2015 strategi pengembangan wisata bahari
Post on 31-Dec-2016
259 views
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
1 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i
1. PENDAHULUAN
Dalam berbagai data dan informasi dalam dan luar negeri sering disebutkan bahwa
wilayah perairan Indonesia pada masa lalu memiliki peran yang penting dalam arus lalu-
lintas perdagangan baik lokal maupun antar negara. Dengan adanya bukti sejarah tersebut dan
ditambah dengan kenyataan kurang lebih 75% dari luas wilayah Indonesia adalah laut,
memiliki ribuan pulau dan pulau-pulau kecil, kemudian dianggap sebagai benua ke enam
dunia dengan sebutan benua maritim Indonesia (BAPPENAS, 2002).
Pulau-pulau kecil yang secara fisik memiliki sumberdaya alam daratan (terestrial) sangat
terbatas, tetapi sebaliknya memiliki sumberdaya kelautan yang melimpah, merupakan aset
yang strategis untuk dikembangkan dengan basis kegiatan ekonomi pada pemanfaatan
sumberdaya alam dan jasa lingkungan (environmental services) kelautan. Dalam
perkembangan selanjutnya akibat dari pertambahan jumlah penduduk, perluasan permukiman
dan kegiatan industri, pariwisata dan transportasi laut, maka pulau-pulau kecil merupakan
potensi yang perlu dikembangkan secara hati-hati.
Pendekatan secara terpadu antara potensi darat, pantai dan laut serta aktivitas yang sesuai
mutlak diperlukan untuk menghindarkan kerusakan lingkungan akibat mendapat tekanan
berat karena eksploitasi sumberdaya alam yang tidak memperhatikan aspek pelestarian
lingkungan. Atas dasar itu, maka pendekatan secara ekologi-ekonomi dalam pembangunan
pulau-pulau kecil yang berkelanjutan mutlak diperlukan.
1.1. Gambaran Umum
Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2002, dinyatakan bahwa wilayah
Indonesia berbatasan yang secara geografis
terletak antara 6oLU 11
oLS dan 95
oBT
141oBT. Indonesia berbatasan baik dengan
sebelah Utara dengan negara Malaysia,
Singapura, Filipina, Laut Cina Selatan; sebelah
Selatan dengan negara Australia, Samudera
Hindia, sebelah Barat dengan Samudera Hindia;
dan sebelah Timur dengan negara Papua
Nugini, Timor Leste, Samudera Pasifik atau bila
dikelompokkan berdasarkan wilayah darat dan laut, maka perbatasan darat yang berbatasan
langsung dengan Malaysia di pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau papua dan
2 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i
dengan Timor Leste di pulau Timor, sedangkan perbatasan laut berbatasan dengan 10 (
Sepuluh ) Negara yaitu India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Philipina, Palau,
Papua Nugini, Australia dan Timor Leste. Wilayah Indonesia membentang dari barat ke timur
sepanjang 5.110 km dan membujur dari utara ke selatan sepanjang 1.888 km, dengan luas
wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km2, terdiri atas 1.890.754 km2 luas daratan dan
3.302.498 km2 (70%) luas lautan dengan panjang garis pantai sekitar 108.000 km.
A. Pulau Weh
Sejarah Singkat Kota Sabang
Sabang telah dikenal luas sebagai pelabuhan alam bernama Kolen Station oleh
pemerintah kolonial Belanda sejak tahun 1881. Pada tahun 1887, Firma Delange dibantu
Sabang Haven memperoleh kewenangan menambah, membangun fasilitas dan sarana
penunjang pelabuhan.
Era pelabuhan bebas di Sabang dimulai pada tahun 1895, dikenal dengan istilah vrij
haven dan dikelola Maatschaappij Zeehaven en Kolen Station yang selanjutnya dikenal
dengan nama Sabang Maatschaappij. Perang Dunia IIikut mempengaruhi kondisi Sabang
dimana pada tahun 1942 Sabang diduduki pasukan Jepang, kemudian dibombardir pesawat
Sekutu dan mengalami kerusakan fisik hingga kemudian terpaksa ditutup.
Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, Sabang menjadi pusat Pertahanan Angkatan
Laut Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan wewenang penuh dari pemerintah melalui
Keputusan Menteri Pertahanan RIS Nomor 9/MP/50. Semua aset Pelabuhan Sabang
Maatschaappij dibeli Pemerintah Indonesia. Kemudian pada tahun 1965 dibentuk
pemerintahan Kotapraja Sabang berdasarkan UU No 10/1965 dan dirintisnya gagasan awal
untuk membuka kembali sebagai Pelabuhan Bebas dan Kawasan Perdagangan Bebas.
Gagasan itu kemudian diwujudkan dan diperkuat dengan terbitnya UU No 3/1970
tentang Perdagangan Bebas Sabang dan UU No 4/1970 tentang ditetapkannya Sabang
sebagai Daerah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Dan atas alasan pembukaan Pulau
Batam sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Sabang terpaksa
dimatikan berdasarkan UU No 10/1985. Kemudian pada tahun 1993 dibentuk Kerja Sama
Ekonomi Regional Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) yang membuat
Sabang sangat strategis dalam pengembangan ekonomi di kawasan Asia Selatan.
Pada tahun 1997 di Pantai Gapang, Sabang, berlangsung Jambore Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (Iptek) yang diprakarsai BPPT dengan focus kajian ingin mengembangkan
kembali Sabang. Disusul kemudian pada tahun 1998 Kota Sabang dan Kecamatan Pulo Aceh
3 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i
dijadikan sebagai Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) yang bersama-sama
KAPET lainnya.diresmikan oleh Presiden BJ Habibie dengan Keppes No. 171 tanggal 28
September 1998.
Era baru untuk Sabang, ketika pada tahun 2000 terjadi Pencanangan Sabang sebagai
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas oleh Presiden KH. Abdurrahman Wahid
di Sabang dengan diterbitkannya Inpres No. 2 tahun 2000 pada tanggal 22 Januari2000. Dan
kemudian diterbitkannya Peraturan Pemerintah pengganti Undang- Undang No. 2 tahun 2000
tanggal 1 September 2000 selanjutnya disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 37 Tahun
2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang.
Aktifitas Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas Sabang pada tahun 2002 mulai
berdenyut dengan masuknya barang-barang dari luar negeri ke Kawasan Sabang. Tetapi pada
tahun 2004 aktifitas ini terhenti karena Aceh ditetapkan sebagai Daerah Darurat Militer.
Sabang juga mengalami Gempa dan Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004, namun
karena palung-palung di Teluk Sabang yang sangat dalam mengakibatkan Sabang selamat
dari tsunami. Sehingga kemudian Sabang dijadikan sebagai tempat transit Udara dan Laut
yang membawa bantuan untuk korban tsunami di daratan Aceh. Badan Rekontruksi dan
Rehabilitasi (BRR) Aceh-Nias menetapkan Sabang sebagai tempat transit untuk pengiriman
material kontruksi dan lainnya yang akan dipergunakan di daratan Aceh.
PETA SABANG
4 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i
I. GEOGRAFI
Kota Sabang terletak antara 54628 hingga 55428 Lintang Utara dan 951312
hingga 952236 Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata 28 meter diatas permukaan laut.
Wilayahnya terdiri dari lima pulau, yaitu pulau Weh (Sabang), Pulau Rondo, Pulau Rubiah,
Pulau Ceulako dan Pulau Klah. Adapun batas-batas wilayahnya, sebelah utara dan timur
berbatasan dengan selat Malaka, sebelah selatan dan barat berbatasan dengan Laut Andaman.
Wilayah Kota Sabang merupakan daerah kepulauan, maka secara geologis hampir seluruh
daratannya (yaitu 98,57 persen) berupa batuan, baik berupa batuan vulkanis dan batuan
alluvial.
Lahan di Kota Sabang didominasi oleh hutan yang luasnya mencapai 6.814,78 hektar,
dengan luas secara keseluruhan 122,14 Km2, Kota Sabang dibagi dalam 2 kecamatan dengan
18 Gampong secara keseluruhan, dan 7 mukim ,karena wilayahnya merupakan pulau kecil,
pada tahun 2013, tekanan udara di Kota Sabang mencapai 1011,4 mb pada bulan September
dan suhu udara 27,8C pada bulan Juni dan Juli. Selama TAHUN 2013 terjadi 54 kejadian
bencana alam di Sabang dengan rincian 3 kejadian kebakaran, 51 kali angin kencang.
II. PEMERINTAHAN
Saat ini Kota Sabang dipimpin oleh seorang walikota yang dipilih secara langsung
oleh masyarakatnya pada tahun 2013. Dewan Perwakilan Rakyat Kota Sabang (DPRK
Sabang) terdiri dari 3 fraksi, yaitu fraksi partai Aceh (9 orang), Golongan Karya (4 orang)
dan sisanya adalah Aliansi Rakyat dengan jumlah keterwakilan anggota dewan 7 orang.
Secara komisioner, DPRK Sabang terdiri dari 4 komisi, yaitu komisi A, B, C,dan D yang
masing-masing membidangi pemerintahan (3 orang), perekonomian (4 orang), keuangan (4
orang) serta pembangunan dan kesejahteraan rakyat (4 orang)
Kota Sabang memiliki jumlahPegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 2.688 dengan
komposisi sebanyak 1.264 berjenis kelamin laki-laki dan sisanya sebnayak 1.424 berjenis
kelamin perempuan.
III. PENDUDUK DAN TENAGA KERJA
Pertumbuhan jumlah penduduk Kota Sabang tahun 2013 sebesar 1,29 persen yaitu
dari 31.782 jiwa pada tahun 2012 menjadi 32.191 jiwa pada 2013 dengan kepadatan
penduduk sekitar 264 jiwa/km.
Penduduk Kota Sabang pada tahun 2013 terdiri dari 16.444 lakilaki dan 15.747
perempuan, sehingga rasio jenis kelaminnya adalah sebesar 104. Jika dirinci menurut
5 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i
kecamatan, sebanyak 16.288 jiwa tinggal di kecamatan Sukajaya dan sisanya (15.903 jiwa)
tinggal dikecamatan Sukakarya.
Persebaran penduduk ini tidak merata setiap kecamatannya. Terjadi pergeseran
pertumbuhan penduduk dari kecamatan Sukakarya ke kecamatan Sukajaya beberapa tahun
terakhir.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan jumlah penduduk adalah kelahiran,