zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak

92
ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK ( Studi Terhadap Pelaksanaan Undang-undang Zakat di Kabupaten Bekasi ) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh : Mariah NIM : 107044101907 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1432H/2011M

Upload: haphuc

Post on 13-Jan-2017

235 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

( Studi Terhadap Pelaksanaan Undang-undang Zakat di Kabupaten Bekasi )

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh :

Mariah

NIM : 107044101907

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1432H/2011M

Page 2: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

i

Page 3: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

ii

Page 4: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

iii

KATA PENGANTAR

Tiada kata selain rasa syukur yang paling dalam kehadirat Allah swt, atas

hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang sangat

sederhana ini dengan baik dan tepat waktu. Salawat dan salam semoga tetap tercurah

limpahkan kepada Rasul-Nya Nabi Muhammad saw, beserta keluarga, sahabat dan

pengikutnya sampai akhir zaman.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak menemui hambatan dan

cobaan. Walaupun harus melalui proses yang cukup sulit dan rumit, namun berkat

hidayah dan inayah Allah swt sebagai manifestasi kasih sayang-Nya, penulisan

skripsi ini dapat terselesaikan Penulis sadar dengan sepenuh hati bahwa skripsi ini

hanyalah setitik debu untuk menuju jalan kesuksesan. Penulis juga sadar sepenuhnya

bahwa diri ini berutang budi kepada banyak pihak yang telah membantu langsung

maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga ingin mengucapkan

rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada para pihak yang telah berjasa, baik

berupa bimbingan, arahan serta bantuan yang diberikan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu penulis patut menghaturkan

ucapan terima kasih serta penghargaan yang tinggi kepada:

Page 5: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

iv

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhamad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs., H. A. Basiq Djalil, SH., selaku Ketua Jurusan dan ibu Hj.

Rosdiana, MA., sebagai Sekertaris Jurusan Program Studi Ahwal Al-

Syakhsyiah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak. Dr. Abdurrahman Dahlan,M.A., Selaku Dosen Pembimbing yang

telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, fikiran dan kesabarannya untuk

memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini dari awal

hingga akhir.

4. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang tidak bias disebutkan satuu

persatu yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan studi di kampus ini.

5. Bapak pimpinan dan staf karyawan perpustakaan utama, perpustakaan

Syariah dan Hukum universitas Islam (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan

yang telah membantu dan menyediakan bahan-bahan bacaan untuk penulis

dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ayahanda H.Maman dan Ibunda Hj.Nuryanah tercinta atas pengorbanan dan

cinta kasihnya baik moril dan materill, serta doa yang tak terhingga sepanjang

masa untuk keberhasilan studi Penulis. Segala hormat Penulis sembahkan.

Tidak lupa kakanda Marini, S.Pd.I dan adinda Maruli, marsan Al-mudzaki,

Page 6: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

v

Mardli As-sirajy yang telah memberikan dorongan dan semangat kepada

penulis hingga penulis berhasil menyusun skripsi ini.

7. Bapak Solahudin Sebagai Kabag.Humas Direktorat Pajak dan Bapak Teten

Kustiawan sebagai Wakil Bendahara BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional)

yang telah bersedia memberikan waktunya untuk diwawancarai.

8. Teman-temanku tercinta, teman-teman seperjuangan di Peradilan Agama A

dan B angkatan 2007, semuanya yang tidak biasa disebutkan satu persatu,

yang senantiasa menebarkan benih-benih keceriaan dalam bingkai

kebersamaan. Semoga ukhuwah dan pertemanan yang kita jalin berjalan

dengan baik selamanya

9. Sahabat Delimaku, Astrian Widiyantri, Desi Amalia, Tajul Mutaqin, Laila

Wahdah dan Mariam Mahdalina, yang selalu berbagi dalam suka dan duka,

yang setia mendengarkan keluh kesah penulis dan selalu siap membantu

penulis ketika penulis mengalami kesulitan. Terimakasih atas persahabatan

dan dukungan yang kalian berikan. Semoga persahabatan kita abadi

selamanya sampai tua nanti.

10. Rekan-rekan Pondok Pesantren Daar el-Hikam: Abi-Umi, teh ai oweng,

njenk,teh imas, dinah, eva, Khususnya orang-orang yang menyayangiku dan

masih banyak lagi yang tidak dapat disebut satu persatu, sehingga

menimbulkan kesan tertentu kepada penulis.

Hanya kepada Allah-lah penulis berharap dan berdo’a agar beliau-beliau

mendapat balasan dari Allah dengan sebaik-baik balasan. Amin……..

Page 7: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

vi

Suatu kenyataan yang tak terpungkiri lagi terhadap kekurangan dan

kebodohan diri Penulis dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, untuk itu kritik

dan saran konstruktif selalu Penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan

datang.

Akhirnya hanya kepada Allah Penulis memohon dan berharap, semoga skripsi

yang sederhana ini ada guna dan manfaatnya, baik untuk pribadi Penulis maupun bagi

mereka yang mencintai ilmu pengetahuan, serta bagi generasi penerus. Amin ya

Rabbal ‘Alamin

Sebagai kata akhir, penulis panjatkan doa semoga skripsi ini bermanfaat bagi

penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amin.

Jakarta, 04 Juli 2011

( Penulis )

Page 8: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv

DAFTAR ISI .......................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 9

D. Review Studi Terdahulu .......................................................... 10

E. Kerangka Teori ........................................................................ 11

F. Metodologi Penelitian ............................................................. 13

G. Sistematika Penulisan .............................................................. 15

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT

A. Pengertian ............................................................................... 18

B. Dasar Hukum .......................................................................... 19

C. Tujuan, Hikmah dan Hakikat .................................................. 23

D. Harta yang Wajib Dizakati ....................................................... 26

E. Sasaran Zakat ........................................................................... 29

Page 9: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

viii

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK

A. Pengertian ............................................................................... 32

B. Dasar Hukum .......................................................................... 33

C. Jenis-jenis ................................................................................ 35

D. Fungsi dan Pengaruhnya di Masyarakat .................................. 37

E. Syarat-syarat Pemungutan ...................................................... 39

F. Perbandingan antara Zakat dan Pajak ..................................... 41

BAB IV ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA

PAJAK

A. Zakat dalam Yurisdiksi Pajak Penghasilan .............................. 45

B. Zakat sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak (PKP) ...... 48

C. Penghitungan Zakat dan Pajak Penghasilan ............................ 52

D. Analisis Penulis ........................................................................ 57

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 64

B. Saran-saran ............................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Surat Kesedian menjadi Pembimbing Skripsi

2. Surat Mohon Data atau Wawancara kepada Pimpinan BAZNAS Jakarta Pusat

atau wawancara Kepada Bagian Humas Direktorat jendral Pajak

3. Surat Mohon Data

Page 10: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

ix

4. Surat keterangan wawancara Kantor Direktorat jendral Pajak

5. Hasil wawancara Kantor Direktorat jendral Pajak

6. Surat Keterangan Wawancara BAZNAS ( Badan Zakat Nasional )

7. Hasil Wawancara BAZNAS ( Badan Zakat Nasional )

8. Contoh Lembar SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib PajakPribadi

9. Contoh Lembar Bukti Setor Zakat BAZNAS ( Badan Amil Zakat NAsional)

10. Contoh KArtu Nomor Pokok Wajib Zakat

11. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000

12. Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999

13. Peraturan Mentri Keuangan Nomor 254 /PMK.03/2010

14. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2010

Page 11: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1. Pengertian Zakat

Zakat berasal dari Bahasa Arab زآ�ة kata ini bersumber dari fi’il kata

kerja yang berarti tumbuh,berkembang,suci atau bersih.Imam Abu bakar bin

Muhamad Al-Husainiy mengatakan:

������ � �� ������ ��� ������� �������� ���������� ��� !�� �"�� #$�%�&�� �'�(�� �) *+� ,�-�. � /�0����1�� �2�����3�4 ����� �� ��� !�� 56���� �7���8�4 �9�:� �( �. �;�<������4 �2����������

���1��!��.١ Zakat menurut pengertian syara’(terminology)adalah suatu nama yang

khusus untuk menentukan kadar harta benda yang akan diserahkan kepada

ashnaf (golongan) tertentu dengan syarat-syarat ( yang tertentu pula )

dinamakan zakat karena harta benda itu tumbuh dan mengandung barakah

ketika dikeluarkan dan ketika didoakan oleh orang-orang yang menerimanya.

Sayyid Sabiq mengatakan :

�9�:� �(�. *+����&>!�� �?�@ �?� A�B *C� DE�F �"�� 6� G�H�I!�� �J�0������ � �� �'�(�� �� �K���� �L����:��!� �4 � /�:� ���B�. �M!>���� �2�:�����B �. �2�����3!�� *+� 0�$ �"�� � /�:�N 6��O�� � �� P�� ��Q

��� ����� �"�� R��S���1!��� � /�H�I�N T2�����3!��� ��$� /U�V���. W+� ����� ���X�..٢

11 Bakar,Abu bin Muhamad Al-Husainy, Kifayatul Akhyar fii-halli Ghaayatil Ikhtishaar, (Semarang: Thaha Putra, 2001) h.172

2 Al-Sayyid,Sabiq, Fiqh al- Sunnah, Juz I, (Libanon: Daarul Fikr, 1400 H/1980) h.276

Page 12: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

2

Zakat merupakan suatu nama ( yang ditetapkan ) kepada sesuatu benda

yang dikeluarkan oleh manusia dari hak Allah kepada fakir miskin.dinamakn

zakat karena keberadaannya mengandung harapan barakah,kebersihan jiwa

dan pertumbuhan kebaikan.maka hal tersebut dinamakan zakat karena

mengandung pengertian tumbuh,bersih dan berakah. yang cukup senisab dan

berkewajiban agar mengeluarkannya karena hal itu termasuk salah satu rukun

Islam yang kelima.

kelebihan ajaran zakat poin-poin lain dari rukun Islam diatas bahwa

hanya zakat lah yang memiliki dimensi sosial yang kental.oleh sebab itu zakat

dalam mata rantai peningkatan kesejahteraan umat Islam tidak akan mungkin

diremehkan.dalam fikih masalah zakat ditempatkan pada kitab kedua dari

Rubb al-ibadah,dengan demikian ibadah zakat mudah diketahui secara

otomatis adanya dan merupakan bagian mutlak dari keIslaman seseorang (

ma’lum min al-din bi al-darurah).3

Namun dalam perjalanan sejarah masyarakat Islam ajaran zakat

dengan dimensi yang dimiliki sepertinya tercecer dari perhatian umat

Islam.zakat menjadi apa yang di sebut sebagai ibadah mahdhah pribadi-

pribadi kaum muslimin dari suatu ajaran yang luas dan mendalam yang

3Ali yafie, Menggagas Fikih Sosial dari Soal Lingkungan Hidup Asuransi Hingga Ukhuwah,(

Bandung: Mizan, 1995), cet.ke-3 h.231

Page 13: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

3

dikembangkan Rosul dan sahabat,zakat menjadi ajaran yang sempit bersama

mundurnya umat Islam dan menurunnya kemauan berpikir4

2. Pengertian Pajak

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara( peralihan kekayaan

partikelir kesektor) berdasarkan undang-undang(dapat dipaksakan) dengan

tiada mendapat jasa timbalik (tegen prestatie) yang langsung dapat ditunjukan

dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum(publieke

uitgaven).5

Pajak menurut ahli keuangan ialah kewajiaban yang ditetapkan

terhadap wajib pajak, yang harus disetorkan kepada Negara sesuai dengan

ketentuan, tanpa mendapat prestasi kembali dari Negara dan hasilnya untuk

membiayai pengeluaran umum di satu pihak untuk merealisir sebagian tujuan

ekonomi, sosial, politik, dan tujuan- tujuan lain6.

Akan tetapi Undang-undang perpajakan No.36 tahun 2008

merumuskan pengertian pajak bab I pasal I sebagai berikut:“Pajak

penghasilan dikenakan terhadap orang pribadi atau perseorang dan badan

4Sofyan Idris, Gerakan Zakat dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat Pendekatan Transformati,( Jakarta: PT.Citra Putra bangsa,1997), cet.Ke-I h.76

5 Rahmat Soemitro, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan th 1944,seperti dalam

Munawir, Perpajakan (Yogyakarta: liberty 1992)h.57 6 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Bogor: PT Pustaka Litera Antar Nusa,1988), h.999

Page 14: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

4

berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu

tahun.”7

Dari pemaparan diatas maka zakat dan pajak sama-sama kewajiban yang

harus dilaksanakan namun Dualisme pemungutan ini pada gilirannya tentu akan

menyulitkan pemilik harta atau pemilik penghasilan. Kontraksi dana dengan

dualisme sistem ini potensial menimbulkan efek yang kontra produktif dalam

konteks mensejahtarakan rakyat.

Dengan diberlakukannya Undang-undang No.38 Tahun 1999 dan Undang-

undang Nomor 17 Tahun 2000, secara eksplisit diakui adanya perbedaan antara

zakat dengan pajak. Pemberlakuan dua undang-undang tersebut memisahkan

dengan tegas antara kewajiban menunaikan zakat bagi umat Islam dan kewajiban

pajak bagi wajib pajak. Namun aspek efektivitas penarikannya bagi

perekonomian, pengakuan pengeluaran zakat dalam akuntansi pajak dan metode

pengkreditan zakat atas pajak atau metode pengkreditan pajak atas zakat. Cita-cita

paling mendasar dari pembentukan negara adalah agar negara mampu melindungi

dan mensejahterakan warga dan rakyatnya. Zakat dan pajak memiliki peluang

yang sama sebagai alat negara untuk mewujudkan cita-citanya

Memperbincangkan relasi zakat dan pajak di Indonesia adalah sebuah hal

penting, karena beberapa hal berikut ini :

7Redaksi PT.Ichtiar baru-van heove, Himpunan Peraturan PerUndang-undangan RI,(Jakarta: PT.Intermasa, 1989)

Page 15: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

5

a. Keduanya merupakan hal yang signifikan di dalam upaya pensejahteraan

rakyat, karena kenyataan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam dan

kenyataan lain bahwa pajak adalah primadona penerimaan negara.

b. Keduanya memiliki kesamaan. Qardhawi mengungkapkan persamaan antara

zakat dan pajak dalam beberapa hal ; (a) keduanya memiliki unsur paksaan,

(b) keduanya harus di setorkan kepada lembaga masyarakat (negara), (c)

keduanya tidak menyediakan imbalan tertentu, (d) keduanya memiliki tujuan

ke masyarakatan, ekonomi, politik di samping tujuan keuangan.

c. Keduanya memiliki perbedaan. Masih menurut Qardhawi, keduanya memiliki

perbedaan dalam beberapa hal yakni dalam hal nama dan etikatnya, dalam hal

hakikat dan tujuannya, dalam hal nisab dan ketentuannya, dalam hal

kelestarian dan kelangsungannya, dalam hal pengeluarannya, dalam hal

hubungan dengan penguasa dan dalam hal maksud dan tujuannya.8

Pada saat di undangkan, namun terdapat kendala pelaksanaan UU No 38

tahun 1999 yang menyebutkan bahwa Zakat yang telah di bayarkan kepada Badan

Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat di kurangkan dari laba / pendapatan sisa

kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Karena UU pajak penghasilan yang berlaku

saat itu belum terdapat ketentuan yang mengatur perihal zakat.Oleh sebab itu di

tetapkan UU Nomor 17 tahun 2000 yang di berlakukan mulai tahun 2001 tentang

perubahan Ketiga atas UU Nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan,

8 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Bogor: PT Pustaka Litera Antar Nusa,1988), h.995

Page 16: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

6

menegaskan bahwa zakat atas penghasilan yang nyata-nyata di bayarkan kepada

Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang di bentuk dan di sahkan oleh

pemerintah dapat di kurangkan atas penghasilan kena pajak dalam perhitungan

pajak penghasilan orang pribadi maupun badan dan zakat bukan merupakan objek

pajak bagi si penerima zakat.

Dalam kaitan ini, penetapan UU No 38 tahun 1999 tentang pengelolaan

zakat dan UU No 17 tahun 2000 (sebagai perubahan atas UU No 7 tahun 1983)

tentang pajak penghasilan dapat di pandang sebagai langkah maju menuju sinergi

zakat dengan pajak.

Pertama, UU No 38 / 1999 telah mengakui bahwa sesungguhnya zakat adalah

kewajiban yang harus di tunaikan oleh setiap muslim warga negara Indonesia

yang mampu. UU ini memang tidak menyebut hukuman bagi yang melanggar

kewajiban zakat, tetapi setidaknya pemerintah telah eksplisit bertanggung jawab

memberikan perlindungan, pembinaan, dan pelayanan kepada muzakki, mustahik

dan amil zakat.

Kedua, pemerintah telah melibatkan diri lebih jauh dalam pengelolaan zakat

dengan membentuk Badan Amil Zakat (BAZ) di berbagai tingkat kewilayahan

dari kecamatan hingga nasional. Pemerintah juga mengukuhkan dan mengawasi

Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang di bentuk secara swadaya oleh masyarakat

sehingga pengelolaan dana zakat dapat lebih di pertanggungjawabkan.

Ketiga, seperti di sebutkan dalam UU No 38/1999 bahwa zakat yang telah di

bayarkan kepada BAZ atau LAZ akan di kurangkan terhadap laba / pendapatan

Page 17: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

7

sisa kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan. Di dalam UU No 17/2000

juga ditetapkan bahwa zakat atas penghasilan yang nyata- nyata di bayarkan

secara resmi oleh wajib pajak Orang Pribadi pemeluk Islam atau wajib Pajak

badan dalam Negeri yang di miliki kaum muslimin, dapat di kurangkan atas

penghasilan kena pajak. Dengan kata lain, sebagaimana yang di atur dalam

keputusan Dirjen Pajak No KEP- 542/PJ/2001 bahwa zakat atas penghasilan

dapat di kurangkan atas penghasilan netto.

Dengan demikian dalam rangka meningkatkan semangat berzakat

dikalangan umat Islam khususnya berkaitan dengan posisi zakat dalam kehidupan

bernegara, ijtihad bahwa zakat bisa menjadi pengurang penghasilan kena pajak

merupakan sebuah keberanian sendiri,adanya kenyataan di Malaysia bahwa zakat

bisa menguranhi pajak menjadi sebuah inspirasi Indonesia untuk membuat

Undang-undang penglolaan zakat No.38 tahun1999 pasal 14 ayat 3 yang

berbunyi:

“Zakat yang telah dibayarkan kpada Badan Zakat nasional atau Lembaga Amil Zakat dikurangkan dari laba atau pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan sesua dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. yang kemudian juga dikuatkan dengan undang-undang No.36 tahun 2008 tentang

Pajak penghasilan terutaman pasal 9 ayat 1 huruf g yang berbunyi:

“Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah”.

Page 18: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

8

Dengan demikian penelitian posisi zakat yang dikaitkan dengan pajak

dalam kasus Indonesia yang memberikan peluang bagi umat Islam yang

menunaikan zakat untuk dapat mengurangkan zakat yang dibayar itu kepada

penghasilan kena pajak kiranya sangat penting untuk ditelaah lebih lanjut

sehingga dapat memberikan pemahaman yang utuh dan akurat kepada

masyarakat.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih akurat dan terarah sehingga tidak

menimbulkan masalah baru serta pelebaran secara meluas maka penulis akan

membatasi permasalahan ini sebagai berikut:

a. Zakat dalam skripsi ini dibatasi pada zakat mal

b. Penghasilan kena pajak dalam skripsi ini dibatasipada pajak penghasilan

c. Undang-undang di Indonesia dibatasi pada Undang-Undang No.38 Tahun

1999 dan Undang-undang No.17 tahun 2000 serta Peraturan Menteri

Keuangan No.254/PMK.03/2010 dan Peraturan Pemerintah No.60tahun

2010.

2. Perumusan Masalah

Umat Islam diwajibkan membayar dua hal dari kewajibannya, yaitu

pajak untuk Negara, dan zakat untuk mustahiq dalam Agama Islam.

Masalahnya dapatkah zakat mengurangi kewajiban penghasilan kena pajak.

Page 19: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

9

Hal ini sangatlah penting untuk ditelaah lebih lanjut sehingga dapat

memberikan pemahaman yang utuh dan akurat kepada masyarakat.

Untuk memperjelas masalah ini, maka penulis merumuskan penelitian

ini sebagai berikut:

a. Dapatkah Zakat Menjadi Pengurang Pajak ?

b. Bagaimana Pelaksanaan Kebijakan Zakat sebagai Pengurang Penghasilan

Kena Pajak di Indonesia ?

c. Bagaimana Pelaksanaan Administratif Zakat sebagai Pengurang

Penghasilan Kena Pajak di Indonesia Khususnya Kabupaten Bekasi ?

Dengan pembatasan dan perumusan masalah di atas, diharapkan

skripsi ini dapat menjelaskan sesuai dengan tema yang penulis ambil,

yaitu“Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak (Studi Terhadap

Pelaksanaan Undang-undang Zakat di Kabupaten Bekasi”.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Seiring dengan pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka

yang akan menjadi tujuan dari penelitian skripsi ini adalah:

a. Untuk mengetahui dapatkah zakat menjadi pengurang pajak

b. Untuk mengetahui pelaksanaan kebijakan zakat sebagai pengurang

penghasilan kena pajak di Indonesia.

c. Untuk mengetahui pelaksanaan administratif zakat sebagai pengurang

penghasilan kena pajak.

Page 20: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

10

2. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi

pembaca pada umumnya dan mahasiswa UIN pada khususnya.

b. Untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang

hukum yang menyangkut hal zakat dan pajak.

c. Sebagai bahan referensi bagi masyarakat yang ingin tahu kewajiban-

kewajibannya dalam mentaati hukum tanpa ada salah satu yang

ditinggalkan.

D. Review Studi Terdahulu

Penulis menemukan beberapa judul skripsi yang pernah ditulis oleh

mahasiswa sebelumnya dan buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi yang

akan diteliti oleh penulis yang sekiranya dapat dijadikan sebagai studi review,

yaitu:

1. Judul : “Pemberdayaan Zakat Modern Pada Yayasan Baitul Maal Bank

Rakyat Indonesia.” Penulis : Abdul Barri/fakultas Syariah dan

Hukum/jurusan keadministrasian Islam/tahun 2007.

Skripsi ini membahas seputar bagaiman pemberdayaan zakat modern pada

yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia.

2. Buku hasil karya Masdar F Mas’udi yang berjudul”Agama,Keadilan,Risalah

Zakat (Pajak) dalam Islam”Inti dari tulisan ini adalah pejabaran posisi zakat

dalam struktur ke Islaman dengan mengaca pada pengalaman 12 abad,dia

Page 21: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

11

menyatakan bahwa ajaran zakat telah ”kehilangan hampir segala-

galanya”sejak munculnya pandangan formalistik meskipun sudah ada upaya

untuk menyelesaikan gejala ini,namun Masdar masih menganggapnya awet

dan tak kunjung selesai.

3. Buku Hasil karya M.Djamal “Membangun Ekonomi Umat Melalui

Pengelolaan Zakat”.ini merupakan doa yang menginginkan pengumpulan

zakat dengan sistem administrasi pajak dan upaya untuk melepas umat Islam

dari kewajiban ganda yakni kewajiban membayar zakat disamping pajak

Studi review yang diambil dari dua buku diatas dapat diambil benang

merah oleh penulis setelah adanya Undanng-undang kebijakan pengurang

penghasilan kena pajak karena telah membayar zakat,kenyatan ini merupakan

prestasi yang hendaknya ditindak lanjuti hingga mencapai harapan ideal seperti

Negara Malalysia yang dijadikan sebagai tolak ukurnya yakni zakat bisa

mengurangi pajak bukan penghasilan kena pajak saja.

E. Kerangka Teori

Zakat adalah hak tertentu yang diwajibkan oleh Allah pada harta orang

Islam untuk diberikan kepada pihak-pihak yang telah ditentukan oleh Allah. Dan

pajak sebagai fungsi alat Negara untuk melakukan retribusi pendapatan kekayaan

berhadap-hadapan dengan fungsi zakat yang secara subtansi terdapat beberapa

kemiripan. maka timbul Undang-undang pengelolaan zakat No.38 tahun 1999.

Akan tetapi pelaksanaan Undang-undang No.38 tahun 1999 belum

terealisasikan karena Undang-undang pajak penghasilan yang berlaku saat itu

Page 22: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

12

belum terdapat ketentuan yang mengatur perihal zakat. oleh sebab itu kemudian

ditetapkan undang-undang No.36 tahun 2008 tentang perubahan ke-4 atas

Undang-undang No.7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan yang berbunyi :

“harta yang dihibahkan,bantuan atau sumbangan dan warisan sebagaimana dimaksud pasal 4 ayat 3 huruf a dan huruf b kecuali zakat penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi pemeluk agama Islam kepada badan Zakat nasional dan lembaga amil Zakat orang yang disahin oleh pemetrintah.”9

Mulai tahun 2001 sebenarnya para pembayar zakat penghasilan sudah

dapat menjadikan jumlah zakat yang dibayar sebagai faktor pengurang atas

Penghasilan Kena Pajak (PKP) dari Pajak Penghasilan. Ini adalah langkah awal

yang baik, walaupun langkah ini belumlah cukup karena zakat bukan hanya ada

pada penghasilan kena pajak tapi meliputi banyak hal yang justru oleh pemerintah

tidak dikenakan pajak, tapi merupakan sesuatu yang sangat ditekankan dalam

Agama. Sebagai misal adalah zakat hasil pertanian, dan zakat hewan ternak.

Namun demikian, Pemerintah secara tidak langsung menghargai zakat sebagai

salah satu kewajiban (rukun) bagi yang beragama Islam untuk mendorong

sekaligus mengingatkan bahwa zakat adalah suatu kewajiban yang harus ditaati

dan dilaksanakan.

Yang kemudian menjadi persoalan adalah adanya anggapan bahwa umat

Islam di Indonesia yang membayar zakat seolah-olah terkena pengeluaran

berganda, selain membayar pajak juga membayar zakat dari penghasilan yang

9 Depag RI, Lahirnya UU No.38 tahun 1999 tentang zajak Penghasilan, Jakarta : 2006

Page 23: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

13

diperolehnya. Oleh karena itu untuk keadilan sudah selayaknya dipikirkan

bagaimana agar umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk Indonesia ini

bisa menjadi warga Negara yang baik sekaligus menjadi umat Islam yang taat.

Dan salah satu cara yang telah ditempuh adalah ditetapkannya zakat sebagai

faktor pengurang dalam perhitungan penghasilan kena pajak (PKP).10

Dan permasalan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak baru-

baru ini dikuatkan oleh Peraturan Menteri Keuangan NO.254/PMK.03/2010 pada

Tanggal 28 Desember 2010 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.60

Tahun 2010 Tentang Zakat atau Sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib yang

dapat dikurangkan dari Penghasilan kena pajak pada pasal 1 ayat 1 (a):

”Zakat atas penghasilan yang dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi pemeluk agama Islam atau oleh wajib pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah akan tetapi jika pembayaran zakatnya tidak melalui badan atau lembaga yang disahkan oleh Negara maka pengurangan terhadap penghasilan kena pajak tidak berlaku”.

F. Metodologi Penelitian

Untuk menghasilkan data yang valid, maka metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Jenis Penelitian

Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah dengan cara

menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu dengan memusatkan perhatian pada

10sofyan idris, gerakan zakat dalam pemberdayaan ekonomi umat pendekatan transformati, Jakarta, PT.Citra Putra bangsa,1997, cet.Ke-I hal.74

Page 24: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

14

prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala dalam

kehidupan manusia.11

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu

penelitian yang pada umumnya bertujuan untuk mempelajari secara

mendalam suatu individu, kelompok, institusi atau masyarakat tertentu

tentang latar belakang, keadaan/kondisi, faktor-faktor atau interaksi-interaksi

social atau hukum yang terjadi di dalamnya.12

2. Kriteria Data

a. Data Primer

1) Al-Qur’an dan Hadist

2) Undang-Undang No.38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat dan

Undang-undang No.36. Tahun 2008 tentang pajak

3) Peraturan Menteri Keuangan NO.254/PMK.03/2010 dan Peraturan

Pemerintah No.60 Tahun 2010 tentang zakat yang dapat dikirangi dari

penghasilan Netto

4) Wawancara tambahan dari BAZNAS, kantor Direktorat Pajak dan

KPP ( Kantor Pelayanan Pajak) Pratama Bekasi

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara

membandingkan atas dokumen-dokumen yang berhubungan dengan

11 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hl. 20 12Bambang Sanggona, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2003),h. 36

Page 25: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

15

masalah yang diajukan, dokumen-dokumen yang dimaksud adalah Al-

Qur’an, Hadis, buku-buku ilmiah, Undang-undang , serta peraturan-

peraturan lainnya yang erat kaitannya dengan masalah yang diajukan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data/informasi tersebut digunakan tehnik

penelitian sebagai berikut :

a. Penelitian Kepustakaan

Penelitian ini dilakukan guna memperoleh data sekunder yaitu melalui

pengkajian perundang-undangan, buku-buku serta tulisan para pakar

hukum yang ada hubunganya dengan penelitian ini.

b. Penelitian lapangan

Penelitian lapangan dilakukan guna mempeoleh data primer tentang

implementasi pembayaran zakat sebagai pengurang penghasilan kena

pajak, dengan metode wawancara di Kantor Direktorat Jendral Pajak dan

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) karena dua lembaga ini adalah

lembaga yang berkaitan dengan karyatulis dalam penelitian penulis.

4. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan metode

deskriptif kualitatif, yaitu menganalisa dengan cara menguraikan dan

mendeskripsikan hasil wawancara yang diperoleh. Sehingga didapat suatu

kesimpulan yang objektif, logis, konsisten dan sistematis sesuai dengan tujuan

yang dilakukan penulis dalam penelitian ini.

Page 26: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

16

G. Sistematika Penulisan

Di dalam melakukan penyusunan proposal ini penulis memberikan

gambaran guna mempermudah pembaca dalam memahami proposal ini, dalam

hal ini penulis menyusunnya dalam lima bab. Isi dari proposal ini secara singkat

adalah sebagai berikut:

Bab Pertama : Pendahuluan yang diawali dengan Latar belakang masalah yang

didalamnya menjelaskan awal mulanya masalah yang diangkat oleh peneliti untuk

dijadikan bahan penelitian dan masalah yang diteliti dibatasi dengan pembatasan

dan perumusan masalah agar pembahasan permasalah yang diteliti tidak

bercabang kemana-mana sehingga fokus dengan apa yang peneliti saja dan

masalah yang diteliti ada tujuan dan manfaat penelitian agar penelitian yang

diteliti mendapat manfaat khususnya untuk pribadi umumnya untuk maasyarakat

luas, review studi terdahulu, metode penelitian serta sistematika penulisan.

Bab Kedua :Menyajikan Kajian kepustakaan.Pertama yang membahas tentang

Landasan (kerangka) Teori (untuk studi empiris yang bersifat eksplanatoris dan

verifikatif atau kerangka konseptual dan landasan teorotis harus didasarkan pada

teori-teori yang relevan. khususnya pada masalah tetang konsep hukum zakat dan

pajak menurut fikih dan Undang-undang

Bab Ketiga :Menyajikan data hasil penelitian, berupa deskripsi data berkenan

dengan variabel yang ditelti secara objektif dalam arti tidak dicampur dengan

opini penelitian.deskripsi data penelitian harus ditampilkan secara jelas dan

lengkap khususnya tentang profil Badan Zakat Nasional dan Badan Perpajakan

Page 27: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

17

terdiri atas sejarah berdirinya, tujuan, visi dan misi sturtur organisasi dan program

kegiatan.

Bab Keempat :Analisis terhadap data penelitian yang telah didapatkan

dideskripsikan guna menjawab masalah penelitian.dalam kasus analisis kita juga

penafsirkan dan menginprestasikan temuan penelitian kedalam bingkai

pengetahuan yang telah mapan,memodifikasikan teori yang ada atau menyusun

teori yang ada yang pada tulisan Membahas tentang kondisi zakat dan pajak di

Indonesia setelah pengesahan Undang-undang NO.38 Tahun 1999 tentang

pengelolaan zakat dan Undang-undang No.17 tahun 2000 tentang pajak

penghasilan yang lebih khusus menyoroti zakat sebagai pengurang penghalian

kena pajak

Bab Kelima :Penutup dengan usainya pembahasan diatas dalam bab terakhir ini

disampaikan beberapa butir kesimpulan sekaligus berfungsi sebagai jawaban

konkret atas masalah yang telah dirumuskan dalam bab pendahuluan.berikut

dengan saran-saran yang ditunjukan kepada para cendikiawan muslim untuk lebih

gigih dan giat dalam mengembangkan dunia ilmu khususnya yang berkaitan

dengan hukum islam konteporer.

Page 28: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

18

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT

A. Pengertian

Zakat menurut bahasa adalah merupakan kata masdar dari zaka’yang

berarti suci, berkah, tumbuh, dan terpuji yang semua arti ini sangat populer dalam

menterjemahkan baik al-qur’an dan hadist.1 Imam Abu Bakar bin Muhamad Al-

Husainiy Mengatakan

�2���������� ��� ������� �������� ���������� ��� !�� �"�� #$�%�&�� �'�(�� �)������ � �� ���������1��!�� *+� ,�-�. � /�0����1�� �2�����3�4 ����� �� ��� !�� 56���� �7���8�4 �9�:� �( �. �;�<������4.٢

“Zakat menurut pengertian Syara’ (terminologi) adalah suatu nama yang

khusus untuk menentukan kadar-harta benda yang akan diserahkan kepada ashnaf

(golongan) tertentu dengan syarat-syarat (yang tertentu pula) dinamakan zakat

karena harta-benda itu tumbuh dan mengadung barakah ketika dikeluarkan dan

ketika didoakan oleh orang-arang yang menerimannya”.Sayyid Sabiq mengatakan

P�� ��Q �9�:� �(�. *+����&>!�� �?�@ �?� A�B *C� DE�F �"�� 6� G�H�I!�� �J�0������ � �� �'�(�� �� �K���� � /�H�I�N �L����:��!� �4 � /�:� ���B�. �M!>���� �2�:�����B �. �2�����3!�� *+� 0�$ �"�� � /�:�N 6��O�� � ��

��� ����� �"�� R��S���1!��� T2�����3!��� ��$� /U�V���. W+� ����� ���X�..٣

1 Muhammad, Zakat Profesi Wacana Pemikiran dalam Fikih Konteforer, (Jakarta: salemba diniyah ) cet.1 h.10

2 Muhammad, Zakat Profesi Wacana Pemikiran dalam Fikih Konteforer, (Jakarta: salemba

diniyah ) cet.1 h.10 3Al-Sayyid Sabiq, Fiqh al- Sunnah, Juz I, (Libanon: Daarrul Fikr, 1400H/1980, h.276

Page 29: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

19

“Zakat merupakan suatu nama (yang ditetapkan)kepada sesuatu benda

yang dikeluarkan oleh manusia dari hak Allah kepada fakir miskin.Dinamakan

zakat karena keberadaannya mengandung harapan barakah,kebersihan jiwa dan

pertumbuhan kebaikan.maka hal tersebut dinamakan zakat karena mengandung

pengertian tumbuh,bersih dan barakah.

Arti tumbuh dan suci sebenarnya tidak hanya digunakan untuk harta

kekayaan tetapi kata itu bisa juga dipakai untuk menerangkan jiwa orang yang

mengeluarkan zakat(muzzaki) dalam pandangan yusuf qardawi kata zakat dalam

bentuk ma’rifat definisi disebutkan tiga puluh kali dalam al-quran diantaranya

duapuluh tujuh kali disebutkan dalam satu ayat bersama shalat dan hanya satu kali

disebut dalam kontek yang sama dengan shalat tetapi tidak dalam satu ayat surat

al-mu’minun 1-4 menurut penelitiannya dalam Al-Qur’an tiga puluh kali kata

zakat disebutkan delapan kali terdapat dalam surat –surat yang diturunkan

dimakkah(makkiyah) sedangkan lainnya diturunkan dimadinah(madaniyah).4

B. Dasar Hukum

1. Al-Qur’an

Meskipun sudah disinggung secara umum tentang dasar hukum zakat

pada halaman-halaman sebelumnya penulis merasa perlu untuk

mengelompokan sumber pijakan zakat. Karena zakat merupakan sesuatu yang

diberikan untuk harta yang dikeluarkan oleh seorang manusia sebagai hak

Allah Ta’ala yang diserahkan pada orang fakir. Adapun makna zakat itu

4 Yusuf Qarawi, Fikh al-zakat (Beirut: Muasaah al-Risalah, Juz I,1997) cet. 4 h. 39

Page 30: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

20

sendiri adalah harapan akan adanya keberkahaan, kesucian jiwa, dan terdapat

didalamnya kebaikan sebagaimana firman Allah SWT dalam surah At-Taubah

10

õ‹è{ ô ÏΒ öΝÏλ Î;≡uθ øΒ r& Zπ s%y‰|¹ öΝèδ ã�Îdγ sÜ è? ΝÍκ Ïj.t“ è?uρ $ pκÍ5 Èe≅ |¹uρ öΝÎγ ø‹ n=tæ ( ¨β Î) y7 s?4θ n=|¹ Ö s3y™

öΝçλ °; 3 ª!$#uρ ìì‹ Ïϑy™ íΟŠÎ=tæ ∩⊇⊃⊂∪ )24�Z��/\ :^_`( Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 9: At-Taubah :103 )

Setelah turunnya ayat yang mewajibkan zakat dan makna dari zakat itu

sendiri untuk diri kita pribadi zakat pun mempunyai makna dalam kehidupan

sosial bahwa apabila zakat itu berjalan maka zakat itu sendiri akan menimbul

sifat rasa tolong menolong antara sikaya dan simiskin jadi tidak ada

perbedaan umat dimata Allah karena dengan zakat kita saling mengisi,

menjaga pertolongan, saling kasih sayang sekaligus mempererat hubungan

antara sesama melalui zakat.Surah At-Taubah 71

tβθ ãΖÏΒ ÷σßϑø9 $#uρ àM≈ oΨÏΒ ÷σßϑø9 $#uρ öΝßγ àÒ ÷èt/ â !$ uŠÏ9 ÷ρr& <Ù÷è t/ 4 šχρâ�ß∆ù' tƒ Å∃ρã� ÷è yϑø9 $$ Î/ tβ öθ yγ ÷Ζtƒ uρ

Ç tã Ì� s3Ζßϑø9 $# šχθßϑŠÉ)ムuρ nο4θ n=¢Á9 $# šχθè?÷σムuρ nο4θ x.¨“9 $# šχθãèŠÏÜ ãƒ uρ ©!$# ÿ…ã& s!θ ß™u‘ uρ

4 y7 Í× ¯≈s9 'ρé& ãΝßγ çΗxq ÷�z-y™ ª!$# 3 ¨β Î) ©! $# ͕tã ÒΟŠÅ3ym ∩∠⊇∪ )24�Z��/\ :b^(

Artinya: Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka

Page 31: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

21

menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS.9: At-Taubah: 71 )

Adapun ayat selanjutnya menerangkan bahwa zakat yang sudah

dikeluarkan oleh seorang Muzaki di berikan kepada orang-orang yang berhak

mendapatkan zakat tersebut dan yang dimaksud orang yang berhak menerima

zakat disini ialah 8 ( delapan ) golongan yang dijelaskan dalam Surah At-Taubah

ayat 60:

* $ yϑ̄ΡÎ) àM≈ s%y‰¢Á9 $# Ï !#t� s)à ù=Ï9 È Å3≈|¡ yϑø9 $#uρ t, Î#Ïϑ≈ yè ø9 $#uρ $pκö n=tæ Ïπ x ©9 xσßϑø9 $#uρ öΝåκæ5θ è=è% † Îû uρ

É>$ s%Ìh�9$# tÏΒ Ì�≈ tóø9 $#uρ † Îû uρ È≅‹Î6 y™ «!$# Èø⌠$#uρ È≅‹Î6 ¡¡9$# ( ZπŸÒƒ Ì� sù š∅ÏiΒ «!$# 3 ª!$#uρ íΟŠÎ=tæ

ÒΟ‹Å6 ym ∩∉⊃∪ )24�Z��/\ :c_( Artinya: “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang

miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya(mualaf), untuk memerdekakan hamba sahaya, untuk membebaskan orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.” (QS.9: At-Taubah: 60)

Imam Bukhari dan Muslim telah menghimpun Hadist-hadist yang

berkaitan dengan zakat sekitar 800 hadist, termasuk beberapa atsar diantara hadist

yang paling popular mengenai zakat adalah

Page 32: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

22

��� d � �/���, *C� �e�f�$ ��� �, �"�4� �"�, :�'5g�(�. �J�:�g�, WC� �hg�� *C� ����(�$ ��� d . �e���4#M� �1 �hg�, �i�j�(�I!�� : �i� d���. *C� ����(�$ �k%� �l�� 56�m�. WC� U�n�� �J���� �n !6�m ���-� /�o

��. ��� ����� *+� Z�����. ���j�����6� p���$ �i�����. U�q�l!�.٥ “Dari Umar ra Rasullah SAW bersabda Islam dibangun atas lima pondasi pokok yakni kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhamad itu utusan Allah mendirikan shalat melaksanakan haji menunaikan zakat dan berpuasa dibulan ramadan

Hadist tersebut adalah sebagian dari nash yang bersifat umum yang

menegaskan tentang kewajiban Zakat Mal dan Zakat Fitrah.sedangkan beberapa

hadist lainya bersifat umum menjelaskan sub-sub masalah zakat seperti jenis harta

yang dizakati, nisab, haul, asnaf ( golongan ) yang terkait dengannya.

Hadist berikutnya dari ibnu abbas bahwa ketika Nabi SAW mengutus

Muadz bin Jabal RA ke yaman beliau bersabda:

�"� �:!�� �?�� �J���, WC� �e�f�$ �S� A�� �r�A�4 �e�3���� 56�m �J���, WC� �e�f�$ #s5 3�, �"�4� �"�, T��� &�N :�?�� �'�/�,�-m : ����,� t�m �'�X !6� �N *C� ����(�$ eDH���. WC� 5n�� �J���� �n !6�m ��-� /�o

uC� 56�m �'�/� �g�,���N �7���8�� !6� �N �2�g�:���. #i���� vw� �x �L����g�� �M� �1 �'�/�:�g�, �y���Z!N��%�d �"�� 8�1�z�B �'�/��������m �x P2�d�%�� �'�/�:�g�, �y���Z!N�� uC� 56�m �'�/� �g�,���N �7���8�� ����,� t�m

�'�/�<����&N �hg�, {-���B�. �'�/�<� �!|�m) .�J�:�g�, �E�>�Z��(٦ “Dari ibnu Abbas ra berkata Rosul SAW bersabda kepada Muadz bin Jabal ketika diutus keyaman:sesungguhnya engkau akan mendatangi sebuah komunitas ahli kitab maka ketika kau sampai disana ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhamad adalah utusannya jika mereka mematuhi

5 Muhamad Musthafa Diba al-Bagho, Mukhtashor Shahih al-Bukhari, cet al-Yamama

Univ.Damaskus Tahun 1999 hal.7 6Ibid, Muhamad Musthafa Diba alBagho, h.213

Page 33: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

23

mu maka informasikan bahwa Allah telah mewajibkan shadaqah yang akan diambil dari golongan yang kaya diantara mereka dan akan didistribusikan kepada golongan yang fakir.(HR.Bukhori dan Muslim)

Hadist ini menjelaskan bahwa kewajiban zakat adalah sebuah salah satu

perkembangan Islam di Mekkah secara mutlak tidak dibatasi berapa besar harta

yang wajib dikeluarkan zakatnya, tidak pula jumlah yang harud dizakatkan.

Semua itu diserahkan kepada kesadaran dan kemurahan kaum Muslimin

belaka.dan pada tahun kedua setelah hijrah menurut keterangan yang mashur

ditetepkan besar dan jumlah jenis harta yang dijelaskan secara terperinci.7

C. Tujuan, Hikmah, serta hakikat Zakat

Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam melaksanakan ibadah zakat.

Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda, vertikal dan

horizontal.8Artinya secara vertikal, zakat sebagai ibadah dan wujud ketakwaan

dan kesyukuran seorang hamba kepada Allah atas nikmat berupa harta yang

diberikan kepadanya serta untuk membersihkan dan mensucikan diri dan hartanya

itu.Dalam konteks inilah zakat betujuan untuk menata hubungan seorang hamba

dengan Tuhannya sebagai pemberi rezeki.

Sedangkan secara horizontal zakat bertujuan mewujudkan rasa keadilan

sosial dan kasih sayang diantara pihak yang mampu dengan pihak yang tidak

mampu dan memperkecil problema dan kesenjangan sosial serta ekonomi umat

7Al-Sayyid Sabiq, Fikih al-Sunnah 3, ( Bandung : Al-ma’arif, 1990) h.7 8 Asnaini, Zakat Produktif dalam Persfektif Hukum Islam (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,

2008), h. 42

Page 34: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

24

dalam kontek ini diharapakan dapat mewujudkan pemerataan dan keadilan sosial

diantara sesama manusia.Oleh sebab itu zakat memiliki banyak arti dalam

kehidupan ummat manusia, terutama Islam.

Dalam hal ini, para ulama telah membahas mengenai apa hikmah dan

tujuan dari adanya zakat. Diantaranya, menurut Yusuf Qardhawi9, secara umum

terdapat dua tujuan dari ajaran zakat, yaitu untuk kehudupan individu dan untuk

kehidupan sosial kemasyarakat. Tujuan yang pertama meliputi pensucian jiwa

dari sifat kikir, mengembang sifat suka berinfak atau memberi, mengobati dari

cinta dunia, mengembangkan kekayaan batin dan menumbuhkan rasa simpati dan

cinta sesama manusia, dengan ungkapan lain, esensi dari semua tujuan ini adalah

pendidikan yang bertujuan untuk memperkaya jiwa manusia dengan nilai-nilai

spiritual yang dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia.

Tujuan kedua zakat dilihat dari keseimbangan sosial, zakat mendorong

umat Islam untuk selalu menghindari kemudbaziran, bakhil dan tamak. Dengan

zakat pula dapat memperbaiki perasaan-perasaan yang buruk yang timbul diantara

orang-orang kaya dan miskin, dan memperbaiki hubungan antara mereka yang

mengeluarkan zakat dengan kelompok-kelompok yang menerima zakat.10

Tujuan zakat dalam hubungan ini secara praktisnya tersebut adalah

sebagai berikut: 11

9Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, ( Jakarta: Lentera, 1991), h. 848 10Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’ly, Ekonomi Zakat, ( Jakarta: PT.Grafindo Persada.2006 )

h.133 11M.Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, ( Jakarta: UI Press, 1988), h. 40

Page 35: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

25

1. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin.

2. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang.

3. Mengangkat derajat dan membantunya keluar dari kesulitan hidup mustahik.

4. Sarana pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai keadilan sosial.

Adapun hakikat zakat, berdasarkan dalil-dalil yang mewajibkannya adalah

merupakan hak mustahiq dan bukan merupakan pemberian atau kebaikan hati

orang-orang kaya semata. Dengan kata lain, zakat mencermikan kewajiban bagi

orang-orang kaya dan hak yang legal bagi golongan miskin, baik di minta ataupun

tidak. 12

Dengan demikian di dalam zakat tidak ada istilah hutang budi, balas budi,

malu ataupun hina.Hal ini karena hakikatnya zakat adalah pemberian dari Allah

swt. Lagi pula menurut Islam seseorang yang kaya tidak lah berlebih

kedudukannya di sisi Allah dari prang miskin karena hartanya. Karena yang

membedakannya hanya derajat ketakwaannya.

Hakikat zakat yang demikian menanamkan kesadaran bahwa segala yang

ada di bumi dan di langit serta di seisinya adalah milik Allah, dan harta yang di

miliki seseorang itu pada hakikatnya adalah amanah dari Allah swt semata. Hal

ini di dasarkan pada firman Allah SWT surat at-taubah ayat 104

12 Asnaini, Zakat Produktif dalam Persfektif Hukum Islam(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2008),

h. 44

Page 36: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

26

óΟ s9 r& (#þθãΚ n=÷è tƒ ¨β r& ©! $# uθ èδ ã≅ t7ø)tƒ sπ t/öθ −G9 $# ô tã ÍνÏŠ$t7 Ïã ä‹ è{ù' tƒ uρ ÏM≈ s%y‰¢Á9 $# 4χ r& uρ ©!$# uθ èδ Ü>#§θ −G9 $# ÞΟŠÏm §�9 $# ∩⊇⊃⊆∪ )24�Z��/\ :^_}(

Artinya: Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima Taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang (QS. 9: At-Taubah: 104)

Makna ayat ini lanjutan dari ayat sebelumnya yaitu QS: At-Taubah :103

bahwasanya sekelompok orang yang imanya masih lemah, yang

mencampurbaurkan amal baik dan buruk dalam kegiatanya. Dan mereka

mengharap ampunan dari Allah SWT dan salah satu cara pengampunannya adalah

melalui sedekah dan pembayaran zakat.13

D. Harta Yang Wajib di Zakatkan

Secara umum zakat terbagi menjadi dua macam: pertama.zakat yang

berhubungan dengan badanatau disebut zakat fitrah.zakat fitrah merupakan

kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap muslim yang mempunyai kelebihan

dari nafkah keluarga yang wajar yang dilaksanakan maksimal sebelum khatib

turun dari mimbar pada hari raya idul fitri,sebagai tanda syukur kepada Allah

SWT karena telah selesai menunaikan ibadah puasa selain untuk menggembirakan

hati fakir miskin pada hari raya, kedua, zakat yang berhubungan dengan harta atau

zakat maal. Dalam penulisan ini lebih memfokuskan pada zakat maal yang telah

13M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volume 5, ( Jakarta: Lentera Hati, 2002) h.706

Page 37: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

27

mengalami perkembangan pada perekonomian modern, sehingga dengan

demikian hanya sedikit membahas tentang zakat fitrah.14

Menurut Al-Jaziri, ulama mazhab yang empat secara Ittifaq (sependapat)

mengatakan bahwa jenis harta yangwajib dizakatkan ada lima macam yaitu :

binatang ternak (unta, sapi, kerbau, kambing/domba) emas dan perak,

perdagangan, pertambangan, harta temuan dan petanian.15Sementara itu menurut

Yasuf Al-Qardhawi16 jenis-jenis harta yang wajib dizakati adalah: binatang

ternak, emas dan perak, hasil perdagangan, hasil pertanian, hasil sewa tanah,

madu dan produksi hean lainnya, barang tambang dan hasil laut, hasil investasi

pabrik dan gudang, hasil pencarian dan profesi, hasil saham dan obligasi.

Memperhatikan pendapat diatas,maka jenis harta yang wajib dizakati

mengalami perubahan dan perkembangan.artinya jenis- jenis harta sebagaimana

disebut diatas,masih dapat dikembangkan sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang berdampak pada perkembangan dan kemajuan

ekonomi dan dunia usaha.

Sedangkan dalam Undang-undang tentang pengelolaan Zakat17 disebutkan

jenis harta yang dikenai zakat, yaitu: emas dan perak, uang, perdagangan dan

14Shahih Bukhori (Riyadh: Daar el-Salam,2000 ), h. 925-927 15Abdurrahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh ‘ala al-Mazhab al-Arba’ah,( Beirut: Ihya Turats al-

arabi,tt), h. 596 16Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, ( Bandung: Mizan, 1996), h. 122-123 17Bab IV, pasal 11(2), Undang-undang No. 38/1999,h. 9

Page 38: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

28

perusahaan,hasil pertanian,hasil perkebunan, hasil perikanan, hasil petambangan,

hasil perternakan, hasil pendapatana dan jasa. Dan rikaz (harta temuan).

Harta kekayaan sebagaimana disebut diatas, wajib dikeluarkan zakatnya

apabila telah memenuhi ketentuan wajib zakat (mencapai nisab, kadar, dan

waktu/haul).

Adapun syarat-syarat yang wajib dizakati yaitu:18

1. Milik penuh, yaitu kekayaan yang berada dibawah kekuasaan pemilik dan

tidak tersangkut didalamnya hak orang lain.

2. Berkembang, yaitu kekayaan yang dikembangakan atau mempunyai potensi

untuk berkembanga produktif dan memberikan keuntungan atau pendapatan.

3. Cukup nisab, yaitu jumlah minimal yang harus dikeluarkan zakatnya.

4. Lebih dari kebutuhan rutin. Yang dimaksudkebutuhan rutin adalah sesuatu

yang harus ada untuk ketahanan hidup seperti makan, minum, pakaian,

perumahan dan sebagainya.

5. Bebas dari hutang (pemilikan sempurna) orang yang mempunyai hutang

sebesar atau mengurangi senisab yang harus dibayar pada waktu yang

sama(dengan waktu mengeluarkan zakat), maka harta tersebut terbebas dari

zakat.

6. Berlaku satu tahun, maksudnya adlah bahwa pemilikan harta tersebut sudah

berlalu satu tahun. Persyaratan ini hanya berlaku bagi ternak, harta simpanan

18Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, ( Jakarta: Lentera, 1991), h. 848-876

Page 39: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

29

dan perniagaan, sedang hasil pertanian, buah-buahan dan rikaz (barang

temuan) tidak ada syarat haul.

E. Sasaran Zakat19

Mustahiq zakat atau orang yang berhak menerima zakat harta benda

(zakat maal) ada delapan asnaf (golongan) yakni fakir, miskin, amil (petugas

zakat), muallaf(orang yang baru masuk Islam).Riqab (budak), gharimin (orang

yang berhutang), fisabilillah (orang yang berijtihad dijalan Allah).Ibnu sabil

(yang dalam perjalanan) sebagaimana didasarkan pada firman Allah SWT yang

berbunyi:

$ yϑ̄ΡÎ) àM≈ s%y‰¢Á9 $# Ï !#t� s)à ù=Ï9 ÈÅ3≈ |¡ yϑø9 $#uρ t, Î#Ïϑ≈ yè ø9 $#uρ $ pκö n=tæ Ïπ x ©9 xσßϑø9 $#uρ öΝåκæ5θ è=è% †Îû uρ

É>$ s%Ìh�9$# tÏΒ Ì�≈ tóø9 $#uρ † Îû uρ È≅‹Î6 y™ «!$# Èø⌠$#uρ È≅‹Î6 ¡¡9$# ( ZπŸÒƒ Ì� sù š∅ÏiΒ «!$# 3 ª!$#uρ íΟŠÎ=tæ

ÒΟ‹Å6 ym ∩∉⊃∪ )24�Z��/\ :c_( Artinya: “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang

miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya(mualaf), untuk memerdekakan hamba sahaya, untuk membebaskan orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.”(QS. 9: At-Taubah: 60)

1. Fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta dan usaha, atau mempunyai

harta yang kurang dari seperdua kecukupanya20, tidak ada oang yang

berkewajiban memberi belanja.21

19 Muhamad Jawad Mughniyah, Fikih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2007), hal. 189-194

Page 40: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

30

2. Miskin adalah orang yang mempunyai harta atau usaha sebanyak seperdua

kecukupannya atau lebih tetapi tidak sampai mencukupi.

3. Amilin adalah orang yang bertugas mengambil zakat dari dari para muzakki

dan mendistribusikan kepada para mustahiq.22

4. Muallaf adalah orang-orang yang yang sedang dilunakan hatinya untuk

memeluk Islam atau untuk menguatkan Islamnya, atau untuk memnjegah

keburukan sikapnya terhadap kaum muslimin.

Muallaf ada empat macam:

a. Orang yang baru masuk Islam, sedangkan imannya belum teguh.

b. Orang Islam yang yang berpengaruh dalam kaumnya, dan kita

berpengharapan kalau dia diberikan zakat, maka orang lain dari kaumnya

akan masuk Islam.

c. Orang Islam yang berpengaruh terhadap kafir. Kalau dia diberi zakat, kita

akan terpelihara dari kejahatan kafir yang dibawah pengaruhnyanya.

d. Orang yang menolak kejahatan orang anti zakat.23

20 Yang dimaksud dengan kecukupan ialah menurut umur biasa 62 tahun maka yang

mencukupi dalam masa tersebut dinamakan”kaya”, tidak boleh diberi zakat, dan ini dinamakan kaya dengan harta.adapun kaya dengan usaha, seperti orang yang mempunyai penghasilan yang tertentu yang tiap-tiap hari atau bulanan, maka kecukupannya dihitung tiap hari atau tiap bulan. Apabila suatu hari penghasilannya tidak mencukupi hari itu dia boleh menerima zakat. Adanya rumah yang didiami, pekakas tumah tangga dan lain-lain yang diperlukan tiap hari tidak dihitung sebagai kekayaan berarti tidak menghalanginya dari keadaan yang tergolong fakir atau miskin

21 Sualaiman Rajid, Fikih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algonsindo,1995), hal. 213 22M. Ali Hasan, Zakat dan Infak, (Jakarta: kencana, 2006), Hal.96 23Departemen Agama RI, Pedoman Zakat seri 9,(Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan Zakat

dan Wakaf, 2006), h.83

Page 41: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

31

5. Riqab (orang-orang yang memerdekakan budak) adalah orang yang mmebeli

budak dari harta zakatnya untuk memerdekakannya. Dalam hal ini babyak

dalil yang cukup dan sangat jelas bahwa Islam telah memenuhi berbagai jalan

dalam rangka menghapus perbudakan. Hukun ini sudah tidak berlaku karena

pebudakan telah tiada

6. Al-Gharimah (orang yang mempunyai utang) adalah orang yang mempunyai

hutang yang dipergunakan untuk perbuatan yang bukan maksiat. Dan zakat

diberikan agar mereka dapat membayar hutang mereka., menurut kesepakatan

para ulama mazhab.

7. Fisabilillah (orang yang berada dijalan Allah) menurut empat mazhab orang-

orang yang berpegang secara suka rela untuk membela Islam.

8. Ibnu sabil adalah orang asing yang menempuh perjalanan kenegeri lain dan

sudah tidak punya harta lagi zakat boleh diberikan kepadanya sesuai dengan

ongkos perjalanan untuk kembali kenegaranya24

24 Muhamad Jawad Mughniyah, Fikih Lima Mazhab,(Jakarta: Lentera,2007), h. 189-194

Page 42: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

32

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK

A. Pengertian

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara (peralihan kekayaan

partikelir kesektor) berdasarkan Undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada

mendapat jasa timbalik (tegen prestatie) yang langsung dapat ditunjukan dan

yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum(publieke uitgaven).1

Pajak menurut ahli keuangan ialah kewajiban yang ditetapkan terhadap

wajib pajak, yang harus disetorkan kepada Negara sesuai dengan ketentuan, tanpa

mendapat prestasi kembali dari Negara dan hasilnya untuk membiayai

pengeluaran umum di satu pihak untuk merealisir sebagian tujuan ekonomi,

sosial, politik, dan tujuan- tujuan lain2.

Dalam hukum Islam terdapat beberapa istilah yang dapat diartikan sebagai

pajak. Misalnya: Istilah jizyah merupakan suatu bagian kekayaan yang diambil

dari orang-orang kafir zimmi sebagai kewajiban baginya karena telah dilindungi

keselamatan diri dan hartanya oleh pemerintah Islam.3

Al-kharaj merupakan bagian suatu kekayaan yang telah dikeluarkan oleh

setiap penduduk yang tunduk dibawah kekuasaan pemerintahan Islam bagi yang

memiliki pertanian atau perkebunan. Adh-dariibah merupakan suatu bagian

1 Rahmat Soemitro, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, (Yogyakarta: Libert 1992),h.57

2 Yusuf Qardhowi, Hukum Zakat, (Bogor: PT Pustaka Litera Antar Nusa, 1988), h.999 3Najuddin, Masaail Fiqhiyyah, (Jakarta: Kalam Mulya, 2003), h.163

Page 43: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

33

kekayaan yang dikeluarkan oleh orang-orang kafir yang telah dilakukan oleh

tentara Islam dengan sebutan al-Harbi dengan membebani pajak 10 % dari

kekayaannya.4 Al-‘usyuriyah yaitu pajak yang dikeluarkan oleh setiap warga

dibawah kekuasaan pemerintah islam yang terdiri dari golongan Muslim, Ahlul

Dzimmi dan Ahlul Harbi. Hal ini dikatakan ‘isyuriyah karena jumlahnya 10%

dikeluarkan dari kekayaan Ahlul Harbi dengan istilah “al-“usyur”dan 5%

dikeluarkan dari kekayaan Ahlul Dzimmi dengan istilah “Nusful ‘Usyur”serta

2,5% dikeluarkan dari kekayaan orang-oran Muslim dengan istilah”Rubu’ul

‘usyur” .pajak yang seperti ini disebut”Al-Kharaaf 5.

Akan tetapi Undang-undang perpajakan No.36 tahun 2008 merumuskan

pengertian pajak bab I pasal I sebagai berikut:“Pajak penghasilan dikenakan

terhadap orang pribadi atau perseorang dan badan berkenaan dengan

penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun.”6

B. Sumber Hukum

Hukum pajak adalah sabagai hukum positif merupakan bagian hukum

nasional yang berlaku dengan memiliki sumber hukum.akan tetapi sumber hukum

yang dimilki oleh hokum pajak hanya bersumber pada hukum tertulis yang

4Najuddin, Masaail Fiqhiyyah, (Jakarta: Kalam Mulya, 2003), h.172 5 Asy-Syaukaaniy, Nailul Author, Juz VIII (Mesir: Mustahafaa Al-baby Al-Halaby), h.71 6Redaksi PT.Ichtiar baru-van heove, Himpunan Peraturan PerUndang-undangan RI,(Jakarta:

PT.Intermasa, 1989) 6Abi Fadhil Ahmad bin ali bin Hajar al-Asqolani, Bulughu Al-Maram min Al-Adilatul Ahkam,

(Mesir: Daarul Abidin, Tahun 1998), h.295

Page 44: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

34

berkaitan dibidang perpajakan karena keberadaan hukum pajak hanya didukung

oleh peraturan perundang-undangan perpajakan sebagai produk legislatif untuk

lebih jelasnya mengenai sumber hukum pajak dapat diuraikan satu persatu

sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 16 TAHUN 2009 Tentang Perubahan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara

Perpajakan

2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 607/KMK.04/1994 Tentang Tata Cara

Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi dan Pengurangan atau

Pembatalan Ketetapan Pajak, Tanggal 21 Desember 1994.

3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 542/KMK.04/2000 Tentang Tata Cara

Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi Dan Pengurangan atau

Penghapusan Ketetapan Pajak. Tanggal 22 Desember 2000.

4. Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP - 18/PJ.24/1995 Tentang Perubahan

atas Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP - 05/PJ.24/1995 Tanggal 3 Februari

1995 Tentang Bentuk Surat Tagihan Pajak dan Surat Ketetapan Pajak atas

Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah Tanggal 5 Mei 1995.

5. Peraturan menteri Keuangan NO.254/PMK.03/2010 tata cara pembebanan

zakat atau sumbangan keagaman yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan

dari penghasilan bruto.

Page 45: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

35

6. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2010 tentang zakat atau sumbangan

keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari penghailan bruto

(lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 98,tambahan

lembaran Negara Republik Indonesia 5148).7

C. Jenis-jenis 8

Dalam hukum pajak terdapat berbagai perbedaan jenis-jenis pajak, yang

dibagi kedalam perbedaan pajak menurut golongan, perbedaan pajak menutut

sifatnya dan perbedaan pajak menurut lembaga pemungutannya, adapun semua

itu dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Menurut golongannya pajak dibagi menjadi dua, yaitu pajak langsung dan

pajak tidak langsung, berikut ini diuraikan pengertian masing-masing:

a. Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus dipikul sendirir oleh

wajib pajak yang bersangkutan, tidak boleh dilimpahkan kepada orang

lain. Contoh : pajak penghasilan

b. Pajak tidak langsung adalah pajak-pajak yang bebannya dapat

dilimpahkan kepada pihak ketiga atau konsumen. Adapun dalam

pengertian administrative pajak tidak langsung adalah pajak yang

dipungut setiap terjadi peristiwa atau perbuatan yang menyebabkan

terutangnya pajak misalnya terjadi penyerahan barang,pembuatan akte.

Contoh : pajak pertambahan nilai dan bea materai.

7 Hhtp://blogdeta.blogspotcom/2009/Dasar Hukum-Pajak.html 31 mei 2009 8 Rahmat Soemitro, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, (Yogyakarta:

Liberty,1992), h.9-10

Page 46: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

36

2. Menurut sifatnya pajak dibagi menjadi dua yaitu pajak subjektif dan pajak

objektif berikut ini diuraukan pengertian masing-masing:

a. Pajak Subjektif ( bersifat perorangan) adalah pajak yang memperhatikan

pertama-tama keadaan pribadi wajib pajak untuk memetapakan pajaknya

harus ditemukan alas an-alasan yang objektif yang berhubungan erat

dengan keadaan materialnya. Contoh : pajak penghasilan orang pribadi,

hubungan antara pajak dan wajib pajak langsung oleh karena besarnya

pajak penghasilan yang harus dibayar tergantung pada besarnya

penghasilan sesorang.

b. Pajak objektif ( bersifat kebendaan) adalah pajak objektif pertama-tama

melihat kepada objeknya baik itu berupa benda dapat pula berupa

keadaan,perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya

kewajiban membayar pajak.

3. Menurut lembaga pemungutannya pajak dibagi menjadi dua yaitu pajak

Negara dan pajak daerah,berikut ini diuranikan pengertian masing-masing :

a. Pajak Negara adalah pajak yang dipungut pemerintah pusat yang

penyelengaraanya dilaksanakan oleh departemen keuangan dan hasilnya

akan digunakan untuk pembiayaan rumah tangga Negara pada

umumnya.contoh :

- Pajak penghasilan adalah merupakan salah satu pajak Negara memiliki

objek yang dapat dokenakan pajak, yakni “penghasilan”. Adapun

pengertian penghasilan menurut pasal 4 ayat (1) UU PPh adalah setiap

Page 47: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

37

tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib

pajak baik yan berasal di Indonesia maupun yang di luar Indonesia

- PPN (pajak pertambahan nilai) secara tegas diatur dalam UU PPN,

yang menyatakan bahwa pajak pertambahan nilai dikenakan atas pajak

penjualan atas barang mewah penyerahan jasa dan ekspor barang

pengusaha

- Pajak bumi dan bangunan, keduanya dapat berdiri sendiri atau secara

bersama-sama sebagai objek yang dapat dikenakan pajak bumi dan

bangunan adapun yang dimaksud dengan bumi itu sendiri meliputi

bagian dalam bumi seperti tanah, peraianran pedalaman serta laut

daerah Indonesia,dan yang dimaksud bangunan itu sendiri adalah

bangunan yang berdiri diatas permukaan bumi seperti hotel, pabrik

jalan tol dan lain-lain.

- Bea materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen yang

digunakan oleh orang pribadi atau badan dalam lalu lintas hukum.

b. Pajak daerah adalah pajak-pajak yang dimungut oleh daerah, kabupaten

maupun kotamadya berdasarkan peraturan daerah masing-masing dan

hasilnya untuk pembiayaan rumah tangga daerah masing-masing Contoh :

pajak kendaraan bermotor, pajak radio, dan pajak pembangunan.

D. Fungsi dan pengaruhnya dimasyarakat

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak

Page 48: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

38

merupakan sumber pendapatan Negara untuk membiayai semua pengeluaran

termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka pajak

mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

1. Fungsi anggaran (budgetair) adalah Sebagai sumber pendapatan Negara

pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk

menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan,

negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak.

Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai ,

belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan

pembangunan, uang dikeluarkan dari pegawai pemerintah, yakni penerimaan

dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun

ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang

semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.9

2. Fungsi stabilitas yaitu dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk

menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga

inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan

mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan

pajak yang efektif dan efisien.10

3. Fungsi redistribusi pendapatan yaitu pajak yang sudah dipungut oleh

negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk

9 R.Santoso Brotodiharjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, (Bandung: Eresco N.V.,1965), h.16 10R.Santoso Brotodiharjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, (Bandung: Eresco N.V.,1965), h.6

Page 49: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

39

juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan

kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.11

Setiap pajak terdiri dari sasaran atau objek pajak(tax bas ) dan tarif pajak

(tax rate).objek pajak adalah segala sesuatu yang dapat dapat dikenai pajak yang

berupa pendapatan,barang-barang ,kekayaan dan juga perpindahan hak milik atas

barang.12dan dalam pemungutuan pajak itu sendiri terdapat perlawanan sebagai

bentuk reaksi ketidak cocokan masyarakat terhadap diberlakukannya pajak sering

kali diwujudkan dalam perlawan akibat tekanan pajak.

E. Syarat-syarat Pemungutan

Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila terlalu

tinggi, masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila terlalu rendah,

maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak

menimbulkan berbagai masalah, maka pemungutan pajak harus memenuhi

persyaratan yaitu:

1. Pemungutan pajak harus adil yaitu seperti halnya produk hukum pajak pun

mempunyai tujuan untuk menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak.

Adil dalam perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya.

Contohnya: Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak dan pajak

diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat sebagai wajib

11Muhamad Djafar Saidi, Pembaruan Hukum Pajak, ( Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,

2007), h.33 12 M.Suparmoko, Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek (Yogyakarta: Badan Penerbit

FE UGM,1987) h.143-144

Page 50: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

40

pajak serta sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai

dengan berat ringannya pelanggaran.13

2. Pengaturan pajak harus berdasarkan UU yaitu sesuai dengan Pasal 23

UUD 1945 yang berbunyi: "Pajak dan pungutan yang bersifat untuk keperluan

negara diatur dengan Undang-Undang", ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam penyusunan UU tentang pajak, yaitu: Pemungutan pajak

yang dilakukan oleh Negara yang berdasarkan UU tersebut harus dijamin

kelancarannya Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan

secara umum serta Jaminan hukum akan terjaganya kerasahiaan bagi para

wajib pajak.14

3. Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian Pemungutan pajak

harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu kondisi

perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan, maupun jasa.

Pemungutan pajak jangan sampai merugikan kepentingan masyarakat dan

menghambat lajunya usaha masyarakat pemasuk pajak, terutama masyarakat

kecil dan menengah.15

4. Pemungutan pajak harus efesien Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam

rangka pemungutan pajak harus diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang

13Ahmad Tjahjono dan M.Fakhri Husaen, Perpajakan, ( Jakarta: UPP AMPYKPN, 2005),

h.16 14 Muhamad Djafar Saidi, Pembaruan Hukum Pajak, ( Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,

2007), h.5 15 R.Santoso Brotodiharjo,Pengantar Ilmu Hukum Pajak, (Bandung: Eresco N.V.,1965),

hal.27-28

Page 51: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

41

diterima lebih rendah dari pada biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena

itu, sistem pemungutan pajak harus sederhana dan mudah untuk dilaksanakan.

Dengan demikian, wajib pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam

pembayaran pajak baik dari segi penghitungan maupun dari segi waktu.

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana Bagaimana pajak dipungut

akan sangat menentukan keberhasilan dalam pungutan pajak. Sistem yang

sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban pajak

yang harus dibiayai sehingga akan memberikan dapat positif bagi para wajib

pajak untuk meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya,

jika sistem pemungutan pajak rumit, orang akan semakin enggan membayar

pajak 16

F. Perbandingan Antara Zakat Dan Pajak

Dari uraian sebelumnya telah dijelaskan mengenai pengertian pajak dan

zakat maka diantara kedua terdapat pesamaan dan perbedaan keduanya, Adapun

persamaan antara zakat dan pajak adalah:

1. Unsur paksaan dan kewajiban yang merupakan cara untuk menghasilkan

pajak, juga terdapat dalam zakat yang harus dibayar tiap tahunnya.17 Bila

sorang muslim terlambat membayar zakat, karena keimanan dan

keislamannnya belum kuat, disini pemerintah Islam akan memaksanya,

16 R.Santoso Brotodiharjo,Pengantar Ilmu Hukum Pajak, (Bandung: Eresco N.V.,1965),

hal.28 17 Najuddin, Masaail Fiqhiyyah, (Jakarta: Kalam Mulya, 2003), H.175

Page 52: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

42

bahkan memeranggi mereka yang enggan membayar zakat, bila mereka punya

kekuatan.

2. Bila pajak harus disetorkan kepada lembaga masyarakat atau Negara, pusat

maupun daerah, maka zakat pun demikian, karena pada dasarnya zakat itu

harus diserahkan kepada pemerintah sebagai badan yang disebut dalam Al-

qur’an yaitu amil zakat.

3. Diantara ketentuan pajak ialah tidak adanya imbalan tertentu. Pada wajib

pajak menyerahkan pajaknya selaku anggota masyarakat. Ia hanya

memperoleh berbagai fasilitas untuk dapat melangsungkan kegiatan usahanya.

Demikia halnya dalam zakat. Pezakat tidak memperoleh suatu imbalan. Ia

membayar zakat selaku masyarakat Islam. Dia hanya memperoleh

perlindungan, penjagaan dan solidaritas dari masyarakat. Ia wajib

memberikan haertanya untuk menolong warga masyarakat dan membantu

mereka dalam menangulanggi kemiskinan, kelemahan dan penderitaan hidup

dan demi tegaknya kalimat Allah dan kebenaran di muka bumi tanda

mendapat prestasi kembali atas pembayaran zakatnya.

4. Apabila pajak pada zaman moderen mempunyai tujuan kemasyarakatan,

ekonomi dan politik di samping tujuan keuangan, maka zakat itu mempunyai

tujuan yang lebih jauh dan jangkawan yang lebih luas dan sangat besar

pengaruhnya terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat18.

18 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, ( Jakarta: Lentera, 1991 ), h.999-1000

Page 53: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

43

Adapun beberapa perbedaan antara zakat dan pajak adalah:

1. Zakat mengandung arti suci, tumbuh dan berkah. orang yang mengeluarkan

zakat, jiwanya bersih dari sifat kikir, tamak, hartanya tidak kotor lagi karena

hak orang telah disisihkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya.

Harta yang dizakati itu membawa berkah, dan tumbuh berkembang dari

pengetian zakat tersebut sehinga timbul dari simuzaki bahwa zakt itu bukan

sebuah perintah semata akan tetapi keharusan bagi simuzaki untuk

mengeluarkannya agar harta yang dia memiliki terdapat keberkahaan dan

kesucian didalamnya. Sedangkan pajak artinya hutang, pajak tanah, upeti dan

sebagainya yang wajib dibayar, sehingga kesan pajak adalah beban berat yang

dipaksakan walaupun hasil pajak itu di manfaatkan untuk pembangunan dan

kepentingan Negara.

2. Zakat ialah ibadah yang diwajibkan kepada umat sebagai tanda bersyukur

kepada Allah, dan mendekatkan diri kepada-Nya. Sedangkan pajak adalah

kewajiban atas muslim ataupun non muslim yang tidak dikaitkan dengan

ibadah. Berbeda dengan zakat, harus di niatkan mengeluarkan zakat itu,

sedangkan pajak tidak memerlukan niat, apalagi non muslim.

3. Zakat ketentuannya dari Allah dan rasul-Nya yaitu penentuan nisab dan

penyalurannya, sedangkan pajak sangan bergantung kepada kebijaksanaan

penguasa (pemeritah). Orang yang dikenakan pajak belum tentu membayar

zakat karena zakat ada patokan nisabnya yang berlaku, sedangkan pajak bisa

dimunculkan dan mungkin dihapuskan.

Page 54: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

44

4. Zakat adalah kewajiban yang bersifat permanen, terus menerus berjalan

selama hidup dan kewajiabn mengeluarkan zakat tidak dihapuskan oleh

siapapun. berbeda dengan pajak yang bisa ditambah, dikurangi dan bahkan

dihapuskan sesuai dengan kepentingan negara.

5. Pos- pos penyaluran zakat sudah di jelaskan dalam Al-qur’an dan diikuti oleh

amal perbuatan Rasulullah dan para sahabat. Pos- pos pengeluarannya lebih

terbatas bila dibandingkan dengan pajak yang cakupannya lebih umum.

6. Wajib pajak berhubungan dengan pemerintah dan adakalanya orang

menghindar dari kewajiban membayar pajak. Berbeda dengan zakat orang

yang wajib zakat langsung berhubungan dengan Allah.

7. Maksud dan tujuan zakat mengadung pembinaan spiritual dan moral yang

lebih tinggi dari maksud dan tujuan pajak19.

19 M.Ali Hasan, Masail Fiqhiyah ,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2003), h.63

Page 55: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

45

BAB IV

ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

A. Zakat dalam yuridiksi pajak penghasilan

Menurut pasal 1 (2) UU No.38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat,

zakat didefinisikan sebagai harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau

badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk

diberikan kepada yang berhak kapada yang berhak menerimanya.1 Zakat

merupakan ibadah yang bukan hanya berdimensi vertikal yaitu hubungan antara

seorang muslim dengan Allah, namun zakat juga merupakan bentuk kepedulian

sosial seorang muslim. Dengan demikian, sejak keberadaan UU No.38 Tahun

1999 zakat memiliki peranan penting bagi kepedulian sosial seorang/komunitas

muslim dimana didalam sebagian hartanya ada yang merupakan hak orang lain

yang wajib dikeluarkan.2

Secara lebih spesifik, dalam pembukaan UU No.38 Tahun 1999 tentang

pengelolaan zakat bahwa dasar-dasar pertimbangan dikeluarkannya undang-

undang tersebut adalah:

1. Bahwa Negara Republik Indonesia menjamin kemerdekaaan tiap-tiap

penduduk untuk beribadat menurut agamanya masing-masing;

2. Bahwa penunaian zakat merupakan kewajiban umat Islam Indonesia yang

mampu dan hasil pengumpulan zakat merupakan sumber dana yang potensial

untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

1Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat 2Yusuf Qardhowi, Hukum Zakat, (Bogor: PT Pustaka Litera Antar Nusa, 1988), h.1112

Page 56: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

46

3. Bahwa zakat merupakan pranata keagamaan untuk mewujudkan keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan memperhatikan masyarakat yang

kurang mampu.

4. Bahwa upaya penyempurnaan system pengelolaan zakat perlu terus

ditingkatkan agar pelaksanaan zakat lebih berhasil dan berdayaguna dapat

dipertanggung jawabkan.3

Beberapa pertimbangan diatas merupakan dasar dikeluarkannya UU No.

38 Tahun 1999 dengan undang-undang tersebut diharapakan pengelolaan zakat

akan semakin efektif dan efisien. Hal ini dilakuakan agar kaum muslimin di

Indonesia yang telah membayar zakat tidak terkena beban ganda. Di samping ia

harus membayar zakat, ia juga memiliki kewajiban Negara dengan membayar

pajak. Dengan ada UU No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan zakatupaya dapat

memperkecil beban berganda yang telah ditanggung umat muslim di Indonesia.

Oleh karena itu pedoman yang dikeluarkan adalah berupa pengurangan zakat dari

laba/pendapatan sisa kena pajak.4

Hal tersebut memang yang diharapakan oleh pemerintah sesuai dengan

bunyi pasal 14 ayat 3 undang-undang tersebut berbunyi: “zakat yang telah

dibayarkan kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat dapat dikurangkan

3A.Rahman Zaenudin, Berbagai pandangan tentang zakat: Implikasinya pada pemerataan,

(Jakarta: paramadina, 2000), h.17 4Ibid

Page 57: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

47

dari laba/pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”5

Adapun peraturan yang mengatur masalah pajak penghasilan khususnya

yang berhubungan dengan masalah zakat adalah UU No. 17 Tahun 2000 Tentang

pajak penghasilan dapat dilihat dari pasal 4 ayat 3 huruf a No.1 disebutkan bahwa

“ yang tidak termasuk sebagai objek pajak adalah bantuan sumbangan, termasuk

zakat yang diterima oleh Badan amil zakat atau Lembaga amil zakat yang

dibentuk atau disahkan oleh pemerintahkan dan para penerimaan zakat yang

berhak”.6

Kemudian pasal 9 ayat 1 huruf g menyatakan: “untuk menentukan

besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam Negeri dan bentuk usaha

tetap tidak boleh dikurangkan: harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan

dan warisan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 3 huruf a dan b kecuali

zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayar oleh wajib pajak orang pribadi

pemeluk agama Islam atau wajib pajak dalam Negeri yang dimiliki oleh pemeluk

agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang ditentukan

atau disahkan oleh pemerintah.”

Ketentuan di atas jelas menyatakan bahwa zakat diperlukan sebagai unsur

pengurang penghasilan untuk menentukan penghasilan kena pajak yang

digunakan sebagai dasar pengenaan pajak. Untuk menentukan penghasilan kena

5Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat 6Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan

Page 58: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

48

pajak suatu penghasilan harus dikurangi dengan biaya-biaya sebagaimana

dijelaskan dalam pasal 6 UU No.17 Tahun 2000. Sedangkan untuk menentukan

angka penghasilan kena pajak yang akan dikalikan dengan tarif pajak. Suatu

penghasilan juga dimungkinkan oleh undang-undang dapat dikurangi dengan

pengeluaran tertentu, sebagaimana diatur dalam pasal 9 ayat 1 huruf g UU No.17

Tahun 2000.7

B. Zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak

Sejak tahun 1968, umat Islam Indonesia telah berjuang untuk membentuk

lembaga yang berkecimpungan di bidang zakat. Keinginan tersebut dijawab

dengan lahirnya undang-undang No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat,

meskipun masih juga belum memuaskan semua pihak, namun paling tidak dengan

adanya undang-undang tersebut usaha untuk meningkatkan kesejateraan umat

melalui jalur zakat mulai terbuka.8 Dengan adanya UU No. 38 tahun 1999 dana

yang dikumpulkan berupa ZIS (zakat, infak dan sadaqoh) dapat dikelola lebih

efektif dan efisien melalui lembaga khusus yang disahkan oleh pemerintah yakni

Badan amil zakat (BAZ) atau lembaga amil zakat (LAZ).9

Adapun zakat yang secara sah dapat dikurangi dari penghasilan untuk

menentukan besarnya penghasilan kena pajak maka wajib pajak harus melampiri

bukti setoran zakat atas penghasilan yang dibayarnya pada surat pemberitahuan

7R.Mansyuri, Pembahasan Mendalam atas Penghasilan. (Jakarta: Penerbit YP4, 2000), h.35 8A.Rahman Zaenudin, Berbagai Pandangan tentang Zakat: Implikasinya pada pemerataan,

(Jakarta: Paramadina,2000), hal.17 9Tengku M.Hasbi ash-Shiddieq, Pedoman Zakat, (Jakarta: PT.Pustaka Rizki Putra,1999), h.19

Page 59: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

49

pajak. Hak ini sesuai dengan keputusan Dirjen Pajak No.KEP-214/PJ/2001

Tanggal 15 Maret 2001. Adapun ketentuan lengkap pasal 3 No.39 Keputusan

Dirjen Pajak No. KEP-214/PJ/2001 adalah sebagai berikut: “ keterangan atau

dokumen lain yang harus dilampirkan pada surat pemberitahuan pajak

penghasilan wajib pajak pribadi yang menyelenggarakan pembukuan adalah bukti

setoran zakat atas penghasilan yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi

pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga zakat yang dibentuk

dan disahkan oleh pemerintah.”

Dengan adanya peraturan-peraturan diatas merupakan momentum baru

dalam system pengelolaan zakat di Negara kita sekaligus momentum yang tepat

untuk meningkatkan penerimaan zakat untuk mengangkat kualitas perekonomian

umat Islam di Nergeri ini yang konon kurang lebih 90% penduduknya beragama

Islam. Momentum ini semakin kuat ketika pemerintah akan memberlakukan

Nomor Pokok Wajib Zakat (NPWZ) mulai Januari 2001. Hal tersebut ditegaskan

oleh Menteri agama, Sayyid Agil Husain Al-Munawar yang dimuat di harian

Koran Tempo sebagai berikut: “mulai januari 2002 mendatang, pemerintah akan

memberlakukan Nomor Pokok Wajib Zakat bagi umat Islam. Pembayaran zakat

yang memiliki NPWZ itu akan mendapat potongan pajak penghasilan sebesar

2,5% dari nilai pajak yang harus dibayarkan.10. Dengan demikan, seorang wajib

pajak yang memiliki kewajiban zakat akan memiliki dua nomor identitas

10Koran Tempo, Pemerintah berlakukan Nomor Wajib Pajak., 22 Nopember 2001

Page 60: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

50

sekaligus yaitu NPWP dan NPWZ yang menurut kasubdit pemeriksaan II KPDJP,

keduanya dikaitkan satu sama lain atau disatukan sekaligus.11

Wacana ini diperkuat oleh peraturan pemerintah yang baru-baru ini

dikeluarkan yaitu Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2010 pasal 1 b yaitu

“sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi wajib pajak orang pribadi

pemeluk agama selain agama Islam oleh wajib pajak dalam Negeri yang dimiliki

oleh pemeluk agama selain agama Islam yang diakui di Indosesia yang

dibayarkan kepada lembaga keagamaan yang dibentuk dan disahkan oleh

pemerintah.” Adapun hal yang menjelaskan tentang persyaratan adanya bukti

setoran zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak ditegaskan dalam pasal 2

yang berbunyi “apabila pengeluaran untuk zakat atau sumbangan keagamaan

yang sifatnya wajib tidak dibayarkan kepada badan amil zakat atau lembaga zakat

keagamaan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1 maka pengeluaran tersebut

tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto”.12

Peraturan Menteri Keuangan No.254/PMK.03/2010 Pasal 1 ayat 1 juga

menjelaskan tentang zakat dapat dikurangkan sebagai pengurang penghasilan

kena pajak yang berbunyi “sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi wajib

pajak orang pribadi pemeluk agama selain agama Islam oleh wajib pajak dalam

Negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama selain agama Islam yang diakui di

11Berita Pajak, Konsep Penyetoran dan Pemungutan Zakat oleh Negara, 15 Desember 2001 12Peraturan Pemerintah Republik Ondonesia No.60 Tahun 2010 tentang Zakat atau

Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib dapat dikurangkan dari Penghasilan

Page 61: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

51

Indosesia yang dibayarkan kepada lembaga keagamaan yang dibentuk dan

disahkan oleh pemerintah”. Sedangkan hal yang menjelaskan tentang persyaratan

adanya bukti setoran zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak ditegaskan

dalam pasal 4 ayat 1 dan 2 yang berbunyi “apabila pengeluaran untuk zakat atau

sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib tidak dibayarkan kepada badan amil

zakat atau lembaga zakat keagamaan sebagaiman yang dimaksud dalam pasal 1

ayat 1 maka pengeluaran tersebut tidak dapat dikurangkan dari penghasilan

bruto.”13

Adapun Mekanisme zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak

(PKP) adalah14:

1. Zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak (PKP) hanya berlaku bagi

muzakki yang mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

2. Zakat yang dibayarkan kepada badan amil zakat atau lembaga zakat akan

mendapatkan bukti setor zakat.dan bukti setor zakat akan diperoleh setelah

muzakki mempunyai Nomor Pokok Wajib Zakat (NPWZ)

3. Apabila muzakki ingin zakat yang dibayarkan mengurangi PKP,maka:

- Pada SPT Tahunan kolom 6 dituliskan jumlah zakat yang dibayarkan ke

BAZ dan LAZ

- Bukti setoran zakat lembar 1 disertakan sebagai lampiran SPT Tahunan

13Peraturan Menteri Keuangan No.254/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pembebanan Zakat

atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib dapat dikurangkan dari Penghasilan 14BAZNAS, Implementasi Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak, makalah

forum zakat, hal.4

Page 62: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

52

- Apabila ada kelebihan bayar pada SPT tahunan akibat pembayaran zakat

maka zakat yang telah dibayar akan dikembalikan kepada wajib pajak

C. Perhitungan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak

Sebelum kita membahas tentang perhitungan zakat sebagai pengurang

penghasilan kena pajak kita harus mengetahui dahulu bagaimana perhitungan

penghasilan kena pajak dan penghasilan tidak kena pajak itu sendiri adapun

ketentuan dan perhitungannya sudah diatur dalam undang-undang perpajakan

No.17 tahun 2000 pasal 17 yaitu:15

1. Pajak penghasilan orang pribadi

PKP s.d Rp.25.000.000 tarif pajak 5%

Rp.25.000.000 s.d Rp.50.000.000 tarif pajak 10%

Rp.50.000.000 s.d Rp.100.000.000 tarif pajak 15%

Rp.100.000.000 s.d Rp.200.000.000 tarif pajak 25%

Di atas Rp.200.000.000 tarif pajak 35%

2. Pajak penghasilan badan

PKP s.d Rp.50.000.000 tarif pajak 10%

Rp.50.000.000 s.d Rp.100.000.000 tarif pajak 15%

Di atas Rp.100.000.000 tarif pajak 30%

Untuk menghitung penghasilan kena pajak (PKP) bagi wajib pajak orang

pribadi penghasilan nettonya dikurangi dengan penghasilan tidak kena pajak

15Gustian Djuanda,dkk, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan, (Jakarta:Raja

Grafindo Persada, 2006),h.107

Page 63: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

53

(PTKP). Besarnya PTKP bagi wajib pajak orang pribadi berdasarkan status wajib

pajak yang bersangkutan. Sedangkan status wajib pajak ditentukan menurut

keadaan pada awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak.16

Untuk memperjelas ciri-ciri bahwa pajak penghasilan orang pribadi adalah

merupakan pajak subjektif personal yang diatur dalam pasal 7 Undang-undang

PPh (pajak penghasilan) memberikan keringanan berupa penghasilan tidak kena

pajak (PTKP) yang dihubungkan dengan keadaan pribadi wajib pajak (keluarga

dan tanggungan) status wajib pajak terdiri dari:17

1. Tidak kawin (TK) beserta tanggungannya misalnya,TK/1:tidak kawin dengan

satu tanggungan,TK/2,TK/3,dan TK/0

2. Kawin beserta tanggungannya misalnya kawin tanpa tanggungan (K/0), kawin

dengan satu tanggungan (K/1),(K/2),(K/3). Wajib pajak dengan status seperti

ini berarti wajib pajak (WP) kawin, istrinya tidak mempunyai penghasilan

atau istrinya mempunyai penghasilan tetapi tidak perlu digabung dengan

penghasilan suaminya di SPT PPh orang pribadi.

3. Kawin, istri punya penghasilan dan digabungkan dengan penghasilan

suaminya, serta jumlah tanggunannya, disingkat K/i/…misalnya:K/i/O artinya

WP kawin,istrinya punya penghasilan dan digabungkan dengan penghasilan

suaminya di SPT dan tanpa tanggungan.

4. PH:status wajib pajak (WP) adalah melakukan perjanjian tertulis untuk pisah

harta dan penghasilan.

16 Ibid.,hal.109-110 17Gustian Djuanda,dkk, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan, (Jakarta:Raja

Grafindo Persada,2006), h.110

Page 64: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

54

Yang boleh menjadi tanggungan adalah anggota keluarga sedarah dalam

garis keturunan lurus yang menjadi tanggungan sepenuhnya seperti orang tua

lurus keatas dan anak lurus kebawah, dan keluarga semenda dalam garis lurus

yang menjadi tanggungan sepenuhnya seperti mertua, serta anak angkat. yang

boleh menjadi tanggungan paling banyak adalah 3 (tiga) orang. Yang dimaksud

menjadi tanggungan sepenuhnya adalah anggota keluarga yang tidak mempunyai

penghasilan dan seluruh biaya hidupnya ditanggung oleh wajib pajak.18

Besarnya penghasilan tidak kena pajak yang boleh dikurangkan

terhadap penghasilan bruto wajib pajak pribadi berdasarkan pasal 7 UU Nomor 17

tahun 2000 berlaku sampai dengan tahun pajak 2004. kemudian mulai tanggal 1

januari 2005 berlaku ketentuan PTKP baru berdasarkan peraturan menteri

keuangan RI Nomor: 564/KMK.03/2004 tentang penyesuaian besarnya

penghasilan tidak kena pajak.besarnya penghasilan tidak kena pajak (PTKP)

berdasarkan pasal 1 menteri keuangan Nomor: 564/KMk.03/2004 adalah sebagai

berikut:19

1. Untuk diri wajib pajak PTKP sebesar Rp.12.000.000

2. Tambahan untuk wajib kawin PTKP sebesar 1.200.000

3. Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan

penghasilan suami PTKP sebesar 12.000.000

18Ahmad Tjahjono dan M.Fakhri Husaein, Perpajakan, (Yogyakarta : UPPAMPYKPN,

2005), h.130 19Ahmad Tjahjono dan M.Fakhri Husaein, Perpajakan, (Yogyakarta : UPPAMPYKPN,

2005), h.131

Page 65: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

55

4. Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda

dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan

sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.

Untuk mendapatkan gambaran perhitungan zakat sebagai pengurang

penghasilan kena pajak berikut ini contoh perhitungannya yaitu:

Contoh 1: wajib pajak orang pribadi:

Saudara D adalah pekerja dengan gaji Rp.2.000.000,- per bulan. ia

mempunya istri dan 3 orang anak. Cara menghitungnya adalah:

Penghasilan bruto 12x Rp.2.000.000,- Rp.24.000.000,-

Biaya jabatan 5% x 24.000.000,- Rp.1.200.000.-

Penghasilan netto sebelum zakat Rp.22.800.000,-

Zakat yang harus dibayar 2,5% x 22.800.000.- Rp.570.000.-

Penghasilan netto setelah zakat Rp.22.230.000.-

PTKP K/3:

1. Wajib pajak : Rp.12.000.000,-

2. Tambahan untuk wajib pajak kawin : Rp.1.200.000,-

3. Tambahan untuk setiap anggota keluarga 3 x Rp.1.200.000 : Rp.3.600.000,-

Rp.16.800.000,-

Penghasilan netto – PTKP K/3 Rp.22.230.000,-

Rp.16.800.000,-

Rp.5.430.000,-

PPh terutang 5% x Rp.5.430.000 Rp.271.500,-

Page 66: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

56

Contoh 2 : wajib pajak badan yang dimiliki pemeluk agama Islam:

Kondisi PT W adalah prusahaan dagang dengan penjualan tahun 2010

sebesar Rp.80.000.000.- harga pokok penjualan Rp.50.000.000 biaya umum dan

administrasinya Rp.15.000.000,-

Penghitungan:

Penghasilan bruto Rp.80.000.000,-

Harga pokok penjualan Rp.50.000.000,-

Laba bruto usaha Rp.30.000.000,-

Biaya umum dan adminitrasi Rp.15.000.000,-

Penghasilan netto sebelum zakat Rp.15.000.000,-

Zakat yang harus dibayar 2,5% x Rp.15.000.000 Rp.375.000,-

Penghasilan netto setelah zakat Rp.14.625.000,-

PTKP/TK0 Rp.12.000.000,-

Penghasilan kena pajak Rp.2.625.000,-

PPh terutang 10% x 2.625.000,- Rp.262.500,-

Contoh 3 wajib pajak badan yang mempunyai tanggungan: Kondisi sdr.Y

mempunyai toko dagang dengan penjualan tahun 2010 sebesar Rp.70.000.000,-

harga pokok penjualan Rp.30.000.000,- biaya umum administrasi

Rp.10.000.000,- sdr Y mempunyai istri dan 3 orang anak.

Perhitungan :

Penghasilan bruto Rp.70.000.000,-

Harga pokok penjualan Rp.30.000.000,-

Page 67: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

57

Biaya umum administrasi Rp.10.000.000,-

Laba bruto usaha Rp.30.000.000,-

Penghasilan netto sebelum zakat Rp.30.000.000,-

Zakat yang harus dibayar 2,5% x 30.000.000,- Rp.750.000,-

Penghasilan netto setelah zakat Rp.29.250.000,-

PTKP/K3 Rp.16.800.000,-

Penghasilan kena pajak Rp.12.450.000,-

PPh terutang 5% x 12.450.000 Rp. 622.500,-

D. Analisis Zakat sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak

1. Analisis Teori

Kewajiban zakat merupakan ketentuan yang datang dari Tuhan bagi

umat Islam dimana klausal dan sistematika hukumnya terdapat dalam al-

Qur’an dan dijelaskan lebih rinci dalam al-Hadits. Sebagai suatu kewajiban

yang datang dari agama dimana Indonesia bukan Negara agama maka tanpa

ada hukum positif atau perundang-undangan sesuatu kewajiban yang harus

ditegakan dalam kacamata agama tidak otomatis sama menurut kacamata

Negara. Artinya meskipun shalat, puasa atau zakat merupakan kewajiban

agama (Islam) namun Negara tidak memiliki pranata hukum untuk

menegakan kewajiban tersebut. Untuk itu perlunya proses pengundangan

hukum-hukum Islam menjadi hukum Negara Apabila suatu ketentuan syariat

kemaslahatannya dianggap perlu untuk dijadikan hukum Negara.

Page 68: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

58

Dengan telah diundangkannya UU No.38 Tahun 1999 tentang

pengelolaan zakat maka proses ke arah pengundangan tersebut disebut

sebagai”sedang terjadi”karena proses tersebut sesungguhnya belum final.

Artinya untuk menjadi sebuah produk perundang-undangan yang memiliki

sifat memaksa sebagaimana biasa dikenal dalam dunia perpajakan maka jika

kita lihat UU No.38 Tahun 1999 ketentuan yang dibuat hanya sebatas

mengatur pengelolaan zakat khususnya lembaga amil zakat. Padahal hal

terpenting suatu perundang-undangan adalah bagaimana ketentuan-ketentuan

yang termuat didalam undang-undang dapat menjamin penegakan hukum atas

isi perundang-undangan tersebut. Misalnya aturan tentang sanksi jika pihak

yang mendapat kewajiban untuk melakukan sesuatu sebagaimana yang

diinginkan oleh isi ketentuan tersebut tidak menjalankan, contoh dalam bab

VII pasal 21 UU No.38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat diatur tentang

sanksi. Namun sanksi yang dimaksud adalah diperuntukan bagi pengelolaan

(amil) zakat bukan bagi pembayar zakat.

Bandingkan dalam undang-undang perpajakan yang telah memiliki

hukum yang lengkap sesuai tata urutan perundangan Negara Republik

Indonesia, yang telah dimulai dari UUD 1945 pasal 23 dalam konteks ini

berarti pengundangan peraturan zakat penghasilan belum sejajar dengan

peraturan tentang pajak penghasilan.

Page 69: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

59

2. Analisis atas Ketentuan Perundang-Undangan

a. UU No.38 Tahun 1999 (Tentang Pengeloaan Zakat)

Dengan dikeluarkannya UU No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan

zakat maka munculah kesadaran bahwa peningkatan secara terus menerus

terhadap system pengelolaan zakat agar lebih berdayaguna dengan memenuhi

prinsip kepastian serta akuntabilitas. Kegiatan pengelolaan zakat mencakup

kegiatan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan

dan pendistribusian serta pendayaguanaan zakat.

Dengan adanya undang-undang ini diharapakan sumber dana zakat

dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat terutama untuk mengentas

kemiskinan dan menghilangkan kesenjangan social dengan pengelolaan secara

professional dan bertanggung jawab yang dilakukan oleh masyarkat bersama-

sama dengan pemerintah.

Undang-undang ini lebih bersifat mendidik dan menfasilitasi para

wajib zakat dengan memberi arahan, pembinaan serta pengawasan bagi para

wajib zakat yang tidak menunaikan kewajibannya atau tidak jujur dengan

menginformasikan kewajiban zakat kepada ‘amilin. Adapun yang berkenaan

dengan sanksi undang-undang ini hanya mengatur sanksi hukum atas

pelanggaran yang dilakukan amil.

Dengan demikian, posisi undang-undang ini diharapakan menjadi

tonggak dari suatu proses kearah pengelolaan zakat yang penuh otoritas

dengan dukungan legal yang memaksa, sebagaimana yang diberlakukan atas

Page 70: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

60

penarikan pajak. Dalam kontek syariah zakat sebagai guru dan pajak sebagai

murid atau pendukung. Posisi zakat di masa yang akan datang harus lebih

kokoh diatas semangat taqwa dan dalam dukungan legal.

Dengan diberlakukan undang-undang ini juga, diharapkan komunitas

muslimin sedikit terkurangi beban ganda yang ditanggungnya selamai ini,

yaitu selain membayar zakat komunitas muslim masih harus membayar zakat.

Selain itu, diharapakan juga undang-undang ini akan berefek samping yang

positif yaitu meningkatkan kesadaran membayar pajak karena terpacu telah

membayar zakat

b. UU No.17 Tahun 2000 yang Berkaitan dengan Masalah Zakat

UU NO.17 Tahun 2000 tentang perubahan ketiga atas UU No.7 Tahun

1983 tentang pajak penghasilan juga mengatur tentang masalah zakat. Hal ini

dapat kita kihat di pasal 4 dan pasal 9 undang-undang tersebut. Dalam pasal 4

dan 3 huruf a No.1 disebutkan bahwa”yang tidak termasuk sebagai objek

pajak adalah bantuan sumbangan, termasuk zakat yang dibentuk atau disahkan

oleh pemerintah dan para penerima zakat yang berhak,” yang diperkuat oleh

peraturan Menteri Keuangan No.254/PMK.03/2010 Pasal 1 ayat 1 yang

berbunyi “sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi wajib pajak orang

pribadi pemeluk agama selain agama Islam oleh wajib pajak dalam Negeri

yang dimiliki oleh pemeluk agama selain agama Islam yang diakui di

Indosesia yang dibayarkan kepada lembaga keagamaan yang dibentuk dan

disahkan oleh pemerintah.” Pasal ini dengan jelas menyatakan bahwa zakat

Page 71: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

61

yang dibayarkan bukan merupakan objek pajak, sehingga tidak dipungut

pajaknya.

Kemudian pasal 9 ayat 1 huruf g menyatakan: “untuk menentukan

besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk

usaha tetap tidak boleh dikurangkan: harta yang dihibahkan, bantuan atau

sumbangan dan warisan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 3 huruf a

dan b kecuali zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayar oleh wajib

pajak orang pribadi pemeluk agama Islam atau wajib pajak dalam negeri yang

dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga

amil zakat yang ditentukan atau disahkan oleh pemerintah. ketentuan di atas

secara jelas menyatakan bahwa zakat diperlakukan sebagai unsur pengurang

penghasilan untuk menetukan penghasilan kena pajak yang akan digunakan

sebagai dasar pengenaan pajak.

c. Analisis dari Narasumber dan Hasil Wawancara

Pada dasarnya zakat merupakan institusi yang bersumber dari syariat

Islam. Sedangkan pajak merupakan institusi yang bersumber dari teori dan

praktek dalam pengelolaan Negara. Dalam Negara yang tidak berideologi

pada agama (Islam),biasanya institusi pajak lebih mapan berdasarkan undang-

undang. karena Indonesia bukan Negara Islam institusional lembaga pajak

penghasilan jauh lebih maju dibandingkan dengan zakat penghasilan. Dengan

telah ditetapkannya UU No.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat maka

kini kedua institusi tersebut telah berdiri relative sejajar sebagai lembaga yang

Page 72: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

62

dikelola oleh Negara. Namun, karena peraturan tersebut masih baru maka

pemberdayaan dan pengelolaan institusi zakat oleh Negara masih memerlukan

reposisi yang membutuhkan waktu.

Dalam menentukan apakah zakat dapat dikurangkan terhadap

penghasilan kena pajak itu tergantung pada system yang dianut oleh suatu

Negara yang ditetapkan dalam peraturan yang telah ada. Sedangkan di

Indonesia dengan telah diterbitkannya UU no.38 tahun 1999 tentang

pengelolaan zakat penghasilan sebagai instrument penggalangan dana publik

bagi keperluan Negara disamping instrument pajak penghasilan yang telah ada

lebih dahulu.

Sebagai sebuah proses atas reposisi institusi zakat penghasilan dimasa-

masa mendatang, maka keberadaan kedua undang-undang tersebut sudah

memadai. Disatu sisi kadang-kadang zakat penghasilan yang sebelumnya

dilakukan oleh individu-individu masyarakat menuju pengelolaan yang lebih

professional dibawah instirusi Negara melalui lembaga pemerintah. Disisi lain

undang-undang pajak penghasilan mencoba untuk mengakomodasi undang-

undang pengelolaan zakat kedalam pasal-pasal yang ada dalam undang-

undang pajak penghasilan.contoh peraturan yang menyatakan bahwa zakat

penghasilan dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajak salam pasal 14 (3)

Undang-undang pengelolaan zakatdi tamping dalam Undang-undan pajak

penghasilan pasal 9 ayat 1 (g) yang menyatakan bahwa zakat penghasilan

dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajak dengna catatan zakat tersebut

Page 73: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

63

merupakan zakat yang benar-benar dibayarkan kepada Badan amil zakat atau

Lembaga amil zakat yang ditunjuk oleh pemerintah.

Dalam hal ini, pasal 4 ayat 3 a (1),UU No.17 tahun 2000 kerap

menjadi kontraversi karena prinsip”deductible-texable”(boleh dikurang-tidak

boleh dikurang) sering digenelasiri pemakaiannya. Contohnya batuan ,

sumbangan atau hibah yang diberikan kepada para pihak yang satu derajat

garis lurus kebawah (anak) bukan merupakan objek pajak sehingga tidak

dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajak. Alasan zakat penghasilan

dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajak sementara hibah, bantuan atau

sumbangan tidak, asumsinya adalah bahwa pemerintah tidak ikut campur

dalam aktivitas hibah, bantuan dan sumbangan. Sedangkan dalam zakat

pemerintah ikut berpartisipasi dengna memberi inisiatif sejumlah maksimal

30% (tarif PPn) dalam pembayaran zakat yang dikeluarkan oleh wajib pajak.

Alasan lain tentang diperkenankannnya zakat penghasilan sebagai

pengurang penghasilan kena pajak sebagai diamanatkan dalam Undang-

undang pajak penghasilan pasal 9 ayat 1 (g) dimaksudkan untuk

mengakomodasi dari pasal 14 Undang-undang No.38 Tahun 1999 yang telah

yang diperkuat dengan Peraturan pemerintah No.60 Tahun 2010 pasal 1 (b)

dan Peraturan Menteri Keuangan No.254/PMK.03/2010 pasal 1 ayat 1dan 2

lebih yang menyebutkan bahwa zakat penghasilan dapat dikurangkan dari

penghasilan kena pajak dengan catatan wajib zakat tersebut memiliki Nomor

Pokok Wajib pajak (NPWP) dan Nomor Wajib Pokok Zakat (NPWZ).

Page 74: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

64

F. Penemuan dan Pembahasan

1. Profil Daerah Bekasi

Kota Bekasi menjadi kota yang supersibuk karena selain harus

melayani warga dari daerah sendiri juga dari wilayah yang mengelilinginya

seperti DKI Jakarta, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Bekasi. Perkembangan

Kota Bekasi sudah terlihat sewaktu masih berstatus sebagai kecamatan dan

kota administratif. Jumlah penduduk Bekasi kian membengkak karena migrasi

penduduk dari luar. Lahan permukiman di wilayah seluas 21.049 hektar ini

terkonsentrasi di beberapa kecamatan bekas kotif seperti Bekasi Utara, Bekasi

Selatan, Bekasi Barat dan Bekasi Timur. Di kecamatan-kecamatan tersebut

hampir tidak ada lahan kosong. Total tanah Bekasi yang sudah terbangun

seluas 10.773 hektar dengan 90 % berupa permukiman. Sisanya untuk industri

dan perdagangan dan jasa masing-masing 4 dan 3 %. Lahan untuk pendidikan

dan pemerintahan dan bangunan umum masing-masing 2 dan 1 %. Dan

kecamatan Bantargebang dilupakan sebagai pusat industri di wilayah ini.

Selama ini Kota Bekasi memang lebih menonjol dengan sektor properti

khususnya perumahan. Sejak tahun 2001 wilayah administrasi Kota Bekasi

terbagi menjadi 10 kecamatan yang terdiri dari 52 kelurahan.

Arah Timur Kabupaten Karawang Arah Barat Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi Arah Utara Laut Jawa Arah Selatan Kabupaten Bogor

Page 75: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

65

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Bekasi Tahun 2010 2009 2008

Jumlah Pria (jiwa) 1.345.500 1.059.221 1.037.065 Jumlah Wanita (jiwa) 1.284.051 1.061.901 1.039.081 Total (jiwa) 2.629.551 2.121.122 2.076.146 Pertumbuhan Penduduk (%)

5 2 -

Kepadatan Penduduk (jiwa/Km²)

2.071 - -

Pendapatan Domestik Regional Bruto Daerah ( Harga Konstant )

Sektor

Tahun

2010 2009 2008 2007

Rupiah

(juta) % Rupiah (juta) %

Rupiah

(juta) %

Rupiah

(juta) %

Pertanian 881.002 1,90 859.059 1,96 862.060 2,18 841.132 0,16

Pertambangan 580.274 1,25 596.695 1,36 457.832 1,16 482.681 0,09

Industri Pengolahan 37.060.103 79,73 35.043.950 80,02 31.795.223 80,38 30.023.618 5,88

Listrik dan Air Bersih 827.176 1,78 786.107 1,80 723.021 1,83 68.101.568 13,33

Bangunan 547.239 1,18 482.599 1,10 442.792 1,12 406.365.393 79,56

Perdagangan, Hotel,

Restoran 4.334.092 9,32 3.947.359 9,01 3.636.987 9,19 3.353.750 0,66

Angkutan/Komunikasi 692.404 1,49 629.069 1,44 470.245 1,19 520.089 0,10

Bank/Keu/Perum 489.177 1,05 451.850 1,03 371.923 0,94 350.431 0,07

Jasa 1.068.824 2,30 996.686 2,28 795.025 2,01 718.566 0,14

Total 46.480.292 100 43.793.375 100 39.555.108 100 510.757.229 100

Laju Pertumbuhan 6 11 - -

Page 76: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

66

Tabel.4.1 Hasil Out Put Item Butir Pertanyaan Undang-undang No.38 Tahun 1999 (X1)

Butir Pertanyaan

r hitung r table Keterangan

1 0.380 0,381 Tidak Valid 2 0.670 0,381 Valid 3 0.819 0,381 Valid 4 0.723 0,381 Valid 5 0.618 0,381 Valid 6 0.470 0,381 Valid 7 0.684 0,381 Valid 8 0.616 0,381 Valid 9 0.592 0,381 Valid 10 0.656 0,381 Valid

Dari hasil SPSS diatas dapat disimpulkan bahwa dari 10 Butir pertanyaan

untuk Undang-undang No.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, 1 diantaranya

adalah tidak valid.hal ini dapat dilihat dari perbandingan r hitung lebih kecil dati r

table yaitu butir pertanyaan ke-1 sedangkan untuk butir pertanyaan lainnya yaitu

2,3,4,5,6,7,8,9 dan 10 adalah valid.

Tabel.4.2 Hasil Validitas Try Out Butir Pertanyaan Undang-undang Pajak penghasilan No.17 Tahun 2000

Butir Pertanyaan

r Hitung r Tabel Keterangan

1 0.614 0,381 Valid 2 0.785 0,381 Valid 3 0.588 0,381 Valid 4 0.824 0,381 Valid 5 0.623 0,381 Valid 6 0.713 0,381 Valid

Page 77: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

67

Dari hasil uji SPSS diatas dapat disimpulkan bahwa butir semua nutir

pertanyaan pada variable ini adalah valid. Pertanyaan inilah yang akan dipakai

untuk pengujian selanjutnya.hal ini dapat dilihat bahwa r hitung lebih besar dari r

table.

Tabel.4.3 Hasil Try Out Item Butir Pertanyaan Pelaksanaan Zakat sebagai pengurang

Penghasilan Kena pajak

Butir Pertanyaan r hitung r table Keterangan 1 0.291 0.381 Tidak Valid 2 0.584 0.381 Valid 3 0.701 0.381 Valid 4 0.821 0.381 Valid 5 0.721 0.381 Valid 6 0.646 0.381 Valid 7 0.721 0.381 Valid 8 0.851 0.381 Valid 9 0.496 0.381 Valid 10 0.654 0.381 Valid

Dari hasil uji SPSS diatas dapat disimpulkan bahwa butir pertabyaan

1,3,4,5,6,7,8,9 dan 10 valid.pertanyaan inilah yang akan dipakai untuk pengujian

selanjutnya.hal ini dapat dilihat bahwa r hitung lebih besar dari r table, sedangkan

untuk pertanyaan butir 1 dinyatakan tidak valid.karena r hitung lebih kecil dari r

table.

2. Karakterikris responden

Dalam penelitian ini karakteristis responden yang dipakai adalah jenis

kelamin, usia, tingkat pendidikan terakhir, pekerjaan dan penghasilan rata-rata

perbulan responden.

Page 78: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

68

Tabel.4.4 Jenis kelamin

Laki-laki Perempuan Responden 60 20

Sumber : Data Primer yang diolah

Dilihat dari jenis kelamin pada data responden yang telah diolah,

responden yang berjenis kelamin laki-laki adalah sebanyak 60 orang atau 75%dari

80 responden. sedangkan sebanyak 20 orang atau 25% adalah responden berjenis

perempuan.

Tabel.4.5 Jenis Usia

Usia Responden 17-30 Tahun 20 17-30 Tahun 43 46-60 Tahun 16 Lebih dari 60 Tahun 1 Total 80

Sumber : Data Primer yang diolah

Dilihat dari usia responden pada data yang diolah, responden yang berusia

17-30 tahun adalah sebanyak 20 orang atau 25% dari 80 responden.responden

yang berusia 31-45 tahun adalah sebanyak 43 orang atau 53,75% responden yang

berusia 46-60 tahun adalah 16 orang atau 20% dari 80 responden.sedangkan

sebanyak 1 orang atau 1,25%dari 80 responden adalah berusia diata 60

tahun.seingga dapat disimpulkan bahwa dari 80 responden yang diambil secara

acak, 42 orang diantaranya atau yang paling banyak menjadi responden dalam

Page 79: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

69

penelitian ini adalah 31-45 tahun.hal ini menyimpulkan bahwa kebanyakan wajib

pajak PPh diseluruh KPP Kabupaten Bekasi adalah 31-45 tahun.

Tabel.4.6 Latar Belakang Pendidikan Responden

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden SD 0 SMP 0 SMU 26 Diplomat 12 Sarjana (S1) 36 Master (S2) 6 Doktor (S3) 0 Total 80

Sumber : Data Primer yang diolah

Dari data yang telah diolah, respondan yang telah menyelesaikan

pendidikan jenjang pendidikan SMU berjumlah 26 orang atau 32,5% dari 80

responden.12 orang atau 15% adalah lulusan diplomat 36 orang atau 45% dan 6

orang atau 7,5% dari 80 orang adalah berpendidikan S2 sedangkan Doktor (S3)

adalah 0% atau tidak ada begitu juga dengan lulusan SD dan SMP adalah (0)%

atau tidak ada. Hal ini dapat diartikan bahwa dari 80 responden yang diambil

secara acak di KPP Pratama Bekasi adalah kebanyakan responden yang memiliki

jenjang pendidikan sarjana S1.

Tabel.4.7 Pekerjaan Responden Responden

Jenis Pekerjaan Jumlah Responden Pegawai Swasta 48 Wiraswasta 20 Lain-Lain 12 Total 80 Sumber : Data Primer yang diolah

Page 80: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

70

Dilihat dari pekerjaan responden pada data yang telah diolah, responden

yang bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 48 orang atau 60%, 20 orang atau

25% adalah bekerja sebagai wirausaha dan sisanya lain-lain sebanyak 12

responden atau sekitar 15%.

Tabel.4.8 Penghasilan Rata-rata Responden

Jumlah Penghasilan Jumlah Responden <Rp.1.000.000 0 Rp.1.000.000-2.000.000 30 Rp.2.000.000-3.000.000 27 >Rp.3.000.000 22 Total 80

Sumber : Data Primer yang diolah

Dapat dilihat dari table penghasilan rata-rata responden 0 atau tidak ada

dari 80 responden yang berpenghasilan dibawah Rp.1.000.000, 30responden atau

37,5% adalah berpenghasilan Rp.1.000.000-2.000.000,28 responden atau 35%

dari 80 responden adalah berpenghasilan antara Rp.2.000.000-3.000.000 dan

sisanya 22 responden atau 27,5% adalah berpenghasilan lebih 3.000.000.

Tabel.4.9 Undang-undang No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan zakat

Skala Likert Frekwensi Persentase Sangat Setuju 15 18,75% Setuju 33 41,25% Ragu-ragu 12 15% Tidak Setuju 14 17,5% Sangat Tidak Setuju 6 7,5% Total 80 100%

Sumber : Data Primer yang diolah

Page 81: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

71

Butir pertanyaan ini adalah butir pertanyaan fovariabel pada variable

Undang-undang No.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat.atau butir

pertanyaan yang mengharapkan responden menjawab sangat setuju atau setuju

karena dengan ini berarti responden memilki tingkat pelaksanaan yang tinggi

mengenai zakat sebagai pengurang pengasilan kena pajak.

Dari 80 responden 15 orang atsu 18,75% menjawab sangat setuju 33 orang

atau 41,25% menjawab setuju, 12 orang atau 15% menjawab ragu-ragu,14 orang

atau 17,5% menjawab tidak setuju dan 6 orang atau 7.5% dari 80 responden

menjawab sangat tidak sutuju. Data ini menunjukan bahwa setengah populasi

lebih menyetujui zakat dapat mengurangi penghasilan agar umat islam tidak

terbebani dengan pembayaran ganda.

Tabel.4.9 Undang-undang No.17 Tahun 2000 tentang pajak penghasilan

Skala Likert Frekwensi Persentase Sangat Setuju 8 10% Setuju 41 51,25% Ragu-ragu 11 13,75% Tidak Setuju 12 15% Sangat Tidak Setuju 8 10% Total 80 100%

Sumber : Data Primer yang diolah

Butir pertanyaan ini adalah butir pertanyaan favorable,ini artinya jika

responden menjawab sangat setuju atau setuju maka responden memang

mengetahui bahwa adanya Undang-undang pajak penghasilan No.17 Tahun 2000

telah mengakomodir zakat.

Page 82: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

72

Dari 80 orang 10 orang atau 10% menjawab sangat setuju, 41 orang atau

51,25% menjawab setuju, 11 orang atau 13,75% menjawab ragu-ragu, 12 orang

atau 15% menjawab tidak setuju dan 8 orang atau 10% dari 80 orang menjawab

sangat tidak setuju.ini artinya lebih dari setengah populasi sampel telah

mengetahui bahwa undang-undang No.17 tahun 2000 tentang pajak penghasilan

telah mengakomodir masalah zakat.

Tabel.4.9 Zakat sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak

Skala Likert Frekwensi Persentase Sangat Setuju 19 23,75% Setuju 34 42,5% Ragu-ragu 13 16,25% Tidak Setuju 10 12,5% Sangat Tidak Setuju 4 5% Total 80 100%

Sumber : Data Primer yang diolah

Pemerintah telah mengeluarkan Undang-undang No.38 Tahun 1999

tentang pengelolaan zakat, begitupun Undang-undang pajak telah disesuaikan

agar zakat dapat dikurangkan atas penghasilan kena pajak dengan tujuan umat

muslim Indonesia tidak membayar beban ganda. Dan dapat diketahui dukungan

masyarakat akan adanya zakat dapat dikurangkan atas penghasilan kena pajak.

Dari 80 responden wajib pajak KPP Bekasi adala 19 orang atau 23,75%

menjawab sangat setuju, 52 orang atau 65% menjawab setuju, tidak ada atau 0%,

menjawab Ragu-ragu 9 orang atau 11,25% menjawab tidak setuju dari 80

responden tidak ada yg menjawab sangat tidak setuju.

Page 83: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

73

3. Analisis deskritif

Berdasarkan hasil pengolahan regresi bergsn dengan menggunkan SPSS

15,0 for Windos data diketahui deskritif statistic data ini melalui table dibawah

ini:

N Min Max Mean Std Deviation

Variance

Undang-undang No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan zakat Undang-undang No.17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan Pelaksanaan Zakat sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak Valid N (listwise)

80 80 80 80

11.00 10.00 16.00

43.00 27.00 43.00

31.1125 20.9250 35.3626

8.20311 23.134 45.753

67.291 23.134 45.753

Tabel ini dapat dilihat mean (rata-rata) dari undang-undang tahun 1999

sebesar 31,1125 dengan standar deviasi 8,20311. Untuk undang-undang No.17

Tahun 2000 memiliki mean 20,9250 dengan standar deviasi dan mean 4,80973

pelaksanaan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak sebesar 35,3625

dengan standar 6,76410.

4. Uji Hipotesis

Hasil Uji t Hitung

Unstandardized coefficiien

Standardized coefficien

B Std. Error

Beta t Sig

Constans Undang-undang No.38

15.395 .368

2.979 .081

.446

5.167 4.553

.000

.000

Page 84: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

74

Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat Undand-undang No.17 Tahun 2000 tentang pajak penghasilan

.407

.138

.298

.2.953

.004

Dari hasil pengolahan data pada table ini nilai t hitung pada variable X adalah:

a. Variabel Undang-undang No.38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat

memiliki nilai p-value 0,000>0,05 artinya signifikan,sedangkan t hitung

4,553> dari t table 2,000 artinya signifikan,yang artinya secara parsial

undang-undang No.38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat mempunyai

pengaruh sinifikan terhadap pelaksanaan zakat sebagai pengurang penghasilan

kena pajak

b. Variable Undang-undang pajak penghasiln No.17 tahun 2000 memilki nilai p-

Value 0.004>0,05 sedangkan hasil t hiutng 2,953>t table 2,000 berarti variable

ini signifikan. Yang artinya secr parsial terdapat pengaruh yang signifikan

antara Undang-undang No.17 Tahun1999 tentang pajak penghasilan terhadap

pelaksanaan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak.

Hasil penelitian ini yang focus pada daerah penelitian wajib pajak yang ter

daftar di KPP Bekasi, peran undang-undang No.38 Tahun 1999 tentang

pengelolaan zakat dan undang-undang No.17 tahun 2000 tentang pajak

penghasilan secara paersial memiliki pengaruh terhadap pelaksanaan zakat

sebagai pengurang penghasilan kena pajak.

Page 85: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

75

Uji f Hitung

Model Sum of Squares

df Mean Square

f Sig

Regression Residual Total

1416.896 2197.591 3614.488

2 77 79

708.448 28.540

24.823 .000(a)

Dari table hasil uji F diatas sebesar 3,44 artinya f hitung > F table signifikansi

sebesar 0,000 jauh lebih kecil dari 0,05 maka regresi bisa dipakai untuk

memprediksi variable pelaksanaan zakat sebagai pengurang penghasilan kena

pajak sevara simultan ( bersama-sama) berpengaruh terhadap pelaksanaan

zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak.

5. Hasil Uji RegresiLinier Berganda

Berdasarkan table diatas diperoleh persamaan berikut:

Pelaksanaan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak = 15,395 +

0,369 UU No.38 tahun 1999 + 0,407 UU No.17 tahun 2000

Dari persamaaan tersebut dapat diartikan bahwa 15,395 merupakan nilai

konstanta (α) menunjukan jika variable undang-undang No.38 Tahun 1999 dan

Undang-undang No.17 tahun 2000 dianggap konstan, maka pelaksanaan zakat

sebagai pengurang penghasilan kena pajak adala sebesar 15,305.

Variabel undang-undang No.38 tahun 1999 mempunya pengaruh positif

terhadap pelaksanaan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak dengan

koefisien regresi 0,368 yang artinya jika factor pelaksanaan terhadap undang-

undang No.38 tahun 1999 meningkat sebesar 1 tingkat maka pelaksanaan zakat

Page 86: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

76

mengurangi penghasilan kena pajak akan sebesar 0,368 dan hasil uji signifikansi

sebesar 0,000 < 0.05 artinya signifikan. Dan variable undang-undang No.17 tahun

2000 mempunya pengaruh positif terhadap pelaksanaan zakat sebagai pengurang

penghasilan kena pajak dengan koefisien regresi 0,407 artinya factor pelaksanaan

Undang-undang No.17 tahun 2000 meningkat sebesar 1 tingkat maka pelaksanaan

zakat mengurangi penghasilan kena pajak akan meningkat sebesar 0,407.dan hasil

uji t menunjukan nilai signifikan sebesar 0,0004 < 0,05 artinya variable ini

signifikan.

Dari dua pengujian secara parsial (t), maka dapat dibuat kesimpulan

bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.artinya Undang-undang No.38 tahun 1999

tentang pengelolaan zakat dan undang-undang No.17 tahun 2000 berpengaaruh

terhadap pelaksanaan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak. Dan dari

hasil penelitian penilis di KPP kabupaten Bekasi maka dapat dipersentasikan

beapa persent dari seluruhwajib pajak yang melaksanakan zakat sebagai

pengurang penghasilan kena pajak.

PERSENTASE PELAKSANAAN ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK BAGI WAJIB PAJAK KPP KABUPATEN BEKASI KODE KANTOR

UNIT.KERJA Jumlah Wajib Pajak (WP)

Jumlah PPKP WP

Pesrsentase PPKP WP

405 KPP Madya Bekasi 686.098 Jiwa 341.049 Jiwa 51% 432 KPP Pratama

Bekasi Selatan 598.761 Jiwa 234.561 Jiwa 42%

413 KPP Pratama Cikarang Selatan

445.792 Jiwa 682 Jiwa 0,22%

414 KPP Pratama 456.784 Jiwa 73 Jiwa 0,05%

Page 87: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

77

Cikarang utara 435 KPP Pratama

Cibitung 433.116 Jiwa 102 Jiwa 0,09%

Alamat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Kab.Bekasi

KODE KANTOR

UNIT.KERJA ALAMAT NOMOR TELPON NOMOR FAXMILI

405 KPP Madya Bekasi

Gd.Menara pasifik Lt.5-6 Jl.MH.Yhamrin Kav.107

8800253,8800367 8802525,8822563

432 KPP Pratama Bekasi Selatan

Jl.Cut Mutia No.125 88346418,8834644 8893550

413 KPP Pratama Cikarang Selatan

Jl.Cikarang Baru Raya Office Park No.10 Mekar Mukti

89112105,8911210,89112107

89112108

414 KPP Pratama Cikarang utara

Jababeka Education Park Jl.ki HAjar Dewantara Kav.7,Cikarang Baru

89113584,8911360 89113604

435 KPP Pratama Cibitung

Gd.graha Sucofindo, Jl.Arteri Tol Cibitung No.1

88339637,8833963

Page 88: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

78

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dengan adanya Undang-undang No.17 tahun 2000 zakat dapat menjadi

pengurang penghasilan kena pajak sehingga dapat mengurangi beban ganda

kewajiban yang harus dibayar oleh orang Muslim.

2. Adanya undang-undang zakat sebagai pengurang pengahasilan kena pajak

dinilai cukup maju namun pelaksanaannya nampaknya belum begitu

maksimal mengingat beberapa kelemahan antara lain dari segi sosilisasi

banyak masyarakat yang belum mengetahui adanya undang-undang tersebut

khususnya masyarakat bekasi.

3. Adapun pelaksanaan administrative zakat sebagai pengurang penghasilan

kena pajak adalah penghasilan bruto pribadi muslim atau lembaga muslim

dikurangi zakat 2,5 % hasil netto dari pengurangan zakat dibayarkan pajak

dengan membawa bukti setor zakat kepada kantor pajak.

B. Saran

1. Perlu ditingkatkannya sosialisasi zakat PKP sekaligus kebijakan bukti setor

zakat (BSZ) dan NPWZ banyak yang belum mengetahui adanya Undang-

undang No.17 tahun 200 oleh karena itu perlu sosialisasi kemasyarakat.

2. Perlu adanya perubahan administrative dari Undang-undang No.17 tahun

2000 dan undang-undang zakat No.38 tahun 1999 tentang pajak penghasilan

Page 89: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

79

agar berubah yang awalnya zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak

menjadi zakat sebagai pengurang pajak.

3. Perlunya dilakukan perubahan Undang-undang No.38 tahun 1999 tentang

penggelolaan zakat dengan diberlakukannya sanksi bagi yang tidak

membayar zakat karena dalam undang-undang N0.38 tahun 1999 hanya

terdapat sanksi untuk amil saja.

Page 90: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

80

DAFTAR PUSTAKA Al-Asqolani, Abi Fadhil Ahmad bin ali bin Hajar, Bulughu Al-Maram min Al-

Adilatul Ahkam, Mesir: Daarul Abidin, Tahun 1998

Al-Bagho, Muhamad Musthafa Diba, Mukhtashor Shahih al-Bukhari, cet al-Yamama Univ.Damaskus Tahun 1999

Al-Husainy, Abu Bakar bin Muhamad, Kifayatul Akhyar fii-halli Ghaayatil Ikhtishaar, Semarang: Thaha Putra, 2001

Ali, M.Daud, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta: UI Press, 1988

Al-Jaziri, Abdurrahman, Kitab al-Fiqh ‘ala al-Mazhab al-Arba’ah, Beirut: Ihya Turats al-arabi,tt

Al-Sayyid, Sabiq, Fiqh al- Sunnah, Juz I, Libanon: Daarul Fikr, 1400 H/1980

Ash-Shiddieq, Tengku M.Hasbi, Pedoman Zakat, Jakarta: PT.Pustaka Rizki Putra,1999

Ashshofa, Burhan Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hl. 20

Asnaini, Zakat Produktif dalam Persfektif Hukum Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008

Asy-Syaukaaniy, Nailul Author, Juz VIII, Mesir: Mustahafaa Al-baby Al-Halaby

Bab IV, pasal 11(2), Undang-undang No. 38/1999

BAZNAS, Implementasi Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak, makalah forum zakat

Berita Pajak, Konsep Penyetoran dan Pemungutan Zakat oleh Negara, 15 Desember 2001

Brotodiharjo, R.Santoso, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Bandung: Eresco N.V.,1965

Depag RI, Lahirnya UU No.38 tahun 1999 tentang zajak Penghasilan, Jakarta : 2006

Departemen Agama RI, Pedoman Zakat seri 9, Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf, 2006

Page 91: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

81

Diba, Al- Al-Bagho, Muhamad Musthafa, Mukhtashor Shahih al-Bukhari, cet al-Yamama Univ.Damaskus Tahun 1999

Djuanda, Gustian, dkk, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2006

Hasan, M. Ali, Zakat dan Infak, Jakarta: kencana, 2006

Hhtp://blogdeta.blogspotcom/2009/Dasar Hukum-Pajak.html 31 mei 2009

Idris, Sofyan, Gerakan Zakat dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat Pendekatan Transformati, Jakarta: PT.Citra Putra bangsa,1997, cet.Ke-I

Koran Tempo, Pemerintah berlakukan Nomor Wajib Pajak., 22 Nopember 2001

Mahmud, Al-Ba’lyAbdul Al-Hamid, Ekonomi Zakat, Jakarta: PT.Grafindo Persada. 2006

Mansyuri, R., Pembahasan Mendalam atas Penghasilan. Jakarta: Penerbit YP4, 2000

Mughniyah, Muhamad Jawad, Fikih Lima Mazhab, Jakarta: Lentera, 2007

Muhammad, Zakat Profesi Wacana Pemikiran dalam Fikih Konteforer, Jakarta: salemba diniyah, cet.1

Najuddin, Masaail Fiqhiyyah, Jakarta: Kalam Mulya, 2003

Peraturan Menteri Keuangan No.254/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pembebanan Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib dapat dikurangkan dari Penghasilan

Peraturan Pemerintah Republik Ondonesia No.60 Tahun 2010 tentang Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib dapat dikurangkan dari Penghasilan

Qardawi, Yusuf, Hukum Zakat, Bogor: PT Pustaka Litera Antar Nusa,1988

Qardhowi, Yusuf, Hukum Zakat, Bogor: PT Pustaka Litera Antar Nusa, 1988

Rajid, Sualaiman, Fikih Islam, Bandung: Sinar Baru Algonsindo,1995

Redaksi PT.Ichtiar baru-van heove, Himpunan Peraturan PerUndang-undangan RI, Jakarta: PT.Intermasa, 1989

Page 92: ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

82

Redaksi PT.Ichtiar baru-van heove, Himpunan Peraturan PerUndang-undangan RI, Jakarta: PT.Intermasa, 1989

Saidi, Muhamad Djafar, Pembaruan Hukum Pajak, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2007

Sanggona, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003

Shahih Bukhori, Riyadh: Daar el-Salam,2000

Shihab, M.Quraish, Tafsir Al-Misbah Volume 5, Jakarta: Lentera Hati, 2002

Soemitro, Rahmat, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan th 1944,seperti dalam Munawir, Perpajakan, Yogyakarta: liberty 1992

Soemitro, Rahmat, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, Yogyakarta: Libert 1992

Suparmoko, M., Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Badan Penerbit FE UGM,1987

Tjahjono, Ahmad dan Husaen, M.Fakhri, Perpajakan, Jakarta: UPP AMPYKPN, 2005

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat

Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan

Yafie, Ali, Menggagas Fikih Sosial dari Soal Lingkungan Hidup Asuransi Hingga Ukhuwah, Bandung: Mizan, 1995, cet.ke-3

Zaenudin, A.Rahman, Berbagai pandangan tentang zakat: Implikasinya pada pemerataan, Jakarta: paramadina, 2000