dari sekian banyak metode

    peramalan adalah memilih pendekatan yang sederhana terlebih dahulu karena

    lebih mudah dimengerti dan dijelaskan, serta dapat memberikan hasil yang sama

    atau bahkan lebih baik daripada metode yang kompleks.2

    2 Ghiani, G., Laporte, G., & Musmanno, R. (2004). Introduction to logistics systems planning and control. West Sussex: John Wiley & Sons Ltd. h. 29.

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 16

    Universitas Indonesia

    Dasar pemikiran model kausal adalah tingkat ramalan permintaan

    dipengaruhi oleh variabel-variabel lain. Metode ini memerlukan penjabaran

    hubungan sebab akibat yang baik sehingga dapat mengatisipasi perubahan besar

    pada pola permintaan dan menjadi pilihan metode peramalan yang akurat untuk

    jangka menengah hingga jangka panjang. Masalah utama pada pemakaian metode

    ini adalah sulitnya menentukan variabel kausal. Penentuan variabel ini umumnya

    akan memerlukan banyak waktu. Gambar 2.2 menunjukkan beberapa teknik yang

    tergolong metode kausal, namun hanya regresi yang banyak dipakai. Regresi

    adalah metode statistik yang menghubungkan variabel dependen y (yang

    mewakili ramalan permintaan) dengan beberapa variabel kausal x1, x2, …, xn yang

    nilainya diketahui atau dapat diprediksi. Fungsi y dirumuskan pada rumus (2.3).

    Hubungannya mungkin saja linier seperti pada rumus (2.4) atau tidak linier.

    Karena itulah, data observasi mengenai hubungan variabel kausal dengan variabel

    dependen harus tersedia.

    (2.3)

    (2.4)

    Metode deret waktu mengasumsikan bahwa pola permintaan historis sama

    dengan permintaan yang akan datang. Teknik-teknik dalam metode ini cocok

    untuk peramalan permintaan jangka pendek hingga sedang karena pada jangka

    tersebut kemungkinan perubahan sangat kecil.

    Dekomposisi deret waktu memakai asumsi bahwa pola permintaan produk

    disebabkan oleh efek-efek yang diuraikan menjadi: kecenderungan, variasi siklis,

    variasi musiman, dan variasi jumlah. Teknik dasar adalah pendekatan peramalan

    permintaan yang dipakai pada kondisi pola permintaan masa lalu yang memiliki

    ciri-ciri: tidak menunjukkan efek siklis, tidak menunjukkan pola musiman, dan

    kecenderungannya konstan. Ramalan permintaan harus dibuat hanya untuk satu

    periode berikutnya, seperti ditunjukkan pada rumus (2.5). pT+1 menunjukkan

    ramalan pada periode T+1 dan dT menunjukkan permintaan aktual pada periode

    T. Hasil ramalan ini cenderung kurang akurat.

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 17

    Universitas Indonesia

    (2.5)

    Metode rata-rata bergerak memakai rata-rata dari permintaan historis

    terakhir selama r bulan sebagai ramalan satu periode berikutnya (r > 1). dT+k

    menunjukkan permintaan aktual pada periode T+k.

    Metode pemulusan eksponensial (atau juga disebut metode Brown) adalah

    evolusi dari teknik rata-rata bergerak. Ramalan permintaan didapatkan dengan

    mempertimbangkan semua data historis dan memberi bobot pada data yang lebih

    lama (old). Ramalan permintaan untuk satu periode yang akan datang didapat

    melalui rumus:

    (2.7)

    di mana a (0,1) adalah konstanta pemulusan. pT menunjukkan ramalan

    permintaan untuk periode T yang dibuat pada periode T – 1 dan dT menunjukkan

    data permintaan aktual periode T. Pemilihan nilai a sangat mempengaruhi hasil

    dari metode pemulusan eksponensial. Nilai a yang tinggi artinya bobot lebih

    besar diberikan pada data permintaan aktual periode terbaru sehingga variasi

    permintaan dapat diikuti dengan cepat. Berbeda dengan itu, nilai a yang lebih

    rendah artinya metode peramalan tidak terlalu bergantung kepada fluktuasi acak,

    tetapi juga tidak dapat menyesuaikan variasi dengan cepat. Biasanya nilai a yang

    dipilih adalah antara 0.01 sampai 0.3. Namun, nilai lebih besar juga

    direkomendasikan untuk pola permintaan yang cepat berubah-ubah.

    Metode Box-Jenkins terdiri dari tiga prosedur. Pertama, identifikasi

    metode peramalan apa saja yang cocok untuk data historis yang ada. Data historis

    dipakai untuk membangkitkan rangkaian fungsi korelasi, setelah itu dibandingkan

    satu sama lain. Prosedur kedua yaitu evaluasi parameter. Pada prosedur ini

    (2.6)

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 18

    Universitas Indonesia

    dilakukan pemilihan koefisien metode peramalan yang meminimumkan

    mean squared error. Prosedur terakhir adalah menentukan fungsi autokorelasi

    kesalahan untuk memverifikasi kelayakan metode yang dipilih. Ketika ada data

    permintaan baru yang dimasukkan, semua prosedur diulangi kembali.

    2.2.1.3 Metode Croston

    Metode-metode yang sudah dijelaskan di atas kurang dapat diterapkan

    pada pola permintaan lumpy. Metode yang secara umum digunakan untuk

    membuat ramalan permintaan lumpy adalah metode Croston3. Metode ini terdiri

    dari metode pemulusan eksponensial tunggal terpisah untuk meramalkan jumlah

    permintaan dan jarak waktu antar permintaan. Permintaan pada periode t

    dilambangkan dengan Dt. Jika Dt > 0 (ada permintaan), pembaruan peramalan

    untuk rata-rata jumlah permintaan dan rata-rata jumlah periode antara permintaan

    yang satu dan permintaan berikutnya ditentukan dengan persamaan:

    (2.8)

    dan

    (2.9)

    di mana a dan b adalah konstanta pemulusan, j adalah jumlah periode sejak

    permintaan terakhir, adalah ramalan jumlah permintaan rata-rata pada akhir

    periode t, dan adalah perkiraan jumlah periode antara rata-rata permintaan

    yang satu dengan permintaan berikutnya. Jika Dt = 0, ramalan tidak perlu

    diperbarui.

    2.2.1.4 Akurasi Ramalan

    Masa depan tidak dapat dicerminkan dengan sempurna oleh kejadian di

    masa lalu. Karena itulah, akurasi ramalan dinilai berdasarkan derajat kesalahan.

    3 Shenstone, Lydia & Hyndman, Rob J. (2005). Research: Stochastic models underlying croston’s method for intermittent demand forecasting. February 2, 2005. Monash University.

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 19

    Universitas Indonesia

    Derajat kesalahan menunjukkan seberapa tepat ramalan memprediksikan

    permintaan yang akan datang. Kesalahan ramalan didefinisikan seperti pada

    rumus (2.8) sedangkan standar deviasi dari ramalan (standard error of forecast)

    diekspresikan pada rumus (2.9). Jika ada beberapa metode peramalan yang

    dipakai untuk membuat ramalan permintaan yang akan datang, maka metode

    terbaik adalah metode yang memberikan standar deviasi ramalan terkecil.

    (2.10)

    (2.11)

    2.2.2 Biaya Persediaan

    Biaya yang berkaitan dengan sistem pengadaan persediaan dapat

    dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu: biaya pengadaan, biaya

    penyimpanan, biaya stockout, dan biaya keusangan. Biaya pengadaan adalah

    biaya untuk mendapatkan persediaan. Jenis biaya ini dibagi lagi menjadi common

    cost dan procurement cost. Common cost adalah biaya yang jumlahnya tidak

    tergantung pada jumlah jenis barang yang dibeli sedangkan procurement cost

    adalah biaya yang besarnya tergantung pada banyaknya jenis barang yang dibeli.

    Beberapa contoh bagian dari biaya pengadaan ini adalah:

    Reorder cost, yaitu biaya pembuatan dan pengolahan pesanan melalui

    divisi pembelian dan keuangan (jika barang dibeli), atau biaya pengaturan

    proses produksi (jika barang dibuat oleh perusahaan itu sendiri)

    Purchasing cost atau manufacturing cost, tergantung kepada apakah

    barang dibeli dari pemasok atau dibuat oleh perusahaan

    Biaya penanganan barang pada titik penerimaan

    Kategori biaya yang kedua adalah biaya penyimpanan. Biaya

    penyimpanan muncul ketika barang disimpan dalam jangka waktu tertentu. Jenis

    biaya ini terdiri dari:

    Opportunity/capital cost yang menunjukkan return on investment yang

    akan diperoleh perusahaan jika nilai uang dari persediaan yang disimpan

    diinvestasikan pada kegiatan ekonomi yang lebih menguntungkan

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 20

    Universitas Indonesia

    (misalnya pasar saham). Biaya ini umumnya dihitung berdasarkan suku

    bunga bank.

    Warehousing cost. Jika perusahaan memiliki gudang sendiri, maka biaya

    ini terdiri dari biaya pembangunan ruangan dan perlengkapan, upah

    karyawan, asuransi persediaan, biaya pemeliharaan, biaya energi, dan

    pajak bangunan. Jika perusahaan menyewa gudang, biaya pembangunan

    digantikan dengan biaya sewa gudang tersebut.

    Kategori biaya selanjutnya adalah biaya stockout. Biaya stockout muncul

    jika permintaan pelanggan tidak dapat dipenuhi. Biaya ini sangat dipengaruhi

    oleh perilaku pelanggan dan sulit untuk dievaluasi dengan akurat. Biaya ini dapat

    diklasifikasikan sebagai berikut:

    Biaya kehilangan penjualan (lost sales), yaitu biaya yang muncul jika

    barang yang tidak dapat dipenuhi permintaannya mudah didapatkan dari

    pesaing. Biaya kehilangan penjualan adalah keuntungan yang hilang

    karena permintaan suatu barang tidak dapat dipenuhi dan adanya efek

    negatif stockout terhadap penjualan pada waktu yang akan datang.

    Biaya backorder. Ketika barang tidak memiliki substitusi, permintaan

    yang tidak dapat dipenuhi akan dipenuhi pada waktu yang akan datang.

    Hal ini akan menimbulkan biaya penalti.

    Kategori biaya yang keempat adalah biaya keusangan. Biaya keusangan

    muncul ketika barang yang disimpan kehilangan sebagian nilainya dari waktu ke

    waktu. Hal ini terjadi pada persediaan makanan yang semakin membusuk,

    persediaan pakaian yang akan ketinggalan jaman, atau persediaan koran yang

    tidak terjual. Barang tersebut memiliki nilai tertentu pada akhir masa hidupnya,

    disebut dengan salvage value.

    Biaya pengadaan dan stockout akan berbanding terbalik dengan kuantitas

    barang yang dibeli, sedangkan biaya penyimpanan berbanding lurus dengan

    kuantitas persediaan. Hubungan antara biaya persediaan dengan kuantitas barang

    yang dibeli adalah seperti pada Gambar 2.4. Gambar ini menunjukkan bahwa dari

    waktu ke waktu, biaya total awalnya akan menurun, lalu pada titik perpotongan

    antara fungsi biaya penyimpanan dan biaya pengadaan pergerakan biaya total

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 21

    Universitas Indonesia

    menjadi naik. Karena itulah, penetapan kuantittas ini diperlukan untuk

    mengoptimalkan komponen-komponen biaya yang terkait dengan persediaan.

    Gambar 2.4. Hubungan Biaya Persediaan dengan Jumlah Barang yang Dibeli

    (Sumber: Business Logistics/Supply Chain Management, 2004)

    2.2.3 Periodic Review Model

    Sebelum lebih jauh menjelaskan tentang Periodic Review Model, perlu

    diketahui bahwa secara garis besar ada dua pendekatan dalam sistem pengadaan

    barang. Pendekatan yang umumnya dipelajari adalah continous review. Pada

    pendekatan ini, pengawasan jumlah persediaan harus dilakukan terus-menerus.

    Pembelian barang akan dilakukan ketika jumlah persediaan mencapai titik

    pemesanan kembali. Kelebihan dari pendekatan ini adalah walaupun waktu

    pengadaan barang tidak tetap (tergantung pada variasi tingkat permintaan), jumlah

    barang yang dibeli (Q) adalah konstan dan dapat diatur pada kuantitas pemesanan

    ekonomis yang optimum. Pengawasan persediaan yang terus-menerus ini

    memerlukan banyak waktu, tetapi pada lingkungan yang pencatatannya sudah

    terkomputerisasi, hal ini bukanlah masalah kecuali jika pencatatannya tidak

    akurat.

    Pendekatan alternatif yang jauh lebih sederhana adalah pendekatan

    periodic review. Dengan pendekatan ini, pengadaan barang dilakukan pada jarak

    Tot

    al r

    elev

    ant c

    ost

    Biaya total

    Biaya penyimpanan

    Biaya pengadaan & stockout

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 22

    Universitas Indonesia

    waktu yang tetap dan reguler. Jumlah persediaan hanya perlu diketahui pada akhir

    setiap periode, lalu dilakukan pengadaan untuk menaikkan jumlah persediaan

    sampai titik tertentu yang telah ditentukan. Titik persediaan maksimum ini

    merupakan antisipasi untuk memenuhi permintaan selama interval waktu antar

    pengadaan barang dan lead time kedatangan barang. Persediaan pengaman juga

    perlu dihitung untuk mengantisipasi variasi permintaan. Pendekatan ini

    digambarkan pada Gambar 2.5.

    Gambar 2.5. Pendekatan Periodic Review dengan Permintaan Probalistik danLead Time

    (Sumber: Operations Management, 2007)

    Pendekatan untuk menghitung jarak antar periode pengadaan (T*) dimulai

    dengan penghitungan model pengendalian persedian dasar (Q*).

    (2.12)

    (2.13)

    Lalu, titik di mana probabilitas tidak terjadinya stockout setara dengan

    area di bawah kurva distribusi normal adalah sama dengan titik tingkat persediaan

    maksimum (M*). Jumlahnya dihitung dengan rumus berikut:

    (2.14)

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 23

    Universitas Indonesia

    d(T* + LT) adalah rata-rata distribusi permintaan selama jarak antar periode

    pengadaan dan lead time, d adalah rata-rata permintaan per periode, dan s’d adalah

    standar deviasi dari distribusi permintaan selama jarak antar periode pengadaan

    dan lead time. Standar deviasi ini dihitung dengan rumus sebagai berikut:

    (2.15)

    Model periodic review yang sudah dijelaskan di atas adalah untuk satu

    jenis barang. Pada model tersebut diasumsikan bahwa setiap jenis barang yang

    menjadi persediaan dikendalikan sendiri-sendiri, tidak berhubungan dengan yang

    lain. Pada banyak perusahaan, ini bukanlah asumsi yang benar karena beberapa

    jenis barang dapat dibeli dari pemasok yang sama atau diproduksi pada waktu dan

    tempat yang sama. Pengadaan beberapa jenis barang pada waktu yang sama dapat

    memberikan keuntungan ekonomis, seperti mendapat diskon atau hanya

    membutuhkan sedikit alat pembawa (carrier). Karena itulah, diperlukan kebijakan

    persediaan yang disebut pemesanan bersama. Kebijakan pemesanan bersama

    menentukan waktu pengadaan untuk semua jenis barang yang pembeliaannya

    dilakukan bersamaan, lalu menghitung tingkat persediaan maksimum untuk setiap

    jenis barang (M*) yang dikaitkan dengan biaya dan service level.

    (2.16)

    O adalah common cost dan i menunjukkan jenis barang. Tingkat persediaan

    maksimum untuk setiap jenis barang didapatkan melalui rumus:

    (2.17)

    Nilai z pada z(s’d) menunjukkan angka standar deviasi dari rata-rata

    distribusi permintaan selama lead time yang memberikan probabilitas ada

    persediaan selama periode lead time (P). Nilai z didapat dari tabel distribusi

    normal untuk area di bawah kurva P. Nilai z disebut juga faktor keamanan yang

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 24

    Universitas Indonesia

    menunjukkan service level tertentu. Tabel 2.2 menunjukkan beberapa nilai faktor

    keamanan yang sering digunakan.

    Tabel 2.2. Nilai Safety Factor

    Service Level (%) Faktor Keamanan

    50 0.0075 0.6780 0.8485 1.0490 1.2894 1.5695 1.6596 1.7597 1.8898 2.0599 2.33

    99.86 3.0099.99 4.00

    (Sumber: Introduction to Materials Management, 2004)

    Hasil dari periodic review model dapat ditunjukkan dengan service level,

    dengan penghitungan seperti pada rumus 2.2. Dalam periodic review model, M.

    Eric Johnson, Hau L. Lee, Tom Davis, dan Robert Hall (1995) dalam karyanya

    Expressions for Item Fill Rates in Periodic Inventory Systems menyatakan bahwa

    perencanaan dapat dikatakan akurat ketika service level mencapai lebih dari 90%

    dan variabilitas permintaan rendah (Ballou, 2004, h. 361).

    2.2.4 Sistem Pengawasan Persediaan

    Persediaan memiliki kompleksitas tersendiri dalam pengawasannya.

    Ribuan jenis persediaan, yang disuplai dari ratusan pemasok berbeda, dengan

    ribuan pelanggan, memungkinkan terjadinya kompleksitas dalam aktivitas

    pengawasan persediaan sehari-hari. Untuk mengendalikan kompleksitas ini,

    pengelola perlu melakukan dua hal. Pertama, harus ada pembedaan jenis-jenis

    persediaan sehingga dapat diterapkan tingkat pengawasan yang berbeda-beda

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 25

    Universitas Indonesia

    tergantung pada tingkat kepentingan persediaan. Kedua, perlu dilakukan investasi

    sistem informasi yang sesuai dengan kondisi rantai suplai persediaan.

    Jenis persediaan tertentu mungkin saja lebih penting dibandingkan jenis

    persediaan lainnya. Beberapa jenis barang memiliki tingkat pemakaian yang

    sangat tinggi sehingga banyak pelanggan yang akan kecewa jika kehabisan

    persediaan barang tersebut. Jenis barang lainnya memiliki nilai/harga cukup

    tinggi, sehingga membutuhkan cukup banyak dana untuk menyimpan barang

    tersebut dalam jumlah banyak. Salah satu cara untuk membedakan persediaan

    adalah memberi peringkat berdasarkan nilai pemakaian (jumlah yang

    terpakai/terjual dikalikan dengan nilai/harga satu unit barang). Jenis barang

    dengan nilai pemakaian tinggi mendapatkan pengawasan penuh, sedangkan jenis

    barang dengan nilai pemakaian rendah hanya membutuhkan pengawasan yang

    cukup (lebih jarang dibandingkan jenis barang dengan nilai pemakaian tinggi).

    Umumnya, sedikit jenis barang memberikan proporsi nilai pemakaian yang besar.

    Fenomena ini dikenal sebagai hukum Pareto, atau disebut juga dengan aturan

    80/20. Hukum Pareto juga disebut aturan 80/20 yang diartikan menjadi 80%

    penjualan berasal dari 20% jenis barang. Hukum Pareto juga digunakan pada

    bidang lain pada manajemen operasional. Dalam konteks pengawasan persediaan,

    aturan ini dipakai untuk mengklasifikasikan jenis barang berdasarkan nilai

    pemakaian. Salah satu klasifikasi yang sering dipakai adalah sebagai berikut:

    Kelas A: 20% jenis barang memberikan penjualan sekitar 80%

    Kelas B: 30% jenis barang memberikan penjualan sekitar 15%

    Kelas C: 50% jenis barang memberikan penjualan sekitar 5% 4

    Contoh dari grafik hasil klasifikasi Hukum Pareto dapat dilihat pada

    Gambar 2.6.Selain nilai pemakaian, kriteria di bawah ini juga dapat dipakai untuk

    mengklasifikasikan persediaan:

    Konsekuensi stockout. Prioritas tinggi diberikan kepada jenis barang yang

    menyebabkan penundaan atau mengganggu aliran operasional lainnya,

    atau merugikan pelanggan, jika persediaan habis.

    4 Arnold, J. R. Tony & Chapman, Stephen N. (2004). Introduction to materials management (5thed.). Pearson Prentice Hall: New Jersey. h. 250.

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 26

    Universitas Indonesia

    Ketidakpastian suplai. Beberapa jenis barang, walaupun nilainya rendah,

    mungkin saja membutuhkan perhatian lebih jika suplai tidak pasti.

    Gambar 2.6. Contoh Grafik Hukum Pareto

    (Sumber: Operations Management, 2007)

    Risiko keusangan atau pembusukan tinggi. Jenis barang yang dapat

    kehilangan nilainya karena keusangan atau pembusukan mungkin

    membutuhkan perhatian dan pengawasan ekstra.

    Sistem klasifikasi yang lebih kompleks mungkin memasukkan kriteria-

    kriteria di atas dengan klasifikasi berbeda untuk setiap kriteria. Misalnya, suatu

    jenis barang mungkin dikelompokkan sebagai kelas A/B/A yang berarti termasuk

    kelas A berdasarkan nilai, kelas B berdasarkan konsekuensi stockout, dan kelas A

    berdasarkan risiko keusangan.

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 27Universitas Indonesia

    BAB 3PENGUMPULAN DATA

    3.1 Profil Perusahaan

    3.1.1 Sejarah

    RS PGI Cikini adalah salah satu RS swasta tertua di Indonesia. Awalnya,

    RS ini diberi nama RS Ratu Emma yang didirikan pada tanggal 12 Januari 1898

    oleh Ny. Adriana Josina de Graaf-Kooman, istri misionaris Belanda, dengan

    tujuan untuk merawat orang-orang sakit dari berbagai golongan masyarakat tanpa

    memandang kedudukan dan untuk semua suku, bangsa, dan agama. Biaya

    pendirian RS diperoleh dari Ratu Belanda pada saat itu, yaitu Ratu Emma. Dana

    yang didapat digunakan untuk membeli bekas rumah pelukis kenamaan Raden

    Saleh di Menteng (Huis van Raden Saleh). Rumah inilah yang dijadikan RS

    dengan nama pusat layanan kesehatan Stichting Medische Voorziening Kooningen

    Emma Zuikenhuis Tjikini. RS ini terletak di pusat kota Jakarta, namun tetap

    mempertahankan suasana taman yang jarang ditemui di kota Jakarta. Namanya

    berubah menjadi RS Tjikini pada 1 Agustus 1913.

    3.1.2 Layanan yang Tersedia

    RS PGI Cikini menyediakan pelayanan kesehatan yang lengkap dan

    unggul, dengan tenaga medis dan perawatan yang berpengalaman serta

    berkualitas tinggi. Layanan-layanan yang tersedia, yaitu: layanan gawat darurat,

    unit rawat jalan, dan unit rawat inap.

    Layanan gawat darurat beroperasi setiap hari dengan kapasitas 11 tempat

    tidur, termasuk 2 kamar VIP. Tersedia pula armada ambulans untuk evakuasi

    medis dan keadaan darurat. Unit rawat jalan terdiri dari klinik penyakit dalam

    (ginjal hipertensi, hematologi, rheumatologi, endokrin, gastro, hepatologi,

    infeksi/tropik, dan jantung), klinik paru-paru, obstetrik & ginekologi, mata,

    neurologi, anak, penyakit kulit, gigi, telinga hidung tenggorokan (THT), psikiater,

    penyakit tulang, rehabilitasi, gizi, dan klinik bedah dengan spesialis bedah

    berpengalaman, juga dilengkapi dengan layanan one-day-care.

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 28

    Universitas Indonesia

    Unit rawat inap berkapasitas 341 tempat tidur yang terdiri atas kamar

    super VIP, kelas VIP, kelas semi VIP, kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Ada pula

    instalasi rawat intensif (ICU dan ICCU), instalasi rawat intensif untuk anak (ICU

    anak), instalasi perawatan bayi, juga dilengkapi dengan kamar operasi.

    Layanan instalasi penunjang medis terdiri dari instalasi laboratorium

    kesehatan, yang mencakup hematologi, kimia darah, dan mikrobiologi, serta

    instalasi radiologi dengan peralatan pemeriksaan yang canggih, seperti:

    bonedensitometer, USG & color doppler flow imaging, mammografi, radiografi,

    DSA, dan CT scan. Tersedia pula layanan lain seperti pelayanan jenazah dan

    rumah duka, pelayanan kerohanian, dan pelayanan sosio medik.

    3.2 Sistem Pengadaan Obat-obatan di RS PGI Cikini

    Obat-obatan dikelola oleh instalasi farmasi RS. Dari data tahun 2009,

    tercatat ada 3379 jenis obat yang dikelola oleh instalasi farmasi RS. Semua

    persediaan disimpan di satu gudang pusat dan diolah atau diatur pembagiannya

    pada gudang farmasi. Semua pengambilan obat, baik rawat inap ataupun rawat

    jalan dilakukan melalui instalasi farmasi .

    Aktivitas pelayanan obat dilakukan oleh pekerja farmasi. Seorang

    apoteker senior menjadi penanggung jawab pelayanan obat. Beliau memiliki staf

    yang tugasnya dibagi-bagi menjadi: pengelola obat untuk rawat inap dan obat

    untuk rawat jalan. Di gudang, aktivitas gudang dikepalai oleh seorang

    penanggung jawab dengan beberapa anggota yang melakukan aktivitas

    operasional bagian administrasi, pengawas mutasi (keluar masuknya) barang, dan

    pengawas jumlah persediaan. Selain itu, ada pula seorang karyawan yang

    tugasnya dikhususkan untuk memprediksi permintaan dan berhubungan langsung

    dengan pemasok untuk melakukan pengadaan barang. Penanggung jawab

    pelayanan obat, gudang, dan pengadaan obat bertanggung jawab langsung pada

    seorang kepala instalasi farmasi.

    Berdasarkan wawancara dengan kepala instalasi farmasi dan penanggung

    jawab pengadaan barang, diketahui bahwa perencanaan pengadaan barang dibuat

    setiap awal bulan dengan asumsi bahwa proyeksi permintaan yang akan datang

    adalah sama dengan rata-rata penjualan satu bulan sebelumnya. Tidak ada alokasi

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • dana tertentu yang menjadi batas maksimal untuk pengeluaran obat per bulan

    Gambar 3.1 memperlihatkan alur aktivitas perencanaan

    barang sampai ke gudang.

    Gambar 3.1. Alur Aktivitas Pengadaan

    Pengawasan jumlah persediaan dilakukan

    pemakaian obat yang mengikuti

    menggunakan alat bantu perangkat lunak yang bernama “Billing Farmasi”

    dapat diakses kapan pun dengan tingkat keamanan yang baik karena hanya

    karyawan yang berkepentingan saja yang dapat mengetahuinya

    ini mencatat jumlah obat yang terjual

    obat yang masuk ke

    perangkat lunak. Pencatatannya

    stok. Sebenarnya, aplikasi

    mengetahui jumlah

    namun hal ini belum dilakukan. Karena itulah, pencatatan manual

    dilakukan setiap hari.

    menghabiskan waktu dan tenaga pekerja farmasi.

    •Membuat perencanaan kebutuhan satu bulan yang akan datang

    •Rencana = rata-rata permintaan 1 bulan lalu

    Perencanaan kebutuhan

    Universitas Indonesia

    dana tertentu yang menjadi batas maksimal untuk pengeluaran obat per bulan

    Gambar 3.1 memperlihatkan alur aktivitas perencanaan pengadaan

    barang sampai ke gudang.

    Alur Aktivitas Pengadaan Obat-obatan di RS P

    Pengawasan jumlah persediaan dilakukan berdasarkan prioritas nilai

    pemakaian obat yang mengikuti Hukum Pareto. Dalam mengelola persediaan,

    menggunakan alat bantu perangkat lunak yang bernama “Billing Farmasi”

    dapat diakses kapan pun dengan tingkat keamanan yang baik karena hanya

    karyawan yang berkepentingan saja yang dapat mengetahuinya.

    umlah obat yang terjual secara lengkap. Namun, pencatatan jumlah

    obat yang masuk ke tempat penyimpanan belum tercatat dengan baik pada

    perangkat lunak. Pencatatannya masih menggunakan cara manual

    Sebenarnya, aplikasi “Billing Farmasi” dapat dipakai sebagai sarana untuk

    jumlah obat yang masuk ke tempat penyimpanan

    namun hal ini belum dilakukan. Karena itulah, pencatatan manual

    dilakukan setiap hari. Cara kerja seperti ini sangat tidak efisien karena

    menghabiskan waktu dan tenaga pekerja farmasi.

    kebutuhan satu bulan yang

    Perencanaan kebutuhan

    •Mencatat jumlah persediaan saat ini

    •Menghitung kuantitas pembelian

    Perencanaan Pembelian •Memesan obat via telepon

    kepada supplier•Membuat •Setelah obat datang,

    membuat

    29

    Universitas Indonesia

    dana tertentu yang menjadi batas maksimal untuk pengeluaran obat per bulan.

    pengadaan obat sampai

    di RS PGI Cikini

    berdasarkan prioritas nilai

    mengelola persediaan, RS

    menggunakan alat bantu perangkat lunak yang bernama “Billing Farmasi” yang

    dapat diakses kapan pun dengan tingkat keamanan yang baik karena hanya

    . Perangkat lunak

    . Namun, pencatatan jumlah

    penyimpanan belum tercatat dengan baik pada

    masih menggunakan cara manual melalui kartu

    dapat dipakai sebagai sarana untuk

    penyimpanan setiap waktu,

    namun hal ini belum dilakukan. Karena itulah, pencatatan manual masih perlu

    Cara kerja seperti ini sangat tidak efisien karena

    Memesan obat via telepon kepada supplierMembuat purchase orderSetelah obat datang, membuat receiving note

    Melakukan pembelian

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 30

    Universitas Indonesia

    3.3 Data Penelitian

    Seperti yang telah disebutkan pada Landasan Teori, diperlukan beberapa

    data untuk membentuk perencanaan pengadaan. Data-data yang diperlukan

    adalah: nilai obat untuk analisis Pareto, data pemasok obat, data historis

    permintaan, komponen biaya dan lead time, serta service level saat ini. Data-data

    yang diperoleh berasal dari aplikasi “Billing Farmasi” yang menjadi sistem

    informasi di RS, observasi langsung, dan wawancara dengan kepala bidang

    farmasi serta karyawan di instalasi farmasi.

    3.3.1 Nilai Pemakaian Obat dan Kelompok Pemasok

    Dari 3379 jenis obat yang dikelola instalasi farmasi RS, klasifikasi setiap

    kelas adalah sebagai berikut:

    Kelas A: 80,02% penjualan berasal dari 12,96% jenis obat

    Kelas B: 14,98% penjualan berasal dari 19,63% jenis obat

    Kelas C: 5% penjualan berasal dari 67,41% jenis obat

    Perencanaan pengadaan obat-obatan yang dibuat dalam penelitian ini

    dapat berlaku pada semua jenis obat. Namun, dalam penelitian ini, perencanaan

    pengadaan dibatasi untuk 30 jenis obat yang berasal dari kelas A, B, dan C.

    Sampel diambil sejumlah 20 jenis obat dengan nilai pemakaian tertinggi dari

    kelas A, 5 jenis obat dengan nilai pemakaian tertinggi dari kelas B, dan 5 jenis

    obat dengan nilai pemakaian tertinggi dari kelas C. Kelas, kumulatif % jenis obat,

    dan kumulatif % nilai pemakaian dapat dilihat pada Tabel 3.1. Suplai 30 sampel

    obat ini berasal dari 11 pemasok. Pada kondisi sebenarnya, jumlah pemasok lebih

    dari 11, dan jumlah jenis obat yang berasal dari suatu pemasok lebih banyak.

    Pengelompokkan sampel berdasarkan pemasok dapat dilihat pada Tabel 3.2.

    3.3.2 Permintaan

    Permintaan obat yang menjadi bahan penelitian ini adalah permintaan obat

    dari pasien rawat jalan dan pasien rawat inap yang tercatat lengkap pada aplikasi

    “Billing Farmasi”. Data permintaan yang diambil adalah data historis dari

    periode

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 31

    Universitas Indonesia

    Tabel 3.1. Daftar Sampel Obat

    (sumber: RS, telah diolah kembali)

    No.Klasifi-

    kasi Pareto

    Kode Nama Obat

    % Kumulatif Jenis Obat dari Total

    Jumlah Jenis Obat

    % Kumulatif

    Nilai Pemakaian Obat dari Total Nilai Pemakaian

    Obat1 A sulpea Sulperazon Ampul 0,03% 2,01%

    2 A albumb2Albummin cutter 25% 100 ml

    0,06% 3,60%

    3 A meronv2 Meronem IV 1 gr vial 0,09% 4,92%4 A clafov2 Claforan 1 gr vial 0,12% 6,21%5 A sulbaa01 Sulbacef 500 mg injeksi 0,15% 7,43%6 A terfv1 Terfacef 1 gr vial 0,18% 8,62%7 A progr Prograf 1 mg 0,21% 9,77%8 A nexiuv Nexium 40 mg injeksi 0,24% 10,91%9 A eprexv2 Eprex 4000 – 1 ml vial 0,27% 12,02%

    10 A omz40 Omz injeksi 10 ml 0,30% 13,10%11 A broadv1 Broadced 1 gr vial 0,33% 14,17%12 A caprol Caprol 40 mg / 10 ml 0,36% 15,13%13 A hemapa Hemapo 3000 iu injeksi 0,39% 15,88%14 A spuitx06 Spuit Terumo 10 cc 0,42% 16,58%15 A dianeb5 Dianeal 1,5% Twinbag 0,45% 17,28%16 A trijev1 Trijec 1 gr injeksi 0,48% 17,96%17 A meropa01 Meropenem 1 gram 0,51% 18,65%18 A losecv1 Losec 40 mg vial 0,54% 19,32%19 A lancef Lancef 1 gr injeksi 0,57% 19,96%

    20 A albumb8Albummin cutter 20% 100 ml

    0,60% 20,60%

    21 B unasyt3 Unasyn 1,5 gram vial 12,99% 80,07%22 B tanapt1 Tanapres 5 mg tablet 13,02% 80,12%23 B micart1 Micardis 40 mg tablet 13,05% 80,17%24 B infusx02 Infus Set Microdip Anak 13,08% 80,21%25 B cordat2 Cordarone Tablet 13,11% 80,26%26 C chlort1 Chlorpenon 4 mg Tablet 32,62% 95,01%27 C phisib1 Phisiogel 150 ml 32,65% 95,02%28 C rimacc4 Rimactane 600 mg Tablet 32,68% 95,03%29 C avandt1 Avandamet 4 mg / 500 mg 32,71% 95,04%30 C md-cal Md-cal Tablet 32,74% 95,05%

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 32

    Universitas Indonesia

    Tabel 3.2. Pengelompokan Sampel Obat berdasarkan Pemasok

    (sumber: RS)

    1 Januari 2009 sampai 2 Januari 2010. Karena variabilitas data yang sangat

    tinggi, data permintaan dikelompokkan menjadi satuan waktu mingguan, menjadi

    dari minggu pertama Januari 2009 sampai minggu terakhir Desember 2009.

    Dengan perubahan ini, data historis permintaan setiap obat yang tadinya 365

    periode hari menjadi 52 periode mingguan sehingga cukup menggambarkan pola

    permintaan setiap obat. Pada dasarnya, perubahan ini diperbolehkan asalkan

    jumlah total data tidak menjadi terlalu sedikit. Sebagai contoh, jika satuan waktu

    yang dipilih adalah bulanan, maka total data historis menciut menjadi dua belas

    periode bulanan. Jumlah ini dirasa sedikit dan kurang dapat menggambarkan pola

    permintaan secara detail. Tabel 3.3 menunjukkan rata-rata dan standar deviasi

    permintaan. Dari tabel dapat terlihat bahwa secara umum variabilitas permintaan

    30 sampel obat cukup besar. Karena banyaknya data permintaan, rincian

    permintaan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1.

    NoKlasifikasi

    ParetoKode

    Kode Pemasok

    NoKlasifikasi

    ParetoKode

    Kode Pemasok

    1 A sulpea 1 A sulbaa012 A omz40 2 A meropa013 B unasyt3 1 A terfv1 54 B tanapt1 1 A progr 61 A albumb2 1 A broadv12 A meronv2 2 A hemapa3 A eprexv2 3 A dianeb54 A caprol 1 A spuitx065 A albumb8 2 B infusx021 A clafov2 1 A trijev12 A nexiuv 2 A lancef3 A losecv1 1 B micart1 104 B cordat2 1 C chlort1 115 C phisib16 C rimacc47 C avandt18 C md-cal

    14

    27

    8

    3

    9

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 33

    Universitas Indonesia

    Tabel 3.3. Data Rata-rata Permintaan dan Standar Deviasi

    (sumber: RS, telah diolah kembali)

    3.3.3 Biaya dan Lead Time

    Data biaya yang dikumpulkan adalah sesuai dengan kebutuhan komponen

    biaya yang dibutuhkan untuk membeli/melakukan pengadaan barang. Komponen

    biaya yang pertama adalah biaya pengadaan yang terdiri dari common cost dan

    procurement cost. Common cost bagi RS PGI Cikini adalah biaya tenaga kerja

    yang mengelola kegiatan perencanaan dan pengadaan obat serta biaya listrik yang

    digunakan sumber energi alat bantu komputer untuk membuat perencanaan.

    Procurement cost bagi RS terdiri dari biaya administrasi untuk pembuatan

    purchase order (PO) dan biaya telepon untuk menghubungi pemasok. Jumlah PO

    rata-rata harian adalah 20 PO. Rincian biayanya adalah seperti pada Tabel 3.4.

    Tabel 3.4. Data Biaya Pengadaan

    (sumber: RS)

    No Kode D sd No Kode D sd1 sulpea 76.64 30.98 16 trijev1 39.19 20.35 2 albumb2 10.83 8.05 17 meropa01 30.71 24.53 3 meronv2 27.31 16.61 18 losecv1 37.99 20.31 4 clafov2 59.36 30.11 19 lancef 47.43 23.00 5 sulbaa01 65.56 30.81 20 albumb8 4.60 4.03 6 terfv1 64.46 21.44 21 unasyt3 2.40 4.58 7 progr 425.75 257.50 22 tanapt1 47.37 33.26 8 nexiuv 69.44 30.36 23 micart1 35.04 30.75 9 eprexv2 22.23 8.03 24 infusx02 30.04 13.77

    10 omz40 84.86 28.54 25 cordat2 65.22 43.55 11 broadv1 58.17 28.99 26 chlort1 668.25 263.6112 caprol 84.89 30.50 27 phisib1 0.81 1.48 13 hemapa 35.33 10.38 28 rimacc4 9.12 18.71 14 spuitx06 1,681.09 389.94 29 avandt1 0.67 2.86 15 dianeb5 144.46 76.81 30 md-cal 48.54 58.04

    Uraian Nominal (Rp.) Jenis BiayaBiaya tenaga kerja per bulan 2,000,000 Common costBiaya listrik per bulan 100,000 Common costBiaya telepon per bulan 100,000 Procurement costBiaya administrasi per order 200 Procurement cost

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 34

    Universitas Indonesia

    Komponen biaya yang kedua adalah biaya persediaan. Pada RS yang

    diteliti, biaya persediaan terdiri dari biaya modal (suku bunga deposito bank

    saat ini sebesar 6,50% dikalikan dengan harga beli obat) dan biaya gudang

    (biaya listrik, biaya pemeliharaan, dan biaya perlengkapan). Biaya listrik

    dibagi lagi menjadi dua nilai karena ada dua cara penyimpanan obat, yaitu

    pada suhu ruang dan suhu di bawah 0 oC (di dalam kulkas). Tenaga kerja

    yang mengelola mutasi barang dan kegiatan administrasi berjumlah 6 orang.

    Tenaga kerja yang melakukan aktivitas pemeliharaan gudang adalah satu

    orang. Rincian biayanya adalah seperti pada Tabel 3.5.

    Tabel 3.5. Data Biaya Persediaan

    (sumber: RS)

    Lead time sejak obat dipesan sampai obat masuk ke gudang adalah 2 hari,

    sama untuk setiap pemasok.

    3.3.4 Service Level

    Saat ini, service level yang sudah dicapai RS adalah sekitar 80%. Data ini

    diperoleh dari wawancara dengan karyawan bagian pelayanan obat. Obat yang

    tidak dapat dipenuhi akan disubstitusi dengan obat lain, sesuai rujukan dokter

    yang mengeluarkan resep. Jika dokter tersebut tidak mengizinkan untuk

    mensubstitusi obat, dokter akan melihat tingkat kepentingan obat tersebut. Jika

    obat tidak terlalu dibutuhkan dalam waktu dekat, pasien akan diminta mencari

    obat di luar instalasi farmasi RS (apotek lain). Jika obat harus segera dikonsumsi

    UraianNominal

    (Rp.)Satuan Waktu

    Jenis Biaya

    Biaya listrik (tanpa kulkas) 1,494,374 Per bulan ListrikBiaya listrik (dengan kulkas) 2,154,125 Per bulan ListrikBiaya tenaga kerja 2,000,000 Per bulan PemeliharaanKelengkapan alat kebersihan 50,000 Per bulan PemeliharaanBiaya pemeliharaan pendingin ruangan 60,000 Per 3 bulan PemeliharaanBiaya pemeliharaan computer 100,000 Per tahun PemeliharaanAlat tulis kantor 100,000 Per bulan Perlengkapan

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 35

    Universitas Indonesia

    dalam waktu dekat, maka pihak RS akan berusaha mencarikan obat tersebut dari

    RS lain, pemasok lain, atau apotek lain. Kedua solusi ini tentunya menimbulkan

    ketidakefesiensian kerja pengelola perencanaan pengadaan obat-obatan sehingga

    perlu dibuat perencanaan yang lebih baik untuk meningkatkan service level.

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 36Universitas Indonesia

    BAB 4PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

    4.1 Usulan Perencanaan Pengadaan Obat-obatan

    Setelah mempelajari berbagai literatur seperti yang sudah dijabarkan pada

    Landasan Teori, dapat diambil beberapa hal yang menjadi keluaran yang

    diperlukan dari perencanaan pengadaan obat-obatan RS, yaitu: keputusan tentang

    jumlah obat yang dibutuhkan dan yang perlu dibeli (procured), keputusan tentang

    kapan akan dilakukan pengadaan, serta bagaimana cara mengawasi persediaan.

    Keputusan tentang jumlah kebutuhan dapat diperoleh melalui proses peramalan

    permintaan, sedangkan keputusan tentang waktu pengadaan dan cara pengawasan

    persediaan dapat diperoleh melalui penghitungan dengan periodic review model.

    Periodic review model menjadi model yang terpilih pada penelitian ini karena

    continous review model tidak dapat diterapkan pada RS yang mengelola banyak

    jenis obat-obatan sedangkan teknologi sistem informasi komputer dan perangkat

    lunak RS yang seharusnya dapat mengotomatisasi pengambilan keputusan belum

    dapat berfungsi optimal. Aktivitas operasional pengadaan obat-obatan dengan

    periodic review model juga lebih efisien karena intensitas pengawasan persediaan

    dapat dikurangi sesuai hasil perhitungan. Rangkaian proses pada usulan

    perencanaan pengadaan obat-obatan dapat dilihat pada Gambar 4.1 sampai sampai

    Gambar 4.3.

    Gambar 4.1. Alur Peramalan Permintaan

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 37

    Universitas Indonesia

    Gambar 4.2. Alur Perhitungan Periodic Review Model

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 38

    Universitas Indonesia

    Gambar 4.3. Alur Teknis Perencanaan Pengadaan Obat-obatan

    Dengan keterangan gambar:

    Ketiga alur di atas diintegrasikan ke dalam aplikasi yang akan

    mempermudah penghitungan perencanaan pengadaan obat-obatan di RS.

    Mixrosoft Excel with Visual Basic Application (VBA) adalah perangkat lunak yang

    terpilih untuk membuat alat bantu karena beberapa keunggulan yang akan

    dijelaskan lebih lanjut pada subbab 4.3.

    4.2 Pengolahan Data

    Seperti penjabaran usulan perencanaan pengadaan obat-obatan yang

    tertera pada Gambar 4.1 sampai Gambar 4.3, ada lima proses pengolahan data

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 39

    Universitas Indonesia

    untuk mendapatkan keluaran dari perencanaan pengadaan ini. Proses-proses

    tersebut akan dijelaskan pada subbab ini.

    4.2.1 Peramalan

    Sebelum meramalkan permintaan, karakter permintaan harus diidentifikasi

    dengan baik. Langkah pertama yang dilakukan adalah menghitung rata-rata

    permintaan historis (d) dan standar deviasinya (sd) untuk melihat variabilitas

    permintaan. Sesuai dengan pernyataan pada Landasan Teori, jika standar deviasi

    lebih besar atau sama dengan rata-rata permintaan historis, maka permintaan

    disebut lumpy 1 . Langkah ini menjadi langkah pertama yang perlu dilakukan

    karena umumnya karakter permintaan di RS memiliki ciri-ciri lumpy2 sehingga

    tidak dapat diramalkan dengan metode kuantitatif yang reguler, seperti rata-rata

    bergerak atau pemulusan eksponensial tunggal.

    Data yang dipakai adalah data mingguan selama tahun 2009. Berdasarkan

    informasi dari karyawan bidang pelayanan obat, biasanya pola permintaan

    berulang setiap 3 bulan. Asumsi ini hanya berdasarkan intuisi, belum dibuktikan

    berdasarkan data yang ada. Karena itulah, range data yang diambil adalah data

    permintaan historis selama satu tahun untuk melihat apakah asumsi tersebut benar

    dan berharap dapat melihat pola berulang permintaan di RS. Tahun yang dipilih

    adalah tahun 2009 karena merupakan periode waktu terbaru dan paling dekat

    dengan waktu penelitian (awal 2010) sehingga paling baik untuk meramalkan

    permintaan yang akan datang.

    Hasil penentuan karakter permintaan pada 30 sampel obat adalah seperti

    pada Tabel 4.1. 5 dari 30 sampel obat berkarakter lumpy, yaitu obat dengan kode

    unasyt3, phisib1, rimacc4, avandt1, dan md-cal. Hasil ini menjadi petunjuk bahwa

    tidak semua permintaan di RS dapat memakai metode peramalan kuantitatif yang

    reguler karena adanya permintaan yang lumpy.

    1 Ballou, R.H. (2004). Business logistics/supply chain management (5th ed.). New Jersey: Prentice-Hall Inc. h. 367.2 Woosley, John Michael. (2009). Dissertation: Improving healthcare supply chains and decision making in the management of pharmaceuticals. Louisiana State University. hal 25

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 40

    Universitas Indonesia

    Tabel 4.1. Hasil Penentuan Permintaan Lumpy dan Tidak Lumpy

    Pada penelitian ini, 5 jenis obat yang lumpy akan diramalkan dengan

    metode Croston yang sudah dipakai secara umum untuk meramalkan permintaan

    lumpy serta dinyatakan dalam sebuah penelitian tentang peramalan oleh Johnston

    F. R. & Boylan, J. E. (1996) bahwa metode ini menghasilkan akurasi ramalan

    yang lebih unggul dibandingkan metode pemulusan eksponensial tunggal. Metode

    No Kode D sd Karakter Permintaan1 sulpea 76.64 30.98 Tidak Lumpy2 albumb2 10.83 8.05 Tidak Lumpy3 meronv2 27.31 16.61 Tidak Lumpy4 clafov2 59.36 30.11 Tidak Lumpy5 sulbaa01 65.56 30.81 Tidak Lumpy6 terfv1 64.46 21.44 Tidak Lumpy7 progr 425.75 257.50 Tidak Lumpy8 nexiuv 69.44 30.36 Tidak Lumpy9 eprexv2 22.23 8.03 Tidak Lumpy

    10 omz40 84.86 28.54 Tidak Lumpy11 broadv1 58.17 28.99 Tidak Lumpy12 caprol 84.89 30.50 Tidak Lumpy13 hemapa 35.33 10.38 Tidak Lumpy14 spuitx06 1,681.09 389.94 Tidak Lumpy15 dianeb5 144.46 76.81 Tidak Lumpy16 trijev1 39.19 20.35 Tidak Lumpy17 meropa01 30.71 24.53 Tidak Lumpy18 losecv1 37.99 20.31 Tidak Lumpy19 lancef 47.43 23.00 Tidak Lumpy20 albumb8 4.60 4.03 Tidak Lumpy21 unasyt3 2.40 4.58 Lumpy22 tanapt1 47.37 33.26 Tidak Lumpy23 micart1 35.04 30.75 Tidak Lumpy24 infusx02 30.04 13.77 Tidak Lumpy25 cordat2 65.22 43.55 Tidak Lumpy26 chlort1 668.25 263.61 Tidak Lumpy27 phisib1 0.81 1.48 Lumpy28 rimacc4 9.12 18.71 Lumpy29 avandt1 0.67 2.86 Lumpy30 md-cal 48.54 58.04 Lumpy

    Perencanaan pengadaan..., Asa V.R., FTUI, 2010

  • 41

    Universitas Indonesia

    ini memiliki konsep dasar seperti pemulusan eksponensial tunggal sehingga

    membutuhkan penetapan parameter konstanta pemulusan. Parameter yang dipakai

    untuk meramalkan jumlah permintaan dan jarak waktu antara dua periode yang

    permintaannya tidak nol dalah sama. Dalam penelitian ini, parameter konstanta

    pemulusan yang dipakai adalah 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, 0.5, 0.6, 0.7, 0.8, 0.9, dan 1.

    Perbedaannya adalah metode Croston memisahkan ramalan jumlah permintaan

    dengan jarak antara dua periode yang permintaannya tidak 0. Ramalan yang

    dihasilkan berasal dari metode Croston yang menggunakan salah satu nilai

    parameter dengan standard error of forecast terkecil. 25 sampel obat yang lain

    akan diramalkan dengan beberapa metode peramalan kuantitatif agar akurasinya

    dapat diperlihatkan secara ilmiah dengan standard error of forecast. Data historis

    permintaan digambarkan melalui grafik untuk melihat variasi musiman, siklis,

    dan kecenderungan. Perubahan permintaan dari waktu ke waktu dapat dilihat pada

    Lampiran 2.

    Dapat dilihat bahwa variasi jumlah cukup besar dengan rata-rata konstan.

    Tidak ada variasi musiman dan siklis yang cukup besar dari 25 sampel obat yang

    tidak lumpy. Karena itulah, metode pemulusan eksponensial tunggal menjadi

    salah satu metode peramalan yang dipilih. Metode ini memberikan performa baik

    ketika dipakai pada pola deret waktu, atau pada pola permintaan yang perubahan

    kecenderungan dan musimannya tidak besar3. Karena variasi jumlah dari data

    historis cukup besar, konstanta a yang menjadi parameter kontrol adalah dari

    0,1 hingga 1 dengan jarak 0,1. Data historis yang dipakai adalah 52 minggu,

    dengan ramalan periode minggu kedua adalah sama dengan permintaan aktual

    periode minggu pertama (naive method).

    Sebagai perbandingan, metode rata-rata bergerak juga dipilih untuk

    meramalkan permintaan obat karena saat ini proses peramalan yang dilakukan di

    RS adalah berdasarkan rata-rata bergerak dengan periode musiman 4 minggu/1

    bulan. Pada akhirnya akan dilihat apakah pemakaian metode ini memberikan