pengembangan cerita seni perang tiongkok dari...

77
PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI BAHASA MANDARIN KE BAHASA INDONESIA SKRIPSI Diajukan dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1 untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Disusun Oleh : Nama : Ida Puji Astuti NIM : 2404415007 Program Studi : Pendidikan Bahasa Mandarin Jurusan : Bahasa dan Sastra Asing FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019

Upload: others

Post on 21-Jan-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI

BAHASA MANDARIN KE BAHASA INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1 untuk Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Disusun Oleh :

Nama : Ida Puji Astuti

NIM : 2404415007

Program Studi : Pendidikan Bahasa Mandarin

Jurusan : Bahasa dan Sastra Asing

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019

Page 2: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

ii

Page 3: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

iii

Page 4: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

iv

Page 5: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

Semua sudah diatur oleh yang Tuhan YME, tugas kita adalah berusaha semampu kita

dan mensyukuri apapun hasilnya.

Persembahan :

1. Bapak Ngajimin dan Ibu Suyatmi yang selalu berusaha mendukung dan senantiasa

mendo’akan saya.

2. Kakak-kakak dan semua keluarga saya.

3. Teman-teman Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang.

Page 6: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

vi

PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan

karunia dan rahmat kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya. Sholawat dan salam

senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,

sahabat, dan seluruh umat Islam.

Penyusunan skripsi dengan judul “Pengembangan Cerita Seni Perang

Tiongkok dari Bahasa Mandarin ke Bahasa Indonesia” tidak lepas dari bimbingan,

nasihat, dukungan, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin

menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. M. Jazuli, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Negeri Semarang yang telah memberi izin kepada peneliti untuk menyusun

skripsi.

2. Dra. Rina Supriatnaningsih, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Asing

Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan kemudahan dalam mengurus izin penelitian.

3. Anggraeni, S.T., MTCSOL., dosen pembimbing yang senantiasa memberikan

dukungan, arahan, motivasi, koreksi, masukan, perhatian dan wawasan pada

peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Dyah Prasetiani S.S., M.Pd., dosen penguji I dan Titin Komala Sari S.Pd.,

MTCSOL., dosen penguji II atas segala motivasi, dorongan, perhatian, arahan,

kritik dan sehingga skripsi ini tersusun menjadi lebih baik.

Page 7: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

vii

5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri

Semarang yang tanpa kenal Lelah dalam mengajarkan ilmu yang tak ternilai

harganya.

6. Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin angkatan tahun 2017 dan guru

bahasa Mandarin Sekolah Nusaputera yang bersedia untuk menjadi subjek

pada penelitian ini.

7. Sahabat dan teman-teman Pendidikan Bahasa Mandarin seperjuangan yang

sangat luar biasa dalam memberikan motivasi, semangat, dan pengaruhnya

dalam menghibur dan mewarnai hari-hari peneliti.

8. Keluarga tercinta: Bapak, Ibu dan kakak yang selalu memberikan doa dan

restunya demi keberhasilan menyelesaikan kuliah dan skripsi dan menjadi

semangat dalam hidup peneliti.

9. Seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi yang tidak mungkin

peneliti sebutkan satu per satu, terima kasih atas segala waktu dan perhatiannya.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala kebaikan kepada semua pihak

yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan. Amin

Semarang, 25 April 2019

Peneliti

Page 8: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

viii

SARI

Astuti, Ida Puji. Pengembangan Cerita Seni Perang Tiongkok dari Bahasa

Mandarin ke Bahasa Indonesia. Skripsi, Jurusan Bahasa dan Sastra Asing,

Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Pembimbing I.

Anggraeni, S.T., MTCSOL.

Kata kunci: pengembangan cerita, seni perang Tiongkok, bahasa Mandarin,

bahasa Indonesia.

Perkembangan budaya masyarakat Tionghoa terutama bahasa Mandarin saat

ini meningkat pesat, ditandai dengan bertambahnya mata pelajaran dan program studi

bahasa Mandarin di beberapa sekolah dan perguruan tinggi. Dalam mempelajari

bahasa Mandarin, penting bagi mereka untuk mengetahui sejarah peperangan

Tiongkok. Namun, ketertarikan mereka terhadap teori seni perang Tiongkok sangat

kurang. Berdasarkan permasalahan tersebut penelitian ini berupaya mengembangkan

cerita seni perang Tiongkok dari bahasa Mandarin ke bahasa Indonesia, sehingga dapat

meningkatkan ketertarikan pelajar dan mahasiswa terhadap seni perang Tiongkok serta

memudahkan mereka dalam memahaminya.

Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1) menganalisis kebutuhan pelajar SMA dan

mahasiswa terhadap cerita seni perang Tiongkok berbahasa Indonesia, 2)

mengembangkan cerita seni perang Tiongkok “Kepung Wei Selamatkan Zhao” dari

bahasa Mandarin ke bahasa Indonesia, 3) mendiskripsikan validasi ahli tentang

pengembangan cerita seni perang Tiongkok “Kepung Wei Selamatkan Zhao”.

Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R&D)

dengan lima tahapan, yaitu: 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain

produk, 4) validasi desain, dan 5) revisi desain.

Hasil dari penelitian ini adalah cerita terjemahan berbahasa Indonesia disertai

dengan gambar ilustrasi. Dari hasil angket kebutuhan menunjukkan bahwa mahasiswa

dan guru SMA menghendaki adanya pengembangan cerita seni perang Tiongkok dari

bahasa Mandarin ke bahasa Indonesia yang disertai dengan gambar ilustrasi.

Pengembangan ini berfokus pada kelayakan aspek pemilihan kosakata, aspek

penyusunan kalimat terjemahan, aspek penggunaan gaya bahasa dan aspek ilustrasi.

Penilaian terhadap produk dikategorikan sesuai atau layak dengan penilaian rata-rata

sebesar 83,05.

Page 9: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

ix

摘要

付意达,中国战争艺术故事汉印翻译的研发。论文,三宝垄国立大学,语言与

艺术学院,外语与文学系,第一导师唐金妮,S.T.,MTCSOL。

关键词:故事研发,中国战争艺术,中文,印尼文。

目前中文在中国文化的发展正在迅速增长,这主要是由于一些学校和学

院的科目和中文项目的增加。在学习汉语时,了解中国战争的历史是非常重要

的。然而,他们对中国的战争艺术理论却缺乏兴趣。基于这些问题,本研究试

图将中国战争艺术的故事从普通话发展到印尼语,从而提高学生对中国战争艺

术的兴趣,使他们更容易理解中国战争艺术。

本研究的目的是:1)分析印尼战争艺术故事的高中学生和大学生对印

尼语言的需求;2)从汉语到印度尼西亚发展中国战争艺术故事“魏维救赵”;3

)描述中国战争艺术故事“魏维救赵”发展的专家验证。

本研究采用研发方法,分五个阶段进行,即:1)潜力与问题;2)数据

收集;3)产品设计;4)设计验证;5)设计修订。

本研究的结论是翻译故事用印尼语并伴插图。需求调查问卷的结果表明

,大学生和教师希望中国兵法故事会翻译从汉语翻成印尼语,并伴有插图。这

一发展集中在词汇选择方面的可行性、翻译语法方面、使用语言风格方面和例

证方面。产品评价分为适当和可行两类,平均评分为 83.05。

Page 10: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii

PERNYATAAN ................................................................................................ iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v

PRAKATA ........................................................................................................ vi

SARI ................................................................................................................ viii

摘要.................................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS .................... 7

2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 7

2.2 Landasan Teoretis ........................................................................................ 15

2.2.1 Cerita gambar ................................................................................ 15

2.2.2 Ilustrasi .......................................................................................... 19

2.2.3 Penerjemahan ............................................................................... 22

2.2.4 Gaya Bahasa .................................................................................. 27

2.2.5 Ketepatan dan Kesesuaian Diksi .................................................... 44

Page 11: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

xi

2.2.6 Seni Perang Sun Zi dan 36 Strategi ................................................ 47

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 53

3.1 Jenis Penelitian dan Desain Penelitian .......................................................... 53

3.2 Langkah-langkah Penelitian Research and Development .............................. 54

3.2.1 Potensi dan Masalah ...................................................................... 57

3.2.2 Pengumpulan Data ......................................................................... 58

3.2.3 Desain Produk ............................................................................... 59

3.2.4 Validasi Desain .............................................................................. 60

3.2.5 Revisi Desain................................................................................. 60

3.3 Subjek Penelitian .......................................................................................... 61

3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 62

3.4.1 Angket (Kuisioner) ........................................................................ 63

3.4.1.1 Angket Kebutuhan .......................................................... 64

3.4.1.2 Angket Penilaian (Lembar Uji Validasi) .......................... 65

3.4.2 Wawancara ................................................................................... 66

3.4.3 Dokumentasi ................................................................................. 66

3.5 Instrumen Penelitian ..................................................................................... 66

3.5.1 Instrumen Angket (Kuisioner) ....................................................... 67

3.5.2 Instrumen Wawancara ................................................................... 68

3.5.3 Instrumen Dokumentasi ................................................................. 69

3.6 Uji Keabsahan Data .................................................................................. 70

3.7 Teknik Analisis Data ................................................................................. 71

3.7.1 Mengolah Hasil Angket ................................................................. 72

3.7.1.1 Menghitung Hasil Tanggapan .......................................... 72

3.7.1.2 Menganalisis Lembar Uji Validasi dari Ahli .................... 72

3.7.2 Mengolah Hasil Wawancara .......................................................... 73

3.7.3 Mengolah Hasil Dokumentasi ........................................................ 73

Page 12: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 74

4.1 Analisis Kebutuhan Pelajar dan Mahasiswa terhadap Pengembangan Cerita

Seni Perang Tiongkok dari bahasa Mandarin ke bahasa Indonesia ...................... 74

4.1.1 Hasil Dokumentasi ........................................................................ 75

4.1.2 Hasil Angket Mahasiswa ............................................................... 77

4.1.3 Hasil Wawancara Guru Bahasa Mandarin ...................................... 88

4.2 Pengembangan Cerita Seni Perang Tiongkok dari Bahasa Mandarin ke Bahasa

Indonesia ......................................................................................................... 100

4.2.1 Penerjemahan Cerita .................................................................... 101

4.2.2 Desain Ilustrasi Cerita .................................................................. 106

4.3 Validasi dan Saran Perbaikan terhadap Hasil Pengembangan Cerita Seni

Perang Tiongkok “Kepung Wei Selamatkan Zhao” dari Bahasa Mandarin ke

Bahasa Indonesia ............................................................................................. 110

4.3.1 Hasil Validasi dan Saran Perbaikan terhadap Hasil Pengembangan

Cerita Seni Perang Tiongkok “Kepung Wei Selamatkan Zhao” dari Bahasa

Mandarin ke Bahasa Indonesia ............................................................ 110

4.3.1.1 Aspek Pemilihan Kosakata atau diksi ............................ 111

4.3.1.2 Aspek Penyusunan Kalimat Terjemahan........................ 113

4.3.1.3 Aspek Penggunaan Gaya Bahasa ................................... 115

4.3.1.4 Aspek Ilustrasi .............................................................. 116

4.3.1.5 Rekapitulasi Nilai Total Aspek Kelayakan Produk ........ 119

4.3.2 Prinsip-prinsip Perbaikan Hasil Pengembangan Cerita Seni Perang

Tiongkok dari dari Bahasa Mandarin ke Bahasa Indonesia ................... 120

4.3.3 Hasil Perbaikan Cerita Terjemahan “Kepung Wei Selamatkan Zhao”

............................................................................................................. 121

4.3.3.1 Perbaikan Cover Cerita.................................................. 121

4.3.3.2 Penambahan Halaman Prolog dan Keterangan Tokoh dalam

Cerita ....................................................................................... 121

4.3.3.3 Perbaikan Cerita Halaman 1 .......................................... 123

4.3.3.4 Perbaikan Cerita Halaman 2 .......................................... 123

Page 13: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

xiii

4.3.3.5 Perbaikan Cerita Halaman 3 .......................................... 124

4.3.3.6 Perbaikan Cerita Halaman 4 dan 5 ................................. 125

4.3.3.7 Perbaikan Cerita Halaman 6 .......................................... 125

4.3.3.8 Perbaikan Cerita Halaman 7 dan 8 ................................. 126

4.3.3.9 Perbaikan Cerita Halaman 9 .......................................... 126

4.3.3.10 Perbaikan Cerita Halaman 10 ..................................... 127

4.3.3.11 Perbaikan Cerita Halaman 11 ...................................... 128

4.3.3.12 Perbaikan Cerita Halaman 12 ...................................... 128

4.3.3.13 Perbaikan Cerita Halaman 13 dan 14 ........................... 129

4.3.3.14 Perbaikan Cerita Halaman 15 ...................................... 129

4.3.3.15 Perbaikan Cerita Halaman 16 dan 17 ........................... 130

4.3.3.16 Perbaikan Cerita Halaman 18 dan 19 ........................... 131

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 132

5.1 Simpulan ............................................................................................... 132

5.2 Saran ..................................................................................................... 134

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 135

LAMPIRAN ................................................................................................... 138

Page 14: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Tinjauan Pustaka ....................................... 12

Tabel 3.1 Interpretasi Skala ................................................................................ 65

Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Kebutuhan Mahasiswa ............................................. 68

Tabel 3.3 Kisi-kisi Uji Validasi Produk oleh Ahli............................................... 68

Tabel 3.4 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru Bahasa Mandarin ...................... 69

Tabel 3.5 Check-list Dokumentasi ...................................................................... 69

Tabel 3.6 Aspek Validasi Desain Produk oleh Ahli ............................................ 73

Tabel 4.1 Hasil Dokumentasi Buku-buku tentang Seni Perang Tiongkok di

Indonesia ........................................................................................................... 76

Tabel 4.2 Hasil Analisis Kebutuhan Butir Pertanyaan Nomor 4 Angket Mahasiswa

.......................................................................................................................... 78

Tabel 4.3 Hasil Analisis Kebutuhan Butir Pertanyaan Nomor 1 Angket

Mahasiswa ......................................................................................................... 78

Tabel 4.4 Hasil Analisis Kebutuhan Butir Pertanyaan Nomor 2 Angket Mahasiswa

.......................................................................................................................... 79

Tabel 4.5 Hasil Analisis Kebutuhan Butir Pertanyaan Nomor 3 Angket

Mahasiswa ......................................................................................................... 79

Tabel 4.6 Hasil Analisis Kebutuhan Butir Pertanyaan Nomor 6 Angket Mahasiswa

.......................................................................................................................... 80

Tabel 4.7 Hasil Analisis Kebutuhan Butir Pertanyaan Nomor 7 Angket

Mahasiswa ......................................................................................................... 81

Tabel 4.8 Hasil Analisis Kebutuhan Butir Pertanyaan Nomor 5 Angket Mahasiswa

.......................................................................................................................... 82

Tabel 4.9 Hasil Analisis Kebutuhan Butir Pertanyaan Nomor 8 Angket

Mahasiswa ......................................................................................................... 82

Tabel 4.10 Hasil Analisis Kebutuhan Butir Pertanyaan Nomor 9 Angket

Mahasiswa ......................................................................................................... 83

Tabel 4.11 Hasil Analisis Kebutuhan Butir Pertanyaan Nomor 10 Angket

Mahasiswa ......................................................................................................... 84

Tabel 4.12 Hasil Analisis Kebutuhan Butir Pertanyaan Nomor 11 Angket

Mahasiswa ......................................................................................................... 84

Page 15: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

xv

Tabel 4.13 Hasil Analisis Kebutuhan Butir Pertanyaan Nomor 12 Angket

Mahasiswa ......................................................................................................... 85

Tabel 4.14 Hasil Analisis Kebutuhan Butir Pertanyaan Nomor 13 Angket

Mahasiswa ......................................................................................................... 86

Tabel 4.15 Hasil Analisis Kebutuhan Butir Pertanyaan Nomor 14 Angket

Mahasiswa ......................................................................................................... 86

Tabel 4.16 Hasil Analisis Kebutuhan Butir Pertanyaan Nomor 15 Angket

Mahasiswa ......................................................................................................... 87

Tabel 4.17 Hasil Analisis Kebutuhan Butir Pertanyaan Nomor 2 Wawancara Guru

Bahasa Mandarin ............................................................................................... 88

Tabel 4.18 Hasil Analisis Kebutuhan Butir Pertanyaan Nomor 1 Wawancara Guru

Bahasa Mandarin ............................................................................................... 89

Tabel 4.19 Hasil Analisis Kebutuhan Butir Pertanyaan Nomor 4 Wawancara Guru

Bahasa Mandarin ............................................................................................... 90

Tabel 4.20 Hasil Analisis Kebutuhan Butir Pertanyaan Nomor 5 Wawancara Guru

Bahasa Mandarin ............................................................................................... 91

Tabel 4.21 Hasil Analisis Kebutuhan Butir Pertanyaan Nomor 3 Wawancara Guru

Bahasa Mandarin ............................................................................................... 91

Tabel 4.22 Hasil Analisis Kebutuhan Butir Pertanyaan Nomor 6 Wawancara Guru

Bahasa Mandarin ............................................................................................... 93

Tabel 4.23 Hasil Analisis Kebutuhan Butir Pertanyaan Nomor 7 Wawancara Guru

Bahasa Mandarin ............................................................................................... 94

Tabel 4.24 Hasil Analisis Kebutuhan Butir Pertanyaan Nomor 8 Wawancara Guru

Bahasa Mandarin ............................................................................................... 94

Tabel 4.25 Hasil Analisis Kebutuhan Butir Pertanyaan Nomor 9 Wawancara Guru

Bahasa Mandarin ............................................................................................... 95

Tabel 4.26 Hasil Analisis Kebutuhan Butir Pertanyaan Nomor 10 Wawancara

Guru Bahasa Mandarin ...................................................................................... 96

Tabel 4.27 Hasil Analisis Kebutuhan Butir Pertanyaan Nomor 11 Wawancara

Guru Bahasa Mandarin ...................................................................................... 97

Tabel 4.28 Hasil Analisis Kebutuhan Butir Pertanyaan Nomor 12 Wawancara

Guru Bahasa Mandarin ...................................................................................... 98

Page 16: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

xvi

Tabel 4.29 Hasil Analisis Kebutuhan Butir Pertanyaan Nomor 13 Wawancara

Guru Bahasa Mandarin ...................................................................................... 98

Tabel 4.30 Hasil Cerita Sebelum dan Sesudah diterjemahkan ........................... 101

Tabel 4.31 Kategori Penilaian Cerita Terjemahan............................................. 110

Tabel 4.32 Hasil Validasi Ahli Aspek Pemilihan Kosakata............................... 111

Tabel 4.33 Hasil Validasi Ahli Aspek Penyusunan Kalimat Terjemahan .......... 113

Tabel 4.34 Hasil Validasi Ahli Aspek Penggunaan Gaya Bahasa ...................... 115

Tabel 4.35 Hasil Validasi Ahli Aspek Ilustrasi ................................................. 116

Tabel 4.36 Nilai Total Aspek Kelayakan Produk .............................................. 119

Tabel 4.37 Rekapitulasi Saran Perbaikan Cerita Terjemahan “Kepung Wei

Selamatkan Zhao” ............................................................................................ 120

Page 17: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode Research and Development

(R&D) oleh Sugiyono ........................................................................................ 55

Gambar 3.2 Langkah-langkah Penelitian ............................................................ 56

Gambar 3.3 Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data ....................... 71

Gambar 4.1 Cover Cerita Terjemahan .............................................................. 106

Gambar 4.2 Isi Cerita Halaman 1 ..................................................................... 107

Gambar 4.3 Isi Cerita Halaman 2 ..................................................................... 107

Gambar 4.4 Isi Cerita Halaman 3 ..................................................................... 107

Gambar 4.5 Isi Cerita Halaman 4 dan 5 ............................................................ 107

Gambar 4.6 Isi Cerita Halaman 6 .................................................................... 107

Gambar 4.7 Isi Cerita Halaman 7 dan 8 ............................................................ 107

Gambar 4.8 Isi Cerita Halaman 9 ..................................................................... 108

Gambar 4.9 Isi Cerita Halaman 10 ................................................................... 108

Gambar 4.10 Isi Cerita Halaman 11 ................................................................. 108

Gambar 4.11 Isi Cerita Halaman 12 ................................................................. 108

Gambar 4.12 Isi Cerita Halaman 13 dan 14 ...................................................... 108

Gambar 4.13 Isi Cerita Halaman 15 ................................................................. 109

Gambar 4.14 Isi Cerita Halaman 16 dan 17 ...................................................... 109

Gambar 4.15 Isi Cerita Halaman 18 dan 19 ...................................................... 109

Gambar 4.16 Cover Cerita Sebelum dan Sesudah Perbaikan ............................ 121

Gambar 4.17 Halaman Prolog Cerita ................................................................ 122

Gambar 4.18 Halaman Penokohan ................................................................... 123

Gambar 4.19 Cerita Halaman 1 Sebelum dan Sesudah Perbaikan .................... 123

Gambar 4.20 Cerita Halaman 2 Sebelum dan Sesudah Perbaikan ..................... 123

Gambar 4.21 Cerita Halaman 3 Sebelum dan Sesudah Perbaikan ..................... 124

Gambar 4.22 Cerita Halaman 4 dan 5 Sebelum dan Sesudah Perbaikan ........... 125

Page 18: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

xviii

Gambar 4.23 Cerita Halaman 6 Sebelum dan Sesudah Perbaikan ..................... 125

Gambar 4.24 Cerita Halaman 7 dan 8 Sebelum dan Sesudah Perbaikan ............ 126

Gambar 4.25 Cerita Halaman 9 Sebelum dan Sesudah Perbaikan .................... 127

Gambar 4.26 Cerita Halaman 10 Sebelum dan Sesudah Perbaikan ................... 127

Gambar 4.27 Cerita Halaman 11 Sebelum dan Sesudah Perbaikan ................... 128

Gambar 4.28 Cerita Halaman 12 Sebelum dan Sesudah Perbaikan .................. 128

Gambar 4.29 Cerita Halaman 13 dan 14 Sebelum dan Sesudah Perbaikan ........ 129

Gambar 4.30 Cerita Halaman 15 Sebelum dan Sesudah Perbaikan ................... 130

Gambar 4.31 Cerita Halaman 16 dan 17 Sebelum dan Sesudah Perbaikan ....... 130

Gambar 4.32 Cerita Halaman 18 dan 19 Sebelum dan Sesudah Perbaikan ........ 131

Page 19: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Check-list dokumentasi ................................................... 140

Lampiran 2 Lembar Angket Analisis Kebutuhan Mahasiswa............................ 141

Lampiran 3 Panduan Wawancara Guru Bahasa Mandarin ................................ 145

Lampiran 4 Lembar Angket Validasi Ahli ........................................................ 147

Lampiran 5 Daftar Nama Subjek Penelitian ..................................................... 171

Lampiran 6 Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian ........................... 172

Lampiran 7 SK Dosen Pembimbing ................................................................. 173

Lampiran 8 Sertifikat HSK 4 ............................................................................ 174

Lampiran 9 Sertifikat TOEFL .......................................................................... 175

Page 20: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 6 tahun 2000 tentang

“Pencabutan Instruksi Presiden nomor 14 tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan

dan adat istiadat Cina” merupakan peraturan yang memperbolehkan masyarakat

Tionghoa di Indonesia untuk kembali melaksanakan kepercayaan dan adat istiadat

mereka secara bebas. Dengan dikeluarkannya keputusan ini membuat budaya

masyarakat Tionghoa secara perlahan diterima oleh masyarakat Indonesia. Kondisi ini

membuat perubahan yang signifikan terhadap kebudayaan Tionghoa yang menjadi

semakin eksis di mata masyarakat non Tionghoa di Indonesia (Hanny,2014). Wujud

perkembangan kebudayaan masyarakat Tionghoa di Indonesia dapat dilihat pada

perkembangan bahasa Mandarin.

Bahasa Mandarin merupakan bahasa nasional negara Tiongkok, selain itu

bahasa Mandarin juga merupakan salah satu bahasa resmi PBB, serta tidak sedikit

negara yang menggunakan bahasa Mandarin sebagai bahasa nasional mereka seperti

Taiwan, Malaysia dan Singapura. Disisi lain saat ini di Indonesia tidak sedikit

perusahaan dan investor asing yang berasal dari Tiongkok. Sehingga menyebabkan

kebutuhan masyarakat akan bahasa Mandarin pada saat ini semakin meningkat. Hal

ini dapat dibuktikan dengan banyaknya Sekolah Menengah Atas di Indonesia yang

sudah memasukan bahasa Mandarin menjadi salah satu mata pelajaran, dan banyaknya

Page 21: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

2

Perguruan Tinggi telah yang memasukan bahasa Mandarin sebagai salah satu jurusan

ataupun program studi. Bahkan menurut data Wikipedia saat ini terdapat 15 Perguruan

Tinggi di Indonesia baik negeri maupun swasta yang memiliki program studi bahasa

Mandarin baik itu sastra maupun pendidikan. Hal tersebut menyebabkan

meningkatnya pelajar SMA dan mahasiswa di Indonesia yang mempelajari bahasa

Mandarin. Dalam mempelajari bahasa Mandarin, terdapat banyak hal yang diajarkan

kepada mereka sebagai pengetahuan umum seperti seni perang Tiongkok. Meskipun

seni perang Tiongkok memiliki nilai sejarah yang tinggi namun banyak pelajar SMA

dan mahasiswa yang kurang tertarik untuk mempelajarinya.

Tiongkok memiliki sejarah panjang dalam peperangannya, hingga banyak

karya militer klasik atau seni perang Tiongkok yang telah dituliskan seperti Seni

Perang Sima Rangju, 36 Strategi Sunzi, Seni Perang Wuzi, Seni Perang Sun Bin dan

lain-lain (Soebiono 2013:3-10).

Diantara karya-karya tentang seni perang tersebut tiga puluh enam strategi

Sunzi adalah salah satu seni perang Tiongkok yang sangat populer. Tiga puluh enam

strategi Sunzi terbagi menjadi enam bab yaitu bab satu (strategi untuk menang), bab

dua (strategi berhadapan dengan musuh), bab tiga (strategi penyerangan), bab empat

(strategi kekacauan), bab lima (stategi pendekatan), bab enam (strategi kalah).

(Soebiono 2013:604-615).

Setiap strategi perang tersebut berasal dari peristiwa dalam sejarah perang

Tiongkok, sehingga terdapat cerita sejarah dalam masing-masing strategi tersebut.

Beberapa cerita dari strategi tersebut sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia

Page 22: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

3

serta dituliskan dalam sebuah buku seperti cerita “Perdaya Langit untuk Melewati

Samudera” dan cerita “Kota Kosong”. Namun dalam penelusuran di baidu, peneliti

menemukan bahwa cerita berjudul “Kepung Wei Selamatkan Zhao” belum

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu peneliti memilih cerita

berjudul “Kepung Wei Selamatkan Zhao” ini untuk diteliti.

Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dibeberapa perpustakaan sekolah

dan toko buku menunjukan bahwa terdapat beberapa buku yang membahas tentang

seni perang Tiongkok seperti ; Seni Perang China oleh Yanuardi G Soebiono (2013),

Seni Berperang bingfa Sun Zi oleh James Trapp (2017), Kisah Tiga Kerajaan Samkok

oleh Kim, Woo II (2011), Siasat vs siasat Samkok oleh Andri Wang (2011). Buku Seni

Perang China oleh Yanuardi G Soebiono (2013), Kisah Tiga Kerajaan Samkok oleh

Kim, Woo II (2011), Siasat vs siasat Samkok oleh Andri Wang (2011) ditulis dengan

menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantarnya. Sedangkan pada buku

Seni Berperang bingfa Sun Zi oleh James Trapp (2017) ditulis dengan menggunakan

bahasa Indonesia dan bahasa Mandarin. Buku-buku tersebut merupakan hasil

terjemahan dari bahasa asal seni perang Tiongkok yaitu bahasa Mandarin yang

dialihbahasakan menjadi bahasa Indonesia dengan gaya penerjemahan yang berbeda-

beda. Selain itu, pada penulisannya para penulis menggunakan metode narasi dengan

disertai sedikit gambar bahkan terdapat buku tanpa disertai gambar, dengan penulisan

buku seni perang Tiongkok dalam bentuk narasi seperti ini banyak pelajar SMA dan

mahasiswa yang kurang tertarik untuk membaca buku-buku tersebut karena dinilai

terlalu membosankan.

Page 23: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

4

Berdasarkan penelusuran di baidu dan hasil observasi peneliti di beberapa toko

buku dan perpustakaan dapat diketahui bahwa (1) seni perang Tiongkok memiliki

memiliki nilai sejarah yang tinggi, namun banyak pelajar SMA dan mahasiswa yang

kurang tertarik mempelajarinya, (2) belum terdapat buku terjemahan cerita berjudul

“Kepung Wei Selamatkan Zhao” yang merupakan salah satu bagian dari seni perang

36 strategi Sunzi di Indonesia, (3) diperlukan suatu bacaan tentang seni perang

Tiongkok dengan penulisan yang berbeda, sehingga dapat menarik serta

mempermudah pelajar SMA dan mahasiswa dalam memahaminya.

Berdasarkan masalah tersebut, peneliti akan mengembangkan sebuah cerita

seni perang Tiongkok berjudul “Kepung Wei Selamatkan Zhao” yang akan

diterjemahkan dari bahasa Mandarin ke bahasa Indonesia serta dikemas secara

menarik dalam bentuk cerita bergambar dengan alasan (1) belum terdapat buku

terjemahan cerita seni perang Tiongkok berjudul “Kepung Wei Selamatkan Zhao”, (2)

cerita ditulis dalam bahasa Indonesia dengan tujuan agar pelajar SMA dan mahasiswa

dapat memahaminya dengan mudah, (3) cerita bergambar dipilih peneliti sebagai

alternatif penulisan cerita karena dianggap dapat menarik minat baca pelajar SMA dan

mahasiswa.

Page 24: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

5

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana analisis kebutuhan pelajar SMA dan mahasiswa terhadap

pengembangan cerita seni perang Tiongkok berbahasa Indonesia?

2. Bagaimana pengembangan cerita seni perang Tiongkok “Kepung Wei

Selamatkan Zhao” berbahasa Mandarin yang dialihbahasakan ke dalam Bahasa

Indonesia ?

3. Bagaimana validasi ahli tentang hasil pengembangan cerita seni perang

Tiongkok “Kepung Wei Selamatkan Zhao”?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis kebutuhan pelajar SMA dan mahasiswa terhadap cerita seni

perang Tiongkok berbahasa Indonesia.

2. Mengembangkan cerita seni perang Tiongkok “Kepung Wei Selamatkan

Zhao” berbahasa Mandarin dialihbahasakan ke dalam Bahasa Indonesia.

3. Mendiskripsikan validasi ahli tentang hasil pengembangan cerita seni

perang Tiongkok “Kepung Wei Selamatkan Zhao”.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Mahasiswa dapat menerapkan atau mengembangkan teori dan konsep

penelitian dan diharapkan nantinya dapat dipergunakan dalam penelitian –

penelitian selanjutnya.

Page 25: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

6

2. Secara Praktis

Buku hasil pengembangan cerita perang Tiongkok dari bahasa

Mandarin ke bahasa Indonesia ini memiliki manfaat dalam bidang pengetahuan

kebudayaan sekaligus sejarah. Dimana dapat menambah pengetahuan pembaca

mengenai seni perang Tiongkok.

Page 26: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggali informasi dari penelitian –

penelitian sebelumnya sebagai bahan perbandingan, baik mengenai kekurangan atau

kelebihan yang sudah ada. Selain itu, peneliti juga menggali informasi dari buku –

buku maupun skripsi dalam rangka mendapatkan suatu informasi yang ada

sebelumnya tentang teori yang berkaitan dengan judul yang digunakan untuk

memperoleh landasan teori ilmiah.

2.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai pengembangan cerita seni perang Tiongkok yang berjudul

“Kepung Wei Selamatkan Zhao” dari Bahasa Mandarin ke Bahasa Indonesia belum

pernah dilakukan . Kajian pustaka yang mendasari penelitian ini adalah hasil – hasil

penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. Penelitian yang

relevan dengan penelitian ini akan dikutip sebagai tinjauan pustaka adalah Wahyudi

(2018) , Rohana (2017), Husna (2017), Ruvianti (2007), Huang (2015).

Penelitian Wahyudi (2018) dalam skripsinya yang berjudul Pengembangan

Media “Chinese Writing Master” untuk Menulis Urutan Goresan Hanzi Berbasis

Tematik Mahasiswa Semester 1 Universitas Negeri Semarang menyatakan bahwa

terdapat tingginya kesulitan yang dihadapi mahasiswa dalam menulis hanzi sesuai

urutannya. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: 1) mahasiswa tidak

Page 27: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

8

terbiasa melihat dan menulis karakter hanzi, 2) banyaknya kesalahan penulisan

goresan, dan 3) kurangnya variasi media yang dapat menarik minat belajar mahasiswa.

Berdasarkan permasalahan tersebut penelitian Wahyudi berupaya mengembangkan

media pembelajaran untuk menulis urutan goresan hanzi menggunakan aplikasi

berbasis smartphone android yaitu aplikasi Chinese Writing Master.

Persamaan penelitian Wahyudi dengan penelitian ini yakni (a) merupakan

penelitian dengan metode Research and Development (b) mengembangkan media

untuk mempermudah mahasiswa dalam belajar bahasa Mandarin.

Perbedaan penelitian Wahyudi dengan penelitian ini yakni (a) penelitian

Wahyudi mengembangkan sebuah media belajar berbentuk aplikasi sedangkan

penelitian ini mengembangkan media berbentuk cergam (b) penelitian Wahyudi

bertujuan untuk memudahkan mahasiswa dalam mempelajari urutan goresan hanzi

sedangkan penelitian ini bertujuan untuk memudahkan mahasiswa dan pelajar untuk

mempelajari tentang seni perang Tiongkok.

Penelitian Rohana ( 2017 ) dalam jurnalnya yang berjudul Gaya Bahasa ,

Teknik Penerjemahan dan Kualitas Terjemahan dalam Dongeng Disney Dwibahasa

berjudul Cinderella : My Bedtime Story dan Tinkerbell and the great fairy rescue

menyatakan bahwa penerjemah mulai membidik kegiatan menerjemahkan berbagai

genre literatur anak, salah satunya adalah dongeng, meskipun teks dongeng anak

memiliki fitur bahasa yang sederhana akan tetapi proses penerjemahannya tidak bisa

dianggap sepele, suatu penerjemahan harus memperhatikan karakteristik dan

kemampuan kebahasaan anak sesuai usianya. Dengan latar belakang tersebut

Page 28: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

9

penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan gaya bahasa literatur anak bergenre

dongeng, teknik penerjemahan yang digunakan, dan kualitas terjemahan dongeng

tersebut. Hasil dari penelitian ini adalah analisis gaya bahasa, teknik penerjemahan dan

kualitas terjemahan suatu buku dongeng.

Persamaan penelitian Rohana dengan penelitian ini yakni (a) meneliti tentang

penerjemahan suatu cerita berbahasa asing (b) cerita yang diambil adalah cerita yang

berasal dari mancanegara.

Perbedaan penelitian Rohana dengan penelitian ini yakni (a) cerita yang

diangkat yaitu dongeng Disney Dwibahasa Cinderella sedangkan pada penelitian ini

adalah cerita Seni Perang Tiongkok (b) bahasa pada cerita yang diteliti adalah

berbahasa Inggris sedangkan pada peneletian ini cerita berbahasa Mandarin (c)

penelitian Rohana menganalisis suatu cerita terjemahan sedangkan penelitian ini

mengembangkan media dengan menerjemahkan cerita.

Penelitian Husna (2017) dalam skripsinya yang berjudul Pengembangan Buku

Bacaan Bahasa Arab (Ar-Ceriya) berbasis cerita rakyat di Kabupaten Demak untuk

Siswa Madrasah Aliyah menyatakan bahwa di beberapa perpustakaan sekolah

Madrasah Aliyah (MA) di Kabupaten Demak tidak terdapat buku bacaan terutama

buku bacaan berbahasa Arab. Pada pembelajaran bahasa Arab hanya terdapat buku

ajar bahasa Arab untuk siswa terbitan dari Kementrian Agama dan buku LKS. Husna

beranggapan bahwa tidak adanya buku bacaan berbahasa Arab menjadi salah satu

faktor rendahnya minat baca anak terhadap buku berbahasa Arab. Dengan kondisi ini

peneliti ingin meningkatkan minat baca anak terhadap buku berbahasa Arab dengan

Page 29: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

10

cara mengembangkan buku bacaan Arab yang mencerminkan kebudayaan Indonesia

berupa cerita rakyat. Buku Ar-Ceriya yang dihasilkan oleh peneliti ini mengisahkan

cerita rakyat yang terdapat di Kabupaten Demak.

Persamaan penelitian Husna dengan penelitian ini yaitu (a) menggunakan

pendekatan atau metode research and development (R&D), (b) penelitian berhubungan

dengan buku cerita berbahasa Asing (c) meneliti tentang pengembangan buku cerita

untuk meningkatkan minat baca.

Perbedaan penelitian Husna dengan penelitian ini yaitu (a) jenis cerita yang

kembangkan adalah cerita rakyat sedangkan pada penelitian ini adalah cerita pendek

(b) bahasa yang digunakan pada buku hasil pengembangan adalah berbahasa Arab

sedangkan hasil pengembangan penelitian ini adalah berbahasa Indonesia (c) sasaran

pengembangan buku cerita adalah siswa Madrasah Aliyah di Kabupaten Demak

sedangkan sasaran penelitian ini adalah semua kalangan.

Penelitian Ruvianti (2007) dalam skripsinya yang berjudul Penerjemahan Kata

Comme dalam teks bahasa Prancis ke bahasa Indonesia : Fungsi dan maknanya

menyatakan bahwa dalam usaha mencari kesepadanan pesan dari bahasa Prancis ke

dalam bahasa Indonesia seorang penerjemah seringkali mengalami berbagai kesulitan.

Hal itu pun terjadi karena adanya perbedaan diantara kedua bahasa tersebut. Bahasa

Prancis dan bahasa Indonesia merupakan dua bahasa yang sangat berbeda susunan dan

strukturnya, sehingga dijumpai kesulitan pula ketika menerjemahkan kata tertentu

yang mempunyai banyak makna. Contohnya adalah kata Comme yang dapat berarti

Page 30: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

11

sebagai jenis konjungsi, adverbial dan keistimewaannya sering digunakan majas dan

peribahasa bahasa Prancis. Dengan latar belakang ini Ruvianti melakukan penelitian

dengan tujuan untuk mendeskripsikan fungsi dan makna comme pada teks bahasa

Prancis.

Persamaan penelitian Ruvianti (2007) dengan penelitian ini yaitu (a) meneliti

tentang penerjemahan dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia.

Perbedaan penelitian Ruvianti (2007) dengan penelitian ini yaitu (a) bahasa

asing yang diteliti penerjemahaannya adalah bahasa Prancis sedangkan penelitian ini

meneliti penerjemahan pada bahasa Mandarin (b) objek yang diteliti adalah fungsi dan

makna suatu kata sedangkan objek penelitian ini adalah cerita pendek (c) sasaran

penelitian adalah penerjemah dan mahasiswa yang mempelajari bahasa Prancis

sedangkan sasaran penelitian ini adalah semua kalangan.

Penelitian Huang (2015) dalam jurnalnya yang berjudul Strategies for

Translating Household Appliance Instructions from Chinese to English menyatakan

bahwa terjemahan dari instruksi alat rumah tangga dari bahasa Mandarin ke bahasa

Inggris adalah bidang baru yang tidak terdapat suatu penelitian yang membahasnya,

selain itu penerjemahan pada bidang ini masih memiliki banyak kekurangan. Dengan

latarbelakang tersebut Huang membuat penelitian yang bertujuan untuk membahasa

dan mempelajari strategi penerjemahan pada instruksi alat rumah tangga dari bahasa

Mandarin ke bahasa Inggris dengan mempertimbangkan pilihan dan penggunaan kata-

kata, kalimat dan kebiasaan bahasa sesuai dengan teori dan prinsip terjemahan.

Page 31: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

12

Persamaan penelitian Huang dengan penelitian ini yakni (a) meneliti

penerjemahan dari bahasa Mandarin ke dalam bahasa negara lain.

Perbedaan penelitian Huang dengan penelitian ini yakni (a) penelitian Huang

menganalisis strategi yang diterapkan dalam menerjemahkan instruksi alat rumah

tangga berbahasa Mandarin sedangkan penelitian ini mengembangkan cerita

berbahasa Mandarin dengan menerjemahkannya.

Tabel berikut merupakan rekapitulasi penelitian-penelitian terdahulu.

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Tinjauan Pustaka

No Peneliti Judul Persamaan Perbedaan

1. Wahyudi

(2018)

Pengembangan

Media “Chinese

Writing Master”

untuk Menulis

Urutan Goresan

Hanzi Berbasis

Tematik

Mahasiswa

Semester 1

Universitas

Negeri Semarang

(a) menggunakan

pendekatan atau

metode research and

development

(R&D) , (b) subjek

penelitian adalah

mahasiswa

(a) media yang

dikembangkan yaitu

aplikasi, sedangkan

penelitian ini yaitu

cerita, (b) materi yang

diteliti yaitu tentang

goresan hanzi

sedangkan penelitian

ini yaitu seni perang

Tiongkok.

2. Rohana (2017) Gaya Bahasa ,

Teknik

Penerjemahan

dan Kualitas

Terjemahan

dalam Dongeng

Disney

Dwibahasa

berjudul

(a) meneliti tentang

penerjemahan suatu

cerita berbahasa

asing (b) cerita yang

diambil adalah cerita

yang berasal dari

mancanegara.

(a) cerita yang diangkat

yaitu dongeng Disney

Dwibahasa Cinderella

sedangkan pada

penelitian ini adalah

cerita Seni Perang

Tiongkok (b) bahasa

pada cerita yang diteliti

adalah berbahasa

Page 32: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

13

Cinderella : My

Bedtime Story

dan Tinkerbell

and the great

fairy rescue

Inggris sedangkan pada

peneletian ini cerita

berbahasa Mandarin (c)

menganalisis suatu

cerita terjemahan

sedangkan penelitian

ini mengembangkan

media dengan

menerjemahkan cerita

3. Husna (2017) Pengembangan

Buku Bacaan

Bahasa Arab (Ar-

Ceriya) berbasis

cerita rakyat di

Kabupaten

Demak untuk

Siswa Madrasah

Aliyah

(a) menggunakan

pendekatan atau

metode research and

development

(R&D), (b)

penelitian

berhubungan dengan

buku cerita

berbahasa Asing (c)

meneliti tentang

pengembangan buku

cerita untuk

meningkatkan minat

baca suatu sasaran

penelitian.

(a) jenis cerita yang

kembangkan adalah

cerita rakyat sedangkan

pada penelitian ini

adalah cerita pendek (b)

bahasa yang digunakan

pada buku hasil

pengembangan adalah

berbahasa Arab

sedangkan hasil

pengembangan

penelitian ini adalah

berbahasa Indonesia (c)

sasaran pengembangan

buku cerita adalah

siswa Madrasah Aliyah

di Kabupaten Demak

sedangkan sasaran

penelitian ini adalah

semua kalangan.

4. Ruvianti

(2007)

Penerjemahan

Kata Comme

dalam teks

bahasa Prancis

ke bahasa

Indonesia :

Fungsi dan

maknanya

(a) meneliti tentang

penerjemahan dari

bahasa asing ke

dalam bahasa

Indonesia.

(a) bahasa asing yang

diteliti

penerjemahaannya

adalah bahasa Prancis

sedangkan penelitian

ini meneliti

penerjemahan pada

bahasa Mandarin (b)

objek yang diteliti

adalah fungsi dan

makna suatu kata

sedangkan objek

penelitian ini adalah

Page 33: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

14

cerita pendek (c)

sasaran penelitian

adalah penerjemah dan

mahasiswa yang

mempelajari bahasa

Prancis sedangkan

sasaran penelitian ini

adalah semua kalangan.

5. Huang (2015) (a) meneliti

penerjemahan dari

bahasa Mandarin ke

dalam bahasa negara

lain.

(a) menganalisis

strategi yang diterapkan

dalam menerjemahkan

instruksi alat rumah

tangga berbahasa

Mandarin sedangkan

penelitian ini

mengembangkan cerita

berbahasa Mandarin

dengan

menerjemahkannya.

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, terbukti bahwa penelitian ini berbeda

sekaligus penelitian baru yang tidak sama dengan penelitian yang dilakukan

sebelumnya. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan cerita pendek tentang

seni perang Tiongkok yang diterjemahkan dari bahasa Mandarin ke bahasa Indonesia

dan didesain sedemikian rupa sehingga menarik dan mudah dipahami oleh semua

kalangan.

Page 34: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

15

2.2 Landasan Teoretis

Peneliti mengambil beberapa teori untuk penelitian mengenai pengembangan

cerita seni perang Tiongkok yang berjudul “Mengepung Wei untuk Menyelamatkan

Zhao” dari Bahasa Mandarin ke Bahasa Indonesia. Landasan teori yang mendasari

penelitian ini adalah teori – teori yang relevan dengan penelitian ini . Teori – teori

tersebut adalah mengenai cerita bergambar, ilustrasi, penerjemahan, gaya bahasa,

ketepatan dan kesesuaian diksi dan seni perang Sunzi dan 36 strategi.

2.2.1 Cerita Bergambar

a. Cerita

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia cerita adalah karangan yang

menuturkan perbuatan, pengalaman atau penderitaan orang, bagaimana terjadinya

suatu peristiwa atau kejadian, baik yang sungguh-sungguh terjadi (fiksi) maupun yang

hanya rekaan belaka (nonfiksi). Terdapat macam-macam cerita berdasarkan isi cerita,

antara lain:

(a) Cerita mengenai hewan, adalah cerita yang bertokoh utamakan

hewan/binatang atau benda-benda mati. Hewan-hewan tersebut diceritakan

bisa berjalan, berpakaian dan berkelakuan layaknya manusia.

Page 35: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

16

(b) Cerita kehidupan sehari-hari atau nyata, menampilkan tokoh-tokoh simpatis

yang menimbulkan empati dari anak-anak. Topik yang bisa diangkat seperti

cerita sejarah, cinta dan persahabatan.

(c) Cerita petualangan fantasi, adalah gabungan dari realita dan imajinasi. Kesan

petualangan seakan dimasukkan dalam kehidupan sehari-hari, segalanya bisa

terjadi, suatu permainan bisa menjadi nyata, atau sebuah perahu yang

membawa anak ke suatu pulau impian.

(d) Cerita tradisional, meliputi cerita rakyat, mitos, legenda, cerita tentang

monster, dan fabel. Cerita ini menampilkan pola-pola bercerita, kaya akan

bahasa, dan elemen-elemen fantasi. Setting bisa cerita nyata maupun fiksi.

Adapun bentuk-bentuk penyajian cerita sebagai berikut:

(a) Kartu cerita

Kartu cerita adalah sebuah cerita yang berbentuk teks yang berisi catatan

singkat dari bagian-bagian cerita secara beruntun, sebagai bahan bercerita.

Adapun bentuk cerita ini disajikan dalam bentuk kartu

(b) Gambar seri

Gambar seri adalah kumpulan beberapa gambar dimana ringkasan cerita

dituliskan pada kertas tersendiri sebagai bahan bercerita. Cerita ini tidak

berbentuk buku akan tetapi hanya berbentuk lembaran kertas yang saling

berkaitan.

Page 36: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

17

(c) Buku cerita bergambar

Buku cerita bergambar adalah sebuah cerita berbentuk buku dimana terdapat

gambar sebagai perwakilan cerita yang saling berkaitan. Selain ada gambar

dalam buku cerita tersebut juga terdapat tulisan yang mewakili cerita yang

ditampilkan oleh gambar diatasnya.

b. Cerita Bergambar

Cerita bergambar merupakan sebuah kesatuan cerita disertai dengan gambar-

gambar yang berfungsi sebagai penghias dan pendukung cerita yang dapat membantu

proses pemahaman terhadap isi cerita tersebut. Menurut wikipedia the free

encyclopedia dalam Evantina (2011) cerita bergambar adalah suatu bentuk seni yang

menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga

membentuk jalinan cerita.

Cerita bergambar merupakan media yang unik, karena menggabungkan teks dan

gambar dalam bentuk yang kreatif, juga media yang sanggup menarik perhatian dari

segala usia karena memiliki kelebihan yaitu mudah dipahami. Cerita bergambar

dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

(a) Cerita bergambar dengan kata-kata, merupakan jenis yang paling umum.

Cerita yang umumnya ditemukan adalah cerita pendek yang dihiasi dengan

gambar sebagai ilustrasi pada beberapa bagian dari cerita tetapi tidak

menggambarkan cerita secara keseluruhan.

(b) Cerita bergambar tanpa kata-kata, yakni cerita yang hanya berupa gambar

tetapi memiliki urutan kegiatan yang jelas. Cerita bergambar ini tidak

Page 37: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

18

memiliki balon dialog dalam bentuk teks tetapi berupa gambar atau bahkan

tidak ada sama sekali.

Cerita bergambar merupakan media komunikasi yang memiliki fungsi

diantaranya adalah untuk pendidikan, untuk advertising, maupun untuk sarana hiburan.

Sebagaimana dijelaskan sebagai berikut ini:

(a) Untuk informasi pendidikan

Baik cerita maupun desainnya dirancang khusus untuk menyampaikan

pesan-pesan pendidikan. Inti pesan harus dapat diterima dengan jelas.

(b) Sebagai media advertising

Maskot suatu produk dapat dijadikan tokoh uatama dengan sifat-sifat

yang sesuai dengan citra yang diinginkan produk tersebut. Sementara

pembaca membaca cergam, pesan-pesan produk dapat tersampaikan.

(c) Untuk sarana hiburan

Merupakan hal yang paling umum dibaca anak-anak maupun remaja dan

dewasa. Bahkan sebagai hiburan sekalipun. Cerita bergambar dapat

memiliki muatan yang baik. Nilai-nilai seperti kesetiakawanan,

persahabatan, dan pantang menyerah dapat digambarkan secara dramatis

dan menggugah hati.

Page 38: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

19

2.2.2 Ilustrasi

Ilustrasi berasal dari kata illusion adalah bentuk pengandaian yang terbentuk

dalam pikiran manusia akibat banyak sebab. Ilustrasi dapat tumbuh sebagai suatu

ekspetasi dari ketidakmungkinan dan tak berbeda jauh dengan angan-angan, bersifat

maya atau virtual. Ilustrasi dapat hadir dalam berbagai diverikasi. Bisa melalui lewat

tulisan, gambar maupun bunyi (Fariz,2009:14)

Ilustrasi merupakan elemen yang dirasakan paling penting sebagai daya tarik

dalam sebuah cerita. Ilustrasi akan membantu pembaca untuk berimajinasi sewaktu

membaca cerita, sehingga diharapkan agar pembaca seperti tidak merasa sedang

membaca sebuah cerita sejarah peperang. Kata ilustrasi jika dilihat dari bahasa Inggris

illustration, memiliki arti gambar, foto, atau lukisan. Gambar ilustrasi adalah gambar

yang menceritakan atau memberikan penjelasan pada cerita atau naskah tertulis.

Ilustrasi dalam perkembangan secara lebih lanjut ternyata tidak hanya berguna sebagai

sarana pendukung cerita, tetapi juga menghiasi ruang kosong. Misalnya dalam majalah,

koran, tabloid, dan lain-lain. Ilustrasi bisa berbentuk macam-macam, seperti karya seni

sketsa, lukis, grafis, karikatural, dan akhir-akhir ini bahkan banyak dipakai image

bitmap hingga karya foto (Soedarso, 2014:566).

Berikut ini adalah tujuan penggunaan ilustrasi :

a. Ilustrasi digunakan untuk memperjelas pesan atau informasi yang disampaikan.

b. Ilustrasi dimaksudkan untuk memberi variasi pada bacaan sehingga menjadi lebih

menarik, memotivasi, komunikatif, dan lebih memudahkan pembaca untuk memahami

pesan.

Page 39: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

20

c. Ilustrasi tersebut memudahkan pembaca untuk mengingat konsep atau gagasan yang

disampaikan melalui ilustrasi (Arifin dan Kusrianto, 2009:70)

Menurut Putra dan Lakoro (2012:2) ilustrasi pada sebuah buku bertujuan untuk

menerangkan atau menghiasi suatu cerita, tulisan, puisi, atau informasi tertulis lainnya.

Diharapkan dengan bantuan visual, tulisan tersebut mudah untuk dipahami.

Menurut Soedarso (2014:566) berdasarkan penampilannya, gambar ilustrasi

memiliki berbagai jenis, yaitu :

a. Gambar Ilustrasi Naturalis yaitu gambar yang memiliki bentuk dan warna yang sama

dengan kenyataan (realis) yang ada di alam tanpa adanya pengurangan atau

penambahan.

b. Gambar Ilustrasi Dekoratif adalah gambar yang berfungsi untuk menghiasi sesuatu

dengan bentuk yang disederhanakan atau dilebih-lebihkan (dibuat gaya tertentu

sebagai style).

c. Gambar Kartun adalah gambar yang memiliki bentuk-bentuk yang lucu atau

memiliki ciri khas tertentu. Biasanya gambar kartun banyak menghiasi majalah anak-

anak , komik, dan cerita bergambar.

a. Gambar Karikatur adalah gambar kritikan atau sindiran yang dalam

penggambarannya telah mengalami penyimpanan bentuk proporsi tubuh. Gambar ini

banyak ditemukan dimajalah atau koran.

b. Cerita Bergambar (Cergam) adalah sejenis komik atau gambar yang diberi teks.

Teknik menggambar cergam dibuat berdasarkan cerita dengan berbagai sudut pandang

penggambaran yang menarik.

Page 40: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

21

c. Ilustrasi buku pelajaran mempunyai fungsi untuk menerangkan teks atau suatu

keterangan peristiwa baik ilmiah maupun gambar bagian. Bentuknya bisa berupa foto,

gambar natural, juga bisa berbentuk bagian.

d. Ilustrasi khayalan adalah gambar hasil pengolahan daya cipta secara imajinatif

(khayal). Cara penggambaran seperti ini banyak ditemukan pada ilustrasi cerita, novel,

roman, dan komik.

Dilihat dari berbagai jenis ilustrasi yang dosebutkan, maka penelitian ini

termasuk menggunakan ilustrasi khayalan yang bertujuan untuk menerangkan

mengenai cerita seni perang Tiongkok.

Arifin dan Kusrianto (2009:70-71) mengemukakan beberapa fungsi ilustrasi,

yaitu :

1. Fungsi Deskriptif, fungsi deskriptif dari ilustrasi adalah menggantikan uraian

tentang sesuatu secara verbal dan naratif dengan menggunakan kalimat panjang.

Dengan ilustrasi dapat dimanfaatkan untuk melukiskan sehingga lebih cepat dan lebih

mudah dipahami.

2. Fungsi Ekspresif, ilustrasi bisa memperlihatkan dan menyatakan sesuatu gagasan,

maksud, perasaan, situasi, atau konsep yang abstrak menjadi nyata secara tepat dan

mengena sehingga mudah dipahami.

3. Fungsi Analitis atau Struktur, ilustrasi dapat menunjukkan rincian bagian demi

bagian dari suatu benda atau sistem atau proses secara detail, sehingga lebih mudah

untuk dipahami

Page 41: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

22

4. Fungsi Kualitatif, ilustrasi yang biasa digunakan antara lain daftar atau tabel, grafik,

kartun, foto, gambar, sketsa, skema dan symbol.

2.2.3 Penerjemahan

Kata penerjemahan berasal dari bahasa Arab yaitu Tarjammah yang berarti

mengubah suatu bahasa ke bahasa lain. Sedangkan di dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2007), terjemahan / menerjemahkan berarti menyalin / memindahkan suatu

bahasa ke bahasa lain atau mengalihbahasakan.

Sedangkan menurut Sudarno (2011) penerjemahan berarti mengubah teks

bahasa sumber ke dalam teks bahasa sasaran dengan mempertimbangkan makna kedua

bahasa sehingga diusahakan semirip-miripnya. Selain itu penerjemahan harus

mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa sasaran.

Penerjemahan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Menurut Lado

(1975: 261-262) penerjemahan tidak hanya digunakan untuk tujuan formal, namun

penerjemahan juga digunakan untuk tujuan informal. Oleh sebab itu, penerjemahan

dapat terjadi dalam dua bidang yaitu bidang faktual dalam ranah penerjemahan formal

dan bidang sastra (literary) dalam ranah penerjemahan informal. Penerjemahan faktual

dalam ranah formal adalah penerjamahan yang ditujukan untuk mencapai informasi

yang presisi, seperti dalam buku, surat, majalah dan penggunaan formal lainnya.

Sedangkan penerjemahan informal dalam ranah sastra meliputi penerjemahan

berbagai karya sastra, seperti puisi, drama, opera dan penggunaan informal lainnya.

Page 42: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

23

Larson (dalam Nadar, 2007: 11) membagi penerjemahan ke dalam penerjemahan

berbasis bentuk (form-based translation) dan penerjemahan berbasis makna (meaning-

based translation). Contoh penerjemahan berbasis bentuk adalah penerjemahan literal,

sedangkan penerjemahan idiomatis merupakan contoh penerjemahan berbasis makna.

Penerjemahan literal adalah penerjemahan kata per kata (word to word translation).

Newmark (1988: 45-47) mengklasifikasikan penerjemahan menjadi delapan

macam, yaitu:

1. Word for Word Translation (penerjemahan kata per kata), dalam penerjemahan

word for word translation, susunan kata (word-order) bahasa sumber (Bsu)

dipertahankan dan kata-kata dalam Bsu diterjemahkan satu per satu sesuai dengan

makna umum, dan tidak mempertimbangkan konteks.

2. Literal Translation (penerjemahan literal), dalam penerjemahan ini, konstruksi

gramatikal bahasa sumber (Bsu) dialihkan ke dalam konstruksi gramatikal bahasa

sasaran (Bsa) yang paling mendekati, namun kata-kata leksikalnya masih

diterjemahkan secara tunggal, di luar konteks.

3. Faithful Translation (penerjemahan setia), dalam terjemahan jenis ini, makna

kontekstual dialihkan dari Bsu ke dalam Bsa, meskipun dalam keterbatasan struktur

gramatikal Bsa. Katakata kultural ditransfer dan tingkat ketidaknormalan‘ gramatikal

dan leksikal tetap terjadi.

Page 43: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

24

4. Semantic Translation (penerjemahan semantis), terjemahan jenis ini lebih

mengedepankan nilai-nilai keindahan dari Bsu. Penerjemahan model ini lebih fleksibel

dengan memberikan ruang bagi kreativitas dan intuisi penerjemahnya.

5. Adaptation Translation (penerjemahan (dengan) adaptasi), terjemahan jenis ini

merupakan bentuk terjemahan yang “paling bebas‘ yang lazimnya digunakan dalam

drama dan puisi.

6. Free Translation (penerjemahan bebas), dalam penerjemahan jenis ini, pesan

atau amanat diproduksi ulang, tanpa memperhatikan bentuk dalam bahasa sumbernya.

Dengan kata lain, dalam penerjemahan jenis ini, ---isi‘ diterjemahkan tanpa mengikuti

--- bentuk‘ sebagaimana dalam Bsu.

7. Idiomatic Translation (penerjemahan idiomatik), dalam penerjemahan jenis ini

pesan atau amanat diproduksi ulang dalam Bsa namun terdapat tendensi distorsi

nuansa makna, karena penggunaan idiom yang sebenarnya tidak ada pada Bsu.

8. Communicative Translation (penerjemahan komunikatif), dalam penerjemahan

jenis ini, makna kontekstual Bsu dialihkan sedemikian rupa sehingga pesan dan

bahasanya dapat diterima dan dapat dipahami oleh pembaca yang menjadi target

penerjemahan tersebut.

Metode atau teknik merupakan bagian dari proses penerjemahan yakni pilihan

global yang berdampak pada keseluruhan teks sasaran, dan teknik penerjemahan yang

menggambarkan hasil terjemahan hanya berdampak pada unit-unit kecil teks.

Penerjemah idealnya adalah orang yang menguasai kedua bahasa yang dimediasinya.

Tentu dia tidak akan memaksakan aturan bahasa sumber kedalam bahasa sasaran agar

Page 44: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

25

terjemahannya bisa dipahami oleh pembaca sasaran. Sementara, teknik yang berkaitan

dengan teks adalah opsi-opsi yang dipilih oleh penerjemah karena misalnya jarak

antara teks dengan pembaca sasaran, sehingga ia harus memilih teknik penerjemahan

tertentu agar pembaca bisa memahami teks sasaran. Molina dan Hurtado Albir (2002)

mengungkapkan teknik-teknik penerjemahan sebagai berikut:

1. Adaptasi (adaptation) adalah teknik penerjemahan yang mengantikan elemen

teks sumber dengan elemen yang diterima dan dikenal dalam teks sasaran contohnya:

as white as snow dengan seputih kapas.

2. Amplifikasi (Amplification) adalah teknik untuk memerikan rincian-rincian

yang tidak diformulasikan dalam Tsu yakni paraphrase eksplikatif atau eksplisitasi,

contohnya marhusip (Batak) menjadi lamaran tradisi Batak.

3. Peminjaman (Borrowing) adalah teknik mengambil sebuah kata atau ekspresi

secara langsung dari Bsu. Peminjaman langsung ini disebut peminjaman murni,

sedangkan peminjaman yang menggunakan sistem fonetik dan morfologis Bsa adalah

teknik seperti peminjaman ternaturalisasi milik Newmark.

4. Kalke. (Calque): adalah teknik penerjemahan harfiah sebuah kata atau frase BSu

secara langsung kedalam BSa seperti weekend (B. Inggris) menjadi akhir pekan (B.

Indonesia).

5. Kompensasi (Compensation). sebuah informasi atau stilistik Tsu yang tidak bisa

dialihkan kedalam Tsa dengan posisi atau satuan yang sama, melainkan ditampilkan

di tempat lain dan satuan lainnya dalam Tsa.

Page 45: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

26

6. Deskripsi (Description) adalah teknik untuk menggantikan sebuah istilah atau

ekspresi dengan deskripsi bentuk dan fungsinya seperti Jambar (Batak) dialihkan

menjadi daging yang diberikan sebagai penghormatan kepada anggota keluarga jauh

maupun dekat.

7. Kreasi Diskursif (Discursive creation) adalah teknik untuk menampilkan

kesepadanan sementara yang tidak terduga atau keluar dari konteks misalnya judul

buku.

8. Kesepadanan Lazim (Established equivalent) adalah teknik untuk

menggunakan istilah atau ekspresi yang sudah lazim (berdasarkan kamus atau

penggunaan sehari-hari).

9. Generalisasi (Generalization) adalah teknik untuk menggunakan istilah yang

lebih umum atau netral, dan kebalikan dari partikularisasi.

10. Amplifikasi Linguistik (Linguistic Amplification) adalah teknik untuk

menambahkan elemen-elemen linguistik. Teknik ini adalah kebalikan dari teknik

kompresi linguistic.

11. Kompresi Linguistik (Linguistic compression) adalah teknik untuk mensinteisi

elemen-elemen linguistik Bsu di dalam Bsa.

12. Terjemahan Harafiah (Literal translation) adalah teknik untuk mengalihkan

sebuah kata atau ekspresi kata demi kata. Penerjemahan harafiah ini sama dengan

kesepadanan formal milik Nida.

13. Modulasi (Modulation) adalah teknik terjemahan yang mengalami perubahan

sudut pandang.

Page 46: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

27

14. Partikularisasi (Particularization) adalah teknik untuk menggunakan istilah

yang lebih khusus dan konkrit.

15. Reduksi (Reduction) adalah teknik memadatkan fitur informasi Tsu di dalam

teks sumber, contoh: the month of fasting menjadi Ramadan.

16. Substitusi (Substitution) adalah teknik menggantikan elemen-elemen linguistik

menjadi paralinguistic atau sebaliknya; teknik ini juga seperti ilustrasi milik Baker

(1992)

17. Transposisi (Transposition) adalah teknik untuk mengganti kategori gramatika.

18. Variasi (Variation). Adalah teknik mengganti elemen linguistik atau

paralinguistik yang mempengaruhi aspek variasi lingusitik atau seperti perubahan

dilaek.

2.2.4 Gaya Bahasa

Menurut Albertine (2005:51) gaya bahasa adalah bahasa yang bermula dari

bahasa yang biasa digunakan dalam gaya tradisional dan literal untuk menjelaskan

orang atau objek. Dengan menggunakan gaya bahasa, pemaparan imajinatif menjadi

lebih segar dan berkesan. Gaya bahasa mencakup: arti kata, citra, perumpamaan, serta

simbol dan alegori.

Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style.

Kata style diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada

lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya

tulisan pada lempengan tadi. Kelak pada waktu penekanan dititikberatkan pada

Page 47: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

28

keahlian untuk menulis indah, maka style lalu berubah menjadi kemampuan dan

keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah. Karena

perkembangan itu, gaya bahasa atau style menjadi masalah atau bagian dari diksi atau

pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa atau klausa

tertentu untuk menghadapi situasi tertentu. (Gorys Keraf 2008:112)

Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur yang disebut

sendi gaya bahasa sebagai berikut :

A. Kejujuran, kejujuran dalam bahasa berarti kita mengikuti aturan-aturan, kaidah-

kaidah yang baik dan benar dalam berbahasa. Pemakaian kata-kata yang kabur dan

tak terarah, serta penggunaan kalimat yang berbelit-belit, adalah jalan untuk

mengundang ketidakjujuran. Bahasa adalah alat untuk kita bertemu dan bergaul.

Sebab itu, ia harus digunakan pula secara tepat dengan memperhatikan sendi

kejujuran.

B. Sopan-santun, yaitu memberikan kejelasan dan kesingkatan. Menyampaikan

sesuatu secara jelas berarti tidak membuat pembaca atau pendengar memeras

keringat untuk mencari tahu apa yang ditulis atau dikatakan. Sedangkan

kesingkatan sering jauh lebih efektif daripada jalinan yang berliku-liku.

Kesingkatan dapat dicapai melalui usaha untuk mempergunakan kata-kata secara

efisien, meniadakan penggunaan dua kata atau lebih yang bersinonim secara

longgar.

Page 48: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

29

C. Menarik , sebuah gaya bahasa harus pula menarik. Gaya bahasa yang menarik

dapat diukur melalui beberapa komponen berikut : variasi, humor yang sehat,

pengertian yang baik, tenaga hidup (vitalitas), dan penuh daya khayal (imajinasi).

Dari segi bahasa Gorys Keraf membagi gaya bahasa menjadi beberapa jenis.

Berikut ini adalah jenis-jenis gaya bahasa menurut Gorys Keraf :

A. Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata

Dalam bahasa standar (bahasa baku) dapatlah dibedakan: gaya bahasa resmi

(bukan bahasa resmi), gaya bahasa tak resmi dan gaya bahasa percakapan.

1. Gaya Bahasa Resmi, gaya bahasa resmi adalah gaya dalam bentuknya yang lengkap,

gaya yang dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang

dipergunakan oleh mereka yang diharapkan mempergunakannya dengan baik dan

terpelihara. Sebab itu, gaya bahasa resmi pertama-tama adalah bahasa dengan gaya

tulisan dalam tingkat tertinggi, walaupun sering dipergunakan juga dalam pidato-

pidato umum yang bersifat seremonial.

2. Gaya Bahasa Tak Resmi, gaya bahasa tak resmi juga merupakan gaya bahasa yang

dipergunakan dalam bahasa standar, khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang

tidak formal atau kurang formal. Gaya ini biasanya dipergunakan dalam karya-karya

tulis, buku pegangan, artikel-artikel mingguan atau bulanan yang baik, dalam

perkuliahan, editorial, dan sebagainya.

Page 49: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

30

3. Gaya Bahasa Percakapan, dalam gaya bahasa ini, pilihan katanya adalah kata-kata

popular dan kata-kata percakapan. Namun di sini harus ditambahkan segi-segi

morfologis dan sintaksis, yang secara bersama-sama membentuk gaya bahasa

percakapan ini.

B. Gaya Bahasa Bedasarkan Nada

Gaya bahasa dilihat dari segi nada yang terkandung dalam sebuah wacana,

dibagi atas: gaya yang sederhana, gaya mulia dan bertenaga, serta gaya menengah.

1. Gaya sederhana, gaya ini biasanya cocok untuk member intruksi, perintah, pelajaran,

perkuliahan, dan sejenisnya. Sebab itu untuk mempergunakan gaya ini secara efektif,

penulis harus memiliki kepandaian dan pengetahuan yang cukup.

2. Gaya Mulya dan Bertenaga, gaya ini penuh dengan vitalitas dan biasanya

dipergunakan untuk menggerakan sesuatu. Menggerakan sesuatu tidak saja dengan

mempergunakan tenaga pembicara, tetapi juga dapat mempergunakan nada keagungan

dan kemuliaan. Nada yang agung dan mulia akan sanggup pula menggerakan emosi

pendengar.

3. Gaya Menengah, gaya menengah adalah gaya yang diarahkan kepada usaha untuk

menimbulkan suasana senang dan damai, karena tujuannya adalah menciptakan

suasana senang dan damai, maka nadanya juga bersifat lemah-lembut, penuh kasih

saying, dan mengandung humor yang sehat.

C. Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat

Page 50: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

31

Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat terdiri dari gaya bahasa klimaks,

antiklimaks, paralelisme, antithesis, dan repetisi. Repetisi terbagi lagi menjadi

beberapa gaya yaitu epizeukis, tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodiplosis,

epanalipsisi, dan anadiplosis.

1. Klimaks, klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan

pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan

sebelumnya. Contoh sebagai berikut: (a) Dalam dunia perguruan tinggi yang

dicengkram rasa takut dan rasa rendah diri, tidak dapat diharapkan pembaharuan,

kebanggaan akan hasil-hasil pemikiran yang obyektif atau keberanian untuk

mengungkapkan pendapat secara bebas. (b) Kesengsaraan membuahkan kesabaran,

kesabaran pengalaman, dan pengalaman harapan.

2. Anti Klimaks, antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang berstruktur mengendur.

Antiklimaks sebagai gaya bahasa merupakan suatu acuan yang gagasan-gagasannya

diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang kurang penting.

Antiklimaks sering kurang efektif karena gagasan yang penting ditempatkan pada awal

kalimat, sehingga pembaca atau pendengar tidak lagi member perhatian pada bagian-

bagian berikutnya dalam kalimat itu. Contoh sebagai berikut: Ketua pengadilan negeri

itu adalah seorang yang kaya, pendiam, dan tidak terkenal namanya (mengandung

ironi).

3. Antitetis, antitetis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan

yang bertentangan, dengan memergunakan kata-kata atau kelompok kata yang

Page 51: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

32

berlawanan. Contoh sebagai berikut: Mereka sudah kehilangan banyak dari harta

bendanya, tetapi mereka juga telah banyak memeroleh keuntungan daripadanya.

4. Repitisi, repitisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang

dianggap penting untuk member tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.

5. Gaya Bahasa Paralelisme, pararelisme merupakan suatu gaya yang berusaha

mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata yang menduduki fungsi pragmatikal

yang sama dalam sebuah kalimat atau klausa (Rani,1996: 148). Contoh sebagai berikut.

(a) Kedengarannya memang aneh, dia merasa kesepian di tengah kota metropolitan

ini. (b) Negara kita ini Negara hukum, semua yang salah harus ditindak tegas tanpa

harus pandang bulu.

D. Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna

Berdasarkan langsung tidaknya makna yang terkandung dalam sebuah kata

atau kelompok kata maka gaya bahasa dapat dibedakan atas dua bagian, yakni gaya

langsung atau gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan.

1. Gaya Bahasa Retoris, gaya bahasa retoris harus diartikan menurut nilai lahirnya.

Tidak ada usaha menyembunyikan sesuatu di dalamnya. Gaya bahasa retoris terdiri

dari aliterasi, asonansi, anastrof, apofasis atau preterisio, apostrof, asindeton,

polisondeton, kiasmus, ellipsis, eufemisme, litotes, histeron, proteron, pleonasme dan

tautologi, perifrasis, prolepsis atau antisipasi, erotesis atau pertanyaan retoris, silepsis

dan zeugma, koreksio atau epanortosis, hiperbol, paradoks, dan oksimoron.

Page 52: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

33

(1). Aliterasi, aliterasi adalah gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang

sama.Biasanya digunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk perhiasan

atau untuk penekanan. Contoh: Takuttitik tumpah. Pada contoh ini perulangan

konsonan ditunjukan sebagai perhiasan atau untuk memperoleh efek keindahan.

(2). Asonansi, gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama disebut

asonansi. Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang juga dalam prosa untuk

memperoleh efek penekanan atau sekedar keindahan. Contoh : Ini muka penuh luka

siapa punya. Perulangan bentuk vokal pada contoh ini menimbulkan efek keindahan.

(3). Anastrof (Inversi), anastrof (Inversi) adalah gaya retoris yang diperoleh dengan

pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat. Gaya bahasa ini dipergunakan

apabila predikat kalimat hendak lebih ditonjolkan atau dipentingkan dari pada

subjeknya sehingga predikat terletak di depan subjeknya. Contoh : Besar sekali gajinya.

Yang hendak lebih ditonjolkan dalam kalimat pada contoh ini adalah besarnya gaji.

(4). Apofasis (Preterisio), sebuah gaya dimana pengarang menegaskan sesuatu, tetapi

tampaknya menyangkal atau menyatakan sebaliknya disebut apofasis (preterisio).

Contoh : Saya tidak mau mengatakan dalam rapat ini bahwa Saudara telah

menggelapkan uang jutaan rupiah. Maksud dari dari contoh ini seolah-olah menutupi

kesalahan orang lain namun pada kenyataanya mengungkap kejahatan orang itu.

(5). Apostrof, apostrof adalah gaya bahasa yang terbentuk sebuah amanat yang

disampaikan kepada sesuatu yang tidak hadir. Makna apostrof ialah berpaling atau

Page 53: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

34

berputar. Seorang pembicara tiba-tiba mengarahkan ucapannya kepada sesuatu yang

tidak hadir, kepada mereka yang sudah meninggal, atau kepada barang atau objek

khayalan sehingga tampaknya ia tidak berbicara lagi pada hadirin. Contoh : Hai kamu

dewa-dewa yang berada di surga, datanglah dan bebaskanlah kami dari belenggu

penindasan ini!. Pembicara mengalihkan ucapannya kepada sesuatu yang tidak hadir

karna tidak mungkin pembicara berbicara didepan dewa.

(6). Asindeton, asindeton adalah penghilangan konjungsi (kata sambung) dalam frasa,

klausa atau kalimat, misalnya dalam kalimat “saya datang, saya lihat, saya menang”.

Gaya bahasa asindeton bersifat padat dan mampat; kata-kata yang sederajat berurutan,

atau klausa-klausa yang sederajat, tidak dihubungkan dengan kata sambung. Contoh:

Kita berjuang dengan hati panas, kepala dingin. Kata sambung yang dihilangkan dalam

contoh ini adalah tetapi.

(7). Polisindenton, polisindenton adalah suatu gaya yang merupakan kebalikan dari

asindenton. Beberapa kata, frasa, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama

lain dengan kata-kata sambung. Contoh: Setelah pelajaran usai, maka berkemas-

kemaslah murid-murid hendak pulang, karna jam pelajaran terakhir telah habis, lalu

mereka berdoa dipimpin ketua kelas.

(8). Kiasmus, kiasmus adalah gaya bahasa yang mengandung dua bagian, baik frasa

atau klausa yang sifatnya berimbang dan dipertentangkan satu sama lain. Tetapi,

susunan frasa atau klausanya itu terbalik bila dibandingkan dangan frasa atau klausa

Page 54: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

35

lainya. Contoh: Uang itu sudah kutabung di bank, tak ada lagi uang di rumah .Orang

tuanya sudah tiada, berantakanlah kehidupannya.

(9). Elipsis, elipsis merupakan gaya bahasa dengan menghilangkan satu kata atau lebih

yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar.

(10). Eufimismus, eufimismus adalah gaya bahasa yang menggunakan sepatah atau

sekelompok kata untuk menggantikan kata lain dengan maksud supaya terdengar lebih

sopan, alat untuk menghindari diri dari yang dianggap bisa menyinggung perasaan

orang lain. Gaya bahasa ini disebut juga gaya bahasa pelembut. Contoh : Karna selalu

mendapat tekanan jiwa, ia berubah akal. Maksud dari contoh ini untuk melembutkan

kata gila.

(11). Litotes, gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan

merendahkan diri disebut litotes. Sesuatu hal dinyatakan kurang dari keadaan

sebenarnya atau suatu pikiran dinyatakan dengan menyangkal lawan katanya. Contoh :

Kedudukan saya ini tidak ada artinya sama sekali. Saya tidak akan merasa bahagia bila

mendapat warisan satu milyar rupiah.

(12). Histeron Proteron, histeron proteron adadah gaya bahasa yang merupakan

kebalikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan dari urutan yang wajar, misalnya,

menempatkan sesuatu yang terjadi kemudian pada awal peristiwa. Gaya bahasa ini

juga disebut hiperbaton. Contoh: Kereta melaju dengan cepat di depan kuda yang

Page 55: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

36

menariknya. Kalimat pada contoh ini sangat tidak logis sebab kereta letaknya di

belakang kuda.

(13). Pleonasme, pemakaian kata-kata lebih dari pada yang diperlukan dinamakan

gaya bahasa pleonasme atau disebut juga gaya bahasa penegasan. Pleonasme berasal

dari kata pleonazein yang berarti 'lebih banyak dari yang diperlukan atau

berkelimpahan Contoh: Dia naik ke atas. Kata ke atas sebenarnya tidak perlu lagi

dipakai karena kerja naik tujuannya selalu ke atas. Jadi, tidak ada orang yang naik ke

bawah.

(14). Tautologi, tautologi adalah gaya bahasa penegasan dengan mengulang beberapa

kali sepatah kata dalam sebuah kalimat. Dapat pula mempergunakan beberapa kata

yang bersinonim berturut-turut dalam sebuah kalimat sehingga disebut gaya bahasa

sinonim karena menggunakan kata-kata yang bersinonim. Contoh: Sungai ini terlalu

amat dalam sekali. kata terlalu, amat, dan sekali bersinonim.

(15). Perifrasis, perifrasis atau perifrase adalah gaya bahasa penguraian atau

pengungkapan yang panjang sebagai pengganti pengungkapan yang lebih pendek.

Sepatah kata diganti dengan serangkai kata yang mengandung arti yang sama dengan

kata yang diganti itu. Contoh: Ketika sang surya keluar dari peraduannya

berangkatlah kami. kata ketika sang surya keluar dari peraduannya penguraian dari

kata pagi-pagi.

Page 56: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

37

(16). Prolepsis atau Antisipasi, prolepsis atau antisipasi adalah gaya bahasa yang

mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau

gagasan yang sebenarnya terjadi. Misalnya dalam melukiskan tentang terjadinya suatu

kecelakaan pesawat terbang, sebelum sampai pada peristiwa kecelakaan itu sendiri,

penulis sudah mempergunakan kata pesawat yang sial itu. Padahal kesialan baru

terjadi kemudian. Contoh: Pesawat yang sial itu sempat mendarat sebelum akhirnya

meledak.

(17). Erotesis atau Pertanyaan Retoris, erotesis adalah semacam pertanyaan yang

dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih

mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya

suatu jawaban. Dalam pertanyaan retoris terdapat asumsi bahwa hanya ada satu

jawaban yang mungkin. Contoh : Siapa pula yang mau ditindas terus menerus? . Hanya

ada satu jawaban yang mungkin atas prtanyaan tersebut, yaitu tidak ada.

(18). Silepsis, silepsis adalah gaya dimana orang mempergunakan dua konstruksi

rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang sebenarnya

hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata pertama. Konstruksi yang

dipergunakan itu gramatikal benar, tetapi secara semantik tidak benar. Contoh : Ia

sudah kehilangan topi dan semangatnya. Konstruksi yang lengkap adalah kehilangan

topi dan kehilangan semangat.

(19). Zeugma, zeugma adalah gaya dimana orang mempergunakan dua konstruksi

ratapan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang sebenarnya

Page 57: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

38

hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata pertama. Adapun, kata yang

dipakai untuk membawahi kedua kata berikutnya, sebenarnya hanya cocok untuk salah

satu dari pada (baik secara logis maupun gramatikal). Contoh: Dengan membelalakan

mata dan telinganya, ia mengusir orang itu. Kata yang cocok untuk kalimat tersebut

sebenarnya hanyamembelalakan mata.

(20). Koreksio atau Epanortosis, koreksio adalah suatu gaya yang berwujud, mula-

mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya. Contoh: dia adalah

kekasihku, eh bukan, kakak ku.

(21). Hiperbola, hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan

yang berlebihan. Dengan membesar-besarkan suatu hal. Contoh: larinya secepat kilat.

Terlalu berlebihan mengatakan ada orang orang yang berlari secepat kilat karena tidak

mungkin hal itu terjadi.

(22). Paradoks, paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan

pengungkapan sesuatu seolah-olah berlawanan tetapi ada logikanya. Paradoks dapat

juga berarti semua hal yang menarik perhatian karena kebenarannya. Contoh: Di kota

yang ramai ia merasa kesepian. Pada kenyataannya memang banyak orang yang

jiwanya kosong bisa merasa kesepian di tengah keramaian.

(23). Oksimoron, suatu acuan yang berusaha untuk menggabungkan kata-kata untuk

mencapai efek bertentangan disebut oksimoron. Dapat juga dikatakan bahwa

oksimoron adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan

Page 58: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

39

mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang sama, dan sebab itu

sifatnya lebih padat dan tajam dari paradoks. Contoh: Keramahtamahan yang bengis.

Jelas adanya suatu pertentangan yang tajam antara dua kata pada contoh tersebut.

2. Gaya Bahasa Kiasan, gaya bahasa kiasan ialah gaya yang dilihat dari segi makna

tidak dapat ditafsirkan sesuai dengan kata-kata yang membentuknya. Orang harus

mencari makna di luar rangkaian kata atau kalimatnya, gaya bahasa yaitu.

(1). Persamaan atau simile, simile adalah gaya bahasa yang menyatakan perbandingan

yang bersifat eksplisit, yaitu yang menggunakan alat formal untuk menyatakan

hubungan, seperti: bagai, laksana, ibarat, dan sebagainya. Simile langsung

menyatakan sesuai sama dengan kata hal lain. Contoh: bibirnya bagai delima merekah.

kadang-kadang diperoleh persamaan tanpa menyebut objek pertama yang mau

dibandingkan. Contoh: Bagai duri dalam daging. Objek yang mau di bandingkan tanpa

di sebutkan dalam contoh tersebut adalah pedih.

(2). Metafora, gaya bahasa yang merupakan kiasan persamaan antara benda yang

diganti namanya dengan benda yang menggantinya disebut metafora. Kedua benda

yang diperbandingkan itu mempunyai persamaan sifat. Contoh: Matahari adalah raja

siang. Raja mempunyai sifat berkuasa. Sifat kuasa itu juga dimiliki oleh matahari.

Kalau matahari tidak ada, maka kehidupan pun tiada. Itulah sebabnya matahari yang

bersinar pada waktu siang diumpamakan sebagai raja siang.

Page 59: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

40

(3). Alegori, alegori adalah suatu cerita singkat yang mengandung kiasan. Gaya

bahasa alegori melukiskan sesuatu dengan cara membandingkan sesuatu yang lain

secara utuh. Contoh :"aduhai sungguh malang nasib ku", kata kumbang itu seraya

berlinang-linanglah air matanya. "Telah lama aku terbang melayang-layang,

mengelilingi kuntum melati yang kecil molek dan menyerbak wangi itu.Hendak

hinggap aku tidak berani, takut kalau-kalau badan tidak diterima". Yang dimaksud

kumbang dalam contoh ini adalah pemuda yang dimabuk cinta dan kuntum melati

adalah Juwita yang menjadi idamannya.

(4). Parabel, parabel adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menyebut cerita-

cerita khayal dalam kitab suci yang bersifat alegoris untuk menyampaikan kebenaran

moral atau spiritual. Contoh: Cerita Ramayana yang didalamnya tersirat pesan bahwa

yang benar akan terbukti kebenarannya.

(5). Fabel, fabel adalah suatu metafora berbentuk cerita mengenai dunia binatang

dimana binatang-binatang bahkan makhluk-makhluk yang tidak bernyawa bertindak

seolah olah sebagai manusia. Tujuan fabel ialah menyampaikan ajaran moral atau budi

pekerti. Contoh: Cerita "Si Kancil". Dalam cerita si Kancil, binatang ini digambarkan

bertindak seperti manusia. Ajaran moral yang disampaikan dalam cerita si Kancil

adalah agar manusia berlaku cerdik dan jujur.

(6). Personifikasi atau prosopopoeia, personifikasi adalah gaya bahasa yang

melukiskan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah

hidup, dapat bergerak. Personofikasi disebut juga penginsanan atau pengorangan.

Page 60: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

41

Contoh: nyiur melambai di tepi pantai. Kata nyiur melambai pada contoh ini adalah

personifikasi karena hanya manusia yang bisa melambai. Jadi, di sini pohon nyiur

diumpamakan manusia.

(7). Alusi, gaya bahasa yang mengias dengan mempergunakan peribahasa atau

ungkapan-ungkapan yang sudah lazim ataupun menggunakan sampiran pantun yang

isinya sudah umum diketahui disebut alusi. Contoh: Jangan seperti kura-kura dalam

perahu. (maksudnya, pura-pura tidak tahu). Keadaan ku seperti orang makan buah

simalakama, jika dimakan ibu mati tidak dimakan bapak mati. (pilihan yang serba sulit

dan tidak menguntungkan).

(8). Eponim, eponim adalah melukiskan sesuatu dengan cara mengambil sifat yang

dimiliki oleh nama-nama yang telah terkenal. Contoh: Maradona kita telah memasuki

lapangan. Maradona dalam contoh ini adalah nama pemain sepak bola terkenal yang

digunakan untuk mengiaskan orang yang ahli sepak bola.

(9). Epitet, epitet adalah semacam acuan yang menyatakan sutu sifat atau ciri yang

khusus dari suatu orang atau suatu hal. Keterangan itu adakah suatu frasa deskriptif

yang menjelaskan atau menggantikan nama seseorang atau suatu benda. Contoh:

Lonceng pagi untuk ayam jantan. Ayam jantan berkokok pada pagi hari. kokokan ayam

jantan di ibaratkan sebagai lonceng.

(10). Sinekdoke, sinekdoke berasal dari bahasa yunani synekdechesthai yang berarti

menerima bersama-sama. Sinekdoke adalah gaya bahasa yang mempergunakan

Page 61: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

42

sebagian dari suatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau

mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum pro parte).

Contoh:Setiap kepala dikenakan sumbangan seratus rupiah. (pars prototo). Yang

dimaksud dengan kepala adalah orang dengan seluruh anggota badan, bukan hanya

kepalanya saja. Contoh: Pertandingan sepakbola itu berakhir dengan kemenangan

medan.(totum pro parte). Yang dimaksud sebenarnya hanya kemenangan kesebelasan

pemain dari medan.

(11). Metonimia, metonimia adalah gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata

untuk menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat.

Contoh : Bapak sedang mengisap jarum. Menghisap jarum ialah mengisap rokok

merek jarum, nama jarum berasosiasi dengan rokok.

(12). Antonomasia, antonomasia juga merupakan sebuah bentuk khusus dari

sinekdoke yang berwujud penggunaan sebuah epiteeta (julukan) untuk menggantikan

nama diri, atau gelar resmi, atau jabatan untuk menggantikan nama diri. Contoh : Si

kurus itu sedang makan. Kata si kurus bukan nama sebenarnya melainkan panggilan

pada seseorang yang memiliki tubuh kurus.

(13). Hipalase, hipalase adalah semacam gaya bahasa di mana sebuah kata tertentu

dipergunakan untuk menerangkan sebuah kata yang seharusnya dikenakan sebuah kata

yang lain. Contoh : Ia berbaring di atas bantal yang gelisah. Yang gelisah adalah

manusianya, bukan bantal.

Page 62: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

43

(14). Ironi, ironi atau cemooh secara halus adalah gaya bahasa sindiran yang

mengatakan sebaliknya dari yang sebenarnya. Kadang - kadang ironi hanya

merupakan suatu olok-olok saja. Apakah itu sindiran atau gurauan dapat ditentukan

oleh cara pembicara berkata ditentukan oleh situasi. Contoh : "Keputusan anda sangat

tepat!". Kalimat tersebut menjadi ironi apabila sebenarnya keputusan yang diambil itu

tidak tepat.

(15). Sinisme, gaya bahasa sinisme juga gaya bahasa sindiran, tetapi lebih kasar dari

ironi. Contoh : "Harum benar bau badanmu, sim! kau belum mandi ya?.

(16). Sarkasme, sarcasm (inggris) adalah perkataan yang menyakitkan hati. Yang

dimaksud dengan gaya bahasa sarkasme adalah gaya bahasa sindiran yang paling kasar.

memaki orang dengan kata-kata kasar yang kasar dan tidak sopan. yang pasti gaya

bahasa ini selalu akan menyakiti hati dan tidak enak didengar. Contoh : " Cih, mukamu

yang seperti monyet itu, jijik aku melihatnya!".

(17). Satire, kata Satire diturunkan dari kata satura yang berarti talam yang berisi

macam-macam buah-buahan. satire adalah ungkapan yang menertawakan atau

menolak sesuatu. Satire mengandung kritik tentang kelemahan manusia. tujuan

utamanya adalah agar diadakan perbaikan. Satire berbentuk uraian yang harus

ditafsirkan lain dari makna permukaannya. Contoh :Kita sudah tak pernah bertegur

sapa sejak curahan air dari atap rumahku jatuh di halaman rumahmu.

Page 63: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

44

(18). Inuendo, inuendo adalah pengungkapan yang bermaksud menyindir dengan cara

mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Dengan kata lain, menyindir secara tidak

langsung. Contoh: Setiap ada pekelahian, ia selalu terlibat karena ia agak senang

berkelahi. maksud selalu terlibat berarti senang berkelahi tetapi selanjutnya dikatakan

dengan agak senang berkelahi sebagai pengecilan kenyataan.

(19). Antifrasi, antifrasis adalah semacam ironi ayang berwujud penggunaan sebuah

kata dengan makna kebalikannya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau

kata-kata yang dipakai untuk menangkal kejahatan, roh jahat, dan sebagainya. Contoh:

Anda sangat baik (maksudnya agar orang jahat tidak mengganggu).

(20). Pun atau Paronomasia, pun atau paronomasia adalah kiasan dengan

mempergunakan kemiripan bunyi. Ia merupakan permainan kata yang didasarkan pada

kemiripan bunyi, tetapi terdapat perbedaan besar dalam maknanya. Contoh : Tanggal

dua gigi saya tanggal dua. kata tanggal yang pertama menjelaskan waktu sedangkan

kata tanggal yang kedua berarti lepas.

2.2.5 Ketepatan dan Kesesuaian Diksi

Kata merupakan elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang diucapkan atau

dituliskan dan merupakan realisasi kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat

digunakan dlam berbahasa. (KBBI: 1997). Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan

membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan,

Page 64: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

45

dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan

nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Diksi mencakup pengertian

kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana

membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-

ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam situasi. (Gorys

Keraf, 2008:24)

Ketepatan pilihan kata atau diksi mempersoalkan kesanggupan sebuah kata

untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau

pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara.

Sebab itu, persoalan ketepatan pilihan kata atau diksi akan menyangkut pula masalah

makna kata dan kosa kata seseorang. Ketepatan makna kata menuntut pula kesadaran

penulis atau pembicara untuk mengetahui bagaimana hubungan antara bentuk bahasa

(kata) dengan referensinya. (Gorys Keraf, 2008:87)

Karena ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan

yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau

dirasakan oleh penulis atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus

berusaha secermat mungkin memilih kata-katanya untuk mencapai maksud tersebut.

Ketepatan tidak akan menimbulkan salah paham. Terdapat beberapa persyaratan

ketepatan diksi sebagai berikut :

1. Membedakan secara cermat denotasi dari konotasi.

2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim.

3. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya.

Page 65: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

46

4. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri.

5. Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, terutama kata-kata asing yang

mengandung akhiran asing tersebut.

6. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis.

7. Untuk menjamin ketepatan diksi, penulis atau pembicara harus membedakan kata

umum dan kata khusus.

8. Mempergunakan kata-kata indria yang menunjukkan persepsi yang khusus.

9. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.

10. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.

Persoalan kedua dalam pendayagunaan kata-kata adalah kecocokan atau

kesesuaian. Perbedaan anatara ketepatan dan kesesuaian adalah : dalam persoalan

ketepatan kita bertanya apakah pilihan kata yang dipakai sudah setepat-tepatnya,

sehingga tidak akan menimbulkan interpretasi yang berlainan antara pembicara dan

pendengar atau antara penulis dan pembaca, sedangkan dalam persoalan kecocokan

atau kesesuaian kita mempersoalkan apakah pilihan kata dan gaya bahasa yang

digunakan tidak merusak suasana atau menyinggung perasaan orang yang hadir.

Terdapat beberapa syarat yang perlu diketahui setiap penulis atau pembicara, agar

kata-kata yang dipergunakan tidak akan mengganggu suasana dan tidak akan

menimbulkan ketegangan antara penulis atau pembicara dengan para hadirin atau para

pembaca. Syarat-syarat tersebut adalah :

1. Hindarilah sejauh mungkin bahasa atau unsur substandard dalam suatu situasi

yang formal.

Page 66: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

47

2. Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi yang

umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata popular.

3. Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.

4. Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata slang.

5. Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan.

6. Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati).

7. Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artifisial.

2.2.6 Seni Perang Sun Zi dan 36 Strategi

Sejarah peradaban Tiongkok sudah dimulai dari 5.000 tahun yang lalu. Sejarah

ribuan tahun ini telah menghasilkan segudang buku dan literatur tentang sastra, puisi,

filsafat, agama, pedagogi, kesehatan, herbal, pertanian, ilmu beladiri, ilmu perang,

ilmu astronomi, ilmu astrologi, ilmu pelayaran, ilmu fisika, ilmu kimia, dan sebagainya.

Sejarah sastra Tiongkok kuno telah menelurkan banyak novel besar yang cukup

menarik dan telah beredar lama di masyarakat Tiongkok. (Andri Wang, 2011:xi)

Salah satu karya klasik Tiongkok yang terkenal adalah 36 strategi dari Sun Zi.

Sun Zi atau Sun Wu adalah seorang jendral dari kerajaan Wu selama masa Musim

Semi dan Gugur. Kisah-kisah dalam Karya 36 Strategi ini diambil dari sejarah pada

zaman musim semi dan gugur (zaman Chun Qiu 春秋) sekitar tahun 770-476 SM dan

zaman negara-negara berperang (zaman Zhan Guo 战国) sekitar tahun 475-221 SM,

Dinasti Qin sekitar tahun 221-207 SM, Dinasti Han sekitar tahun 206 SM-24 hingga

Page 67: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

48

akhirnya Dinasti Han pada periode Tiga Kerajaan (San Guo 三国) sekitar tahun 220-

316 SM.

Menurut Yi Jing (kitab suci kuno china 易经), 6 dan 8 merupakan angka “Yin”

atau angka gelap (hitam). 36 merupakan hasil dari 6 kali 6 sehingga sangat cocok jika

digunakan sebagai siasat, taktik ataupun strategi dalam peperangan.

Buku 36 Strategi ini dibagi menjadi 6 bab yang masing-masing bab terdiri dari

6 strategi. Berikut ini 36 Strategi yang di klasifikasikan menjadi 6 Kelompok Strategi :

(a) Bab 1 - Strategi Pemenangan Perang 胜战计 (sheng zhan ji)

Bab strategi pemenangan ini dipakai jika kita memiliki kekuatan yang lebih besar

dibanding dengan kekuatan lawan serta adanya perhitungan dan perencanaan yang

matang untuk mendapatkan kesempatan menang yang besar. Berikut adalah 6

strategi dalam bab 1:

1. 瞒天过海, Mán tiān guò hǎi (Mengarungi Laut dengan Muslihat)

2. 围魏救赵, Wéi Wèi jiù Zhào (Mengepung Negara Wei untuk menolong Negara

Zhao)

3. 借刀杀人, Jiè dāo shā rén (Membunuh orang dengan pisau pinjaman)

4. 以逸待劳, Yǐ yì dài láo (Menunggu kelelahan Musuh dengan kesabaran)

5. 趁火打劫, Chèn huǒ dǎ jié (Merampok ketika terjadi Kebakaran)

Page 68: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

49

6. 声东击西, Shēng dōng jī xī (Membuat keributan di Barat untuk menyerang

Timur)

(b) Bab2 – Strategi berhadapan dengan musuk 敌战计 (di zhan ji)

Strategi ini dipakai saat berhadapan langsung dengan musuh. Untuk memenangi

peperangan dalam kondisi ini, harus meningkatkan kekuatan pasukan dan berusaha

untuk mengurangi kekuatan lawan. Berikut adalah 6 strategi dalam bab 2:

1. 无中生有 , Wú zhōng shēng yǒu (Meciptakan sesuatu dari sesuatu yang

sebenarnya tidak ada)

2. 暗渡陈仓, àn dù chén cāng (Diam-diam melewati jalur tersembunyi Chen Cang)

3. 隔岸观火, Gé àn guān huǒ (Memperhatikan Kebakaran dari seberang sungai)

4. 笑里藏刀, Xiào lǐ cáng dāo (Pisau yang tersembunyi dalam senyuman)

5. 李代桃僵, Lǐ dài táo jiāng (Menggantikan buah plum dengan buah persik)

6. 顺手牵羊, Shùn shǒu qiān yang (sambil lalu menuntun kambing)

(c) Bab 3 – Strategi Penyerangan 攻战计 (gong zhan ji)

Inti dari strategi penyerangan adalah “menyerang hati”. Menyerang hati merupakan

prioritas utama, menyerang kota adalah prioritas terakhir. Peperangan hati

merupakan yang utama, peperangan dengan kekuatan pasukan adalah prioritas

terakhir. Berikut ini adalah 6 strategi yang termasuk dalam bab 3:

Page 69: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

50

1. 打草惊蛇, Dá cǎo jīng shé (memukul rumput untuk menakutkan ular)

2. 借尸还魂, Jiè shī huán hún (meminjam mayat orang lain untuk lahir kembali)

3. 调虎离山, Diào hǔ lí shān (Memancing harimau untuk pergi dari gunungnya)

4. 欲擒故纵, Yù qín gū zòng (Melepaskan musuh untuk ditangkap kembali)

5. 抛砖引玉 , Pāo zhuān yǐn yù (Melemparkan batu bata untuk menggoda

kedatangan batu giok)

6. 擒贼擒王, Qín zéi qín wáng (Untuk menangkap kumpulan penjahat, tangkap

dulu pemimpinnya)

(d) Bab 4 – Strategi Membingungkan Lawan 混战计(hun zhan ji)

Kelompok strategi ini digunakan untuk membingungkan lawan supaya lawan tidak

mengetahui apa yang sebenarnya akan dilakukan oleh kita. Berikut ini adalah 6

strategi yang termasuk dalam bab 4:

1. 釜底抽薪, Fǔ dǐ chōu xīn (Mengambil kayu bakar dari bawah kuali masak)

2. 混水摸鱼, Hún shuǐ mō yú (Menangkap ikan dalam air yang keruh)

3. 金蝉脱壳, Jīn chán tuō qiào (Meloloskan diri bagaikan ulat sutera yang lepas

dari kulitnya)

4. 关门捉贼, Guān mén zhuō zéi (Menutup pintu untuk menangkap pencuri)

5. 远交近攻, Yuǎn jiāo jìn gōng (Bersahabat dengan yang Jauh dan menyerang

yang dekat)

Page 70: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

51

6. 假道伐虢, Jiǎ dào fá Guó (Pura-pura meminjam jalan untuk menyerang Guo)

(e) Bab 5 – Strategi Persamaan Kekuatan 并战计(bing zhan ji)

Kelompok strategi ini digunakan pada saat kekuatan kita sama dengan kekuatan

musuh. Tak ada satupun pihak yang saling mengungguli. Berikut ini adalah 6

strategi yang termasuk dalam bab 5:

1. 指桑骂槐, Zhǐ sāng mà huái (Menunjuk Pohon Murbei dan memarahi Pohon

Pagoda)

2. 偷梁换柱, Tōu liáng huàn zhù (Mengganti balok dengan kayu yang kualitas

rendah)

3. 假痴不癫, Jiǎ chī bù diān (Berpura-pura bodoh tetapi sebenarnya tidak)

4. 上屋抽梯, Shàng wū chōu tī (Memindahkan tangga setelah musuh memanjat)

5. 树上开花, Shù shàng kāi huā (Meletakkan bunga palsu di atas pohon)

6. 反客为主, Fǎn kè wéi zhǔ (Merubah posisi tamu menjadi tuan rumah)

(f) Bab 6 – Strategi Kekalahan Perang 败战计(bai zhan ji)

Bab strategi ini dipergunakan saat kekuatan lawan jauh lebih besar dari kita dan

boleh dikatakan kekalahan sudah didepan mata serta banyak kemungkinan-

kemungkinan yang tidak memihak ke kita yang akan terjadi. Tetapi Namanya

peperangan maupun persaingan, kalah dan menang merupakan hal yang biasa, oleh

karena itu, kita harus tetap bersemangat dan tidak menyerah diri begitu saja.

Page 71: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

52

Diharapkan suatu hari kita akan kembali dan memenangi peperangan ataupun

persaingan. Berikut ini adalah 6 strategi yang termasuk dalam bab 6:

1. 美人计, Měi rén jì (Siasat memanfaatkan kecantikan wanita)

2. 空城计, Kōng chéng jì (Siasat Kota kosong)

3. 反间计, Fǎn jiàn jì (Siasat adu domba dengan menggunakan mata-mata musuh)

4. 苦肉计, Kǔ ròu jì (Siasat melukai diri sendiri)

5. 连环计, Lián huán jì (Siasat menggabungkan serangkaian strategi)

6. 走为上计 Zǒu wéi shàng jì (Ketika mundur merupakan pilihan terbaik)

Page 72: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

132

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengembangan cerita seni perang

Tiongkok dari bahasa Mandarin ke bahasa Indonesia untuk pelajar dan mahasiswa

yang mempelajari bahasa Mandarin, maka dapat disimpulkan :

1. Mengetahui sejarah peperangan Tiongkok adalah hal yang penting bagi pelajar

dan mahasiswa yang mempelajari bahasa Mandarin, namun sebagian besar dari

mereka memiliki pengetahuan yang kurang terhadap sejarah peperangan

Tiongkok. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, menunjukkan bahwa

mahasiswa serta guru bahasa Mandarin SMA menghendaki adanya

pengembangan cerita seni perang Tiongkok dari bahasa Mandarin ke bahasa

Indonesia dengan beberapa prinsip yaitu sebagai berikut : (1) cerita

menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia, (2) cerita berbahasa

Mandarin diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan penerjemahan

literal, (3) penulisan cerita menggunakan gaya bahasa resmi, (4) ditambahkan

ilustrasi berwarna dalam cerita hasil terjemahan untuk menambah daya tarik

serta memudahkan pembaca dalam memahami alur cerita.

2. Cerita yang dikembangkan dalam penelitian adalah salah satu cerita yang

menceritakan strategi kedua dari tiga puluh enam strategi dari Sun Zi yaitu

“Kepung Wei Selamatkan Zhao”. Dalam pengembangan cerita ini meliputi dua

Page 73: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

133

tahapan yaitu tahap penerjemahan cerita dari bahasa Mandarin ke bahasa

Indonesia dan tahap memberikan visualisasi ilustrasi berwarna pada cerita hasil

terjemahan. Cerita yang sudah diterjemahkan dibagi menjadi 19 bagian, setelah

itu 19 bagian tersebut diubah menjadi halaman cerita dimana di beberapa

halamannya terdapat ilustrasi cerita. Pada tahap visualisasi ilustrasi, peneliti

dibantu oleh seorang ilustrator.

3. Hasil validasi oleh ahli menunjukkan cerita terjemahan “Kepung Wei

Selamatkan Zhao” mendapat nilai rata-rata 84,9 dengan intepretasi sesuai atau

layak pada aspek pemilihan kosakata, pada aspek penyusunan kalimat

terjemahan produk mendapat nilai 84,2 dengan intepretasi sesuai atau layak,

pada aspek penggunaan gaya bahasa produk mendapat nilai 85,2 dengan

intepretasi sesuai atau layak dan pada aspek ilustrasi produk mendapatkan nilai

77,9 dengan intepretasi sesuai atau layak. Dalam keseluruhan aspek, produk

cerita terjemahan “Kepung Wei Selamatkan Zhao” mendapat nilai 83,05

dengan intepretasi sesuai atau layak. Adapun saran masukan yang telah

diberikan oleh ahli pada setiap aspek adalah sebagai berikut : (1) Perbaikan

beberapa kosakata yang kurang sesuai, (2) Perbaikan beberapa susunan kalimat

terjemahan yang artinya kurang sesuai, (3) Perbaikan penggunaan kata yang

kurang sesuai dengan EYD, (4) Perbaikan ilustrasi dengan perbesar font,

komposisi warna background dan tulisan, penambahan prolog dan keterangan

tokoh dalam cerita.

Page 74: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

134

5.2 Saran

Saran yang diharapkan oleh peneliti demi keberlanjutan peneliti dan

pengembangan produk ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian pengembangan cerita seni perang Tiongkok dari bahasa Mandarin

ke bahasa Indonesia ini dapat dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti lain

dengan mengembangkan cerita seni perang Tiongkok yang lain, sehingga akan

mempermudah dan menarik pelajar SMA dan mahasiswa dalam belajar sejarah

peperangan Tiongkok.

2. Penelitian ini memungkinkan peneliti lain untuk melanjutkan penelitian

lanjutan karena penelitian ini hanya dilakukan hingga tahap 5 yaitu revisi

desain produk. Penelitian lebih lanjut yaitu tahap 6-10 (uji coba produk, revisi

produk, uji coba pemakaian, uji coba pemakaian, produksi masal) akan

menghasilkan saran-saran dan perbaikan sehingga akan tercipta produk dengan

kualitas yang lebih baik dan lebih teruji.

Page 75: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

135

DAFTAR PUSTAKA

Ainin, Moh. 2010. Metodologi Penelitian Bahasa Arab. Surabaya: Hilal Pustaka.

Arifin, S. & Kusrianto. 2009. Sukses Menulis Buku Ajar & Referensi. Jakarta:

Grasindo.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Azwar. (2012). Metode Penelitian: Yogyakarta. Pustaka pelajar.

Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers.

Fariz. 2009. Living in harmony: jati diri, ketekunan dan norma. Jakarta: PT Kompas

Media Nusantara.

Hanny. 2014. Sejarah Pendidikan Bahasa Mandarin di Indonesia dan

Perkembangannya Sejak Era Reformasi di http://eprints.binus.ac.id/706/

(diakses pada 13 April 2018)

Huang, Jianping. 2015. Strategies for Translating Household Appliance

Instructions from Chinese to English di

http://www.academypublication.com/ojs/index.php/tpls/article/download/t

pls051225222527/510 (diakses pada 1 Desember 2018)

Husna, Muhimmatul. 2017. Pengembangan Buku Bacaan Bahasa Arab (Ar-Ceriya)

berbasis cerita rakyat di Kabupaten Demak untuk siswa Madrasah Aliyah.

Skripsi. Universitas Negeri Semarang

Nadar, FX. 2007. Paham dan Terampil Menerjemahkan. Yogyakarta: Unit Penerbitan

dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.

Nazir. 2014. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Page 76: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

136

Newmark, Peter. (1988). A Textbook of Translation. U. K.: Prentice Hall

International Ltd.

Priyatni, Endah Tri. 2010. Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis.

Jakarta: Bumi Aksara.

Putra, Nusa. 2011. Research & Development – Penelitian Dan Pengembangan Suatu

Pengantar. Jakarta : Raja grafindo Persada.

Rohana, Yogi. 2017. Gaya Bahasa, Teknik Penerjemahan dan Kualitas Terjemahan

dalam Dongeng Disney Dwibahasa berjudul Cinderella : My Bedtime Story

dan Tinkerbell and the great fairy rescue. Journal of Linguistics. 2(1)

(diunduh pada 27 November 2019)

Ruvianti, Vivi. 2007. Penerjemahan Kata Comme dalam teks bahasa Perancis ke

bahasa Indonesia : Fungsi dan maknanya. Universitas Negeri Semarang

Setiyadi, Agustinus. 2006. Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing

Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siregar, Syofian. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan

Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS. Jakarta : Prenadamedia

Group.

Soebiono, Yanuardi G. 2013. Kumpulan Karya Militer Klasik Seni Perang China.

Jakarta : Gramedia.

Soedarso, Nick. 2016. Perancangan Buku Ilustrasi Perjalanan Mahapatih Gajah

Mada. Jurnal Vol.5 No.2 Oktober 2014.

Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudarno, A.P. 2011. Penerjemahan Buku Teori dan Aplikasi. Surakarta : UNS Press.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sukardi. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Page 77: PENGEMBANGAN CERITA SENI PERANG TIONGKOK DARI …lib.unnes.ac.id/34859/1/2404415007_Optimized.pdf · 5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Semarang

137

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosda Karya.

Trapp, James. 2017. Seni Berperang Bingfa Sun Zi. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo.

Wahyudi, Novia E S. 2018. Pengembangan Media “Chinese Writing Master” untuk

Menulis Urutan Goresan Hanzi Berbasis Tematik Mahasiswa Semester 1

Universitas Negeri Semarang. Universitas Negeri Semarang

Wang, Andri. 2011. Siasat vs Siasat Samkok. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Woo II, Kim. 2011. Kisah Tiga Kerajaan Samkok. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Yanuirdianto. 2013. Pengertian Kebudayaan, Unsur-unsur Kebudayaan, Wujud

Kebudayaan dan Perubahan Kebudayaan di

https://yanuirdianto.wordpress.com/2013/03/10/96/ (diakses pada 1

Desember 2018)