laporan mikromeritika

42
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II MIKROMERITIKA NAMA : INTAN HARTANTO NPM : 260110140153 HARI,TANGGAL PRAKTIKUM : RABU, 6 MEI 2015 ASISTEN : 1. NURUL ROHMANIASARI 2. ZEFANYA OKTIVINA LABORATORIUM FARMASI FISIKA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR

Upload: inda-hadiyanto

Post on 04-Dec-2015

460 views

Category:

Documents


28 download

DESCRIPTION

Laporan praktikum Mikromeritika

TRANSCRIPT

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II

MIKROMERITIKA

NAMA : INTAN HARTANTO

NPM : 260110140153

HARI,TANGGAL PRAKTIKUM : RABU, 6 MEI 2015

ASISTEN : 1. NURUL ROHMANIASARI

2. ZEFANYA OKTIVINA

LABORATORIUM FARMASI FISIKA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2015

Abstrak

Mikromeritika adalah ilmu atau teknologi yang mempelajari tentang

partikel . Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan kerapatan partikel

dengan piknometer , menentukan kecepatan alir serbuk dan sudut istirahat , serta

menentukan kerapatan curah dan kerapatan mampat. Bahan yang digunakan dalam

praktikum ini adalah Strach 1500 dan menggunakan pelarut organik yaitu paraffin

cair. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat pemampat serbuk dan allat

pengukur kecepatan alir serbuk. Hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah

kerapatan sampel yang diukur dengan menggunakan piknometer diperoleh hasil 3,61

gr/ml. Hasil dari sifat alir strach 1500 dapat disimpulkan bahwa dengan perhitungan

Indeks Carr , strach 1500 memiliki sifat aliran buruk, dengan menggunakan Rasio

Hausner , strach 1500 memiliki sifat aliran cukup , sedangkan dengan menggunakan

sudut istirahat dari strach 1500 memiliki sifat aliran cukup.

Kata Kunci : Mikromeritika, partikel , piknometer, kerapatan curah , kerapatan

mampat , strach 1500, paraffin cair, Indeks Carr, Rasio Hausner, sudut istirahat

Abstract

Mikromeritic is a science or technology to learn about particles. The purpose of this

experiment is to determine the density of particles with a pycnometer , determine the

flow rate of the powder and the angle of rest, as well as determining the bulk density

and the tapped density . Materials used in this experiment is Strach 1500 and using

an organic solvent that is liquid paraffin. The tools used in this lab is a tool

compressor measuring powders and powder flow rate. The results obtained from this

experiment is that the sample density was measured using a pycnometer result 3,61

gr/ml. Results from Strach 1500 flow properties can be concluded that the calculation

of Carr Index, Strach 1500 has poor flow properties, by using the Hausnerr Ratio,

Strach 1500 has insufficient flow properties, while using the angle of rest of Strach

1500 has insufficient flow properties.

Keywords : mikromeritic , particles, Pycnometer , bulk density, tapped density

Strach 1500, liquid paraffin, Carr's index, Hausner ratio, the angle of rest.

I. Tujuan

1. Menentukan ukuran partikel secara mikroskopik

2. Menentukan kerapatan partikel dengan menggunakan piknometer

3. Menentukan kecepatan alir serbuk dan sudut

4. Menentukan kerapatan curah ( ruah, longgar, bulk) dan kerapatan

mampat

5. Menentukan sifat aliran serbuk

II. Prinsip

1. Kalibrasi mikrometer

Kalibrasi sebuah micrometer yaitu adjustment kembali ketitik nol

untuk mendapatkan hasil ukur yang lebih presisi (Takarina, 2014).

2. Kerapatan sejati

Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang

terbuka dan tertutup (Mochtar,1990).

3. Kecepatan alir serbuk dan istirahat

Kecepatan alir diperoleh dari waktu dalam detik yang diperlukan

sejumlah tertentu serbuk untuk mengalir melewati corong. Sudut

istirahat diperoleh dengan mengukur tinggi dan diameter tumpukan

serbuk yang terbentuk (Lachman, 1994).

4. Kerapatan curah dan kerapatan mampat

Kerapatan curah adalah ketika volume diukur pori intra partikel dan

pori antarpartikel.

Kerapatan mampat adaah volume yang dilihat ketika fluid bergerak

melewati partikel (Gibson.2004).

5. Adhesi dan kohesi

Adhesi didefinisikan sebagai gaya tarik menarik antar partikel yang

berbeda jenis.

Kohesi didefinisikan sebagai gaya tarik menarik antar partikel sejenis

(Febriyani,2014).

6. Gravitasi

Gravitasi adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel

yang memiliki massa di alam semesta (Mesuji,2014).

III. Reaksi

-

IV. Teori Dasar

Mikromeritika adalah ilmu dan teknologi mengenai partikel kecil.

Pengetahuan dan kontrol dari ukuran partikel penting dalam ilmu farmasi

dan material. Ukuran dan juga luas permukaan partikel, dapat

berhubungan dengan sifat fisik, sifat kimia dan sifat-sifat farmakologi dari

obat-obatan. Secara klinis, ukuran partikel obat dapat mempengaruhi

pelepasan dari bentuk sediaan yang diberikan secara oral, parenteral,

rektal dan topikal. Formulasi yang baik dari suspensi, emulsi dan tablet,

baik stabilitas fisika dan respon farmakologi juga tergantung pada ukuran

partikel yang ada dalam produk. Pengetahuan dan pengendalian ukuran,

serta kisaran ukuran partikel sangat penting dalam farmasi. Jadi ukuran,

dan karenanya juga luas permukaan, dari suatu partikel dapat dihubungkan

secara berarti pada sifat fisika, kimia dan farmakologi dari suatu obat

(Pratiwi, 2012).

Mikromeritika diartikan oleh Dalla Valle sebagai ilmu dan

teknologi partikel kecil . Dispersi koloid diartikan oleh partikel yang

terlalu kecil untuk dilihat dengan mikroskop biasa , sedangkan partikel

emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk halus berada dalam jangkauan

mikroskop optik . Kisaran ukuran partikel dapat dikelompokkan menjadi :

Ukuran partikel (µm¿ Ukuran

Ayakan

Contoh

0,5 – 10 - Suspensi , emulsi halus .

10 – 50 - Batas atas jarak di bawah

ayakan, partikel emulsi kasar,

partikel suspensi terflokulasi

50 – 100 325-140 Batas bawah ayakan, jarak

serbuk halus

150 – 1000 100-18 Jarak serbuk kasar

1000 – 3360 18-6 Ukuran granula rata-rata

(Martin, 2008).

Terapan dari mikromeritika adalah untuk menghitung luas

permukaan, sifat kimia dan fisika dalam formulasi obat, secara teknis

mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara per oral, suntikan dan

topikal, sembuatan obat bentuk emulsi, suspensi dan duspensi,Stabilitas

obat (tergantung dari ukuran partikel) (Parrot, 1970).

Ukuran partikel dapat dinyakan dengan berbagai cara. Ukuran

diameter rata-rata dan beberapa cara pengukuran partikel yaitu :

1.      Metode Miroskopik

Bila partikelnya lebih kecil yaitu partikel dengan ukuran

Angstrom. Dari 10 – 1000 Angstrom (1 Angstrom = 0,001 mikrometer),

mikroskop ini mempunyai jelajah ukur dari 12 mikrometer sampai kurang

lebih 100 mikrometer (Effendy, 2003).

2.      Metode Pengayakan

Cara ini untuk mengukur ukuran partikel secara kasar. Bahan yang

akan diukur partikelnya ditaruh di atas ayakan dengan nomor mesh

rendah. Kemudian dibawahnya ditaruh/ditempatkan ayakan dengan

ayakan  dengan nomor mesh yang lebih tinggi. Perla diingat bahwa

ayakan dengan nomor mesh rendah  mempunyai usuran lubang relatif

besar dibandingkan dengan ayakan dengan nomor mesh tinggi. Atau

dengan kata lain partikel melalui ayakan nomor mesh 100 ukuran partikel

lebih kecil dibanding dengan partikel yang melalui ayakan nomor mesh 30

(Effendy, 2003).

3.      Metode Sedimentasi

Ukuran partikel dari ukuran saringan seperti salah satunya

seringkali disangkutkan dalam bidang farmasi. Metode sedimentasi di

dasarklan pada hukum Stoke, serbuk yang akan diukur disuspensikan

dalam cairan, dimana serbuk tidak dapat larut. Suspensi ini ditempatkan

pada sebuah pipet yang bervariasi. Sampel ini diuapkan untuk dikeringkan

dan residunya ditimbang. Setiap sampel ditarik  yang mempunyai ukuran

partikel; yang lebih kecil dari yang dihubungkan dengan kecepatan.

Pengendapan karena semua partikel dengan ukuran yang lebih panjang

akan jatuh ke level bawah dari ujung pipet (Parrot, 1970).

Parameter yang digunakan untuk mengevaluasi massa tablet

adalah pemeriksaan laju alirnya. Massa tablet dimasukkan sampai penuh

ke dalam corong alat uji waktu alir dan diratakan. Waktu yang diperlukan

seluruh massa untuk melalui corong dan berat massa tersebut dicatat. Laju

alir dinyatakan sebagai jumlah gram massa tablet yang melalui corong

perdetik. Waktu alir serbuk yang baik adalah jika waktu yang diperlukan

kurang lebih atau sama dengan 10 detik untuk 100 gram serbuk. Dengan

demikian kecepatan alir yang baik adalah lebih besar dari 100 gram/detik

(Lachman, 1994). Sudut istirahat diperoleh dengan mengukur tinggi dan

diameter tumpukan serbuk yang terbentuk. Bila sudut diam lebih kecil

atau sama dengan 30° menunjukkan bahwa serbuk dapat mengalir bebas,

bila sudut lebih besar atau sama dengan 40° biasanya daya mengalirnya

kurang baik (Lachman, 1994).

Kerapatan curah didapat dari sejumlah tertentu serbuk yang

ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur lalu dicatat

volumenya. Untuk mendapatkan kerapatan mampat, gelas ukur yang berisi

serbuk tersebut diketukkan setinggi 2,5 cm dalam interval 2 detik. Setiap

10 ketukan volume dicatat sampai volumenya tidak berubah (Lachman,

1994).

Piknometer adalah sebuah peralatan laboratorium yang bentuknya

serupa dengan botol parfum dan terbuat dari kaca. Alat ini digunakan

untuk mengukur nilai massa jenis fluida. Piknometer terdapat dalam

berbagai ukuran, tetapi yang sering dipakai adalah yang berukuran 10 ml

dan 25 ml. Alat ukur volume ini terdiri atas tiga bagian , antara lain :

1. Tabung ukur yang berfungsi untuk mengukur volume cairan

2. Tutup piknometer yang berfungsi untuk menjaga suhu di dalam

piknometer

3. Lubang (Anneahira, 2013).

V. Alat dan Bahan

A. Alat

1. Alat pemampat serbuk

2. Alat pengukur kecepatan alir serbuk

3. Gelas ukur 100 ml

4. Piknometer mulut lebar 25 ml

B. Bahan

1. Asetosal

2. Ampro tab

3. Parafin cair

4. Parasetamol

5. Primojel

6. Strach 1500

C. Gambar alat

1. Alat pemampat serbuk

2. Alat pengukur

kecepatan alir serbuk

3. Gelas ukur 100 ml

4. Piknometer mulut lebar 25 ml

VI. Prosedur

6.1 Menentukan kerapatan partikel dengan piknometer

Pertama- tama ditimbang piknometer 10 ml dengan menggunakan

neraca analitik. Kemudian solven dimasukkan ke dalam piknometer

lalu piknometer yang berisi solven ditimbang. Setelah itu solven

dituang 2-3 ml dan dimasukkan primojel lalu ditambah dengan solven

sampai tanda batas lalu ditimbang kembali. Setelah didapat bobot

masing- masing kerapatan partikel dihitung.

6.2 Menentukan kecepatan alir serbuk dan sudut istirahat

Pertama-tama sampel diitimbang dengan menggunakan neraca

analitik. Setelah itu sampel dimasukkan ke dalam corong yang lubang

bagian bawahnya ditutup. Kemudian lubang bawah dibuka dan waktu

untuk serbuk turun dicatat. Setelah itu timbunan serbuk yang terbentuk

diukur untuk menentukan sudut istirahat. Timbunan tersebut diukur

diameter, tinggi puncak, sudut yang terbentuk antara lengkung

timbunan dengan bidang datar. Lalu dihitung sudut istirahatnya.

6.3 Menentukan kerapatan curah

Pertama- tama sampel ditimbang dengan menggunakan neraca

analitik. Setelah itu sampel dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml.

Kemudian gelas ukur ditempatkan pada alat pemampat serbuk. Alat

dihidupkan dan diukur volume serbuk tiap ketukan dari ketukan 0, 50,

100, 125, 200, 250, 300. Setelah itu dihitung rasio hausner dan indeks

carr.

VII. Data Pengamatan

Penentuan Kerapatan Partikel dengan Piknometer

Bobot piknometer kosong = 15,9 gram

Bobot piknometer + pelarut = 36,6 gram

W2 = 36,6 – 15,9 gram = 20,6 gram

Bobot sampel = 1 gram

Bobot piknometer +plarut +sampel= 36,8 gram

W3 = 36,8 – 15,9 = 20,9 gram

ρ= 20,6× 120,6−15,9+1

ρ=20,65,7

=3,61 gr /ml

Kecepatan alir dan sudut istirahat

Pengulanga

n

Waktu

(s)

Diameter

(cm)

Tinggi

(cm)

Tan θ θ

1 27,32 9,35 4 0,85 40,36˚

2 36,80 9,55 4 0,84 40,03˚

3 25,36 10,05 3,9 0,77 37,59˚

Rata-rata 29,59 28,96 3,96 0,693 39,32˚

Perhitungan:

Sudut istirahat (tanθ ¿= tinggijari− jari

tanθ= 89,35

= 0,85

θ=40,36˚

tanθ= 89,55

= 0,84

θ=40,03˚

tanθ= 810,05

= 0,77

θ=37,59˚

Kecepatan alir = massawaktu

(1) Kecepatan alir = 25

27,32=0,915 gr /s

(2) Kecepatan alir = 25

36,80=0,692 gr /s

(3) Kecepatan alir = 25

28,96=0,986

grs

(4) Rata-rata = 0,915+0,692+0,986

3=0,864

grs

Kerapatan curah dan kerapatan mampat

Bobot sampel = 25 gram

No Jumlah

ketukan

Volume Kerapatan

1 50 48 0,52

2 100 40,5 0,617

3 125 40 0,625

4 200 40 0,625

5 250 40 0,625

6 300 40 0,625

7 Volume awal 58 0,431

Perhitungan:

ρ= massavolume

(1) ρ=2548

=0,52 gr /cm3

(2) ρ= 2540,5

=0,617 gr /cm 3

(3) ρ=2540

=0,625 gr /cm3

(4) ρ=2540

=0,625 gr /cm3

(5) ρ=2540

=0,625 gr /cm3

(6) ρ=2540

=0,625 gr /cm3

(7) ρ=2558

=0,431 gr /cm 3

Indeks Carr =

IC= ρ mampat−ρ curahρ mampat

x100 %

= IC=0,625−0,4310,625

x100 %

= 31,04 %

Rasio Hausnerr = kerapatan mampatkerapatan curah

= 0,6250,431

= 1,45

Penentuan Kerapatan Partikel dengan Piknometer

No. Perlakuan Hasil Gambar

1. Piknometer 25 mL

kosong ditimbang

W1 = 15,9 gram

2. Solven yang tidak

melarutkan diukur

sebanyak 25 mL,

lalu dituang ke

piknometer,

kemudian ditimbang

(W1’)

Didapatkan bobot

solven

W2 = 20,6 gram

3. Ditimbang 1 gram

serbuk starch 1500

(W3)

1 gram serbuk starch

1500

4. Beberapa mL

paraffin dikeluarkan

dari piknometer dan

serbuk starch 1500 1

gram dimasukkan ke

dalamnya (W5),

kemudian ditimbang

Didapatkan W4

W4 = 20,9 gram

5. Dihitung kerapatan

sejatinya

ρ = 3,61 gram/mL

Kecepatan alir dan sudut istirahat

No. Perlakuan Hasil Gambar

1. Serbuk starch

1500 ditimbang

sebanyak 25

gram

25 gram serbuk

starch 1500

2. Digerus hingga

halus

menggunakan

mortir, lalu

diayak dengan

pengayak no.

100

Serbuk lebih halus

3. Serbuk starch

1500 25 gram

dimasukkan ke

dalam corong

pada alat

pengukur

kecepatan alir

serbuk yang

lubang

bawahnya

ditutup

Serbuk starch 1500

dalam corong,

belum mengalir

4. Dibuka tutup

bawah, diamati,

dan dicatat

waktunya saat

seluruh sampel

mengalir

Serbuk sulit

mengalir sehingga

dibutuhkan alat

bantu untuk

mengalirkan

serbuk

Waktu (detik)

Pengulangan 1:

27,32

Pengulangan 2:

36,11

Pengulangan 3:

25,36

Rata-rata =

29,59

5. Diukur

diameter

timbunan

serbuk dengan

menentukan 4

garis diameter

dan diambil

harga rata-

ratanya

Diameter (cm)

Pengulangan 1 =

9,35

Pengulangan 2 =

9,55

Pengulangan 3 =

10,05

Rata-rata =

28,95

6. Diukur tinggi

timbunan

serbuk

Tinggi (cm)

Pengulangan 1 = 4

Pengulangan 2 = 4

Pengulangan 3 =

3,9

Rata-rata =

3,96

7. Sudut istirahat

dihitung

dengan data

diameter dan

tinggi timbunan

θ1 = 40,36˚

θ2 = 40,03˚

θ3 = 37,59˚

dari serbuk

Kerapatan curah dan kerapatan mampat

No

.

Perlakuan Hasil Gambar

1. Ditimbang serbuk starch 1500

sebanyak 25 gram sebanyak dua

kali, dimasukkan dalam beaker

glass

50 gram

serbuk

starch 1500

dalam

beaker

glass

2. Serbuk starch 1500 40 gram

dimasukkan ke dalam gelas ukur

100 mL yang terdapat di atas alat

pemampat serbuk, volume

serbukdicatat

Didapatkan

volume

curah

sebesar 58

mL

3. Serbukdimampatkanmenggunakan

alat pemampat serbuk dengan

variasi ketukan : 50, 100, 125,

200, 250, dan 300 ketukan.

Volume mampat dicatat untuk

setiap ketukan

Ketukan

50 = 48

mL

100 = 40,5

mL

125 = 40

mL

200 = 40

mL

250 = 40

mL

300 = 71

mL

4. Kerapatan mampat dihitung ρ1 = 0,53

gram/mL

ρ2 = 0,54

gram/mL

ρ3 = 0,55

gram/mL

ρ4 = 0,56

gram/mL

ρ5 = 0,56

gram/mL

ρ6 = 0,56

gram/mL

VIII. Pembahasan

Praktikum kali ini mengenai mikromeritika. Ada empat tujuan yang

harus dicapai dalam praktikum ini yaitu dapat menentukan kerapatan

partikel dengan menggunakan piknometer, dapat menentukan kecepatan

alir serbuk dan sudut istirahat, dapat menentukan kerapatan curah dan

kerapatan mampat, dapat menentukan sifat aliran serbuk.

Kerapatan yang akan dicari dalam praktikum mikromeritika ini ada 3,

yaitu kerapatan curah, kerapatan mampat dan kerapatan sejati. Alat yang

digunakan untuk menentukan kerapatan tersebut berdeda-beda. Kerapatan

curah akan ditentukan menggunakan alat pemampat serbuk dimana

merupakan hasil perbandingan antara massa serbuk dengan volume

serbuk. Kerapatan mampat akan ditentukan dengan alat tapping density

dimana merupakan kerapatan yang diperoleh pada saat serbuk berada di

dalam gelas ukur yang ada pada alat pemampat serbuk dan diketuk-

ketukkan atau dimampatkan sampai volumenya tetap. Kerapatan sejati

dapat ditentukan dengan piknometer.

Sampel serbuk yang akan digunakan dalam praktikum kali ini adalah

serbuk starch 1500. Menurut Handbook of Pharmaceutical Excipient

(HOPE) , Strach 1500 memiliki pemerian agak kasar, putih , serbuk

berwarna putih, dan tidak berbau . Kelarutan dari strach 1500 adalah

praktis tidak larut dalam pelarut organik . Biasanya strach 1500 ini juga

memiliki khasiat sebagai bahan pengawet dan juga sebagai penghancur .

Stabilitas dari strach 1500 ini adalah tetap stabil tetapi bersifat higroskopis

,sehingga dalam penyimpanannya harus disimpan dalam wadah tertutup

baik dan tidak kontak langsung dengan udara karena apabila hal tersebut

terjadi maka serbuk dari strach 1500 akan lembab dan dalam

penggunaannya akan sangat sulit.

Selain itu, strach 1500 merupakan eksipien yang memiliki multifungsi

diantaranya adalah sebagai pengikat, lubrikan(zat pengisi) , desitegran,

dan pemberi rasa. Selain itu, starch merupakan eksipien yang unik karena

memiliki sifat alir dan juga granulasi yang baik. Starch 1500 memiliki

kompatibilitas yang baik, aliran yang baik serta pelumas yang baik. Starch

1500 merupakan pengikat yang sangat baik menghasilkan granulasi yang

kompresibel . Selain itu, Starch 1500 mengandung 20% fraksi larut air

sehingga berguna untuk granulasi basah. Fraksi yang larut air ini bertindak

sebagai pengikat, dan sisanya sebagai desintegrator.

Strach 1500 yang digunakan dalam praktikum ini terlebih dahulu

diayak dengan mesh no. 100. Hal ini karena starch 1500 memiliki

pemerian yang kasar, sehingga perlu dilakukan pengayakan agar

didapatkan starch 1500 yang lebih halus. Tujuannya agar memudahkan

dalam prosedur yang mengharuskan sampel agar halus seperti penentuan

kecepatan aliran dan dalam menentukan kerapatan mampat.

Dalam praktikum ini, pertama-tama akan dilakukan penentuan

kerapatan sejati dari serbuk starch 1500 menggunakan piknometer.

Piknometer yang digunakan adalah piknometer 25 ml. Dalam

pmenggunakan piknometer, harus dengan hati-hati karena piknometer

tidak boleh tersentuh oleh jari. Hal tersebut akan menyebabkan sidik jari

atau protein pada jari akan menempel pada piknometer dan membuat berat

dari piknometer meningkat sehingga akan menyebabkan ketidak akurataan

pada perhitungan kerapatan.

Cara menggunakan piknometer adalah, piknometer kosong ditimbang

terlebih dahulu agar didapatkan massa dari piknometer. Penimbangan

dilakukan di atas kertas perkamen dengan menggunakan neraca analitik,

didapatkan berat piknometer kosong adalah 15,9 gram. Setelah itu ,

piknometer diisi dengan menggunakan pelarut hingga tanda batas

piknometer 25 ml. Pelarut yang digunakan dalam praktikum ini adalah

Parafin cair.

Parafin cair merupakan cairan kental, transparan , tidak berfluoresensi,

tidak berwarna , hampir tidak berbau , dan hampir tidak mempunyai rasa.

Berdasarkan prinsip like dissolve like, dimana pelarut polar akan

melarutkan senyawa polar dan sebaliknya, maka parafin cair tidak dapat

melarutkan starch 1500. Parafin cair tidak dapat larut dengan sampel

karena untuk mengetahui massa dari pelarut tersebut .Apabila pelarut akan

melarutkan sampel, maka akan sulit ditentukan massa dari pelarut.

Hasilnya didapatkan bobot piknometer dengan parafin cair adalah adalah

36,5 gr.

Serbuk starch 1500 perlu dicampurkan dengan pelarut parafin cair,

karena piknometer tidak dapat menghitung kerapatan dari sediaan

berbentuk padat seperti serbuk, namun harus dalam bentuk cair.

Selanjutnya pelarut dalam piknometer dikeluarkan dengan pipet sebanyak

2-3 tetes dan dimasukkan 1 gram starch 1500 ke dalam piknometer,

kemudian ditimbang. Hasilnya didapatkan bobot starch 1500 + parafin

cair + piknometer adalah 36,8 gram.

Berdasarkan perhitungan untuk menghitung kerapatan sejati dari

sampel, digunakan rumus :ω1 ω2

25(ω1−ω3+ω2) . Hasilnya diperoleh

kerapatan sejati dari starch 1500 adalah 3,61 gr/ml.

Selanjutnya penentuan kecepatan aliran serbuk dengan alat penentu

kecepatan aliran serbuk yang digunakan untuk menghitung sudut istirahat

dari serbuk. Pertama-tama, starch 1500 ditimbang sebanyak 25 gram

dengan neraca analitik. Kemudian bagian bawah dari corong alat penentu

kecepeatan aliran serbuk ditutup/dihalangi. Starch 1500 kemudian

dimasukkan ke dalam corong atas dari alat penentu kecepatan aliran

serbuk. Ketika corong dibuka, starch 1500 akan mulai mengalir dan

dengan menggunakan stopwatch waktu dicatat ketika starch 1500 mulai

mengalir hingga telah mengalir seluruhnya.

Parameter yang berperan penting dalam penentuan kecepatan alir

serbuk adalah tinggi serbuk dan diameter yang dihasilkan pada saat serbuk

tersebut selesai mengalir melalui alat penentu kecepatan aliran serbuk.

Selain itu, kecepatan alir serbuk juga sangat dipengaruhi ukuran partikel.

Maka dari itu starch 1500 disaring menggunakan mesh no. 100 terlebih

dahulu, dan selain melalui penyaringan, dapat juga dilakukan penggerusan

dengan mortir dan stamper.

Dalam melakukan prosedur ini, starch yang telah berada dalam corong

tidak mengalir, walaupun telah dibuka penutup dari corong tersebut. Hal

ini dapat diatasi dengan cara menyalakan penggetar pada alat penentu

kecepatan aliran serbuk. Namun karena penggetar tidak dinyalakan, maka

aliran dari starch 1500 dibantu dengan menggunakan batang pengaduk

yang digunakkan untuk menekan starch yang berada pada corong agar

mengalir. Sampel serbuk yang tidak mengalir dapat terjadi umumnya

karena serbuk tersebut masih kasar, sehingga perlu dilakukan penggerusan

atau penyaringan sehimgga gaya kohesif diantara parikel besarnya sama

dengan gaya gravitasi. Dalam hal ini serbuk starch 1500 telah halus karena

telah melalui penyaringan, sehingga starch 1500 tidak mau mengalir

karena serbuk starch 1500 tidak kering atau lembab, sehingga antar

partikel yang 1 dan yang lain menempel atau menempel dengan corong.

Hasilnya diperoleh kecepatan alir starch adalah 0,846 gr/s dan sudut

istirahatnya adalah 39,32o. Sudut istirahat dengan nilai adalah 39,32o.

menandakan bahwa sifat aliran serbuk starch 1500 termasuk ke sifat aliran

cukup.

Prosedur selanjutnya adalah dengan melakukan prosedur penentuan

kerapatan curah dan kerapatan mampat dari starch 1500 dengan

menggunakan alat pemampat serbuk/tapping density yang dibagian

atasnya terdiri dari gelas ukur 100 ml yang berfungsi untuk meletakkan

sampel yang akan digunakan untuk menentukan kerapatan curah dan

kerapatan mampatnya. Alat pemampat serbuk ini , dapat digunakan untuk

mengatur jumlah ketukannya sehingga dapat menentukan jumlah ketukan

dari sampel. Sampel yang ditimbang untuk penentuan ini sebanyak 25

gram dengan menggunakan neraca analitik kemudian dimasukkan dalam

gelas ukur tersebut dan alat dinyalakan. Sebelum dinyalakan, kecepatan

ketukan alat diatur rendah atau tidak terlalu cepat, sehingga jumlah

ketukan dapat dihitung secara manual. Selanjutnya sampel tersebut

dihitung ketukannya dan volumenya. Volume yang pertama ini yang

digunakan untuk menentukan kecepatan curah. Jumlah ketukan yang

digunakan adalah 0,50,100,125,200,250,300.

Hasilnya, pada ketukan ke 125 hingga 300, nilai kerapatan telah sama.

Didapatkan kerapatan yang sama dengan ketukan yang sedikit

dikarenakan sampel telah halus sehingga akan lebih mudah memadat.

Selanjutnya dilakukan penentuan aliran serbuk dari sampel Strach

1500. Parameter penentuan sifat alir serbuk yairu Indek Konsolidasi Carr,

Rasio Hausner , dan sudut istirahat . Sifat alir serbuk itu sendiri

dipengaruhi olej ukuran partikel , bentuk , kerapatan, porositas, dan

susunan permukaan partikel. , IKC sering digunakan dalam indikasi sifat

aliran IKC yang semakin besar menandakan sifat aliran yang semakin

buruk . Nilai IKC dapat ditentukan dengan rumus:

IC = kerapatan M ampat – Kerapa tan Cu rah x 100%

Kerapatan Mampat

Hasilnya didapatkan IC sebesar 31,04% yang menunjukkan bahwa

sifat starch 1500 termasuk ke dalam buruk. Hal tersebut karena nilai IC di

atas 25% berarti memiliki sifat aliran buruk.

IC ini nama lain dari kompresbilitas. Kompresbilitas sangat penting

dan diperhatikan dalam pembuatan sediaan tablet. 31,04% termasuk dalam

kompresbilitas kurang, sehingga kurang baik untuk dijadikan tablet.

Rasio Hausner merupakan perbandingan antara kerapatan mampat

dengan kerapatan curah .Rasio Hausner dapat ditentukan dengan

menggunakan rumus :

RH = Kerapatan mampat

Kerapatan curah

Hasilnya didapatkan RH sebesar 1,45 yang menunjukkan bahwa sifat

aliran serbuk starch 1500 adalah yang diperoleh dengan perhitungan RH ,

sifat aliran serbuk adalah cukup, karena berada tipis pada rentang <1,25

dimana menandakan sifat alir serbuk adalah baik.

Bila ditinjau berdasarkan Handbook of Pharmaceutical Excipient

(HOPE), starch 1500 seharusnya memiliki sifat alir serbuk yang baik dan

kompresibilitas yang baik. Namun dalam praktikum ini, didapatkan sifat

aliran serbuk yang berbeda-beda dan kompresibiltas yang tidak sesuai. Hal

ini terjadi karena ketidaktelitian dalam pengujian, sampel serbuk yang

menjadi lembab, dan sampel serbuk yang belum halus.

IX. Kesimpulan

1. Kerapatan starch 1500 didapatkan 3,61 gr/ml.

2. Kecepatan alir starch 1500 didapatkan 0,846 gr/s dan sudut istirahatnya

didapatkan 39,32o.

3. Kerapatan curah starch didapatkan 0,0431 gr/cm3 dan kerapatan mampat

didapatkan 0,625 gr/cm3.

4. Sifat aliran serbuk starch 1500 cukup.

X. Daftar pustaka

Anneahira. 2013. Mengenal Alat Ukur Volume dan Cara

Menggunakannya. tersedia online di http://www.anneahira.com/alat-

ukur-volume.htm [Diakses pada 11 Mei 2015]

Effendy, M. 2003. Penuntun Praktikum Farmasi Fisik. Makassar :

Universitas Hasanuddin

Febriyani,Eka.2014.Adhesi-Kohesi. tersedia online di

http://www.informasi- pendidikan.com/2014/12/kohesi-dan-

adhesi.html?m=1 [Diakses pada 11 Mei 2015]

Gibson, M. 2004. Pharmaceutical preformulation and formulation. USA :

CRC Press

Lachman, L., H. A. Lieberman & J.L Kanig. 1994.  Teori dan Praktek

Farmasi Industri Jilid I Edisi II. Jakarta : Penerbit Universitas

Indonesia

Martin. 2008. Farmasi Fisika. Jakarta : UI Press

Mesuji, dudung. 2014. Pengertian Gravitasi Bumi menurut Hukum

Newton. tersedia online di

http://www.dosenpendidikan.com/pengertian- gravitasi-bumi-

menurut-hukum-newton/ [Diakses pada 18 April 2015]

Mochtar. 1990. Farmasi Fisika. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada

Press

Parrot, L, E. 1970. Pharmaceutical Technologi. Mineapolish : Burgess

Publishing Company

Pratiwi. 2012. Mikromeritika. tersedia online di

http://www.academia.edu/5025252/Mikromiretik-printblog [Diakses

pada 11 Mei 2015]

Takarina,M. 2014. Cara Kalibrasi Mikrometer. tersedia online di

http://www.pipercomex.com/2011/10/cara-kalibrasi-micrometer.html

[Diakses pada 11 Mei 2015]

Lapiran