potensi dan pengembangan objek wisata bahari …repository.ub.ac.id/2653/1/ade hidayah.pdf ·...
TRANSCRIPT
POTENSI DAN PENGEMBANGAN OBJEK WISATA BAHARI TULAMBEN, KABUPATEN
KARANGASEM,BALI
SKRIPSI
Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
ADE HIDAYAH NIM. 125030807111034
UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS PROGRAM STUDI PARIWISATA
MALANG 2017
MOTTO
“Barangsiapa ingin mutiara, harus berani terjun di lautan yang dalam”
Ir. Soekarno
Belajarlah dari laut semakin dalam semakin tak bergemuruh -Anonymous-
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
limpahan rahmat dan berkah atas segala karunia yang diberikan kepada penulis
menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul Potensi dan Pengembangan Objek
Wisata Bahari Tulamben, Kabupaten Karangasem, Bali. Sholawat serta salam
selalu tercurahkan kepada Junjungan Nabi besar Muhammad SAW, beserta
keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikutinya hingga akhir kelak.
Penulisan laporan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian
skripsi sehingga peneliti dapat meraih gelar sarjana.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini tidak akan terwujud
tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Pihak-pihak yang membatu baik
secara moril, materil, masukan, diskusi, dan saran dalam rangka menyelesaikan
skripsi ini. Penulis ucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Bambang Supriyono, MS, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya.
2. Ibu Prof. Dr. Endang Siti Astuti, M.Si selaku Ketua Jurusan Administrasi
Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
3. Bapak Yusri Abdillah S.Sos, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi
Pariwisata Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
4. Ibu Dr. Sunarti, S.Sos., MAB selaku ketua dosen pembimbing skripsi yang
telah berkenan memberikan waktu, petunjuk, dan arahan hingga terselesainya
skripsi ini.
vi
5. Bapak Luchman Hakim, S.Si., M.AgrSc., Ph.D selaku anggota dosen
pembimbing skripsi yang telah berkenan memberikan waktu, petunjuk, dan
arahan hingga terselesainya skripsi ini.
6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Administrasi yang selama ini telah memberikan
ilmu dan pengetahuan terkait kepariwisataan.
7. Bapak I Nyoman Suastika selaku Ketua Asosiasi Pemandu Selam Tulamben
yang telah bersedia meluangkan waktunya menjadi narasumber.
8. Bapak I Kadek pemilik dan pengelola Dive Center Aqua Dive dan juga
merupakan pengembang objek wisata bahari Tulamben yang telah bersedia
meluangkan waktunya menjadi narasumber.
9. Bapak I Nyoman Ardika S.Pd selaku Perbekel Desa Tulamben yang telah
bersedia meluangkan waktunya menjadi narasumber.
10. Bapak I Nyoman Degeng selaku Kepala Desa Tulamben yang telah bersedia
meluangkan waktunya menjadi narasumber.
11. Ibu Permana Wahyuni selaku Kepala Seksi Pengembangan dan Pendataan
Destinasi pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karangasem
yang telah bersedia meluangkan waktunya menjadi narasumber.
12. Bapak Fahrurozi dan Ibu Lazuardiah selaku orang tua saya yang selalu
mendoakan dan mensupport semua kegiatan saya.
13. Kakak Laki-laki saya dan seluruh keluarga besar, yang telah rela mendoakan
saya agar cepat lulus.
14. Terimakasih kepada semua pihak yang mendukung dan memberikan motivasi
yang tak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan untuk menyelesaikan
skripsi ini.
vii
Demikian laporan skripsi ini penulis buat, saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan kesempurnaan laporan
skripsi. Semoga laporan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
yang berkepentingan.
Malang, 19 Juni 2017
Penulis
viii
RINGKASAN
Ade Hidayah, 2017. Potensi Dan Pengembangan Objek Wisata Bahari Tulamben, Kabupaten Karangasem, Bali. Dosen Pembimbing: Dr. Sunarti, S.Sos., MAB., Luchman Hakim, S.Si.,M.AgrSc., Ph.D
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui potensi alam bawah laut di perairan objek wisata bahari di Tulamben saat ini; (2) Mengetahui persepsi wisatawan terhadap alam bawah laut Tulamben; (3) Mengetahui pengembangan yang dilaksanakan oleh pengelola dan pengembang objek wisata bahari Tulamben dalam upaya menjaga menjaga dan melestarikan atraksi-atraksi yang berada di perairan Tulamben.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data dalam penelitian ini diambil melalui observasi (pengamatan), wawancara, dan dokumentasi. Observasi dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi berpartisipasi (participant observation) dengan cara ikut mengamati potensi apa saja yang dimiliki oleh objek wisata bahari Tulamben dan melakukan analisis bagaimana cara menjaga potensi tersebut agar tetap berkelanjutan. Proses observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengikuti aktivitas menyelam pada suatu dive center. Penelitian ini menggunakan jenis wawancara semi-terstruktur. Analisis data menggunakan model interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat tiga potensi bawah laut yang dimiliki oleh objek wisata bahari Tulamben. Tiga potensi itu adalah wreck ship, coral garden dan drop off. Dimana ketiga potensi tersebut merupakan titik-titik penyelaman yang memiliki ikan-ikan laut yang berbeda-beda. Objek wisata bahari Tulamben merupakan objek wisata dengan jenis minat khusus. Persepsi wisatawan akan bawah laut Tulamben sangat beragam yang dapat membantu dalam mengembangkan daya tarik wisata pada objek wisata bahari Tulamben. Pengembangan pada objek wisata bahari Tulamben dilakukan oleh para pengelola objek wisata bahari Tulamben dengan pendekatan potensi dan pendekatan pemberdayaan masyarakat.
Kata Kunci : Potensi Wisata, Pengembangan Wisata, Wisata Bahari.
iv
SUMMARY
Ade Hidayah, 2017. Potential And Development of Object Marine Tourism Tulamben, Districk Karangasem, Bali. Advisors: Sunarti, Dr, S.Sos., M.AB and Luchman Hakim, S.Si., M.AgrSc., Ph.D
This study aim to: (1) find out potential under the sea Tulamben at this time (2) the tourist perception about under the sea Tulamben, and (3) knowing the development implemented by mainteiners and developers of Tulamben in an attempt to keep maintaining and preserving the attractions that are located of Tulamben.
The type of research used in this study is descriptive with qualitative methods. Collecting data in this research are observation, interview and documentation. The observation of this research used participant observation methods, observing any potential took a part owned Tulamben and conduct analysis how to keep the potential in order to remain sustainable. The observation in this research done by following the activities of diving on a dive center. This research used a semi-structured interview type. Data analysis using interactive model by Miles and Huberman.
The results of research there are three potential spot for special interest tourism owned Tulamben. There are wreck ship spot, coral garden spot, and drop off spot. Where there are the diving spots have different sea fish. Tulamben attractions special interest type for marine tourism. The perception of tourists about under the sea Tulamben very diverse that can help to developing attraction on marine tourism Tulamben. The development of Tulamben is done by managers in object marine toursim Tulamben with potential and community empowerment approach.
Key words: Potential Tourism, Development Tourism, Marine Tourism
v
DAFTAR ISI Halaman
MOTTO .................................................................................................................. i
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI....................................................................ii
PERNYATAAN ORISINALITAS……………………………………………..iii
RINGKASAN…………………………………………………………………....iv
SUMMARY………………………………………………………………………..v
KATA PENGANTAR………………………………………………..…………vi
DAFTAR ISI………………………………………………………………..........ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………...…………………xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ..................................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7 D. Kontribusi Penelitian .................................................................................... 8 E. Sistematika Penelitian .................................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 11 A. Pariwisata Bahari ....................................................................................... 11 B. Ekologi Laut ............................................................................................... 21
1.Pengertian Ekologi Laut .......................................................................... 21 2.Bagian dan Sistem Lautan ....................................................................... 22
C. Ekowisata ................................................................................................... 24 D. Perencanaan Objek Wisata Bahari ............................................................. 26
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 33 A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 33 B. Fokus Penelitian ......................................................................................... 34 C. Lokasi dan Situs Penelitian ........................................................................ 35 D. Jenis dan Sumber Data Penelitian .............................................................. 36 E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 37 F. Instrumen Penelitian .................................................................................. 31 G. Teknik Analisis Data .................................................................................. 42
ix
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 45
A. Gambaran Umum ....................................................................................... 45 1.Gambaran Umum Kab. Karangasem ...................................................... 45 2.Gambaran Umum Desa Tulamben .......................................................... 50
B. Penyajian Data Fokus Penelitian ................................................................ 57 1. Potensi Alam Bawah Laut Tulamben .................................................... 57 2. Persepsi Wisatawan Tentang Alam Bawah Laut Tulamben .................. 75 3. Pengembangan Pada Objek Wisata Bahari Tulamben ........................... 79
C. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................... 88 1. Analisis Potensi Alam Bawah Laut Tulamben ...................................... 88 2. Analisis Persepsi Wisatawan Tentang Alam Bawah Laut Tulamben .... 94 3. Analisis Pengembangan Pada Objek Wisata Bahari Tulamben ............. 95
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 100 A. Kesimpulan .............................................................................................. 100 B. Saran ......................................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 104 LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………..………………………..106
x
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Klasifikasi Lingkungan Pesisir...........................................23 Tabel 4.1 Potensi Alam Bawah Laut Tulamben…………………….58 Tabel 4.2 Jumlah KunjunganWisatawan……………………………60
Tabel 4.3 TujuanWisatawan Ke Tulamben………………………. 77
xi
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 3.1 Model Interaktif Miles and Huberman ................................... 43 Gambar 4.1 Lambang Kab. Karangasem .................................................. 45 Gambar 4.2 Lokasi Desa Tulamben ........................................................... 50 Gambar 4.3 Lokasi Objek Wisata Bahari Tulamben ................................. 56 Gambar 4.4 Geografis Alam Bawah Laut Tulamben................................. 57 Gambar 4.5 Potensi Alam Bawah Laut Titik Wreck Ship .......................... 58 Gambar 4.6 Potensi Alam Bawah Laut Titik Coral Garden ..................... 59 Gambar 4.7 Potensi Alam Bawah Laut Titik Drop Off ............................. 59 Gambar 4.8 Atraksi Buatan Pada Coral Garden ...................................... 63 Gambar 4.9 Padang Pasir Pada Drop Off ................................................... 63 Gambar 4.10 Jack Fish Wreck Ship Tulamben .......................................... 65 Gambar 4.11 Kegiatan Scuba Diving ........................................................ 67 Gambar 4.12 Salah Satu Dive Center Tulamben ....................................... 67 Gambar 4.13 Kegiatan Free Diving .......................................................... 68 Gambar 4.14 Satu-satunya Freediving School di Tulamben ..................... 68 Gambar 4.15 Kegiatan Snorkelling ........................................................... 69 Gambar 4.16 Titik Penyelaman Wreck Ship .............................................. 72 Gambar 4.17 Titik Penyelaman Coral Garden .......................................... 73 Gambar 4.18 Titik Penyelaman Coral Garden .......................................... 74 Gambar 4.19 Titik Penyelaman Drop Off .................................................. 75 Gambar 4.20 Struktur Pemerintahan Desa Tulamben................................ 84 Gambar 4.21 Sarana Perhubungan Tulamben ............................................ 86 Gambar 4.22 Salah Satu Penginapan di Tulamben .................................... 86 Gambar 4.23 Salah Satu Restaurant di Tulamben ..................................... 87 Gambar 4.24 Salah Satu Minimart di Tulamben ....................................... 87 Gambar 4.25 Salah Satu Souvenir Shop di Tulamben ............................... 87 Gambar 4.26 Salah Satu ATM di Tulamben .............................................. 88 Gambar 4.27 Tiket Masuk Objek Wisata Bahari ....................................... 92 Gambar 4.28 Tiket Masuk Objek Wisata Bahari ....................................... 92 Gambar 4.29 Tiket Masuk Objek Wisata Bahari ....................................... 92 Gambar 4.30 Tiket Parkir Objek Wisata Bahari Tulamben ....................... 93 Gambar 4.31 Akses Jalan Utama Objek Wisata Bahari Tulamben ........... 97 Gambar 4.32 Pedestrian Pada Objek Wisata Bahari Tulamben ................ 97
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Judul Halaman
Pedoman Wawancara……………………………………………..…….106
xiii
CURRICULUM VITAE
Ade Hidayah
Jakarta, November 19th 1994
Villa Bintaro Indah Blok D4 No. 1 St. Bangka II, South Tangerang
Education
2000-2006 : Islamic Elementary School Soebono Mantofani
2006-2009 : Junior High School 3 Ciputat
2009-2012 : Islamic Senior High School 4 Jakarta Selatan
2012-2017 : Brawijaya University, Malang
Skills and Interest
Able communicate English and Deutsch. Professional user Microsoft office. Interest on social issues. I like watching movies in free time
Organizational Experiences
2015 : AIESEC exchange participant , The Philippines
2015 : OC Agenda For Youth Talk Project, Brawijaya University
2015 : Event Manager TEDxUniversitasBrawijaya
Work Experinces
2014 : Contributor of Nylon Magazine, Regional Malang
2015 : Internship in InboundID Digital Marketing Agency, Jakarta
2017-Present : Merchendising Luxury, JD.ID
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar pertama di dunia
dengan luas wilayah 1,904,569 km persegi. Total luas lautan Indonesia
3,544,743, km persegi, dengan perbandingan lautan dan daratan 70
persen berbanding 30 persen. Kekayaan yang dimiliki oleh laut
Indonesia sangat beragam, mulai dari flora hingga faunanya. Indonesia
sebagai negara kepulauan, pantai dan lautnya menyimpan berbagai
potensi yang jika dikelola dengan baik akan menguntungkan bagi
masyarakat sekitar bahkan bagi industri pariwisata.
Potensi dari laut Indonesia selain perikanan adalah potensi
wisatanya. Potensi wisata bahari di Indonesia tersebar dari Sabang
hingga Merauke. Usaha dalam mencari potensi dan pengembangan pada
objek wisata bahari harus didasarkan pada keberlanjutan dari suatu
atraksi tersebut. Terdapat beberapa objek wisata bahari yang sudah
terkenal di pasar global, diantaranya adalah Kepulauan Bali dan
Lombok dan Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur.
Wisata bahari merupakan salah satu wisata yang sedang berkembang
pesat di seluruh dunia saat ini (Akhyaruddin, 2012 diakses pada 24
Maret 2016). Pada wisata bahari wisatawan dapat melakukan aktivitas-
aktivitas seperti swimming, diving, snorkelling, surfing, fishing dan lain
1
2
sebagainya. Wisata bahari termasuk kedalam jenis wisata minat khusus,
dengan spesifikasi wisata petualangan atau adventure tourism.
Keindahan alam merupakan aset berharga yang selama ini mampu
menarik wisatawan nusantara maupun mancanegara untuk datang dan
berkunjung menikmati keindahan alam maupun untuk mempelajari
keanekaragaman pariwisata di Indonesia. Pariwisata saat ini telah
menjadi kebutuhan bagi masyarakat dari berbagai lapisan, bukan hanya
untuk kalangan tertentu saja, sehingga dalam penanganannya harus
dilakukan dengan serius dan melibatkan pihak-pihak yang terkait, guna
mencapai tujuan pada pengembangan pariwisata (Soebagyo, 2012:
154).
Pulau Bali merupakan salah satu objek daerah tujuan wisata yang
sudah terkenal ke mancanegara sebagai tempat wisata yang mempunyai
keindahan panorama yang berada di Indonesia. Keindahan pantai dan
adat masyarakat menjadikan Bali sebagai aset pariwisata yang sangat
berharga (Kementerian Pariwisata Ekonomi dan Kreatif, 2015).
Undang-Undang No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan menyatakan
tentang wisata bahari atau tirta adalah penyelenggaraan wisata dan
olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa
lainnya yang dikelola secara komersial di perairan laut, pantai, sungai,
danau, dan waduk.
Bali merupakan salah satu tujuan wisata bahari di Indonesia.
Kontribusi Bali dalam meningkatkan devisa Indonesia berasal dari salah
3
satu sektornya, wisata bahari. Dinas pariwisata Bali mencatat lebih dari
25.000 kunjungan wisatawan ke Bali periode tahun 2012 sampai
dengan 2014. Kunjungan dari lebih 25.000 wisatawan yang
mengunjungi Bali tersebar keseluruh daerah tujuan wisata yang berada
di Pulau Dewata dengan kegiatan wisata yang bermacam-macam, salah
satunya dengan berwisata minat khusus. Pulau Bali mempunyai 9
Kabupaten dengan potensi wisata bahari yang berbeda-beda di setiap
kabupatennya. Potensi wisata bahari yang terdapat pada setiap
kabupaten memberikan peluang persebaran jumlah kunjungan
wisatawan di Bali dan memberikan pilihan lain bagi wisatawan dalam
melakukan kegiatan wisata. Penyebaran wisatawan berguna sebagai
salah satu upaya dalam mengurangi kerusakan ekosistem suatu objek
wisata. Salah satu objek wisata bahari yang memiliki potensi wisata
bahari terdapat di Kabupaten Karangasem. Sebagai salah satu objek
daerah tujuan wisata bahari yang berada di Bali, Kabupaten
Karangasem terus melakukan perencanaan dan pengembangan pada
objek wisata baharinya. Salah satu objek wisata bahari yang
mendapatkan perhatian khusus yaitu Tulamben (Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Karangasem, 2016).
Tulamben merupakan salah satu diving site yang mempunyai
keindahan alam bawah laut. Tahun 2012 jumlah kunjungan wisatawan
yang mengunjungi Tulamben mencapai 71.802 wisatawan dan
mencapai 77.842 wisatawan di tahun 2014 (Dinas Pariwisata Bali,
4
2014). Tulamben merupakan sebuah desa kecil yang berada di Timur
Pulau Bali. Potensi wisata bahari yang dimiliki oleh objek wisata bahari
Tulamben menarik para wisatawan yang mempunyai minat khusus
menyelam untuk datang berkunjung. Kekayaan biota laut, keindahan
panorama, dan keaneka ragaman atraksi yang diberikan Tulamben
menjadikan objek wisata bahari tersebut menjadi tempat terbaik untuk
menyelam yang berada di Bali (Subhan, 2014: 3-19). Potensi yang
dimiliki oleh Tulamben saat ini antara lain:
1. Keaneka ragaman hayatinya yang tinggi, terutama di lingkungan
terumbu karang.
2. Kawasan sekitar desa yang memiliki keindahan alam, seperti gunung
yang menenangkan, pantai yang memiliki terumbu karang yang
sangat indah dengan ombak yang tenang.
Keunikan atraksi yang terdapat di Tulamben menjadi daya tarik
utama pada saat ini yang ditawarkan para pengelola dan pengembang
pariwisata yang berada di tempat tersebut antara lain pemerintah desa
dan penyedia jasa menyelam atau diving. Tulamben juga disebut
sebagai paradise reef karena penuh dengan kejutan dengan hewan-
hewan yang akan muncul (Subhan, 2014: 54). Dengan segala kelebihan
yang dimiliki tempat tersebut, menjanjikan keindahan dan keragaman
sumber daya alam yang luar biasa, berbagai jenis ikan, terumbu karang,
serta makhluk hidup lainnya, hingga bangkai kapal yang karam menjadi
daya tarik bagi calon wisatawan yang akan mengunjungi Tulamben
5
dengan minat khusus wisata bahari, khususnya aktivitas diving dan
snorkelling. Keindahan alam bawah laut menjadi daya tarik bagi
wisatawan dalam mengunjungi Tulamben, selain keindahan alam
bawah laut yang mempesona, terdapat fenomena yang
mengkhawatirkan bagi keberlanjutan terumbu karang di perairan
Tulamben. Menurut salah satu pengelola dan pengembang objek wisata
bahari Tulamben yaitu Asosiasi Pemandu Selam Tulamben, Tulamben
saat ini sedang mengupayakan sebuah program yang berbasis
lingkungan guna menjaga kelestarian di perairan Tulamben terutama di
sekitar kapal karam.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karangasem
menyebutkan bahwa Tulamben sebagai objek wisata bahari dengan
berbagai potensi yang dimilikinya, maka objek wisata bahari ini banyak
melakukan perencanaan dan pengembangan objek wisatanya yang
berbasis lingkungan. Perencanaan dan pengembangan dalam suatu
objek wisata harus didasarkan pada perencanaan, pengembangan, dan
arah pengelolaan yang jelas agar semua potensi yang dimiliki suatu
objek wisata dapat diberdayakan secara optimal. Perencanaan dalam
pengembangan pada objek wisata bahari membutuhkan manajemen
pariwisata yang terukur, tidak merugikan pihak-pihak yang dalam hal
ini mengelola dan mengembangkan objek wisata bahari Tulamben.
Kerja sama antara pihak pemerintahan desa dan pemerintahan
kabupaten serta semua masyarakat yang terlibat dalam mengelola serta
6
mengembangkan objek wisata bahari Tulamben dibutuhkan guna
mencapai tujuan dari pengembangan yang berkelanjutan.
Perencanaan dan pengembangan objek wisata bahari Tulamben saat
ini dilakukan oleh masyarakat lokal yang terbentuk dalam beberapa
organisasi yang mendukung usaha pariwisata. Dukungan dari
pemerintahan desa dan pemerintahan daerah kabupaten sangat
dibutuhkan dalam upaya menjaga kelestarian atraksi-atraksi wisata
bahari Tulamben. Manajemen pariwisata berkelanjutan yang
dibutuhkan untuk merencanakan, mengembangkan dan mengelola
objek wisata bahari Tulamben pada saat ini masih sedikit jumlahnya,
sehingga upaya dalam melestarikan atraksi-atraksi wisata yang berada
di objek wisata tersebut masih belum dapat dilakukan. Kaiser Jr dan
Helber (1978: 177) menjelaskan bahwa tingkat-tingkat perencanaan dan
pengembangan objek wisata dimulai dari pengembangan pariwisata
daerah yang mencakup pembangunan fisik objek dan atraksi wisata.
Setelah itu dilakukan, pengelola objek dan atraksi wisata dapat melihat
bagaimana perkembangan dari jumlah kunjungan wisatawan serta
kepuasan yang dialami oleh wisatawan. Selanjutnya apabila mencapai
target yang telah ditetapkan, tahapan selanjutnya dalam pengembangan
pariwisata yaitu memikirkan sistem prioritas. Perencanaan dan
pengembangan pada objek wisata bahari Tulamben dibutuhkan pada
saat ini untuk mengurangi kerusakan lingkungan yang akan ditimbulkan
di masa yang akan datang.
7
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini bermaksud
membahas potensi dan pengembangan objek wisata bahari Tulamben
yang berwawasan lingkungan. Harapan dari dilakukannya penelitian ini
adalah menjadikan Desa Tulamben sebagai salah satu objek daerah
tujuan wisata bahari berkelanjutan yang berada di Bali timur dalam
penelitian yang berjudul “Potensi dan Pengembangan Objek Wisata
Bahari Tulamben, Kabupaten Karangasem, Bali”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana potensi alam bawah laut diperairan objek wisata bahari
Tulamben pada saat ini?
2. Bagaimana persepsi wisatawan terhadap alam bawah laut Tulamben?
3. Bagaimana pengembangan yang dilaksanakan oleh pengelola dan
pengembang objek wisata bahari Tulamben dalam upaya menjaga dan
melestarikan atraksi-atraksi pada objek wisata bahari Tulamben?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah tertulis diatas maka tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui potensi alam bawah laut diperairan objek wisata bahari
Tulamben pada saat ini.
2. Mengetahui persepsi wisatawan terhadap alam bawah laut Tulamben.
8
3. Mengetahui pengembangan yang dilaksanakan oleh pengelola dan
pengembang objek wisata bahari Tulamben dalam upaya menjaga dan
melestarikan atraksi-atraksi yang berada di perairan Tulamben.
D. Kontribusi Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, adapun
kontribusi penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Maanfaat Akademis
a. Diharapkan penelitian ini mampu menjadi pemahaman ilmiah
mengenai potensi dan pengembangan objek wisata bahari bagi
objek wisata bahari lainnya yang berada di Indonesia.
b. Diharapkan mampu menghasilkan perbandingan antara
pengetahuan yang bersifat teoritis dengan realita di lapangan.
2.Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penulis,
stakeholders dan penulis-penulis lainnya dalam melakukan
penelitian mengenai objek wisata baharidan sejenisnya agar
perencanaan dan pengembangan objek wisatanya dapat menjadi
lebih baik dan berwawasan lingkungan.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ide atau pendapat baru
dalam upaya perencanaan dan pengembangan objek wisata bahari
baik di Desa Tulamben itu sendiri maupun objek wisata bahari lain
dengan berwawasan lingkungan.
9
E. Sistematika Penulisan
Dalam memudahkan pemahaman penelitian ini, digunakan sistematika
penulisan yang bertujuan agar segala aspek yang dibahas dalam
penelitian ini dapat lebih mudah dimengerti dan dapat menggambarkan
isi dari penulisan ini dengan jelas. Adapun sistematika dalam penelitian
ini dapat diuraikan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Menguraikan tentang pendahuluan yang berisikan
latar belakang yang mengemukakan permasalahan
berkaitan dengan judul skripsi dan diungkapkan
pula pertimbangan-pertimbangan sehingga perlu
untuk mengangkat permasalahan tersebut.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada tinjauan pustaka menyajikan teori-teori yang
berkaitan dengan penulisan skripsi yang
selanjutnya diungkapkan pada studi pustaka untuk
memperoleh gambaran teoritis terhadap bahasan
dalam judul.
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam metode penelitian menjelaskan mengenai
metode apa saja yang digunakan dalam penelitian,
10
termasuk didalamnya jenis penelitian, fokus
penelitian, lokasi dan situs penelitian, jenis dan
sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen
penelitian dan analisis data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memaparkan data-data hasil penelitian
yang terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian,
data fokus penelitian, dan analisis serta interpretasi
dari data hasil penelitian. Bab ini juga merupakan
bab yang berisi jawaban dari rumusan masalah
yang telah dibuat.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan
merupakan garis besar dari hasil pembahasan yang
menjawab rumusan masalah, sedangkan saran
merupakan sumbangan pemikiran penulis kepada
pengembang dan pengelola objek wisata bahari
Tulamben agar dapat membantu dalam
mengembangkan objek wisata bahari Tulamben
yang berkelanjutan sebagai salah satu objek wisata
bahari yang dapat di perhitungkan di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pariwisata Bahari
Secara etimilogi, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang
terdiri atas pari dan wisata. Pari berarti “banyak” atau “berkeliling”,
sedangkan wisata berarti “pergi” atau “bepergian”. Atas dasar itu, maka
kata pariwisata seharusnya diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan
berkali-kali atau berputar-putar, dari suatu tempat ke tempat lain, yang
dalam bahasa Inggris disebut dengan kata “tour”, sedangkan untuk
pengertian jamak, kata “Kepariwisataan” dapat digunakan kata
“tourisme” atau “tourism” (Yoeti, 1996:112). Pengertian lainnya dalam
UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan yaitu kegiatan wisata
dan didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan
masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.
Terdapat berbagai macam dan jenis pariwisata, salah satunya adalah
jenis pariwisata minat khusus. Hall and Weiler (1992: 141), wisata minat
khusus memiliki pengertian: “... is travel for people who are going
somewhere because they have particular interest that can be pursued in a
particular region or at a particular destination”. Pengertian diatas
memberikan penjelasan bahwa pariwisata minat khusus adalah pariwisata
yang dilakukan oleh sekelompok wisatawan yang menginginkan suatu
kegiatan dengan tujuan tertentu.
11
12
Pariwisata bahari dapat dikategorikan sebagai wisata minat khusus.
Pariwisata bahari adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang atau kelompok yang bersifat sementara untuk menikmati atau
menyalurkan hobi yang berhubungan dengan kelautan, seperti menyelam,
berenang, berselancar, memancing, dan lain-lain (Muljadi, 2014: 219).
Menurut Miller (1993) pariwisata yang berbasis pada kelautan
menunjukkan popularitas yang cukup tinggi dan pertumbuhan ini
berpengaruh pada masyarakat lokal, wilayah, dan nasional pada suatu
negara. Menurut Orams dalam Muljadi pada awalnya perkembangan
wisata bahari dimulai dari daratan Eropa dengan spa resort dan kemudian
Amerika pada akhir abad ke-18 (Muljadi, 2014: 220). Wisata bahari
merupakan daya tarik yang akan berkembang di masa yang akan datang.
Wisata bahari merupakan segmen dalam pariwisata yang akan tumbuh
dengan pesat. Menurut Smith dan Jenner dalam Orams memperkirakan
pada tahun 2000 telah berkembang 2,5 kali daripada sebelumnya, yaitu
paket wisata yang berbasis pada watersports dan diperkirakan terdapat
sebanyak 2,5 s.d 5 juta wisatawan yang membeli paket tersebut. Salah
satu kegiatan dari wisata bahari yang terkenal di dunia adalah diving atau
menyelam. Diperkirakan terdapat lebih dari 4 juta penyelam yang berada
di seluruh dunia dengan mayoritas berasal dari negara-negara seperti
Amerika Serikat, Australia, dan Inggris. Terdapat syarat-syarat guna
menjadi spot diving terbaik bagi suatu daerah tujuan wisata, antara lain:
1. Lingkungan laut yang sehat dan tidak kotor.
13
2. Informasi tentang rute perjalanan.
3. Terdapat variasi atraksi lokasi diving, seperti bangkai kapal, terumbu
karang, dan lain lain.
4. Keindahan pemandangan alam laut.
5. Banyak pesona bawah laut yang menarik (Orams, 2002: 23).
Wilkinson (2000: 95) menyatakan meskipun Indonesia sebagai negara
kepulauan belum termasuk kedalam sepuluh tempat terbaik diving di
dunia, tetapi terumbu karang terbanyak di dunia terletak di Indonesia.
Sebanyak 17,59% terumbu karang yang berada di Indonesia dari seluruh
jenis terumbu karang yang berada di dunia, diikuti oleh Australia yang
memiliki sekitar 17% terumbu karang. Kegiatan wisata bahari yang
terkenal lainnya di dunia adalah surfing atau berselancar. Berselancar
merupakan bagian dari watersports yang digemari oleh beberapa orang
yang mempunyai minat khusus. Menurut Muljadi (2014: 221), terdapat
sepuluh daerah tujuan wisata untuk berselancar terpopular di dunia, yaitu
California; pesisir pantai yang memiliki lautan tenang yang membentang
sepanjang garis pantai, Perancis pesisir barat; sepanjang pantai pesisir
barat adalah tempat berselancar, Lanzarote, Maroko; bagian utara Pulau
Canary terletak 100 km dari pantai Maroko terdapat dua tempat utama
untuk berselancar, Feurtaventrua, Spanyol; sepanjang pesisir barat
terdapat pantai yang sangat baik guna berselancar,Maroko; Maderia
14
pulau yang terletak sekitar 350 mil dari Casablanca, Australia yang
merupakan salah satu negara yang memiliki tempat berselancar paling
baik dengan pemandangan matahari terbit yang menyilaukan, Bali
(Indonesia) merupakan daerah tujuan wisata yang memiliki daya tarik
untuk berselancar, Florida dengan Pantai Cocoa merupakan salah satu
dari seluruh daerah tujuan wisata untuk berselancar di dunia, Hawaii
dengan tempat berkumpulnya para pesalancar profesional, dan Portugal
yang merupakan kawasan pariwisata yang terkenal bagi para peselancar
kelas dunia. Libon merupakan salah satu kawasan utama berselancar
yang berada di Portugal yang terbentang sepanjang jalan menuju Peniche.
Muljadi menyatakan bahwa Pariwisata bahari di Indonesia menempati
urutan ketujuh sebagai tempat berselancar paling popular di dunia,
sedangkan untuk diving memiliki potensi sangat besar mengingat
terumbu karang laut Indonesia terbanyak di dunia. Pariwisata bahari di
Indonesia yang memiliki daya tarik wisata dapat dibedakan menjadi tiga
area, yaitu:
1) Area Darat Pantai
Pada area darat pantai merupakan tempat rekreasi pantai yang paling
banyak wisatawannya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di
pantai antara lain berjemur, voli pantai, bersepeda pantai, panjat tebing
dinding terjal pantai dan menelusuri goa pantai.
15
2) Area Laut
Pada area laut umumnya digunakan oleh wisatawan untuk berbagai
kegiatan seperti:
a) Surfing adalah kegiatan berselancar dengan menggunakan selancar
papan atau sering disebut juga selancar badan. Surfing sering disebut
juga sebagai selancar angin karena sangat bergantung pada arah angin
dan kekuatan tiupan angin. Selain itu surfing juga sangat bergantung
pada struktur gelombang laut dan musim. Beberapa daerah tujuan
wisata surfing di Indonesia antara lain Nias di Sumatera, Pelabuhan
Ratu di Pulau Jawa, Nusa Lembongan di Bali, dan Senggigi di
Kepulauan Nusa Tenggara.
b) Snorkelling adalah kegiatan menyelam dengan menggunakan alat-alat
seperti tabung udara, masker, snorkel, baju selam, dan selaput renang
untuk melihat keindahan panorama di dalam laut.
c) Jetski adalah kegiatan olahraga yang menggunakan jetski berbadan
besar, dan pengendaranya hanya cukup memainkan gas untuk
mengatur kecepatan yang berfungsi secara otomatis. Daerah tujuan
wisata pariwisata untuk jet ski di Indonesia, antara lain di Pulau Bali
dan Pulau Bidadari (Kepulauan Seribu).
d) Banana Boat adalah kegiatan olahraga bahari yang digunakan
bersama-sama dengan marshmallow.
e) Parasailing adalah kegiatan olahraga yang menggunakan balon udara.
16
f) Fishing merupakan salah satu kegiatan untuk wisata bahari yang
umumnya dilakukan oleh wisatawan yang tergabung dalam organisasi
atau club memancing, seperti banyak terdapat di Amerika dan Eropa.
g) Cruise Ship merupakan salah satu segmen pariwisata yang
berkembang cepat. Kunjungan kapal pesiar sangat potensial
menunjang pengembangan wisata bahari, karena pola pengeluaran
penumpang kapal pesiar sangat tinggi. Industri wisata kapal pesiar di
Indonesia masih sangat rendah dibandingkan negara-negara di Asia,
seperti Malaysia dan Thailand.
h) Yachting adalah olahraga yang menggunakan kapal layar. Bagian
Indonesia timur merupakan daerah tujuan wisata yang berada di
Indonesia.
3) Area Dasar Laut
Kegiatan wisata bahari dengan tujuan dasar laut untuk melihat
keindahan laut yang dilakukan oleh wisatawan. Terdapat beberapa
kegiatan yang dapat wisatawan lakukan untuk melakukan keindahan laut,
antara lain:
a) Diving merupakan suatu kegiatan wisata bahari di Indonesia yang
sudah dikenal oleh banyak profesional diver dari berbagai kawasan di
dunia dan dinyatakan sebagai tempat yang menyenangkan untuk
menyelam. Iklim dan temperatur air yang stabil juga merupakan faktor
Indonesia menjadi tempat yang menyenangkan untuk kegiatan
menyelam. Kejernihan air, ukuran tembus pandang sampai jarak
17
kurang lebih 20 meter, dan kekayaan biota laut yang beraneka ragam
menjadikan Indonesia sebagai salah satu tempat terbaik untuk diving.
Beberapa lokasi terbaik untuk melakukan aktivitas menyelam di
Indonesia yaitu Bali, Pulau Komodo, Pulau Alor, Taman Laut
Bunaken, Raja Ampat dan Taman Laut Derawan.
Laut dan pantai merupakan tumpuan sumber hidup masyarakat sekitar
pesisir yang khususnya bekerja sebagai nelayan, maka upaya
penyelamatan terhadap terumbu karang dan biota laut lainnya pada
tempat kegiatan menyelam perlu dilakukan dengan tujuan sebagai
berikut:
1. Sebagai tanda untuk kapal-kapal besar agar menghindari area tersebut.
2. Mencegah para nelayan agar tidak menebar peralatan pada area
diving.
3. Para operator diving dapat segera menemukan dive spot, sehingga
tidak perlu melepaskan jangkar berkali-kali untuk menemukan dive
spot tersebut karena dapat menyangkut dan merusak terumbu karang..
4. Memudahkan para dive operator untuk menambatkan perahu motor
sambil menunggu para penyelam kembali ke dasar laut.
b) Glass Bottom Tour adalah kegiatan wisata melihat pemandangan laut
menggunakan kapal tembus pandang, sehingga wisatawan dapat
melihat keindahan bawah laut tanpa harus menyelam. Jenis tour
macam ini hanya ada di Bali, yaitu di Tanjung Benoa dengan tujuan
Pulau Kura-kura dan Labuan Amuk.
18
c) Taman Nasional Laut dan Taman Wisata Laut adalah suatu taman
bawah laut yang terdapat biota laut yang indah dan menarik,
kebanyakan berada dalam kondisi lingkungan yang relatif bagus
(Muljadi, 2009: 230-237).
Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di
dunia dengan luas perairan laut sekitar 5,8 juta kilometer persegi atau
75% dari seluruh wilayah Indonesia. Wilayah laut yang disekitarnya
terdapat pulau-pulau sebanyak lebih dari 17.500 serta memiliki luasan
terumbu karang 17,59% dari luasan terumbu karang dunia, 37% spesies
laut, dan 30% hutan mangrove menjadikan Indonesia salah satu negara
yang memiliki kekayaan bahari terbaik di dunia. Laut Indonesia memiliki
potensi lestari sumber daya ikan sebesar 6,4 juta ton pertahun dan sekitar
80% jumlah tangkapan yang diperboleh menurut Code of Conduct for
Responsible Fishier (FAO, 1995). Nontji (2007) menyatakan, Indonesia
memiliki kekayaan laut berupa kehidupan biota laut sebanyak 80 genera,
450 spesies terumbu karang, 2.500 spesies moluska, 1.512 spesies
krustacea, 850 spesies sponges, 2.334 spesies ikan laut, 30 spesies
mamalia laut dan 38 spesies reptilia yang merupakan potensi laut terbesar
di dunia. Letak posisi Indonesia berada di dua samudra dan dua benua
serta geografi kepulauannya sejak dulu merupakan jalur pelayaran
internasional, dimana 95% jalur perdagangan Asia Pasifik melawati
perairan Indonesia. Dengan demikian, maka pemerintah Indonesia
melalui Kementerian Ekonomi dan Kreatif menetapkan kebijakan bahwa
19
wisata bahari merupakan salah satu prioritas pengembangan produk
pariwisata Indonesia.
Perairan laut Indonesia banyak terdapat berbagai keindahan alam
khususnya alam laut yang tidak sedikit berada di tempat lain. Kawasan-
kawasan laut yang terkenal sebagai daerah tujuan wisata bahari yang
memiliki keaneka ragaman hayati laut pada tingkatan genetik, spesies,
dan ekosistem yang tertiggi di dunia, sehingga Indonesia dikenal sebagai
megamarine biodiversity. Kawasan-kawasan bahari yang berada di
Indonesia yang sudah terkenal seperti, Bali, Lombok, Bunaken,
Wakatobi, dan Raja Ampat bahkan sudah berada dalam katalog-katalog
travel agent di seluruh dunia. Pariwisata bahari di Bali menempati urutan
ketujuh sebagai tempat berselancar paling populer di dunia, sedangkan
untuk diving Bali memiliki potensi yang sangat besar mengingat terumbu
karang di Indonesia merupakan terbanyak di dunia. Dengan potensi
terumbu karang dan keindahan panorama bawah laut membawa
Indonesia menjadi negara tujuan pariwisata bahari terbesar di dunia. Bali
sebagai salah satu daerah tujuan wisata bahari yang berada di Indonesia
memiliki tujuh pantai terindah dan diakui sebagai sepuluh pantai terbaik
di dunia, yaitu:
1. Pantai Padangbai, terletak di Kabupaten Karangasem digunakan
sebagai pelabuhan penyebrangan feri Bali-Lombok juga tempat
pemancingan dan menyelam karena biota lautnya yang baik.
20
2. Pantai Amed dan Pantai Tulamben, terletak di Kabupaten
Karangasem, Pantai Amed dan Pantai Tulamben merupakan pantai
yang masih terjaga kelestariannya dan menyimpan banyak sejarah,
seperti bangkai kapal Amerika Serikat yang karam.
3. Pantai Lovina, terletak di Kabupaten Buleleng Bali Utara, laut yang
terkenal dengan atraksi utama lumba-lumba.
4. Pantai Dreamland, pantai pasir putih yang membentang luas dn dihiasi
karang-karang besar, serta menjadi tempat para peselancar berkumpul.
5. Pantai Candi Dasa, terletak di Kabupaten Karangasem yang terkenal
dengan kuliner khasnya.
6. Nusa Lembongan, terletak di Kabupaten Klungkung, pulau terkenal
dengan rumput laut dan pantai indahnya.
7. Pantai Pulau Menjangan, terletak di Kabupaten Buleleng dan berada
pada Taman Nasional Bali Barat. Perairan yang bersih menjadikan
Menjangan tempat yang cocok untuk snorkeling dan diving (Muljadi:
2009: 228-229).
B. Ekologi Laut
1. Pengertian Ekologi Laut
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme
dengan lingkungannya. Berasal dari bahasa Yunani Oikos yang berarti
habitat dan Logos ilmu. Ekologi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun makhluk hidup
dengan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh
21
Ernst Haeckel (1834-1914). Selain itu pengertian lain dari ekologi adalah
ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan
lingkungannya (Lincoln dkk. 1982). Laut adalah kumpulan air asin yang
luas dan berhubungan dengan samudra. Kurang lebih 71 persen
permukaan planet bumi ditutupi oleh air asin. Laut juga seperti halnya
daratan, dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dan
mikroorganisme hidup. Jadi ekologi laut adalah cabang ilmu dari ekologi
yang mempelajari lingkungan timbal balik dari manusia kepada
lingkungan laut.
Kurang lebih 71 persen permukaan planet bumi ditutupi oleh air asin.
Air adalah zat yang mengelilingi semua organisme laut, juga merupakan
bagian terbesar pembentuk tumbuhan-tumbuhan dan binatang laut.
Lautan tidak tersebar secara merata di permukaan bumi. Lautan menutupi
lebih daripada 80% belahan bumi selatan tetapi hanya menutupi 61%
belahan bumi utara, di mana terdapat sebagian besar daratan dunia.
Lautan mempunyai suhu yang bervariasi secara horizontal sesuai dengan
garis lintang, dan juga secara vertikal sesuai dengan kedalaman.
Lingkungan laut sangat luas cakupannya dan sangat majemuk sifatnya.
Biota laut dikelompokkan sesuai dengan kemampuan hidupnya terhadap
suatu lingkungan (Romimohtarto: 2005:1).
22
2. Bagian dan Sistem Lautan
Sherman (1994: 48) menyatakan bagian dan sistem lautan merupakan
hal yang penting bagi ekologi laut. Keempat bagian tersebut antara lain
estuari, pesisir, wilayah laut, dan ekosistem laut besar. Penjelasan dari
keempat bagian tersebut yaitu:
a. Estuari (Estuary)
Estuari adalah suatu badan perairan semi tertutup, dimana air asin dari
lautan terbuka bercampur dengan air tawar yang mengalir dari
daratan. Batas estuari hingga batas dasar aliran sungai di wilayah
pesisir, sedangkan ke arah daratan hingga batas intrusi air laut dan
garis pantai. Estuari memiliki habitat dan ekosistem yang sangat
bervariasi. Macam-macam habitat estuari adalah mangrove, rawa
gambut, padang lamun dan alga, hamparan lumpur di daerah pasang,
pantai berpasir, badan air estuari serta daerah tanpa vegetasi
bersedimen halus. Pada bagian estuari banyak masyarakat yang
menjadikan sebagai area pemukiman dan pembangunan yang terkait
dengan pengembangan infrastruktur.
b. Wilayah Pesisir
Wilayah pesisir adalah wilayah dengan produktivitas sangat tinggi
dengan tingkat aksesibilitas yang sangat tinggi pula. Wilayah pesisir
mencakup berbagai jenis habitat dan menjadi daya tarik bagi manusia
23
untuk menghuninya atau menggunakannya sebagai area rekreasi dan
pariwisata.
Tabel 2.1. Klasifikasi Lingkungan Pesisir.
Sumber: Burke et al. (2002).
c. Perairan Laut
The United Nations Convention On The Law Of The Sea (UNCLOS)
menjadi dasar penetapan kondisi dan batasan-batasan dalam
penggunaan dan eksploitasi wilayah laut dunia. Menurut UNCLOS,
perbatasan yurisdiksi negera-negara anggota, dimana laut territorial
No. Kelas Lingkungan Jenis Lingkungan/Habitat
1. Daratan Pantai Bukit pasir, tebing, pantai
berbatu/berpasir, dan kawasan
industri serta pertanian
2. Daerah Pasang Surut Estuarin delta, laguna, mangrove,
hamparan lumpur, rawa gambut,
pelabuhan dan kawasan akuakultur
3. Bentik Terumbu karang, padang lamun dan
alga, tumbuhan laut, sedimen halus
diatas paparan benua dan struktur
buatan
4. Pelagis Perairan diatas paparan benua, zona
neuston, kawasan budidaya laut dan
blooming plankton
24
ditetapkan berada dalam zona 12 mil laut dari batas surut terendah di
garis pantai sedangkan zona ekonomi eksklusif meluas hingga 200 mil
dari garis pantai. Habitat dan atribut-atribut di sepanjang garis pantai
dunia sangat bervariasi, mulai dari paparan datar, gugusan mangrove,
dan terumbu karang hingga pantai bercadas.
d. Ekosistem Laut Besar
Ekosistem laut besar adalah wilayah laut yang mencakup wilayah
pesisir, muara sungai dan estuarin di atas dan batas kearah laut dari
paparan benua dan batas kearah laut dari sistem arus pantai. Ekosistem
laut besar memiliki cakupan area yang relatif besar kurang lebih
200.000 kilometer persegi, dengan karakteristik rezim kedalaman,
hidrografi, dan produktivitas sendiri serta populasi-populasi yang
memiliki saling ketergantungan pada level tropik (Sherman, 1994: 48-
50).
C. Ekowisata
Ekowisata merupakan penggabungan kata antara ecology (lingkungan)
dan tourism (wisata). Ekowisata dapat diartikan sebagai perjalanan
wisatawan baik domestik maupun mancanegara ke daerah terpencil
dengan tujuan menikmati dan mempelajari alam, sejarah, dan budaya di
suatu daerah, dimana bentuk wisatanya dapat membantu ekonomi
masyarakat lokal dan mendukung pelestarian alam (World Wildlife Fund
Indonesia, 2009).
25
Menurut World Wildlife Fund (2009) pelaku dan pakar dari wisata
berbasis lingkungan sepakat untuk menekankan bentuk wisata dari
ekowisata seharusnya dapat mengurangi dampak buruk yang akan terjadi
terhadap lingkungan dan budaya setempat dan mampu meningkatkan
pendapatan ekonomi masyarakat lokal dan nilai konservasi. Ekowisata
yang dimaksud oleh World Wildlife Fund (2009) memiliki ciri-ciri
jumlah pengunjung diatur agar dapat sesuai dengan daya dukung
lingkungan dan sosial-budaya masyarakat, ekowisata yang bentuknya
wisata ramah lingkungan, wisata yang ramah akan budaya dan adat
setempat, wisata yang dapat membantu secara langsung perekonomian
masyarakat lokal, dan wisata yang tidak memerlukan modal awal yang
besar untuk membangun infrastrukturnya.
Sejak tahun 1970-an, organisasi konservasi mulai melihat ekowisata
sebagai alternatif ekonomi yang berbasis konservasi karna tidak merusak
alam ataupun tidak “ekstraktif” dengan berdampak negatif terhadap
lingkungan seperti penebangan dan pertambangan. Ekowisata juga
dianggap sebagai sejenis usaha yang berkelanjutan secara ekonomi
lingkungan bagi masyarakat yang tinggal di dalam maupun sekitar
kawasan konservasi. Ekowisata dihargai dan dikembangkan sebagai salah
satu program usaha yang sekaligus dapat menjadi strategi konservasi dan
dapat membuka alternatif ekonomi bagi masyarakat. Dengan pola
ekowisata, masyarakat dapat memanfaatkan keindahaan alam yang masih
utuh, budaya, dan sejarah setempat tanpa merusak atau menjual isinya.
26
D. Perencanaan Objek Wisata Bahari
Perencanaan menurut Hani Handoko dalam Muljadi (2014: 77) adalah
proses-proses dasar dimana manajemen memutuskan dan cara
mencapainya. Perencanaan yang baik selalu mengandung unsur 5 W 1 H
dengan penjabaran:
a. What: tindakan apa yang harus dilaksanakan
b. Why: mengapa tindakan tersebut harus dilaksanakan
c. Where: dimana tindakan tersebut akan dilaksanakan
d. When: kapan tindakan tersebut dilaksanakan
e. Who: siapa yang akan melaksanakan tindakan tersebut
f. How: bagaimana cara melaksanakan tindakan tersebut
Menurut Yoeti (1997: 1) pertumbuhan pariwisata yang tidak
terkendali sebagai akibat dari perencanaan yang tidak baik, pasti akan
menimbulkan dampak yang tidak baik dan akan merugikan semua pihak.
Aspek-aspek yang diperlukan dalam perencanaan kepariwisataan sebagai
berikut:
1) Wisatawan yaitu dengan mengetahui karakteristik wisatawan, asal
negara wisatawan, motivasi perjalanan, dan kebiasaan wisatawan,
sehingga lebih mudah dalam memberikan fasilitas yang sesuai dengan
kebutuhan wisatawan.
2) Transportasi yaitu bagaimana fasilitas angkutan baik udara, laut dan
darat yang tersedia dan dapat digunakan oleh wisatawan baik
domestik maupun internasional.
27
3) Daya tarik wisata yaitu suatu aspek utama dalam pariwisata yang akan
ditawarkan guna memberikan kepuasan kepada wisatawan. Daya tarik
wisata dapat didukung dengan pengadaan berbagai fasilitas, seperti
akomodasi dan fasilitas umum yang baik dan bersih dengan mudah
dapat dijumpai oleh wisatawan.
4) Pemasaran yaitu suatu kegiatan yang diperlukan untuk
memperkenalkan produk-produk wisata yang akan ditawarkan kepada
calon wisatawan.
5) Sumber daya manusia yaitu tenaga kerja yang akan terlibat dalam
bidang kepariwisataan sebagai pelaku atau pengelola usaha pariwisata.
Dalam pembuatan rencana khususnya untuk aktivitas pembangunan
dan pengembangan destinasi wisata, perlu kegiatan yang dilaksanakan
secara bertahap menurut cara-cara yang sistematis dan harus
mengandung seperti unsur-unsur diatas agar hasilnya efektif sesuai yang
diharapkan. Perencanaan pembangunan dan pengembangan pada
destinasi wisata harus diintegrasikan dengan perencanaan dan
pengembangan secara keseluruhan, agar mencapai hasil yang efektif,
sehingga keseimbangan lingkungan dapat dicapai dan dipertahankan.
Perencanaan pembangunan dan pengembangan destinasi wisata harus
bertujuan untuk memperbaiki tingkat dan keadaan hidup penduduk suatu
daerah, dan juga untuk menciptakan lingkungan hidup yang lebih
fungsional, menyenangkan, aman, menarik, dan lebih indah baik untuk
masyarakat setempat maupun bagi wisatawan sebagai pendatang.
28
Perencanaan destinasi wisata merupakan suatu kegiatan pengorganisasian
secara menyeluruh dalam pembangunan dan pengembangan fasilitas-
fasilitas yang diperlukan dalam kepariwisataan. Perencanaan destinasi
wisata merupakan bagian dari pembangunan dan pengembangan secara
keseluruhan (Muljadi, 2014: 78).
Menurut Sastrayuda (2010: 6-7) mengemukakan dalam perencanaan
pengembangan destinasi wisata meliputi :
a. Pendekatan Participatory Planning, dimana seluruh unsur yang
terlibat dalam perencanaan dan pengembangan destinasi wisata diikut
sertakan baik secara teoritis maupun praktis.
b. Pendekatan potensi dan karakteristik ketersedian produk budaya yang
dapat mendukung keberlanjutan pengelolaan destinasi wisata.
c. Pendekatan pemberdayaan masyarakat, adalah memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk mengembangkan
kemampuannya agar tercapai kemampuan baik yang bersifat pribadi
maupun kelompok.
d. Pendekatan kewilayahan, faktor keterkaitan antar wilayah merupakan
kegiatan penting yang dapat memberikan potensinya sebagai bagian
yang harus dimiliki dan diseimbangkan secara berencana.
e. Pendekatan optimalisasi potensi, dalam optimalisasi potensi yang ada
di suatu desa seperti perkembangan potensi kebudayaan masih jarang
disentuh atau digunakan sebagai bagian dari indikator keberhasilan
pengembangan.
29
Destinasi wisata merupakan suatu tempat yang menjadi tujuan
wisatawan karena mempunyai sumber daya, baik alamiah maupun buatan
manusia, seperti keindahan alam atau pegunungan, pantai flora dan
fauna, kebun binatang, bangunan kuno bersejarah, monumen-monumen,
candi-candi, tarian-tarian, atraksi dan kebudayaan khas lainnya. Menurut
Fandeli (2001: 17) destinasi wisata adalah perwujudan daripada ciptaan
manusia, tata hidup, seni budaya, serta sejarah bangsa dan tempat atau
keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan.
Berdasarkan pengertian tentang destinasi wisata, dapat diartikan bahwa
destinasi wisata alam adalah destinasi wisata yang daya tariknya
bersumber pada keindahan sumber daya alam dan tata lingkungannya.
Destinasi wisata bahari adalah wisata laut atau wisata yang berhubungan
dengan laut atau wisata yang dengan objeknya adalah laut (Fandeli,
2001: 18). Untuk melakukan perencanaan dan pengembangan potensi
daya tarik objek wisata bahari diperlukan upaya-upaya sebagai berikut:
a. Pengembangan Objek Wisata Bahari
Pemasaran dan promosi objek wisata bahari merupakan suatu usaha
menarik wisatawan untuk datang serta lebih lama tinggal pada objek
daerah tujuan wisata yang sedang dikunjungi. Pada pemasaran objek
wisata bahari diperlukan keahlian serta kerja sama yang baik antara
organisasi yang bertanggung jawab didalam upaya pengembangan
tersebut. Menurut Pendit (2002: 19) keberadaan objek wisata bahari
harus ditunjang dari Something to see yaitu segala sesuatu yang dapat
30
dilihat pada suatu objek wisata, Something to do yaitu segala sesuatu
yang dapat dilakukan di suatu objek wisata, dan Something to buy yaitu
segala sesuatu yang dapat dibeli seperti, souvenir, makanan dan
minuman pada lokasi wisata tersebut. Sedangkan daya tarik sebuah
wisata merupakan pesona-pesona yang dapat dilihat dan ditampilkan
oleh suatu objek wisata (Yoeti, 2006: 15). Daya tarik wisata adalah
suatu objek ciptaan Tuhan maupun manusia yang menarik minat orang
lain untuk berkunjung dan menikmati.
Adapun unsur pokok yang harus diperhatikan dalam menunjang
pengembangan objek dan daya tarik wisata, yaitu :
1) Adanya sumber daya yang menimbulkan rasa senang, indah, nyaman,
dan bersih.
2) Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka, yang tidak
ada pada daerah lain.
3) Adanya aksesibilitas yang banyak untuk dapat menjangkau objek
wisata tersebut (Yoeti, 2006: 15).
Pengembangan objek dan daya tarik wisata meliputi pembangunan
objek beserta sarana dan prasarana yang diperlukan bagi suatu objek
wisata tersebut atau kegiatan pengelolaan objek dan daya tarik wisata
yang telah ada, misalnya pembangunan hotel, restaurant, biro perjalanan,
toko souvenir dan lain-lain di sekitar wilayah objek wisata.
b. Pengembangan Sarana dan Prasarana Objek Wisata Bahari
31
Pengembangan objek wisata juga harus memperhatikan sarana dan
prasarana yang mendukung, maka diperlukan berbagai upaya untuk
mengembangkan sarana dan prasarana pada suatu objek wisata. Sarana
pariwisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang
diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati
perjalanan wisatanya (Mill, 2006:86). Sarana wisata terbagi menjadi
tiga elemen, yaitu:
1. Sarana Pokok Wisata
Merupakan fasilitas yang harus terdapat pada suatu daerah tujuan
wisata dan objek wisata yang meliputi sarana perhubungan, sarana
angkutan wisata, penginapan, restaurant dan sejenisnya.
2. Sarana Pelengkap Wisata
Merupakan sarana-sarana yang dapat melengkapi sarana pokok
sehingga fungsi sarana pelengkap ini dapat membuat wisatawan lebih
lama tinggal didaerah atau tempat yang dikunjungi.
3. Sarana Penunjang Wisata
Merupakan fasilitas yang diperlukan untuk menunjang sarana pokok
dan pelengkap yang berfungsi agar wisatawan lebih banyak
membelanjakan uangnya di darah tujuan wisata yang dikunjungi.
Perencanaan dan pengembangan objek wisata harus disesuaikan
dengan kebutuhan wisatawan baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Sarana wisata kuantitatif merujuk pada jumlah sarana sarana wisata yang
harus dikembangkan dan secara kualitatif merujuk pada mutu pelayanan
32
yang diberikan dan tercermin pada kepuasan wisatawan yang
memperoleh pelayanan.
Dalam perencanan dan pengembangan sarana dan prasarana wisata
dibutuhkan koordinasi dari berbagai instansi yang terkait dengan industri
pariwisata. Dukungan dari instansi terkait dalam perencanan dan
pengembangan sarana dan prasarana bagi suatu objek daerah tujuan
wisata sangat diperlukan bagi kemajuan dan keberlanjutan pariwisata
suatu daerah.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi
atau pengamatan, wawancara dan dokumentasi pada situs penelitian.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan sebagai dasar maksud dan
tujuan peneliti sesuai dengan pokok masalah yang diteliti, serta berguna
untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan penelitian
tersebut.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menjelaskan Potensi dan
Pengembangan Objek Wisata Bahari Tulamben, Kabupaten Karangasem,
Bali. Penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan keadaan,
permasalahan, dan fakta-fakta di lapangan. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif,
dimana untuk mencapai pemahaman dan melihat kebenaran berdasarkan
fakta dan kenyataan atau masalah yang sebenarnya terjadi di lapangan,
peneliti kemudian melakukan penelaahan agar mendapatkan gambaran
yang jelas secara sistematis dalam rangka pemecahan masalah yang
dihadapi. Pemilihan metode ini didasari dari anggapan bahwa metode
ilmiah yang dianggap paling tepat untuk menjangkau, menjelaskan, dan
33
34
menggambarkan segala permasalahan dan data yang ada dengan lebih
mendalam yang sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian.
Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2014: 4) memberikan penjelasan
tentang pendekatan kualitatif adalah sebagai berikut:
“Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai dari suatu keutuhan”.
Melalui metode kualitatif peneliti pada tahap awal melakukan
pengamatan atau observasi, selanjutnya melakukan pengumpulan data
yang mendalam sehingga dapat ditemukan hipotesis yang merupakan
hubungan antara gejala dalam hal ini dengan memberikan gambaran dan
analisis secara mendalam terkait potensi dan pengembangan pada objek
wisata bahari yang berada di Tulamben, Kabupaten Karangasem, Bali.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan salah satu faktor penting dalam suatu
penelitian. Fokus penelitian bertujuan untuk membatasi penelitian agar
lebih terarah dan tidak menyimpang dari rumusan masalah. Moleong
mengatakan (2014: 237) yaitu: “Pertama penetapan fokus dapat
membatasi studi; kedua penetapan fokus berfungsi untuk memenuhi
kriteria-kriteria guna memasukan suatu informasi yang baru diperoleh di
lapangan”. Maka dalam penelitian ini fokus penelitian dari pokok
masalah yang ada adalah:
35
1. Mengetahui potensi alam bawah laut di Objek Wisata Bahari
Tulamben, Bali.
a. Identifikasi potensi-potensi alam bawah laut Tulamben.
b. Keberlanjutan atraksi-atraksi dari objek wisata bahari Tulamben.
2. Mengetahui persepsi dari wisatawan tentang alam bawah laut
Tulamben, Bali.
a. Tujuan untuk berwisata ke objek wisata bahari Tulamben.
b. Pendapat mengenai atraksi-atraksi yang berada di objek wisata
bahari Tulamben.
c. Kepuasaan dalam menikmati alam bawah laut Tulamben.
3. Mengetahui pengembangan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa
Tulamben dalam upaya menjaga dan melestarikan situs yang berada di
alam bawah laut Tulamben.
a. Faktor Pendorong.
b. Faktor Penghambat.
C. Lokasi dan Situs Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana akan dilakukannya penelitian.
Lokasi yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu objek wisata bahari
Tulamben, Desa Tulamben, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem,
Bali. Lokasi tersebut merupakan salah satu tempat terbaik dan terfavorit
untuk kegiatan bahari menyelam atau diving dan snorkelling yang berada
di Pulau Bali. Lokasi tersebut dianggap memiliki potensi bahari yang
menarik dan dalam tahap mengembangkan objek wisata baharinya.
36
Situs penelitian adalah suatu kondisi dimana sebuah penelitian dapat
mengungkapkan dan melihat suatu keadaan atau peristiwa yang nyata
dari obyek yang ditelitinya. Situs penelitian pada penelitian ini adalah
Pantai Tulamben, dive spot Tulamben, asosiasi penyelam Tulamben
selaku pengembang dan pengelola objek wisata bahari Tulamben serta
wisatawan yang mengunjungi.
D. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian merupakan faktor penting dalam menentukan
metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian. Sumber data
merupakan orang, tempat, dan benda yang diamati dalam penelitian
sesuai dengan topik yang akan diteliti. Loflan dan Lofland dalam
Moleong (2014: 157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif
adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan dokumentasi dan lain sebagainya.
Data terbagi menjadi 2 (dua), yaitu data primer dan data sekunder.
Kedua data tersebut saling berkaitan dan sangat diperlukan guna
memperoleh informasi yang relevan dan kebutuhan penelitian, yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung didapatkan dari informan berupa
kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai.
Sumber data primer dalam penelitian ini berupa hasil wawancara yang
diperoleh peneliti. Pada penelitian ini data primer diperoleh dari sumber
yang relevan dengan fokus penelitian yang telah ditetapkan.
37
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang secara tidak langsung didapatkan
oleh peneliti. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah data
tingkat perkembangan pembangunan Desa Tulamben tahun 2013-2014,
data tentang kondisi umum Kabupaten Karangasem dan dokumentasi
free diving dan drop off dari salah satu dive center. Data sekunder dapat
digunakan untuk mendukung infomasi dari data primer yang diperoleh
baik dari wawancara, maupun dari observasi langsung kelapangan.
Sumber data sekunder dapat berupa hasil pengolahan lebih lanjut dari
data primer yang disajikan dalam bentuk lain atau dari orang lain
(Sugiyono, 2012: 225).
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam
penelitian. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada
natural setting (kondisi alamiah). Teknik pengumpulan data yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2013: 145) observasi atau
pengamatan merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis dua diantara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Sanafiah
Faisal dalam Sugiyono (2014: 226) mengklasifikasikan observasi
menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi
38
yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation dan
convert observation), dan observasi yang tak berstuktur (unstructured
observation). Observasi atau pengamatan dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik observasi berpartisipasi (participant observation)
dengan cara ikut mengamati potensi apa saja yang dimiliki oleh objek
wisata bahari Tulamben dan melakukan analisis bagaimana cara
menjaga potensi tersebut agar tetap berkelanjutan. Proses pengamatan
atau observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengikuti
aktivitas menyelam atau diving ataupun snorkelling. Proses pengamatan
dengan cara ikut serta menyelam dilakukan sebanyak tiga kali hingga
kedalaman 15 meter dibawah permukaan laut dengan waktu
pengamatan pagi, siang, dan sore di hari yang berbeda dengan durasi
maksimal 40 menit di bawah permukaan laut. Observasi atau
pengamatan dilakukan guna menjawab rumusan masalah yang terdapat
pada penelitian ini.
2. Wawancara atau Interview
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat di konstruksikan makna
dalam suatu topik tertentu (Esterberg dalam Sugiyono, 2013: 231).
Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013: 233) terdapat 3 jenis teknik
pengumpulan data wawancara atau interview, yaitu wawancara
terstruktur, wawancara semi-struktur, dan wawancara tidak terstruktur.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
39
pengumpul data ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
dalam. Penelitian ini menggunakan jenis wawancara semi-terstuktur.
Wawancara semi-terstruktur digunakan untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Pada penelitian ini
wawancara atau interview akan dilakukan dengan narasumber yang
telah ditetapkan sebelumnya.Wawancara atau interview pada
penelitian ini akan dilakukan kepada beberapa sumber yaitu:
a. Ketua asosiasi pemandu selam di Tulamben Bapak I Nyoman
Suastika beserta salah satu anggotanya yaitu Bapak I Wayan Pasek,
wawancara dengan ketua asosiasi pemandu selam di Tulamben
beserta salah satu anggotanya berguna menjawab rumusan masalah
pertama mengetahui apa saja potensi yang berada di bawah laut
Tulamben serta yang berkaitan dengan menjaga potensi yang
dimiliki objek wisata bahari Tulamben.
b. Dua orang instruktur diving I Made Aqua Dive, Luki Dive Concept,
dan seorang instruktur freediving Galih Apnea Bali, wawancara
dengan tiga orang dive master dilakukan guna menjawab potensi
apa yang dimiliki oleh objek wisata bahari Tulamben dan
bagaimana cara untuk menikmati alam bawah laut Tulamben serta
membantu menjawab dalam menjaga potensi dan mengembangkan
objek wisata bahari di Tulamben.
40
c. Tiga orang pelaku usaha yang berkaitan dengan pengembangan
objek wisata bahari Tulamben yaitu Bapak I Kadek Aqua Dive,
Bapak I Wayan Adiputra dan Ibu Ni Komang Kastiani , ketiga
narasumber tersebut mempunyai usaha dive center, restaurant, dan
homestay. Wawancara dengan ketiga orang pelaku usaha wisata
guna mengetahui tentang pengembangan objek wisata bahari
Tulamben yang merupakan bagian dari sarana dan prasarana yang
dibutuhkan oleh wisatawan di objek wisata bahari Tulamben.
Ketiga pelaku usaha tersebut juga merupakan stakeholders dari
pengembangan pariwisata di Tulamben.
d. Tiga orang wisatawan nusantara dan dua orang wisatawan
mancanegara yang telah melakukan diving atau menyelam, yaitu
Robby, Angga yang berasal dari Jakarta, Bapak Rizky Primanto
dari Kalimantan Timur, Joyce yang berasal dari United Kingdom
dan Rita Azevedo yang berasal dari Perancis. Pemilihan responden
dalam melakukan wawancara atau interview kepada wisatawan
dilakukan hanya kepada lima orang wisatawan yang mau
meluangkan waktunya guna bertukar informasi. Wawancara
dengan lima orang wisatawan berguna menjawab rumusan masalah
yang kedua yang berkaitan dengan pendapat wisatawan tentang
alam bawah laut Tulamben.
e. Perbekel Desa Tulamben yaitu Bapak I Nyoman Ardika, S.Pd,
Kepala Desa Tulamben yaitu Bapak I Nyoman Degeng selaku
41
kepala pemerintahan tertinggi pada Desa Tulamben yang
merupakan salah satu stakeholder dalam mengembangkan wisata
bahari di Tulamben dan Ibu Permana Wahyuni selaku Kepala Seksi
Pengembangan dan Pendataan Destinasi Pariwisata pada Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karangasem.
3. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2013: 240) dokumen merupakan catatan peristiwa
yang telah berlalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang. Pada penelitian ini dokumen
yang akan digunakan adalah foto-foto dari potensi objek wisata bahari
Tulamben yang merupakan salah satu tempat terbaik untuk kegiatan
menyelam yang berada di Indonesia. Foto-foto yang akan di lampirkan
dalam penelitian ini adalah foto potensi lain yang berada dibawah laut
perairan Tulamben.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan dalam
melakukan pengumpulan data di dalam penelitian. Menurut Moleong
(2014: 163) menyatakan pada penelitian dengan pendekatan kualitatif
tidak dapat dipisahkan dari pengamatan peran serta namun peranan
penelitilah yang sangat menentukan keseluruhan dan skenarionya.
Penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti itu sendiri,
sebagai instrumen utama dalam penelitian seorang peneliti merupakan
perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis data, penafsiran data, dan
42
pemeroleh hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Kegiatan dalam
penelitian kualitatif dapat dibantu juga dengan dokumen-dokumen yang
relevan dan bantuan alat elektronik. Dalam penelitian ini selain peneliti
sendiri yang menjadi instrumennya dibutuhkan alat bantuan seperti:
1. Pedoman wawancara, berupa butir pertanyaan yang dibuat oleh
peneliti guna mendapatkan jawaban serta penjelas-penjelasan yang
rinci dari narasumber-narasumber yang telah ditetapkan dalam
penelitian ini.
2. Alat-alat penunjang lainnya kamera, kamera underwater, telfon
genggam sebagai alat perekam berguna dalam pengumpulan data pada
penelitian kualitatif.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif pada pencarian data mengenai
potensi apa yang dimiliki oleh objek wisata bahari Tulamben dilakukan
dengan observasi selama pelaksanaan penelitian dilapangan. Data pada
penelitian ini diperoleh dengan metode wawancara dengan narasumber
yang qualified, observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan
dengan cara mengorganisasikan data yang diperoleh kedalam kategori,
menganalisis data yang penting, menyusun atau menyajikan data yang
sesuai dengan masalah penelitian dalam bentuk laporan dan membuat
kesimpulan agar mudah dipahami
Jenis penelitian diatas menggunakan model interaktif dari Miles dan
Huberman dalam Saldana (2014:33) untuk menganalisis data hasil
43
penelitian. Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara berterus-menerus sampai tuntas.
Adapun model analisis interaktif yang dimaksud sebagai berikut:
Gambar 3.1 Model interaktif Miles and Huberman Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Gambar diatas menunjukan empat alur kegiatan yang terjadi, yaitu
dimulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, sampai
dengan penarikan kesimpulan atau verikasi data. Hal-hal tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah tahap pengumpulan data pada saat berada
di lapangan. Data yang diperoleh berdasarkan pada fokus penelitian
yang telah ditentukan. Namun terkadang fokus dari suatu penelitian
dapat berkembang sesuai dengan keadaan lapangan tempat dimana
penelitian tersebut dilakukan.
2. Reduksi Data
Reduksi data berarti merangkum,memfokuskan kepada hal-hal
yang penting. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu
Reduksi Data Penyajian Data
Verifikasi K i l
Pengumpulan Data
44
oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan yang dicapai pada penelitin
ini adalah mengetahui potensi dan pengembangan pada Tulamben.
3. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan setelah data selesai direduksi. Data yang
diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi dianalisis
kemudian disajikan dalam bentuk sajian wawancara, dan catatan
dokumentasi. Data yang sudah disajikan dalam bentuk catatan
wawancara dan catatan dokumentasi diberi kode data untuk
mengorganisasi data, sehingga peneliti dapat menganalisis dengan
cepat dan mudah. Peneliti membuat daftar awal kode yang sesuai
pedoman wawancara, observasi dan dokumentasi. Masing-masing
data yang sudah diberi kode dianalisis dalam bentuk refleksi dan
disajikan dalam bentuk teks.
4. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi Data
Langkah terakhir dalam analisis data pada penelitian kualitatif
model interaktif adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Berdasarkan data yang sudah direduksi dan disajikan, peneliti
membuat kesimpulan yang didukung dengan bukti yang kuat pada
tahap pengumpulan data. Kesimpulan adalah jawaban dari rumusan
masalah dan pertanyaan yang telah diungkapkan oleh peneliti sejak
awal.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Gambaran Umum Kabupaten Karangasem
Kabupaten Karangasem merupakan sebuah kabupaten yang terletak di
Provinsi Bali, Indonesia. Ibu kota kabupaten berada di Amlapura.
Kabupaten Karangasem secara geografis terletak pada garis lintang
800’00”-841’37,8” Lintang Selatan dan 11535’9,8”-11554’8,9” Bujur
Timur. Berbatasan langsung dengan:
1. Utara : Laut Jawa
2. Timur : Selat Lombok
3. Barat : Kabupaten Klungkung
4. Selatan : Samudera Hindia
(Sumber: Karangasemkab.go.id)
Gambar 4.1 Lambang Kabupaten Karangasem Sumber: Karangasemkab.go.id, 2016
45
46
Luas wilayah Kabupaten Karangasem seluas 839, 54 km² yang terbagi
menjadi delapan kecamatan dan 75 desa. Salah satu desa yang akan
dibahas pada penelitian ini adalah Desa Tulamben.
a. Sejarah Wilayah Kabupaten Karangasem
Keberadaan Kabupaten Karangasem sebagai suatu entitas wilayah
diawali dengan disebutnya daerah yang disebut sebagai Adri Karang oleh
Prasasti Sading C. Prasasti Adri Karang menjelaskan bahwa disebelah
timur Pulau Bali berdiri dengan tegak sebuah gunung yang tinggi
menjulang menggapai angkasa yang dapat diartikan ‘Gunung Karang’.
Nama Karangasem sebagai suatu wilayah juga mendapat sebutan lain
didalam teks-teks kesasastraan Bali.
Selain itu keberadaan wilayah Karangasem juga berkaitan dengan
kekuasaan kerajaan Gelgel pada masa lalu. Karangasem didirikan pada
tahun 1611. Sejak didirikan pada tahun tersebut, Asal mula Kota
Amlapura berkaitan langsung dengan terbentuknya Kerajaan Karangasem
dibawah dinasti Arya Batan Jeruk. Oleh karena itu, sejarah Kota
Amlapura berkaitan dengan sejarah Kota Karangasem pada masa lalu.
Kota Karangasem mulai ditata sebagai ibu kota Kerajaan Karangasem
sejak hijrahnya Ida I Dewa Agung Amla bersama keluarga barunya yaitu
pada hari Rabu, 22 Juni 1611 Masehi. Pembangunan Kota Karangasem
mengalami perkembangan yang pesat. Struktur puri dilengkapi dari
waktu ke waktu sehingga terbentuklah sebuah kota yang sesuai dengan
konsepnya.
47
Lingkungan kota sesuai paham tata ruang tradisional Bali disebut
Kutanegara. Konsep Kutanegara yaitu konsep dimana pusat-pusat
pemerintahan ada dalam delapan lingkaran kelopak daun padma. Pada
masa pemerintahan Kolonial Belanda, dimana Kerajaan Karangasem
menjadi daerah bawahan, maka Kutanegara Karangasem sendiri berusaha
dikembangkan seiring kebutuhan akan infrastruktur. I Gusti Gde Jelantik
yang merupakan Raja pada masa pemerintahan Hindia-Belanda
mengetahui perkembangan kota-kota di Eropa melalui penuturan orang
Belanda, pada dasarnya beliau tetap berpegang pada konsep arsitektur
planologi tradisional Bali.
b. Visi Misi Kabupaten Karangasem
Visi
Visi Pemerintah Kabupaten Karangasem tahun 2015-2020 adalah:
“Karangasem Cerdas, Bersih dan Bermartabat Berlandaskan Tri Hita
Karana”
Makna dari visi tersebut adalah:
1. Cerdas, mengandung makna terwujudnya masyarakat yang
memiliki kemampuan intelektual, emosional dan spiritual yang
seimbang.
2. Bersih, mengandung makna terwujudnya tata kelola pemerintahan
yang bersih dan bebas dari KKN.
3. Bermartabat, mengandung makna terwujudnya Karangasem yang
bangkit, berwibawa dan memiliki daya saing
48
Misi
Misi adalah implementasi dari keinginan menyatukan langkah dari
gerak dalam melaksanakan visi yang telah ditetapkan adalah sebagai
berikut:
1. Membentuk sumber daya manusia yang cerdas, sehat bermartabat
dan unggul melalui pencapaian wajib belajar 9 (sembilan) tahun
dan pelayanan kesehatan yang terjangkau, murah, ramah dan
paripurna.
2. Mewujudkan culture masyarakat dan tata kelola pemerintahan yang
berkarakter melayani, bebas dari praktik korupsi, kolusi, nepotisme,
dan budaya suap.
3. Menurunkan angka kemiskinan dengan menitikberatkan pada
penyiapan lapangan kerja, pengembangan sektor ekonomi
kerakyatan berbasis pertanian dalam arti luas, usaha kecil dan
menengah.
4. Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat dengan
menitikberatkan pada program perluasan kesempatan kerja,
pariwisata kerakyatan, dan peningkatan investasi yang berwawasan
lingkungan.
5. Membangun infrastuktur wilayah yang merata, berkeadilan dan
tepat guna serta mengembangkan wilayah berbasis potensi lokal
pedesaan.
49
6. Mengembangkan peri kehidupan rakyat yang religius, toleran,
berkarakter dan bermartabat melalui program peningkatan program
pembangunan dibidang keagamaan, sosial budaya, politik, dan
kesejahteraan sosial (Sumber: Karangasemkab.go.id).
c. Destinasi Wisata Kabupaten Karangasem
Karangasem merupakan salah satu dari sembilan kabupaten di Bali.
Terletak di bagian timur Bali, dengan luas wilayah 839, 54 km² .
Karangasem terdiri atas delapan kecamatan yaitu; Karangasem, Manggis,
Rendang, Selat, Sidemen, Bebandem, Abang, dan Kubu. Karangasem
memilki berbagai macam pemandangan lansekap yang sangat
mempesona. Deretan pegunungan rendah dan tinggi berpadu dengan
daratan, hutan tropis, sawah dengan terasering, pantai-pantai yang indah,
sisa-sisa arkeologi budaya dan sejarah, desa tradisional dengan gaya
hidupnya membuat Karangasem menjadi suatu daerah tujuan wisata yang
layak dikunjungi.
Karangasem memiliki lima jenis wisata yang berbeda-beda. Jenis
wisata yang ditawarkan oleh Kabupaten Karangasem terdiri dari wisata
alam, wisata budaya, wisata kuliner, wisata religi, dan wisata sejarah.
Salah satu wisata alam yang berada di Karangasem yang sudah terkenal
yaitu Tulamben.
50
2. Gambaran Umum Desa Tulamben
Desa Tulamben merupakan salah satu desa yang berada di timur Pulau
Bali. Tulamben adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Kubu,
Kabupaten Karangasem, Bali. Desa Tulamben terletak sekitar ±25 km
dari ibukota kabupaten, yaitu kota Amlapura dan sekitar ±82 km dari
kota Denpasar. Luas wilayah dari Desa Tulamben adalah 2.915.127 Ha.
Tulamben adalah salah satu tempat penyelaman yang terkenal di Bali.
Tulamben merupakan desa yang berkembang menjadi obyek wisata
bahari karena memiliki potensi laut yang beragam. Nama Tulamben
berasal dari kata batulambih, yang berarti banyak batu, merujuk pada
sejarah letusan Gunung Agung yang mempengaruhi tulamben dari waktu
ke waktu. Seiring dengan berjalannya waktu, batulambih berganti nama
menjadi batulamben atau lebih terkenal dengan sebutan Tulamben.
Gambar 4.2 Lokasi Desa Tulamben Sumber: Google, 2016
Desa Tulamben merupakan daerah landai dan perbukitan yang terletak
di ketinggian 5-500 meter dari permukaan laut. Desa Tulamben
51
mempunyai batas wilayah sebelah utara dengan Desa Dukuh, sebelah
selatan Selat Lombok (laut), sebelah timur Desa Datah, sebelah barat
dengan Desa Kubu. Secara astronomis Tulamben terletak pada
8°41’37,8” Lintang Selatan dan 115°35’9,8”- 115°54,’89” Bujur Timur.
Tulamben merupakan salah satu tujuan wisata bahari yang terdapat di
Kabupaten Karangasem. Daya tarik utama Tulamben adalah potensi alam
bawah lautnya yang eksotis untuk kegiatan diving dan snorkelling.
Kondisi air yang jernih sepanjang tahun dan arus yang tenang,
menjadikan Tulamben selaku obyek wisata bahari dengan minat khusus
diving atau snorkelling menjadi salah satu obyek wisata bahari terbaik di
Bali. Yang membedakan lokasi ini dengan tempat penyelaman yang
lainnya adalah jenis ikan yang lebih bervariasi dan kondisi karang yang
cenderung masih baik. Hal menarik lainnya adalah adanya kapal perang
milik Amerika yang karam dilepas pantai Desa Tulamben. Kondisi
khusus dari Tulamben sangat mendukung dilakukannya kegiatan wisata
bahari. Gunung Agung sebagai latar belakang menambah nilai bagi segi
estetik alami kawasan objek wisata bahari Tulamben. Desa Tulamben,
dengan kondisi alamnya yang berbeda dengan desa-desa disekitarnya,
dimana dahulu ketika Gunung Agung meletus Desa Tulamben menjadi
tempat pemuntahan lahar yang mengakibatkan tempat tersebut memiliki
padang rumput atau stepa disepanjang perjalanan menuju desa tersebut.
Keindahan dan keunikan lain yang ditawarkan Pantai Tulamben juga
52
adalah pantai dengan batu-batuan alam yang terlihat berbeda dari pantai-
pantai lainnya yang menawarkan atraksi yang serupa, membuat
Tulamben memiliki karakter berbeda dibandingkan objek wisata bahari
lainnya.
a. Visi dan Misi
Visi
Dalam Pemerintahan Desa Tulamben terdapat Visi dan Misi. Visi dari
Desa Tulamben yaitu Mewujudkan Desa Tulamben yang Bersih Sehat
Tertib Indah ( TULAMBEN BERSEHATI). Untuk memberikan arah
dan cita-cita ke depan yang akan dicapai dalam pelaksanaan
pembangunan maka diperlukan visi yang jelas dan terukur, sehingga cita-
cita dan harapan yang menjadi keinginan Desa Tulamben dapat
terpenuhi. Visi Desa Tulamben tersebut berlaku pada periode 2014-2020.
Misi
Dalam mewujudkan Visi Desa Tulamben, tentunya diperlukan
langkah nyata berupa Misi sehingga apa yang menjadi harapan dapat
terwujud. Adapun yang menjadi Misi sebagai berikut:
1. Menciptakan dan mempertahankan serta menumbuh kembangkan
suasana yang aman dan tertib dalam kehidupan masyarakat dengan
mengoptimalsasi Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas) untuk
dapat lebih berperan aktif melalui pelatihan, pembinaan secara
berkala, dan mendorong serta ikut berpartisipasi upaya peran serta Pos
53
Kamling yang ada di setiap Banjar secara swakarsa menjaga
lingkungannya masing-masing semakin meningkat.
2. Melakukan koordinasi, komunikasi dan kerja sama yang optimal
dengan lembaga adat (Desa Adat, Banjar Adat, Subak atau Subak
Abian, Sekehe Gong atau Baleganjur, Sekehe Santhi dll) sehingga
dapat dibangun komitmen bersama, lewat Pecalang yang ada di Desa
atau Banjar Adat dapat dibangun guna bersama-sama menjaga situasi
keamanan dan ketertiban yang kondusif. Melalui lembaga adat
tersebut di atas Pemerintah Desa menjalin kerja sama agar budaya
yang Desa Tulamben miliki tidak punah diupayakan agar tetap lestari
dan terus berkembang.
3. Menggali, melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai seni budaya,
adat istiadat serta tumbuh dan berkembangnya rasa keyakinan dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dengan selalu
berpedoman pada falsafah “ Tri Hita Kirana”.
4. Memberikan pelayanan yang optimal oleh Perbekel dan perangkat
desa kepada semua masyarakat tanpa membedakan golongan, status,
pendidikan secara adil dan bijaksana.
5. Memberikan ruang yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
secara jujur memberikan pendapat, saran atau kritik, masukan tanpa
merasa tertekan oleh siapapun juga sehingga suasana demokratis
selalu terasa disetiap pertemuan-pertemuan, musyawarah dimanapun
di wilayah Desa Tulamben.
54
6. Mendorong dan memfasilitasi agar masyarakat dapat meningkatkan
kegiatan, kreativitas, dan inovasinya dengan membantu dan
memperjuangkan program-program Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten agar cair ke Desa
Tulamben, serta berupaya mencarikan akses agar program di Desa dan
di masyarakat dapat terealisasi, maka sangat penting membuka
komunikasi ke pejabat-pejabat Pemerintah dengan mengedepankan
hidup ini sebuah realita bukan idealisme semata yang terkadang
membentur tembok batu karang, Idealis tetap perlu tapi proporsional
sesuai ruang dan waktu.
b. Kondisi Geografis dan Demografis
Secara umum kondisi Desa Tulamben berada pada ketinggian 0-700
mdpl dengan topografi yang beragam. Kemiringan lereng berkisar antara
0-65%. Lereng yang relatif datar dapat ditemui dikawasan pantai dan
dibagian barat Desa Tulamben, sedangkan lereng yang relatif curam
dapat dibagian timur Desa Tulamben. Desa Tulamben adalah salah satu
dari 9 (sembilan) Desa yang berada di Kecamatan Kubu yang berjarak 1
kilometer dari pusat Kecamatan Kubu dengan jarak tempuh perjalanan
kendaraan ±15 menit. Keadaan tanah di Desa Tulamben adalah kritis
sampai subur dengan jenis tanah termasuk kedalam tanah berpasir,
dengan curah hujan rata-rata pertahun 1479-1500 milimeter.Suhu udara
minimal pada Desa Tulamben yaitu 13° Celcius dan suhu maksimal yang
terjadi di Desa Tulamben yaitu 38° Celcius.
55
Pola pikir masyarakat setempat sangat menerima masuknya industri
pariwisata kedaerah Tulamben sebagai pemasukan ekonomi bagi
masyarakat setempat. Dengan diterimanya industri pariwisata di kawasan
Tulamben berguna mempermudah pengembangan kawasan wisata bahari
Tulamben.
Tulamben yang merupakan desa adat dibawah Kecamatan Kubu
Kabupaten Karangasem ini mempunyai atraksi alam bawah laut yang
sangat berpotensi mendatangkan wisatawan-wisatawan nusantara
maupun mancanegara baik pada musim liburan maupun tidak. Panorama
yang diberikan oleh Tulamben bukan hanya panorama pantai dan lautnya
saja, Gunung Agung menjadi salah satu panorama terbaik yang diberikan
oleh Tulamben. Laut di perairan Tulamben termasuk kedalam perairan
yang tenang baik di permukaan maupun di bawah permukaan air.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di objek wisata bahari Tulamben
yaitu diving, snorkelling, free diving, dan swimming. Kondisi Pantai
Tulamben yang bebatuan membuat pantai ini merupakan salah satu
pantai yang pada bagian darat tidak bisa dimanfaatkan kegiatan berjemur,
voli pantai, bersepeda pantai, panjat tebing dinding terjal pantai dan
menelusuri goa pantai. Kondisi fisik dari Pantai Tulamben yang bebatuan
dipengaruhi oleh sejarah yang menyatakan bahwa bebatuan-bebatuan
tersebut merupakan hasil dari letusan Gunung Agung pada tahun 1963.
Kondisi fisik dari objek wisata bahari Tulamben juga yang
mempengaruhi apa saja kegiatan bahari yang dapat dilakukan oleh
56
wisatawan-wisatawan yang mengunjunginya. Pada area laut objek wisata
bahari Tulamben wisatawan-wisatawan tidak dapat melakukan kegiatan
surfing dikarenakan perairannya yang sangat tenang. Kegiatan-kegiatan
yang dapat dilakukan di area laut seperti jetski, banana boat, parasailing,
fishing, cruise ship, dan yachting tidak dapat dilakukan juga di objek
wisata bahari Tulamben. Objek wisata bahari Tulamben merupakan salah
satu objek wisata bahari dengan tujuan minat khusus diving ataupun
snorkelling dengan atraksi bawah laut yang mengagumkan.
Gambar 4.3 Lokasi Objek Wisata Bahari Tulamben Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
57
Gambar 4.4 Geografi Bawah Laut Tulamben Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
B. Penyajian Data Fokus Penelitian
1. Potensi Alam Bawah Laut Tulamben
a. Potensi-Potensi Alam Bawah Laut Tulamben
Objek wisata bahari Tulamben mempunyai banyak potensi lautnya.
Jenis dari potensi alam yang berada di objek wisata bahari Tulamben
beraneka macam. Mulai dari kekayaan biota lautnya hingga atraksi
wisatanya. Namun jika di kaitkan dengan potensi pariwisata, perairan
Tulamben memiliki tiga spot atau tiga titik yang terkenal dikalangan para
penyelam. Ketiga titik yang menarik itu adalah Wreck Ship, Coral
Garden, dan Drop Off. Selain atraksi yang di berikan oleh ketiga titik
tersebut fauna dan flora yang berada di wilayah perairan Tulamben pun
menarik keinginan wisatawan untuk melihatnya.
58
Tabel 4.1. Potensi Alam Bawah Laut Tulamben
No. Titik Penyelaman
Keunikan Atraksi
1. Wreck Ship Wreck ship USA, mola-mola, parrot bumphead fish, sekumpulan ikan sarden, scorpion leaf fish, kuda laut, barakuda, ikan kodok, ikan kerapu, jack fish, angel fish, hiu sirip hitam, penyu, gorgonian corals.
2. Coral Garden Candi buatan bawah laut, Anemon, Moray ribbon eel, siput laut nudibranch ,ikan pipa hantu, berbagai jenis udang, ikan badut, ikan dory.
3. Drop Off Dogtooth tuna, pari elang, napoleon fish, lepu, gorgonian corals.
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Gambar 4.5 Potensi Alam Bawah Laut Titik Wreck Ship Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
59
Gambar 4.6 Potensi Alam Bawah Laut Titik Coral Garden Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
Gambar 4.7 Potensi Alam Bawah Laut Titik Drop Off Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
“.....potensi alam bawah lautnya banyak. Ada karang, ada kapal yang
tenggelam, ada hiu, bump head fish, penyu, dan banyak jenis ikan lainnya dan yang terpenting adalah bangkai kapal tenggelam“. (INS, Ketua Asosiasi Pemandu Selam Tulamben, September 2016)
Berdasarkan pendapat dari Ketua asosiasi pemandu selam Tulamben
mengenai apa saja potensi yang berada di objek wisata bahari Tulamben
menjelaskan bahwa atraksi utama yang ditawarkan oleh objek wisata
bahari tersebut adalah hal-hal yang berada di bawah permukaan laut.
Dengan tujuan utama bagi para wisatawan adalah bangkai kapal karam
milik United States. Akhyaruddin menjelaskan pada saat ini, wisata
60
bahari sedang dalam masa keemasannya. Berdasarkan hasil pengamatan
dan wawancara lapangan dengan Ketua asosiasi pemandu selam di
Tulamben saat ini setiap wisatawan dengan mudah melakukan aktifitas
menyelam tanpa kemampuan khusus. Menurut Bapak I Nyoman Suastika
Tulamben merupakan salah satu objek tujuan wisata yang tidak
memerlukan spesifikasi dan sertifikasi khusus bagi wisatawan-wisatawan
yang ingin menikmati alam bawah lautnya. Keterkaitan antara potensi
yang dimiliki oleh objek wisata bahari tersebut dengan wisatawan yang
datang mengunjungi adalah interaksi langsung dari wisatawan terhadap
makhluk hidup yang berada di perairan tersebut.
Tabel 4.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan di Tulamben 2012-2015
Jenis Wisatawan Tahun Tahun Tahun Tahun
2012 2013 2014 2015 Nusantara 46,496 21,811 21,190 55
Mancanegara 85,287 51,324 56,652 23,619
Jumlah 131,783 73,135 77,842 23,674 Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2016.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Bali dalam empat tahun terakhir, terjadi fluktuasi
jumlah kunjungan wisatawan Tulamben. Dampak dari fluktuasi jumlah
kunjungan wisatawan dapat secara langsung mendorong turunnya
kualitas dari kondisi fisik alam yang merupakan main attraction di objek
wisata bahari tersebut.
61
Menurunnya kualitas dari atraksi alam yang berada di objek wisata
bahari Tulamben dapat disebabkan dengan adanya kehadiran wisatawan
dalam jumlah berlebih pada satu atraksi. Selain faktor manusia yang
dapat dengan langsung menurunkan kualitas lingkungan atraksi wisata
bawah laut, terdapat faktor alam yang membantu membuat kerusakan
pada lingkungan fisik alam bawah laut Tulamben. Kerusakan fisik dari
bangkai kapal USAT Liberty Glo yang terjadi dari tahun ketahun selain
disebabkan oleh wisatawan yang massal mendekatinya adalah
sedimentasi laut yang terjadi pada kapal tersebut. Selain sedimentasi air
laut yang terjadi, sepanjang tahun 2016 hampir seluruh ekosistem
terumbu karang mengalami coral bleaching.
“.....salah satu faktor yang membuat penurunan kualitas lingkungan bawah laut adalah faktor alam, baru-baru ini tiga bulan terakhir saya cek terumbu karang-terumbu karang yang ada disini ternyata terjadi pemutihan. Pemutihan terumbu karang itu terjadi ya karna faktor cuaca yang ekstrim akhir-akhir ini. Saya tanya ke teman-teman di luar Tulamben katanya juga sudah sampai Australia pemutihannya”.(IWP, Bendahara Asosiasi Pemandu Selam Tulamben, September 2016)
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak I Wayan Pasek, Coral
bleaching adalah gejala alam yang dapat mematikan terumbu karang.
Faktor utama terjadinya coral bleaching pada objek wisata bahari
Tulamben adalah perubahan suhu udara atau perubahan cuaca yang
ekstrim.
Asosiasi pemandu selam Tulamben menyatakan terdapat perubahan
yang terlihat jelas pada bagian fisik bangkai kapal USAT Liberty Glo dari
tahun ketahun. Perubahan yang terjadi pada bagian fisik bangkai kapal
USAT Liberty Glo membuat asosiasi pemandu selam Tulamben
62
merencanakan sebuah program dimana program tersebut untuk
mengembangkan atraksi-atraksi lainnya yang berada di Tulamben.
Program tersebut adalah dengan melakukan penyebaran wisatawan ke
titik-titik penyelaman lain yang berada di Tulamben. Titik-titik tersebut
yaitu coral garden dan drop off. Coral garden dan drop off merupakan
titik menyelam lain yang berada di Tulamben. Coral garden dan drop off
mempunyai jenis atraksi bawah laut yang berbeda. Coral garden
merupakan titik penyelaman yang merupakan taman bawah laut yang
mempunyai atraksi terumbu karang-terumbu karang asli hingga buatan.
Pada Coral garden juga terdapat banyak patung-patung Buddha buatan
hingga candi-candi buatan untuk menarik minat wisatawan. Sedangkan
drop off merupakan titik penyelaman yang mempunyai kondisi geografis
yang berbeda dengan kedua titik lainnya. Drop off seperti padang pasir
bawah laut dengan memiliki kemiringan layaknya dinding. Pada titik
drop off wisatawan akan banyak menjumpai hewan-hewan laut yang
tidak ada di kedua titik yang berada di objek wisata bahari Tulamben.
Pada titik penyelaman drop off pengalaman yang diberikan lebih
menantang dikarenakan ekologi fisik lautnya yang berbeda dengan kedua
titik lainnya pada objek wisata tersebut.
63
Gambar 4.8 Atraksi Buatan Pada Coral Garden Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
Gambar 4.9 Padang Pasir Pada Drop Off Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
Program penyebaran kepada kedua titik tersebut dilakukan oleh
pengelola dan pengembang objek wisata bahari Tulamben untuk
mengurangi kerusakan yang akan terjadi pada satu titik penyelaman.
Salah satu program yang sudah dilakukan oleh asosiasi pemandu selam
yang bekerja sama dengan LSM dan mitra kerja melakukan budidaya
terumbu karang dengan cara membuat terumbu karang-terumbu karang
buatan yang berguna meningkatkan dan menjaga ekosistem laut
Tulamben yang kaya akan flora dan faunanya.
“.....pada saat ditemukan bangkai kapal itu tahun 1978, itu bagus banget. Wisatawan yang datang ke Tulamben itu pasti maunya ke wreck ship, soalnya ini merupakan kapal yang penuh akan nilai sejarah yang karam di perairan dangkal. Tapi semenjak para penyelam-penyelam tau tempat itu, jumlah kunjungannya makin ga ke control. Dan banyak juga penyelam-penyelam
64
pemula yang memegang bahkan sampai menginjak biota-biota yang berada di dekat kapal. Maka dari itu kami selaku asosiasi ingin menarik wisatawan dari wreck ship ke titik lain”. ( INS, September 2016)
Selain itu pendapat lain menurut dua orang instruktur diving dari dua
dive center dan satu instruktur free divingyang berbeda mengatakan
bahwa potensi yang dimiliki oleh objek wisata bahari Tulamben adalah
kemudahan akses dalam menikmati pesona bawah lautnya.
“.....kalau wisatawan kesini itu gamungkin gabisa berenang. Soalnya ga ada cara lain buat menikmati Tulamben selain diving, snorkelling atau free diving. Tujuan wisatawan datang keTulamben ya untuk melihat wreck shipnya, bukan buat sunsetan atau sunrisean”(LK, Scuba Dive Master Dive Concept, September 2016)
Objek wisata bahari Tulamben merupakan objek tujuan wisata yang
mempunyai minat khusus pada menyelam. Untuk menikmati panorama
bawah laut Tulamben, wisatawan paling tidak harus melakukan
snorkelling. Tulamben sendiri memang dikenal sebagai objek wisata
bahari yang kegiatan wisatanya berada di dasar laut. Potensi yang berada
di Tulamben bahkan terkadang tidak ada di tempat menyelam-menyelam
lainnya. Sekitar tahun 2013, di objek wisata bahari Tulamben terdapat
sekumpulan ikan membentuk formasi seperti lingkaran besar atau yang
disebut juga jack fish. Namun, populasi mereka sudah menghilang di
perairan Tulamben pada saat ini.
“.....dulu wisatawan-wisatawan yang datang kesini itu buat ngeliat jack fishnya. Rata-rata photographer dalam air ingin mengabadikan moment langka bisa berenang berdekatan dengan sekumpulan ikan-ikan laut seperti itu”(IM, Scuba Dive Master Aqua Dive Paradise, September 2016)
65
Gambar 4.10 Jack fish Wreck Ship Tulamben Dokumentasi: Dive Center, 2016 Pada titik drop off wisatawan akan banyak menjumpai hewan-hewan
laut yang tidak ada di kedua titik yang berada di objek wisata bahari
Tulamben. Pada titik penyelaman drop off pengalaman yang diberikan
lebih menantang dikarenakan ekologi fisik lautnya yang berbeda dengan
kedua titik lainnya pada objek wisata tersebut.
Dalam menikmati alam bawah laut terdapat banyak kegiatan-kegiatan
umum yang dapat dilakukan wisatawan, seperti dengan snorkelling,
scuba diving, ataupun free diving. Pada umumnya di Bali sudah terdapat
banyak alternatif kegiatan untuk melihat kedasar laut. Alternatif-alternatif
kegiatan tersebut antara lain glass bottom tour, odyssey submarine, atau
dengan sea walker. Dalam hal ini objek wisata bahari Tulamben hanya
memakai tiga kegiatan yang telah disebutkan diatas yaitu snorkelling,
scuba diving atau free diving.
“.....kalau untuk glass bottom tour sih pernah ada yang punya kapalnya, tapi sama pemandu-pemandu selam disini tidak diizinkan. Soalnya akan di taruh dimana, glass bottom tour nanti akan membuat fauna-fauna disini stress dan akhirnya menghilang. Pakai yang alami saja kalau mau menikmati Tulamben, berenang”(I Kadek Instruktur dan Pengelola&Pengembangan Dive Center Aqua Dive, September 2016)
66
Objek wisata bahari Tulamben memang sudah dikenal sebagai tempat
menyelam terbaik yang berada di Bali. Selain karena perairannya yang
tenang dan jernih, atraksi wisatanya pun menarik. Pada hal ini asosiasi
pemandu selam di Tulamben hanya mengizinkan kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan berenang untuk menikmati alam bawah lautnya.
Pengembang dan pengelola objek wisata bahari Tulamben memang
sengaja tidak menyediakan water sport-water sport lain dikarenakan
faktor alam yang kurang mendukung.
“.....water sport gitu kan udah ada di Kuta, di Sanur, dan di Tanjung Benoa. Tulamben memang untuk wisatawan-wisatawan yang ingin melihat bawah laut dengan cara yang unik ya itu mau scuba atau snorkelling”(IK Instruktur dan Pengelola dan Pengembangan Dive Center Aqua Dive, September 2016)
Kemudahan dalam melakukan wisata bahari di Tulamben di dukung
dengan tersebarnya dive center-dive center yang menawarkan wisatawan
dengan harga murah untuk menikmati alam bawah laut Tulamben. Selain
menawarkan wisata bahari, dive center-dive center yang berada disana
juga menawarkan kursus singkat dalam dunia penyelaman dengan
sertifikasi internasional segala tingkatan. Pada objek wisata bahari
Tulamben kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan yaitu:
1) Scuba Diving
Scuba merupakan akronim dari Self-Contained Underwater
Breathing Aparatus dan diving sendiri merupakan kegiatan wisata
bahari dengan tujuan dasar laut untuk melihat keindahan alam bawah
laut yang dilakukan oleh wisatawan. Scuba diving adalah kegiatan
67
yang dilakukan wisatawan dengan menggunakan alat-alat bantu
pernafasan yang sesuai dengan standart keselamatan dalam dunia
penyelaman untuk menikmati atraksi wisata bawah laut.
Gambar 4.11 Kegiatan Scuba Diving Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
Gambar 4.12 Salah Satu Dive Center Tulamben Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
2) Free Diving
Berbeda dengan scuba diving yang menggunakan alat bantu
pernafasan dalam kegiatan menyelamnya, freediving adalah kegiatan
menyelam ke bawah permukaan laut guna menikmati alam bawah laut
dengan cara menahan nafas dalam permukaan laut yang diambil
dengan satu kali tarikan nafas ketika masih dipermukaan.
68
“.....freedive itu sama aja dengan scuba yang membedakan hanya kita dari freediver tidak menggunakan alat bantu pernafasan seperti halnya scuba. Kalau scuba itu keahliannya harus bisa memainkan peralatan yang mereka bawa guna membantu pernafasan di bawah permukaan laut, kalau freedive keahlian yang diajarkan di sekolah freedive adalah ketenangan dalam berfikir ketika berada di bawah permukaan laut” (GL Instruktur Free Dive Apnea Bali, September 2016)
Gambar 4.13 Kegiatan Free Diving Sumber: Free Diving School, 2016
Gambar 4.14 Satu-satunya Freediving School Tulamben
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
3) Snorkelling
Snorkelling adalah kegiatan selam permukaan atau kegiatan
berenang dengan menggunakan peralatan seperti masker selam dan
snorkel. Kegiatan snorkelling hanya bisa di lakukan dipermukaan air
laut, berbeda dengan free diving yang dengan peralatan sama bisa
69
menyelam kebawah permukaan laut. Bagi wisatawan-wisatawan yang
tidak memiliki keberanian untuk masuk kedalam permukaan laut,
salah satu cara paling aman dalam menikmati alam bawah laut adalah
dengan kegiatan snorkelling.
Gambar 4.15 Kegiatan Snorkelling
Sumber: Dive Center, 2016
b. Objek Wisata Bahari Berbasis Lingkungan
Wisata bahari merupakan suatu kegiatan wisata yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok yang bersifat sementara untuk menikmati
atau menyalurkan hobi yang berhubungan dengan kelautan, seperti
berenang, menyelam, berselancar, memancing dan lain sebagainya.
Menurut Muljadi wisata bahari dapat dikategorikan sebagai wisata minat
khusus. Objek wisata bahari berbasis lingkungan dapat diartikan sebagai
objek wisata yang menjadi tujuan wisatawan baik nusantara maupun
mancanegara ke suatu daerah yang jauh dari perkotaan dengan tujuan
menikmati dan mempelajari alam, sejarah, dan budaya di suatu daerah
tersebut yang dimana bentuk wisatanya dapat membantu ekonomi
70
masyarakat lokal dan mendukung pelestarian alam. Objek wisata bahari
berbasis lingkungan juga dapat mengurangi dampak buruk yang akan
terjadi terhadap lingkungan dan budaya setempat dan mampu
meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat lokal dan nilai
konservasi.
Objek wisata bahari Tulamben, dalam hal ini merupakan objek wisata
bahari yang termasuk kedalam objek wisata bahari yang sedang
melakukan kegiatan wisata bahari dengan basis lingkungan. Objek wisata
bahari Tulamben saat ini sedang melakukan sejumlah kegiatan guna
mengurangi dampak buruk yang akan ditimbulkan oleh adanya kegiatan-
kegiatan wisata air. Objek wisata bahari Tulamben menjunjung tinggi
nilai konservasi dan juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat
lokal. Kegiatan wisata bahari dengan basis lingkungan yang sedang di
lakukan oleh pelaku-pelaku usaha wisata yang berada di Tulamben salah
satunya dengan meminimalisir limbah sampah laut disekitar atraksi-
atraksi wisata yang berada di bawah permukaan air dan kawasan sekitar
objek wisata bahari Tulamben. Plastik merupakan permasalahan global.
80% sampah dilaut adalah plastik, sebuah komponen yang dengan cepat
terakumulasi sejak zaman perang dunia ke-2. Jumlah sampah plastik di
lautan diperkirakan yang menumpuk sekitar seratus juta metrik ton.
Plastik dan turunan lain dari limbah plastik yang terdapat dilaut
berbahaya untuk ekosistem yang berada didalamnya. Limbah sampah
yang berada di laut juga dapat mencemarkan kondisi lingkungan laut.
71
Potensi yang dimiliki oleh objek wisata bahari Tulamben sangatlah
beragam. Objek wisata bahari Tulamben merupakan objek wisata bahari
dengan tujuan minat khusus diving, free diving atau snorkelling. Dimana
ketika sebuah objek wisata bahari dengan tujuan minat khusus tersebut
harus dapat menjaga lingkungan ekosistem lautnya agar tetap
berkelanjutan dan dapat mendatangkan wisatawan-wisatawan yang ingin
menikmatinya. Objek wisata bahari Tulamben juga harus
mempertimbangkan keberlanjutan dari atraksi-atraksi yang dimiliki pada
saat ini. Objek wisata bahari Tulamben mempunyai tiga spot atau titik
penyelaman untuk menikmati alam bawah lautnya. Titik-titik tersebut
adalah wreck ship, coral garden, dan drop off. Ketiga titik tersebut
mempunyai atraksi-atraksi yang berbeda di setiap titiknya. Dimana setiap
titiknya harus dijaga kelestariannya dengan treatment-treatment yang
berbeda.
1. Wreck Ship USAT LIBERTY GLO
USAT Liberty Glo adalah kapal yang dimiliki oleh Amerika
Serikat yang digunakan untuk mengangkut pasukan angkatan darat,
yang dibuat pertama kali selama Perang Dunia I di pulau Hog, di
negara bagian Amerika Serikat yaitu Philadelphia. Pada tanggal 11
Januari 1942, sebuah kapal seberat 6,211 ton berlayar dari Australia
menuju Philippina, membawa bagian-bagian dari rel kereta dan karet
untuk kepentingan perang saat itu. Saat berada di sekitar 19 km
sebalah barat laut dari Selat Lombok kapal kargo USAT Liberty Glo
72
tertembak oleh torpedo yang diluncurkan kapal selam milik tentara
Jepang.
Tahun 1963, Gunung Agung meletus, lava dari letusan Gunung
Agung menyebabkan USAT Liberty Glo terdorong dari bibir pantai
dan menenggelamkannya. USAT Liberty Glo tenggelam di perairan
Tulamben pada kedalaman 9 hingga 30 meter dibawah permukaan laut
atau 100 kaki dari permukaan air. Untuk menikmati kapal karam
tersebut, para penyelam tidak memerlukan kapal untuk sampai
ketengah laut, karena kapal tersebut karam hanya sekitar 200 m dari
bibir pantai. Saat ini USAT Liberty Glo termasuk kedalam salah satu
atraksi wisata bahari yang termasuk kedalam wilayah konservasi yang
berada di Kabupaten Karangasem.
Gambar 4.16 Lokasi Titik Penyelaman Wreck Ship USAT Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
2. Coral Garden
Coral garden adalah titik lain penyelaman yang berada di objek
wisata bahari Tulamben. Coral garden sendiri merupakan taman
bawah laut dengan aneka ragam terumbu karang baik yang alami
73
maupun yang buatan serta berbagai jenis binatang-binatang laut. Coral
garden dapat di akses langsung dari pinggir Pantai Tulamben, yaitu
sekitar 15 meter dari pinggir pantai. Coral garden sangatlah aman bagi
para penyelam pemula maupun professional. Untuk dapat menikmati
atraksi yang diberikan coral garden di bawah permukaan air para
penyelam dapat melihat mulai kedalam 10 meter hingga 25 meter.
Selain keaneka ragaman terumbu karang, baik buatan maupun alami,
coral garden juga menawarkan atraksi wisata menyelam lainnya yaitu
dengan pemandangan candi bawah laut yang berada di kedalaman 7
hingga 10 meter. Selain dengan menyelam untuk menikmati
pemandangan alam bawah laut di coral garden wisatawan dapat juga
melakukan snorkelling ataupun free diving.
Gambar 4.17 Lokasi Titik Penyelaman Coral Garden
Sumber: Dive Center, 2016
74
Gambar 4.18 Lokasi Titik Penyelaman Coral Garden Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
3. Drop Off
Drop off adalah titik ketiga tempat penyelaman yang berada di
Tulamben. Drop off merupakan sebuah jurang terjal yang berada di
perairan Tulamben. Kondisi arus yang lemah dan kemampuan
penglihatan bawah laut mulai dari 10 hingga 30 meter menjadikan
drop off tempat menyelam yang sedikit lebih menantang daripada
kedua titik lainnya yang berada di objek wisata bahari Tulamben.
Akses untuk ke drop off memerlukan sedikit waktu yaitu sekitar 5
menit dari pinggir Pantai Tulamben dengan menggunakan kapal
motor. Drop off juga memberikan sensasi menyelam yang luar biasa
karena penyelam akan berenang diantara tebing-tebing yang
ditumbuhi oleh terumbu karang-terumbu karang yang lunak dan
menakjubkan. Kedalaman pada drop off mulai 5 meter hingga 80
meter dibawah permukaan laut. Drop off merupakan tempat yang
menyenangkan bagi para penyelam pemula maupun professional.
75
Gambar 4.19 Lokasi Titik Penyelaman Drop Off Sumber: Dive Center, 2016
2.Persepsi Wisatawan Tentang Alam Bawah Laut Tulamben
a.Tujuan Berwisata Ke Objek Wisata Bahari Tulamben
Objek wisata bahari mempunyai sejuta pesona bagi wisatawan yang
akan mengunjunginya. Baik dari panorama sekitar lautnya, seperti pantai
atau keindahan alam bawah lautnya itu sendiri. Kegiatan yang dapat
dilakukan di sebuah objek wisata bahari juga banyak macamnya. Pada
area darat umumnya wisatawan dapat menikmati dengan hanya sekedar
sunbathing atau juga dengan olahraga-olahraga pantai lain. Objek wisata
bahari Tulamben dengan kondisi geografisnya yang cukup unik membuat
Pantai Tulamben menjadi salah satu pantai yang hanya bisa di nikmati
alam bawah lautnya. Para wisatawan yang datang mengunjungi objek
wisata bahari Tulamben merupakan wisatawan-wisatawan yang
mempunyai minat wisata khusus pada diving.
“.....hampir delapan puluh persen wisatawan yang ke sini itu wisatawan-wisatawan yang memang ingin diving atau mereka ingin snorkelling. Kalau di Tulamben soalnya tidak seperti di Denpasar yang banyak jenis pilihan wisatanya”( IM, Scuba Dive Master Aqua Dive Paradise, September 2016)
76
Menurut pendapat dari I Made selaku scuba dive master pada aqua
dive center, wisatawan-wisatawan yang datang mengunjungi Tulamben
adalah wisatawan-wisatawan yang mempunyai tujuan khusus atau
ketertarikan akan suatu wisata minat khusus. Dimana hampir setiap
wisatawan yang datang baik yang menetap atau yang tidak menetap pasti
akan melakukan diving, free dive atau hanya sekedar snorkelling.
“.....we were in North Sumatera around a month then we going to Bali directly to Tulamben. Cause we just want to dive in here. Both of us have license from our country” (JY wisatawan asal United Kingdom, September 2016)
“.....saya kesini atas rekomendasi teman-teman dari komunitas penyelam
yang ada di Kalimantan Timur. Kalau ingin menyelam tanpa biaya yang mahal bisa menyelam di Tulamben. Mereka juga bilang atraksi wisatanya ada kapal perang dunia 2 yang tenggelam disini jadi ya saya tertarik” (RP wisatawan asal Kalimantan Timur, September 2016)
Dari kedua pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa wisatawan
yang datang mengunjungi objek wisata bahari Tulamben baik yang
menetap dalam beberapa waktu maupun yang tidak mempunyai tujuan
hanya untuk diving dan melihat wreck ship USAT Liberty Glo. Tidak
jarang bahkan penyelam-penyelam professional dari mancanegara datang
untuk melihat langsung kapal karam milik United States. Selain
penyelam-penyelam professional, para photographer underwater pun
ikut menjadi salah satu wisatawan yang mengunjungi objek wisata bahari
Tulamben.
77
Tabel 4.3 Tujuan Wisatawan Ke Tulamben
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
b. Pendapat Wisatawan Terhadap Atraksi Di Objek Wisata
Bahari Tulamben
Persepsi dari setiap wisatawan terhadap atraksi-atraksi yang berada di
objek wisata bahari Tulamben berbeda-beda. Persepsi wisatawan
didukung dari apa yang dilihat, dari apa yang dilakukan sampai dengan
apa yang dirasakan pada saat menikmati atraksi-atraksi yang berada pada
objek wisata bahari tersebut dan didukung dengan ketersediaannya sarana
dan prasarana pendukung aktivitas dari wisata bahari tersebut yang akan
diintrepetasikan. Keunikan dari atraksi yang terdapat pada sebuah objek
wisata bahari dapat menjadi faktor yang mendorong seorang wisatawan
mengunjungi wisata tersebut.
“.....saya direkomendasikan sama teman untuk ke Tulamben. Soalnya saya memang senang scuba. Dan disini terdapat atraksi yang unik yaitu kapal tenggelamnya. Selama saya scuba, ini atraksi yang menarik karna belum sampai 10 meter saja saya sudah dapat melihat dek belakang dari bangkai kapal tersebut. Menurut saya sih Tulamben ini bagus buat penyelam pemula”(RB wisatawan asal Jakarta, September 2016)
No. Negara Asal Tujuan Wisatawan
1. United Kingdom Diving di Wreck ship
2. Perancis Snorkelling di Wreck ship
3. Indonesia Free dive di Wreck ship
4. Indonesia Diving di Wreck ship
78
“.....Tulamben has an amazing underwater. We’re goin to here cause the wreck. We just snorkelling around a hundred meters from the beach then we can see the amazing wreck ship with a beautiful fish” (RA wisatawan asal Perancis, September 2016)
Persepsi atau pendapat yang berasal dari kedua wisatawan tersebut
menunjukan akan kepuasannya terhadap atraksi bawah laut dari objek
wisata bahari Tulamben.Wisatawan yang merasakan kepuasan akan
memiliki kenangan-kenangan baik terhadap suatu hal dan akan memilih
untuk mendatangi tempat itu lebih dari sekali. Salah satu pendapat yang
menyatakan bahwa kepuasan dan kenangan yang baik akan menghasilkan
wisatawan yang loyal adalah pernyataan dari saudara Angga yang
merupakan wisatawan asal Jakarta yang sudah kedua kalinya
mengunjungi Tulamben untuk menyelam.
“.....saya sudah kesini dua kali, ini yang kedua mungkin nanti akan ada yang ketiga. Karena menurut saya disini untuk free diver kayak saya cenderung aman, lautnya tenang dan visibilitasnya bagus” (AG wisatawan asal Jakarta, September 2016)
c. Kepuasan dalam menikmati Alam Bawah Laut Tulamben
Wisatawan yang merasakan kepuasan dalam menikmati suatu atraksi
akan memberikan tanggapan yang menyenangkan, sedangkan wisatawan
yang merasakan ketidak puasaan dalam menikmati suatu atraksi akan
memberikan tanggapan berupa kekecewaan.
“.....saya belum pernah ke Tulamben. Tapi teman saya menyatakan bahwa Tulamben ini punya kapal karam yang bagus banget pemandangannya dan mudah dijangkau untuk penyelam pemula seperti saya. Disini saya merasakan keindahan alam bawah laut yang akan menjadi kenangan yang sangat berharga. Kapal karam itu menurut saya icon Tulamben ya” (RB wisatawan asal Jakarta, September 2016)
“…..saya disini hanya untuk menyelam di wreck ship, besok saya sudah
kembali ke Kalimantan Timur. Mungkin nanti saya akan coba menyelam lagi di dua titik lainnya. Menurut saya menyenangkan dapat menyelam di
79
Tulamben, karena ya seindonesia untuk akses diving yang mudah dan terdapat atraksi yang kaya akan nilai sejarah ya hanya di Tulamben.”(RP wisatawan asal Kalimantan Timur, September 2016)
Kenangan yang didapat oleh wisatawan asal Jakarta, terjadi
dikarenakan kepuasan antara ekspektasi dan kenyataan yang berada di
objek wisata tersebut. Ketika wisatawan merasakan kepuasan dalam
menyaksikan sebuah atraksi wisata, secara tidak langsung akan terbentuk
suatu keinginan yang membuat wisatawan mengunjunginya lagi suatu
hari dan akan membantu mempromosikan secara lisan dari mulut ke
mulut kepada calon wisatawan lain yang memiliki minat khusus yang
sama.
3. Pengembangan Pada Objek Wisata Bahari Tulamben
Dinas kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Karangasem merupakan
salah satu lembaga pemerintahan yang turut andil dalam
mengembangkan objek wisata bahari Tulamben. Selain dinas kebudayaan
dan pariwisata, pengembangan objek wisata bahari juga mendapatkan
bantuan-bantuan dari lembaga adat, LSM dan peran dari masyarakat
Tulamben itu sendiri.
“.....selain pemerintah daerah, peran masyarakat, lembaga adat dan LSM sangat dominan perannya dalam mengembangan objek wisata bahari Tulamben yang berbasis lingkungan, melalui konservasi.” (PW,Kasi pengembangan dan pendataan destinasi pariwisata disbudpar Karangasem, September 2016)
Menurut Ibu Permana Wahyuni selaku kasi dari dinas pariwisata
kabupaten Karangasem pengembangan objek wisata bahari Tulamben
bukan hanya dengan mengembangkan objek wisata tersebut secara
80
penjualan, namun juga membantu nilai-nilai kelestarian dan
keberlanjutan dari atraksi-atraksi yang berada di objek wisata bahari
Tulamben. Dimana menurut Ibu Permana Wahyuni saat ini objek wisata
bahari Tulamben sedang melakukan upaya-upaya pelestarian atraksi
wisata bawah laut dengan nilai bisnis dan konservasi. Pengembangan
pada suatu objek wisata bahari harus berdasarkan kepada aspek-aspek
yang dibutuhkan dalam pengembangan tersebut yang antara lain
wisatawan, transportasi, daya tarik wisata, pemasaran dan sumber daya
manusia (Oka A. Yoeti, 1997: 1). Pengembangan pada objek wisata
bahari Tulamben harus di integrasikan dengan seluruh pihak-pihak yang
wajib menjaga dan mengembangkan objek wisata bahari yang
berkelanjutan agar mencapai hasil yang efektif, dan dapat menjaga
keseimbangan lingkungan.
“.....pelestarian atraksi wisata, khususnya potensi daya tarik wisata bawah laut telah dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup dalam menjaga kondisi dan keadaan terumbu karang. Upaya lain dilakukan oleh masyarakat Desa Tulamben yang terikat dalam hukum adat dalam menjaga potensi pantai dan laut Tulamben.”(PW, Kasi pengembangan dan pendataan destinasi pariwisata disbudpar Karangasem, September 2016)
“.....sejauh ini belum ada langkah-langkah formal dalam strategi
pengembangan yang dilakukan oleh dinas kebudayaan dan pariwisata dalam pendekatan kepariwisataan. Pemerintah Kabupaten Karangasem dalam hal ini dibudpar membantu membangun sinergitas dengan masyarakat lokal dan LSM lingkungan, dimana sinergitas ini dilakukan melalui beberapa kegiatan bersama, seperti bersih-bersih pantai, pelatihan dasar pariwisata berkelanjutan, pelaksanaan forum group discussion mengenai upaya pengelolaan objek wisata bahari Tulamben.” (PW, Kasi pengembangan dan pendataan destinasi pariwisata disbudpar Karangasem, September 2016)
Potensi dan pengembangan objek wisata bahari Tulamben menurut
kasi pengembangan dan pendataan destinasi pariwisata dinas kebudayaan
81
dan pariwisata Karangasem Ibu Permana Wahyuni, saat ini objek wisata
bahari Tulamben bersama masyarakat lokal dan badan lingkungan hidup
bekerja sama dalam menjaga keadaan dan kondisi terumbu karang dan
sejauh ini dinas kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Karangasem
belum menemukan langkah-langkah formal dalam strategi
pengembangan yang dilakukan dengan menggunakan pendekataan
kepariwisataan. Saat ini dinas kebudayaan dan pariwisata Karangasem
masih membantu dengan cara membangun sinergitas dengan masyarakat
lokal dan LSM lingkungan.
Kebijakan khusus dalam mengembangan objek wisata bahari
Tulamben yang berbasis lingkungan pada saat ini belum tertuang pada
disbudpar. Namun secara umum disbudpar setempat mempunyai konsep
“Nyegara Gunung”. Dalam konsep nyegara gunung pengembangan
pariwisata Kabupaten Karangasem diarahkan pada penguatan wisata
spiritual atau spiritual tourism berlandaskan agama hindu yang
direpresentasikan oleh gunung dan laut. Gunung dimaknai sebagai
tempat yang suci karena tingginya serta sebagai hulu dan laut yang
dimaknai sebagai tempat menyucikan serta sebagai hilir. Oleh karena itu,
kedua tempat tersebut harus dijaga kondisi lingkungannya sehingga
kesucian kelestarian hulu dapat terdapat dampaknya hingga ke hilir.
Konsep nyegara gunung secara harfiah dapat menggambarkan Kabupaten
Karangasem mengingat Gunung tertinggi Pulau Bali yaitu Gunung
Agung yang berada di Karangasem dan potensi wisata bahari yang
82
berada di Karangasem. Dalam mengembangkan objek wisata bahari
Tulamben, dinas kebudayaan dan Pariwisata masih membutuhkan
manajemen pengelolaan yang baik, yang di sesuaikan dengan kebutuhan
tata kelolanya sebagai objek wisata bahari berbasis lingkungan dengan
atraksi bawah laut sebagai daya tarik utamanya.
“.....faktor penghambat dalam mengembangkan objek wisata bahari Tulamben adalah kurangnya manajemen pengelolaan objek wisata bahari yang berbasis lingkungan, hal lain yang menjadi salah satu penghambat dalam mengembangkan objek wisata bahari tersebut adalah mengenai pendanaan dan kebijakan atau regulasi terhadap salah satu daya tarik utama objek wisata bahari tersebut yaitu wreck ship yang memerlukan perhatian dan penangan yang cepat dalam menjaga potensinya.” (PW,Kasi pengembangan dan pendataan destinasi pariwisata disbudpar Karangasem, September 2016)
Pemerintahan Desa Tulamben dipimpin oleh seorang perbekel dan
kepala desa. Perbekel Tulamben adalah kepala desa atau bisa juga
disebut sebagai lurah yang mengepalai desa yang kecil. Perbekel dibantu
dengan kepala desa adat menjadi salah satu pengembang dari objek
wisata bahari Tulamben. Pemerintah desa bertugas mengelola wilayah
desa. Lembaga ini diatur melalui Peraturan Pemerintah no.72 tahun 2005
tentang pemerintahan desa yang diterbitkan untuk melaksanakan
ketentuan pasal 216 ayat (1) Undang-Undang nomor 32 tahun 2004
tentang pemerintahan daerah.
“.....Tulamben mulai ramai dengan wisatawan semenjak tahun 2000-an. Dimana semenjak tahun 2000 kami selaku pemerintah yang berada di desa bersama dengan masyarakat lokal sudah memulai membuat etik-etik dalam menjaga potensi yang ada di desa ini. Seperti kami melarang sebanyak 30 nelayan yang berada di Tulamben untuk tidak mencari ikan disekitar atraksi-atraksi wisata, lalu kami mengajak sebanyak 30 nelayan untuk bekerja sama dengan dive center dan hotel yang akan mengajak tamu-tamunya menyelam dengan menggunakan kapal nelayan sebagai transportasi menuju salah satu atraksi wisata yang berada di Tulamben” (IND, Kepala Desa Tulamben, September 2016)
83
Menurut Bapak I Nyoman Degeng bentuk kerjasama yang dilakukan
dari masyarakat lokal dan pemerintah desa dapat mengembangkan daya
tarik wisata yang berada di Tulamben. Pada saat ini, pemerintahan Desa
Tulamben dengan pemerintah kabupaten terjalin sinergi yang baik dalam
menjaga dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh Tulamben.
Bentuk kerjasama yang telah dilakukan oleh pemerintah desa dengan
masyarakat lokal adalah dengan membantu membentuk segala perangkat
yang dapat membantu kegiatan pariwisata yang ada di Tulamben
khususnya wisata menyelam. Pemerintahan desa dengan perangkat-
perangkat dalam kegiatan pariwisata khususnya asosiasi pemandu selam
di Tulamben membuat regulasi atau peraturan-peraturan khusus menjaga
nilai kelestarian dari sebuah atraksi wisata yang berada di objek wisata
bahari Tulamben. Regulasi atau peraturan itu merupakan peraturan-
peraturan yang telah dimusyawarahkan bersama dengan masyarakat
lokal. Salah satu bentuk regulasi untuk menjaga sebuah atraksi wisata di
Tulamben adalah dengan melarang nelayan mencari ikan disekitar daya
tarik wisata dan baru diizinkan mencari ikan sekitar 200 meter dari
atraksi-atraksi wisata.
Diawal perkembangan objek wisata bahari Tulamben, organisasi
pertama yang terbentuk adalah organisasi keamanan atau dengan sebutan
siskamling yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjaga
keamanan wisatawan-wisatawan yang datang dengan tujuan menyelam di
Tulamben. Setelah siskamling terbentuk, diikuti terbentuk asosiasi
84
pemandu selam Tulamben yang memegang peranan penting dalam
menjaga dan mengembangkan daya tarik-daya tarik wisata yang berada
di objek wisata bahari Tulamben. Asosiasi pemandu selam dan semua
organisasi yang berada di sekitar objek wisata bahari saling terkait satu
sama lain. Pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah tidak akan
berhasil jika tanpa turun tangannya asosiasi pemandu selam yang
berinteraksi langsung dengan atraksi wisata dan wisatawan.
Pengembangan yang berada di objek wisata bahari Tulamben
membutuhkan manajemen yang baik dari seluruh pihak dengan
pendekatan kepariwisataan dan konservasi.
“......pengembangan yang dilakukan di objek wisata bahari Tulamben ini kami lakukan bersama-sama. Pemerintah membantu mengawasi dan mendukung segala tujuan dari organisasi-organisasi yang berinteraksi langsung dengan daya tarik wisata dan wisatawan yang tujuannya untuk melestarikan objek wisata Tulamben. Para organisasi yang berada di sekitar objek wisata mengembangkannya dengan melaporkan segala kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan bagi sebuah objek wisata.”( INA, S.pd Perbekel Desa Tulamben, September 2016).
Gambar 4.20 Struktur Pemerintahan Desa Tulamben Sumber: Olahan Peneliti, 2016
85
Langkah-langkah pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah
Desa Tulamben pada saat ini adalah dengan menyediakan kawasan
alternatif parkir selain di dekat pintu masuk Pantai Tulamben, dimana
parkir pusat yang berada di pintu masuk pantai merupakan kawasan
pengembangan dari pihak provinsi. Selain itu pemerintah Desa Tulamben
juga membantu dengan memperbaiki akses jalan menuju objek wisata
bahari dengan menggunakan anggaran dasar desa yang sudah di
persiapkan untuk mengembangkan objek wisata bahari Tulamben yang
berwawasan lingkungan. Pemerintah Desa Tulamben juga menyediakan
tempat pembuangan sampah terpadu dimana tempat pembuangan sampah
diperuntukan mengumpulkan sampah-sampah daripada pengusaha-
pengusaha hotel dan restaurant yang berada di Tulamben guna menjaga
kebersihan dan kenyamanan wisatawan.
Sarana dan prasarana pendukung kegiatan wisata yang berada di
sekitar objek wisata merupakan salah satu pengembangan yang dilakukan
oleh berbagai pihak, baik pihak pemerintah atau pihak pengusaha sekitar
objek wisata. Ketersediaan fasilitas yang berada disekitar objek wisata
haruslah memadai. Daerah sekitar objek wisata bahari Tulamben sudah
memiliki berbagai sarana dan prasarana yang dapat mendukung aktivitas
86
wisata, seperti penginapan, restaurant, minimart, toko souvenir, ATM,
rent car atau rent motorcycle.
Gambar 4.21 Sarana Perhubungan Tulamben Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 4.22 Salah Satu Penginapan di Tulamben Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
87
Gambar 4.23 Salah Satu Restaurant di Tulamben Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
Gambar 4.24 Salah Satu Minimart di Tulamben
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
Gambar 4.25 Salah Satu Souvenir Shop di Tulamben Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
88
Gambar 4.26 Salah Satu Gerai ATM di Tulamben Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
Tulamben memiliki tiga gerai anjungan tunai mandiri (ATM) dari tiga
bank yang sudah terkenal di Indonesia, yaitu ATM dari Bank Rakyat
Indonesia, Bank Negara Indonesia dan Bank Mandiri. Dimana atm dari
ketiga bank tersebut saling berdekatan satu sama lain yang memudahkan
dan memberikan pilihan kepada wisatawan yang datang mengunjungi
Tulamben. Selain sarana dan prasarana yang tersedia di sekitar objek
wisata bahari Tulamben, pengelola dan pengembang dari objek wisata
tersebut juga menyediakan fasilitas tempat untuk membilas bagi para
wisatawan sehabis melakukan kegiatan bahari yang tidak menginap
disekitar kawasan objek wisata.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Analisis Potensi Alam Bawah Laut Tulamben
Berdasarkan hasil penyajian data pada penelitian ini guna mengetahui
potensi-potensi alam bawah laut Tulamben, dapat disimpulkan bahwa
pada objek wisata bahari Tulamben memiliki tiga main attraction yang
89
dijadikan daya tarik wisata bawah laut oleh pengelola dan pengembang
yang berada di sekitar objek wisata bahari Tulamben. Ketiga main
attraction tersebut merupakan keunikan yang hanya berada di alam
bawah laut Tulamben. Ketiga main attraction tersebut merupakan titik-
titik penyelaman yang masing-masing memiliki ke unikannya. Titik
pertama yaitu wreck ship USAT Liberty Glo yang merupakan titik utama
dari wisata alam bawah laut Tulamben. Wreck ship mempunyai potensi
yang tidak dimiliki oleh wisata alam bawah laut lainnya. Kesimpulan
tersebut didapatkan dari hasil wawancara dengan beberapa narasumber,
yaitu I Nyoman Suastika, I Gede Pasek, dan Galih Apnea Bali. Nilai
sejarah, ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka pada kapal
karam inilah yang menjadikan kapal tersebut daya tarik wisata alam
bawah laut Tulamben (Yoeti, 2006: 15). Potensi wisata alam bawah laut
Tulamben bukan hanya terletak di kapal karamnya, titik kedua yang
disebut dengan coral garden juga memiliki keunikannya sendiri yang
tidak dapat ditemui di wisata alam bawah laut lainnya, seperti
underwater temple buatan yang dapat diakses hanya dengan scuba
dikedalaman 7 meter dibawah permukaan laut dan snorkelling sejauh 100
meter dari pinggir Pantai Tulamben. Menurut I Nyoman Suastika selaku
Ketua Asosiasi Pemandu Selam Tulamben menyatakan pada titik tersebut
para wisatawan dapat menikmati atraksi lain yang sengaja dibuat agar
wisatawan yang menikmati Tulamben tidak bosan jika hanya dengan
mengunjungi titik wreck ship. Pendit (2002: 19) keberadaan objek wisata
90
bahari Tulamben memiliki sesuatu yang menunjang yaitu something to
see dan something to do segala sesuatu yang dapat dilihat dan segala
sesuatu yang dapat dilakukan pada objek wisata bahari tersebut. I
Nyoman Suastika menyatakan bahwa titik ketiga yang sering disebut
drop off memiliki kekayaan hayati yang membuat wisatawan ingin
mengunjunginya. Hewan-hewan laut yang terdapat di drop off termasuk
hewan-hewan unik yang sering kali dijadikan objek fotografi bawah laut
bagi para professional photographer. Dengan keunikan demografi yang
dimiliki titik tersebut, drop off menjadi tempat menyelam yang
menantang bagi para penyelam yang baru mendatanginya. Ketiga titik
tersebut mempunyai keunikan masing-masing bagi atraksi alam bawah
laut.
I Kadek Aqua Dive yang merupakan salah satu anggota asosiasi dan
pelaku usaha penyediaan jasa dive center menyatakan bahwa terdapat
tiga cara paling umum yang dapat dilakukan untuk menikmati alam
bawah laut Tulamben, yaitu scuba diving, free diving dan snorkelling.
Untuk scuba diving wisatawan yang datang mengunjungi Tulamben
dapat menggunakan bantuan dari dive center-dive center yang
menyediakan jasa penyewaan perlengkapan dan peralatan scuba dari
mask sampai dengan dive computer dari peralatan untuk penyelam
pemula hingga penyelam professional. Bagi wisatawan yang ingin
memiliki license diving hampir disetiap dive center yang berada di
Tulamben memilki short course-nya. Untuk menikmati alam bawah laut
91
Tulamben wisatawan yang tidak ingin memiliki license dalam menyelam
tidak perlu mengambil short course, wisatawan dapat mengambil paket
discovery scuba yang hampir setiap dive center memilikinya. Sementara
untuk free diving wisatawan yang mengunjungi Tulamben memerlukan
short course dari lembaga yang tersedia di Tulamben. Free diving
memerlukan pelatihan untuk dapat dilakukan oleh wisatawan, dengan
kata lain untuk melakukan free diving hanya orang-orang yang memiliki
ilmu free dive. Selain kedua cara menikmati tersebut, dalam menikmati
objek wisata bahari Tulamben dapat dengan cara snorkelling juga.
Dimana para wisatawan dapat menyewa atau dengan membawa alat-alat
snorkelling pribadi. Untuk dapat masuk ke Pantai Tulamben wisatawan
dikenakan biaya lima belas ribu rupiah perorang yang merupakan
retribusi kepada pemerintah Kabupaten Karangasem. Sedangkan yang
akan masuk kedalam kas Desa Tulamben sebesar tiga belas ribu rupiah,
dengan rincian sumbangan dari setiap wisatawan yang berkunjung ke
wisata bahari Tulamben seribu lima ratus rupiah, sembilan ribu lima ratus
rupiah kepada desa pekraman Tulamben, dan karcis parkir sebesar seribu
rupiah.
92
Gambar 4.27 Tiket Masuk Objek Wisata Bahari Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
Gambar 4.28 Tiket Masuk Objek Wisata Bahari Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
Gambar 4.29 Tiket Masuk Objek Wisata Bahari Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
93
Gambar 4.30 Tiket Parkir Objek Wisata Bahari Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
Pada dasarnya pengelola dan pengembang objek wisata bahari
Tulambensudah sadar akan pentingnya atraksi wisata yang berkelanjutan,
namun masih ada rencana-rencana yang belum bisa dilakukan pada masa-
masa sekarang. Seperti halnya kebijakan untuk membatasi aktifitas
penyelam dalam satu waktu di atraksi yang sama.I Nyoman Suastika
mengatakan bahwa kebijakan tersebut dibuat agar suatu atraksi bisa
bertahan lebih lama keindahannya atau sustainable. Kebijakan tersebut
juga membantu penyebaran wisatawan yang berada di bawah air untuk
dapat menikmati atraksi-atraksi lainnya yang berada di Tulamben.
Kebijakan yang dibuat oleh Asosiasi Pemandu Selam dengan bantuan
LSM lingkungan berguna untuk mengurangi tingkat kerusakan terumbu
karang dan hilangnya hewan-hewan yang menempati suatu perairan.
Selain dengan rencana pembatasan jumlah penyelam yang berada di satu
atraksi bawah laut Tulamben, pengelola dan pengembang dari objek
94
wisata tersebut juga ingin menambah atraksi tambahan dengan membuat
kapal karam buatan sebagai aksi dari menambah jumlah terumbu karang
yang berada di Tulamben agar menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi
ikan-ikan hias yang berada di alam bawah laut Tulamben. Objek wisata
bahari Tulamben sudah banyak bekerja sama dengan banyak LSM-LSM
yang bergerak di bidang konservasi terumbu karang, salah satunya
dengan reef check Indonesia. Reef check Indonesia membantu asosiasi
pemandu selam Tulamben dalam memelihara dan melestarikan terumbu
karang-terumbu karang yang berada di Tulamben.
2. Analisis Persepsi wisatawan
Berdasarkan hasil penyajian data pada penelitian ini, persepsi dari
wisatawan yang mengunjungi Tulamben merasakan kepuasan akan
harapannya untuk mengunjungi salah satu situs sejarah yang berada di
perairan Tulamben. Kesimpulan tersebut didapatkan berdasarkan dari
hasil wawancara dengan salah satu wisatawan asal Kalimantan Timur
yaitu Rizky Primanto dimana ia merupakan salah satu penyelam pemula
bersertifikat yang merasakan kepuasaan akan ekspektasinya terhadap
Tulamben. I Made aqua dive menyatakan tujuan utama dari wisatawan-
wisatawan yang mengunjungi Tulamben adalah melihat dan bersenang-
senang di sekitar wreck ship yang hingga kini masih dengan gagah berada
di bawah laut Tulamben. Persepsi atau pendapat dari wisatawan tentang
atraksi yang berada di Tulamben dapat membantu pengelola dan
95
pengembang objek wisata bahari Tulamben untuk melayani wisatawan
dengan lebih prima melalui pendekatan pariwisata yang berkelanjutan.
Melayani wisatawan yang berkunjung ke objek wisata bahari
Tulamben dengan pelayanan prima dapat membantu membuat sebuah
kenangan yang akan dirasakan oleh wisatawan dan menghasilkan
kepuasaan serta loyalitas dari wisatawan terhadap suatu produk jasa yang
mereka gunakan. Persepsi dari wisatawan yang datang ke objek wisata
bahari Tulamben juga dapat dijadikan suatu alat bantu ukur pengelola
dan pengembang objek wisata dalam memperbaharui segala sesuatu yang
berhubungan langsung dengan wisatawan. Menurut salah satu wisatawan
yang datang ke objek wisata bahari Tulamben, yaitu Joyce wisatawan
asal United Kingdom objek wisata tersebut mampu memberikan atraksi
yang tidak dapat dilupakan dengan background penyelaman apapun dapat
menikmati keindahan dari kapal tersebut. Kemudahan akses dalam
mencapai atraksi yang berada di Tulamben dan perairan yang tenang,
menjadikan Tulamben tempat menyelam yang menyenangkan bagi para
wisatawan yang berkunjung ke objek wisata bahari tersebut mulai dari
penyelam pemula sampai dengan penyelam professional.
3. Analisis Pengembangan
a. Analisis Pengembangan Sarana dan Prasarana
Pengembangan objek wisata bahari harus memperhatikan sarana dan
prasarana yang mendukung kegiatan wisata bahari. Diperlukan berbagai
96
upaya dalam mengembangkan sarana dan prasarana pada suatu objek
wisata bahari. Sarana dan prasarana merupakan kelengkapan objek wisata
guna memenuhi kebutuhan wisatawan dalam menikmati wisatanya (Mill,
2006: 86). Sarana dan prasarana wisata terbagi menjadi tiga elemen yaitu
pokok, pelengkap dan penunjang wisata.
Berdasarkan hasil penyajian data pada penelitian ini dengan Perbekel
Desa I Nyoman Ardika, S.Pd, pengembangan yang berada di objek
wisata bahari Tulamben dilakukan oleh pihak-pihak yang langsung
berinteraksi dengan wisatawan. Sarana seperti aksesibilitas seperti jalan
raya berada di wilayah pengembangan pemerintah provinsi yang dimana
jalan utama dari Desa Tulamben merupakan akses terbaik untuk
mencapai bagian utara Pulau Bali. I Nyoman Degeng selaku Kepala Desa
Tulamben menyatakan bahwa pemerintah daerah dan pemerintah desa
membantu pengembangan objek wisata bahari dengan mensinergikan
semua pihak yang didapat membantu dalam melestarikan objek wisata
bahari Tulamben. Perkembangan sarana-sarana pokok lainnya seperti
penginapan, restaurant dan dive center yang berada di sekitar objek
wisata bahari merupakan usaha pengembangan yang dilakukan oleh
masyarakat lokal dalam mencapai tujuan bersama menjaga objek wisata
bahari Tulamben yang berkelanjutan dan memakmurkan masyarakat
lokal.
97
Secara kuantitatif sarana-sarana yang berada di sekitar objek wisata
bahari Tulamben banyak yang perlu di perbaiki, seperti halnya memberi
penerangan di pinggir jalan utama yang merupakan akses satu-satunya
wisatawan menuju Pantai Tulamben. Selain memberikan penerangan
pada jalan utama menuju Pantai Tulamben, perbaikan dalam memberikan
ruang sendiri bagi pejalan kaki merupakan bagian dari pengembangan
secara kuantitatif bagi kemajuan objek wisata bahari Tulamben.
Gambar 4.31 Akses Jalan Utama Objek Wisata Bahari Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
Gambar 4.32 Pedestrian Pada Objek Wisata Bahari Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
98
b. Analisis Pengembangan Daya Tarik Wisata
Daya tarik wisata merupakan pesona-pesona yang dapat dilihat dan
ditampilkan oleh suatu objek wisata (Yoeti, 2006: 15). Daya tarik wisata
dapat berupa karya ciptaan Tuhan maupun manusia yang dapat menarik
minat orang lain untuk berkunjung dan menikmatinya. Pengembangan
daya tarik wisata yang baik adalah pengembangan yang tidak mengurangi
kualitas dari apa yang sudah tersedia sumber daya alamnya dan tetap
menjaga menjadi suatu kesatuan utuh yang dapat dinikmati oleh
masyarakat sekitar objek wisata tersebut. Pengembangan daya tarik
wisata dengan manajeman yang baik akan mengindahkan nilai-nilai
konservasi dengan keuntungan bisnis yang dapat mengangkat sosial
ekonomi daerah sekitar objek wisata.
Berdasarkan penyajian data diatas, pengembangan akan daya tarik
wisata bahari Tulamben sudah mengarah kepada keberlanjutan dan
kelestarian dari atraksi-atraksi yang dimiliki objek wisata tersebut.
Pernyataan dari Kepala Seksi Pengembangan dan Pendataan Destinasi
Pariwisata Permana Wahyuni yaitu kurangnya manajemen
kepariwisataan dari pihak-pihak yang belum sadar akan pentingnya nilai-
nilai konservasi menjadi salah satu faktor terberat yang sedang dihadapi
pengelola dan pengembang objek wisata bahari Tulamben untuk
mewujudkan wisata bahari yang berbasis pada kelestarian. Sumber daya
99
alam yang terdapat di objek wisata bahari Tulamben sangatlah banyak
yang dapat dimanfaatkan sebagai bidang kepariwisataan.
Pengembangan daya tarik wisata bukan hanya tanggung jawab sebelah
pihak, pengembangan daya tarik wisata menjadi tanggung jawab
berbagai pihak yang terkait dalam wisata bahari. Dalam mengembangkan
objek wisata bahari terdapat unsur-unsur pokok yang sebaiknya
diperhatikan, yaitu sumber daya alam yang tetap terjaga keindahan dan
kebersihannya, ciri khusus yang bersifat langka dari sebuah atraksi yang
tidak ada di objek wisata lain dan aksesibilitas untuk menjangkau atraksi
tersebut. Pengembangan daya tarik wisata yang berbasis lingkungan
dapat mengurangi dampak buruk yang akan terjadi terhadap lingkungan
objek wisata bahari tersebut dan mampu meningkatkan pendapatan
ekonomi masyarakat lokal desa dan nilai-nilai konservasi. Dengan pola
wisata berwawasan lingkungan, masyarakat dapat memanfaatkan
keindahan alam yang tersedia, budaya dan sejarah setempat tanpa
merusak. Pengembangan wisata berbasis lingkungan yang berkelanjutan
dapat dianggap sebagai jenis program yang dapat membuka alternatif
ekonomi bagi masyarakat lokal yang berada disekitar kawasan objek
wisata bahari berwawasan lingkungan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian yang berjudul Potensi dan
Pengembangan Objek Wisata Bahari Tulamben, Kabupaten Karangasem,
Bali adalah terdapat tiga potensi alam bawah laut yang dimiliki oleh
objek wisata bahari Tulamben. Dimana setiap potensi alam bawah
lautnya mempunyai ciri khas yang berbeda. Objek wisata bahari
Tulamben merupakan objek wisata jenis minat khusus bawah laut,
hampir setiap wisatawan yang datang mengunjungi objek wisata bahari
tersebut dapat dipastikan akan melakukan aktivitas diving atau
snorkelling. Persepsi atau pendapat dari wisatawan yang datang
mengunjungi objek wisata bahari Tulamben dapat dijadikan sebagai alat
ukur seberapa puas seorang wisatawan yang mengingingkan wisata minat
khusus dengan ketersediaan fasilitas yang ada. Persepsi dari wisatawan
yang mengunjungi objek wisata bahari Tulamben juga dapat dijadikan
sebagai salah satu pertimbangan dalam mengembangkan daya tarik
wisata dari suatu objek wisata tersebut. Pengembangan objek wisata
bahari Tulamben pada saat ini masih dalam tahap pengembangan baik
pengembangan sarana dan prasarana wisata dan pengembangan daya
tarik wisata yang berkelanjutan. Pengembangan pada objek wisata bahari
100
101
Tulamben dilakukan oleh para pengelola objek wisata bahari Tulamben
dengan pendekatan potensi dan pendekatan pemberdayaan masyarakat.
Pengembangan pada objek wisata bahari Tulamben dilakukan dengan
bekerja sama dengan berbagai pihak yang mempunyai tanggung jawab
dalam melestarikan objek wisata bahari Tulamben. Lembaga-lembaga
swadaya masyarakat turut andil dalam membantu objek wisata bahari
Tulamben yang berkelanjutan. Pemeriksaan rutin mengenai terumbu
karang menjadi salah satu agenda yang diadakan oleh para pengelola dan
pengembang objek wisata bahari Tulamben. Selain pemeriksaan rutin
terumbu karang, pengelola dan pengembang objek wisata bahari
Tulamben yang berinteraksi langsung dengan potensi dan wisatawan
melakukan agenda rutin dalam bersih-bersih didaerah sekitar wilayah
objek wisata bahari Tulamben guna menjaga objek wisata bahari tersebut
dari tindakan yang kurang terpuji dari wisatawan maupun masyarakat
lokal. Dalam perencanaan pengembangan daya tarik wisata dari sebuah
objek wisata bahari, harus dapat menyesuaikan dengan daya dukung
lingkungan objek wisata.Perencanaan dan pengembangan objek wisata
bahari Tulamben dapat menggunakan manajemen kepariwisataan yang
baik jika ingin membuat sebuah objek wisata bahari tersebut bertahan
lama.
Perencanaan dan pengembangan pada objek wisata bahari Tulamben
juga memerlukan suatu strategi jangka panjang dalam upaya menjaga
102
kelestariannya. Kurangnya tenaga ahli dalam manajemen pariwisata
bahari menjadi suatu kendala yang saat ini dihadapi dinas kebudayaan
dan pariwista Kabupaten Karangasem selaku instansi negara yang turut
andil dalam mengembangkan objek wisata bahari yang berada di
wilayahnya.
B. Saran
Berdasarkan penelitian terkait potensi dan pengembangan objek
wisata bahari Tulamben serta hasil observasi peneliti saran yang dapat
disampaikan yaitu agar pengembang dan pengelola dari objek wisata mau
untuk berusaha sama-sama mensinergikan apa yang sudah menjadi tujuan
bersama, dalam menjaga objek wisata bahari Tulamben yang
berkelanjutan. Pengembang dan pengelola baik yang secara langsung
berinteraksi dengan potensi wisata maupun yang belum berinteraksi
langsung dengan potensi dapat membuat objek wisata bahari Tulamben
berkelanjutan dengan pendekatan-pendekatan pariwisata bahari yang
lestari. Perlu adanya koordinasi lebih antara pemerintah provinsi,
kabupaten, hingga TNI AL desa hingga ke masyarakat lokal agar dapat
mengembangkan objek wisata bahari yang di perhitungkan di Indonesia.
Koordinasi antara pemerintah provinsi, kabupaten dan TNI AL dalam hal
ini sebagai lembaga tertinggi yang memilik andil dalam menjaga asset
suatu daerah baik dari segi pariwisata maupun kemaritimannya.
103
Dengan meningkatkan koordinasi mengenai pengembangan akan
suatu potensi, tujuan dari suatu objek wisata bahari yang berkelanjutan
akan cepat ter-realisasikan. Koordinasi antara pengembang dan pengelola
juga dibutuhkan guna menciptakan suatu kebijakan yang konkrit
mengenai langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menciptakan
wisata bahari yang lestari. Dibutuhkannya tenaga-tenaga ahli dalam
pendekatan kepariwisataan merupakan salah satu upaya dalam
mengembangkan objek wisata bahari Tulamben yang berkelanjutan.
Tenaga-tenaga ahli dapat mensinergikan antara kepentingan bisnis dan
kepentingan konservasi melalui pendekatan kepariwisataan.
DAFTAR PUSTAKA
A.J Muljadi. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: Raja
GrafindoPersada
___________. 2014. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa
Akhyaruddin. 2012. The Asia Pasific Region Discussion Forum on Blue Economy Report: Trend of Marine Tourism. Online. http://www.imacsindonesia.com/v5/index.php/id/news/87-the-asiapacific-region-discussion-forum-on-blue-economy. Diakses pada 24 Maret 2016
Fandeli, C. 2001. Dasar-Dasar Manajemen Kepariwisataan Alam.Yogyakarta: Liberty
FAO.1995. Code Of Conduct For Responsible Fisheries. Rome, FAO, 41 pp. (Available at http://ftp.fao.org/docrep/fao/003/W4493e/W4493e00.pdf)
J. Saldana. Qualitative Data Analysis, A Methodes. Edisi Ketiga. Sage
Publications, Inc
Kamus Bahasa Indonesia. 2007. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2015. Pariwisata Indonesia
Keiser Jr, Larry Helber. 1978. Tourism Planning and Development. Boston: Sleeper sleep
Mark Orams. 2002. Marine Tourism: Development, Impacts and Management. Inggris: Routledge Publishing
Miller, M. 1993. The Rise of Coastal and Marine Tourism. In: Ocean & Coastal Management, vol. 20, 1993 (Special Issue: Ecotourism in Marine and Coastal Areas)
Mill, Robert Christie. 2006. Tourism International Business Edisi Bahasa Indonesia .Jakarta: Raja Grafindo Perkasa
Molleong, Lexy. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nontji A. 2007. Laut Nusantara. Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia
Nybakken, J. 1988. Marine Biology: an Ecological Approach. Jakarta: Gramedia
104
105
Nyoman S. Pendit. 2002. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: Pradnya Paramita
Oka. A Yoeti. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa
___________. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita
__________. 2006. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita
Romimohtarto, Sri Juwana. 2005. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan tentang Biologi Laut. Jakarta: Djambatan
Sastrayuda, Gumelar S. 2010. Hand Out Mata Kuliah Strategi Pengembangan dan pengelolaan Pariwisata. Universitas Pendidikan Indonesia
Sherman K. 1994. Sustaining the World’s Large Marine Ecosystems. Australia: Blackwell Science Pty Ltd
Soebagyo, 2012. Strategi Pengembangan Pariwisata di Indonesia. Jurnal Liquidity, Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2012. Jakarta: Universitas Pancasila
Subhan, B. 2015. Kehidupan Laut Tropis Tulamben. Bogor: IPB Press
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
________. 2013. Metode Penelitian Kuantitif, Kualitatif dan R&D. Catatan ke-19. Bandung: Alfabeta
________.2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Catatan ke-20. Bandung: Alfabeta
Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan
Weiler, Michael C. Hall. 1992. Special Interest Tourism. New York: Belhaven Press
Wilkinson, C. 2000. Status of Coral Reefs of The world. Australian Institute of Marine Science. Australia
World Wildlife Fund Indonesia Tahun 2009 tentang ekowisata