percobaan 6lkjandcl
DESCRIPTION
uahsdiuhaisdTRANSCRIPT
PERCOBAAN VI
SKRINING FITOKIMIA SENYAWA BAHAN ALAM
I. HARI/TANGGAL : Sabtu, 28 September 2013
II. TUJUAN :
Seteah mengikuti percobaa ini, diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mengenal dan memahami tehnik-tehnik skrining fitokimia bahan alam
2. Mengetahui jenis-jenis pereaksi yang digunakan dalam skrining
fitokimia bahan alam
3. Melakukan skrining fitokimia bahan alam dari suatu simplisia
tumbuhan.
III. LANDASAN TEORI
Fitokimia atau kadang disebut fitonutrient, dalam arti luas adalah segala jenis
zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran
dan buah-buahan. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa
yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal
tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki
peran aktif bagi pencegahan penyakit(Clark, 2010).
Penapisan kimia merupakan tahap awal dari pengerjaan secara kimia. Metode
yang digunakan harus bersifat sederhana, pengerjaannya cepat, menggunakan
peralatan yang minimun, menggunakan reagen yang selektif terhadap suatu
golongan senyawa tertentu, memiliki limit deteksi yang rendah dan memberikan
informasi tambahan mengenai ada atau tudaknya gugus fungsi tertentu(Harborne,
1973).
1) Steroid / Triterpenoid
Steroid adalah triterpenoida yang kerangka dasarnya sistem cincin siklo
pentana perhidrofenantren. Uji yang biasa digunakan adalah reaksi Liebermann-
Burchard yang dengan kebanyakan triterpen dan steroid memberikan warna hijau-
biru (Harbone, 1987).
Gambar Struktur steroid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik,
yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang rumit, kebanyakan berupa
alkohol, aldehid atau asam karboksilat. berupa senyawa tanwarna, berbentuk
kristal, sering kali bertitik leleh tinggi dan aktif optik (Harbone, 1987).
Triterpenoid dapat dipilah menjadi sekurang-kurangnya menjadi empat
golongan senyawa: triterpenoid sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida
jantung. Saponin dan glikosida jantung merupakan triterpenoida dan steroid yang
terutama terdapat sebagai glikosida (Harbone, 1987).
2) Alkaloid
Alkaloida merupakan senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau
lebih atom nitrogen, bersifat optis aktif. Kebanyakan alkaloid berbentuk kristal
dan hanya sedikit yang berupa cairan pada suhu kamar. Sebagian besar alkaloid
berasa pahit. Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dan banyak yang
mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol, jadi banyak digunakan secara luas
dalam bidang pengobatan (Harborne, 1987).
Alkaloid dari tanaman kebanyakan merupakan senyawa amina tersier dan
yang lainnya terdiri dari nitrogen primer, sekunder, dan quartener (Poither, 2000).
Semula alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya
bersifat basa dan sebagian besar atom nitrogen ini merupakan cincin aromatis
(Achmad, 1986). Berdasarkan asam amino penyusunnya, alkaloid asiklis yang
berasal dari asam amino ornitin dan lisin. Alkaloid aromatis jenis fenilanin
berasal dari fenilalanin, tirosin dan 3,4-dihidrosifenilalanin. Alkaloid indol yang
berasal dari trifon.
Sebagian besar alkaloid alami yang bersifat sedikit asam memberikan
endapan dengan reaksi yang terjadi dengan reagent Mayer (Larutan Kalium
Mercuri Iodida); reagent Wangner (larutan Iodida dalam Kalium Iodida);
dengan larutan asam tanat, reagent Hager (saturasi dengan asam pikrat); atau
dengan reagent Dragendroff (larutan Kalium Bismuth Iodida). Endapan ini
berbentuk amorf atau terdiri dari kristal dari berbagai warna. Cream
(Mayer), Kuning (Hager),coklat kemerah – merahan (Wagner dan
Dragendroff). Caffein dan beberapa alkaloid tidak menimbulkan reaksi
pengendapan. Ketelitian harus dimulai dari ekstraksi alkaloid yang diuji
karena bahan akan membentuk endapan dengan protein. sebagian dari protein
akan membuat tidak larut dari bahan yang telah diekstrak oleh proses
epaporasi atau mungkin disebabkan filtrat yang terbongkar. Jika ekstrak asli
telah dikonsentrasi ke konsentrasi rendah akan membentuk ekstrak alkaloid
yang berbentuk basa dengan pertolongan suatu pelarut organik kemudian
dimasukan dalam larutan asam encer (misalnya : Tartrat), larutan haus bebas dari
protein dan siap untuk dilakukan uji alkaloid. (Teyler.V.E,1988).
Reaksi alkaloid dengan pereaksi Mayer
3) Flavonoid
Menurut perkiraan, kira-kira 2% dari seluruh karbon yang difosintesis oleh
tumbuhan diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya.
Sebagian besar tanin berasal dari flavonoid. Jadi flavonoid merupakan salah satu
golongan fenol alam yang terbesar (Markham, 1988).
Flavonoid mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya mempunyai
struktur C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh tiga atom
karbon yang merupakan rantai alifatik (Markham, 1988).
B
A
Gambar Struktur flavonoid
Dalam tumbuhan flavonoid terikat dengan gula sebagai glikosida dan
aglikon flavonoid yang mungkin terdapat dalam satu tumbuhan dalam bentuk
kombinasi glikosida (Harborne, 1987). Aglikon flavonoid (flavonoid tanpa gula
terikat) terdapat dalam berbagai bentuk struktur (Markham, 1988).
Reaksi antara Flavonoid dengan Serbuk Mg dan HCl Pekat (Hidayat, 2004 cit
Sriwahyuni, 2010).
4) Saponin
Saponin tersebar luas diantara tanaman tinggi. Keberadaan saponin sangat
mudah ditandai dengan pembentukan larutan koloidal dengan air yang apabila
dikocok menimbulkan buih yang stabil. Saponin merupakan senyawa berasa pahit
menusuk, menyebabkan bersin dan sering mengakibatkan iritasi terhadap selaput
lendir (Gunawan & Mulyani, 2004)
Saponin merupakan senyawa aktif permukaan, bersifat seperti sabun dan
dapat dideteksi berdasarkan kemampuanya membentuk busa dan menghemolisis
sel darah. Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau
pada waktu memekatkan ekstrak tumbuhan merupakan bukti terpercaya akan
adanya saponin (Harbone, 1987).
Reaksi hidrolisis saponin dalam air
(Miroslav, 1971)
5) Kuinon
Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti
kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang
berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbon – karbon. Untuk tujuan
identifikasi, kuinon dapat dipilah menjadi empat kelompok : benzokuinon,
naftokuinon, antrakuinon, dan kuinon isoprenoid. Tiga kelompok pertama
biasanya terhidroklisasi dan bersifat senyawa fenol serta mungkin terdapat in vivo
dalam bentuk gabungan dengan gula sebagai glikosida atau dalam bentuk kuinol.
Untuk memastikan adanya suatu pigmen termasuk kuinon atau bukan,
reaksi warna sederhan masih tetap berguna. Reaksi yang khas ialah reduksi
bolak balik yang mengubah kuinon menjadi senyawa tanwarna, kemudian warna
kembali lagi bila terjadi oksidasi oleh udara. (Harbone.J.B, 1987)
6) Fenolik
Fenolik merupakan senyawa yang banyak ditemukan pada tumbuhan.
Fenolik memiliki cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksil (OH-)
dan gugus-gugus lain penyertanya. Senyawa ini diberi nama berdasarkan nama
senyawa induknya, fenol. Senyawa fenol kebanyakan memiliki gugus hidroksi
lebih dari satu sehingga disebut sebagai polifenol. Kelompok terbesar dari
senyawa fenolik adalah flavanoid, yang merupakan senyawa yang secara
umumdapat ditemukan pada semua jenis tumbuhan. Biasanya satu jenis tumbuhan
mengandung beberapa macam flavanoid dan hamper setiap jenis tumbuhan
memiliki profil flavanoid yang khas. Kerangka penyusun flavanoid adalah C6-C3-
C6.. inti flavanoid biasanya berikatan dengan gugusan gula sehingga membentuk
glikosida yang larut air. Pada tumbuhan flavanoid biasa disimpan dalam
vakuolasel. Beberapa jenis flavon, flavonon, dan flavonol menyerap cahaya
tampak, sehingga membuat bunga dan bagian tumbuhan yang lain berwarna
kuning atau krem terang. Sedangkan jenis-jenis yang tidak berwarna merupakan
zat penolak makan bagi serangga ataupun racun (Achmad S.A., 1986).
Senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhan
yang mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua
hidroksil. Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air karena umumnya
mereka seringkali berikatan dengan gula sebagai glikosida, dan biasanya terdapat
dalam vakuola sel (Harborne, 2006).
IV. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
1) Tabung reaksi 20 buah 5) Pipet tetes
2) Erlenmeyer 250 mL 6) Lumpang
3) Plat tetes 7) Corong gelas
4) Gelas kimia 200 mL 8) Gelas ukur
b. Bahan
1) Pereaksi Dragendorf 7) Shinoda
2) Pereaksi Meyer 8) Heksan
3) Pereaksi wagner 9) NaOH padatan
4) Kloroform 10) Iodin
5) Etanol 11) Brusin
6) Metanol 12) KI
V. PROSEDUR KERJA
i. Pemeriksaan Alkaloid
-dihaluskan dengan ditambah CHCl3 dan pasir bersih
-dibasahi dengan 10 mL CHCl3 dan digerus lagi
-ditambah 10 mL kloroform amoniak 1/20 N, digerus lagi
-disaring ke dalam tabung reaksi
-dikocok, lapisan asam didekantasi dan dipindahkan dalam 3
tabung reaksi
-ditambah 1 tetes pereaksi meyer, wagner, dan dragendorf
pada masing-masing tabung reaksi
2-4 gr simplisia tumbuhan
+ 10 tetes H2SO4 2N
Hasil
ii. Pemeriksaan Steroid dan Terpenoid
-dimasukkan dalam erlenmeyer 250 mL
-diaduk-aduk, dipanaskan di atas penangas + 10 menit
-disaring dalam keadaan panas
-diuapkan pelarutnya dengan rotary evaporator
-ditriturasi dengan eter dan beberapa tetes lar. eter ditempatkan
dalam 2 lubang plat tetes dan dibiarkan kering
-diaduk dengan hati-hati
-diamati perubahan warna
iii. Pemeriksaan Flavanoida
-dihaluskan
-diekstrak 5 menit dalam tabung reaksi
-disaring
-ditambah beberapa tete HCL pekat
-ditambah + 0,2 gr bubuk Mg
5 gr simplisia tumbuhan
+ 25 mL etanol
ResiduFiltrat
Ekstrak pekat
+ 2-3 tetes anhidrida CH3COOH
+ 1 tetes H2SO4 pekat
Hasil
0,5 gr simplisia tumbuhan
+ 10 mL etanol panas
filtrat residu
-bila timbul warna merah tua, flavanoid positif
Cara II
-ditambah 2 tetes NaOH 10%
-adanya flavanoid ditandai dengan perubahan warna kuning-orange
merah
iv. Pemeriksaan Saponin
-dimasukkan dalama tabung reaksi
-dibiarkan dingin lalu dikocok 10 detik
-bila timbul busa setinggi 1-10 cm selama 10 menit dan tidak
hilang setelah penambahan 1 tetes HCL 2 N berarti saponin
positif
v. Pemeriksaan Kuinon
-dipotong-potong halus
-diekstrak dengan eter
-jika warna sampel masuk dalam eter boleh jadi zat warna yang
ada adalah kuinon
vi. Pemeriksaan kumarin
Ekstak simplisia tumbuhan
Simplisia tumbuhan
hasil
0,5 gr simplisia tumbuhan
+ 10 mL air panas
hasil
hasil
Ekstrak simplisia
hasil
-dideteksi kumarin dengan KLT, eluen etil asetat dibawah
sinar UV
-kumarin akan berfloresensi biru dan bila diberi uap
amonium akan berwarna kuning
VI. HASIL PENGAMATAN
a. Ekstraksi Simplisia Tumbuhan
Simplisia
TumbuhanWarna Awal
Warna setelah ekstraksi
metanol etanol kloroform
Buah
mengkuduKuning Kuning pucat
Kuning
kecoklatan
Kuning
keruh
Daun
ketepengHijau cerah Hijau tua Hijau tua Hijau tua
Daun
pagodaHijau Hijau muda Hijau tua Hijau muda
b. Pengujian Senyawa
Simplisia
tumbuhanPelarut
Pereaksi
Wagner Mayer Buchard
1. Buah
mengkudu
2. Daun
ketepeng
3. Daun
pagoda
Metanol
Kuning(enda
pan coklat)
Kuning
kehijauan
Coklat(endap
an putih)
Kuning pucat
Hijau muda
Hijau muda
Kuning pucat
Hijau muda
Kuning
pucat(endapan
abu-abu)
1. Buah
mengkudu
Etanol Kuning(enda
pan coklat)
Bening
kekuningan
Bening
kekuningan
hasil
2. Daun
ketepeng
3. Daun
pagoda
Orange pucat
Hijau
kehitaman
Hijau muda
Hijau muda
Kuning
kehijauan
Hijau muda
1. Buah
mengkudu
2. Daun
ketepeg
3. Daun
pagoda
Kloroform
Orange
Hijau
kecoklatan
Kuning
Bening
Kuning
kehijauan
Bening
Kuning
Kuning
kehijauan
Bening
VII. PEMBAHASAN
Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa-
senyawa metabolit sekunder. Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas berbagai
macam metabolit sekunder yang berperan dalam aktivitas biologinya. Senyawa-
senyawa tersebut dapat diidentifikasi dengan pereaksi-pereaksi yang mampu
memberikan ciri khas dari setiap golongan dari metabolit sekunder.
Percobaan ini bertujuan untuk mengenal dan memahami tehnik-tehnik
skrining fitokimia bahan alam dan mengetahui jenis-jenis pereaksi yang
digunakan dalam skrining fitokimia bahan alam. Untuk mengetahui kandungan
alkaloid dari sampel dengan tes Hager, Wagner, Mayer, dan Dragendroff, menguji
keberadaan flavonoid dengan reaksi antara asam klorida dan magnesium. Dan
menguji keberadaan triterpenoid, steroid, dan saponin dengan uji Liebermann-
Burchard.
Dalam pengujian fitokimia, untuk mengetahui kandungan senyawa
metabolit sekundernya (alkaloid, steroid, triterpenoid dan saponin), sampel
tumbuhan terlebih dahulu dengan cara sampel dipotong kecil-kecil dan kemudian
ditumbuk sampai halus, sehingga dinding sel tumbuhan terbuka dan metabolit
sekunder lebih mudah keluar dan lebih mudah diekstraksi. Pada percobaan ini
digunakan sampel buah mengkudu, daun ketepeng, dan daun pagoda. Kemudian
sampel yang telah halus diekstraksi dengan menggunakan pelarut metanol,etanol
dan kloroform. Untuk tiap-tiap ekstraksi digunakan pelarut sebanyak 10 mL.
Setelah itu disaring untuk memisahkan residu dengan filtratnya yang berupa
ekstrak sampel + pelarut.
Ekstrak dimasukkan kedalam tiga tabung reaksi yang berbeda, masing-
masing ekstrak metanol, etanol, dan kloroform. Kemudian diambil ekstrak buah
mengkudu dengan menggunakan metanol dan diteteskan ke dalam tiga lubang plat
tetes sebanyak 1-2 tetes. Ektrak yang berada di plat tetes tersebut ditetesi dengan
peraksi, masing-masing peraksi mayer, wagner, dan buchard. Setelah itu diamati
perubahan warna yang terjadi. Dilakukan cara/langkah yang sama untuk
pengujian terhadap ekstrak dari daun pagoda dan daun ketepeng.
Adanya kandungan alkaloid ditandai dengan adanya endapan. Hal ini
terjadi karena senyawa alkaloid mengandung atom nitrogen yang memiliki
pasangan elektron bebas. Elektron bebas ini akan disumbangkan pada atom logam
berat membentuk senyawa kompleks dengan gugus yang mengandung atom
nitrogen sebagai ligannya. Senyawa kompleks ini tidak larut (mengendap) dan
memberikan warna sesuai dengan pereaksi yang digunakan. Dengan pereaksi
Wagner akan terbentuk endapan coklat, dengan pereaksi Dragendorf akan
terbentuk endapan orange dan dengan pereaksi Mayer akan terbentuk endapan
putih.
Reaksi yang terjadi:
Pereaksi Mayer
Pereaksi Wagner
CH3 OCH3 CH3
N2OH I2, KI N
CH3 CH3
CH3 CH3
OCH3 O CH3 OCH3 O CH3
NaN
Toluena N
CH3 CH3
CH3COOH ROH
CH3 CH3
+ NH3
Pereaksi Dragendorff
Sebagian besar alkaloid alami yang bersifat sedikit asam memberikan
endapan dengan reaksi yang terjadi dengan reagent Mayer (Larutan Kalium
Mercuri Iodida); reagent Wangner (larutan Iodida dalam Kalium Iodida);
dengan larutan asam tanat, reagent Hager (saturasi dengan asam pikrat); atau
dengan reagent Dragendroff (larutan Kalium Bismuth Iodida). Endapan ini
berbentuk amorf atau terdiri dari kristal dari berbagai warna. Cream
(Mayer), Kuning (Hager),coklat kemerah – merahan (Wagner dan
Dragendroff).
Berdasarkan data pecobaan yang doperoleh maka dapat disimpulkan
bahwa buah mengkudu positif alkaloid atau dengan kata lain mengkudu
mengandung alkaloid karena ekstrak mengkudu dengan metanol maupun etanol
menghasilkan endapan berwarna coklat dengan pereaksi wagner. Dan untuk daun
pagoda serta daun ketepeng hasil uji menunjukkan bahwa kedua simplisia tersebut
negatif alkaloid meskipun telah diuji dengan ketiga pelarut(mayer, wagner, dan
buchard).
Tidak dihasilkannya senyawa alkaloid pada kedua simplisia tersebut
mungkin saja dikarenakan oleh adanya kesalahan dalam melakukan percobaan.
Seperti pada saat menghaluskan simplisia, penumbukan simplisia kurang halus
sehingga senyawa yang terdapat pada simplisia hanya sedikit yang keluar.
Senyawa metabolit sekunder lain tidak dapat diketahui keberadaanya
karena tidak dilakukan pengujian secara langsung. Berdasarkan literatur yang ada
pengujian terhada senyawa metabolit sekunder yang lain dapat dilakukan dengan
cara berikut. Pertaman adalah ekstraksi flavonoid dari tumbuhan dapat dilakukan
dengan menggunakan pelarut polar. Flavonoid merupakan senyawa polar karena
mempunyai sejumlah gugus hidroksil. Oleh karena itu, umumnya flavonoid larut
dalam pelarut polar seperti metanol. Metanol berfungsi sebagai pembebas
flavonoid dari bentuk garamnya, kemudian ditambahkan asam sulfat 2N, asam
sulfat berfungsi untuk protonasi flavonoid sehingga terbentuk garam flavonoid.
Setelah itu ditambahkan bubuk magnesium. Hasil positif ditunjukkan dengan
larutan berubah warna menjadi orange. Reaksi yang terjadi dapat dilihat dari
reaksi berikut:
Untuk pengujian steroid, triterpenoid dan saponin, sampel ditambahkan
etanol panas. Pelarut etanol digunakan karena etanol memiliki dua gugus, yaitu
gugus polar pada bagian alkoholnya dan gugus nonpolar pada bagian
hidrokarbonnya.
CH3 - CH2 - OH
Gugus non polar Gugus polar
Steroid dan triterpenoid bersifat relatif non polar sedangkan saponin
cenderung bersifar polar. Dengan menggunakan etanol, ketiga senyawa tersebut
dapat terekstrak. Penggunaan etanol panas akan meningkatkan kelarutan suatau
senyawa sehingga diharapkan seluruh steroid, triterpenoid dan saponin yang
terkandung dalam tumbuhan akan terekstrak ke dalam etanol.
Pelarut etanolik kemudian diuapkan dan kemudian dilarutkan dengan eter
untuk menarik komponen nonpolar dalam ekstrak kering sesuai dengan prinsip
like dissolve like. Untuk pengujian kandungan triterpenoid dan streoid dalam
sampel daun, ekstrak eter ditambahkan pereaksi Lieberman-Buchard (L-B), yaitu
campuran asam asetat anhidrid dengan asam sulfat pekat (2:1).
Indikasi positif steroid ditandai dengan perubahan warna menjadi biru atau
hijau. Warna biru atau hijau bukan merupakan warna yang diserap melainkan
warna komplementer. Warna yang diserap adalah warna jingga sehingga diketahui
steroid menyerap pada panjang gelombang 585-647 nm. Sedangkan pada
triterpenoid indikasi positif ditandai dengan perubahan warna menjadi merah,
ungu atau coklat. Warna yang diserap oleh triterpenoid adalah warna hijau dengan
panjang gelombang 491-570 nm. Gugus –OH pada triterpenoid akan mengalami
pergeseran panjang gelombang yang diserap sehingga warna yang ditimbulkan
berbeda. Jadi warna merah, ungu atau coklat adalah warna komplementer. Reaksi
pembentukan warna ini dapat terjadi karena adanya gugus kromofor (gugus tak
jenuh) yang disebabkan oleh absorpsi panjang gelombang tertentu oleh senyawa
organik. Senyawa organik dengan konjugasi yang ekstensif menyerap panjang
gelombang tertentu karena adanya transisi elektron π ke π∆ dan n ke π∆ sehingga
warna yang diserap bukan warna yang tampak melainkan warna
komplementernya. Jika sampel mengandung triterpenoid dan steroid sekaligus
maka warna yang pertama kali timbul adalah warna triterpenoid kemudian disusul
warna steroid. Hal ini disebabkan karena panjang gelombang yang diserap oleh
triterpenoid lebih panjang artinya energinya lebih rendah sehingga akan muncul
lebih dahulu. Hasilnya menunjukkan tebentuknya warna coklat menandakan
bahwa sampel positif mempunyai triterpenoid, tetapi karena wana hijau atau biru
tidak muncul ini menandakan bahwa sampel daun tidak mengandung steroid.
Reaksi Lieberman-Buchard
Residu yang tidak larut saat penambahan eter, ditambahkan dengan
akuades panas untuk menguji adanya saponin. Adanya saponin ditandai dengan
timbulnya busa setelah pengocokan dengan akuades panas dan busa konstan
selama 15 menit. Busa tersebut terbentuk karena adanya gelembung-gelembung
udara yang terjebak dalam larutan. Saponin merupakan zat yang memiliki
senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun sehingga pengenalannya
dapat dilakukan degan mudah. Berikut reaksinya :
Saponin merupakan komponen lipida polar yang bersifat ampifilik
(memiliki gugus hidrofilik dan gugus hidrofobik). Di dalam sistem cair, lipida cair
secara spontan terdispersi membentuk misel dengan ekor filik yang
bersinggungan dengan medium cair. Misel tersebut dapat mengandung ribuan
molekul lipida. Lipida cair membentuk suatu lapisan dengan ketebalan satu
molekul yaitu lapisan tunggal. Pada sistem tersebut, ekor hidrokarbon terbuka
sehingga terhindar dari air dan lapisan hidrofilik memanjang ke air yang bersifat
polar, sistem inilah yang disebut denga busa. Hasil tidak menunjukkan adanya
busa menandakan bahwa sampel tidak mengandung saponin.
VIII. DISKUSI
Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa-senyawa
metabolit sekunder. Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas berbagai macam
metabolit sekunder yang berperan dalam aktivitas biologinya. Senyawa-senyawa
tersebut dapat diidentifikasi dengan pereaksi-pereaksi yang mampu memberikan
ciri khas dari setiap golongan dari metabolit sekunder(Setyawan,2000).
Sebagian besar alkaloid alami yang bersifat sedikit asam memberikan
endapan dengan reaksi yang terjadi dengan reagent Mayer (Larutan Kalium
Mercuri Iodida); reagent Wangner (larutan Iodida dalam Kalium Iodida);
dengan larutan asam tanat, reagent Hager (saturasi dengan asam pikrat); atau
dengan reagent Dragendroff (larutan Kalium Bismuth Iodida). Endapan ini
berbentuk amorf atau terdiri dari kristal dari berbagai warna. Cream
(Mayer), Kuning (Hager),coklat kemerah – merahan (Wagner dan
Dragendroff). (Teyler.V.E,1988).
Percobaan yang dilakukan menghasilkan data bahwa buah mengkudu positif
terhadap alkaloid karena menghasilkan endapan coklat setelah direaksikan dengan
pereaksi wagner. Jadi percobaan pengujian terhadap buah mengkudu dapat
dikatana berhasil. Sedangkan untuk percobaan pengujian terhadap ekstrak daun
ketepen dan daun pagoda tidak berhasil karena tidak dihasilkan endapan meskipun
telah diuji dengan ketiga pelarut yang digunakan.
Tidak dihasilkannya senyawa alkaloid pada kedua simplisia tersebut
mungkin saja dikarenakan oleh adanya kesalahan dalam melakukan percobaan.
Seperti pada saat menghaluskan simplisia, penumbukan simplisia kurang halus
sehingga senyawa yang terdapat pada simplisia hanya sedikit yang keluar. Untuk
senyawa metabolit sekunder lain tidak diketahui keberadaanya karena tidak
dilakukan percobaannya.
Beberapa reaksi yang terjadi pada pengujian senyawa metabolit sekunder :
a. Reaksi umum pada uji alkaloid
(Fessenden & Fessenden. 1986)
IX. PERTANYAAN DAN TUGAS
1. Tuliskan dua contoh senyawa dari masing-masing kelompok metabolit
sekunder?
Jawab :
a. Alkaloid
b. Flavanoid
c. Steroid
d. Terpenoid
e. Kumarin
2. Apakah yang dimaksud dengan ekstraksi pelarut ?
Jawab :
Ekstraksi pelarut adalah metode ekstraksi yang didasarkan pada distribusi
zat pelarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling
bercampur , seperti benzen, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasan nya
adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbada dalam kedua fase
pelarut.
3. Apa tujuan dari skrining fitokimia ?
Jawab :
Untuk mengetahui/menguji keberadaan suatu senyawa aktif biologis
(metabolit sekunder) yang terkandung alam simplisia tumbuhan atau makhluk
hidup lainnya.
4. Buat daftar nama-nama tumbuhan dan masing-masingnya lengkapi dengan
kandungan metabolit sekundernya ?
Jawab :
Seledri : flavonoid, kumarin, alkaloid
Kumis kucing : flavonoid, fenolik, kumarin
Srikaya : alkaloid, fenolik
X. KESIMPULAN
1. Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa-senyawa
metabolit sekunder. Senyawa-senyawa tersebut dapat diidentifikasi dengan
pereaksi-pereaksi yang mampu memberikan ciri khas dari setiap golongan dari
metabolit sekunder.
2. Sebagian besar alkaloid memberikan endapan dengan reaksi yang terjadi
dengan reagent Mayer, reagent Wangner, dengan larutan asam tanat,
reagent Hager atau dengan reagent Dragendroff. Endapan ini berbentuk
amorf atau terdiri dari kristal dari berbagai warna. Cream (Mayer),
Kuning (Hager),coklat kemerah – merahan (Wagner dan Dragendroff).
3. Kandungan alkaloid dari buah mengkudu diketahui positif (+) karena
mnghasilkan endapan coklat setelah direaksikan dengan pereaksi wagner,
sedangkan untuk daun ketepeng dan daun pagoda negatif (-).
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S.A., 2006, Kimia Bahan Alam dan Potensi Keanekaragaman
Hayati, Workshop Peningkatan Sumber Daya Manusia Penelitian
Potensi Padang.
Clark, J. 2010. Fitokimia. http:www.chem-is-try.org/chemlab/25/fitokimia.html.
Claus, E.P., Tyler V.E, Bradley, L.R., 1970, Pharmacognosy 6th ed., Philadelphia
: Lea and Febiger
Dalimarta, Setiawan. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Fessenden, R.J & J. S. Fessenden. 1986. Kimia Organik, diterjemahkan oleh A.H.
Pudjaatmaka. Erlangga. Jakarta.
Harbone, J. B. 1973. Photocemical Method. A Guide to Modern Techniques of
Plant Analysis. Chapman & Hall. London.
Harborne, J.B., 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan, Terbitan II, ITB Bandung.
Miroslav, V. 1971. Detection and Identification of OrganicCompound. New
York : Planum Publishing Corporation and SNTC Publishers of Technical
Literatur.