pengganti beras

35
Tahun 2014, Ganti Makan Nasi dengan Singkong Kamis, 11 April 2013 12:48:49 WIB Reporter : Hanum Oktavia Malang (beritajatim.com) - Beras yang merupakan bahan dasar nasi saat ini masih menjadi bahan pokok nomor satu bagi warga Indonesia, khususnya di Jawa. Namun di tahun 2014 mendatang, diharapkan warga tak hanya tergantung pada nasi, namun bisa mengganti bahan pokok lain seperti singkong dan jagung sebagai pengganti nasi untuk makanan sehari-hari. Ahmad Suryana, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian Republik Indonesia mengaku jika pihaknya terus menggalakkan program diversifikasi pangan, yang esensinya adalah menyandingkan beras dengan bahan pokok lain. Karema Indonesia konsumsi berasnya sangat tinggi. "Indonesia kaya akan bahan pangan pokok tidak hanya beras. Ini harus bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya agar kualitas gizi masyarakat seimbang dan bervariasi," katanya usai menghadiri acara Gerakan Diversifikasi Pangan di halaman luar Stadion Gajayana Malang, Kamis (11/4/2013). Salah satu program yang dilakukan pemerintah adalah mengganti nasi dengan bahan makanan olahan singkong seperti nasi tiwul yang sebenarnya juga telah menjadi bahan makanan pokok khas Indonesia sejak dahulu. "Meski belum ada penelitian secara ilmiah, banyak masyarakat yang menilai kalau makan nasi menyebabakan penyakit tertentu. Untuk itu, masyarakat bisa mengganti nasi dengan singkong," ujar Ahmad Suryana. Untuk Jawa, singkong bisa menjadi andalan lantaran produksi singkong di lahan milik masyarakat cukup besar, atau ditargetkan bisa mencapai 20 juta ton tahun ini. "Sebagai langkah konkrit diversifikasi pangan, kita mulai menggalakkan pemberian benih-benih singkong serta pelatihan pola tanam yang baik. Jika sudah maksimal, maka hasil singkong yang ditanam masyarakat bisa mencapai 35 ton per hektar, dan itu bisa mengurangi tekanan akan kebutuhan beras," urainya. Meski demikian, pihaknya mengakui jika mengubah minsdet masyarakat untuk mengurangi konsumsi nasi cukup sulit dan memerlukan waktu yang cukup panjang. "Kita sudah melakukan diversifikasi sejak 2010 lalu, semoga 2014 masyarakat bisa menganggap bahwa bahan pokok tak hanya nasi. Program ini harus terus kita sosialisaikan pada masyarakat," pungkasnya.

Upload: andi-agus-salim

Post on 20-Oct-2015

779 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bahan persentasi bahan pokok pengganti beras

TRANSCRIPT

Page 1: pengganti beras

Tahun 2014, Ganti Makan Nasi dengan Singkong

Kamis, 11 April 2013 12:48:49 WIBReporter : Hanum Oktavia

Malang (beritajatim.com) - Beras yang merupakan bahan dasar nasi saat ini masih menjadi bahan pokok nomor satu bagi warga Indonesia, khususnya di Jawa.

Namun di tahun 2014 mendatang, diharapkan warga tak hanya tergantung pada nasi, namun bisa mengganti bahan pokok lain seperti singkong dan jagung sebagai pengganti nasi untuk makanan sehari-hari.

Ahmad Suryana, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian Republik Indonesia mengaku jika pihaknya terus menggalakkan program diversifikasi pangan, yang esensinya adalah menyandingkan beras dengan bahan pokok lain. Karema Indonesia konsumsi berasnya sangat tinggi. "Indonesia kaya akan bahan pangan pokok tidak hanya beras. Ini harus bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya agar kualitas gizi masyarakat seimbang dan bervariasi," katanya usai menghadiri acara Gerakan Diversifikasi Pangan di halaman luar Stadion Gajayana Malang, Kamis (11/4/2013).

Salah satu program yang dilakukan pemerintah adalah mengganti nasi dengan bahan makanan olahan singkong seperti nasi tiwul yang sebenarnya juga telah menjadi bahan makanan pokok khas Indonesia sejak dahulu. "Meski belum ada penelitian secara ilmiah, banyak masyarakat yang menilai kalau makan nasi menyebabakan penyakit tertentu. Untuk itu, masyarakat bisa mengganti nasi dengan singkong," ujar Ahmad Suryana.

Untuk Jawa, singkong bisa menjadi andalan lantaran produksi singkong di lahan milik masyarakat cukup besar, atau ditargetkan bisa mencapai 20 juta ton tahun ini. "Sebagai langkah konkrit diversifikasi pangan, kita mulai menggalakkan pemberian benih-benih singkong serta pelatihan pola tanam yang baik. Jika sudah maksimal, maka hasil singkong yang ditanam masyarakat bisa mencapai 35 ton per hektar, dan itu bisa mengurangi tekanan akan kebutuhan beras," urainya.

Meski demikian, pihaknya mengakui jika mengubah minsdet masyarakat untuk mengurangi konsumsi nasi cukup sulit dan memerlukan waktu yang cukup panjang. "Kita sudah melakukan diversifikasi sejak 2010 lalu, semoga 2014 masyarakat bisa menganggap bahwa bahan pokok tak hanya nasi. Program ini harus terus kita sosialisaikan pada masyarakat," pungkasnya.

Sudah Ganti Makananmu?Oleh : Fadil Abidin

“Sudah ganti makananmu?” Itulah pertanyaan yang dilontarkan oleh Tukul Arwana dalam sebuah iklan layanan masyarakat di televisi. Pertanyaan yang bernada provokatif itu adalah sebuah ajakan kepada masyarakat untuk mengganti kebiasaan memakan nasi sebagai makanan pokok dengan makanan lainya.

Saya pribadi akan menjawab, ”belum”, barangkali saya tidak akan sanggup mengganti nasi dengan makanan pokok lainnya. Bayangkan saja, dari bayi sampai saat ini saya makan nasi, dan kalau disuruh mengganti dengan makanan lain sangat sulit sekali. Tubuh dan lambung beserta enzim-enzim yang ada di dalamnya sudah terbiasa dengan nasi. Sehingga kalau belum makan

Page 2: pengganti beras

nasi serasa belum makan, dan mungkin itu banyak juga dirasakan oleh masyarakat. Jika tidak makan nasi akan masuk angin.

Jagung, terigu, sagu, singkong, dan umbi-umbian lainnya dikatakan sebagai makanan kaya karbohidrat pengganti nasi, tapi apakah mudah mengganti sebuah kebiasaan. Apa mungkin pasokan beras nasional sudah tidak mencukupi untuk rakyatnyasendiri sehingga pemerintah mengajak untuk mengganti makanan pokok?

Jika demikian adanya sekalian saja ganti persawahan kita dari padi dengan tanaman lain, mungkin dengan demikian otomatis rakyat akan mengganti kebiasaanmakannya. Sampai kapanpun mayoritas rakyat Indonesia akan tetap makan nasi sebagai makanan pokok, sedangkan yang lainya mungkin hanya sebagai alternatif atau selingan.

Kementerian Pertanian memang tengah menggalakkan program "one day no rice" atau sehari tanpa nasi ke seluruh tanah air sebagai upaya percepatan kegiatan diversifikasi pangan. Program "one day no rice" dimaksudkan untuk mengurangi tingkat ketergantungan pada nasi atau beras sebagai pangan pokok masyarakat untuk mulai mengganti dengan makanan pokok lain dengan bahan dari jenis umbi-umbian.

Ajakan mengganti makanan pokok berupa nasi, sesungguhnya cermin dari kegagalan pemerintah dalam memenuhi hajat hidup orang banyak. Indonesia di satu sisi adalah negara agraris, tapi di sisi lain merupakan importir bahan pangan seperti jagung, kedelai, dan terigu termasuk beras. Jangankan ketahanan pangan, negara Indonesia adalah negara yang tidak mempunyai kedaulatan pangan. Kita belum merdeka dalam urusan perut.

Maka tiap kali pemerintah tidak sanggup mengatasi masalah, rakyatlah yang diajak bersusah atau menderita. Pemerintah selalu menjadikan rakyat bumper paling depan untuk segala sesuatu yang mereka tidak sanggup untuk mengatasinya. Rakyat diajak berhemat memakai BBM ketika harganya melonjak naik, rakyat diajak berhemat energi ketika terjadi krisis energi listrik, dan rakyat diajak makan singkong ketika harga beras naik. Sementara para pemimpinnya makan roti dan keju, pelesiran keluar negeri, dan berpesta pora dalam korupsi.Satu Hari Tanpa Nasi

Ironisnya ada sebuah daerah melalui peraturan daerah (perda) yang mengimplementasikan program “one day no rice” kepada masyarakat. Tidak jelas apakah di daerah tersebut terjadi krisis beras, atau karena alasan politis biar dianggap “patuh” sama pusat. Sebagai langkah awal, para PNS atau pegawai pemerintahan daerah tersebut diwajibkan untuk tidak makan nasi dalam satu hari dalam seminggu.

Bukankah program ini hanya akan menumbuhkan kemunafikan? Bagaimana mekanisme untuk memantau pola makan atau apa yang dimakan para PNS tersebut? Di kantor atau di kantin, bisa saja mereka tidak makan nasi. Tapi bukankah mereka tetap bisa makan nasi di rumah? Jadi apakah perlu dilakukan razia nasi dari rumah ke rumah?

Peraturan seperti itu jelas tidak bermanfaat, masyarakat bukannya diajak untuk mengembangkan pertanian agar dapat memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia. Malah diajak sesuatu yang tidak realistis.

Saya sangat setuju untuk program penghematan. Tapi bukan hal-hal seperti ajakan untuk tidak makan nasi satu hari dalam seminggu. Di mana esensi penghematan yang didapat dari program tersebut? Berhematlah dengan sesuatu yang tidak bisa diperbaharui atau sesuatu yang tidak bisa diproduksi di dalam negeri. Beras adalah bahan pangan yang bisa kita tanam sendiri dan

Page 3: pengganti beras

ditingkatkan hasilnya. Seharusnya itulah program pemerintah yang utama, yaitu mengembangkan sektor pertanian.

Mengganti makanan pokok atau diperhalus dengan istilah diversifikasi makanan pokok jelas tidak mencerminkan keadilan. Masyarakat miskin menjadi kelompok masyarakat yang sangat tergantung mengkonsumsi pangan jenis beras. Bagi orang miskin membeli beras menjadi porsi terbesar pengeluaran mereka, sehingga diversifikasi pangan sangat sulit bagi orang miskin. Sehingga diversifikasi pangan dengan mengganti makanan pokok selain beras, sangat sulit dilakukan di kalangan bawah karena terbatasnya pendapatan mereka. Sementara bagi orang mampu, mengganti-ganti jenis makanan sangat mudah karena pendapatannya bisa membeli aneka jenis pangan di luar beras.

Digambarkan, sebagai pengganti beras orang miskin hanya bisa makan mie instan, singkong, jagung atau umbi-umbian. Sedangkan golongan orang kaya akanmakan roti, burger, pizza, kwetiaw, donat, kentang goreng, ubi madu, spagheti, cereal, dan lain sebagainya, dimana bahan-bahan pembuat makanan tersebut justru berasal dari impor.

Melakukan diversifikasi pangan dengan mendorong masyarakat mengganti konsumsi beras kepada pangan lainnya nampaknya sangat sulit. Makan nasi bagi orang Indonesia merupakan bagian dari budaya dan ada faktor-faktor psikologis di dalamnya. Kebanyakan orang Indonesia, walaupun sudah makan roti, burger atau pizza misalnya, akan tetap merasa belum makan jika belum memakan nasi. Akhirnya mereka makan nasi lagi. Bukankah ini justru merupakan suatu pemborosan?

Bukan untuk Orang MiskinSebenarnya, kalau kita lihat dari kandungan gizi, memang nasi bukanlah makanan yang tidak

bisa digantikan oleh makanan lain. Dilihat dari kandungannya, dalam 100 g nasi terkandung sekitar 28,62 g karbohidrat dan kalori sebesar 130,7 kkal.

Jumlah karbohidrat yang lebih tinggi bisa kita peroleh dengan memakan makanan seperti gadum, roti, mie, sagu atau kentang. Tapi harus diingat, bahan-bahan pangan ini juga berasal dari impor. Sementara untuk kentang, negara kita belum swasembada sehingga belum bisa dijadikan alternatif makanan pokok. Nilai karbohidrat dan kalori dari nasi jelas lebih tinggi ketimbang ubi jalar, ubi kayu (singkong) atau jagung.

Sebagai makanan yang kandungan utamanya adalah karbohidrat, nasi berperan sebagai sumber energi utama pada tubuh. Coba bayangkan jika golongan orang miskin, yang pekerjaannya hanya mengandalkan otot (tenaga), kemudian dipaksa beralih untuk makan singkong yang nilai kalorinya lebih rendah. Bukankah ini akan mengganggu stamina mereka? Produktivitas juga akan menurun, yang berimbas kepada pendapatan yang ikut menurun juga.

Jadi ajakan kepada masyarakat untuk mengganti makanan pokok yang dilontarkan oleh Tukul Arwana di atas kurang tepat. Seharusnya, ajakan untuk memakan umbi-umbian, khusus ditujukan kepada golongan atas yang kerap menimbun kalori dan lemak dalam tubuh mereka. Untuk golongan rakyat miskin justru pemerintah harus memberi mereka terigu, roti, dan gandum, agar stamina mereka meningkat, produktivitas naik, kesehatan tubuh terjaga dan tidak ada lagi terkena busung lapar.

Sudah ganti makananmu? Secara riil masyarakat bawah kini sudah banyak yang mengganti makanan dengan sendirinya, berupa nasi campur. Nasi kualitas rendah campur jagung, nasi campur

Page 4: pengganti beras

ubi, dan nasi aking. Bukan karena mereka mengikuti ajakan si Tukul atau mengikuti program pemerintah “one day no rice”, tapi karena mereka sudah tidak mampu lagi membeli beras. ***

PEMANFAATAN JAGUNG SEBAGAI PENGGANTI BERAS UPAYA MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN DAERAH DI INDONESIA

BAB I

PENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANG

Pangan memiliki peran strategis dengan dimensi yang sangat luas dan komplek. Ketersediaan dan distribusi pangan serta keterjangkauan daya beli masyarakat bahkan menjadi issue sentral dalam kebijakan pembangunan Nasional dan Daerah. Jaminan ketersediaan pangan bagi seluruh masyarakat berperan penting bagi terciptanya stabilitas ekonomi, sosial, dan politik nasional. Oleh karena itu, suatu upaya pemenuhan kebutuhan pangan dan penciptaan ketahanan pangan selalu mendapat prioritas dan kebijakan Pembangunan Nasional.

Menurut UU RI No. 7 Tahun 1996 Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia paling utama, karena itu pemenuhan pangan merupakan bagian dari hak azazi individu. Pemenuhan pangan juga sangat penting sebagai komponen dasar untuk membentuk sumber daya manusia berkualitas untuk melaksanakan pembangunan. Pangan yang aman, bermutu, bergizi, beragam dan tersedia cukup merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem pangan yang memberikan perlindungan bagi kepentingan kesehatan serta berperan dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Pada tahun 2004, dibidang pembangunan daerah terutama ditujukan untuk mengurangi kemiskinan di wilayah perkotaan maupun perdesaan melalu pemberdayaan masyarakat, pelaksanaan otonomi daerah yang lebih berkualitas termasuk aparat pemerintah daerah yang bersih dan akuntabel sejalan dengan perkembangan politik yang ada. Oleh karena itu, peran pemerintah daerah sangatlah penting dalam membangun ketahan pangan di Indonesia.

Saat ini pemenuhan kebutuhan makanan pokok diberbagai daerah di Indonesia bertumpu pada beras. Fakta menunjukan bahwa ketergantungan pada satu jenis karbohidrat melemahkan ketahanan pangan. Oleh karena itu diperlukan sumber karbohidrat lain yang berbasis pada sumber daya lokal.

Menurut Anonim (2012) pangan lokal adalah pangan yang diproduksi didaerah setempat untuk dikonsumsi dan atau tujuan ekonomi. Dengan demikian pangan lokal adalah pangan yang bukan hasil impor. Jagung merupakan salah satu jenis bahan pangan yang berpotensi dikembangkan sebagai pangan lokal.

Jagung juga sudah dikenal oleh masyarakat dari segi nutrisi, kandungan gizi jagung juga cukup lengkap dan energinya setara dengan beras. Akan tetapi pada faktanya, penggunaan sebagai bahan pakan yang sebagian besar untuk ternak ayam ras menunjukkan tendensi makin

Page 5: pengganti beras

meningkat setiap tahun dengan laju kenaikan lebih dari 20%. Sebaliknya, penggunaan jagung untuk bahan pangan menurun (Adisarwanto dan Erna, 2000).

2.1 RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini, penulis menguraikan mengenai pemanfaatan jagung sebagai pengganti beras upaya membangun ketahanan pangan yang berhubungan dengan otonomi daerah. Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana jagung dapat mengatasi ketahanan pangan daerah-daerah di Indonesia?2. Bagaimana setiap daerah membangun system dan usaha agribisnis jagung?3. Apa upaya pemerintah membangun ketahanan pangan dalam pemanfaatan jagung ?

3.1 TUJUAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain sebagai berikut:1. Mengetahui bagaimana jagung dapat mengatasi ketahanan pangan daerah-daerah di Indonesia.2. Menganalisis membangun sistem dan usaha agribisnis jagung3. Mengetahui upaya pemerintah membangun ketahanan pangan dalam pemanfaatan jagung.

BAB IIPEMBAHASAN

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesi No. 68 tahun 2002 tentang ketahanan pangan dalam BAB VI Pasal 13 ayat 1 tertulis dengan jelas bahwa “Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan/atau Pemerintah Desa melaksanakan kebijakan dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan ketahanan pangan di wilayahnya masing-masing, dengan memperhatikan pedoman, norma, standar, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat”. Demi menguatkan peran dan tanggung jawab pemerintah daerah juga ada kesempatan bersama Gubernur/ ketua Dewan Ketahanan Pangan Provinsi yang salah satunya adalah “untuk mengembangkan berbagai program dan kegiatan ketahanan pangan yang komprehensif serta berkesinambungan dalam rangka memantapkan ketahanan pangan nasional”. Program dan kegiatan tersebut menjadi prioritas program pembangunan daerah.

Program peningkatan ketahanan pangan dimaksudkan untuk mengoperasionalkan pembangunan dalam rangka membangun sistem ketahanan pangan baik di tingkat nasional maupun ditingkat masyrakat. Pangan dalam arti luas mencakup pangan yang berasal dari tanaman, hasil ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin serta mineral yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia.

Image atau citra bahwa pangan hanya disimbolkan dengan beras semata adalah meruapakan inti permasalahannya. Semua orang seperti didorong makan nasi alias beras.

Page 6: pengganti beras

Padahal masih banyak sumber pangan lain yang dapat kita manfaatkan untuk mengganti ataupun melengkapi konsumsi beras ini. Ada singkong, ubi jalar, sagu, jagung, suweg, gembili, kentang, ganyong, dan masih banyak bahan alternatif lainnya yang nilai gizinya tidak kalah, bahkan memiliki kelebihan dibandingkan beras. Misal pada biji jagung yang memiliki kandungan vitamin A paling tinggi diantara biji-bijian lainnya.[1]

Mantan Menteri Pertanian Anton Apriantono mengatakan perlu adanya perbaikan pola pikir (mindset) masyarakat Indonesia, tentang pangan yang dikonsumsi. Menurut dia, selama ini orang selalu menganggap bahwa yang namanya makan itu harus nasi. Hal itu dilontarkan Pak Anton, saat ditanya tanggapannya tentang pernyataan Anggota Komisi VI DPR Hasto Kristianto yang mengatakan Indonesia tengah menghadapi krisis pangan .[2]

Nasi adalah primadona bagi sebagian masyarakat Indonesia. Jika belum makan dengan nasi serasa belum makan. Hal ini yang terjadi pada sebagian masyarakat Indonesia. Memang tidak ada yang di rugikan namun upaya pemerintah dalam penganekaragaman pangan atau diversifikasi pangan terhambat.

Ketahanan pangan menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan nasional. Ada tiga alasan utama yang melandasi adanya kesadaran dari semua komponen bangsa atas pentingnya ketahanan pangan yaitu: (1) akses atas pangan yang cukup dan bergizi bagi setiap penduduk merupakan salah satu pemenuhan hak azasi manusia; (2) konsumsi pangan dan gizi yang cukup merupakan basis bagi pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas;(3) ketahanan pangan merupakan basis bagi ketahanan ekonomi, bahkan bagi ketahanan nasional suatu negaraberdaulat.

Salah satu bahan pangan sebagai pengganti beras atau nasi adalah jagung. Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Jagung dapat ditanam diberbagai daerah di Indonesia contohnya Jawa Timur : 5 jt ton; Jawa Tengah : 3,3 jt ton; Lampung : 2 jt ton; Sulawesi Selatan: 1,3 jt ton; Sumatera Utara : 1,2 jt ton; Jawa Barat : 700 – 800 rb ton, sisa lainnya (NTT, NTB, Jambi dan Gorontalo) dengan rata-rata produksi jagung nasional 16 jt ton per tahun.

2.1 PERANAN JAGUNG DALAM KETAHANAN PANGAN

Selama ini komoditas pangan yang diusahakan petani adalah padi dan jagung. Oleh karena itu untuk memperkokoh ketahanan pangan komoditas jagung yang merupakan bahan pangan setelah komoditas padi, maka perlu dipertahankan. Dengan pergeseran pola makan petani, jagung yang semula diusahakan sebagai sumber pangan menjadi salah satu sumber pakan ternak, dan kebutuhannya memperlihatkan tren meningkat. Untuk mencukupi kebutuhan pangan dan pembuatan pakan ternak tersebut, makan kontinuitas ketersedian jagung harus dapat dipertahankan, karena jagung merupakan salah satu komponen bahan pakan yang harganya relatif murah.

Jagung bisa dipilih sebagai pengganti beras karena nilai gizinya tinggi dalam 100 gram jagung terdapat energi 154 kilokalori. Jagung juga mengandung antioksidan dan kaya betakaroten sebagai pembentuk vitamin A. Tak hanya itu, jagung merupakan sumber asam lemak esensial linolenat yang penting untuk pertumbuhan dan kesehatan kulit, dan juga kaya akan serat.

Page 7: pengganti beras

Jagung saat ini sering dikonsumsi oleh sebagian masyarakat Indonesia sebagai pengganti nasi, dalam berpartisipasi untuk pelaksanaan diversifikasi pangan yang dicanangkan oleh pemerintah dan lembaga-lembaga yang terkait. Itulah sebabnya mengapa akhir-akhir ini banyak petani yang menanam jagung sebagai alternatif pengganti makanan pokok berupa nasi yang sering dikonsumsi oleh orang Indonesia. Budidaya tanaman jagung tidaklah sulit dan tidak begitu membutuhkan perlakuan ekstra seperti yang dilakukan pada budidaya tanaman padi.

Sebagai contoh daerah yang memanfaatkan jagung sebagai pengganti beras adalah daerah Kalimantan Tengah. Produksi jagung di Kalimantan Tengah mengalami peningkatan pada tahun 2004 sebesar 969 ton sedangkan pada tahun 2005 mencapai 2400 ton yang tersebar diseluruh kabupaten/kota di Kalimantan Tengah (BPS Kalimantan Tengah, 2006). Dari data BPS[3] Kalimantan Tengah tersebut menunjukan bahwa produksi jagung disalah satu daerah di Indonesia berpeluang untuk dilakukannya diversifikasi pangan. Diversifikasi pangan menjadi salah satu pilar utama dalam mewujudkan ketahan pangan. Diversifikasi konsumsi pangan tidak hanya sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada beras tetapi juga peningkatan gizi untuk mendapatkan manusia yang berkualitas dan mampu berdaya saing dalam percaturan globalisasi (Himagizi, 2009). Pengelolaan usaha tani jagung yang optimal berpeluang meningkatkan keuntungan finansial yang berarti, sehingga membuka peluang peningkatan pendapatan petani. Dalam pengelolaan usaha tani jagung tersebut diperlukan teknologi untuk meningkatkan kapasitas produksi diantaranya benih unggul, hasil tinggi. Ciri utama benih unggul baru adalah sangat responsive terhadap input yang diberikan sehingga jumlah produksi dapat dinaikan.[4]

2.1.1 Kandungan Gizi dalam JagungJagung merupakan salah satu komoditas utama pertanian sebagai bahan pangan

penting selain padi. Jagung merupakan salah satu komoditas palawija utama penghasil karbohidrat dan merupakan menu makanan yang bersifat substitusi atau suplemen bagi manusia. Jagung sebagai salah satu sumber hidrat arang dapat dijadikan makanan pengganti nasi. Jagung mengandung 361 kal/ gram bahan, sedangkan beras mengandung 360 kal/100 gram bahan. Kandungan protein dan lemak jagung bahkan lebih tinggi dari pada beras. Kandungan protein jagung 9,0 gram/100 gram bahan, sedangkan beras hanya 7,6 gram/100 gram bahan. Kandungan lemak jagung 4,5 gram/100 gram bahan sedangkan beras 0,7 gram/ 100 gram bahan. Demikian pula dengan kandungan yang lain, jagung lebih unggul dari pada beras. Kandungan kalsium, fosfor dan zat besi jagung berturut-turut 9 mg, 380 mg, 4,6 mg/ 100 gram bahan, sedangkan beras 6 mg, 147 mg, 8,8 mg/ 100 gram bahan. Secara lengkap kandungan gizi jagung dan beras diperlihatkan dalam tabel 1.Tabel 1 1Kandungan Gizi Pada Jagung

Kandungan Gizi Jagung BerasEnergi (kal) 361 360Karbohidrat (g/100g) 72 79Protein (g/100g) 9,0 7,6Lemak (g/100g) 4,5 0,7Ca (mg/100g) 9 6P (mg/100g) 380 147Fe (mg/100g) 4,6 0,8

Page 8: pengganti beras

Salah satu kelebihan lain jagung adalah kandungan provitamin A yang tinggi dalam bentuk pigmen. Oleh para ahli, jagung memiliki kandungan nutrisi tinggi yang bermanfaat bagi tubuh. Jagung kaya akan vitamin B1 yang bermanfaat untuk penyerapan karbohidrat dalam tubuh, dan vitamin B5 yang membantu normalnya fungsi-fungsi fisiologis, dan vitamin C yang membantu melawan penyakit. Kandungan folat jagung juga dinilai dapat membantu menghasilkan sel-sel baru di dalam tubuh. Tak dipungkiri, jagung juga makanan tinggi serat, jagung pun berperan menurunkan kadar kolesterol dengan cara menyerap koresterol jahat, mengurangi risiko kanker usus besar, serta menurunkan kadar gula dalam darah. Nilai lebih lain dari jagung adalah kandungan komposisi gizinya lebih komplek dibanding beras.

2.1.2 Produktivitas Jagung di Indonesia Sebagai salah satu alternatif pangan pokok jagung sudah popular di seluruh dunia. Di

Indonesia, daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, Daerah Istimewa Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Maluku. Khusus di daerah Jawa Timur dan Madura, tanaman jagung dibudidayakan cukup intensif. Daerah-daerah tersebut dijadikan komuditas utama dalam penghasil jagung. Karena daerah tersebut memiliki lahan pertanian yang luas hingga sangat mendukung untuk pertumbuhan tanaman jagung. Perkembangan jagung juga dipengaruhi oleh kondisi pertanamannya.

Kondisi tersebut karena tanaman jagung mempunyai adaptasi yang luas dan relatif mudah dibudidayakan, sehingga komoditas ini ditanam oleh petani di Indonesia padalingkungan fisik dan sosial-ekonomi yang sangat beragam. Jagung dapat ditanam pada lahan kering, lahan sawah, lebak, dan pasang-surut, dengan berbagai jenis tanah, pada berbagai tipe iklim, dan pada ketinggian tempat 0–2.000 m dari permukaan laut.

Selama periode 2001-2006, rata-rata luas areal pertanaman jagung di Indonesia sekitar 3,35 juta ha/tahun dengan laju peningkatan 0,95% pertahun. Luas areal pertanaman jagung menduduki urutan kedua setelah padi sawah. Jika dibandingkan dengan komoditas lain, luas pertanaman jagung hanya 0,32 kali dari luas pertanaman padi, dan 5,32 kali luas pertanaman kedelai (Tabel 1).

Produktivitas jagung di Indonesia masih sangat rendah, baru mencapai 3,47 t/ha pada tahun 2006, namun cenderung meningkat dengan laju 3,38% per tahun. Masih rendahnya produktivitas menggambarkan bahwa penerapan teknologi produksi jagung belum optimal. Dalam periode 1990-2006, produksi jagung rata-rata 9,1 juta ton dengan laju peningkatan 4,17% per tahun (Tabel 2). Terindikasi bahwa peningkatkan produksi jagung di Indonesia lebih ditentukan oleh perbaikan produktivitas daripada peningkatan luas panen (laju peningkatan 0,96%).

Jagung dibudidayakan pada lingkungan yang beragam. Hasil studi Minket al. (1987) menunjukkan bahwa sekitar 79% areal pertanaman jagung terdapat di lahan kering, 11% terdapat di lahan sawah irigasi, dan 10% di sawah tadah hujan. Saat ini data tersebut telah mengalami pergeseran. Berdasarkan estimasi Kasryno (2002), pertanaman jagung di lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan meningkat berturut-turut menjadi 10-15% dan 20-30%, terutama di daerah produksi jagung komersial.

Page 9: pengganti beras

Penerapan inovasi teknologi di tingkat petani masih beragam, bergantung pada orientasi produksi (subsisten, semi komersial, komersial), kondisi kesuburan tanah, risiko yang dihadapi, dan kemampuan petani membeli atau mengakses sarana produksi. Penyebaran penggunaan varietas pada tahun 2005 adalah 22% hibrida, dan selebihnya komposit (unggul dan lokal). Angka ini masih di bawah Thailand yang telah menggunakan benih jagung hibrida hingga 98%, sedangkan Filipina sudah menggunakan benih hibrida 65%. Masih mahalnya benih hibrida dan pertimbangan risiko yang dihadapi, cukup banyak petani yang menanam benih hibrida turunan (F2). Pemakaian benih hibrida merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan produksi jagung.

Tabel 1. Luas panen tanaman pangan dalam periode 2001-2006.Tahun Luas panen (juta ha)

Padisawah

Padiladang

Jagung Kacangtanah

Kedelai Kacanghijau

Ubikayu

Ubijalar

2001 10,62 1,18 3,29 0,68 0,82 0,32 1,28 0,192002 10,42 1,08 3,13 0,66 0,68 0,34 1,32 0,182003 10,40 1,09 3,36 0,68 0,53 0,35 1,25 0,202004 10,80 1,12 3,36 0,72 0,57 0,31 1,26 0,192005 10,73 1,11 3,63 0,72 0,62 0,32 1,21 0,182006 10,71 1,07 3,35 0,71 0,58 0,31 1,22 0,17Rata-ratar (%/th)

10,61 1,11 3,35 0,70 0,63 0,33 1,26 0,19

*) Angka sementara[5]Sumber: BPS dan Ditjen Tanaman Pangan (2006).

Tabel 2. Perkembangan areal, produktivitas, dan produksi jagung diIndonesia, 1990-2006.

Tahun Areal panen Produktivitas Produksi

Areal Panen(‘000 ha)

Produktivitas(ton/ha)

Produksi(‘000 ton)

1990 3.158 2,13 6.7341991 2.909 2,15 6.2551992 3.629

2,207.995

1993 2.939 2,20 6.4591994 3.109 2,21 6.8691995 3.651 2,26 8.2451996 3.744 2,49 9.307

Page 10: pengganti beras

1997 3.355 2,61 8.7711998 3.456 2,94 10.1691999 3.848 2,39 9.2042000 3.500 2,76 9.6772001 3.286 2,79 9.1652002 3.127 3,09 9.6542003 3.359 3,24 10.8862004 3.357 3,34 11.2252005 3.625 3,45 12.5232006 3.346 3,47 11.609Rata-rata 3.346 2,69 9.103r (%/th) 0,96 3,38 4,17

Perkembangan areal, produktivitas, dan produksi jagung di Indonesia, 1990 2006).[6]

2.2 SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS JAGUNG Produksi jagung di Indonesia masih relatif rendah dan masih belum dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang cenderung terus meningkat. Menurut Subandi dkk. (1998), produksi jagung nasional belum mampu mengimbangi permintaan yang sebagian dipacu oleh pengembangan industri pakan dan pangan. Masih rendahnya produksi jagung ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain, seperti teknologi bercocok tanam yang masih kurang baik, kesiapan dan keterampilan petani jagung yang masih kurang, penyediaan sarana produksi yang masih belum tepat serta kurangnya permodalan petani jagung untuk melaksanakan proses produksi sampai ke pemasaran hasil.

Umumnya agribisnis jagung dilakukan berskala kecil, karena masih banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh petani jagung. Permasalahan klasik yang sering dihadapi oleh petani jagung adalah terbatasnya permodalan, manajemen usaha dan pemasaran hasil sehingga tidak dapat melakukan usaha dengan volume usaha yang luas dan lebih intensif serta pemasaran hasil dengan baik. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani jagung diantaranya adalah dengan system kemitraan usaha dalam agribisnis jagung.

Jagung memiliki potensi yang cukup besar untuk diusahakan secara agribisnis, hal ini karena tanaman ini memiliki prospek yang cerah untuk diusahakan baik dari aspek budidaya maupun dari aspek peluang pasar.Dari aspek budidaya tanaman jagung tidak sulit untuk dibudidayakan. Tanaman jagung dapat tumbuh hampir di semua jenis tanah yang terpenting dan sangat berhubungan erat dengan hasil jagung adalah tersedianya unsur hara NPK pada tanah tersebut. Untuk pertumbuhan yang lebih baik lagi, tanaman jagung memerlukan tanah yang subur, gembur dan kaya humus (Sudjana dkk., 1991). Demikian juga benih jagung telah banyak varietas-varietas unggul yang dilepas. Menurut Rahmanto (1997), perkembangan daya hasil dari varietas-varietas unggul yang diadopsi petani telah terbukti memberikan sumbangan yang tidak kecil terhadap peningkatan produksi dan produktivitas jagung nasional.

Secara konsepsional sistem agribisnis jagung merupakan keseluruhan aktivitas yang saling berkaitan mulai dari pembuatan dan pengadaan sarana produksi pertanian hingga pemasaran hasil jagung, baik hasil usaha tani maupun hasil olahannya. Menurut Sa’id dan Intan

Page 11: pengganti beras

(2001) sistem agribisnis terdiri dari subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, subsistem produksi primer, subsistem pengolahan, subsistem pemasaran dan lembaga penunjang.Pada umumnya sistem agribisnis jagung yang dilakukan oleh petani antara lain meliputi:

1. Subsistem pembuatan, pengadaan dan penyaluran sarana produksi pertanian. Sarana produksi pertanian ini diperoleh petani dengan sistem pembelian atau dengan bantuan dalam bentuk kemitraan.

2. Subsistem produksi dalam usahatani. Kegiatan pada subsistem ini meliputi pemilihan benih jagung, penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman dan panen.

3. Subsistem pengolahan hasil panen. Penanganan lepas panen jagung pada tingkat petani pada umumnya baru sampai pada pengeringan jagung tongkol dan pengupasan kulit jagung (klobot), hal ini karena petani belum memiliki alat teknologi dan biaya yang cukup untuk melakukan pengolahan lanjutan. Tingkat pengolahan lanjutan seperti pemipilan dan pengolahan dilakukan pada tingkat pedagang atau perusahaan, sehingga nilai tambah yang besar biasanya berada pada tingkat ini.

4. Subsistem pemasaran hasil. Pola pemasaran jagung melalui jalur pemasaran yang beragam, diantaranya bagi petani yang tidak melakukan kemitraan usaha dengan perusahaan mitra biasanya pemasaran jagung dilakukan melalui pedagang pengumpul baik yang memfungsikan kelompok tani atau koperasi maupun yang tidak, ada pula yang langsung menjual produknya ke pabrik pengolahan atau langsung ke konsumen jika produk tersebut untuk langsung dikonsumsi. Bagi petani yang telah melakukan kemitraan usaha dengan perusahaan mitra pemasaran produk jagung dilakukan melalui kelompok tani atau koperasi, perusahaan mitra, pabrik pengolahan dan konsumen.

5. Kelembagaan pendukung agribisnis jagung pada umumnya adalah lembaga di tingkat petani dan lembaga di luar petani. Lembaga ditingkat petani terdiri dari kelompok tani dan koperasi, Lembaga di luar petani seperti pemerintah, lembaga keuangan, perusahaan dan lain-lain.

2.2.1 Produk Olahan Jagung Jagung merupakan bahan pangan yang sangat familiar di masyarakat kita namun, jagung

belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai bahan baku snack, kue atau hidangan. Harga Jagung relatif murah dan mudah didapat, menguntungkan sebagai bahan baku menu atau hidangan untuk berwirausaha boga. Sayangnya saat ini belum banyak penganekaragaman dari jagung. Padahal dilihat dari kandungan gizinya, jagung kaya akan karbohidrat, vitamin dan beragam mineral penting lainnya. Karbohidratnya yang tinggi, cocok sebagai alternatif sumber kalori pengganti nasi. Jagung juga kaya akan serat dan rendah kalori, sangat baik bagi Anda yang sedang menjalani diet menguruskan badan. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan ke 3 setelah gandum dan padi.

Di Indonesia sendiri, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Bahkan dibeberapa daerah seperti Madura dan Gorontalo, jagung merupakan makanan pokok. Jagung ditanam setiap musim sehingga selalu tersedia sepanjang tahun. Jika jagung telah ditanam atau diusahakan masyarakat setempat, ini berarti jagung mampu memberi peluang berusaha, dapat dilakukan dan diterima oleh masyarakat setempat sehingga berdampak pada penyerapan tenaga kerja serta pengembangan industri-industri kecil dan

Page 12: pengganti beras

menengah. Jagung berperan penting dalam perekonomian nasional dengan berkembangnya industri pangan yang ditunjang oleh teknologi budi daya dan varietas unggul.

2.2.2 Nilai Tambah Produk Olahan JagungBerdasarkan komposisi kimia dan kandungan nutrisi, jagung mempunyai prospek

sebagai pangan dan bahan baku industri. Pemanfaatan jagung sebagai bahan baku industri akan memberi nilai tambah bagi usahatani komoditas tersebut. Penanganan dan pengolahan hasil pertanian memang penting untuk meningkatkan nilai tambah, terutama pada saat produksi melimpah dan harga produk rendah, juga untuk produk yang rusak atau bermutu rendah. Jenis makanan hasil olahan dari jagung seperti kue kering, kastengels, cake dan brownies. Pengolahan kue berbahan baku jagung sudah pasti untuk tujuan meningkatkan nilai tambah dari jagung, di samping mendorong tumbuhnya industri skala rumah tangga guna menyerap tenaga kerja keluarga dalam upaya meningkatkan kesejahteraan penduduk pedesaan dan petani jagung khususnya. Jagung dapat diolah menjadi berbagai produk olahan. Beberapa olahan jagung yang dapat dikembangkan ditingkat petani adalah sebagai berikut :

a. Tortila/Kerupuk JagungSalah satu hasil olahan jagung yang cukup digemari adalah tortilla atau kerupuk

jagung. Kecenderungan konsumen yang lebih menyukai produk makanan ringan yang praktis dan siap santap seperti kerupuk jagung ini nampaknya memberikan harapan baru bahwa diversifikasi jagung menjadi kerupuk jagung dapat diterima oleh masyarakat indonesia. Proses pengolahan produk ini cukup sederhana sehingga berpotensi membuka peluang usaha sebagai industri rumah tangga. Mutu produk olahan yang baik dapat meningkatkan nilai jual dan memperluas pasar. Pengolahan kerupuk jagung dilakukan dengan 3 tahap (pembuatan tepung jagung, pembuatan nasi jagung, dan pembuatan kerupuk jagung).

b. Emping JagungEmping jagung adalah biji jagung yang dipress tipis seperti emping. Di beberapa

negara emping jagung ini disebut corn flake. Produk ini dapat di konsumsi dengan dicampur susu dan biasanya digunakan untuk sarapan. Cara seperti ini di Indonesia belum membudaya. Meskipun demikian keberadaan emping jagung di Indonesia dewasa ini semakin berkembang dan berdampak positif dalam usaha diversifikasi menu makanan dengan menambahkan bahan tambahan seperti coklat, susu dan selai.

c. Cookies JagungCookies jagung menggunakan bahan dasar dari tepung jagung atau maizena yang

banyak dijual dipasaran. Cookies jagung biasa disebut sebagai kue semprit karena dibuat dengan cara ditekan atau disemprotkan. Umumnya kue kering semprit dibuat dengan creaming methode, maksudnya adalah mentega/margarin dikocok bersama gula.

Adapun bahan yang digunakan untuk membuat cookies jagung adalah tepung terigu, tepung jagung, mentega, gula pasir halus, soda kue, vanilla dan berbagai manisan buah kering (sukade) untuk mempercantik bentuk kue.

d. Kastengels JagungDalam mengembangkan olahan jagung dari bahan baku tepung jagung, maka tepung

jagung dapat diolah menjadi kastengels berbeda dengan cookies jagung kastengels tanpa penambahan gula akan tetapi dapat ditambah keju atau royco untuk memberikan rasa gurih. Adapun beberapa bahan yang digunakan untuk membuat kastengels adalah tepung jagung,

Page 13: pengganti beras

tepung terigu, mentega, susu bubuk, sendok teh royco, telur ayam, soda kue/baking powder dan keju.

e. Bolu kukus jagungUntuk membuat bolu kukus maka dipilihlah jagung manis sebagai bahan dasar

sedangkan jagung yang dipilih adalah jagung manis yang baru, aromanya segar, biji jagungnya penuh dan berjajar rapi. Agar lebih praktis, Anda bisa membeli jagung manis yang sudah dikupas, asalkan melihat tanggal produksinya. Jangan lupa, belilah dalam jumlah secukupnya. Sebab jagung manis yang sudah dikupas hanya bertahan dua hari jika disimpan dalam kulkas. Adapun bahan yang digunakan dalam bolu kukus jagung adalah gula pasir, gula merah, air, tepung terigu, soda kue, ragi instant, telur, minyak jagung dan jagung manis pipilan.

f. Dodol JagungTerobosan baru untuk mengembangkan produk jagung yaitu dengan mengolahnya

menjadi dodol jagung manis rendah kalori. Hal ini dikarenakan harga jagung di pasaran yang relatif murah sehingga dengan usaha dodol tersebut dapat dijadikan alternatif usaha baru bagi petani jagung. Cara tersebut merupakan langkah yang efektif untuk meningkatkan pendapatan para petani khususnya. Proses pembuatan dodol jagung cukup mudah dan membutuhkan waktu yang singkat. Dodol jagung manis memiliki keunggulan yaitu dapat dikonsumsi oleh penderita diabetes.

g. Susu JagungSusu jagung merupakan cairan yang berwarna putih kekuningan yang berasal dari

ekstrak biji jagung dengan atau tanpa penambahan bahan lainnya. Jagung yang dibuat untuk membuat adalah jagung manis. Kandungan nutrisi jagung adalah karbohidrat, lemak dan protein jagung. Protein jagung mempunyai komposisi asam amino yang cukup baik, sedangkan jumlah kandungan protein dan lemak jagung ini bervariasi tergantung umur dan varietasnya. Kandungan lemak dan protein jagung muda lebih rendah dibandingkan dengan jagung tua, sehingga susu jagung ini cocok untuk dikonsumsi oleh penderita cholesterol.

h. Mie JagungMie merupakan salah satu jenis pangan yang sudah sangat dikenal dan disukai oleh

masyarakat dari berbagai lapisan, yang biasa dikonsumsi sebagai makanan sarapan atau makanan selingan. Terdapat berbagai jenis mie yang dikenal masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi mie mentah, mie matang, mie kering, dan mie instan. Mie tersebut umumnya dikonsumsi dalam berbagai bentuk olahan pangan, seperti mie goreng, soto mie, toge goreng, mie rebus, mie ayam, dsb. Saat ini mie yang banyak beredar di pasaran adalah mie dengan berbahan dasar tepung terigu, dimana gandum sebagai bahan baku tepung terigu ini harus diimpor. Berdasarkan uji organoleptik, mie jagung substitusi memiliki kekenyalan dan elastisitas yang mirip dengan mie terigu, di samping juga rasa khas jagungnya yang tetap ada.

Dengan berkembangnya teknologi pengolahan maka jagungpun dapat diolah atau disubstitusi menjadi berbagai macam produk makanan. Sehingga mengembangkan diversifikas pangan olahan yang berbasis jagung, dengan adanya diversifikasi olahan jagung menjadi berbagai produk diatas ini diharapkan akan menambah deretan perbendaharaan hasil olahan jagung dan dapat meningkatkan konsumsi jagung untuk pangan. Hal ini tentunya akan memberikan multiplier effectbagi petani jagung, yaitu memberikan jaminan terserapnya produksi jagung oleh industri pangan, selain oleh industri pakan ternak serta dapat mengurangi konsumsi beras.

Page 14: pengganti beras

2.3 UPAYA PEMERINTAH MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN DALAM PEMANFAATAN JAGUNG

Berdasarkan penelitian pada 2010, konsumsi beras masyarakat Indonesia mencapai 100 kilogram per kapita per tahun. Untuk mengurangi ketergantungan itu, perlu ada perubahan konsep dan kebiasaan makan masyarakat untuk mengganti nasi dengan makanan jenis lain. Salah satu cara yang belakangan dikampanyekan pemerintah adalah tidak memakan nasi selama satu hari. Kebiasaan ini, misalnya dilakukan satu hari dalam sepekan. Sebagai pengganti, selama sehari itu, warga bisa mengkonsumsi sumber karbohidrat lain seperti jagung, ubi, singkong, talas, kentang, dan sagu.

Upaya pemerintah yang dilakukan untuk membangun ketahanan pangan berupa penggantian jagung sebagai bahan pokok. Pemerintah menghimbau agar masyarakat Indonesia bisa merubah persepsi “jika belum ketumu nasi maka belum makan”. Masuknya beras-beras impor membuat para petani Indonesia semakin terpuruk. Salah satu contoh program pemerintah yang sudah diterapkan, yaitu program “One Day No Rice[7]” terdapat di kota Depok. Program ini dimaksudkan untuk mengurangi konsumsi masyarakat terhadap beras dengan di ganti makanan pokok atau pangan lainnya seperti sayuran, buah-buahan, protein hewani maupun nabati., dan umbi-umbian (jagung dan singkong).

Kampanye mengurangi makan nasi ini bagian dari upaya pemerintah pusat untuk mensukseskan diversifikasi pangan nasional, Hal ini agar ketergantungan pangan pada nasi/beras tidakterlalu tinggi sehingga stabilitas pangan bisa tetap terjaga. Sebagai bahan perbandingan ketika era tahun 1950-60-an ketergantungan pangan masyarakat Indonesia pada nasi atau beras masih sebesar 53%, namun kini ketergantungan itu semakin tinggi hingga 92-95%.

Page 15: pengganti beras

BAB IIIPENUTUP3.1 KESIMPULAN

Makalah tentang pemanfaatan jagung sebagai pengganti beras upaya membangun ketahan pangan dapat disimpulkan bahwa jagung memiliki nilai tambah dan nilai gizi yang lebih besar dibandingkan dengan beras. Ketersediaan jagung sebagai pengganti bahan pokok dapat membangun system kemitraan usaha dalam agribisnis jagung sehingga pemerintah memberikan upaya-upaya yang dapat menjadikan jagung sebagai pengganti beras untuk membangun ketahan pangan.

Dengan berkembangnya teknologi pengolahan maka jagungpun dapat diolah atau disubstitusi menjadi berbagai macam produk makanan. Sehingga mengembangkan diversifikasi pangan olahan yang berbasis jagung, dengan adanya diversifikasi olahan jagung menjadi berbagai produk diatas ini diharapkan akan menambah deretan perbendaharaan hasil olahan jagung dan dapat meningkatkan konsumsi jagung untuk pangan. Hal ini tentunya akan memberikan multiplier effectbagi petani jagung, yaitu memberikan jaminan terserapnya produksi jagung oleh industri pangan, selain oleh industri pakan ternak serta dapat mengurangi konsumsi beras.

Upaya pemerintah yang dilakukan untuk membangun ketahanan pangan berupa penggantian jagung sebagai bahan pokok. Pemerintah menghimbau agar masyarakat Indonesia bisa merubah persepsi “jika belum ketumu nasi maka belum makan”. Masuknya beras-beras impor membuat para petani Indonesia semakin terpuruk. Salah satu contoh program pemerintah yang sudah diterapkan, yaitu program “One Day No Rice” terdapat di kota Depok.

3.2 SARANPemeritah harus dapat mengubah persepsi masyarakat bahwa jika tidak ketemu nasi

maka belum makan. Melakukan penyuluhan atau sosialisasi kepada seluruh masyarakat dengan memanfaatkan jagung sebagai bahan pokok. Selain itu, pemerintah harus mebuat kebijakan tentang pembatasan impor jagung dan beras.

DAFTAR PUSTAKAAdisarwanto, T., dan Erna Widyastuti, 2000. Meningkatkan   Produksi   Jagung. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Anonim. 2012. Ada banyak pilihan pengganti nasi. http://www.tempo.co. [22 Februari 2013]

Masturi. 2009. Artikel ilmiah kemitraan agribisnis jagung. http://hasanawimasturi.blogspot.com. [22 Februari 2013]

Page 16: pengganti beras

Meta. 2009. Agribisnis jagung. http://blogs.unpad.ac.id. [22 Februari 2013]

Purnama Adi. 2010. Diversifikasi Pangan Untuk Mengatasi Krisis Pangan Di Indonesia. IPB. Bogor.

Rahmanto, B. 1997. Perkembangan Adopsi Varietas Unggul Jagung Serta Dampaknya Terhadap Peningkatan Produksi dan Pendapatan Petani. Prosiding Agribisnis. Dinamika Sumberdaya dan Pengembangan Sistem Usaha Pertanian Buku II. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Bogor.

Sa’id, E.G. dan A.H. Intan. 2001. Manajemen Agribisnis. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Subandi, I.G. Ismail dan Hermanto. 1998. Jagung Teknologi Produksi dan Pasca Panen. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Sudjana, A., A. Rifin dan M. Sudjadi. 1991. Jagung. Buletin Teknik No. 3. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.Oleh:Kelompok 10A / P2Siti Dita Aditianingsih J3E111023Astrid Dwi M. J3E111053Shelly Maulanie J3E111075Suci Sari Ramadhani J3E111108Salsa Karina A. J3E111136Dian Putri P. J3E211168TANYA:

1. Khumairah: mengapa kelompok memilih diversifikasi nya jagung, padahal produktifitasnya rendah

2. Niken: one day no rice, sosialisasinya3. Muti’ah Afifah: one day no rice, bagaimana melihat masyarakat bener2 tidak makan nasi?4. Herni: bagaimana merubah mindset masyarakat mengenai ‘nasi’5. Chaesalpinia: komponen jagung semua bisa dimnfaatkan6. Ayu: program one day no rice efektif atau ngga?7. Embun: Usaha yg perlu dilakukan?8. Galih prayoga: harga jagung lebih mahal dari beras? Bagaimana lahan yg sedikit di negara lain

bisa menjaga ketahanan nasional?9. Ambar: bagaimana merubah mindset

[1] Sumber : Agustina F., 2008[2] Sumber : Himagizi, 2009[3] BPS = Badan Pusat Peneliti[4] Sumber : Suryana, 2005

Page 17: pengganti beras

[5] Sumber: BPS dan Ditjen Tanaman Pangan (2006)[6] Sumber: Departemen Pertanian (2007)[7] One Day No Rice= satu hari tanpa nasi

Solusi: Singkong Sebagai Pengganti NasiMemang tidak bisa dipungkiri bahwa lidah orang Indonesia sudah sangat terbiasa dengan konsumsi nasi dari beras, sehingga menyebabkan tingkat konsumsi beras di negara Indonesia sangat tinggi. Sehingga, untuk mempertahankan apa yang sering kita dengar dengan istilah "ketahanan pangan", maka Indonesia mengambil kebijakan untuk mengimpor beras dari negara penghasil beras lainnya, seperti Thailand, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi beras dalam negeri

Namun, bukan berarti Indonesia bisa dikatakan sudah swasembada pangan. Menurut FAO, suatu negara dikatakan sudah swasembada pangan apabila bisa memenuhi kebutuhan pangannya sebesar 90% dari dalam negeri. Sehingga, walaupun sudah berhasil dalam mempertahankan ketahanan pangan, Indonesia masih belum swasembada.

Lalu, hal apakah yang bisa kita lakukan? Tentu kita bisa melakukannya mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil dan mulai saat ini. Kita bisa berkontribusi dimulai dengan hal yang kecil dan mudah, yaitu tidak lain dan tidak bukan adalah dengan mengurangi konsumsi beras itu sendiri. Dengan begitu, maka kita telah membantu negara kita dalam mengurangi kebutuhan beras dalam negeri, yang berimplikasi pada impor beras yang bisa dikurangi.

Tentu saja hal itu tetap harus diseimbangi dengan menambah konsumsi sumber karbohidrat lain selain beras. Lalu solusinya apa? Contoh yang paling mudah adalah dengan mengganti nasi yang biasa kita konsumsi dengan singkong. Terus mengapa singkong? Alasannya apa?

Berikut saya kutipkan artikel sebagai jawaban atas pertanyaan di atas :)

Perkuat Ketahanan Pangan, Singkong Bisa Diandalkan

Untuk menuju ketahanan pangan diperlukan keberanian mengubah pola konsumsi dan melakukan diversifikasi pangan. Potensi ketersediaan singkong yang melimpah di bumi nusantara ini bisa menjadi alternatif andalan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan surplus beras sebesar 10 juta ton pada tahun 2014 yang akan datang

Memang, pemerintah tak pernah patah arang untuk terus menjaga dan mempertahankan ketahanan pangan nasional, baik dengan menjamin ketersediaan pasokan dan aksesibilitas pangan, serta stabilisasi harga pangan di dalam negeri.

Page 18: pengganti beras

Namun, terus bertambahnya jumlah penduduk dan pola konsumsi yang berlebihan, tanpa diiringi peningkatan produksi pangan, dikhawatirkan bisa menjadi salah satu faktor yang melemahkan ketahanan pangan nasional.

Untuk diketahui, saat ini jumlah konsumsi beras Indonesia berkisar dua kali lebih besar dari beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam misalnya. Tercatat, kebutuhan beras kita saat ini mencapai 130-140 kilo gram per orang per tahun. Padahal, kebutuhan beras di Asia Tenggara saja hanya mencapai 70 kilogram (kg) per orang per tahun.

Kondisi itupula yang dinilai menyebabkan Indonesia harus mengimpor beras pada tahun 2011 lalu sebanyak 2,75 juta ton untuk menutupi kekurangan stok dari produksi beras lokal Indonesia yang hanya mencapai 65,4 juta ton.

Melihat kondisi tersebut, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan akhir-akhir ini terus mewacanakan pentingnya mengubah pola konsumsi masyarakat dengan melakukan diversifikasi pangan. "Mulailah kita mensubtitusi beras dengan singkong, ubi, dan bahan pangan lainnya," paparnya dalam berbagai kesempatan.

Mendag menegaskan, diversifikasi pangan harus dilakukan karena Indonesia termasuk konsumen terbesar di Indonesia yaitu 140 kg per orang per tahunnya. Menurutnya, bila Indonesia bisa mengurangi konsumsi berasnya sampai 100 kg per orang saja maka hal itu sudah bisa melakukan penghematan sebesar 10 juta ton.

"Saya sekarang sudah mulai kurangi konsumsi beras. Saya makan singkong setiap hari. Berat badan saya jadi turun delapan kilogram,” tuturnya memberi motifasi menjadi pembicara pada acara Jakarta Food Security Summit Feed Indonesia Feed The World,di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Selasa (7/2/2012) lalu.

Mengapa singkong?

Salah jenis bahan makanan yang akhir-akhir ini terus dikampanyekan oleh Menteri Perdagangan Gita Wirjawan sebagai makanan pokok alternatif untuk menggantikan beras adalah singkong.

Dan ternyata banyak sekali nilai strategis yang dimiliki singkong bila berhasil dijadikan makanan pokok pengganti beras. Selain telah menjadi makanan pokok ketiga setelah beras dan jagung, singkong merupakan salah satu tanaman ubi-ubian yang sangat mudah ditanam di Indonesia. Bahkan, dari sisi kandungan, singkong juga mempunyai kadar Karbohidrat yang lebih tinggi dengan nasi putih.

Dari segi ekonomi, terciptanya perubahan pola konsumsi masyarakat dari beras ke singkong atau ubi ini ke depannya juga diharapkan bisa menciptakan keseimbangan antara supply dan

Page 19: pengganti beras

demand. “Kalau sekarang kita sudah bisa merubah pola konsumsi, dari beras ke singkong, maka turun 100 kilogram saja, kita sudah bisa mengekspor beras,” ujarnya.

Bicara soal merubah pola konsumsi. Menteri perdagangan menambahkan, bahwa. Melakukan diversifikasi pangan juga bisa menjadi solusi, dalam mengatasi segala permasalahan pangan. Demi merealisasikan target swasembada pangan pada 2014 mendatang. Sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 22 tahun 2009 mengenai percepatan penganekaragaman pangan berbasis sumber daya lokal.

Gita Wirjawan, begitu serius menganjurkan masyarakat untuk dapat merubah pola konsumsinya ke singkong. Pria 46 tahun lulusan Universitas Harvard. Dan pernah menjabat sebagai direktur utama JP Morgan Indonesia ini mengaku sudah memperaktekkan sendiri dalam kehidupannya. “Ayah saya dulu terkena diabetes, makanya saya sekarang berusaha mengurangi konsumsi nasi. Pagi saya sarapan singkong dan siang harinya saya mengkonsumsi nasi merah. Tidak ada yang aneh, malah saya merasa sehat”. Bahkan dia mencontohkan beberapa daerah di Indonesia yang menjadikan singkong sebagai makanan pokok. Namun, tetap bisa hidup sehat dan nyaman.

Singkong: Makanan Sehat yang Ekonomis

Saat ini, singkong boleh dikatakan termasuk golongan secondary corps atau komoditi kelas dua. Padahal, tanaman yang nama latinnya Menihot Utilissima ini memiliki kadar Karbohidrat yang lebih tinggi dengan nasi putih.

Dalam per 100 gram singkong itu meliputi: Kalori 121 kal, Air 62.50 gram, Fosfor 40.00 gram, Karbohidrat 34.00 gram, Kalsium 33.00 miligram, Vitamin C 30.00 miligram, Protein 1.20 gram, Besi 0.70 miligram, Lemak 0.30 gram, Vitamin B1 0.01 miligram. Sementara pada kulit batangnya mengandung Tannin, Enzim Peroksidase, Kalsium Oksalat, dan Glikosida.

Yang menarik, tanaman ini pun sangat mudah dibudidayakan secara massal. Sebab, selain tanaman ini cocok dengan kultur tanah Indonesia, proses penanamannya pun tidak terlalu sulit. Bahkan, tanaman ini sangat kebal dari serangan hama penyakit.

Dari segi ekonomi, singkong pun bisa menjadi komoditas penting. Yakni, tidak hanya untuk kebutuhan konsumsi saja, tetapi juga bisa menjadi bahan baku sejumlah industry, baik industri besar maupun industri rumahan.

Adapun bagi petani, kemudahan penanaman singkong ini juga bisa mendatangkan keuntungan tersendiri. Terbukti, membaiknya harga singkong beberapa waktu terakhir ini telah mendorong sejumlah petani di beberapa daerah menanami lahannya dengan singkong.

Page 20: pengganti beras

Di Lampung misalnya, setiap tahunnya luas areal panen singkong meningkat. Pada 2011 luas areal panen mencapai 361.538 Ha, dengan jumlah produksi 9.017 juta ton. Sedangkan pada 2012 ini targetnya menjadi 371.485 Ha, dan diharapkan dapat menaikkan jumlah produksi hingga 3.70% atau 9.350 juta ton. Harga singkong di Lampung Utara saat ini berkisar Rp 800/kg sampai Rp 860/kg.

Di Provinsi Banten, menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) setempat dilaporkan produksi singkongnya dari tahun 2003 sampai 2010 lalu sebesar 115 ribu ton pertahun. Dan di tahun 2012 ini, produktivitas singkong ditargetkan naik sebesar 172 ribu ton. Adapun harganya, saat ini harga singkong di Provinsi Banten berkisar Rp 500 per kilogram.

Sedangkan untuk Daerah Istimewa Yogyakarta. Produksi singkong di tahun 2011 mengalami penurunan dari dua tahun sebelumnya. Dimana pada 2010 produksi singkong mencapai 1.114.665 juta ton. Dan 1.047.684 juta ton pada 2009. Bandingkan dengan jumlah produksi singkong pada 2011 lalu yang hanya 867.596 ton. Dengan harga Rp 700-Rp 900 per kilogramnya.

Sampai saat ini harga singkong dibeberapa daerah memang cenderung naik turun. Tergantung jenis dan aksesnya dari petani hingga pedagang eceran. Di Pasar Induk Cibitung, harga singkong mencapai Rp 1500 per kilogramnya. Dari penelusuran Infon PDN, singkong di Pasar Induk Cibitung ini biasa dipasok dari Sukabumi. Sedangkan harga dari pengepulnya berkisar Rp 900-Rp 1000 per kilogram.

Membaca Kebutuhan Singkong

Kebutuhan singkong dunia mencapai 220 juta ton per tahun. Ini juga bisa menjadi peluang tersendiri bagi Indonesia yang selama ini juga dikenal di dunia internasional sebagai negara penghasil singkong. Mengapa demikian?

Pasalnya, sejumlah negara saat ini tengah mengembangkan industri tekhnologi berbasis singkong. Kita ambil contoh China misalnya, saat ini negara ini sedang memacu penggunaan etanol bahan bakar yang bersumber dari singkong. Hal ini menumbuhkan potensi ekspor Indonesia pun bisa mencapai US$ 20 miliar bila China terus melakukan mengembangkan proyek etanolnya.

Dan saat ini, permintaan singkong dari China saja setiap tahunnya lebih dari 5 juta ton dengan nilai mencapai US$ 150 juta atau Rp 1.3 triliun per tahun. Hanya saja, dari kebutuhan tersebut Indonesia baru mampu memenuhi sekitar 15% permintaan dari China. (Ccp/AMF)

Belum makan kalau belum ketemu nasi. Ujaran itu niscaya kerap ditemui dalam praktek sehari-hari. Itu sebabnya, tak perlu heran jika orang sudah makan roti tapi masih lahap makan nasi. Bahkan makan mi pun

Page 21: pengganti beras

dicampur nasi. Alhasil, nasi sebagai bahan makanan pokok seperti tak mungkin tergantikan.

“Nasi menjadi makanan unggulan dan disukai karena mudah didapat dan diolah, rasanya enak dan netral, juga mudah dimodifikasi dan mengenyangkan,” kata Cut Kemala Handayani, Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Haji Jakarta, dalam seminar bertajuk One Day Without Rice di Ruang Apung Perpustakaan Universitas Indonesia, Depok, belum lama ini. “Sifat mengenyangkan ini yang membuat ketergantungan. Maka, ada istilah belum makan kalau belum makan nasi,” katanya.

Selain mengenyangkan, kandungan nutrisi dalam nasi ada bejibun. Dalam 100 gram nasi, terdapat 180 kilokalori energi, 3 gram protein, vitamin, tiamin, niasin, mineral, dan kalsium. Meski begitu, nasi juga punya kekurangan. Selain memiliki indeks glikemik yang tinggi sehingga dapat menyebabkan kandungan gula darah di tubuh meningkat, nasi memiliki serat yang rendah sehingga mudah dan cepat diserap tubuh.

Ketergantungan pada beras ini, menurut peneliti sekaligus perwakilan dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten, Mewa Ariani, dapat mengancam ketahanan pangan di Indonesia. Sebab, penyediaan beras di Tanah Air pada masa mendatang tidak sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk.

Berdasarkan penelitian pada 2010, konsumsi beras masyarakat Indonesia mencapai 100 kilogram per kapita per tahun. Untuk mengurangi ketergantungan itu, perlu ada perubahan konsep dan kebiasaan makan masyarakat untuk mengganti nasi dengan makanan jenis lain. Salah satu cara yang belakangan dikampanyekan pemerintah adalah tidak memakan nasi selama satu hari. Kebiasaan ini, misalnya, dilakukan satu hari dalam sepekan. Sebagai pengganti, selama sehari itu, warga bisa mengkonsumsi sumber karbohidrat lain seperti jagung, ubi, singkong, talas, kentang, dan sagu.

Menurut Mewa, jagung bisa dipilih sebagai pengganti beras karena nilai gizinya tinggi. Dalam 100 gram jagung terdapat energi 154 kilokalori. Jagung juga mengandung antioksidan dan kaya betakaroten sebagai pembentuk vitamin A. Tak hanya itu, jagung merupakan sumber asam lemak esensial linolenat yang penting untuk pertumbuhan dan kesehatan kulit, plus kaya serat.

Sumber karbohidrat lain yang layak dilirik adalah talas. Dalam 100 gram talas terdapat energi 120 kilokalori. Selain umbinya, daun dan pelepah tumbuhan ini juga bisa dimakan. Menurut Cut Kemala, mengkonsumsi talas dapat mengurangi risiko gangguan jantung karena makanan ini tinggi kalium.

“Pokok talas membuat gigi lebih kuat dan bagus,” ujar Cut Kemala. Pasalnya, talas meningkatkan kadar basa pada mulut. Keasaman yang tinggi merupakan salah satu penyebab rusaknya gigi.

Selain jagung dan talas, makanan lain pengganti beras adalah singkong alias ubi kayu atau ketela pohon. Dalam 100 gram singkong terdapat energi 154 kilokalori. Makanan ini kaya serat sehingga sangat baik bagi pencernaan. Jika ogah makan singkong, ubi jalar boleh dipilih. Dalam 100 gram ubi jalar mengandung energi 100 kilokalori.

Jenis makanan pengganti beras yang lain adalah kentang. Dalam 100 gram kentang terkandung energi 62 kilokalori. Kentang sangat mudah dicerna dan dapat membantu membersihkan saluran pencernaan. Kelebihan lain, makanan ini rasanya netral dan baunya tidak menyengat ketika dimasak.

Page 22: pengganti beras

13 Alasan Mengapa Kita Harus Berhenti Makan Nasi

Tahukah kamu bahwa subsidi beras Indonesia sudah mencapai angka yang mengkhawatirkan, 13 triliun rupiah sepanjang tahun

2011?

Tahukah kamu bahwa orang Indonesia makan nasi 2 kali lebih banyak (140 kg/tahun) dibanding orang Thailand (70 kg/tahun)?

Tahukah kamu bahwa impor beras Indonesia sangat fantastis mencapai 1,9 ton?

Mengapa orang Indonesia begitu rakus mengkonsumsi nasi?

Apakah setiap kali kita makan nasi, kita teringat akan kesejahteraan para

petani yang terus-terusaan gagal panen dan menjadi korban dari impor beras pemerintah?

Negara ini memiliki 46 juta petani, apa jadinya kalo kita terus2an defisit beras!

Semua itu karena ketidakpedulian kita dalam mengkonsumsi nasi.

Berapa banyak nasi yang kita konsumsi setiap harinya?

Mari kita mulai menguranginya secara bertahap mulai hari ini juga.

Usahakan untuk makan pagi yang biasa makan nasi diganti dengan sarapan roti + buah,

siang yang makan nasi diganti dengan singkong dan tiwul,

malam nasi bisa diganti dengan kentang atu ubi!

Mulailah untuk beralih ke makanan pokok alternatif seperti singkong, ubi atau kentang!

Mulai hari ini stop makan nasi!

Mengapa?

Berikut 13 alasan yang perlu kamu tahu:

13 Alasan Mengapa Kita Harus Berhenti Makan Nasi

Hasil riset yang baru saja dilakukan membuktikan bahwa makan nasi ternyata tidak baik bagi kita. Buktinya :

1. NASI MENYEBABKAN KECANDUAN. Responden kami yang tidak makan nasi selama sehari saja akan kelaparan dan merasa

sangat ingin makan nasi lagi.

2. SETENGAH dari seluruh siswa Indonesia yang makan nasi nilainya ada di bawah rata-rata kelas.

3. Suku-suku pada zaman batu yang tidak pernah makan nasi terbukti TIDAK PERNAH mengidap tumor, Alzheimer, osteoporosis,

ataupun Parkinson.

Page 23: pengganti beras

4. Dokter melarang bayi yang baru lahir untuk makan nasi. Hal ini menjadi bukti bahwa nasi punya dampak BERBAHAYA yang

sudah dibuktikan oleh ilmu kedokteran.

5. Nasi yang kering biasa dimakan oleh ayam. Nah, sekarang anda perlu curiga dari mana FLU BURUNG berasal.

6. Jumlah pemakan nasi di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pemakan nasi di negara maju. Ini mungkin

salah satu penyebab KETERBELAKANGAN pada negara ini.

7. Di warung-warung, biasanya para buruh makan nasi dalam jumlah lebih banyak daripada kaum eksekutif. Hal ini membuktikan

bahwa makan nasi MENURUNKAN kemampuan ekonomi seseorang.

8. Makan nasi dapat menyebabkan rasa haus alias MENYERAP air. Padahal tubuh kita sebagian besar terdiri dari air.

9. Dalam kondisi tertentu, makan nasi MENINGKATKAN resiko kematian. Misalnya makan nasi sambil jalan di tengah jalan tol.

10. Pengidap DIABETES lebih dianjurkan makan kentang daripada nasi. Berarti nasi kurang baik bagi KESEHATAN.

11. Makan nasi menyebabkan keinginan mengkonsumsi sayur dan lauk. Misalnya nasi bandeng (nasi + bandeng goreng), nasi kucing

(nasi + kucing goreng), dsb. Hal ini bisa menyebabkan OBESITAS.

12. Nasi DIMASAK dalam suhu lebih dari 100 derajat Celsius. Itu panas yang cukup untuk MEMBUNUH orang.

13. Orang Yang Suka Makan Nasi Biasanya Mudah kehilangan konsentrasi (tarohan!! kalau anda pasti tidak tahu jika point no.14

tidak ada).

Page 24: pengganti beras

Stop Impor Beras!

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan bahwa: “Orang Indonesia Paling Rakus di Dunia!”

Ia menyoroti tingginya konsumsi beras di Indonesia yang mencapai 140 kilogram per orang per tahun.

Ia membandingkan konsumsi beras di negara-negara Asia seperti Thailand dan Malaysia yang hanya 70 kg per orang per tahun.

Itu berarti orang Indonesia 2 kali makan lebih banyak daripada orang Thailand. Kerja sedikit tapi makan paling banyak!

Hal itu mengakibatkan Indonesia tidak dapat memenuhi kebutuhan beras secara swasembada. “Pola konsumsi beras ini yang

harus dikurangi. Saya jujur saja sudah mengonsumsi singkong, itu enak dan sehat, tinggal penyajiannya saja,” kata Gita sesuai

meninjau Pasar Sinpasa di kompleks Summarecon Mall Serpong, Tangerang.

Beliau juga mengimbau agar penduduk mengurangi konsumsi beras 50% setiap kali makan.

Hal ini dilakukan agar permintaan terhadap beras menurun sehingga tidak terjadi tekanan harga. Menjelang Natal dan tahun

baru, harga beras di sejumlah daerah mulai merangkak naik.

Gita mengatakan, tingginya harga beras ini disebabkan antara lain oleh tidak seimbangnya jumlah permintaan dan pasokan.

Page 25: pengganti beras

Jumlah yang disebutkan oleh Gita itu sama dengan ramalan pertama dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai produksi beras

tahun ini. BPS kemudian mengoreksinya pada ramalan kedua. Produksi padi 2011, menurut angka ramalan II BPS, sebanyak

68,06 juta ton gabah kering giling atau di bawah target 70,6 juta ton.

Penghitungan BPS menunjukkan konsumsi beras per kapita 113 kg per orang per tahun, lebih rendah daripada sebelumnya, 139

kg. Dengan begitu, total konsumsi 27 juta ton beras.

Gita mengatakan, perbedaan data ini menjadi pekerjaan rumah pemerintah untuk menyesuaikan jumlah yang sebenarnya.

Namun, ia tetap meminta agar konsumsi beras tetap dikurangi agar Indonesia terbebas dari impor beras. “Kalau kita bisa

kurangi 40 kg per orang saja, kita bisa menjadi eksportir beras terbesar di dunia,” ujarnya.

Gita menyarankan agar penduduk mulai mengubah pola makan dan mengganti beras dengan bahan pangan lain seperti

singkong. Untuk itu pemerintah akan mengkaji peralihan ini termasuk diversifikasi pangan dan ketersediaan lahan untuk

tanaman pengganti beras. Ini tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat dan memerlukan kerja sama antarkementerian.

BOGOR, (PRLM).- Menteri Pertanian Suswono berencana mendorong penggantian pemberian bantuan pangan beras untuk rakyat miskin (raskin) menjadi bahan pangan lainnya disesuaikan dengan karakteristik suatu wilayah. Hal ini dilakukan selain agar program diversifikasi pangan berjalan, juga mengingat masih banyak bahan pangan lain pengganti nasi yang kurang tergali.

Demikian diungkapkan Suswono di sela-sela Simposium Sagu Internasional yang diselenggarakan di IPB Convention Center, Jln. Pajajaran Kota Bogor Sabtu-Minggu (29-30/10). Dikatakan Suswono, ekses masa lalu yang seolah mewajibkan bahan pangan hanya nasi membuat lahan tanaman alternatif pangan seperti sagu terbengkalai. Padahal, belum tentu beras cocok tumbuh di semua daerah yang ada di Indonesia. "Ini kan, ekses masa lalu sehingga semua orang cenderung pada nasi. Padahal, untuk masyakakat di daerah lain sebenarnya bahan pangan tidak perlu nasi, tergantung dari karakteristik masing-masing daerah," ujar Suswono.

Untuk itu, pihaknya ingin mendorong agar program beras untuk rakyat miskin (raskin) diganti dengan bantuan bahan pangan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karekteristik setiap daeranya. "Bisa jagung, sagu, atau singkong. Tergantung mana yang lebih cocok," ungkap Suswono menerangkan.

Pihaknya sudah menawarkan wacana ini ke beberapa daerah yang bahan pengan potensialnya selain nasi, seperti Maluku. Bahkan, menurut Suswono, Maluku dinilai sebagai salah satu daerah yang siap. Terlebih, beberapa daerah di Maluku telah bisa mewujudkan desa mandiri pangan sagu. "Namun, sampai sekarang belum konkret (tindak lanjutnya)," kata Suswono. Lebih lanjut disampaikan Suswono, tingkat konsumsi beras di Indonesia termasuk yang paling tinggi di dunia. Dengan produksi sekitar 37 juta ton per tahun, kebutuhan beras kita mencapai 30 juta ton per tahun.

"Saat ini memang kita tidak sedang krisis beras. Kan, ga ada di lapangan orang ngantri beli beras seperti beli BBM. Hanya saja, tingkat konsumsi beras kita sangat tinggi sehingga melupakan potensi bahan pangan alternatif lainnya seperti jagung, sagu, atau berbagai macam jenis umbi-umbian," lanjut Suswono. Terkait hal ini, Suswono menilai perlu adanya mengembangkan dan mengelompokkan suatu daerah berdasarkan klaster sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Akibat terlalu tergantung pada beras/nasi, ujar Suswono, sejumlah lahan tanaman pangan alternatif terbengkalai, seperti lahan sagu yang ada di beberapa daerah di Indonesia. Padahal, penanaman sagu dinilai Suswono sebagai salah satu langkah paling potensial memanfaatkan lahan gambut yang tidak terurus. Selain dimanfaatkan sebagai bahan pangan, sagu juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku industri kosmetik hingga bahan alternatif biofuel. Meski, diakui Mentan, masih sedikit industri (investor) yang tertarik pada pengembangan sagu.

Page 26: pengganti beras

Agar memiliki daya saing dengan bahan pangan lain, maka pengolahan sagu juga perlu lebih diberdayakan. Dengan demikian, nilai tambah sagu ada dan bisa diolah menjadi berbagai macam jenis makanan. Sagu merupakan tanaman asli Indonesia. Penyebarannya meliputi Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Luas pertanaman sagu di Indonesia merupakan 60% dari populasi sagu dunia, diperkirakan mencapai 4-6 juta hektare. Populasi per hektare 100–150 pohon atau lebih, dan per pohonnya dapat menghasilkan 250–400 kg pati. Sagu dapat digunakan sebagai bahan pangan alternatif (mie, kue), penyedap makanan, bahan pembuat film dan plastik mudah terdegradasi, industri tekstil, plywood dan glukosa, dan dapat dijadikan sebagai bahan bakar alternatif (bio etanol). (A-155/A-147)***