percobaan argentometri

13
PERCOBAAN 6 ARGENTOMETRI 1. Tujuan Dapat melakukan titrasi pengendapan untuk mengetahui berbagai kadar ion dengan menggunakan larutan Ag 2. Teori Dasar Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya ialah reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang mengganggu serta diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi. (Khopkar, 1990). Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum, yang berarti perak. Jadi argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag + . Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat AgNO 3 . Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag + dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan. (Underwood, 1992). Titik akhir ditandai dengan terbentuknya endapan putih yang permanent. salah satu kesulitan dalam menentukan titik akhir ini terletak pada fakta dimana perak sianida yang diendapkan oleh adanya kelebihan ion perak yang agak lebih awal dari titik ekuivalen, sangat lambat larut kembali dan titrasi ini makan waktu yang lama (Underwood.1992). Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (solut) untuk dapat larut pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen. Kelarutannya suatu zat dasarnya sangat vergantung pada sifat fisika dan kimia solut dan pelarut pada suhu, tekanan, dan PH larutan. Secara luas kelarutan suatu zat pada pelarut tertentu merupakan suatu pengukuran konsentrasi kejenuhan dengan cara menambahakan sedikit demi sedikit solut pada pelarut sampai solut tersebut mengendap (tidak dapat larut lagi). Rentang kelarutan sangat bervariasi, ada banyak sekali zat kimia yang mempunyai kelarutan tak terbatas, dan hasilnya bercampur sempurna, misalnya adalah etanol dalam air, adapula zat kimia yang sama sekali tidak larut. Sebagai contoh adalah perak klorida dalam air. Namun kebanyakan suatu zat dapat terlarut dalam pelarut sampai tepat

Upload: cepi-supiandi

Post on 14-Feb-2016

229 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

kimia dasar

TRANSCRIPT

Page 1: Percobaan Argentometri

PERCOBAAN 6

ARGENTOMETRI

1. TujuanDapat melakukan titrasi pengendapan untuk mengetahui berbagai kadar ion dengan menggunakan larutan Ag

2. Teori DasarTitrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya

merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya ialah reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang mengganggu serta diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi. (Khopkar, 1990).

Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum, yang berarti perak. Jadi argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat AgNO3. Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan. (Underwood, 1992).

Titik akhir ditandai dengan terbentuknya endapan putih yang permanent. salah satu kesulitan dalam menentukan titik akhir ini terletak pada fakta dimana perak sianida yang diendapkan oleh adanya kelebihan ion perak yang agak lebih awal dari titik ekuivalen, sangat lambat larut kembali dan titrasi ini makan waktu yang lama (Underwood.1992).

Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (solut) untuk dapat larut pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen. Kelarutannya suatu zat dasarnya sangat vergantung pada sifat fisika dan kimia solut dan pelarut pada suhu, tekanan, dan PH larutan. Secara luas kelarutan suatu zat pada pelarut tertentu merupakan suatu pengukuran konsentrasi kejenuhan dengan cara menambahakan sedikit demi sedikit solut pada pelarut sampai solut tersebut mengendap (tidak dapat larut lagi). Rentang kelarutan sangat bervariasi, ada banyak sekali zat kimia yang mempunyai kelarutan tak terbatas, dan hasilnya bercampur sempurna, misalnya adalah etanol dalam air, adapula zat kimia yang sama sekali tidak larut. Sebagai contoh adalah perak klorida dalam air. Namun kebanyakan suatu zat dapat terlarut dalam pelarut sampai tepat jenuh, selain itu mengendap seperti NaCl dalam air. Maka dari itu, ilmuwan telah banyak meneliti kelartuan suatu solut dalam pelarutyang dikenal dengan aturan kelarutan. Pada keadaan tertentu, keseimbangan kelarutan dapat menjadi berlebih sehingga disebut dengan larutan superjenuh atau metastabil.

Pengertian kelarutan sebaiknya tidak dikacaukan dengan kemampuan melarutkan atau mencairkan suatu zat, karena larutan juga dapat dibuat dengan mereaksikan suatu zat. Sebagai contoh adalah zink yang tidak dapat larut dalam asam klorida. Tetapi juga karena ada reaksi dengan gas hidrogen dengan zink klorida menyebabkannya seperti larut. Kelarutan tidak bergantung pada ukuran partikel atau faktor kinetik lainnya.

Larutan jenuh dapat dicapai dengan penambahan zat ke dalam pelarut secara terus menerus hingga zat tidak melarut lagi dengan cara menaikkan lagi konsentrasi ion-ion tertentu hingga terbentuk endapan (Khopkar.1990).

Faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu suhu, sifat pelarut, ion sejenis, aktivitas ion, pH, hidrolisis, hidroksida logam, dan pembentukan senyawa kompleks (Skogg.1965).

Pada kebanyakan garam anorganik, kelarutan meningkat jika suhu naik. Sebaiknya proses pengendapan, penyaringan dan pencucian endapan dilakukan dalam keadaan larutan panas kecuali untuk endapan yang dalam larutan panas memiliki kelarutan kecil cukup disaring setelah terlebih dahulu didinginkan di lemari es. Kebanyakan garam anorganik larut dalam air dan tidak

Page 2: Percobaan Argentometri

arut dalam pelarut organik. Air memiliki momen dipol yang besar dan tertarik oleh kation dan anion membentuk ion hidrat (Underwood.1995).

Indikator adalah suatu senyawa kompleks yang dapat bereaksi dengan asam dan basa. Dengan indikator, kita dapat mengetahui suatu zat bersifat asam dan basa. Indikator juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kekuatan suatu asam atau basa. Beberapa indikator terbuat dari zat warna alami tanaman, tetapi ada juga beberapa indikator yang dibuat secara sintesis di laboratorium. (Khoppar, 1990).

Pada metode Mohr, titrasi halide dengan AgNO3 dilakukan dengan K2CrO4. Pada titrasi ini akan terbentuk endapan baru yang berwarna. Pada titik akhir titrasi, ion Ag+ yang berlebih diendapkan sebagai Ag2CrO4 yang berwarna merah bata. Larutan harus bersifat netral atau sedikit bas, tetapi tidak boleh terlalu basa sebab Ag akan diendapkan sebagai Ag(OH) 2. Jika larutan terlalu asam maka titik akhir titrasi tidak terlihat sebab konsentrasi CrO4- berkurang (Khopkar, 1990).

Pada kondisi yang cocok, metode mohr cukup akurat dan dapat digunakan pada konsentrasi klorida yang rendah. Pada jenis titrasi ini, endapan indikator berwarna harus lebih larut disbanding endapan utama yang terbentuk selama titrasi. Indikator tersebut biasanya digunakan pada titrasi sulfat dengan BaCl2, dengan titik akhir akhir terbentuknya endapan garam Ba yang berwarna merah. (Khopkar, 1990)

Pada metode Volhard, titrasi Ag dengan NH4SCN dengan garam Fe(III) sebagai indikator adalah contoh metode volhard, yaitu pembentukan zat berwarna didalam larutan. Selama titrasi, AgSCN terbentuk sedangkan titik akhir tercapai bila NH4SCN yang berlebih bereaksi dengan Fe(III) membentuk warna merah gelap [FeSCN]2+ (Khopkar, 1990).

Pada metode volhard, untuk menentukan ion klorida suasana haruslah asam karena pada suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis. AgNO3 berlebih yang ditambahkan ke larutan klorida tentunya tidak bereaksi. Larutan Ag+ tersebut kemudian dititrasi balik dengan menggunakan Fe(III) sebagai indikator. (Khopkar, 1990).

Dalam titrasi Fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat yang dapat diserap pada permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH.

Indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah organic yang dapat membentuk endapan dengan ion perak. Misalnya flouresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan, flouresein akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFI) :

HFI    H+  +  FI-

Ion FI- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan berwarna merah muda.

Flouresein sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning, sehingga titik akhir dalam titrasi ini diketahui berdasar tiga macam perubahan, yakni (i) endapan yang semula putih menjadi merah muda dan endapan terlihat menggumpal, (ii) larutan yang semula keruh menjadi lebih jernih, dan (iii) larutan yang semula kuning hijau hampir tidak berwarna lagi. (Harjadi, 1990).

Pembentukan suatu endapan berwarna, Ini dapat diilustrasikan dengan prosedur mohr untuk penetapan klorida dan bromide. Pada titrasi suatu larutan netral dari ion klorida dengan larutan perak nitrat, sedikit larutan kalium kromat ditambahkan untuk berfungsi sebagai indikator. Pada titik akhir, ion kromat ini bergabung dengan ion perak untuk membentuk perak kromat merah yang sangat sedikit sekali dapat larut. Titrasi ini hendaknya dilakukan dalam suasana netral atau sangat sedikit sekali basa, yakni dalam jangkauan pH 6,59. (Bassett, 1994).

Pembentukan suatu senyawaan berwarna yang dapat larut, contoh prosedur ini adalah metode volhard untuk titrasi perak dengan adanya asam nitrat bebas dengan larutan kalium atau ammonium tiosianat standar. Indikatornya adalah larutan besi(III) ammonium sulfat. Penambahan larutan tiosianat menghasilkan mula-mula endapan perak klorida. Kelebihan tiosianat yang paling

Page 3: Percobaan Argentometri

sedikitpun akan menghasilkan pewarnaan coklat kemerahan, disebabkan oleh terbentuknya suatu ion kompleks.

Ag+  +  SCN-    AgSCNFe3+  + SCN-  [FeSCN]2+

Metode ini dapat diterapkan untuk penetapan klorida, bromide dan iodide dalam larutan asam. Larutan perak nitrat standar berlebih ditambahkan dan kelebihannya dititrasi balik dengan larutan tiosianat standar. (Bassett, 1994).

Ag+  +  Cl-    AgClAg+  +  SCN-    AgSCNPenggunaan indikator adsorpsi, aksi dari indikator-indikator ini disebabkan oleh fakta bahwa

pada titik ekuivalen, indikator itu diadsorpsi oleh endapan dan selama proses adsorpsi terjadi suatu perubahan dalam indikator yang menimbulkan suatu zat dengan warna berbeda, maka dinamakan indikator adsorpsi.Zat-zat yang digunakan adalah zat-zat warna asam, seperti warna deret flouresein misalnya flouresein an eosin yang digunakan sebagai garam natriumnya. Untuk titrasi klorida, boleh dipakai flouresein. Suatu larutan perak klorida dititrasi dengan larutan perak nitrat, perak klorida yang mengendap mengadsorpsi ion-ion klorida. Ion flouresein akan membentuk suatu kompleks dari perak yang merah jambu. (Bassett, 1994)

Titrasi menggunakan indikator adsorpsi biasanya cepat, akurat dan terpercaya. Sebaliknya penerapannya agak terbatas karena memerlukan endapan berbentuk koloid yang juga harus dengan cepat.

3. Alat dan Bahan

No Alat Bahan1 Buret Aquades2 Corong Ag2CrO4

3 Gelas ukur AgNo3

4 Gelas kimia Besi (Fe)5 Labu erlenmeyer Flourorescein6 Labu takar HNo3

7 Pipet volume K3CrO4

8 Pipet tetes NaCl9 Spatula Nitrobenzen

4. Prosedur Percobaan4.1. Titrasi argentometri dengan cara Mohr

Larutan NaCl diencerkan dalam labu takar sampai tepat 100 ml, kemudian dipipet 25 ml larutan NaCl 0,05 M setelah itu diencerkan sampai 50 ml (ditambah aquades 25 ml). Ditambahkan 1 ml larutan K2CrO4 5% dan dititrasi dengan AgNo3 0,05 M sampai berwarna merah kuning kotor dari endapan Ag2CrO4.

4.2. Titrasi argentometri dengan cara Volharda. Penetapan kadar klorida

Page 4: Percobaan Argentometri

Larutan NaCl diencerkan dalam labu takar sampai 100 ml, larutan ini dipipet kedalam labu titrasi sebanyak 25 ml, stelah itu ditambahkan 5 ml HNo 3 6 N dan 30 ml larutan AgNo3 0,1 N kemudian ditambahkan 3 ml larutan nitrobenzen dan larutan Fe (III) sampai timbul warna merah. Titrasi ini dilakukan dua atau tiga kali, dan dihitung kadar Cl - dalam larutan gr/Liter.

4.3. Titrasi argentometri dengan cara Fajansa. Penetapan kadar klorida

Larutan NaCl diencerkan dalam labu takar sampai 100 ml kemudian dipipet sebanyak 25 ml kedalam labu titrasi dan ditambahkan 1 tetes flourescein 0,1%, setelah itu dititrasi terhadap larutan AgNo3 standar sambil dikocok dengan agak kuat sampai timbul warna merah muda pada permukaan endapan. Titrasi ini dilakukan duplo.

4.4. Pembuatan larutan standar AgNO3 0,1 NSebanyak 10 gr AgNo3 dikeringkan dalam oven pada suhu 105-110ᴼC selama 2 jam, kemudian didinginkan dalam eksikator. Kemudian sebanyak 9,8 gr AgNO3 ditimbang dalam gelas kimia, dilarutkan dalam sedikit air dan dipindahkan dalam labu takar 500 ml, diencerkan sampai tanda batas volu,e dan disimpan dalam tempat yang gelap atau dipindahkan dalam botol cokelat. Kemudian ditentukan normalita larutan AgNO3 dengan cara Mohr atau Volhard.

4.5. Pembuatan larutan standar NaCl 0,1 NKristal NaCl yang didapat dipakai sebagai zat standar primer setelah dikeringkan dalam oven (karena higroskopis).NaCl dikeringkan selama 1 jam didalam oven dengan temperatur 105-110 ᴼC selama 2 jam, kemudian didinginkan dalam eksikator. Setelah itu ditimbang dengan teliti 0,585 gram NaCl dalam botol, ditimbang dengan botol tertutup dan dilarutkan dengan sedikit air dan dipindahkan secara kuantitatif kedalam labu ukur 100 ml, diencerkan sampai tanda batas volume dan diberi etiket. Normalitasnya dihitung.

4.6. Pembuatan larutan standar KCNS atau NH4CNS 0,1 N.KCNS atau NH4CNS merupakan larutan standar primer, kemurniannya 99,9%.Sebanyak 5 gram KCNS atau NH4CNS dikeringkan dalam oven dengan temperatur 120-150ᴼC selama 2 jam, kemudian ditimbang secara teliti 4,858 gram KCNS atau 3,803 NH4CNS dalam botol timbang, setelah itu dipindahkan secara kuantitatif kedalam labu ukur 500 ml dan diencerkan dengan air sampai tanda batas volume. Dihitung normalitasnya.

4.7. Pembuatan larutan-larutan indikatorKalium kromat : dilarutkan 5 gram K2CrO4 didalam 100 ml air, dipakai 1 ml setiap 50-100 ml larutan.Ferri amonium sulfat : dilarutkan 40 gram Fe(NH4)SO4 didalam sedikit air, ditambahkan beberapa tetes larutan HNO3 6 N. Diencerkan sampai 100 ml dengan air, dipakai untuk tiap 50-100 ml larutan.Flourescein : dilarutkan 0,1 gram Flourescein didalam 100 ml alkohol 70 % atau 0,1 gram Natrium Flourescein didalam 100 ml air, dipakai 5-10 tetes untuk tiap kali titrasi.Untuk pembuatan eosin, pembuatannya sama dengan Flourescein.

5. Hasil Pengamatan dan Perthitungan

6. Pembahasan7. Kesimpulan8. Daftar Pustaka

Bassett, J. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Buku Kedokteran :

EGC. Jakarta.

Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia. Jakarta.

Page 5: Percobaan Argentometri

Khopkar, S. M. 1990.  Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia. Jakarta.

Day, RA. Jr dan Al Underwood. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif edisi kelima. Erlangga. Jakarta.

Anonim. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Analisis. Universitas Muslim Indonesia : Makassar.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia :

Jakarta.

Harizul, Rivai.  1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia Press 22 : Jakarta.

Khopkhar, SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press : Jakarta.

Skogg. 1965. Analytical Chemistry. Edisi keenam. Sounders College Publishing : Florida.

Svehla,G. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Ke Lima. PT. Kalman Media

Pusaka : Jakarta.

Underwood.  1992.  Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Erlangga : Jakarta.

Argentometri merupakan titrasi pengendapan sample yang dianalisis dengan menggunakan

ion perak. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini adalah ion halida (Cl -, Br-, I-)

(Khopkar,1990).

Hasil kali konsentrasi ion-ion yang terkandung suatu larutan jenuh dari garam yang sukar

larut pada suhu tertentu adalah konstan. Misalnya suatu garam yang sukar larut AmBn dalam larutan

akan terdisosiasi menjadi m kation dan n anion (Khopkar,1990).

AmBn → Ma++ Nb-

Hasil kali kelarutan = (CA+)M × (CB-)N titrasi argentometri adalah titrasi dengan

menggunakan perak nitrat sebagai titran dimana akan terbentuk garam perak yang sukar larut. Jika

larutan perak nitrat ditambahkan pada larutan kalium sianida maka mula-mula akan terbentuk

endapan putih yang pada pengadukan akan larut membentuk larutan kompleks yang stabil

(Harrizul.1995).

Titik akhir ditandai dengan terbentuknya endapan putih yang permanent. salah satu kesulitan

dalam menentukan titik akhir ini terletak pada fakta dimana perak sianida yang diendapkan oleh

adanya kelebihan ion perak yang agak lebih awal dari titik ekuivalen, sangat lambat larut kembali dan

titrasi ini makan waktu yang lama (Underwood.1992).

Larutan jenuh dapat dicapai dengan penambahan zat ke dalam pelarut secara terus menerus

hingga zat tidak melarut lagi dengan cara menaikkan lagi konsentrasi ion-ion tertentu hingga

terbentuk endapan (Khopkar.1990).

Page 6: Percobaan Argentometri

Faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu suhu, sifat pelarut, ion sejenis, aktivitas ion, pH,

hidrolisis, hidroksida logam, dan pembentukan senyawa kompleks (Skogg.1965).

Pada kebanyakan garam anorganik, kelarutan meningkat jika suhu naik. Sebaiknya proses

pengendapan, penyaringan dan pencucian endapan dilakukan dalam keadaan larutan panas kecuali

untuk endapan yang dalam larutan panas memiliki kelarutan kecil cukup disaring setelah terlebih

dahulu didinginkan di lemari es. Kebanyakan garam anorganik larut dalam air dan tidak arut dalam

pelarut organik. Air memiliki momen dipol yang besar dan tertarik oleh kation dan anion membentuk

ion hidrat (Underwood.1995).

Teknik penambahan ion sejenis dilakukan oleh analis untuk tujuan (Harizul.1995) :

1)  Menyempurnakan pengendapan

2) Pencucian endapan dengan larutan yang mengandung ion sejenis dengan endapan

Untuk larutan yang mengandung Ag, jika ditambahkan NaCI maka mula-mula terbentuk

suspensi yang kemudian terkoagulasi (membeku). Laju terjadinya koagulasi menyatakan

mendekamya titik ekivalen. Penambahan NaCI ditersukan sampai titik akhir tercapai.

Perubahan ini dilihat dengan tidak terbentuknya endapan AgCI pada cairan supernatan. Akan

tetapi sedikit NaCI harus ditambahkan untuk menyempurnakan titik akhir. Penentuan Ag sebagai

AgCI dapat dilakukan dengan pengukuran turbidimetri yaitu dengan pembauran sinar

(Underwood,1986).

Jika AgNO3 ditambahkan ke NaCI yang mengandung zat berpendar fluor, titik akhir

ditentukan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga. Jika didiamkan, tampak

endapan berwarna, sedangkan larutan tidak berwarna disebabkan adanya adsorpsi indikator pada

endapan AgCI. Warna zat yang terbentuk dapat berubah akibat adsorpsi pada penukaan (Khopkar,

1990).

Semua indikator adsorpsi bersifat ionik. Selain indikator adsorpsi tersebut terdapat pula

indikator-indikator adsorpsi yang digunakan dalam titrasi pengendapan, yaitu turunan krisodin.

Indikator tersebut merupakan indikator asam basa dan indikator reduksi oksidasi dan memberikan

perubahan warna yang reversibel dengan brom. Indikator ini berwarna merah pada suasana asam

clan kuning pada suasana basa. Indikator ini juga digunakan untuk titrasi ion I" dengan ion Ag+.

Kongo merah adalah indikator asam basa lainnya (Khopkar, 1990).

Selain kelemahan, indikator adsorpsi mempunyai beberapa keunggulan. Indikator ini

memberikan kesalahan yang kecil pada penentuan titik akhir titrasi. Perubahan warna yang

disebabkan adsorpsi indikator biasanya tajam. Adsorpsi pada permukaan berjalan baik jika

endapan mempunyai luas permukaan yang besar. Warna adsorpsi tidak begitu jelas jika endapan

terkoagulasi. Kita tidak dapat menggunakan indikator tersebut karena koagulasi. Koloid

pelindung dapat mengurangi masalah tersebut. Indikator-indikator tersebut bekerja pada batasan

daerah-daerah pH tertentu juga pada konsentrasi tertentu saja, yaitu pada keadaan yang sesuai

dengan peristiwa adsorpsi dan desorpsi saja (Svehla,1985).

Page 7: Percobaan Argentometri

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan (Svehla,1985) :

a.    Kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur. Kadangkala endapan yang baik terbentuk pada

larutan panas, tetapi jangan dilakukan penyaringan terhadap larutan panas karena pengendapan

dipengaruhi oleh faktor temperatur. Garam-garam anorganik lebih larut dalam air. Berkurangnya

kelarutan di dalam pelarut organik dapat digunakan sebagai dasar pemisahan dua zat. Kelarutan

endapan dalam air berkurang jika lanitan tersebut mengandung satu dari ion-ion penyusun endapan,

sebab pembatasan Ks.p (konstanta hasil kali kelarutan). Baik kation atau anion yang ditambahkan,

mengurangi konsentrasi ion penyusun endapan sehingga endapan garam bertambah. Pada analisis

kuantitatif, ion sejenis ini digunakan untuk mencuci larutan selama penyaringan.

b.    Beberapa endapan bertambah kelarutannya bila dalam lanitan terdapat garam-garam yang berbeda

dengan endapan. Hal ini disebut sebagai efek garam netral atau efek aktivitas. Semakin kecil

koefesien aktivitas dari dua buah ion, semakin besar hasil kali konsentrasi molar ion-ion yang

dihasilkan. Kelarutan garam dari asam lemah tergantung pada pH larutan. Jika garam dari asam

lemah dilarutkan dalam air, akan menghasilkan perubahan (H). Kation dari spesies garam

mengalami hidrolisis sehingga menambah kelarutannya

c.    Kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi konsentrasi zat lain yang membentuk kompleks

dengan kation garam tersebut. Beberapa endapan membentuk kompleks yang larut dengan ion

pengendap itu sendiri. Mula-mula kelarutan berkurang (disebabkan ion sejenis) sampai melalui

minuman. Kemudian bertambah akibat adanya reaksi kompleksasi

Ada beberapa metode dalam titrasi argentometri yang dibedakan berdasarkan indikator yang

digunakan pada penentuan titik akhir titrasi, antara lain (Harizul,1995) :

a.    Metode Mohr

Metode Mohr biasanya digunakan untuk menitrasi ion halida seperti NaCl, dengan AgNO3

sebagai titran dan K2CrO4 sebagai indikator. Titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan

warna suspensi dari kuning menjadi kuning coklat. Perubahan warna tersebut terjadi karena timbulnya

Ag2CrO4, saat hampir mencapai titik ekivalen, semua ion Cl- hamper berikatan menjadi AgCl. Larutan

standar yang digunakan dalam metode ini, yaitu AgNO3, memiliki normalitas 0,1 N atau 0,05 N.

Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran, sehingga terbentuk

endapan yang berwarna merah-bata, yang menunjukkan titik akhir karena warnanya berbeda dari

warna endapan analat dengan Ag+ .

b.    Metode Volhard

Metode Volhard menggunakan NH4SCN atau KSCN sebagai titrant, dan larutan Fe3+ sebagai

indikator. Sampai dengan titik ekivalen harus terjadi reaksi antara titrant dan Ag, membentuk endapan

putih.

Konsentrasi indikator dalam titrasi Volhard juga tidak boleh sembarang, karena titrant

bereaksi dengan titrat maupun dengan indikator, sehingga kedua reaksi itu saling mempengaruhi.

Page 8: Percobaan Argentometri

Penerapan terpenting cara Volhard ialah untuk penentuan secara tidak langsung ion-ion

halogenida: perak nitrat standar berlebih yang diketahui jumlahnya ditambahkan sebagai contoh, dan

kelebihannya ditentukan dengan titrasi kembali dengan tiosianat baku. Keadaan larutan yang harus

asam sebagai syarat titrasi Volhard merupakan keuntungan dibandingkan dengan cara-cara lain

penentuan ion halogenida karena ion-ion karbonat, oksalat, dan arsenat tidak mengganggu sebab

garamnya larut dalam keadaan asam.

Page 9: Percobaan Argentometri

c.    Metode Fajans

Dalam titrasi Fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat yang dapat

diserap pada permukaan endapan (diadsorpsi) dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini

dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai

dan pH.

Cara kerja indikator adsorpsi ialah sebagai berikut: indikator ini ialah asam lemah atau basa

lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan ion perak. Misalnya fluoresein yang

digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan, fluoresein akan mengion (untuk mudahnya ditulis

HFl saja).

HFl(aq) ↔ H+(aq) +Fl-

(aq)

Ion Fl- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan berwarna merah

muda. Karena penyerapan terjadi pada permukaan, dalam titrasi ini diusahakan agar permukaan

endapan itu seluas mungkin supaya perubahan warna yang tampak sejelas mungkin, maka endapan

harus berukuran koloid. Penyerapan terjadi apabila endapan yang koloid itu bermuatan positif, dengan

perkataan lain setelah sedikit kelebihan titrant (ion Ag+).

Suatu kesulitan dalam menggunakan indikator adsorpsi ialah, bahwa banyak diantara zat

warna tersebut membuat endapan perak menjadi peka terhadap cahaya (fotosensifitasi) dan

menyebabkan endapan terurai.

Titrasi menggunakan indikator adsorpsi biasanya cepat, akurat dan terpercaya. Sebaliknya

penerapannya agak terbatas karena memerlukan endapan berbentuk koloid yang juga harus dengan

cepat.