percobaan mikromeritika farmasi fisika.docx
TRANSCRIPT
PRAKTIKUM V
MIKROMERITIKA
A. TUJUAN
Tujuan dari praktikum mikromeritika adalah:
1. Mampu dan terampil menggunakan mikroskop optik untuk menentukan
ukuran partikel dan distribusinya.
2. Memahami dan mampu menghitung parameter yang berhubungan dengan
bentuk dan ukuran partikel.
B. DASAR TEORI
Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromeritik oleh Dalla
Valle. Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat
dengan mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan suspensi farmasi serta
serbuk halus berada dalam jangkauan mikroskop optik. Partikel yang
mempunyai ukuran serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular
berada dalam kisaran ayakan (Martin et al, 1993).
Pengetahuan dan pengendalian ukuran, serta kisaran ukuran dan
partikel sangat penting dalam bidang farmasi. Jadi, ukuran, dan karenanya
juga luas permukaan, dari satu partikel dapat dihubungkan secara berarti pada
sifat fisika, kimia, dan farmakologi dari satu obat. Secara klinik, ukuran
partikel satu obat dapat mempengaruhi pelepasannya dari bentuk-bentuk
sediaan yang diberikan secara oral, parenteral, rektal, dan topikal. Formulasi
yang berhasil dari suspensi, emulsi, dan tablet, dari segi stabilitas fisik dan
respon farmakologis, juga tergantung pada ukuran partikel yang dicapai Cr
dalam produk tersebut. Dalam bidang pembuatan tablet dan kapsul,
pengontrolan ukuran partikel penting sekali dalam mencapai sifat aliran yang
diperlukan dan pencampuran yang benar tepat granulat dan serbuk. Ini semua
dan faktor-faktor lain yang dibahas oleh Lees membuat nyata bahwa seorang
ahli farmasi masa kini harus mempunyai pengetahuan mikromeritik yang baik
(Martin et al, 1993).
Ukuran dari suatu bulatan dengan segera dinyatakan dengan garis
tengahnya. Tetapi, begitu derajat ketidaksimestrisan dari partikel naik,
bertambah sulit pula menyatakan ukuran dalam garis tengah yang berarti.
Dalam keadaan seperti ini, tidak ada garis tengah yang unik. Makanya harus
dicari jalan untuk menggunakan suatu garis tengah bulatan yang ekuivalen,
yang menghubungkan ukuran partikel dan garis tengah bulatan yang
mempunyai luas permukaan, volume, dan garis tengah yang sama. Jadi, garis
tengah permukaan ds, adalah garis tengah suatu bulatan yang mempunyai luas
permukaan yang sama seperti partikel yang diperiksa (Martin et al, 1993).
Setiap kumpulan partikel biasanya disebut polidispersi. Karenanya
perlu untuk mengetahui tidak hanya ukuran dari suatu partikel tertentu, tapi
juga berapa banyak partikel-partikel dengan ukuran yang sama ada dalam
sampel. Jadi kita perlu suatu perkiraan kisaran ukuran tertentu yang ada dan
banyaknya atau berat fraksi dari tiap-tiap ukuran partikel, dari sini kita bisa
menghitung ukuran partikel rata-rata untuk sampel tersebut (Martin et al,
1993).
Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel:
a. Mikroskopi Optik
Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi,
diencerkan atau tidak diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan
ditempatkan pada pentas mekanik. Di bawah mikroskop tersebut, pada
tempat di mana partikel terlihat, diletakkan mikrometer untuk
memperlihatkan ukuran partikel tersebut. Pemandangan dalam
mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah layar di mana partikel-partikel
tersebut lebih mudah diukur, atau pemotretan bisa dilakukan dari slide
yang sudah disiapkan dan diproyeksikan ke layar untuk diukur (Martin et
al, 1993).
Kerugian dari metode ini adalah bahwa garis tengah yang
diperoleh hanya dari dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi
panjang dan lebar. Tidak ada perkiraan yang bisa diperoleh untuk
mengetahui ketebalan dari partikel dengan memakai metode ini.
Tambahan lagi, jumlah partikel yang harus dihitung (sekitar 300-500)
agar mendapatkan suatu perkiraan yang baik dari distribusi , menjadikan
metode tersebut memakan waktu dan jelimet. Namun demikian pengujian
mikroskopis dari suatu sampel harus selalu dilaksanakan, bahkan jika
digunakan metode analisis ukuran partikel lainnya, karena adanya
gumpalan dan partikel-partikel lebih dari satu komponen seringkali bisa
dideteksi dengan metode ini (Martin et al, 1993).
b. Pengayakan
Suatu metode yang menggunakan satu seri ayakan standar yang
dikalibrasi oleh National Bureau of Standars. Ayakan umumnya
digunakan untuk memilih partikel-partikel yang lebih kasar; tetapi jika
digunakan dengan sangat hati-hati, ayakan-ayakan tersebut bisa
digunakan untuk mengayak bahan sampai sehalus 44 mikrometer (ayakan
nomor 325). Menurut metode U.S.P. untuk menguji kehalusan serbuk
suatu massa sampel tertentu ditaruh suatu ayakan yang cocok dan
digoyangkan secara mekanik. Serbuk tersebut digoyang-goyangkan
selama waktu tertentu, dan bahan yang melalui satu ayakan ditahan oleh
ayakan berikutnya yang lebih halus serta dikumpulkan, kemudian
ditimbang (Martin et al, 1993).
c. Sedimentasi
Suatu metode dengan penggunaan ultrasentrifugasi untuk
penentuan berat molekul dari polimer tinggi. Ukuran partikel dalam
kisaran ukuran yang terayak bisa diperoleh dengan sedimentasi gravitasi
seperti yang dinyatakan dalam hukum Stokes. Untuk menggunakan
hukum Stokes, suatu syarat selanjutnya adalah bahwa aliran dari medium
dispersi sekitar partikel ketika partikel mengendap adalah laminar atau
streamline. Dengan kata lain laju sedimentasi dari suatu partikel tidak
boleh sedemikian cepat sehingga terjadi turbulensi, karena ini sebaliknya
akan mempengaruhi sedimentasi dari partikel (Martin et al, 1993).
C. ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah
1). Batang pengaduk
2). Gelas beker
3). Gelas objek dan penutup
4). Mikrometer objektif
5). Mikrometer okuler
6). Mikroskop optik
7). Pipet tetes
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah
1). Amilum Manihot
2). Aquadest
D. PROSEDUR KERJA
1. Kalibrasi mikrometer okuler terhadap objektif
- Dikalibrasi
- Dipasang di dalam
- Dilanjutkan
-Dipasang di bawah
- Dihimpitkan skala 0,0 hingga segaris
dengan salah satu
- Dicatat, replikasi 3 kali
- Dilepas
-
-
2. Pembuatan preparat
Mikrometer okuler
Lensa okuler
Mikrometer objektif
Lensa objektif
Lensa okuler
Hasil
Mikrometer objektif
Amilum Manihot
- Dilarutkan dalam
-
- Diaduk hingga homogen
3. Pengamatan ukuran partikel
- Diteteskan di atas
- Diamati ukuran partikel
- Dilakukan 250 kali
Aquades
Hasil
Preparat
Objek glass
Hasil
E. DATA DAN HASIL PENGAMATAN
1. Hasil kalibrasi skala okuler dengan menggunakan skala objektif
Standar 1 Skala Objektif= 10 m
50 Skala Okuler = 50 Skala Objektif
50 Skala Okuler = 50 Skala Objektif
50 Skala Okuler = 50 Skala Objektif
50 Skala Okuler = 50 Skala Objektif
= 10 µm
2. Hasil pengamatan ukuran partikel dengan skala (250 data)
No
.
Ukuran Partikel dengan Skala Okuler
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. 15 10 15 10 10 10 10 15 10 10
2. 20 15 10 20 20 15 10 15 15 20
3. 10 10 10 20 20 10 20 25 20 10
4. 20 20 20 10 10 15 20 10 15 30
5. 15 10 20 25 10 15 25 20 10 10
6. 35 40 10 10 10 10 20 15 10 10
7. 20 10 15 15 10 10 15 20 10 10
8. 20 10 10 10 10 10 20 10 10 15
9. 15 15 20 10 25 25 10 15 20 15
10. 10 15 20 20 15 30 20 20 20 20
11. 10 10 15 20 20 20 20 10 10 10
12. 15 10 10 10 20 20 30 30 10 10
13. 15 20 20 20 10 10 10 10 25 15
14. 10 10 40 20 10 10 20 10 10 10
15. 10 10 10 10 10 10 10 15 10 10
16. 20 10 10 10 30 10 10 10 20 10
17 10 10 10 10 10 10 15 25 10 20
18. 10 25 10 10 15 10 10 10 20 10
19. 20 10 10 10 10 10 15 10 10 15
20. 10 10 10 10 10 15 10 10 10 10
21. 10 10 15 10 10 10 10 15 10 25
22. 10 10 10 10 15 10 10 10 10 10
23. 10 15 10 10 10 10 10 10 15 10
24. 10 15 10 10 10 10 10 10 10 10
25. 10 10 15 10 15 10 15 10 10 10
Ukuran terkecil = 10 m
Ukuran terbesar = 40 m
Banyaknya kelas = 4m
Lebar interval = 10
3. Hasil perhitungan parameter mikromeritika
Rentang
diameter
(m)
Mean
(d)
Partikel
tiap
rentang
(n)
(nd) (nd2) (nd3) (nd4)
1-10 5 149 745 3725 18625 58203125
11-20 15 84 1260 18900 283500 4252500
21-30 25 14 350 8750 218750 5468750
31-40 35 3 105 3675 128625 4501875
Jumlah n =
250
nd =
2460
nd2 =
35050
nd3 =
302125
nd4 =
72426250
a. dln =Σ ndΣ n
=2460250
= 9,84
b. dsn = √ Σ nd2
Σ n= √ 35050
250= 11,8406
c. dvn = 3√ Σ nd3
Σ n= 3√ 302125
250= 34,7635
d. dsl = Σ nd2
Σ nd=
350502460
= 14,2479
e. dvs =Σ nd3
Σ nd2 =30212535050
= 8,6198
f. dvw =Σ nd4
Σnd3 =72426250
302125= 239,7228
4. Gambar kurva histogram antara ukuran partikel (m) terhadap distribusi
frekuensi
0
20
40
60
80
100
120
140
160149
84
14
3
Gambar 1. Plot dari data hasil pengamatan sehingga menghasilkan
distribusi frekuensi ukuran
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Ukuran Partikel
Distribusi Partikel
F. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini yaitu tentang mikromeritika, bertujuan menjadikan
mahasiswa mampu dan terampil dalam menggunakan mikroskopik optik
untuk menentukan ukuran partikel parameter yang berhubungan dengan
bentuk dan ukuran partikelnya. Analisis atau monitoring perubahan ukuran
doplet/partikel dan distribusinya perlu dilakukan, agar jaminan mutu sediaan
dapat dipertahankan. Mikromeritika yaitu ilmu yang mempelajari bentuk dan
ukuran partikel (Sudjaswadi, 2005). Mikromeritika merupakan ilmu dan
teknologi partikel kecil. Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu
kecil untuk dilihat dengan mikroskop biasa, sedangkan partikel emulsi dan
suspensi farmasi serta serbuk halus berada dalam jangkauan mikroskop optik
(Martin et al, 1993).
Menurut Martin, ada empat metode pengukuran ukuran partikel.
Metode-metode tersebut antara lain menggunakan mikroskop optik untuk
melihat gambaran partikel yang sesungguhnya, metode sedimentasi
(pengendapan), metode pengayakan, dan metode pengukuran volume partikel.
Namun, dari keempat metode tersebut, tidak ada satu pun metode atau cara
pengukuran yang benar-benar merupakan metode langsung (metode terbaik),
walaupun dengan mikroskop kita dapat melihat gambaran partikel yang
sesungguhnya, hasil yang didapat kemungkinan besar tidak lebih “langsung”
daripada menggunakan metode lain. Jadi, intinya tidak ada metode yang dapat
dikatakan metode terbaik dibanding metode yang lain karena setiap metode
memiliki maksud dan tujuan sendiri dalam setiap penggunaannya.
Pengetahuan dan pengendalian ukuran dalam kisaran bentuk dan
ukuran partikel sangat penting dalam bidang farmasi, sebab merupakan
penentu bagi sifat-sifat. Baik sifat fisika, kimia, dan farmakologik dari bahan
tersebut. Dalam pembuatan sediaan-sediaan seperti kapsul, tablet, granul, atau
sirup kering tentu perlu mempertimbangkan ukuran partikel. Begitu pula akan
mempengaruhi kecepatan diskusi atau kelarutan dari satu sediaan obat
sehingga efek yang ditimbulkan akan cepat bereaksi. Hal-hal semacam ini
terutama sangat berpengaruh pada sediaan-sediaan yang mempunyai bentuk
sediaan seperti tablet, kapsul, dan lain-lainnya yang bersifat padat atau yang
lainnya. Ukuran partikel bahan obat padat memiliki peranan penting, sebab
ukuran partikel memiliki pengaruh besar dalam pembuatan sediaan obat dan
juga terhadap efek terapinya. Pengetahuan dan pengendalian ukuran partikel
sangat penting dilakukan. Ukuran partikel, yang berarti juga luas permukaan
spesifik partikel dapat dihubungkan dengan sifat-sifat fisika, kimia, dan
farmakologi satu obat. Dalam pembuatan tablet dan kapsul, pengontrolan
ukuran partikel sangat penting dilakukan untuk mendapatkan sifat alir yang
tepat dari granulat dan serbuk. Formulasi yang berhasil dari suspensi, emulsi,
dan tablet, baik dipandang dari segi stabilitas fisika maupun dari segi respons
biologisnya juga tergantung dari ukuran partikel dan bahan obatnya. Secara
klinik, ukuran partikel mempengaruhi pelepasan obat dari sediaannya yang
diberikan baik secara oral, parental, resital, dan topikal.
Prinsip dari percobaan ini adalah untuk menentukan karakteristik
ukuran dari partikel-partikel submikrometer dengan menggunakan metode
mikroskopi, pengayakan, sedimentasi serta penentuan volume partikel.
Metode yang dilakukan pada percobaan ini adalah metode mikroskopi optik,
yang bertujuan untuk mengukur partikel yang berkisar dari 0,2 µm sampai
100 µm. Menurut metode mikroskopis suatu emulsi atau suspensi diencerkan
atau tidak diencerkan,dinaikkan pada suatu slide dan ditempelkan pada pentas
mekanik (Martin et al, 1993).
Kerugian pada metode ini adalah bahwa garis tengah yang diperoleh
hanya dari dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan
lebar. Tidak ada perkiraan yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan
dari partikel dengan memakai metode ini, jumlah partikel yang harus dihitung
(300-500) agar mendapatkan suatu perkiraan yang baik dari distribusi,
menjadikan metode tersebut memakan waktu. Adapun keuntungan dari
metode ini adalah selalu digunakan meskipun hanya dapat mengukur dua
dimensi, yaitu dimensi panjang dan lebar (Martin et al, 1993).
Pengerjaan pada percobaan ini menggunakan amprotab. Amprotab
adalah nama dagang dari amilum atau biasa disebut pati singkong. Mikroskop
amprotab adalah butir pati majemuk, sedikit sekali, umumnya majemuk 2.
Butir-butir pati tunggal, diameter sampai 20 m. Kelarutan praktis tidak larut
dalam air dingin dan khasiatnya sebagai zat tambahan. Amprotab dipakai
pada percobaan ini karena amprotab adalah nama lain dari amilum, karena
amprotab adalah suspending agent tidak larut dalam air melainkan dapat
terdispersi dalam fase cair, berupa partikel kecil, maka dari itu dapat diamati
dengan mudah di bawah mikroskop mikrometer (Depkes RI, 1979).
Pertama-tama mencampurkan amilum manihot dengan aquadest
sampai homogen dan encer, karena jika tidak encer atau bahan masih padat
atau kental kemungkinan partikel akan berlengketan satu sama lain. Setelah
itu mengkalibrasi mikrometer dan menghimpitkan skala 0,0 pada mikrometer
objektif dengan garis pada skala mikrometer okuler, dilihat angka pada skala
yang mendekati 0 dan dilakukan pengukuran partikel dari amprotab sebanyak
250 kali. Adapun hasil dari pengukuran yang dilakukan, dihitung
parameternya sebagai berikut, rentang diameter 1-40 dengan nilai (d ln) =
9,84 , (dsn) = 11,8406 (dvn) = 34,7635 , (dsl) = 14,2479 , (dvs) = 8,6198 , (dvw) =
239,7228.
Hasil perhitungan yang didapatkan setelah dilakukan pengamatan
ukuran partikel sebanyak 250 kali yaitu, rentang diameter 1-10 didapat
partikel tiap rentangnya 149 (nd = 745, nd2 = 3725, nd3 = 18625, nd4 =
58203125). Rentang diameter 11-20 didapatkan partikel tiap rentangnya 84
(nd = 1260, nd2 = 18900, nd3 = 283500, nd4 = 4252500). Rentang diameter
21-30 didapatkan partikel tiap rentang 14 (nd = 105, nd2 = 8750, nd3 =
218750, nd4 = 5468750). Sedangkan untuk rentang diameter 31-40 didapat
partikel tiap rentang 3 (nd = 105, nd2 = 3675, nd3 = 128625, nd4 = 4501875).
Mean 1-10 = 5, mean 11-20 = 15, mean 21-30 = 25, mean 31- 40 = 35. Pada
grafik, ukuran partikel ini menjelaskan histogram antara ukuran partikel
dengan distribusinya. Hasil yang didapat dilihat dari kurvanya yaitu, kurva
yang paling tinggi dengan ukuran rentang partikel antara 1-10 m dengan
mean 5 dan banyaknya partikel sebesar 149 partikel, sedangkan yang
terendah antara rentang 31-40 m dengan mean 35 dan banyaknya partikel
sebesar 3 partikel. Berdasarkan hasil yang didapat, dapat disimpulkan bahwa
distribusi dari partikel yang ada pada sampel amprotab yang digunakan
memiliki sebaran jumlah yang tidak terlalu merata, namun memiliki
keseragaman ukuran yang cukup baik.
G. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
1. Mikromeritika adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan ukuran partikel
dan metode yang digunakan adalah mikroskopik optik.
2. Pengukuran partikel dilakukan sebanyak 250 kali, dengan rentang diameter
1- 40.
3. Ukuran partikel terkecil yang didapat adalah 10 m dan yang terbesar
adalah 40 m dengan lebar interval 10 dan banyaknya kelas 4.
4. Hasil perhitungan dapat diketahui , yaitu hasil (dln) = 9,84; (dsn) = 11,8406;
(dvn) = 34,7635; (dsl) = 14,2479; (dvs) = 8,6198; dan (dvw) = 239,7228.
Saran untuk percobaan ini adalah agar praktikan lebih teliti lagi dalam
melakukan kalibrasi mikrometer okuler terhadap mikrometer objektif dan
diharapkan praktikan lebih serius dalam melakukan praktikum.
H. DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 1979. Farmakope Indonesia Jilid III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Martin, A., J. Swarbrick & A. Cammarata. 1993. Farmasi Fisika Edisi 3 Jilid II. University Indonesia Press. Jakarta
Sudjaswadi R & Agatha B.S.L. 2005. Perubahan Parameter Mikromeritika 3 Buah Sediaan Inhalasi. Majalah Farmasi Indonesia. 16 (1). Halaman 21
I. DISKUSI
1. Apa kegunaan pengukuran partikel pada sediaan suspensi atau emulsi ?
Jawab:
Pada sediaan tersebut mengandung zat yang tidak larut, maka bagaimana
caranya obat tersebut larut dalam tubuh. Zat pada kedua sediaan tersebut
memang tidak larut, oleh karena itu sebelum dipakai harus dikocok terlebih
dahulu, sehingga zat tersebut terdispersi dan larut semuanya dan partikelnya
pun akan menyebar sehingga pada saat minum obat tersebut sudah larut
sebelum masuk ke dalam tubuh.
2. Apa keuntungan dan kerugian penentuan ukuran partikel menggunakan
mikroskop ?
Jawab:
Keuntungannya adalah dapat mendeteksi adanya gumpalan dan partikel-
partikel lebih dari komponen sampel yang diamati, langsung dapat diukur
diameternya, diameter dapat dilihat atau diukur secara pasti dan dapat
melihat ukuran partikel secara langsung. Sedangkan kerugiannya adalah
garis tengah yang diperoleh hanya dari dua dimensi yaitu dari dimensi
panjang dan dimensi lebar di samping itu tidak ada perkiraan yang dapat
diperoleh untuk mengetahui ketebalan dari suatu partikel dan dalam
mengamatinya dibutuhkan waktu yang lama.
3. Jelaskan dengan singkat prinsip pengukuran partikel dengan beberapa
metode yang ada di pustaka !
Jawab:
Metode mikroskopi yaitu dengan menggunakan mikroskop biasa yang
dipasangi mikrometer okuler dan mikrometer objektif yang
dikalibrasikan skalanya.
Metode pengayakan menggunakan 1 seri ayakan standar yang telah di
kalibrasi.
Metode sedimentasi dilakukan dengan cara ultrasentrifugasi untuk
menentukan berat molekul dari sedimentasi.
Metode pengukuran volume partikel menggunakan alat coulter counter.