pentingnya bermain bagi anak
TRANSCRIPT
Inspirational Quotes
“Karena anak-anak tersebut kesempatan bermainnya berkurang, maka ketika besar dan diberikan wewenang untuk mengelola negara malahan dianggap kesempatan untuk main-main.”
- Sudjiwo Tedjo (Budayawan)-
Latar Belakang
• Dunia anak adalah dunia bermain-main. Mereka sangat menikmati waktu bermain, sehingga tidak jarang mereka lupa makan, lupa belajar bahkan tidak mau melakukan aktivitas lainnya.
• Persoalan anak yang sangat menikmati kegiatan bermain, kerap membuat pusing para orang tua. Sampai-sampai orang tua menganggap bahwa anaknya malas belajar dan maunya cuma bermain saja.
Anak dan Tugas Perkembangannya
• Setiap tahapan perkembangan manusia terdapat tugas-tugas perkembangan yang perlu dipenuhi agar individu dapat berkembang dengan optimal dan siap menghadapi tugas perkembangan berikutnya. Jika tidak, maka akan menghambat perkembangan dalam diri individu yang bersangkutan (Havighurst dalam Monks,1988) .
• Contoh : Tugas perkembangan masa anak usia dini adalah : 1. Belajar mengenai perbedaan dan aturan-aturan
jenis kelamin 2. Mulai memiliki kontak perasaan dengan orang
tua, keluarga dan orang lain 3. Pembentukan pengertian sederhana, meliputi
realitas fisik dan realitas sosial 4. Belajar mengenai apa yang benar dan apa yang
salah (perkembangan kata hati )
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendidik anak
• Anak Bukan Orang Dewasa Mini
• Dunia Bermain • Terus Berkembang • Senang Meniru • Kreatif Rasa ingin tahu
yang besar, Tidak takut salah, Berani menghadapi resiko, Minat yang luas, Bebas dalam berfikir dan Senang hal yang baru
Anak dan Bermain • Dunia anak-anak memang adalah dunia
bermain. Saat bermain, anak akan merasa senang dan hal itu membuat anak menjadi lebih mudah untuk belajar menyerap banyak hal.
• Otak anak berkembang sangat pesat saat usia 0-5 tahun yang disebut gold period. Sehingga bermain sangat penting untuk perkembangan anak. Dengan bermain mereka dapat mengembangkan emosi, fisik, dan pertumbuhan kognitif nya serta sosial-nya dan perkembangan nilai-nilai etika. Bermain adalah cara bagi anak untuk belajar mengenai tubuh mereka dan dunia ini, dan pada saat itulah mereka akan menggunakan kelima indra yang dimilikinya.
• Jenis Permainan : Permainan Sensorimotor ( Praktis ), Permainan Sombolis ( Pura-pura ) : alat-alat, alur cerita dan peran, Permainan Sosial, Permainan Konstruktif, dan Games
Ketika bermain, anak berimajinasi dan
mengeluarkan ide-ide yang
tersimpan di dalam dirinya. Anak mengekspresikan pengetahuan yang dia miliki
tentang dunia dan kemudian juga sekaligus bisa
mendapatkan pengetahuan baru, dan semua dilakukan dengan cara yang
menggembirakan hatinya. Tidak
hanya pengetahuan tentang dunia yang ada dalam pikiran anak yang terekspresikan lewat
bermain, tapi juga hal-hal yang ia rasakan, ketakutan-ketakutan dan kegembiraannya
Selain itu, anak juga akan menemui konflik. Misalnya kita bisa lihat bagaimana sikapnya ketika ada teman yang malas main, bagaimana membujuknya. Atau ada anak yang marah, kita bisa
lihat bagaimana ia menyelesaikan masalah. Bermain akan meningkatkan kecerdasan sensitifitas (Emosional) dan membuatnya belajar untuk tidak jadi egois, belajar berbagi
mainan dengan teman dan saudaranya, belajar mengucapkan kata ‘maaf’ dan ‘terima kasih’.
Peran Orang tua dalam mendampingi Anak Bermain
• Membeli mainan tidak sama dengan membeli baju. Label usia pada mainan harus menjadi panduan orangtua dalam memilih mainan bagi anak dengan pertimbangan tingkat stimulasi dan safety.
• Selain itu, orangtua juga harus menunjukkan cara mengeksplorasi mainan kepada anak. Waktu bermain pun harus bervariasi dan seimbang antara permainan indoor dan outdoor.
• Masa emas itu harus diisi dengan dunia bermain yang dimaksimalkan. Orangtua harus dapat memilih mainan yang tepat untuk mengasah kemampuan kognitif dan emosianal anak
“Bermain bukan hanya bisa membuat anak kreatif dan cerdas.
Tapi juga melatih jiwa kepemimpinan dalam diri anak
serta turut mendukung pembentukan keterampilan hidup
anak di masa dewasa, ketika mereka bekerja, berorganisasi dan
juga berkeluarga.”