perbaikan cushing
DESCRIPTION
wwwTRANSCRIPT
PERBAIKAN
A. ANATOMI FISIOLOGI
Efek-efek hormon yang terdapat di korteks adrenal
1. Hormon Glukokortikoid
Mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
Berperan dalam meningkatkan respon tubuh terhadap stress
Mempertahankan stabilitas emosi
Mempengaruhi fungsi imun
2. Hormon Mineralkortikoid
Mengatur keseimbangan elektrolit mempertahankan volume cairan, melalui
reabsrobsi H2O dan Ha+, ekresi K+ di tubulus distal.
Membantu mempertahankan tekanan darah normal dan curah jantung.
3. Hormon Androgen ( hormon seks pada pria)
Mengatur karakteristik seks skunder tertentu
B. ETIOLOGI
Dalam pituitari Cushing, seorang adenoma jinak mengeluarkan ACTH
hipofisis. Ini juga dikenal sebagai penyakit Cushing dan bertanggung jawab atas 70%
dari sindrom Cushing endogen’s. Sindrom Cushing juga disebabkan oleh tumor
hipofisis atau tumor yang melepaskan ACTH (Niemen, 2005).
Pada tumor korteks adrenal dapat terjadi tanpa bergantung pada kontrol ACTH
yang dengan kemampuannya untuk menyekresi kortisol secara autonomi dalam
korteks adrenal. Tumor korteks adrenal yang akhirnya menjadi sindrom cushing yang
jinak (adenoma) atau yang ganas (karsinoma). Adenoma korteks adrenal dapat
menyebabkan sindrom cushing berat, namun biasanya berkembang secara lamba dan
gejala dapat timbul bertahun-tahun sebelum diagnosis ditegakkan. Sebaliknya,
karsinoma adreokortikal berkembang secara cepat dan dapat menyebabkan metastasis
serta kematian (Niemen, 2005).
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Rontgen Tulang di temukan Osteoporosis terutama pelvis, cranium,
costa, vertebra
2. Scanning di temukan tumor dan hiperplasi pada kelnjar adrenal3. Pemeriksaan elektro kardiografi : untuk menentukan adanya hipertensi
D. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada diagnosa hipokalemia
Intervensi
a) Ambillah secara tepat specimen untuk proses pemeriksaan lab sehingga dapat
diketahui kadar kalium serta hal-hal lain yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan elektrolit (seperti ABG, urin, kadar air darah).
b) Pantau hasil dari pemeriksaan lab tersebut yang berkaitan dengan hipokalemia
(seperti kadar glukosa, alkalosis metabolic, penurunan osmolalitas urin, kalium
urin, hipokloremia, dan hiperkalemia).
c) Pantau dengan tepat pergeseran intraselular yang menyebabkan menurunnya
kadar kalium dalam darah (yaitu alkalosis metabolic, diet; khususnya karbohidrat,
intake dan pengaturan insulin).
d) Pantau ginjal dengan sesuai yang bisa menyebabkan penurunan kadar kalium
darah (seperti kehilangan kalium pada nefritis.
e) Pantau GI yang bisa menyebabkan penurunan kadar kalium darah (yaitu diare,
fistula)
f) Pantau cairan yang bisa menyebabkan penurunan kadar kalium dalam darah
(seperti penurunan retensi air)
g) Atur pemberian tambahan kalium (PO, NG, or IV) sesuai dengan kebijakan yang
telah diresepkan.
h) Pastikan ketepatan kalium yang dipersiapkan ketika akan memberikan kalium
tambahan (seperti hipokloremia, glukonat, asetat, sitrat, bikarbonat, penurunan
kadar klorida dan kalium dalam darah.
i) Pantau fungsi ginjal, EKG, dan kadar kalium darah secara tepat selama proses
pemindahan.
j) Cegah/kurangi iritasi akibat penambahan kalium (atur penambahan kalium secara
PO or NG selama atau setelah makan untuk meminimalisir iritasi GI, cairan
kalium IV secara adekuat, atur penambahan cairan IV secara perlahan, dan
gunakan anestesi local untuk area IV).