pengkajian pada keluarga tahap dewasa.komunitas
TRANSCRIPT
1
Skenario 1
Judul skenario : Keluarga tahap dewasa
Skenario :
Keluarga Bp. S usia 50 tahun, pendidikan terakhir D3, pekerjaan guru SD. Bp. S
mempunyai seorang istri ibu T usia 48 tahun, pekerjaan ibu RT, mempunyai dua
orang anak yang pertama An. L (35 tahun), S1, guru SD yang kedua An. M (18
tahun), SMA bekerja dibengkel, keduanya belum menikah. Keluarga berasal dari
suku jawa dan termasuk dalam keluarga inti. Keluarga Bp. S berada ditahap
perkembangan keluarga dengan anak dewasa muda, dimana dari dua orang
anaknya belum menikah dan tinggal satu rumah. Keluarga Bp. S sudah
menjalankan sebagian tugas perkembangan keluarga seperti mempertahankan
keintiman pasangan dengan selalu menyampaikan keluhan yang dirasakan antar
suami istri, namun untuk merawat orang tua yang sakit khususnya pada ibu T,
tugas perkembangan yang belum selesai adalah memandirikan anak. Kondisi Bp.
S mengalami hemiparese kaki kiri, sehingga ibu T menjalankan semua tugas Bp.
S selaku kepala keluarga dengan dibantu An. L, tetapi An. M sendiri merasa tidak
mau untuk dilibatkan dalam urusan rumah tangga, dengan alasan An. M baru lulus
SMA dan masih perlu banyak main dengan teman-temannya, sehingga cenderung
belum mau terlibat dalam merawat Bp. S dirumah, sehingga ibu T melakukan
semua urusan rumah tangganya, yang pada akhirnya, patut diduga ibu T cukup
stress dengan tanda tekanan darahnya 170/100 mmHg.
Kata kunci : Belum menikah, memandirikan, stress, dewasa muda, tugas
perkembangan.
2
Soal
1. Bagaimana karakteristik keluarga inti pada suku jawa
berdasarkan kasus di atas?
2. Apa Tugas Perkembangan yang keluarga Bp. S?
3. Mengapa An L (35 thn) belum menikah?
4. Mengapa An M tidak mau dilibatkan dalam urusan rumah tangga
keluarganya, dan apakah hal tersebut merupakan penyimpangan tugas tumbuh
kembang?
5. Bagaimana perubahan peran Ibu T terkait dengan penyakit
Bp. S?
6. Apakah Masalah utama yang dihadapi keluarga Bp. S?
7. Fungsi apa yang dapat dilakukan perawat untuk menangani masalah keluarga
Bp.S?
8. Apa Fungsi keluarga (menurut Friedman) yang tidak terpenuhi oleh keluarga
Bp. S?
9. Apa model teori keperawatan yang sesuai untuk diterapkan terhadap kasus
pada keluarga Bapak S?
10. Bagaimana asuhan keperawatan yang dapat dilakukan
terhadap masalah keluarga Bp. S?
3
Jawaban
1. Bagaimana karakteristik keluarga inti pada suku jawa
berdasarkan kasus di atas?
Pada kasus tersebut dijelaskan bahwa keluarga Bp. S
berasal dari suku jawa dan termasuk dalam keluarga inti. Pada
suku jawa bentuk keluarga didominasi oleh keluarga besar dan
keluarga inti yang berpusat pada ayah atau ibu. Keluarga jawa
yang ekonomi serta kelas sosial menengah ke bawah
mempunyai karakteristik pola mencari bantuan pertolongan
kesehatan yang sederhana. Selain itu, pada keluarga jawa
menerima dan menghargai struktur keluarga (matrilokal atau
patrilokal) serta sistem nilai yang dianut keluarga jawa
merupakan tonggak awal yang harus ditanamkan dalam
keluarga agar kelak menuai keberhasilan. Keberhasilan tesebut
dapat dinilai dari tingkat kemandirian keluarga dalam menolong
diri mereka sendiri dalam bidang kesehatan dan akan optimal
jika melibatkan kyai. Akan tetapi, pada kasus keluarga Bp. S
belum bisa mencapai tingkat kemandirian dalam keuarga,
karena terdapat tugas perkembangan yang belum terpenuhi
dalam kelurga yaitu memandirikan anak. Dalam hal ini, asuhan
keperawatan yang dapat dilakukan pada karakteristik keluarga
inti suku jawa adalah dengan pendekatan budaya (transcultural
nursing). Pendekatan budaya dilakukan karena dipandang lebih
tepat Pendekatan budaya bermakna asuhan keperawatan
keluarga dimulai dari keinginan keluarga, sesuai dengan
kebiasaan keluarga, sesuai sumber daya keluarga, sesuai
dengan kemampuan keluarga, sesuai dengan struktur dan nilai-
nilai yang dianut keluarga, serta melibatkan kyai sebagai
pemimpin spiritual mereka.
4
Dalam keluarga suku jawa juga biasanya suami istri
memimpin keluarga bersama-sama. Dalam artian sebagai bapak
dan ibu, mereka mempunyai kedudukan serta kekuasaan yang
sama. Keluarga suku jawa selalu memelihara hubungan yang
kuat san erat diantara para anggota keluarga. Akan tetapi, di
keluarga Bp.S kurang terbina hubungan keluarga yang baik, hal
itu terlihat sari sikap An.M yang cenderung peduli terhadap
penyakit yang dialami Bp.S. Padahal pada prinsipnya hubungan
bapak dan anak terjalin dengan erat.
2. Apa Tugas Perkembangan yang Belum Terpenuhi Oleh keluarga Bp. S?
Bp. S dan Ibu T adalah orang tua yang memiliki dua orang
anak. Anak pertama bernama An. L (35 th) dan anak kedua
adalah An. M (18 th). Saat ini An. L bekerja sebagai guru SD dan
An. M bekerja di bengkel setelah lulus dari SMA. Kita bisa
mengetahui suatu keluarga memasuki tahap sesuai dengan
umur anak pertama. Dilihat dari umur anak pertama Bp. S adalah
35 tahun, maka keluarga Bp. S memasuki tahap yang menurut
Duvall dalam Sosiological Perspective tahun 1985 adalah tahap
keluarga melepas anak dewasa. Dimana anak dewasa adalah
anak dengan usia di atas 20 tahun yang seharusnya sudah bisa
menghidupi dirinya sendiri dan bertanggung jawab kepada orang
tua.
Tugas perkembangan pada tahap melepaskan anak dewasa
antara lain:
a. memperluas jaringan keluarga inti menjadi keluarga besar;
b. membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di
masyarakat;
c. penataan kembali peran orang tua dan kegiatan di rumah.
d. mempertahankan keintiman pasangan;
5
Dalam kasus Bp. S dapat diketahui bahwa An. L yang telah
berusia 35 tahun seharusnya telah bisa meninggalkan rumah
untuk bekerja dan memiliki keluarga baru (menikah). Pada
kenyataannya An. L yang telah bekerja belum menikah dan
masih tinggal satu rumah dengan Bp. S dan Ibu T. Seharusnya
Bp. S dapat membuat keluarga inti menjadi keluarga besar
dengan menikahnya An. L.
Dengan menikahnya An. L diharapkan dapat membantu An.
L untuk mandiri dalam kehidupannya di masyarakat. Jika An. L
telah menikah maka Bp. S dan Ibu T dapat memberikan asih,
asah dan asuh pada An. M yang berusia 18 tahun dengan
penataan kembali peran orang tua dan kegiatan rumah. Bp. S
juga mengatakan bahwa selama ini dia masih mempertahankan
keintiman pasangan dengan selalu menyampaikan keluhan yang
dirasakan antar suami istri.
Tugas yang belum terselesaikan oleh keluarga adalah
memperluas jaringan keluarga inti menjadi keluarga besar
dimana An. L belum menikah hingga usianya saat ini mencapai
35 tahun. Kedua adalah membantu memandirikan anak dalam
kehidupannya di masyarakat. Pada faktanya An. L masih tetap
tinggal dengan orang tuanya yang akan menyebabkan tingkat
kemanjaan sebagai anak akan muncul dalam diri An. L pada usia
35 tahun. Ketiga adalah penataan kembali menjadi orang tua
dan kegiatan rumah. Seharusnya Bp. S dan Ibu T saat ini adalah
memberikan kasih sayang dan pendidikan kepada adik dari An. L
yaitu An. M yang menginjak usia 18 tahun.
3. Apa yang menyebabkan An L (35 th) belum menikah?
Berdasarkan kasus yang terdapat dalam modul, tertulis bahwa keluarga
Bp. S berada pada tahap perkembangan dewasa awal. Hal ini didasarkan pada
teori perkembangan keluarga bahwasanya pengklasifikasian tahap suatu keluarga
6
didasarkan pada usia anak tertua, dalam kasus ini adalah An L. Berdasarkan Teori
Psikososial Erik Erikson (1963), manusia pada usia dewasa awal memiliki tugas
perkembangan antara lain: memilih pasangan, belajar hidup dengan pasangan,
memulai hidup berkeluarga, mengasuh anak, mengatur rumah tangga, mulai
melangkah dalam pekerjaan, menerima tanggung jawab sebagai warga negara,
menemukan dan berinteraksi dengan keluarga lain dalam komunitas. Sedangkan
menurut Teori Harvighurst, tugas perkembangan dewasa awal meliputi
pencapaian tanggung jawab sosial, menetapkan dan mempertahankan standar
kehidupan, mengembangkan aktivitas luang, dan berhubungan dengan
pasangannya sebagai individu. Berdasarkan kedua teori tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kondisi An L yang belum menikah merupakan
ketidakterpenuhinya tugas perkembangan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa
faktor yang melatarbelakanginya. Untuk mengetahui faktor pencetusnya, harus
dilakukan pegkajian terhadap individu maupun lingkungan disekitarnya termasuk
keluarga. Berdasarkan kasus pada keluarga Bp.S, terdapat beberapa faktor yang
memungkinkan mengapa An L belum menikah di usianya yang sudah termasuk
dalam tahap dengan tugas dominan melakukan pernikahan. Faktor tersebut antara
lain:
1. Perkembangan Psikososial yang tinggi
Pada umumnya seseorang yang memasuki tahap dewasa awal memiliki
perkembangan psikososial yang tinggi. Bahkan pada sebagian orang
perkembangan psikologisnya terhadap status sosial sangat tinggi
sehingga menutupi keinginan psikologis yang lainnya, misal keinginan
untuk merasakan kasih sayang dalam suatu pernikahan (membentuk
keluarga). Selama tahap dewasa awal, seseorang biasanya terlalu
berambisi untuk mendapatkan dan membuktikan status ekonomi dan
sosialnya kepada orang-orang disekitarnya. Hal tersebut membuat
orang-orang dewasa awal, terutama golongan idealis memasang target
tinggi untuk pasangannya. Mereka menginginkan memiliki pasangan
yang juga sudah bekerja, karena pekerjaan yang sukses tidak hanya
menjamin keamanan ekonomi tetapi juga hubungan yang akrab,
7
aktivitas sosial, dukungan dan penghormatan dari teman sejawat.
Selain itu, pernikahan dengan pasangan bekerja memiliki keuntungan
dan liabilitas (Potter & Perry, 1997). Beberapa alasan tersebut
mungkin dimiliki oleh An L. Keinginannya yang begitu tinggi untuk
menjadi sukses dimasa dewasa awalnya membuat ia berambisi untuk
mendapatkan pasangan yang sudah mapan dalam hal ekonomi, apalagi
dengan kondisi dirinya yang sudah bekerja. Memiliki pasangan yang
belum bekerja sama halnya dengan mengurangi income pribadinya dan
tidak menjamin terbentuknya keluarga minimal kelas menengah.
4. Mengapa An M tidak mau dilibatkan dalam urusan rumah tangga
keluarganya, dan apakah hal tersebut merupakan penyimpangan tugas tumbuh
kembang?
An M tidak mau dilibatkan dalam urusan rumah tangga keluarganya
dikarenakan An M memiliki alasan bahwa dia baru lulus SMA dan masih mau
menghabiskan waktunya untuk bermain bersama teman-temannya. Bisa dilihat
dari kasus di atas bahwa An M tidak memiliki tanggungjawab untuk ikut serta
dalam merawat ayahnya yang sedang sakit. Selain itu An M kurang memiliki rasa
mempunyai dalam keluarga tersebut sehingga ia acuh tak acuh dalam urusan
rumah tangga keluarganya.
Pada usia 18 tahun, seharusnya An M memiliki tugas perkembangan untuk
hidup mandiri dan mulai menjalin hubungan dengan jenis kelamin yang berbeda.
An M memang sudah bisa hidup mandiri dalam lingkungan masyarakat dengan
pembuktian bahwa An M bekerja di bengkel. Dalam tahap ini An M pada
perkembangan emosionalnya yaitu pada tahap pencarian identitas. Tahap
pencarian identitas ini seharusnya dibantu oleh orang tua An M. Tetapi karena Bp
S sakit dan Ibu T yang sibuk melakukan tugas rumah tangga sebagai kepala
keluarga, maka patut diduga An M mengalami kekacauan identitas. Kekacauan
identitas ini dapat dilihat dari An M yang tidak mau terlibat dalam urusan rumah
tangga, misalnya membantu Ibu T dengan merawat Bp S. Seharusnya dalam tahap
8
ini tugas perkembangan An M berubah karena dipengaruhi perubahan peranan.
Seperti yang terlihat dari masalah yang berkaitan dengan kehidupan dan falsafah
hidup seperti tujuan hidup, perilaku dirinya, keluarganya dan orang lain, An M
diharapkan memiliki pola pikir, sikap perasaan, dan perilaku yang menuntun dan
mewarnai berbagai aspek kehidupannya dalam masa dewasa kelak.
Tugas perkembangan lainnya bagi An M adalah mendapatkan kebebasan.
An M diharapkan belajar dan berlatih untuk menentukan pilihan, membuat
keputusan dan melaksanakan keputusannya serta berani bertanggungjawab.
Dengan kebebasan ini An M diharapkan tidak lagi bergantung pada orang tua dan
orang dewasa lainnya. Seperti yang terlihat An M masih ingin banyak bermain
dengan temen-temannya, hal ini wajar saja jika dilihat dari tugas perkembangan
An M. Sebagai orang tua, Ibu T sebaiknya memaklumi hal tersebut dan ikut
membimbung An M agar tugas perkembangan itu dapat dilewati An M dengan
baik. Jika tugas perkembangan itu telah terlaksana dengan baik maka An M saat
dewasa akan sadar bahwa ia bertanggungjawab pula dalam urusan rumah tangga
keluarga Bp S.
5. Bagaimana perubahan peran Ibu T terkait dengan penyakit
Bp. S?
Peran dalam keluarga sebenarnya sudah ada dan terbagi
masing-masing antara anggota keluarga. Sehingga dalam
keluarga peran tersebut berfungsi untuk saling melengkapi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga dan menyelesaikan tahap
perkembangan keluarga. Berdasarkan ilustrasi dari skenario 1
pada modul, seorang bapak S sudah tidak dapat melakukan
aktivitas seperti saat beliau masih sehat, sehingga beliau hanya
bisa menjaga keakraban dan keintiman pasangan. Sedangkan
untuk peran bapak S sebagai ayah yang harus dilakukan beliau
tidak bisa memenuhi, maka Ibu T sebagai pasangannya harus
merangkap peran sebagai ayah dan sebagai ibu, peran sebagai
ayah untuk menafkahi keluarga dan memberikan rasa aman bagi
9
keluarga tersebut, dan menjalankan peran sebagai seorang ibu
untuk mengasuh anaknya.
Seorang ibu yang seharusnya berperan sebagai pendidik
dan mengatur keuangan dan urusan rumah tangga tidak
mempunyai kewajiban untuk menjadi tulang punggung utama
keluarga. Meskipun begitu kemungkinan untuk menjadi pencari
nafkah tambahan untuk keluarga juga tidak disalahkan dalam
pelaksanaannya. Karena dalam keluarga yang memiliki tingkat
kebutuhan yang tinggi akan dapat dipenuhi dengan nafkah
tambahan yang dihasilkan oleh anggota keluarga yang lain
termasuk anak yang sudah bekerja tapi belum berkeluarga.
Keputusna untuk mencari nafkah ini dapat dilakukan sesuai
dengan kesepakatan seluruh anggota keluarga, sehingga tidak
ada rasa saling keberatan dengan kondisi tersebut.
Dalam skenario disebutkan bahwa tugas perkembangan
yang belum terselesaikan adalah memandirikan anak, hal ini
perlu diperhatikan oleh bapak S dan Ibu T sebagai orang tua.
Anak-anak mereka sudah berumur 35th dan 30th seharusnya
pada usia tersebut mereka sudah memiliki pasangan dan
membentuk sebuah keluarga sendiri. Hal ini dikarenakan usia
mereka yang sudah cukup untuk menikah dan mereka juga telah
memiliki pekerjaan yang dapat digunakan untuk membangun
rumah tangga sendiri dan berpisah dari orangtuanya.
Kemandirian ini perlu untuk dibenahi mungkin dengan cara
mengajak bicara anak mereka dan menanyakan kepada mereka
apakah merka sudah memiliki pasangan dan selalu mendukung
kegiatan yang dilakukan oleh mereka.
10
6. Apakah Masalah utama keluarga Bp. S?
Tugas perkembangan sebagai keluarga seharusnya memandirikan anak,
membantu anak tertua dalam melepaskan diri, serta orangtua juga membantu anak
mereka yang lebih kecil agar mandiri. Ketika kedua anak dilepas untuk menikah,
tugas keluarga adalah memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota
keluarga yang baru lewat perkawinan dan menerima nilai-nilai dan gaya hidup
dari pasangan itu sendiri. Tugas perkembangan pada fase ini menjadi penting,
namun terkadang fase ini terkadang sulit untuk dilewati karena umumnya mereka
menunda perkawinan dengan alasan masalah ekonomi ataupun sikap orang tua
terhadap anaknya.
Peran keluarga
Tahap ini merupakan tahap dimana keluarga melepas anak usia dewasa dan
membantu orang tua yang sudah mengalami sakit-sakitan. Namun pada tahap ini
tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi, orang tua belum memandirikan
anak-anaknya pada usia yang sudah dewasa. Pola komunikasi dalam keluarga
Bp.S terjalin dengan baik antar suami istri, namun pola komunikasi antar anak
tidak terjalin. Meskipun didalam kasus tidak dijelaskan bagaimana komunikasi
orang tua dengan anaknya tetapi dapat terlihat dari tingkah laku salah satu
anaknya. Peran Bp.S selaku kepala keluarga digantikan oleh Ibu T dan dibantu
dengan An M, karena Bp. S mengalami hemiparase kaki kiri. Sedangkan An T
tidak menjalankan fungsi formal yang sepenuhnya, tidak mau membantu ibu dan
merawat Bap S yang sedang sakit. Pola komunikasi tidak terlihat terjalin pada
anak sepenuhnya, An M yang belum menikah hingga usia 35 thn sedangkan An T
yang enggan membantu orang tua dan juga belum menikah pada usia 30 tahun
peran orang tua disni sangat perlu dalam hal memandirikan anak atau melepas
anak pada usia tersebut. Sehingga komunikasi antar anak dan orang tua harus
selalu terjalin, agar orang tua melakukan tugas perkembangan yang mulai melepas
anak usia dewasa dan memandirikan anak serta anak mulai melakukan tugas
perkembangan memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar. Selain itu peran
masing-masing anggota keluarga disini sangat dibutuhkan untuk terciptanya
hubungan keluarga yang harmonis.
11
7. Apa fungsi yang dapat dilakukan perawat untuk menangani masalah keluarga
bpk.S?
Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak yang memberi
dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Pada kasus
keluarga bpk.S, terdapat beberapa masalah keluarga seperti:
1. Tugas perkembangan yang belum selesai adalah memandirikan anak atau
melepas anak.Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak
pertama meninggalkan rumah orangtua, akan tetapi pada keluarga bpk.S anak
pertama L sudah berumur (35) tahun belum menikah. Pada tahap ini
seharusnya:
Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang
didapatkan melalui perkawinan anak-anak.
Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan.
Membantu orang tua lanjut usia dan sakit sakitan dari suami maupun istri.
2. Kondisi bpk.S mengalami hemiparese di bagian kaki kiri, sehingga ibu. T
menjalankan semua tugas bpk.S bersama anak pertama, sedangkan pada tahap
ini seorang istri masuk pada awal manupouse. Jadi kelelahan yang berlebihan
dirasakan oleh ibu T, sedangan anak kedua tidak mau terlibat dengan
perawatan bp.S dirumah karena tidak mau dilibatkan sehingga ibu.T
melakukan semua urusan rumah tangganya.
Peran Perawat dalam Keluarga dengan Tahap Anak Usia Dewasa Muda
adalah memberikan pendidikan konseling pada keluarga tentang tugas tugas
yang seharusnya dilalui oleh keluarga yaitu, pada orang tua (suami istri)
melepas anak pertamanya untuk menikah dan melakukan reorganisasi
keluarga menjadi sebuah unit yang tetap berjalan sementara melepaskan anak-
anak yang dewasa kedalam kehidupan mereka sendiri.sedangkan anak kedua
membantu mengurus perawatan bpk.S sehingga beban ibu.T berkurang.
Masalah utama kesehatan meliputi munculnya kondisi kesehatan kronis dan
faktor-faktor yang berpengaruh seperti kolestrol tinggi, obesitas, dan tekanan
darah tinggi serta monopouse. perlu strategi promosi kesehatan dan “gaya
12
hidup sehat” menjadi lebih penting bagi anggota keluarga yang dewasa.
Memberikan pengetahuan kepada ibu.T tentang resiko tekanan darah tinggi
dan dampak yang disebabkan dari penyakit tersebut. Memberikan perawatan
kepada keluarga serta mengkaji masalah yang terjadi di dalam keluarga
tersebut, sehingga dapat melakukan tindakan dengan tujuan mengurangi
masalah masalah yang terjadi di keluarga bp.S tersebut.
3. Tanggung jawab An. L untuk ikut membantu ibunya merawat sang ayah
Sebagai anak sulung, An. L memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi
terhadap keluarganya. Terlebih dengan kondisi ayahnya yang tengah sakit-
sakitan dan tidak produktif lagi untuk bekerja membuat An. L harus
menyisihkan sebagian pendapatannya sebagai guru SD untuk membiayai hidup
keluarga dan pengobatan Hemiparese yang dialami ayahnya. Hal tersebut
membuat An. L kurang memikirkan akan kebutuhan biologis dan tugas
perkembangannya termasuk untuk menikah pada tahap dewasa awal. Selain itu,
tekanan sosial untuk membentuk suatu keluarga dewasa ini tidak tidak seberat
pada masa lalu. Dahulu seseorang yang telah berusia 30 tahun dan belum
menikah akan dianggap sebagai lajang tua, terutama pada wanita. Namun,
dewasa ini banyak orang yang memutuskan untuk tetap melajang dan menikmati
hasil kerjanya sendiri dengan tinggal di apartemen mewah, memakai mobil
mewah dan bau-baju bagus, dan sebagainya. Hal yang demikian tetap berlaku
dan diterima di kalangan masyarakat sekarang dan tidak dianggap sebagai suatu
penyimpangan. Oleh karena itu, banyak orang dewasa muda termasuk An. L
merasa tetap tenang dan nyaman dalam masa lajangnya.
8. Apa Fungsi keluarga yang tidak terpenuhi oleh keluarga Bp. S?
Fungsi keluarga menurut Friedman secara umum di bagi menjadi 5 fungsi.
Fungsi-fungsi tersebut meliputi fungsi afektif (the affective function), fungsi
sosialisasidan tempat bersosialisasi (socialization and social placement function),
fungsi reproduksi (the reproductive function), fungsi ekonomi (the economic
function), dan fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care
13
function). Diharapkan kelima fungsi keluarga ini dapat terpenuhi dalam tiap
keluarga dengan kadar yang seimbang agar tidak terjadi masalah yang dapat
menimbulkan perpecahan dalam keluarga.
Dalam skenario 1 diketahui bahwa Bp. S mengalami Hemiparese kaki kiri,
sehingga ibu T menjalankan seluruh tugas Bp. S sebagai kepala keluarga dibantu
An. L, tetapi An. M tidak mau membantu dan lebih memilih untuk bermain
bersama teman-temannya dikarenakan ia baru lulus SMA. Dari ilustrasi tersebut,
dapat dikatakan bahwa keluarga Bp. S kurang memenuhi fungsi Afektif (the
affective function). Fungsi afektif berhubungan dengan keadaan didalam keluarga
dimana merupakan fungsi keluarga yang utama yaitu mengajarkan segala sesuatu
pada anggota keluarga untuk mempersiapkan dirinya ketika akan berhubungan
dengan dunia luar. Fungsi ini merupakan dasar kekuatan keluarga, berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial, membentuk gambaran diri positif pada
anggota keluarga, menjalankan peran dengan sesuai (pada tempatnya), dan penuh
rasa kasih sayang.
Fungsi ini tidak terpenuhi dengan baik oleh keluarga Bp. S dikarenakan
salah satu anaknya (An. M) berjalan sendiri dengan kemauannya tanpa
memperdulikan ayah, ibu, dan kakaknya. An. M terlalu terpengaruh dunia luar
yang menyababkan ia lebih memilih bermain dengan teman-temannya dari pada
membantu ibu dan kakaknya untuk mengurus ayahnya yang sedang sakit.
Keluarga Bp. S kurang menjalankan fungsi afektif dengan baik sehingga An. M
tidak membentuk gambaran positif dalam dirinya dan kurang rasa kasih sayang
pada keluarganya. Fungsi afektif juga tidak terpenuhi karena istri merasa kurang
mendapat perhatian akibat Tn. S sakit.
Fungsi lain yang itdak terpenuhi dalam keluarga Bp. S adalah fungsi
sosialisasi (the socialization function). Fungsi sosialisasi merupakan fungsi
keluarga untuk melatih anggota keluarganya agar dapat berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya. Keluarga merupakan tempat pertama kali anggota keluarga
mengenal sosialisasi dengan anggota keluarga lainnya. Disini mereka diajarkan
untuk disiplin, norma, budaya, dan bagaimana cara berperilaku serta cara
berhubungan dengan orang lain diluar rumah sehingga individu siap berperan
14
ditengah masyarakat. Sebenarnya fungsi sosialisasi telah berjalan dengan baik
dalam keluarga Bp. S namun yang menjadi masalah adalah An. M yang terlalu
berlebihan bersosialisasi dengan teman-temannya diluar namun ia kurang
bersosialisasi dengan sesama anggota keluarganya. An. M dapat dikatakan kurang
peduli dengan ayahnya yang sedang sakit dan ibunya yang harus menggantikan
peran ayahnya.
9. Apa model teori keperawatan yang sesuai untuk diterapkan terhadap kasus
pada keluarga Bapak S?
Pada kasus yang terjadi pada keluarga bapak S, teori model keperawatan
yang dapat diterapkan adalah teori model Betty Neuman. Pada model ini, manusia
adalah sebagai makhluk holistik dengan pendekatan sistem terbuka. Model sistem
Neuman meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan
spiritual yang memiliki hubungan dinamis dengan adanya respon sistem terhadap
stressor yang berasal dari lingkungan internal maupun eksternal. Stressor
merupakan kekuatan lingkungan yang menghasilkan ketegangan dan berpotensi
menyebabkan sistem tidak stabil. Neuman mengklasifikasikan stressor menjadi
tiga bagian, yaitu stressor intrapersonal (tekanan yang terjadi dalam diri individu),
stressor interpersonal (tekanan yang berasal diantara individu dan orang lain), dan
stressor ekstrapersonal (tekanan diluar individu). Stressor dianggap sebagai suatu
situasi, kondisi, tekanan, atau sumber potensial yang dapat menyebabkan suatu
ketidakstabilan didalam individu dan mengurangi garis pertahanan atau resistensi
individu.
Pada kasus di skenario tersebut, stres yang dialami oleh Ibu T merupakan
stressor interpersonal, Ibu T mengalami tekanan pada dirinya dan dengan
keluarganya. Ibu T harus memainkan dua peran sekaligus yakni sebagai ibu
rumah tangga dan juga sebagai kepala keluarga, hal ini dikarenakan suami Ibu T
yaitu Bapak S mengalami hemiparase, sehingga Ibu T harus menjalankan semua
tugas suaminya tersebut dengan dibantu anak pertamanya yaitu Anak L. Stress
yang dialami oleh Ibu T juga disebabkan oleh anak keduanya yaitu Anak M yang
tidak mau dilibatkan kedalam urusan rumah tangganya, dengan alasan bahwa
15
Anak M baru lulus SMA dan masih perlu banyak bermain dengan teman-teman
sebayanya, sehingga belum mau terlibat dalam perawatan Bapak S di rumah.
Karena tekanan yang dialaminya resebut, Ibu T mengalami stress yang ditandai
dengan tekanan darahnya 170/100 mmHg. Stress yang dialami Ibu T dapat
diakibatkan karena ansietas, takut, nyeri, dan stress emosional sahingga
merangsang saraf simpatik, yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung,
dan tahanan perifer. Karena efek stimulasi simpatik ini maka tekanan darah
meningkat.
Menurut diagram lingkaran yang disajikan oleh Neuman, maka dapat
diketahui bahwa Ibu T telah melewati garis pertahanan fleksibel yang merupakan
lapisan terluar (berfungsi sebagai penyangga stressor yang terus berubah secara
dinamis dan cepat, namun sangat rentan terhadap faktor-faktor internal seperti
kurang tidur). Karena garis pertahanan fleksibel tidak dapat digunakan untuk
pertahanan terhadap stressor, maka stressor tersebut mempengaruhi
keseimbangannya. Ibu T telah menghadapi stress sepanjang waktu, yang dalam
hal ini berarti Ibu T berada pada garis pertahanan normal (berkembang sepanjang
waktu untuk mempertahankan keadaan yang tetap). Namun, keadaan Ibu T belum
mencapai pada garis resistensi (berfungsi melindungi struktur dasar dan akan
teraktivasi jika ada invasi dari stressor lingkungan melalui garis pertahanan
normal).
10. Bagaimana asuhan keperawatan yang dapat dilakukan terhadap masalah yang
terjadi pada keluarga Bp.S?
Asuhan keperawatan pada keluarga Bp.S dapat dilakukan dengan mengkaji
masalah apa saja yang timbul dalam keluarga tersebut. Adapun langkah-
langkah asuhan keperawatannya adalah sebagai berikut:
1. Tahap pengkajian
a. Data umum
Nama kepala keluarga: Bp. S
Umur: 50 th
Pendidikan dan pekerjaan: D3/ guru SD
16
Komposisi keluarga: Ibu T (48 thn): istri, An. L (35 thn), anak
pertamaAn. M (18 thn), anak kedua
Tipe keluarga : nuclear family. Keluarga terdiri dari bapak (Bp. S), ibu
(Ibu T), dan kedua anak (An. L dan An. M)
Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik): keluarga Bp.S merupakan
keluarga dengan etnik Jawa.
Agama:-
Status sosial ekonomi: Keluarga Bp. S merupakan keluarga yang tergolong
cukup dalam hal perekonomiannya.
Riwayat dan Tahap perkembangan keluarga:
Keluarga Bp. S merupakan keluarga inti, anak yang paling tua belum
menikah.
1. Struktur keluarga: keluarga berkomunikasi secara langsung, stuktur
kekuatan keluarga terletak pada ayah. Tiap anggota keluarga
melakukan perannya kecuali Bp. S yang perannya dijalankan oleh sang
istri. Keluarga menerapkan nilai dan norma yang dianut dalam
keluarga suku Jawa.
Struktur peran : peran Bp. S sebagai anggota keluarga dilakukan oleh
istrinya.
2. Fungsi keluarga
Fungsi afektif dalam keluarga kurang, istri merasa kurang mendapat
perhatian akibat Tn. S sakit. Setiap anggota keluarga tidak memili
ketergantungan dengan anggot lain kecuali Bp. S. Perawatan kesehatan
Bp. S masih kurang karena hemisparese membutuhkan hospitalisasi
yang intensif.
3. Stress dan koping keluarga
Keluarga Bp. S termasuk keluarga yang dapat mengatasi pernasalahan
yang ada dengan koping yag baik.
4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada seluruh anggota keluarga Bp.S.
17
5. Harapan Keluarga
Keluarga mengharapkan Bp.S segera sembuh dan dapat memenuhi
perekonomian keluarga secara normal.
2. Perumusan diagnosa keperawatan
a. Perubahan dalam proses keluarga berhubungan dengan adanya
salah satu anggota keluarga yang sakit ditandai dengan ibu T
menjalankan semua tugas Bp. S selaku kepala RT
b. Terhambatnya tugas perkembangan keluarga berhubungan dengan
adanya anggota keluarga yang sakit ditandai dengan belum
terselesainya tugas memandirikan anak pertama (An. M)
c. Ketidakefektifan penatalaksanaan anggota keluarga yang sakit
berhubungan dengan ketidakseimbangan income dan outcome
ditandai dengan Bp. S yang hanya dirawat oleh istri dan anak
pertamanya.
3. Penyusunan rencana keperawatan
a. 1.) Bantu klien mengenali perannya dalam keluarga, perubahan
peran yang terjadi selama hidupnya, tingkah laku dan sikap yang
diharapkan dalam perubahan peran yang baru, dan strategi positif
untuk mengatasi perubahan peran.
2.) Fasilitasi pembahasan adaptasi peran anggota keluarga jika
ada salah satu anggota keluarga yang sakit sehingga tidak bisa
menjalankan perannya yang semula.
3.) Berikan kesempatan pada klien untuk menampilkan
perilakunya terhadap peran baru.
4.) Ajarkan tingkah laku dan pemikiran baru yang dibutuhkan
klien/keluarga untuk memenuhi peran barunya.
b. 1.) Bantu keluarga untuk mengevaluasi fungsi keluarga saat ini
dan yang lalu
2.) Beri kesempatan pada anggota keluarga untuk
mendiskusikan penilaian mereka terhadap situasi
18
3.) Bantu keluarga untuk mempunyai harapan yang lebih
realistis.
c. 1.) Bantu keluarga dalam menghadapi kekhawatiran terhadap
situasi
2.) Akui kekuatan yang ada pada keluarga dengan tepat
3.) Dorong keluarga mendapat pengganti untuk merawat
individu yang sakit
4.) Dorong untuk mengungkapkan rasa bersalah, marah, dan
permusuhan serta mengenal lebih lanjut perasaannya dalam
anggota keluarga
5.) Beri keluarga bantuan mengantisipasi sakit lebih lanjut.
4. Pelaksanaan asuhan keperawatan
a. 1). Membantu klien mengenali perannya dalam keluarga, perubahan
peran yang terjadi selama hidupnya, tingkah laku dan sikap yang
diharapkan dalam perubahan peran yang baru, dan strategi positif
untuk mengatasi perubahan peran.
2). Memfasilitasi pembahasan adaptasi peran anggota keluarga jika
ada salah satu anggota keluarga yang sakit sehingga tidak bisa
menjalankan perannya yang semula.
3). Memberikan kesempatan pada klien untuk menampilkan
perilakunya terhadap peran baru.
4). Mengajarkan tingkah laku dan pemikiran baru yang dibutuhkan
klien/keluarga untuk memenuhi peran barunya.
b. 1). Membantu keluarga untuk mengevaluasi fungsi keluarga saat ini
dan yang lalu
2).Memberi kesempatan pada anggota keluarga untuk mendiskusikan
penilaian mereka terhadap situasi
3). Membantu keluarga untuk mempunyai harapan yang lebih
realistis.
19
c. 1.) Membantu keluarga dalam menghadapi kekhawatiran terhadap
situasi
2.) Mengakui kekuatan yang ada pada keluarga dengan tepat
3.) Mendorong keluargamendapatpenggantiuntukmerawatindividu
yang sakit
4.) Mendorong untuk mengungkapkan rasa bersalah, marah, dan
permusuhan serta mengenal lebih lanjut perasaannya dalam anggota
keluarga
5.) Memberikan beri keluarga bantuan mengantisipasi sakit lebih
lanjut.
5. Evaluasi
a. Terciptanya peran yang sesuai bagi masing-masing anggota
keluarga
b. Terpenuhinya tugas pertumbuhan dan perkembangan keluarga Bp.
S
c. Terpenuhinya kebutuhan perawatan Bp. S yang optimal dan
profesional.
20
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin. 2006. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.
Carpenito, Moyet L.J. 2004. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Christensen, Paul A J. 2009. Proses Keperawatan: Aplikasi Model Konseptual. Jakarta: EGC
Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Friedman, M.M., Bowden, V.R., &Jones, E.G. (2003). Family Nursing: Research Theory & Practice. New Jersey: Prentice Hall.
NANDA. 2009. Nursing Diagnoses NANDA: Definition and Clasification 2009-2011.
Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan Transkural. Jakarta: EGC.
Suprajitno. 2003. Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Susanto. Tantut. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Teori Pada Praktik Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media.