percobaan 6lkjandcl

29
PERCOBAAN VI SKRINING FITOKIMIA SENYAWA BAHAN ALAM I. HARI/TANGGAL : Sabtu, 28 September 2013 II. TUJUAN : Seteah mengikuti percobaa ini, diharapkan mahasiswa dapat : 1. Mengenal dan memahami tehnik-tehnik skrining fitokimia bahan alam 2. Mengetahui jenis-jenis pereaksi yang digunakan dalam skrining fitokimia bahan alam 3. Melakukan skrining fitokimia bahan alam dari suatu simplisia tumbuhan. III. LANDASAN TEORI Fitokimia atau kadang disebut fitonutrient, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit(Clark, 2010). Penapisan kimia merupakan tahap awal dari pengerjaan secara kimia. Metode yang digunakan harus bersifat sederhana, pengerjaannya cepat, menggunakan peralatan yang minimun, menggunakan reagen yang selektif terhadap suatu golongan senyawa tertentu, memiliki limit deteksi

Upload: novra-yansyah

Post on 31-Dec-2015

147 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

uahsdiuhaisd

TRANSCRIPT

Page 1: PERCOBAAN 6lkjandcl

PERCOBAAN VI

SKRINING FITOKIMIA SENYAWA BAHAN ALAM

I. HARI/TANGGAL : Sabtu, 28 September 2013

II. TUJUAN :

Seteah mengikuti percobaa ini, diharapkan mahasiswa dapat :

1. Mengenal dan memahami tehnik-tehnik skrining fitokimia bahan alam

2. Mengetahui jenis-jenis pereaksi yang digunakan dalam skrining

fitokimia bahan alam

3. Melakukan skrining fitokimia bahan alam dari suatu simplisia

tumbuhan.

III. LANDASAN TEORI

Fitokimia atau kadang disebut fitonutrient, dalam arti luas adalah segala jenis

zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran

dan buah-buahan. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa

yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal

tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki

peran aktif bagi pencegahan penyakit(Clark, 2010).

Penapisan kimia merupakan tahap awal dari pengerjaan secara kimia. Metode

yang digunakan harus bersifat sederhana, pengerjaannya cepat, menggunakan

peralatan yang minimun, menggunakan reagen yang selektif terhadap suatu

golongan senyawa tertentu, memiliki limit deteksi yang rendah dan memberikan

informasi tambahan mengenai ada atau tudaknya gugus fungsi tertentu(Harborne,

1973).

1) Steroid / Triterpenoid

Steroid adalah triterpenoida yang kerangka dasarnya sistem cincin siklo

pentana perhidrofenantren. Uji yang biasa digunakan adalah reaksi Liebermann-

Burchard yang dengan kebanyakan triterpen dan steroid memberikan warna hijau-

biru (Harbone, 1987).

Gambar Struktur steroid

Page 2: PERCOBAAN 6lkjandcl

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik,

yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang rumit, kebanyakan berupa

alkohol, aldehid atau asam karboksilat. berupa senyawa tanwarna, berbentuk

kristal, sering kali bertitik leleh tinggi dan aktif optik (Harbone, 1987).

Triterpenoid dapat dipilah menjadi sekurang-kurangnya menjadi empat

golongan senyawa: triterpenoid sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida

jantung. Saponin dan glikosida jantung merupakan triterpenoida dan steroid yang

terutama terdapat sebagai glikosida (Harbone, 1987).

2) Alkaloid

Alkaloida merupakan senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau

lebih atom nitrogen, bersifat optis aktif. Kebanyakan alkaloid berbentuk kristal

dan hanya sedikit yang berupa cairan pada suhu kamar. Sebagian besar alkaloid

berasa pahit. Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dan banyak yang

mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol, jadi banyak digunakan secara luas

dalam bidang pengobatan (Harborne, 1987).

Alkaloid dari tanaman kebanyakan merupakan senyawa amina tersier dan

yang lainnya terdiri dari nitrogen primer, sekunder, dan quartener (Poither, 2000).

Semula alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya

bersifat basa dan sebagian besar atom nitrogen ini merupakan cincin aromatis

(Achmad, 1986). Berdasarkan asam amino penyusunnya, alkaloid asiklis yang

berasal dari asam amino ornitin dan lisin. Alkaloid aromatis jenis fenilanin

berasal dari fenilalanin, tirosin dan 3,4-dihidrosifenilalanin. Alkaloid indol yang

berasal dari trifon.

Sebagian  besar  alkaloid  alami  yang  bersifat  sedikit  asam memberikan 

endapan  dengan  reaksi  yang  terjadi  dengan  reagent  Mayer  (Larutan  Kalium

Mercuri  Iodida);  reagent  Wangner  (larutan  Iodida  dalam Kalium  Iodida); 

dengan  larutan  asam  tanat, reagent  Hager  (saturasi  dengan asam  pikrat);  atau 

dengan  reagent  Dragendroff  (larutan  Kalium  Bismuth Iodida).  Endapan  ini 

berbentuk  amorf  atau  terdiri  dari  kristal  dari  berbagai warna.  Cream 

(Mayer), Kuning  (Hager),coklat  kemerah  – merahan  (Wagner dan

Dragendroff).  Caffein  dan  beberapa  alkaloid  tidak menimbulkan  reaksi

pengendapan.  Ketelitian  harus  dimulai  dari  ekstraksi  alkaloid  yang  diuji

karena bahan akan membentuk endapan dengan protein. sebagian dari protein

Page 3: PERCOBAAN 6lkjandcl

akan  membuat  tidak  larut  dari  bahan  yang  telah  diekstrak  oleh  proses

epaporasi atau mungkin disebabkan  filtrat yang  terbongkar. Jika ekstrak asli

telah  dikonsentrasi  ke  konsentrasi  rendah  akan membentuk  ekstrak  alkaloid

yang  berbentuk  basa  dengan  pertolongan  suatu  pelarut  organik  kemudian

dimasukan dalam  larutan asam encer (misalnya  : Tartrat), larutan haus bebas dari

protein dan siap untuk dilakukan uji alkaloid. (Teyler.V.E,1988).

Reaksi alkaloid dengan pereaksi Mayer

3) Flavonoid

Menurut perkiraan, kira-kira 2% dari seluruh karbon yang difosintesis oleh

tumbuhan diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya.

Sebagian besar tanin berasal dari flavonoid. Jadi flavonoid merupakan salah satu

golongan fenol alam yang terbesar (Markham, 1988).

Flavonoid mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya mempunyai

struktur C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh tiga atom

karbon yang merupakan rantai alifatik (Markham, 1988).

B

A

Gambar Struktur flavonoid

Dalam tumbuhan flavonoid terikat dengan gula sebagai glikosida dan

aglikon flavonoid yang mungkin terdapat dalam satu tumbuhan dalam bentuk

kombinasi glikosida (Harborne, 1987). Aglikon flavonoid (flavonoid tanpa gula

terikat) terdapat dalam berbagai bentuk struktur (Markham, 1988).

Page 4: PERCOBAAN 6lkjandcl

Reaksi antara Flavonoid dengan Serbuk Mg dan HCl Pekat (Hidayat, 2004 cit

Sriwahyuni, 2010).

4) Saponin

Saponin tersebar luas diantara tanaman tinggi. Keberadaan saponin sangat

mudah ditandai dengan pembentukan larutan koloidal dengan air yang apabila

dikocok menimbulkan buih yang stabil. Saponin merupakan senyawa berasa pahit

menusuk, menyebabkan bersin dan sering mengakibatkan iritasi terhadap selaput

lendir (Gunawan & Mulyani, 2004)

Saponin merupakan senyawa aktif permukaan, bersifat seperti sabun dan

dapat dideteksi berdasarkan kemampuanya membentuk busa dan menghemolisis

sel darah. Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau

pada waktu memekatkan ekstrak tumbuhan merupakan bukti terpercaya akan

adanya saponin (Harbone, 1987).

Reaksi hidrolisis saponin dalam air

(Miroslav, 1971)

5) Kuinon 

Kuinon adalah  senyawa berwarna  dan mempunyai kromofor dasar seperti

kromofor  pada  benzokuinon,  yang  terdiri  atas  dua  gugus  karbonil  yang

berkonjugasi  dengan  dua  ikatan  rangkap  karbon  –  karbon.  Untuk  tujuan

Page 5: PERCOBAAN 6lkjandcl

identifikasi,  kuinon  dapat  dipilah  menjadi  empat  kelompok  :  benzokuinon,

naftokuinon,  antrakuinon,  dan  kuinon  isoprenoid.  Tiga  kelompok  pertama

biasanya terhidroklisasi dan bersifat senyawa fenol serta mungkin terdapat in vivo

dalam bentuk gabungan dengan gula sebagai glikosida atau dalam bentuk kuinol.

  Untuk  memastikan  adanya  suatu  pigmen  termasuk  kuinon  atau bukan, 

reaksi  warna  sederhan  masih  tetap  berguna.  Reaksi  yang  khas  ialah reduksi

bolak balik yang mengubah kuinon menjadi senyawa tanwarna, kemudian warna

kembali lagi bila terjadi oksidasi oleh udara. (Harbone.J.B, 1987)

6) Fenolik

Fenolik merupakan senyawa yang  banyak ditemukan pada tumbuhan.

Fenolik memiliki cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksil (OH-)

dan gugus-gugus lain penyertanya. Senyawa ini diberi nama berdasarkan nama

senyawa induknya, fenol. Senyawa fenol kebanyakan memiliki gugus hidroksi

lebih dari satu sehingga disebut sebagai polifenol. Kelompok terbesar dari

senyawa fenolik adalah flavanoid, yang merupakan senyawa yang secara

umumdapat ditemukan pada semua jenis tumbuhan. Biasanya satu jenis tumbuhan

mengandung beberapa macam flavanoid dan hamper setiap jenis tumbuhan

memiliki profil flavanoid yang khas. Kerangka penyusun flavanoid adalah C6-C3-

C6.. inti flavanoid biasanya berikatan dengan gugusan gula sehingga membentuk

glikosida yang larut air. Pada tumbuhan flavanoid biasa disimpan dalam

vakuolasel. Beberapa jenis flavon, flavonon, dan flavonol menyerap cahaya

tampak, sehingga membuat bunga dan bagian tumbuhan yang lain berwarna

kuning atau krem terang. Sedangkan jenis-jenis yang tidak berwarna merupakan

zat penolak makan bagi serangga ataupun racun (Achmad S.A., 1986).

Senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhan

yang mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua

hidroksil. Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air karena umumnya

mereka seringkali berikatan dengan gula sebagai glikosida, dan biasanya terdapat

dalam vakuola sel (Harborne, 2006).

Page 6: PERCOBAAN 6lkjandcl

IV. ALAT DAN BAHAN

a. Alat

1) Tabung reaksi 20 buah 5) Pipet tetes

2) Erlenmeyer 250 mL 6) Lumpang

3) Plat tetes 7) Corong gelas

4) Gelas kimia 200 mL 8) Gelas ukur

b. Bahan

1) Pereaksi Dragendorf 7) Shinoda

2) Pereaksi Meyer 8) Heksan

3) Pereaksi wagner 9) NaOH padatan

4) Kloroform 10) Iodin

5) Etanol 11) Brusin

6) Metanol 12) KI

V. PROSEDUR KERJA

i. Pemeriksaan Alkaloid

-dihaluskan dengan ditambah CHCl3 dan pasir bersih

-dibasahi dengan 10 mL CHCl3 dan digerus lagi

-ditambah 10 mL kloroform amoniak 1/20 N, digerus lagi

-disaring ke dalam tabung reaksi

-dikocok, lapisan asam didekantasi dan dipindahkan dalam 3

tabung reaksi

-ditambah 1 tetes pereaksi meyer, wagner, dan dragendorf

pada masing-masing tabung reaksi

2-4 gr simplisia tumbuhan

+ 10 tetes H2SO4 2N

Hasil

Page 7: PERCOBAAN 6lkjandcl

ii. Pemeriksaan Steroid dan Terpenoid

-dimasukkan dalam erlenmeyer 250 mL

-diaduk-aduk, dipanaskan di atas penangas + 10 menit

-disaring dalam keadaan panas

-diuapkan pelarutnya dengan rotary evaporator

-ditriturasi dengan eter dan beberapa tetes lar. eter ditempatkan

dalam 2 lubang plat tetes dan dibiarkan kering

-diaduk dengan hati-hati

-diamati perubahan warna

iii. Pemeriksaan Flavanoida

-dihaluskan

-diekstrak 5 menit dalam tabung reaksi

-disaring

-ditambah beberapa tete HCL pekat

-ditambah + 0,2 gr bubuk Mg

5 gr simplisia tumbuhan

+ 25 mL etanol

ResiduFiltrat

Ekstrak pekat

+ 2-3 tetes anhidrida CH3COOH

+ 1 tetes H2SO4 pekat

Hasil

0,5 gr simplisia tumbuhan

+ 10 mL etanol panas

filtrat residu

Page 8: PERCOBAAN 6lkjandcl

-bila timbul warna merah tua, flavanoid positif

Cara II

-ditambah 2 tetes NaOH 10%

-adanya flavanoid ditandai dengan perubahan warna kuning-orange

merah

iv. Pemeriksaan Saponin

-dimasukkan dalama tabung reaksi

-dibiarkan dingin lalu dikocok 10 detik

-bila timbul busa setinggi 1-10 cm selama 10 menit dan tidak

hilang setelah penambahan 1 tetes HCL 2 N berarti saponin

positif

v. Pemeriksaan Kuinon

-dipotong-potong halus

-diekstrak dengan eter

-jika warna sampel masuk dalam eter boleh jadi zat warna yang

ada adalah kuinon

vi. Pemeriksaan kumarin

Ekstak simplisia tumbuhan

Simplisia tumbuhan

hasil

0,5 gr simplisia tumbuhan

+ 10 mL air panas

hasil

hasil

Ekstrak simplisia

hasil

Page 9: PERCOBAAN 6lkjandcl

-dideteksi kumarin dengan KLT, eluen etil asetat dibawah

sinar UV

-kumarin akan berfloresensi biru dan bila diberi uap

amonium akan berwarna kuning

VI. HASIL PENGAMATAN

a. Ekstraksi Simplisia Tumbuhan

Simplisia

TumbuhanWarna Awal

Warna setelah ekstraksi

metanol etanol kloroform

Buah

mengkuduKuning Kuning pucat

Kuning

kecoklatan

Kuning

keruh

Daun

ketepengHijau cerah Hijau tua Hijau tua Hijau tua

Daun

pagodaHijau Hijau muda Hijau tua Hijau muda

b. Pengujian Senyawa

Simplisia

tumbuhanPelarut

Pereaksi

Wagner Mayer Buchard

1. Buah

mengkudu

2. Daun

ketepeng

3. Daun

pagoda

Metanol

Kuning(enda

pan coklat)

Kuning

kehijauan

Coklat(endap

an putih)

Kuning pucat

Hijau muda

Hijau muda

Kuning pucat

Hijau muda

Kuning

pucat(endapan

abu-abu)

1. Buah

mengkudu

Etanol Kuning(enda

pan coklat)

Bening

kekuningan

Bening

kekuningan

hasil

Page 10: PERCOBAAN 6lkjandcl

2. Daun

ketepeng

3. Daun

pagoda

Orange pucat

Hijau

kehitaman

Hijau muda

Hijau muda

Kuning

kehijauan

Hijau muda

1. Buah

mengkudu

2. Daun

ketepeg

3. Daun

pagoda

Kloroform

Orange

Hijau

kecoklatan

Kuning

Bening

Kuning

kehijauan

Bening

Kuning

Kuning

kehijauan

Bening

VII. PEMBAHASAN

Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa-

senyawa metabolit sekunder. Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas berbagai

macam metabolit sekunder yang berperan dalam aktivitas biologinya. Senyawa-

senyawa tersebut dapat diidentifikasi dengan pereaksi-pereaksi yang mampu

memberikan ciri khas dari setiap golongan dari metabolit sekunder.

Percobaan ini bertujuan untuk mengenal dan memahami tehnik-tehnik

skrining fitokimia bahan alam dan mengetahui jenis-jenis pereaksi yang

digunakan dalam skrining fitokimia bahan alam. Untuk mengetahui kandungan

alkaloid dari sampel dengan tes Hager, Wagner, Mayer, dan Dragendroff, menguji

keberadaan flavonoid dengan reaksi antara asam klorida dan magnesium. Dan

menguji keberadaan triterpenoid, steroid, dan saponin dengan uji Liebermann-

Burchard.

Dalam pengujian fitokimia, untuk mengetahui kandungan senyawa

metabolit sekundernya (alkaloid, steroid, triterpenoid dan saponin), sampel

tumbuhan terlebih dahulu dengan cara sampel dipotong kecil-kecil dan kemudian

ditumbuk sampai halus, sehingga dinding sel tumbuhan terbuka dan metabolit

sekunder lebih mudah keluar dan lebih mudah diekstraksi. Pada percobaan ini

digunakan sampel buah mengkudu, daun ketepeng, dan daun pagoda. Kemudian

sampel yang telah halus diekstraksi dengan menggunakan pelarut metanol,etanol

dan kloroform. Untuk tiap-tiap ekstraksi digunakan pelarut sebanyak 10 mL.

Setelah itu disaring untuk memisahkan residu dengan filtratnya yang berupa

ekstrak sampel + pelarut.

Page 11: PERCOBAAN 6lkjandcl

Ekstrak dimasukkan kedalam tiga tabung reaksi yang berbeda, masing-

masing ekstrak metanol, etanol, dan kloroform. Kemudian diambil ekstrak buah

mengkudu dengan menggunakan metanol dan diteteskan ke dalam tiga lubang plat

tetes sebanyak 1-2 tetes. Ektrak yang berada di plat tetes tersebut ditetesi dengan

peraksi, masing-masing peraksi mayer, wagner, dan buchard. Setelah itu diamati

perubahan warna yang terjadi. Dilakukan cara/langkah yang sama untuk

pengujian terhadap ekstrak dari daun pagoda dan daun ketepeng.

Adanya kandungan alkaloid ditandai dengan adanya endapan. Hal ini

terjadi karena senyawa alkaloid mengandung atom nitrogen yang memiliki

pasangan elektron bebas. Elektron bebas ini akan disumbangkan pada atom logam

berat membentuk senyawa kompleks dengan gugus yang mengandung atom

nitrogen sebagai ligannya. Senyawa kompleks ini tidak larut (mengendap) dan

memberikan warna sesuai dengan pereaksi yang digunakan. Dengan pereaksi

Wagner akan terbentuk endapan coklat, dengan pereaksi Dragendorf akan

terbentuk endapan orange dan dengan pereaksi Mayer akan terbentuk endapan

putih.

Reaksi yang terjadi:

Pereaksi Mayer

Pereaksi Wagner

CH3 OCH3 CH3

N2OH I2, KI N

CH3 CH3

CH3 CH3

OCH3 O CH3 OCH3 O CH3

NaN

Toluena N

Page 12: PERCOBAAN 6lkjandcl

CH3 CH3

CH3COOH ROH

CH3 CH3

+ NH3

Pereaksi Dragendorff

Sebagian  besar  alkaloid  alami  yang  bersifat  sedikit  asam memberikan 

endapan  dengan  reaksi  yang  terjadi  dengan  reagent  Mayer  (Larutan  Kalium

Mercuri  Iodida);  reagent  Wangner  (larutan  Iodida  dalam Kalium  Iodida); 

dengan  larutan  asam  tanat, reagent  Hager  (saturasi  dengan asam  pikrat);  atau 

dengan  reagent  Dragendroff  (larutan  Kalium  Bismuth Iodida).  Endapan  ini 

berbentuk  amorf  atau  terdiri  dari  kristal  dari  berbagai warna.  Cream 

(Mayer), Kuning  (Hager),coklat  kemerah  – merahan  (Wagner dan

Dragendroff).

Berdasarkan data pecobaan yang doperoleh maka dapat disimpulkan

bahwa buah mengkudu positif alkaloid atau dengan kata lain mengkudu

mengandung alkaloid karena ekstrak mengkudu dengan metanol maupun etanol

menghasilkan endapan berwarna coklat dengan pereaksi wagner. Dan untuk daun

pagoda serta daun ketepeng hasil uji menunjukkan bahwa kedua simplisia tersebut

negatif alkaloid meskipun telah diuji dengan ketiga pelarut(mayer, wagner, dan

buchard).

Tidak dihasilkannya senyawa alkaloid pada kedua simplisia tersebut

mungkin saja dikarenakan oleh adanya kesalahan dalam melakukan percobaan.

Seperti pada saat menghaluskan simplisia, penumbukan simplisia kurang halus

Page 13: PERCOBAAN 6lkjandcl

sehingga senyawa yang terdapat pada simplisia hanya sedikit yang keluar.

Senyawa metabolit sekunder lain tidak dapat diketahui keberadaanya

karena tidak dilakukan pengujian secara langsung. Berdasarkan literatur yang ada

pengujian terhada senyawa metabolit sekunder yang lain dapat dilakukan dengan

cara berikut. Pertaman adalah ekstraksi flavonoid dari tumbuhan dapat dilakukan

dengan menggunakan pelarut polar. Flavonoid merupakan senyawa polar karena

mempunyai sejumlah gugus hidroksil. Oleh karena itu, umumnya flavonoid larut

dalam pelarut polar seperti metanol. Metanol berfungsi sebagai pembebas

flavonoid dari bentuk garamnya, kemudian ditambahkan asam sulfat 2N, asam

sulfat berfungsi untuk protonasi flavonoid sehingga terbentuk garam flavonoid.

Setelah itu ditambahkan bubuk magnesium. Hasil positif ditunjukkan dengan

larutan berubah warna menjadi orange. Reaksi yang terjadi dapat dilihat dari

reaksi berikut:

Untuk pengujian steroid, triterpenoid dan saponin, sampel ditambahkan

etanol panas. Pelarut etanol digunakan karena etanol memiliki dua gugus, yaitu

gugus polar pada bagian alkoholnya dan gugus nonpolar pada bagian

hidrokarbonnya.

CH3 - CH2 - OH

Gugus non polar Gugus polar

Steroid dan triterpenoid bersifat relatif non polar sedangkan saponin

cenderung bersifar polar. Dengan menggunakan etanol, ketiga senyawa tersebut

dapat terekstrak. Penggunaan etanol panas akan meningkatkan kelarutan suatau

senyawa sehingga diharapkan seluruh steroid, triterpenoid dan saponin yang

terkandung dalam tumbuhan akan terekstrak ke dalam etanol.

Pelarut etanolik kemudian diuapkan dan kemudian dilarutkan dengan eter

Page 14: PERCOBAAN 6lkjandcl

untuk menarik komponen nonpolar dalam ekstrak kering sesuai dengan prinsip

like dissolve like. Untuk pengujian kandungan triterpenoid dan streoid dalam

sampel daun, ekstrak eter ditambahkan pereaksi Lieberman-Buchard (L-B), yaitu

campuran asam asetat anhidrid dengan asam sulfat pekat (2:1).

Indikasi positif steroid ditandai dengan perubahan warna menjadi biru atau

hijau. Warna biru atau hijau bukan merupakan warna yang diserap melainkan

warna komplementer. Warna yang diserap adalah warna jingga sehingga diketahui

steroid menyerap pada panjang gelombang 585-647 nm. Sedangkan pada

triterpenoid indikasi positif ditandai dengan perubahan warna menjadi merah,

ungu atau coklat. Warna yang diserap oleh triterpenoid adalah warna hijau dengan

panjang gelombang 491-570 nm. Gugus –OH pada triterpenoid akan mengalami

pergeseran panjang gelombang yang diserap sehingga warna yang ditimbulkan

berbeda. Jadi warna merah, ungu atau coklat adalah warna komplementer. Reaksi

pembentukan warna ini dapat terjadi karena adanya gugus kromofor (gugus tak

jenuh) yang disebabkan oleh absorpsi panjang gelombang tertentu oleh senyawa

organik. Senyawa organik dengan konjugasi yang ekstensif menyerap panjang

gelombang tertentu karena adanya transisi elektron π ke π∆ dan n ke π∆ sehingga

warna yang diserap bukan warna yang tampak melainkan warna

komplementernya. Jika sampel mengandung triterpenoid dan steroid sekaligus

maka warna yang pertama kali timbul adalah warna triterpenoid kemudian disusul

warna steroid. Hal ini disebabkan karena panjang gelombang yang diserap oleh

triterpenoid lebih panjang artinya energinya lebih rendah sehingga akan muncul

lebih dahulu. Hasilnya menunjukkan tebentuknya warna coklat menandakan

bahwa sampel positif mempunyai triterpenoid, tetapi karena wana hijau atau biru

tidak muncul ini menandakan bahwa sampel daun tidak mengandung steroid.

Reaksi Lieberman-Buchard

Page 15: PERCOBAAN 6lkjandcl

Residu yang tidak larut saat penambahan eter, ditambahkan dengan

akuades panas untuk menguji adanya saponin. Adanya saponin ditandai dengan

timbulnya busa setelah pengocokan dengan akuades panas dan busa konstan

selama 15 menit. Busa tersebut terbentuk karena adanya gelembung-gelembung

udara yang terjebak dalam larutan. Saponin merupakan zat yang memiliki

senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun sehingga pengenalannya

dapat dilakukan degan mudah. Berikut reaksinya :

Saponin merupakan komponen lipida polar yang bersifat ampifilik

(memiliki gugus hidrofilik dan gugus hidrofobik). Di dalam sistem cair, lipida cair

secara spontan terdispersi membentuk misel dengan ekor filik yang

bersinggungan dengan medium cair. Misel tersebut dapat mengandung ribuan

molekul lipida. Lipida cair membentuk suatu lapisan dengan ketebalan satu

molekul yaitu lapisan tunggal. Pada sistem tersebut, ekor hidrokarbon terbuka

sehingga terhindar dari air dan lapisan hidrofilik memanjang ke air yang bersifat

polar, sistem inilah yang disebut denga busa. Hasil tidak menunjukkan adanya

busa menandakan bahwa sampel tidak mengandung saponin.

Page 16: PERCOBAAN 6lkjandcl

VIII. DISKUSI

Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa-senyawa

metabolit sekunder. Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas berbagai macam

metabolit sekunder yang berperan dalam aktivitas biologinya. Senyawa-senyawa

tersebut dapat diidentifikasi dengan pereaksi-pereaksi yang mampu memberikan

ciri khas dari setiap golongan dari metabolit sekunder(Setyawan,2000).

Sebagian  besar  alkaloid  alami  yang  bersifat  sedikit  asam memberikan 

endapan  dengan  reaksi  yang  terjadi  dengan  reagent  Mayer  (Larutan  Kalium

Mercuri  Iodida);  reagent  Wangner  (larutan  Iodida  dalam Kalium  Iodida); 

dengan  larutan  asam  tanat, reagent  Hager  (saturasi  dengan asam  pikrat);  atau 

dengan  reagent  Dragendroff  (larutan  Kalium  Bismuth Iodida).  Endapan  ini 

berbentuk  amorf  atau  terdiri  dari  kristal  dari  berbagai warna.  Cream 

(Mayer), Kuning  (Hager),coklat  kemerah  – merahan  (Wagner dan

Dragendroff).  (Teyler.V.E,1988).

Percobaan yang dilakukan menghasilkan data bahwa buah mengkudu positif

terhadap alkaloid karena menghasilkan endapan coklat setelah direaksikan dengan

pereaksi wagner. Jadi percobaan pengujian terhadap buah mengkudu dapat

dikatana berhasil. Sedangkan untuk percobaan pengujian terhadap ekstrak daun

ketepen dan daun pagoda tidak berhasil karena tidak dihasilkan endapan meskipun

telah diuji dengan ketiga pelarut yang digunakan.

Tidak dihasilkannya senyawa alkaloid pada kedua simplisia tersebut

mungkin saja dikarenakan oleh adanya kesalahan dalam melakukan percobaan.

Seperti pada saat menghaluskan simplisia, penumbukan simplisia kurang halus

sehingga senyawa yang terdapat pada simplisia hanya sedikit yang keluar. Untuk

senyawa metabolit sekunder lain tidak diketahui keberadaanya karena tidak

dilakukan percobaannya.

Beberapa reaksi yang terjadi pada pengujian senyawa metabolit sekunder :

a. Reaksi umum pada uji alkaloid

Page 18: PERCOBAAN 6lkjandcl

IX. PERTANYAAN DAN TUGAS

1. Tuliskan dua contoh senyawa dari masing-masing kelompok metabolit

sekunder?

Jawab :

a. Alkaloid

b. Flavanoid

c. Steroid

d. Terpenoid

Page 19: PERCOBAAN 6lkjandcl

e. Kumarin

2. Apakah yang dimaksud dengan ekstraksi pelarut ?

Jawab :

Ekstraksi pelarut adalah metode ekstraksi yang didasarkan pada distribusi

zat pelarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling

bercampur , seperti benzen, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasan nya

adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbada dalam kedua fase

pelarut.

3. Apa tujuan dari skrining fitokimia ?

Jawab :

Untuk mengetahui/menguji keberadaan suatu senyawa aktif biologis

(metabolit sekunder) yang terkandung alam simplisia tumbuhan atau makhluk

hidup lainnya.

4. Buat daftar nama-nama tumbuhan dan masing-masingnya lengkapi dengan

kandungan metabolit sekundernya ?

Jawab :

Seledri : flavonoid, kumarin, alkaloid

Kumis kucing : flavonoid, fenolik, kumarin

Srikaya : alkaloid, fenolik

Page 20: PERCOBAAN 6lkjandcl

X. KESIMPULAN

1. Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa-senyawa

metabolit sekunder. Senyawa-senyawa tersebut dapat diidentifikasi dengan

pereaksi-pereaksi yang mampu memberikan ciri khas dari setiap golongan dari

metabolit sekunder.

2. Sebagian  besar  alkaloid  memberikan  endapan  dengan  reaksi  yang  terjadi 

dengan  reagent  Mayer, reagent  Wangner, dengan  larutan  asam  tanat,

reagent  Hager atau  dengan  reagent  Dragendroff. Endapan  ini  berbentuk 

amorf  atau  terdiri  dari  kristal  dari  berbagai warna.  Cream  (Mayer),

Kuning  (Hager),coklat  kemerah – merahan  (Wagner dan Dragendroff).

3. Kandungan alkaloid dari buah mengkudu diketahui positif (+) karena

mnghasilkan endapan coklat setelah direaksikan dengan pereaksi wagner,

sedangkan untuk daun ketepeng dan daun pagoda negatif (-).

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S.A., 2006, Kimia Bahan Alam dan Potensi Keanekaragaman

Hayati, Workshop Peningkatan Sumber Daya Manusia Penelitian

Potensi Padang.

Clark, J. 2010. Fitokimia. http:www.chem-is-try.org/chemlab/25/fitokimia.html.

Claus, E.P., Tyler V.E, Bradley, L.R., 1970, Pharmacognosy 6th ed., Philadelphia

: Lea and Febiger

Dalimarta, Setiawan. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Fessenden, R.J & J. S. Fessenden. 1986. Kimia Organik, diterjemahkan oleh A.H.

Pudjaatmaka. Erlangga. Jakarta.

Harbone, J. B. 1973. Photocemical Method. A Guide to Modern Techniques of

Plant Analysis. Chapman & Hall. London.

Harborne, J.B., 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa

Tumbuhan, Terbitan II, ITB Bandung.

Miroslav, V. 1971. Detection and Identification of OrganicCompound. New

York : Planum Publishing Corporation and SNTC Publishers of Technical

Literatur.