peran analisis farmasi dalam proses verifikasi kehalalan makanan

11
1 PERAN ANALISIS FARMASI DALAM PROSES VERIFIKASI KEHALALAN MAKANAN, OBAT DAN KOSMETIK* Oleh : Prof. Dr. H. Achmad Mursyidi, M.Sc. Apt. I. Pendahuluan Makanan merupakan kebutuhan pokok sehari-hari manusia dari dulu hingga saat ini. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, keanekaragaman produk makanan makin meningkat sehingga konsumen sering tidak mengetahui kandungan produk yang mereka konsumsi khususnya bahan asal (raw material) dan proses pengolahannya. Padahal menurut pandangan Islam, mengetahui bahan asal dan proses pengolahannya merupakan masalah yang sangat esensial karena seluruh bahan yang dikonsumsi oleh orang Islam harus mengikuti hukum syariah Islam, yakni harus halal. Hal ini merupakan masalah penting, terlebih sejak banyaknya produk makanan yang diimpor dari negara yang notabene tidak mengikuti aturan syariah Islam. Disamping menyangkut makanan, masalah yang sama juga muncul untuk obat dan kosmetik yang pada kenyataannya sering ditemukan menggunakan bahan-bahan yang tidak halal. Pernyataan Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahwa vaksin meningitis mengandung bahan yang haram telah membuat 200.000 calon jamaah haji Indonesia shock. Masalahnya, pemerintah Arab Saudi justru mengharuskan seluruh calon jamaah disuntik vaksin tersebut untuk menghindari penularan penyakit yang mematikan itu. Sebagai negara dengan penduduk muslim paling besar di dunia, Indonesia alhamdulillah telah memiliki perhatian terhadap masalah kehalalan makanan, obat dan kosmetik. Meski Undang-Undang yang mengatur Sertifikasi kehalalan suatu produk makanan, obat dan kosmetika belum berhasil disetujui DPR, namun perhatian untuk menjaga masyarakat muslim dari mengkonsumsi produk haram tidak serta merta hilang. Saat ini perhatian para Farmasis atau Apoteker untuk menemukan dan mengaplikasikan metode-metode analisis kehalalan suatu produk semakin meningkat. Disadari, bidang makanan, obat dan kosmetik merupakan bidang garap para Sarjana Farmasi baik dalam segi produksi maupun pengawasan distribusinya. Dengan kesadaran tersebut, para Farmasis muslim memiliki tanggung jawab yang

Upload: arfa-shaha

Post on 27-Dec-2015

158 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PERAN ANALISIS FARMASI DALAM PROSES VERIFIKASI KEHALALAN MAKANAN

TRANSCRIPT

Page 1: Peran Analisis Farmasi Dalam Proses Verifikasi Kehalalan Makanan

1

PERAN ANALISIS FARMASI DALAM PROSES VERIFIKASI KEHALALAN MAKANAN, OBAT DAN KOSMETIK*

Oleh : Prof. Dr. H. Achmad Mursyidi, M.Sc. Apt.

I. Pendahuluan

Makanan merupakan kebutuhan pokok sehari-hari manusia dari dulu hingga saat ini. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, keanekaragaman produk makanan makin meningkat sehingga konsumen sering tidak mengetahui kandungan produk yang mereka konsumsi khususnya bahan asal (raw material) dan proses pengolahannya. Padahal menurut pandangan Islam, mengetahui bahan asal dan proses pengolahannya merupakan masalah yang sangat esensial karena seluruh bahan yang dikonsumsi oleh orang Islam harus mengikuti hukum syariah Islam, yakni harus halal. Hal ini merupakan masalah penting, terlebih sejak banyaknya produk makanan yang diimpor dari negara yang notabene tidak mengikuti aturan syariah Islam.

Disamping menyangkut makanan, masalah yang sama juga muncul untuk obat dan kosmetik yang pada kenyataannya sering ditemukan menggunakan bahan-bahan yang tidak halal. Pernyataan Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahwa vaksin meningitis mengandung bahan yang haram telah membuat 200.000 calon jamaah haji Indonesia shock. Masalahnya, pemerintah Arab Saudi justru mengharuskan seluruh calon jamaah disuntik vaksin tersebut untuk menghindari penularan penyakit yang mematikan itu.

Sebagai negara dengan penduduk muslim paling besar di dunia, Indonesia alhamdulillah telah memiliki perhatian terhadap masalah kehalalan makanan, obat dan kosmetik. Meski Undang-Undang yang mengatur Sertifikasi kehalalan suatu produk makanan, obat dan kosmetika belum berhasil disetujui DPR, namun perhatian untuk menjaga masyarakat muslim dari mengkonsumsi produk haram tidak serta merta hilang. Saat ini perhatian para Farmasis atau Apoteker untuk menemukan dan mengaplikasikan metode-metode analisis kehalalan suatu produk semakin meningkat. Disadari, bidang makanan, obat dan kosmetik merupakan bidang garap para Sarjana Farmasi baik dalam segi produksi maupun pengawasan distribusinya. Dengan kesadaran tersebut, para Farmasis muslim memiliki tanggung jawab yang besar untuk memberi keamanan bagi masyarakat muslim dari produk-produk yang tidak halal.

II. Halal dan Baik

Islam mengajarkan kepada pengikutnya bahwa segala sesuatu yang dikonsumsi harus halal dan baik (thoyyib). Kehalalan lebih memiliki makna spiritual (immaterial) karena menunjukkan ketaatan seseorang kepada Allah, sedangkan baik (thoyyib) memiliki makna material karena lebih terkait dengan implikasi fisik, nutrisi, atau kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa Islam bukanlah agama yang hanya mementingkan masalah-masalah spiritual tetapi juga memperhatikan pemeliharaan terhadap kesehatan fisik. Dalam Surat Al Baqarah ayat 168 Allah berfirman :

” Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang ada di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah syetan karena sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu ”

Page 2: Peran Analisis Farmasi Dalam Proses Verifikasi Kehalalan Makanan

2

Ayat tersebut menekankan pentingnya status halal yang harus dipatuhi oleh setiap muslim yang lebih berdampak pada masalah-masalah spiritual. Hal ini membawa konsekuensi bahwa setiap muslim harus menyatakan posisinya sebagai hamba Allah sehingga wajib mengikuti seluruh perintah-Nya tanpa banyak mempertanyakannya terlebih dahulu. Di lain pihak, baik (thoyyib) memiliki sifat relatif, artinya dapat berubah bergantung pada kondisi dan lingkungan. Suatu makanan dapat menjadi baik untuk seseorang pada situasi tertentu tetapi mungkin tidak demikian untuk orang lain pada kondisi yang berbeda. Sebagai contoh, karbohidrat (gula) pada dasarnya baik dikonsumsi oleh orang yang sehat, tetapi akan menjadi tidak baik untuk penderita diabetes mellitus. Dalam konteks ini, Allah SWT mengingatkan manusia :

” Makan dan minumlah tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan. ”

Saat ini kita mengetahui kebenaran firman Allah tersebut. Banyak penyakit yang

muncul akibat mengkonsumsi makanan dan minuman secara berlebihan. Satu hal yang harus kita ingat adalah bahwa Allah sebenarnya menginginkan hamba-Nya hidup bahagia, sebagaimana difirmankan dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 185 :

” Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesulitan bagimu.”

Sejalan dengan gagasan untuk menghindarkan manusia dari kesulitan, Allah SWT secara eksplisit mengharamkan hanya sedikit saja dari sekian banyak makanan dan minuman yang telah diciptakan Allah sebagaimana dapat kita baca pada Surat Al Baqarah ayat 173 dan Al Maidah ayat 90. Selain apa yang secara nyata diharamkan, maka yang lain adalah halal. Ini berarti bahwa makanan halal jauh lebih banyak dibandingkan yang haram.

” Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang ketika disembelih disebut nama selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa memakannya, sedangkan ia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al Baqarah 173)

Dalam kasus minuman, Allah SWT hanya melarang minuman memabukkan yang disebut khamar. Harus dicatat bahwa meminum khamar adalah perbuatan syetan, sebagaimana dinyatakan dalam surat Al Maidah ayat 90 :

” Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum khamar, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. ”

Sebelum meminum khamar dilarang secara formal, Allah menjelaskan bahaya mengkonsumsi khamar sebagaimana tersebut dalam surat Al Baqarah ayat 219:

” Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan berjudi. Katakanlah : Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya. ”

Ayat ini menunjukkan bahwa sesuatu yang dilarang Allah akan menghasilkan dosa dan madharat yang lebih besar dari pada manfaatnya. Dampak negatif tidak saja menyangkut

Page 3: Peran Analisis Farmasi Dalam Proses Verifikasi Kehalalan Makanan

3

spiritual tetapi juga fisik. Dalam kaitan ini, Rasulullah Muhammad SAW menjelaskan kriteria khamar dengan menyatakan, ”Kullu musykirin khamrun wa kullu khamrin haram, ” yang artinya setiap yang memabukkan adalah khamar dan setiap khamar adalah haram.Di kalangan ilmuwan kesehatan, khamar (alkohol) telah dikenal sebagai bahan yang akan berinteraksi dengan obat-obat yang bekerja pada sistem syaraf pusat. Interaksi tersebut tidak saja menghasilkan efek sinergis, tetapi juga potentiatif. Akibatnya dampak yang ditimbulkan bisa sangat fatal dan tak terduga. Kematian Marylin Monroe, sebagai contoh, disebabkan efek interaksi antara alkohol dengan obat tidur yang menyebabkan dia tertidur untuk selamanya.

III. Mengapa Harus Halal ?

Perbedaan halal – haram merupakan masalah amat penting bagi setiap muslim. Sejalan dengan ayat-ayat Al Quran sebagaimana tersebut di atas, Rasulullah Muhammad SAW mengingatkan agar setiap muslim tahu apa yang dimakannya dengan tujuan untuk mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Diantara sabda Rasulullah adalah :

- Ketahuilah, jika makanan yang haram masuk ke dalam perutmu, maka ibadahmu tidak akan diterima selama 40 hari (HR Thabrani)

- Daging manusia yang tumbuh dari makanan yang haram, maka neraka adalah tempat yang pantas untuknya (HR Tirmidzi)

- Ketika seseorang meminum khamar, maka ia telah keluar dari keimanan (HR Bukhari-Muslim)

Jelasnya, mengkonsumsi makanan yang halal merupakan jalan ke surga, sedangkan mengkonsumsi makanan yang haram merupakan jalan ke neraka.

IV. Bahan-bahan Haram (Tidak Halal)

” Yang halal sudah jelas, yang haram pun sudah jelas. Diantara keduanya terdapat sesuatu yang meragukan (subkhat). Maka tinggalkanlah yang meragukan tersebut ” (HR Bukhari Muslim).

Hadist di atas mengingatkan setiap muslim untuk berhati-hati dalam mengkonsumsi makanan. Makanan yang dikonsumsi oleh orang muslim harus halal. Jika menemukan sesuatu yang meragukan (subkhat), maka tinggalkanlah. Jadi, jika yang meragukan saja harus ditinggalkan apalagi yang sudah jelas-jelas haram. Masalahnya, seringkali kita mencoba mengadakan suatu pendekatan terhadap yang subkhat berdasarkan logika kita dan menganggap bahwa logika kita itu benar, sehingga yang subkhat kita coba halalkan. Jenis makanan yang termasuk dalam kategori subkhat adalah makanan yang secara sengaja atau tidak terkontaminasi atau tercampur dengan bahan-bahan haram. Begitu juga produk-produk hasil fermentasi menggunakan porcine.

V. Bahan-bahan Haram pada Makanan

Sebagian besar makanan haram yang sering ditemukan di pasar adalah daging babi dan derivat babi seperti lemak babi, gelatin, dan produk-produk porcine. Selain itu juga

Page 4: Peran Analisis Farmasi Dalam Proses Verifikasi Kehalalan Makanan

4

sering ditemukan daging bangkai, darah, dan makanan yang berasal dari hewan yang disembelih dengan tidak mengikuti aturan Islam.

1. Darah

Jenis makanan yang berasal dari darah biasanya sering ditemukan di pasar tradisional. Penjual menyatakan bahwa jenis makanan ini merupakan penyedap rasa (flavouring agent). Jenis makanan ini juga sering ditemukan pada sosis

. 2. Daging Bangkai

Mass media sering memberitakan adanya daging-daging bangkai yang dijual di pasar tradisional, terutama bangkai ayam. Penentuan status haram jenis makanan ini tidak dapat dilakukan dengan analisis kimia. Biasanya penentuan apakah daging yang dijual merupakan daging bangkai atau bukan dilakukan dengan melihatnya secara fisik.Dalam hal ini perlu dicatat bahwa daging-daging impor kemungkinan dapat dikategorikan sebagai makanan haram selama tidak ada jaminan bahwa proses penyembelihannya dilakukan secara Islam. Jenis keharaman yang berasal dari proses penyembelihan ini tidak dapat dideteksi dengan metode analisis kimia. Di Australia, sejak pemerintah Iran mengembalikan ribuan ton daging yang disembelih secara tidak Islami pada tahun 1979, sistem penyembelihan hewan yang akan dikonsumsi masyarakat muslim diserahkan ke masyarakat muslim Australia.

3. Derivat Daging Babi

Derivat daging babi seperti gelatin dan lemak babi sering ditemukan pada proses pembuatan makanan dengan berbagai tujuan. Saat ini telah dikembangkan berbagai teknik analisis untuk mengidentifikasi jenis makanan haram ini.

4. Alkohol atau khamr

Selain pada minuman beralkohol, alkohol pada umumnya digunakan dalam produksi suatu makanan. Alkohol ini merupakan bahan yang mudah menguap sehingga produk akhir makanan biasanya sudah tidak lagi mengandung alkohol. Status halal atau haram jenis makanan yang demikian (melibatkan alkohol dalam prosesnya tetapi sudah tidak lagi mengandung alkohol pada hasil akhir) sampai sekarang masih menjadi perdebatan di kalangan ulama.

VI. Bahan-bahan Haram pada Obat

Beberapa bahan-bahan haram dan derivatnya yang mungkin ditemukan dalam obat dapat disebutkan sebagai berikut :

1. Insulin

Kenyataan bahwa insulin babi paling mirip dengan insulin manusia menyebabkan produksi insulin yang berasal dari babi lebih banyak dikembangkan dibanding insulin yang berasal dari sapi.

Page 5: Peran Analisis Farmasi Dalam Proses Verifikasi Kehalalan Makanan

5

2. Heparin

Senyawa ini bekerja sebagai antikoagulan, yaitu untuk mencegah pembekuan darah. Pada umumnya heparin diperoleh dari babi berupa Sodium heparin yang dikenal dengan nama dagang Lovenox (Aventis Pharma Specialitis, Perancis)

3. Gelatin

Gelatin adalah suatu protein yang berasal dari kollagen binatang (babi, sapi, domba). Gelatin yang berasal dari babi lebih sering digunakan sehingga masyarakat muslim harus berhati-hati terhadap bahan ini.

4. Alkohol

Bahan ini masih sering digunakan sebagai bahan dalam sirup obat batuk seperti misalnya pada Vicks Formula (10, 5%), Benadryl (5%), Woods (6%), dan OBH Combi (2%). Keberadaan alkohol dalam sirup ini sebenarnya bukan merupakan keharusan. Alkohol dapat dihilangkan tanpa mengurangi efektivitas obatnya. Menjadi kewajiban farmasis muslim untuk membuat, memasarkan dan menjual formula non alkohol sesuai ajaran Islam. Alkohol dalam sirup dapat secara mudah diidentifikasi dengan analisis kimia sederhana. Selain itu, saat ini sudah cukup banyak sirup obat batuk dengan formula non alkohol.

5. Selain alkohol

Beberapa derivat bahan-bahan haram juga digunakan dalam obat seperti kapsul gelatin, enzym, dan magnesium stearat ( sebagai lubricant)

VII. Bahan-bahan Haram pada Kosmetik

Bahan-bahan haram yang digunakan pada kosmetik dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu manusia, hewan, atau tanaman. Dalam kasus sediaan kosmetik, pada umumnya masalah berhubungan dengan status ”najis” penggunaan bahan haram tersebut mengingat kosmetik pada umumnya digunakan secara topikal (dioleskan pada kulit). Beberapa bahan haram yang sering ditemukan pada kosmetik diantaranya sebagai berikut :

1. Keratin

Keratin adalah bahan kimia yang diperoleh dari rambut manusia, digunakan sebagai pewarna rambut.

2. Albumin

Albumin merupakan derivat serum manusia yang digunakan sebagai pelarut untuk melarutkan bahan aktif dalam sediaan kosmetik.

3. Ekstrak Placenta

Ekstrak placenta merupakan bahan yang berasal dari placenta manusia yang dipercaya

Page 6: Peran Analisis Farmasi Dalam Proses Verifikasi Kehalalan Makanan

6

memiliki khasiat mencegah proses penuaan (anti aging) dan memelihara kecantikan kulit. Menurut laporan, dalam tiap tahun telah digunakan 320 ton placenta sebagai bahan kosmetik.

4. Asam Hialuronik

Asam hialuronik (Hyaluronic acid) merupakan bahan kimia yang diperoleh dari rahim. Bahan ini digunakan sebagai pemutih dan perawatan kulit.

5. Alkohol

Alkohol digunakan secara luas dalam kosmetik sebagai pelarut minyak wangi dan bahan-bahan aktif kosmetik lainnya. Sebagaimana dikemukakan di atas, problem penggunaan alkohol dalam kosmetik terletak pada status ”najis” atau tidak. Bahan ini harus dibatasi penggunaanya meskipun pada suhu kamar mudah menguap.

VIII. Peran Analisis FarmasiKenyataan menunjukkan bahwa makanan, obat dan kosmetik merupakan bahan-bahan

kimia yang dikelompokkan dalam bidang farmasi, dan diawasi produksi dan peredarannya oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Oleh karena itu identifikasi ketiga bahan tersebut dapat dilakukan dengan analisis farmasi berdasarkan sifat-sifat kimia masing-masing.

Metode analisis farmasi pada dasarnya lebih ditekankan pada analisis kualitatif daripada kuantitatif. Hal ini sangat sederhana karena status haram ditentukan oleh adanya jenis bahan-bahan haram, bukan pada kuantitasnya. Analisis kualitatif lebih ditekankan pada bahan-bahan consumer goods seperti makanan, obat dan kosmetik yang mengandung dan terdiri atas bahan-bahan yang secara eksplisit dinyatakan Allah dalam Al Qur’an atau sabda Rasulullah SAW. Sedangkan analisis kuantitatif utamanya membantu untuk menguji batasan deteksi pada metode analisis yang tersedia.

Dengan melihat bahan-bahan yang diharamkan sebagaimana tersebut di atas, ternyata lebih mudah mendeteksi bahan-bahan haram yang terkandung dalam obat dan kosmetik dibandingkan pada makanan. Selain alkohol, saat ini telah mulai diperkenalkan bahan-bahan haram pada kosmetik yaitu plasenta dan janin. Melihat problem-problem yang muncul pada analisis farmasi untuk mendukung verifikasi kehalalan suatu produk, ada beberapa point yang mesti diperhatikan :1. Bahan-bahan haram pada umumnya tercampur dengan bahan lain yang memiliki sifat

kimia yang sama. Sebagai contoh, lemak babi tercampur dengan lemak dari tumbuhan sehingga mempersulit identifikasinya.

2. Jika bahan haram mengkontaminasi selama proses produksi, yang berarti jumlahnya relatif sangat sedikit, maka metode analisis haruslah sensitif dan selektif. Oleh karena itu harus dikembangkan metode-metode yang mampu secara akurat mengidentifikasi adanya bahan-bahan dalam jumlah sangat kecil.

3. Analisis farmasi yang didasarkan pada sifat-sifat kimia bahan makanan, obat, atau kosmetik tidak dapat memverifikasi bahan haram yang bersifat immaterial seperti misalnya proses penyembelihan binatang. Oleh karena itu, perlu adanya monitoring secara langsung (on the spot) terhadap proses penyembelihan tersebut.

Beberapa metode analisis yang saat ini sedang dikembangkan diantaranya adalah Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIRS), Electronic Nose (EiNose) Technology, dan DNA-based Technology. FTIR Spectroscopy dilaporkan memberikan hasil yang akurat dan reliabel dengan limit deteksi 3 %, dapat digunakan untuk mendeteksi minyak babi pada

Page 7: Peran Analisis Farmasi Dalam Proses Verifikasi Kehalalan Makanan

7

coklat, kue dan biskuit. Metode ini sangat mudah dan cepat, hanya membutuhkan waktu 2 menit saja. Electronic Nose (EiNose) Technology didasarkan pada pengembangan kimia dan bau spesifik yang menunjukkan adanya suatu zat dalam suatu senyawa atau bahan. Metode ini dilaporkan mampu mendeteksi adanya lemak babi dalam suatu makanan seperti minyak goreng dan dapat digunakan untuk mendeteksi minyak yang tercampur oleh minyak jenis lain. EiNose merupakan pilihan yang paling menarik karena selain mudah dan cepat, juga memberikan hasil yang reliabel. Metode ini sangat bermanfaat untuk identifikasi secara cepat adanya campuran lemak babi dengan konsentrasi yang relatif kecil (1%).DNA-based technology merupakan metode penting untuk identifikasi bahan-bahan yang berasal dari suatu spesies dan merupakan metode yang paling standar mengingat keberadaan DNA yang relatif stabil selama dan setelah proses produksi. Metode ini dilaporkan memberikan hasil yang sangat bagus untuk spesies babi dan derivatnya khususnya lemak babi dan gelatin. Metode ini diakui sebagai metode yang paling reliabel untuk mendeterminasi status halal dalam kandungan makanan, obat atau kosmetik. Namun demikian, metode ini sulit diterapkan pada derivat-derivat yang telah mengalami reaksi kimia seperti pada glyserol mononitrat, magnesium stearat, dan sodium/potasium stearat.

IX. Kesimpulan

1. Masalah halal-haram merupakan masalah penting dan esensial bagi setiap muslim.2. Setiap muslim harus berhati-hati dalam mengkonsumsi makanan, obat atau kosmetik

mengingat banyaknya kejadian kontaminasi dan pencampuran bahan pada makanan, obat atau kosmetik.

3. Analisis farmasi memiliki peran yang sangat penting dalam memverifikasi adanya bahan-bahan yang haram sebagai dasar untuk mengeluarkan sertifikat halal pada suatu makanan, obat atau kosmetik.

4. Tidak semua masalah kehalalan produk dapat diselesaikan dengan metode analisis farmasi, khususnya yang tidak menyangkut bahan kimia.

5. Metode analisis baru perlu dikembangkan lebih lanjut sejalan dengan semakin kompleksnya bahan produk makanan, obat dan kosmetik.

6. Perlu dijalin komunikasi antara ulama dan ahli analisis farmasi dalam hal pemberian sertifikasi halal.

Daftar Pustaka

Abdul Rohman and Y.B. Che Man, (2008); Physico-Chemical Methods for Determination of Lard in Food Products for Halal Authentication Study, Agritech., Vol 28, 4, 192-200

Chandrika Murugaiah, Zainan Mohd Noor, Maimunah Mustakim, Lesly Maurice Bilung, Jinap selamat, Son Radu; Meat Species Identification and Halal Authentication Analysis; Meat Science 83 (2009) 57-61; Journal Homepage: www.elsevier.com/locate/meatsci

J.M.N. Marikkar, H.M. Ghazali, Y.B. Che Man, T.S.G. Peiris, O.M. Lai (2005); Distinguishing Lard from Other Animal Fats in Admixtures of Some Vegetables Oil Using Liquid Chromatographic Data Coupled with Multivariate Data Analysis; Food Chemistry 91 (2005) 5-14, www.elsevier.com/locate/foodchem

M.D. Guillen and N. Cabo (1997); Characterzation od Edible Oil and Lard by Fourier

Page 8: Peran Analisis Farmasi Dalam Proses Verifikasi Kehalalan Makanan

8

Transform Infrared Spectroscopy. Relationships between Composition and Frequency of Concrete Bands in the Fingerprint Region; JAOCS, Vol. 74, no. 10, 1281-1286.

*Diterjemahkan secara bebas dari makalah Prof. Dr. H. Achmad Mursyidi, M.Sc. Apt pada Seminar Internasional “Halal Haram dalam Obat, Makanan dan Kosmetika” di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, oleh : Drs. H. Ibrahim Arifin, M.Sc. Apt.