penghasilan tidak kena pajak

Upload: syaiful-bakhri

Post on 19-Jul-2015

168 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) Filed under: Pajak Penghasilan,PPh Pasal 21 pajaklengkap @ 11:26 PTKP adalah jumlah penghasilan satu tahun pajak yang dapat dikurangkan dari jumlah penghasilan bruto, dengan kata lain jumlah (bagian) tersebut tidak dikenakan dalam perhitungan pajak dan hanya diberikan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi. Prinsip PTKP : 1. Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun kalender, kecuali untuk pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia dalam bagian tahun kalender ditentukan berdasarkan keadaan pada awal bulan dari bagian tahun kalender yang bersangkutan. Contoh 1: Iwan mulai bekerja pada 1 Februari 2009, kemudian menikah pada 3 April 2009, maka status PTKP Iwan di lihat berdasarkan keadaan awal tahun 2009 yaitu Tidak Kawin tanpa ada tanggungan (TK/0). Maka pada awal tahun 2010 status Iwan menjadi Kawin tanpa ada tanggungan (K/0). Jika pada bulan Oktober 2010 istri Iwan melahirkan seorang anak, maka sepanjang 2010 status Iwan masih K/0, dan menjadi K/1 (Kawin dengan 1 tanggungan) dihitung sejak awal 2011. Contoh 2 : Mr Michael mulai bekerja di Indonesia pada 15 April 2009, berarti status PTKP Mr Michael dilihat sejak tanggal kedatanganny ke Indonesia. Sepasang suami istri bekerja, mempunyai 2 orang anak Jika suami istri mempunyai kewajiban pajak tersendiri, maka status PTKP suami adalah K/2 dan istri adalah TK/0. Jika suami istri mempunyai kewajiban perpajakan bersama (penggabungan penghasilan), maka status PTKP hanya untuk suami adalah K/I/2. (catatan L mengenai penggabungan penghasilan, bisa dilihat pada bagian berikutnya) Besarnya PTKP bagi karyawati a. Bagi karyawati kawin (suami mempunyai penghasilan), sebesar PTKP untuk dirinya sendiri (TK/0) b. Bagi karyawati tidak kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya (TK/1, atau TK/2, atau TK/3). c. Dalam hal karyawati kawin dapat menunjukan keterangan tertulis dari pemerintah daerah setempat serendah-rendahnya kecamatan yang menyatakan suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan, besarnya PTKP adalah PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP untuk status kawin dan PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya (K/1, atau K/2, atau K/3).

2.

3.

Sebutkan biaya-biaya yang tidak dapat dikurangakan dari Penghasilan Bruto menurut Pasal 9 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 ! B. Biaya-Biaya yang Tidak Dapat Dikurangkan dari Penghasian Bruto ( Pasal 9 UndangUndang Nomor 17 Tahun 2000 )

a) Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun, seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha

koperasi. b) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota. c) Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali : - cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank, sewa guna usaha dengan hak opsi, dan asuransi - cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan yang ketentuan dan syarat-syaratnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan. d) Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi wajib pajak orang pribadi yang bersangkutan (wajib dipotong PPh Pasal 21). Apabila pembayaran premi asuransi tersebut belum dibebankan sebagai biaya oleh wajib pajak pemberi kerja, maka wajib pajak dapat melakukan penyesuaian fiskal negatif (SE - 03/PJ.41/2003) e) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali : - Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh karyawan di tempat kerja secara bersamasama. - Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu. - Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan. - Lihat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 466/KMK.04/2000 Jo KEP - 213/PJ./2001 Jo SE - 14/PJ.31/2003 Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau pihak yang memiliki hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan. Harta yang dihibahkan, bantuan, sumbangan, dan warisan, kecuali zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayar oleh wajib pajak orang pribadi pemeluk agama islam dan atau wajib pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama islam kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah. Pajak Penghasilan Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi wajib pajak atau orang yang menjadi tanggungannya. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan. Pajak Masukan atas Perolehan BKP/JKP yang tidak dapat dikreditkan karena :

f) g)

h) i) j) k) l)

- Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 tentang PPN (Faktur Pajak Standar cacat), kecuali dapat dibuktikan bahwa PPN tersebut nyata-nyata telah dibayar. - Pajak Masukan atas perolehan BKP/JKP yang termasuk dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000. m) Biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan obyek pajak, yang pengenaan pajaknya bersifat final, pengenaan pajaknya berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto, dan Norma Penghitungan Khusus. n) Kerugian dari harta atau utang yang tidak dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan Obyek Pajak. o) PPh yang ditanggung pemberi kerja, kecuali PPh Pasal 26 sepanjang PPh tersebut ditambahkan sebagai dasar penghitungan untuk pemotongan PPh PPh Pasal 26 tersebut.

Tabel PTKP Berlaku sejak Berlaku sejak Berlaku sejak Berlaku sejak Berlaku 1984 1995 2000 2005 sejak 2006 Berlaku sejak 2009

Diri Wajib 960.000 1.728.000 2.880.000 12.000.000 13.200.000 15.840.000 Pajak Tambahan : Jika WP 480.000 864.000 1.440.000 1.200.000 1.200.000 1.320.000 Menikah Tambahan per tanggungan 480.000 864.000 1.440.000 1.200.000 1.200.000 1.320.000 (Maksimal 3 Tanggungan) Jika penghasilan 960.000 1.728.000 2.880.000 12.000.000 13.200.000 15.840.000 istri digabungkan Syarat yang dapat menjadi tanggungan (Hubungan Istimewa PTKP) : Keluarga hubungan lurus sedarah satu derajat keatas atau ke bawah (oraang tua kandung dan anak kandung), dan hubungan semenda (mertua dan anak tiri), serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga. Penggabungan Penghasilan Ketentuan : Suami memperoleh penghasilan (mempunyai usaha sendiri/dari satu pemberi kerja) 1. Istri semata-mata memperoleh penghasilan dari satu pemberi kerja (Penghasilan Tidak Digabung) 2. Istri memperoleh penghasilan lebih dari satu pemberi kerja (Penghasilan Digabung) 3. Anak Belum Dewasa memperoleh penghasilan yang ada hubungannya dengan kegiatan usaha orang tua atau kegiatan usaha keluarga yang termasuk dalam hubungan istimewa PTKP (Penghasilan Digabung) 4. Anak Belum Dewasa memperoleh penghasilan yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan usaha orang tua atau kegiatan usaha keluarga yang termasuk dalam hubungan istimewa PTKP (Penghasilan Tidak Digabung) Sebutkan penggantian imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu menurut UU No 10 Tahun 1994 ! H. Penggantian imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu (KEP 213/PJ./2001 Jo 466/KMK.04/2000)

Daerah tertentu adalah daerah terpencil yaitu daerah yang secara ekonomis mempunyai potensi untuk dikembangkan namun sarana dan prasarananya kurang memadai dan sulit dijangkau oleh transportasi umum atau daerah perairan laut yang mempunyai kedalaman lebih dari 50 (lima puluh) meter yang dasar lautnya memiliki cadangan mineral. Definisi penyediaan makanan dan minuman bagi para pegawai perusahaan di tempat kerja bukanlah ditekankan pada tempat kerja, melainkan pada aktivitas penyediaan makanan dan minumannya, sehingga tidak mutlak harus seluruh pegawai perusahaan termasuk dewan direksi

dan dewan komisaris makan dan minum di tempat kerja. Apabila terdapat sejumlah pegawai yang tidak dapat memanfaatkan atau tidak memperoleh fasilitas in-natura tersebut di tempat kerja karena sifat pekerjaannya yang tidak memungkinkan, maka hal tersebut tidak membatalkan pembebanan biaya bagi perusahaan dan pengecualian penghasilan bagi karyawan. Tempat kerja adalah tempat dimana para pegawai melakukan aktivitas pekerjaan perusahaan secara rutin, seperti : gedung kantor, pabrik, bengkel, lokasi usaha, lapangan kerja (proyek), termasuk lingkungan terdekat di sekitar tempat kerja tersebut (S - 322/PJ.312/2004). Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai tidak harus dilaksanakan sendiri oleh perusahaan, melainkan dapat menggunakan jasa catering, rumah makan, atau kantin umum, sepanjang dilakukan di tempat kerja dan dilakukan pada jam kerja. Pemberian kupon yang dapat ditukarkan dengan makanan dan minuman yang diterbitkan oleh pihak pemberi jasa tidak memenuhi ketentuan penyediaan makanan dan minuman di tempat kerja. Pemberian imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pemberi kerja dan bukan penghasilan bagi pegawai. Pengeluaran untuk penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pemberi kerja atau perusahaan dan bukan merupakan penghasilan bagi pegawai. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto berupa : a. tempat tinggal, termasuk perumahan bagi pegawai dan keluarganya, sepanjang di lokasi bekerja tersebut tidak ada tempat tinggal yang dapat disewa; b.pelayanan kesehatan, sepanjang dilokasi bekerja tersebut tidak ada sarana kesehatan; c. pendidikan bagi pegawai dan keluarganya, sepanjang di lokasi bekerja tersebut tidak ada sarana pendidikan yang setara; d.pengangkutan bagi pegawai di Lokasi bekerja, sedangkan pengangkutan anggota keluarga dari pegawai yang bersangkutan terbatas pada pengangkutan sehubungan dengan kedatangan pertama ke Iokasi bekerja dan kepergian pegawai dan keluarganya karena terhentinya hubungan kerja; e. olahraga bagi pegawai dan keluarganya tidak termasuk golf, boating dan pacuan kuda, sepanjang di Iokasi bekerja tersebut tidak tersedia sarana dimaksud. Pengeluaran dalam bentuk natura dan kenikmatan dibebankan sebagai biaya oleh pemberi kerja pada tahun pajak biaya tersebut dibayarkan atau terutang.

Wajib Pajak A yang memperoleh penghasilan neto dari usaha sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun mempunyai seorang isteri yang menjadi pegawai dengan penghasilan neto sebesar Rp70.000.000,00 (tujuh puluh juta rupiah) per tahun. Apabila selain menjadi pegawai, isteri A juga menjalankan usaha, misalnya salon kecantikan dengan penghasilan neto sebesar Rp80.000.000,00 (delapan puluh juta rupiah) per tahun. Seluruh penghasilan isteri sebesar Rp150.000.000,00 (Rp70.000.000,00 + Rp80.000.000,00) digabungkan dengan penghasilan A. Dengan penggabungan tersebut, A dikenai pajak atas penghasilan neto sebesar Rp250.000.000,00 (Rp100.000.000,00 + Rp70.000.000,00 + Rp80.000.000,00). Penghitungan pajak bagi suami-isteri yang mengadakan perjanjian pemisahan penghasilan secara tertulis atau jika isteri menghendaki untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sendiri adalah sebagai berikut: Apabila isteri menjalankan usaha salon kecantikan, pengenaan pajaknya dihitung berdasarkan jumlah penghasilan sebesar Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah). Misalnya, pajak yang terutang atas jumlah penghasilan tersebut adalah sebesar Rp27.550.000,00 (dua puluh tujuh juta lima ratus lima puluh ribu rupiah) maka untuk masingmasing suami dan isteri pengenaan pajaknya dihitung sebagai berikut: - Suami: ( 100.000.000,00 /250.000.000,00 )x Rp27.550.000,00= Rp11.020.000,00 Isteri : (150.000.000,00 /250.000.000,00) x Rp27.550.000,00 = Rp16.530.000,00