peningkatan motivasi dan hasil belajar bahasa indonesia siswa kelas vi sdn 1 juglangan melalui...

27
1 PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VI SDN 1 JUGLANGAN MELALUI PENERAPAN TEKNIK ROLE PLAYING ABD. HAMID NIM:837558762 Email : [email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa yang rendah dan dibawah KKM pada mata pelajran Bahasa Indonesia pokok bahsan pidato persuasif. Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 1 Juglangan Kecamatan Panji Kabupaten Situbondo sebanyak 16 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Hasil penelitian yang didapat adalah peningkatan motivasi siswa dari Siklus I dan Siklus II melalui pengamatan aktivitas siswa. Peningkatan hasil belajar siswa yang dipresentasikan oleh nilai rata-rata hasil belajar siswa dari tes Siklus I sebesar 64,52 % dan Siklus II sebesar 87,10 %. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode role playing dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Kata kunci: Motivasi,Hasil Belajar, Role Playing . I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan saluran maksud seseorang, yang melahirkan perasaan dan memungkinkan masyarakat untuk bekerja sama. Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Pada saat menggunakan bahasa sebagai komunikasi,berarti memiliki tujuan agar para pembaca atau pendengar menjadi sasaran utama perhatian seseorang. Bahasa yang dikatakan komunikatif karena bersifat umum. Selaku makhluk sosial yang memerlukan orang lain sebagai mitra berkomunikasi, manusia memakai dua cara berkomunikasi, yaitu verbal dan non verbal. Berkomunikasi secara verbal dilakukan menggunakan alat/media bahsa (lisan dan tulis), sedangkan berkomunikasi cesara non verbal dilakukan menggunakan media berupa aneka symbol, isyarat, kode, dan bunyi seperti tanda lalu lintas, sirene setelah itu diterjemahkan kedalam bahasa manusia.

Upload: sdn-1-juglangan

Post on 23-Jan-2018

864 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

1

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VI SDN 1 JUGLANGAN MELALUI PENERAPAN TEKNIK ROLE PLAYING

ABD. HAMID

NIM:837558762

Email : [email protected]

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa yang rendah dan dibawah KKM pada mata pelajran Bahasa Indonesia pokok bahsan pidato persuasif. Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 1 Juglangan Kecamatan Panji Kabupaten Situbondo sebanyak 16 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Hasil penelitian yang didapat adalah peningkatan motivasi siswa dari Siklus I dan Siklus II melalui pengamatan aktivitas siswa. Peningkatan hasil belajar siswa yang dipresentasikan oleh nilai rata-rata hasil belajar siswa dari tes Siklus I sebesar 64,52 % dan Siklus II sebesar 87,10 %. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode role playing dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Kata kunci: Motivasi,Hasil Belajar, Role Playing .

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan saluran maksud seseorang, yang melahirkan perasaan dan

memungkinkan masyarakat untuk bekerja sama. Komunikasi merupakan akibat yang

lebih jauh dari ekspresi diri. Pada saat menggunakan bahasa sebagai komunikasi,berarti

memiliki tujuan agar para pembaca atau pendengar menjadi sasaran utama perhatian

seseorang. Bahasa yang dikatakan komunikatif karena bersifat umum. Selaku makhluk

sosial yang memerlukan orang lain sebagai mitra berkomunikasi, manusia memakai dua

cara berkomunikasi, yaitu verbal dan non verbal. Berkomunikasi secara verbal

dilakukan menggunakan alat/media bahsa (lisan dan tulis), sedangkan berkomunikasi

cesara non verbal dilakukan menggunakan media berupa aneka symbol, isyarat, kode,

dan bunyi seperti tanda lalu lintas, sirene setelah itu diterjemahkan kedalam bahasa

manusia.

2

Pada saat beradaptasi dilingkungan sosial, seseorang akan memilih bahasa yang

digunakan tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Seseorang akan menggunakan

bahasa yang tidak resmi pada saat berbicara dengan teman- teman dan menggunakan

bahasa resmi pada saat berbicara dengan orang tua atau yang dihormati. Dengan

menguasai bahasa suatu bangsa memudahkan seseorang untuk berbaur dan

menyesuaikan diri dengan bangsa.

Bahasa (Indonesia), memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan

kebutuhan pemakainya, yakni (1) sebagai alat untuk mengekspresikan diri, (2) sebagai

alat untuk berkomunikasi, (3) sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi

sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan (4) sebagai alat untuk melakukan

kontrol sosial (Keraf, 1997: 3—7).

Pelajaran Bahasa Indonesia di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang

berusia antara 6-12 tahun.Anak dalam kelompok 7-11 tahun dalam perkembangan

kemampuan intelektual/kognitifnya berada pada tingkatan kongkrit operasional.Adapun,

dalam perkembangan bahasanya berada pada fase semantik yaitu anak dapat

membedakan kata sebagai simbol dan konsep yang terkandung dalam

kata.Perkembangan pragmatik atau penggunaan bahasa merupakan hal yang paling

penting dalam bidang perkembangan bahasa pada masausia sekolah. Pada masa usia

prasekolah anak belum memiliki keterampilan bercerita secara sistematis. Selama

periode masa usia sekolah, proses kognitif meningkat sehingga memungkinkan anak

menjadi komunikator yang lebih efektif. Secara umum, anak kurang dapat menerima

pandangan orang lain. Apabila anak telah memperoleh struktur bahasa yang lebih

banyak dia dapat lebih berkonsentrasi pada pendengar. Kemampuan menerima

(pandangan) orang lain ini memungkinkan pembicara atau pendengar menggunakan dan

memahami kata “di sini” dan “di sana” dengan tepat (dari pandangan pembicara). Anak-

anak mulai mengenal adanya berbagai pandangan mengenai suatu topik.Mereka dapat

mendeskripsikan sesuatu tetapi deskripsi yang mereka buat lebih bersifat personal dan

tidak mempertimbangkan makna informasi yang disampaikannya bagi pendengar.

Informasi tersebut biasanya tidak selalu benar karena tercampur dengan hal-hal yang

ada dalam khayalannya (Owens, 1992: 58).

Salah satu materi Bahasa yang diajarkan pada siswa kelas VI semester 1 adalah

Pidato Persuasif. Ditinjau dari isi topiknya, pokok bahasan tersebut bertumpu pada

3

aspek berbicara dan menulis. Berbicara di depan publik, suka atau tidak, merupakan

keterampilan yang harus kita kuasai, karena pada suatu saat dalam kehidupan kita,

pastilah kita harus berbicara di hadapan sejumlah orang untuk menyampaikan pesan,

pertanyaan, tanggapan atau pendapat kita tentang sesuatu hal yang kita yakini.

(http://sinarharapan.co.id, 2002).

Fakta menunjukkan lebih dari 60% siswa merasa takut bila harus berpidato

dalam forum formal di depan banyak orang. Baik pada diskusi, ceramah, presentasi,

maupun pidato perpisahan, bahkan pidato di depan teman sekelasnya.

Masalah faktual yang terjadi adalah rendahnya hasil belajar siswa, yang

tercermin dari rendahnya nilai ulangan harian yang mereka peroleh. Berdasarkan daftar

nilai ulangan harian yang peneliti miliki, terungkap bahwa dari 31 siswa, setelah

dilakukan kegiatan evaluasi hanya 10 siswa dari 31 siswa yang mendapatkan nilai di

atas KKM yaitu 65 sedangkan 21 siswa dinyata kanbelum tuntas dalam belajarnya.

Kenyataan tersebut menuntut kreatifitas dan kepekaan peneliti sebagai guru dalam

menerapkan dan mengembangkan prinsip-prinsip pembelajaran efektif.

Berbagai cara dan teknik pembelajaran dipelajari untuk memungkinkan konsep-

konsep abstrak itu materi Bahasa Indonesia dipahami anak. Guru yang bersikap

memonopoli peran sebagai sumber informasi, selayaknya meningkatkan kinerjanya

dengan teknik pembelajaran yang bervariasi. Salah satu teknik pembelajaran yang

dianggap tepat dalam mengajarkan materi ”pidato persuasif” adalah teknik role playing.

Teknik ini melibatkan siswa dalam aktivitas akademik. Sehingga siswa akan berperan

aktif dalam pembelajaran dan suasana belajar tidak membosankan.

Dengan demikian diharapkan melalui penerapan teknik role playing dapat

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VI pada materi pidato persuasifSD

Negeri 1 Juglangan KecamatanPanjiKabupatenSitubondo.

1. Identifikasi Masalah

Setelah guru mengadakan ulangan harian mengenai “ Pidato persuasif”. hasil

belajar siswa tidak sesuai dengan harapan guru. Nilai KKM untuk muatan mata

pelajaran Bahasa Indomesiadi kelas peneliti adalah 65. Ada 10 siswa yang sudah

mendapatkan nilai < 65. Sehingga bisa dikatakan 10 siswa sudah tuntas dalam

belajarnya. Sedangkan 21 siswa belum tuntas dalam belajarnya karena mendapatkan

nilai di bawah KKM Bahasa Indonesia. Gurupun melakukan remidial bagi siswa yang

4

nilainya belum tuntas. Setelah diadakan remidial dan guru sudah melakukan penilaian,

hasil belajar siswa masih belum di atas nilai KKM. Kenyataan tersebut mengisyaratkan

guru untuk melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang peneliti lakukan mengenai

materi “Pidato persuasif”.

Setelah dilakukan refleksi dan saran dari teman sejawat, ternyata masalah timbul

dari metode mengajar guru yang masih menggunakan metode ceramah sehingga

menyebabkan siswa bersikap pasif. Guru lebih mendominasi pembelajaran di dalam

kelas. Akibatnya, siswa menjadi bosan, motivasi belajar siswa menurun dan materi

pembelajaran tidak dikuasi siswa dengan baik. Berdasarkan kenyataan tersebut, guru

memutuskan untuk melakukan perbaikan pembelajaran mengenai materi “ Pidato

Persuasif” kelas VI semester 1 tahun ajaran 2016/2017di SD Negeri 1 Juglangan

Kecamatan Panji Kabupaten Situbondo.

2. Analisis Masalah

Kendala yang dihadapi peneliti berdasarkan identifikasi masalah yang sudah

dijelaskan sebelumnya yaitu diawal pembelajaran, apersepsi yang disampaikan guru

kurang maksimal. Contoh menanyakan tentang sistimatika teks pidato persuasif, yang

dijadikan sebagai bahan apersepsi kurang tepat karena siswa langsung diajak berfikir

terlalu jauh tentang teks pidato persuasif. Selain itu guru dalam menyajikan materi

masih menggunakan metode ceramah. Pembelajaran yang dikembangkan oleh guru

cenderung bersifat teks book oriented,hanya memindahkan pengetahuan secara utuh

yang ada di kepala guru kepada kepala murid. Akibatnya guru telah merasa mengajar

dengan baik, namun pada kenyataannya murid tidak belajar. Disamping itu pola

pembelajaran yang demikian menyebabkan siswa jenuh, siswa tidak di ajarkan berpikir

logis hanya mementingkan pemahaman dan hafalan. Penjelasan guru mengenai materi

terlampau abstrak tidak memperhatikan karakteristik siswa SD yang masih pada fase

operasional konkret.

Saat proses pembelajaran berlangsung, guru tidak memeriksa pemahaman siswa

mengenai materi. Akibatnya siswa dibiarkan dengan ketidaktahuan mereka mengenai

materi. Guru juga tidak memberikan petunjuk ketika siswa berlatih. Saat siswa

mengerjakan tugas, guru juga tidak memantau kegiatan yang dilakukan siswa.

Akibatnya, siswa menjadi bingung dan selalu mengulang kesalahan yang sama saat

mengerjakan soal ulangan harian.

5

Saat guru menjelaskan materi, tidak ada media dan pembelajaran yang dapat

memudahkan guru dalam menyampaikan materi. Tidak adanya media dan pembelajaran

menunjukkan ketidaksiapan guru dalam mengajar.Tujuan penggunaan media

pembelajaran adalah untuk memperjelas penyampaian materi pelajaran serta

memfokuskan perhatian siswa terhadap materi pelajaran. Sehingga dengan adanya

media dapat menciptakan suasana belajar yang variatif dan aktif. Penggunaan metode

dan media pembelajaran yang tepat merupakan salah satu kunci keberhasilan siswa

dalam belajar.

3. Pemecahan Masalah

Dari hasil telaah maka permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran

terletak pada teknik belajar yang digunakan guru saat mengajar muatan mata pelajaran

Bahasa Indonesiamengenai materi “ Pidato Persuasif”. Teknik yang guru gunakan lebih

pada ceramah sehingga membuat siswa pasif hanya sebagai pendengar saja. Dalam hal

ini, guru lebih mendominasi proses pembelajaran di kelas dengan memberikan

penjelasan yang terlampau abstrak sehingga sulit muatan mata pelajaran Bahasa

Indonesiadipahami oleh siswa. Proses pembelajaran yang menyenangkan merupakan

salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan suatu pembelajaran karena ketika

pembelajaran itu dilakukan dengan cara yang menyenangkan, maka materi yang di

pelajari akan mudah di terima dan di mengerti dengan baik oleh siswa. Untuk mengatasi

pembelajaran muatan mata pelajaran Bahasa Indonesia agar tidak monoton dan lebih

bervariasi, maka dapat di gunakan teknik role playing untuk materi “Pidato Persuasif”.

Teknik ini membuat siswa lebih berperan aktif dengan cara bermain peran. Melalui

bermain peran, diharapkan peserta didik dapat mengekplorasi perasaannya, memperoleh

wawasan tentang sikap, nilai dan ilmu berpidato dengan baik. Dan pada akhirnya

wawasan tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dari berdasarkan hasil identifikasi masalah, analisis masalah, dan solusi yang

akan diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut, penelitian tindakan kelas yang

berjudul “Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas VI

SD Negeri 1 Juglangan Melalui Penerapan Teknik Role Playing ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, rumusan masalah

dalampenelitian ini yaitu:

6

1) Bagaimana meningkatkan motivasi belajar bahasa Indonesia pokok bahasan Pidato

Persuasif pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Juglangan melalui penerapan teknik role

playing ?

2) Bagaimana meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia pokok bahasan Pidato

Persuasif pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Juglangan pada melalui penerapan teknik

role playing?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dengan kaidah PTK

bertujuan untuk:

1. Meningkatkan motivasi belajar bahasa Indonesia pokok bahasan Pidato Persuasif

pada siswa kelasVI SD Negeri 1 Juglangan melalui penerapan teknik role playing

2. Meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia pokok bahasan Pidato Persuasif pada

siswa kelasVI SD Negeri 1 Juglangan melalui penerapan teknik role playing

D. ManfaatPenelitianPerbaikanPembelajaran

Hasil penelitian perbaikan pembelajaran ini diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut :

1. Bagi guru sebagaipendidik

a. Meningkatkan kreatifitas gurudalam mengajar dengan menggunakan berbagai

teknik pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar

siswa.

b. Memberikan tambahan pengalaman dan wawasan bagi guru dalam rangka

meningkatkan kualitas pembelajaran muatan pelajaran Bahasa Indonesaia

terutama pada materi “Pidato Persuasif”.

c. Memberikan wacana bagi guru agar senantiasa mencari inovasi pembelajaran

pemecahan masalah bahasandi sekolah dasar.

d. Tersedianya teori alternatif yang dapat dijadikan rujukan bagi guru dalam

pembelajaran yang mudah muatan pelajaran Bahasa Indonesiadipahami siswa.

2. Bagi siswa

Melalui teknik role playing membantu meningkatkan hasil belajar siswa muatan

pelajaran Bahasa Indonesia dengan pokok bahasan rantai makanan pada siswa kelas

VISD Negeri 1 Juglangan Kecamatan Panji Kabupaten Situbondo.

7

a. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar muatan Pelajaran Bahasa

Indonesiasehingga pembelajaran muatan Pelajaran Bahasa Indonesia tidak

terkesan membosankan.

b. Memperoleh wawasan tentang sikap dan nilai Pidato persuasif

c. Meningkatkan rasa disiplin,percaya diri dan bertanggung jawab.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini dilakukan sebagai tolak ukur dalam meningkatkan mutu muatan

pelajaran Bahasa Indonesia pada pokok bahasan Pidato Persuasif. Selain itu dengan

meningkatnya kemampuan profesionalisme guru melalui teknik belajaryang bervariasi,

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kemajuan sekolah, antara lain tercermin

pada :

a. Meningkatnya mutu pembelajaran dengan penerapan teknik belajar yang lebih

bervariasi yang berdampak pada hasil belajar siswayang semakin meningkat.

b. Makin meningkatnya kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas.

c. Memberikan kesan yang baik dari masyarakat luar terhadap sekolah.

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

1. Pengertian Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi yang dipergunakan oleh masyarakat

Indonesia untuk keperluan sehari.-hari, misalnya belajar, bekerja sama, dan berinteraksi.

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat di Negara Indonesia

dan sebagai bahasa persatuan antar warga. Dahulu bahasa Indonesia di ambil dari

bahasa melayu yang kala itu digunakan oleh Kerajaan Sriwijaya (dari abad ke-7

Masehi) sebagai bahasa kenegaraan . Namun semenjak Sumpah Pemuda yang pada

tanggal 28 Oktober 1928, bahasa melayu tidak lagi digunakan dan diganti dengan

Bahasa Indonesia.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik

secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan

manusia Indonesia.

Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi

kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan,

8

keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar

kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon

situasi lokal, regional, nasional, dan global.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut.

a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,

baik secara lisan maupun tulis.

b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa

persatuan dan bahasa negara.

c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif

untuk berbagai tujuan.

d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,

serta kematangan emosional dan sosial.

e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,

memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

berbahasa.

f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya

dan intelektual manusia Indonesia. (Modul Bahasa Indonesia,2012 : 28)

Ruang lingkup dan materi mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen

kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai

berikut: mendengarkan,berbicara, membaca, menulis (Modul Bahasa Indonesia,2012:

29)

2. Pidato

a. Pengertian Pidato

Pidato adalah pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan

kepada orang banyak atau wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak.

(KBBI, 1990: 681)

Pidato umumnya ditujukan kepada orang atau sekumpulan orang untuk

menyatakan selamat, menyambut kedatangan tamu, memperingati hari-hari besar dan

lain sebagainya. (Karomani, 2011: 12)

9

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pidato adalah

kegiatan berbicara di depan umum untuk menyampaikan suatu hal dalam situasi

tertentu.

b. Jenis-jenis Pidato

Jenis-jenis pidato menurut Tarigan (2008: 30-38) dibagi atas kepentingan,

maksud dan tujuannya. Jenis pidato dikategorikan menjadi empat macam, yakni

berbicara untuk melaporkan, berbicara secara kekeluargaan, berbicara untuk

meyakinkan, dan berbicara untuk merundingkan. Adapun pengertian jenis pidato

berdasarkan tujuannya adalah sebagai berikut:

1) Berbicara untuk melaporkan dan memberikan informasi (informative

speaking) dilaksanakan jika seseorang berkeinginan untuk memberi atau

menanamkan pengetahuan, menjelaskan suatu proses, dan

menginterpretasikan atau menafsirkan suatu persetujuan atau pun

menguraikan suatu tulisan.

2) Berbicara secara kekeluargaan atau persahabatan ditekankan pada kondisi

dan suasana acara yang cenderung menghibur, beramah-tamah dengan

handai taulan. Pembicara menciptakan suatu suasana keriangan dengan cara

menggembirakan anggota kelompok tersebut, seperti pidato selamat datang,

acara perpisahan, hari ulang tahun, dan lain sebagainya.

3) Berbicara untuk meyakinkan bertujuan untuk mengajak, meyakinkan dan

mempengaruhi pendengar melalui tindakan atau aksi (persuasive speaking).

4) Berbicara untuk merundingkan (deliberative speaking) pada dasarnya

bertujuan untuk membuat sejumlah keputusan dan rencana, contohnya

dalam suatu pemeriksaan, pengadilan mencoba menentukan seseorang itu

bersalah atau tidak terhadap tindakannya di masa lalu.

c. Menyusun Teks Pidato

Menulis teks pidato memerlukan keterampilan tersendiri, sebab teks pidato

tersebut nantinya akan dibaca dan didengar oleh orang lain sehinggapenyusunannya

harus benar-benar mengikuti kaidah penulisan yang berlaku. Menulis teks pidato

tidaklah terlalu berbeda dengan menulis teks karanganlainya, sebelum menulis teks

pidato terlebih dahulu harus dibuat kerangka tulisan, selain itu juga penulis harus

mengetahui bagian dan fungsibagian-bagian tersebut dalam kesatuan teks yang terdapat

10

pada sebuah pidato. Dalam menulis teks pidato tentunya ada hal-hal yang harus

diperhatikanseperti berikut.

1) Pendahuluan, yang mengantar alam pemikiran pendengar kepada apa yang akan

dibicarakan, disampaikan.

2) Isi pidato, berupa hal-hal penting yang akan disampaikan kepadapendengar.

3) Penutup, biasanya berisi penegasan atau penekanan akan hal-hal

yangdisampaikan pembicara.

4) Saran-saran atau imbauan yang perlu diperhatikan pendengar.

Menurut Dawud dkk (2004: 68) teks pidato harus jelas gagasannya, organisasi

isinya, tata bahasa, kosakata serta penggunaan ejaannya harus sesuai dengan pedoman

EYD.Berikut secara singkat unsur-unsur tesk pidato antara lain; isi gagasan,organisasi

isi,tata bahasa, kosa kata, ejaan yang disempurnakan.

d. Pidato Persuasif

1) Pengertian Pidato Persuasi

Pidato persuasi adalah suatu keterampilan yang berhubungan dengan daya tarik,

menawarkan, dan mempengaruhi seseorang yang sangat diperlukan dalam dunia kerja, baik

dalam berbisnis maupun pendidikan (Rakhmat, 2009: 14).

Pendapat lain dikatakan Brigance (via Rakhmat, 2009: 92), pidato persuasi

menekankan faktor keinginan (desire) sebagai dasar persuasi. Dia juga mengungkapkan

persuasi memiliki empat unsure nyaitu; rebut perhatian pendengar, usahakan pendengar

untuk mempercayai kemampuan dan karakter anda, dasarkanlah pemikiran pada keinginan,

dan kembangkan setiap gagasan sesuai dengan sikap pendengar.

Ernest dan Bormann (1981: 239-261) pun berpendapat, persuasi menghasilkan

perubahan perilaku, sikap dan keyakinan, contohnya memperoleh teman, kerjasama,

menjual produk, atau sebuah gagasan. Persuasif (daya pengaruh) sebagai komunikasi

untuk mempengaruhi seseorang dalam memilih satu pilihan yang sama dengan kemauan

yang mempersuasifkan.

Definisi pidato persuasi dapat disimpulkan sebagai keterampilan berpidato yang

bertujuan untuk mempengaruhi dan meyakinkan massa dengan bukti yang dapat

dipertanggungjawabkan dan gaya penyampaian yang menarik hingga mampu membuat

massa percaya pada gagasan yang disampaikan pembicara.

2) Faktor-faktor Penunjang Keefektivan Berpidato Persuasif

11

Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan pembicara untuk berpidato.

Menurut Arsjad dan Mukti (1988: 17-22), ada dua faktor yang dapat mempengaruhi

keefektivan berbicara (termasuk pidato persuasi), yaitu faktor kebahasaan dan faktor

nonkebahasaan. Faktor kebahasaan meliputi: (a) ketepatan ucapan dan struktur kalimat;

(b) penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai; dan (c) pilihan kata

(diksi). Selain faktor kebahasaan, ada juga faktor nonkebahasaan yang meliputi: (a)

sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku; (b)kelancaran dalam berbicara; (c)

penguasaan materi; (d) gerak-gerik dan mimik yang tepat; (e) kenyaringan suara; (f)

kelancaran; dan (g) relevansi atau penalaran.

3. Motivasi Belajar

Pengertian motivasi menurut Sardiman A.M. bahwa ”motivasi adalah

Serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang

mau dan ingin melakukan sesuatu , dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk

meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu” (Sardiman A.M.,2011:75).

Sedangkan Dr.Hamzah B. Uno, M.Pd. mengatakan bahwa motivasi merupakan

dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam mauoun dari luar sehingga

seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku/aktivitas tertentu

lebih baik dari keadaan sebelumnya (Hamzah B. Uno, 2012 : 9).

Belajar adalah proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdsarkan

interaksi antara induvidu dan lingkungannya yang dilakukan secara formal, informal,

dan nonformal(Hamzah B. Uno, 2012 : 9). Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan

induvidu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah yang baru, secara keseluruhan

sebagai pengalaman induvidu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Sri

Anita.W dkk, 2014: 2.5)

Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang

sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan

beberapa indikator atau unsur yang mendukung (Hamzah B. Uno, 2012 : 23).

Dalam hal ini Haryu Islamuddin, dalam bukunya “Psikologi

Pendidikan” membedakan motivasi belajar siswa disekolah dalam dua bentuk, pertama

motivasi instrinsik ialah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya perlu

dirangsang dari luar,karena setiap diri induvidu sudah ada dorongan untuk melakukan

12

sesuatu, kedua motivasi ekstrinsik adalah dorongan untuk mencapai tujuan-tujuan yang

terletak diluar perbuatan belajar.

Motivasi dalam belajar yang merupakan suatu dorongan memiliki fungsi, yaitu

menyelesaikan perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang akan

dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan

yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Menurut Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd (2012: 31), untuk mengetahui motivasi

belajar siswa, dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu; adanya hasrat keinginan untuk

berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan untuk belajar, adanya harapan dan cita-cita

masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam

belajar, adanya lingkungan yang kondusif.

Sedangkan menurut Sardiman (2001:81) indikator motivasi belajar adalah tekun

menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan ( tidak lekas putus asa), menunjukkan

minat terhadap bermacam-macam masalah orang dewasa, lebih senang bekerja mandiri,

cepat bosan pada tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapatnya.

Apabila seseorang memiliki ciri-ciri di atas berarti seseorang itu memiliki

motivasi yang tinggi. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan

belajar. Kegiatan belajar akan berhasil baik jika siswa tekun mengerjakan tugas, ulet

dalam memecahkan masalah dan hambatan secara mandiri, siswa belajar dengan baik

tidak akan terjebak pada sesuatu yang rutinitas.

Indikator motivasi belajar pada pokok bahasan pidato persuasif jika siswa sudah

mengusai beberapa aspek yaitu terampil membaca teks dan menulis pidato persuasif,

aktif menjawab pertanyaan dalam proses pembelajaran di kelas,dan mandiri serta

ketepatan waktu dalam pengumpulan tugas. Indikator penilaiannya yaitu sangat baik,

baik, cukup dan kurang. Penyajiannya dalam bentuk persentase keberhasilan sehingga

memudahkan guru dalam menganalisis data dan mengetahui sejauh mana tingkat

keberhasilan guru dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran. Siswa dikatakan

memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar pokok bahasan pidato persuasif jika siswa

mendapatkan predikat sangat baik atau baik dalam empat aspek tersebut. Sebaliknya

motivasi belajar siswa rendah jika siswa mendapatkan predikat cukup atau kurang

dalam belajar pokok bahasan tersebut.

4. Hasil Belajar

13

Menurut Gagne (dalam Sumarno, 2011) hasil belajar merupakan kemampuan

internal (kapabilitas) yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah

menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan seseorang melakukan sesuatu.

Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Briggs (dalam Taruh, 2003:17) yang

mengatakan bahwa hasil belajar adalah pernyataan yang menunjukkan tentang apa yang

mungkin dikerjakan siswa sebagai hasil dari kegiatan belajarnya. Sedangkan menurut

Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana ( Sudjana, 2004: 22) membagi tiga macam

hasil belajar mengajar yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengarahan,

sikap dan cita-cita

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari

dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari pendapat ini

faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang

dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 : 21) menyatakan bahwa hasil

belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 %

dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni

lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2002 :

39)."Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya"

(Ali Muhammad, 204 : 14). Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari

interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja.

Maka dari hasil belajar dapat diketahui perubahan dalam diri individu.

Sebaliknya apabila tidak terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak

dikatakan berhasil.

5. Teknik Role Playing

Menurut Hamalik (2004: 214) bahwa model role playing (bermain peran) adalah

“model pembelajaran dengan cara memberikan peran-peran tertentu kepada peserta

didik dan mendramatisasikan peran tersebut kedalam sebuah pentas”. Bermain peran

(role playing) adalah salah satu model pembelajaran interaksi sosial yang menyediakan

kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif

dengan personalisasi. Oleh karena itu, lebih lanjut Hamalik (2004: 214) mengemukakan

bahwa “bentuk pengajaran role playing memberikan pada murid seperangkat/

serangkaian situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya

yang dirancang oleh guru”.

14

Manfaat yang dapat diambil dari teknik role playing adalah sebagai berikut:

a. Role playing dapat memberikan semacam hidden practise, dimana murid tanpa

sadar menggunakan ungkapan-ungkapan atau istilah-istilah baku dan normatif

terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari.

b. Role playing melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas

besar.

c. Role playing dapat memberikan kepada murid kesenangan karena role playing pada

dasarnya adalah permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena

bermain adalah dunia murid. Masuklah ke dunia murid, sambil kita antarkan dunia

kita (Bobby DePorter, 2000).

Selanjutnya menurut Uno (2008: 26) bahwa: Prosedur bermain peran terdiri atas

sembilan langkah, yaitu persiapan/pemanasan, memilih partisipan, menyiapkan

pengamat (observer), menata panggung atau tempat bermain peran, memainkan peran,

diskusi dan evaluasi, memainkan peran ulang, diskusi dan evaluasi kedua, dan berbagi

pengalaman dan kesimpulan.

Berdasarkan pendapat diatas role playing dalam pembelajaran ini adalah sebuah

permainan di mana para pemain memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan

berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama.

Kelebihan metode Role Playing melibatkan seluruh siswa berpartisipasi,

mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama. Siswa

juga dapat belajar menggunakan bahasa dengan baik dan benar. Selain itu, kelebihan

metode ini adalah, sebagai berikut:

a. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.

b. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam

situasi dan waktu yang berbeda.

c. Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada waktu

melakukan permainan.

d. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping

merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan

e. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan

penuh antusias

15

f. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta

menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi

g. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat

memetik butirbutir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan

siswa sendiri

h. Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat

menumbuhkan / membuka kesempatan bagi lapangan kerja

Selain metode Role Playing memiliki sberbagai kelebihan dari metode lainnya,

jika kita melihat penggunaan metode Role Playing dalam dalam cakupan cara dalam

prooses mengajar dan belajar dalam lingkup pendidikan tentunya akan terdapat

kelemahan yaitu:

a. Metode bermain peranan memelrukan waktu yang relatif panjang/banyak

b. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun

murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya

c. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk

memerlukan suatu adegan tertentu

d. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan,

bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan

pengajaran tidak tercapai

e. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini

Bermain peran dalam proses pembelajaran yang ditujukan agar siswa dapat

mendramatisasikan tingkah laku, atau ungkapan gerak gerik wajah seseorang dalam

hubungan sosial atau manusia. Menurut Santosa (2010 : 18) tujuan bermain peran

adalah agar siswa dapat memahami perasaan orang lain, menempatkan diri dari situasi

orang lain, mengerti dan menghargai perbedaan pendapat.

Dengan demikian peran mereka dapat menghayati peranan apa yang dimainkan,

mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain yang dikehendaki guru. Siswa

tersebut juga bisa belajar watak dari orang lain, cara bergaul dengan orang lain, cara

mendekati dan berhubungan dengan orang lain, dalam situasi itu mereka harus bisa

memecahkan masalahnya sendiri.

III. PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian serta Pihak yang Membantu

16

1. Subjek Penelitian

Perbaikan pembelajaran dilakukan dikelas VI SDN 1 Juglangan Panji

Situbondo. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 1 Juglangan Panji

Situbondo Semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 sebanyak 31 orang terdiri atas 15 laki-

laki dan 16 perempuan. Sedangkan obyek dalam penelitian ini adalah peningkatan

motivasi dan hasil belajar siswa kelas VI pada pokok bahasan pidato persuasif melalui

penerapan teknik role playing SDN 1 Juglangan Panji Situbondo.

2. Lokasi / Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di VISDN 1 Juglangan Panji Situbondo Jalan Cermee

Ds.Juglangan Kecamatan Panji Kabupaten Situbondo Jawa Timur.

3. Waktu Penelitian

Waktu penelitian mulai dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil

penelitian tersebut antara bulan Oktobers s/d Nopember pada tahun ajaran 2016/2017,

yaitu dimulai tanggal 10 Oktober sampai tanggal 15 Nopember 2016. Kegiatan

penelitian ini dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran di sekolah. Lama

tindakan waktu untuk melaksanakan tindakan penelitian dengan kisaran waktu 1 bulan.

Waktu pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1 Waktu Pelaksanaan Tiap Siklusnya

NO

.

Waktu Jam ke- Pertemua

n

Kegiatan

1. 17 Okt

2016

1-2

(07.00-08.10) 1

Pelaksanaan RPP 1

Siklus I

2. 24 Okt

2016

1-2

(07.00-08.10) 2 Tes Siklus I

3. 31 Okt

2016

1-2

(07.00-08.00) 3

Pelaksanaan RPP 1

Siklus II

4. 7 Nope

2016

1-2

(07.00-08.00) 4 Tes Siklus II

4. Pihak Yang Membantu

Penelitian ini melibatkan dua tim peneliti yaitu guru sendiri bertindak sebagai

ketua sekaligus peneliti I dan teman sejawat bertindak sebagai peneliti II . Tim pertama

17

yaitu guru kelas sebagai peneliti yang terlibat secara penuh dalam proses perencanaan,

aksi (tindakan), observasi dan refleksi. Dan tim yang kedua adalah teman sejawat yang

terdiri dari 3 orang yang membantu mengamati jalannya perbaikan pembelajaran

sekaligus sebagai konsultasi terhadap rancangan tindakan perbaikan. Setiap observer

mengamati aktivtas 10 siswa dan seorang observer mengamati aktivtas guru. Selain itu

penelitian ini juga dibantu oleh supervsor 1 yaitu sebagai tutor pembimbing dan

suspervsor 2 yaitu pengawas TK/ SD sebagai pembimbing dan penilai observasi selama

proses perbaikan pembelajaran di sekolah dan dalam penyusunan laporan.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

1. Desain Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Mc

Taggart. Model ini terdiri dari beberapa komponen kegiatan terdiri dari perencanaan,

tindakan, pengamatan, dan refleksi kemudian perencanaan kembali untuk memperbaiki

proses pembelajaran selanjutnya.Tahapan-tahapan ini berlangsung secara berulang-

ulang, sampai tujuan penelitian tercapai. Langkah pertama pada setiap siklus adalah

penyusunan rencana tindakan. Tahapan berikutnya pelaksanaan dan sekaligus

pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan. Hasil pengamatan kemudian dievaluasi

dalam bentuk refleksi. Apabila hasil refleksi siklus pertama menunjukkan bahwa

pelaksanaan tindakan belum memberikan hasil sebagaimana diharapkan, maka

berikutnya disusun lagi rencana untuk dilaksanakan pada siklus kedua. Rencana

pelaksanaan dalam penelitian ini dilakukakan secara bersiklus. Tahapan-tahapan dalam

tiap siklusnya yaitu:

2. SIKLUS 1

a. Perencanaan (planning)

Dalam pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan pertama kali

membuat perencanaan tindakan. Hal-hal yang direncanakan diantaranya:

1. Membuat RPP I

2. Membuat instrument penilaian yaitu Lembar Observasi Guru dan Lembar

Observasi Siswa

3. Membuat evaluasi pembelajaran yaitu Lembar Tes Siklus I

b. Pelaksanaan Tindakan (Action)

18

Pelaksanaan tindakan pada siklus I yang dilakukan di kelas VI SDN 1 Juglangan

Panji Situbondo adalah menggunakan role playing pada mata pelajaran bahasa

Indonesia mengenai pokok bahasan pidato persuasif. Tindakan perbaikan siklus I

dilakukan dua kali pertemuan yaitu pelaksanaan RPP 1 dan pada akhir pembelajaran

siklus I diadakan tes siklus I. Dalam satu kali pertemuan dilaksanakan selama 2 x 35

menit. Selama proses pembelajaran guru berperan menerapkan pembelajaran dengan

menggunakan role playing. Peneliti dibantu oleh teman sejawat yang bertindak sebagai

observer yang bertugas mengamati cara guru mengajar dan motivasi siswa selama

pembelajaran berlangsung. Observer mengamati motivasi siswa dalam menggunakan

role playing dalam belajar pokok bahasan pidato persuasif.

c. Observasi

Saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru bersama observer serta supervisor

melakukan pengamatan terhadap motivasi belajar siswa maupun motivasi guru saat

mengajar. Observer yaitu teman sejawat mengamati motivasi siswa selama proses

belajar berlangsung. Supervisor 1 mengamati motivasi guru dalam mengajar. Instrumen

penilaian yang digunakan observer dalam mengamati motivasi siswa yaitu

menggunakan lembar observasi siswa. Sedangkan hasil tes belajar siswa menggunakan

instrumen penilaian lembar tes hasil belajar siswa. Supervisor 1 dalam mengamati

motivasi guru mengajar menggunakan instrumen penilaian lembar observasi guru.

d. Refleksi

Hasil belajar siswa pada siklus I belum memenuhi tujuan PTK yang ditunjukkan

sebagian hasil belajar siswa belum mencapai KKM. Kriteria ketuntasan klasikal untuk

mata pelajaran bahasa Indonesiabelum mencapai standart yang ditetapkan sekolah. Oleh

karena itu perbaikan pembelajaran ini dilanjutkan pada siklus II.

3. SIKLUS II

a. Perencanaan (planning)

Dalam pelaksanaan tindakan perbaikan,hal-hal yang direncanakan diantaranya:

1. Membuat RPP II

2. Membuat instrument penilaian yaitu Lembar Observasi Guru dan Lembar

Observasi Siswa

3. Membuat evaluasi pembelajaran yaitu Lembar Tes Siklus II

b. Pelaksanaan

19

Pelaksanaan siklus II dilakukan dalam dua kali pertemuan yaitu pertemuan 3 dan

4. Pertemuan 3 melaksanakan RPP II dan pertemuan 4 melaksanakan tes siklus II.

Alokasi waktu dalam setiap pertemuan adalah 2 x 35 menit. Pada pelaksanaan siklus II

siswa menerapkan role playing atau bermain peran pada pokok bahasan pidato

persuasif. Peneliti selama kegiatan berlangsung yaitu sebagai fasilitator dan

membimbing siswa dalam menjalankan perannya masing-masing. Guru bertindak

sebagai sutradara selama kegiatan bermain peran berlangsung dan siswa sebagai tokoh

cerita dalam kegiatan bermain peran atau role playing. Observer membantu peneliti

mengamati motivasi siswa selama pembelajaran berlangsung. Motivasi yang diamati

yaitu keterampilan siswa dalam memerankan tokoh Bung Tomo dalam membacakan

teks pidato persuasif, motivasi siswa selama proses pembelajaran, dan mandiri serta

tepat waktu dalam pengumpulan tugas.

c. Observasi

Dalam tahap ini peneliti melakukan observasi terhadap tindakan yang telah

dilakukannya. Observasi dalam penelitian ini dilakukan terhadap proses maupun dari

hasil tindakan yang dilakukan oleh guru terhadap pengaruh role playing untuk

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan pidato persuasif.

Teknik pengumpulan data pada siklus I dan II menggunakan teknik pengumpulan data

observasi. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi

siswa dan guru serta lembar tes hasil belajar siswa.

d. Refleksi

Hasil belajar siswa pada siklus II telah memenuhi tujuan PTK yang ditunjukkan

motivasi belajar siswa terhadap materi pembelajaran meningkat ditandai dengan

sebagian besar hasil belajar siswa telah mencapai KKM. Kriteria ketuntasan klasikal

untuk mata pelajaran bahasa Indonesia telah mencapai standart yang ditetapkan sekolah.

Oleh karena itu perbaikan pembelajaran ini dihentikan.

C. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu hasil

komentar observer dan supervisor 1 mengenai aktivitas guru yang disajikan dalam

lembar observasi guru pada tiap siklus pembelajaran perbaikan dan aktivitas siswa yang

disajikan dalam lembar observasi siswa pada tiap siklus pembelajaran perbaikan.

20

Aktivitas siswa yang diamati seperti aktivitas berbicara, menulis, mendengarkan, dan

melihat yang dicatat dalam lembar observasi siswa.

Hasil pengolahan tersebut selanjutnya dipaparkan dalam bentuk angka-angka.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah

proses belajar mengajar setiap siklus dilakukan dengan cara memberikan evaluasi

berupa soal tes tertulis pada setiap akhir pembelajaran.

Penilaian motivasi belajar siswa menggunakan lembar observasi siswa dengan

aspek penilaian yaitu terampil dalam memerankan tokoh Bung Tomo dalam

membacakan teks pidato persuasif, aktif menjawab pertanyaan dalam proses

pembelajaran di kelas,dan mandiri serta ketepatan waktu dalam pengumpulan tugas.

Indikator penilaiannya menggunakan sangat baik (SB), baik (B), cukup (C), dan kurang

( K). Data yang didapat selama proses pembelajaran menggunakan Lembar Observasi

siswa dianalis dalam bentuk persentase hasil belajar. Hasil Observasi siswa tiap

siklusnya selanjutnya disajikan seperti tabel.

Hasil analisis dari data tersebut disajikan dalam bentuk persentase sehingga

memudahkan guru dalam menyimpulkan tingkat keberhasilan dalam tiap siklusnya.

Hasil analis akan dijadikan acuan dalam memperbaiki pembelajaran di kelas khususnya

pada pokok bahasan pidato persuasif.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

1. Deskripsi Siklus I

a. Perencanaan

Dalam kegiatan perencanaan, kegiatan yang dilakukan penelitia dalah

merencanakan tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan siklus I, membuat RPP

Siklus I, menyediakan alat evaluasi pembelajaran, menyediakan instrumen

pengumpulan data yaitu lembar hasil belajar siswa, lembar tes siklus I, lembar observa

sisiswa dan lembar observasi guru.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I guru memulai pembelajaran dengan

menyampaikan tujuan dan kegiatan yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran.

Selanjutnya guru melakukan apersepsi yaitu melalui tanya jawab siswa menyebutkan

bagian-bagian teks pidato. Guru meminta siswa membaca teks pidato Bung Tomo pada

21

buku siswa. Guru melakukan diskusi kelas mengenai teks pidato yang telah siswa baca

sebelumnya. Guru meminta beberapa siswa bermain peran memerankan satu peristiwa

bersejarah membaca teks pidato Bung Tomo. Siswa yang tidak mendapatkan tugas

dalam bermain peran mengamati jalannya cerita selanjutnya memberi tanggapan

mengenai bermain peran yang dilakukan oleh temannya. Pada akhir pembelajaran

dengan bimbingan guru siswa menyimpulkan materi pembelajaran. Setelah

dilaksanakan perbaikan pembelajaran guru melakukan tes siklus I. Supervisor 2

mengamati motivasi guru dalam mengajar, sedangkan guru dan teman sejawat

mengamati motivasi siswa dalam belajar. Hasil tes siklus I dicatat pada lembar hasil

belajar siswa siklus I. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel seperti pada tabel

1 di bawah ini

Tabel 1 Tabel Ketuntasan Belajar Bahasa Indonesia Pada Siklus I

No. Rentang Nilai Jumlah

Siswa

Persentase % Keterangan

1.

2.

0 - 64

65 - 100

11

20

35,48 %

64,52 %

Tidak Tuntas

Tuntas

Jumlah 31 100 %

c. Observasi

Data yang diperoleh setelah melakukan kegiatan pelaksanaan perbaikan

pembelajaran di analisis dan di hitung prosentasenya agar lebih mudah dalam

membandingkan tingkat keberhasilan siswa. Sesuai hasil pengamatan guru terhadap

siswa, sebagian siswa sudah menunjukkan keaktifan dalam pembelajaran. Sebagian

siswa juga terampil dalam memerankan tokoh dalam membacakan teks pidato Bung

Tomo dalam bermain peran. Pada saat pelaksanaan tes siklus I, siswa sudah

menunjukkan kemandirian dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tes siklus I,

meskipun ada beberapa siswa yang belum mandiri dan tidak disiplin saat pengumpulan

tugas. Supervisor 2 juga melaksanakan observasi terhadap guru. Sesuai observasi

supervisor 2, guru sebagian besar telah melaksanakan perbaikan pembelajaran sesuai

RPP 1. Namun pengorganisasian siswa saat pelaksanaan bermain peran belum

dilaksanakan secara maksimal. Penggunaan alat peraga juga tidak tampak pada kegiatan

pembelajaran siklus I. Hasil observasi terhadap siswa dan hasil observasi supervisor 2

terhadap guru disajikan pada tabel di bawah ini:

22

Tabel 2 Hasil Observasi Guru Siklus I

NO Aspek yang diamati Kriteria

Baik Sedang Kurang 1 Apersepsi √

2 Penyampaian tujuan Pembelajaran √

3 Metode pembelajaran √

4 Penggunaan alat peraga √

5 Pengorganisasian siswa √

6 Penguasaan materi √

7 Melakukan evaluasi √

8 Pemanfaatan waktu √

9 Memberikan penguatan √

10 Melakukan penilaian √

Berdasarkan data di atas guru dalam pembelajaran tidak menggunakan alat

peraga dalam pembelajaran. Saat siswa bermain peran tidak ada sarana pendukung

seperti alat peraga yang seharusnya digunakan. Guru juga tidak maksimal dalam

pengorganisasian kelas saat bermain peran sehingga mempengaruhi pemahaman siswa

dalam mengamati jalan cerita yang diperankan siswa. Sedangkan hasil observasi siswa

disajikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3 Hasil Observasi Siswa Siklus I

No Aspek Siswa Siklus I

%SB %B %C %K

1 Terampil dalam mebacakan teks

pidato persuasif memerankan sebagai Bung Tomo

16,7% 33,3% 33,3% 16,7%

2 Aktif menjawab pertanyaan dalam proses pembelajaran di

kelas

23,3% 26,7% 36,7% 13,3%

3 Kemandirian, ketepatan waktu dalam Pengumpulan Tugas

33,3% 16,7% 33,3% 16,7%

Rerata 24,4% 25,6% 34,4% 15,6%

d. Refleksi

Berdasarkan data yang ada, terjadi peningkatan yang sangat pesat baik aktifitas

siswa selama proses pembelajaran, maupun hasil belajar siswa terhadap pokok bahasan

pidato persuasif. Pada kegiatan sebelumnya ketuntasan klasikal siswa mencapai 46,6%.

Pada siklus I ketuntasan klasikal siswa meningkat menjadi 64,51%. Meskipun

ketuntasan klasikal tersebut belum memenuhi criteria ketuntasan klasikal yang

ditentukan sekolah yaitu >65%. Peningkatan hasil belajar ini terjadi karena guru

menyajikan materi dengan menggunakan role playing. Metode ceramah tidak digunakan

pada perbaikan pembelajaran siklus I. Kelemahan pada siklus I yaitu tidak adanya

23

media yang digunakan serta tidak semua siswa terlibat dalam proses pembelajaran. Ada

sebagian siswa yang hanya sebagai penonton dan pasif dalam memberikan tanggapan

terhadap temannya. Berdasarkan hasil analisis yang belum memenuhi tujuan penelitian

maka perbaikan pembelajaran dilanjutkan pada siklus II.

2. Deskripsi Siklus II

a. Perencanaan

Adapun rencana pembelajaran yang akan dilakukan meliputi menentukan

strategi pembelajaran untuk mengatasi kelemahan pada siklus 1 yaitu merancang media

yang mendukung pembelajaran dan teknik yang digunakan, merancang teknik yang

lebih menarik dan memudahkan siswa mengingat cerita yaitu menggunakan teknik role

playing, menyiapkan media dengan memperhatikan kelemahanpa dasiklus I, membuat

RPP siklus II, membuat instrumen penilaian berupa Lembar Observasi Guru dan

Lembar Observasi Siswa, membuat Lembar Tes Siklus II, membuat Lembar Hasil

Belajar Siswa.

b. Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan oleh guru pada tahap ini yaitu guru menyampaikan

tujuan pembelajaran dilanjutkan apersepsi pada awal pembelajaran yaitu melalui tanya

jawab, guru mengulas kembali materi sebelumnya mengenai pidato Bung Tomo dalam

membacakan teks pidato persuasif. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini

adalah memerankan tokoh Bung tomo atau role playing bersama teman. Guru menunjuk

siswa yang akan memerankan tokoh Bung tomo dan memberikan arahan. Siswa

bermain peran secara bergantian yaitu memerankan Bung tomo saat membacakan teks

pidato. Siswa yang tidak bertugas mengamati jalannya cerita dan memberikan

tanggapan mengenai jalannya cerita. Pada akhir pembelajaran siswa dengan bimbingan

guru menyimpulkan materi pembelajaran. Setelah dilaksanakan perbaikan

pembelajaran, guru melakukan tes siklus II. Siswa mengerjakan dengan mandiri dan

penuh tanggungjawab. Supervisor 2 mengamati motivasi guru dalam mengajar,

sedangkan guru dan teman sejawat mengamati setiap motivasi siswa. Hasil tes siklus II

dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

24

Tabel 4 Tabel Ketuntasan Belajar Bahasa Indonesia Pada Siklus II

No. Rentang Nilai Jumlah

Siswa

Persentase % Keterangan

1.

2.

0 - 64

65 - 100

4

27

12,90%

87,10 %

Tidak Tuntas

Tuntas

Jumlah 31 100 %

c. Observasi

Guru bersama teman sejawat mengobservasi siswa menggunakan lembar

observasi siswa. Sesuai hasil pengamatan guru terhadap siswa, sebagian besar siswa

sudah menunjukkan keaktifan dalam pembelajaran. Siswa menunjukkan minat yang

besar dalam mengikuti pembelajaran. Sebagian besar siswa bisa menjawab soal tes

siklus II. Supervisor 2 juga melaksanakan observasi terhadap guru. Sesuai observasi

supervisor 2 guru telah melaksanakan perbaikan pembelajaran sesuai RPP II. Guru telah

melaksanakan RPP II secara maksimal sehingga mempengaruhi pada tingkat

pemahaman siswa terhadap materi. Hasil observasi supervisor 2 terhadap guru dan hasil

observasi siswa sebagai berikut:

Tabel 5 Hasil Observasi Guru Siklus II

NO Aspek yang diamati Kriteria

Baik Sedang Kurang

1 Apersepsi √

2 Penyampaian tujuan Pembelajaran √

3 Metode pembelajaran √

4 Penggunaan alat peraga √

5 Pengorganisasian siswa √

6 Penguasaan materi √

7 Melakukan evaluasi √

8 Pemanfaatan waktu √

9 Memberikan penguatan √

10 Melakukan penilaian √

Data diatas menunjukkan bahwa guru sudah melaksanakan pembelajaran sesuai

dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Guru sudah melaksanakan setiap proses

pembelajaran dengan baik.

25

Tabel 6 Hasil Observasi Siswa Siklus II

No Aktifitas Siswa Siklus II

%SB %B %C %K

1 Terampil dalam mebacakan teks

pidato persuasif memerankan sebagai Bung Tomo

38,7% 41,9% 9,7% 9,7%

2 Aktif dalam proses pembelajaran 48,4% 22,6% 16,1% 12,9% 3 Mandiri dan Tepat waktu dalam

pengumpulan tugas 48,4% 35,5% 6,5% 9,7%

Rerata 45,2% 33,3% 10,8% 10,8%

d. Refleksi

Pada pembelajaran yang dilakukan guru pada siklus II, teknik role playing

terbukti mampu mengatasi masalah pembelajaran. Siswa lebih mengingat cerita para

tokoh pejuang melawan Belanda setelah bermain peran. Siswa mampu menceritakan

kisah-kisah para tokoh dengan baik. Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus II,

hasil belaja rsiswa sudah memenuhi kriteria ketuntasan klasikal yaitu 87,10%.

Berdasarkan hasil analisis pada siklus II yang sudah memenuhi tujuan penelitian, maka

tindakan perbaikan ini dihentikan.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

1. Pembahasan Siklus I

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus I, guru menerapkan metode

bermain peran dan diskusi untuk memudahkan siswa mengingat materi. Meskipun

kriteria ketuntasan klasikal siswa belum memenuhi kriteria ketuntasan yang diharapkan,

tetapi terjadi peningkatan pada motivasi dan hasil belajar siswa. Kelemahan pada siklus

1 adalah minimnya media dan pengorganisasian siswa yang dilakukan guru dalam

pembelajaran. Meskipun tidak semua siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa yang dapat

mengerjakan soal tes siklus I hanya dua puluh siswa dan sisanya sepuluhsiswa belum

dapat mencapai nilai KKM. Oleh sebab itu perbaikan pembelajaran dilanjutkan pada

siklus II.

2. Pembahasan Siklus II

Tujuan perbaikan pembelajaran yang dilakukan pada siklus II sudah memenuhi

tujuan PTK yaitu telah mencapai 87,10% untuk siswa yang tuntas belajarnya. Guru

menerapkan teknik role playing sehingga semua siswa aktif dalam pembelajaran. Cerita

yang diperankan lebih mudah diingat siswa. Setelah melaksanakan tes siklus II,

sebagian besar siswa sudah mencapai nilai KKM. Dua puluh enam dari tiga puluh siswa

26

sudah mencapai nilai KKM. Tingkat keberhasilan siswa sudah mencapai kriteria

ketuntasan klasikal yang sudah ditetapkan. Berdasarkan data yang sudah dikumpulkan

oleh peneliti yang menunjukan ketercapaian tujuan penelitian, maka tindakan perbaikan

pembelajaran dihentikan.

V. SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan 2 siklus tindakan perbaikan

pembelajaran dapat ditarik kesimpulan bahwamotivasi dan hasil belajar siswa kelas VI

pada pokok bahasan pidato persuasif meningkat melalui penerapan teknik role playing

SDN 1 Juglangan

B. SaranTindakLanjut

Guru hendaknya dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan berbagai

teknik pembelajaran yang dapat menarik perhatian dan motivasi belajar siswa. Teknik

pembelajaran yang digunakan guru juga sebaiknya dapat membuat semua siswa aktif

dalam setiap proses belajar. Agar teknik yang digunakan sesuai dengan materi ajar, guru

hendaknya selalu berkerjasama dengan teman sejawat sehingga pembelajaran nantinya

dapat sesuai dengan tujuan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

A.M.Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Arsyad, Maidar dan Mukti. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa

Indonesia. Jakarta: Erlangga.

DePorter, B. & Hemacki, M. 2000. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.

Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Islamuddin, H. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Retorika Modern (Pendekatan Praktis). Bandung: Penerbit

PT Remaja Rosdakarya.

Sudjana,Nana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru

Algensido Offset.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara (sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa).

Bandung: Angkasa.

27

Uno, H.B. 2012. Teori Motivasi Dan Pengukurannya Analisis Di Bidang Pendidikan.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

,Educare; Jurnal Pendidikan dan Budaya. ISSN 1412-579x,

(Online). diunduh 19 Oktober 2016 dari http://educare.e- fkipunla.net.

,2015, Metode Pembelajaran Role Playing. di unduh 24 oktober

2016 dari https://idtesis.com/metodepembelajaranroleplaying/

,2012, Pengertian Dan Perkembangan Bahasa Indonesia Dari

Tahun Ketahun, diunduh 18 Oktober 2016 Dari

http://rizaldimuhammad.blogspot.co.id/2012/10/pengertiandanperkembangabahas

a.Html