penilaian kps

18
Bagian Ke-1 dari 4 seri artikel Penilaian Keterampilan Proses Sains: 1. Pengantar 2. Pentingnya penilaian keterampilan proses sains 3. Komponen penilaian keterampilan proses sains 4. Pelaksanaan penilaian keterampilan proses sains 1. Pengantar Perkembangan ilmu pengetahuan sains saat ini, menunjukkan bahwa ilmu sains memiliki peran yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Berkembangnya teknologi rekayasa baik pada aspek fisik maupun aspek biologi kehidupan, semakin mempertegas peran ilmu sains dalam meningkatkan kesejahteraan manusia, baik dalam bidang pangan dan kesehatan maupun dalam kebutuhan sandang. Seiring dengan tren kemajuan peradaban yang dicapai manusia dalam generasi ini, peran pendidikan di sekolah tak dapat disangkal. Oleh karena itu, penyelenggaran pendidikan harus dapat menjamin terjadinya kesesuaian dengan kebutuhan manusia dalam kehidupan di masa depan. Menyiapkan anak untuk hidup di masa yang depan, harus dapat dibekali dengan modalitas belajar yang berdasar pada kemampuan berpikir. Menurut Blosser (1973), proses pembelajaran sains cenderung menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi dan menumbuhkan kemampuan berfikir. Pembentukan sikap ilmiah seperti ditunjukan oleh para ilmuawan sains dapat dikembangkan melalui keterampilan-keterampilan proses sains. Sehingga keterampilan proses sains, dapat digunakan sebagai pendekatan dalam pembelajaran. Di samping sebagai sebuah pendekatan dalam pembelajaran sains, keterampilan proses merupakan skill yang harus dimiliki anak sebagai modal dasar memahami ilmu sains. Keterampilan proses

Upload: heri-e-asysyakiri

Post on 30-Nov-2015

650 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

penilaian keterampilan proses sains

TRANSCRIPT

Page 1: Penilaian KPS

Bagian Ke-1 dari 4 seri artikel Penilaian Keterampilan Proses Sains:

1. Pengantar2. Pentingnya penilaian keterampilan proses sains3. Komponen penilaian keterampilan proses sains4. Pelaksanaan penilaian keterampilan proses sains

1. Pengantar

Perkembangan ilmu pengetahuan sains saat ini, menunjukkan bahwa ilmu

sains memiliki peran yang sangat vital dalam kehidupan manusia.

Berkembangnya teknologi rekayasa baik pada aspek fisik maupun aspek

biologi kehidupan, semakin mempertegas peran ilmu sains dalam

meningkatkan kesejahteraan manusia, baik dalam bidang pangan dan

kesehatan maupun dalam kebutuhan sandang. Seiring dengan tren

kemajuan peradaban yang dicapai manusia dalam generasi ini, peran

pendidikan di sekolah tak dapat disangkal. Oleh karena itu, penyelenggaran

pendidikan harus dapat menjamin terjadinya kesesuaian dengan kebutuhan

manusia dalam kehidupan di masa depan.

Menyiapkan anak untuk hidup di masa yang depan, harus dapat dibekali

dengan modalitas belajar yang berdasar pada kemampuan berpikir. Menurut

Blosser (1973), proses pembelajaran sains cenderung menekankan pada

pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi dan

menumbuhkan kemampuan berfikir. Pembentukan sikap ilmiah seperti

ditunjukan oleh para ilmuawan sains dapat dikembangkan melalui

keterampilan-keterampilan proses sains. Sehingga keterampilan proses

sains, dapat digunakan sebagai pendekatan dalam pembelajaran.

Di samping sebagai sebuah pendekatan dalam pembelajaran sains,

keterampilan proses merupakan skill yang harus dimiliki anak sebagai modal

dasar memahami ilmu sains. Keterampilan proses memiliki kedudukan yang

sangat penting dalam memahami pengetahuan sains. Dalam hal ini,

terbentuknya pengetahuan dalam sains  dilakukan melalui proses yang

ilmiah (metode ilmiah). Keterampilan yang mendasari premis yang mengatur

metode ilmiah disebut sebagai keterampilan proses sains (Hill, 2003).

Page 2: Penilaian KPS

Menurut Trihastuti (2008), keterampilan proses sains yang dielaborasikan

dalam pembelajaran sains dapat melibatkan berbagai keterampilan baik

yang bersifat intelektual, manual maupun sosial. Dengan terbentuknya

produk  pengetahuan melalui proses kerja ilmiah ini, maka terbentuklah

sikap-sikap ilmiah. Sikap ilmiah ini penting untuk menjaga kemurnian

pengetahuan dan kesinambungan dalam perkembangannya. Oleh karena

itu, pengembangan keterampilan proses sains pada siswa harus terus

dilakukan melalui evaluasi dan penilaian yang berkesinambungan.

Penilaian merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran.

Menurut Aunurrahman (2009), pembelajaran memiliki triangulasi dengan

hubungan yang erat, yaitu tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan

evaluasi atau penilaian. Dari triangulasi ini, penilaian berperan dalam

menyediakan data untuk menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran. 

Dengan dasar tersebut, penulis melakukan kajian tentang penilaian

keterampilan proses sains yang disajikan dalam tulisan berseri ini.

Pentingnya Penilaian Keterampilan Proses Sains

Posted by Mahmuddin pada April 10, 2010

Bagian Ke-2 dari 4 seri artikel Penilaian Keterampilan Proses Sains:

1. Pengantar2. Pentingnya penilaian keterampilan proses sains3. Komponen penilaian keterampilan proses sains4. Pelaksanaan penilaian keterampilan proses sains

2. Pentingnya Penilaian Keterampilan Proses Sains

Salah satu komponen penting dalam sistem pembelajaran adalah penilaian

atau evaluasi. Oleh karena itu, perangkat penilaian merupakan bagian

integral yang dikembangkan berdasarkan tuntutan tujuan pendidikan.

Menurut Arikunto (2009), penilaian dalam pendidikan merupakan sebuah

proses pengumpulan data untuk menentukan ketercapaian tujuan

pendidikan, bahkan aktivitas penilaian dapat pula digunakan untuk

Page 3: Penilaian KPS

mengambil keputusan. Penilaian dilakukan dengan berbagai cara dan

menggunakan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang

kemajuan atau pencapaian kompetensi siswa.

Dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan oleh guru untuk

mengukur perkembangan hasil belajar siswa sebagaimana yang dirumuskan

dalam tujuan pembelajaran. Selain itu, penilaian juga dilakukan untuk

mendiagnosis kesulitan belajar dan memberikan umpan balik kepada siswa.

Dengan demikian, penilaian dilakukan secara terus menerus guna

memastikan terjadinya kemajuan dalam belajar siswa. Hasil penilaian yang

diperoleh, dapat dijadikan sebagai dasar menentukan keputusan tentang

upaya perbaikan pembelajaran. Dalam hal ini upaya bimbingan terhadap

siswa, yang diperlukan untuk memperbaiki hasil pembelajaran.

Sains dan mengajarkan siswa tentang sains memiliki arti lebih dari pada

pengetahuan ilmiah itu sendiriknowledge.. Menurut Rezba (1999), hThere

are three dimensionsal ini disebabkan karena iof science that are all

importalmu pengetahuan dikonstruksi atas tiga dimensi penting. The

first Pertamaof these is the content of science, the basic adalah konten atau

isi dari ilmu pengetahuan, konsep dasarconcepts, and our scientific

knowledge., dan pengetahuan ilmiah. Dimensi ini merupakan dimensi ilmu

pengetahuan yang sangat penting dan umumnya menjadi bahan pemikiran

pertama. Kedua adalah The other two important dimensions of

sciencprosesof doing science and scientific attitudes. kerja sains, di mana

proses sains dalam hal ini adalah keterampilan proses sains yang digunakan

para ilmuan dalam proses melakukan sains atau kerja ilmiah. Ketika siswa

belajar sains menggunakan pendekatan keterampilan proses sains, maka

pada saat yang sama juga belajar tentang keterampilan proses sains.

Dimensi ketiga ilmu pengetahuan adalah sikap ilmiah. Dimensi ini fokus

pada sikap dan “watak” yang menjadi karakter dari sains. Dimensi ini

mencakup hal-hal seperti rasa keingintahuan dan kemampuan imajinasi,

antusiasme dalam mengajukan pertanyaan dan menyelesaikan masalah.

Selain itu, sikap ilmiah yang diperlukan adalah penghargaan terhadap

metode dan nilai-nilai ilmiah. Metode ilmiah dan nilai ilmiah tersebut

Page 4: Penilaian KPS

diperlukan dalam menjawab pertanyaan dengan menggunakan berbagai

macam fakta atau bukti, serta ketelitian dalam menemukan data. Lebih dari

itu, sikap ilmiah yang penting adalah bahwasanya pengetahuan dan teori

ilmiah berubah setiap saat berdasarkan perkembangan informasi. Dalam hal

ini, siswa menyikapi kebenaran dalam ilmu pengetahuan sebagai kebenaran

yang bersifat sementara atau tentatif.

Dalam sifat ketentativan ilmu pengetahuan, guru tidaklah mungkin dapat

mengajarkan semua konten dalam ilmu pengetahuan. Siswa dalam

keterbatasannya pun tidak mungkin dapat mengetahui semua fakta-fakta

yang telah ditemukan oleh para ilmuwan. Oleh karena itu, hal yang paling

rasional dapat dilakukan adalah siswa harus memahami metodologi kerja

sains dan memiliki keterampilan dalam kerja ilmiah atau keterampilan

proses sains. Dengan hal itu, siswa memiliki kompetensi untuk dapat

mengembangkan sendiri pengetahuannya. Pada suatu saat, siswa mungkin

saja dapat memberi kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

Keterampilan proses sains dapat dikatakan sebagai kompetensi yang

bersifat generik. Keterampilan proses sains memiliki peran yang sangat

penting dalam proses pembentukan ilmu pengetahuan.  Dalam hal ini,

kemampuan keterampilan proses sains dapat mempengaruhi perkembangan

pengetahuan siswa. Membiasakan siswa belajar melalui proses kerja ilmiah,

selain dapat melatih detail keterampilan ilmiah dan kerja sistematis, dapat

pula membentuk pola berpikir siswa secara ilmiah. Dengan demikian,

pengembangan keterampilan proses sains dapat berimplikasi pada

pengembangan kemampuan berpikir siswa (high order of thinking).

Oleh karena itu, dalam konteks pembelajaran sains pun harus dirancang

sebagaimana desain tiga dimensi sains yaitu konten/produk pengetahuan,

proses ilmiah dan sikap ilmiah. Dalam hal ini, pembelajaran sains haruslah

mengintegrasikan antara pembelajaran keterampilan kerja ilmiah sebagai

proses penemuan dan pembentukan pengetahuan, pembelajaran konsep

dasar pengetahuan sains sebagai konten/produk sains, dan pembelajaran

sikap ilmiah. Oleh karena pembentukan pengetahuan sains diawali dari

proses yang ilmiah, maka pembelajaran sains pun harus diletakkan dan

Page 5: Penilaian KPS

ditekankan lebih awal pada kemampuan keterampilan proses sains siswa.

Dengan demikian, perkembangan kemampuan keterampilan proses siswa

memiliki peran yang sama penting dan terintegrasi dengan penguasaan

pengetahuan sains dan sikap ilmiah.

Menurut Rezba (1999), pengajaran dan pengukuran keterampilan proses

dapat dilakukan pada seluruh tingkatan kelas. Perbedaan materi dan tingkat

kerumitan, metode dan sistem pengukuran dapat disesuaikan sesuai dengan

tingkat perkembangan siswa. Kemampuan siswa menggunakan proses sains

akan berkembang seiring dengan berkembangnya pengalaman belajar dan

tingkatan kelas atau tingkat kognitif siswa secara biopsikologis. Penilaian

terhadap kemampuan keterampilan proses sains, dapat memberikan

infromasi data status pencapaian keterampilan siswa. Hasil tersebut,

dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan keterampilan proses

selanjutnya serta instrument refleksi terhadap perencanaan dan proses

pembelajaran. Dengan demikian, pentingnya keterampilan proses sains

merupakan dasar dalam pembentukan pengetahuan sains bagi siswa dan

akan digunakan siswa dalam setiap sisi kehidupannya di masa depan.

Komponen Penilaian Keterampilan Proses Sains

Posted by Mahmuddin pada April 10, 2010

Bagian Ke-3 dari 4 seri artikel Penilaian Keterampilan Proses Sains:

1. Pengantar2. Pentingnya penilaian keterampilan proses sains3. Komponen penilaian keterampilan proses sains4. Pelaksanaan penilaian keterampilan proses sains

3. Komponen Penilaian Keterampilan Proses Sains

Metode ilmiah merupakan dasar dari pembentukan pengetahuan dalam

sains. Metode ilmiah dapat diartikan sebagai cara untuk bertanya dan

menjawab pertanyaan ilmiah dengan membuat obsevasi dan melakukan

Page 6: Penilaian KPS

eksperimen. Menurut Hess (2007), terdapat enam langkah-langkah metode

ilmiah, yaitu:

1. Mengajukan pertanyaan atau merumuskan masalah2. Membuat latar belakang penelitian atau melakukan observasi3. Menyusun hipotesis4. Menguji hipotesis melalui percobaan5. Menganalisa data dan membuat kesimpulan6. Mengkomunikasikan hasil

Dalam pembelajaran sains, keenam langkah-langkah metode ilmiah tersebut

dikembangkan dan dijabarkan menjadi sebuah keterampilan proses sains

yang dapat diajarkan dan dilatihkan kepada siswa. Menurut Wetzel (2008), 

keterampilan proses sains merupakan dasar dari pemecahan masalah dalam

sains dan metode  ilmiah. Keterampilan proses sains dikelompokkan menjadi

keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu.

Keterampilan proses dasar

Menurut Rezba (1999) dan Wetzel (2008), keterampilan proses dasar terdiri

atas enam komponen tanpa urutan tertentu, yaitu:

1. Observasi atau mengamati, menggunakan lima indera untuk mencari tahu informasi tentang obyek seperti karakteristik obyek, sifat, persamaan, dan fitur identifikasi lain.

2. Klasifikasi, proses pengelompokan dan penataan objek3. Mengukur, membandingkan kuantitas yang tidak diketahui dengan

jumlah yang diketahui, seperti: standar dan non-standar satuan pengukuran.

4. Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara lain untuk berbagi temuan.

5. Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan pengamatan.6. Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang

diharapkan.

Menurut Rezba (1999), keenam keterampilan proses dasar di atas

terintegrasi secara bersama-sama ketika ilmuan merancang dan melakukan

penelitian, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Semua komponen

Page 7: Penilaian KPS

keterampilan proses dasar penting baik secara parsial maupun ketika

terintegrasi secara bersama-sama. Keterampilan proses dasar merupakan

fondasi bagi terbentuknya landasan berpikir logis. Oleh karena itu, sangat

penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan ke

keterampilan proses yang lebih rumit dan kompleks.

Keterampilan proses sains dapat meletakkan dasar logika untuk

meningkatkan kemampuan berpikir siswa bahkan pada siswa di kelas awal 

tingkat sekolah dasar. Di kelas awal, siswa lebih banyak menggunakan

keterampilan proses sains yang mudah seperti pengamatan dan komunikasi,

namun seiring perkembangannya mereka dapat menggunakan keterampilan

proses sains yang kompleks seperti inferensi dan prediksi (Rezba,

1999).         

Keterampilan proses terpadu

Perpaduan dua kemampuan keterampilan proses dasar atau lebih

membentuk keterampilan proses terpadu. Menurut Weztel (2008),

Keterampilan proses terpadu meliputi:

1. merumuskan hipotesis, membuat prediksi (tebakan) berdasarkan bukti dari penelitian sebelumnya atau penyelidikan.

2. mengidentifikasi variabel, penamaan dan pengendalian terhadap variabel independen, dependen, dan variabel kontrol dalam penyelidikan

3. membuat defenisi operasional, mengembangkan istilah spesifik untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam penyelidikan berdasarkan karakteristik diamati.

4. percobaan, melakukan penyelidikan dan mengumpulkan data5. interpretasi data, menganalisis hasil penyelidikan.

Keterampian proses sebagaimana disebutkan di atas merupakan

keterampilan proses sains yang diaplikasikan pada proses pembelajaran.

Pembentukan keterampilan dalam memperoleh pengetahuan merupakan

salah satu penekanan dalam pembelajaran sains. Oleh karena itu, penilaian

Page 8: Penilaian KPS

terhadap keterampilan proses siswa harus dilakukan terhadap semua

keterampilan proses sains baik secara parsial maupun secara utuh.

Pelaksanaan Penilaian Keterampilan Proses Sains

Posted by Mahmuddin pada April 10, 2010

Bagian Ke-4 dari 4 seri artikel Penilaian Keterampilan Proses Sains:

1. Pengantar2. Pentingnya penilaian keterampilan proses sains3. Komponen penilaian keterampilan proses sains4. Pelaksanaan penilaian keterampilan proses sains

4. Pelaksanaan Penilaian Keterampilan Proses Sains

Penilaian merupakan tahapan penting dalam proses pembelajaran. Penilaian

dalam pembelajaran sains dapat dimaknai sebagai membawa konten, proses

sains dan sikap ilmiah secara bersama-sama. Penilaian dilakukan terutama

untuk menilai kemajuan siswa dalam pencapaian keterampilan proses sains.

Menurut Smith dan Welliver, pelaksanaan penilaian keterampilan proses

dapat dilakukan dalam beberapa bentuk, diantaranya:

1. Pretes dan postes.  Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa pada awal tahun sekolah. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan kekuatan dan kelemahan dari masing-masing siswa dalam keterampilan yang telah diidentifikasi. Pada akhir tahun sekolah, guru melaksanakan tes kembali untuk mengetahui perkembangan skor siswa setelah mengikuti pembelajaran sains.

2. Diagnostik. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa pada awal tahun ajaran. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan pada bagian mana siswa memerlukan bantuan dengan keterampilan proses. Kemudian guru merencanakan pelajaran dan

Page 9: Penilaian KPS

kegiatan laboratorium yang dirancang untuk mengatasi kekurangan siswa.

3. Penempatan kelas. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa sebagai salah satu kriteria dalam penempatan kelas. Misalnya, criteria untuk memasuki kelas akselerasi, kelas sains atau kelas unggulan.

4. Pemilihan kompetisis siswa. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa sebagai kriteria utama dalam pemilihan siswa yang akan ikut dalam lomba-lomba sains. Jika siswa memiliki skor tes tinggi, maka dia akan dapat mengikuti lomba sains dengan baik.

5. Bimbingan karir. Biasanya para peneliti melakukan uji coba menggunakan penilaian keterampilan proses sains untuk mengidentifikasi siswa yang memiliki potensi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dibina.

Penilaian keterampilan proses sains dilakukan dengan menggunakan

instrumen yang disesuaikan dengan materi  dan tingkat perkembangan

siswa atau tingkatan kelas (Rezba, 1999). Oleh karena itu, penyusunan

instrumen penilaian harus direncanakan secara cermat sebelum digunakan. 

Menurut Widodo (2009), penyusunan instrumen untuk penilaian terhadap

keterampilan proses siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Mengidentifikasikan jenis keterampilan proses sains yang akan dinilai.2. Merumuskan indikator untuk setiap jenis keterampilan proses sains.3. Menentukan dengan cara bagaimana keterampilan proses sains

tersebut diukur (misalnya apakah tes unjuk kerja, tes tulis, ataukah tes lisan).

4. Membuat kisi-kisi instrumen.5. Mengembangkan instrumen pengukuran keterampilan proses sains

berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Pada saat ini perlu mempertimbangkan konteks dalam item tes keterampilan proses sains dan tingkatan keterampilan proses sains (objek tes)

6. Melakukan validasi instrumen.7. Melakukan ujicoba terbatas untuk mendapatkan validitas dan

reliabilitas empiris.8. Perbaikan butir-butir yang belum valid.9. Terapkan sebagai instrumen penilaian keterampilan proses sains

dalam pembelajaran sains.

Page 10: Penilaian KPS

Pada langkah-langkah penyusunan instrument di atas, pencarian validitas

dan reabilitas empiris terutama dilakukan untuk penilaian keterampilan

proses sains yang beresiko tinggi. Penilaian yang beresiko tinggi yang

dimaksud adalah penilaian dalam penelitian, penilaian dalam skala besar

atau penilaian untuk tujuan tertentu.

Pengukuran terhadap keterampilan proses siswa, dapat dilakukan dengan

menggunakan instrumen tertulis. Pelaksanaan pengukuran dapat dilakukan

secara tes (paper and pencil test) dan bukan tes. Penilaian melalui tes dapat

dilakukan dalam bentuk tes tertulis (paper and pencil test). Sedangkan

penilaian melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk observasi atau

pengamatan. Menurut Bajah (2000), penilaian dalam keterampilan proses

agak sulit dilakukan melalui tes tertulis dibandingkan dengan teknik

observasi. Namun demikian, menggunakan kombinasi kedua teknik penilaian

tersebut dapat meningkatkan akurasi penilaian terhadap keterampilan

proses sains.

Penilaian keterampilan proses melalui tes tertulis

Penilaian secara tertulis terhadap keterampilan proses sains dapat dilakukan

dalam bentuk essai dan pilihan ganda . Pertanyaan yang disusun dalam

bentuk pertanyaan konvergen  dan pertanyaan divergen. Penilaian dalam

bentuk essai memerlukan jawaban yang berupa pembahasan atau uraian

kata-kata. Jawaban yang dituliskan oleh siswa akan lebih bersifat subjektif,

yang berarti menggambarkan pemahaman yang lebih indiviualistik.

Sebuah contoh konstruksi instrument penilaian secara tertulis dalam bentuk

tes essai, sebagai berikut:

Sebuah percobaan dilakukan untuk mengetahui pengaruh air terhadap

pertumbuhan tanaman jagung. Setelah dilakukan pengukuran dalam selama

tujuh hari, diperoleh data sebagai berikut:

Page 11: Penilaian KPS

Hari Ke-

Tinggi tanaman (cm)

Disiram air setiap hari Tidak disiram air

1 5 5

2 7 6

3 8,5 6,5

4 11 6,9

5 12,8 7,2

6 14 7,3

7 15,9 7,3

Pertanyaan:

1. Tuliskan rumusan masalah pada percobaan di atas! (skor 2)

             ________________________________________________________

1. Buatlah kesimpulan berdasarkan data hasil percobaan di atas! (skor 2)

              ________________________________________________________

Page 12: Penilaian KPS

Pengukuran keterampilan proses yang dilakukan melakui tes yang

dikontruksi dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda, kemungkinan jawaban

atas pertanyaan sudah disiapkan dan biasanya terdiri atas empat atau lima

pilihan. Penilaian yang diperoleh dengan menggunakan pilihan jawaban

dapat memberikan hasil yang lebih obyektif, sebab jawaban atas masalah

yang ada telah ditetapkan.  Menurut Arikunto (2009), penilaian dalam bentuk

pilihan ganda, lebih representative mewakili isi dan luas bahan atau materi.

Selain itu, dalam proses pemeriksaan dapat terhindar dari unsur-unsur

subjektivitas. Namun demikian, penggunaan penilaian model ini, cenderung

mengungkapkan daya pengenalan kembali dan banyak memberi peluang

tebakan. Hasil yang diperoleh pun dapat berbeda dengan kondisi siswa yang

sesungguhnya.

Smith dan Welliver telah mengembangkan instrumen penilaian untuk

mengukur keterampilan proses sains bagi siswa sekolah dasar dan sekolah

menengah. Instrumen tes tertulis disusun dalam bentuk pertanyaan pilihan

ganda. Untuk menjawab soal ini, siswa terlibat dalam pemecahan masalah

dan mengharuskan menerapkan keterampilan proses yang tepat untuk

setiap pertanyaan.

 

Penilaian keterampilan proses melalui bukan tes

Penilaian melalui keterampilan proses sains melalui bukan tes dapat

dilakukan dalam bentuk observasi atau pengamatan. Pengamatan dalam

penilaian ini dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

Selama proses kegiatan pembelajaran sains dilaksanakan, guru dapat

melakukan penilaian dengan mengamati perilaku siswa secara langsung

dalam menunjukkan kemampuan keterampilan proses sains yang dimiliki.

Selain itu, hasil-hasil pekerjaan tugas siswa atau produk hasil belajar siswa

juga dapat diamati untuk menilai keterampilan proses siswa secara

integrative.

Page 13: Penilaian KPS

Menurut Sumiati dan Asra (2008), Arikunto (2009) dan Widyatiningtyas

(2010), penilaian keterampilan proses dengan melalui bukan tes diperlukan

lembar pengamatan yang lebih rinci untuk menilai perilaku yang diharapkan.

Lembar pengamatan ini dapat berupa rubrik, daftar chek atau skala

bertingkat. Menilai siswa dengan menggunakan rubrik, dapat

mendeterminasikan kemampuan siswa berdasarkan kriteria-kriteria yang

ditetapkan. Rubrik penilaian memuat kriteria esensial  terhadap tugas atau

standar keterampilan proses sains serta level unjuk kerja yang tepat

terhadap setiap kriteria.

Sebuah contoh rubrik penilaian untuk mengukur kegiatan percobaan

laboratorium dapat disajikan, sebagai berikut:

Tabel 1. Rubrik Percobaan Laboratorium

Kriteria

Skor

4

(sangat baik)

3

(baik)

2

(cukup)

1

(kurang)

Tujuan percobaan

Mengidentifikasi tujuan dan cirri khusus

Mengidentifikasi tujuan

Mengidentifikasi sebagian tujuan

Salah mengidentifikasi tujuan

Alat dan Bahan

Melist semua alat dan bahan

Melist semua bahan

Melist beberapa bahan

Salah melist bahan

Hypotesis

Memprediksi dengan benar fakta dan membuat hipotesis

Memprediksi dengan benar fakta

Memprediksi dengan beberapa fakta

Menebak-nebak

ProsedurMelist semua tahap dan detail-detail khusus

Melist semua tahap

Melist beberapa tahap

Salah melist tahap

Hasil Data direkam, Data direkam, Data direkam Hasil salah atau

Page 14: Penilaian KPS

diorganisir, dan digrafiskan

diorganisir tidak betul

Simpulan

Tampak memahami konsep dan membuat hipotesis baru untuk aplikasi pada situasi lain.

Tampak memahami konsep yang telah dipelajari

Tampak memahami beberapa konsep

Tidak ada kesimpulan atau tampak miskonsepsi

 

Sebagaimana pada contoh di atas, sebuah rubric memuat dua komponen,

yaitu kriteria dan level unjuk kerja (performance). Pada setiap rubrik terdiri

atas minimal dua criteria dan dua level unjuk kerja. Criteria biasanya

ditempatkan pada kolom paling kiri, sedangkan level unjuk kerja

ditempatkan pada baris paling atas dalam tabel rubrik. Untuk memudahkan

dalam penggunaannya, level unjuk kerja terdiri atas level kuantitatif berupa

angka (1, 2, 3, dan 4) dan level kualitatif.

Dalam rubrik biasanya juga disertai dengan deskriptor. Dekriptor

menyatakan harapan kondisi siswa pada setiap level unjuk kerja untuk setiap

criteria. Pada contoh rubrik, dapat dilihat adanya perbedaan diskriptor

antara tujuan kegiatan yang dirumuskan dengan sangat baik dan tujuan

kegiatan yang dirumuskan dengan baik. Pada descriptor, siswa dapat

melihat syarat unjuk kerja untuk mencapai sebuah level kriteria. Bagi guru,

descriptor dapat membantu guru untuk memberikan penilaian secara

konsisten pada hasil kerja siswa.

Dalam implementasinya, penilaian melalui observasi dengan menggunakan

rubrik penilaian memiliki beberapa keunggulan. Ketika rubrik penilaian ini

dikomunikasikan kepada siswa di awal pembelajaran, ekspektasi terhadap

pencapaian level keterampilan proses dapat diidentifikasikan dan dipahami

secara baik oleh siswa. Observasi dapat menghasilkan penilaian yang

konsisten dan obyektif. Selain itu, hasil penilaian dapat menghasilkan umpan

balik (feedback)yang lebih baik. Hasil penilaian dapat menunjukkan level

khusus performans siswa selanjutnya yang harus dicapai oleh siswa. Dalam

Page 15: Penilaian KPS

hal ini, guru dan siswa dapat mengetahui secara pasti, area kebutuhan siswa

yang perlu pengembangan.

Dengan demikian, perihal rencana penilaian yang dilakukan untuk mengukur

keterampilan proses sains dapat dikomunikasikan secara pasti kepada siswa

sebelum pelaksanaan pembelajaran. Siswa sebagai subyek pembelajaran

dapat menentukan target yang harus dicapai selama proses pembelajaran

berlangsung. Penilaian pun dapat mencapai tujuan sebagaimana mestinya.

Waktu dan Subjek Penilaian

Selain perihal instrumen penilaian yang penting dirumuskan sebagai bagian

terintegrasi dari rencana penilaian pembelajaran, waktu dan subyek

penilaian juga harus direncanakan. Pelaksanaan penilaian keterampilan

proses sains, dapat dilakukan di awal pembelajaran sebagai pretes, di akhir

pembelajaran sebagai postes, atau selama pelaksanaan pembelajaran

sebagai penilaian proses (on going assessment). Waktu pelaksanaan

penilaian ini bersifat relative, dan sangat ditentukan oleh aspek keterampilan

proses sains yang diukur dan tujuan penilaian itu sendiri. Jika penilaian

dimaksudkan untuk melihat kemajuan perkembangan keterampilan proses

sains yang dicapai siswa selama pembelajaran, maka penilaian dapat

dilakukan dengan cara pretes/postes. Sedangkan penilaian keterampilan

proses yang dimaksudkan untuk mengukur secara langsung detail-detail

pencapaian keterampilan proses sains, maka penilaian dilakukan selama

proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi

atau rubrik penilaian.

Perihal subyek penilaian dalam keterampilan proses sains juga dapat

disesuaikan dengan tujuan penilaian dilakukan. Pelaksanaan penilaian

keterampilan proses sains dapat dilakukan dalam bentuk tiga arah yaitu

penilaian guru, penilaian sebaya dan penilaian diri. Keterampilan proses

sains umumnya dilakukan penilaiannya oleh guru pengampuh mata

pelajaran. Dalam hal ini, penilaian merupakan bagian dari proses

Page 16: Penilaian KPS

pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh guru. Namun, untuk tujuan

tertentu penilaian keterampilan proses sains dapat melibatkan siswa sebagai

subyek penilaian.

Penilaian yang melibatkan siswa terhadap siswa lain dapat dilakukan dalam

sebuah kelompok. Selama proses belajar berlansung, siswa bekerja dalam

kelompok untuk sebuah percobaan. Keberadaan siswa dalam kelompok,

tentu memiliki peran tersendiri sehingga masing-masing memberikan

konstribusi sebagai tim. Aktivitas siswa selama bekerja dalam kelompok dan

kontribusinya dalam mendukung hasil kerja dapat dirasakan dan diamati

secara persis oleh setiap anggota kelompok. Dalam situasi ini, penilaian

teman sebaya dapat digunakan sebagai data pembanding yang dapat

diekuilibrasikan dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru.

penilaian dengan melibatkan teman kelompok, dapat memberikan efek

positif dalam perkembangan sikap ilmiah siswa. Secara korelasional hal ini

diharapkan dapat meningkatkan peran siswa dalam kelompok sehingga

berpengaruh kepada perkembangan keterampilan proses sains siswa.

Sementara itu, penilaian keterampilan proses sains yang melibatkan siswa

dalam menilai dirinya dapat digunakan untuk memberikan bahan refleksi

langsung bagi siswa. Dalam proses ini, siswa akan mengevaluasi

kemampuan yang telah dicapainya, dan secara sportif memberikan

pengakuan terhadap diri sendiri. Proses ini memiliki dampak psikologis yang

diharapkan dapat memicu motivasi intrinsik siswa untuk terus

mengembangkan keterampilan proses sains yang telah dicapai. Namun

demikian, penilaian keterampilan proses sains yang melibatkan siswa hanya

dapat dilakukan secara sinergis dan optimal jika instrumen penilaian

disiapkan dengan kriteria yang jelas dan telah ditetapkan guru.