pengembangan agribisnis beras beraroma “mandoti”

10
OPEN ACCES Vol. 13 No. 2: 238-247 Oktober 2020 Peer-Reviewed AGRIKAN Jurnal AgribisnisPerikanan(E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072) URL: https:https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/ DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2.238-247 Pengembangan Agribisnis Beras Beraroma “Mandoti” di Kabupaten Enrekang ( Agribusiness Development of Flavor Rice “Mandoti” in Enrekang District) Omar Khayam 1 , Irmayani 1 dan Amaluddin 2 1 Department of Agribusiness,Post Graduate Muhammadiyah University of Parepare,Email : [email protected], [email protected] 2 Department of English Education Post Graduate Muhammadiyah University of Parepare, Email :[email protected], Info Artikel: Diterima: 22 Sept. 2020 Disetujui: 22 Okt. 2020 Dipublikasi: 25 Okt. 2020 Research Artiecle Keyword: Agribusiness, Flavor Rice, Mandoti, Korespondensi: Irmayani Muhammadiyah University of Parepare. Parepare, Indonesia Email: [email protected] Copyright© Oktober 2020 AGRIKAN Abstrak. Kabupaten Enrekang merupakan salah satu daerah di Sulawesi Selatan dengan topografi penghasil komoditi sayur-sayuran, tetapi selain itu daerah ini juga menghasilkan komoditi unggulan yang hanya dihasilkan pada Desa Salukanan, Kecamatan Baraka yaitu padi lokal beras beraroma yang dikenal dengan "Pulu Mandoti". Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor eksternal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor internal (peluang dan ancaman) untuk merumuskan strategi pengembangan agribisnis beras beraroma "Pulu Mandoti". Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Enrekang, dengan menentukan beberapa responden yang melibatkan kepala dinas pertanian, epala bappeda, ketua gapoktan. analisis yang digunakan adalah analysis hierarki process, yang menunjukkan bahwa strategi pengembangan beras beraroma yang dikenal dengan "Pulu Mandoti" dimulai dari aspek tehnis, aspek kebijakan dan aspek ekonomi . Abstract. Enrekang Regency is one of the areas in South Sulawesi with a topography of producing vegetable commodities, but apart from that this area also produces superior commodities that are only produced in Salukanan Village, Baraka District, namely local rice flavored rice known as "Pulu Mandoti". This study aims to analyze external factors (strengths and weaknesses) and internal factors (opportunities and threats) to formulate a development strategy for agribusiness development of "Pulu Mandoti" flavored rice. This research was carried out in Enrekang Regency, by determining several respondents who involved the head of the agriculture department, epala Bappeda, the head of Gapoktan. The analysis used is process hierarchical analysis, which shows that the strategy to develop flavored rice known as "Pulu Mandoti" starts from technical aspects, policy aspects and economic aspects. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang banyak menyandarkan kebutuhan masyarakat dari sektor pertanian.Oleh karena itu pembangunan pertanian merupakan syarat mutlak untuk melaksanakan pembangunan perekonomian negara.Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan nasional. Program pembangunan pertanian pada hakekatnya adalah rangkaian upaya untuk memfasilitasi, melayani dan mendorong berkembangnya sistem agribisnis, serta usaha usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan serta desentralisasi dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan perekonomian rakyat Indonesia dapat dilakukan melalui kegiatan agribisnis, karena dapat meningkatkan produk domestik bruto, kesempatan kerja dan berusaha, pangsa pasar dan ekspor, pendapatan petani, produktivitas perekonomian pedesaan serta mengurangi kantong kantong kemiskinan (Sartidjo,et al. 2007). Diterapkannya sistem otonomi daerah melalui Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian diganti dengan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2014 telah menegaskan bahwa setiap daerah diberikan kewenangan dalam mengolah pembangunan secara mandiri. Sejalan dengan hal tersebut berdampak pada setiap daerah berlomba-lomba untuk dapat mengangkat potensi spesifik lokasi agar memiliki daya saing dengan daerah lainnya. Kabupaten Enrekang sebagai salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, perlu menggali dan mengoptimalkan berbagai potensi yang ada dalam rangka mendorong pembangunan

Upload: others

Post on 26-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengembangan Agribisnis Beras Beraroma “Mandoti”

OPEN ACCES

Vol. 13 No. 2: 238-247 Oktober 2020

Peer-Reviewed

AGRIKAN

Jurnal AgribisnisPerikanan(E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072)

URL: https:https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/

DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2.238-247

Pengembangan Agribisnis Beras Beraroma “Mandoti”

di Kabupaten Enrekang

(Agribusiness Development of Flavor Rice “Mandoti” in Enrekang

District)

Omar Khayam1, Irmayani1 dan Amaluddin2

1 Department of Agribusiness,Post Graduate Muhammadiyah University of Parepare,Email :

[email protected], [email protected] 2 Department of English Education Post Graduate Muhammadiyah University of Parepare, Email

:[email protected], Info Artikel:

Diterima: 22 Sept. 2020

Disetujui: 22 Okt. 2020

Dipublikasi: 25 Okt. 2020

Research Artiecle

Keyword:

Agribusiness, Flavor Rice,

Mandoti,

Korespondensi:

Irmayani

Muhammadiyah University of

Parepare. Parepare, Indonesia

Email: [email protected]

Copyright© Oktober 2020

AGRIKAN

Abstrak. Kabupaten Enrekang merupakan salah satu daerah di Sulawesi Selatan dengan topografi penghasil

komoditi sayur-sayuran, tetapi selain itu daerah ini juga menghasilkan komoditi unggulan yang hanya

dihasilkan pada Desa Salukanan, Kecamatan Baraka yaitu padi lokal beras beraroma yang dikenal dengan

"Pulu Mandoti". Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor eksternal (kekuatan dan kelemahan) dan

faktor internal (peluang dan ancaman) untuk merumuskan strategi pengembangan agribisnis beras beraroma

"Pulu Mandoti". Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Enrekang, dengan menentukan beberapa

responden yang melibatkan kepala dinas pertanian, epala bappeda, ketua gapoktan. analisis yang digunakan

adalah analysis hierarki process, yang menunjukkan bahwa strategi pengembangan beras beraroma yang

dikenal dengan "Pulu Mandoti" dimulai dari aspek tehnis, aspek kebijakan dan aspek ekonomi.

Abstract. Enrekang Regency is one of the areas in South Sulawesi with a topography of producing vegetable

commodities, but apart from that this area also produces superior commodities that are only produced in

Salukanan Village, Baraka District, namely local rice flavored rice known as "Pulu Mandoti". This study aims

to analyze external factors (strengths and weaknesses) and internal factors (opportunities and threats) to

formulate a development strategy for agribusiness development of "Pulu Mandoti" flavored rice. This research

was carried out in Enrekang Regency, by determining several respondents who involved the head of the

agriculture department, epala Bappeda, the head of Gapoktan. The analysis used is process hierarchical

analysis, which shows that the strategy to develop flavored rice known as "Pulu Mandoti" starts from

technical aspects, policy aspects and economic aspects.

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang

banyak menyandarkan kebutuhan masyarakat dari

sektor pertanian.Oleh karena itu pembangunan

pertanian merupakan syarat mutlak untuk

melaksanakan pembangunan perekonomian

negara.Pembangunan pertanian merupakan bagian

dari pembangunan nasional. Program

pembangunan pertanian pada hakekatnya adalah

rangkaian upaya untuk memfasilitasi, melayani

dan mendorong berkembangnya sistem agribisnis,

serta usaha usaha agribisnis yang berdaya saing,

berkerakyatan, berkelanjutan serta desentralisasi

dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Peningkatan perekonomian rakyat

Indonesia dapat dilakukan melalui kegiatan

agribisnis, karena dapat meningkatkan produk

domestik bruto, kesempatan kerja dan berusaha,

pangsa pasar dan ekspor, pendapatan petani,

produktivitas perekonomian pedesaan serta

mengurangi kantong kantong kemiskinan

(Sartidjo,et al. 2007). Diterapkannya sistem

otonomi daerah melalui Undang Undang Nomor

22 Tahun 1999 yang kemudian diganti dengan

Undang Undang Nomor 32 Tahun 2014 telah

menegaskan bahwa setiap daerah diberikan

kewenangan dalam mengolah pembangunan

secara mandiri. Sejalan dengan hal tersebut

berdampak pada setiap daerah berlomba-lomba

untuk dapat mengangkat potensi spesifik lokasi

agar memiliki daya saing dengan daerah lainnya.

Kabupaten Enrekang sebagai salah satu

Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, perlu

menggali dan mengoptimalkan berbagai potensi

yang ada dalam rangka mendorong pembangunan

Page 2: Pengembangan Agribisnis Beras Beraroma “Mandoti”

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

239

pertanian berbasis agribisnis dan meningkatkan

kesejaheraan masyarakat.Salah satu upaya untuk

mencapai hal tersebut adalah mendesain startegi

pembangunan pertanian yang diarahkan pada

pemanfaatan keunggulan daerah terutama pada

sektor komoditi lokal yang memiliki potensi

untuk dikembangkan.Sektor tanaman pangan

merupakan salah satu sektor yang memiliki

potensi untuk dikembangkan di Kabupaten

Enrekang, terutama pada beberapa komoditi

seperti komoditi padi lokal.Kabupaten Enrekang

merupakan salah satu daerah pengembangan padi

local di Sulawesi Selatan. Berdasarkan data

statistik Tahun 2016 produksi beras di Kabupaten

Enrekang sebesar 50.149 Ton dengan luas padi

sawah 10.487 Ha.

“Pulu Mandoti” adalah varietas padi lokal

dan merupakan satu jenis padi yang

dibudidayakan di Kabupaten Enrekang tepatnya

di Desa Salukanan Kecamatan Baraka. Selaian di

Desa Salukanan benih padi tersebut tetap tumbuh,

namun roma dan rasa dari Pulut tersebut

berbeda.Hal inilah yang membuat varietas ini

berbeda dan memiliki nilai jual

tersendiri.Pengembangan Komoditas “Pulut

Mandoti” di Kabupaten Enrekang sebagai

komoditas unggulan sangat penting dalam rangka

meningkatkan produktifitas dan daya saing.Oleh

karena itu dukungan pemerintah dan politis

daerah sangat diperlukan melalui berbagai

regulasi yang diciptakan untuk menciptakan

berbagai kemudahan bagi kegiatan agribisnis

yang diharapkan dapat mendongkrak daya saing

komoditas.Sehubungan dengan kondisi tersebut

maka perlu dirumuskan pengembangan

komoditas unggulan khususnya pulut mandoti

agar kedepankomoditi “Pulut Mandoti” dapat

lebih berkembang dan daya saing semakin

kompetitif.

1.2.Tujuan dan Kegunaan

Berdasarkan latar belakang, maka tujuan

utama dari penulisan ini adalah merumuskan

prospek dan peluang pengembangan agribisnis

beras lokal. Sehingga untuk menjawab tujuan

tersebut, maka tujuan spesifik dari penulisan ini

adalah :

1. Menganalisis faktor internal (kekuatan dan

kelemahan) dan faktor eksternal(peluang dan

ancaman) dalam strategi pengembangan “pulut

mandoti” di Desa Salukanan Kecamatan

Baraka.

2. Merumuskan strategi pengembangan agribinis

“pulut mandoti” di Kabupaten Enrekang.

II. METODOLOGI PENELITIAN

Kajian ini dilaksanakan di Kabupaten

Enrekang dengan pertimbangan bahwa wilayah

ini merupakan daerah yang memiliki komoditi

pulut Mandoti. Lokasi penilitian berada pada

Kecamatan Baraka Desa Salukanan sebagai sentra

Pulut Mandoti di Kabupaten Enrekang.

2.2. Desain Penelitian Sampel

Untuk sample dalam penelitian ini adalah

stakeholder yang terkait dengan upaya

pengembangan agribisnis pulut mandoti di

Kabupaten Enrekang yaitu Kepala Dinas Pertanian

dan Perkebunan, Kepala Bappeda, Anggota DPRD,

Dosen Perguruan tinggi setempat, Kepala Seksi

Dinas Pertanian dan Ketua GAPOKTAN di

Kecamatan Desa Salukanan

2.3. Instrumen Penelitian

Adapun instrument yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu pedoman wawancara berupa

kuisioner yang akan ditanyakan sesuai dengan

tujuan penelitian, khususnya terkait dengan upaya

strategi pengembangan Pulut Mandoti. Selain itu

di lapangan kuisioner ini bisa dikembangkan,

sehingga memunculkan banyak pertanyaan yang

dimaksudkan untuk menggali informasi secara

mendalam.

2.4. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah

wilayah yang menjadi sentra produksi Pulut

Mandoti yaitu Kecamatan Baraka Desa Salukanan

Adapun Jumlah responden sebnayak 16 Orang

yaitu para stakeholder yang berkepentingan dan

berperan dalam pengembangan Pulut Mandoti di

Kabupaten Enrekang, terdiri dari Kepala Dinas

Pertanian 1 Orang, Kepala Bappeda 1 Orang,

Kabid dan Kasi Bidang Hortikultura sebanyak 4

Orang, Anggota DPRD 1 Orang, 8 Orang ketua

GAPOKTAN di Desa Salukanan dan 1 orang dari

perguruan tinggi setempat.

2.5. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini

terdiri atas data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh melalui pengamatan dan

wawancara langsung responden kuntuk

mendapatkan informasi dan gambaran umum

mengenai hal hal yang berhubungan dengan

penelitian ini, serta mendapatkan informasi

Page 3: Pengembangan Agribisnis Beras Beraroma “Mandoti”

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

240

mengenai faktor faktor internal dan eksternal yang

dapat mempengaruhi pengembangan Pulut

Mandoti di Kabupaten Enrekang.

Sementara itu data sekunder diperoleh dari

berbagai instansi terkait dengan penelitian ini

berupa dokumen dokumen kebijakan, publikasi

hasil penelitian dan berbagai referensi lainnya.

Instansi instansi tersebut antara lain Badan Pusat

Statistik Kabupaten Enrekang dan Data Dinas

Pertanian Kabupaten Enrekang.

Data data yang telah diperoleh baik melalui

studi primer maupun sekunder selanjutnya

dianalisis berdasarkan tujuan yang ingin dicapai

dan kriteria data yang diperlukan seperti pada

tabel 3 di bawah ini

2.6. Teknik Analisis Data

Berbagai metode analisis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah proses hiraki analitik

(PHA) dan analisis deskriptif.

2.7. Proses Hiraki Analitik (PHA)

Skala prioritas dari berbagai upaya

pengembangan komoditas unggulan ditentukan

untuk memudahkan pengambilan kebijakan

berdasarkan preferensi berbagai pihak. Kriteria

kriteria yang berpengaruh disintesis dalam hiraki.

Analisis yang dipergunakan adalah proses hiraki

anlitik (PHA) atau yang biasa dikenal dengan The

analitic hirerachy process(AHP). Menurut Latifah

(2005), AHP digunakan pada kondisi dimana

terdapat proses pengambilan keputusan cara

kompleks yang melibatkan berbagai kriteria,

seperti prioritas diantara bebarapa alternatif

kebijakan dan sasaran. Syarat yang harus

diperhatikan dalam penggunaan analisis ini

adalah pihak yang akan memberikan penilaian

terhadap tingkat kpentingan faktor yang dianalisis

harus yang benar benar memahami situasi yang

sedang ditelaah.Menurut Ma’arif dan Tanjung

(2003), Analytical Hierarchy Process (AHP)

merupakan suatu model yang luwes yang mampu

memberikan kesempatan bagi perorangan atau

kelompok untuk membangun gagasan-gagasan

dan mendefinisikan persoalan dengan cara

membuat asumsi mereka masing-masing dan

memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya.

Langkah langkah dalam analisis data

menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP)

adalah :

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan

solusi masalah melalui :

a. Tujuan, Tujuan dari analisis ini adalah untuk

menentukan startegi pengembangan komoditas

“pulu mandoti” di Kabupaten Enrekang

b. Kriteria, Kriteria yang digunakan dalam

menentukan alternatif strategi yang akan

dipilih terkait pengembangan komoditaspulut

mandoti di Kabupaten Enrekang yaitu On-

Farm, Off-Farm (Aspek Tekhnis dan Ekonomi),

Kebijakan Pemerintah, Lini Pemasaran dan

Perdagangan (Aspek Kebijakan)

c. Alternatif, Yaitu alternatif strategi apa saja yang

perlu dilakukan agar pengembangan komoditi

Pulut Mandoti tersebut dapat berjalan dengan

baik, optimal dan memberikan keuntungan

disemua pihak, efektif, dan efisien. Yaitu (1)

On-Farm yang mencakup penciptaan varietas

unggul, penguatan sistem produksibenih,

pengelolaan hara dan airterpadu, pengendalian

hama danpenyakit terpadu, serta

perbaikanmutu dan daya simpan produk. (2)

off-farm yaitu yang diawali dengan

perbaikanteknologi pengolahan

untukmendukung pengembangan industrihilir

pulut mandoti (skala rumahtangga maupun

industri), misalnyapacking pulut mandoti, dan

industry pengolahan pulut mandoti lainnya(3)

kebijakan pemerintah yang

mencakupdukungan kebijakan pemasaran

pulut mandoti,pengembangan sarana dan

prasaranapendukung

operasionalisasikelembagaan usaha tani dan

pemasaran. (4) Strategi pengembangan di

linipemasaran dan perdagangan yang

mencakup pengembangan unit usahabersama

(koperasi atau usahaberbadan hukum lainnya)

sertapengembangan sistem informasi(harga

penawaran dan permintaanproduk) untuk

mendukung upaya menangkap peluang pasar

(Balitbang, Deptan, 2007)

2. Membuat Struktur Hiraki

Pembuatan struktur hiraki tentang strategi

pengembangan komoditas bawang seperti pada

Gambar 1.

III. HASIL DAN PEMBAHASAAN

3.1. Perkembangan Budidaya Perberasan Spesifik

Lokal Di Desa Salukanan

3.1.1. Budidaya “Pulut Mandoti”

Budidaya “pulu mandoti” merupakan salah

satu komoditi pertanian jenis padi lokal di

Kabupaten Enrekang yang telah lama

dibudidayakan khususnya di Desa Salukanan

Page 4: Pengembangan Agribisnis Beras Beraroma “Mandoti”

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

241

Kecamatan Baraka.Usaha pertanian ini merupakan

mata pencaharian sebhagaian besar warga

masyarakat di Desa tersebut.Masyarakat menenam

padi biasa untuk konsumsi kemudian sekaligus

menanam padi “pulut mandoti” untuk dijual

maupun dikonsumsi sendiri.Budidaya “pulu

mandoti” dilakukan karena memiliki nilai

ekonomi yang tingi.

Gambar 1. struktur hiraki tentang strategi pengembangan beras beraroma “Mandoti”

Budidaya padi “pulu mandoti” hampir sama

dengan padi secara umum. Gulma Langkah awal

yang dilaksanakan pada penyiapan lahan berupa

pembersihan lahan dari rumput dan rumput sisa

penanaman sebelumnya, namun dapat dilakukan

penyemprotan gulma jika dirasa perlu. Lahan yang

akan diolah sebelumnya harus digenangi air agar

tanah menjadi lunak. Tahap selanjutnya yaitu

tanah di bajak mengikuti alur petakan sawah yang

umunya dari tepi atau tengah petakan.Tujuan

pembajakan adalah mematikan dan

membenamkan rumput.Untuk pembajakan sawah

digenangi air 4-5 hari untuk mempercepat

pembusukan sisa sisa tanaman dan melunakan

tanah.

Pada proses penanaman benih “pulu

mandoti” dapat dilakukan dengan dua metode

yaitu metode tanam langsung dan metode tanam

pindah. Secara umum metode yang dilaksanakan

oleh petani adalah tanamn pindah.Dimana

sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu

benih direndam 2-3 hari. Proses penanaman masih

menggunakan tenaga manusia yang merupakan

anggota kelompok tani yang sama dengannya atau

dengan bantuan anggita keluarga atau kerabat

dekat, hal tersebut juga biasa dikatakan

makkombong.

Panan “pulu mandoti” dipanen setelah

berumur 6-7 bulan yaitu pada bulan September

hingga November.Panen dilakukan dengan

menggunakan ani ani.Ani ani ini merupakan alat

penen tradisional yang terbuat dari kayu dan

bambu saling menyilang dengan pisau kecil yang

ditancapkan pada bagian muka kayu. Padi yang

telah dipanen diikat lalu dikeringkan kemudian

dirotokan dengan cara dipukul pukul pada kayu

dan dibawa ke tempat penggilingan apabila ingin

segera digunakan atau dijual. Namun jika tidak

padi tersebut akan disimpan di lumbung padi dan

akan dijemur lalu digiling pada saat akan

digunakan.

3.1.2. Program yang Dilaksanakan Pemerintah

Kabupaten Enrekang

Kabupaten Enrekang merupakan satu

satunya penghasil “pulu mandoti” di Sulawesi

Selatan. Guna mendukung komoditi spesifik

lokalita tersebut Dinas Pertanian Kabupaten

Enrekang telah melaksanakan kegiatan sehingga

kapasitas produksi dan ketersediaan komoditi

tersebut tetap terjaga Adapun kegiatan yang telah

dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Kabupaten

Enrekang (Renja Distanbun Tahun 2014) guna

mendukung pengembangan agribisnis perberasan

spesifik lokalita tersebut adalah :

a. Sekolah Lapang Good Agriculture Practice (SL-

GAP)

Salah satu upaya mendukung peningkatan

produksi yang memiliki daya saing pada komoditi

“pulu mandoti” adalah peningkatan kapasitas

SDM petani melalui budidaya komoditi “pulu

mandoti” sesuai dengan Standar Operasional

Prosudure (SOP), kegiatan tersebut adalah Sekolah

Page 5: Pengembangan Agribisnis Beras Beraroma “Mandoti”

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

242

Lapang Good Agriculture Practice(SL–GAP),

materi yang diberikan kepada petani adalah

bagaimana teknik budidaya yang baik dan benar

sesuai anjuran terkait budidaya “puluT mandoti”,

mulai dari teknik penyiapan benih sampai kepada

teknik penanaman dan pemanenan hasil. Jumlah

kelompok tani yang diberikan pelatihan SL-GAP

pada Tahun 2014 sebanyak 8 Kelompok atau

seluas 20 Ha (Buku Database Distanbun, 2015).

Kegiatan SL-GAP yang dilakukan selama ini

masih belum optimal karena budidaya “pulu

mandoti” yang dilakukan masih tinggi

penggunaan pestisida dan sistem pola pergiliran

tanaman belum diterapkan.(Renstra Distanbun,

2014)

b. Bantuan Sarana dan Prasarana Pertanian

Guna mendukung peningkatan produksi

“pulu mandoti” di Kabupaten Enrekang, berbagai

bantuan sarana dan prasarana yang diberikan

kepada petani.Untuk bantuan sarana dan

prasarana yang diberikan kepada petani “pulu

mandoti” Tahun 2017 seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Bantuan Sarana dan Prasarana Pertanian Tahun 2014 pada Dinas Pertanian

Kabupaten Enrekang

No

Jenis Bantuan

Jumlah Kelompok

Luasan

(Unit) (Ha)

1 Pompa Air 6 18

2 Alat Jaringan Irigasi 5 25

3 Cultivator 44 -

4 Embung Embung 3 10

Sumber : Buku Data Base Distanbun, Tahun 2019

c. Kerjasama dengan Stakeholder

Tahun 2019, Pemerintah Kabupaten Enrekang

melalui Dinas Pertanian melaksanakan kerjasama

dengan 2 (dua) lembaga yaitu Bank Indonesia

melalui dana CSR (Coorporate Social

Responsibilty) dan BPTP Kementerian Pertanian

Adapun bentuk kerjasama dengan Bank

Indonesiamelalui kerjsama peningkatan kapasitas

petani “pulu mandoti” dan kerjasama dengan

BPTP melalui pemurnian varietas “pulu mandoti”

sehingga keaslian dan ketersedian “pulu mandoti”

dapat dipertahankan.

3.2. Strategi Pengembangan Agribisnis Perberasan

Ketan Spesifik Lokal di Desa Salukanan

Upaya pengembangan komoditas agribisnis

perberasan ketan khususnya “pulu mandoti” di

Kabupaten Enrekang dilakukan melalui

pengumpulan pendapat stakeholder dengan

menggunakan quisioner lalu dianalisis dengan

Analitical Hierarchy Process (AHP) melalui

fasilitas Sofware Expert Choice. Hasil Analisis AHP

dibagi menjadi 2 hirarki, hirarki pertama terkait

dengan 4 strategi, yaitu pengembangan Lini on-

farm, pengembangan lini of-farm, pengembangan

aspek kebijakan pemerintah dan aspek pemasaran

dan perdagangan. Adapun struktur hirarki seperti

Gambar 2.

Gambar 2. Hirarki Strategi Pengembangan “pulu mandoti”

Berdasarkan Model hirarki Gambar 2 yang

dianalisis menggunakan AHP, maka upaya

pengembangan agribisnis “pulu mandoti”

dilaksanakan secara berurut yang memberikan

bobot paling tinggi adalah Lini Aspek Tekhnis

dengan bobot 0,702, kebijakan pemerintah dengan

bobot 0,226 dan aspek ekonomi 0,73, seperti hasil

analisis pada Gambar 3.

Page 6: Pengembangan Agribisnis Beras Beraroma “Mandoti”

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

244

Gambar 3. Hasil AHP Penilaian Pengembangan Agribisnis

Beras Beraroma “Mandoti” di Kabupaten

Enrekang

3.3. Strategi Aspek Tekhnis (Bobot 0,702)

Pada aspek tekhnis terdiri dari 2 variabel

yaitu Lini On Farm dan Off Farm, dimana pada

kedua lini tersebut terdapat beberapa variabel

yang timbul pada saat pelaksanaan diskusi dengan

para stakeholder. Berdasarkan hasil analisis

terhadap kedua variabel tersebut lini on farm

masih mendapat perhatian untuk dikembangkan

dibandingkan dengan lini off farm, dimana skore

untuk lini on farm sebesar 0,833 dan untuk lini off

farm sebesar 0,167. Hal tersebut mengindikasikan

bahwa upaya pengembangan agribisnis

perberasan ketan spsifik lokal khusus nya “pulu

mandoti” di Kabupaten Enrekang masih harus

fokus pada aspek lini on farm seperti pada sistem

produksi benih, sarana dan prasarana irigasi dan

pengairan, pengendalian hama terpadu, perbaikan

mutu benih dan tekhnologi ketersediaan bibit.

Adapun hasil analisis seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Bobot Alternatif Strategi Pengembangan Aspek Tekhnis

No Alternatif Strategi Bobot

1 Lini On Farm 0,833

2 Lini Off Farm 0,167

Aspek utama yang dilaksanakan untuk

pengembangan “pulu mandoti” di Kabupaten

Enrekang pada lini on-farm yaitu sistem produksi

benih, sarana dan prasarana irigasi dan pengairan,

pengendalian hama terpadu, perbaikan mutu

benih dan tekhnologi ketersediaan bibit.

Sehingga dari ke lima (5) alternatif strategi guna

mendukung strategi lini on-farm maka alternatif

strategi utama yang dilakukan adalah sarana dan

prasarana irigasi dan pengairan dengan nilai 0,320

seperti pada Tabel 14.

Tabel 4. Bobot Alternatif Strategi Pengembangan “pulu mandoti” lini on-farm

No Alternatif Strategi Bobot

1 Sarpras irigasi pengairan 0,320

2 Tekhnologi ketersediaan bibit 0,307

3 Perbaikan mutu bibit 0,284

4 Pengendalian hama terpadu 0,055

5 Sistem produksi benih 0,033

Page 7: Pengembangan Agribisnis Beras Beraroma “Mandoti”

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

243

Nilai bobot tertinggi adalah sarpras irigasi

pengairan dengan bobot sebesar 0,320, kondisi

tersebut menjadi masalah utama yang harus

menjadi acuan dalam upaya pengembangan

agribisnis perberasan ketan spesifik lokal, hal

tersebut akibat banyaknya saluran irigasi

sekunder dan primer yang mengalami kerusakan

di Kabupaten Enrekang, Berdasarkan data Renstra

Dinas Pertanian Kabupaten Enrekang Tahun 2014

– 2018 jumlah panjang irigasi sekunder yang telah

dibangun oleh Dinas Pertanian Kabupaten

Enrekang sepanjang 26.700 meter atau sekitar 7.964

Ha kondisi irigasi tersebut sudah terdapat 70%

yang sudah tidak layak untuk digunakan. Kondisi

tersebut berdampak pada rendahnya produksi

“pulu mandoti”.

Strategi lain yang perlu mendapat perhatian

pada upaya pengembangan lini On Farm adalah

tekhnologi ketersediaan bibit dengan bobot

sebesar 0,307, kondisi tersebut disebabkan karena

bibit “pulu mandoti” yang ada di Kabupaten

Enrekang hanya bisa dan cocok tumbuh di Desa

Salukanan sehingga perlu ada upaya pemurnian

bibit “pulu mandoti” kondisi tersebut dapat

berdampak pada ketersediaan bibit lokal selama

musim tanam dan dapat meminimalisir dampak

serangan organisme penggangu tanaman sehingga

ketersediaan bibit “pulu mandoti” dapat tersedia

sepanjang tahun. Dimana menurut Siterasmi Trias,

2013.bahwa adaptasi bibit lokal pada kondisi

agroekosistem dan cekaman biotik maupun

abiotik di wilayah setempat. Kondisi

agroekosistem yang bersifat suboptimal seperti

kekeringan, lahan masam, lahan tergenang,

keracunan besi, dan lain-lain akan membentuk

varietas lokal toleran terhadap kondisi suboptimal

tersebut. Setiap musim petani memilih varietas

padi dengan rasa nasi enak,sehingga varietas lokal

pada umumnya memiliki mutu yang tinggi.

Pada lini Off Farm indiktor packing “pulu

mandoti” memiliki skor sebesar 0,800 dan untuk

indikator sistem penyimpanan produk memiliki

skor sebesar 0,200. Kondisi tersebut memang

sesuai dengan wilayah pengembangan “pulu

mandoti” dimana budaya masyarakat di atas sudah

menerapkan penyimpanan “pulu mandoti” di

rumah rumah yang biasa disebut “tokkonan” hal

tersebut dilakukan sebagai bahan cadangan

pangan. Selain itu pulut tersebut disimpan untuk

digunakan apabila tabungan sudah mulai

berkurang. Masalah yang dihadapai oleh petani

ketan adalah metode packing “pulu mandoti”,

biasanya jika ada pembeli hanya menggunakan

kantong plastik sebagai wadah penjualan, belum

diterapkan sistem packing produk yang menarik

dan dapat meningkatkan nilai jual ataupun

permintaan konsumen I sebagai oleh oleh khas

Kabupaten Enrekang.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka

strategi pengembangan agribisnis perberasan

spesifik lokal di Desa Salukanan dilaksnakan

rehabilitasi sarana dan prasarana pengairan. Hal

tersebut dilaksanakan melalui dukungan

keterlibatan lintas sektoral baik itu Dinas

Pertanian maupun Dinas Pekerjaan Umum.Dalam

hal ini Irigasi yang ada di Hulu juga perlu

mendapat perhatian sehingga kapasitas air yang

dibutuhkan oleh petani dapat tersedia sepanjang

tahuna. Karena ‘pulu mandoti” memiliki masa

tanam yang cukup lama yaitu enam bulan. Jenis

program yang dapat diberikan pada Dinas

Pertanian melalui pendekatan penguatan kapasitas

kelembagaan kelompok tani melalui penguatan

P3A, apabila kapasitas P3A sudah baik maka

kondisi irigasi akan bertahan lama, karena

walaupun rehab terus dilakukan tanpa adanya

perhatian dari kelompok itu sendiri maka irigasi

tersebut tidak akan bertahan. Pada aspek

ketersediaan bibit sebaiknya dilakukan

pendafaran varietas “pulu mandoti” hal tersebut

dilakukan guna menjaga kualitas benih yang ada

di kelompok tani, setelah dilakukan pendaftaran

varietas maka akan dilaksanakan pemurnian

varietas agar varietas tersebut tahan serangan

hama. Selain itu kedepan perlu dilakukan

penelitian agar benih tersebut tidak lagi memiliki

masa panen yang panjang dengan tidak

mengurangi nilai spesifik lokal dari “pulu

mandoti” itu sendiri.

Pada Aspek lini Of Farm startegi

pengembangan agribisnis yang perlu mandapat

perhatian adalah bagaiaman agar packing produk

tersebut bisa lebih menarik, tidak lagi melalui

kemasan kantong plastik. Dukungan tersebut

diberikan melalui kerjasama dengan stakeholder

seperti Industri pemasaran atau lembaga lembaga

pemasaran agar mendamping kelompok “pulu

mandoti” dalam hal bagaiamana membuat packing

yang menarik sehingga dapat menjadi olej oleh

yang diminati oleh wisatawan.

3.4. Strategi Aspek Ekonomis (Bobot 0,73)

Selain strategi aspek Tekhnis hal lain yang

menjadi indikator pengembangan agribisnis

perberasan ketan spesifik adalah aspek ekonomi

dimana terdapat dua variabel yang menjadi

Page 8: Pengembangan Agribisnis Beras Beraroma “Mandoti”

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

244

pengukuran pada indikator aspek ekonomi yaitu

koperasi dan informasi harga pasar, variabel

tersebut dimasukan berdasarkan hasi forum group

diskusi yang dilakukan antara stakeholder yang

berkepentingan. Skor untuk informasi harga pasar

sebesar 0,143 dan skor untuk koperasi sebesar

0,857. Adapun skor seperti pada Tabel 5.

Tabel 5. Bobot Alternatif Strategi Pengembangan “pulu mandoti” aspek ekonomi

No Alternatif Strategi Bobot

1 Koperasi 0,857

2 Informasi Harga Pasar 0,143

Indikator strategi informasi harga pasar di

Desa Salukanan terkait fluktuasi harga “pulu

mandoti” tidak begitu menjadi masalah utama di

antara kelompok tani, harga “pulu mandoti” di

Desa Salukanan cenderung stagnan, kondisi

tersebut akibat beras “pulu mandoti” termasuk

beras spesifik lokal yang hanya ada di Desa

Salukanan, rata rata harga “pulu mandoti” di Desa

Salukanan sebesar Rp. 40.000,-hampir semua

petani menjual dengan kesepakatan harga

tersebut. Selain itu ketersediaan “pulu mandoti”

rata rata tersedia sepanjang tahun karena petani

sudah memanfaatkan gudang penyimapanan atau

biasa disebut “tokkonan” sehingga hal tersebut

yang menjadi pemicu adanya harga yang tidak

berfluktuasi.

Masalah yang timbul dari “pulu mandoti”

adalah adanya tindakan oknum pembeli yang

biasanya mencampur beras tersebut dengan beras

yang lain sehingga berdampak pada berkuranya

cita rasa atau ciri khas dari aroma “pulu mandoti”

Kondisi tersebut akibat petani masih menjual

“pulu mandoti” secara sendiri sendir. Walaupun

harga tidak berfluktuasi akan tetapi masi terdapat

petani yang dirugikan, seperti pada saat petani

membutuhkan biaya hidup seperti

menyekolahkan anaknya dengan terpaksa dijal

cepat untuk mendapatkan biaya, sehingga

berdampak pada rendahnya harga di petani.Hal

tersebut sangat berhubungan dengan tingginya

skor koperasi sebesar 0, 857 karena masalah utama

yang terjadi di Desa Salukanan adalah belum

adanya terbentuk Koperasi Petani.

Kelembagaan petani yang sudah terbentuk

di kelompok tani baru GAPOKTAN, itupun

lembaga tersebut belum optimal dalam

menggerakan kelompok tani.Di Desa Salukanan

sendiri baru terbentuk 1 GAPOKTAN.Hampir rata

rata kelompok tani belum memhami arti dan

maksud dari pembentukan GAPOKTAN. Masalah

lain yang timbul dari belum adanya koperasi

adalah kondisi meningkatnya produksi tidak

jarang diikuti dengan anjloknya harga, sehingga

pasar telah menjadi sesuatu yang sangat tidak

bersahabat bagi petani dan pengembangan sektor

pertanian itu sendiri. Proses kanibalisme aktivitas

pemasaran terhadap aktivitas produksi di satu sisi

menyebabkan petani tidak bergairah dalam

menjalani profesinya. Hal ini menyebabkan

kuantitas dan kualitas produksi yang dihasilkan

menjadi rendah. Di sisi lain, proses kanibalisasi

tersebut berpengaruh pada terhambatnya

pertumbuhan ekonomi wilayah pedesaan.

Sehingga berdasarkan masalah tersebut di

atas, maka upaya pengembangan agribisnis

perberasan ketan spesifik lokal di Desa Salukanan

dapat dilakukan dengan upaya penguatan

kelembagaan yang pendekatnya melalui koperasi,

seperti pembentukan KEP (kelembagaan ekonomi

petani), KEP tersebut di sinergitaskan dengan

kelembagaan Desa melalui pengolahan BUMDES.

Sehingga nantinya hasil panen dari kelompok tani

di tampung oleh BUMDES yang dikerjsamakan

dengan Kelembgaan Ekonomi Petani. Sehingga

pembeli yang akan mengakses produks tersebut

langsung berhubungan dengan kelmbegaan

ekonomi petani. Selain itu kelembagaan ekonomi

petani juga dapat berfungsi sebagai lembaga

penyediaan sarana dan prasaran pertanian seperti

pupuk, alsintan dan lain lain. Peran Kelembagaan

Ekonmi Petani juga dapat menjadi jembatan

dalam proses dan pemasaran “pulu mandoti”,

sumber dana kelembagaan ekonomi petani

didapat dari pemanfaatan ADD karena

Kelembagaan tersebut bekerjasama dengan

BUMDES.

3.5. Strategi Aspek Kebijakan (Bobot 0,26)

Aspek kebijakan dari tiga aspek memiliki

skor terendah sebesar 0, 26, aspek kelembagaan

terdiri dari 2 indikator yaitu program pemerintah

dan kelembagaan petani. Adapun skor seperti

pada Tabel 6.

Dukungan program pemerintah masih

menjadi masalah utama dari pengembangan “pulu

mandoti” di Desa Salukanan, masalah tersebut

adalah masih minimnya kesempatan kelompok

tani “pulu mandoti” untuk mengakses sarana dana

Page 9: Pengembangan Agribisnis Beras Beraroma “Mandoti”

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

239

prasarana pertanian seperti cultivator, pompa dan

irigasi. Kondisi tersebut berdampak pada

rendahnya minat petani dan produksi “pulu

mandoti”. Selain itu masalah utama menjadi

kebutuhan kelompok tani dari aspek kebijakan

adalah pendampingan yang optimal dari

pemerintah dalam hal pengendalian OPT.

Tabel 6. Bobot Alternatif Strategi Pengembangan “pulu mandoti” aspek kebijakan

No Alternatif Strategi Bobot

1 Dukungan Program pemerintah 0,857

2 Kelembagaan 0,143

Pengembangan “pulu mandoti” pada aspek

kebijakan pemerintah harus dilakukan secara

terpadu, strategi kebijakan pemerintah untuk

meminimalisasi fluktuasi harga, melalui

kerjasama dengan lembaga BUMDES untuk

menampung komoditi hasil ‘pulu mandoti” pada

saat panen raya dengan harga penjualan yang

sudah disepakati antara pemerintah, BUMDES dan

kelembagaan ekonomi petani di Kabupaten

Enrekang, sehingga melalui kerjasama tersebut

diharapkan agar harga “pulu mandoti” konstra.

Untuk mendukung ketersediaan sarana dan

prasarana budidaya, kebijakan yang dilakukan

melalui pembentukan unit usahatani melalui

fasilitasi GAPOKTAN, dimana bantuan yang

diberikan adalah saprodi seperti cultivator,

pompa, sarana perpipaan, UPPO dan APPO yang

di fasilitasi dan didampingi oleh pemerintah.

Selain itu, unit usahatani tersebut dapat

memfasilitasi petani dalam aspek permodalan.

Aspek permodalan lain yang dapat digunakan

oleh petani melalui kredit pertanian di BANK-

BANK pemerintah dengan agunan tanah, dan

harus didukung oleh fasilitasi sertifikasi tanah

gratis oleh pemerintah.

Sehingga berdasarkan hasil analisa AHP

terhadap upaya pengembangan agribisnis

perberasan ketan spesifik lokal di Desa Salukanan

Kecamatan Baraka adalah sebagai berikut :

1. Dukungan keterlibatan lintas sektoral baik itu

Dinas Pertanian maupun Dinas Pekerjaan

Umum. Pada Aspek lini Of Farm startegi

pengembangan agribisnis yang perlu mandapat

perhatian adalah bagaiaman agar packing

produk tersebut bisa lebih menarik, tidak lagi

melalui kemasan kantong plastik. Dukungan

tersebut diberikan melalui kerjasama dengan

stakeholder seperti Industri pemasaran atau

lembaga lembaga pemasaran agar mendamping

kelompok “pulu mandoti” dalam hal

bagaiamana membuat packing yang menarik

sehingga dapat menjadi olej oleh yang diminati

oleh wisatawan.

2. Pemberdayaan sentra produksi ‘pulu mandoti

di Kabupaten Enrekang perlu direvitalisasi

menjadi sentra agribisnis “pulu mandoti” yang

diarahkan melalui kelembagaan petani yang

tangguh tidak saja dalam menangani aspek

produksi tapi juga pada aspek pemasaran,

penerapan SPO (StandarProsedur Operasional)

spesifik lokasi yang berbasis GAP (Good

Agriculture Practice) dan GHP (Good Handling

Practice) yang terintegrasi dengan pelayanan

pasar input serta industri pengolahan.

3. penguatan kelembagaan yang pendekatnya

melalui koperasi, seperti pembentukan KEP

(kelembagaan ekonomi petani), KEP tersebut di

sinergitaskan dengan kelembagaan Desa

melalui pengolahan BUMDES. Sehingga

nantinya hasil panen dari kelompok tani di

tampung oleh BUMDES yang dikerjsamakan

dengan Kelembgaan Ekonomi Petani

IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Urutan prioritas strategi berdasarkan

Analitical Hierarchy Proces pada prospek dan

peluang pengembangan perberasan ketan spesifik

lokal di Desa Salukan Kabupaten Enrekang secara

berurtan dapat diterapkan melalui peluang

pengembangan Apek Tekhnis melalui lini on farm

pada peluang pengembangan sarana dan prasaran

irigasi dan tekhnologi ketersediaan bibit. Pada lini

Off faram melalui penguatan packing “pulu

mandoti”. Pada Apek kebijakan dilaksanakan

melalui dukungan program yang efektif dari

Pemerintah Kabupaten Enrekang.Sedangkan pada

aspek ekonomi melalui peluang pengembangan

kapasitas koperasi.

4.2. Saran

Perlu dukungan kebijakan pemerintah

daerah Kabupaten Enrekang secara konsisten

dalam pengembangan perberasan ketan spesifik

lokal di Desa Salukan yang dapat dilakukan

dalam bentuk dukungan anggaran dan regulasi

dalam investasi swasta terhadap pengembangan

Page 10: Pengembangan Agribisnis Beras Beraroma “Mandoti”

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

247

industri hulu-hilir. Pengembangan komoditas

unggulan di Kabupaten Enrekang harus dilakukan

secara terpadu dengan melibatkan berbagai pihak

terkait, khususnya SKPD lingkup pertanian se-

Kabupaten Enrekang. Perlibatan peran swasta

yang lebih luas dalam mendorong pengembangan

“pulu mandoti” di Kabupaten Enrekang.

REFERENSI

Badan Pusat Statistik. 2016. Enrekang Dalam Angka 2016. BPS.

Balitbang. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Komoditi Tanaman Pangan. Kementerian Pertanian.

Latifah Siti. 2005. Prinsip Prinsp Dasar Analitical Hierarchy Process (AHP). Jurusan Kehutanan.

Universitas Sumatra Utara.

Maarif, M.S. dan H. Tanjung. 2003. Teknik-Teknik Kuantitatif untuk Manajemen. PT Grasindo. Jakarta.

Parulian. 2008. Startegi Pengembangan Perkebunan sebagai Sektor Unggulan Dalam Meningkatkan

Sumber Penerimaan Petani dan Pedesaan. Pasca Sarjana IPB.

Rustiadi. et. al. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Santoso. et. al. 2014. Jurnal Pengembangan Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Tanaman Pangan di

Kabupaten Karangasem Melalui Pendekatan Agribsinis. Volume 3 No 2. Institu Tekhnologi

Sepuluh Nopember.

Sartidjo, et. al. 2013. Jurnal Pengembangan Komoditas Unggulan Pertanian Dengan Konsep Agribisnis

Di Kabupaten Pemekasan. Institut Tekhnologi Sepuluh Nopember.

Stoner. J. et. al. 1995. Manajemen. Edisi Bahasa Indonesia. PT Prenhallindo Jakarta.

Syafa’at, N, P Simatupang, S Mardianto dan T.Pranadji. 2003. Konsep Pengembangan Wilayah Berbasis

Agribisnis Dalam Rangka Pemberdayaan Petani. Bogor. Forum Penelitian Agro Ekonomi

Volume 21 No 1, Juli 2003 : 26-43.

Tarigan. R. 2003. Ekonomi Regional. Teori dan Aplikas, Jakarta. Bumi Aksara.