penilaian kps
DESCRIPTION
penilaian keterampilan proses sainsTRANSCRIPT
Bagian Ke-1 dari 4 seri artikel Penilaian Keterampilan Proses Sains:
1. Pengantar2. Pentingnya penilaian keterampilan proses sains3. Komponen penilaian keterampilan proses sains4. Pelaksanaan penilaian keterampilan proses sains
1. Pengantar
Perkembangan ilmu pengetahuan sains saat ini, menunjukkan bahwa ilmu
sains memiliki peran yang sangat vital dalam kehidupan manusia.
Berkembangnya teknologi rekayasa baik pada aspek fisik maupun aspek
biologi kehidupan, semakin mempertegas peran ilmu sains dalam
meningkatkan kesejahteraan manusia, baik dalam bidang pangan dan
kesehatan maupun dalam kebutuhan sandang. Seiring dengan tren
kemajuan peradaban yang dicapai manusia dalam generasi ini, peran
pendidikan di sekolah tak dapat disangkal. Oleh karena itu, penyelenggaran
pendidikan harus dapat menjamin terjadinya kesesuaian dengan kebutuhan
manusia dalam kehidupan di masa depan.
Menyiapkan anak untuk hidup di masa yang depan, harus dapat dibekali
dengan modalitas belajar yang berdasar pada kemampuan berpikir. Menurut
Blosser (1973), proses pembelajaran sains cenderung menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi dan
menumbuhkan kemampuan berfikir. Pembentukan sikap ilmiah seperti
ditunjukan oleh para ilmuawan sains dapat dikembangkan melalui
keterampilan-keterampilan proses sains. Sehingga keterampilan proses
sains, dapat digunakan sebagai pendekatan dalam pembelajaran.
Di samping sebagai sebuah pendekatan dalam pembelajaran sains,
keterampilan proses merupakan skill yang harus dimiliki anak sebagai modal
dasar memahami ilmu sains. Keterampilan proses memiliki kedudukan yang
sangat penting dalam memahami pengetahuan sains. Dalam hal ini,
terbentuknya pengetahuan dalam sains dilakukan melalui proses yang
ilmiah (metode ilmiah). Keterampilan yang mendasari premis yang mengatur
metode ilmiah disebut sebagai keterampilan proses sains (Hill, 2003).
Menurut Trihastuti (2008), keterampilan proses sains yang dielaborasikan
dalam pembelajaran sains dapat melibatkan berbagai keterampilan baik
yang bersifat intelektual, manual maupun sosial. Dengan terbentuknya
produk pengetahuan melalui proses kerja ilmiah ini, maka terbentuklah
sikap-sikap ilmiah. Sikap ilmiah ini penting untuk menjaga kemurnian
pengetahuan dan kesinambungan dalam perkembangannya. Oleh karena
itu, pengembangan keterampilan proses sains pada siswa harus terus
dilakukan melalui evaluasi dan penilaian yang berkesinambungan.
Penilaian merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran.
Menurut Aunurrahman (2009), pembelajaran memiliki triangulasi dengan
hubungan yang erat, yaitu tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan
evaluasi atau penilaian. Dari triangulasi ini, penilaian berperan dalam
menyediakan data untuk menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran.
Dengan dasar tersebut, penulis melakukan kajian tentang penilaian
keterampilan proses sains yang disajikan dalam tulisan berseri ini.
Pentingnya Penilaian Keterampilan Proses Sains
Posted by Mahmuddin pada April 10, 2010
Bagian Ke-2 dari 4 seri artikel Penilaian Keterampilan Proses Sains:
1. Pengantar2. Pentingnya penilaian keterampilan proses sains3. Komponen penilaian keterampilan proses sains4. Pelaksanaan penilaian keterampilan proses sains
2. Pentingnya Penilaian Keterampilan Proses Sains
Salah satu komponen penting dalam sistem pembelajaran adalah penilaian
atau evaluasi. Oleh karena itu, perangkat penilaian merupakan bagian
integral yang dikembangkan berdasarkan tuntutan tujuan pendidikan.
Menurut Arikunto (2009), penilaian dalam pendidikan merupakan sebuah
proses pengumpulan data untuk menentukan ketercapaian tujuan
pendidikan, bahkan aktivitas penilaian dapat pula digunakan untuk
mengambil keputusan. Penilaian dilakukan dengan berbagai cara dan
menggunakan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang
kemajuan atau pencapaian kompetensi siswa.
Dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan oleh guru untuk
mengukur perkembangan hasil belajar siswa sebagaimana yang dirumuskan
dalam tujuan pembelajaran. Selain itu, penilaian juga dilakukan untuk
mendiagnosis kesulitan belajar dan memberikan umpan balik kepada siswa.
Dengan demikian, penilaian dilakukan secara terus menerus guna
memastikan terjadinya kemajuan dalam belajar siswa. Hasil penilaian yang
diperoleh, dapat dijadikan sebagai dasar menentukan keputusan tentang
upaya perbaikan pembelajaran. Dalam hal ini upaya bimbingan terhadap
siswa, yang diperlukan untuk memperbaiki hasil pembelajaran.
Sains dan mengajarkan siswa tentang sains memiliki arti lebih dari pada
pengetahuan ilmiah itu sendiriknowledge.. Menurut Rezba (1999), hThere
are three dimensionsal ini disebabkan karena iof science that are all
importalmu pengetahuan dikonstruksi atas tiga dimensi penting. The
first Pertamaof these is the content of science, the basic adalah konten atau
isi dari ilmu pengetahuan, konsep dasarconcepts, and our scientific
knowledge., dan pengetahuan ilmiah. Dimensi ini merupakan dimensi ilmu
pengetahuan yang sangat penting dan umumnya menjadi bahan pemikiran
pertama. Kedua adalah The other two important dimensions of
sciencprosesof doing science and scientific attitudes. kerja sains, di mana
proses sains dalam hal ini adalah keterampilan proses sains yang digunakan
para ilmuan dalam proses melakukan sains atau kerja ilmiah. Ketika siswa
belajar sains menggunakan pendekatan keterampilan proses sains, maka
pada saat yang sama juga belajar tentang keterampilan proses sains.
Dimensi ketiga ilmu pengetahuan adalah sikap ilmiah. Dimensi ini fokus
pada sikap dan “watak” yang menjadi karakter dari sains. Dimensi ini
mencakup hal-hal seperti rasa keingintahuan dan kemampuan imajinasi,
antusiasme dalam mengajukan pertanyaan dan menyelesaikan masalah.
Selain itu, sikap ilmiah yang diperlukan adalah penghargaan terhadap
metode dan nilai-nilai ilmiah. Metode ilmiah dan nilai ilmiah tersebut
diperlukan dalam menjawab pertanyaan dengan menggunakan berbagai
macam fakta atau bukti, serta ketelitian dalam menemukan data. Lebih dari
itu, sikap ilmiah yang penting adalah bahwasanya pengetahuan dan teori
ilmiah berubah setiap saat berdasarkan perkembangan informasi. Dalam hal
ini, siswa menyikapi kebenaran dalam ilmu pengetahuan sebagai kebenaran
yang bersifat sementara atau tentatif.
Dalam sifat ketentativan ilmu pengetahuan, guru tidaklah mungkin dapat
mengajarkan semua konten dalam ilmu pengetahuan. Siswa dalam
keterbatasannya pun tidak mungkin dapat mengetahui semua fakta-fakta
yang telah ditemukan oleh para ilmuwan. Oleh karena itu, hal yang paling
rasional dapat dilakukan adalah siswa harus memahami metodologi kerja
sains dan memiliki keterampilan dalam kerja ilmiah atau keterampilan
proses sains. Dengan hal itu, siswa memiliki kompetensi untuk dapat
mengembangkan sendiri pengetahuannya. Pada suatu saat, siswa mungkin
saja dapat memberi kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Keterampilan proses sains dapat dikatakan sebagai kompetensi yang
bersifat generik. Keterampilan proses sains memiliki peran yang sangat
penting dalam proses pembentukan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini,
kemampuan keterampilan proses sains dapat mempengaruhi perkembangan
pengetahuan siswa. Membiasakan siswa belajar melalui proses kerja ilmiah,
selain dapat melatih detail keterampilan ilmiah dan kerja sistematis, dapat
pula membentuk pola berpikir siswa secara ilmiah. Dengan demikian,
pengembangan keterampilan proses sains dapat berimplikasi pada
pengembangan kemampuan berpikir siswa (high order of thinking).
Oleh karena itu, dalam konteks pembelajaran sains pun harus dirancang
sebagaimana desain tiga dimensi sains yaitu konten/produk pengetahuan,
proses ilmiah dan sikap ilmiah. Dalam hal ini, pembelajaran sains haruslah
mengintegrasikan antara pembelajaran keterampilan kerja ilmiah sebagai
proses penemuan dan pembentukan pengetahuan, pembelajaran konsep
dasar pengetahuan sains sebagai konten/produk sains, dan pembelajaran
sikap ilmiah. Oleh karena pembentukan pengetahuan sains diawali dari
proses yang ilmiah, maka pembelajaran sains pun harus diletakkan dan
ditekankan lebih awal pada kemampuan keterampilan proses sains siswa.
Dengan demikian, perkembangan kemampuan keterampilan proses siswa
memiliki peran yang sama penting dan terintegrasi dengan penguasaan
pengetahuan sains dan sikap ilmiah.
Menurut Rezba (1999), pengajaran dan pengukuran keterampilan proses
dapat dilakukan pada seluruh tingkatan kelas. Perbedaan materi dan tingkat
kerumitan, metode dan sistem pengukuran dapat disesuaikan sesuai dengan
tingkat perkembangan siswa. Kemampuan siswa menggunakan proses sains
akan berkembang seiring dengan berkembangnya pengalaman belajar dan
tingkatan kelas atau tingkat kognitif siswa secara biopsikologis. Penilaian
terhadap kemampuan keterampilan proses sains, dapat memberikan
infromasi data status pencapaian keterampilan siswa. Hasil tersebut,
dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan keterampilan proses
selanjutnya serta instrument refleksi terhadap perencanaan dan proses
pembelajaran. Dengan demikian, pentingnya keterampilan proses sains
merupakan dasar dalam pembentukan pengetahuan sains bagi siswa dan
akan digunakan siswa dalam setiap sisi kehidupannya di masa depan.
Komponen Penilaian Keterampilan Proses Sains
Posted by Mahmuddin pada April 10, 2010
Bagian Ke-3 dari 4 seri artikel Penilaian Keterampilan Proses Sains:
1. Pengantar2. Pentingnya penilaian keterampilan proses sains3. Komponen penilaian keterampilan proses sains4. Pelaksanaan penilaian keterampilan proses sains
3. Komponen Penilaian Keterampilan Proses Sains
Metode ilmiah merupakan dasar dari pembentukan pengetahuan dalam
sains. Metode ilmiah dapat diartikan sebagai cara untuk bertanya dan
menjawab pertanyaan ilmiah dengan membuat obsevasi dan melakukan
eksperimen. Menurut Hess (2007), terdapat enam langkah-langkah metode
ilmiah, yaitu:
1. Mengajukan pertanyaan atau merumuskan masalah2. Membuat latar belakang penelitian atau melakukan observasi3. Menyusun hipotesis4. Menguji hipotesis melalui percobaan5. Menganalisa data dan membuat kesimpulan6. Mengkomunikasikan hasil
Dalam pembelajaran sains, keenam langkah-langkah metode ilmiah tersebut
dikembangkan dan dijabarkan menjadi sebuah keterampilan proses sains
yang dapat diajarkan dan dilatihkan kepada siswa. Menurut Wetzel (2008),
keterampilan proses sains merupakan dasar dari pemecahan masalah dalam
sains dan metode ilmiah. Keterampilan proses sains dikelompokkan menjadi
keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu.
Keterampilan proses dasar
Menurut Rezba (1999) dan Wetzel (2008), keterampilan proses dasar terdiri
atas enam komponen tanpa urutan tertentu, yaitu:
1. Observasi atau mengamati, menggunakan lima indera untuk mencari tahu informasi tentang obyek seperti karakteristik obyek, sifat, persamaan, dan fitur identifikasi lain.
2. Klasifikasi, proses pengelompokan dan penataan objek3. Mengukur, membandingkan kuantitas yang tidak diketahui dengan
jumlah yang diketahui, seperti: standar dan non-standar satuan pengukuran.
4. Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara lain untuk berbagi temuan.
5. Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan pengamatan.6. Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang
diharapkan.
Menurut Rezba (1999), keenam keterampilan proses dasar di atas
terintegrasi secara bersama-sama ketika ilmuan merancang dan melakukan
penelitian, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Semua komponen
keterampilan proses dasar penting baik secara parsial maupun ketika
terintegrasi secara bersama-sama. Keterampilan proses dasar merupakan
fondasi bagi terbentuknya landasan berpikir logis. Oleh karena itu, sangat
penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan ke
keterampilan proses yang lebih rumit dan kompleks.
Keterampilan proses sains dapat meletakkan dasar logika untuk
meningkatkan kemampuan berpikir siswa bahkan pada siswa di kelas awal
tingkat sekolah dasar. Di kelas awal, siswa lebih banyak menggunakan
keterampilan proses sains yang mudah seperti pengamatan dan komunikasi,
namun seiring perkembangannya mereka dapat menggunakan keterampilan
proses sains yang kompleks seperti inferensi dan prediksi (Rezba,
1999).
Keterampilan proses terpadu
Perpaduan dua kemampuan keterampilan proses dasar atau lebih
membentuk keterampilan proses terpadu. Menurut Weztel (2008),
Keterampilan proses terpadu meliputi:
1. merumuskan hipotesis, membuat prediksi (tebakan) berdasarkan bukti dari penelitian sebelumnya atau penyelidikan.
2. mengidentifikasi variabel, penamaan dan pengendalian terhadap variabel independen, dependen, dan variabel kontrol dalam penyelidikan
3. membuat defenisi operasional, mengembangkan istilah spesifik untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam penyelidikan berdasarkan karakteristik diamati.
4. percobaan, melakukan penyelidikan dan mengumpulkan data5. interpretasi data, menganalisis hasil penyelidikan.
Keterampian proses sebagaimana disebutkan di atas merupakan
keterampilan proses sains yang diaplikasikan pada proses pembelajaran.
Pembentukan keterampilan dalam memperoleh pengetahuan merupakan
salah satu penekanan dalam pembelajaran sains. Oleh karena itu, penilaian
terhadap keterampilan proses siswa harus dilakukan terhadap semua
keterampilan proses sains baik secara parsial maupun secara utuh.
Pelaksanaan Penilaian Keterampilan Proses Sains
Posted by Mahmuddin pada April 10, 2010
Bagian Ke-4 dari 4 seri artikel Penilaian Keterampilan Proses Sains:
1. Pengantar2. Pentingnya penilaian keterampilan proses sains3. Komponen penilaian keterampilan proses sains4. Pelaksanaan penilaian keterampilan proses sains
4. Pelaksanaan Penilaian Keterampilan Proses Sains
Penilaian merupakan tahapan penting dalam proses pembelajaran. Penilaian
dalam pembelajaran sains dapat dimaknai sebagai membawa konten, proses
sains dan sikap ilmiah secara bersama-sama. Penilaian dilakukan terutama
untuk menilai kemajuan siswa dalam pencapaian keterampilan proses sains.
Menurut Smith dan Welliver, pelaksanaan penilaian keterampilan proses
dapat dilakukan dalam beberapa bentuk, diantaranya:
1. Pretes dan postes. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa pada awal tahun sekolah. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan kekuatan dan kelemahan dari masing-masing siswa dalam keterampilan yang telah diidentifikasi. Pada akhir tahun sekolah, guru melaksanakan tes kembali untuk mengetahui perkembangan skor siswa setelah mengikuti pembelajaran sains.
2. Diagnostik. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa pada awal tahun ajaran. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan pada bagian mana siswa memerlukan bantuan dengan keterampilan proses. Kemudian guru merencanakan pelajaran dan
kegiatan laboratorium yang dirancang untuk mengatasi kekurangan siswa.
3. Penempatan kelas. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa sebagai salah satu kriteria dalam penempatan kelas. Misalnya, criteria untuk memasuki kelas akselerasi, kelas sains atau kelas unggulan.
4. Pemilihan kompetisis siswa. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa sebagai kriteria utama dalam pemilihan siswa yang akan ikut dalam lomba-lomba sains. Jika siswa memiliki skor tes tinggi, maka dia akan dapat mengikuti lomba sains dengan baik.
5. Bimbingan karir. Biasanya para peneliti melakukan uji coba menggunakan penilaian keterampilan proses sains untuk mengidentifikasi siswa yang memiliki potensi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dibina.
Penilaian keterampilan proses sains dilakukan dengan menggunakan
instrumen yang disesuaikan dengan materi dan tingkat perkembangan
siswa atau tingkatan kelas (Rezba, 1999). Oleh karena itu, penyusunan
instrumen penilaian harus direncanakan secara cermat sebelum digunakan.
Menurut Widodo (2009), penyusunan instrumen untuk penilaian terhadap
keterampilan proses siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasikan jenis keterampilan proses sains yang akan dinilai.2. Merumuskan indikator untuk setiap jenis keterampilan proses sains.3. Menentukan dengan cara bagaimana keterampilan proses sains
tersebut diukur (misalnya apakah tes unjuk kerja, tes tulis, ataukah tes lisan).
4. Membuat kisi-kisi instrumen.5. Mengembangkan instrumen pengukuran keterampilan proses sains
berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Pada saat ini perlu mempertimbangkan konteks dalam item tes keterampilan proses sains dan tingkatan keterampilan proses sains (objek tes)
6. Melakukan validasi instrumen.7. Melakukan ujicoba terbatas untuk mendapatkan validitas dan
reliabilitas empiris.8. Perbaikan butir-butir yang belum valid.9. Terapkan sebagai instrumen penilaian keterampilan proses sains
dalam pembelajaran sains.
Pada langkah-langkah penyusunan instrument di atas, pencarian validitas
dan reabilitas empiris terutama dilakukan untuk penilaian keterampilan
proses sains yang beresiko tinggi. Penilaian yang beresiko tinggi yang
dimaksud adalah penilaian dalam penelitian, penilaian dalam skala besar
atau penilaian untuk tujuan tertentu.
Pengukuran terhadap keterampilan proses siswa, dapat dilakukan dengan
menggunakan instrumen tertulis. Pelaksanaan pengukuran dapat dilakukan
secara tes (paper and pencil test) dan bukan tes. Penilaian melalui tes dapat
dilakukan dalam bentuk tes tertulis (paper and pencil test). Sedangkan
penilaian melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk observasi atau
pengamatan. Menurut Bajah (2000), penilaian dalam keterampilan proses
agak sulit dilakukan melalui tes tertulis dibandingkan dengan teknik
observasi. Namun demikian, menggunakan kombinasi kedua teknik penilaian
tersebut dapat meningkatkan akurasi penilaian terhadap keterampilan
proses sains.
Penilaian keterampilan proses melalui tes tertulis
Penilaian secara tertulis terhadap keterampilan proses sains dapat dilakukan
dalam bentuk essai dan pilihan ganda . Pertanyaan yang disusun dalam
bentuk pertanyaan konvergen dan pertanyaan divergen. Penilaian dalam
bentuk essai memerlukan jawaban yang berupa pembahasan atau uraian
kata-kata. Jawaban yang dituliskan oleh siswa akan lebih bersifat subjektif,
yang berarti menggambarkan pemahaman yang lebih indiviualistik.
Sebuah contoh konstruksi instrument penilaian secara tertulis dalam bentuk
tes essai, sebagai berikut:
Sebuah percobaan dilakukan untuk mengetahui pengaruh air terhadap
pertumbuhan tanaman jagung. Setelah dilakukan pengukuran dalam selama
tujuh hari, diperoleh data sebagai berikut:
Hari Ke-
Tinggi tanaman (cm)
Disiram air setiap hari Tidak disiram air
1 5 5
2 7 6
3 8,5 6,5
4 11 6,9
5 12,8 7,2
6 14 7,3
7 15,9 7,3
Pertanyaan:
1. Tuliskan rumusan masalah pada percobaan di atas! (skor 2)
________________________________________________________
1. Buatlah kesimpulan berdasarkan data hasil percobaan di atas! (skor 2)
________________________________________________________
Pengukuran keterampilan proses yang dilakukan melakui tes yang
dikontruksi dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda, kemungkinan jawaban
atas pertanyaan sudah disiapkan dan biasanya terdiri atas empat atau lima
pilihan. Penilaian yang diperoleh dengan menggunakan pilihan jawaban
dapat memberikan hasil yang lebih obyektif, sebab jawaban atas masalah
yang ada telah ditetapkan. Menurut Arikunto (2009), penilaian dalam bentuk
pilihan ganda, lebih representative mewakili isi dan luas bahan atau materi.
Selain itu, dalam proses pemeriksaan dapat terhindar dari unsur-unsur
subjektivitas. Namun demikian, penggunaan penilaian model ini, cenderung
mengungkapkan daya pengenalan kembali dan banyak memberi peluang
tebakan. Hasil yang diperoleh pun dapat berbeda dengan kondisi siswa yang
sesungguhnya.
Smith dan Welliver telah mengembangkan instrumen penilaian untuk
mengukur keterampilan proses sains bagi siswa sekolah dasar dan sekolah
menengah. Instrumen tes tertulis disusun dalam bentuk pertanyaan pilihan
ganda. Untuk menjawab soal ini, siswa terlibat dalam pemecahan masalah
dan mengharuskan menerapkan keterampilan proses yang tepat untuk
setiap pertanyaan.
Penilaian keterampilan proses melalui bukan tes
Penilaian melalui keterampilan proses sains melalui bukan tes dapat
dilakukan dalam bentuk observasi atau pengamatan. Pengamatan dalam
penilaian ini dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Selama proses kegiatan pembelajaran sains dilaksanakan, guru dapat
melakukan penilaian dengan mengamati perilaku siswa secara langsung
dalam menunjukkan kemampuan keterampilan proses sains yang dimiliki.
Selain itu, hasil-hasil pekerjaan tugas siswa atau produk hasil belajar siswa
juga dapat diamati untuk menilai keterampilan proses siswa secara
integrative.
Menurut Sumiati dan Asra (2008), Arikunto (2009) dan Widyatiningtyas
(2010), penilaian keterampilan proses dengan melalui bukan tes diperlukan
lembar pengamatan yang lebih rinci untuk menilai perilaku yang diharapkan.
Lembar pengamatan ini dapat berupa rubrik, daftar chek atau skala
bertingkat. Menilai siswa dengan menggunakan rubrik, dapat
mendeterminasikan kemampuan siswa berdasarkan kriteria-kriteria yang
ditetapkan. Rubrik penilaian memuat kriteria esensial terhadap tugas atau
standar keterampilan proses sains serta level unjuk kerja yang tepat
terhadap setiap kriteria.
Sebuah contoh rubrik penilaian untuk mengukur kegiatan percobaan
laboratorium dapat disajikan, sebagai berikut:
Tabel 1. Rubrik Percobaan Laboratorium
Kriteria
Skor
4
(sangat baik)
3
(baik)
2
(cukup)
1
(kurang)
Tujuan percobaan
Mengidentifikasi tujuan dan cirri khusus
Mengidentifikasi tujuan
Mengidentifikasi sebagian tujuan
Salah mengidentifikasi tujuan
Alat dan Bahan
Melist semua alat dan bahan
Melist semua bahan
Melist beberapa bahan
Salah melist bahan
Hypotesis
Memprediksi dengan benar fakta dan membuat hipotesis
Memprediksi dengan benar fakta
Memprediksi dengan beberapa fakta
Menebak-nebak
ProsedurMelist semua tahap dan detail-detail khusus
Melist semua tahap
Melist beberapa tahap
Salah melist tahap
Hasil Data direkam, Data direkam, Data direkam Hasil salah atau
diorganisir, dan digrafiskan
diorganisir tidak betul
Simpulan
Tampak memahami konsep dan membuat hipotesis baru untuk aplikasi pada situasi lain.
Tampak memahami konsep yang telah dipelajari
Tampak memahami beberapa konsep
Tidak ada kesimpulan atau tampak miskonsepsi
Sebagaimana pada contoh di atas, sebuah rubric memuat dua komponen,
yaitu kriteria dan level unjuk kerja (performance). Pada setiap rubrik terdiri
atas minimal dua criteria dan dua level unjuk kerja. Criteria biasanya
ditempatkan pada kolom paling kiri, sedangkan level unjuk kerja
ditempatkan pada baris paling atas dalam tabel rubrik. Untuk memudahkan
dalam penggunaannya, level unjuk kerja terdiri atas level kuantitatif berupa
angka (1, 2, 3, dan 4) dan level kualitatif.
Dalam rubrik biasanya juga disertai dengan deskriptor. Dekriptor
menyatakan harapan kondisi siswa pada setiap level unjuk kerja untuk setiap
criteria. Pada contoh rubrik, dapat dilihat adanya perbedaan diskriptor
antara tujuan kegiatan yang dirumuskan dengan sangat baik dan tujuan
kegiatan yang dirumuskan dengan baik. Pada descriptor, siswa dapat
melihat syarat unjuk kerja untuk mencapai sebuah level kriteria. Bagi guru,
descriptor dapat membantu guru untuk memberikan penilaian secara
konsisten pada hasil kerja siswa.
Dalam implementasinya, penilaian melalui observasi dengan menggunakan
rubrik penilaian memiliki beberapa keunggulan. Ketika rubrik penilaian ini
dikomunikasikan kepada siswa di awal pembelajaran, ekspektasi terhadap
pencapaian level keterampilan proses dapat diidentifikasikan dan dipahami
secara baik oleh siswa. Observasi dapat menghasilkan penilaian yang
konsisten dan obyektif. Selain itu, hasil penilaian dapat menghasilkan umpan
balik (feedback)yang lebih baik. Hasil penilaian dapat menunjukkan level
khusus performans siswa selanjutnya yang harus dicapai oleh siswa. Dalam
hal ini, guru dan siswa dapat mengetahui secara pasti, area kebutuhan siswa
yang perlu pengembangan.
Dengan demikian, perihal rencana penilaian yang dilakukan untuk mengukur
keterampilan proses sains dapat dikomunikasikan secara pasti kepada siswa
sebelum pelaksanaan pembelajaran. Siswa sebagai subyek pembelajaran
dapat menentukan target yang harus dicapai selama proses pembelajaran
berlangsung. Penilaian pun dapat mencapai tujuan sebagaimana mestinya.
Waktu dan Subjek Penilaian
Selain perihal instrumen penilaian yang penting dirumuskan sebagai bagian
terintegrasi dari rencana penilaian pembelajaran, waktu dan subyek
penilaian juga harus direncanakan. Pelaksanaan penilaian keterampilan
proses sains, dapat dilakukan di awal pembelajaran sebagai pretes, di akhir
pembelajaran sebagai postes, atau selama pelaksanaan pembelajaran
sebagai penilaian proses (on going assessment). Waktu pelaksanaan
penilaian ini bersifat relative, dan sangat ditentukan oleh aspek keterampilan
proses sains yang diukur dan tujuan penilaian itu sendiri. Jika penilaian
dimaksudkan untuk melihat kemajuan perkembangan keterampilan proses
sains yang dicapai siswa selama pembelajaran, maka penilaian dapat
dilakukan dengan cara pretes/postes. Sedangkan penilaian keterampilan
proses yang dimaksudkan untuk mengukur secara langsung detail-detail
pencapaian keterampilan proses sains, maka penilaian dilakukan selama
proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi
atau rubrik penilaian.
Perihal subyek penilaian dalam keterampilan proses sains juga dapat
disesuaikan dengan tujuan penilaian dilakukan. Pelaksanaan penilaian
keterampilan proses sains dapat dilakukan dalam bentuk tiga arah yaitu
penilaian guru, penilaian sebaya dan penilaian diri. Keterampilan proses
sains umumnya dilakukan penilaiannya oleh guru pengampuh mata
pelajaran. Dalam hal ini, penilaian merupakan bagian dari proses
pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh guru. Namun, untuk tujuan
tertentu penilaian keterampilan proses sains dapat melibatkan siswa sebagai
subyek penilaian.
Penilaian yang melibatkan siswa terhadap siswa lain dapat dilakukan dalam
sebuah kelompok. Selama proses belajar berlansung, siswa bekerja dalam
kelompok untuk sebuah percobaan. Keberadaan siswa dalam kelompok,
tentu memiliki peran tersendiri sehingga masing-masing memberikan
konstribusi sebagai tim. Aktivitas siswa selama bekerja dalam kelompok dan
kontribusinya dalam mendukung hasil kerja dapat dirasakan dan diamati
secara persis oleh setiap anggota kelompok. Dalam situasi ini, penilaian
teman sebaya dapat digunakan sebagai data pembanding yang dapat
diekuilibrasikan dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru.
penilaian dengan melibatkan teman kelompok, dapat memberikan efek
positif dalam perkembangan sikap ilmiah siswa. Secara korelasional hal ini
diharapkan dapat meningkatkan peran siswa dalam kelompok sehingga
berpengaruh kepada perkembangan keterampilan proses sains siswa.
Sementara itu, penilaian keterampilan proses sains yang melibatkan siswa
dalam menilai dirinya dapat digunakan untuk memberikan bahan refleksi
langsung bagi siswa. Dalam proses ini, siswa akan mengevaluasi
kemampuan yang telah dicapainya, dan secara sportif memberikan
pengakuan terhadap diri sendiri. Proses ini memiliki dampak psikologis yang
diharapkan dapat memicu motivasi intrinsik siswa untuk terus
mengembangkan keterampilan proses sains yang telah dicapai. Namun
demikian, penilaian keterampilan proses sains yang melibatkan siswa hanya
dapat dilakukan secara sinergis dan optimal jika instrumen penilaian
disiapkan dengan kriteria yang jelas dan telah ditetapkan guru.