penyiapan e leadership (sri astiti )

12
Upaya Penyiapan e-Leadership dalam Rangka Mendukung Penyelenggaraan e-Government A. A. Sri Astiti Pusat Inovasi Kelembagaan dan Sumber Daya Aparatur Deputi Bidang Inovasi Administrasi Negara Lembaga Administrasi Negara Jl. Veteran 10, Jakarta 10110, Indonesia E-Mail [email protected] A. LATAR BELAKANG Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang begitu pesat memberi peluang untuk dimanfaatan semaksimal mungkin bagi organisasi. Diyakini, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pemerintahan akan meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan yang bermuara pada penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance). Upaya keseriusan pemerintah dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di lingkungan pemerintah diwujudkan dengan dikeluarkannya peraturan dan pedoman pengembangan sistem informasi dan teknologi informasi antara lain: pada tahun 2002 Kementrian KOMINFO berinisiatif menyusun buku putih Sistem Informasi Nasional (SISFONAS) dan pada tahun 2003 dikeluarkannya peraturan dalan bentuk Instruksi Presiden no. 3 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangan e-Government. Berdasarkan buku kerangka konseptual SISFONAS 1 , keberhasilan penerapan e- Government diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. Sarana yang dibutuhkan yaitu sarana yang berbentuk infrastruktur sistem informasi, baik yang bersifat non teknis maupun teknis. Infrastruktur yang bersifat non teknis meliputi kepemimpinan, sumber daya manusia, dan regulasi. Sedangkan infrastruktur yang bersifat teknis meliputi infrastruktur jaringan, infrastruktur informasi, dan infrastruktur aplikasi. Apabila mengacu pada Instruksi Presiden no. 3 tahun 2003 2 , keberhasilan penerapan e- Government dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu: e-Leadership, infrastruktur jaringan informasi, pengelolaan informasi, lingkungan bisnis, masyarakat dan sumber daya manusia. Dari berbagai aspek tersebut, salah satu aspek penting yang berperan terhadap keberhasilan penerapan e-Government adalah aspek kepemimpinan (e-

Upload: researcher-syndicate68

Post on 18-Dec-2014

77 views

Category:

Government & Nonprofit


1 download

DESCRIPTION

Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang begitu pesat memberi peluang untuk dimanfaatan semaksimal mungkin bagi organisasi. Diyakini, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pemerintahan akan meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan yang bermuara pada penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance). Upaya keseriusan pemerintah dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di lingkungan pemerintah diwujudkan dengan dikeluarkannya peraturan dan pedoman pengembangan sistem informasi dan teknologi informasi antara lain: pada tahun 2002 Kementrian KOMINFO berinisiatif menyusun buku putih Sistem Informasi Nasional (SISFONAS) dan pada tahun 2003 dikeluarkannya peraturan dalan bentuk Instruksi Presiden no. 3 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangan e-Government.

TRANSCRIPT

Page 1: Penyiapan e leadership (sri astiti )

Upaya Penyiapan e-Leadership dalam Rangka Mendukung Penyelenggaraan e-Government

A. A. Sri Astiti

Pusat Inovasi Kelembagaan dan Sumber Daya Aparatur

Deputi Bidang Inovasi Administrasi Negara Lembaga Administrasi Negara

Jl. Veteran 10, Jakarta 10110, Indonesia E-Mail [email protected]

A. LATAR BELAKANG

Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang begitu pesat memberi

peluang untuk dimanfaatan semaksimal mungkin bagi organisasi. Diyakini,

pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pemerintahan akan

meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan

pemerintahan yang bermuara pada penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good

governance). Upaya keseriusan pemerintah dalam pemanfaatan teknologi informasi dan

komunikasi di lingkungan pemerintah diwujudkan dengan dikeluarkannya peraturan

dan pedoman pengembangan sistem informasi dan teknologi informasi antara lain:

pada tahun 2002 Kementrian KOMINFO berinisiatif menyusun buku putih Sistem

Informasi Nasional (SISFONAS) dan pada tahun 2003 dikeluarkannya peraturan dalan

bentuk Instruksi Presiden no. 3 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional

pengembangan e-Government.

Berdasarkan buku kerangka konseptual SISFONAS1, keberhasilan penerapan e-

Government diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. Sarana yang dibutuhkan

yaitu sarana yang berbentuk infrastruktur sistem informasi, baik yang bersifat non

teknis maupun teknis. Infrastruktur yang bersifat non teknis meliputi kepemimpinan,

sumber daya manusia, dan regulasi. Sedangkan infrastruktur yang bersifat teknis

meliputi infrastruktur jaringan, infrastruktur informasi, dan infrastruktur aplikasi.

Apabila mengacu pada Instruksi Presiden no. 3 tahun 2003 2, keberhasilan penerapan e-

Government dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu: e-Leadership, infrastruktur jaringan

informasi, pengelolaan informasi, lingkungan bisnis, masyarakat dan sumber daya

manusia. Dari berbagai aspek tersebut, salah satu aspek penting yang berperan

terhadap keberhasilan penerapan e-Government adalah aspek kepemimpinan (e-

Page 2: Penyiapan e leadership (sri astiti )

Leadership). Diyakini, kepemimpinan yang efektif dapat memberikan andil besar

terhadap keberhasilan pengembangan dan penerapan e-Government baik di instansi

pemerintah pusat maupun daerah. Aspek e-Leadership tersebut berkaitan dengan

prioritas dan inisiatif para pimpinan instansi pemerintah dalam mengantisipasi dan

memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. Penguatan e-Leadership harus diiringi

pula dengan penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah

serta penguatan kerangka kebijakan yang fokus dan konsisten dalam mendorong

pemanfaatan teknologi informasi.

Penyiapan e-Leadership dalam mendukung pengembangan dan penerapan e-

Government di Indonesia lebih dikenal dengan penyiapan Government Chief Information

Officer (GCIO) pada tingkatan pemerintah pusat dan daerah. Konsep GCIO ini telah

dikenalkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika sejak tahun 2007. Namun

dalam perjalanan, penyiapan komite TIK (GCIO) baik pada pemerintah pusat dan

daerah belum terbentuk seperti yang diharapkan. Ini menggambarkan pengembangan

dan penerapan e-Government di Indonesia masih berjalan di tempat, hampir semua

institusi pemerintah baik di pusat dan daerah masih pada tataran “mulai mengenal”

pemanfaatan TIK dalam berbagai kegiatan penyelenggaraan pemerintahan3. Penyiapan

e-leadership melalui pembentukan komite TIK pada instansi pemerintah sepertinya

masih memerlukan perjalanan yang panjang, sehingga pengembangan kapasitas SDM

yang sudah ada sangat diperlukan agar memiliki kompetensi dan visi sesuai dengan

arah kebijakan pada pengembangan e-Government di Indonesia. Penyiapan

kompentensi e-Leadership di kementerian dan lembaga pemerintah di Indonesia tidak

hanya menjadi tugas Kementerian Komunikasi dan Informatika, namun juga peran

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara c.q. Lembaga Administrasi Negara

melalui pendidikan dan pelatihan aparatur. Namun, sampai sejauh mana LAN berperan

dalam penyiapan kapasitas e-leadership yang dapat melahirkan agen perubah dalam

pengembangan dan penerapan e-Government di institusinya masing-masing perlu

dicermati kembali.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalah

utama adalah “apa dan bagaimana upaya menyiapkan kompetensi para pemimpin yang

memiliki visi e-Leadership dalam rangka mendukung penyelenggaraan e-Government”.

Page 3: Penyiapan e leadership (sri astiti )

3

C. TUJUAN DAN MANFAAT

Secara umum tujuan dari tulisan ini adalah mendeskripsikan apa dan bagaimana

menyiapkan kompetensi para pemimpin yang memiliki visi e-Leadership dalam rangka

mendukung penyelenggaraan e-Government.

Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya tulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan wawasan tentang apa dan bagaimana menyiapkan kompetensi para

pemimpin yang memiliki visi e-Leadership dalam rangka mendukung

penyelenggaraan e-Government.

2. Mendukung upaya penyiapan pemimpin yang memiliki visi e-Leadership dalam

rangka mendukung penyelenggaraan e-Government.

3. Memberikan masukan bagi para pengambil keputusan dan pemangku kepentingan

dalam rangka menyiapkan e-Leadership yang berkompenten dan visioner.

D. TINJAUAN LITERATUR

Pengertian e-Leadership

Istilah e-Leadership mulai booming setelah teknologi Internet mulai dikenalkan

sejak tahun 1990-an. E-leadership dapat dimaknai dengan kepemimpinan virtual

dimana kepemimpinan dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja secara kolaboratif

dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi tanpa membatasi ruang dan

waktu. Dengan kemajuan teknologi Internet, pimpinan dapat melaksanakan dan

memonitoring pekerjaannya melalui sarana teknologi informasi dan komunikasi

dengan cepat, murah dan mudah (fast, cheap & easy). Namun, pengertian e-leadership

tidak sesederhana itu. Ada beberapa pengertian mengenai e-Leadership. Menurut Budi

Raharjo (2008), e-Leadership adalah pimpinan yang memiliki visi, misi dan komitmen

terhadap teknologi informasi 4. Sedangkan Dr. Ir. Onno W. Purbo (2008) mendefinisikan

e-Leadership sebagai “Leader is one who knows the way, shows the way & goes the way”

5, dapat diartikan bahwa pemimpin adalah seseorang yang mengetahui apa pokok

permasalah organisasinya, mencari dan menunjukkan bagaimana pemecahan masalah

organisasinya, serta melaksanakan solusi permasalahan dengan penuh komitmen.

Vision2lead juga memberikan definisi E-Leadership yang lebih komprehensif 6

yaitu:

Page 4: Penyiapan e leadership (sri astiti )

E-Leadership means a balancing many roles and carrying them out via

communications technologies:

VISIONARY: To see the big picture and translate it for others.

CONVENER: To bring diverse people and organizations together to find common

ground and solve problems.

TEAM SPONSOR: To form and guide on-site and virtual teams.

MANAGER: To obtain and allocate resources with full accountability, and manage

on site and virtual organizations.

INNOVATOR: To discover new ways of doing the unexpected.

MENTOR: To foster new leadership.

Dari definisi Vision2lead tersebut diatas dapat dimaknai yaitu e-Leadership

adalah kepemimpinan yang dapat menyeimbangkan berbagai peran dan melaksanakan

peran tersebut dengan mendayagunakan teknologi komunikasi yang ada

(kepemimpinan virtual). Berbagai peran kepemimpinan virtual yang wajib dimiliki

seorang pemimpin antara lain: menjadi seorang pemimpin yang visioner, sebagai ketua

tim dalam merumuskan dan memecahkan masalah organisasi, sebagai ketua tim yang

mensponsori dan memandu anggota tim yang ada serta anggota tim virtual, sebagai

manajer yang memiliki kemampuan memberdayakan seluruh sumber daya secara

transparan serta mampu mengelola organisasi fisik dan virtual, sebagai pimpinan yang

inovatif yaitu yang memiliki kemampuan sebagai pembaharu, serta mampu sebagai

mentor yaitu menyiapkan para pemimpin-pemimpin masa depan.

Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa e-Leadership merupakan

pemimpin yang memiliki kemampuan dan komitmen dalam memberdayakan Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk memecahkan masalah organisasinya, memiliki

visi dan misi yang berkaitan dengan pemanfaatan TIK dalam mencapai tujuan

organisasinya, serta mampu memberdayakan seluruh sumber daya dengan

memanfatkan saluran teknologi informasi dan komunikasi yang ada. Beberapa bentuk

teknologi informasi dan komunikasi yang bisa dimanfaatkan, antara lain: penggunaan e-

mail, voice mail, instant messaging (IM), video conferencing, teknologi Internet dan

Intranet, serta berbagai jenis aplikasi kolaborasi. Disisi lain, seorang e-leadership harus

memiliki kapasitas dan kemampuan dalam menyusun suatu kebijakan yang formal

mengenai penggunaan teknologi informasi untuk memecahkan persoalan organisasi

Page 5: Penyiapan e leadership (sri astiti )

5

secara kolaboratif, serta memiliki kemampuan melakukan perubahan model alur kerja

(business model) yang signifikan akibat penetrasi TIK ke dalam organisasi.

E. METODE PENULISAN

Tulisan ini disusun dengan menggunakan pendekatan dan metode deskritif

kualitatif. Metode deskritif kualitatif adalah suatu proses mendeskripsikan dan

memahami makna, dan konteks dari permasalahan yang sedang dikaji, serta bertujuan

untuk memahami permasalahan dengan lebih mendalam dan mengidentifikasi

kebutuhan-kebutuhan di masa yang akan datang. Pengumpulan data dilakukan melalui

pencarian informasi yang ada di Internet dan menelaah peraturan-peraturan yang

terkait dalam rangka penulisan.

F. HASIL DAN PEMBAHASAN

Upaya-upaya Penyiapan e-Leadership melalui jalur pendidikan formal

Untuk menjawab bagaimana menyiapkan kompentesi e-leadership, maka perlu

dilakukan penyiapan skill dan kemampuan e-leadership. Upaya-upaya untuk

mempersiapkan kompetensi e-leadership secara umum dapat dilakukan melalui jalur

pendidikan formal dan non formal/non gelar.

Penyiapan e-leadership melalui pendidikan formal telah dipelopori oleh

beberapa perguruan tinggi di Indonesia seperti UGM dan ITB dengan kerjasama dengan

Kementerian Komunikasi dan Informatika yang menawarkan program pendidikan

kepemimpinan teknologi informasi - Chief Information Officer (CIO). Program CIO ini

lahir untuk menjawab kebutuhan pemerintah dalam mendukung keberhasilan

penerapan e-Government dan kebutuhan organisasi bisnis dan nirlaba lainnya untuk

mempersiapkan pimpinan berwawasan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Program CIO (chief Information officer) adalah program pendidikan yang

diselenggarakan untuk menyiapkan pemimpin-pemimpian organisasi agar memiliki

kemampuan dalam memberdayakan TIK sehingga dapat berperan sebagai penyedia

informasi bagi kelangsungan hidup organisasinya. Kemampuan memberdayakan TIK di

organisasi menjadi faktor kunci dalam mencapai keunggulan organisasi dan dalam

rangka mencapai tujuan organisasi. Saat ini penerapan TIK belum seperti yang

diharapkan, hal ini disebabkan karena persepsi terhadap TIK belum sesuai dengan

Page 6: Penyiapan e leadership (sri astiti )

peran dan kemampuannya. Peran TIK masih dianggap sebagai support, belum sebagai

enabler, sehingga model penerapan, inovasi dan investasi TIK belum dapat dicapai

secara optimal. Agar TIK dapat diberdayakan untuk meningkatkan daya saing atau

kualitas pelayanan publik, diperlukan cara pandang TIK sebagai enabler dalam proses

transformasi pemerintahan atau organisasi bisnis. Proses transformasi ini memerlukan

seorang innovator yang bisa mengintegrasikan antara visi organisasi dengan

kemampuan sumberdaya informasi dan sumber daya lainnya. Disinilah dibutuhkan

peran seorang CIO untuk memimpin suatu transformasi tersebut diatas berbasiskan

pengelolaan informasi secara efektif.

Dengan adanya program pendidikan kepemimpinan teknologi informasi - Chief

Information Officer (CIO), diharapkan akan menghasilkan pimpinan organisasi,

khususnya CIO dengan peran (kompetensi), sebagai berikut 7:

Kemampuan Antisipatif

Yaitu kemampuan mengenali perkembangan, potensi teknologi dan bisnis TIK

dalam konteks pemanfaatan peluang bagi organisasi dan transformasi organisasi.

Kemampuan Memimpin

Yaitu kemampuan dalam merumuskan visi dan misi; menterjemahkannya menjadi

tujuan organisasi; kemudian menjalankan dan memimpin organisasi TIK untuk

mencapai hasil-hasil sesuai visi, misi dan tujuan organisasi.

Kemampuan Menyusun Strategi

Yaitu kemampuan mengidentifikasi pengaruh TIK terhadap organisasi, menentukan

arah/strategi TIK yang menjamin adanya kesesuaian antara strategi bisnis dan

strategi TIK.

Kemampuan Mengorganisasikan sumber daya yang ada

Yaitu kemampuan menentukan dan menjamin tatakelola TIK yang benar dan baik

dalam organisasi sehingga dinamika organisasi selalu menuju pada tujuannya.

Kemampuan dalam Penyediaan Layanan

Yaitu kemampuan menjamin ketersediaan layanan TIK bagi organisasi untuk dapat

mencapai tujuan organisasi/bisnisnya.

Kemampuan Mengukur dan Mengembangkan

Yaitu kemampuan mendemonstrasikan dan melakukan pengukuran nilai dari TIK,

secara proaktif mengatur performasi berdasarkan hasil yang didapatkan serta

Page 7: Penyiapan e leadership (sri astiti )

7

mendistribusikan teknik baru hasil pengembangan, alat dan pendekatan yang

dilakukan.

Kurikulum atau materi-materi yang diberikan oleh Program Pendidikan

Kepemimpinan Teknologi Informasi - Chief Information Officer (CIO) Sekolah Teknik

Elektro dan Informatika ITB dikelompokkan menjadi tiga kelompok kompetensi, yaitu 7:

1) Kompetensi Teknis yaitu kompetensi penguasaan teknologi informasi, meliputi

materi-materi:

Jaringan Informasi;

Arsitektur Teknologi Informasi;

Basis data Multimedia;

Pemograman Internet/Web;

Keamanan Teknologi Informasi;

Tata Kelola Teknologi Informasi;

Business Continuity Planning;

Manajemen Layanan Teknologi Informasi.

2) Kompetensi Manajemen Teknologi Informasi, meliputi materi-materi:

Statistika Bisnis dan Analisa Kuantitatif;

Perencanaan Strategis Teknologi Informasi;

Manajemen Proyek Teknologi Informasi;

Manajemen Resiko Teknologi Informasi;

Knowledge Management.

3) Kompetensi Kepemimpinan, meliputi materi-materi:

Manajemen Perubahan;

Kepemimpinan Bisnis;

Teknologi Informasi dan Kebijakan Publik;

Organisasi Teknologi Informasi.

Sedangkan, pada program Magister Teknologi Informasi – konsentrasi Chief

Information Officer (CIO) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UGM menggunakan

kurikulum MSIS (Masters of Science in Information Systems) dari konsorsium ACM/AIS

(ACM-AIS, 2000). Kurikulum MSIS dimaksudkan sebagai acuan standar bagi pendidikan

S2 dalam bidang sistem informasi. Program Magister Teknologi Informasi - konsentrasi

Page 8: Penyiapan e leadership (sri astiti )

CIO UGM ditujukan untuk menghasilkan eksekutif/pengambil kebijakan yang

bertanggungjawab mempromosikan TI sebagai sarana peningkatan kualitas organisasi,

baik pada level strategis maupun operasional. Kurikulum ini terbagi atas beberapa

kelompok mata kuliah: kelompok dasar-dasar sistem informasi dan bisnis, kelompok

inti sistem informasi, kelompok integrasi, dan kelompok pendukung pemilihan jalur

karir. Kurikulum MTI mengadopsi bagian-bagian yang menunjukkan keterkaitan antara

sistem dan teknologi informasi dengan dunia bisnis dan organisasi Kurikulum MTI

kosentrasi CIO pada UGM meliputi materi-materi 8:

Manajemen Strategis;

Azas-azas Teknologi Informasi dan Teknologi Informasi Masa Depan;

Layanan Elektronis (e-Services);

Aspek Legal, Ekonomi, dan Anggaran Teknologi Informasi;

Informatika Sosial;

Keselarasan Strategi Teknologi Informasi dengan Strategi Bisnis;

Audit dan Keamanan Sistem Informasi;

Workshop Manajemen Kebijakan dan Strategi TI;

Kapita Selekta TI;

Workshop Operasional TI;

Metodologi Riset;

Keamanan Sistem dan Jaringan Komputer;

Workshop Manajemen Operasional TI;

Keamanan Sistem dan Jaringan Komputer;

Sebagai perbandingan kurikulum pendidikan e-Leadership yang ditawarkan pada

perguruan tinggi di luar negeri, berikut kurikulum yang ditawarkan oleh Fort Hays

State University (Kansas, USA), meliputi tiga kelompok matakuliah yaitu 9:

1) Kelompok matakuliah dasar (Core Requirements)

a. Intro. to Leadership Concepts

b. Intro. to Leadership Behavior

c. Fieldwork in Leadership Studies

d. Leadership and Team Dynamics

e. Advanced Leadership Behaviors

f. Leadership and Team Dynamics

Page 9: Penyiapan e leadership (sri astiti )

9

g. Principles of Civic Leadership

h. Principles of Org. Leadership

i. Topics in Leadership Studies: Supervisory Leadership

j. Leadership and Personal Development

k. Internship in Leadership Studies

2) Kelompok matakuliah pilihan (Major Electives)

a. Introduction to Business

b. Management Principles

c. Management Information Systems

d. Modern Social Problems

e. Organizational Theory and Anaylsis

f. Topics in Leadership Studies: Ethical Leadership

g. Conflict Management Through Communication

h. Human Resource Management

i. Readings in Leadership Studies

3) Kelompok matakuliah pendukung (Cognate Requirements)

a. Financial Accounting

b. Elements of Statistics

c. Ethical Issues in the Professions and Business

d. Organizational Behavior and Development

e. Business Communications

f. Communications in Human Org.

Upaya dan tantangan LAN dalam Penyiapan e-Leadership melalui jalur diklat

aparatur

Upaya pemerintah dalam menyiapkan pemimpin yang berwawasan TIK (e-

Leadership) dan dalam rangka mendukung keberhasilan penerapan e-Government

dilakukan melalui penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi calon pimpinan

instansi pemerintah pusat dan daerah. Lembaga Administrasi Negara selaku instansi

pembina pendidikan dan pelatihan PNS, senantiasa melakukan penyempurnaan

berbagai produk kebijakan pendidikan dan pelatihan yang telah dikeluarkan sebagai

tindak lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Diklat Jabatan PNS.

Page 10: Penyiapan e leadership (sri astiti )

Wujud pembinaan yang dilakukan di bidang diklat aparatur ini adalah penyusunan

pedoman diklat, bimbingan dalam pengembangan kurikulum diklat, bimbingan dalam

penyelenggaraan diklat, standarisasi, akreditasi Diklat dan Widyaiswara,

pengembangan sistem informasi Diklat, pengawasan terhadap program dan

penyelenggaraan Diklat, pemberian bantuan teknis melalui perkonsultasian, bimbingan

di tempat kerja, kerjasama dalam pengembangan, penyelenggaraan dan evaluasi Diklat.

Berbagai diklat kepemimpinan telah memasukan materi-materi kepemimpinan untuk

menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas

pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya kepemerintahan yang baik.

Berikut merupakan salah saru contoh kurikulum atau materi-materi yang diberikan

dalam diklat kepemimpinan tingkat III, meliputi:

1) Kajian Sikap dan Perilaku

Kepemimpinan Dalam Organisasi

2) Kajian Manajemen Publik

Analisis Kebijakan Publik

Membangun Kepemerintahan yang Baik

Kepemimpinan Dalam Keragaman Budaya

Negosiasi, Kolaborasi dan jejaring Kerja

Pengembangan Pelaksanaan Pelayanan Prima

Teknik-teknik Analisis Manajemen

Pemberdayaan SDM

3) Kajian Pembangunan

Teori dan Indikator Pembangunan

Pembangunan Daerah, Sektor dan Nasional

Sistem Pengelolaan Pembangunan

Implementasi Kepemerintahan yang baik.

4) Aktualisasi

Disamping itu, dalam rangka peningkatan kapasitas untuk mendukung

pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah, pada tahun 2002 Pemerintah telah

menetapkan Kerangka Nasional Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas Dalam

Mendukung Desentralisasi melalui Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas. Peningkatan

kapasitas tersebut meliputi sistem, kelembagaan, dan individu, yang dalam

Page 11: Penyiapan e leadership (sri astiti )

11

pelaksanaannya menganut prinsip-prinsip multi dimensi dan berorientasi jangka

panjang, menengah, dan pendek, serta mencakup multistakeholder, bersifat demand

driven yaitu berorientasi pada kebutuhan masing-masing daerah, dan mengacu pada

kebijakan nasional. Salah satu komponen peningkatan kapasitas di daerah adalah

Pengembangan SDM atau Diklat bagi pejabat struktural di daerah. Dalam memenuhi

kurikulum serta materi diklat tersebut, Lembaga Administrasi Negara bersama dengan

Departemen Dalam Negeri melalui program program peningkatan kapasitas

berkelanjutan (SCBDP) telah mengembangkan sejumlah modul diklat yang didasarkan

kepada prinsip competency based training. Salah satu modul yang telah disusun adalah

modul untuk peningkatan kapasitas di bidang TIK yaitu modul/pedoman Umum Diklat

Teknis teknologi informasi dan komunikasi. Adapun materi-materi yang diberikan pada

Diklat Teknis Teknologi Informasi dan Komunikasi, antara lain 10:

1. Sistem Informasi Berbasis Web (Internet);

2. Keamanan Internet;

3. Kebijakan Pemerintah Tentang e-Government;

4. Praktek Penggunaan Internet.

Dari berbagai kurikulum diklat e-Leadership diatas dan untuk mendukung

keberhasilan penyiapan e-Leadership di lingkungan pemerintahan, maka diperlukan

kurikulum yang mengakomodir materi-materi peningkatan wawasan TIK. Namun,

kenyataannya pelaksanaan diklat teknis TIK belum terprogramkan pada

penyelenggaraan diklat SPIMNAS bidang kepimpinan maupun diklat SPIMNAS bidang

Teknik Manajemen dan Kebijakan Pembangunan. Hal ini merupakan tantangan bagi

LAN untuk tetap terus melakukan penyempurnaan dan pengembangan kurikulum

diklat, antara lain dengan memasukkan materi-materi berwawasan TIK dalam

kurikulum diklat kepemimpinan dan diklat teknis fungsional.

G. PENUTUP

Kesimpulan

Salah satu aspek penting yang berperan terhadap keberhasilan penerapan e-

Government adalah aspek kepemimpinan (e-Leadership). Diyakini, kepemimpinan yang

efektif dapat memberikan andil besar terhadap keberhasilan pengembangan e-

Government baik di instansi pemerintah pusat maupun daerah. Aspek e-leadership

Page 12: Penyiapan e leadership (sri astiti )

tersebut berkaitan dengan prioritas dan inisiatif para pimpinan instansi pemerintah

dalam mengantisipasi dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. Pada artikel

ini telah dipaparkan tentang apa dan bagaimana menyiapkan e-Leadership. Beberapa

bentuk kurikulum yang ditawarkan dalam mempersiapkan e-Leadership atau SDM yang

berwawasan TIK. Rekomendasi yang dapat diberikan dalam peningkatan kapasitas e-

Leadership di pemerintahan, antara lain dengan memasukkan materi-materi

berwawasan TIK dalam kurikulum diklat kepemimpinan dan diklat teknis fungsional.

DAFTAR PUSTAKA

1Kementerian Komunikasi dan Informatika.2002. Buku Putih Sistem Informasi Nasional

(SISFONAS). Jakarta.

2Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003. Kebijakan dan Strategi Nasional

Pengembangan e-Government. Jakarta.

3Peran, Struktur, dan Tupoksi Government CIO di Lingkungan Pemerintah Daerah, www.mti.ugm.ac.id/~lukito/CommService/PP_GCIO.doc, tanggal akses: 3 Juni 2008.

4Mengukur E-Leadership, http://rahard.wordpress.com/2008/05/16/mengukur-e-

leadership/, tanggal akses: 3 Juni 2008.

5Definisi E-Leadership, http://mastel.wordpress.com/category/e-leadership/ , tanggal

akses: 3 Juni 2008.

6What is eLeadership?, http://www.vision2lead.com/html/eleadership.html, tanggal akses: 3 Juni 2008.

7Program Pendidikan Kepemimpinan Teknologi Informasi - Chief Information Officer

(CIO) Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB, http://www.stei.itb.ac.id/mcio/ ,

tanggal akses: 10 Juni 2008.

8Program Magister Teknologi Informasi - Chief Information Officer (CIO) Jurusan Teknik

Elektro Fakultas Teknik UGM , http://mti.ugm.ac.id/ , tanggal akses: 10 Juni 2008.

9E-Leadership Course, Fort Hays State University (Kansas, USA), http://www.e-leadership.net/ , tanggal akses: 10 Juni 2008.

10Modul Diklat Teknis teknologi informasi dan komunikasi – Internet & E-Government , http://www.scbdp.net/ , tanggal akses: 10 Juni 2008.