pengkajian mental pada pasien pre dan post operasi

6
TUGAS KELOMPOK KEPERAWATAN PERIOPERATIF PENGKAJIAN MENTAL PADA PASIEN PRE DAN POST OPERASI Dosen Pembimbing : Disusun Oleh: Kelas : II A

Upload: wahyu-kristin

Post on 23-Dec-2015

27 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

kep perioperatif

TRANSCRIPT

TUGAS KELOMPOK KEPERAWATAN PERIOPERATIF

PENGKAJIAN MENTAL PADA PASIEN PRE DAN POST OPERASI

Dosen Pembimbing :

Disusun Oleh:

Kelas :

II A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

2014

A. Penatalaksanaan Gangguan Psikososial pada Pasien Pre OperasiPersiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses

persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.

Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis (Barbara C. Long). Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan dan ketakutan antara lain : Pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan. Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda.

Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi pengalaman operasi sehingga akan memberikan respon yang berbeda pula, akan tetapi sesungguhnya perasaan takut dan cemas selalu dialami setiap orang dalam menghadapi pembedahan. Berbagai alasan yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan antara lain :1. Takut nyeri setelah pembedahan2. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal (body

image)3. Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)4. Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai

penyakit yang sama.5. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas.6. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.7. Takut operasi gagal.

Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti : meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menayakan pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, sering berkemih. Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang biasa digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu perawat perlu mengkaji hal-hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam menghadapi masalah ketakutan dan kecemasan ini, seperti adanya orang terdekat, tingkat perkembangan pasien, faktor pendukung/support system.

Untuk mengurangi / mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan hal-hal yang terkait dengan persiapan operasi, antara lain :1. Pengalaman operasi sebelumnya

Persepsi pasien dan keluarga tentang tujuan/alasan tindakan operasi.Pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan operasi baik fisik maupun penunjang.

2. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang situasi/kondisi kamar operasi dan petugas kamar operasi.

Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur (pre, intra, post operasi)Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan sebelum operasi dan harus dijalankan setalah operasi, seperti : latihan nafas dalam, batuk efektif, ROM, dll.Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan keputusan

pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui dan biasanya pasien pulang tanpa operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi ke rumah sakit setalah merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda operasi yang mestinya sudah dilakukan beberapa hari/minggu yang lalu. Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan didukung oleh keluarga/orang terdekat pasien.

Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat. Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien. Keluarga hanya perlu mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa dan dukungan pasien dengan kata-kata yang menenangkan hati pasien dan meneguhkan keputusan pasien untuk menjalani operasi. Penatalaksanaan gangguan psikososial pada pasien pre operasi antara lain :1. Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien

sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama proses operasi, menunjukkan tempat kamar operasi, dll. Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan pasien mejadi lebih siap menghadapi operasi, meskipun demikian ada keluarga yang tidak menghendaki pasien mengetahui tentang berbagai hal yang terkait dengan operasi yang akan dialami pasien.

2. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan operasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas. Misalnya: jika pasien harus puasa, perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan samapai kapan, manfaatnya untuk apa, dan jika diambil darahnya, pasien perlu diberikan penjelasan tujuan dari pemeriksaan darah yang dilakukan, dll. Diharapkan dengan pemberian informasi yang lengkap, kecemasan yang dialami oleh pasien akan dapat diturunkan dan mempersiapkan mental pasien dengan baik

3. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang segala prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar operasi.

4. Mengoreksi pengertian yang salah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.

5. Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi, petugas kesehatan di situ akan memperkenalkan diri sehingga membuat pasien merasa lebih tenang. Untuk memberikan ketenangan pada pasien, keluarga juga diberikan kesempatan untuk mengantar pasien samapi ke batas kamar operasi dan diperkenankan untuk menunggu di ruang tunggu yang terletak di depan kamar operasi.

6. Obat-obatan premedikasiSebelum operasi dilakukan pada esok harinya, pasien akan diberikan obat-

obatan premedikasi untuk memberikan kesempatan pasien mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Obat-obatan premedikasi yang diberikan biasanya adalah valium atau diazepam. Antibiotik profilaksis biasanya diberikan sebelum pasien dioperasi. Antibiotik profilaksis diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi selama tindakan operasi, obat ini diberikan 1-2 jam sebelum

operasi dimulai dan dilanjutkan pasca bedah 2-3 kali. Antibiotik yang dapat diberikan adalah ceftriakson 1 gram dan yang lain sesuai indikasi.

B. Penatalaksanaan Gangguan Psikososial pada Pasien Pre OperasiSuatu proses pembedahan setelah operasi atau post operasi akan menimbulkan

respon nyeri dan cemas. Kecemasan adalah perasaan yang subyektif, suatu perasaan yang tidak spesifik atas ketidaknyamanan dan ketegangan, ini adalah suatu respon yang normal untuk melindungi seseorang terhadap sesuatu yang mengancam fisik, psikologi, integritas sosial, harga diri dan status (Fortinas and Holoday, 2001). Menurut Gill (2002) bahwa nyeri bisa menyebabkan kecemasan. karena rasa nyeri sangat mengganggu kenyamanan seseorang sehingga menimbulkan rasa cemas. Rasa cemas tersebut timbul akibat seseorang merasa terancam dirinya atau adanya akibat yang lebih buruk dari nyeri tersebut.

Proses penyembuhan luka operasi dapat memakan waktu yang cukup lama, dengan demikian perubahan gaya hidup yang seperti ini pasien mungkin akan mengalami stress atau takut mengalami ketidakmampuan permanen yang membuatnya tidak dapat bekerja, olah raga, belajar atau rekreasi (Prasetyo, 2004). Penatalaksanaan gangguan psikososial pada pasien post operasi antara lain :1. Terapi psikofarmaka

Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengam memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam. Serta pemberian obat analgesic untuk mengurangi rasa nyeri setelah dioperasi seperti

2. PsikoterapiPsikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar

pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.

b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatasi kecemasan.

c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.

d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.

e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.

f. Terapi psikoreligiusUntuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.