technical newsflash februari 2020...sebagai contoh, keputusan untuk tidak memasukkan penghasilan...

14
INTERPRETASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (ISAK) 34 TECHNICAL NEWSFLASH FEBRUARI 2020 www.iapi.or.id KETIDAKPASTIAN DALAM PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN Hak Cipta © 2020 Institut Akuntan Publik Indonesia

Upload: others

Post on 29-Nov-2020

12 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: TECHNICAL NEWSFLASH FEBRUARI 2020...Sebagai contoh, keputusan untuk tidak memasukkan penghasilan tertentu dalam laba kena pajak, merupakan perlakuan pajak tidak pasti jika akseptabilitasnya

INTERPRETASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN(ISAK) 34

TECHNICAL NEWSFLASHFEBRUARI 2020

www.iapi.or.id

KETIDAKPASTIAN DALAM PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN

Hak Cipta © 2020 Institut Akuntan Publik Indonesia

Page 2: TECHNICAL NEWSFLASH FEBRUARI 2020...Sebagai contoh, keputusan untuk tidak memasukkan penghasilan tertentu dalam laba kena pajak, merupakan perlakuan pajak tidak pasti jika akseptabilitasnya

INTERPRETASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN(ISAK) 34

TECHNICAL NEWSFLASHFEBRUARI 2020

www.iapi.or.id

KETIDAKPASTIAN DALAM PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN

Hak Cipta © 2020 Institut Akuntan Publik Indonesia

Page 3: TECHNICAL NEWSFLASH FEBRUARI 2020...Sebagai contoh, keputusan untuk tidak memasukkan penghasilan tertentu dalam laba kena pajak, merupakan perlakuan pajak tidak pasti jika akseptabilitasnya

Hak Cipta © 2020 Institut Akuntan Publik Indonesia

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 4: TECHNICAL NEWSFLASH FEBRUARI 2020...Sebagai contoh, keputusan untuk tidak memasukkan penghasilan tertentu dalam laba kena pajak, merupakan perlakuan pajak tidak pasti jika akseptabilitasnya

Hak Cipta © 2020 Institut Akuntan Publik Indonesia

TECHNICAL NEWSFLASHFEBRUARI 2020

ISAK 34 KETIDAKPASTIAN DALAM PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN

Publikasi ini disusun oleh Divisi Teknis dan Standar Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dengan supervisi Komite Asistensi dan Implementasi Standar Profesi (KAISP) IAPI. Publikasi ini bukan pernyataan resmi dari Pengurus IAPI. Contoh ilustratif dalam Technical Newsflash ini dibuat tanpa menerapkan ketentuan perpajakan yang berlaku di Indonesia. IAPI tidak bertanggungjawab atas kerugian yang dialami oleh pihak yang melakukan atau menahan diri untuk melakukan suatu tindakan dengan mendasarkan pada materi publikasi ini secara langsung maupun tidak langsung, baik yang disebabkan oleh kelalaian atau hal lainnya. Publikasi ini hanya terbatas pada pemaparan atas ISAK 34, dan publikasi ini tidak menggantikan ISAK 34.

Jakarta, 17 Februari 2020KAISP

Ketua: Irhoan TanudiredjaAnggota: Agung Nugroho Bambang Sulistiyanto Benny Andria Dwi Martani Fahmi Handoko Tomo Irwan Haswir Palti Ferderico T.H. Siahaan Rakhmawan Tri Nugroho Sriyanto Steven Tanggara Zarya Nugroho

Informasi mengenai publikasi, silahkan hubungi:Email: [email protected] / [email protected] Telp: (021) 7507363 ext. 112 (Divisi Teknis dan Standar)

Divisi Teknis dan Standar IAPI

Aditia Hariadi TamarFinda LestariAbdussamadJohannes Juan Hasiholan Simorangkir

Page 5: TECHNICAL NEWSFLASH FEBRUARI 2020...Sebagai contoh, keputusan untuk tidak memasukkan penghasilan tertentu dalam laba kena pajak, merupakan perlakuan pajak tidak pasti jika akseptabilitasnya

DAFTAR ISI

Pengantar................................................................................................................................1Overview................................................................................................................................. 2 Penentuan apakah Perlakuan Pajak Tidak Pasti Dilakukan secara Terpisah atau Bersamaan...................................................... 3 Membuat Asumsi tentang Pemeriksaan atas Perlakuan Pajak oleh Otoritas Perpajakan................................................. 3 Pertimbangan apakah Besar Kemungkinan Otoritas Perpajakan akan Menerima Perlakuan Pajak Tidak Pasti..................... 4 Menilai Kembali Pertimbangan dan Estimasi jika Terjadi Perubahan Fakta dan Keadaan........................................................ 5Contoh Ilustratif....................................................................................................................... 7

1Hak Cipta © 2020 Institut Akuntan Publik Indonesia

Page 6: TECHNICAL NEWSFLASH FEBRUARI 2020...Sebagai contoh, keputusan untuk tidak memasukkan penghasilan tertentu dalam laba kena pajak, merupakan perlakuan pajak tidak pasti jika akseptabilitasnya

1Hak Cipta © 2020 Institut Akuntan Publik Indonesia

ISAK 34: Ketidakpastian dalam Perlakuan Pajak Penghasilan mengadopsi IFRIC 23: Uncertainty over Income Tax Treatments yang berlaku efektif per 1 Januari 2019 dan disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada tanggal 28 Februari 2018. PSAK 46: Pajak Penghasilan menetapkan persyaratan untuk aset dan liabilitas pajak kini maupun aset dan liabilitas pajak tangguhan. Entitas menerapkan persyaratan dalam PSAK 46 berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia.

Technical Newsflash disusun untuk memaparkan kembali materi yang berkaitan dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), Standar Akuntansi Keuangan (SAK), dan materi yang relevan dengan profesi Akuntan Publik. Technical Newsflash Desember 2019 tentang ISAK 34, yang disusun oleh Divisi Teknis dan Standar Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), dengan supervisi dari Komite Asistensi dan Implementasi Standar Profesi (KAISP) IAPI, membahas tentang ISAK 34 dalam bentuk yang diharapkan mudah untuk dipahami oleh pembaca. Technical Newflash edisi kali ini memaparkan ulang tentang bagaimana ketika entitas menghadapi ketidakpastian atas perlakuan pajak penghasilan beserta contoh ilustratifnya.

Pengantar

1

Page 7: TECHNICAL NEWSFLASH FEBRUARI 2020...Sebagai contoh, keputusan untuk tidak memasukkan penghasilan tertentu dalam laba kena pajak, merupakan perlakuan pajak tidak pasti jika akseptabilitasnya

12

Hak Cipta © 2020 Institut Akuntan Publik Indonesia

ISAK 34 Ketidakpastian dalam perlakuan pajak penghasilan

ISAK 34 mengklarifikasi bagaimana persyaratan pengakuan dan pengukuran dalam PSAK 46: Pajak Penghasilan diterapkan ketika terdapat ketidakpastian atas perlakuan pajak penghasilan. ISAK 34 menjelaskan bagaimana untuk mengakui dan mengukur aset dan liabilitas pajak tangguhan dan pajak kini ketika terdapat ketidakpastian dalam perlakuan pajak penghasilan.

Perlakuan pajak tidak pasti merupakan perlakuan pajak ketika terdapat ketidakpastian mengenai apakah otoritas perpajakan akan menerima perlakuan pajak berdasarkan peraturan pajak. Ketidakpastian tersebut timbul dari hasil temuan pemeriksaan oleh otoritas perpajakan. Sebagai contoh, keputusan untuk tidak memasukkan penghasilan tertentu dalam laba kena pajak, merupakan perlakuan pajak tidak pasti jika akseptabilitasnya tidak pasti berdasarkan perlakuan pajak. ISAK 34 berlaku untuk semua aspek dalam akuntansi pajak penghasilan ketika terdapat ketidakpastian yang berkaitan dengan perlakuan suatu unsur, termasuk laba kena pajak (rugi pajak), dasar pengenaan pajak, rugi pajak yang belum digunakan, kredit pajak yang digunakan, dan tarif pajak.

Cakupan Pembahasan

ISAK 34

Penentuan apakah perlakuan pajak tidak pasti diperlakukan secara terpisah atau bersamaan.

Asumsi tentang pemeriksaan atas perlakuan pajak tidak pasti oleh otoritas perpajakan.

Pertimbangan apakah besar kemungkinan otoritas pajak akan menerima perlakuan pajak tidak pasti.

Penilaian kembali pertimbangan atau estimasi yang disyaratkan oleh ISAK 34 jika terjadi perubahan fakta dan keadaan.

Overview

Page 8: TECHNICAL NEWSFLASH FEBRUARI 2020...Sebagai contoh, keputusan untuk tidak memasukkan penghasilan tertentu dalam laba kena pajak, merupakan perlakuan pajak tidak pasti jika akseptabilitasnya

Jika entitas mempertimbangkan lebih dari satu perlakuan pajak tidak pasti secara bersamaan, maka entitas memahami “perlakuan pajak tidak pasti” dalam ISAK 34 sebagai kelompok perlakuan pajak tidak pasti yang dipertimbangkan secara bersamaan.

3Hak Cipta © 2020 Institut Akuntan Publik Indonesia

Penentuan Apakah Perlakuan Pajak Tidak Pasti Dilakukan Secara Terpisah atau Bersamaan

Entitas menentukan apakah akan mempertimbangkan setiap perlakuan pajak tidak pasti secara terpisah atau bersamaan dengan satu atau lebih perlakuan pajak tidak pasti lainnya, atau berdasarkan pendekatan yang lebih baik dalam memprediksi penyelesaian ketidakpastian. Dalam menentukan pendekatan yang lebih baik dalam memprediksi penyelesaian ketidakpastian, entitas dapat mempertimbangkan, sebagai contoh:Ÿ bagaimana entitas menyusun Surat Pemberitahuan pajak

penghasilannya, dan mendukung perlakuan pajaknya; atauŸ bagaimana entitas memperkirakan otoritas perpajakan

melakukan pemeriksaannya dan menyelesaikan isu yang timbul dari pemeriksaan tersebut.

Ÿ

Perlakuan PajakTidak Pasti:

Terpisah Bersamaan

Dalam meni la i apakah dan bagaimana perlakuan pajak tidak pasti memengaruhi penentuan laba kena pajak (rugi pajak), dasar pengenaan pajak, rugi pajak yang belum digunakan, kredit pajak yang belum digunakan, dan tarif pajak, entitas mengasumsikan bahwa otoritas perpajakan akan memeriksa jumlah yang berhak untuk diperiksa dan otoritas tersebut memiliki pengetahuan atas seluruh informasi terkait ketika melakukan pemeriksaan tersebut.

Asumsi tentang Pemeriksaan atas Perlakuan Pajakoleh Otoritas Perpajakan

Page 9: TECHNICAL NEWSFLASH FEBRUARI 2020...Sebagai contoh, keputusan untuk tidak memasukkan penghasilan tertentu dalam laba kena pajak, merupakan perlakuan pajak tidak pasti jika akseptabilitasnya

Pertimbangan Apakah Besar KemungkinanOtoritas Perpajakan Akan MenerimaPerlakuan Pajak Tidak Pasti

4Hak Cipta © 2020 Institut Akuntan Publik Indonesia

Perlakuan Pajak Tidak Pasti

Kemungkinan Besar Diterima

Kemungkinan Besar Tidak Diterima

Tentukan laba kena pajak (rugi pajak), dasar pengenaan pajak, rugi pajak yang belum digunakan, kredit pajak yang belum digunakan, atau tarif pajak yang berkaitan dengan secara konsisten dengan perlakuan pajak yang d i g u n a k a n d a l a m p e n y a m p a i a n s u r a t pemberitahuan pajak penghasilan entitas.

Refleksikan dampak ketidakpastian tersebut dalam menentukan laba kena pajak (rugi pajak), dasar pengenaan pajak, rugi pajak yang belum digunakan, kredit pajak yang belum digunakan, atau tarif pajak yang berkaitan.

Jumlah yang Paling Mungkin

Jumlah tunggal yang paling mungkin dalam suatu rentang hasil yang mungkin.

Nilai Ekpektasian

Penjumlahan dari jumlah probabilitas tertimbang dalam suatu rentang hasil yang mungkin.

Page 10: TECHNICAL NEWSFLASH FEBRUARI 2020...Sebagai contoh, keputusan untuk tidak memasukkan penghasilan tertentu dalam laba kena pajak, merupakan perlakuan pajak tidak pasti jika akseptabilitasnya

5Hak Cipta © 2020 Institut Akuntan Publik Indonesia

Menilai Kembali Pertimbangan dan Estimasi Jika Terjadi Perubahan Fakta dan Keadaan

Entitas menilai kembali pertimbangan atau estimasi yang disyaratkan oleh ISAK 34 jika fakta atau keadaan yang dijadikan dasar dalam membuat pertimbangan atau estimasi berubah atau sebagai akibat dari informasi yang memengaruhi pertimbangan atau estimasi tersebut.

Ent i tas merefleksikan dampak dar i perubahan dalam fakta dan keadaan atau informasi baru sebagai akibat dari informasi yang memengaruhi pertimbangan atau estimasi tersebut

Ketiadaan persetujuan atau ketidaksetujuan dari otoritas perpajakan atas perlakuan pajak secara terpisah bukan merupakan perubahan fakta dan keadaan atau informasi baru yang memengaruhi pertimbangan dan estimasi yang disyaratkan oleh ISAK 34.

Contoh perubahan fakta dan keadaan atau informasi baru, yang bergantung pada keadaan, dapat mengakibatkan penilaian kembali atas pertimbangan atau estimasi yang disyaratkan oleh ISAK 34 mencakup, namun tidak terbatas pada hal berikut:

Ÿ Pemeriksaan atau tindakan yang dilakukan oleh otoritas perpajakan, sebagai contoh:persetujuan atau ketidaksetujuan dari otoritas perpajakan atas perlakuan pajak yang serupa yang digunakan oleh entitas.

informasi bahwa otoritas perpajakan telah menyetujui atau tidak menyetujui perlakuan pajak serupa yang digunakan oleh entitas lain.

informasi mengenai jumlah yang diterima atau dibayar untuk menyelesaikan perlakuan pajak serupa.

Ÿ Perubahan peraturan yang ditetapkan oleh otoritas perpajakan.Ÿ Berakhirnya hak otoritas perpajakan untuk memeriksa atau memeriksa kembali perlakuan

pajak.

(a)

(b)

(c)

Page 11: TECHNICAL NEWSFLASH FEBRUARI 2020...Sebagai contoh, keputusan untuk tidak memasukkan penghasilan tertentu dalam laba kena pajak, merupakan perlakuan pajak tidak pasti jika akseptabilitasnya

PENGUNGKAPAN

Ketika terdapat ket idakpast ian atas perlakuan pajak penghasilan, entitas menentukan apakah akan mengungkapkan:

Ÿ Pert imbangan yang dibuat dalam menentukan laba kena pajak (rugi pajak), dasar pengenaan pajak, rugi pajak yang belum digunakan, kredit pajak yang belum digunakan, dan tarif pajak terkait dengan menerapkan PSAK 1 paragraf 122; dan

Ÿ Informasi mengenai asumsi yang dibuat dalam menentukan laba kena pajak (rugi pajak), dasar pengenaan pajak, rugi pajak yang belum digunakan, kredit pajak yang belum digunakan, dan tarif pajak terkait dengan menerapkan PSAK 1 paragraf 125-129.

Jika entitas menyimpulkan bahwa besar kemungkinan otoritas perpajakan akan menerima perlakuan pajak tidak pasti, maka e n t i t a s m e n e n t u k a n a p a k a h a k a n mengungkapkan dampak potensial atas ketidakpastian tersebut sebagai kontinjensi terkait pajak dengan menerapkan PSAK 46 paragraf 88.

TANGGAL EFEKTIF DAN KETENTUAN TRANSISITanggal Efektif

Entitas menerapkan ISAK 34 untuk periode pelaporan tahunan pada atau setelah 1 Januari 2019. Penerapan dini diperkenankan.

Transisi

Pada penerapan awal, entitas menerapkan ISAK 34:

Ÿ Secara retrospektif dengan menerapkan PSAK 25, jika hal tersebut memungkinkan tanpa penggunaan peninjauan kebelakang; atau

Ÿ Secara prospektif dengan dampak awal kumulatif awal penerapan ISAK 34 diakui pada tanggal penerapan awal. Jika entitas memilih pendekatan transisi ini, maka entitas t idak menyaj ikan kembal i informasi komparatif. Entitas mengakui dampak kumulatif awal penerapan ISAK 34 sebagai penyesuaian terhadap saldo laba (atau komponen ekuitas lain yang sesuai). Tanggal penerapan awal adalah awal periode ketika entitas pertama kali menerapkan ISAK 34.

6Hak Cipta © 2020 Institut Akuntan Publik Indonesia

Page 12: TECHNICAL NEWSFLASH FEBRUARI 2020...Sebagai contoh, keputusan untuk tidak memasukkan penghasilan tertentu dalam laba kena pajak, merupakan perlakuan pajak tidak pasti jika akseptabilitasnya

CONTOH ILUSTRATIF 1Metode nilai ekspektasian digunakan untuk merefleksikan dampak ketidakpastian atas perlakuan pajak yang dipertimbangkan secara bersamaan

Penyampaian Surat Pemberitahuan pajak penghasilan Entitas A dalam suatu yurisdiksi mencakup pengurangan terkait harga transfer. Otoritas perpajakan dapat mempertanyakan perlakuan pajak tersebut. Dalam konteks penerapan PSAK 46, perlakuan pajak tidak pasti hanya memengaruhi penentuan laba kena pajak untuk periode kini.

Entitas A mencermati bahwa keputusan otoritas perpajakan pada suatu masalah harga transfer akan berpengaruh, atau akan dipengaruhi oleh masalah harga transfer lainnya. Dengan menerapkan ISAK 34 Paragraf 06, Entitas A menyimpulkan bahwa mempertimbangkan perlakuan pajak atas seluruh masalah harga transfer dalam yurisdiksi secara bersamaan akan memprediksi penyelesaian ketidakpastian dengan lebih baik. Entitas A juga menyimpulkan bahwa kecil kemungkinan bahwa otoritas perpajakan akan menerima perlakuan pajak. Konsekuensinya, Entitas A merefleksikan dampak dari ketidakpastian dalam menentukan laba kena pajaknya dengan menerapkan ISAK 34 Paragraf 11.

Entitas A mengestimasi probabilitas kemungkinan jumlah tambahan yang dapat ditambahkan ke dalam laba pajaknya, sebagai berikut:

Jumlah tambahan estimasian

(Rp)

Probabilitas(%)

Estimasi tambahan estimasian

(Rp)

Hasil 1 - 5% -

Hasil 2 100 5% 5

Hasil 3 300 20% 60

Hasil 4 500 20% 100

Hasil 5 700 30% 210

Hasil 6 900 20% 180

100% 555

Hasil 5 adalah hasil yang paling mungkin. Namun, Entitas A mengobservasi bahwa terdapat rentang hasil yang mungkin yang tidak biner atau tidak terkonsentrasi pada satu nilai. Konsekuensinya, Entitas A menyimpulkan bahwa nilai ekspektasian sebesar Rp 555 memprediksi penyelesaian ketidakpastian dengan lebih baik.

Dengan demikian, Entitas A mengakui dan mengukur liabilitas pajak kini dengan menerapkan PSAK 46 berdasarkan laba kena pajak yang mencakup Rp 555 untuk merefleksikan dampak dari ketidakpastian. Jumlah sebesar Rp 555 merupakan tambahan atas jumlah laba kena pajak yang dilaporkan dalam penyampaian Surat Pemberitahuan pajak penghasilannya

7Hak Cipta © 2020 Institut Akuntan Publik Indonesia

Page 13: TECHNICAL NEWSFLASH FEBRUARI 2020...Sebagai contoh, keputusan untuk tidak memasukkan penghasilan tertentu dalam laba kena pajak, merupakan perlakuan pajak tidak pasti jika akseptabilitasnya

CONTOH ILUSTRATIF 2 Metode jumlah yang paling mungkin digunakan untuk merefleksikandampak ketidakpastian ketika mengakui dan mengukur pajak tangguhandan pajak kini

Entitas B memperoleh aset takberwujud yang dapat diidentifikasi secara terpisah yang memiliki umur tidak terbatas sebesar Rp 100, dan oleh karena itu, tidak diamortisasi dengan menerapkan PSAK 19 “Aset Takberwujud”. Peraturan pajak menetapkan bahwa seluruh biaya perolehan aset takberwujud dapat dikurangkan dengan tujuan pajak, namun waktu pengurangannya tidak pasti. Dengan menerapkan ISAK 34 paragraf 06, Entitas B menyimpulkan bahwa mempertimbangkan perlakuan pajak ini secara terpisah dapat memprediksi penyelesaian ketidakpastian dengan lebih baik.

Entitas B mengurangkan Rp 100 (biaya perolehan aset takberwujud) dalam menghitung laba kena pajak untuk Tahun 1 dalam penyampaian Surat Pemberitahuan pajak penghasilannya. Pada akhir Tahun 1, Entitas B menyimpulkan bahwa kecil kemungkinan otoritas perpajakan akan menerima perlakuan pajak. Konsekuensinya, Entitas B merefleksikan dampak ketidakpastian dalam menentukan laba kena pajak dan dasar pengenaan pajak atas aset takberwujud dengan menerapkan ISAK 34 paragraf 11. Entitas B menyimpulkan jumlah yang paling mungkin akan diterima oleh otoritas perpajakan sebagai jumlah yang dapat dikurangkan untuk Tahun 1 adalah sebesar Rp 10 dan bahwa jumlah yang paling mungkin tersebut memprediksi penyelesaian ketidakpastian dengan lebih baik.

Dengan demikian, dalam mengakui dan mengukur liabilitas pajak tangguhannya dengan menerapkan PSAK 46 pada akhir Tahun 1, Entitas B menghitung perbedaan temporer kena pajak berdasarkan jumlah yang paling mungkin dari dasar pengenaan pajak sebesar Rp 90 (Rp 100 – Rp 10) untuk merefleksikan dampak ketidakpastian, daripada dasar pengenaan pajak yang dihitung berdasarkan penyampaian Surat Pemberitahuan pajak penghasilan Entitas B (Rp 0).

Serupa dengan hal tersebut, sebagaimana disyaratkan dalam ISAK 34 paragraf 12, Entitas B merefleksikan dampak ketidakpastian dalam menentukan laba kena pajak untuk Tahun 1 dengan menggunakan pertimbangan dan estimasi yang konsisten dengan yang digunakan untuk menghitung liabilitas pajak tangguhan. Entitas B mengakui dan mengukur liabilitas pajaknya dengan menerapkan PSAK 46 berdasarkan laba kena pajak yang mencakup Rp 90 (Rp 100 – Rp 10). Jumlah sebesar Rp 90 adalah tambahan atas jumlah laba kena pajak yang tercakup dalam penyampaian Surat Pemberitahuan pajak penghasilannya. Hal ini karena Entitas B mengurangkan Rp 100 dalam menghitung laba kena pajak untuk Tahun 1, sedangkan jumlah pengurangan yang paling mungkin adalah sebesar Rp 10.

8Hak Cipta © 2020 Institut Akuntan Publik Indonesia

Page 14: TECHNICAL NEWSFLASH FEBRUARI 2020...Sebagai contoh, keputusan untuk tidak memasukkan penghasilan tertentu dalam laba kena pajak, merupakan perlakuan pajak tidak pasti jika akseptabilitasnya

INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA (IAPI)Office 8 Building 12th Floor, Unit 12I - 12JSudirman Central Business District (SCBD) Lot 28, Senopati RayaJalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190Telp: (021) 29333151 - hunting / (021) 72795445 - huntingFax: (021) 29333154-55, 7295441Email: [email protected]: www.iapi.or.id

TECHNICAL NEWSFLASHFEBRUARI 2020

Hak Cipta © 2020 Institut Akuntan Publik Indonesia

Sumber: ISAK 34: Ketidakpastian dalam Perlakuan Pajak Penghasilan, Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2018.

Hak Cipta © 2020 Institut Akuntan Publik Indonesia