pengembangan lkpd dengan model pembelajaran …digilib.unila.ac.id/55087/3/tesis tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIS SISWA
(Tesis)
Oleh
Anniya Mutiara Tsani
MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIS SISWA
Oleh
Anniya Mutiara Tsani
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD) dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) yang valid,
praktis, dan efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.
Penelitian pengembangan ini mengikuti alur penelitian pengembangan Borg &
Gall. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar
Lampung tahun pelajaran 2017/2018. Data penelitian diperoleh melalui angket
dan tes pemahaman konsep. Data dianalisis secara deskriptif dengan melihat
aspek kevalidan, kepraktisan, dan efektivitas LKPD. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (a) LKPD yang dikembangkan memiliki validitas yang baik,
(b) respon siswa terhadap LKPD yang dikembangkan sangat baik, (c) LKPD
dengan model PBM efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis
siswa karena lebih dari 70% siswa telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal
(KKM). Dengan demikian, LKPD dengan model PBM yang dikembangkan valid,
praktis, dan efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.
Kata kunci: LKPD, PBM, pemahaman konsep matematis
ABSTRACT
DEVELOPMENT OF LKPD WITH PROBLEMS BASED LEARNING
MODEL TO INCREASE UNDERSTANDING MATHEMATICAL
CONCEPT OF STUDENTS
By
Anniya Mutiara Tsani
This research aims to develop the Student Work Sheet that is valid, practice and
effective with Problem Based Learning (PBL) to improve students' understanding
of mathematical concepts. The subject of this research is the students of SMP Al-
Kautsar Bandar Lampung, eight grade in the lesson year 2017/2018. This research
follows of Borg & Gall’s research development. Instruments used are expert
validation instruments, student response, and instruments understanding students'
mathematical concepts. The data in this research were analyzed descriptively by
looking at the validity, practicality, and effectiveness aspects of student work
sheet. Based on data analysis of expert test of learning media and material, student
work sheet developed has good validity. Student’s response to student work sheet
very well, that is practice to be used, seen from the result of comprehension test of
mathematical concept of student work sheet student with effective PBL model
because more than 70% students have fulfilled passing grade. Thus, student work
sheet with the PBL model is valid, practice, and effective to improve students'
mathematical understanding.
Key words: student work sheet, PBL, mathematical concept
PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIS SISWA
Oleh
ANNIYA MUTIARA TSANI
Tesis
Sebagai salah satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
Pada
Program Pasca Sarjana Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Anniya Mutiara Tsani yang lahir pada 26
Mei 1992 di Bandar Lampung. Penulis adalah anak kedua
dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Drs. Matin dan
Ibu Dra. Hermalia. Penulis adalah istri dari Cherrya Damara,
M.M.P
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK KurniaTanjung
Gading pada tahun 1998, pendidikan dasar di SD Negeri 2 Tanjung Gading pada
tahun 2004, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2 Bandar Lampung
pada tahun 2007, pendidikan menengah atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung
pada tahun 2010, Strata-1 di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika pada tahun 2014.
Penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Magister Pendidikan
Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Lampung pada
tahun 2014. Penulis mengajar di SMK Farmasi Cendikia Farma Husada pada
tahun 2015-2017, dan mengajar di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung sejak tahun
2017 sampai dengan sekarang.
MOTO
“..Jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-
orang yang sabar”
(Al-Baqarah: 153)
Jangan takut melangkah, karena jarak seribu mil
dimulai dari satu langkah
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbil ‘alamin
Puji dan syukur bagi ALLAH SWT, Tuhan penguasa seluruh semesta alam
atas segala karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan
penulisan tesis ini.
Karya ini ku persembahkan untuk:
Papa & Mama ku tersayang (Bp. Drs Matin & Ibu Dra Hermalia)
Terimakasih atas segala pengorbanan, do’a, dan kasih sayang yang tiada henti
Suamiku Cherrya Damara, S.P, M.M.P, Adik-adikku (Muhammad Aulia Rahman,
S.T.Pel dan Aqila Pancarani), Dati Ku (Hj. Harmini Akip), dan Keluarga besarku.
Terimakasih atas segala kasih sayang dan dukungan yang kalian berikan
Para Guru, Dosen, dan Almamater tercinta
Terimakasih atas ilmu dan didikan yang tulus
SANWACANA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat melaksanakan
penelitian dan menyelesaikan tesis dengan judul “Pengembangan LKPD dengan
Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep
Matematis Siswa”.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan penyusunan tesis ini tidak
terlepas dari bimbingan, arahan, dan bantuan serta motivasi dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Drs. Mustofa, M.A, Ph.D Direktur Program Pascasarjana
Universitas Lampung
2. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung
3. Bapak Dr. Caswita, M. Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Universitas Lampung sekaligus Pembimbing I atas kesediaannya memberikan
bimbingan, saran, dan kritik kepada penulis.
4. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Magister
Pendidikan Matematika Universitas Lampung sekaligus Pembimbing II atas
kesediaannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik kepada penulis.
ii
5. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku dosen pembahas I yang telah
memberikan masukan, kritik, dan saran kepada penulis.
6. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd. selaku dosen pembahas II yang telah
memberikan masukan, kritik, dan saran kepada penulis baik selama perku-
liahan maupun selama penyusunan tesis ini.
7. Bapak Dr. Suharsono, M.Si dan Ibu Dr. Asmiati, M.Si selaku validator
produk dalam penelitian ini yang telah memberikan waktu untuk menilai dan
memberi saran perbaikan.
8. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menye-
lesaikan studi.
9. Ibu Dra. Hj. Sri Purwaningsih selaku Kepala SMP Al-Kautsar Bandar
Lampung yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.
10. Guru-guru SMP Al-Kautsar yang selalu memberikan motivasi dan nasihat.
11. Siswa/i kelas VIII G SMP Al-Kautsar Bandar Lampung tahun pelajaran
2017/2018 atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.
12. Sahabat-sahabat perkuliahan Khairuntika, Anggi Oktaviarini, Desy P.
Herdyen , Elfira Puspita Wardani, Rika Ridayanti.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga ALLAH SWT membalas kebaikan yang telah diberikan. Penulis pun
berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi dunia pendidikan.
Bandarlampung, 8 Agustus 2018
Penulis,
Anniya Mutiara Tsani
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemahaman Konsep Matematis ........................................................ 10
B. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ................................ 13
C. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ............................................... 18
D. Validitas, Kepraktisan dan Efektifitas .............................................. 24
E. Kerangka Pikir .................................................................................. 26
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitia .................................................................................... 29
B. Prosedur Penelitian ............................................................................ 29
C. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 33
D. Instrumen Penelitian .......................................................................... 33
E. Teknik Analisis Data .......................................................................... 35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Pembahasan ........................................................................ 39
B. Pembahasan ........................................................................................ 45
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................ 56
B. Saran ................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 57
LAMPIRAN .......................................................................................... 60
Halaman
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Kriteria penilaian validasi ahli ................................................................. 36
3.2 Pedoman skor rata-rata menjadi data kualitatif ........................................ 36
3.3 Kriteria penilaian kepraktisan LKPD ....................................................... 37
3.4 Indikator dan pedoman penskoran tes pemahaman konsep ..................... 37
4.1 Hasil uji ahli media pembelajaran ............................................................ 42
4.2 Hasil uji ahli materi .................................................................................. 42
4.3 Data pemahaman konsep matematis siswa .............................................. 43
4.4 Rekapitulasi data Posttest pencapaian indikator pemahaman
konsep matematis peserta didik ................................................................ 44
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Validasi: Profil Level Kemampuan Siswa Indonesia .............................. 4
2.1 Bagan Kerangka Pikir ............................................................................. 28
4.1 Revisi LKPD uji ahli ................................................................................ 48
4.2 Suasana Kegiatan Belajar Menggunakan LKPD .................................... 50
4.3 Salah Satu Kelompok Melakukan Presentasi ........................................... 51
4.4 Suasana Tes Pemahaman Konsep ........................................................... 52
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. Perangkat Pembelajaran
A.1 Silabus ............................................................................................... 60
A.2 RPP .................................................................................................... 63
A.3 LKPD ................................................................................................ 91
B. Instrumen Penelitian
B.1 Kisi-Kisi Tes Pemahaman Konsep .................................................... 124
B.2 Soal Pemahaman Konsep .................................................................. 125
B.3 Kisi-Kisi Validasi Uji Ahli Media Pembelajaran .............................. 128
B.4 Instrumen Validasi Uji Ahli Media Pembelajaran ............................ 130
B.5 Kisi-Kisi Validasi Uji Ahli Materi ..................................................... 134
B.6 Instrumen Validasi Uji Ahli Materi .................................................... 135
B.8 Instrumen Uji Kepraktisan ................................................................ 136
C. Analisis Data
C.1 Analisis Validitas Uji Ahli Materi ..................................................... 137
C.2 Analisis Validitas Uji Ahli Media ..................................................... 138
C.3 Data Hasil Posttest ............................................................................ 139
C.4.1 Data Pemahaman Konsep ............................................................... 140
C.4.2 Rekapituilasi Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep .............. 141
C.5 Analisi Uji Kepraktisan ..................................................................... 142
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan yang memegang
peranan penting untuk menciptakan manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, berkepribadian, cerdas, kreatif, dan inovatif. Hal tersebut juga
tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003
yang menjelaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
berilmu, kreatif, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan
mandiri, serta bertanggung jawab. Pendidikan berperan untuk memajukan
kehidupan negara Indonesia menjadi lebih baik. Tanpa pendidikan suatu bangsa
tidak dapat mengalami perubahan, perkembangan, dan kemajuan untuk menjadi
lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan harus dipersiapkan sejak dini sebagai
bekal bagi kehidupan di masa mendatang serta diharapkan mampu meningkatkan
kualitas sumber daya manusia di Indonesia.
Pendidikan yang baik diharapkan mampu mengubah dan meningkatkan pola pikir
manusia. Dalam pelaksanaannya, pendidikan juga tak lepas dari hambatan dan
masalah-masalah, sehingga dibutuhkan inovasi terhadap masalah-masalah yang
2
terjadi. Inovasi tersebut antara lain perbaikan dan penyempurnaan kurikulum,
pemantapan kualitas tenaga pendidik, serta perbaikan sarana dan prasarana
pendidikan. Perbaikan tersebut sangat penting karena selain meningkatkan mutu
pendidikan juga meningkatkan mutu proses pembelajaran.
Pembelajaran di sekolah merupakan proses untuk membina dan membentuk
kepribadian siswa menuju kedewasaan. Pembelajaran yang diberikan di sekolah
terdiri dari berbagai disiplin ilmu yang disampaikan melalui mata pelajaran.
Setiap mata pelajaran memiliki peranan masing-masing dalam mengembangkan
potensi dan kemampuan siswa. Salah satu mata pelajaran yang penting untuk
diajarkan di sekolah adalah mata pelajaran matematika, dengan mempelajari
matematika diharapkan mampu menyerap informasi secara lebih rasional dan
berpikir secara logis dalam menghadapi situasi di masyarakat, berbagai
permasalahan kehidupan dapat dipecahkan dengan cara berpikir matematis.
Matematika mengajarkan seseorang yang mempelajarinya untuk bisa berpikir
logis, kritis, analitis, sistematis dan kreatif oleh karena itu, matematika diajarkan
disemua jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Menyadari pentingnya peranan matematika dalam kehidupan, maka sudah
selayaknya matematika menjadi suatu kebutuhan bagi siswa.
Memberikan pembelajaran matematika dengan baik bukan merupakan hal yang
mudah, karena pada kenyataannya masih banyak siswa yang mengalami kesulitan
dalam mempelajari dan memahami matematika. Dibutuhkan suatu pendekatan
untuk membantu siswa mengembangkan pola pikir dan mengaitkan konsep-
konsep dalam matematika. Matematika memiliki konsep yang saling terkait satu
3
sama lain, namun siswa masih kesulitan untuk mengaitkan antara konsep yang
satu dengan yang lain. Pentingnya pemahaman konsep matematika terlihat dalam
tujuan pertama pembelajaran matematika menurut Depdiknas (Permendiknas No
22 tahun 2006) yaitu memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Dilihat dari tujuan diatas, jelas
bahwa matematika bertujuan agar siswa memiliki pemahaman konsep dalam
memecahkan masalah.
Siswa akan lebih mudah dalam memecahkan permasalahan dengan pemahaman
konsep karena siswa akan mampu mengaitkan serta memecahkan permasalahan
tersebut dengan berbekal konsep yang sudah dipahaminya (O’Connell, 2007).
Kemudian kemampuan siswa dalam bernalar dan berkomunikasi juga akan lebih
baik jika siswa mempunyai pemahaman konsep yang baik karena konsep adalah
dasar untuk bernalar dan berkomunikasi sehingga dengan adanya pemahaman
konsep siswa tidak hanya akan sekedar berkomunikasi secara baik tetapi juga
mempunyai pemahaman tentang konsep yang mereka komunikasikan (Arends,
2007) Sebaliknya, jika pemahaman konsep masih kurang maka siswa akan
cenderung mengalami kesulitan dalam melakukan pemecahan masalah ataupun
dalam bernalar serta mengomunikasikan suatu konsep. Namun untuk mencapai
pemahaman terhadap suatu konsep bagi siswa bukanlah hal yang mudah. Aspek
siswa yang seharusnya guru pahami adalah bahwa setiap siswa disamping
memiliki sejumlah persamaan, juga perbedaan (Djamarah, 2010). Dengan
demikianpemahaman terhadap suatu konsep dilakukan secara individual, masing-
masing siswa harus berfikir sendiri karena masing-masing mereka memiliki
4
kemampuan yang berbeda-beda dalam memahami konsep matematika tersebut.
Terlihat jelas dalam pembelajaran matematika masih banyak ditemukan siswa
yang masih kebingungan dalam menyelesaikan soal apabila tidak sesuai dengan
contoh yang diberikan dan ada juga siswa yang dapat menyelesaikannya. Oleh
karena itu, setiap siswa haruslah memiliki kemampuan pemahaman konsep untuk
menguasai matematika itu sendiri.
Rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematis siswa di Indonesia dapat
dilihat berdasarkan hasil survei Trends in International Mathematics and Science
Study (TIMSS) pada tahun 2015 yang menyatakan bahwa prestasi matematika
siswa Indonesia berada pada urutan ke-43 dari 49 negara dengan skor 397 poin
skor ini masih di bawah rata-rata negara peserta TIMSS yaitu 490 (Mullis dkk,
2016). Hal yang tidak jauh berbeda juga terlihat pada hasil studi Programme for
International Student Assesment (PISA) pada tahun 2015, Indonesia berada pada
peringkat 69 dari 76 negara dalam mata pelajaran matematika (OECD, 2016).
Sumber : puspendik.kemendikbud.go.id
Gambar 1.1
5
Berdasarkan hasil validasi kemendikbud menunjukkan bahwa level kemampuan
matematika berdasarkan hasil PISA dan UN berada pada level low performer.
Hasil survey tersebut mengindikasikan siswa di Indonesia masih mengalami
kesulitan dalam belajar diduga salah satu penyebabnya karena rendahnya
kemampuan dasar yang dimiliki siswa. Sebagai salah satu kemampuan dasar
dalam pembelajaran dalam pembelajaran matematika yaitu pemahaman konsep,
harusnya dikuasai dengan baik oleh siswa.
Berdasarkan studi pendahuluan yang diperoleh di SMP Al-Kautsar Bandar
Lampung dan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika kelas
delapan diketahui bahwa proses pembelajaran yang dilakukan guru masih
menggunakan pembelajaran konvensional yaitu dengan menjelaskan materi
kemudian dilanjutkan dengan memberikan contoh soal pelajaran. Pada materi
tertentu guru kadang menggunakan model pembelajaran berkelompok, namun
pemilihan model ini belum dikhususkan melainkan hanya sekedar membagi
kelompok. Sehingga tidak banyak membantu dalam meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep siswa. Ini terlihat dari beberapa gejala-gejala:
1. Jika diberikan soal yang berbeda dari contoh, maka banyak siswa yang
kesulitan dalam mengerjakannya.
2. Pada akhir pembelajaran, sebagian siswa tidak bisa mengambil kesimpulan
terhadap apa yang telah dipelajari.
3. Sebagian besar siswa tidak dapat menyampaikan kembali materi pembelajaran
sebelumnya.
6
Siswa bersikap pasif dan cendrung diam dalam proses pembelajaran karena
kurangnya pemahaman terhadap konsep. Oleh karena itu, proses pembelajaran
yang baik digunakan adalah pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Siswa
menggunakan seluruh kemampuannya untuk berpikir menemukan ide serta
memecahkan masalah-masalah matematika dan guru berperan sebagai fasilitator,
motivator, dan pembimbing dalam proses pembelajaran. Agar dalam proses
pembelajaran siswa dapat menerima materi dengan sebaik-baiknya dan
mengoptimalkan pola pikir matematika, maka dibutuhkan model pembelajaran
dan strategi pembelajaran yang sesuai.
Model pembelajaran yang berpotensi untuk meningkatkan peran aktif siswa dalam
proses pembelajaran adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Model
pembelajaran ini merupakan suatu pembelajaran yang menuntut aktivitas mental
siswa untuk memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah
yang disajikan pada awal pembelajaran. Masalah yang disajikan pada siswa
merupakan masalah kehidupan sehari-hari (kontekstual). Pembelajaran berbasis
masalah ini dirancang dengan tujuan untuk membantu siswa mengembangkan
kemampuan berpikir dan mengembangkan kemampuan dalam memecahkan
masalah.
Pada pembelajaran berbasis masalah siswa diarahkan untuk melakukan
pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi
sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan
yang ada. Solusi dari permasalahan tersebut tidak mutlak mempunyai satu
jawaban yang benar, artinya siswa dituntut pula untuk belajar secara kreatif.
7
Siswa diharapkan menjadi individu yang berwawasan luas serta mampu melihat
hubungan pembelajaran dengan aspek-aspek yang ada dilingkungannya, sehingga
diharapkan efektif untuk meningkatkan pemaham konsep matematis siswa.
Penerapan model pembelajaran PBM akan lebih optimal apabila didukung oleh
penggunaan media pembelajaran yang sesuai sehingga dapat memperbaiki
efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran. Minat belajar siswa akan dapat
tumbuh dan terpelihara apabila dalam proses pembelajaran siswa dapat
membangun konsepnya sendiri, antara lain dengan bantuan media pembelajaran
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
LKPD merupakan lembar kerja yang mampu membuat siswa menggali
pengetahuan yang telah mereka miliki dan dapat menimbulkan kegiatan berpikir
sehingga kemampuan pemahaman konsep dapat terbentuk. Berdasarkan
wawancara kepada guru SMP Al-Kautsar Bandar Lampung, sebagian besar siswa
kesulitan dalam mengkonstruksi pengetahuan. Siswa hanya mengandalkan materi
yang dipaparkan oleh guru dengan metode ceramah dan malas untuk membaca
buku pegangan siswa dengan berbagai alasan, sehingga pembelajaran cenderung
monoton hanya berpusat kepada guru dan pembelajaran membutuhkan waktu
yang relatif lama. Sebaiknya guru memberikan tambahan panduan siswa, yaitu
LKPD untuk memahami dan memperkuat pemahaman siswa terhadap
matematika.
Selama ini guru-guru cenderung menggunakan LKPD yang dibeli dari penerbit
tanpa mengetahui terlebih dahulu seberapa valid, praktis, dan efektif keterkaiatan
antara LKPD tersebut dengan kemampuan belajar siswanya. Guru belum
8
mengupayakan, merencanakan, dan menyusun sendiri LKPD yang dibutuhkan.
Dengan adanya upaya seorang guru membuat LKPD sendiri diharapkan LKPD
yang diciptakan layak sesuai dengan kebutuhan siswa. Oleh karena itu, untuk
menyelesaikan masalah tersebut dipandang perlu melakukan pengembangan
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dengan model Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM) yang valid, praktis, dan efektif agar dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
B. RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini
adalah:
1. Apakah hasil pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) model
PBM memenuhi kriteria valid?
2. Apakah hasil pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) model
PBM memenuhi kriteria praktis?
3. Apakah Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) model PBM efektif untuk
meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa?
C. TujuanPenelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah untuk
menghasilkan:
1. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dengan model PBM yang memenuhi
kriteria valid
9
2. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dengan model PBM yang memenuhi
kriteria praktis
3. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dengan model PBM yang efektif untuk
meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, dalam penelitian ini diharapkan akan
dihasilkan suatu LKPD matematika dengan menggunakan model Pembelajaran
Berbasis Masalah yang dapat dimanfaatkan oleh guru dan siswa dalam
pembelajaran di sekolah. Dengan demikian LKPD dapat memfasilitasi
pemahaman konsep matematis siswa.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemahaman Konsep Matematis
Pemahaman berasal dari kata paham yang dalam kamus besar bahasa Indonesia
berarti mengerti atau mengetahui. Sedangkan konsep berarti rancangan atau ide
yang abstrak. Menurut Soedjadi (2000) konsep merupakan ide abstrak yang
digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek
yang biasanya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata. Jadi, pema-
haman konsep adalah cara untuk memahami atau mengerti suatu rancangan atau
ide abstrak.
Pemahaman merupakan aspek yang sangat penting dalam pembelajaran matema-
tika, karena dengan memahami konsep, siswa dapat mengembangkan kemam-
puannya dalam pembelajaran matematika dan siswa dapat menerapkan konsep
yang telah dipelajari untuk menyelesaikan permasalahan sederhana sampai de-
ngan yang kompleks. Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek dalam ra-
nah kognitif dari tujuan pembelajaran. Sesuai dengan yang dikemukakan Bloom
(dalam Uno, 2008 : 35), ranah kognitif ini meliputi pengetahuan (knowledge), pe-
mahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis
(synthesis), dan penilaian (evaluation).
11
Pembelajaran matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak, yang berarti
konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sis-
tematis, mulai dari konsep paling sederhana hingga konsep yang paling kompleks.
Menurut Syaifudin (2009) penjabaran pembelajaran yang ditekankan pada
konsep-konsep matematika adalah sebagai berikut:
1. Penanaman konsep dasar (penanaman konsep), yaitu pembelajaran suatu
konsep baru matematika.
2. Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep
yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika.
3. Pembinaan ketrampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep
dan pemahaman konsep yang bertujuan agar siswa lebih terampil dalam
menggunakan berbagai konsep matematika.
Skemp (dalam Muaddab, 2010) membedakan pemahaman menjadi dua. Pertama,
pemahaman instruksional (instructional understanding) yaitu siswa hanya
sekedar tahu mengenai suatu konsep. Siswa pada tahapan ini belum bisa
menerapkan hal tersebut pada keadaan baru yang berkaitan. Kedua, pemahaman
reliasional (relational understanding) yaitu siswa telah memahami mengapa hal
tersebut bisa terjadi. Siswa pada tahapan ini sudah dapat menggunakan konsep
dalam memecahkan masalah-masalah sesuai dengan kondisi yang ada.
Kemampuan pemahaman matematis adalah salah satu tujuan penting dalam pem-
belajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada
siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan pemahaman sis-
wa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman
12
matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan
oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang
diharapkan.
Pada penjelasan teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/
PP/2004 dalam Wardhani (2008) menguraikan bahwa indikator siswa memahami
konsep matematis adalah (a) mampu menyatakan ulang suatu konsep (b)
mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan
konsepnya (c) memberi contoh dan noncontoh dari konsep (d) menyajikan konsep
dalam berbagai bentuk representasi matematis (e) mengembangkan syarat perlu
dan syarat cukup dari suatu konsep (f) menggunakan, memanfaatkan, dan memilih
prosedur atau operasi tertentu; dan (g) mengaplikasikan konsep pada pemecahan
masalah.
Berdasarkan uraian sebelumnya, pemahaman konsep matematis dalam penelitian
ini adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan materi pelajaran, dimana
siswa tidak sekedar menghapal atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari,
tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah
dimengerti, memberikan interpretasi data dan mampu mengaplikasikan konsep
yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Adapun indikator
pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah menyatakan
ulang suatu konsep, mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu
sesuai konsepnya, member contoh dan non-contoh konsep, menyajikan konsep
dalam berbagai bentuk representasi matematis, menggunakan, memanfaatkan,
dan memilih prosedur atau operasiter tentu, dan mengaplikasikan konsep.
13
B. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dikembangkan berdasarkan konsep-
konsep yang dicetuskan oleh Jerome Bruner.Konsep tersebut adalah belajar
penemuan atau discovery learning. Konsep tersebut memberikan dukungan
teoritis terhadap pengembangan model PBM yang berorientasi pada kecakapan
memproses informasi. Menurut Tan (2004) bahwa PBM merupakan penggunaan
berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi
terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu
yang baru dan kompleksitas yang ada.
Menurut Padmavathy & Mareesh (2013) bahwa PBM adalah pembelajaran yang
didesain untuk membantu peserta didik dalam membentuk pengetahuan dasar dan
kemampuan memecahkan masalah serta mengembangkan kemandirian belajar
peserta didik. PBM akan membentuk pengetahuan melalui permasalahan yang
diberikan dan menjadikan masalah sebagai dasar berpikir untuk peserta didik
dalam belajar. PBM dirancang berdasarkan masalah dari kehidupan yang nyata
dan mampu memberikan dampak pada pola pikir dan sikap peserta didik.
Pembentukan pola pikir peserta didik harus melalui proses yang sistematis dan
relevan dengan kehidupan sehari-hari. Hali ini sejalan dengan pendapat Hmelo
dkk (2004) bahwa PBM melibatkan peserta didik dalam penyelidikan, nyata, dan
relevan dari situasi kehidupan.PBM adalah metode pembelajaran kompleks dan
bermakna dimana masalah dibingkai dalam konteks nyata. Arends (2009)
menjelaskan bahwa model PBL merupakan suatu model pembelajaran yang
menuntut peserta didik untuk mengerjakan permasalahan yang autentik dengan
14
maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri dan mengembangkan
kemandirian dan percaya diri. Masalah yang nyata dan kompleks akan
memotivasi peserta didik untuk mengidentifikasi dan meneliti konsep dan prinsip
yang mereka perlu ketahui dalam rangka untuk menemukan solusi dari
permasalahan tersebut. Peserta didik bekerja dalam tim kecil, merumuskan
masalah, menganalisis masalah, mengkomunikasikan, serta memadukan informasi
untuk menarik kesimpulan. Menurut Choridah (2013) bahwa PBM adalah model
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran peserta didik dapat menyusun
pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan ketrampilan berpikir tingkat
tinggi, kemandirian peserta didik dan meningkatkan kepercayaan sendiri. Dari
beberapa uraian PBM di atas dapat disimpulkan bahwa PBM akan membentuk
pengetahuan melalui permasalahan yang ada di dunia nyata sebagai konteks
pembelajaran dengan melibatkan peserta didik dalam penemuan konsep serta
pemecahan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik
belajar memperoleh pengetahuan dan konsep dari materi pembelajaran.
Setiap model pembelajaran, memiliki karakteristik masing-masing untuk
membedakan model yang satu dengan model yang lain.seperti yang diungkapkan
Sandia (2008) bahwa beberapa karakteristik PBM, yakni (1) pembelajaran bersifat
Student-Centered, (2) pembelajaran berlangsung dalam kelompok kecil, (3) guru
berperan sebagai fasolitator atau pembimbing, (4) permasalahan-permasalahan
yang disajikan dalam setting pembelajaran diorganisasi dalam bentuk dan fokus
tertentu dan merupakan stimulus pembelajaran, (5) informasi baru diperoleh
melalui belajar secara mandiri (Self-directed learning), dan (6) masalah
15
(problems) merupakan wahana untuk mengembangkan keterampilan pemecahan
masalah klinik.
Sedangkan karakteristik model PBM menurut Choridah (2013) sebagai berikut:
1. Belajar dimulai dengan suatu permasalahan
2. Permasalahan yang diberikan harus berhubungan dengan dunia nyata peserta
didik
3. Mengorganisasi pembelajaran di seputar permasalahan, bukan di seputar
disiplin ilmu
4. Memberikan tanggung jawab yang besar dalam membentuk dan menjalankan
secara langsung proses belajar mereka sendiri
5. Menggunakan kelompok kecil
6. Menuntut peserta didik untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajarinya
dalam bentuk produk dan kinerja
Sanjaya (2010) terdapat tiga ciri utama dari PBM. Pertama, PBM merupakan
rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi PBM ada sejumlah
kegiatan yang harus dilakukan peserta didik. PBM membuat peserta didik aktif
berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya
menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran ditunjukkan untuk menyelesaikan
masalah. PBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dalam pembelajaran.
Ketiga, pemecahan masalah dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis
artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu sedangkan
empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang
jelas.
16
Ngalimun (2013) mengemukakan karakteristik model PBM sebagai berikut:
1. Belajar dimulai dengan suatu masalah
2. Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata
peserta didik
3. Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan seputar disiplin ilmu
4. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada peserta didik dalam
membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri.
5. Menggunakan kelompok kecil
6. Menuntut peserta didik untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka
pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja.
Untuk mengimplementasikan PBM, guru perlu merancang pembelajaran yang
bersifat student center dan memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan
yang dapat dipecahkan. permasalahan tersebut biasa diambil dari peristiwa yang
terjadi di lingkungan sekitar, dari peristiwa dalam keluarga atau peristiwa
kemasyarakatan sehingga peserta didik mampu mengolah permasalahan tersebut
dan menyampaikan hasil diskusi kepada kelompok lainnya.
Kegiatan pembelajaran dalam PBM dimulai dengan pemicu masalah.
Kusumawardhani (2004) menyebutkan bahwa pemicu masalah dalam PBM dapat
berupa deskripsi tertulis tentang peristiwa nyata yang dialami langsung oleh
peserta didik, kemudian peserta didik dapat melakukan kegiatan penemuan
masalah, mengumpulkan informasi secara mandiri serta menyajikan hasil
diagnosa dan hasil rekomendasi. Permasalahan yang diberikan merupakan suatu
upaya peserta didik untuk menemukan apa yang mereka butuhkan untuk belajar
pengetahuan baru sebelum mereka dapat memecahkan masalah tersebut.
17
Langkah yang lebih praktis dalam PBM dirumuskan oleh Nurhadi (2004) yang
terdiri dari 5 tahapan utama seperti yang disajikan dalam tabel 2.1 berikut
Tabel 2.1 Tahapan utama PBM
Tahapan Tindakan Guru
Tahap 1: Orientasi peserta
didik pada masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang
dibutuhkan, memotivasi peserta didik aktif, dan
memecahkanmasalah.
Tahap 2: Mengorganisasi
peserta didik untuk belajar
Membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut
Tahap 3: Membimbing
penyelidikan individual
dan kelompok
Mendorong peserta didik mengumpulkan
informasi dan berekspresi untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah
Tahap 4:Mengembangkan
dan menyajikan hasil
karya
Membantu peserta didik menyiapkan presentasi
dan hasil karya peserta didik berupa laporan
model atau karya visual lainnya
Tahap 5: Menganalisis dan
mengevaluasi proses
Membantu mengevaluasi terhadap proses dan
hasil penyelidikan serta proses pemecahan
masalah
Menurut Suprijono (2007) bahwa langkah-langkah PBM sebagai berikut
1. Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada peserta didik.
Pada tahap ini, guru menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang
dibutuhkan, motivasi peserta didik untuk terlibat dalam pemecahan masalah
yang telah dipilih
2. Mengorganisasi peserta didik untuk belajar meneliti
Pada tahap ini, guru mengelompokkan peserta didik untuk mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan permasalahannya.
3. Membimbing investigasi mandiri dan kelompok
Pada tahap ini, guru membimbing peserta didik untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan
penjelasan dan solusi pemecahan masalah
18
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Pada tahap ini, guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan
menyiapkan hasil karya diskusinya kepada kelompok lain dan berbagi tugas
dengan temannya
5. Menganalisis dan menevaluasi proses pemecahan masalah
Pada tahap ini, guru membantu peserta didik melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang telah mereka gunakan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan PBM yaitu orientasi
masalah, meneliti, investigasi, menyajikan, menganalisis dan evaluasi hasil
diskusi. Tahapan-tahapan akan digunakan dalam proses pembelajaran pada
peserta didik.
C. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
1. Pengertian LKPD
LKPD merupakan singkatan dari Lembar Kerja Peserta didik. Pada umumnya
LKPD dibeli, padahal LKPD bisa dibuat oleh guru yang bersangkutan dan LKPD
seharusnya dibuat guru yang bersangkutan karena guru akan lebih mengerti dan
memahami LKPD yang bersesuaian dengan kebutuhan siswa.
Menurut Diknas Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar (Prastowo, 2011)
LKPD adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.
Lembar kegiatan berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan
suatu tugas. Tugas tersebut haruslah jelas kompetensi dasar yang akan dicapai.
19
Trianto (2012) berpendapat bahwa Lembar Kerja Peserta Didik adalah panduan
siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan
masalah. Lembar kegiatan ini dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan
aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan aspek pembelajaran dalam
bentuk eksperimen atau demonstrasi. LKPD memuat sekumpulan kegiatan
mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman
dalam upaya untuk pembentukan kemampuan dasar sesuai dengan indikator
belajar yang harus ditempuh.
Berdasarkan uraian beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa LKPD
merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi,
ringkasan, dan petunjuk-petunjuk/panduan pelaksanaan tugas yang harus
dikerjakan oleh siswa untuk memahami materi yang dipelajari dan memecahkan
masalah tersebut dengan yang mengacu pada kompetensi yang harus dicapai.
2. Fungsi, Tujuan dan Manfaat LKPD
Menurut Prastowo (2011) LKPD memiliki fungsi, tujuan dan manfaat dalam
kegiatan pembelajaran, yaitu
a. Fungsi LKPD
1) Meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan peserta didik
2) Mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang disampaikan
3) Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik
b. Tujuan LKPD
1) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk memahami
materi yang diberikan
20
2) Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik
terhadap materi yang diberikan
3) Melatih kemandirian belajar peserta didik dan memudahkan pendidik
dalam memberikan tugas kepada peserta didik
c. Manfaat LKPD
1) Memancing peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran
2) Membantu siswa dalam mengembangkan konsep
3) Melatih siswa dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan
proses
4) Melatih siswa untuk memecahkan masalah dan berpikir kritis
5) Mempercepat proses pembelajaran
6) Bagi guru menghemat waktu mengajar
Berdasarkan fungsi, tujuan dan manfaat LKPD, bentuk LKPD yang akan
dikembangkan adalah LKPD yang membantu siswa menemukan suatu konsep.
Sesuai dengan prinsip konstruktivisme, seseorang akan belajar mengkonstruksi
sendiri pengetahuan di dalam otaknya. LKPD jenis ini memuat apa yang harus
dilakukan peserta didik, meliputi melakukan, mengamati dan menganalisis. Untuk
membuat LKPD ini pertama kali kita perlu merumuskan langkah-langkah yang
harus dilakukan peserta didik lalu mereka harus mengamati fenomena hasil
kegiatan. Selanjutnya peserta didik diberikan pertanyaan-pertanyaan analisis
untuk dikaitkan dengan konsep yang mereka pelajari.
21
d. Prinsip Pengembangan LKPD
LKPD yang baik adalah LKPD yang kaya manfaat. LKPD tersebut hendaknya
mampu menjadi sebagai bahan ajar yang menarik bagi peserta didik sehingga
peserta didik terdorong untuk belajar keras dan belajar cerdas. Penyusunan LKPD
harus memperhatikan cakupan yang akan dimuat dalam LKPD tersebut. Cakupan
yang harus termuat diantaranya: judul, mata pelajaran, standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, tempat/kelas, petunjuk belajar, tujuan yang akan
dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja, dan penilaian
(Daryanto dan Dwicahyono, 2014)
Menurut Belawati (dalam Prastowo, 2011) ada 2 faktor yang perlu diperhatikan
pada saat mendesain LKPD, yaitu tingkat kemampuan membaca peserta didik dan
pengetahuan peserta didik. Batasan mendesain LKPD hanyalah imajinasi seorang
pendidik. Sedangkan batasan umum yang dijadikan pedoman saat mendesain
LKPD adalah:
a. Ukuran. Ukuran yang digunakan dapat mengakomodasi kebutuhan
pembelajaran yang dibutuhkan oleh peserta didik. Contohnya, jika ingin
membuat bagan maka kertas A4 lebih baik dari pada kertas A5.
b. Kepadatan Halaman. Pendidik harus mengusahakan agar halaman tidak terlalu
dipadati dengan tulisan, sebab halaman yang terlalu padat akan
mengakibatkan peserta didik sulit memfokuskan perhatian.
c. Penomoran. Pemberian nomor akan mencegah timbulnya kesulitan bagi
peserta didik untuk memahami materi secara keseluruhan. Dengan adanya
penomoran, peserta didik akan mampu mengatasi kesulitan untuk menentukan
judul, subjudul dan anak subjudul dari materi LKPD
22
d. Kejelasan. Hasil cetakan tulisan LKPD yang memuat materi dan instruksi
yang dihasilkan haruslah jelas dibaca peserta didik untuk membuat
kenyamanan dalam membacanya.
Darmodjo dan Kaligis (1992) LKPD dikatakan berkualitas baik bila memenuhi
syarat didaktik, konstruksi, dan teknis.
a. Syarat Didaktik
Syarat didaktik mengatur tentang penggunaan LKPD yang bersifat universal dapat
digunakan dengan baik untuk menemukan konsep, dan yang terpenting dalam
LKPD ada variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan peserta didik.
LKPD diharapkan mengutamakan pada pengembangan kemampuan komunikasi
sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri peserta didik. Pengalaman belajar
yang dialami peserta didik ditentukan oleh pengembangan pribadi peserta didik
dan bukan ditentukan oleh materi bahan pelajaran.
b. Syarat Konstruksi
Syarat konstruksi ialah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa,
susunan kalimat, kosa-kata, tingkat kesukaran, kejelasan yang pada hakikatnya
haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pengguna yaitu peserta didik.
Syarat konstruksi yaitu menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat
kedewasaan peserta didik dan menggunakan struktur kalimat yang jelas.
c. Syarat Teknis
Syarat teknis menekankan penyajian LKPD yaitu berupa tulisan, gambar, dan
penampilannya dalam LKPD sebagai berikut:
1) Tulisan
Teknis menyajikan tulisan yang baik pada LKPD meliputi
23
a) Gunakan huruf tebal yang lebih besar untuk judul, bukan huruf biasa yang
diberi garis bawah
b) Gunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf Latin dan Romawi
c) Gunakan kalimat pendek, tidak lebih dari 10 kata dalam satu baris
d) Gunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban
peserta didik
e) Usahakan perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi
2) Gambar
Gambar yang baik untuk LKPD adalah yang dapat menyampaikan pesan/isi dari
gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKPD. Gambar fotografi yang
berkualitas tinggi belum tentu dapat dijadikan gambar LKPD yang efektif. Oleh
karena itu, yang lebih penting adalah kejelasan pesan/isi dari gambar itu secara
keseluruhan.
3) Penampilan
Penampilan sangat penting dalam LKPD. Pertama-tama peserta didik akan tertarik
pada penampilan LKPD, bukan isinya. Apabila suatu LKPD ditampilkan dengan
penuh kata-kata, kemudian ada pertanyaan-pertanyaan yang harus di jawab oleh
peserta didik, hal ini menimbulkan kesan jenuh sehingga membosankan dan tidak
menarik. Apabila ditampilkan dengan gambar saja, itu tidak mungkin karena
pesan/isinya tidak akan sampai. Jadi yang baik adalah LKPD yang memiliki
kombinasi antara gambar dan tulisan.
Untuk menyempurnakan LKPD yang dihasilkan dapat dilakukan dengan
mengevaluasi sebelum dan sesudah diberikan kepada peserta didik. Sebelum
LKPD dicetak diperlukan evaluasi dari para ahli, kemudian dilakukan revisi, dan
24
LKPD bisa diberikan diujikan kepada peserta didik. Komentar dari peserta didik
setelah mengerjakan LKPD dijadikan masukan untuk mengembangkan LKPD
yang dihasilkan agar lebih baik.
D. Validitas, Kepraktisan dan Efektifitas
1. Validitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) valid adalah menurut cara yang
semestinya, sesuai dengan semestinya; berlaku; sahih. Validasi adalah proses
menilai apakah produk baru secara rasional lebih baik dan efektif dengan cara
meminta penilaian ahli yang berpengalaman (Putra, 2011)
Zulkardi (2002) mengemukakan bahwa : “Validity implies that the LE (Learning
Environment) and its components should be designed based on the state-of-the-art
knowledge (content validity) and the components should be consistently linked to
each other (construct validity). If the product meets these requirements, it is
considered to be valid. For example, in the case of the exemplary lesson
materials, all components of the intended curriculum (e.g. subject matter, skills,
attitudes, pedagogy, assessment) should be connected in a consistent and logical
way”
Hal ini bermakna bahwa lingkungan belajar dan komponennya harus dirancang
berdasarkan struktur isi pengetahuan yang ingin dicapai (validitas isi), komponen-
komponennya harus berhubungan satu sama lain secara konsisten (validitas
konstruksi). Jika produk memenuhi hal-hal tersebut maka dikatakan valid. Semua
komponen kurikulum meliputi (mata pelajaran, keterampilan, sikap, pedagogik,
penilaian) harus dihubungkan dalam suatu cara yang logis dan konsisten.
Berdasarkan uraian istilah di atas mengenai pengertian valid dapat disimpulkan
bahwa LKPD valid adalah LKPD yang dihasilkan sesuai dengan semestinya,
komponen-komponen yang dirancang haruslah sesuai dengan struktur isi
25
pengetahuan yang ingin dicapai (valid sesuai isi), komponen harus berhubungan
satu sama lain secara konsisten (valid sesuai konstruk).
2. Kepraktisan
Menurut Maizora (2011) mengemukakan bahwa praktis jika pengguna tidak
kesulitan dari segi penyajian materi maupun penggunaan materi pembelajaran.
Sementara itu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) praktis adalah
berdasarkan praktik; mudah dan senang memakainya.
Zulkardi (2002) mengemukakan bahwa “Practicality means that the LE (Learning
Environment) should meet the needs and contextual constraints of the users and
expert. In this study, for instance, student teachers need to be able to use the web
site in a practical way while they are following the RME course. Moreover, for
the exemplary lesson materials, if student teachers are able to use the materials to
execute their lessons in a coherent manner, without too many problems, the
materials are said to be practical”
Hal ini bermakna bahwa lingkungan pembelajaran harus memenuhi kebutuhan
dan masalah kontekstual pengguna dan pakar. Dalam pembelajaran ini, misalnya,
guru-guru bisa menggunakan website dalam suatu cara praktis sketika mereka
mengikuti pembelajaran RME. Bahkan, dalam pokok materi pembelajaran untuk
melaksanakan pembelajaran mereka dalam suatu cara yang berhubungan, tanpa
terlalu banyak masalah maka bahan dikatakan praktis.
Kepraktisan berarti harus memenuhi kebutuhan pengguna. Penggunaannya dalam
pelajaran, LKPD dikatakan praktis jika guru dan siswa dapat menggunakan LKPD
untuk melaksanakan pembelajaran tanpa terlalu banyak masalah dan tidak
kesulitan baik dari segi penyajian materi maupun penggunaan materi
pembelajaran.
26
3. Efektivitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) efektif adalah 1) adanya efek
(akibatnya, pengaruhnya, kesannya), 2) manjur (obat), 3) dapat membawa hasil;
berhasil guna (tindakan). LKPD dikatakan efektif apabila dalam proses
pembelajaran setiap elemen berfungsi secara keseluruhan, siswa merasa senang
dengan hasil pembelajaran, fasilitas memadai materi dengan metode yang
digunakan. Smith (Yamin, 2011) menyatakan bahwa tujuan utama efektivitas
pembelajaran adalah outputnya, yaitu kompetensi siswa. Berdasarkan uraian di
atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah ketercapaian tujuan dalam suatu
proses pembelajaran.
E. Kerangka Pikir
Penelitian tentang pengembangan LKPD dengan model pembelajaran berbasis
masalah ini merupakan penelitian pengembangan. LKPD merupakan salah satu
bagian penting dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga sudah sewajarnya jika
setiap guru mengembangkan LKPD yang dapat mereka gunakan dalam proses
pembelajaran. LKPD yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa LKPD
berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa.
Pemahaman konsep merupakan kemampuan yang paling mendasar yang harus
dimiliki oleh siswa. Pemahaman konsep yang baik akan sangat membantu siswa
dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan matematis dalam kegiatan
pembelajaran maupun dalam masalah di kehidupan sehari-hari yang berkaitan
dengan matematika. Selama ini, proses pembelajaran yang dialami siswa adalah
27
secara konvensional, yaitu pembelajaran yang menggunakan metode ceramah,
tanya jawab, dan pemberian tugas/latihan secara mandiri. Pembelajaran demikian
terpusat pada guru, konsep-konsep matematika hanya diberitahukan saja, siswa
hanya menerima apa yang disampaikan guru tanpa menemukan atau mencari
sendiri suatu konsep, juga peran siswa dalam pembelajaran sangat sedikit
sehingga pengalaman belajar yang diperoleh siswa sebagian besar berasal dari
gurunya. Pembelajaran demikian berlangsung terus menerus sehingga
mengakibatkan pemahaman siswa terhadap suatu konsep menjadi rendah.
Siswa sering mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran matematika.
Sebagian besar siswa menganggap mata pelajaran matematika tidak berguna
dalam kehidupan nyata. Hal ini disebabkan sebagian besar guru tidak
mengajarkan mata pelajaran matematika secara kontekstual. Contoh
permasalahan yang diberikan hanya berupa soal, langkah-langkah kegiatan,
media, LKPD yang disediakan tidak berdasarkan permasalahan dunia nyata.
Lembar Kerja Peserta Didik merupakan panduan kegiatan pembelajaran yang
berisi masalah dan rangkuman materi yang bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. LKPD yang tersedia saat ini
masih bersifat standar dan terkadang tidak sesuai dengan tujuan. Kemampuan
yang dikembangkan dalam LKPD tidak mewakili kemampuan yang diharapkan.
LKPD yang dikembangkan berupa LKPD yang dirancang secara khusus. LKPD
yang dibuat memiliki komponen-komponen yang dapat membantu dan menuntun
mereka memahami isi serta mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan
28
KONDISI AWAL
1. LKPD yang digunakan masih mengandalkan penerbit membuat siswa
menjadi kurang aktif pada saat pembelajaran berlangsung
2. LKPD yang tersedia belum mampu memfasilitasi kemampuan yang akan
dicapai siswa
3. pemahaman konsep matematis siswa belum mencapai KKM sebesar 71
Mengembangkan LKPD dengan model PBM pada pokok bahasan Fungsi Linear untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa
HASIL
1. LKPD dengan dengan model PBM yang valid dan praktis membantu
siswa menjadi aktif dan melakukan kegiatan pembelajaran
2. LKPD dengan model PBM efektif meningkatkan pemahaman konsep
matematis siswa
model PBM dapat memfasilitasi kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa.
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian Research and Development (R & D) atau
penelitian pengembangan. Research and Development adalah metode penelitian
yang digunakan dengan tujuan untuk mengembangkan LKPD dengan model PBM
pokok bahasan Fungsi Linear. Menurut Borg dan Gall (1983) dalam bidang sosial
dan pendidikan peran research and development menghasilkan produk tertentu
untuk bidang administrasi, pendidikan, dan sosial masih sangat rendah, padahal
banyak produk tertentu dalam bidang pendidikan dan sosial yang perlu dihasilkan
melalui research and development. Pengembangan bahan ajar ini dirancang
dengan metode penelitian dan pengembangan.
B. Prosedur Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang mengikuti alur penelitian
pengembangan Borg & Gall (1983), dengan langkah-langkah yaitu (1) melakukan
penelitian pendahuluan, (2) melakukan perencanaan, (3) mengembangkan
jenis/bentuk produk awal, (4) validasi desain produk (5) melakukan revisi
terhadap produk utama, (6) melakukan uji coba terbatas, (7) melakukan revisi
hasil uji coba, (8) melakukan uji coba luas, (9) melakukan revisi terhadap produk
akhir, dan (10) melakukan desiminasi dan implementasi produk, serta
menyebarluaskan produk. Pelaksanaan penelitian pengembangan ini hanya sampai
30
pada langkah ke-7 yaitu melakukan revisi terhadap produk operasional atau
penyempurnaan produk.
Prosedur penelitian pengembangan yang akan dilakukan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Penelitian Pendahuluan
Langkah awal studi pendahuluan adalah melakukan observasi terhadap bahan ajar
yang digunakan guru dikelas VIII. Wawancara dilakukan dengan guru matematika
kelas VIII (Ibu Eni Yulianti, S.Pd dan Ibu Berta Khoiriyati, M.Pd) terkait hasil
observasi agar pengamatan yang diperoleh lebih akurat dan memperjelas beberapa
hal mengenai kebutuhan LKPD dalam pembelajaran. Selanjutnya memberikan
daftar pertanyaan kepada siswa kelas IX untuk mengetahui materi yang telah
mereka pelajari namun belum dikuasai dengan baik dan dianggap sulit oleh siswa.
Kemudian wawancara dengan guru kelas VIII dilakukan untuk memperkuat hasil
temuan pada daftar pertanyaan siswa. Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan
buku teks kurikulum 2013 dan LKPD yang digunakan guru saat mengajar
kemudian mengkaji buku-buku tersebut dan penelitian yang relevan sebagai acuan
penyusunan LKPD. Analisis terhadap kompetensi inti dan kompetensi dasar
matematika, silabus matematika kelas VIII, indikator pemahaman konsep
dilakukan sebagai bahan pertimbangan penyusunan materi dan evaluasi.
2. Perencanaan Penelitian
Ada beberapa hal yang dilakaukan dalam tahap perencanaan pengembangan
LKPD pada materi fungsi linear, mulai dari pengumpulan buku-buku yang
31
berkaitan dengan LKPD yang akan dikembangkan, pemilihan desain yang tepat
dan menyiapkan bahan-bahan sebagai evaluasi.
3. Pengembangan Desain Produk Awal
Produk awal didesain dengan membagi materi fungsi linear menjadi empat LKPD
untuk empat pertemuan. Menyusun perangkat pembelajaran seperti Silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan penyusunan instrumen penelitian
seperti kisi-kisi instrumen, instrumen tes, rubrik penilaian dan penyususnan
instrumen validasi produk instrumen tes. LKPD disusun secara sistematis yang
terdiri dari judul,daftar isi, peta indikator, peta konsep, isi. Pada LKPD ini bagian
isi dibagi untuk empat pertemuan yang memuat berbagai kegiatan untuk
meningkatkan pemahaman konsep matematis peserta didik.
4. Validasi Desain Produk
Setelah melakukan tiga langkah tersebut, LKPD yang dihasilkan belum bisa
diberikan kepada peserta didik namun hal yang dilakukan adalah pemeriksaan dan
penyempurnaan LKPD. Untuk menyempurnakan LKPD yang dihasilkan dapat
dilakukan dengan mengevaluasi sebelum dan sesudah diberikan kepada peserta
didik. Sebelum LKPD dicetak diperlukan evaluasi dari para ahli, kemudian
dilakukan revisi. Pada tahap ini LKPD divalidasi oleh dua ahli yaitu validator
penilai validitas media Ibu Dr. Asmiati, M.Si dan validator penilai materi
pembelajaran Bapak Drs. Suharsono S., M.S., M.Sc., Ph.D. Data validitas LKPD
diperoleh berdasarkan angket yang diberikan kepada validator dengan
melampirkan LKPD yang telah di desain. Validasi dilakukan untuk mengetahui
ketidaksesuaian atau kesalahan pada produk yang dibuat baik dari aspek kerangka
32
desain dan materi yang digunakan dalam LKPD. Data yang telah diperoleh
selanjutnya dianalisis apakah LKPD sudah layak digunakan dalam tahap
selanjutnya.
5. Revisi Produk Utama
Kelemahan desain LKPD yang ditemukan pada uji validitas kemudian diperbaiki.
Pada tahap ini LKPD yang dihasilkan harus mengalami tahap revisi oleh validator
agar LKPD dengan model PBM yang dihasilkan baik. Tahap ini merupakan
langkah awal pengembangan LKPD sebelum dilakukan uji coba terbatas.
Validator memberi petunjuk revisi kepada peneliti sebagai saran dan masukan
untuk penyempurnaan LKPD yang dihasilkan. LKPD dikatakan valid setelah
revisi ke-2 dan menurut validator setiap komponen yang ada pada setiap
perangkat yang dikembangkan berhubungan secara konsisten dan dalam kategori
valid.
6. Uji Coba Terbatas
LKPD untuk model PBM yang telah dihasilkan dilakukan uji coba terbatas pada
kelompok yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Al-
Kautsar Bandar Lampung Uji coba ini dilakukan setelah hasil validasi oleh
validator dinyatakan valid. Tahap ini dilakukan untuk mendapatkan LKPD yang
praktis untuk model PBM yang dihasilkan. LKPD dikatakan praktis jika
penggunanya tidak mengalami kesulitan dalam hal mengerjakan LKPD yang
diberikan.
Pada saat uji produk pada tahap ini, desain penelitian yang dilakukan adalah
posttest one group design.. Tahap ini bertujuan untuk menganalisis keefektifan
33
LKPD. LKPD yang dihasilkan dinyatakan efektif apabila Efektivitas
pembelajaran dengan LKPD model Pembelajaran Berbasis Masalah ditunjukkan
dengan 70% jumlah siswa yang mendapatkan nilai mencapai KKM (KKM = 71)
7. Melakukan Revisi
Setelah diperoleh data langkah selanjutnya adalah melakukan penyempurnaan
produk secara menyeluruh berdasarkan hasil uji coba sebelumnya.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung. Kelas yang
dijadikan penelitian adalah siswa kelas VIII, dilakukan pada semester ganjil tahun
pelajaran 2017/2018
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua jenis instrumen,
yaitu nontes dan tes. Instrumen-instrumen tersebut akan dijelaskan sabagai
berikut:
1. Instrumen Nontes
Instrumen nontes ini terdiri dari beberapa bentuk yang disesuaikan dengan
langkah-langkah pengembangan. Jenis intrumen nontes yang digunakan yaitu
angket. Angket digunakan pada beberapa tahapan penelitian. Angket ini memakai
skala Likert dengan lima pilihan jawaban yang disesuaikan dengan tahap
penelitian dan tujuan pemberian angket. Beberapa jenis angket dan fungsinya
dijelaskan sebagai berikut:
34
a. Angket uji ahli
Angket ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai pendapat para ahli
(validator) terhadap bagian-bagian LKPD baik secara isi, penulisan, dan kualitas
soal yang diberikan. Instrumen penelitian disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah
dibuat. Kisi-kisi instrumen validasi ahli pembelajaran mengacu pada proses
kegiatan dalam LKPD, sedangkan kisi-kisi instrumen validasi materi lebih
mengacu pada kedalaman materi. Instrumen uji validasi ahli digunakan untuk
menguji kesesuaian isi materi pada LKPD (yang terdiri dari kesesuaian isi materi
dengan SK dan KD), konstruksi (yang terdiri dari konstruksi sesuai format LKPD
yang ideal), dan konstruksi sesuai dengan PBM untuk mendukung pemahaman
konsep. Lembar uji validasi ahli memiliki lima pilihan jawaban yang sesuai
dengan konten pertanyaan, yaitu: sangat sesuai, sesuai, cukup sesuai, kurang
sesuai, dan tidak sesuai. Instrumen validasi ahli digunakan pada tahap validasi
desain produk. Validitas dilakukan untuk menjadi acuan atau pedoman dalam
merevisi LKPD yang disusun.
b. Angket uji kepraktisan LKPD
Instrumen ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai penilaian dan
pendapat para pengguna terhadap produk yang digunakan. Instrumen berupa
angket untuk melihat respon siswa terhadap produk ditinjau dari kepraktisan
dalam penggunaan LKPD. Kisi-kisi instrumen kepraktisan LKPD mengacu pada
aspek kepraktisan (menarik dan mudah digunakan). Instrumen kepraktisan LKPD
digunakan pada tahap uji coba terbatas. Angket kepraktisan memiliki lima pilihan
jawaban yang sesuai dengan konten pertanyaan, yaitu: tidak menarik, kurang
menarik, cukup menarik, menarik, dan sangat menarik. Instrumen angket yang
35
digunakan untuk memperoleh data kemudahan memiliki lima pilihan jawaban
yaitu: tidak mudah, kurang mudah, cukup mudah, mudah, dan sangat mudah.
Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat
kesesuaian produk bagi siswa.
2. Instrumen Tes
Instrumen yang digunakan dalam pengambilan data penelitian ini berupa tes
pemahaman konsep matematis yang disesuaikan dengan materi ajar. Instrumen
disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. Perangkat tes terdiri dari 6 soal
uraian. Setiap soal memiliki indikator pemahaman konsep matematis. Proses
pembuatan instrumen melalui tahap uji validitas oleh ahli materi sehingga
diperoleh instrumen yang valid.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini dijelaskan berdasarkan jenis instrumen
yang digunakan dalam setiap tahapan penelitian pengembangan yaitu:
1. Analisis Uji ahli
Data hasil uji ahli adalah hasil penilaian ahli terhadap LKPD yang dikembangkan
melalui skala kelayakan. Analisis yang digunakan berupa deskriptif kuantitatif
dan kualitatif. Data kuantitatif berupa komentar dan saran dari ahli dideskripsikan
secara kualitatif sebagai acuan untuk memperbaiki LKPD. Data kuantitatif berupa
skor penilaian uji ahli dideskripsikan secara kuantitatif menggunkan skala likert
dengan 5 skala kemudian dijelaskan secara kualitatif. Skor penilaian dari setiap
pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam Tabel 3.1.
36
Tabel 3.1 Kriteria penilaian validasi ahli
Pilihan Jawaban Skor
Sangat sesuai 5
Sesuai 4
Cukup sesuai 3
Kurang Sesuai 2
Tidak Sesuai 1
Langkah-langkah menyusun kriteria penilaian sebagai berikut
a. Menentukan jumlah interval, yaitu 5.
b. Menentukan rentang skor, yaitu rata-rata skor maksimum dan rata-rata skor
minimum
c. Membuat panjang kelas
Panjang kelas = ̅ ̅
Panjang kelas =
d. Menyusun kelas interval dimulai dari skor terkecil sampai terbesar
e. Mengkonversi rata-rata skor menjadi data kualitatif dapat memperhatikan
Tabel 3.2
Tabel 3.2 Pedoman rata-rata skor menjadi data kualitatif
No. Pilihan jawaban Kategori
1 ̅ Sangat valid
2 ̅ valid
3 ̅ Cukup valid
4 ̅ Kurang valid
5 Tidak valid
(Maizora, 2011)
Produk yang dikembangkan dikatakan layak jika minimal tingkat kevalidan yang
dicapai adalah valid.
2. Analisis uji kepraktisan
Analisis angket kepraktisan memiliki lima pilihan jawaban. Instrumen kepraktisan
memiliki lima pilihan jawaban yang sesuai dengan konten-konten pertanyan, yaitu
tidak praktis, kurang praktis, cukup praktis, praktis, dan sangat praktis. Skor hasil
kepraktisan ditunjukkan pada Tabel 3.3
37
Tabel 3.3 Kriteria penilaian kepraktisan LKPD
Pilihan jawaban Skor
Sangat praktis 5
Praktis 4
Cukup praktis 3
Kurang Praktis 2
Tidak Praktis 1
Tabel 3.3 digunakan untuk mendapatkan rata-rata skor kepraktisan LKPD. Produk
yang dikembangkan pada penelitian ini memiliki kepraktisan minimal kriteria
baik. Rata-rata skor kepraktisan penianilaian dari tiap pilihan jawaban dikonversi
menjadi data kualitatif. Pedoman perubahan rata-rata skor ke data kualitatif dapat
dilihat pada Tabel 3.2.
3. Analisis Pemahaman Konsep Matematis
Analisis data pemahaman konsep digunakan untuk mengetahui keefektifan LKPD
pada siswa. Setiap soal yang diberikan kepada siswa memiliki satu atau lebih
indikator pemaham konsep matematis. Indikator dan pedoman penskoran tes
pemahaman konsep dapat dilihat pada Tabel 3.4
Tabel 3.4 indikator dan pedoman penskoran tes pemahaman konsep
Indikator
Pemahaman Konsep
Aspek yang dilihat Skor
1. Menyatakan ulang
suatu konsep
Tidak dapat menyatakan ulang suatu konsep 0
Salah menyatakan ulang suatu konsep 1
Menyatakan ulang suatu konsep dengan benar 2
2. Mengklasifikasi
objek menurut sifat
tertentu sesuai
dengan konsepnya
Tidak dapat mengklasifikasi objek 0
Salah mengklasifikasi objek 1
Mengklasifikasi objek dengan benar 2
3. Memberi contoh
dan non-contoh dari
konsep
Tidak dapat memberi contoh dan non-contoh
konsep
0
Sudah ada contoh dan non-contoh, tetapi kurang
tepat
1
Memberikan contoh dan non-contoh dengan
benar
2
4. Menyajikan konsep
dalam berbagai
Tidak dapat menyajikan konsep 0
Sudah ada penyajian konsep, tetapi kurang tepat 1
38
Indikator
Pemahaman Konsep
Aspek yang dilihat Skor
bentuk representasi
matematika
Menyajikan konsep dengan benar 2
5. Menggunakan,
memanfaatkan, dan
memilih prosedur
atau operasi tertentu
Tidak dapat menggunakan, memanfaatkan, dan
memilih prosedur atau operasi tertentu
0
Sudah dapat menggunakan, memanfaatkan, dan
memilih prosedur atau operasi tertentu, tetapi
kurang tepat
1
Sudah dapat menggunakan, memanfaatkan, dan
memilih prosedur atau operasi tertentu dengan
benar
2
6. Mengaplikasikan
konsep
Tidak dapat mengaplikasikan konsep 0
Sudah ada pengaplikasian konsep, tetapi kurang
tepat
1
Mengaplikasikan konsep dengan benar 2
Hasil dari tes pemahaman konsep dikelompokkan sesuai dengan indikator
pemahaman konsep untuk mengetahui ketercapaian pemahaman konsep.
LKPD yang dikembangkan pada penelitian ini dikatakan efektif jika lebih dari
70% jumlah siswa mendapatkan nilai di atas KKM (KKM=71). Untuk
menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan penelitian pengembangan ini adalah:
1. Hasil penilaian ahli dari aspek media pembelajaran termasuk kategori valid
dan penilaian ahli dari aspek materi termasuk ketegori sangat valid.
2. Hasil penilaian siswa terhadap aspek kepraktisan termasuk dalam kategori
praktis.
3. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dengan model Pembelajaran Berbasis
Masalah efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa,
sebanyak 82,23% siswa mendapat nilai di atas KKM.
B. Saran
Saran penelitian pengembangan ini adalah:
1. Guru dapat menggunakan LKPD model Pembelajaran Berbasis Masalah
sebagai sarana alternatif guna meningkatkan pemahaman konsep matematis
siswa.
2. LKPD yang dikembangkan dapat digunakan dalam proses pembelajaran untuk
mempermudah pembelajaran pada materi Fungsi Linear.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Borg dan Gall. 1983. Educational Research (An Introduction). New York:
Longman.
Choridah, Dedeh Tresnawati. 2013. Impact of Critical thingking on Performance
in Mathematics among Senior Secondary School Students in Lagos State.
IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME). Vol 3, No
5. PP 18-25
Darmodjo, Hendro dan Kaligis, Jenny R.E. 1992. Pendidikan IPA II. Jakarta:
Depdikbud.
Daryanto & Aris Dwi Cahyono. 2014. Kewirausahaan: Penanaman Jiwa
Kewirausahaan. Malang: Gava Media
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia
untuk Pelajar. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Depdiknas 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta..
Hmelo-Silver, C.E. =, Chernobilsky, E.,and Da Costa, M.C. 2004. Psycological
Tools in Problem-based Learning, in Enhancing Thinking through
Problem-based Learning Approaches. Singapore: Thomson Learning.
Kusumawardani, Arum. 2004.Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pelaporan Keuangan Melalui Internet (Internet Financial Reporting).
Semarang: Universitas Diponegoro.
Maizora, Syafdi. 2011. “Pengembangan Web Pembelajaran Kalkulus Diferensial
Pada Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Bengkulu”,
Padang: Prascasarjana Universitas Negeri Padang.
58
Muaddab, Hafis. 2010. Pemahaman Siswa. (on line). Tersedia:
http://hafismuaddab.wordpress.com/ 2010/01/13/pemahaman-siswa/.
(Tanggal 10 November 2015).
Mullis, Ina V.S., Martin,Michael O., Foy, Pierre, and Arora, Alka. 2016. TIMSS
2015 International Result in Mathematics. [online]. Tersedia:
http://timssandpirls.bc.edu/timss2015downloads/TI_Mathematics_FullBook
Ngalimun. 2013. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja
Ressindo
Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.
Malang: U M Press
O’Connel, Susan. 2007. Introduction to Problem Solving. Portsmouth:
Heinemann
OECD. 2016. PISA 2015 Result: What Students Know an Can Do – Student
performance in Reading, Mathematics and Science (Volume I). [ online].
Tersedia: http://dx.doi.org/10.1787/9789264091450-en
Padmavathy, R.D &Mareesh, K.213. Effectiveness of Problrm Based Learning In
Mathematics. International Multidisciplinary e-Journal. Vol II
Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Yogyakarta: Diva pers.
Putra, Nusa. 2011. Research & Development. Jakarta: Rajawali Pers.
Sandia, I Wayan. 2008. Model Pembelajaran Yang Efektif Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Undiksha
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.
Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Depdiknas
Suprijono, Agus. 2007. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Syaifudin. 2009. Langkah-Langkah Pembelajaran Matematika. (online).
Tersedia:http://syarifartikel.blogspot.com/2009/01/langkah-langkah
pembelajaran-matematika_11.html (Tanggal 18 November 2015).
Tan, Oon-Seng.204.Cognition Metacognition, and Problem-Based Learning,in
Enhancing Thinking through Problem-based Learning Approaches.
Singapore: Thomson Learning
59
Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara
Uno, Hamzah. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.
Wardhani, Sri dkk. 2008. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP:
Belajar dari PISA danTIMSS. Yogyakarta: Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.
Yamin, Marintis. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada
Pers.
Zulkardi. 2002. “Developing a learning environment on realistic Mathematics
Education for Indonesia Student Teachers”. University of Twente, Enschede