pengelolaan kawasan pesisir dalam upaya pengembangan wisata bahari

10
RESUME PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR “PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR DALAM UPAYA PENGEMBANGAN WISATA BAHARI” KELOMPOK 4 I Gusti Agung Bayu Gita Damara 1214511005 Luh Putu Puspita Dewanti 1214511027 Putu Satya Pratama 1214511035 A.A.Made Putra Suardana 1214511039 Ni Nyoman Desi Kusuma Dewi 1214511042 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

Upload: pipitpuspitadewanti

Post on 18-Nov-2015

5 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR

TRANSCRIPT

RESUME PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR

PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR DALAM UPAYA PENGEMBANGAN WISATA BAHARI

KELOMPOK 4I Gusti Agung Bayu Gita Damara1214511005Luh Putu Puspita Dewanti1214511027Putu Satya Pratama1214511035A.A.Made Putra Suardana1214511039Ni Nyoman Desi Kusuma Dewi1214511042

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTANFAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANANUNIVERSITAS UDAYANA2014

ABSTRAKPENGELOLAAN PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN PARIWISATA. Pengembangan pariwisata pesisir harus dipahami dalam kerangka kerja rencana pembangunan sosial ekonomi nasional, regional, dan lokal dimana hal ini dapat menjamin integrasi yang tepat dari tujuan lingkungan dalam strategi pembangunan. Secara khusus, pengembangan pariwisata pesisir harus didekati dalam strategi nasional untuk daerah pesisir pembangunan dan manajemen, dengan akan mengidentifikasi zona yang paling cocok untuk pariwisata. Daerah pesisir yang disediakan untuk pengembangan pariwisata harus ditutupi oleh rencana zonasi yang memperhitungkan kondisi geografis dan sosial ekonomi. Untuk mencapai eksploitasi sumber daya yang optimal, inventarisasi pertama-tama harus dilakukan di wilayah situs yang diusulkan untuk menyertakan lingkungan fisik; lingkungan buatan manusia; lingkungan faktor sosiokultural; dan adanya penyakit menular endemik atau sementara.

LETAK GEOGRAFI INDONESIAIndonesia merupakan negara archipelago terbesar di dunia dan diperkirakan mempunyai luas teritorial mencapai sekitar 7,7 juta km2, serta memiliki sekitar 17.500 pulau besar dan kecil, dengan panjang garis pantai diperkirakan mencapai sekitar 81.000 km (PARRY 1996; SUKARDJO 1996). Negara Indonesia yang dikenal sebagai negara yang kaya dengan sumberdaya alam posisinya sangat strategis karena terletak di kawasan khatulistiwa, serta pada persilangan antara Samudera Indonesia dan Pasifik, serta antara benua Asia dan Australia. Menurut hasil ratifikasi hukum laut internasional, kawasan laut Indonesia adalah meliputi laut teritorial, Zona Tambahan, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) dan landas kontinen.Kondisi tersebut adalah sangat menguntungkan bagi negara Indonesia, karena didalamnya terkandung keanekaragaman hayati yang paling kaya di dunia (ABDULLAH, 2001).

POTENSI SUMBERDAYA DI KAWASAN PESISIRKawasan pesisir adalah sebagai kawasan peralihan antara darat dan laut yang ke arah darat mencakup daerah yang masih dipengaruhi oleh hempasan percikan air pasang-surut, sedangkan ke arah laut meliputi daerah paparan benua (continental shelf). Kawasan pesisir yang ke arah laut masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di daratan, seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh aktivitas manusia.Berdasarkan hasil Rapat Kerja Proyek Marine Resource Evaluation and Planning (MREP) bulan Agustus di Manado, Sulawesi Utara disepakati bahwa dalam pengelolaan kawasan pesisir tersebut digunakan tiga batasan wilayah pesisir (ANONIMOUS 2001). Batasan wilayah tersebut, adalah sebagai berikut:1. Secara ekologis2. Secara administrasi: 3. Berdasarkan perencanaan: a. pencemaran dan sedimentasi b. hutan mangrovePotensi sumberdaya alam di kawasan pesisir antara lain 1) Potensi sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (reneweble resource)Sepanjang kawasan pesisir tersebut terdapat beranekaragam ekosistem khas tropika basah, antara lain adalah hutan mangrove, padang lamun, terumbu karang, delta, estuary dan lain-lainnya. Masing-masing ekosistem tersebut mempunyai peran dan fungsi yang sangat besar terhadap kehidupan biota laut dan memiliki produktivitas tinggi, namun eksistensinya sangat rentan terhadap perubahan dan tekanan manusia (Budiman & Suhardjono 1992; Pramudji 2000). Ekosistem hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang tersebut telah dikenal sebagai habitat dan ribuan jenis biota laut, termasuk biota laut yang memiliki nilai ekonomi penting (Soemoddihardjo dkk. 1977; Budiman dkk. 1977; Budiiman & Darnaedi 1982; Pramudji 2001).Dengan kemelimpahan dan keanekaragaman jenis biota laut yang sangat tinggi tersebut, maka Indonesia dikenal sebagai negara mega-biodiversity. Terkait dengan julukan mega-diversity tersebut, SUGIARTO POLUNIN (dalam ABDULLAH 2001) menyusun daftar dan potensi biota laut yang ditemukan di perairan Indonesia (Tabel 1).2) Potensi sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui (non-reneweble resource)Sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui antara lain adalah minyak bumi dan gas, bauksit, timah, bijih besi, mangan, fosfor dan mineral lainnya. Indonesia yang terbentuk akibat evolusi dan konvergensi lempeng eurasia, lempeng Samudera Pasifik mineral di perairan yang dijumpai pada dua kondisi morfologi yang berbeda, dan dikenal sebagai daerah paparan atau landas kontinen dan daerah laut dalam.Selanjutnya disebutkan bahwa berdasarkan laporan ADB tahun 1995, total nilai sektor migas yang dihasilkan dari wilayah lautan dan kawasan pesisir mencapai Rp 18 trilyun atau 2% total dan PDB nasional pada tahun 1992.Oleh karena itu, keadaan ini harus diantisipasi dengan melakukan diversikasi energi guna mengurangi ketergantungan sumber energi pada BBM dengan memanfaatkan sumber energi alternatif, seperti gas bumi, batu bara serta sumber energi nir-konvensional dari lautan, seperti Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC), pasang-surut, gelombang arus atau perbedaan salinitas perairan.3) Potensi jasa-jasa lingkungan perairan pesisirPemanfaatan jasa-jasa lingkungan pesisir dapat dilakukan secara berkelanjutan, terutama untuk pengembangan pariwisata dan pelayaran. Pembangunan kepariwisataan bahari pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan obyek dan daya tank wisata bahari yang terdapat diseluruh kawasan perairan pesisir Indonesia. Aspek yang menunjang untuk mewujudkan pengembangan wisata bahari tersebut adalah kekayaan alam pantai yang indah, flora dan fauna seperti terumbu karang dan berbagai jenis ikan hias yang menghuni didalamnya.

PROSPER PENGEMBANGAN WISATA BAHARISektor ini terdapat dalam Undang Undang Nomor 9 tahun 1990, yang mengatur bahwa pengusahaan obyek dan daya tarik wisata.Wisata bahari umumnya mempunyai sifat yang khusus dengan lokasi yang luasnya relatif terbatas, sehingga perlu dipikirkan daya dukung lingkungan untuk membangun fasilitas penopangnya (SUHARSONO dkk, 1995a; 1995b). Prospek pengembangan wisata bahari di Indonesia adalah cukup baik dan menjanjikan, mengingat luasnya obyek bawah air yang sangat menarik. Upaya pemerintah untuk mengelola dan melindungi kawasan pesisir yang memiliki sumberdaya alam hayati laut sedang digalakan. Program konservasi sumberdaya alam hayati laut dan ekosistemnya tersebut bertujuan untuk mengusahakan terwujudnya kelestarian sumberdaya alam hayati laut, serta mewujudkan keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat mendukung upaya pengembangan wisata bahari, dan sekaligus memberikan kesejahteraan masyarakat sekitarnya. Pemanfaatan secara lestari sumberdaya hayati alam laut dan ekosistemnya melalui pengendalian/pembatasan cara-cara pemanfaatan sumberdaya hayati alam laut dan ekosistemnya, yang dilakukan secara serasi dan seimbang, sehingga pemanfaatannya dapat dilakukan secara berkesinambungan.

KENDALA DALAM PENGEMBANGAN WISATA BAHARIPenggalakan program wisata bahari di In-donesia yang dilakukan beberapa tahun terakhir ini menyebabkan meningkatnya kunjungan wisata dari tahun ke tahun, baik wisatawan domestik maupun wisatawan internasional. Program tersebut juga dapat meningkatkan devisa negara dari sektor wisata, namun disisi lain upaya penggalakan program wisata bahari seringkali menimbulkan dampak terhadap lingkungan kawasan wisata, baik mengenai kondisi fisika-kimia, biologis maupun ekologis terhadap biota laut yang ada dikawasan tersebut.Faktor-faktor yang menjadi kendala dalam upaya untuk pengembangan wisata bahari di kawasan pesisir antara lain adalah karena disebabkan oleh 1. Aktifitas manusiaKegiatan eksploitasi sumberdaya alam laut, baik sumberdaya hayati maupun non hayati yang berlebihan dan tidak memperhatikan aspek kelestarian sumberdaya alam, sehingga dapat menimbulkan kerusakan lingkungan kawasan pesisir, bahkan dapat mengakibatkan kepunahan biota laut. Berbagai kasus yang terjadi di beberapa daerah yang menimbulkan kerusakan tersebut antara lain adalah:1. Pembabatan hutan mangrove yang diperuntukkan sebagai lahan pertambakan, pertanian, perumahan, jalan tol, bandara dan bangunan dermaga. Misalnya di pantai Utara Pulau Jawa, Muara Angke (Jakarta), pesisir Teluk Saleh, Pulau Sumbawa, pesisir Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Riau dan bebarapa tempat lainnya (SOEMODIHARDJO 1984; WIRJODARMODJO & HAMZAH 1984).2. Penangkapan ikan yang menggunakan bahan peledak dan pottasium di kawasan terumbu karang. Kerusakan terumbu karang ini menimbulkan terganggunya kehidupan biota laut bahkan juga terhadap kehidupan masyarakat pesisir, karena hilangnya fish ing ground.3. Eksploitasi sumberdaya minyak dan gas di kawasan pesisir. Kegiatan ini menimbulkan dampak negitif terhadap lingkungan kawasan pesisir, karena kualitas perairan daerah tersebut menurun, sehingga akibatnya menimbulkan kematian biota laut (SNEDAKER & GETTER 1985).2. Pencemaran lingkunganPencemaran merupakan masalah yang cukup penting untuk diperhatikan, terutama dalam upaya pengelolaan kawasan pesisir. Adapun sumber dari pencemaran kawasan pesisir antara lain adalah dari limbah industri, limbah pemukiman, limbah pertambangan, bocoran pipa minyak, limbah pelayaran, tumpahan kecelakaan kapal tanker, balast kapal tanker, limbah pertanian, sedimentasi akibat penggundulan hutan dan juga dari limbah perikanan budidaya.3. Bencana alamSelain disebabkan oleh karena pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak ramah lingkungan dan eksplorasi yang berlebihan, rusaknya sumberdaya alam di kawasan pesisir juga dapat disebabkan oleh karena musibah bencana alam. Bencana alam yang sering terjadi dl kawasan tersebut antara lain adalah banjir sebagai akibat pengundulan hutan, gempa bumi dan gelombang pasang "tsunami".

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIANStrategi yang dikembangkan dalam pencegahan dan pengendalian pencemaran di kawasan pesisir (ANONIMOUS, 2001) antara lain :1. Strategi pencegahan: Strategi pencegahan pencemaran yang berasal dari darat maupun dari laut dapat dilakukan melalui kegiatan AnalisaDampak Lingkungan (Environment Impact Assessment)2. Strategi pengendalian: Ada tiga langkah aksi yang untuk diperhatikan, yaitu standar baku mutu, pelaksanaan program montoring dan penegakan hukum. Sedangkan pengendaliannya adalah melalui pengendalian kualitas lingkungan pesisir dan pengendalian sumber pencemaran.3. Strategi pengelolaan: Untuk kegiatan ini dapat dikembangkan melalui cara pengelolaan dan meminimalisasi pembuangan limbah padat, limbah cair domestik (sawage) dan limbah industri (in dustrial waste).4. Pengelolaan kawasan pesisir secara terpadu: Beberapa hal yang cukup penting untuk dipertimbangkan dalam mendisain dan melaksanakan kegiatan ini adalah integrasi informasi lingkup ekonomi dan sosial sejak awal, pelibatan masyarakat, pembentukan mekanisme bagi keterpaduan dan kondisi, serta program monitoring.5. Instrumen pengendalian: Strategi pengendalian pencemaran yang digunakan, antara lain adalah Peraturan Perundang- undangan, Baku Mutu Limbah dan, Baku Mutu Lingkungan, pembinaan teknis dan pedoman pelaksanaan, perizinan, pengendalian produk, insentif dan disintensif, penataan hukum, perencanaan dan pengawasan penggunaan lahan, serta monitoring.6. Program pengelolaan pengawasan pesisir: Program ini adalah untuk mengetahui secara dini adanya perubahanlingkungan sebagai akibat adanya kegiatan manusia. Fokus dan sasaran pemantauan antara lain terhadap kualitas buangan limbah kimia, dampak dan buangan limbah, dayadukung lingkungan, dan memprediksi perubahan lingkungan dalam aspek biologi, sosial dan budaya.