jurnal metode role playing dan media gambar

32
PENERAPAN METODE ROLE PLAYING DAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA (SPEAKING) MATERI PROFESSION MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS SISWA KELAS X AP 1 SMK YAPENSU SUNGAILIAT Oleh : R U S N A I N I NIM : 010306789 Email : [email protected] ABSTRAK Penelitian mengenai Penerapan Metode Role Playing Dan Media Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara (Speaking) Materi Profession Mata Pelajaran Bahasa Inggris Siswa Kelas X AP 1 SMK YAPENSU Sungailiat telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2013. Yang melatar belakangi penelitian ini adalah kenyataan masih banyak guru yang gaya mengajarnya monoton sehingga menimbulkan siswa malas, bosan dan mengantuk saat proses pembelajaran disebabkan guru belum maksimal dan tidak sesuai antara metode dan media yang digunakan dengan materi. Oleh sebab itu tingkat penguasaan materi rendah, prestasi siswa menurun. Adapun tujuan penelitian ini untuk meningkatkan keaktifan siswa dan profesional guru dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris di SMK Yapensu Sungailiat, sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan Penelitian Tindakan Kelas melalui tiga siklus. Pada siklus I penulis memberikan materi dengan metode work individually hasilnya kurang memuaskan. Pada siklus II, siswa menunjukkan hasil yang agak memuaskan. Begitu juga pada siklus III hasil yang diperoleh sangat memuaskan. Dari hasil observasi kemampuan berbicara speaking) siswa meningkat dari siklus I = 46,34% pada siklus II = 73,17%, sedangkan pada siklus III = 100%. Dari hasil siklus I sampai dengan siklus III dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode role playing dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa pada pelajaran bahasa inggris di Kelas X AP 1 SMK Yapensu Sungailiat. Kata kunci : Metode Role playing, Media gambar, Kemampuan Berbicara.

Upload: rusnaini

Post on 25-May-2015

10.064 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal metode role playing dan media gambar

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING DAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BERBICARA (SPEAKING) MATERI PROFESSIONMATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS SISWA

KELAS X AP1 SMK YAPENSU SUNGAILIATOleh :

R U S N A I N INIM : 010306789

Email : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian mengenai Penerapan Metode Role Playing Dan Media Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara (Speaking) Materi Profession Mata Pelajaran Bahasa Inggris Siswa Kelas X AP1 SMK YAPENSU Sungailiat telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2013. Yang melatar belakangi penelitian ini adalah kenyataan masih banyak guru yang gaya mengajarnya monoton sehingga menimbulkan siswa malas, bosan dan mengantuk saat proses pembelajaran disebabkan guru belum maksimal dan tidak sesuai antara metode dan media yang digunakan dengan materi. Oleh sebab itu tingkat penguasaan materi rendah, prestasi siswa menurun. Adapun tujuan penelitian ini untuk meningkatkan keaktifan siswa dan profesional guru dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris di SMK Yapensu Sungailiat, sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan Penelitian Tindakan Kelas melalui tiga siklus. Pada siklus I penulis memberikan materi dengan metode work individually hasilnya kurang memuaskan. Pada siklus II, siswa menunjukkan hasil yang agak memuaskan. Begitu juga pada siklus III hasil yang diperoleh sangat memuaskan. Dari hasil observasi kemampuan berbicara speaking) siswa meningkat dari siklus I = 46,34% pada siklus II = 73,17%, sedangkan pada siklus III = 100%. Dari hasil siklus I sampai dengan siklus III dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode role playing dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa pada pelajaran bahasa inggris di Kelas X AP1 SMK Yapensu Sungailiat.

Kata kunci : Metode Role playing, Media gambar, Kemampuan Berbicara.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbicara (speaking) sebagian siswa menganggap suatu kemampuan yang

sulit baik dalam pengucapan (pronounciation) maupun kosa kata (vocabulary)

Page 2: Jurnal metode role playing dan media gambar

bahkan ada siswa yang takut ketika ada pelajaran bahasa Inggris karena merasa

tidak bisa, ada juga yang malas atau mengantuk karena disuruh membaca dan

menulis. Dengan Metode dan Media pembelajaran yang digunakan yang akan lebih

lanjut dibicarakan adalah metode bermain peran (role playing) dan media yang

berupa gambar (picture) yang diterapkan pada penelitian ini sehingga siswa dapat

memperoleh manfaat yang maksimal baik dari proses maupun hasil belajarnya.

Penulis disini menemukan pembelajaran bahasa Inggris di kelas X AP1

materi Profession sangat rendah, dimana 41 siswa terdapat 9 orang = 21,95% siswa

yang mampu menguasai materi Profession tersebut dengan cukup baik dan

memperoleh nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75, sedangkan

sebagian siswa lainnya mendapatkan nilai di bawah Kreteria Ketuntasan Minimal

(KKM) 75. Kondisi ini akhirnya dapat mempengaruhi kemampuan berbicara siswa

dalam melakukan proses pembelajaran Bahasa Inggris.

Berdasarkan permasalahan diatas, penulis bermaksud melakukan perbaikan

pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbicara dalam materi ”Profession

(profesi)” melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas

(research class room) yaitu suatu kegiatan menguji cobakan suatu ide dalam praktik

atau situasi nyata dalam harapan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan

meningkatkan kualitas proses belajar mengajar (Ryanto, 2001).

1. Identifikasi Masalah

a. Rendahnya motivasi dan percaya diri siswa dalam proses pembelajaran.

b. Rendahnya tingkat penguasaan berbahasa siswa dalam berbicara (speaking)

c. Metode yang digunakan guru tidak sesuai dengan karakteristik materi

d. Guru tidak menggunakan media pembelajaran

2. Analisis Masalah

a. Metode yang digunakan guru tidak menarik siswa selain itu guru kurang

bervariasi atau monoton dalam mengajar.

b. Media yang digunakan oleh guru tidak sesuai dengan materi yang diajarkan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi terhadap pembelajaran yang

sudah dilaksanakan, permasalahan tersebut diatas, yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Apakah Penerapan Metode Role Playing Dan

Media Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara (Speaking)

Page 3: Jurnal metode role playing dan media gambar

Materi Profession Mata Pelajaran Bahasa Inggris Siswa Kelas X AP1 SMK

YAPENSU Sungailiat ?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun penelitian ini bertujuan

sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa kelas X AP1

melalui Metode Role Playing dan Penggunaan Media Gambar (picture).

2. Untuk mengetahui dampak Metode Role Playing dan Penggunaan Media

Gambar (picture) terhadap kemampuan berbicara (speaking).

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk :

1. Siswa :

Termotivasi agar lebih antusias dan kreatif dalam penyelesaian pembelajaran

bahasa Inggris sehingga mempermudah pengajaran pada materi berbicara

(speaking).

2. Guru :

Meningkatkan keterampilan mengajar guru menggunakan metode role playing

dan meningkatkan kreatifitas dan inovasi guru dalam melaksanakan proses

pembelajaran Bahasa Inggris.

3. Sekolah

Meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan meningkatkan Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan sekolah.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Metode Role Playing

Bermain peran merupakan suatu permainan dimana pemain memainkan

peran untuk merajut sebuah cerita bersama berdasarkan karakteristik tokoh tersebut.

Menurut Hayes (1989) “Role playing activity merupakan salah satu metode yang

dapat meningkatkan metode pembangunan karakter siswa”. Santrock (1995: 272)

menyatakan bahwa “bermain peran (role play) adalah suatu kegiatan yang

Page 4: Jurnal metode role playing dan media gambar

menyenangkan secara lebih lanjut bermain peran merupakan suatu kegiatan yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan”. Santrock juga menyatakan

“bermain peran memungkinkan anak mengatasi frustasi dan merupakan suatu

medium bagi ahli terapi untuk mengalisis konflik-konflik anak dan cara-cara

mereka mengatasinya”. Menurut Corsini (1996) menyatakan bahwa “bermain peran

dapat digunakan sebagai alat untuk mendiagnosa dan mengerti seseorang dengan

cara mengamati perilakunya waktu memerankan dengan spontan situasi-situasi

atau kegiatan yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya”.

(www.psychogymania.com diunduh tgl 15 maret 2013)

B. Media Gambar Pendukung Proses Pembelajaran

Media adalah alat yang dipakai sebagai saluran (channel) untuk

menyampaikan suatu pesan (Message) atau informasi dari sumber (resource)

kepada penerimanya (receiver). Sebagai seorang guru media pembelajaran bukanlah

sesuatu yang asing baginya. Dengan media pembelajaran merupakan sesuatu yang

akrab dengan profesinya dan harus digunakannya dalam dalam proses pembelajaran

yang sedangkan guru lakukan agar pembelajaran tersebut bermakna.

Media gambar merupakan pendukung dalam proses belajar mengajar karena

dengan pemanfaatan media pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat dengan

mudah diterima siswa saat materi disampaikan. Apalagi Media pembelajaran yang

ditampilkan itu menarik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan

siswa akan termotivasi untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga

suasan pembelajaran tidak membosankan tapi justru suasana yang menyenangkan.

Menurut Brown (1973) “Media pembelajaran yaitu sebagai alat bantu yang dapat

digunakan oleh guru dalam proses kegiatan pembelajaran”. Tujuan media

pembelajaran yaitu untuk membantu guru menyampaikan pesan atau informasi

secara lebih mudah kepada siswa sehingga dapat menguasai pesan-pesan tersebut

secara cepat dan akurat dan yang dikomunikasikan diserap semaksimal mungkin

oleh para siswa sebagai penerima pesan.

C. Kemampuan Berbicara

1. Arti berbicara

Berbicara (speaking) adalah sesuatu yang mengandung maksud dan

dirancang untuk menghasilkan beberapa efek atau akibat pada lingkungan dan

para penyimak dan para pembaca, Brown dalam Tarigan, 1981 : 10-13).

Page 5: Jurnal metode role playing dan media gambar

Berbicara ada serangkaian perbuatan atau tindakan yang mengandung maksud

dan tujuan. Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi supaya

dapat menyampaikan pikiran secara efektif.

Kriteria dalam perencanaan pengajaran keterampilan berbicara bagi

guru. Harmer (1998 : 122) menyarankan bahwa “suatu perencanaan yang baik

memerlukan variasi yang koherensi yang padu”. Pernyataan ini mengharapkan

guru untuk memberikan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang bervariasi yang

berhubungan satu dengan yang lainnya dimana siswa mempelajar topik yang

sama namun siswa distimulan dengan kegiatan yang bervariasi sehingga siswa

tidak merasa bosan atau jenuh.

2. Pemilihan Materi dalam kemampuan berbicara (speaking)

Para siswa harus dilibatkan dalam bermacam-macam kegiatan lisan,

serta memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih berbicara, oleh sebab itu

guru mampu membuat skenario yang dapat memberi motivasi kepada siswa agar

berlatih dalam berbicara bahasa Inggris. Nunan, (1989 : 51) menyimpulkan dari

sejumlah teori dan penelitian bahwa “belajar berbicara dalam bahasa kedua atau

bahasa asing akan difasilitasi ketika pelajar secara aktif ikut serta dalam

melakukan komunikasi”.

Dari penjelasan diatas guru harus memiliki perencanaan yang baik

sebelum melakukan pembelajaran dikelas. Perencanaan yang baik harus

berdasarkan 4 aspek yang dikemukakan oleh Harmer (1988, selain perencanaan

persiapan materi dengan baik, guru harus mempertimbangkan metode yang baik

dan cocok dengan materi yang akan diajarkan. Proses belajar mengajar yang

dikenal dengan pembelajaran kontekstual (contexual teaching and learning)

menyatakan bahwa belajar akan bermakna ketika guru mampu menyelaraskan

materi yang dipelajari dengan konteks kehidupan yang nyata dan siswa sesuai

dengan apa yang sedang mereka pelajari.

Menurut Hadfield dan Hammer (1971), bahwa prosedur pengajaran

keterampilan berbicara memiliki 3 (tiga) tingkatan, umumnya adalah : kegiatan

awal (setting up, engage)¸ kegiatan inti (speaking practice), umpan balik (feed

back) dan memperkenalkan EAS singkatan dari kegiatan awal (engage),

kegiatan inti (speaking), belajar (study), keduanya hanya berbeda pada istilah.

Pemilihan materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga dalam

proses pembelajaran siswa merasa lebih aktif dan termotivasi karena siswa dapat

Page 6: Jurnal metode role playing dan media gambar

menguasai materi itu dengan baik dan siswa merasa nyaman dalam proses

kegiatan belajar di dalam kelas.

D. Profesi (profession)Pengertian profesi adalah suatu hal yang berkaitan dengan bidang tertentu

atau jenis pekerjaan (occupation) yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan

keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetapi belum dikatakan memiliki

profesi yang sesuai. Seseorang mengatakan bahwa profesinya sebagai seorang guru,

penyanyi, pedagang, arsitek, dokter, perawat, pengacara, penari dan sebagainya.

Menurut Walter Johnson (1959) definisi profesi :

Seseorang yang menampilkan suatu tugas khusus yang mempunyai tingkat kesulitan lebih dari biasa dan mempersyaratkan waktu persiapan dan pendidikan cukup lama untuk menghasilkan pencapaian kemampuan, keterampilan dan pengetahuan berkadar tinggi.

Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian

(expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Artinya,

profesi mempunyai kemampuan yang diperoleh dari pendidikan khusus. Menurut

pendapat Didi Atmadilaga, menafsirkan makna “profesi” yang dikemukakan dalam

Encyclopedia of Social Sciences sebagai berikut :

...Wewenang praktek suatu kejuruan yang bersifat pelayanan pada kemanusiaan secara intelektual spesifik yang sangat tinggi, yang didukung oleh penguasaan pengetahuan keahlian serta seperangkat sikap dan keterampilan tehnik, yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan khusus, yang penyelenggaraannya dilimpahkan kepada lembaga pendidikan tinggi ... yang bersama memberikan izin praktek atau penolakan praktek dan kelayakan praktek dilindungi oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik yang diawasi langsung oleh pemerintah maupun assosiasi profesi yang bersangkutan.

Selanjutnya Walter Johnson (1959) mengartikan pertugas profesional

(profesionals) sebagai”... seseorang yang menampilkan suatu tugas khusus yang

mempunyai tingkat kesulitan lebh dari biasa dan mempersyaratkan waktu persiapan

dan pendidikan cukup lama untuk menghasilkan pencapaian kemampuan,

keterampilan dan pengetahuan yang berkadar tinggi”.

E. Pembelajaran Bahasa Inggris

Pembelajaran suatu usaha untuk membuat siswa belajar. Dalam kegiatan

pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan

Page 7: Jurnal metode role playing dan media gambar

sehingga ditarik kesimpulan aspek yang terlihat adalah siswa, proses belajar dan

situasi belajar. Menurut (Depdiknas 2004:6) menyatakan bahwa :

Bahasa Inggris merupakan alat berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Berkomunikasi dalam bahasa Inggris dimaksud untuk memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya.

F. Hasil Belajar

Untuk mengetahui hasil belajar digunakan bermacam-macam cara dengan

melaksanakan evaluasi, pengukuran, penilaian dan tes dalam proses kegiatan

pembelajaran, Stuffbeam dalam Abin Syamsudin Maknan (1996) mengemukakan

“Educational evaluation is the process of delineating, obtaining and providing

useful, information for judging decision alternative,”

Menurut Stuffbeam (1996) menyatakan “esensi evaluasi adalah memberikan

informasi untuk kepentingan pengambilan keputusan”. Evaluasi adalah kegiatan

identifikasi untuk melihat apakah program yang direncanakan sudah tercapai atau

belum, berharga atau tidak melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Menurut

Mendikbud (1980, dalam Setiyadi 2007:2.24) menyatakan bahwa:

terdapat 10 kemampuan dasar guru yang sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Kemampuan dasar guru tersebut antara lain penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep dasar keilmuannya, pengelolaan program belajar mengajar, pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber pembelajaran, penguasaan landasan-landasan kependidikan, pengelolaan interaksi belajar mengajar, penilaian prestasi siswa, pengenalan dan penyelenggaraan administrasi dan pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu pengajaran.

Penilaian dalam proses kegiatan pembelajaran di kelas dilakukan untuk

mengetahui kemajuan dari hasil belajar siswa. Dengan penilaian ini dapat

mendiagnosa kesulitan yang dialami siswa dalam belajar, serta memberi umpan balik

untuk perbaikan proses kegiatan belajar mengajar. Menurut Slameto (2003: 62)

mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar secara garis besar

terdiri dari dua faktor utama, yaitu:

faktor internal yang terdiri atas faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan) dan faktor kelelahan. Faktor eksternal terdiri atas faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi

Page 8: Jurnal metode role playing dan media gambar

pendidik dengan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin sekolah, alat belajar, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung), faktor masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Yapensu Sungailiat dan khususnya

penelitian ini dilaksanakan di kelas X AP1 yang siswanya pberjumlah 41 orang yang

terdiri dari 3 orang siswa laki-laki dan 38 orang siswa perempuan.

Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi SMK Yapensu Sungailiat dan

khusunya penelitian ini dilaksanakan di kelas X AP1 yang siswanya berjumlah 41

orang yang terdiri dari 3 orang siswa laki-laki dan 38 orang siswa perempuan.

B. Waktu Penelitian

Adapun waktu pelaksanaan mulai dari pembelajaran normal, siklus I, siklus

II dan siklus III adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Waktu Penelitian

Jam ke

Mata PelajaranPokok

Bahasan Pembelajaran Waktu Pelaksanaan

1 - 2 Bahasa InggrisBerbicara (speaking)

Pra siklus 09 Oktober 2012

1 - 2 Bahasa InggrisBerbicara (speaking)

Siklus I 14 Maret 2013

1 - 2 Bahasa InggrisBerbicara (speaking)

Siklus II 21 Maret 2013

1 - 2 Bahasa InggrisBerbicara (speaking)

Siklus III 26 Maret 2013

Page 9: Jurnal metode role playing dan media gambar

C. Deskripsi Per-Siklus

Penelitian dilaksanakan awalnya dengan pembelajaran pra siklus yaitu

proses pembelajaran dengan metode work induvidually dan penelitian ini

dilaksanakan 3 siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksaan tindakan,

pengamatan, dan refleksi.

1. Pra siklus

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan sebelum melaksanakan tindakan maka perlu

tindakan persiapan. Adapun kegiatan pada tahap ini adalah :

1) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang terdiri dari

penentuan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator.

2) Menyampaikan materi profesi (profession) pada siswa dengan

menggunakan metode work individually dan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai.

3) Membuat soal test dengan metode work individually yang memasukkan

bagian speaking didalamnya.

4) Menyiapkan lembar evaluasi siswa.

b. Pelasanaan Tindakan

Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang

telah dibuat. Dalam pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama

pembelajaran

c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.

Dalam hal ini guru sebagai peneliti melihat perkembangan siswa selama

melaksanakan pembelajaran berbicara (speaking).

d. Refleksi

Guru dan juga sebagai peneliti melakukan analisa atau data yang

telah didapat pada saat proses pembelajaran. Analisa ini digunakan sebagai

evaluasi apakah memiliki pengaruh terhadap perkembangan kemampuan

berbicara bahasa Inggris siswa atau tidak. Dalam refleksi ini peneliti

mengkaji apa yang telah atau belum berhasil dalam penerapan penelitian

tersebut.

Page 10: Jurnal metode role playing dan media gambar

2. Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan sebelum melaksanakan tindakan maka perlu

tindakan persiapan. Adapun kegiatan pada tahap ini adalah :

1) Penyusunan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP). Pada RPP siklus I

fokus pada perbaikan pembelajaran adalah peningkatan respon siswa dan

hasil belajar siswa terhadap pembelajaran berbicara (speaking)

2). Membuat soal test dengan metode role playing yang memasukkan

bagian speaking didalamnya

3) Menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.

4) Membentuk kelompok

5) Memberikan penjelasan pada siswa cara kerja bermain peran (role

playing).

b. Pelasanaan Tindakan

Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang

telah dibuat. Dalam pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama

pembelajaran, siswa dibimbing untuk belajar bahasa Inggris melalui bermain

peran (role playing) yaitu langkah-langkah yang dilakukan sesuai dengan

skenario pembelajaran.

c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.

Dalam hal ini guru sebagai peneliti melihat perkembangan siswa selama

melaksanakan metode role playing yang telah diterapkan. Apakah siswa

mengalami kesulitan dalam menerapkan metode role playing tersebut.

d. Refleksi

Guru dan juga sebagai peneliti melakukan analisa atau data yang

telah didapat pada saat penerapan metode role playing. Analisa ini digunakan

sebagai evaluasi terhadap kinerja bermain peran apakah memiliki pengaruh

terhadap perkembangan kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa atau

tidak. Dalam refleksi ini peneliti mengkaji apa yang telah atau belum berhasil

dalam penerapan penelitian, apa yang telah berhasil dan kenapa hal ini terjadi.

Page 11: Jurnal metode role playing dan media gambar

3. Siklus II

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan sebelum melaksanakan tindakan maka perlu

tindakan persiapan. Adapun kegiatan pada tahap ini adalah :

1) Penyusunan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) dengan tujuan

perbaikan. Pada RPP siklus II fokus pada perbaikan pembelajaran adalah

peningkatan respon siswa dan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran

berbicara (speaking).

2) Membuat soal test dengan metode role playing yang memasukkan

bagian speaking didalamnya

3) Menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.

4) Membentuk kelompok

5) Memberikan penjelasan pada siswa cara kerja bermain peran (role

playing).

b. Pelaksanaan Tindakan

Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang

telah dibuat. Dalam pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama

pembelajaran, siswa dibimbing untuk belajar bahasa Inggris melalui bermain

peran (role playing).

c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.

Dalam hal ini guru sebagai peneliti melihat perkembangan siswa selama

melaksanakan metode role playing dan media gambar yang telah diterapkan.

Apakah siswa mengalami kesulitan dalam menerapkan metode role playing

tersebut.

d. Refleksi

Guru dan juga sebagai peneliti melakukan analisa atau data yang

telah didapat pada saat penerapan metode role playing. Analisa ini digunakan

sebagai evaluasi terhadap kinerja bermain peran apakah memiliki pengaruh

terhadap perkembangan kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa atau

tidak. Dalam refleksi ini peneliti mengkaji apa yang telah atau belum berhasil

dalam penerapan penelitian, apa yang telah berhasil dan kenapa hal ini terjadi.

Refleksi dilakukan langsung setelah rencana perbaikan pembelajaran (RPP)

Page 12: Jurnal metode role playing dan media gambar

bersama dengan supervisor 2. Hasil diskusi pada refleksi II dijadikan

masukan pada siklus III.

4. Siklus III

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan sebelum melaksanakan tindakan maka perlu

tindakan persiapan. Adapun kegiatan pada tahap ini adalah :

1) Penyusunan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP dan tujuan perbaikan.

Pada RPP siklus II fokus pada perbaikan pembelajaran adalah peningkatan

respon siswa dan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran berbicara

(speaking).

2) Membuat soal test dengan metode role playing yang memasukkan bagian

speaking didalamnya.

3) Menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.

4) Membentuk kelompok

5) Memberikan penjelasan pada siswa cara kerja bermain peran (role

playing).

b. Pelasanaan Tindakan

Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang

telah dibuat. Dalam pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama

pembelajaran, siswa dibimbing untuk belajar bahasa Inggris melalui bermain

peran (role playing).

c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.

Dalam hal ini guru sebagai peneliti melihat perkembangan siswa selama

melaksanakan metode role playing dan media gambar yang telah diterapkan.

Pengamatab ditekankan pada hasil belajar siswa.

d. Refleksi

Guru dan juga sebagai peneliti melakukan analisa atau data yang

telah didapat pada saat penerapan metode role playing dan media gambar.

Analisa ini digunakan sebagai evaluasi terhadap kinerja bermain peran apakah

memiliki pengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbicara bahasa

Inggris siswa atau tidak. Refleksi dilakukan langsung setelah rencana perbaikan

Page 13: Jurnal metode role playing dan media gambar

pembelajaran (RPP) bersama dengan supervisor 2. Hasil diskusi pada refleksi

III dijadikan pelaporan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Setelah dilaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) dari siklus I sampai siklus III, didapatkan hasil sebagai

berikut:

1. Hasil Pra Siklus

a. Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi yang dilakukan oleh guru

bersama supervisor 2 bahwa hasil belajar siswa pada pra siklus masih rendah

hal ini disebabkan guru dalam proses pembelajaran menggunakan metode work

individually, sehingga nilai atau hasil belajar siswa yang di dapat dari

pembelajaran pra siklus merupakan dasar penilaian terhadap perkembangan

hasil belajar siswa.

Kemampuan siswa dalam penguasaan konsep pada pra siklus

dengan rata-rata kelas sebesar 65,71 dengan rincian siswa yang

mendapat nilai ≤ 75 sebanyak 32 orang siswa atau 78,05% termasuk

dalam kategori belum tuntas, dan yang mendapat nilai ≥ 75 sebanyak 9

orang siswa atau 21,95% termasuk dalam kategori tuntas.

b. Hasil Observasi

Hasil observasi terhadap hasil belajar siswa pada pra siklus dapat

diketahui bahwa presentase ketuntasan belajar siswa baru sebanyak 9

orang siswa atau sebesar 21,95% dari seluruh siswa dalam satu kelas

dengan nilai rata-rata kelas sebesar 65,71. Hal ini menunjukan bahwa

ketercapaian target pada pra siklus ini masih jauh dari harapan, yaitu

85% siswa dalam satu kelas harus mencapai kreteria ketuntasan minimal

(KKM) 75.

c. Refleksi

Hasil observasi terhadap guru melalui proses pembelajaran dan

Page 14: Jurnal metode role playing dan media gambar

hasil belajar siswa dengan menerapkan metode work individually

direfleksi dengan menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian

disimpulkan bahwa siswa belum mencapai tingkat ketuntasan seperti

yang diharapkan yang ditunjukan dengan siswa yang mencapai

ketuntasan belajar hanya sebanyak 9 orangs siswa = 21,95%. Sedangkan

target ketuntasan yang ditetapkan yaitu 85% dari seluruh siswa dalam

satu kelas harus menguasai 75% materi pembelajaran.

Adapun permasalahan dalam proses pembelajaran pada Pra Siklus ini

yang merupakan penyebab dari rendahnya ketuntasan belajar siswa, sebagai

berikut:

1. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru hanya menggunakan metode

tunggal, yaitu metode work individually, dimana proses pembelajaran

berpusat pada guru dan berlangsung secara monoton dan tidak menarik,

sehingga siswa menjadi bosan dan pasif. hal ini menunjukan bahwa

pengetahuan guru terhadap metode pembelajaran sangat kurang

2. Guru kurang menguasai kelas, sehingga kelas menjadi ribut dan peserta

didik sibuk dengan kegiatan masing masing tanpa memperhatikan materi

pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

Dari kelemahan kelemahan tersebut diatas, maka dicarikan solusi

sebagai berikut:

1. Guru mencoba untuk menerapkan metode pembelajaran yang diasumsikan

dapat menjadikan suasana pembelajaran lebih menarik, sehingga siswa

berminat dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, yaitu metode role

playing dalam pelaksanaan pembelajaran pada Siklus I.

2. Penguasaan kelas yang baik dari guru melalui perhatian yang merata

terhadap siswa baik secara individu maupun kelompok.

2. Hasil Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan pembelajaran Siklus I didasarkan pada kekurangan

pembelajaran Pra Siklus. Untuk meningkatkan kemampuan berbicara

(speaking) dengan menggunakan metode bermain peran (role playing). Adapun

kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Page 15: Jurnal metode role playing dan media gambar

1) Penyusunan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP). Pada RPP siklus I

fokus pada perbaikan pembelajaran adalah peningkatan respon siswa dan

hasil belajar siswa terhadap pembelajaran berbicara (speaking).

2). Membuat soal test dengan metode role playing yang memasukkan bagian

speaking didalamnya

3). Menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.

4) Membentuk kelompok

5) Memberikan penjelasan pada siswa mengenai bermain peran (role

playing).

b. Pelaksanaan

Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah

dibuat. Guru menjadi fasilitator selama pembelajaran, siswa dibimbing untuk

belajar bahasa melalui bermain peran (role playing) sesuai dengan skenario

pembelajaran.

c. Pengamatan

Kemampuan siswa dalam penguasaan konsep pada siklus I siswa yang

mendapat nilai < 75 sebanyak 22 orang siswa = 53,66% termasuk dalam kategori

belum tuntas, dan yang mendapat nilai ≥ 75 sebanyak 19 orang = 46,34%

termasuk dalam kategori tuntas.

d. Refleksi

Hasil observasi terhadap guru melalui proses pembelajaran dan hasil

belajar siswa dengan menerapkan metode bermain peran (role playing) direfleksi

dengan menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian pada Refleksi siklus I ini,

siswa belum mencapai tingkat ketuntasan seperti yang diharapkan walaupun

mengalami peningkatan yang cukup berarti dibandingkan dengan pra siklus

yang ditunjukan dengan nilai rata rata kelas sebesar 72,12 dan siswa yang

mencapai ketuntasan belajar meningkat sebanyak 19 siswa = 46,34%, berarti

meningkat sebanyak 10 siswa atau 24,39 dibandingkan pra siklus. Adapun

permasalahan dalam proses pembelajaran pada Siklus I ini yang merupakan

penyebab dari belum tercapainya ketuntasan belajar siswa, sebagai berikut:

1. Siswa dan guru masih dalam penyesuaian metode bermain peran (role

playing) yang diterapkan dalam perbaikan pembelajaran siklus I.

2. Guru kurang menguasai kelas, dan mengatur waktu sehingga proses

pembelajaran terkesan terburu-buru.

Page 16: Jurnal metode role playing dan media gambar

Dari kelemahan kelemahan tersebut di atas, maka dicarikan solusi

sebagai berikut:

1. Guru merencanakan untuk dapat mengatur waktu dalam proses perbaikan

menggunakan metode bermain peran (role playing) dalam proses

pembelajaran kemampuan berbicara (speaking).

2. Guru merencanakan pelaksanaan pembelajaran melalui metode bermain peran

(role playing) diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbicara

(speaking) siswa dalam proses kegiatan pembelajaran di dalam kelas.

2. Hasil Siklus II

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan sebelum melaksanakan tindakan maka perlu

tindakan persiapan. Adapun kegiatan pada tahap ini adalah :

1) Penyusunan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) Pada RPP siklus II

fokus pada perbaikan pembelajaran adalah peningkatan respon siswa dan

hasil belajar siswa terhadap pembelajaran berbicara (speaking) agar mencapai

Kriterian Ketuntansan Minimal (KKM) kelas X AP1 yaitu 75 (RPP terlampir)

2) Membuat soal test dengan metode role playing yang memasukkan bagian

speaking didalamnya yang akan diadakan untuk mengetahui hasil belajar

siswa.

3) Menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.

4) Membentuk kelompok yang bersifat heterogen baik dari segi kemampuan

akademis, jenis kelamin, maupun etnis.

5) Memberikan penjelasan pada siswa mengenai teknik pelaksanaan model

pembelajaran yang akan dilaksanakan.

b. Pelaksanaan

Untuk melakukan perbaikan pembelajaran siklus II dengan penerapan

metode Role playing materi Profesi yang dilakukan sesuai dengan skenario

pembelajaran.

c. Pengamatan

kemampuan siswa dalam berbicara (speaking) pada siklus II dengan

nilai rata-rata kelas sebesar 76,93 dengan rincian siswa yang mendapat nilai <

75 sebanyak 11 orang siswa atau 26,83% termasuk dalam kategori belum tuntas,

Page 17: Jurnal metode role playing dan media gambar

dan siswa mendapat nilai ≥ 75 sebanyak 30 orang siswa atau 73,17% termasuk

dalam kategori tuntas.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

1). Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan metode

bermain peran (role playing).

2). Melakukan refleksi terhadap penerapan metode bermain peran (role playing)

dan mempertimbangkan langkah pembelajaran selanjutnya.

3). Melakukan refleksi terhadap keaktifan siswa dalam pembelajaran

Kemampuan berbicara (speaking) materi profesi.

4. Hasil Siklus III

` a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan sebelum melaksanakan tindakan maka perlu

tindakan persiapan. Adapun kegiatan pada tahap ini adalah :

1) Penyusunan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) Pada RPP siklus III fokus

pada perbaikan pembelajaran adalah peningkatan respon siswa dan hasil belajar

siswa terhadap pembelajaran berbicara (speaking) agar mencapai Kriterian

Ketuntansan Minimal (KKM) kelas X AP1 yaitu 75 (RPP terlampir)

2) Membuat soal test dengan metode role playing yang memasukkan bagian

speaking didalamnya yang akan diadakan untuk mengetahui hasil belajar siswa.

3) Menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.

4) Membentuk kelompok yang bersifat heterogen baik dari segi kemampuan

akademis, jenis kelamin, maupun etnis.

5) Memberikan penjelasan pada siswa mengenai teknik pelaksanaan model

pembelajaran yang akan dilaksanakan.

b. Pelaksanaan

Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah

dibuat. Dalam pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama

pembelajaran, siswa dibimbing untuk belajar bahasa Inggris melalui bermain

peran (role playing) sesuai dengan skenario pembelajaran.

c. Pengamatan

Kemampuan siswa dalam kemampuan berbicara (speaking) siklus III

dengan nilai rata-rata kelas sebesar 81,07 dengan rincian tidak ada lagi siswa

Page 18: Jurnal metode role playing dan media gambar

yang mendapat nilai < 75 termasuk dalam kategori belum tuntas, dan seluruh

siswa mendapat nilai ≥ 75 sebanyak 41 orang siswa atau 100% termasuk dalam

kategori tuntas. Hal ini berarti kreteria ketuntasan minimal yang ditetapkan dapat

tercapai.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

1) Menganalisis kelemahan dan siswa saat menerapkan metode bermain peran

(role playing).

2) Melakukan refleksi terhadap penerapan bermain peran (role playing) dan

menggunakan media gambar untuk pertimbangkan langkah pembelajaran

selanjutnya.

3) Melakukan refleksi terhadap keaktifan siswa dalam pembelajaran Bahasa

Inggris materi profesi.

4) Melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa.

5) Menganalisis hasil akhir penelitian.

Berdasarkan tahapan kegiatan perbaikan Siklus III ini, siswa sudah

mencapai keaktifan dan ketuntasan seperti yang diharapkan yang ditunjukkan

dengan nilai rata-rata kelas sebesar 81,07 dan siswa yang mencapai ketuntasan

belajar sebanyak 41 orang peserta didik atau 100%. Hal ini melebihi target

ketuntasan yang ditetapkan yaitu 85% dari seluruh siswa dalam satu kelas harus

menguasai 75% materi pelajaran.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan/observasi kemampuan berbicara (speaking)

terhadap 41 orang siswa kelas X AP1 SMK Yapensu Sungailiat selama dilakukan

perbaikan pembelajaran dapat disimpulkan bahwa penerapan metode bermain peran

(role playing) dan media gambar (picture) dapat meningkatkan hasil belajar siswa

pada pembelajaran Kemampuan berbucara (speaking) materi Profesi untuk

peningkatan hasil belajar siswa. Sehingga hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai

seperti pendapat Cocco, De, 1968, dalam Ibrahim, et. al. (2007: 3.9), “untuk

meningkatkan hasil belajar siswa, guru harus bisa menumbuhkan motivasi dalam diri

siswa”.

Page 19: Jurnal metode role playing dan media gambar

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan melalui penerapan metode

bermain peran (role playing)

2. Penggunaan metode bermain peran (role playing) untuk meningkatkan

kemampuan berbicara siswa karena didalam kegiatan metode role playing

sudah tercangkup semua kompetensi didalamnya dan dapat meningkatkan

partisipasi aktif para siswa dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris

khususnya Kemampuan Berbicara (speaking).

3. Penggunaan Alat peraga merupakan segala sesuatu alat yang dapat menunjang

keefektifan dan keefisiensi penyampaian, pengembangan dan pemahaman

informasi atau pesan pembelajaran. Media gambar dimanfaatkan oleh guru

dalam pembelajaran agar materi dapat dengan mudah diterima oleh siswa

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan saran untuk upaya

meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Inggris adalah sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran Bahasa Inggris khususnya kemampuan berbicara

(speaking) dapat dilakukan untuk dapat menciptakan konteks yang bermakna

bagi peningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

2. Menggunakan media pembelajaran yang sesuai dan menarik sehingga dapat

meningkatkan pemahaman siswa.

3. Guru hendaknya menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif dan

menyenangkan sehingga siswa tidak jenuh atau mengantuk dalam proses

kegiatan pembelajaran di kelas.

Page 20: Jurnal metode role playing dan media gambar

DAFTAR PUSTAKA

Setiyadi Bambang, Ag., dkk. (2008), TEFL 2. Jakarta : Universitas Terbuka.

Setiyadi, Ag., Junaidi, Mistar, (2007). Strategi Pembelajaran Bahasa Inggris Jakarta : Universitas Terbuka.

Menurut Tarigan. (1981). Batasan dan Tentang Bahasa dalam Berbicara Sebagai suatu siswa Kelas 2 SMP Negeri 6 Serang. Jakarta : mhtml : file//F:\majalah %20 skripsi %20 PENGARUH %20 PENGUASAAN %20 TEORI %20 BE.

http://www.sekolahdasar.net/2012/03.media-gambar-pendukung-proses-html?m=1 diunduh tanggal 15 Maret 2013.

http://zulkifli media pembelajaran.wordprese.com/292/05/15/pengertian-media-menurut-para-ahli/.

http://www.sarjanaku.com/2011/05/pengertian-mediapemanfaatan-media-html?m=1 diunduh tanggal 15 Maret 2013.

http://www.psychogymania.com. Diunduh tanggal 15 Maret 2013.

Suyitno, Amin. 2004.Pemilihan model-model Pembelajaran dan penerapannya di sekolah Semarang : PPS UNNES.

Suminarsih. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran : LPMP Jawa Tengah.

Menurut Harmer. (1998;122). Pemilihan Materi yang Baik dalam Keterampilan Berbicara Dalam Setiyadi Bambang, Ag., dkk. TEFL 2, Jakarta : Universitas Terbuka.

Menurut Nunan. (1989:51). Pemilihan Metode yang dapat Mendorong Siswa untuk Berbicara Bahasa Inggris Dalam Setiyadi Bambang, Ag., dkk TEFL 2. Jakarta : Universitsa Terbuka.

Stuffbeam (Abin Syamsudin Makman, 1996). Hasil Belajar. Dalam Rachmadie, Sabrony H, andi dan Sudja’h Moch. TEFL IV. Jakarta : Universitas Terbuka.

Menurut Johnson Walter (Satori Djam’an, dkk. 2007). Defini Profesi. Profesi Keguruan. Jakarta : Universitas Terbuka.

Menurut Didi Atmadilaga (Satori Djam’an, dkk. 2007) Makna Profesi. Dalam Encyclopedia of Social Sciences. Profesi Keguruan Jakarta : Universitas Terbuka.