judul percobaan
TRANSCRIPT
H+ , kalor OO
A. Judul Percobaan : Pembuatan n – Butil Asetat
B. Hari/tanggal : Rabu, 20 November 2013
C. Tujuan : Pada akhir percobaan, mahasiswa diharapkan dapat
memahami reaksi pembuatan ester n-butil asetat melalui reaksi
esterifikasi
D. Dasar Teori :
Ester adalah suatu senyawa yang mengandung gugus –COOR, dengan R dapat
berbentuk alkil maupun aril. Ester dapat dibentuk dengan reaksi esterifikasi, yaitu reaksi
lansung antara suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol. Esterifikasi merupakan
reaksi reversibel dan menggunakan katalis asam. Secara umum reaksi esterifikasi
adalah:
R– C– OH + R’– OH R– C– OR’ + H2O
Senyawa kimia isobutyl asetat, juga dikenal sebagai 2-methilpropil etanoat
(nama IUPAC) atau β-methilpropil asetat, merupakan sebuah pelarut yang umum.
Senyawa Isobutil asetat ini dihasilkan dari esterifikasi isobutanol dengan asam asetat.
Hal ini digunakan sebagai pelarut untuk pernis dan nitroselulosa. Seperti banyaknya
senyawa ester, isobutyl asetat ini memiliki aroma buah atau bau bunga pada konsentrasi
rendah dan terjadi secara alami dalam aroma raspberry, pir, dan tanaman lainnya. Pada
konsentrasi tinggi dapat bau isobutyl asetat ini sangat menyengat dan dapat
menyebabkan gejala depresi sistem pusat saraf seperti mual, pusing dan sakit kepala.
Gambar 1. Struktur Isobutil alkohol
(Sumber:http://en.wikipedia.org/wiki/File:Isobutyl-acetate.svg)
Sebuah metode umum untuk membuat isobutyl asetat adalah esterifikasi
Fischer, di mana isobutil alkohol dan asam asetat dipanaskan dengan adanya asam kuat.
Reaksi yang terjadi adalah :
Ester yang lebih besar terbentuk lebih lambat daripada ester kecil. Untuk
mempercepat reaksi dapat dibantu dengan katalis asam sulfat pekat dan memisahkan
ester sesaat setelah terbentuk. Campuran pereaksi dipanaskan di bawah refluks selama
beberapa saat untuk menghasilkan sebuah campuran kesetimbangan. Ester dapat
dipisahkan dari asam karboksilat, alkohol, dan asam sulfat dalam campuran tersebut
dengan destilasi fraksional. Secara umum laju reaksi esterifikasi mempunyai sifat
sebagai berikut:
- ikatan rangkap memperlambat reaksi
- asam aromatic (benzoat dan p-toluena) bereaksi lambat, tetapi mempunyai batas
konersi
yang tinggi
- makin banyak rantai alkohol, cenderung mempercepat reaksi atau tidak terlalu
berpengaruh terhadap laju reaksi
- kereaktifan alcohol terhadap esterifikasi adalah
CH3OH > alkohol primer > alkohol sekunder > alkohol tersier
- Kereaktifan asam karboksilat terhadap esterifikasi adalah:
HCOOH > CH3COOH > RCH2COOH > R2CHCOOH > R3CCOOH
Senyawa isobutyl asetat memiliki tiga isomer: n-butil asetat, ters-butil asetat,
dan sek-butil asetat, yang juga pelarut umum.
Sifat Fisik Isobutil Asetat :
Bentuk : berwarna transparan cair pada suhu normal
Aroma yang dihasilkan : aroma buah matang seperti ceri, raspberi, stroberi
Kegunaan : Digunakan sebagai pelarut untuk selulosa nitrat dan
lacquer dan juga sebagai agen kimia dan rasa
Titik Nyala : 18 ° C
Boiling Point (titik didih) : 118 ° C, 391 K, 244 ° F
Kelarutan : larut dengan saling etanol dan etil eter, sedikit larut
dalam air
Molekul rumus : C6H12O2
Massa molar : 116.16 g / mol
Bentuk : cairan berwarna
Densitas : 0,875 g/cm3, cair
Titik lebur : -99 ° C, 174 K, -146 ° F
Kelarutan dalam air Sedikit larut : 0.63-0.7g/100g pada 20 ° C
Senyawa n-butil asetat merupakan suatu ester dari asam asetat dengan n-butanol.
Senyawa tersebut dibuat melalui reaksi esterifikasi dengan katalis asam kuat, misalnya
asam sulfat pekat.
Sistem pemroses yang dirancang untuk menyelesaikan reaksi esterifikasi
dikehendaki untuk sedapat mungkin mencapai 100%. Oleh karena itu reaksi esterifikasi
merupakan kesetimbangan, maka konversi sempurna tidak mungkin tercapai, dan sesuai
informasi yang ada konversi yang dapat dicapai hanya sampai 98%. Nilai konversi yang
tinggi dapat dicapai dengan ekses reaktan yang besar. Proses esterifikasi secara umum
harus diketahui untuk dapat mendorong konversi sebesar mungkin. Secara umum ada
tiga golongan proses, dan penggolongan ini bergantung kepada volatilitas ester.
- Golongan 1
Dengan ester yang sangat mudah menguap, seperti metil format, metil asetat,
dan etil format, titik didih ester lebih rendah daripada alkohol, oleh karena itu ester
segera dapat dihilangkan dari campuran reaksi. Produksi metil asetat dengan
metode distilasi Bachaus merupakan sebuah contoh dari golongan ini. Metanol dan
asam asetat diumpankan ke dalam kolom distilasi dan ester segera dipisahkan
sebagai campuran uap dengan metanol dari bagian atas kolom. Air terakumulasi di
dasar tangki dan selanjutnya dibuang. Ester dan alkohol dipisahkan lebih lanjut
dalam kolom distilasi yang kedua.
- Golongan 2
Ester dengan kemampuan menguap sebaiknya dipisahkan dengan cara
menghilangkan air yang terbentuk secara distilasi. Dalam beberapa hal, campuran
terner dari alkohol, air dan ester dapat terbentuk. Kelompok ini layak untuk
dipisahkan lebih lanjut: dengan etil asetat, semua bagian ester dipindahkan sebagai
campuran uap dengan alkohol dan sebagian air, sedangkan sisa air akan
terakumulasi dalam sistem. Dengan butil asetat, semua bagian air dipindahkan ke
bagian atas dengan sedikit bagian dari ester dan alkohol, sedangkan sisa ester
terakumulasi dalam system.
- Golongan 3
Dengan ester yang mempunyai volatilitas rendah, beberapa kemungkinan
timbul. Dalam hal butil dan amil alkohol, air dipisahkan sebagai campuran biner
dengan alkohol. Contoh proses untuk tipe seperti ini adalah pembuatan dibutil
ftalat. Untuk menghasilkan ester dari alkohol yang lebih pendek (metil, etil, propil)
dibutuhkan penambahan hidrokarbon seperti benzena dan toluena untuk
memperbesar air yang terdistilasi.dengan alkohol bertitik didih tinggi (benzil,
furfuril, b-feniletil) suatu cairan tambahan selalu diperlukan untuk menghilangkan
kandungan air dari
campuran.
N-butanol
Salah satu jenis produksi industri kimia yang dibutuhkan dalam jumlah yang
terus meningkat adalah industri n-butanol. n-Butanol yang memiliki rumus kimia
C4H9OH, merupakan produk hasil reaksi n-butiraldehid dengan hidrogen. n-Butanol
merupakan cairan putih jernih dan berbau tajam Produksi n-butanol sebagian besar
digunakan pada pembuatan resin urea fonnaldehid dan plasticizer dibutil pthalat.
Disamping itu n-butanol juga digunakan untuk:
- bahan pelarut (solvent)
- pembuatan pernis nitroselulosa
- pembuatan minyak rem
- bahan ekstraksi pembuatan antibiotik, vitamin, dan hormon
- bahan pelarut ekstraksi minyak
- pembuatan 2,4-dikloropenoksi asam asetat yang merupakan racun rumput
- bahan pengering azeotrop (azeotropic dehidrating agent)
- pembuatan bahan-bahan kimia seperti butil amina, butil stearat, butilena,
asam butirat, dan dibutil anilin.
Senyawa n-butanol pertama sekali ditemukan pada tahun 1852 oleh Wyrtz
dengan cara memisahkan n-butanol dari campuran-campuran amil alkohol (minyak
fusel). Kemudian pada tahun 1871, Lieben dan Rossi berhasil memperoleh n-butanol
dari reduksi n-butiraldehid.
Ada tiga reaksi utama terhadap n- butanol, yaitu :
- Reaksi Substitusi
Gugus OH pada n-butanol dapat diganti oleh atom halogen, misalnya klor.
Persamaan reaksi :
CH3CH2CH2-OH + H-CI CH3CH2CH2CH2-Cl + H2O
n-butanol n-klorobutana
- Reaksi Oksidasi
n-butanol dapat dioksidasi oleh sejumlah senyawa menjadi asam
karboksilat. Senyawa yang biasa digunakan sebagai zat pengoksidasi
adalah: KMnO4 dengan OH, HNO3 pekat, atau H2CrO4.
- Reaksi Eliminasi
n-butanol dapat bereaksi eliminasi dan menghasilkan n-butilena. Reaksi ini
melepaskan air, sehingga disebut juga reaksi dehidrasi. Reaksi berlangsung
pada temperatur 60°C dengan katalis dehidrasi H2SO4 pekat.
Ester juga bereaksi dengan amina membentuk amida. Reaksi dengan amina
mengubah satu senyawa menjadi dua senyawa yang disebut aminolisis. Sebagai
catatan bahwa aminolisis dari ester membutuhkan hanya satu ekuivalen amina, tidak
seperti aminolisis dari suatu asil halida atau asam anhidrida, yang membutuhkan dua
ekuivalen.
Reaksi dari ester dengan amina tidak selambat reaksi dari ester dengan air dan
alcohol, sebab amina merupakan nukleofil yang lebih baik. Ini merupakan
keuntungan sebab kecepatan reaksi dari reaksi ester dengan amina tidak ditingkatkan
dengan asam atau HO¯ atau RO¯.
Sifat Fisika dan Kimia Ester
Ester pada umumnya bersifat polar. Sifat kimia ini menyebabkan ester yang jumlah
atom karbonnya sedikit mudah larut dalam air. Kelarutan ester berkurang dengan
bertambahnya atom karbon. Ester merupakan senyawa polar yang mempunyai dipol-
dipol yang saling berinteraksi di mana interaksi ini menimbulkan gaya antar molekul. Adanya
gaya antar molekul menyebabkan ester memilki titik didih yang lebih tinggi dari senyawa
hidrokarbon lain yang memiliki bentuk molekul dan massa atom relatifnya mirip. Namun
dibandingkan dengan senyawa alkohol dan asam karboksilat yang bentuk molekul dan
molekulrelatifnya mirip titik didih ester lebih rendah. Hal ini disebabkan ester tidak
memiliki gugus OH- sehingga interaksi antar molekul ester tidak membentuk ikatan
hidrogen. Senyawa – senyawa ester antara lain mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1. Pada umumnya mempunyai bau yang harum, menyerupai bau buah-buahan.
2. Senyawa ester pada umumnya sedikit larut dalam air dan bersifat polar.
3. Ester lebih mudah menguap dibandingkan dengan asam atau alcohol pembentuknya.
4. Ester merupakan senyawa karbon yang netral.
5. Ester dapat mengalami reaksi hidrolisis.
Contoh : R– COOR1 + H2O ------> R– COOH + R1 – OH
(Ester) (Air) (As.Alkanoat) (Alkohol)
6. Ester dapat direduksi dengan H2 menggunakan katalisator Ni dan dihasilkan dua buah
senyawa alkohol.
Contoh : R –COOR1 + 2H2 → R– CH2 – OH + R1 – OH
Ester Alkohol Alkohol
7. Ester khususnya minyak atau lemak bereaksi dengan basa membentuk garam(sabun)
dan gliserol. Reaksi ini dikenal dengan reaksi safonifikasi penyabunan.
Sifat-Sifat Fisik Ester Sederhana
1. Titik didih
Ester-ester yang kecil memiliki titik didih yang mirip dengan titik didih
aldehid dan keton yang sama jumlah atom karbonnya. Seperti halnya aldehid dan
keton, ester adalah molekul polar sehingga memiliki interaksi dipol-dipol serta gaya
dispersi van der Waals. Akan tetapi, ester tidak membentuk ikatan hidrogen,
sehingga titik didihnya tidak menyerupai titik didih asam yang memiliki atom
karbon sama.
a. Ester dengan titik didih rendah (low boiling ester)
Ester ini didistilasi dalam labu distilasi, maka akan keluar sebagai distilat
yang cukup tinggi kemurniannya. Alkohol dan sisa asam tetap tinggal dalam labu
distilasi.
Contoh : metal asetat, etil asetat, metal format.
b. Ester dengan titik didih sedang (medium boiling ester)
Ester di distilasi dalam sebuah labu distilasi maka ester akan keluar bersama
alkohol, air serta sisa asam, dimana campuran tersebut komposisinya mempunyai
titik didih yang hampir sama dan fraksi mol campuran dalam fase uap dan cair yang
sama. Contoh : tert butil asetat, etil propionat.
c. Ester dengan titik didih tinggi (high boiling ester)
Ester ini dipisahkan dengan penguapan dan penambahan benzene sehingga
sisa asam, alkohol, dan air menguap, sedang ester tetap tinggal dalam distilator.
Contoh : etil pelargonat, n-Oktil asetat.
2. Kelarutan dalam air
Ester-ester yang kecil cukup larut dalam air tapi kelarutannya menurun seiring
dengan bertambah panjangnya rantai. Kelarutan menurun disebabkan oleh fakta
bahwa walaupun ester tidak bias berikatan hidrogen satu sama lain, tetapi bisa
berikatan hidrogen dengan molekul air. Salah satu atom hidrogen yang sedikit
bermuatan positif dalam sebuah molekul air bisa cukup tertarik ke salah satu dari
pasagan elektron bebas pada sebuah atom oksigendalam sebuah ester sehingga
sebuah ikatan hidrogen bias terbentuk.Tentu akan ada juga gaya dispersi dan gaya-
tarik dipol-dipol antaraester dan molekul air.
Pembentukan gaya tarik ini melepaskan energi. Ini membantu menyuplai energi
yang diperlukan untuk memisahkan molekul air dari molekul air lainnya dan
molekul ester dari molekul ester lainya sebelum bisa bercampur. Apabila panjang
rantai bertambah, bagian-bagian hidrogen dari molekul ester mulai terhindari dari
energi tersebut. Dengan menekan diri diantara molekul-molekul air, bagian-bagian
hidrogen ini memutus ikatan hidrogen yang relatif lemah antara molekul-molekul
air tanpa menggantinya dengan ikatan yang serupa. Ini menjadikan proses ini
kurang menguntungkan dari segi energi, sehingga kelarutan berkurang.
3. Pada umumnya ester mempunyai bau yang harum
Contoh Amil Asetat (buah pisang), Amil Valerat (buah jambu), PropilButirat
(buah mangga), dan lain-lain.
Alat dan Bahan
Alat
- Erlenmeyer
- Gelas ukur
- Corong pemisah
- Gelas piala
- Pipet tetes
- Tabung reaksi
- Statif dan klem
Bahan
- n-butanol
- Asam asetat glacial
- Asam sulfat pekat 96-98%
- Larutan NaHCO3 jenuh
- MgSO4 kristal
15 mL n-butanol
Lapisan bawah (Lapisan air) Lapisan atas (Ester)
dimasukkan ke dalam labu dasar bulat yang diberi 2 butir batu didihditambah 3 tetes H2SO4 pekat 96 – 98 %ditambah 40 CH3COOH glasialdipasang pendingin refluksdipanaskan 3 jam dalam suhu 90-100 OC dimasukkan ke dalam corong pemisahditambahkan 60 mL H2O dan dikocokdipisahkan
E. Alur Percobaan
Lapisan atas (lapisan ester)
Lapisan air Ester
ditambah 25 mL H2Oditambah 7 mL NaHCO3 jenuhdikocokdipisahkan dengan corong pemisah
Ester
Berat ester
Ditambah 2,5 gram MgSO4dikocokdisaring
Filtrat
ditimbang
H. Analisis dan Pembahasan
Pada tahap awal percobaan ini adalah memasukkan larutan n-butil alcohol sebanyak
15 mL yang memiliki karakteristik tidak berwarna dan berbau (+) ke dalam labu dasar
bulat. Kemudian ditambahkan 3 tetes H2SO4 pekat yang juga tidak berwarna sedikit demi
sedikit. Selanjutnya ditambahkan 40 mL larutan asam asetat glacial yang memiliki
karakteristik tidak berwarna dan berbau menyengat (++). Campuran dari ketiga larutan
diatas menghasilkan campuran larutan yang tidak berwarna dengan reaksi sebagai berikut :
C5H10OH(aq) + CH3COOH(aq) H2SO4 C5H10COOCH3(aq) + H2O(l) Butanol
Asam asetat n- butyl asetat
Penambahan H2SO4 pekat kedalam campuran ini berfungsi sebagai katalis yang
mempercepat laju reaksi. Adanya penambahan katalis ini dikarenakan reaksi esterifikasi
berjalan sangat lambat, selain itu pada dasarnya reaksi esterifikasi adalah reaksi yang
bersifat reversible (kembali) karena ketika asam asetat dan alcohol dipanaskan maka akan
terjadi reaksi kesetimbangan antara ester dan air. Ester dan air yang terbentuk dapat
kembali menghasilkan reaktan-reaktannya yaitu asam asetat maupun isobutanol. Dengan
kata lain iso butyl asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan
asam asetat dan isobutanol kembali. Dengan adanya katalis H2SO4 pekat dapat
menghambat hidrolisis karena berlangsungnya reaksi kebalikan hidrolisis yaitu esterifikasi
fischer.
Kemudian campuran dipanaskan pada suhu 90-100°C selama 2 jam. Pemanasan
tersebut dilakukan dengan waktu cukup lama karena semakin lama waktu reaksi yang
berlangsung maka kesempatan molekul-molekul untuk bertumbukan menjadi lebih sering
sehingga produk ester berupa n-butyl asetat yang diperoleh akan mendekati massa ester
secara teori.
Setelah didinginkan, timbul bau khas dari ester n-butyl asetat yaitu seperti buah
pisang. N-butil asetat yang dihasilkan masih belum murni, karena masih mengandung
larutan H2SO4, reaktan-reaktan yang belum bereaksi yaitu asam asetat dan butanol, serta
hasil sampingan berupa H2O.
Tahap selanjutnya yaitu memasukkan larutan hasil pemanasan ke dalam corong
pemisah dan menambahkan 30 mL aquades yang jernih dan tidak berwarna kemudian
dikocok dengan kuat. Setelah itu didiamkan selama beberapa menit sehingga terbentuk 2
lapisan larutan yang tidak saling bercampur pada corong pemisah. Ester yang diperoleh
berada pada lapisan atas sedangkan lapisan bawah merupakan air. Hal ini dikarenakan
massa jenis air lebih besar jika dibandingkan dengan massa jenis ester. Pada lapisan atas
larutan berwarna kuning agak kecooklatan sedangkan pada lapisan bawah larutan tidak
berwarna dan keruh.
Penambahan aquades diatas bertujuan untuk memisahkan larutan ester dan
pengotornya setelah reaksi terjadi. Pengotornya tersebut yaitu katalis H2SO4, sisa-sisa
reaktan butanol, dan asam asetat glacial. Penambahan air ini dikarenakan senyawa ester
yang dihasilkan tidak dapat larut dalam air sedangkan pengotornya seperti yang disebutkan
diatas dapat larut dalam air, sehingga senyawa ester dapat diperoleh tanpa mengandung
pengotor atau sedikit mengandung pengotor. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa ester
merupakan senyawa organic yang bersifat nonpolar terhadap air.
Tahap selanjutnya adalah memisahkan ester dan air dengan menggunakan corong
pemisah. Karena lapisan air berada dibawah, pemisahan langsung dilakukan dengan cara
membuka kran pada corong pemisah sehingga air bisa turun keluar dari corong pemisah
sedikit demi sedikit dan ditampung dalam gelas kimia. Setelah semua air telah habis
dikeluarkan, maka kran ditutup kembali sehingga didalam corong pemisah hanya tersisa
ester saja. Namun ester yang dihasilkan diduga masih belum murni dan masih ada pengotor
yang tertinggal sehingga sehingga ditambahkan aquades lagi sebanyak 25 mL dan dan
larutan NaHCO3 jenuh sebanyak 7 mL. larutan NaHCO3 jenuh ini memiliki karakteristik
tidak berwarna. Penambahan larutan ini bertujuan untuk menetralkan larutan asam yang
masih ada dalam fase organic tersebut. Kemudian larutan dikocok dalam corong pemisah
dengan sesekali membuka kran pada corong pemisah untuk membuang gas yang
ditimbulkan dari proses ekstraksi tersebut. Proses pengocokan berakhir jika gas yang
dihasilkan sudah tidak keluar lagi, hal ini menandakan bahwa sisa asam sudah berhasil
dinetralkan oleh ion HCO3-. Ion HCO3
- dari larutan NaHCO3 jenuh dapat mengikat H+ dari
larutan asam membentuk gas CO2 dan H2O. Hasil yang diperoleh pada reaksi tersebut
adalah lapisan ester berada diatas dan berwarna kuning jernih (-), dan lapisan bawah
berupa larutan keruh, tak berwarna. Reaksinya sebagai berikut :
HCO3- (l) +H+ (aq) CO2↑ (g) + H2O (l)
Tahap selanjutnya mengambil lapisan ester dan ditampung dalam erlenmayer.
Kemudian menambahkan 2,5 gram padatan MgSO4 anhidrat yang telah dioven
sebelumnya. Pengovenan MgSO4 bertujuan untuk menghilangkan kadar air dalam padatan
agar fungsi dari penambahan MgSO4 pada ester lebih efektif. Penambahan MgSO4 anhidrat
ini bertujuan untuk mengikat atau menghilangkan air yang tertinggal di dalam ester karena
ketidaksempurnaan pemisahan lapisan ester dan lapisan air. Setelah menyerap molekul air
dari ester, MgSO4 yang sebelumnya merupakan anhidrat berubah menjadi senyawa hidrat
yang mengikat molekul H2O sehingga rumus molekulnya yaitu Na2SO4.7H2O. Reaksinya
adalah sebagai berikut :
Na2SO4 (s) + 7H2O (l) → Na2SO4.7H2O
Setelah dikocok dan dibiarkan beberapa menit, kemudian larutan ester disaring.
Filtrat yang diperoleh berwarna kuning agak kecoklatan dan jernih. Hasil ester yang berupa
n-butil asetat tersebut diukur massanya. Dari hasil penimbangan diperoleh massa n-butil
asetat sebanyak 30,2 gram dan rendemen sebesar 162,7. Berdasarkan hasil perhitungan
secara teoritis seharusnya diperoleh massa n-butil asetat sebanyak 18,56 g.
Adanya ketidaksesuaian massa yang dihasilkan dengan massa secara teoritis bisa
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
Ketidak telitian dalam penimbangan
Masih adanya pengotor yang masih tercampur
I. Kesimpulan
Dari data hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
n-butil asetat dapat dibuat dengan cara mereaksikan n-butil alcohol dan asam
asetat glacial dengan katalis H2SO4.
Massa ester berupa n-butil asetat yang dihasilkan adalah 30,2 gram dan
rendemen sebesar 162,7
J. Daftar Pustaka
Anshory, Irvan. 2003. Kimia SMU untuk kelas 3. Jakarta: Erlangga
Ciptadi. 1999. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Palangkaraya: UNPAR
Clark, Jim, 2007, Pembuatan ester, http://www.chem-is-try.org/materi kimia/sifat
senyawa organik/ester 1/pembuatan ester, 21 November 2013
Fessenden & Fessenden. 1999. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga
Hart, Harold. 1999. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Jakarta : Erlangga
Irdoni.HS., Nirwana.H.Z., 2011, Modul Pratikum Kimia Organik, Universitas Riau,
Pekanbaru
Tim Dosen Kimia Organik. 2013. Panduan Praktikum Kimia Organik I. Surabaya :
jurusan kimia FMIPA UNESA.
LAMPIRAN
JAWABAN PERTANYAAN
1. Tuliskan mekanisme reaksi pembentukan n-butil asetat!
Jawab:
2. Termasuk reaksi apakah reaksi di atas?
Jawab: Reaksi esterifikasi karena reaksi terjadi antara isobutanol (alcohol) dengan
asam asetat (asam karboksilat) menghasilkan suatu ester yaitu isobutil asetat.
3. Apakah fungsi asam sulfat, dan dapatkah asam sulfat tersebut diganti dengan asam
lainnya?
Jawab: Fungsi asam sulfat (H2SO4) adalah sebagai katalis yang mempercepat laju
reaksi dan dapat digantikan oleh katalis lain berupa asam kuat seperti HCl.
4. Jelaskan fungsi penambahan larutan NaHCO3 jenuh dan MgSO4 anhidrat!
Jawab:
Fungsi penambahan NaHCO3 jenuh adalah untuk menetralkan sisa-sisa asam dari
H2SO4 dengan mengubahnya menjadi gas CO2.
Fungsi MgSO4 adalah untuk mengikat kadar air yang masih terdapat pada ester.
5. Sebutkan bahan kimia lain yang dapat digunakan sebagai pengganti MgSO4!
Jawab: CaSO4.XH2O, CaCl2.XH2O, Na2SO4.XH2O
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
Berat ester = 30,2 gram
Perhitungan reaksi:
Massa CH3COOH = ρ x V
= 1,05 x 40 mL
= 42 gram
mol CH3COOH = gram
mr
= 42 gram
60
= 0,7 mol
Massa C4H9OH = ρ x V
= 0,81 x 15 ml
= 12,15 gram
mol C4H9OH = gram
mr
= 12,15 gram
74
= 0,16 mol
C4H9OH + CH3COOH ↔ C3H10COOCH3 + H2O
M : 0,16 0,7
R : 0,16 0,16 0,16 0,16
S : - 0,54 0,16 -
mol C3H10COOCH3 = gram
mr
0,16 = gram116
Massa C3H10COOCH3 = 116 x 0,16
= 18,56 gram (massa teoritis)
% rendemen massa = massa hasil
massa teoritis×100 %
= 30,2
18,56 x 100 %
= 162,7 %
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
15 ml butanol + 3 tetes H2SO4 + 20 ml Asam Asetat glacial
Dipasang pada pendingin refluks dan dipanaskan dalam 90 – 100o C selama 2 jam
Ester yang terbentuk Dimasukkan corong pemisah dan ditambahkan 30 ml Air, dikocok
Dipisahkan, membentuk 2 lapisan Lapisan ester ditambahkan 25ml Air + 7ml NaHCO3
Dikocok sambil dikeluarkan gasnya Dipisahkan kembali Didapatkan lapisan ester
Ester + 2,5 gram MgSO4 Dikocok dan disaring Ester ditimbang