penyelidikan epidemiologi

13
Penyelidikan Epidemiologi (PE) Penyakit TB Paru Kasus Penyelidikan Epidemiologi (PE) TB Paru : Di suatu daerah terdapat beberapa penderita TB Paru yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan TB Paru dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif. Sebelum ada hasil uji resistensi dapat diberikan 2 RHZES/1 RHZE. Fase lanjutan sesuai dengan hasil uji resistensi. Bila tidak terdapat hasil uji resistensi dapat diberikan obat RHE selama 5 bulan. Tindak Lanjut Hasil PE : a.Berdasarkan analisis kasus tersebut, dapat diketahui bahwa kasus yang terjadi berupa kasus kambuh (relaps) dimana pada hasil pemeriksaan dahak menunjukkan BTA positif yang berarti penderita tersebut mempunyai penyakit TB Paru post primer. Untuk mengetahui tingkat stadium penyakit TB Paru tersebut dapat melakukan/menegakkan diagnosis klinis melalui upaya : -Pemeriksaan Jasmani Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru. Pada awal perkembangan penyakit umumnya tidak menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior, serta daerah apeks lobus inferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum. -Pemeriksaan Bakteriologi Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosa. Bahannya dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar, urin, feses dan jaringan biopsi. Pemeriksaan bakteriologi dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan mikroskopis dan biakan. a. Pemeriksaan Mikroskopis Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan hapusan dahak mikroskopis langsung yang merupakan metode diagnosis standar. Pemeriksaan ini untuk mengidentifikasi BTA yang memegang peranan utama dalam diagnosis TB Paru. Selain tidak memerlukan biaya mahal, cepat, mudah dilakukan, akurat, pemeriksaan mikroskopis merupakan teknologi diagnostik yang paling sesuai karena mengindikasikan derajat penularan, risiko kematian serta prioritas pengobatan.

Upload: kia-agusputra

Post on 25-Nov-2015

28 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

epidemiologi

TRANSCRIPT

Penyelidikan Epidemiologi (PE) Penyakit TB Paru

Kasus Penyelidikan Epidemiologi (PE) TB Paru :Di suatu daerah terdapat beberapa penderita TB Paru yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan TB Paru dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif. Sebelum ada hasil uji resistensi dapat diberikan 2 RHZES/1 RHZE. Fase lanjutan sesuai dengan hasil uji resistensi. Bila tidak terdapat hasil uji resistensi dapat diberikan obat RHE selama 5 bulan.

Tindak Lanjut Hasil PE :a.Berdasarkan analisis kasus tersebut, dapat diketahui bahwa kasus yang terjadi berupa kasus kambuh (relaps) dimana pada hasil pemeriksaan dahak menunjukkan BTA positif yang berarti penderita tersebut mempunyai penyakit TB Paru post primer. Untuk mengetahui tingkat stadium penyakit TB Paru tersebut dapat melakukan/menegakkan diagnosis klinis melalui upaya :-Pemeriksaan JasmaniPada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru. Pada awal perkembangan penyakit umumnya tidak menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior, serta daerah apeks lobus inferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.-Pemeriksaan BakteriologiPemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosa. Bahannya dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar, urin, feses dan jaringan biopsi. Pemeriksaan bakteriologi dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan mikroskopis dan biakan.a. Pemeriksaan MikroskopisPemeriksaan ini adalah pemeriksaan hapusan dahak mikroskopis langsung yang merupakan metode diagnosis standar. Pemeriksaan ini untuk mengidentifikasi BTA yang memegang peranan utama dalam diagnosis TB Paru. Selain tidak memerlukan biaya mahal, cepat, mudah dilakukan, akurat, pemeriksaan mikroskopis merupakan teknologi diagnostik yang paling sesuai karena mengindikasikan derajat penularan, risiko kematian serta prioritas pengobatan.b. Pemeriksaan biakan kumanMelakukan pemeriksaan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan dapat mendeteksi mikobakterium tuberkulosis dan juga Mycobacterium Other Than Tuberculosis (MOTT).-Pemeriksaan RadiologiPemeriksaan standar ialah foto toraks. Pemeriksaan lain atas indikasi: fotolateral, top lordotik, oblik, CT Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform).-Pemeriksaan BACTECMerupakan pemeriksaan teknik yang lebih terbaru yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat. Metode yang digunakan adalah metode radiometrik. M. Tuberkulosis metabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2 yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini. Sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan.-Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)Pemeriksaan ini adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA,termasuk DNA M. Tuberkulosis. Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik ini adalah kemungkinan kontaminasi. Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara benar dan sesuai dengan standar internasional.Pada tuberkulosis pasca primer, penyebaran kuman terjadi secara bronkogen, sehingga penggunaan sampel darah untuk uji PCR tidak disarankan. Sebaliknya bila sampel yang diperiksa merupakan dahak dari penderita yang dicurigai menderita tuberkulosis paru, masih ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum menggunakan PCR sebagai sarana diagnosis tuberkulosis paru.

Cara-cara Pencegahan TB ParuPencegahan Primera. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara:-Makan makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna-Usahakan setiap hari tidur cukup dan teratur-Lakukanlah olahraga di tempat-tempat yang mempunyai udara segar.-Meningkatkan kekebalan tubuh dengan vaksinasi BCGb. Kebersihan Lingkungan-Lengkapi perumahan dengan ventilasi yang cukup-Memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara penularan dan pemberantasan serta manfaat penegakan diagnosa dini-Mengurangi dan menghilangkan kondisi sosial yang meningkatkan risiko terjadinya infeksi,Pencegahan Sekundera. Case finding-X-foto toraks yang dikerjakan secara massal-Uji tuberkulin secara Mountoux-Bagi imigran yang datang dari negara-negara dengan prevalensi TB Paru yang tinggi dilakukan skrining dengan foto toraks, tes PPD, pemeriksaan BTA dan kultur, bekerjasama dengan WHO.b. Perawatan khusus penderita dan mengobati penderita.Penderita tuberkulosis yang baru didiagnosa, diberikan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) mempunyai efek sterilisasi sekaligus mempunyai efek yang dapat mencegah pertumbuhan kuman resisten seperti isoniazid (H), rifampisis (R) dan pirazinamid (Z).Pencegahan Tertiera.Membuat stategi menyembuhkan penderita TB Paru yaitu dengan cara pemberian paduan obat efektif dengan konsep Directly Observed Treatment Short-course (DOTS).b.Penderita dengan initial drug resitance yang tinggi terhadap INH diberi obat etambutol karena jarang initial resitance terhadap INH. Streptomisin dapat dipakai pada populasi tertentu untuk meningkatkan complance pengobatan.3,5c.Memberi pengobatan secara teratur dan supervisi yang ketat dalam jangka waktu 9-12 bulan pada acquired resistance (penderita kambuh setelah pengobatan).2

Penyelidikan Epidemiologi (PE) Penyakit Campak

Kasus Penyelidikan Epidemiologi (PE) Campak :Berdasarkan hasil penyelidikan lapangan KLB campak yang dilakukan Subdit Surveilans dan Daerah pada tahun 1998-1999, kasus-kasus campak terjadi karena anak belum mendapat imunisasi cukup tinggi, mencapai sekitar 40100 persen dan mayoritas adalah balita (>70 persen). Frekuensi KLB campak pada tahun 1994-1999 berdasarkan laporan seluruh provinsi se-Indonesia ke Subdit Surveilans, berfluktuasi dan cenderung meningkat pada periode 19981999: dari 32 kejadian menjadi 56 kejadian.

Tindak Lanjut Hasil PE :a.Dari sejumlah KLB yang dilaporkan ke Subdit Surveilans, diperkirakan KLB campak sesungguhnya terjadi jauh lebih banyak. Artinya, masih banyak KLB campak yang tidak terlaporkan dari daerah dengan berbagai kendala. Walaupun frekuensi KLB campak yang dilaporkan itu mengalami peningkatan, tapi jumlah kasusnya cenderung menurun dengan rata-rata kasus setiap KLB selama 19941999, yaitu sekitar 1555 kasus pada setiap kejadian. Berarti besarnya jumlah kasus setiap episode KLB campak selama periode itu, rata-rata tidak lebih dari 15 kasus. Untuk dapat menekan jumlah kasus yang terjadi tersebut, maka dapat melakukan :-Membuat gambaran klinis melalui penegakan diagnosis dini-Menentukan apakah terjadi komplikasi dengan penyakit lain-Mengetahui tingkatan prognosis dari stadium perkembangan penyakit campak yang disesuaikan dengan keadaan fisiologis dan psikologis masing-masing individu penderita.

Cara-cara Pencegahan Campaka.Pencegahan-Imunisasi aktif.Imunisasi campak awal dapat diberikan pada usia 12-15 bulan tetapi mungkin diberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit terjadi (endemik). Imunisasi aktif dilakukan dengan menggunakan strain Schwarz dan Moraten. Vaksin tersebut diberikan secara subcutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama. Dianjurkan untuk memberikan vaksin morbili tersebut pada anak berumur 10 15 bulan karena sebelum umur 10 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Akan tetapi dianjurkan pula agar anak yang tinggal di daerah endemis morbili dan terdapat banyak tuberkulosis diberikan vansinasi pada umur 6 bulan dan revaksinasi pada umur 15 bulan. Di Indonesia saat ini masih dianjurkan memberikan vaksin morbili pada anak berumur 9 bulan ke atas.Vaksin morbili tersebut dapat diberikan pada orang yang alergi terhadap telur. Hanya saja pemberian vaksin sebaiknya ditunda sampai 2 minggu sembuh. Vaksin ini juga dapat diberikan pada penderita tuberkulosis aktif yang sedang mendapat tuberkulosita. Akan tetapi vaksin ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak dengan tuberkulosis yang tidak diobati, penderita leukemia dan anak yang sedang mendapat pengobatan imunosupresif.-Imunisasi pasif.Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum konvalesens, globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma adalah efektif untuk pencegahan dan pelemahan campak. Campak dapat dicegah dengan menggunakan imunoglobulin serum dengan dosis 0,25 mL/kg diberikan secara intramuskuler dalam 5 hari sesudah pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin. Proteksi sempurna terindikasi untuk bayi, anak dengan penyakit kronis dan untuk kontak dibangsal rumah sakit anak.-IsolasiPenderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena penyakit campak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita campak untuk diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari penularan lingkungan sekitar.3

Anak Dengan Campak (Morbili)

Disebut juga Morbili. Campak merupakan penyakit yang sangat menular terutama menyerang anak-anak, walaupun pada beberapa kasus juga dapat menyerang orang dewasa. Pada anak-anak dengan keadaan gizi buruk ditemukan kejadian campak dengan komplikasi yang fatal atau berpotensi menyebabkan kematian.Penyakit Campak adalah penyakit menular akut yang disebabkan virus Campak/ Rubella. Campak adalah penyakit infeksi menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadium konvalesensi. Penularan terjadi secara droplet dan kontak langsung dengan pasien.Virus ini terdapat dalam darah, air seni, dan cairan pada tenggorokan. Itulah yang membuat campak ditularkan melalui pernapasan, percikan cairan hidung ataupun ludah.Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, menular sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam. Infeksi disebarkan lewat udara (airborne).

PATOFISIOLOGIVirus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, menempel dan berkembang biak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses keradangan merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C : coryza, cough and conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan.Virus dapat berbiak juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada turun dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.

PENYEBABCampak adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Rubella, oleh karena itu campak juga sering disebut Demam Rubella. Virus penyebab campak ini biasanya hidup pada daerah tenggorokan dan saluran pernapasan. Virus campak dapat hidup dan berkembang biak pada selaput lendir tenggorokan, hidung dan saluran pernapasan. Anak yang terinfeksi oleh virus campak dapat menularkan virus ini kepada lingkungannya, terutama orang-orang yang tinggal serumah dengan penderita. Pada saat anak yang terinfeksi bersin atau batuk, virus juga dibatukkan dan terbawa oleh udara. Anak dan orang lain yang belum mendapatkan imunisasi campak, akan mudah sekali terinfeksi jika menghirup udara pernapasan yang mengandung virus. Penularan virus juga dapat terjadi jika anak memegang atau memasukkan tangannya yang terkontaminasi dengan virus ke dalam hidung atau mulut. Biasanya virus dapat ditularkan 4 hari sebelum ruam timbul sampai 4 hari setelah ruam pertama kali timbul.

GEJALA Panas meningkat dan mencapai puncaknya pada hari ke 4-5, pada saat ruam keluar Coryza yang terjadi sukar dibedakan dengan common cold yang berat. Membaik dengan cepat pada saat panas menurun. Conjunctivitis ditandai dengan mata merah pada conjunctiva disertai dengan keradangan Cough merupakan akibat keradangan pada epitel saluran nafas, mencapai puncak pada saat erupsi dan menghilang setelah beberapa minggu. Munculnya Kopliks spot umumnya pada sekitar 2 hari sebelum munculnya ruam (hari ke 3-4) dan cepat menghilang setelah beberapa jam atau hari. Kopliks spot adalah sekumpulan noktah putih pada daerah epitel bucal yang merah (a grain of salt in the sea of red), yang merupakan tanda klinik yang patognomonik untuk campak. Ruam makulopapular semula bewarna kemerahan. Ruam ini muncul pertama pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga, menyebar ke arah perifer sampai pada kaki. Ruam umumnya saling rengkuh sehingga pada muka dan dada menjadi confluent. Ruam ini membedakan dengan rubella yang ruamnya discrete dan tidak mengalami desquamasi. Telapak tangan dan kaki tidak mengalami desquamasi.

PEMERIKSAAN PENUNJANGDarah tepi : jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteriPemeriksaan antibodi IgM anti campakPemeriksaan untuk komplikasi : Ensefalopati/ensefalitis : dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinalis, kadar elektrolit darah dan analisis gas darah Enteritis : feses lengkap Bronkopneumonia : dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah.

KOMPLIKASIPada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius. Namun komplikasi dapat terjadi karena penurunan kekebalan tubuh sebagai akibat penyakit Campak. Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak : Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga tengah Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga penderta Mudah memar dan mudah mengalami perdarahan Ensefalitis (radang otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus. Bronkopnemonia (infeksi saluran napas). Otitis Media (infeksi telinga) Laringitis (infeksi laring) Kejang demam (step) Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak yang lebih kecil Diare dapat diikuti dehidrasi Otitis media Laringotrakeobronkitis (croup) Ensefalitis akut Reaktifasi tuberkulosis Malnutrisi pasca serangan campak Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE), suatu proses degeneratif susunan syaraf pusat dengan gejala karakteristik terjadi deteriorisasi tingkah laku dan intelektual, diikuti kejang. Disebabkan oleh infeksi virus yang menetap, timbul beberapa tahun setelah infeksi merupakan salah satu komplikasi campak onset lambat.

PENATALAKSANAANPengobatan bersifat suportif, terdiri dari : Pemberian cairan yang cukup Kalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengan tingkat kesadaran dan adanya komplikasi Suplemen nutrisi Antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder Anti konvulsi apabila terjadi kejang Pemberian vitamin A.Indikasi rawat inap : hiperpireksia (suhu > 39,00 C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit, atau adanya komplikasi.Campak tanpa komplikasi : Hindari penularan Tirah baring di tempat tidur Vitamin A 100.000 IU, apabila disetai malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai. Jenis makanan disesuaikan dengan tingkat kesadaran pasien dan ada tidaknya komplikasi.Campak dengan komplikasi :Ensefalopati/ensefalitis Antibiotika bila diperlukan, antivirus dan lainya sesuai dengan PDT ensefalitis Kortikosteroid, bila diperlukan sesuai dengan PDT ensefalitis Kebutuhan jumlah cairan disesuaikan dengan kebutuhan serta koreksi terhadap gangguan elektrolitBronkopneumonia : Antibiotika sesuai dengan PDT pneumonia Oksigen nasal atau dengan masker Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa, gas darah dn elektrolitEnteritis : koreksi dehidrasi sesuai derajat dehidrasi (lihat Bab enteritis dehidrasi).Pada kasus campak dengan komplikasi bronkhopneumonia dan gizi kurang perlu dipantau terhadap adanya infeksi TB laten. Pantau gejala klinis serta lakukan uji Tuberkulin setelah 1-3 bulan penyembuhan.Pantau keadaan gizi untuk gizi kurang/buruk.

PENGOBATANCampak tanpa Penyulit, cukup dengan : Rawat jalan Cukup mengkonsumsi cairan dan kaloriMorbili atau campak merupakan suatu penyakit self-limiting, sehingga pengobatannya hanya bersifat symtomatik,yaitu : memperbaiki keadaan umum, antipiretik bila suhu tinggi parasetamol 7,510 mg/kg BB/kali, interval 6-8 jam ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50100 mg tiap 2-6 jam, dosis maksimum 600 mg/hari. Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu, narcotic antitussive (codein) tidak boleh digunakan. Mukolitik bila perluVitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral sangat bermanfaat. Antibiotic diberikan bila ada infeksi sekunder.Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan kepada penderita morbili yang mengalami ensefalitis, yaitu: Hidrokostison 100 200 mg/hari selama 3 4 hari. Prednison 2 mg/kgBB/hari untuk jangka waktu 1 minggu.Campak dengan Penyulit : Menyingkirkan komplikasi Mengobati komplikasi bila ada Merujuk ke rumah sakit bila perlu

PENCEGAHANCara yang paling efektif untuk mencegah anak dari penyakit campak adalah dengan memberikan imunisasi campak. Jika setelah mendapat imunisasi, anak terserang campak, maka perjalanan penyakit akan jauh lebih ringan. Imunisasi campak untuk bayi diberikan pada umur 9 bulan. Bisa pula imunisasi campuran, misalnya MMR (measles-mump-rubella), biasanya diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. Disuntikkan pada otot paha atau lengan atasSelalu menjaga kebersihan dengan selalu mencuci tangan anak sebelum makan. Jika anak belum waktunya menerima imunisasi campak, atau karena hal tertentu dokter menunda pemberian imunisasi campak (MMR), sebaiknya anak tidak berdekatan dengan anak lain atau orang lain yang sedang demam.

Siapa sih yang tidak tahu mengenai sakit campak? Mungkin anak anda atau anda pernah mengalaminya. Tapi apa sebenarnya sakit campak itu? Bagaimana mengobati dan mencegahnya? Apa benar mitos yang beredar seputar campak ini? Kali ini kita akan membahasnya. Apa itu sakit campak? Campak atau dikenal juga dengan nama morbilli, rubeola atau measles ini adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus. Virus yang dimaksud disini adalah morbillivirus dari keluarga Paramyxoviridae. Penyakit ini masih merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian pada anak-anak di negara-negara berkembang termasuk Indonesia dan insiden tertinggi usia terkena campak adalah pada anak usia 1-2 tahun. Bagaimana penularan campak ini? Campak merupakan penyakit yang sangat menular. Penularan terjadi melalui kontak dengan droplet atau cairan tubuh yang mengandung virus dan melalui udara. 90% anak yang berkontak dengan penderita campak akan tertular juga. Apa gejala dari campak ini? Penyakit ini memiliki tiga fase klinis yaitu : Fase inkubasi yaitu waktu yang diperlukan dari saat terpapar penyakit hingga muncul gejala pertama. Masa inkubasi virus campak bervariasi antara 6-12 hari. Dan yang penting adalah hari ke 9-10 setelah terinfeksi adalah saat penularan penyakit tertinggi. Fase prodormal. Fase ini biasa berlangsung 3-5 hari dan ditandai dengan gejala : Demam ringan Batuk Pilek Konjungtivitis yang ditandai dengan mata merah dan berair serta photophobia. Bercak koplik (koplik spots). Bercak ini merupakan tanda khas terkena campak. Bercak ini terdapat pada langit-langit mulut berupa titik-titik putih keabu-abuan, berukuran sekecil butiran pasir dengan bagian tengah kemerahan yang kemudian dapat menyebar ke seluruh mukosa mulut dan bibir. Bercak ini biasanya menghilang dalam 12-18 hari. Fase akhir. Fase ini ditandai dengan demam tinggi mendadak bahkan dapat mencapai 40 derajat C dan munculnya bercak-bercak kemerahan pada kulit. Bercak biasanya bermula dari belakang telinga dan leher di sepanjang garis rambut, kemudian menyebar muka, leher, lengan dan dada dalam 24 jam pertama. Lalu bercak menjadi semakin jelas dan terus menyebar ke perut, punggung, dan kaki dalam 2-3 hari. Pada fase ini mungkin penderita akan terlihat sangat menderita tetapi setelah bercak keluar dan demam turun, maka dalam 24-36 jam kemudian pasien akan membaik dengan sendirinya. Bercak sendiri akan menghilang sesuai dengan urutan muncul dalam waktu 7-10 hari setelahnya. Keparahan dari gejala yang timbul tergantung dari usia penderita dan tingkat imunitasnya. Semakin kecil usia saat terkena maka akan semakin hebat gejalanya, dan semakin rendah daya tahan tubuhnya (misalnya penderita HIV) maka semakin hebat gejalanya. Bagaimana pengobatan campak ini? Karena penyebab campak adalah virus, maka disebut self-limiting disease (dapat sembuh sendiri) karena itu kesembuhan sangat tergantung pada daya tahan tubuh penderitanya. Pengobatan hanya bersifat suportif berupa : Istirahat, sebaiknya pasien ditempatkan pada ruangan hangat dan lembab serta hindari paparan sinar yang kuat. Biasanya anak anda akan dirawat dalam ruang isolasi untuk mencegah penyebaran penyakit hingga empat hari setelah bercak muncul, setelah itu anak dapat beraktivitas biasa. Obat penurun panas. Asupan cairan yang cukup. Vitamin A (100.000IU untuk usia 6 bulan- 1 tahun, dan 200.000IU untuk usia > 1 tahun). Vitamin A diberikan bila usia anak 6 bulan sampai 2 tahun saat terkena campak, atau anak dengan daya tahan tubuh rendah atau memiliki penyakit yang menghalangi penyerapan vitamin A. Kenapa sih kita mesti waspada terhadap campak? Karena komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh si campak ini. Komplikasi timbul pada 5-15% dari keseluruhan kasus campak. Komplikasi yang dapat muncul adalah otitis media (radang telinga), pneumonia (radang paru), laryngitis, dan eksaserbasi (munculnya infeksi dari kuman yang dorman) Tuberkulosis. Tapi yang paling ditakutkan adalah komplikasi pada system saraf anak, komplikasi tersebut berupa ensefalitis/radang otak (paling sering), sindroma Guillain-Barr, kelumpuhan, neuritis retrobulbar/radang saraf mata (jarang terjadi). Biasanya kematian timbul akibat komplikasi yang timbul. Bagaimana mencegah campak? Vaksin adalah cara untuk mencegah campak. Bahkan di Indonesia, setiap anak wajib untuk imunisasi campak saat anak berusia 9 bulan. Vaksin yang diberikan dapat hanya campak saja yaitu saat usia 9 bulan (cukup sekali saja), atau gabungan campak, gondongan, dan campak jerman (MMR) saat usia 12-15 bulan. Untuk vaksin MMR, akan diberikan dosis kedua saat anak berusia 4-6 tahun. Orang dewasa dapat mengulang imunisasi campak saat masuk kuliah atau saat mau bekerja. Vaksin campak tidak boleh diberikan pada : Ibu hamil Anak dengan imunitas rendah Penderita tuberculosis yang belum berobat Penderita kanker Penerima organ transplantasi Sedang menerima terapi imunosupresif Penderita HIV Apakah setelah divaksinasi masih bisa terkena campak? Campak adalah penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Hampir 95% anak yang mendapat vaksin tidak akan terkena campak, jadi kecil kemungkinan terkena lagi. Tetapi kadar kekebalan tubuh terhadap virus campak semakin menurun seiring bertambahnya usia, karena itu vaksin diulang lagi saat dewasa. Bila tidak diulang maka kemungkinan terkena lagi akan ada. Apa benar kalau sudah terkena campak sekali tidak akan terkena lagi? Hal ini memang benar, karena sekali terkena maka tubuh akan memiliki imunitas terhadap virus jadi tidak akan terkena lagi. Benarkah vaksin MMR menyebabkan anak autis? Jawabannya adalah tidak. Menurut penelitian, tidak ada hubungan antara vaksin MMR dengan timbulnya autis pada anak. Apa anak dengan campak boleh mandi? Tentu saja boleh, hanya saja sebaiknya mandi dengan air hangat. Apa ada cara mencegah timbulnya campak atau mengurangi parahnya gejala yang muncul dan komplikasinya setelah terpapar dengan penderita campak? Jawabannya adalah ada. Anda atau anak anda dapat melakukan penyuntikan intravenous immunoglobulin (IVIG) dalam waktu < 6 hari setelah terpapar. Tapi walaupun gejala yang muncul menjadi ringan, anda tetap saja menjadi sumber penularan bagi orang lain. Jadi berhati-hatilah. Sumber : Richard E., Md. Behrman, dkk. 2003. Nelson Textbook of Pediatrics 17th edition. W B Saunders. Anne Gershon dkk. 2003. Krugmans Infectious Diseases of Children 11th edition. Mosby

Artikel kesehatan di :http://www.tanyadok.com/anak/dari-a-z-tentang-sakit-campak