peningkatan motivasi dan hasil belajar bahasa indonesia siswa kelas vi sdn 1 juglangan melalui...
TRANSCRIPT
1
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR
BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VI SDN 1 JUGLANGAN MELALUI PENERAPAN TEKNIK ROLE PLAYING
ABD. HAMID
NIM:837558762
Email : [email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa yang rendah dan dibawah KKM pada mata pelajran Bahasa Indonesia pokok bahsan pidato persuasif. Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 1 Juglangan Kecamatan Panji Kabupaten Situbondo sebanyak 16 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Hasil penelitian yang didapat adalah peningkatan motivasi siswa dari Siklus I dan Siklus II melalui pengamatan aktivitas siswa. Peningkatan hasil belajar siswa yang dipresentasikan oleh nilai rata-rata hasil belajar siswa dari tes Siklus I sebesar 64,52 % dan Siklus II sebesar 87,10 %. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode role playing dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Kata kunci: Motivasi,Hasil Belajar, Role Playing .
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan saluran maksud seseorang, yang melahirkan perasaan dan
memungkinkan masyarakat untuk bekerja sama. Komunikasi merupakan akibat yang
lebih jauh dari ekspresi diri. Pada saat menggunakan bahasa sebagai komunikasi,berarti
memiliki tujuan agar para pembaca atau pendengar menjadi sasaran utama perhatian
seseorang. Bahasa yang dikatakan komunikatif karena bersifat umum. Selaku makhluk
sosial yang memerlukan orang lain sebagai mitra berkomunikasi, manusia memakai dua
cara berkomunikasi, yaitu verbal dan non verbal. Berkomunikasi secara verbal
dilakukan menggunakan alat/media bahsa (lisan dan tulis), sedangkan berkomunikasi
cesara non verbal dilakukan menggunakan media berupa aneka symbol, isyarat, kode,
dan bunyi seperti tanda lalu lintas, sirene setelah itu diterjemahkan kedalam bahasa
manusia.
2
Pada saat beradaptasi dilingkungan sosial, seseorang akan memilih bahasa yang
digunakan tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Seseorang akan menggunakan
bahasa yang tidak resmi pada saat berbicara dengan teman- teman dan menggunakan
bahasa resmi pada saat berbicara dengan orang tua atau yang dihormati. Dengan
menguasai bahasa suatu bangsa memudahkan seseorang untuk berbaur dan
menyesuaikan diri dengan bangsa.
Bahasa (Indonesia), memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan
kebutuhan pemakainya, yakni (1) sebagai alat untuk mengekspresikan diri, (2) sebagai
alat untuk berkomunikasi, (3) sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi
sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan (4) sebagai alat untuk melakukan
kontrol sosial (Keraf, 1997: 3—7).
Pelajaran Bahasa Indonesia di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang
berusia antara 6-12 tahun.Anak dalam kelompok 7-11 tahun dalam perkembangan
kemampuan intelektual/kognitifnya berada pada tingkatan kongkrit operasional.Adapun,
dalam perkembangan bahasanya berada pada fase semantik yaitu anak dapat
membedakan kata sebagai simbol dan konsep yang terkandung dalam
kata.Perkembangan pragmatik atau penggunaan bahasa merupakan hal yang paling
penting dalam bidang perkembangan bahasa pada masausia sekolah. Pada masa usia
prasekolah anak belum memiliki keterampilan bercerita secara sistematis. Selama
periode masa usia sekolah, proses kognitif meningkat sehingga memungkinkan anak
menjadi komunikator yang lebih efektif. Secara umum, anak kurang dapat menerima
pandangan orang lain. Apabila anak telah memperoleh struktur bahasa yang lebih
banyak dia dapat lebih berkonsentrasi pada pendengar. Kemampuan menerima
(pandangan) orang lain ini memungkinkan pembicara atau pendengar menggunakan dan
memahami kata “di sini” dan “di sana” dengan tepat (dari pandangan pembicara). Anak-
anak mulai mengenal adanya berbagai pandangan mengenai suatu topik.Mereka dapat
mendeskripsikan sesuatu tetapi deskripsi yang mereka buat lebih bersifat personal dan
tidak mempertimbangkan makna informasi yang disampaikannya bagi pendengar.
Informasi tersebut biasanya tidak selalu benar karena tercampur dengan hal-hal yang
ada dalam khayalannya (Owens, 1992: 58).
Salah satu materi Bahasa yang diajarkan pada siswa kelas VI semester 1 adalah
Pidato Persuasif. Ditinjau dari isi topiknya, pokok bahasan tersebut bertumpu pada
3
aspek berbicara dan menulis. Berbicara di depan publik, suka atau tidak, merupakan
keterampilan yang harus kita kuasai, karena pada suatu saat dalam kehidupan kita,
pastilah kita harus berbicara di hadapan sejumlah orang untuk menyampaikan pesan,
pertanyaan, tanggapan atau pendapat kita tentang sesuatu hal yang kita yakini.
(http://sinarharapan.co.id, 2002).
Fakta menunjukkan lebih dari 60% siswa merasa takut bila harus berpidato
dalam forum formal di depan banyak orang. Baik pada diskusi, ceramah, presentasi,
maupun pidato perpisahan, bahkan pidato di depan teman sekelasnya.
Masalah faktual yang terjadi adalah rendahnya hasil belajar siswa, yang
tercermin dari rendahnya nilai ulangan harian yang mereka peroleh. Berdasarkan daftar
nilai ulangan harian yang peneliti miliki, terungkap bahwa dari 31 siswa, setelah
dilakukan kegiatan evaluasi hanya 10 siswa dari 31 siswa yang mendapatkan nilai di
atas KKM yaitu 65 sedangkan 21 siswa dinyata kanbelum tuntas dalam belajarnya.
Kenyataan tersebut menuntut kreatifitas dan kepekaan peneliti sebagai guru dalam
menerapkan dan mengembangkan prinsip-prinsip pembelajaran efektif.
Berbagai cara dan teknik pembelajaran dipelajari untuk memungkinkan konsep-
konsep abstrak itu materi Bahasa Indonesia dipahami anak. Guru yang bersikap
memonopoli peran sebagai sumber informasi, selayaknya meningkatkan kinerjanya
dengan teknik pembelajaran yang bervariasi. Salah satu teknik pembelajaran yang
dianggap tepat dalam mengajarkan materi ”pidato persuasif” adalah teknik role playing.
Teknik ini melibatkan siswa dalam aktivitas akademik. Sehingga siswa akan berperan
aktif dalam pembelajaran dan suasana belajar tidak membosankan.
Dengan demikian diharapkan melalui penerapan teknik role playing dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VI pada materi pidato persuasifSD
Negeri 1 Juglangan KecamatanPanjiKabupatenSitubondo.
1. Identifikasi Masalah
Setelah guru mengadakan ulangan harian mengenai “ Pidato persuasif”. hasil
belajar siswa tidak sesuai dengan harapan guru. Nilai KKM untuk muatan mata
pelajaran Bahasa Indomesiadi kelas peneliti adalah 65. Ada 10 siswa yang sudah
mendapatkan nilai < 65. Sehingga bisa dikatakan 10 siswa sudah tuntas dalam
belajarnya. Sedangkan 21 siswa belum tuntas dalam belajarnya karena mendapatkan
nilai di bawah KKM Bahasa Indonesia. Gurupun melakukan remidial bagi siswa yang
4
nilainya belum tuntas. Setelah diadakan remidial dan guru sudah melakukan penilaian,
hasil belajar siswa masih belum di atas nilai KKM. Kenyataan tersebut mengisyaratkan
guru untuk melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang peneliti lakukan mengenai
materi “Pidato persuasif”.
Setelah dilakukan refleksi dan saran dari teman sejawat, ternyata masalah timbul
dari metode mengajar guru yang masih menggunakan metode ceramah sehingga
menyebabkan siswa bersikap pasif. Guru lebih mendominasi pembelajaran di dalam
kelas. Akibatnya, siswa menjadi bosan, motivasi belajar siswa menurun dan materi
pembelajaran tidak dikuasi siswa dengan baik. Berdasarkan kenyataan tersebut, guru
memutuskan untuk melakukan perbaikan pembelajaran mengenai materi “ Pidato
Persuasif” kelas VI semester 1 tahun ajaran 2016/2017di SD Negeri 1 Juglangan
Kecamatan Panji Kabupaten Situbondo.
2. Analisis Masalah
Kendala yang dihadapi peneliti berdasarkan identifikasi masalah yang sudah
dijelaskan sebelumnya yaitu diawal pembelajaran, apersepsi yang disampaikan guru
kurang maksimal. Contoh menanyakan tentang sistimatika teks pidato persuasif, yang
dijadikan sebagai bahan apersepsi kurang tepat karena siswa langsung diajak berfikir
terlalu jauh tentang teks pidato persuasif. Selain itu guru dalam menyajikan materi
masih menggunakan metode ceramah. Pembelajaran yang dikembangkan oleh guru
cenderung bersifat teks book oriented,hanya memindahkan pengetahuan secara utuh
yang ada di kepala guru kepada kepala murid. Akibatnya guru telah merasa mengajar
dengan baik, namun pada kenyataannya murid tidak belajar. Disamping itu pola
pembelajaran yang demikian menyebabkan siswa jenuh, siswa tidak di ajarkan berpikir
logis hanya mementingkan pemahaman dan hafalan. Penjelasan guru mengenai materi
terlampau abstrak tidak memperhatikan karakteristik siswa SD yang masih pada fase
operasional konkret.
Saat proses pembelajaran berlangsung, guru tidak memeriksa pemahaman siswa
mengenai materi. Akibatnya siswa dibiarkan dengan ketidaktahuan mereka mengenai
materi. Guru juga tidak memberikan petunjuk ketika siswa berlatih. Saat siswa
mengerjakan tugas, guru juga tidak memantau kegiatan yang dilakukan siswa.
Akibatnya, siswa menjadi bingung dan selalu mengulang kesalahan yang sama saat
mengerjakan soal ulangan harian.
5
Saat guru menjelaskan materi, tidak ada media dan pembelajaran yang dapat
memudahkan guru dalam menyampaikan materi. Tidak adanya media dan pembelajaran
menunjukkan ketidaksiapan guru dalam mengajar.Tujuan penggunaan media
pembelajaran adalah untuk memperjelas penyampaian materi pelajaran serta
memfokuskan perhatian siswa terhadap materi pelajaran. Sehingga dengan adanya
media dapat menciptakan suasana belajar yang variatif dan aktif. Penggunaan metode
dan media pembelajaran yang tepat merupakan salah satu kunci keberhasilan siswa
dalam belajar.
3. Pemecahan Masalah
Dari hasil telaah maka permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran
terletak pada teknik belajar yang digunakan guru saat mengajar muatan mata pelajaran
Bahasa Indonesiamengenai materi “ Pidato Persuasif”. Teknik yang guru gunakan lebih
pada ceramah sehingga membuat siswa pasif hanya sebagai pendengar saja. Dalam hal
ini, guru lebih mendominasi proses pembelajaran di kelas dengan memberikan
penjelasan yang terlampau abstrak sehingga sulit muatan mata pelajaran Bahasa
Indonesiadipahami oleh siswa. Proses pembelajaran yang menyenangkan merupakan
salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan suatu pembelajaran karena ketika
pembelajaran itu dilakukan dengan cara yang menyenangkan, maka materi yang di
pelajari akan mudah di terima dan di mengerti dengan baik oleh siswa. Untuk mengatasi
pembelajaran muatan mata pelajaran Bahasa Indonesia agar tidak monoton dan lebih
bervariasi, maka dapat di gunakan teknik role playing untuk materi “Pidato Persuasif”.
Teknik ini membuat siswa lebih berperan aktif dengan cara bermain peran. Melalui
bermain peran, diharapkan peserta didik dapat mengekplorasi perasaannya, memperoleh
wawasan tentang sikap, nilai dan ilmu berpidato dengan baik. Dan pada akhirnya
wawasan tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari berdasarkan hasil identifikasi masalah, analisis masalah, dan solusi yang
akan diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut, penelitian tindakan kelas yang
berjudul “Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas VI
SD Negeri 1 Juglangan Melalui Penerapan Teknik Role Playing ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, rumusan masalah
dalampenelitian ini yaitu:
6
1) Bagaimana meningkatkan motivasi belajar bahasa Indonesia pokok bahasan Pidato
Persuasif pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Juglangan melalui penerapan teknik role
playing ?
2) Bagaimana meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia pokok bahasan Pidato
Persuasif pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Juglangan pada melalui penerapan teknik
role playing?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dengan kaidah PTK
bertujuan untuk:
1. Meningkatkan motivasi belajar bahasa Indonesia pokok bahasan Pidato Persuasif
pada siswa kelasVI SD Negeri 1 Juglangan melalui penerapan teknik role playing
2. Meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia pokok bahasan Pidato Persuasif pada
siswa kelasVI SD Negeri 1 Juglangan melalui penerapan teknik role playing
D. ManfaatPenelitianPerbaikanPembelajaran
Hasil penelitian perbaikan pembelajaran ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut :
1. Bagi guru sebagaipendidik
a. Meningkatkan kreatifitas gurudalam mengajar dengan menggunakan berbagai
teknik pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar
siswa.
b. Memberikan tambahan pengalaman dan wawasan bagi guru dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran muatan pelajaran Bahasa Indonesaia
terutama pada materi “Pidato Persuasif”.
c. Memberikan wacana bagi guru agar senantiasa mencari inovasi pembelajaran
pemecahan masalah bahasandi sekolah dasar.
d. Tersedianya teori alternatif yang dapat dijadikan rujukan bagi guru dalam
pembelajaran yang mudah muatan pelajaran Bahasa Indonesiadipahami siswa.
2. Bagi siswa
Melalui teknik role playing membantu meningkatkan hasil belajar siswa muatan
pelajaran Bahasa Indonesia dengan pokok bahasan rantai makanan pada siswa kelas
VISD Negeri 1 Juglangan Kecamatan Panji Kabupaten Situbondo.
7
a. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar muatan Pelajaran Bahasa
Indonesiasehingga pembelajaran muatan Pelajaran Bahasa Indonesia tidak
terkesan membosankan.
b. Memperoleh wawasan tentang sikap dan nilai Pidato persuasif
c. Meningkatkan rasa disiplin,percaya diri dan bertanggung jawab.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini dilakukan sebagai tolak ukur dalam meningkatkan mutu muatan
pelajaran Bahasa Indonesia pada pokok bahasan Pidato Persuasif. Selain itu dengan
meningkatnya kemampuan profesionalisme guru melalui teknik belajaryang bervariasi,
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kemajuan sekolah, antara lain tercermin
pada :
a. Meningkatnya mutu pembelajaran dengan penerapan teknik belajar yang lebih
bervariasi yang berdampak pada hasil belajar siswayang semakin meningkat.
b. Makin meningkatnya kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas.
c. Memberikan kesan yang baik dari masyarakat luar terhadap sekolah.
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
1. Pengertian Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi yang dipergunakan oleh masyarakat
Indonesia untuk keperluan sehari.-hari, misalnya belajar, bekerja sama, dan berinteraksi.
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat di Negara Indonesia
dan sebagai bahasa persatuan antar warga. Dahulu bahasa Indonesia di ambil dari
bahasa melayu yang kala itu digunakan oleh Kerajaan Sriwijaya (dari abad ke-7
Masehi) sebagai bahasa kenegaraan . Namun semenjak Sumpah Pemuda yang pada
tanggal 28 Oktober 1928, bahasa melayu tidak lagi digunakan dan diganti dengan
Bahasa Indonesia.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik
secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan
manusia Indonesia.
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi
kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan,
8
keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar
kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon
situasi lokal, regional, nasional, dan global.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut.
a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,
baik secara lisan maupun tulis.
b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara.
c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif
untuk berbagai tujuan.
d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
serta kematangan emosional dan sosial.
e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa.
f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya
dan intelektual manusia Indonesia. (Modul Bahasa Indonesia,2012 : 28)
Ruang lingkup dan materi mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen
kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai
berikut: mendengarkan,berbicara, membaca, menulis (Modul Bahasa Indonesia,2012:
29)
2. Pidato
a. Pengertian Pidato
Pidato adalah pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan
kepada orang banyak atau wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak.
(KBBI, 1990: 681)
Pidato umumnya ditujukan kepada orang atau sekumpulan orang untuk
menyatakan selamat, menyambut kedatangan tamu, memperingati hari-hari besar dan
lain sebagainya. (Karomani, 2011: 12)
9
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pidato adalah
kegiatan berbicara di depan umum untuk menyampaikan suatu hal dalam situasi
tertentu.
b. Jenis-jenis Pidato
Jenis-jenis pidato menurut Tarigan (2008: 30-38) dibagi atas kepentingan,
maksud dan tujuannya. Jenis pidato dikategorikan menjadi empat macam, yakni
berbicara untuk melaporkan, berbicara secara kekeluargaan, berbicara untuk
meyakinkan, dan berbicara untuk merundingkan. Adapun pengertian jenis pidato
berdasarkan tujuannya adalah sebagai berikut:
1) Berbicara untuk melaporkan dan memberikan informasi (informative
speaking) dilaksanakan jika seseorang berkeinginan untuk memberi atau
menanamkan pengetahuan, menjelaskan suatu proses, dan
menginterpretasikan atau menafsirkan suatu persetujuan atau pun
menguraikan suatu tulisan.
2) Berbicara secara kekeluargaan atau persahabatan ditekankan pada kondisi
dan suasana acara yang cenderung menghibur, beramah-tamah dengan
handai taulan. Pembicara menciptakan suatu suasana keriangan dengan cara
menggembirakan anggota kelompok tersebut, seperti pidato selamat datang,
acara perpisahan, hari ulang tahun, dan lain sebagainya.
3) Berbicara untuk meyakinkan bertujuan untuk mengajak, meyakinkan dan
mempengaruhi pendengar melalui tindakan atau aksi (persuasive speaking).
4) Berbicara untuk merundingkan (deliberative speaking) pada dasarnya
bertujuan untuk membuat sejumlah keputusan dan rencana, contohnya
dalam suatu pemeriksaan, pengadilan mencoba menentukan seseorang itu
bersalah atau tidak terhadap tindakannya di masa lalu.
c. Menyusun Teks Pidato
Menulis teks pidato memerlukan keterampilan tersendiri, sebab teks pidato
tersebut nantinya akan dibaca dan didengar oleh orang lain sehinggapenyusunannya
harus benar-benar mengikuti kaidah penulisan yang berlaku. Menulis teks pidato
tidaklah terlalu berbeda dengan menulis teks karanganlainya, sebelum menulis teks
pidato terlebih dahulu harus dibuat kerangka tulisan, selain itu juga penulis harus
mengetahui bagian dan fungsibagian-bagian tersebut dalam kesatuan teks yang terdapat
10
pada sebuah pidato. Dalam menulis teks pidato tentunya ada hal-hal yang harus
diperhatikanseperti berikut.
1) Pendahuluan, yang mengantar alam pemikiran pendengar kepada apa yang akan
dibicarakan, disampaikan.
2) Isi pidato, berupa hal-hal penting yang akan disampaikan kepadapendengar.
3) Penutup, biasanya berisi penegasan atau penekanan akan hal-hal
yangdisampaikan pembicara.
4) Saran-saran atau imbauan yang perlu diperhatikan pendengar.
Menurut Dawud dkk (2004: 68) teks pidato harus jelas gagasannya, organisasi
isinya, tata bahasa, kosakata serta penggunaan ejaannya harus sesuai dengan pedoman
EYD.Berikut secara singkat unsur-unsur tesk pidato antara lain; isi gagasan,organisasi
isi,tata bahasa, kosa kata, ejaan yang disempurnakan.
d. Pidato Persuasif
1) Pengertian Pidato Persuasi
Pidato persuasi adalah suatu keterampilan yang berhubungan dengan daya tarik,
menawarkan, dan mempengaruhi seseorang yang sangat diperlukan dalam dunia kerja, baik
dalam berbisnis maupun pendidikan (Rakhmat, 2009: 14).
Pendapat lain dikatakan Brigance (via Rakhmat, 2009: 92), pidato persuasi
menekankan faktor keinginan (desire) sebagai dasar persuasi. Dia juga mengungkapkan
persuasi memiliki empat unsure nyaitu; rebut perhatian pendengar, usahakan pendengar
untuk mempercayai kemampuan dan karakter anda, dasarkanlah pemikiran pada keinginan,
dan kembangkan setiap gagasan sesuai dengan sikap pendengar.
Ernest dan Bormann (1981: 239-261) pun berpendapat, persuasi menghasilkan
perubahan perilaku, sikap dan keyakinan, contohnya memperoleh teman, kerjasama,
menjual produk, atau sebuah gagasan. Persuasif (daya pengaruh) sebagai komunikasi
untuk mempengaruhi seseorang dalam memilih satu pilihan yang sama dengan kemauan
yang mempersuasifkan.
Definisi pidato persuasi dapat disimpulkan sebagai keterampilan berpidato yang
bertujuan untuk mempengaruhi dan meyakinkan massa dengan bukti yang dapat
dipertanggungjawabkan dan gaya penyampaian yang menarik hingga mampu membuat
massa percaya pada gagasan yang disampaikan pembicara.
2) Faktor-faktor Penunjang Keefektivan Berpidato Persuasif
11
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan pembicara untuk berpidato.
Menurut Arsjad dan Mukti (1988: 17-22), ada dua faktor yang dapat mempengaruhi
keefektivan berbicara (termasuk pidato persuasi), yaitu faktor kebahasaan dan faktor
nonkebahasaan. Faktor kebahasaan meliputi: (a) ketepatan ucapan dan struktur kalimat;
(b) penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai; dan (c) pilihan kata
(diksi). Selain faktor kebahasaan, ada juga faktor nonkebahasaan yang meliputi: (a)
sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku; (b)kelancaran dalam berbicara; (c)
penguasaan materi; (d) gerak-gerik dan mimik yang tepat; (e) kenyaringan suara; (f)
kelancaran; dan (g) relevansi atau penalaran.
3. Motivasi Belajar
Pengertian motivasi menurut Sardiman A.M. bahwa ”motivasi adalah
Serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang
mau dan ingin melakukan sesuatu , dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk
meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu” (Sardiman A.M.,2011:75).
Sedangkan Dr.Hamzah B. Uno, M.Pd. mengatakan bahwa motivasi merupakan
dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam mauoun dari luar sehingga
seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku/aktivitas tertentu
lebih baik dari keadaan sebelumnya (Hamzah B. Uno, 2012 : 9).
Belajar adalah proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdsarkan
interaksi antara induvidu dan lingkungannya yang dilakukan secara formal, informal,
dan nonformal(Hamzah B. Uno, 2012 : 9). Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan
induvidu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah yang baru, secara keseluruhan
sebagai pengalaman induvidu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Sri
Anita.W dkk, 2014: 2.5)
Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang
sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan
beberapa indikator atau unsur yang mendukung (Hamzah B. Uno, 2012 : 23).
Dalam hal ini Haryu Islamuddin, dalam bukunya “Psikologi
Pendidikan” membedakan motivasi belajar siswa disekolah dalam dua bentuk, pertama
motivasi instrinsik ialah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya perlu
dirangsang dari luar,karena setiap diri induvidu sudah ada dorongan untuk melakukan
12
sesuatu, kedua motivasi ekstrinsik adalah dorongan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
terletak diluar perbuatan belajar.
Motivasi dalam belajar yang merupakan suatu dorongan memiliki fungsi, yaitu
menyelesaikan perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang akan
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan
yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Menurut Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd (2012: 31), untuk mengetahui motivasi
belajar siswa, dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu; adanya hasrat keinginan untuk
berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan untuk belajar, adanya harapan dan cita-cita
masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam
belajar, adanya lingkungan yang kondusif.
Sedangkan menurut Sardiman (2001:81) indikator motivasi belajar adalah tekun
menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan ( tidak lekas putus asa), menunjukkan
minat terhadap bermacam-macam masalah orang dewasa, lebih senang bekerja mandiri,
cepat bosan pada tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapatnya.
Apabila seseorang memiliki ciri-ciri di atas berarti seseorang itu memiliki
motivasi yang tinggi. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan
belajar. Kegiatan belajar akan berhasil baik jika siswa tekun mengerjakan tugas, ulet
dalam memecahkan masalah dan hambatan secara mandiri, siswa belajar dengan baik
tidak akan terjebak pada sesuatu yang rutinitas.
Indikator motivasi belajar pada pokok bahasan pidato persuasif jika siswa sudah
mengusai beberapa aspek yaitu terampil membaca teks dan menulis pidato persuasif,
aktif menjawab pertanyaan dalam proses pembelajaran di kelas,dan mandiri serta
ketepatan waktu dalam pengumpulan tugas. Indikator penilaiannya yaitu sangat baik,
baik, cukup dan kurang. Penyajiannya dalam bentuk persentase keberhasilan sehingga
memudahkan guru dalam menganalisis data dan mengetahui sejauh mana tingkat
keberhasilan guru dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran. Siswa dikatakan
memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar pokok bahasan pidato persuasif jika siswa
mendapatkan predikat sangat baik atau baik dalam empat aspek tersebut. Sebaliknya
motivasi belajar siswa rendah jika siswa mendapatkan predikat cukup atau kurang
dalam belajar pokok bahasan tersebut.
4. Hasil Belajar
13
Menurut Gagne (dalam Sumarno, 2011) hasil belajar merupakan kemampuan
internal (kapabilitas) yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah
menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan seseorang melakukan sesuatu.
Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Briggs (dalam Taruh, 2003:17) yang
mengatakan bahwa hasil belajar adalah pernyataan yang menunjukkan tentang apa yang
mungkin dikerjakan siswa sebagai hasil dari kegiatan belajarnya. Sedangkan menurut
Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana ( Sudjana, 2004: 22) membagi tiga macam
hasil belajar mengajar yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengarahan,
sikap dan cita-cita
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari
dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari pendapat ini
faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang
dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 : 21) menyatakan bahwa hasil
belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 %
dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni
lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2002 :
39)."Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya"
(Ali Muhammad, 204 : 14). Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari
interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja.
Maka dari hasil belajar dapat diketahui perubahan dalam diri individu.
Sebaliknya apabila tidak terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak
dikatakan berhasil.
5. Teknik Role Playing
Menurut Hamalik (2004: 214) bahwa model role playing (bermain peran) adalah
“model pembelajaran dengan cara memberikan peran-peran tertentu kepada peserta
didik dan mendramatisasikan peran tersebut kedalam sebuah pentas”. Bermain peran
(role playing) adalah salah satu model pembelajaran interaksi sosial yang menyediakan
kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif
dengan personalisasi. Oleh karena itu, lebih lanjut Hamalik (2004: 214) mengemukakan
bahwa “bentuk pengajaran role playing memberikan pada murid seperangkat/
serangkaian situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya
yang dirancang oleh guru”.
14
Manfaat yang dapat diambil dari teknik role playing adalah sebagai berikut:
a. Role playing dapat memberikan semacam hidden practise, dimana murid tanpa
sadar menggunakan ungkapan-ungkapan atau istilah-istilah baku dan normatif
terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari.
b. Role playing melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas
besar.
c. Role playing dapat memberikan kepada murid kesenangan karena role playing pada
dasarnya adalah permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena
bermain adalah dunia murid. Masuklah ke dunia murid, sambil kita antarkan dunia
kita (Bobby DePorter, 2000).
Selanjutnya menurut Uno (2008: 26) bahwa: Prosedur bermain peran terdiri atas
sembilan langkah, yaitu persiapan/pemanasan, memilih partisipan, menyiapkan
pengamat (observer), menata panggung atau tempat bermain peran, memainkan peran,
diskusi dan evaluasi, memainkan peran ulang, diskusi dan evaluasi kedua, dan berbagi
pengalaman dan kesimpulan.
Berdasarkan pendapat diatas role playing dalam pembelajaran ini adalah sebuah
permainan di mana para pemain memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan
berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama.
Kelebihan metode Role Playing melibatkan seluruh siswa berpartisipasi,
mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama. Siswa
juga dapat belajar menggunakan bahasa dengan baik dan benar. Selain itu, kelebihan
metode ini adalah, sebagai berikut:
a. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
b. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam
situasi dan waktu yang berbeda.
c. Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada waktu
melakukan permainan.
d. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping
merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan
e. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan
penuh antusias
15
f. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta
menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi
g. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat
memetik butirbutir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan
siswa sendiri
h. Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat
menumbuhkan / membuka kesempatan bagi lapangan kerja
Selain metode Role Playing memiliki sberbagai kelebihan dari metode lainnya,
jika kita melihat penggunaan metode Role Playing dalam dalam cakupan cara dalam
prooses mengajar dan belajar dalam lingkup pendidikan tentunya akan terdapat
kelemahan yaitu:
a. Metode bermain peranan memelrukan waktu yang relatif panjang/banyak
b. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun
murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya
c. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk
memerlukan suatu adegan tertentu
d. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan,
bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan
pengajaran tidak tercapai
e. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini
Bermain peran dalam proses pembelajaran yang ditujukan agar siswa dapat
mendramatisasikan tingkah laku, atau ungkapan gerak gerik wajah seseorang dalam
hubungan sosial atau manusia. Menurut Santosa (2010 : 18) tujuan bermain peran
adalah agar siswa dapat memahami perasaan orang lain, menempatkan diri dari situasi
orang lain, mengerti dan menghargai perbedaan pendapat.
Dengan demikian peran mereka dapat menghayati peranan apa yang dimainkan,
mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain yang dikehendaki guru. Siswa
tersebut juga bisa belajar watak dari orang lain, cara bergaul dengan orang lain, cara
mendekati dan berhubungan dengan orang lain, dalam situasi itu mereka harus bisa
memecahkan masalahnya sendiri.
III. PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian serta Pihak yang Membantu
16
1. Subjek Penelitian
Perbaikan pembelajaran dilakukan dikelas VI SDN 1 Juglangan Panji
Situbondo. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 1 Juglangan Panji
Situbondo Semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 sebanyak 31 orang terdiri atas 15 laki-
laki dan 16 perempuan. Sedangkan obyek dalam penelitian ini adalah peningkatan
motivasi dan hasil belajar siswa kelas VI pada pokok bahasan pidato persuasif melalui
penerapan teknik role playing SDN 1 Juglangan Panji Situbondo.
2. Lokasi / Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di VISDN 1 Juglangan Panji Situbondo Jalan Cermee
Ds.Juglangan Kecamatan Panji Kabupaten Situbondo Jawa Timur.
3. Waktu Penelitian
Waktu penelitian mulai dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil
penelitian tersebut antara bulan Oktobers s/d Nopember pada tahun ajaran 2016/2017,
yaitu dimulai tanggal 10 Oktober sampai tanggal 15 Nopember 2016. Kegiatan
penelitian ini dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran di sekolah. Lama
tindakan waktu untuk melaksanakan tindakan penelitian dengan kisaran waktu 1 bulan.
Waktu pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1 Waktu Pelaksanaan Tiap Siklusnya
NO
.
Waktu Jam ke- Pertemua
n
Kegiatan
1. 17 Okt
2016
1-2
(07.00-08.10) 1
Pelaksanaan RPP 1
Siklus I
2. 24 Okt
2016
1-2
(07.00-08.10) 2 Tes Siklus I
3. 31 Okt
2016
1-2
(07.00-08.00) 3
Pelaksanaan RPP 1
Siklus II
4. 7 Nope
2016
1-2
(07.00-08.00) 4 Tes Siklus II
4. Pihak Yang Membantu
Penelitian ini melibatkan dua tim peneliti yaitu guru sendiri bertindak sebagai
ketua sekaligus peneliti I dan teman sejawat bertindak sebagai peneliti II . Tim pertama
17
yaitu guru kelas sebagai peneliti yang terlibat secara penuh dalam proses perencanaan,
aksi (tindakan), observasi dan refleksi. Dan tim yang kedua adalah teman sejawat yang
terdiri dari 3 orang yang membantu mengamati jalannya perbaikan pembelajaran
sekaligus sebagai konsultasi terhadap rancangan tindakan perbaikan. Setiap observer
mengamati aktivtas 10 siswa dan seorang observer mengamati aktivtas guru. Selain itu
penelitian ini juga dibantu oleh supervsor 1 yaitu sebagai tutor pembimbing dan
suspervsor 2 yaitu pengawas TK/ SD sebagai pembimbing dan penilai observasi selama
proses perbaikan pembelajaran di sekolah dan dalam penyusunan laporan.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
1. Desain Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Mc
Taggart. Model ini terdiri dari beberapa komponen kegiatan terdiri dari perencanaan,
tindakan, pengamatan, dan refleksi kemudian perencanaan kembali untuk memperbaiki
proses pembelajaran selanjutnya.Tahapan-tahapan ini berlangsung secara berulang-
ulang, sampai tujuan penelitian tercapai. Langkah pertama pada setiap siklus adalah
penyusunan rencana tindakan. Tahapan berikutnya pelaksanaan dan sekaligus
pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan. Hasil pengamatan kemudian dievaluasi
dalam bentuk refleksi. Apabila hasil refleksi siklus pertama menunjukkan bahwa
pelaksanaan tindakan belum memberikan hasil sebagaimana diharapkan, maka
berikutnya disusun lagi rencana untuk dilaksanakan pada siklus kedua. Rencana
pelaksanaan dalam penelitian ini dilakukakan secara bersiklus. Tahapan-tahapan dalam
tiap siklusnya yaitu:
2. SIKLUS 1
a. Perencanaan (planning)
Dalam pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan pertama kali
membuat perencanaan tindakan. Hal-hal yang direncanakan diantaranya:
1. Membuat RPP I
2. Membuat instrument penilaian yaitu Lembar Observasi Guru dan Lembar
Observasi Siswa
3. Membuat evaluasi pembelajaran yaitu Lembar Tes Siklus I
b. Pelaksanaan Tindakan (Action)
18
Pelaksanaan tindakan pada siklus I yang dilakukan di kelas VI SDN 1 Juglangan
Panji Situbondo adalah menggunakan role playing pada mata pelajaran bahasa
Indonesia mengenai pokok bahasan pidato persuasif. Tindakan perbaikan siklus I
dilakukan dua kali pertemuan yaitu pelaksanaan RPP 1 dan pada akhir pembelajaran
siklus I diadakan tes siklus I. Dalam satu kali pertemuan dilaksanakan selama 2 x 35
menit. Selama proses pembelajaran guru berperan menerapkan pembelajaran dengan
menggunakan role playing. Peneliti dibantu oleh teman sejawat yang bertindak sebagai
observer yang bertugas mengamati cara guru mengajar dan motivasi siswa selama
pembelajaran berlangsung. Observer mengamati motivasi siswa dalam menggunakan
role playing dalam belajar pokok bahasan pidato persuasif.
c. Observasi
Saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru bersama observer serta supervisor
melakukan pengamatan terhadap motivasi belajar siswa maupun motivasi guru saat
mengajar. Observer yaitu teman sejawat mengamati motivasi siswa selama proses
belajar berlangsung. Supervisor 1 mengamati motivasi guru dalam mengajar. Instrumen
penilaian yang digunakan observer dalam mengamati motivasi siswa yaitu
menggunakan lembar observasi siswa. Sedangkan hasil tes belajar siswa menggunakan
instrumen penilaian lembar tes hasil belajar siswa. Supervisor 1 dalam mengamati
motivasi guru mengajar menggunakan instrumen penilaian lembar observasi guru.
d. Refleksi
Hasil belajar siswa pada siklus I belum memenuhi tujuan PTK yang ditunjukkan
sebagian hasil belajar siswa belum mencapai KKM. Kriteria ketuntasan klasikal untuk
mata pelajaran bahasa Indonesiabelum mencapai standart yang ditetapkan sekolah. Oleh
karena itu perbaikan pembelajaran ini dilanjutkan pada siklus II.
3. SIKLUS II
a. Perencanaan (planning)
Dalam pelaksanaan tindakan perbaikan,hal-hal yang direncanakan diantaranya:
1. Membuat RPP II
2. Membuat instrument penilaian yaitu Lembar Observasi Guru dan Lembar
Observasi Siswa
3. Membuat evaluasi pembelajaran yaitu Lembar Tes Siklus II
b. Pelaksanaan
19
Pelaksanaan siklus II dilakukan dalam dua kali pertemuan yaitu pertemuan 3 dan
4. Pertemuan 3 melaksanakan RPP II dan pertemuan 4 melaksanakan tes siklus II.
Alokasi waktu dalam setiap pertemuan adalah 2 x 35 menit. Pada pelaksanaan siklus II
siswa menerapkan role playing atau bermain peran pada pokok bahasan pidato
persuasif. Peneliti selama kegiatan berlangsung yaitu sebagai fasilitator dan
membimbing siswa dalam menjalankan perannya masing-masing. Guru bertindak
sebagai sutradara selama kegiatan bermain peran berlangsung dan siswa sebagai tokoh
cerita dalam kegiatan bermain peran atau role playing. Observer membantu peneliti
mengamati motivasi siswa selama pembelajaran berlangsung. Motivasi yang diamati
yaitu keterampilan siswa dalam memerankan tokoh Bung Tomo dalam membacakan
teks pidato persuasif, motivasi siswa selama proses pembelajaran, dan mandiri serta
tepat waktu dalam pengumpulan tugas.
c. Observasi
Dalam tahap ini peneliti melakukan observasi terhadap tindakan yang telah
dilakukannya. Observasi dalam penelitian ini dilakukan terhadap proses maupun dari
hasil tindakan yang dilakukan oleh guru terhadap pengaruh role playing untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan pidato persuasif.
Teknik pengumpulan data pada siklus I dan II menggunakan teknik pengumpulan data
observasi. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi
siswa dan guru serta lembar tes hasil belajar siswa.
d. Refleksi
Hasil belajar siswa pada siklus II telah memenuhi tujuan PTK yang ditunjukkan
motivasi belajar siswa terhadap materi pembelajaran meningkat ditandai dengan
sebagian besar hasil belajar siswa telah mencapai KKM. Kriteria ketuntasan klasikal
untuk mata pelajaran bahasa Indonesia telah mencapai standart yang ditetapkan sekolah.
Oleh karena itu perbaikan pembelajaran ini dihentikan.
C. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu hasil
komentar observer dan supervisor 1 mengenai aktivitas guru yang disajikan dalam
lembar observasi guru pada tiap siklus pembelajaran perbaikan dan aktivitas siswa yang
disajikan dalam lembar observasi siswa pada tiap siklus pembelajaran perbaikan.
20
Aktivitas siswa yang diamati seperti aktivitas berbicara, menulis, mendengarkan, dan
melihat yang dicatat dalam lembar observasi siswa.
Hasil pengolahan tersebut selanjutnya dipaparkan dalam bentuk angka-angka.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah
proses belajar mengajar setiap siklus dilakukan dengan cara memberikan evaluasi
berupa soal tes tertulis pada setiap akhir pembelajaran.
Penilaian motivasi belajar siswa menggunakan lembar observasi siswa dengan
aspek penilaian yaitu terampil dalam memerankan tokoh Bung Tomo dalam
membacakan teks pidato persuasif, aktif menjawab pertanyaan dalam proses
pembelajaran di kelas,dan mandiri serta ketepatan waktu dalam pengumpulan tugas.
Indikator penilaiannya menggunakan sangat baik (SB), baik (B), cukup (C), dan kurang
( K). Data yang didapat selama proses pembelajaran menggunakan Lembar Observasi
siswa dianalis dalam bentuk persentase hasil belajar. Hasil Observasi siswa tiap
siklusnya selanjutnya disajikan seperti tabel.
Hasil analisis dari data tersebut disajikan dalam bentuk persentase sehingga
memudahkan guru dalam menyimpulkan tingkat keberhasilan dalam tiap siklusnya.
Hasil analis akan dijadikan acuan dalam memperbaiki pembelajaran di kelas khususnya
pada pokok bahasan pidato persuasif.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Deskripsi Siklus I
a. Perencanaan
Dalam kegiatan perencanaan, kegiatan yang dilakukan penelitia dalah
merencanakan tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan siklus I, membuat RPP
Siklus I, menyediakan alat evaluasi pembelajaran, menyediakan instrumen
pengumpulan data yaitu lembar hasil belajar siswa, lembar tes siklus I, lembar observa
sisiswa dan lembar observasi guru.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I guru memulai pembelajaran dengan
menyampaikan tujuan dan kegiatan yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya guru melakukan apersepsi yaitu melalui tanya jawab siswa menyebutkan
bagian-bagian teks pidato. Guru meminta siswa membaca teks pidato Bung Tomo pada
21
buku siswa. Guru melakukan diskusi kelas mengenai teks pidato yang telah siswa baca
sebelumnya. Guru meminta beberapa siswa bermain peran memerankan satu peristiwa
bersejarah membaca teks pidato Bung Tomo. Siswa yang tidak mendapatkan tugas
dalam bermain peran mengamati jalannya cerita selanjutnya memberi tanggapan
mengenai bermain peran yang dilakukan oleh temannya. Pada akhir pembelajaran
dengan bimbingan guru siswa menyimpulkan materi pembelajaran. Setelah
dilaksanakan perbaikan pembelajaran guru melakukan tes siklus I. Supervisor 2
mengamati motivasi guru dalam mengajar, sedangkan guru dan teman sejawat
mengamati motivasi siswa dalam belajar. Hasil tes siklus I dicatat pada lembar hasil
belajar siswa siklus I. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel seperti pada tabel
1 di bawah ini
Tabel 1 Tabel Ketuntasan Belajar Bahasa Indonesia Pada Siklus I
No. Rentang Nilai Jumlah
Siswa
Persentase % Keterangan
1.
2.
0 - 64
65 - 100
11
20
35,48 %
64,52 %
Tidak Tuntas
Tuntas
Jumlah 31 100 %
c. Observasi
Data yang diperoleh setelah melakukan kegiatan pelaksanaan perbaikan
pembelajaran di analisis dan di hitung prosentasenya agar lebih mudah dalam
membandingkan tingkat keberhasilan siswa. Sesuai hasil pengamatan guru terhadap
siswa, sebagian siswa sudah menunjukkan keaktifan dalam pembelajaran. Sebagian
siswa juga terampil dalam memerankan tokoh dalam membacakan teks pidato Bung
Tomo dalam bermain peran. Pada saat pelaksanaan tes siklus I, siswa sudah
menunjukkan kemandirian dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tes siklus I,
meskipun ada beberapa siswa yang belum mandiri dan tidak disiplin saat pengumpulan
tugas. Supervisor 2 juga melaksanakan observasi terhadap guru. Sesuai observasi
supervisor 2, guru sebagian besar telah melaksanakan perbaikan pembelajaran sesuai
RPP 1. Namun pengorganisasian siswa saat pelaksanaan bermain peran belum
dilaksanakan secara maksimal. Penggunaan alat peraga juga tidak tampak pada kegiatan
pembelajaran siklus I. Hasil observasi terhadap siswa dan hasil observasi supervisor 2
terhadap guru disajikan pada tabel di bawah ini:
22
Tabel 2 Hasil Observasi Guru Siklus I
NO Aspek yang diamati Kriteria
Baik Sedang Kurang 1 Apersepsi √
2 Penyampaian tujuan Pembelajaran √
3 Metode pembelajaran √
4 Penggunaan alat peraga √
5 Pengorganisasian siswa √
6 Penguasaan materi √
7 Melakukan evaluasi √
8 Pemanfaatan waktu √
9 Memberikan penguatan √
10 Melakukan penilaian √
Berdasarkan data di atas guru dalam pembelajaran tidak menggunakan alat
peraga dalam pembelajaran. Saat siswa bermain peran tidak ada sarana pendukung
seperti alat peraga yang seharusnya digunakan. Guru juga tidak maksimal dalam
pengorganisasian kelas saat bermain peran sehingga mempengaruhi pemahaman siswa
dalam mengamati jalan cerita yang diperankan siswa. Sedangkan hasil observasi siswa
disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3 Hasil Observasi Siswa Siklus I
No Aspek Siswa Siklus I
%SB %B %C %K
1 Terampil dalam mebacakan teks
pidato persuasif memerankan sebagai Bung Tomo
16,7% 33,3% 33,3% 16,7%
2 Aktif menjawab pertanyaan dalam proses pembelajaran di
kelas
23,3% 26,7% 36,7% 13,3%
3 Kemandirian, ketepatan waktu dalam Pengumpulan Tugas
33,3% 16,7% 33,3% 16,7%
Rerata 24,4% 25,6% 34,4% 15,6%
d. Refleksi
Berdasarkan data yang ada, terjadi peningkatan yang sangat pesat baik aktifitas
siswa selama proses pembelajaran, maupun hasil belajar siswa terhadap pokok bahasan
pidato persuasif. Pada kegiatan sebelumnya ketuntasan klasikal siswa mencapai 46,6%.
Pada siklus I ketuntasan klasikal siswa meningkat menjadi 64,51%. Meskipun
ketuntasan klasikal tersebut belum memenuhi criteria ketuntasan klasikal yang
ditentukan sekolah yaitu >65%. Peningkatan hasil belajar ini terjadi karena guru
menyajikan materi dengan menggunakan role playing. Metode ceramah tidak digunakan
pada perbaikan pembelajaran siklus I. Kelemahan pada siklus I yaitu tidak adanya
23
media yang digunakan serta tidak semua siswa terlibat dalam proses pembelajaran. Ada
sebagian siswa yang hanya sebagai penonton dan pasif dalam memberikan tanggapan
terhadap temannya. Berdasarkan hasil analisis yang belum memenuhi tujuan penelitian
maka perbaikan pembelajaran dilanjutkan pada siklus II.
2. Deskripsi Siklus II
a. Perencanaan
Adapun rencana pembelajaran yang akan dilakukan meliputi menentukan
strategi pembelajaran untuk mengatasi kelemahan pada siklus 1 yaitu merancang media
yang mendukung pembelajaran dan teknik yang digunakan, merancang teknik yang
lebih menarik dan memudahkan siswa mengingat cerita yaitu menggunakan teknik role
playing, menyiapkan media dengan memperhatikan kelemahanpa dasiklus I, membuat
RPP siklus II, membuat instrumen penilaian berupa Lembar Observasi Guru dan
Lembar Observasi Siswa, membuat Lembar Tes Siklus II, membuat Lembar Hasil
Belajar Siswa.
b. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan oleh guru pada tahap ini yaitu guru menyampaikan
tujuan pembelajaran dilanjutkan apersepsi pada awal pembelajaran yaitu melalui tanya
jawab, guru mengulas kembali materi sebelumnya mengenai pidato Bung Tomo dalam
membacakan teks pidato persuasif. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini
adalah memerankan tokoh Bung tomo atau role playing bersama teman. Guru menunjuk
siswa yang akan memerankan tokoh Bung tomo dan memberikan arahan. Siswa
bermain peran secara bergantian yaitu memerankan Bung tomo saat membacakan teks
pidato. Siswa yang tidak bertugas mengamati jalannya cerita dan memberikan
tanggapan mengenai jalannya cerita. Pada akhir pembelajaran siswa dengan bimbingan
guru menyimpulkan materi pembelajaran. Setelah dilaksanakan perbaikan
pembelajaran, guru melakukan tes siklus II. Siswa mengerjakan dengan mandiri dan
penuh tanggungjawab. Supervisor 2 mengamati motivasi guru dalam mengajar,
sedangkan guru dan teman sejawat mengamati setiap motivasi siswa. Hasil tes siklus II
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
24
Tabel 4 Tabel Ketuntasan Belajar Bahasa Indonesia Pada Siklus II
No. Rentang Nilai Jumlah
Siswa
Persentase % Keterangan
1.
2.
0 - 64
65 - 100
4
27
12,90%
87,10 %
Tidak Tuntas
Tuntas
Jumlah 31 100 %
c. Observasi
Guru bersama teman sejawat mengobservasi siswa menggunakan lembar
observasi siswa. Sesuai hasil pengamatan guru terhadap siswa, sebagian besar siswa
sudah menunjukkan keaktifan dalam pembelajaran. Siswa menunjukkan minat yang
besar dalam mengikuti pembelajaran. Sebagian besar siswa bisa menjawab soal tes
siklus II. Supervisor 2 juga melaksanakan observasi terhadap guru. Sesuai observasi
supervisor 2 guru telah melaksanakan perbaikan pembelajaran sesuai RPP II. Guru telah
melaksanakan RPP II secara maksimal sehingga mempengaruhi pada tingkat
pemahaman siswa terhadap materi. Hasil observasi supervisor 2 terhadap guru dan hasil
observasi siswa sebagai berikut:
Tabel 5 Hasil Observasi Guru Siklus II
NO Aspek yang diamati Kriteria
Baik Sedang Kurang
1 Apersepsi √
2 Penyampaian tujuan Pembelajaran √
3 Metode pembelajaran √
4 Penggunaan alat peraga √
5 Pengorganisasian siswa √
6 Penguasaan materi √
7 Melakukan evaluasi √
8 Pemanfaatan waktu √
9 Memberikan penguatan √
10 Melakukan penilaian √
Data diatas menunjukkan bahwa guru sudah melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Guru sudah melaksanakan setiap proses
pembelajaran dengan baik.
25
Tabel 6 Hasil Observasi Siswa Siklus II
No Aktifitas Siswa Siklus II
%SB %B %C %K
1 Terampil dalam mebacakan teks
pidato persuasif memerankan sebagai Bung Tomo
38,7% 41,9% 9,7% 9,7%
2 Aktif dalam proses pembelajaran 48,4% 22,6% 16,1% 12,9% 3 Mandiri dan Tepat waktu dalam
pengumpulan tugas 48,4% 35,5% 6,5% 9,7%
Rerata 45,2% 33,3% 10,8% 10,8%
d. Refleksi
Pada pembelajaran yang dilakukan guru pada siklus II, teknik role playing
terbukti mampu mengatasi masalah pembelajaran. Siswa lebih mengingat cerita para
tokoh pejuang melawan Belanda setelah bermain peran. Siswa mampu menceritakan
kisah-kisah para tokoh dengan baik. Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus II,
hasil belaja rsiswa sudah memenuhi kriteria ketuntasan klasikal yaitu 87,10%.
Berdasarkan hasil analisis pada siklus II yang sudah memenuhi tujuan penelitian, maka
tindakan perbaikan ini dihentikan.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Pembahasan Siklus I
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus I, guru menerapkan metode
bermain peran dan diskusi untuk memudahkan siswa mengingat materi. Meskipun
kriteria ketuntasan klasikal siswa belum memenuhi kriteria ketuntasan yang diharapkan,
tetapi terjadi peningkatan pada motivasi dan hasil belajar siswa. Kelemahan pada siklus
1 adalah minimnya media dan pengorganisasian siswa yang dilakukan guru dalam
pembelajaran. Meskipun tidak semua siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa yang dapat
mengerjakan soal tes siklus I hanya dua puluh siswa dan sisanya sepuluhsiswa belum
dapat mencapai nilai KKM. Oleh sebab itu perbaikan pembelajaran dilanjutkan pada
siklus II.
2. Pembahasan Siklus II
Tujuan perbaikan pembelajaran yang dilakukan pada siklus II sudah memenuhi
tujuan PTK yaitu telah mencapai 87,10% untuk siswa yang tuntas belajarnya. Guru
menerapkan teknik role playing sehingga semua siswa aktif dalam pembelajaran. Cerita
yang diperankan lebih mudah diingat siswa. Setelah melaksanakan tes siklus II,
sebagian besar siswa sudah mencapai nilai KKM. Dua puluh enam dari tiga puluh siswa
26
sudah mencapai nilai KKM. Tingkat keberhasilan siswa sudah mencapai kriteria
ketuntasan klasikal yang sudah ditetapkan. Berdasarkan data yang sudah dikumpulkan
oleh peneliti yang menunjukan ketercapaian tujuan penelitian, maka tindakan perbaikan
pembelajaran dihentikan.
V. SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan 2 siklus tindakan perbaikan
pembelajaran dapat ditarik kesimpulan bahwamotivasi dan hasil belajar siswa kelas VI
pada pokok bahasan pidato persuasif meningkat melalui penerapan teknik role playing
SDN 1 Juglangan
B. SaranTindakLanjut
Guru hendaknya dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan berbagai
teknik pembelajaran yang dapat menarik perhatian dan motivasi belajar siswa. Teknik
pembelajaran yang digunakan guru juga sebaiknya dapat membuat semua siswa aktif
dalam setiap proses belajar. Agar teknik yang digunakan sesuai dengan materi ajar, guru
hendaknya selalu berkerjasama dengan teman sejawat sehingga pembelajaran nantinya
dapat sesuai dengan tujuan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
A.M.Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Arsyad, Maidar dan Mukti. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
DePorter, B. & Hemacki, M. 2000. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Islamuddin, H. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Retorika Modern (Pendekatan Praktis). Bandung: Penerbit
PT Remaja Rosdakarya.
Sudjana,Nana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Algensido Offset.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara (sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa).
Bandung: Angkasa.
27
Uno, H.B. 2012. Teori Motivasi Dan Pengukurannya Analisis Di Bidang Pendidikan.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
,Educare; Jurnal Pendidikan dan Budaya. ISSN 1412-579x,
(Online). diunduh 19 Oktober 2016 dari http://educare.e- fkipunla.net.
,2015, Metode Pembelajaran Role Playing. di unduh 24 oktober
2016 dari https://idtesis.com/metodepembelajaranroleplaying/
,2012, Pengertian Dan Perkembangan Bahasa Indonesia Dari
Tahun Ketahun, diunduh 18 Oktober 2016 Dari
http://rizaldimuhammad.blogspot.co.id/2012/10/pengertiandanperkembangabahas
a.Html