pengawasan pengemis oleh dinas sosial kota …repository.fisip-untirta.ac.id/1184/1/pengawasan...
TRANSCRIPT
PENGAWASAN PENGEMIS OLEH DINAS SOSIAL KOTA SERANG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Srayat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrai Manajemen Publik
Program Studi Administrasi Publik
Oleh
Sandhi Ade Putra
NIM 6661141363
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, 2018
ABSTRAK
Sandhi Ade Putra. NIM. 6661141363. 2018. Pengawasan Pengemis oleh Dinas
Sosial Kota Serang. Program Studi Ilmu Administrasi Publik. Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing
I, Titi Stiawati., M.Si; Dosen Pembimbing II, Drs. Atoullah., M.Si.
Pengawasan pengemis di Kota Serang merupakan tanggung jawab Dinas Sosial Kota
Serang, fenomena penyakit masyarakat seperti pengemis di Kota Serang, tertuang
dalam peraturan daerah nomor 2 tahun 2010 tentang pencegahan pemberantasan dan
penanggulangan penyakit masyarakat. Permasalahan penelitian ini, intensitasi
pengawasan yang masih kurang, belum dilaksanakannya koordinasi dengan baik dan
masih kurangnya pembinaan dan pengarahan yang diberikan oleh Dinas Sosial Kota
Serang kepada para pengemis di Kota Serang. Tujuan penelitian ini untuk
memaparkan dan mendeskripsikan pengawasan dalam menangani pengemis. Teori
yang digunakan yaitu teori strategi pemantauan pengawasan menurut Joko Widodo
(2016: 94) yang meliputi: pelaku pengawasan pelaksana kebijakan, standar
operasional prosedur pengawasan, sumber daya keuangan dan peralatan dan jadwal
pelaksana pengawasan, dengan menggunakan pendekatan kualitatif metode
deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dalam pengawasan belum
berjalan baik dan masih terdapat masalah dalam sumber daya manusia, peralatan
dalam pengawasan dan kurangnya anggaran.. Saran yang menjadikan rekomendasi
peneliti yaitu, melakukan pengawasan ke panti sosial bina karya, menjaga dan
meningkatkan koordinasi yang beum terjalin dengan baik antara instansi terkait, lebih
awal merencanakan anggaran maupun peralatan yang di butuhkan untuk
melaksanakan pengawasan dan menambah jadwal dalam melaksanakan pengawasan
terhadap pengemis yang belum mendapatkan penanganan maupun yang sudah
mendapatkan penanganan.
Kata Kunci : Dinas Sosial, Pengawasan, Pengemis
ABSTRACT
Sandhi Ade Putra. NIM. 6661141363. 2018. Supervision of beggars by the serang
city social service. Public Administration Science Study Program. Faculty of Social
Science and Political Science. Sultan Ageng Tirtayasa University. Advisor I, Titi
Stiawati., M.Si; Advisor II, Drs. Atoullah., M.Si.
The supervision of beggars in Serang City is the responsibility of the Serang City
Social Service, a phenomenon of organizations such as beggars in Serang City,
contained in regional regulation number 2 of 2010 concerning efforts to eradicate
and control community diseases. The problem of this research, supervision
intensification that is still lacking, has not been implemented properly and there is
still lack of guidance and direction given by the Serang City Social Service to
beggars in Serang City. The purpose of this study is to describe and describe
supervision in dealing with beggars. The theory used is the supervision theory of Joko
Widodo (2016: 94) which includes: supervision, operational standards, supervision
of resources, and others. The results of this study indicate that supervision has not
gone well and is still in resource problems. Suggestions that are the reference of the
researcher are, supervising the social institution for building work, maintaining and
improving relationships that are not well established between the related institutions,
earlier the budget and equipment needed to carry out supervision and adding tasks in
carrying out supervision of beggars who have not received training who have not
received treatment.
Keywords : Social Service, Supervision, Beggars
MOTTO :
KARNA KEBERHASILAN AKAN DI RAIH DENGAN CARA
MELAKSANAKANNYA, BUKAN HANYA DENGAN MEMIKIRKANNYA
&
APAPUN YANG KAMU LAKUKAN MERUPAKAN SEJARAH DI MASA
YANG AKAN DATANG
(Sandhi Ade Putra, S.AP)
PERSEMBAHAN :
“SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK KEDUA
ORANG TUAKU, ADIK- ADIK DAN KAKAKU”
terimakasih untuk dukungan dan doa yang tak henti diberikan
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu,
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wata’ala karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan penulisan Skripsi yang berjudul
“Pengawasan Pengemis oleh Dinas Sosial Kota Serang”. Skripsi ini merupakan salah
satu syarat, untuk memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (satu) pada Program Studi
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Peneliti menyadari bahwa penelitian dalam penulisan Skripsi ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang
membangun sebagai perbaikan dan untuk menambah wawasan dimasa yang akan
datang. Untuk terwujudnya penulisan Skripsi ini banyak pihak yang membantu
penulis dalam memberikan motivasi baik waktu, tenaga, dan ilmu pengetahuannya.
Maka dengan ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik\ Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Rahmawati, S,Sos., M.Si, Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
ii
4. Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial danIlmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Kandung Sapto N, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosialdan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Listyaningsih., M.Si, Ketua Program Studi Administrasi Publik FakultasIlmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Dr. Arenawati, M.Si., Sekretaris Program Studi Administrasi Publik FakultasIlmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Titi Stiawati, M. Si., Dosen Pembimbing 1 Skripsi yang selalu memberikan arahan,
motivasi dan keceriaan dalam penyusunan Skripsi ini.
9. Drs, Atoullah, M.Si., Dosen Pembimbing 2 Skripsi yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan Skripsi ini.
10. Dr. Abdul Apip, M.Si., Dosen Pembimbing Akademik yang telahmemberikan
nasehat dan motivasi kepada penulis.
11. Semua Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
12. Pihak Dinas Sosial Kota Serang yang telah memberikan informasi, data, dan
ketersediaan waktu dalam proses pengambilan data untuk penulis;
iii
13.Bapak Heli Supriatna Selaku Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial di Dinas Sosial
Kota Serang yang telah menjadi informan dan memberikan informasi, data, dan
ketersediaan waktu dalam proses pengambilan data untuk penulis serta ilmu
pengetahuannya mengenai fokus penelitian pada Skripsi ini;
16. Kepada Helda Syifa Triana teman hidup yang selalu memberikan semangat dan
motivasi kepada penulis, untuk tidak bermalas-malasan untuk mengerjakan Skripsi
ini.
17. Dhany, Dimas, Ibrahim, Sehan, Nabila, Ratih, Iffah teman seperjuangan dari
semester 1 yang selalu membantu dan memberi support dalam penyelesaian
skripsi ini.
19. Teman-teman Angkatan Administrasi Negara tahun 2014 yang memberikan kesan
selama perkuliahan.
20. Kepada Futsal Fisip Untirta yang telah memberikan banyak pengalaman dalam
perkuliahan maupun Futsal, FFU bukan hanya tim Futsal tapi menurut saya FFU
itu keluarga, trimakasih untuk semuannya.
Selain itu peneliti selaku penyusun menyadari akan adanya kekurangan-
kelurangan dalam penelitian ini.. Disamping itu juga peneliti berharap agar penelitian
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Serang, 24 Januari 2018
Sandhi Ade Putra
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
ABSTRACT
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ..................................................................... 13
1.3 Batasan Masalah ........................................................................... 13
v
1.4 Rumusan Masalah ......................................................................... 13
1.5 Tujuan Penelitian .......................................................................... 13
1.6 Manfaat Penelitian ........................................................................ 14
1.7 Sistematika Penulisan ................................................................... 15
BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN ASUMSI DASAR
2.1 Deskripsi Teori ............................................................................. 21
2.2 Teori Pengawasan ......................................................................... 21
2.2.1 Pengertian Pengawasan .................................................... 21
2.2.2 Tujuan Pengawasan .......................................................... 26
2.2.3 Aparat Pengawasan .......................................................... 29
2.2.4 Teknik Pengawasan .......................................................... 30
2.2.5 Fungsi Pengawasan .......................................................... 35
2.2.6 Proses Pengawasan ........................................................... 36
2.2.7 Teknik Pengawasan .......................................................... 39
2.2.8 Gaya-Gaya Pengawasan ................................................... 41
2.2.9 Jenis-Jenis Pengawasan .................................................... 43
2.3 Definisi Pembinaan ....................................................................... 45
vi
2.4 Definisi Pengemis ......................................................................... 47
2.5 Karakteristik Penyandang Masalah Sosial ................................... 48
2.6 Kebijakan Pemerintah Kota Serag Tentang Pengemis ................. 49
2.7 Tinjauan Kosep Kesejahteraan Sosial .......................................... 51
2.8 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 55
2.9 Kerangka Berfikir ......................................................................... 58
3.1 Asumsi Dasar ................................................................................ 61
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ......................................................................... 62
3.2 Fokus Penelitian ........................................................................... 64
3.3 Lokasi Penelitian .......................................................................... 65
3.4 Instrumen Penelitian ..................................................................... 65
3.5 Informan Penelitian ...................................................................... 66
3.6 Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 77
3.7 Teknik Analisis Data .................................................................... 77
3.8 Uji Keabsahan Data ...................................................................... 80
3.9 Jadwal Penelitian .......................................................................... 83
vii
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ........................................................... 84
4.1.1 Priofil Kota Serang ............................................................. 84
4.1.2 Profil Dinas Sosial Kota Serang ......................................... 88
4.2 Deskripsi Data .............................................................................. 95
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ................................................... 95
4.2.2 Data Informan Penelitian .................................................... 97
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................ 98
4.4 Pembahasan ................................................................................ 140
4.4.1 Pengawasan Pengemis ...................................................... 140
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 155
5.2 Saran ........................................................................................... 156
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Analisis Data ............................................................................ 78
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Jumlah Warga Miskin di Provinsi Banten ..................................... 5
Tabel 1.2 Data Pengemis Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Banten ........... 7
Tabel 1.3 Pengemis Kota Serang Berdasarkan Kecamatan ......................... 11
Tabel 2.1 Bagan Alur Berfikir .................................................................... 60
Tabel 3.1 Informan Penelitian ...................................................................... 67
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara .................................................................. 72
Tabel 3.3 Rencana Penelitian ...................................................................... 82
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kota Serang Berdasarkan Kecamatan .................. 84
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ........................ 86
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikat ........................... 87
Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama .................................. 88
Tabel 4.5 Informan Penelitian ...................................................................... 98
Tabel 4.6 Rekapitulasi Penemuan Lapangan ............................................. 151
x
DAFTAR LAMPIRAN
Dokumentasi Penelitian
Pedoman Wawancara
Matriks Wawancara
Surat Keterangan Informan
Member Check
Surat Permohonan Mencari Data
Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 2 Tahun 2010
SOP Pengawasan
Surat Tugas SATGAS Dinas Sosial Kota Serang
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) salah satu negara dunia yang
dikenal sebagai bangsa yang memiliki kekayaan alam melimpah, namun kehidupan
masyarakatnya sampai saat ini masih dalam kondisi kurang baik, masih banyak warga
yang kurang mampu kurang di perhatikan oleh negara.Kemiskinanlah menjadi suatu
masalah yang penting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus
perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan ini sangatlah
kompleks, dimana berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek
lainnya. Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal di belahan dunia,
khususnya Indonesia yang merupakan negara berkembang.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, dimana
negara berkembang 'identik dengan 'kemiskinan'. Kemiskinan adalah sebagai
suatu standar tingkat hidup yang rendah; yaitu adanya suatu tingkat kekurangan
materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar
kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan
(Suparlan , 2002: 65).
2
Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung nampak
pengaruhnya. terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral dan harga
diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin (Hartono, 2008:315).
Masalah kemiskinan di Indonesia memiliki keterkaitan yang sangat erat terhadap
meningkatnya arus urbanisasi dari perdesaan ke kota. Kepadatan penduduk di
perkotaan menimbulkan kekumuhan terutama di daerah permukiman urbanisasi.
Disisi lain dengan terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia serta pengetahuan
dan keterampilan yang rendah, menyebabkan mereka mencari nafkah untuk
mempertahankan hidupnya terpaksa dengan cara meminta-minta atau mengemis,
akibatnya hal itu membuat ketidaknyamanan, ketidaktertiban serta menggangu
keindahan kota.
Semakin sempitnya lapangan pekerjaan maka semakin sulit
seseorang mendapatkan pekerjaan sehingga membuat semakin mundurnya kualitas
sumber daya manusia di Indonesia. Sulitnya mendapatkan pekerjaan merupakan
salah satu alasan seseorang menjadi pengemis. Pengemis adalah seseorang yang
meminta uang atau barang lain kepada orang lain yang tidak mempunyai
kewajiban sosial untuk menanggung hidupnya (Soekanto, 1985: 51).
Survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2016 Indonesia termasuk
dalam 5 besar negara yang memiliki jumlah pengemis terbanyak di dunia dengan
perkiraan jumlah pengemis kurang lebih 15 juta jiwa. Jumlah tersebut akan terus
bertambah sekitar 30-40 persen di tahun berikutnya. Bahkan setiap menjelang Idul
3
Fitri pun, jumlah pengemis sudah meningkat hingga 100%. (Sumber:
bps.go.id/kemiskinannegara, diakses pada tanggal 14 September 2017 pukul 17:45
WIB).
Meningkatnya jumlah pengemis dari tahun ke tahun mendapatkan perhatian
serius dari pemerintah. Diantara dampak adanya pengemis yang paling menyita
perhatian adalah terganggunya ketertiban lingkungan, meningkatnya tindakan
kriminal, bertambahnya angka pengangguran, serta image negara yang terkesan
kumuh dan tidak tertata dengan baik.
Banyak upaya yang dilakukan untuk menangani masalah pengemis, seperti
dengan pembagian makanan untuk keluarga miskin, kampanye “anti-memberi” yang
diharapkan dapat membuat jera para pengemis karena tidak ada yang memberi,
sampai dengan operasi penggarukan, yaitu metode pengangkutan dan pemindahan
paksa para pengemis yang dilakukan oleh dinas sosial. Pada kenyataannya, upaya-
upaya tersebut kurang efektif dan bahkan dinilai tidak mampumengendalikan laju
pengemis yang tiap tahun semakin menjamur.
Fenomena sosial pengemis di Indonesia semakin marak dimana mereka
melakukan berbagai cara untuk mengemis, mulai dari yang berpura-pura cacatsampai
dengan membawa bayi atau anak balita, di Indonesia tidak hanya orang dewasa dan
lanjut usia saja yang menjadi pengemis anak dibawah 18 tahun juga ikut menjadi
pengemis entah itu kemauan sendiri atau ada dorongan dari orang lain. Dapat kita
4
bedakan antara pengemis anak-anak dengan anak jalanan, dimana menurut
Departemen Sosial RI (2005: 5), anak jalanan adalah anak yang menghabiskan
sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup seharihari di jalanan, baik
untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalan dan tempat-tempat umum lainnya.
Anak jalanan mempunyai ciri-ciri, yaitu:
1. Berusia 5 sampai dengan 18 tahun
2. Melakukan kegiatan atau berkeliaran di jalanan
3. Penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus
4. Mobilitasnya tinggi.
Sedangkan pengemis anak-anak adalah mereka anak berusia 5-18 tahun yang
meminta-minta dimuka umum dengan mengharapkan belas kasihan dari orang lain.
Fenomena pengemis anak-anak tersebut menyimpang hak anak sebagaimana yang
tertulis dalam undang-undang nomor 23 tahun 2003 tentang perlindungan anak dalam
BAB 3 tentanng hak dan kewajiban anak, pasal 9 butir 1 bahwa setiap anak berhak
memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan
tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Bukan hanya pendidikan
saja yang harus didapatkan oleh anak melainkan hak anak lainnya seperti yang
tertulis pada pasal 11 dimana disebutkan bahwa setiap anak berhak untuk beristirahat
dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain,
berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya.
5
Permasalahan sosial pengemis di Indonesia memang sangat sulit dipecahkan,
karenasetiap daerah di Indonesia tidak lepas dari permasalahan kemiskinan yang
tinggi yang mengakibatkan permasalahan pengemis yang juga susah untuk di atasi.
Permasalahan kemiskinan terjadi di berbagai daerah di Indonesia tidak terkecuali di
Provinsi Banten. Provinsi Banten mengalami penurunan angka kemiskinan dari tahun
2016 dengan 2017 sebagai berikut :
Tabel 1.1
Jumlah Warga Miskin di Provinsi Banten
(Sumber: Dinas Sosial Provinsi Banten, 2017)
Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa ada yang mengalami penurunan dan
ada yang mengalami kenaikan dari jumlah warga miskin yang berada di Provinsi
Banten. Secara keseluruhan, bahwa jumlah total warga miskin yang ada di Provinsi
No Warga Miskin Tahun
2016 2017
1 Kabupaten Pandeglang 56.853 394.018
2 Kabupten Lebak 612.975 570.822
3 Kabupaten Serang 353.781 184.757
4 Kota Cilegon 62.756 29.726
5 Kota Tanggerang 256.177 237.600
6 Kota Serang 101.768 56.950
6
Banten menyentuh angka 2,3 juta jiwa. Jumlah tersebut, masih tinggi bila
dibandingkan dengan jumlah penduduk di Provinsi Banten yang hanya mencapai 11
juta/jiwa.
Data ini menunjukan bahwa tingkat kemiskinan di Provinsi Banten menjadi
salah satu faktor yang berpengaruh yang membuat warga miskin menjadi pengemis,
dikarenakan ekonomi yang rendah yang membut mereka tidak mempunyai pekerjaan
yang tetap ataupun tidak punya keahliaan untuk bekerja, maka dari itu mereka
mencari pekerjaan yang gampang dan instan yaitu sebagai pengemis untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka. Sebagaimana dikutip dari media online,
Kepala Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Dinas Sosial Kota Serang
berpendapat bahwa tingkat kemiskinan menjadi salah satu faktor orang menjadi
pengemis. (Sumber: newsmedia.co.id, diakses pada tanggal 14 September 2017
pukul 19:00 WIB).
Kota Serang merupakan ibu Kota Provinsi Banten yang berarti Kota Serang
adalah cerminan dari Provinsi Banten, pada kenyataannya masih banyak warga
miskin yang ada di kota serang yang berpotensi menjadi pengemis. Pengemis yang
masih beredar di Kota Serang ini akan menunjukan cirta buruk karna dalam
menangani pengemis saja Kota Serang masih belum bisa, selain itu juga Kota Serang
mempunyai PERDA untuk mengatasi penyakit masyarakat seperti pengemis namun
tetap saja masih banyak kita jumpai pengemis di tempat-tempat umum. Adapun data
7
jumlah pengemis yang terjaring razia di Provinsi Banten tahun 2016 dan 2017
berdasarkan kabupaten/kota sebagai berikut:
Tabel 1.2
Data Pengemis Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Banten
No Kabupaten/Kota Jumlah Pengemis
2016 Jumlah 2017 Jumlah
(L) (P) (L) (P)
1 Kabupaten
Pandeglang
82 40 122 37 6 43
2 Kabupaten Lebak 31 42 73 24 29 53
3 Kabupaten
Tanggerang
47 32 79 109 112 221
4 Kabupaten Serang 134 69 203 54 24 78
5 Kota Tanggerang 18 14 32 19 8 27
6 Kota Cilegon 16 7 32 19 8 27
7 Kota Serang 96 40 136 153 56 209
8 Kota Tanggerang
Selatan
15 13 28 15 7 22
Jumlah 439 257 695 412 243 655
8
(Sumber: Dinas Sosial Provinsi Banten, 2017)
Dari data diatas kita bisa lihat bahwa di Provinsi Banten ada beberapa
kabupaten dan kota yang mengalami kenaikan jumlah pengemis yaitu Kota Serang
dan Kabupaten Tanggerang dimana keduanya mengalami kenaikan di tahun 2017
sedangkan kabupaten dan kota yang lainnya berkurang dari tahun sebelumnya.
Melihat data kenaikan jumlah pengemis di Kota Serang tahun 2016 berjumlah
136 orang dan tahun 2017 bertambah menjadi 209 orang tentu hal ini membuat resah
pemerintah dimana melihat Kota Serang merupakan Ibu Kota Provinsi Banten yang
letak geografinya dekat dengan Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten. Jika
dibandingkan dengan Kota Tanggerang dan Kota Tanggerang Selatan dimana jumlah
pengemis mengalami penurunan mengingat dua kota tersebut termasuk kota
penyanggah ibu kota DKI Jakarta dan daaerahnya lebih ramai dari pada Kota Serang.
Melihat banyaknya pengemis di Kota Serang, pemerintah Kota Serang
mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Pencegahan,
Pemberantasan, dan Penanggulangan Penyakita Masyarakat. Dalam Peraturan Daerah
Tersebut menyebutkan bahwa pengemis adalah salah satu jenit penyakit masyarakat,
pemerintah Kota Serang melarang adanya pengemis di Kota Serang dan pemerintah
melarang siapapun untuk memberi uang ataupun yang lainnya kepada pengemis.
Peraturan itu tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Serang nomor 2 tahun 2010 pasal
9 ayat 1,2, dan 3 yaitu :
9
1. Setiap orang dilarang menjadi gelandangan dan pengemis
2. Setiap orang dilarang menyuruh atau memaksa orang lain menjadi
pengemis
3. Setiap orang dilarang memberikan uang ataupun lainnya kepada
pengemis.
Dari pasal 9 ayat 1,2, dan 3 sudah jelas bahwa pengemis adalah tegolong
kedalam penyakit masyarakat dan pemerintah sangat melarang masyarakat untuk
menjadi pengemis, pemerintah Kota Serang juga melarang siapapun untuk memaksa
atau menyuruh orang untuk mengemis serta pemerintah melarang keras masyarakat
untuk memberi uang santunan kepada pengemis. Sebab bila peraturan tersebut
dilanggar maka akan didenda sebesar 50 juta atau kurungan penjara selama 3 bulan
sesuai yang tertera dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 Tentang
Pencegahan, Pemberantasan, dan Penanggulangan Penyakita Masyarakat pasal 21
ayat 1 dan 2.
Tanggung jawab atas Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial seperti
pengemis menjadi salah satu tanggung jawab pemerintah untuk membantunya. Hal
ini seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 34 ayat 1
dan 2 yaitu :
1. Fakir Miskin dan anak-anak terlantar diperlihara oleh Negara
10
2. Negarang mengembangkan system jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.
Pengemis adalah pekerjaan yang kurang baik, namun permasalahan
perekonomian yang kurang baik membuat tidak ada pilihan lain, di tambah tidak ada
keahlian lain untuk bekerja. (sumber: wawancara dengan seorang pengemis di Kota
Serang. Minggu 23 September 2017 pukul 13:15)
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial seperti pengemis yang masih
berkeliaran di tempat umum di Kota Serang mempunyai titik-titik tempat dimana
mereka melakukan aktifitas mengemis seperti di lampu-lampu merah, halte, pasar,
perumahan dan bahkan sampai ke dalam kampus. Hal ini sungguh meresahkan warga
karena banyaknya pengemis yang meminta-minta dengan memaksa, sehingga
masyarakat merasa kehadiran pengemis di Kota Serang sangatlah meresahkan serta
tidak indah untuk dipandang dan membuat sebuah Kota terkesan kumuh.
Untuk mengatasi masalah pengemis, pemerintah Kota Serang mengirimkan
Polisi Pamong Praja (Satpol PP) untuk merazi semua pengemis yang ada, untuk
kemudian dijaring dan diberikan kepada Dinas Sosial untuk diberikan pengarahan
sampai rehabilitasi untuk para pengemis yang terkena razia. Hal ini bertujuan untuk
membersihkan kota dari pengemis, serta berupaya untuk memberikan penyadaran
kepada mereka. Pengawasan yang di lakukan terhadap pengemis dilakukan karena
seperti yang tertera dalam Peraturan Daerah (Perda) Kota Serang Nomor 2 Tahun
11
2010 tentang Pencegahan, Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat,
dari Peraturan Daerah inilah yang menjadi acuan untuk melakukan pengawasan agar
pengemis tidak bermunculan lagi.
Sementara itu Pengemis yang berada di Kota Serang berasal dari kecamatan-
kecamatan yang ada di Kota Serang, adapun data jumlah pengemis yang berada di
kecamatan tahun 2016 dan 2017sebaga berikut :
Tabel 1.3
Pengemis Kota Serang Berdasarkan Kecamtan
No Kecamatan Jumlah Pengemis
2016 Jumlah 2017 Jumlah
(L) (P) (L) (P)
1 Curug 13 5 18 6 5 11
2 Walantaka 9 6 15 5 4 9
3 Cipocok Jaya 19 6 25 3 2 5
4 Serang 24 6 30 90 5 95
5 Taktakan 5 2 7 3 0 3
6 Kasemen 26 15 41 46 40 86
Jumlah 96 40 136 153 56 209
12
(Sumber: Dinas Sosial Kota Serang, 2017)
Berdasarkan data diatas dapat kita ketahui bahwa di kecamatan yang paling
banyak terdapat warganya menjadi pengemis yaitu kecamatan Serang, dimana dari
tahun 2016 sampai 2017 kecamatan Serang menduduki posisi pertama dengan jumlah
pengemis terbanyak berdasarkan kecamatan, hal ini dikarenakan kecamatan Serang
letaknya di pusat Kota Serang.
Realita kelompok, dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
membutuhkan perhatian, penanganan, pengurusan, serta penanggulangan yang
khusus, sehingga mereka dapat memperoleh atau menikmati hak untuk bertahan
hidup yang layak, tidak diperlakukan diskriminatif, jaminan sosial, dan
pemberdayaan. Faktanya, sampai saat ini kesejahretaan sosial atau masyarakat ini
masih sekedar konsep yang sulit terwujud, di mana masih banyak ditemukan
pengemis, terutama di kota-kota seakan sebagai penghias jalan, pertokoan dll.
Banyaknya pengemis harus segera diantisipasi oleh pemerintahan Kota Serang.
Karenamereka menggangu para pengguna jalan. Kalau tidak segera di tangani mereka
akan semakin bertambah karena kurangnya penanganan dalam masalah pengemis ini.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis di dalam
pembuatan penelitian ini tertarik untuk mengetahui lebih mendalam mengenai
13
permasalahan yang sebenarnya tentang “Pengawasan Pengemis oleh Dinas Sosial
Kota Serang”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang masalah di atas, maka peneliti
dapat mengidentifikasikan permasalahan-permasalahan yang ada sebagai berikut :
1. Intensitas Pengawasan yang masih kurang.
2. Belum dilaksanakannya koordinasi dengan baik.
3. Masing kurangnya pembinaan dan pengarahan yang di berikan oleh Dinas
Sosial Kota Serang kepada para pengemis.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, peneliti akan
membatasi ruang lingkup penelitian yaitu di sekitaran lampu merah kota serang.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan
masalah antara lain:
Bagaimana Pengawasan Pengemis oleh Dinas Sosial Kota Serang?
1.5. Tujuan Penelitian
14
Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai
berikut:
Untuk mengetahui Pengawasan Pengemis yang di lakukan oleh Dinas Sosial Kota
Serang.
1.6. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak yang
bersangkutan dalam penelitian ini, baik manfaat secara praktis maupun secarateoritis.
1.6.1. Manfaat Teoritis
Beberapa manfaat secara praktis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
a. Pengembangan Keilmuan
Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan keilmuan,
khususnya dibidang Ilmu Administrasi Publik.
b. Pengembangan Penanganan
Dengan penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan pelaksanaan
Pengawasan di Kota Serang
1.6.2. Manfaat Praktis
Beberapa manfaat secara praktis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
15
a. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
Pengawasan Pengemis oleh Dinas Sosial Kota Serang.
b. Bagi pembaca
Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi penelitian ini dapat
memberikan informasi secara tertulis maupun sebagai referensi instansi lokal
khususnya Dinas Sosial kota Serang.
1.7. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam memahami penelitian ini, peneliti menggunakan
sistematika penulisan dengan lima bab yang masing-masing bab akan terbagi ke
dalam sub bab sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang masalah
Latar belakang masalah menjelaskan mengapa peneliti mengambil judul
penelitian tersebut, juga menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan masalah yang
akan diteliti yang tentunya relevan dengan judul yang di ambil. Materi dari uraian ini,
16
dapat bersumber dari hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya, hasil seminar
ilmiah, hasil pengamatan, pengalaman pribadi, dan intuisi logik.
1.2 Identifikasi Masalah
Mendeteksi aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul
penelitian atau dengan masalah atau variable yang akan diteliti. Identifikasi masalah
biasanya dilakukan pada studi pendahuluan pada objek yang diteliti, observasi dan
wawancara ke berbagai sumber sehingga semua permasalahan dapat diidentifikasi.
1.3 Rumusan Masalah
Menetapkan masalah yang paling penting dan berkaitan dengan judul
penelitian.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan
dilaksanakannya penelitian, terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi dan
rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan rumusan masalah.
1.5 Manfaat Penelitian
Menggambarkan tentang manfaat penelitian baik secara praktis maupun
teoritis.
BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERFIKIR dan ASUMSI DASAR
PENELITIAN
17
2.1 Deskripsi Teori
Mengkaji berbagai teori yang relevan dengan permasalahan variable
penelitian, kemudian menyusunnya secara teratur dan rapi yang digunakan untuk
merumuskan masalah.
2.2 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran penelitian sebagai kelanjutan
dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca.
2.3 Asumsi Dasar Penelitian
Menyajikan prediksi penelitian yang akan dihasilkan sebagai hipotes kerja
yang mendasari penulisan sebagai landasan awal penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Sub bab ini menjelaskan metode yang digunakan dalam penelitian.
1.2 Instrumen Penelitian
18
Sub bab ini menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alatpengumpul
data yang digunakan. Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah peneliti itu
sendiri.
3.3 Informan Penelitian
Sub bab ini menjelaskan tentang orang yang dijadikan sumber
untukmendapatkan data dan sumber yang diperlukan dalam penelitian. Dapat
diperoleh dari kunjungan lapangan yang dilakukan di lokasi penelitian, dipilih secara
purposive dan bersifat snowball sampling.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Menguraikan teknik pengumpulan data hasil penelitian dan caramenganalisis
yang telah diolah dengan menggunakan teknik pengolahan data sesuai dengan sifat
data yang diperoleh, melalui pengamatan, wawancara, dokumentasi dan bahan-bahan
visual.
3.5 Teknik Analisis Data
Sub bab ini menggambarkan tentang proses penyederhanaan data ke
dalamformula yang sederhana dna mudah dibaca serta mudah diinterpretasi,
maksudnya analisis data disini tidak saja memberikan kemudahan interpretasi, tetapi
mampu memberikan kejelasan makna dari setiap fenomena yang diamati, sehingga
implikasi yang lebih luas dari hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan simpulan
19
akhir penelitian. Analisis data dapat dilakukan melalui pengkodean dan berdasarkan
kategorisasi data.
3.6 Uji Keabsahan Data
Sub bab ini menggambarkan sifat keabsahan data dilihat dari
objektifitasdalam subjektivitas. Untuk dapat mendapat data yang objektif berasal dari
unsur subjektivitas objek penelitian, yaitu bagaimana menginterpretasikan realitas
sosial terhadap fenomena-fenomena yang ada.
3.7 Lokasi Penelitian
Tempat yang dijadikan penelitian.
3.8 Jadwal Penelitian
Menjelaskan tentang tahapan waktu penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi penelitiansecara
jelas, struktur organisasi dari populasi atau sampel yang telah ditentukan serta hal lain
yang berhubungan dengan objek penelitian.
4.2 Hasil Penelitian
20
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah
denganmenggunakan teknik analisis data kualitatif.
4.3 Pembahasan
Merupakan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data
danwawancara narasumber.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas sejalan
dan sesuai dengan permasalahan serta hipotesis penelitian.
5.2 Saran
Memberikan saran yang di berikan oleh peneliti atas dasar hasil dari penelitian
yang di lakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang sedang di lakukan oleh
peneliti, saran itu tertuju kepada instansi atau apapun yang terkait dalam penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
21
Memuat daftar referensi (literature lainnya) yang digunakan dalam
penyusunan skrispsi, daftar pustaka hendaknya memakai literatur yang mutahir.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Memuat tentang hal-hal yang perlu di lampirkan untuk menunjang
penyusunan skripsi, seperti tampilan tabel-tabel, lampiran grafik, instrument
penelitian, lampiran dokumentasi, riwayat hidup peneliti, dll.
22
BAB II
DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERFIKIR dan ASUMSI DASAR
PENELITIAN
2.1 DeskripsiTeori
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, peneliti menggunakan beberapa
istilah yang berkaitan dengan masalah penelitian. Untuk itu bab ini peneliti
menggunakan beberapa teori yang mendukung masalah dalam penelitian ini. Teori
dalam ilmu admninistrasi mempunyai peranan yang sama seperti ilmu-ilmulainnya,
yaitu berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi panduan dalam penelitian. Dengan
menggunakan teori akan ditemukan cara yang tepat untuk mengelola sumberdaya,
waktu yang singkat untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan alat yang tepat untuk
memperhitungkan pekerjaan.
2.2 Teori Pengawasan
2.2.1 Pengertian Pengawasan
Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari
adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang
akan dicapai. melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan
kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah
direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta
suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai
23
sejauhmana pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat
mendeteksi
24
sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana
penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.
Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan pengawasan
merupakan bagian dari fungsi manajemen, di mana pengawasan dianggap
sebagai bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas
kepada pihak di bawahnya.” Dalam ilmu manajemen, pengawasan
ditempatkan sebagai tahapan terakhir dari fungsi manajemen.
Dari segi manajerial, pengawasan mengandung makna pula sebagai:
“pengamatan atas pelaksanaan seluruh kegiatan unit organisasi yang diperiksa
untuk menjamin agar seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan sesuai
dengan rencana dan peraturan.” Atau “suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, dan dengan adanya
pengawasan dapat memperkecil timbulnya hambatan, sedangkan hambatan
yang telah terjadi dapat segera diketahui yang kemudian dapat dilakukan
tindakan perbaikannya.”
Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan sampai di mana
terdapat kecocokan dan ketidak cocokan dan menemukan penyebab
ketidakcocokan yang muncul. Dalam konteks membangun manajemen
pemerintahan publik yang bercirikan good governance (tata kelola
pemerintahan yang baik), pengawasan merupakan aspek penting untuk
menjaga fungsi pemerintahan berjalan sebagaimana mestinya. Dalam konteks
25
ini, pengawasan menjadi sama pentingnya dengan penerapan good
governance itu sendiri.
Dalam kaitannya dengan akuntabilitas publik, pengawasan merupakan
salah satu cara untuk membangun dan menjaga legitimasi warga masyarakat
terhadap kinerja pemerintahan dengan menciptakan suatu sistem pengawasan
yang efektif, baik pengawasan intern (internal control) maupun pengawasan
ekstern (external control). Di samping mendorong adanya pengawasan
masyarakat (social control).
Sasaran pengawasan adalah temuan yang menyatakan terjadinya
penyimpangan atas rencana atau target. Sementara itu, tindakan yang dapat
dilakukan adalah:
1. Mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan;
2. Menyarankan agar ditekan adanya pemborosan;
3. Mengoptimalkan pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana.
Pada dasarnya pengawasan merupakan sesuatu yang sangat esensial
dalam kehidupan organisasi untuk menjaga agar kegiatankegiatan yang di
jalankan tidak menyimpang dari rencana yang telah di tetapkan. Kegiatan
organisasi betapa pun kecilnya, akan kurang berjalan sesuai dengan yang di
harapkan apabila tanpa ada pengawasan. Dengan pengawasan akan di ketahui
keunggulan dan kelemahan dalam pelaksanaan manajemen. Istilah
pengawasan dalam organisasi bersifat umum, sehingga terdapat beberapa
pengertian yang bervariasi seperti mengadakan pemeriksaan secara terinci,
26
mengatur kelancaran, membandingkan dengan standar, mencoba
mengarahkan atau menugaskan serta pembatasannya. Namun pada dasarnya
pengawasan merupakan fungsi manajemen di mana setiap manajer harus
melaksanakannya agar dapat memastikan bahwa apa yang di kerjakan sesuai
dengan yang di kehendaki.
Pengertian pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah
sesuai dengan pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
menyatakan bahwa:
“Pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah
proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar Pemerintahan
Daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.”
Menurut Halim dan Damayanti (2007:44) menyatakan Pengawasan
dilihat dari metodenya terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Pengawasan melekat yang dilaksanakan oleh pimpinan atau atasan
langsung suatu instansi/unit kerja dalam lingkungan pemerintah
daerah terhadap bawahannya.
2. Pengawasan fungsional yang dilakukan oleh aparat pengawasan
fungsional APBD yang meliputi BPKP, Itwilprop, Itwilkab/kota.
Definisi lain diungkapkan oleh Kusnadi, dkk (1999:265), sebagai
berikut:
Pengawasan adalah memantau atau memonitor pelaksanaan rencana
pakah telah dikerjakan dengan benar atau tidak atau suatu proses yang
menjamin bahwa tindakan telah sesuai dengan rencana. Pengawasan
tidak akan dapat dilakukan jika tidak ada rencana dan rencana akan
menjadi kenyataan jika ditindak lanjuti oleh pengawasan.
27
Fathoni (2006 : 30) mendefinisikan bahwa:
Pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan aparat atau unit
bertindak atas nama pimpinan organisasi dan bertugas mengumpulkan
segala data dan informasi yang diperlukan oleh pimpinan organisasi
untuk menilai kemajuan dan kemunduran dalam pelaksanaan
pekerjaan.
Sedangkan Menurut Henry Fayol yang di kutif oleh Sofyan (2004:12).
menyatakan definisi pengawasan adalah sebagai berikut:
Pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuatu
dengan rencana yang di tetapkan, perintah yang di keluarkan dan
prinsip di anut. Juga di maksudkan untuk mengetahui kelemahan dan
kesalahan agar dapat dihindari kejadiannya di kemudian hari.
Lebih lanjut menurut Kadarman (2001:159) menyatakan definisi
pengawasan adalah sebagai berikut:
Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan
kinerja standar pada perencanaan untuk merancang sistem umpan
balik informasi, untuk membandingkan kinerja aktual dengan standar
yang telah ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu
penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan
yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya
perusahaan telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna
mencapai tujuan perusahaan.
Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa pengawasan merupakan hal penting dalam menjalankan suatu
perencanaan. Dengan adanya pengawasan maka perencanaan yang diharapkan
dapat terpenuhi dan berjalan dengan baik. Tanpa adanya pengawasan dari
pihak pimpinan/atasan maka perencanaan yang telah ditetapkan akan sulit
diterapkan oleh bawahan dengan baik. Sehingga tujuan yang diharapkan akan
sulit terwujud.
28
2.2.2 Tujuan Pengawasan
Secara umum tujuan pengawasan adalah untuk menjamin agar
pemerintah daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku guna menciptakan aparatur pemerintahan
yang Bersih, Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Sedangkan secara khusus menurut Halim (2000:306) yaitu :
1. Menilai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Menilai apakah kegiatan dengan pedoman akuntansi yang berlaku
3. Menilai apakah kegiatan dilaksanakan secara ekonomis, efisien, dan
efektif
4. Mendeteksi adanya kecurangan.
Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan
pengawasan di instansi pemerintahan daerah adalah sebagai berikut :
1. Agar terlaksananya penyelenggaraan pengelolaan keuangan daerah
secara ekonomis, efisien, dan efektif.
2. Tidak terjadi penyimpangan atau hambatan-hambatan pelaksanaan
keuangan daerah.
3. Terlaksananya tugas umum pemerintah dan pembangunan secara
tertib di instansi pemerintah daerah.
Terwujudnya tujuan yang dikehendaki oleh organisasi sebenarnya
tidak lain merupakan tujuan dari pengawasan. Sebab setiap kegiatan pada
dasarnya selalu mempunyai tujuan tertentu. Oleh karena itu pengawasan
mutlak diperlukan dalam usaha pencapaian suatu tujuan. Menurut Situmorang
dan Juhir ( 1994:22 ) maksud pengawasan adalah untuk :
1. Mengetahui jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak
29
2. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan
mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali
kesalahankesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan yang baru.
3. Mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam
rencana terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang telah
direncanakan.
4. Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program (fase tingkat
pelaksanaan) seperti yang telah ditentukan dalam planning atau
tidak.
5. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah
ditetapkan dalam planning, yaitu standard.
Situmorang dan Juhir (1994:22) juga mengemukakan tentang maksud
pengawasan, yaitu:
1. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan
2. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu telah berjalan sesuai
dengan instruksi serta prinsip-prinsip yang telah ditetapkan
3. Untuk mengetahui apakah kelemahan-kelemahan serta kesulitan-
kesulitan dan kegagalan-kegagalannya, sehingga dapat diadakan
perubahan-perubahan untuk memperbaiki serta mencegah
pengulangan kegiatan-kegiatan yang salah.
4. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan
apakah dapat diadakan perbaikan-perbaikan lebih lanjut, sehingga
mendapat efisiensi yang lebih benar.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
maksudpengawasan adalah untuk mengetahui pelaksanaan kerja, hasil kerja,
dan segala sesuatunya apakah sesuai dengan yang direncanakan atau tidak,
serta mengukur tingkat kesalahan yang terjadi sehingga mampu diperbaiki ke
arah yang lebih baik.
Pengawasan mempunyai tujuan agar pekerjaan yang di laksanakan
tidak menyimpang dari rencana yang telah di tetapkan sebelumnya.
Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Manullang (2005:173) :
30
Tujuan utama dari pengawasan ialah mengusahakan agar apa yang di
rencanakan menjadi kenyataan. Untuk dapat benar-benar merealisir
tujuan utama tersebut, maka pengawasan pada taraf pertama bertujuan
agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang telah
dikeluarkan, dan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan serta
kesulitan-kesulitan yang di hadapi dalam pelaksanaan rencana
berdasarkan penemuan-penemuantersebut dapat di ambil tindakan
untuk memperbaikinyabaik pada waktu itu ataupun waktu-waktu yang
akan datang.
Dari ungkapan di atas dapat diketahui bahwa pengawasan
menitikberatkan pada upaya untuk menyesuaikan rencana yang telah di buat
dengan kegiatan yang di laksanakan. Hal lain yang menjadi tujuan
pengawasan ini adalah membandingkan kondisi yang terjadi atau kenyataan
dengan apa yang seharusnya. Dari kegiatan tersebut dapat di ketahui
kelemahan atau penyimpangan apa yang terjadi sehingga dapat di ketahui
langkah apa yang harus di lakukan selanjutnya agar kelemahan itu dapat di
atasi dan penyimpangan tersebut tidak terjadi lagi.
Pengawasan dilakukan dengan mengarah kepada tujuan yang hendak
dicapai, menurut konsep sistem adalah membantu mempertahankan hasil
output yang sesuai syarat-syarat sistem. Maka pengawasan merupakan
pengatur jalannya kinerja komponenkomponen dalam sistem tersebut sesuai
dengan fungsinya masing-masing dengan untuk mencapai tujuan yang hendak
dicapai.
Adapun tujuan pengawasan yang di kemukakan oleh Tabrani Yusran
(1996:6) sebagai berikut:
31
1. Memastikan sampai di mana pelaksanaan kegiatan
organisasiberjalan menurut rencana atau program
2. Mengadakan penilaian dan penelahaan fakta serta kegiatanyang
ada kaitannya denga tugas.
3. Mengadakan koreksi, modifikasi dan waktu yang tepat
saatberlangsung proses kegiatan agar berjalan sesuai
denganrencana yang telah di tentukan.
4. Mengadakan penilaian pelaksanaan kerja yang mendukung
terhadap seluruh aktifitas.
Proses manajemen yang dijalankan organisasi membutuhkan peran
optimal dari sumber daya yang dimiliki organisasi untuk memberikan
kontribusi terhadap pelaksanaan kerja. Pengawasan memiliki sasaran-sasaran
yang dituju untuk mengatur pelaksanaan kerja tersebut oleh organisasi.
Hal ini selain dengan pendapat Siagian (1986:137) yang menguraikan
sasaran-sasaran dari pelaksanaan pengawasan berikut ini :
1. Bahwa melalui pengawasan tugas-tugas yang telah ditentukan
sungguh-sungguh sesuai dengan pola yang telah digariskan dalam
rencan.
2. Bahwa struktur serta hierarki organisasi sesuai dengan pola yang
telah ditentukan rencana.
3. Bahwa seorang sungguh-sungguh ditetapkna sesuai dengan bakat,
keahlian dan pendidikan serta pengalamannya dan bahwa usaha
pengembangan keterampilan bhahwa dilaksanakan secara
terencana, kontinu dan sistematis.
4. Bahwa penggunaan alat-alat diusahakan agar sehamat mungkin.
5. Bahwa sistem dan prosedur kerja tidak menyimpang dari garis-garis
kebijaksanaan yang telah tercermin dalam pelaksanaan.
6. Bahwa pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab didasarkan
kepada pertimbangan yang objek dan rasional, dan tidak atas dasar
personal likes and dislike.
Bahwa tidak terdapat penyimpangan dan/atau penyelewengan dalam
penggunaan kekuasaan, kedudukan, maupun dan terutama keuangan.
32
2.2.3 Aparat Pengawasan
Menurut Baldrik Siregar dan Bonni Siregar (2001:351)
mengemukakan Aparat Pengawasan dibagi menjadi 3, yaitu sebagai berikut :
1. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
2. Inspektorat Jenderal Departemen
3. Inspektorat Wilayah.
2.2.4 Teknik Pengawasan
Dari pendapat Koontz, et. Al (1986 : 298) tentang teknik pengawasan,
terdapat dua cara untuk memastikan pegawai merubah tindakan/sikapnya
yang telah mereka lakukan dalam bekerja, yaitu dengan dilakukannya
pengawasan langsung (direct control) dan pengawasan tidak langsung
(indirect control). Pengawasan langsung diartikan sebagai teknik pengawasan
yang dirancang bangun untuk mengidentifikasi dan memperbaiki
penyimpangan rencana. Dengan demikian pada pengawasan langsung ini,
pimpinan organisasi mengadakan pengawasan secara langsung terhadap
kegiatan yang sedang dijalankan, yaitu dengan cara mengamati, meneliti,
memeriksa dan mengecek sendiri semua kegiatan yang sedang dijalankan tadi.
Tujuannya adalah agar penyimpangan-penyimpangan terhadap rencana yang
terjadi dapat diidentifikasi dan diperbaiki. Pengawasan langsung sangat
mungkin dilakukan apabila tingkat kualitas para pimpinan dan bawahannya
rendah.
Sementara pengawasan tidak langsung diartikan sebagai teknik
pengawasan yang dilakukan dengan menguji dan meneliti laporan-laporan
33
pelaksanaan kerja. Tujuan dari pengawasan tidak langsung ini adalah untuk
melihat dan mengantisipasi serta dapat mengambil tindakan yang tepat untuk
menghindarkan atau memperbaiki penyimpangan. Menurut Koontz, et. Al
(1986: 298), pengawasan tidak langsung sangat mungkin dilakukan apabila
tingkat kualitas para pimpinan dan bawahannya tinggi.
Situmorang dan Juhir (1994:27) mengklasifikasikan teknik
pengawasan berdasarkan berbagai hal, yaitu :
1. Pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsug
1.1 Pengawasan langsung, adalah pengawasan yang dilakukansecara
pribadi oleh pimpinan atau pengawas dengan mengamati,
meneliti, memeriksa, mengecek sendiri secara “on the spot” di
tempat pekerjaan, dan menerima laporan-laporan secara
langsung pula dari pelaksana. Hal ini dilakukan dengan
inspeksi.
1.2 Pengawasan tidak langsung, diadakan dengan mempelajari
laporanlaporan yang diterima dari pelaksana baik lisan maupun
tertulis, mempelajari pendapat-pendapat masyarakat dan
sebagainya tanpa pengawasan “on the spot”.
2. Pengawasan preventif dan represif
2.1 Pengawasan preventif, dilakukan melalui pre audit sebelum
pekerjaan dimulai. Misalnya dengan mengadakan pengawasan
34
terhadap persiapan-persiapan, rencana kerja, rencana anggaran,
rencana penggunaan tenaga dan sumber-sumber lain.
2.2 Pengawasan represif, dilakukan melalui post-audit, dengan
pemeriksaan terhadap pelaksanaan di tempat (inspeksi), meminta
laporan pelaksanaan dan sebagainya.
3. Pengawasan intern dan pengawasan ekstern
3.1 Pengawasan intern, adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat
dalam organisasi itu sendiri. Pada dasarnya pengawasan harus
dilakukan oleh pucuk pimpinan sendiri. Setiap pimpinan unit
dalam organisasi pada dasarnya berkewajiban membantu pucuk
pimpinan mengadakan pengawasan secara fungsional sesuai
dengan bidang tugasnya masing-masing.
3.2 Pengawasan ekstern, adalah pengawasan yang dilakukan oleh
aparat dari luar organisasi sendiri, seperti halnya pengawasan
dibidang keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan sepanjang
meliputi seluruh Aparatur Negara dan Direktorat Jenderal
Pengawasan Keuangan Negara terhadap departemen dan instansi
pemerintah lain.
Senada dengan pendapat Situmorang dan Juhir, dalam Siagian (2008
:139-140) mengungkapkan bahwa proses pengawasan pada dasarnya
dilaksanakan oleh administrasi dan manajemen dengan mempergunakan dua
macam teknik, yakni :
35
1. Pengawasan langsung (direct control) ialah apabila pimpinan
organisasi mengadakan sendiri pengawasan terhadap kegiatan yang
sedang dijalankan. Pengawasan langsung ini dapat berbentuk: (a)
inspeksi langsung, (b) on the spot observation, (c) on the spot
report, yang sekaligus berarti pengambilan keputusan on the spot
pula jika diperlukan. Akan tetapi karena banyaknya dan
kompleksnya tugas-tugas seorang pimpinan -terutama dalam
organisasi yang besar- seorang pimpinan tidak mungkin dapat
selalu menjalankan pengawasan langsung itu. Karena itu sering pula
ia harus melakukan pengawasan yang bersifat tidak langsung.
2. Pengawasan tidak langsung (indirect control) ialah pengawasan
jarak jauh. Pengawasan ini dilakukan melalui laporan yang
disampaikan oleh para bawahan. Laporan itu dapat berbentuk: (a)
tertulis, (b) lisan. Kelemahan dari pada pengawasan tidak langsung
itu ialah bahwa sering para bawahan hanya melaporkan hal-hal
yang positif saja. Dengan perkataan lain, para bawahan itu
mempunyai kecenderungan hanya melaporkan hal-hal yang
diduganya akan menyenangkan pimpinan.
Sementara Buchari (1992:25) membagi macam teknik pengawasan
sebagai berikut :
1. Pengawasan preventif, dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan. Pengawasan
36
preventif ini biasanya berbentuk prosedur-prosedur yang harus ditempuh
dalam pelaksanaan kegiatan. Pengawasan preventif ini bertujuan:
1.1 Mencegah terjadinya tindakan-tindakan yang menyimpang dari
dasar yang telah ditentukan.
1.2 Memberi pedoman bagi terselenggaranya pelaksanaan kegiatan
secara efisien dan efektif.
1.3 Menentukan saran dan tujuan yang akan dicapai.
1.4 Menentukan kewenangan dan tanggung jawab sebagai instansi
sehubungan dengan tugas yang harus dilaksanakan.
2. Pengawasan represif, ini dilakukan setelah suatu tindakan dilakukan dengan
membandingkan apa yang telah terjadi dengan apa yang seharusnya terjadi.
Dengan pengawasan represif dimaksud untuk mengetahui apakah kegiatan
dan pembiayaan yang telah dilakukan itu telah mengikuti kebijakan dan
ketentuan yang telah ditetapkan. Pengawasan represif ini biasa dilakukan
dalam bentuk:
2.1 Pengawasan dari jauh, adalah pengawasan yang dilakukan dengan
cara pengujian dan penelitian terhadap surat-surat pertanggungan
jawab disertai bukti-buktinya mengenai kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan.
2.2 Pengawasan dari dekat, adalah pengawasan yang dilakukan
dItempat kegiatan atau tempat penyelenggaraan administrasi.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka teknik pengawasan
37
yang dilakukan oleh pimpinan dapat dilakukan dengan berbagai
macam teknik, semuanya tergantung pada berbagai kondisi dan
situasi yang akan terjadi, maupun yang sedang terjadi/berkembang
pada masing-masing organisasi. Penentuan salah satu teknik
pengawasan ini adalah agar dapat dilakukan perbaikan-perbaikan
pada tindakan yang telah dilakukan atau agar penyimpangan yang
telah terjadi tidak berdampak yang lebih buruk, selain itu agar
dapat ditentukan tindakan-tindakan masa depan yang harus
dilakukan oleh organisasi.
2.2.5 Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan adalah identifikasi berbagai faktor yang
menghambat sebuah kegiatan, dan juga pengambilan tindakan koreksi
yangdiperlukan agar tujuan organisasi dapat tetap tercapai. Sebagai
kesimpulan,fungsi pengawasan diperlukan untuk memastikan apa yang telah
direncanakan dan dikoordinasikan berjalan sebagaimana mestinya ataukah
tidak. Jika tidak berjalan dengan semestinya maka fungsi pengawasan juga
melakukan proses untuk mengoreksi kegiatan yang sedang berjalan agar dapat
tetap mencapai apa yang telah direncanakan. Fungsi dari pengawasan sendiri
adalah :
1) Mempertebal rasa tangung jawab dari pegawai yang diserahi tugas
dan wewenang dalam pelaksanan pekerjan.
38
2) Mendidik pegawai agar melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan.
3) Mencegah terjadinya kelalaian, kelemahan dan penyimpangan agar
tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan.
4) Memperbaiki kesalahan dan penyelewengan agar dalam
pelaksanaan pekerjan tidak mengalami hambatan dan pemboosan-
pemborosan.
Hasil pengawasan dapat memberikan manfaat bagi perbaikan dan
peningkatan efektifitas proses manajemen organisasi. Lebih lanjut Hadari
Nawawi (1983) yang di kutip oleh tim dosen jurusan administrasi pendidikan
(2005:233) mengemukakan bahwa fungsi pengawasan antara lain :
1. Memperoleh data yang setelah di olah dapat di jadikan dasar
bagi usaha perbaikan kegiatan di masa yang akan datang.
2. Memperoleh cara bekerja yang paling efisien dan efektif
atau yang paling tepat dan berhasil sebagai cara yang terbaik
untuk mencapai tujuan
3. Memperoleh data tentang hambatan-hambatan dan
kesukaran-kesukaran yang di hadapi, agar dapat dikurangi
atau dihindari.
4. Memperoleh data yang dapat dipergunakan untuk
meningkatkan usaha pengembangan organisasi dan personil
dalam berbagai bidang.
5. Mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah tercapai
Pengawasan yang dilakukan harus dapat memberikan
manfaat bagi perbaikan dan peningkatan efektivitas proses
manajemen organisasi.
Dengan pengawasan akan diketahui keunggulan dan kelemahan dalam
pelaksanaan manajemen, sejak dari awal, selama dalm proses, dan akhir
pelaksanaan manajemen.
39
2.2.6 Proses Pengawasan
Pengawasan terdiri dari kegiatan-kegiatan yang merupakan upaya agar
pengawasan dan kegiatan dalam organisasi sesuai dengan rencana. Meskipun
setiap organisasi mempunyai karakteristik yang berbeda tetapi dalam kegiatan
pengawasan semua organisasi melaksanakan tahapan-tahapan pokok yang
sama.
Menurut Sutisna (1993:240) , di lihat sebagai proses tindakan
pengawasan terdiri dari empat langkah yaitu :
1. menetapkan suatu criteria atau standar pengukuran/
penilaian.
2. mengukur/ menilai perbuatan (performance) yang sedang
atau tidak di lakukan.
3. membandingkan perbuatan dengan standar yang di tetapkan
dan menetapkan perbedannya jika ada.
4. memperbaiki penyimpangan dari standar dengan tindakan
perbaikan.
Untuk lebih jelasnya langkah-langkah dalam proses pengawasan
dikemukakan sebagai berikut :
1. Identifikasi penyimpangan
Identifikasi penyimpangan yaitu upaya mengevaluasi
kegiatankegiatan yang tidak seharusnya dilakukan.
2. Membandingkan standar dengan kenyataan
Segala pelaksanaan yang terjadi dibandingkan dengan
ukuranukuran (standar) sesuai dengan rencana.
3. Penilaian prestasi
40
Setelah memperoleh informasi mengenai perbandingan antara
standar dengan kenyataan, prestasi nyata dinilai.
4. Analisis penyebab
Setelah mengetahui penyimpangan yang terjadi maka analisis
mengenai penyebab hal itu terjadi.
5. Tindakan koreksi
Tindakan koreksi diprogram dan dilaksanakan untuk
mengendalikan prestasi agar sesuai dengan yang diharapkan.
Menurut Widodo (2016: 94) strategi pemantauan sama dengan
implementasi yaitu menetapkan siapa yang melakukan, bagaimana SOP untuk
melakukan kontrol, berapa besar anggaran, peralatan yang diperlukan dan
jadwal pelaksanaan pengawasan.
1. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
Pelaku kontrol pelaksana kebijakan dapat di bedakan menjadi dua
macam, yaitu kontrol eksternal dan kontrol internal. Pelaku kontrol
internal (internal control) dapat di lakukan oleh unit atau bagian
monitoring dan pengendalian dan pengawasan daerah. Pelaku
kontrol eksernal (external control) dapat di lakukan oleh DPRD,
LSM, dan komponen masyarakat.
2. Standar Oprasional Pemantauan
SOP kontrol atas pelaksana kebijakan dapat di gambarkan sebagai
berikut:
1. Organisasi harus menetapkan serangkaian tujuan yang dapat
diukur dari aktivitas yang telah di rencanakan.
2. Alat monitoring harus disusun untuk mengukur kinerja
individu, program atau system secara keseluruan.
3. Pengukuran dapat di peroleh melalui penerapan berbagai alat
monitoring untuk mengoreksi setiap penyimpangan yang
berarti.
41
4. Tindakan korektif dapat mencakup usaha-usaha yang
mengarah pada kinerja yang di tetapkan dalam rencana atau
modifikasi rencana kearah mendekati kinerja.
3. Sumber Daya Keuangan dan Peralatan
Untuk melakukan kontrol atas pelaksana suatu kebijakan, di
samping memerlukan dana yang cukup juga di perlukan peralatan
yang memadai. Besarnya anggaran dan jenis peralatan untuk
melakukan kontrol sangat tergantung pada variasi dan komplesitas
pelaksana suatu kebijakan. Sumber anggaran dapat berasal dari
anggaran pendapatan belanja negara (APBN), anggaran pendapatan
belanja daerah (APBD), lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan
swadaya masyarakat.
4. Jadwal Pelaksanaan Kontrol
Dalam kontrol internal, pelaksanaan dapat dilakukan setiap bulan,
setiap triwulan, atau setiap semester sekali. Namun dalam kontrol
eksternal berada di luar organisasi dan bukan menjadi kewenangan
organisasi yang menjadi pelaku kontrol untuk melakukan
penjadwalan. Selain itu kontrol eksternal sulit dilakukan intervensi.
2.2.7 Teknik Pengawasan
Berkaitan dengan teknik pengawasan Hadari (1983:15)
mengemukakan bahwa :
Pengawasan adalah proses pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi atasan
langsung “terhadap pekerjaan” dan “hasil kerja” bawahan, agar dapat
mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang dan penyimpangan dari
ketentuan-ketentuan, peraturanperaturan dan kebijakswanaan-kebijksanaan
yang telah di tetapkan.
Dari pengertian-pengertian yang diuraikan diatas mengenai
pengawasan maka dapat disimpulkan bahwa pengawasan merupakan suatu
kegiatan yang harus dilaksanakan oleh pimpinan secara terus menerus atau
berkala dalam rangka melakukan pemantauan, pemeriksaaan, penilaian dan
perbaikan agar bawahan dapat bekerja secara efektif, efisien dan sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan.
42
Sejalan dengan pendapat di atas untuk mendapatkan hasil yang
optimal dari pelaksanaan pengawasan ini dan agar dapat berjalan dengan baik
maka harus dilakukan dengan teknik yang benar pula. Adapun teknik yang
dapat dilakukan yaitu melipututi: pemantauan, pemeriksaan, penilaian dan
perbaikan
1. Pemantauan
Pemantauan dilakukan secara langsung yaitu dengan cara terjun langsung
ke lapangan untuk dapat mengetahui kemungkinan terjadinya
penyimpangan pelaksanaan suatu kegiatan. Hal ini dapat dilakukan secara
berkala maupun sewaktu-waktu apabila di perlukan. Agar pemantauan
yang dilaksanakan berjalan dengan tepat, maka perlu dilakukan kegiatan
menyusun petunjuk pelaksanaaan atau petunjuj teknis atau dapat
memanfaatkan hasil-hasil pengawasan fungsional meupun pengawasan
masyarakat.
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan merupakan rangkaian tindakan untuk mencari dan
mengumpulkan fakta yang berkaitan dengan factor-faktor yang
mempengaruhi kelancaran pelaksanaan suatu kegiatan. Kegiatan
pemeriksaaan adalah salah satu bagian dari pengawasan. Pemeriksaan
dapat dilakuka melalui laporan kerja yang dibuat oleh pegawai maupun
pemimpin langsung meninjau ke lapangan untuk melihat apakah laporan
sesuai dengan kondisi lapangan. Antara pengawasan dan pemeriksaan
43
merupakan satu mata rantai fungsi manajemen dimana pemeriksaan
merupakan pemantau yang jeli dan diperlukan didalam melaksanakan tugas
pengawasan.
3. Penilaian
Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan pengukuran
terhadap realita yang telah terjadi sebagai hasil karja dari tugas yang telah
diselesaikan. Kemudian penilaian dilaksanakan dengan cara
membandingkan antara kekayaan atau hasil dari pekerjaan dangan standar
yang telah ditetapkan sebelumnya. Penelitian dapat dilakukan pula dengan
mencari factor-faktor yang dapat mempengaruhi kegagalan dan
keberhasilan suau rencana. Hasil penelitian, selain dapat digunakan sebagai
feedback atau umpan balik bagi penyempurnaan rencana atau pekerjaan
selanjutnya dapat juga dijadikan dasar pertimbangan untuk menentukan
tindak lanjut yang harus dilaksanakan sevara tepat.
4. Perbaikan
Kegiatan yang di lakukan dalam tahap ini yaitu mencoba mencari jalan
keluar untuk mengambil langkah-langkah tindakan koreksi terhadap
penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi. Upaya menetapkan
standar-standar dan mengukur performa. Tidak ada artinya tanpa adanya
tindakan perbaikan positif. Tindakan perbaikan meliputi suatu proses
pengembilan keputusan. Dari hasil penilaian kemudian dipilih alternatif
tindakan yang akan di pilih untuk diimplementasikan guna melaksanakan
44
perbaikan. Tindakan perbaikan berguna untuk mengetehui apakah performa
sudah kembali standar yang telah ditetapkan dan hal ini dapat di lihat
melalui ciri-ciri feedbeck dari sistem pengawasan yang ada.
2.2.8 Gaya-gaya Pengawasan
Setiap orang yang melakukan pengawasan memiliki gaya
masingmasing. Gaya pengawasan merupakan perilaku yang khas dari
pengawas pada saat dia melaksanakan fungsi pengawasan. Perilaku ini
bergantung kepada pola kerja daripada orang yang melaksanakan pengawasan
tersebut.
Seperti diuraikan oleh Wibowo (2008:224) gaya pengawasan terbagi
menjadi empat, yaitu :
1. Retunisasi. Pengawasan gaya ini sering dalam tindakannya dengan
usaha pemberatasan perilaku. Alat yang digunakan : tugas,
peraturan, dan prosedur. Pengaturan ketaan azas, dapat dipercaya,
dan dapat diramalkan.
2. Direksi dan surveillance. Perilaku diawasi dari laur dengan direksi
(pengarahan orang lain). Direksi atau komando didukung oleh
adanya kekuasaan dan kewenangan. Hasil yang diukur adalah
perilaku. Pengaruhnya adalah kerelaan dan tunduk. Gaya kesatu dan
kedua dilaksanakan dalam organisasi yang birokratis.
3. Regulasi. Pengawasan melalui regulasi pendekatan sasaran, peranan
perilaku memilih perilaku yang menghasilkan keluaran. Sistemnya
45
mengunakan sibernetik. Tindakan dilakukan, hasil diukur,
dibandingkan dengan standar, penyimpangan dicatat, dan alternatif
tindakan dipilih. Dengan umpan nalik koreksi segera dapat
dilakukan.
4. Perencanaan. Pengawasan melalui perencanaan dengan pendekatan
hasil. Oleh karena itu untuk pencapaiana tujuan tidak hanya
mengubah elemen dalam sistem, tetapi mengubah suatu sistem
dengan sistem lainnya. Pengawasan dengan melalui perencanaan
berhubungan dengan mendrop sistem yang ada dan menciptakan
sistem baru sebagai penggantinya.
Dengan demikian, gaya pengawasan dapat dikenali dengan
mengidentifikasi perilaku khas yang dilakukan pengawas pada saat dia
melakukan fungsi pengawasan. Gaya pengawasan tersebut bersumber kepada
begaimana pengawas memandang suatu acuan yangdiaktualisasikan dengan
tindakannya pada saat dia melaksanakan pengawasan. Apakah itu dengan
tindakan rutin yang berulang-ulang dilakukan dengan penekanan kepada
tugas, peraturan dan prosedurkerja yang harus dilakukan bawahannya.
Dapat juga dengan memberikan kewenangan kepada orang lain untuk
melaksanakan pengawasan, sehingga pengawasan yang dilakukan menjadi
bertingkat dan merentang (span of control). Gaya pengawasan bisa pu la
menggunakan regulasi yang pada intinya mengatur perilaku seseorang dengan
kebijakan menentukan peran masing masing bawahan sesuai jabatannya.
46
Salah satu gaya pengawasan yang lain adalah perencanaan, dimana pengawas
cenderung mengganti sistem yang ada dengan sistem yang baru untuk
melaksanakan pengawasan. Maka pengoreksian dilakukan secara menyeluruh
karena seluruh komponen sistem berubah.
2.2.9 Jenis-Jenis Pengawasan
Handayaningrat (1988:144) mengemukakkan terdapat empat jenis
pengawasan antara lain:
1. Pengawasan dari dalam (internal control) pengawasan dari dalam
berarti pengawasan yang di lakukan oleh aparat/unit penngawasan
yang di bentuk dalam organisasi itu sendiri. Aparat/unit ini bertugas
mengumpulkan segala data dan informasi yang digunakan untuk
menilai kebijaksanaan pimpinan. Pimpinan dapat melakukan
tindakan-tindakan korektif terhadap pelaksanaan pekerjaan yang
telah dilakukan oleh bawahannya.
2. Pengawasan dari luar (ekstern Control) Pengawasan dari luar yaitu
pengawasan yang dilakukan oleh aparat/ unit pengawasan dari luar
organisasi yang bertindak atas nama atasan dari pimpinan
organisasi.
3. Pengawasan Preventif pengawasan preventif adalah pengawasan
yang dilakukan untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan
atau penyimpangan-penyimpangan terhadap rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya.
47
4. Pengawasan Represif Pengawasan Represif adalah pengawasan
yang dilakukan apabila dalam pelaksanaan suatu pekerjaan terdapat
penyimpangan penyimpangan dari rencana yang telah di tetapkan.
Pengawasan ini di laukuan untuk memperbaiki kesalahankesalahan
yang terjadi agar kesalahan itu tidak diulang.
2.3 Definisi Pembinaan
Dalam Peraturan Daerah Kota Serang nomor 2 tahun 2010 Bagian Keempat
mengenai Pembinaan, Pasal 17:
1) Pemerintah daerah dan masyarakat wajib melakukan pembinaan terhadap
orang atau sekelompok orang yang terbukti melakukan perbuatan
penyakit masyarakat;
2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan melalui
kegiatan rehabilitasi sosial dan pemberdayaan sosial;
3) Rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
kegiatan :
a. bimbingan, pendidikan, pelatihan dan keterampilan teknis;
48
b. bimbingan, penyuluhan rohaniah dan jasmaniah; dan
c. penyediaan lapangan kerja atau penyaluran tenaga kerja.
4) Pemberdayaan sosial sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) dilakukan
melalui kegiatan:
a. peningkatan kemauan dan kemampuan;
b. penggalian sumber daya.
5) Pembinaan terhadap yang melanggar ketentuan Peraturan Daerah ini,
selain rehabilitasi dan pemberdayaan sosial dapat dilaksanakan pula
berupa Sanksi Administrasi.
Menurut Mathis (2002: 112), pembinaan adalah suatu proses dimana orang-
orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi.
Oleh Karena itu, proses ini terkait dengan berbagai tujuan organisasi, pembinaan
dapat di pandang sempit dan luas.
Jadi pembinaan merupakan proses untuk mengubah prilaku atau sikap
seseorang/kelompok untuk meningkatkan kehidupan mereka. Pembinaan sendiri
datang dari seseorang/sekelompok orang yang bertujuan kepada orang atau kelompok
irang lain melalui materi pembinaan dengan tujuan dapat mengembangkan
kemampuan, sehingga tercapai apa yang di harapkan.
49
2.4 Definisi Pengemis
Menurut peraturan pemerintah nomor 31 tahun 1980 pasal 1 butir 2, yang
dimaksud dengan pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan
dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk
mengharapkan belas kasihan dari orang lain.
Secara umum, pengertian pengemis adala h orang yang suka meminta-minta
uang kepada orang lain. Kemudian menurut Sudarianto (2005:14) Pengemis adalah
orang-orang yang kerjanya suka memintaminta kepada orang lain guna memenuhi
kebutuhannya. Adapun menurut Sudarianto dalam Kuswarno, (2009:15) pengemis
terbagi menjadi 2 kelompok yaitu:
1. Mengemis karena tak mampu bekerja pada kategori ini dilakukan oleh orang-
orang yang mempunyai kelainan fisik pada anggota tubuhnya. Misalnya tak
mampu bekerja karena tidak memiliki tangan, kaki, lumpuh, buta. Jadi para
dermawan memang harus terpanggil untuk menyantuninya, sisihkanlah harta
untuk mereka, karena menyantuni mereka insya Allah mendapat pahala yang
besar.
2. Mengemis karena malas bekerja pengemis karena malas bekerja inilah yang
menyebabkan jumlah pengemis di Indonesia sangat banyak. Pengemis pada
kategori ini, orangnya mempunyai anggota tubuh yang sangat lengkap namun
dihinggapi penyakit malas. Pengemis semacam inilah yang harus diberantas
oleh pemerintah.
Setelah mengetahui strategi pengemis, ada lima kategori pengemis menurut
Indra Pratama dalam Kuswarno (2009:26) yaitu:
1. Pengemis Berpengalaman
Lahir karena tradisi. Bagi pengemis yang lahir karena tradisi, tindakan
mengemis adalah tindakan kebiasaan. Mereka sulit menghilangkan kebiasaan
tersebut karena orientasinya lebih pada masa lalu (motif sebab).
2. Pengemis kontemporer kontinu tertutup
50
Hidup tanpa alternatif. Bagi kelompok pengemis yang hidup tanpa alternatif
pekerjaan lain, tindakan mengemis menjadi satu-satunya pilihan yang harus
diambil. Mereka secara kontinyu mengemis, tetapi mereka tidak mempunyai
kemampuan untuk dapat hidup dengan bekerja yang akan menjamin hidupnya
dan mendapatkan uang.
3. Pengemis kontemporer kontinu terbuka
Hidup dengan peluang. Mereka masih memiliki alternatif pilihan, karena
memiliki keterampilan lain yang dapat mereka kembangkan untuk menjamin
hidupnya. Hanya saja keterampilan tersebut tidak dapat berkembang, karena
tidak menggunakan peluang tersebut dengan sebaik-baiknya atau karena
kekurangan potensi sumber daya untuk mengembangkan peluang tersebut.
4. Pengemis kontemporer temporer
Hidup musiman. Pengemis yang hanya sementara dan bergantung pada
kondisi musim tidak dapat diabaikan keberadaannya. Jumlah mereka biasanya
meningkat jika menjelang hari raya. Daya dorong daerah asalnya karena
musim kemarau atau gagal panen menjadi salah satu pemicu berkembangnya
kelompok ini.
5. Pengemis rencana
Berjuang dengan harapan. Pengemis yang hidup berjuang dengan harapan
pada hakikatnya adalah pengemis yang sementara. Mereka mengemis sebagai
sebuah batu loncatan untuk mendapatkan pekerjaan lain setelah waktu dan
situasinya dipandang cukup.
2.5 Karakteristik Penyandang Masalah Sosial
1. Anak Jalanan
Definisi : Anak yang berusia 5-18 tahun yang menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk mencari nafkah dan atau berkeliaran d jalanan maupun di
tempat-tempat umum.
Kriteria :
a. Anak ( laki-laki/perempuan) usia 5-18 tahun
b. Melakukan kegiatan tidak menentu, tidak jelas kegiatannya dan atau
berkeliaran di jalanan atau di tempat umum minimal jam/hari dalam kurun
waktu 1 bulan yang lalu, seperti: pengemis, pedagang asongan, pengamen,
ojek payung, pengelap mobil, pembawa belanjaan di pasar dan lain-lain.
c. Kegiatan dapat membahayakan dirinya sendiri atau menggang ketertiban
umum.
2. Lanjut Usia Terlantar
Definisi : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor-faktor
tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani,
rohani maupun sosialnya.
Kriteria :
a. Usia 60 tahun keatas (laki-laki/perempuan).
51
b. Tidak sekolah/tidak tamat/tamat SD.
c. Makan 2x perhari.
d. Pakaian yang dimiliki kurang dari 4 stel.
e. Tempat tidur tidak tetap.
f. Jidak sakit tidak mampu berobat ke fasilitasi kesehatan.
g. Ada atau tidak ada keluarga, sanak saudara atau orang lain yang mau dan
mampu mengurusnya.
3. Penyandang cacat
Definisi : Setiap orang yang mempunyai kelaian fisik dan atau mental yang
menggangu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk
melakukan secara layaknya yang terdiri dari : a. Penyandang cacat fisik, b
Penyandang cacat mental, c. Penyandang cacat fisik dan mental (Undang-
undang Nomor 4 Tahun 1997). Penyandang cacat fisik, Definisi : Seseorang
yang menderita kelainan pada tulang dan atau sendi anggota gerak dan tubuh,
kelumpuhan pada anggota gerak dan tubuh, kelumpuhan pada anggota gerak
tulak, tidak lengkapnya anggota gerak atas dan bawah, sehingga menimbulkan
gangguan atau menjadi lambat untuk melakukan kegiatan sehari-hari secara
layak/wajar.
Kriteria :
a. Anggota tubuh tidak lengkap putus/amputasi tingkai, lengan atau kaki.
b. Cacat tulang/persendiran.
c. Cacat sendi otot dan tungkai, lengan atau kaki
d. Lumpuh.
4. Pengemis
Definisi :Pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan di
tempat umum dengan berbagai cara dan alasan dengan meminta-minta untuk
mengharapkan belas kasihan orang lain.
Kriteria :
a. Mata pencahariannya tergantung pada belas kasihan oranglain;
b. Berpakaian kumuh dan compang-camping;
c. Berada ditempat ramai/strategis; dan
d. Mempunyai tempat tinggal tertentu atau tetap, membaur dengan penduduk
pada umumnya.
5. Gelandangan
Definisi :Gelandangan adalah setiap orang yang hidup tidak menetap atau
tuna wisma menempati fasilitas sosial dan fasilitas umum sebagai tempat
aktifitasnya.
Kriteria :
a. Anak sampai usia dewasa, tinggal di sembaran temmpat dan hidup
menggembara atau menggelandang di tempat umum, biasanya di kota-
kota besar.
b. Tidak mempunya tanda pengenal atau identitas diri, berperilaku kehidupan
bebas / liar, terlepas dari norma kehidupan masyarakat pada umumnya,
52
tidak mempunyai pekerjaan tetap meminta-minta atau mengambil
makanan atau barang bekas, dan lain-lain.
(Sumber: Website\today\10 Mar\Give Syahmin Maret 11\Other files\Definisi dan
Kriteria PMKS DINASSOSIAL.doc)
2.6 Kebijakan Pemerintah Kota Serang tentang Pengemis
Adapun yang menjadi dasar hukum pemerintah kota serang dalam
menangani pengemis yaitu Peraturan Daerah Kota Serang No 2 Tahun 2010
tentang Pencegahan, Pemberantasan dan Penganggulangan Penyakit
Masyarakat. Dalam Peraturan Daerah Kota Serang Bagian Kelima Pasal 9
Tentang Gelandangan dan Pengemis :
1. Setiap orang dilarang menjadi gelandangan dan pengemis.
2. Setiap orang dilarang menyuruh atau memaksa orang lain menjadi
pengemis.
3. Setiap orang dilarang memberikan uang ataupun lainnya kepada
pengemis.
Penjelasan bagian keempat pembinaan Pasal 16 :
1. Pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah ini di
lakukan oleh Tim;
2. Susunan keanggotaan, kedudukan, tugas, dan kewenangan Tim sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Walikota.
Penjelasan bagian keempat pembinaan Pasal 17 :
53
1. Pemerintah Daerah dan masyarakat wajib melakukan pembinaan terhadap
orang atau sekelompok orang yang terbukti melakukan perbuatan penyakit
masyarakat.
2. Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan melalui
kegiatan rehabilitasi sosial dan pemberdayaan sosial.
3. Rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilaksanakan melalui
kegiatan:
a. Bimbingan, pendidikan, pelatihan dan keterampilan teknis;
b. Bimbingan, penyuluhan rohaniah dan jasmaniah;
c. Penyediaan lapangan kerja atau penyaluran tenaga kerja.
4. Pemberdayaan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilaksanakan
melalui kegiatan:
a. Peningkatan kemauan dan kemampuan;
b. Penggalian sumber daya.
5. Pembinaan terhadap orang atau sekelompok orang yang melanggar ketentuan
Peraturan Daerah ini, selain diberikan tindakan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), dapat juga diberikan tindakan berupa sanksi administrasi.
2.7 Tinjauan Konsep Kesejahteraan Sosial
1. Pengertian Kesejahteraan Sosial
54
Kesejahteraan sosial menurut Suparlan (2002: 5) adalah keadaan
sejahtera pada umumnya, yang meliputi keadaan jasmaniah, rohaniah dan
sosial dan bukan hanya perbaikan dan pemberantasan keburukan sosial
tertentu saja, jadi merupakan suatu keadaan dan kegiatan. Menurut Suharto
(2005, 3) istilah kesejahteraan sosial sering diartikan sebagai kondisi
sejahtera, yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup,
khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan,
pendidikan dan perawatan kesehatan Pengertian kesejahteraan sosial juga
menunjuk pada segenap efektivitas pengorganisasian dan pendistribusian
pelayanan sosial bagi sekelompok masyarakat, terutama kelompok yang
kurang beruntung (disadvantaged groups).
Dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 Pasal 1 tentang
Kesejahteraan Sosial, Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya
kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak
dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi
sosialnya, Pasal terserbut menjelaskan bahwa untuk terpenuhinya kebutuhan
hidup, baik secara materil maupun spiritual mereka harus mempunyai
kemampuan untuk bekerja dan mengembangkan diri supaya mereka mampu
hidup layak dan dapat diterima di tengah masyarakat.
Kemudian menurut Segal dan Bruzuzy dalam Suud (2006:5)
Kesejahteraan sosial adalah kondisi kesejahteraan dari suatu masyarkat.
Kesejahteraan sosial meliputi kesehatan, keadaan ekonomi, kebahagiaan dan
55
kualitasi hidup rakyat dan kesejahteraan sosial adalah suatu keadaan sejahtera
secara sosial tersusun dari tiga unsur sebagai berikut: Pertama, setinggi apa
masalah-masalah sosial yang di kendalikan. Kedua, seluas apa kebutuhan-
kebutuhan terpenuhi. Dan Ketiga, setinggi apa kesempatan-kesempatan untuk
maju te rsedia. Tiga unsur ini berlaku bagi individu-individu, keluarga-
keluarga, komunitas-komunitas, dan bahkan seluruh masyarakat.
Dari beberapa pengertian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
kesejahteraan sosial adalah terpenuhinya kebutuhan material seseorang
sehingga orang tersebut mampu hidup dengan layak dan mampu
mengembangkan diri serta dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
2. Fungsi Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan sosial menurut Summarnougroho, (1991: 43) mempunyai
fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi penyembuhan dan pemulihan (kuratif/remedial dan rehabilitatif).
Fungsi penyembuhan dapat bersifat represif artinya bersifat menekan agar
masalah sosial yang timbul tidak makin parah dan tidak menjalar. Fungsi
pemulihan (rehabilitatif) terutama untuk menekankan dan menumbuhkan
fungsionalitas kembali dalam diri orang maupun anggota masyarakat.
Fungsi penyembuhan dan pemulihan bertujuan untuk meniadakan
hambatan-hambatan atau masalah sosial yang ada.
2. Fungsi pencegahan (preventif).
Dalam hal ini meliputi langkah-langkah untuk mencegah agar jangan
sampai timbul masalah sosial baru, juga langkah-langkah untuk
memelihara fungsionalitas seseorang maupun masyarakat.
3. Fungsi pengembangan (promotif, developmental).
Untuk mengembangkan kemampuan orang maupun masyarakat agar dapat
lebih meningkatkan fungsionalitas mereka sehingga dapat hidup secara
produktif.
56
4. Fungsi penunjang (suportif).
Fungsi ini meopang usaha-usaha lain agar dapat lebih berkembang.
Meliputi kegiatan-kegiatan yang dapat memperlancar keberhasilan
program-program lainnya seperti bidang kesehatan, kependudukan, dan
keluarga berencana, pendidikan, pertanian dan sebagainnya.
3. Pemberdayaan Sosial
Pengertian Pemberdayaan Sosial menurut UU No. 11 Tahun 2009
adalah semua upaya yang diarahkan untuk menjadikan warga negara yang
mengalami masalah sosial mempunya daya, sehingga mampu memenuhi
kebutuhan dasarnya, pemberdayaan sosial ini bertujuan untuk
memberdayakan seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
mengalami masalah kesejahteraan sosial bagi mereka mampu memenuhi
kebutuhan secara mandiri.
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu fungsi pemerintah
berdimensi politik, ekonomi, dan sosial budaya. Masing-masing dimensi
tersebut mempunyai tujuan yang harus dilakukan secara simultan. Menurut
Ndraha dalam Syarif Makmur (2008 : 21) :
“Ada empat jenis pemberdayaan dan tujuannya, yaitu : 1.
Pemberdayaan structural yang bertujuan membangun akses kompratibel
antara pemerintah, masyarakat dan swasta, 2. Pemberdayaan political
bertujuan untuk meningkatkan bargaining power masyarakat terhadap
kekuasaan sehingga meraka mampu mengontrol kekuasan dengan efektif; 3.
Pemberdayaan ekonomi bertujuan memampukan masyarakat untuk
menggunakan produk-produk pemerintah dan swasta sehingga mereka
memetik manfaat sebesar-besarnya; 4. Pemberdayaan sosiokultural bertujuan
mengintegrasikan masyarakan ke dalam kehidupan bangsa dan
memampukannya memberi sumbangan maksimal demi kemajuan nasional”
57
Masing-masing permberdayaan, sebagaimana dikemukakan oleh
Ndraha itu menunjukan arah masing-masing aspek, yaitu aspek ekonomi,
structural, politik dan sosiostruktural. Dalam tataran masyarakat perdesaan,
keempat dimensi itu harus berjalan secara simultan, Artinya pelaksanaan
pemberdayaan politik, structural, dan sosiokultural, untuk mengukur
keberhasilan dan efektivitas, pemberdayaan, menurut Kartasasmita adalah : 1.
Kemandirian, 2. Pendidikan dan Kesehatan, 3. Kemajuan spiritual, dalam
rangka membangun manusia berakhlak. 4. Pembangunan budaya yang
menjadi jati diri bangsa dengan ukurannya yaitu disiplin, kreatif, ingin maju
dan menghargai prestasi serta siap bersaing dan 5. Membangkitakan
kesadaran kemampuan masyarakat untuk berpartisifasi dalam kehidupan
masyarakat, karena masyarakat yang secara politik teroslasi bukanlah
masyarakat yang berdaya.
Konsep pemberdayaan diyakini dapat mempercepat tujuan
penanggulangan kemiskinan, yaitu peningkatan kesejahteraan rakyat miskin
karena dalam pendekatan pemberdayaan ini, para penyelenggara
pembangunan maupun organisasi masyarakat, dituntut untuk melakukan
pemilikan dan perlingdungan terhadap rakyat miskin.
Konsep ini menjadi sangat penting terutama karena memberikan efek
perspektif positif terhadap orang miskin. Orang miskin tidak dipandang
sebagai orang yang serba kekurangan (misalnya, kurang makan, kurang
58
pendapatan, atau faktor kesehatan yang kurang) dan objek pasif penerima
pelayanan belaka. Melainkan beragam kemampuan yang didapat diimobilisasi
untuk perbaikan hidupnya. Konsep pemberdayaan memberi kerangka acuan
mengenai matra kekuasaan (power) dan kemampuan (cupability) yang
melingkup asas sosial, ekonomi, budaya, politik dan kelembagaan.
Dari beberapa pengertian diatas peneliti dapat menyimupkan
pemberdayaan masyarakat terutama Pengemis dapat diarhakan pada hal-hal
yang menyebabkan terjadinya peningkatan kesejahteraan rakyat dan hal itu
bisa terjadi dengan salah satu faktor kekuasaan yang dimiliki pimpinan Dinas
terkait yang melakukan tanggung jawab pemberdayaan masyarakat. Hal itu
berarti bahwa pimpinan mempunya pengaruh besar dalam memutuskan
sesuatu sebagai upaya untuk memberdayakan masyarakat.
2.8 Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian “Pengawasan Pengemis oleh Dinas
Sosial Kota Serang” Peneliti melakukan Peninjauan terhadap penilitian
terdahulu yang telah dilakukan dalam penelitian yang sudah dilakukan
sebelumnya. Penelitian tersebut baik berupa Skripsi, Tesis ataupun Disertasi.
Dalam hal ini peneliti juga melihat kesamaam dari Teori yang digunakan dan
Metedologi apa yang digunakan oleh peneliti sebelumnya. Dengan penelitian
terdahulu peneliti mempunyai pembanding akan penelitian yang dilakukan
oleh peneliti.
59
Penelitian terdahulu yang peneliti kutip merupakan Skripsi yang
berjudul sebagai berikut:
1. Hendra Ramadhan (2012) melakukan penelitian tentang Analisis
Implementasi Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 2 Tahun 2010
Tentang Pencegahan, Pemberantasan Dan Penanggulangan
Penyakit Masyarakat, (studi kasus pengemis di Kota Serang).
Hendra ramadhan berasal dari Universitar Sultan Ageng Tirtayasa
prodi Administrasi Negara. Dalam Implementasi Peraturan Daerah
Kota Serang Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Pencegahan,
Pemberantasan Dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat
Penilitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif serta
menggunakan teori Merilee S. Grindle untuk mengetahui
sejauhmana content of policy dan context of policy ini dapat
berjalan, sesuai apa yang diharapkan dengan adanya Peraturan
Daerah Kota Serang No 2 Tahun 2010 terdapat adanya masalah
yang belum terselesaikan. Adapun masalah dalam Implementasi
Peraturan Daerah ini, karena belum ditegakkan Perda, yang
menyebabkan masyarakat Kota Serang masih memberikan uang
santunan di tempat umum. Hasil dalam penelitian ini yaitu belum
ada fasilitas yang mendukung pelaksana kebijakan, seperti belum
adanya karantina untuk menampung serta memberikan penyuluhan
kepada para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial, kemudian
60
sosialisasi tentang adanya Perda Kota Serang Nomor 2 Tahun 2010
yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan belum naik. Sehingga,
menyebabkan para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
seperti pengemis semakin menjamur di Lampu Merah Kota Serang.
Saran yang menjadi rekomendasi dari skripsi ini yaitu diharapkan
pelaksana lebih menegakan Perda Kota Serang Nomor 2 Tahun
2010 .
2. Apriana Marselina (2012) melakukan penelitian tentang
Pengawasan terhadap penanganan anak jalanan oleh dinas sosial,
pemuda dan olahraga di kota semarang. Apriana Marselina berasal
dari Universitas Diponegoro prodi Administrasi Publik. Penilitian
ini menggunakan metode penelitian kualitatif serta menggunakan
teori Luther Gulick. Masalah dalam penelitian ini yaitu Anak
jalanan merupakan salah satu fenomena sosial yang ada di Kota
Semarang, karena mereka sering kita jumpai dalam keadaan yang
tak lazim deperti di depan mall, jembatan penyebrangan bahkan
disetiap emperan toko. Dinas Sosial sebagai instansi pemerintah
yang berkewajiban untuk menangani permasalahan yang ada di
Kota Serang seperti anak jalanan. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui tentang Pengawasan terhadap penanganan anak jalanan
oleh dinas sosial, pemuda dan olahraga di kota semarang,. Hasil
penelitian menunjukan bahwa Pengawasan terhadap penanganan
61
anak jalanan oleh dinas sosial, pemuda dan olahraga di kota
semarang masih belum optimal. Hal tersebut dikarenakan
terkendala oleh belum tersedianya panti rehabilitasi serta sarana dan
prasarana untuk menangani mereka supaya jadi masyarakat yang
mandiri. Saran yang di berikan pada penelitian ini untuk
meningkatkan pengawasan, Dinas Sosial perlu membangun panti
rehabilitasi agar program-program yang dibuat bisa menjadi lebih
efektif sehingga dapat mengurangi jumlah anak jalanan di Kota
Semarang.
2.9 Kerangka Berfikir
Kerangka berpikir merupakan alur berpikir dalam sebuah penelitian
dalam menjelaskan permasalahan penelitian, maka dibuatlah kerangka
berpikir sebagai berikut:
Dinas Sosial Kota Serang merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah
yang berwenang membantu pemerintah daerah dalam hal masalah-masalah
sosial di Kota Serang. Salah satu masalah sosial yaitu penyakit masyarakat
salah satunya pengemis yang beredar di Kota Serang, melihat semakin
62
maraknya penyakit sosial yang ada di Kota Serang pemerintah Kota Serang
mengeluarkan peraturan daerah nomor 2 tahun 2010 tentang pencegahan,
pemberantasan dan penanggulangan penyakit masyarakat. Dalam peraturan
daerah tersebut SATPOL PP selaku pengeksekutor atau perazia yang
kemudian di serahkan kepada Dinas Sosial selaku SKPD untuk di tangani.
Penelitian ini diawali dengan melihat permasalahan yang terdapat pada
latar belakang masalah, yaitu: (1). Intensitas pengawasan yang masih kurang,
(2). belum dilaksanakannya koordinasi dengan baik (3). masih kurangnya
pembinaan dan pengarahan yang di berikan oleh Dinas Sosial Kota Serang
kepada para pengemis.
Berdasarkan masalah-masalah tersebut, mengenai Pengawasan
Pengemis oleh Dinas Sosial Kota Serang, maka peneliti memilih Strategi
Pemantauan Pengawasan menurut Widodo (2016: 94) yang didalamnya berisi
mengenai (1). Pelaku pengawasan pelaksana kebijakan, (2). SOP pengawasan,
(3) Sumber daya keuangan dan peralatan dan (4). Jadwal pelaksana
pengawasan. Dalam teori Widodo terdapat 4 indikator yang tepat untuk
mengatasi permasalahan pengawasan dalam menangani pengemis, maka dari
teori ini akan diketahui bagaimana Pengawasan Pengemis oleh Dinas Sosial
Kota Serang.
Maka untuk mempermudah memahami alur berpikir, peneliti
menggambarkan kerangka berpikirnya sebagai berikut :
63
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
Identifikasi Masalah
1. Intensitas Pengawasan yang masih kurang.
2. Belum dilaksanakannya koordinasi dengan baik.
3. Masing kurangnya pembinaan dan pengarahan yang di
berikan oleh Dinas Sosial Kota Serang kepada para
pengemis.
Peraturan Pemerintah yang
terkait :
Peratura Daerah Kota
Serang Nomor 2 Tahun
2010 Pasal 16 Bagian
Ketiga (Pengendalian dan
Pengawasan)
Strategi Pemantauan Pengawasan
menurut Joko Widodo (2016: 94):
1. Pelaku pengawasan pelaksana
kebijakan
2. Standar Operasional Prosedur
pengawasan
3. Sumber daya keuangan dan
64
(Sumber: Peneliti, 2018)
3.1 Asumsi Dasar Penelitian
Merujuk pada observasi awal dan kerangka berfikir yang penulis paparkan,
Maka peneliti berasumsi bahwa yang dilakukan oleh dinas sosial Kota Serang belum
optimal karena di temukan masalah-masalah dalam melakukan penanganan pengemis
seperti Intensitas Pengawasan yang masih kurang, belum dilaksanakannya koordinasi
dengan baik dan masih kurangnya pembinaan dan pengarahan yang diberikan oleh
Dinas Sosial Kota Serang kepada para pengemis.
Output
Untuk mengetahui pengawasan pengemis yang di
lakukan oleh Dinas Sosial Kota Serang
Outcome
Pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
Kota Serang akan berjalan dengan baik
65
66
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Penelitian yang baik harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab, agar apa
yang menjadi hasilnya merupakan hasil yang maksimal. Tujuan penelitian ada tiga
macam yaitu bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan. Penemuan berarti
data yang diperoleh dari penelitian itu adalah data yang betul-betul baru yang
sebelumnya belum pernah diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh itu
digunakan untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau
pengetahuan tertentu dan pengembangan berarti memperdalam dan memperluas
pengetahuan yang telah ada.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Menurut Denzim dan Lincoln dalam Moleong (2006:5) menyatakan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai
metode yang ada. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bertujuan
untuk menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.
Deskriptif juga merupakan penelitian dimana pengumpulan data untuk mengetes
pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan kondisi yang sekarang. Metode
penelitian deskriptif juga
67
menjelaskan keadaan suatu objek yang akan diteliti sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya.
Penelitian kualitatif digunakan sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata tulisan atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati dan kemudian dianlisa serta dikolaborasikan dengan
bersandar kepada indikator-indikator yang menjadi acuan penelitian.
Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus berdasarkan pada hasil studi
pendahuluan, pengalaman, referensi, dan disarankan oleh pembimbing atau orang
yang dipandang ahli Sugiyono (2012:141). Dalam penelitian mengenai Pengawasan
Pengemis oleh Dinas Sosial Kota Serang, maka peneliti membatasi membatasi ruang
lingkup penelitian yaitu sekitaran lampu merah Kota Serang.
Moleong mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan penelitian terdapat
empat tahapan, yaitu :
1. Tahap Sebelum Kelapangan
Meliputi kegiatan penentuan fokus penelitian, penyesuaian paradigma
dengan teori, penjajakkan alat peneliti, mencakup observasi lapangan,
permohonan terhadap subjek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian,
penyusunan usulan penelitian.
68
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Meliputi mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan fokus
penelitian.
3. Tahap Analisis Data
Meliputi analisis data baik yang diperoleh melalui observasi,dokumen,
maupun wawancara mendalam dengan dilakukannya penafsiran data
sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti, selanjutnya mengecek
keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dari
metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan
bahan untuk memberian makna data yang merupakan proses penentuan
dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.
4. Tahap Penulisan Laporan
Meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian
kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu
melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk
mendapatkan perbaikan saran-saran demi kesempurnaan penelitian.
3.2 Fokus Penelitian
Berdasarkan masalah yang peneliti temukan selama di lapangan bahwa yang
menjadi fokus penelitian adalah pada Pengawasan pengemis.
69
3.3 Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Dinas Sosial kota Serang, dimana
letak kantor Dinas Sosial kota Serang berada di Kebon Jahe kota Serang.
3.4. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi instrument penelitian adalah peneliti
sendiri. Peneliti sebagai human instrument berfungsi menetapkan fokus penelitian,
memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai
kualitas data dan membuat kesimpulan atas temuannya Sugiyono (2009:306).
Menurut Irawan, dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument
terpenting adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai instrument penelitian memiliki ciri
tersendiri, seperti yang disebutkan Nasution dalam Sugiyono (2005: 61-62), yaitu:
1. Peneltiti sebagai alat peka dan dapat beraksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu test/angket yang dapat
menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami
dengan pengetahuan semata.
5. Peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang diperoleh
dan dapat menafsirkannya.
6. Manusia sebagai instrument dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data
yang dikumpulkan dan digunakan dengan segera untuk penelitian.
7. Manusia sebagai instrument, respon yang aneh dan menyimpang dapat
diberi perhatian bahkan yang bertentangan digunakan untuk meningkatkan
kepercayaan dengan tingkat pemahaman yang diteliti.
70
3.5 Informan Penelitian
Pada penentuan informan dalam penelitian kualitatif adalah bagaimana
informan kunci (key informan) di dapat dalam situasi yang sesuai dengan fokus
penelitian. Sedangkan pemilihan informan kedua (secondary informan) berfungsi
sebagai cara alternatif bagi peneliti yang tidak dapat menentukan partisipasi secara
langsung.
Menurut Moleong (2013:132) informan adalah orang yang dimanfaatkan
untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Orang yang
telah dipilih untuk menjadi informan penelitian harus mempunyai banyak
pengalaman atau informasi tentang latar penelitian. Pemilihan informan yang akan
diwawancarai sebagai sumber data dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive, yaitu teknik pengambilan informan atau sumber data dengan pertimbangan
tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling
tahu tentang apa yang kita harapkan, atau orang tersebut dianggap layak dan
mengetahui informasi yang berkaitan dengan fokus permasalahan penelitian sehingga
akan memudahkan peneliti memperoleh data dan fakta yang dibutuhkan, serta
membantu peneliti untuk lebih memahami situasi sosial yang diamati. Menurut
Bungin (2011:107), purposive adalah strategi menentukan kelompok peserta yang
menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah
penelitian tertentu.
71
Berikut informan yang menurut peneliti layak sesuai judul yang peneliti ambil
yaitu Pengawasan Dinas Sosial Kota Serang Terhadap Pengemis di Kota Serang:
Tabel 3.1
Informan Penelitian
No Klasifikasi
Informan
Informan Keterangan Jumlah
1 Dinas Sosial Kota
Serang
a. Kepala Bidang
Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial
b. Seksi Pelayanan dan
Perlindungan Sosial
dan Anak
Key Informan
1
1
a. Staff Dinas Sosial
Kota Serang
Secondary
Informan
1
2 Satuan Polisi
Pamong Praja Kota
Serang
a. Provos Satuan Polisi
Pamong Praja
Secondary
Informan
1
72
3 Karang Taruna
Kota Serang
a. Seksi Humas
Publikasi
Dokumentasi
b. Wakil ketua bidang
progam kerja
Secondary
Informan
1
1
4 Taruna Siaga
Bencana
(TAGANA) Kota
Serang
a. Seksi Bimbindan dan
Pelatihan
b. Staff pelaksana
lapangan
Secondary
Informan
1
1
5. Pekerja Sosial
Masyarakat (PSM)
Kota Serang
a. Anggota Secondary
Informan
2
6. Perkumpulan Anti
Narkoba
(PERANK) Kota
Serang
a. Anggota Secondary
Informan
2
7. Pengemis
a. Pengemis di lampu
merah Alun-alun
Kota Serang
b. Pengemis di lampu
1
1
73
(Sumber: Peneliti, 2017)
merah Lontar Kota
Serang
c. Pengemis di lampu
merah Kebon Jahe
Kota Serang
d. Pengemis di lampu
merah Sumurpecung
Kota Serang
Secondary
Informan
1
1
8 Masyarakat
a. Masyarakat di
pemukiman lampu
merah Kebon Jahe
b. Masyarakat pengguna
kendaraan bermotor
Secondary
Informan
1
1
Jumlah 18
74
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian kualitatif menurut Sugiyono, (2008:319), pengumpulan data
dilakukan pada kondisi yang alamiah, sumber data primer, dan teknik pengumpulan
data lebih banyak pada observasi berperan serta dan wawancara mendalam.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari sumber sumber
pertama baik dari individu maupun dari kelompok, sedangkan data sekunder adalah
data yang diperoleh secara tidak langsung atau data primer yang telah diolah lebih
lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer ataupun pihak lain.
Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, berbagai
sumber dan berbagai cara Sugiyono, (2012: 224). Teknik pengumpulan data kali ini
yang digunakan adalah:
1. Wawancara
Menurut Moleong (2006:186) Wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban
atas pertanyaan itu Wawancara dapat dilakukan melalui tahap tatap muka
maupun dengan telepon. Wawancara dalam penelitian kualitatif bersifat
75
mendalam. Data ini di dapat dengan cara melaksanakan wawancara secara
mendalam serta terarah mengenai fokus penelitian ini dari narasumber atau
informan yang diakui kevaliditasannya.
Pedoman wawancara yang dibuat oleh peneliti disusun berdasarkan
teori, teori yang digunakan yaitu mengenai Teori yang digunakan yaitu
mengenai Pengawasan menurut Widodo (2016 94):
1. Pelaku pengawasan pelaksana kebijakan
2. Standar Operasional Prosedur pengawasan
3. Sumber daya keuangan dan peralatan
4. Jadwal pelaksana pengawasan
Adapun indikator-indikator yang akan ditanyakan kepada informan
merupakan pengembangan dari teori tersebut, tujuannya tentu saja untuk
memperoleh data yang dibutuhkan di dalam penelitian. Hal ini bertujuan agar
proses wawancara dapat berjalan secara mendalam antar peneliti dengan
informan sehingga wawancara bisa bergulir dan data yang di dapat sesuai
dengan yang dibutuhkan. Berikut tabel pedoman wawancara dalam penelitian
ini:
76
Tabel 3.2
Pedoman Wawancara
No. Dimensi Sub Dimensi Pertanyaan
1. Pelaku
Kontrol
Pelaksana
Kebijakan
Pelaku Pengawasan 1. Siapakah yang melakukan
pengawasan dalam
penanganan pengemis di
Kota Serang
2. Berapakah jumlah pegawai
yang ada pada bagian
pengawasan
3. Apakah jumlah pegawai
dalam bidang pengawasan
sudah memadai
4. Apakah masing-masing
pegawai memiliki
kompetensi di bidangnya
masing-masing atau tidak
Pelaksana Pengawasan 1. Apa saja yang di lakukan
Dinas Sosial dalam
melakukan pengawasan
2. Seperti apakah bentuk
pengawasan yang di
lakukan oleh Dinas Sosial
Kota Serang
Kendala 1. Apakah ada kendala atau
77
hambatan dalam melakukan
pengawasan
2. Apa yang di lakukan oleh
Dinas Sosial dalam
mengatasi kendala atau
hambatan tersebut
Koordinasi dengan
pihak ketiga
1. Apakah ada dari pihak
eksternal yang melakukan
pengawasan dalam
penanganan pengemis di
Kota Serang
2. Apakah ada kerja sama
dengan instansi lainnya
untuk melakukan
pengawasan dalam
menangani pengemis di
Kota Serang
3. Apakah masyarakat
dilibatkan dalam kegiatan
pengawasan
Kesesuaian dengan
prosedur
1. Apakah pernah ada laporan
pengaduan dari masyarakat
terkait terganggunya
terhadap keberadaan
pengemis
2. Apakah Dinas Sosial Kota
Serang melakukan
78
sosialisasi terhadap Perda
Kota Serang nomor 2 tahun
2010 tentang Pencegahan,
Pemberantasan dan
Penanggulangan penyakit
masyarakat
3. Bagaimana tata cara
pengaduan kepada Dinas
Sosial terkait pengemis
yang masih beredar di Kota
Serang
4. Apakah saudara pernah
mendapatkan penanganan
dari Dinas Sosial Kota
Serang
5. Apakah saudara pernah
mendapatkan pengawasan
dari Dinas Sosial Kota
Serang
2. Standar
Operasional
Prosedur
Pengawasan
Kesesuaian peraturan
yang berlaku
1. Apakah Dinas Sosial
memiliki SOP dalam
pengawasan
2. Apakah Dinas Sosial sudah
memenuhi SOP dalam
melakukan pengawasan
Sanksi sebagai 1. Apakah terdapat alat
monitoring dalam menilai
79
pertanggung jawaban
dalam kegiatan
kinerja pegawai
2. Apakah ada tindakan
korektif saat terdapat
pelanggaran dalam
melaksanakan pengawasan
3. Seperti apakah sangsi yang
diberikan oleh Dinas Sosial
terhadap pengemis yang
terkena razia
4. Seperti apakah sangsi yang
di berikan oleh Dinas Sosial
terhadap masyarakat yang
memberikan uang kepada
pengemis
3. Sumber
Daya
Keuangan
dan
Peralatan
Penyusunan agenda
keuangan dan
peralatan
1. Adakah rencana anggaran
khusus yang di ajukan
Dinas Sosial Kota Serang
kepada Pemerintah Kota
Serang
2. Apakah anggaran sudah
memadai dalam
pelaksanaan pengawasan
Kecukupan 1. Apakah peralatan dalam
80
melakukan pengawasan
sudah memadai
4. Jadwal
Pelaksana
Pengawasan
Kesesuaian dengan
agenda
1. Apakah terdapat jadwal
dalam pelaksanaan
pengawasan
2. Bagaimana cara penentuan
jadwal yang dilakukan
dalam pengawasan
3. Apakah pengawasan yang
dilakukan sudah sesuai
dengan jadwal yang sudah
di tetukan
(Sumber: Peneliti, 2018)
2. Observasi
Observasi atau yang lebih dikenal dengan pengamatan menurut Moleong
(2006:126) adalah kegiatan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari
segimotif, kepercayaan, perilaku tidak sadar dan lain sebagainya. Tujuan
observasiuntuk penelitian adalah untuk mengamati tingkah laku manusia sebagai
peristiwaaktual, yang memungkinkan kita memandang tingkah laku sebagai proses
81
danuntuk menyajikan kembali gambaran-gambaran kehidupan sosial, kemudian
dapatdiperoleh cara-cara lain.
3. Studi Dokumentasi
Studi yang digunakan untuk mencari data memperoleh data sekunder berupa
peraturan perundang-undangan, laporan-laporan berupa foto ataupun dokumen
elektronik (rekaman) catatan serta dokumen dokumen yang relevan dengan masalah
yang diteliti.
4. Studi Kepustakaan
Teknik pengumpulan data dengan cara memperoleh atau mengumpulkan data
dari berbagai referensi. Dalam penelitian ini kepustakaan meliputi studi literatur
dimana data yang diperoleh dari studi kepustakaan dengan membacabuku, surat
kabar, laporan serta situs internet yang berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan.
3.7 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif kegiatan analisis data dimulai sejak peneliti
melakukan kegiatan pra-lapangan sampai dengan penelitian selesai. Dalam
prosesnya, analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif yang
telah dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono(2009:246),
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
82
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,sehingga datanya
sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan
conclusion drawing/verification. Berikut gambar teknik analisis data menurut Miles
dan Huberman (1984)
Gambar 3.1
Analisis Data
Sumber : (Miles dan Huberman, 1984)
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa pada prosesnya peneliti akan
melakukan kegiatan berulang secara terus menerus. Ketiga hal tersebut merupakan
sesuatu yang saling berkaitan dan mendukung pada saat sebelum,selama, dan sesudah
pengumpulan data. Ketiga hal itu dapat diuraikan sebagaiberikut:
a. Reduksi Data
Penyajian Data Pengumpulan
Data
Reduksi Data Verifikasi/Penarikan
Kesimpulan
83
Selama proses pengumpulan data dari berbagai sumber, tentunyaakan sangat
banyak data yang didapatkan oleh peneliti. Semakin lama Pengumpulan Data
Penyajian Data Verifikasi/penarikan kesimpulan Reduksi Datapeneliti berada di
lapangan, maka data yang didapatkan akan semakin kompleks dan rumit, sehingga
apabila tidak segera diolah akan dapat menyulitkan peneliti. Oleh karena itu, proses
analisis data pada tahapini juga harus dilakukan untuk memperjelas data yang
didapatkan dan mempermudah peneliti dalam pengumpulan data selanjutnya, maka
dilakukan reduksi data. Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pegabstrakan, dan transformasi data kasar
yang muncul dari catatan-catatan yang adadi lapangan. Reduksi data berlangsung
selama proses pengumpulandata masih berlangsung. Proses informasi ini berlanjut
terus sampai laporan penelitian tersusun lengkap.
b. Penyajian Data
Langkah penting selanjutnya adalah penyajian data. Secara sederhana
penyajian data dapat diartikan sebagai sekumpulan informasi yang tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Dalam sebuah penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
uraian singkat. Bagan, flowchart dan sejenisnya. Penyajian data bertujuan agar
peneliti dapat memahami apa yang terjadi dan merencanakan tindakan selanjutnya
yang akan dilakukan.
c. Verifikasi/Penarikan Kesimpulan
84
Tahap akhir dalam analisis interaktif adalah verifikasi data. Dari awal
pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti hubungan hubungan,mencatat
keteraturan, pola-pola, dan menarik kesimpulan.Kesimpulan yang dikemukakan
diawal masih bersifat sementara, danakan terus berubah selama proses pengumpulan
data masih terus berlangsung. Akan tetapi, apabila kesimpulan tersebut didukung oleh
data yang valid dan konsisten yang peneliti temukan di lapangan, maka kesimpulan
yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
3.8 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
menggunakan Triangulasi dan Member check yang kemukakan oleh Sugiyono (2009:
121).
1) Triangulasi
Pelaksanaan teknik pemeriksaan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik
triangulasi. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 (dua), yaitu:
a. Triangulasi Sumber
Suatu teknis pengecekan kredibilitas data yang dilakukan dengan memeriksa
data yang didapatkan melalui beberapa sumber. Triangulasi dengan sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan atau informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
b. Triangulasi Teknik
Suatu teknik pengecekan kredibilitas dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda yaitu melalui wawancara,
85
observasi dan studi dokumentasi. Adapun untuk menguji keabsahan data pada
penelitian ini dilakukan melalui teknik triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
2) Member Check
Selain itu, peneliti juga menggunakan teknik pengujian reliabilitas data
melalui member check atau pengecekan keanggotaan. Tujuan member check adalah
untuk mengetahui seberapa jauh data yang peneliti dapatkan sesuai dengan apa yang
diberikan oleh pemberi data. Jika data yang diberikan kepada peneliti mendapatkan
kesepakatan bersama antara peneliti dengan pemberi data, maka data tersebut
dianggap valid dan semakin kredibel (dapat dipercaya). Bentuk kesepakatan bersama
tersebut dilakukan melalui permintaan kepada pemberi data untuk menanda tangani
data yang diberikan supaya lebih autentik. Selain itu, langkah tersebut juga dapat
menjadi bukti bahwa peneliti telah melakukan member check. (Sugiyono, 2009:143)
3.9 Jadwal Penelitian
Penelitian ini dimulai dari bulan September 2017 dan direncanakan akan selesai
sampai bulan November 2018. Sebagaimana digambarkan pada tabel 3.3 :
86
Tabel 3.3
Rencana Penelitian
No
Nama Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
September 2017 Oktober 2018
Sept Okto Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okto Nob
1 Pengajuan Judul
2 Obresvsi Awal
3 Penyusunan
Proposal Bab I, II &
III
4 Bimbingan dan
Perbaikan Bab I, II
& III
5 Penyerahan Proposal
6 Seminar Proposal
7 Revisi Proposal
8 Wawancara &
Obrservasi Lapangan
9 Penyusunan Hasil
Lapangan Bab IV &
V
10 Bimbingan dan
Perbaikan Bab IV&
V
11 Sidang Skripsi
12 Revisi Skripsi
87
88
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian yang
meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan gambaran umum Kota
Serang, gambaran umum Dinas Sosial Kota Serang. Hal tersebut akan dijelaskan di
bawah ini:
4.1.1 Profil Kota Serang
Kota Serang merupakan pemekaran dari Kabupaten Serang yang
terbentuk pada tanggal 10 Agustus 2007 berdasarkan Undang-undang No. 32
tahun 2007. Secara administratif Kota Serang dibagi dalam 6 kecamatan dan
67 kelurahan. Kecamatan Kasemen merupakan kecamatan dengan wilayah
terluas yaitu sekitar 63,36 km2 atau sekitar 23,75% dari luas wilayah Kota
Serang. Sementara kecamatan dengan luas wilayah paling sempit adalah
Kecamatan Serang yang hanya sekitar 9,7% dari luas wilayah Kota Serang,
atau sekitar 25,88 km2. Berdasarkan penjelasan Undang-undang No. 32 Tahun
2007, disebutkan bahwa Kota Serang memiliki luas wilayah keseluruhan ±
266,71 km2, sedangkan hasil inventarisasi luas wilayah dari 6 (enam)
kecamatan tersebut adalah 266,74km2 atau sekitar 3,08% dari luas wilayah
Provinsi Banten. Tabel berikut ini memberikan gambaran tentang rincian
89
jumlah kelurahan dan luas wilayah serta persentase luas wilayah masing-
masing kecamatan dimaksud di atas.
90
Tabel 4.1
Luas Wilayah Kota Serang
Berdasarkan Kecamatan
No Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Luas
(Km2)
%
1 Curug 10 49,6 18,59
2 Walantaka 14 48,48 18,18
3 Cipocok Jaya 8 31,54 11,82
4 Serang 12 25,88 9,70
5 Taktakan 13 47,88 17,95
6 Kasemen 10 63,36 23,75
Jumlah 67 266,74 100,00
Sumber : BPS Kota Serang, 2017
Sesuai pasal 5 Undang-undang Nomor. 32 Tahun 2007 Kota Serang
memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
(1) sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Banten;
(2) sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pontang, Kecamatan Ciruas,
Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang;
(3) sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cikeusal, Kecamatan Petir,
Kecamatan Baros Kabupaten Serang; dan sebelah Barat berbatasan
91
dengan Kecamatan Pabuaran, Kecamatan Waringin Kurung, Kecamatan
Kramat Watu Kabupaten Serang.
4.1.1.1 Visi dan Misi Kota Serang
a. Visi Kota Serang
”Terwujudnya Kota Serang Madani sebagai Kota Pendidikan yang
Bertumpu pada Potensi Perdagangan, Jasa, Pertanian dan Budaya.”
b. Misi Kota Serang
1. Pembangunan dan Peningkatan Infrastruktur;
2. Pembangunan dan Peningkatan Kualitas Pendidikan;
3. Pembangunan dan Peningkatan Kualitas Kesehatan;
4. Peningkatan Ekonomi Kerakyatan serta Optimalisasi Potensi
Pertanian dan Kelautan; Peningkatan Tata Kelola Pemerintahan,
Hukum, dan Peningkatan Penghayatan terhadap Nilai Agama.
4.1.1.2 Keadaan Penduduk Kota Serang
Dalam konteks demografi, menurut data Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil tahun 2014 Kota Serang memiliki jumlah penduduk
589,581 jiwa dengan kompoisi penduduk laki-laki berjumlah 305.119
jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 284.462 jiwa. Kepadatan
penduduk di Kota Serang terbilang cukup tinggi, yang rata-rata
mencapai 2.210 jiwa per km2 pada tahun 2013.
Bila dilihat dari struktur usianya, penduduk Kota Serang
didominasi oleh penduduk usia produktif yakni usia 15 – 64 tahun
92
sebanyak 450.609 jiwa atau sekitar 76,43%, usia non produktif yakni
usia 0 – 14 tahun dan usia diatas 65 tahun masing-masing sebesar
121.800 jiwa (20,66%) dan 17.172 (2,91%).
Gambaran tentang hal ini dapat dilihat dari tabel komposisi jumlah
penduduk berdasarkan kelompok umur sepanjang tahun 2013-2016
sebagai berikut:
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
No Kelompok Umur Jumlah
1 0-4 36,703
2 5-9 41,314
3 10-14 43,783
4 15-19 56,135
5 20-24 63,327
6 25-29 65,164
7 30-34 63,494
8 35-39 56,448
9 40-44 48,497
10 45-49 37,583
11 50-54 28,019
12 55-59 19,432
93
13 60-64 12,420
14 65-69 7,460
15 70-74 5,240
16 75> 4,472
Jumlah 589,581
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, 2016
Jika dilihat berdasarkan tingkat pendidikannya, penduduk Kota
Serang sebagian besar tamat sekolah dasar (34,80%), diikuti penduduk
yang belum/tidak bersekolah sebanyak 22,57%, serta penduduk
berpendidikan SMA/sederajat sebanyak 21,81%, dan berpendidikan
SMP/sederajat sebanyak 14,38%. Gambaran tentang komposisi
penduduk berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan
No Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Tidak/Belum Sekolah 0 0 0
2 Belum Tamat SD 7 5 12
3 Tamat SD 79 83 162
4 SLTP 412 828 1240
94
5 SLTA 4251 3708 8229
6 D-I/II/III Akademi 76 184 260
7 Universitas 417 406 823
Total 5512 5214 10726
Sumber: Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi, 2016
Jika dilihat dari keragaman agama yang dianut penduduknya, Kota
Serang telah mencerminkan sebagai kota yang tumbuh sebagai kota
yang heterogen. Hal ini tampak dari komposisi penduduk menurut
agama dan kepercayaan sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 4.4
Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
No Agama Jumlah %
1 Islam 610.346 97,72
2 Kristen Protestan 6.768 1,15
3 Kristen Katholik 3.223 0,58
4 Hindu 280 0,05
5 Budha 2.806 0,50
6 Kepercayaan 6 0,0007
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, 2016
95
4.1.2 Profil Dinas Sosial Kota Serang
Mengacu pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah dan Tentang Undang-Undang No 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat Dan Daerah, setiap daerah harus
mampu merespon perangkat undang-undang dengan menempatkan aparatur di
dearah untuk lebih mampu menata pemerintahannya. Sebagai upaya melayani
dan memberikan pelayanan terhadap pembangunan bidang kesejahteraan
sosial, Pemerintah Kota Serang melalui Peraturan Daerah Kota Serang Nomor
9 Tahun 2008, Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah
Kota Serang dan Peraturan Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 14 Tahun
2010 Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008, Tentang
Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kota Serang. Dinas Sosial Kota
Serang, mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintah Daerah
berdasarkan azas ekonomi daerah dan tugas pembantu di bidang sosial.
Dinas Sosial Kota Serang berdiri berdasarkan Peraturan Daerah Kota
serang Nomor 5 Tahun 2014 tentang perubahan Atas Perda Nomor 14 Tahun
2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 9 Tahun
2008, Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Daerah Dinas Daerah
Kota Serang. Dinas Sosial Kota Serang, mempunyai tugas melaksanakan
urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas
pembantuan di bidang sosial.
96
4.1.2.1 Kedudukan Dinas Sosial Kota Serang
Dinas Sosial merupakan unsur pelaksana otonomi daerah, yang
dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung
jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.
4.1.2.2 Visi dan Misi Dinas Sosial Kota Serang
a. Visi
“Terwujudnya Kemandirian Bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial”
b. Misi
1. Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur dan infrastruktur
dalam penataan kelembagaan
2. Meningkatkan akses pelayanan sosial dalam aspek: rehabilitasi
sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial
bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial.
3. Memperkuat kelembagaan dan Potensi Sumber Kesejahteraan
Sosial untuk mendorong inisiatif dan partisipasi aktif masyarakat,
organisasi sosial, karang taruna, TKSM dan lembaga sosial
keagamaan agar terjalin hubungan kemitraan yang baik dalam
pembangunan kesejahteraan sosial.
4. Meningkatkan sistem informasi pelaporan.
97
4.1.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Sosial Kota Serang
a. Tugas Pokok
Dinas Sosial mempunyai tugas melaksanakan urusan
Pemerintahan Daerah berdasarkan azas otonomi daerah dan tugas
pembantuan di Bidang Sosial
b. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Dinas
Sosial menyelenggarakan fungsi:
1. Penyusunan perencanaan Bidang Sosial
2. Perumusan kebijakan teknis Bidang Sosial
3. Pelaksanaan urusan pemerintahan dan pelayanan Bidang Sosial
4. Pembinaan, Koordinasi, pengendalian dan fasilitasi pelaksanaan
kegiatan Bidang Sosial
5. Pelaksanaan kegiatan penatausahaan Dinas; Pelaksana tugas lain
yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya
4.1.2.4 Susunan Organisasi Dinas Sosial Kota Serang
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 5 Tahun
2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Serang Nomor
14 Tahun 2010 Tentang Pembentukan Susunan Organisasi Dinas
Daerah Kota Serang.
Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Serang, terdiri dari:
1. Unsur Pimpinan Kepala Dinas.
98
2. Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat, terdiri dari:
- Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
- Sub Bagian Keuangan;
- Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan.
3. Unsur Pelaksana adalah Bidang, terdiri dari:
1) Bidang Pengembangan Potensi Kesejahteraan Sosial
- Seksi Penyuluhan dan Kesejahteraan Sosial
- Seksi Pengambangan Nilai-nilai Kepahlawanan
- Seksi Pengembangan Kelembagaan
2) Bidang Pemberdayaan Sosial
- Seksi Pemberdayaan Fakir Miskin
- Seksi Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan
Lingkungan Sosial
- Seksi Pemberdayaan Keluarga
3) Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
- Seksi Pelayanan dan Perlindungan Sosial Anak dan
Lansia
- Seksi Pelayanan Rehabilitasi Sosial dan Penyandang
Cacat
- Seksi Rehabilitasi Tuna Sosial dan Eks Korban
Penyalah gunaan Napza
4) Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial
99
- Seksi Perlindungan Sosial Korban Bencana
- Seksi Perlindungan Sosial Tindak Kekerasan dan
Pekerja Migran
- Seksi Pengelolaan Sumber Dana Sosial
5) Unit Pelaksana Teknis
4.1.2.5 Program dan Kegiatan Dinas Sosial Kota Serang
1. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial
- Pelayanan dan perlindungan sosial dan hukum bagi
korban eksploitasi, perdagangan perempuan dan
anak.
- Pelaksanaan KIE Konseling dan kampanye sosial bagi
PMKS
- Pelatihan keterampilan dan praktek belajar kerja bagi
anak terlantar termasuk anak jalanan, anak cacat dan
anak nakal.
- Koordinasi perumusan kebijakan dan sinkronisasi
pelaksanaan upayaupaya penanggulangan
kemiskinan dan penurunan kesenjangan.
2. Program Pembinaan Anak Terlantar
- Pengembangan bakat dan keterampilan anak terlantar
3. Program Pembinaan Para Penyandang Cacat dan Trauma
100
- Pendidikan dan pelatihan bagi penyandang cacat dan
eks trauma.
4. Program Pembinaan Eks Penyandang Penyakit Sosial
- Pendidikan dan pelatihan keterampilan berusaha bagi
eks penyandang penyakit sosial
5. Program Pembinaan Panti Asuhan/ Panti Jompo
- Peningkatan keterampilan tenaga pelatih dan
pendidik.
6. Program Pemberdayaan Fakir Miskin
- Peningkatan kemampuan petugas dan pendamping
sosial pemberdayaan fakir miskin, KAT dan PMKS
Lainnya.
- Fasilitasi dan stimulasi pembangunan perumahan
masyarakat kurang mampu
- Pelatihan keterampilan berusaha bagi keluarga miskin
- Fasilitasi manajemen usaha bagi keluarga miskin
- Pelatihan keterampilan bagi PMKS
7. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesos
- Penanganan masalah-masalah strategis yang
menyangkut tanggap cepat darurat dan kejadian luar
biasa.
8. Program Pemberdayaan Kelembagaan Sosial
101
- Peningkatan jenjang kerjasama pelaku-pelaku usaha
kesejahteraan sosial
- Peningkatan kualitas SDM Kesejahteraan sosial
masyarakat
- Peningkatan sarana dan prasarana kepahlawanan dan
keprintisan.
- Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha.
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang didapat dari
hasil penelitian. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan menggunakan
teknik analisa data kualitatif. Dalam penelitian ini, mengenai Pengawasan
Pengemis oleh Dinas Sosial Kota Serang. Peneliti menggunakan teori
mengenai Strategi Pemantauan Pengawasan menurut Widodo (20016: 94):
5. Pelaku pengawasan pelaksana kebijakan
6. Standar Operasional Prosedur pengawasan
7. Sumber daya keuangan dan peralatan
8. Jadwal pelaksana pengawasan
Selanjutnya karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif,
maka dalam proses menganalisis datanya pun peneliti melakukan analisa
102
secara bersamaan. Seperti yang telah dipaparkan dalam bab 3 sebelumnya,
bahwa dalam prosesnya analisa dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan teknik analisis data menurut Miles and Huberman (2009:16),
yaitu selama penelitian dilakukan dengan menggunakan 4 tahap penting,
diantaranya : pengumpulan data (data collection) yaitu proses memasuki
lingkungan penelitian dan melakukan pengumpulan data penelitian. Ini
merupakan tahap awal yang harus dilakukan oleh peneliti agar peneliti dapat
memperoleh informasi mengenai masalahmasalah yang terjadi di lapangan.
Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, merangkum, memfokuskan
pada hal yang penting, dicari tema dan polanya. Untuk mempermudah peneliti
dalam melakukan reduksi data, peneliti memberikan kode pada aspek tertentu,
yaitu :
1. Kode Q untuk menunjukan kode pertanyaan
2. Kode Q1, Q2, Q3 dan seterusnya untuk menunjukan urutan pertanyaan
3. Kode I untuk menunjukan informan
4. Kode I1, I2, I3 dan seterusnya untuk menunjukan urutan informan
5. Kode I1.1, I1.2, I1.3 menunjukkan daftar informan dari kategori Pegawai
Dinas Sosial Kota Serang
6. Kode I2.1 menunjukkan daftar informan dari Satuan Polisi Pamong Praja
7. Kode I3.1, I3.2 menunjukan daftar informan Karang Taruna
8. Kode I4.1, I4.2 menunjukan daftar informan Taruna Siaga Bencana
(TAGANA)
103
9. Kode I5.1, I5.2 menunjukan daftar informan Pekerja Sosial Masyarakat
(PSM)
10. Kode I6.1, I6.2 menunjukan daftar informan Perkumpulan Anti Narkoba
(PERANK)
11. Kode I7.1, I7.2, I7.3, I7.4 menunjukkan daftar informan dari Pengemis Kota
Serang
12. Kode I8.1, I8.2 menunjukkan daftar informan dari Masyarakat Kota Serang
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data, penyajian data di sini merupakan sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Beberapa jenis bentuk penyajian data adalah matriks, grafik,
jaringan, bagan dan lain sebagainya yang semuanya dirancang untuk
menggabungkan informasi tersusun dalam suatu bentuk yang padu (Prastowo
(2011:244). Kemudian penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori dan selanjutnya, yang paling sering
digunakan untuk menymajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan
teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan
untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami.
Analisis data kualitatif yang terakhir menurut Miles dan Huberman
(2009 :16) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Setelah data bersifat
104
jenuh artinya telah ada pengulangan informasi, maka kesimpulan tersebut
dapat dijadikan jawaban atas masalah penelitian.
4.2.2 Data Informan Peneliti
Dalam penelitian ini yang berjudul “Pengawasan Pengemis oleh Dinas
Sosial Kota Serang”, peneliti melibatkan informan-informan yang dipilih
terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti
mengklasifikasikan informan kedalam dua jenis yaitu key informan dan
secondary informan, dimana key informan atau informan kunci peneliti pilih
dari instansi terkait yaitu Dinas Sosial Kota Serang yangterdiri dari (kepala
bidang pelayanan dan rehabilitasi sosial dan kepala seksie rehabilitasi sosial)
sebagai key informan dan selain itu ada staff dari Dinas Sosial Kota Serang
selaku secondary informan, selain itu peneliti mengambil secondary informan
dari Petugas Satuan Polisi Pamong Praja. Sedangkan secondary informan atau
informan pembantu peneliti melibatkan masyarakat dan pengemis Kota
Serang. Adapun informan-informan pada penelitian ini dapat dilihat dari table
berikut:
Tabel 4.5
Informan Penelitian
No Informan Status Informan Kode Informan (I)
1. Heli Priyatna Kepala Bidang I1.1
105
Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial
2. Hendri Sudiarmi Seksi Pelayanan dan
Perlindungan Sosial
dan Anak
I1.2
3. Ayu Siti Fatimah Staff Dinas Sosial
Kota Serang
I1.3
4. Kholis Unit Pelaksana
SATPOL PP Kota
Serang
I2.1
5. Sabirin Karang Taruna Kota
Serang
I3.1
6. Nawahi Karang Taruna Kota
Serang
I3.2
7. Rasman Taruna Siaga Bencana
Kota Serang
I4.1
8. Junaidi Taruna Siaga Bencana
Kota Serang
I4.2
9. Wahyu Pekerja Sosial
Masyarakat Kota
Serang
I5.1
106
10. Agus Amy Pekerja Sosial
Masyarakat Kota
Serang
I5.2
11. Ayu Perkumpulan Anti
Narkoba Kota Serang
I6.1
12. Heru Perkumpulan Anti
Narkoba Kota Serang
I6.2
13. Juriah Pengemis lampu
merah alun-alun Kota
Serang
I7.1
14. Suratmi Pengemis lampu
merah lontar Kota
Serang
I7.2
15. Ahyani Pengemis lampu
merah kebon jahe
Kota Serang
I7.3
16. Jajuli Pengemis lampu
merah sumur pecung
Kota Serang
I7.4
17. Yayan Masyarakat Kebon
Jahe Kota Serang
I8.1
107
18. Ade Masyarakat Pengguna
kendaraan bermotor
I8.2
(Sumber: Peneliti, 2018)
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian
Pembahasan dan analisis dalam penelitian ini merupakan data dan fakta yang
peneliti dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti
gunakan yaitu menggunakan teori mengenai pengawasan menurut Widodo. Dimana
dalam teori ini memberikan tolak ukur atas komponen-komponen penting yang harus
dipertimbangkan dalam melakukan pengawasan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
Kota Serang merupakan salah satu kota yang ada di Provinsi Banten, dimana
Kota Serang sendiri terletak di pusat pemerintahan Provinsi Banten dan menjadi ibu
kota Provinsi Banten. Sebagai ibu kota Provinsi Banten tentunya Kota Serang harus
terlihat indah tata kotanya, namun hal ini berbanding terbalik karna masih banyak
pengemis berkeliaran di Kota Serang khususnya di pusat kota. Hal ini tentunya
membuat citra Kota Serang buruk dimata publik, sebenarnya bukan hanya Kota
Serang saja yang masih banyak jumlah pengemisnya di kabupaten/kota di Provinsi
Banten pun masih banyak berkeliaran.
4.3.1 Pengawasan pengemis oleh Dinas Sosial Kota Serang
108
4.3.1.1 Pelaku Pengawasan Pelaksana Kebijakan
Pelaku pengawasan pelaksana kebijakan dibedakan menjadi
dua macam, terdiri dari kontrol pelaksana kebijakan eksternal
dan internal. Pelaku Kontrol internal (internal kontrol) dapat
dilakukan oleh unit atau bagian monitoring dan pengendalian
dan badan pegawasan daerah, sedangkan pelaku kontrol
eksternal (external control) dapat dilakukan oleh DPRD, LSM
dan komponen masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan
pelaku kontrol internal pelaksana kebijakan mengenai
penanganan pengemis di Kota Serang adalah Dinas Sosial Kota
Serang.
Hal ini berdasarkan keterangan informan kepada peneliti
sebagai berikut :
”Kalau pengawasannya memang dari Dinas Sosial tapi kita
mempunyai Tim SATGAS yang membantu Dinas Sosial dalam
melakukan pengawasan terhadap pengemis”. (Wawancara
dengan I1.1 di kantor Dinas Sosial Kota Serang, Rabu 4 April
2018 pukul 10.07)
Hal senada juga di sampaikan oleh informan I5.1, I5.2 dan I4.1
kepada peneliti sebagai berikut :
”Yang melakukan pengawasan memang dari dinas sosial,
namun dinas sosial mempunyai Tim Satuan Petugas (SATGAS),
jadi gabungan gitu termasuk dari saya dari Pekerja Sosial
Masyarakat (PSM)”. (Wawancara dengan I5.1 di kantor Dinas
Sosial Kota Serang, Kamis 15 November 2018 pukul 10.00)
109
”Pengawasan pengemis atau penyakit masyarakat lainnnya
memang tugas Dinas Sosial, kalau ini di Kota ya berarti Dinas
Sosial Kota Serang, ya kalo Dinsos Kota Serang sih punya Tim
gabungan jadi ga Cuma Dinas Sosial doang”. (Wawancara
dengan I5.2 di kantor Dinas Sosial Kota Serang, Kamis 15
November 2018 pukul 10.20)
”Kita hanya membantu saja, Dinas Sosial sebagai lembaga
yang menaungi kita jadi kita juga turut berpartisipasi dalam
kegiatannya, termasuk pengawasan kita ya punya Tim”.
(Wawancara dengan I4.1 di kantor Dinas Sosial Provinsi Banten,
Kamis 15 November 2018 pukul 13.00)
Pernyataan tersebut juga di dukung oleh pernyataan
informan I4.2 sebagai berikut :
”Ya memang kita hanya membantu terutama Dinas Sosial
ya”. (Wawancara dengan I4.2 di kantor Dinas Sosial Provinsi
Banten, Kamis 15 November 2018 pukul 13.30)
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa yang melakukan
pengawasan terhadap pengemis di Kota Serang yaitu Dinas
Sosial Kota Serang dan Dinas Sosial mempunyai tim yang
menangani permasalahan pengemis yaitu Tim Satuan Petugas
atau Tim Satuan Petugas (SATGAS).
Pengawasan terhadap pengemis yang di lakukan oleh Dinas
Sosial Kota Serang yang di laksanakan oleh Kepala Bidang
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial. Seperti yang dijelaskan oleh
I1.2 informan kepada peneliti sebagai berikut :
“Kalau yang melakukan pengawasan itu bapak heli selaku
kepala bidang pelayanan dan rehabilitasi sosial yang
menangani permasalahan pengemis, kalau ibu hanya
mendampingi saja, kebetulan memang ini di bidang ibu, jadi
110
paling yang melakukan pengawasan ya pa heli dengan staffnya”.
(Wawancara dengan I1.2 di kantor Dinas Sosial Kota Serang,
Rabu 4 April 2018 pukul 11.10)
Hal senada juga di sampaikan oleh informan I2.1 kepada
peneliti sebagai berikut :
“Ya memang yang melakukan pengawasan itu dari dinas
sosial, pa heli sebagai bidang pelayanan dan rehabilitasi
sosial”. (Wawancara dengan I2.1 di kantor Satuan Polisi Pamong
Praja, Jum’at 6 April 2018 pukul 09.00)
Berdasarkan hasil waawancara dengan informan I1.2 dan I2.1
bahwa yang melakukan pengawasan terhadap pengemis adalah
bidang pelayanan dan rehabilitasi sosial sebagai salah satu unit
pelaksana dalam melaksanakan pengawasan dengan di bantu
oleh staff dan seksi lainnya.
Selain bidang pelayanan dan rehabilitasi sosial sebagai yang
melakukan pengawasan, Tim Satuan Petugas (SATGAS) yang
beranggotakan Karang Taruna, Taruna Siaga Bencana
(TAGANA), Satpoll PP, Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dan
Perkumpulan Anti Narkoba (PERANK) juga dilibatkan dalam
melakukan pengawasan yang tugas pokonya di atur Surat
Keputusan Dinas Sosial Kota Serang tentang Penetapan Petugas
Pelaksana Penjaringan, Penjangkauan dan Pengawasan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) SATGAS
111
Dinas Sosial Kota Serang, seperti yang di sampaikan oleh I1.3
sebagai berikut :
“Memang bukan hanya dari dinas sosial saja yang
melakukan penanganan terhadap pengemis, kalo dari dinas
sosial saja orangnya sedikit” (Wawancara dengan I1.3 di kantor
Dinas Sosial Kota Serang, Kamis 5 April 2018 pukul 10.00)
Hal lain juga di sampaikan oleh informan I2.3, I3.1 I3.2 I6.1 dan
I6.2 kepada peneliti sebagai berikut :
“Saya dari satpol pp sebagai unit pelaksana dalam
petugas penjaringan, penjangkauan dan pengawasan penyakit
masyarat, jadi tidak hanya dinas sosial saja ada juga dari pihak
lain seperti karang taruna, psm dan yang lainnya”. (Wawancara
dengan I2.1 di kantor Satuan Polisi Pamong Praja, Jum’at 6
April 2018 pukul 09.00)
“Bapa sendiri dari karang taruna bukan dari Dinas Sosial,
cuma kalau untuk sama-sama memerangi penyakit masyarakat
pasti kita bantu, cuma ya kadang kegiatan kita banyak tidak
cuma membantu Dinas Sosial saja, jadi kalau ada waktu luang
pasti kita saling membantu” (Wawancara dengan I3.1 di kantor
Kecamatan Serang, Jum’at 16 November 2018 pukul 13.00)
“Ya sama seperti bapak sabirin, kita sama-sama dari
Karang Taruna. Kita membantu Dinas Sosial untuk mengawasi
pengemis, bukan cuma pengemis ya tapi penyakit masyarakat
lainnya” (Wawancara dengan I3.2 di Pemukiman Warga Karang
Taruna, Jum’at 16 November 2018 pukul 13.30)
“Teteh sendiri dari PERANK (Perkumpulan Anti Narkoba)
kalo ditanya kenapa bisa bergabung di Tim Satgas karna ya ada
undangan ya untuk membantu, bukan cuma kita aja sih lagian
ada juga yang lain ya, kaya Karang Taruna juga ikut kan”
(Wawancara dengan I6.1 di Sekretariat Perkumpulan Anti
Narkoba Kota Serang, Senin 19 November 2018 pukul 09.00)
“Kita bergabung di Tim Satuan Petugas (SATGAS), init uh
gabungan dari Dinsos, kita sendiri PERANK, Satpoll PP dan
112
yang lainnya” (Wawancara dengan I6.2 di Kantor Dinas Sosial
Kota Serang, Senin 19 November 2018 pukul 09.00)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.3, I2.3, I3.1 I3.2 I6.1 dan
I6.2 bahwa yang melakukan pengawasan terhadap pengemis tidak
hanya dari dinas sosial saja, karena jika dari Dinas Sosial saja
sumber daya manusianya kurang, jadi Dinas Sosial berkoordinasi
dengan pihak lain untuk melaksanakan pengawasan terhadap
pengemis.
Pengawasan dari Dinas Sosial Kota Serang terhadap
pengemis di laksanakan setalah pengemis mendapatkan
penanganan. Hal ini berdasarkan wawancara dengan I1.1 sebagai
berikut :
“Jadi pengawasan yang kami lakukan yaitu setelah
pengemis mendapatkan penanganan, setelah di beri araha, di
bina, di beri pelatihan, jadi kita melakukan pengawasan agar
pengemis mengikuti yang kita rencanakan”. (Wawancara
dengan I1.1 di kantor Dinas Sosial Kota Serang, Rabu 4 April
2018 pukul 10.07)
Pernyataan tersebut didukung di dukung oleh pernyataan
informan I3.1 I3.2, dan I4.1 kepada peneliti sebagai berikut :
“Iya kita lakukan pengawasan pengemis udah di
rehabilitasi”. (Wawancara dengan I3.1 di kantor Kecamatan
Serang, Jum’at 16 November 2018 pukul 13.00)
“Kalo pengawasan ya kita sesuai dengan yang udah di
rencanakan sebelumnya, kalo pengemis ya sesudah di
rehabilitasi terutama, tidak cuma pengemis sih, PMKS yang lain
juga sama begitu”. (Wawancara dengan I3.2 di Pemukiman
Warga Karang Taruna, Jum’at 16 November 2018 pukul 13.30)
113
“Pengawasan ya, kalo pengawasan ya kita sih tim SATGAS
ngelakuinnya langsung kita pantau kerumahnya atau usahanya,
biasanya kan mereka di beri modal atau alat makannya kita
awasi terus”. (Wawancara dengan I4.1 di kantor Dinas Sosial
Provinsi Banten, Kamis 15 November 2018 pukul 13.00)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.1, I3.1, I3.2 dan I4.1
bahwa pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial terhadap
pengemis yaitu setelah pengemis tersebut di berikan penanganan.
Di berikan pengarahan, pembinaan, dan di berikan pelatihan agar
pengemis yang terjaring mengikuti semua prosedur yang telah
Dinas Sosial buat.
Pengawasan terhadap pengemis oleh Dinas Sosial dilakukan
sebelum terjadi kesalahan atau hal-hal yang tidak di inginkan.
Hal ini berdasarkan wawancara dengan I1.1 sebagai berikut :
“Kita melakukan pengawasan sebelum terjadi hal yang
tidak di inginkan, misalnya pengemis menjual alat yang kita
beri, atau menggunakan dana tidak untuk semestinya”.
(Wawancara dengan I1.1 di kantor Dinas Sosial Kota Serang,
Rabu 4 April 2018 pukul 10.07)
Hal senada juga di sampaikan oleh informan I4.2 kepada
peneliti sebagai berikut :
“Ya sebenarnya kita langsung turun kelapangan mencegah
kan istilahnyamah, lagian kan udah ada jadwalnya ya kita
laksanain aja sesuai jadwal”. (Wawancara dengan I4.2 di kantor
Dinas Sosial Provinsi Banten, Kamis 15 November 2018 pukul
13.30)
Pernyataan tersebut juga di dukung oleh pernyataan
informan I5.1 dan I5.2 sebagai berikut :
114
“Kita laksanain pengawasan itu tentu buat mencegah kan
kalo mereka nyeleweng, ya seperti jual peralatan atau ya jadi
pengemis lagi”. (Wawancara dengan I5.1 di kantor Dinas Sosial
Kota Serang, Kamis 15 November 2018 pukul 10.00)
“Ya sama kita laksanaik pengawasan kan buat mencegah,
istilahnyamah lebih baik mencegah dari pada mengobati kan,
namanya juga dulu dia mengemis siapa tau mereka kembali lagi
kan, makannya kita awasi, yang di jalanan aja udah banyak,
jangan nambah banyak lagi lah kan istilahnyamah begitu”.
(Wawancara dengan I5.2 di kantor Dinas Sosial Kota Serang,
Kamis 15 November 2018 pukul 10.20)
Berdasarkan penjelasan informan I1.1, I5.1 dan I5.2 bahwa dinas
Sosial Kota Serang melakukan pengawasan sebelum terjadi
kesalahan atau hal yang tidak di inginkan yang di sebut preventif
control. Pengawasan preventif control dilakukan sebagai
tindakan pencegahan agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang
bisa saja terjadi di kemudian hari.
Dalam melakukan pengawasan Dinas Sosial Kota Serang
melakukan pemeriksaan dari banyak aspek, mulai dari pendataan
sampai dengan pembinaan pengemis untuk di berikan pelatihan.
Hal ini berdasarkan wawancara dengan I1.1 sebagai berikut :
“kita awasi terus mulai dari mereka di data sampai mereka
beres di tangani seperti di beri pelatihan, agar mereka
mempunyai kemampuan supaya mereka tidak mengemis lagi”.
(Wawancara dengan I1.1 di kantor Dinas Sosial Kota Serang,
Rabu 4 April 2018 pukul 10.07)
Hal senada juga di sampaikan oleh informan I1.2 I6.1 dan I6.2
kepada peneliti sebagai berikut :
115
“iya memang,dalam melaksanakan pengawasan kita dari
pendataan sampai dengan mereka di berikan alat atau dana”.
(Wawancara dengan I1.2 di kantor Dinas Sosial Kota Serang,
Rabu 4 April 2018 pukul 11.10)
“ya pokonya dari awal, dari pengawasan titik untuk
penjaringan kan kita awasi dulu mana titik yang mau di jaring
kan kemudian sampe mereka selesai rehabilitasi tetep kita
awasi”. (Wawancara dengan I6.1 di kantor Dinas Sosial Kota
Serang Kota Serang, Senin 19 November 2018 pukul 09.00)
“setau teteh ya semua udah ada prosedurnya, ya pasti kita
awasi dari awal sampe akhir kita awasi terus”. (Wawancara
dengan I6.2 di kantor Sekretariat Perkumpulan Anti Narkoba
Kota Serang, Senin 19 November 2018 pukul 09.00)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.1, I1.2, I6.1 dan I6.2
pengawasan yang di lakukan terhadap pengemis banyak
aspeknya mulai dari mereka di data setelah terjaring razia, di
berikan araha, pembinaan untuk pengemis yang akan di kirim
untuk di berikan pelatihan, kemudia sampai dengan mereka
selesai di berikan pelatihan alat dan dana.
Dalam melakukan pengawasan di perlukan teknik-teknik
pengawasan agar kegiatan pengawasan berlangsung dengan
efektif. Teknik-teknik pengawasan terdiri dari pengawasan
langsung dan tidak langsung. Teknik pengawasan langsung
adalah pengawasan yang dilakukan langsung ke tempat dimana
akan dilakukan kegiatan pengawasan sedangkan pengawasan
tidak langsung adalah pengawasan yang di lakukan dengan cara
116
jarak jauh, seperti melalui laporan sehingga tidak perlu
mendatangi lansung ke tempatnya.
Dalam melakukan pengawasan terhadap pengemis, Dinas
Sosial langsung turun kelapangan, Hal ini berdasarkan
wawancara dengan I1.1 sebagai berikut :
“Dalam melaksanakan pengawasan tentunya kita langsung
turun kelapangan, dengan tim satgas yang telah kita bentuk kita
langsung melaksanakan pengawasan, jadi setelah mereka di
tangani atau di berikan dana, alat ataupun apapun untuk usaha
selanjutnya kita awasi, apakah alat yang kita beri masih tetap
berjalan atau bagaimana”. (Wawancara dengan I1.1 di kantor
Dinas Sosial Kota Serang, Rabu 4 April 2018 pukul 10.07)
Hal senada juga di sampaikan oleh informan I1.2 dan I3.1
kepada peneliti sebagai berikut :
“Yang kita lakuka langsung turun kelapangan”
(Wawancara dengan I1.2 di kantor Dinas Sosial Kota Serang,
Rabu 4 April 2018 pukul 11.10)
“Namanya juga pengawasan ya kita langsung kelapangan
pastinya” (Wawancara dengan I3.1 di kantor Kecamatan Serang,
Jum’at 16 November 2018 pukul 13.00)
Pernyataan tersebut juga di dukung oleh pernyataan
informan I3.2 sebagai berikut :
“Pelaksanaan pengawabsan dari Tim SATGAS sendiri ya
kita dengan turun langsung, kita sudah punya beberapa titik
atau pengemis yang ingin di awasi, kita berpencar dengan
langsung turun” (Wawancara dengan I3.2 di Pemukiman Warga
Karang Taruna, Jum’at 16 November 2018 pukul 13.30)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.1, I1.2, I3.1 dan I3.2
Tim Satuan Petugas (SATGAS) dalam melaksanakan
117
pengawasan langsung turun kelapangan atau ketempat pengemis,
pengawasan terhadap pengemis yang sudah berikan dana atau
alat untuk mereka bekerja agar mereka tidak mengemis lagi,
pengawasan di lakukan untuk melihat bagaimana proses mereka
setelah di rehabilitasi.
Sementara itu pihak Unit Pelaksana atau Tim SATGAS
dalam melakukan pengawasan selalu bersama Kepala Bidang
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial. Hal ini berdasarkan hasil
wawancara peneliti dengan beberapa informan sebagai berikut :
“kalau kita sebagai unit pelaksana mengikuti arahan dari
pak heli selaku penanggung jawab, jadi dalam pelaksanaannya
beliau selalu ikut”. (Wawancara dengan I2.1 di kantor Satuan
Polisi Pamong Praja, Jum’at 6 April 2018 pukul 09.00)
“pastinya dengan Dinas Sosial terutama Pak Heli, karna
beliau kan penanggung jawabnya”. (Wawancara dengan I4.1 di
kantor Dinas Sosial Provinsi Banten, Kamis 15 November 2018
pukul 13.00)
“kita dari Taruna Siaga Bencana (TAGANA) ya ngikut saja,
sudah ada penanggung jawabnya dari Tim SATGAS itu ya Pak
heli sebagai koordinatornya, kita hanya mengikuti saja”.
(Wawancara dengan I4.2 di kantor Dinas Sosial Provinsi Banten,
Kamis 15 November 2018 pukul 13.30)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh informan
I2.1, I4.1 dan I4.1 bahwa Unit Pelaksana atau Tim SATGAS selalu
melakukan pengawasan lapangan bersama Kepala Bidang
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial. Tim SATGAS sendiri dalam
118
melaksanakan pengawasan langsung ke sarana titik yang menjadi
fokus kegiatan pengawasan.
Dalam melakukan kegiatan pengawasan Dinas Sosial Kota
Serang mempunyai bidang tertentu yang memang tugasnya
khusus untuk penyakit masyarakat seperti pengemis. Bidangnya
yaitu Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial dimana bidang
ini dibagi menjadi 3 seksi yaitu seksi pelayanan dan
perlindungan sosial anak dan lansia, seksi pelayanan sosial
rehabilitasi penyandang cacat dan seksi rehabilitasi tuna sosial
dan eks penyalah gunaan napza. Didalam seksi pelayanan dan
perlindungan sosial anak dan lansia terdapat 1 orang pegawai
yang membantu dalam melakukan pengawasan. Hal ini
disampaikan informan I1.1 kepada peneliti sebagai berikut :
”Jadi hanya ada 1 pegawai di dalam 1 seksi dan tidak
mempunyai staff atau bawahan, dinas sosial memang
kekurangan sdm, jadi dalam menjalankan tupoksinya ya dengan
sdm yang ada termasuk dalam pelaksanaan pengawasan”.
(Wawancara dengan I1.1 di kantor Dinas Sosial Kota Serang,
Rabu 4 April 2018 pukul 10.07)
Berdasarkan pernyataan yang di sampaikan oleh informan
I1.1 bahwa di dalam 1 seksi tidak mempunyai staff pendukung
untuk membantu dalam menjalankan pengawasan, pernyataan
tersebut juga di dukung oleh pernyataan informan I1.2 sebagai
berikut :
119
“ya memang di Dinas Sosial kekurangan sumber daya
manusianya, saya saja tidak mempunyai staff jadi kita di bidang
pelayanan dan rehabilitasi, hanya 1,1 saja perseksinya”.
(Wawancara dengan I1.2 di kantor Dinas Sosial Kota Serang,
Rabu 4 April 2018 pukul 11.10)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.1 dan I1.2 Dinas
Sosial memang kekurangan SDM yang berakibat hanya ada 1
orang dalam 1 seksi, jadi dalam pelaksanaan pengawasan hanya
kepala bidang pelayanan dan rehabilitasi, seksi pelayanan
perlindungan anak dan lansia yang melaksanakan dan di bantu
oleh 1 staff yang ikut dalam pelaksanaan pengawasan terhadap
pengemis. Dengan ini Dinas Sosial merasa bahwa SDM yang
melakukan pengawasan belum mencukupi, hal ini berdasarkan
pendapat yang di sampaikan oleh I1.1 sebagai berikut :
“dari Dinas Sosial ini pegawainya memang masih sedikit,
dan di bidang yang melakukan pengawasan terhadap pengemis
tidak ada staffnya”. (Wawancara dengan I1.3 di kantor Dinas
Sosial Kota Serang, Kamis 5 April 2018 pukul 10.00)
Berdasarkan pendapat yang di kemukakan oleh I1.3 bahwa
jumlah pegawai di bidang pelayanan dan rehabilitasi sosial
dalam melakukan pengawasan dirasa masih kurang.
Sumber Daya Manusia merupaka faktor terpenting dalah
sebuah organisasi dan menjadi kunci utama karena Sumber Daya
Manusia sebagai penggerak, pemikir dan perencana serta yang
menentukan keberhasilan dalam pencapaian tujuan di dalam
120
organisasi tersebut. Tetapi SDM yang di miliki oleh Dinas Sosial
Kota Serang masih terbatas maka dari itu Dinas Sosial meminta
bantuan kepada pihak lain untuk membantu melaksanakan
pengawasan terhadap pengemis. Hal ini berdasarkan wawancara
dengan I1.1 sebagai berikut
“Dari Dinas Sosial ya hanya bapak sebenarnya di bantu
juga oleh bu hendri, sama staff 1. Paling kita mengajak orang
lain sebagai tenaga sukarela seperti PSM, Karang Taruna dan
yang lainnya” (Wawancara dengan I1.1 di kantor Dinas Sosial
Kota Serang, Rabu 4 April 2018 pukul 10.07)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.1 bahwa Dinas
Sosial sebenarnya kekurangan untuk melakukan pengawasan
tetapi Dinas Sosial meminta bantuan kepada pihak lain untuk
membantu melaksanakan pengawasan tersebut. Pihak lain yang
di ajak membantu itu seperti Pekerja Sosial Masyarakat (PSM),
Karang Taruna dll. Pernyataan tersebut juga di dukung oleh
pernyataan informan I1.3 sebagai berikut :
“Teteh pikir ya kalau hanya dari Dinas Sosial saja mungkin
kurang efektif ya karna sedikit, makannya kita meminta bantuan
kepada pihak lain untuk setidaknya membantu”. (Wawancara
dengan I1.3 di kantor Dinas Sosial Kota Serang, Kamis 5 April
2018 pukul 10.00)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.1 dan I1.3 bahwa
Dinas Sosial meminta bantuan kepada pihak lain karna diarasa
Sumber Daya Manusia yang ada di Dinas Sosial tidak cukup.
Selain Sumber Daya Manusia yang masih kurang hal lain yang
121
harus di perhatikan yaitu dari segi kompetensi Sumber Daya
Manusianya itu sendiri. Hal ini berdasarkan wawancara dengan
I1.1 sebagai berikut :
“Kalau berkompeten ya bapa pikir iya karna ini ranah kita
dan kalau dari Dinas Sosial kan terutama bidang bapa
pelayanan dan rehabilitasi sosial, memang mengurusi penyakit
masyarakat terus, jadi kita sudah mengerti”. (Wawancara
dengan I1.1 di kantor Dinas Sosial Kota Serang, Rabu 4 April
2018 pukul 10.07)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.1 bahwa dari Dinas
Sosial memang sudah sesuai dengan bidangnya, Pernyataan
tersebut juga di dukung oleh pernyataan informan I1.2 sebagai
berikut :
“ya memang kita sudah sesuai dengan bidangnya, kalau di
bidang pelayanan dan rehabilitasi sosial ya, tidak tahu tapi ibu
kalo bidang lain” (Wawancara dengan I1.2 di kantor Dinas
Sosial Kota Serang, Rabu 4 April 2018 pukul 11.10)
Pernyataan tersebut juga di dukung oleh pernyataan
informan I5.1 dan I5.2 sebagai berikut :
“sebenarnya ya inikan ranah kita di bidang sosial, Pekerja
Sosial Masyarakat (PSM) kaya saya kan kebetulan relawan
cuma kan sudah terdaftar di Dinas Sosial menjadi Pekerja
Sosial Masyarakat (PSM), ya saya pikir rata-rata dari kita
sudah berkompeten di bidang ini, lagi pulan kan kita di damping
oleh Dinas Sosial sendiri kan” (Wawancara dengan I5.1 di kantor
Dinas Sosial Kota Serang, Kamis 15 November 2018 pukul
10.00)
“Saya rasasih ya semua orang bisa lah, kalo di bilang
berkompeten itu ya spesifik saja, seharusnya semua orang kan
memang sebagai Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), terutama
mahasiswa KKM aja kan itu bisa di bilang pekerja sosial”
122
(Wawancara dengan I5.2 di kantor Dinas Sosial Kota Serang,
Kamis 15 November 2018 pukul 10.20)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.1 dan I1.2 dan di
dukung oleh I5.1 dan I5.2 bahwa memang dalam bidang pelayanan
dan rehabilitasi sosial yang ada di Dinas Sosial Kota Serang
sudah sesuai dengan mereka, adapun memang bidang pelayanan
dan rehabilitasi sosial sudah lama mengurusi penyakit
masyarakat jadi mereka sudah mengerti tentang bagaimana
penanganannya itu sendiri, sedangkan untuk Tim Satuan Petugas
yang lain mereka sudah mengerti, karna ranah sosial memang
ranah mereka seperti Pekerja Sosial Masyarakat (PSM).
Dalam pelaksanaan pengawasan tentunya pasti ada faktor
hambatan atau kendala dalam pelaksanaan pengawasan. Hal ini
sesuai dengan wawancara dengan informan I1.1 sebagai berikut :
“Ya kendalanya sebenarnya ada saja, mulai dari SDMnya
yang kurang, SDM sebenarnya penting untuk kita melakukan
pengawasan terhadap pengemis, pengemis sendiri kan banyak,
kalau SDMnya kurang tentu kita juga yang kwalahan untuk
melakukan pengawasannya terus juga dari segi anggarannya
yang belum turun,ini sebenarnya yang penting karna menurut
bapak memang kan apa” perlu dana, jadi kalo dana tidak turun
tidak akan terealisasi pengawasannya ataupun penanganan
terhadap pengemis”. (Wawancara dengan I1.1 di kantor Dinas
Sosial Kota Serang, Rabu 4 April 2018 pukul 10.07)
Pernyataan tersebut juga di dukung oleh informan I4.1 dan
I4.2 kepada peneliti sebagai berikut :
123
“Menurut bapak ya orangnya sih kurang banyak, kita kan
ngawasin pengemis ga cuma 1 tapi kan banyak sedangkan untuk
yang ngelakuin pengawasannya kan 10 oranglah itu Tim Satuan
Petugas (SATGAS)nya kan, kalo masalah lainnya ya paling kita
masih pake kendaraan pribadi aja sih walaupun ya kita di kasih
buat bensin”. (Wawancara dengan I4.1 di kantor Dinas Sosial
Provinsi Banten, Kamis 15 November 2018 pukul 13.00)
“Ya sebenarnya masalah klasik sih ya kalo kekurangan
orang, cuma gabisa di pungkirin itu emang terjadi, dibilang
kwalahan sih iya, yang kita tangani kan bukan cuma pengemis,
penyakit masyarakat lainnya juga, jadi seharusnya Tim SATGAS
ya di tambah personilnnya”. (Wawancara dengan I4.2 di kantor
Dinas Sosial Provinsi Banten, Kamis 15 November 2018 pukul
13.30)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.1, I4.1 dan I4.2
permasalah yang terjadi dalam pengawasan yaitu dari Sumber
Daya Manusianya yang masih kurang, karena Tim SATGAS
yang di miliki Dinas Sosial Kota Serang hanya 10 untuk
menangani permasalah penyakit masyarakat seperti pengemis di
Kota Serang, jadi banyak sekali pengemis yang harus di tangani
sedangkan Sumber Daya Manusia yang ada di Dinas Sosial saja
sedikit tidak sebanding dengan pengemis yang ada di Kota
Serang dan dari peralatan maupun anggaran juga yang belum
turun, dalam pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
Kota Serang, Dinas Sosial selalu menjadwalkan dalam hal
penanganan, penjangakauan, penjaringan dan pengawasan,
namun jika anggara belum di turun pada saat kegiatan ingin di
124
laksanakan tentu kegiatan itu akan di undur. Pernyataan tersebut
juga di dukung oleh pernyataan informan I1.3 sebagai berikut :
“Ya kita sih melakukan apapun kan tergantung
anggarannya, kalau anggarannya turun ya kegiatan itu bakal
terlaksana”. (Wawancara dengan I1.3 di kantor Dinas Sosial
Kota Serang, Kamis 5 April 2018 pukul 10.00)
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan I1.1 dan I1.3
bahwa pengawasan akan terealisasikan jika anggaran yang di
keluarkan untuk pelaksanaan penanganan penyakit masayarakat
turun, Dinas Sosial sendiri sudah menjadwalkan setiap rencana
kegiatan namun di saat anggaran belum turun kegiatan tersebut
akan di undur sampai dana yang di kaluarkan turun atau di
terima oleh Dinas Sosial.
Walaupun terdapat hambatan atau kendala, kegiatan
pengawasan tetap di lakukan dengan mengganti jadwal turun
langsung terhadap pengawasan. Hal ini berdasarkan wawancara
dengan I1.1 sebagai berikut :
“Pengawasan sebenarnya tetap akan berjalan cuma kita
ganti waktunya saja”. (Wawancara dengan I1.1 di kantor Dinas
Sosial Kota Serang, Rabu 4 April 2018 pukul 10.07)
Hal senada juga di sampaikan oleh informan I1.2 kepada
peneliti sebagai berikut :
“Ya kita cari waktu yang pas saja, kalau memang anggaran
sudah turun kita langsung membuat jadwalnya yang baru lagi,
yang penting kan sebenarnya bagaimana kordinasnya”.
125
(Wawancara dengan I1.2 di kantor Dinas Sosial Kota Serang,
Rabu 4 April 2018 pukul 11.10)
Berdasarkan pernyataan yang di sampaikan I1.1 dan I1.2
bahwa dalam mengatasi hambatan tersebut yang terpenting
adalah koordinasi dengan semua pihak.
Dalam melakukan pengawasan terhadap penanganan
pengemis, pelaku kontrol internal di dalam pengawasan
penanganan pengemis ialah Dinas Sosial Kota Serang,
sedangkan pelaku kontrol eksternal dapat di lakukan oleh DPRD,
LSM dan komponen masyarakat lainnya. Dinas Sosial Kota
Serang dalam pengawasannya terhadap pengemis di bantu oleh
pelaku kontrol eksternal. Seperti yang di ungkapkan oleh I1.1
kepada peneliti sebagai berikut :
“Kalau dari external ya tadi itu kita ada dari Karang
Taruna, Tagana, Satpol PP, PERANK dan juga PSM yang
membantu kita dalam pengawasannya” (Wawancara dengan I1.1
di kantor Dinas Sosial Kota Serang, Rabu 4 April 2018 pukul
10.07)
Hal serupa juga diungkapkan oleh I1.2 sebagai berikut :
“Pihak eksternal ya ada, ada dari Satpol PP, Karang
.taruna dan yang lainnya”. (Wawancara dengan I1.2 di kantor
Dinas Sosial Kota Serang, Rabu 4 April 2018 pukul 11.10)
Pernyataan tersebut juga di dukung oleh pernyataan
informan I6.1 dan I3.1 sebagai berikut :
“Teteh sendiri kan dari Perkumpulan Anti Narkoba
(PERANK), namanya kita bermasyarakat pasti saling
126
membantu”. (Wawancara dengan I6.1 di kantor Dinas Sosial
Kota Serang Kota Serang, Senin 19 November 2018 pukul
09.00)
“Karang taruna ikut dalam pengawasan karna kita sendiri
kan di dalam lembaga yang di bina oleh Dinas Sosial, kita
tergabung dalam Potensi Sumber Kesejahteraan Masyarakat
(PSKS) jadi kita bergabung dengan Dinas Sosial Kota Serang
untuk pengawasan terhadap penyakit masyarakt”. (Wawancara
dengan I3.1 di kantor Kecamatan Serang, Jum’at 16 November
2018 pukul 13.00)
Berdasarkan penjelasan yang di kemukakan oleh I1.1 dan I1.2
dan didukung oleh pernyataan I6.1, I3.1 dapat di simpulkan bahwa
ada pelaku kontrol eksternal yang melakukan pengawasan
pengemis. Jadi tidak hanya Dinas Sosial saja, tetapi Dinas Sosial
bekeja sama dengan pihak lain untuk membantu mengawasi
pengemis. Seperti yang di sampaikan oleh I2.1 kepada peneliti
sebagai berikut :
“Mestinya memang harus ada kerja sama dengan pihak lain
karna pengemis di kota serang kan tidak 1 atau 2 kan banyak
dam menurut bapa kalo hanya dinas sosial saja tidak akan
cukup orangnya”. (Wawancara dengan I2.1 di kantor Satuan
Polisi Pamong Praja, Jum’at 6 April 2018 pukul 09.00)
Hal senada juga di sampaikan oleh informan I1.3 kepada
peneliti sebagai berikut :
“Kerja sama memang sudah dari lama dengan berbagai
pihak, tapi teteh sendiri gabung dengan tim satgas sih baru
tahun ini”. (Wawancara dengan I1.3 di kantor Dinas Sosial Kota
Serang, Kamis 5 April 2018 pukul 10.00)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I2.1 dan I1.3 bahwa
memang kerja sama memang sebenarnya harus terjalin, di
127
karenakan jumlah pengemis di Kota Serang yang banyak jadi
kerja sama terjalin untuk meminimalisir kekurangan Sumber
Daya Manusia yang ada di Dinas Sosial Kota Serang dalam
pelaksanaan pengawasan dan kerja sama denngan pihak lain pun
sudah terjalin sudah lama.
Dinas Sosial Kota Serang pernah mendapatkan pengaduan
dari masyarakat tentang terganggunya mereka dengan
keberadaan pengemis yang masih berkeliaran di jalanan. Hal ini
berdasarkan wawancara dengan I1.3 sebagai berikut :
“Ya sebenarnya ada saja masyarakat yang ngadu ke kita
saat kita turun kelapangan, ya mulai dari warga yang ada di
sekitaran situ maupun para pedagang, mereka ngomong bahwa
pengemis meminta” ada saja yang mulai sedikit maksa, ataupun
tidak mau pergi kalau belum di beri uang, mereka bilang sedikit
risih dengan itu”. (Wawancara dengan I1.3 di kantor Dinas
Sosial Kota Serang, Kamis 5 April 2018 pukul 10.00)
Hal senada juga di sampaikan oleh informan I2.1, I3.1 dan I5.1
kepada peneliti sebagai berikut :
“Ada saja yang ngadu ke kita, ya mereka terganggu dengan
pengemis dan pengamen itu”. (Wawancara dengan I2.1 di kantor
Satuan Polisi Pamong Praja, Jum’at 6 April 2018 pukul 09.00)
“Kalo kita lagi turun kelapangan ya ada saja sih”.
(Wawancara dengan I3.1 di kantor Kecamatan Serang, Jum’at 16
November 2018 pukul 13.00)
“Ya Tim Satuan Petugas (SATGAS) kelapangan pasti ada
aja, entah itu dia ngasih tau keberadaan merekanya atau ngadu
kalo mereka merasa terganggu gitu ya, terutama pedagang”.
(Wawancara dengan I5.1 di kantor Dinas Sosial Kota Serang,
Kamis 15 November 2018 pukul 10.00)
128
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.3, I2.1, I3.1 dan I5.1
bahwa sering terjadi pengaduan kepada Dinas Sosial atau Tim
Satuan Petugas (SATGAS) pada saat turun langsung kelapangan,
masyarakat berpendapat bahwa mereka terganggu akan
kehadiran pengemis yanga ada di sekitaran mereka karna sifat
dari pengemis tersebut yang memaksa pada saat meminta, bukan
hanya itu pengaduan yang di dapatkan memang bukan hanya
pengemis saja namun para pengamen juga. Sedangkan untuk
pengaduan terhadap pengemis yang sudah mendapatkan
penanganan seperti rehabilitasi, Tim Satuan Petugas (SATGAS)
tidak menerima pengaduan. Hal ini berdasarkan wawancara
dengan I4.1 dan I4.2 sebagai berikut :
“kalo untuk pengemis yang udah di rehabilitasi sih warga
sekitar gada yang merasa terganggu ya, karna biasanya mereka
berwirausaha entah itu ngejahit, benkel dll.”. (Wawancara
dengan I4.1 di kantor Dinas Sosial Provinsi Banten, Kamis 15
November 2018 pukul 13.00)
“sampe saat ini sih belum ada ya pengaduan dari warga
sekitaran rumah pengemis, karna memang mereka udah ga
ngemis lagi, sejauh ini sih begitu”. (Wawancara dengan I4.2 di
kantor Dinas Sosial Provinsi Banten, Kamis 15 November 2018
pukul 13.30)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I4.1, dan I4.2 bahwa
untuk pengemis yang sudah di rehabiltiasi, warga sekitar rumah
pengemis sudah merasa tidak terganggu, karena mereka sudah
129
berwirausaha. Sering terjadi pengaduan kepada Dinas Sosial atau
Pengaduan yang di lakukan oleh masyarakat saat Dinas Sosial
turun kelapangan. Hal ini berdasarkan wawancara dengan I1.1
sebagai berikut :
“Pengaduan kepada Dinas Sosial secara langsung ke kantor
sih sejauh ini belum ada, namun pada saat tim Dinas Sosial
turun kelapangan ada saja masyarakat sekitaran yang ngadu ke
pihak kita”. (Wawancara dengan I1.1 di kantor Dinas Sosial Kota
Serang, Rabu 4 April 2018 pukul 10.07)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.1 bahwa Dinas
Sosial sering mengalai pengaduan pada saat Tim SATGAS
Dinas Sosial turun kelapangan, sedangkan pengaduan langsung
ke kantor Dinas Sosial sendiri sejauh ini memang belum ada.
Pengaduan yang di sampaikan kepada Tim SATGAS biasanya di
tempat-tempat umum. Seperti yang di sampaikan oleh I2.1 kepada
peneliti sebagai berikut :
“Yang kita temuin memang kebanyakan masyarakat merasa
terganggu di tempat makan, tempat wisata atau di lampu-lampu
merah”. (Wawancara dengan I2.1 di kantor Satuan Polisi
Pamong Praja, Jum’at 6 April 2018 pukul 09.00)
Berdasarkan hasil wawancara dengan 12.1 bahwa laporan
dari masyarakat kebanyakan dari mereka merasa terganggu
terhadap pengemis pada saat mereka di tempat makan, tempat
wisata ataupun di sekitaran lempu merah.
130
Dalam kegiatan pengawasan masyarakat di libatkan : Hal ini
berdasarkan wawancara dengan I1.1 sebagai berikut :
“Ya justru kalau kita tanpa masyarakat dari mana kita
dapat pengaduan-pengaduan kaya gitu, kita intinya sih begini,
mau pengemis yang belum kita tangani atau yang sudah yang
jelas jangan sampai meresahkan masyarakat”. (Wawancara
dengan I1.1 di kantor Dinas Sosial Kota Serang, Rabu 4 April
2018 pukul 10.07)
Pernyataan tersebut juga di dukung oleh pernyataan
informan I1.2 sebagai berikut :
“Memang masyarakat ikut serta,menurut Ibu itu cukup
membantu”. (Wawancara dengan I1.2 di kantor Dinas Sosial
Kota Serang, Rabu 4 April 2018 pukul 11.10)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.1 dan I1.2 bahwa
masyarakat di libatkan dalam pengawasan terkait keikutsertaan
dan keaktifan mereka dalam hal membantu pelaoran atau
pengaduan jika di daerah mereka terdapat pengemis yang
menggangu atau meresahkan.
Partisipasi masyarakat dalam pengawasan dibutuhkan untuk
mendungkung kegiatan kebijakan pemerintah, dengan adanya
partisipasi masyarakat akan memudahkan pemerintah dalam
melaksanakan kebijakannya. Partisipasi masyarakat dalam
pengawasan penanganan pengemis di Kota Serang sangatlah di
butuhkan keikutsertaannya dan keaktifanya. Namun berdasarkan
observasi dan wawancara peneliti dengan informan menunjukan
131
bahwa partisipasi masyarakat masih sangat rendah, berikut ini
pernyataan informan I8.1 sebagai berikut :
“Gatau ya a, saya mah ga terlalu mikirin beginian, ya
masing-masing aja gitu, terserah mereka mau apa, Orang kaya
ibumah ga ngerti masalah begitauan itumah urusannya orang-
orang pinter, udah yang nanganin ini kan”. (Wawancara dengan
I8.1 di Sekitaran Pemukiman Kebon Jahe Kota Serang, Senin 16
April 2018 pukul 10.00)
Hal lain di sampaikan oleh informan I8.2 kepada peneliti
sebagai berikut :
“Cuma bilang sih pernah, waktu itu ada petugas ya saya
bilang kalo disini ya suka ada aja pengemismah”. (Wawancara
dengan I8.2 di Alun-alun Kota Serang, Senin 16 April 2018 pukul
19.00)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I8.1, dan I8.2 bisa di
tarik kesimpulan bahwa partisipasi masyarakat dengan
keberadaan pengemis memang rendah. Partisipasi masyarakat
sebenarnya sangat di butuhkan dapat berupa pengawasan sosial,
pemberian saran, usul, keberatan, pengaduan dan penyampaian
informasi dan laporan. Dengan adanya peran masyarakat bisa
membantu mendorong kinerja pemerintah dalam mengawasi.
Keikutsertaan masyarakat juga bisa membantu pemerintah lebih
cepat dan sigap.
Untuk menangani permasalahan pengemis Dinas Sosial
melakukan pengarahan dan pembinaan. Hal ini berdasarkan
wawancara dengan I1.1 sebagai berikut :
132
“Cara yang kita lakukan yah kita beri arahan dan kita
berikan pembinaan, sebelum kita seleksi untuk pengemis yang
akan kita kirim untuk di berikan keahlian dan di berikan alat
dari keahliannya itu”. (Wawancara dengan I1.1 di kantor Dinas
Sosial Kota Serang, Rabu 4 April 2018 pukul 10.07)
Pernyataan tersebut juga di dukung oleh pernyataan
informan I1.2 sebagai berikut :
“pengemis kita beri arahan dan kita bina setelah
penjangkauan dan penjaringan”. (Wawancara dengan I1.2 di
kantor Dinas Sosial Kota Serang, Rabu 4 April 2018 pukul
11.10)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.1 dan I1.2 bahwa
dalam menangani permasalahan pengemis Dinas Sosial
menjaring dan menjangkau pengemis, lalu kemudia pengemis
yang terjaring di kumpulkan untuk diberikan arahan dan
pembinaan, yang selanjutnya pengemis di seleksi untuk di kirim
dan di berikan pelatihan agar mereka mempunyai keahlian dan
tidak mengemis lagi. Untuk mengawasi pengemis yang sudah di
tangani seperti di berikan alat, uang dan pelatihan untuk mereka
membuat usaha, Dinas Sosial sebagai Dinas yang menangani
masih bertanggung jawab untuk mengawasi agar keahlian, uang
dan alat untuk usaha tidak di salah gunakan. Hal ini berdasarkan
wawancara dengan I1.1 sebagai berikut :
“kita masih mengawasi, memang itu tanggung jawab kita,
ya tidak kita lepas begitu saja, percuma kan kalau di lepas nanti
dia balik mengemis lagi”. (Wawancara dengan I1.1 di kantor
Dinas Sosial Kota Serang, Rabu 4 April 2018 pukul 10.07)
133
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.1 pengemis yang
sudah di tangani tidak langsung di lepaskan begitu saja, Dinas
Sosial sebagai yang menangani permasalahan pengemis akan
mengawasi agar Pengemis tersebut tidak mengemis lagi dan
uang, alat dan keterampilan yang iya dapatkan bisa iya gunakan
untuk membuka usaha, dan tidak kembali menjadi pengemis
lagi.
Pengemis ada yang sudah mendapatkan penanganan dan ada
yang belum mendapatkan penanganan, Hal ini berdasarkan
wawancara dengan I7.1 sebagai berikut :
“Ibu pernah ketangkep Satpoll PP ya 2 kali terus di
kumpulin di rumah gitu, di kasih tau sama orang gitu di
ceramahin juga, ya pokonya jangan ngemis lagi katanya”.
(Wawancara dengan I7.1 di lampu merah Alun-alun Kota Serang,
Minggu 15 April 2018 pukul 19.00)
Hal senada juga di sampaikan oleh informan I7.2 kepada
peneliti sebagai berikut :
“Di tangani ya pernah sih, cuma ya saya tetep ngemis aja,
disuruh berenti juga gimana saya gada kerjaan, anak kan butuh
makan, bapaknya juga udah gada, yaudah mau gimana lagi,
lagian saya gabisa apa-apa de, jadi pembantu juga gajinya
kecil, yang ada capenya doang”. (Wawancara dengan I7.2 di
lampu merah Lontar Kota Serang, Minggu 15 April 2018 pukul
20.00)
Hal lain di sampaikan oleh informan I7.3 kepada peneliti
sebagai berikut :
134
“Belum pernah, pernah ada razia juga bapak kabur ga
pernah ketangkep, saya ngemis udah lama belum pernah dapet
penanganan, semua orang pasti mau berenti jadi pengemis cuma
mau gimana kalo kita sendiri yang ga cari makan siapa yang
ngasih, kita minta-minta gini aja masih banyak yang ga peduli,
gimana kita diem aja, liat aja bapak kaya gini mau kerja apa.”
(Wawancara dengan I7.3 di lampu merah Kebon Jahe Kota
Serang, Minggu 15 April 2018 pukul 14.00)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I7.1 dan I7.2 bahwa
pengemis ada yang sudah mendapatkan penanganan dan ada
yang belum, baik yang sudah mendapatkan penanganan maupun
belum mereka tetap mengemis dikarenakan faktor ekonomi dan
mereka tidak punya keahlian lain untuk bekerja.
Pengemis pernah mendapatkan pengawasan langsung, Hal
ini berdasarkan wawancara dengan I7.4 sebagai berikut :
“Ibu taun kemarin pernah di kirim ke panti sosia soalnya
ibu udah sering ketangkep razia yaudah ibu pasrah aja mau
gimana lagi, di sana lama de berapa bulan gitu, disana enak sih
makan gausah mikir dari mana tidur lumayan enak, sehari-
harinya sih ya di ajarin jahit bikin kerajinan ya gitu aja, udah
pulang ke dinas sosial lagi di kasih mesin jahit sama duit, terus
ampir setiap minggu lah setelah ibu pulang itu ada pendataan
mesinnya di pake usaha engga uangnya di pake apa, ya di
awasin aja gitu terus kaya kitanya apa aja ya heran ibu juga,
cuma pas udah ga pernah dateng ya ibu jual itu alat, enakan
ngemis uangnya lebih banyak, ngejait mah dapetnya geh brapa
de mana di kampungmah mereka juga jait masing-masing”
(Wawancara dengan I7.4 di lampu merah Sumur Pecung Kota
Serang, Minggu 15 April 2018 pukul 19.00)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I3.4 bahwa pengemis
sudah mendapatkan penanganan maupun pengawasan namun
tetap mereka kembali menjadi pengemis setelah tidak di awasi
135
lagi, faktor yang menyebabkan menjadi pengemis yaitu faktor
ekonomi yang rendah.
4.3.1.2 Standar Operasinoal Prosedur Pengawasan
Standar operasional prosedur Pengawasan merupakan
panduan atau langkah-langkah yang di gunakan agar kegiatan
suatu organisasi berjalan dengan lancar. Standar operasional
prosedur menjadi acuan atau pedoman untuk melaksanakan tugas
pekerjaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi disuatu
organisasi tersebut. Tujuan dari adanya Standar operasional
prosedur (SOP) ialah memperjelas dan mempermudah proses
pemberian tugas, wewenang, serta tanggung jawab setiap
pegawainya, memudahkan dan mengetahui terjadinya kesalahan
dan kegagalan didalam proses kerja serta memudahkan proses
pengontrolan kerja masing-masing pegawainya. Standar
operasional prosedur (SOP) juga berfungsi sebagai dasar hukum
bila terjadi penyimpangan , mengarahkan pegawai untuk
berprilaku disilplin dalam bekerja, mengetahui secara cepat
hambatan-hambatan dan sebagai pedoman dalam melaksanakan
pekerjaan rutin.
Dinas Sosial Kota Serang mempunyai Standar
operasional prosedur (SOP) untuk menjadi acuan dalam
melaksanakan kegiatan pengawasan yaitu SOP penjangkauan,
136
penjaringan dan pengawasan. Seperti yang di sampaikan oleh I1.1
kepada peneliti sebagai berikut :
“Iya kita punya SOPnya”. (Wawancara dengan I1.1 di
kantor Dinas Sosial Kota Serang, Rabu 4 April 2018 pukul
10.07)
Hal senada juga di sampaikan oleh informan I1.2 kepada
peneliti sebagai berikut :
“SOPnya iya ada”
Selain mempunyai SOP, Dinas Sosial Kota Serang juga
sudah sesuai dalam melaksanakan SOPnya. Seperti yang di
sampaikan oleh I1.1 sebagai berikut:
“Ya kalau pengawasan ya udah kita lakukan dengan
SOPnya”. (Wawancara dengan I1.1 di kantor Dinas Sosial Kota
Serang, Rabu 4 April 2018 pukul 10.07)
Pernyataan yang sama juga di sampaikan oleh informan
I1.2 kepada peneliti sebagai berikut :
“Kita melakukannya sesuai dengan SOP yang berlaku
pastinya”. (Wawancara dengan I1.1 di kantor Dinas Sosial Kota
Serang, Rabu 4 April 2018 pukul 10.07)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.1 dan I1.2 bahwa
Pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial Kota Serang
sudah sesuai dengan SOP yang ada di Dinas Sosial Kota Serang
itu sendiri.
137
Selain memunyai SOP, Dinas Sosial Kota Serang juga
mempunyai alat monitoring. Seperti yang di sampaikan oleh I1.1
sebagai berikut :
“Kalau alat monitoring untuk untuk menilai kinerja
pegawai, kayanya paling dari SKP”. (Wawancara dengan I1.1 di
kantor Dinas Sosial Kota Serang, Rabu 4 April 2018 pukul
10.07)
Berdasarkan penjelasan yang di sampaikan oleh I1.1
bahwa alat monitoring yang dicipatkan oleh Dinas Sosial Kota
Serang yaitu Satuan Kinerja Pegawai (SKP), Satuan Kinerja
Pegawai ialah suatu kegiatan yang memuat tugas jabatan dan
target yang harus di capai.
Dalam melakukan pengawasan Dinas Sosial Kota Serang
selalu malakukan tindakan korektif ketika menemukan kesalahan
atau penyimpangan yang di lakukan oleh pengemis. Hal ini
berdasarkan wawancaran dengan I1.1 sebagai berikut :
“Ya kadang-kadang apa yang kita lihat ya itulah yang
kita bina, ya misalnya dia kebingungkan bagaimana kita kasih
tau, ya pokonya kita langsung kasih tau dan arahkan”.
(Wawancara dengan I1.1 di kantor Dinas Sosial Kota Serang,
Rabu 4 April 2018 pukul 10.07)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.1 bahwa dalam
melakukan kegiatan pengawasan jika ditemukan suatu
penyimpangan, Dinas Sosial Kota Serang langsung melakukan
138
tindakan korektif berupa langsung memberikan pengarahan dan
pembinaan.
Dalam memberikan sangsi kepada pengemis dan kepada
masyarakat yang memberikan uang kepada pengemis itu bukan
tanggung jawab Dinas Sosial. Hal ini berdasarkan wawancara
dengan I1.1 sebagai berikut :
“Walaupun ini memang ranah kami menangani
pengemis, tapi kalo memberi sangsi bukan ranahnya Dinas
Sosial”. (Wawancara dengan I1.1 di kantor Dinas Sosial Kota
Serang, Rabu 4 April 2018 pukul 10.07)
Hal senada juga di sampaikan oleh informan I1.2 kepada
peneliti sebagai berikut :
“Kalau ngasih sangsi sih ibu pikir bukan dari Dinas
Sosial”. (Wawancara dengan I1.2 di kantor Dinas Sosial Kota
Serang, Rabu 4 April 2018 pukul 11.10)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.1 dan I1.2 bahwa
Dinas Sosial selaku yang menangani masalah pengemis, namun
dalam permasalahan memberi sangsi bagi pengemis yang terus
membandel atau yang sudah pernah terjaring/terazia namun
masih saja tetap mengemis itu bukan ranah Dinas Sosial.
4.3.1.3 Sumber Daya Keuangan dan Peralatan
Untuk melakukan kontrol atas pelaksana suatu kebijakan,
disamping menentukan dana atau amggaran yang cukup juga
diperlukan peralatan yang memadai. Besarnya anggaran dan
139
jenis peralatan untuk melakukan kontrol sangat tergantung pada
variasi dan kompleksitas pelaksanaan suatu kebijakan.
Rencana anggara merupakan anggaran tambahan yang
dirasa untuk mencukupi kebutuhan program, rencana anggaran
dirasa sangat dibutuhkan bilamana anggaran yang diberikan
tidak mencukupi atau sangat minim, Hal ini berdasarkan
wawancara dengan I1.1 sebagai berikut :
“Anggaran nya sangat minim, oleh karena itu kita
sesuaikan juga dengan program-program atau kegiatan-
kegiatan yang akan kita lakukan”. (Wawancara dengan I1.1 di
kantor Dinas Sosial Kota Serang, Rabu 4 April 2018 pukul
10.07)
Berdasarkan pernyataan diatas bahwa anggaran yang di
berikan oleh pemerintah sanagat minim sehingga banyak
mempertimbangkan bilamana harus menambah kegiatan diluar
rencana, hal lain di paparkan oleh I1.2 yaitu sebagai berikut :
“Kalau anggaran ibu rasa memang masih minim”.
(Wawancara dengan I1.2 di kantor Dinas Sosial Kota Serang,
Rabu 4 April 2018 pukul 11.10)
Berdasarkan penjelasan yang di sampaikan oleh I1.1 dan
I1.2 bahwa anggaran yang di berikan pemerintah sangat minim,
dalam penganggaran ada rencana anggaran yang berarti suatu
anggaran atau dana yang disesuaikan dengan kegiatan. Adapun
rencana anggaran yang ada di Dinas Sosial Kota Serang
diungkapkan oleh I1 yaitu sebagai berikut :
140
“Rencana anggaran khusus pasti ada, sedangkan
diajukannya tidak langsung ke pemerintah melainkan harus
lewat kepala Dinas terlebih dahulu, apakah rencana anggaran
khusus tersebut penting atau tidak”. (Wawancara dengan I1.1 di
kantor Dinas Sosial Kota Serang, Rabu 4 April 2018 pukul
10.07)
Hal senada juga di sampaikan oleh informan I1.2 kepada
peneliti sebagai berikut :
“Ya Rencana anggaran khusus pasti ada, sedangkan
diajukannya tidak langsung ke pemerintah melainkan harus
lewat kepala Dinas terlebih dahulu, apakah rencana anggaran
khusus tersebut penting atau tidak”. (Wawancara dengan I1.2 di
kantor Dinas Sosial Kota Serang, Rabu 4 April 2018 pukul
11.10)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan I1.1 dan I1.2
dapat diambil kesimpulan bahwa untuk mengajukan rencana
anggaran khusus harus melalui kepala Dinas apakah program
pengawasan layak untuk diberikan anggaran khusus atau tidak,
jika tidak diperlukan maka pengajuan rencana anggaran khusus
ditolak.
Dinas Sosial Kota Serang dalam memiliki anggaran
dirasa masih belum memadai dalam menunjang kegiatan
pengawasan. Hal ini berdasarkan wawancara dengan I1.1 sebagai
berikut :
“Kalau masalah memadai atau tidak memadai ya
memang tidak memadai, cumin kan permasalahanna kita dengan
dana kecil bisa memaksimalkan kegiatan itu atau tidak, ya kalo
kita ya Alhamdulilah beres juga”. (Wawancara dengan I1.1 di
141
kantor Dinas Sosial Kota Serang, Rabu 4 April 2018 pukul
10.07)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.1 bahwa anggaran
yang di miliki oleh Dinas Sosial Kota Serang masih belum
optimal namun dengan anggaran yang belum memadai tersebut
Dinas Sosial Kota Serang tetap memaximalkan kegiatan
pengawasan.
Dalam penganggaran ini juga terdapat indikator
mengenai pengawasan anggaran yang merupakan lembaga atau
bidang yang mengawasi pengeluaran yang dibutuhkan oleh
kegiatan yang sedang berjalan, dalam pengawasan anggaran
dalam penanganan penyakit masyarakat yaitu pengawasan dana
modal yang di berikan oleh Kementrian Sosial langsung melalui
rekening para penyandang masalah kesejahteraan sosial. Hal ini
berdasarkan wawancara dengan I1.1 sebagai berikut :
“Kita selalu melakukan pengawasan melalui monitoring
kepada setiap objek yang mendapat bantuan dari kemensos,
yang kita lihat itu apakah usahanya semakin berkembang atau
tidak. Atau bahkan sudah tidak meneruskan usahanya. Bahkan
sampai ada dan banyak peralatan yang diberikan oleh
pemerintah pusat dijual oleh mereka”. (Wawancara dengan I1.1
di kantor Dinas Sosial Kota Serang, Rabu 4 April 2018 pukul
10.07)
Hal senada juga di sampaikan oleh informan I1.2, I3.2, I6.2
kepada peneliti sebagai berikut :
142
“Ada pengawasan dari kita dimana dana yang diawasi
berupa dana modal yang di berikan langsung dari kementria
sosial melalui buku rekening. Dan kita bertugas memonitoring
apakah dana tersebut digunakan dengan benar atau tidak”.
(Wawancara dengan I1.2 di kantor Dinas Sosial Kota Serang,
Rabu 4 April 2018 pukul 11.10)
“Pengawasan yang kita lakukan ya selalu memonitor
mereka yang telah mendapatkan bantuandari kemensos,
mereka mendapatkan alat dan uang, selanjutnya tugas kita
untuk memonitor supaya digunakan sebaik mungkin ”.
(Wawancara dengan I3.2 di Pemukiman Warga Karang Taruna,
Jum’at 16 November 2018 pukul 13.30)
“Ya selalu, pengawasan selalu di lakukan pastinya,
untuk mencegah hal-hal yang tidak di inginkan”. (Wawancara
dengan I6.2 di kantor Sekretariat Perkumpulan Anti Narkoba
Kota Serang, Senin 19 November 2018 pukul 09.00)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.1, I1.2, I3.2 dan
I6.2 tentang pengawasan anggaran diatas dapat disimpulkan
bahwa adanya pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Sosial
Kota Serang dalam mengawasi dana dan perkembangan modal
yang diberikan kepada para penyandang masalah kesjahteraan
sosial yang sebelumnya mereka mengikuti proses pembinaan
di yayasan PSBK selama 8 bulan, dana yang diberikan
langsung dikirm ke rekening para penyandang. Tugas Dinas
Sosial memonitoring apakah dana tersebut digunakan untuk
keperluan usaha atau tidak dengan mengeceknya perbulannya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.1 dan I1.2 diatas
mengenai penganggaran makan rencana anggaran khusus tiap
143
tahunnya ada dan sudah di ajukan hanya saja belum tentu di
kabulkan dan mengajukannya pun tidak langsung ke
pemerintah daerah melainkan harus melalui kepala Dinas
terlebih dahulu dan itupun ditentukan lagi apakah layak untuk
mengajukan penambahan anggaran atau tidak. Anggaran yang
diberikan oleh pemerintah daerah dinilai sangat kecil sehingga
dibutuhkan rencana anggaran tambahan untuk Pengawasan.
Dengan adanya bantuan dari kementrian sosial untuk
memberikan bantuan modal yang langsung ke rekening
pengemis sehingga dinas sosial kota serang harus melakukan
monitoring terhadap mereka yang menerima bantuan apakah
berkembang atau tidak.
Selain anggaran, peralatan dalam kegiatan pengawasan
juga penting untuk menunjang kegiatan pengawasan. Peralatan
yang di miliki oleh Dinas Sosial Kota Serang dalam
menunjang kegiatan pengawasan masih belum memadai. Hal
ini berdasarkan wawancara dengan I2.1 sebagai berikut :
“Belum, tidak ada kita pakai alat transportasi sendiri”.
(Wawancara dengan I2.1 di kantor Satuan Polisi Pamong
Praja, Jum’at 6 April 2018 pukul 09.00)
Hal senada juga di sampaikan oleh informan I1.3 dan I5.1
kepada peneliti sebagai berikut :
144
“Belum ada, misalnya dalam hal kendaraan kalau
kendaraan operasional dipake, kita pake motor sendiri”.
(Wawancara dengan I1.3 di kantor Dinas Sosial Kota Serang,
Kamis 5 April 2018 pukul 10.00)
“untuk Tim Satuan Petugas (SATGAS) sendiri belum
mempunyai kendaraan operasional, kita masih menggunakan
kendaraan pribadi”. (Wawancara dengan I5.1 di kantor Dinas
Sosial Kota Serang, Kamis 15 November 2018 pukul 10.00)
Pernyataan tersebut juga di dukung oleh pernyataan
informan I5.2 sebagai berikut :
“Kendaraan operasional untuk pengawasan ya belum
ada, kita masih menggunakan kendaraan pribadi, ya walaupun
Dinas Sosial sendiri kadang menyiapkan untuk Tim Satuan
Petugasnya” (Wawancara dengan I5.1 di kantor Dinas Sosial
Kota Serang, Kamis 15 November 2018 pukul 10.00)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.1, I1.2, I5.1 dan
pernyataan tersebut di dukung oleh I5.2 bahwa untuk alat
transportasi belum memadai, Dinas Sosial Kota Serang sendiri
masih terkendala karena pengawasan masih memakai alat
transportasi sendiri dan untuk kendaraan operasionalnya masih
terbatas. Selain itu masih banyak alat perlengkapan yang
belum memadai. Hal ini berdasarkan wawancara dengan I1.1
sebagai berikut :
“Peralatan pendukung sih belum ada ya, ya bapa sih
pengenya ada baju atau rompi untuk tim bapa Tim SATGAS ya
biar kita bajunya seragam, jadi pada saat melakukan
pengawasan di lihat oleh masyarakat juga enak selain itu
belum ada juga alat suara setidaknya untuk kita melakukan
kordinasi setiap saat, kan enak kalo kita punya alat suaramah
koordinasi enak bisa kapan aja, sebenarnya sih hal sepele
145
pakai hp kita juga bisa, cuman biar lebih efektif saja gitu”.
(Wawancara dengan I1.1 di kantor Dinas Sosial Kota Serang,
Rabu 4 April 2018 pukul 10.07)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.1 bahwa alat
pendukung untuk pelaksanaan pengawasan yang di lakukan
oleh Dinas Sosial Kota Serang belum memadai, perlengkapan
pendukung untuk pelaksanaan pengawasan seperti seragam dan
alat komunkiasi belum ada dari Dinas Sosial Kota Serang.
Perlengkapan yang di gunakan untuk Tim Satuan Petugas
Dinas Sosial Kota Serang belum sepenuhnya terpenuhi dan
perlengkapan seperti alat komunikasi dan seragam untuk Tim
Satuan Petugas Dinas Sosial ini untuk melancarkan
pengawasan dan akan berjalan lebih efektif.
4.3.1.4 Jadwal Pelaksanaan Pengawasan
Jadwal pelaksanan pengawasan di rasa sangat penting
untuk menjadwalkan pengawasan itu sendiri. Dalam jadwal
pelaksana kegiatan pengawasan terdapat jadwal kontrol
internal dan eksternal. Namun dalam jadwal kontrol internal
dan eksternal biasanya di lakukan bersamaan yaitu di lakukan
setiap bulan dan 1 semester sekali.
Dinas Sosial Kota Serang mempunyai jadwal dalam
melaksanakan kegiatan pengawasan. Jadwal yang di miliki
oleh Dinas Sosial Kota Serang yaitu 1 tahun 2 kali, berarti
146
dalam 1 tahun 2 kali dalam melakukan pengawasan terhadap
pengemis.
Hal ini berdasarkan wawancara dengan I1.1 sebagai
berikut :
“Itu sudah tertuang di dalam program jadwalnya itu,
ya programnya yang di lakukan Dinas Sosial itu ya kita
lakukan 1 tahun 2 kali, jadi 6 bulan sekali lah kita
melakukannya. Kalau di tanya ada atau tikak ya ada
jadwalnya”. (Wawancara dengan I1.1 di kantor Dinas Sosial
Kota Serang, Rabu 4 April 2018 pukul 10.07)
Hal senada juga di sampaikan oleh informan I1.2
kepada peneliti sebagai berikut :
“iya kita punya jadwalnya, kita lakukan 2 kali dalam
setahun”. (Wawancara dengan I2.1 di kantor Satuan Polisi
Pamong Praja, Jum’at 6 April 2018 pukul 09.00)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.1 dan I1.2 bahwa
Dinas Sosial Kota Serang mempunyai jadwal dalam
pelaksanaan pengawasan, dalam 1 tahun Dinas Sosial Kota
Serang melakukan pengawasan 2 kali di hitung per 6 bulan
sekali, jadwal ini sudah tertuang dalam program yang sudah di
buat oleh Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial
Kota Serang.
Peneliti juga menanyakan hal yang sama kepada Tim
SATGAS yang di bentuk oleh Dinas Sosial Kota Serang.
147
Berikut ini hasil wawancara dengan I2.1 dan I5.1 sebagai berikut
:
“Satu tahun biasanya 2 kali, kalau jadwal dari mereka.
Biasanya Dinsos ngasih surat ke kita Tim Satgas untuk
melakukan pengawasan”. (Wawancara dengan I2.1 di kantor
Satuan Polisi Pamong Praja, Jum’at 6 April 2018 pukul
09.00)
“Kita melakukan pengawasan sih 2 kali tiap tahun, per
1 kalinya itu hampir 2 minggu, jadi misalnya senin, selasa,
lanjut lagi nanti juma”at, sabtu, jadi kita seling-seling”.
(Wawancara dengan I5.1 di kantor Dinas Sosial Kota Serang,
Kamis 15 November 2018 pukul 10.00)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I2.1 dan I5.1
bahwa bahwa dalam pelaksanaan pengawasan 1 tahun 2 kali
dan Dinas Sosial saat akan melaksanakan pengawasan
memberikan surat kepada Tim SATGAS untuk melakukan
pengawasan sesuai dengan jadwal yang sudah di tentukan oleh
Dinas Sosial Kota Serang.
Dalam penentuan jadwal dalam melakukan pengawasan
Dinas Sosial sudah menentukan dari awal tahun. Hal ini
berdasarkan wawancara dengan I1.1 sebagai berikut :
“Dinas Sosial sudah menentukannya dari awal tahun,
bapa selaku Kepala Pealayanan dan Rehabilitasi Sosial ya
buatnya dari awal tahun kita sudah merencanakannya
bagaimana kedepan, namun jadwal yang sudah kita tentukan
bisa berubah pada saat ingin pelaksanaan, karna anggaran
belum turun. Misalnya bapak sudah menentukan jadwal bulan
maret tapi anggarannya belum keluar terpaksa kita undur di
bulan depannya, jadi bisa berubah sewaktu-waktu”.
148
(Wawancara dengan I1.1 di kantor Dinas Sosial Kota Serang,
Rabu 4 April 2018 pukul 10.07)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.1 bahwa Dinas
Sosial Kota Serang sudah menentukan jadwal pengawasan itu
sendiri. Jadwal di buat sesuai dengan bidangnya yaitu bidang
pelayanan dan rehabilitasi sosial selaku bidang yang
menangani permasalahan pengemis. Penentuan jadwal yang
sudah di tentukan bisa di rubah kapan saja tergantung turunnya
anggaran.
4.4 PEMBAHASAN
4.4.1 Pengawasan Pengemis oleh Dinas Sosial Kota Serang
4.4.1.1 Pelaku Pengawasan Pelaksana Kebijakan
Pelaku pengawasan pelaksana kebijakan dibedakan menjadi
dua macam, terdiri dari kontrol pelaksana kebijakan eksternal dan
internal. Pelaku Kontrol internal (internal kontrol) dapat dilakukan
oleh unit atau bagian monitoring dan pengendalian dan badan
pegawasan daerah. Pelaku kontrol internal mengenai pengawasan
terhadap penanganan pengemis di Kota Serang yaitu Dinas Sosial
Kota Serang. Sedangkan pelaku kontrol eksternal (external control)
yang membantu Dinas Sosial dalam melakukan pengawasan yaitu
Karang Taruna, TAGANA, SATPOL PP, PSM dan PERANK.
149
Dinas Sosial Kota Serang mempunyai tugas dan fungsi untuk
melaksanakan pengawasan berada di bidang pelayanan dan rehabilitasi
sosial yang di dalamnya terdapat beberapa sub bidang, namun tidak
semua sub bidang melakukan pegawasan, hanya seksi pelayanan dan
perlindungan anak dan lansia yang ikut membantu dalam pelaksanaan
pengawasan.
Pihak Unit Pelaksana Satuan Polisi Pamong Praja juga di
libatkan dalam melakukan pengawasan yang sudah di tetapkan dalam
surat keputusan Kepala Dinas Sosial Kota Serang tentang Penetapan
Petugas Pelaksana Penjaringan, Penjangkauan dan Pengawasan PMKS
SATGAS Dinas Sosial Kota Serang. Dalam Surat Keputusan tersebut
SATPOLL PP juga turut membantu dalam melaksanakan pengawasan
terhadap pengemis.
Dalam melaksanakan pengawasan terhadap pengemis,
pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial Kota Serang yaitu
pengawasan sebelum dan setelah pengemis tersebut mendapatkan
penanganan. Penanganan yang di berikan tersebut di beri arahan,
pembinaan dan rehabilitasi. Dinas Sosial dalam melaksanakan
pengarahan dan pembinaan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan
dan MUI untuk memberikan pendidikan jasmani dan rohani,
Sedangkan dalam melakukan Rehabilitasi Dinas Sosial bekerja sama
dengan Dinas Sosial Provinsi Banten dan Kemetrian Sosial, karena
150
Dinas Sosial Kota Serang tidak mempunyai tempat untuk rehabilitasi.
Rehabilitasi yang di lakukan untuk di berikan pelatihan dan
pembinaan, dimana pembinaan dan pelatihan tersebut dilakukan di dua
lokasi yang berbeda yaitu PSBK yang diusung oleh Kementrian Sosial
yang berlokasi di bekasi dan BP2S yang diusung oleh Dinas Sosial
Provinsi Banten dan Dinas Sosial. Kuota yang diberikan oleh
Kementrian Sosial di panti PSBK kepada kabupaten/kota tidak
terbatas, sedangkan di BP2S hanya 10 orang pertahun.
Pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial Kota Serang
sebelum pengemis mendapatkan penanganan yaitu dengan cara
langsung turun ke jalan memantau mana saja pengemis yang akan
mendapatkan penanganan, sedangkan pengawasan yang di lakukan
oleh Dinas Sosial setelah pengemis mendapatkan penanganan yaitu
mengawasi pengemis yang telah di berikan modal untuk usaha seperti
uang, alat agar tidak di salah gunakan seperti menjual alat atau
memakai uang tidak untuk semestinya dan pengawasan yang di
lakukan bertujuan agar mereka tidak mengemis lagi.
Dalam melakukan pengawasan di perlukan teknik-teknik
pengawasan agar kegiatan pengawasan berlangsung dengan efektif.
Teknik-teknik pengawasan terdiri dari pengawasan langsung dan tidak
langsung. Teknik pengawasan langsung adalah pengawasan yang
dilakukan langsung ke tempat dimana akan dilakukan kegiatan
151
pengawasan sedangkan pengawasan tidak langsung adalah
pengawasan yang di lakukan dengan cara jarak jauh, seperti melalui
laporan sehingga tidak perlu mendatangi lansung ke tempatnya.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Dinas Sosial
Kota Serang bahwa Teknik pengawasan yang di pakai oleh Dinas
Sosial yaitu pengawasan langsung, dimana Dinas Sosial selaku Dinas
yang menangani masalah pengemeis melakukan pengawasan dengan
langsung turun kelapangan.
Pegawai Dinas Sosial Kota Serang yang melakukan
pengawasan hanya bidang pelayanan dan rehabilitasi yang mempunyai
3 seksi, namun yang membantu melakukan pengawasan haya seksi
pelayanan dan perlindungan sosial anak dan lansia. Berdasarkan hasil
wawancara peneliti bahwa Dinas Sosial sebenarnya kekurangan
sumber daya manusia dalam melaksanakan pengawasan terhadap
pengemis, karna dalam setiap seksi di bidang pelayanan dan
rehabilitasi sosial tidak mempunyai staff yang membantu dalam
melaksanakan tugasnya. Namun staff dalam bidang lain ada yang turut
ikut membantu dalam menjalankan tugas dari bidang pelayanan dan
rehabiltasi, dan dalam mengatasi dari kekurangan sumber daya
manusia untuk melakukan pengawasan di bentuklah Tim SATGASOS
yang terdiri dari LSM dan pihak lain untuk membantu mengatasi
152
kekurangan sumber daya manusia yang ada di Dinas Sosial Kota
Serang.
Dalam melakukan pengawasan Dinas Sosial Kota Serang
mempunyai faktor penghambat atau kendala seperti jadwal
pengawasan yang sudah di rencanakan tidak bisa di laksanakan, dari
segi personil sampai anggaran yang masih terbatas dan belum
memadai menjadi faktor penghambat atau kendala yang di alami oleh
Dinas Sosial Kota Serang. Dalam mengatasi hambatan tersebut pihak
Dinas Sosial Kota Serang menjelaskan bahwa kegiatan pengawasan
tetap berjalan walaupun terdapat hambatan kegiatan pengawasan tetap
berjalan walaupun ada hambatan atau kendala tetap berkoordinasi
dengan semua pihak.
Dalam melakukan pengawasan terhadap penanganan
pengemis, pelaku kontrol internal di dalam pengawasan penanganan
pengemis ialah Dinas Sosial Kota Serang dan Sedangkan pelaku
kontrol eksternal yang membantu Dinas Sosial dalam melakukan
pengawasan yaitu Karang Taruna, TAGANA, SATPOL PP, PSM dan
PERANK. Dalam melakukan pengawasan memang harus ada kerja
sama dengan pihak lain, dikarenakan jumlah pengemis yang banyak
dan tidak bisa jika hanya dari Dinas Sosial saja. Berdasarkan hasil
wawancara peneliti bahwa kerja sama memang sebenarnya harus
terjalin, di karenakan jumlah pengemis di Kota Serang yang banyak
153
jadi kerja sama terjalin untuk meminimalisir kekurangan Sumber Daya
Manusia yang ada di Dinas Sosial Kota Serang dalam pelaksanaan
pengawasan dan kerja sama denngan pihak lain pun sudah terjalin
sudah lama.
Dinas Sosial Kota Serang pernah mendapatkan pengaduan dari
masyarakat tentang terganggunya mereka dengan keberadaan
pengemis. Pengaduan kepada Dinas Sosial atau Tim SATGAS pada
saat turun langsung kelapangan, masyarakat berpendapat bahwa
mereka terganggu akan kehadiran pengemis yanga ada di sekitaran
mereka karna sifat dari pengemis tersebut yang memaksa pada saat
meminta, bukan hanya itu pengaduan yang di dapatkan memang bukan
hanya pengemis saja namun para pengamen juga. Pengaduan yang di
lakukan oleh masyarakat saat Dinas Sosial turun kelapangan.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Dinas Sosial
Kota Serang bahwa partisipasi masyarakat dalam pengawasan
memang dibutuhkan untuk mendungkung kegiatan kebijakan
pemerintah, dengan adanya partisipasi masyarakat akan memudahkan
pemerintah dalam melaksanakan kebijakannya. Partisipasi masyarakat
dalam pengawasan penanganan pengemis di Kota Serang sangatlah di
butuhkan keikutsertaannya dan keaktifanya. Namun berdasarkan
wawancara bahwa partisipasi masyarakat masih sangat rendah,
Partisipasi masyarakat sebenarnya sangat di butuhkan dapat berupa
154
pengawasan sosial, pemberian saran, usul, keberatan, pengaduan dan
penyampaian informasi dan laporan. Dengan adanya peran masyarakat
bisa membantu mendorong kinerja pemerintah dalam mengawasi.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Dinas Sosial
Kota Serang bahwa dalam penanganannya terhadap pengemis Dinas
Sosial memberikan pengarahan dan pembinaan, namun belum sampai
ke pada tahap rehabilitasi karna Dinas Sosial Kota Serang sendiri
belum mempunyai panti rehabilitasi, jadi dalam penanganannya Dinas
Sosial memberikan arahan dan pembinaan, kemudian Dinas Sosial
menyeleksi pengemis yang akan di kirim untuk mendapatkan
rehabilitasi di tempat lain. Dinas Sosial Kota Serang bekerja sama
dengan Kementrian Sosial dan Dinas Sosial Provinsi Banten dalam
melaksanakan penanganan terhadap pengemis.
4.4.1.2 Standar Operasional Prosedur Pengawasan
Standar operasional prosedur merupakan panduan atau
langkah-langkah yang di gunakan agar kegiatan suatu organisasi
berjalan dengan lancar. Standar operasional prosedur menjadi acuan
atau pedoman untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan
tugas pokok dan fungsi disuatu organisasi tersebut. Tujuan dari adanya
Standar operasional prosedur (SOP) ialah memperjelas dan
mempermudah proses pemberian tugas, wewenang, serta tanggung
jawab setiap pegawainya, memudahkan dan mengetahui terjadinya
155
kesalahan dan kegagalan didalam proses kerja serta memudahkan
proses pengontrolan kerja masing-masing pegawainya. Standar
operasional prosedur (SOP) juga berfungsi sebagai dasar hukum bila
terjadi penyimpangan , mengarahkan pegawai untuk berprilaku
disilplin dalam bekerja, mengetahui secara cepat hambatan-hambatan
dan sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.
Dinas Sosial Kota Serang memiliki standar operasional
prosedur (SOP) dalam melakukan pengawasan, standar operasional
prosedur (SOP) yang di gunakan oleh Dinas Sosial Kota Serang yaitu
standar operasional prosedur (SOP) penjangkauan, penjaringan dan
pengawasan penyakit masyarakat.
Dinas Sosial Kota Serang memiliki juga alat monitoring untuk
menilai kinerja pegawai yaitu Satuan Kinerja Pegawai (SKP). Satuan
Kinerja Pegawai ialah satuan kegiatan yang memuat tugas jabatan dan
target yang harus di capai.
Dalam melakukan pengawasan Dinas Sosial Kota Serang
selalu malakukan tindakan korektif ketika menemukan kesalahan atau
penyimpangan yang di lakukan oleh pengemis. Tindakan korektif
yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Serang kepada pengemis yaitu
memberikan arahan dan pembinaan secara langsung pada saat di
temukan suatu kesalahan yang di lakukan.
156
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Dinas SOsial
Kota Serang bahwa dalam memberikan sanksi kepada pengemis
maupun orang yang memberikan uang kepada pengemis itu bukan
ranahnya Dinas Sosial Kota Serang, walaupun dalam penanganannya
itu memang ranah Dinas Sosial namun dalam pemberian sanksi bukan
ranahnya Dinas Sosial Kota Serang.
4.4.1.3 Sumber Daya Keuangan dan Peralatan
Untuk melakukan kontrol atas pelaksana suatu kebijakan,
disamping menentukan dana atau amggaran yang cukup juga
diperlukan peralatan yang memadai. Besarnya anggaran dan jenis
peralatan untuk melakukan kontrol sangat tergantung pada variasi dan
kompleksitas pelaksanaan suatu kebijakan. Sumber anggaran di
bebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Perubahan
Daerah Kota Serang.
Anggaran yang di dapatka setiap tahunnya oleh Dinas Sosial
Kota Serang untuk melakukan pengawasan berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Perubahan Daerah Kota Serang. Berdasarkan
hasil wawancara peneliti dengan pihak Dinas Sosial Kota Serang
anggaran yang di miliki anggaran yang di miliki untuk melaksanakan
pengawasan belum memadai karena anggaran yang di berikan setiap
tahunnya masih minim. Dengan anggaran yang minim Dinas Sosial
157
Kota Serang menyesuaikan dengan program-program yang akan di
jalankan. Walaupun anggaran yang didapatkan setiap tahunnya minim,
Dinas Sosial Kota Serang tetap berusaha memaksimalkan kegiatan
yang di lakukan.
Selain anggaran, peralatan dalam kegiatan pengawasan juga
penting untuk menunjang kegiatan pengawasan. Peralatan yang di
miliki oleh Dinas Sosial Kota Serang dalam menunjang kegiatan
pengawasanmasih belum memadai. Berdasarkan hasil wawancara
peneliti dengan Dinas Sosial untuk sarana transportasi pegawainya
masih menggunakan alat transportasi pribadi dalam melaksanakan
pengawasan. Sedangkan untuk kendaraan operasional jumlahya masih
terbatas sehingga tidak semua pegawai bisa memakan kendaraan
operasional yang berikan oleh kantor.
Selain sarana transportasi yang masih belum memadai,
peralatan untuk pengawasan yang di miliki oleh Dinas Sosial Kota
Serang juga belum lengkap. Berdasarkan hasil wawancara peneliti
dengan pihak Dinas Sosial Kota Serang bahwa alat pendukung untuk
pelaksanaan pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial Kota
Serang belum memadai, perlengkapan pendukung untuk pelaksanaan
pengawasan seperti seragam dan alat komunkiasi belum ada dari Dinas
Sosial Kota Serang. Perlengkapan yang di gunakan untuk Tim Satuan
Petugas Dinas Sosial Kota Serang belum sepenuhnya terpenuhi dan
158
perlengkapan seperti alat komunikasi dan seragam untuk Tim Satuan
Petugas Dinas Sosial ini untuk melancarkan pengawasan dan akan
berjalan lebih efektif.
4.4.1.4 Jadwal Pelaksana Pengawasan
Jadwal pelaksanan pengawasan di rasa sangat penting untuk
menjadwalkan pengawasan itu sendiri. Dalam jadwal pelaksana
kegiatan pengawasan terdapat jadwal kontrol internal dan eksternal.
Namun dalam jadwal kontrol internal dan eksternal biasanya di
lakukan bersamaan yaitu di lakukan setiap bulan dan 1 semester
sekali.
Dinas Sosial Kota Serang mempunyai jadwal dalam
melaksanakan kegiatan pengawasan. Jadwal yang di miliki oleh Dinas
Sosial Kota Serang yaitu 1 tahun 2 kali, berarti dalam 1 tahun 2 kali
dalam melakukan pengawasan terhadap pengemis. Jadwal pelaksaaan
pengawasan Dinas Sosial Kota Serang sudah sesuai dengan jadwal
rutin pengawasan yaitu pihaknya sudah melakukan pengawasan rutin
setiap 6 bulan sekali kepada pengemis.
Namun penentuan jadwal yang sudah di tentukan oleh Dinas
Sosial Kota Serang bisa saja berubah tergantung turunnya anggaran
kepada pihak Dinas Sosial Kota Serang, perubahan jadwal bisa saja
berubah namun dalam pelaksanaannya tetap saja 1 tahun 2 kali dalam
159
menjalankan pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial Kota
Serang terhadap pengemis.
\
Tabel 4.6
Temuan Lapangan
Aspek Hasil Penelitian
1. Pengawasan Pengemis
a. Pelaku Kontrol Pelaksana
Kebijakan
1. Dalam pelaksanaan pengawasan
terhadap pengemis di Kota Serang,
pelaku pengawasan yaitu Dinas
Sosial Kota Serang yang di bantu
oleh Karang Taruna, Taruna Siaga
Bencana (TAGANA), SATPOL PP,
Pekerja Sosial Masyarakat (PSM),
160
Perkumpulan Anti Narkoba
(PERANK).
2. Pengawasan yang dilakukan oleh
Dinas Sosial kepada pengemis yaitu
dengan langsung turun kelapangan
dengan cara mengawasi untuk
pengemis yang belum mendapatkan
penanganan dari Panti Sosial Bina
Karya. Sedangkan untuk yang sudah
mendapatkan penanganan dari Panti
Sosial Bina Karya Dinas Sosial
melakukan pengawasan mulai dari
mendata, mengecek kembali barang
yang telah diberikan maupun uang
yang di berikan.
3. Dinas Sosial Kota Serang memiliki
jumlah pegawai yang belum
memadai dalam pelaksanaan
pengawasan yaitu hanya 3 orang,
namun sudah sesuai dengan
bidangnya yaitu dibidang sosial.
161
4. Kendala yang dimiliki oleh Dinas
Sosial Kota Serang dalam
melaksanakan pengawasan yaitu
dari segi Sumber Daya Manusia dan
Anggaran. Dalam mengatasi
kendala Sumber Daya Manusia
Dinas Sosial bekerjasama dengan
pihak lain untuk membantu, dari
segi anggaran, Dinas Sosial akan
memaximalkan pengawasan dengan
anggaran yang diberikan.
5. Laporan pengaduan dari masyarakat
ada ketika Tim Satuan Petugas
(SATGAS) Dinas Sosial sedang
melakukan pengawasan. Dalam
pelaksanaan pengawasan
masyarakat juga dilibatkan.
b. Standar Operasional Prosedur
Pengawasan
1. Dinas Sosial Kota Serang memiliki
Standar Operasional Prosedur dalam
melaksanakan pengawasan dan
sudah memenuhi SOP yang ada.
162
2. Tindakan korektif yang dilakukan
Dinas Sosial Kota Serang terhadap
pengemis yang melakukan
kesalahan yaitu dengan langsung
memberi arahan.
3. Sangsi yang di berikan kepada
pengemis yang sudah terjaring razia
maupun penjaringan akan di kirim
ke Panti Sosial Bina Karya untuk di
rehabilitasi selama 6 bulan.
c. Sumber Daya Keuangan dan
Peralatan
1. Rencana anggaran khusus setiap
tahunnya ada, namun tidak langsung
ke pemerintah melainkan di
serahkan kepada Kepala Dinas,
apakah rencana itu penting atau
tidak.
2. Anggaran dan peralatan yang ada di
Dinas Sosial Kota Serang belum
memadai, dikarenakan dari segi
peralatan yang di gunakan oleh Tim
Satuan Petugas masih menggunakan
163
barang pribadi seperti kendaraan
maupun alat koordinasi seperti
handphone..
d. Jadwal Pelaksana Pengawasan 1. Jadwal dalam pengawasan yang
terdapat di Dinas Sosial Kota Serang
yaitu 1 tahun 2 kali, jadwal ini
sudah tertuang dalam program
tahunan dalam pelaksanaan
pengawasan. Dalam melaksanakan
pengawasan Dinas Sosial Kota
Serang sudah melaksanakan
pengawasan sesuai dengan jadwal
yang sudah ada di program tahunan.
(Sumber: Peneliti, 2018)
164
165
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada penelitian mengenai Pengawasan Pengemis oleh Dinas Sosial Kota
Serang, maka dapat disimpulkan bahwa Dinas Sosial Kota Serang sudah menunjukan
pengawasan terhadap pengemis di Kota Serang.
Adapun buktinya adalah berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan teori
pengawasan menurut Widodo (2016 : 94) sebagai alat analisis dan temuan-temuan di
lapangan sebagai berikut: (1). Dalam pelaksanaan pengawasan pengemis di Kota
Serang, pelaku pengawasan yaitu dari Tim Satuan Petugas (SATGAS) dimana
didalam tim tersebut ada Dinas Sosial Kota Serang, Satpoll PP, Karang Taruna,
Taruna Siaga Bencana (TAGANA), Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dan
Perkumpulan Anti Narkoba (PERANK). Pengawasan yang dilakukan oleh Tim
Satuan Petugas Dinas Sosial kepada pengemis yaitu dengan langsung turun untuk
mengawasi. (2). Dinas Sosial Kota Serang memiliki Standar Operasional Prosedur
dalam melaksanakan pengawasan dan siudah melaksanakan pengawasan sesuai
dengan SOP yang ada. (3). Dinas Sosial Kota Serang dalam melaksanakan
pengawasan memaximalkan anggaran yang ada untuk pelaksanaan pengawasan dan
masih menggunakan peralatan sendiri untuk pelaksanaan pengawasan, karena belum
adanya fasilitias yang di berikan untuk pengawasan. (4). Jadwal dalam pengawasan
166
yang terdapat di Dinas Sosial Kota Serang yaitu 1 tahun dilaksanakan 2 kali
pengawasan, dalam sekali pengawasan terhitung 6
167
hari, jadi selama 1 tahun 12 hari dalam pelaksnaan pengawasan. Dalam
melaksanakan pengawasan Dinas Sosial Kota Serang sudah melaksanakan
pengawasan sesuai dengan jadwal yang sudah ada di program tahunan.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian di atas, maka
peneliti memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai masukan bagi Dinas
Sosia Kota Serang dalam melakukan pengawasan terhadap pengemis adalah sebagai
berikut, yaitu:
1. a. Pada aspek Pelaku pengawasan pelaksana kebijakan, diharapkan Dinas
Sosial Kota Serang melakukan pengawasan sampai ke Panti Sosial Bina
Karya agar tau perkembangan dari pengemis yang di kirim ke Panti Sosial
Bina Karya .
b. Pada aspek Standar Operasional Prosedur pengawasan, diharapkan
dapat menjaga dan meningkatkan koordinasi yang sudah terjalin dengan
Satpoll PP, Karang Taruna, Taruna Siaga Bencana (TAGANA), Pekerja
Sosial Masyarakat (PSM) dan Perkumpulan Anti Narkoba (PERANK)
dengan cara selalu berkomunikasi satu sama lain.
c. Pada aspek Sumber daya keuangan dan peralatan, diharapkan lebih awal
merencanakan anggaran maupun peralatan yang di butuhkan untuk
mengawasi pengemis.
168
d. Pada aspek Jadwal pelaksana pengawasan, di harapkan dapat menambah
jadwal pengawasan untuk pengemis yang belum di tangani maupun
yang sudah di tangani.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Abdurahmat, Fathoni. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : PT
Rineka Cipta.
Alma, Buchari. 1992. Manajemen Pemasaran dan Pemesaran Jasa (Jilid 4).
Bandunng : Alfabeta.
A.M. Kadarman. 2001. Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta : Prenhallindo.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Pers.
Assauri, Sofyan. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta : Lembaga
Fakultas Ekonomi UI.
Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Predana Media
Group.
Departemen Sosial RI. 2005. Bimbingan Sosial Bagi Penyandang Cacat Dalam
Panti. Jakarta : Departemen Sosial RI.
Effendi, Tadjuddin Noer. 1993. Sumber Daya Manusia. Peluang Kerja dan
Kemiskinan, Yogyakarta: Tiara Wacana.
Halim, Abdul. 2000. Auditing. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Halim & Damayanti, 2007. Manajemen Keuangan Daerah, Pengelola Keuangan
Daerah. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
Handayaningrat, Soewarnao. 1988. Pengaturan Ilmu Administrasi dan Manajemen.
Jakarta : CV. Masasung.
Handoko T, Hani. 2003. Manajemen Edisi 2. Yogyakarta : BPFE.
Hatrono. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kelima. Yogyakarta :
BPFE
Hasibuan, Melayu S.P. 2008. Manajemen : Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta
: PT Bumi Aksara.
Irawan, Prasetya. 2006. Metodologi Penelitian Administrasi. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Kusnadi, dkk. 1999. Akuntansi Keuangan (Prinsip, Prosedur dan Metode). Malang :
Universitas Brawijaya Malang.
Kuswarno, Engkus. 2009. Metodologi Penelitian Fenomologi : Konsepsi, Pedoman
dan Contoh Penelitian. Bandung : Widia Padjajaran.
Koontz, Harold & Cyrill O’Donnell & Heinz Weihrich. 1986. Manajemen. Jilid 2.
Terjemahan : Gunawan Hatauruk. Jakarta : Erlangga.
Makmur, Syarif (2008) Pemberdayaan Sumber daya Manusia dan Efektivitas
organisasi. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Manullang, M. 2005. Dasar-dasar Manajemen. Bandung : Cita Pustaka.
Miles M.B dan Huberman A.M. 1984. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh
Tjeptjep Rohendi Rohidi. 1992. Jakarta. Universitas Indonesia.
Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Nawawi, Hadari. 1983. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
. 1998. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Robert & John. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Selemba Empat.
Siagian P, Sondang. 2008. Filsafat Administrasi. Jakarta : PT. Gunung.
Siregar & Siregar. 2001. Akuntansi Pemerintahan dengan Sistem Dana. Edisi 3.
Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Situmorang & Juhir. 1994. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Pustaka
Setia
Soekanto, Soerjono. 1985. Beberapa Aspek Sosial Yuridis Masyarakat. Bandung :
Alumni
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Suud, Muhamad. 2006. Orientasi Kesejahteraan Sosial. Jakarta. Prestasi Pustaka.
Suharto, Edi. (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung:
PT. Refika Aditama.
Summarnugroho, T. 1991. Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta :
Graha Widya.
Sutisna, Oteng. 1993. Administrasi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya.
Suparlan, Parsudi. 2002. Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural. Jakarta :
Universitas Indonesia dan Yayasan Obor Indonesia.
Victor, M. Situmorang, dan Jusuf Juhir. 1994. Aspek Hukum Pengawasan Melekat.
Yogyakarta : Rineka Cipta.
Wibowo. 2008. Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Widodo, Joko. 2016. Analisis Kebijakan Publik. Malang : Mayumedia Publishing.
Yusran, Tabrani. 1996. Manajemen Sekolah Dasar. Jakarta : CV Agita.
Dokumen :
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun1997 Tentang Penyandang
Cacat.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan
Anak.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 Tenang Kesejahteraan
Sosial.
Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Pencegahan
Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat.
Peraturan Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 Tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaran Pemerintah Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1980 tentang Penanggulangan Gelandangan
dan Pengemis.
Skripsi :
Ramadhan, Hendra. 2012. Analisis Implementasi Peraturan Daerah Kota Serang
Nomor 2 Tahun 2010 Tentang pencegahan, Pemberantasan Dan
Penanggulangan Penyakit Masyarakat (Studi Kasus Pengemis Di Kota
Serang). Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Marseliana, Apriana. 2012. Pengawasan terhadap penanganan anak jalanan oleh
Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga di Kota Semarang. Universitas
Diponegoro.
Website :
bps.go.id/kemiskinannegara, (Diakses pada tanggal 14 September 2017 pukul 17:45
WIB)
Newsmedia.co.id, (Diakses pada tanggal 14 September 2017 pukul 19:00 WIB).
Website\today\10 Mar\Give Syahmin Maret 11\Other files\Definisi dan Kriteria
PMKS DINASSOSIAL.doc) (Diakses pada 14 september 2017)
LAMPIRAN
DOKUMENTASI PENELITIAN
Wawancara dengan Bapak Heli Priatna A. Ma. Pd selaku Kepala Bidang Pelayanan
dan Rehabilitasi Sosial di kantor Dinas Sosial Kota Serang
Wawancara dengan Ibu Hendri Sudiarmi, S. Sos selaku Seksi Pelayanan dan
Perlindungan Sosial dan Anak di kantor Dinas Sosial Kota Serang
Wawancara dengan Ibu Ayu Siti Fatimah selaku Staff Dinas Sosial Kota Serang di
kantor Dinas Sosial Kota Serang
Wawancara dengan Bapak Agus dan Bapak Wahyu selaku Anggota Pekerja Sosial
Masyarakat (PSM) di kantor Dinas Sosial Kota Serang
Wawancara dengan Bapak A. Ayi. Asyi’ari selaku Provos Satuan Polisi Pamong
Praja di kantor Satuan Polisi Pamong Praja
Wawancara dengan Bapak Sabirin selaku Wakil Ketua Bidang Program Kerja Karang
Taruna Kota Serang di Kantor Kecamatan Serang
Wawancara dengan Bapak Nawahi selaku Seksi Humas Publikasi dan Dokumentasi
Karang Taruna Kota Serang di Pemukiman Warga Karang Taruna
Wawancara dengan Bapak Rasman selaku Seksi Bimbingan dan Pelatihan Taruna
Siaga Bencana (TAGANA) di Dinas Sosial Provinsi Banten
Wawancara dengan Bapak Junaidi selaku Seksi Staff Pelaksana Lapangan Taruna
Siaga Bencana (TAGANA) di Dinas Sosial Provinsi Banten
Wawancara dengan Bapak Heru selaku Anggota Perkumpulan Anti Narkoba Kota
Serang (PERANK) di Dinas Sosial Kota Serang
Wawancara dengan Ibu Ayu selaku Anggota Perkumpulan Anti Narkoba (PERANK)
di Sekretariat PERANK Kota Serang
Wawancara dengan Ibu Juriah selaku Pengemis di lampu merah Alun-alun Kota
Serang
Wawancara dengan Ibu Suratmi selaku Pengemis di lampu merah Lontar Kota Serang
Wawancara dengan Bapak Jajuli selaku Pengemis di Lampu merah Kebon Jahe Kota
Serang
Wawancara dengan Ibu Ahyani selaku Pengemis di Lampu merah Sumur Pecung
Kota Serang
Proses penyerahan hasil razia Satpol PP kepada Dinas Sosial Kota Serang
Rumah singgah milik Dinas Sosial Kota Serang di daerah Ciracas Kota Serang gang
perintis
Tampak depan panti PSBK ( Panti Sosial Bina Karya ) Pangudi Luhur Bekasi
Pelatihan Sablon Pelatihan Bengkel Mobil
Pelatihan Bengkel Motor Pelatihan Pertukangan Kayu
Pelatihan Salon Pelatihan Bengkel Las
Pelatihan Menjahit Tempat Tinggal Rehabilitasi Sosial
PEDOMAN WAWANCARA
PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN PENGWASAN
PENGEMIS oleh DINAS SOSIAL KOTA SERANG
Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah penelitian, maka
disusunlah pedoman wawancara seperti di bawah ini:
Informan
- Heli Priatna. A ma. Pd
(Kepala Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial)
Pertanyaan
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
1. Siapakah yang melakukan pengawasan dalam penanganan pengemis di Kota
Serang.
2. Apa saja yang dilakukan Dinas Sosial dalam melakukan pengawasan
3. Seperti apakah bentuk pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
4. Berapa jumlah pegawai yang ada pada bagian pengawasan
5. Apakah jumlah pegawai dalam bidang pengawasan sudah memadai
6. Apakah masing-masing pegawai dalam bidang pengawasan sudah memadai
7. Apakah ada kendala atau hambatan dalam melakukan pengawasan
8. Apa yang dilakukan oleh Dinas Sosial dalam mengatasi kendala atau
hambatan tersebut
9. Apa ada dari pihak eksternal yang melakukan pengawasan dalam penanganan
pengemis di Kota Serang
10. Apakah ada kerja sama dengan instansi lainnya untuk melakukan pengawasan
dalam menangani pengemis di Kota Serang
11. Apakah pernah ada laporan pengaduan dari masyarakat terkait terganggunya
terhadap keberadaan pengemis
12. Apakah masyarakat dilibatkan dalam kegiatan pengawasan
13. Apakah Dinas Sosial Kota Serang melakukan sosialisasi terhadap Perda Kota
Serang nomor 2 tahun 2010 tentang pencegahan, pemberantasan dan
penanggulangan penyakit masyarakat
14. Bagaimana tata cara pengaduan kepada Dinas Sosial terkait pengemis yang
beredar di Kota Serang
B. Standar Operasional Prosedur Pengawasan
1. Apakah Dinas Sosial memliki SOP dalam melaksanakan pengawasan
2. Apakah Dinas Sosial sudah memenuhi SOP dalam melakukan pengawasan
3. Apakah terdapat alat monitoring dalam menilai kinerja pegawai
4. Apakah ada tindakan korektif saat terdapat pelanggaran dalam melaksanakan
pengawasan
5. Seperti apakah sangsi yang diberikan oleh Dinas Sosial terhadap pengemis
yang terkena razia
C. Sumber Daya Keuangan dan Peralatan
1. Adakah anggaran khusus yang di ajukan Dinas Sosial Kota Serang kepada
Pemerintah Kota Serang
2. Apakah anggaran sudah memadai dalam pelaksanaan pengawasan
3. Apakah peralatan dalam melakukan pengawasan sudah memadai
D. Jadwal Pelaksana Kegiatan
1. Apakah terdapat jadwal dalam melaksanakan pengawasan
2. Bagaimana cara penentuan jadwal yang dilakukan dalam pengawasan
3. Apakah pengawasan yang dilakukan sudah sesuai dengan jadwal yang sudah
ditentukan
PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN PENGWASAN
PENGEMIS oleh DINAS SOSIAL KOTA SERANG
Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah penelitian, maka
disusunlah pedoman wawancara seperti di bawah ini:
Informan
- Hendri Sudiarni, S. Sos
(Seksi Pelayanan dan Perlindungan Sosial dan Anak)
Pertanyaan
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
1. Siapakah yang melakukan pengawasan dalam penanganan pengemis di Kota
Serang.
2. Apa saja yang dilakukan Dinas Sosial dalam melakukan pengawasan
3. Seperti apakah bentuk pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
4. Berapa jumlah pegawai yang ada pada bagian pengawasan
5. Apakah masing-masing pegawai dalam bidang pengawasan sudah memadai
6. Apa yang dilakukan oleh Dinas Sosial dalam mengatasi kendala atau
hambatan tersebut
7. Apa ada dari pihak eksternal yang melakukan pengawasan dalam penanganan
pengemis di Kota Serang
8. Apakah ada kerja sama dengan instansi lainnya untuk melakukan pengawasan
dalam menangani pengemis di Kota Serang
9. Apakah pernah ada laporan pengaduan dari masyarakat terkait terganggunya
terhadap keberadaan pengemis
B. Standar Operasional Prosedur Pengawasan
1. Apakah Dinas Sosial memliki SOP dalam melaksanakan pengawasan
2. Apakah Dinas Sosial sudah memenuhi SOP dalam melakukan pengawasan
3. Apakah ada tindakan korektif saat terdapat pelanggaran dalam melaksanakan
pengawasan
4. Seperti apakah sangsi yang diberikan oleh Dinas Sosial terhadap pengemis
yang terkena razia
C. Sumber Daya Keuangan dan Peralatan
1. Adakah anggaran khusus yang di ajukan Dinas Sosial Kota Serang kepada
Pemerintah Kota Serang
2. Apakah anggaran sudah memadai dalam pelaksanaan pengawasan
D. Jadwal Pelaksana Kegiatan
1. Apakah terdapat jadwal dalam melaksanakan pengawasan
2. Apakah pengawasan yang dilakukan sudah sesuai dengan jadwal yang sudah
ditentukan
PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN PENGWASAN
PENGEMIS oleh DINAS SOSIAL KOTA SERANG
Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah penelitian, maka
disusunlah pedoman wawancara seperti di bawah ini:
Informan
- Ayu Sifi Fatimah
(Staff Pelaksana)
Pertanyaan
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
1. Siapakah yang melakukan pengawasan dalam penanganan pengemis di Kota
Serang.
2. Seperti apakah bentuk pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
3. Berapa jumlah pegawai yang ada pada bagian pengawasan
4. Apakah jumlah pegawai dalam bidang pengawasan sudah memadai
5. Apakah ada kendala atau hambatan dalam melakukan pengawasan
6. Apa ada dari pihak eksternal yang melakukan pengawasan dalam penanganan
pengemis di Kota Serang
7. Apakah ada kerja sama dengan instansi lainnya untuk melakukan pengawasan
dalam menangani pengemis di Kota Serang
8. Apakah pernah ada laporan pengaduan dari masyarakat terkait terganggunya
terhadap keberadaan pengemis
C. Sumber Daya Keuangan dan Peralatan
1. Apakah anggaran sudah memadai dalam pelaksanaan pengawasan
2. Apakah peralatan dalam melakukan pengawasan sudah memadai
PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN PENGWASAN
PENGEMIS oleh DINAS SOSIAL KOTA SERANG
Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah penelitian, maka
disusunlah pedoman wawancara seperti di bawah ini:
Informan
- A. Ayi. Asy’ari
(Provos Satuan Polisi Pamong Praja)
Pertanyaan
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
1. Siapakah yang melakukan pengawasan dalam penanganan pengemis di Kota
Serang.
2. Seperti apakah bentuk pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
3. Apakah pernah ada laporan pengaduan dari masyarakat terkait terganggunya
terhadap keberadaan pengemis
C. Sumber Daya Keuangan dan Peralatan
1. Apakah peralatan dalam melakukan pengawasan sudah memadai
PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN PENGWASAN
PENGEMIS oleh DINAS SOSIAL KOTA SERANG
Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah penelitian, maka
disusunlah pedoman wawancara seperti di bawah ini:
Informan
- Sabirin
(Wakil Ketua Bidang Program Kerja Karang Taruna)
Pertanyaan
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
1. Siapakah yang melakukan pengawasan dalam penanganan pengemis di Kota
Serang.
2. Seperti apakah bentuk pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
3. Berapa jumlah pegawai yang ada pada bagian pengawasan
4. Apakah jumlah pegawai dalam bidang pengawasan sudah memadai
5. Apakah ada kendala atau hambatan dalam melakukan pengawasan
6. Apa ada dari pihak eksternal yang melakukan pengawasan dalam penanganan
pengemis di Kota Serang
7. Apakah ada kerja sama dengan instansi lainnya untuk melakukan pengawasan
dalam menangani pengemis di Kota Serang
8. Apakah pernah ada laporan pengaduan dari masyarakat terkait terganggunya
terhadap keberadaan pengemis
C. Sumber Daya Keuangan dan Peralatan
1. Apakah anggaran sudah memadai dalam pelaksanaan pengawasan Apakah
peralatan dalam melakukan pengawasan sudah memadai
PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN PENGWASAN
PENGEMIS oleh DINAS SOSIAL KOTA SERANG
Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah penelitian, maka
disusunlah pedoman wawancara seperti di bawah ini:
Informan
- Nawahi
(Seksi Humas Publikasi dan Dokumentasi Karang Taruna)
Pertanyaan
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
1. Siapakah yang melakukan pengawasan dalam penanganan pengemis di Kota
Serang.
2. Seperti apakah bentuk pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
3. Berapa jumlah pegawai yang ada pada bagian pengawasan
4. Apakah jumlah pegawai dalam bidang pengawasan sudah memadai
5. Apakah ada kendala atau hambatan dalam melakukan pengawasan
6. Apa ada dari pihak eksternal yang melakukan pengawasan dalam penanganan
pengemis di Kota Serang
7. Apakah ada kerja sama dengan instansi lainnya untuk melakukan pengawasan
dalam menangani pengemis di Kota Serang
8. Apakah pernah ada laporan pengaduan dari masyarakat terkait terganggunya
terhadap keberadaan pengemis
C. Sumber Daya Keuangan dan Peralatan
1. Apakah anggaran sudah memadai dalam pelaksanaan pengawasan Apakah
peralatan dalam melakukan pengawasan sudah memadai
PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN PENGWASAN
PENGEMIS oleh DINAS SOSIAL KOTA SERANG
Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah penelitian, maka
disusunlah pedoman wawancara seperti di bawah ini:
Informan
- Rasman
(Seksi Bimbingan dan Pelatihan TAGANA)
Pertanyaan
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
1. Siapakah yang melakukan pengawasan dalam penanganan pengemis di Kota
Serang.
2. Seperti apakah bentuk pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
3. Berapa jumlah pegawai yang ada pada bagian pengawasan
4. Apakah jumlah pegawai dalam bidang pengawasan sudah memadai
5. Apakah ada kendala atau hambatan dalam melakukan pengawasan
6. Apa ada dari pihak eksternal yang melakukan pengawasan dalam penanganan
pengemis di Kota Serang
7. Apakah ada kerja sama dengan instansi lainnya untuk melakukan pengawasan
dalam menangani pengemis di Kota Serang
8. Apakah pernah ada laporan pengaduan dari masyarakat terkait terganggunya
terhadap keberadaan pengemis
C. Sumber Daya Keuangan dan Peralatan
1. Apakah anggaran sudah memadai dalam pelaksanaan pengawasan Apakah
peralatan dalam melakukan pengawasan sudah memadai
PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN PENGWASAN
PENGEMIS oleh DINAS SOSIAL KOTA SERANG
Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah penelitian, maka
disusunlah pedoman wawancara seperti di bawah ini:
Informan
- Junaidi
(Staff Pelaksana Lapangan TAGANA)
Pertanyaan
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
1. Siapakah yang melakukan pengawasan dalam penanganan pengemis di Kota
Serang.
2. Seperti apakah bentuk pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
3. Berapa jumlah pegawai yang ada pada bagian pengawasan
4. Apakah jumlah pegawai dalam bidang pengawasan sudah memadai
5. Apakah ada kendala atau hambatan dalam melakukan pengawasan
6. Apa ada dari pihak eksternal yang melakukan pengawasan dalam penanganan
pengemis di Kota Serang
7. Apakah ada kerja sama dengan instansi lainnya untuk melakukan pengawasan
dalam menangani pengemis di Kota Serang
8. Apakah pernah ada laporan pengaduan dari masyarakat terkait terganggunya
terhadap keberadaan pengemis
C. Sumber Daya Keuangan dan Peralatan
1. Apakah anggaran sudah memadai dalam pelaksanaan pengawasan Apakah
peralatan dalam melakukan pengawasan sudah memadai
PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN PENGWASAN
PENGEMIS oleh DINAS SOSIAL KOTA SERANG
Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah penelitian, maka
disusunlah pedoman wawancara seperti di bawah ini:
Informan
- Wahyu
(Anggota PSM)
Pertanyaan
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
1. Siapakah yang melakukan pengawasan dalam penanganan pengemis di Kota
Serang.
2. Seperti apakah bentuk pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
3. Berapa jumlah pegawai yang ada pada bagian pengawasan
4. Apakah jumlah pegawai dalam bidang pengawasan sudah memadai
5. Apakah ada kendala atau hambatan dalam melakukan pengawasan
6. Apa ada dari pihak eksternal yang melakukan pengawasan dalam penanganan
pengemis di Kota Serang
7. Apakah ada kerja sama dengan instansi lainnya untuk melakukan pengawasan
dalam menangani pengemis di Kota Serang
8. Apakah pernah ada laporan pengaduan dari masyarakat terkait terganggunya
terhadap keberadaan pengemis
C. Sumber Daya Keuangan dan Peralatan
1. Apakah anggaran sudah memadai dalam pelaksanaan pengawasan Apakah
peralatan dalam melakukan pengawasan sudah memadai
PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN PENGWASAN
PENGEMIS oleh DINAS SOSIAL KOTA SERANG
Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah penelitian, maka
disusunlah pedoman wawancara seperti di bawah ini:
Informan
- Agus Amy
(Anggota PSM)
Pertanyaan
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
1. Siapakah yang melakukan pengawasan dalam penanganan pengemis di Kota
Serang.
2. Seperti apakah bentuk pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
3. Berapa jumlah pegawai yang ada pada bagian pengawasan
4. Apakah jumlah pegawai dalam bidang pengawasan sudah memadai
5. Apakah ada kendala atau hambatan dalam melakukan pengawasan
6. Apa ada dari pihak eksternal yang melakukan pengawasan dalam penanganan
pengemis di Kota Serang
7. Apakah ada kerja sama dengan instansi lainnya untuk melakukan pengawasan
dalam menangani pengemis di Kota Serang
8. Apakah pernah ada laporan pengaduan dari masyarakat terkait terganggunya
terhadap keberadaan pengemis
C. Sumber Daya Keuangan dan Peralatan
1. Apakah anggaran sudah memadai dalam pelaksanaan pengawasan
Apakah peralatan dalam melakukan pengawasan sudah memadai
PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN PENGWASAN
PENGEMIS oleh DINAS SOSIAL KOTA SERANG
Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah penelitian, maka
disusunlah pedoman wawancara seperti di bawah ini:
Informan
- Ayu A
(Anggota PERANK)
Pertanyaan
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
1. Siapakah yang melakukan pengawasan dalam penanganan pengemis di Kota
Serang.
2. Seperti apakah bentuk pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
3. Berapa jumlah pegawai yang ada pada bagian pengawasan
4. Apakah jumlah pegawai dalam bidang pengawasan sudah memadai
5. Apakah ada kendala atau hambatan dalam melakukan pengawasan
6. Apa ada dari pihak eksternal yang melakukan pengawasan dalam penanganan
pengemis di Kota Serang
7. Apakah ada kerja sama dengan instansi lainnya untuk melakukan pengawasan
dalam menangani pengemis di Kota Serang
8. Apakah pernah ada laporan pengaduan dari masyarakat terkait terganggunya
terhadap keberadaan pengemis
C. Sumber Daya Keuangan dan Peralatan
1. Apakah anggaran sudah memadai dalam pelaksanaan pengawasan Apakah
peralatan dalam melakukan pengawasan sudah memadai
PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN PENGWASAN
PENGEMIS oleh DINAS SOSIAL KOTA SERANG
Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah penelitian, maka
disusunlah pedoman wawancara seperti di bawah ini:
Informan
- Heru
(Anggota Perank)
Pertanyaan
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
1. Siapakah yang melakukan pengawasan dalam penanganan pengemis di Kota
Serang.
2. Seperti apakah bentuk pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
3. Berapa jumlah pegawai yang ada pada bagian pengawasan
4. Apakah jumlah pegawai dalam bidang pengawasan sudah memadai
5. Apakah ada kendala atau hambatan dalam melakukan pengawasan
6. Apa ada dari pihak eksternal yang melakukan pengawasan dalam penanganan
pengemis di Kota Serang
7. Apakah ada kerja sama dengan instansi lainnya untuk melakukan pengawasan
dalam menangani pengemis di Kota Serang
8. Apakah pernah ada laporan pengaduan dari masyarakat terkait terganggunya
terhadap keberadaan pengemis
C. Sumber Daya Keuangan dan Peralatan
1. Apakah anggaran sudah memadai dalam pelaksanaan pengawasan Apakah
peralatan dalam melakukan pengawasan sudah memadai
PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN PENGWASAN
PENGEMIS oleh DINAS SOSIAL KOTA SERANG
Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah penelitian, maka
disusunlah pedoman wawancara seperti di bawah ini:
Informan
- Ade
(Wiraswasta)
Pertanyaan
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
1. Apa Masyarakat Dilibatkan Dalam Kegiatan Pengawasan
2. Seperti apakah bentuk pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
3. Apakah ada tindakan korektif saat terdapat pelanggaran dalam melaksanakan
pengawasan
PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN PENGWASAN
PENGEMIS oleh DINAS SOSIAL KOTA SERANG
Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah penelitian, maka
disusunlah pedoman wawancara seperti di bawah ini:
Informan
-Yayan
(Pedagang)
Pertanyaan
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
1. Apa Masyarakat Dilibatkan Dalam Kegiatan Pengawasan
2. Seperti apakah bentuk pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
3. Apakah ada tindakan korektif saat terdapat pelanggaran dalam melaksanakan
pengawasan
MATRIKS WAWANCARA
Q1
Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
Q
A
Siapakah yang melakukan pengawasan dalam penanganan pengemis
di Kota Serang
I1.1 Kalau pengawasannya memang dari Dinas Sosial. tapi kita mempunyai
Tim SATGAS yang membantu Dinas Sosial dalam melakukan
pengawasan terhadap pengemis
I1.2 Kalau yang melakukan pengawasan itu bapak heli selaku kepala bidang
pelayanan dan rehabilitasi sosial yang menangani permasalahan
pengemis, kalau ibu hanya mendampingi saja, kebetulan memang ini di
bidang ibu, jadi paling yang melakukan pengawasan ya pa heli dengan
staffnya
I2.1 Ya memang yang melakukan pengawasan itu dari dinas sosial, pa heli
sebagai bidang pelayanan dan rehabilitasi sosial. Saya dari satpol pp
sebagai unit pelaksana dalam petugas penjaringan, penjangkauan dan
pengawasan penyakit masyarat, jadi tidak hanya dinas sosial saja ada juga
dari pihak lain seperti karang taruna, psm dan yang lainnya
I1.3 Memang bukan hanya dari dinas sosial saja yang melakukan penanganan
terhadap pengemis, kalo dari dinas sosial saja orangnya sedikit
Q2
Q
A
Apa saja yang dilakukan Dinas Sosial dalam melakukan pengawasan
I1.1 Jadi pengawasan yang kami lakukan yaitu setelah pengemis mendapatkan
penanganan, setelah di beri araha, di bina, di beri pelatihan, jadi kita
melakukan pengawasan agar pengemis mengikuti yang kita rencanakan.
Kita melakukan pengawasanpun sebelum terjadi hal yang tidak di
inginkan, misalnya pengemis menjual alat yang kita beri, atau
menggunakan dana tidak untuk semestinya. Semuanya bertujuan agar
pengemis bisa bekerja atau berwirausaha dan tidak kembali menjadi
pengemis.
I1.2 Ya kami mengawasi, mengawasi pengemis yang masih turun kejalan
maupun pengemis yang baru mendapatkan penanganan dari panti PSBK,
agar yang sudah mendapatkan penanganan tidak kembali menjadi
pengemis. Kami meminimalisir itu.
Q3
Q
Seperti apakah bentuk pengawasan yang di lakukan oleh Dinas
Sosial
A
I1.1 Jadi pengawasan yang kami lakukan yaitu setelah pengemis mendapatkan
penanganan, setelah di beri araha, di bina, di beri pelatihan, jadi kita
melakukan pengawasan agar pengemis mengikuti yang kita rencanakan.
Kita melakukan pengawasanpun sebelum terjadi hal yang tidak di
inginkan, misalnya pengemis menjual alat yang kita beri, atau
menggunakan dana tidak untuk semestinya. Semuanya bertujuan agar
pengemis bisa bekerja atau berwirausaha dan tidak kembali menjadi
pengemis dan kita awasi terus mulai dari mereka di data sampai mereka
beres di tangani seperti di beri pelatihan, agar mereka mempunyai
kemampuan supaya mereka tidak mengemis lagi.
I1.2 Ya kami mengawasi, mengawasi pengemis yang masih turun kejalan
maupun pengemis yang baru mendapatkan penanganan dari panti PSBK,
agar yang sudah mendapatkan penanganan tidak kembali menjadi
pengemis. Kami meminimalisir itu.
I1.3 iya memang,dalam melaksanakan pengawasan kita dari pendataan sampai
dengan mereka di berikan alat atau dana.
I2.1 kalau kita sebagai unit pelaksana mengikuti arahan dari pak heli selaku
penanggung jawab, jadi dalam pelaksanaannya beliau selalu ikut
Q4
Q
A
Berapa jumlah pegawai yang ada pada bagian pengawasan
I1.1 Jadi hanya ada 1 pegawai di dalam 1 seksi dan tidak mempunyai staff
atau bawahan, dinas sosial memang kekurangan sdm, jadi dalam
menjalankan tupoksinya ya dengan sdm yang ada termasuk dalam
pelaksanaan pengawasan.
I1.2 ya memang di Dinas Sosial kekurangan sumber daya manusianya, saya
saja tidak mempunyai staff jadi kita di bidang pelayanan dan rehabilitasi,
hanya 1,1 saja perseksinya.
I1.3 dari Dinas Sosial ini pegawainya memang masih sedikit, dan di bidang
yang melakukan pengawasan terhadap pengemis tidak ada staffnya
Q5
Q
A
Apakah jumlah pegawai dalam bidang pengawasan sudah memadai
I1.1 Dari Dinas Sosial ya hanya bapak sebenarnya di bantu juga oleh bu
hendri, sama staff 1. Paling kita mengajak orang lain sebagai tenaga
sukarela seperti PSM, Karang Taruna dan yang lainnya
I1.3 Teteh pikir ya kalau hanya dari Dinas Sosial saja mungkin kurang efektif
ya karna sedikit, makannya kita meminta bantuan kepada pihak lain
untuk setidaknya membantu
Q6
Q
A
Apakah masing-masing pegawai dalam bidang pengawasan sudah
memadai ?
I1.1 Kalau berkompeten ya bapa pikir iya karna ini ranah kita dan kalau dari
Dinas Sosial kan terutama bidang bapa pelayanan dan rehabilitasi sosial,
memang mengurusi penyakit masyarakat terus, jadi kita sudah mengerti.
I1.2 ya memang kita sudah sesuai dengan bidangnya, kalau di bidang
pelayanan dan rehabilitasi sosial ya, tidak tahu tapi ibu kalo bidang lain
Q7
Q
A
Apakah ada kendala atau hambatan dalam melakukan pengawasan
I1.1 Ya kendalanya sebenarnya ada saja, mulai dari SDMnya yang kurang,
SDM sebenarnya penting untuk kita melakukan pengawasan terhadap
pengemis, pengemis sendiri kan banyak, kalau SDMnya kurang tentu kita
juga yang kwalahan untuk melakukan pengawasannya terus juga dari segi
anggarannya yang belum turun,ini sebenarnya yang penting karna
menurut bapak memang kan apa” perlu dana, jadi kalo dana tidak turun
tidak akan terealisasi pengawasannya ataupun penanganan terhadap
pengemis.
I1.3 Kendala pasti ada seperti anggaran, kita sih melakukan apapun kan
tergantung anggarannya, kalau anggarannya turun ya kegiatan itu bakal
terlaksana
Q8
Q
A
Apa yang dilakukan oleh Dinas Sosial dalam mengatasi kendala
atau hambatan tersebut
I1.1 Dalam mengatasi kendala sebenarnya kita gampang saja, misalnya
kendala kita dalam SDM di Dinas Sosialnya kita minta bantuan kepada
pihak lain untuk membantu, sedangkan untuk anggaran ya pengawasan
sebenarnya tetap akan berjalan cuma kita ganti waktunya saja.
I1.2 Karna memang anggaaran yang menjadi kendala yang cukup krusial, ya
kita cari waktu yang pas saja, kalau memang anggaran sudah turun kita
langsung membuat jadwalnya yang baru lagi, yang penting kan
sebenarnya bagaimana kordinasnya
Q9
Q
A
Apa ada dari pihak eksternal yang melakukan pengawasan dalam
penanganan pengemis di Kota Serang
I1.1 Kalau dari external ya tadi itu kita ada dari Karang Taruna, Tagana,
Satpol PP, PERANK dan juga PSM yang membantu kita dalam
pengawasannya.
I1.2 Pihak eksternal ya ada, ada dari Satpol PP, Karang .taruna dan yang
lainnya.
I1.3 Ya ada, ya itu contohnya Satpol PP
Q10
Q
A
Apakah ada kerja sama dengan instansi lainnya untuk melakukan
pengawasan dalam menangani pengemis di Kota Serang
I1.1 Mestinya memang harus ada kerja sama dengan pihak lain karna
pengemis di kota serang kan tidak 1 atau 2 kan banyak dan menurut bapa
kalo hanya dinas sosial saja tidak akan cukup orangnya
I1.2 Ya memang ada.
I1.3 Kerja sama memang sudah dari lama dengan berbagai pihak, tapi teteh
sendiri gabung dengan tim satgas sih baru tahun ini
Q11
Q
A
Apakah pernah ada laporan pengaduan dari masyarakat terkait
terganggunya terhadap keberadaan pengemis
I1.3 Ya sebenarnya ada saja masyarakat yang ngadu ke kita saat kita turun
kelapangan, ya mulai dari warga yang ada di sekitaran situ maupun para
pedagang, mereka ngomong bahwa pengemis meminta” ada saja yang
mulai sedikit maksa, ataupun tidak mau pergi kalau belum di beri uang,
mereka bilang sedikit risih dengan itu
I2.1 Ada saja yang ngadu ke kita, ya mereka terganggu dengan pengemis dan
pengamen itu, yang kita temuin memang kebanyakan masyarakat merasa
terganggu di tempat makan, tempat wisata atau di lampu-lampu merah.
Q12
Q
A
Apakah masyarakat dilibatkan dalam kegiatan pengawasan
I1.1
Ya justru kalau kita tanpa masyarakat dari mana kita dapat pengaduan-
pengaduan kaya gitu, kita intinya sih begini, mau pengemis yang belum
kita tangani atau yang sudah yang jelas jangan sampai meresahkan
masyarakat
I1.2 Memang masyarakat ikut serta,menurut Ibu itu cukup membantu
I4.1 Gatau ya a, saya mah ga terlalu mikirin beginian, ya masing-masing aja
gitu, terserah pengemis mau apa.
I4.2 Cuma bilang sih pernah, waktu itu ada petugas ya saya bilang kalo disini
ya suka ada aja pengemismah.
I4.3 Orang kaya ibumah ga ngerti masalah begitauan itumah urusannya orang-
orang pinter, udah yang nanganin ini kan
Q13
Q
A
Apakah Dinas Sosial Kota Serang melakukan sosialisasi terhadap
Perda Kota Serang nomor 2 tahun 2010 tentang pencegahan,
pemberantasan dan penanggulangan penyakit masyarakat
I1.1 Bapa pikir kalo untuk sosialisasi tentang Perda ini bukan tugasnya dari
Dinas Sosial ya, karena Dinas Sosial sendiri hanya pelaksana, mungkin
kalo untuk sosialsasi dari Pemerintahan Kota Serang.
Q14
Q
A
Bagaimana tata cara pengaduan kepada Dinas Sosial terkait
pengemis yang beredar di Kota Serang
I1.1 Tata cara ya gada, kalo ada masyarakat yang terganggu bisa lapor ke
Dinas Sosial atau Satpoll PP
Q1
SOP Pengawasan
Q
A
Apakah Dinas Sosial memiliki SOP dalam pengawasan
I1.1 Iya kita punya SOPnya
I1.2 SOPnya, iya ada
Q2
Q
A
Apakah Dinas Sosial sudah memenuhi SOP dalam melakukan
pengawasan
I1.1 Ya kalau pengawasan ya udah kita lakukan dengan SOPnya
I1.2 Kita melakukannya sesuai dengan SOP yang berlaku pastinya
Q3
Q
A
Apakah terdapat alat monitoring dalam menilai kinerja pegawai
I1.1 Kalau alat monitoring untuk untuk menilai kinerja pegawai, kayanya
paling dari SKP
Q4
Q
A
Apakah ada tindakan korektif saat terdapat pelanggaran dalam
melaksanakan pengawasan
I1.1 Ya kadang-kadang apa yang kita lihat ya itulah yang kita bina, ya
misalnya dia kebingungkan bagaimana kita kasih tau, ya pokonya kita
langsung kasih tau dan arahkan
I1.2 Tindakan yang kita lakukan ya langsung menindak saja , kalau pada saat
kita melakukan pengawasan terhadap pengemis yang bandel ya kita
jarring saja kita kirim ke panti sosial bina karya
Q5
Q
A
Seperti apakah sangsi yang diberikan oleh Dinas Sosial terhadap
pengemis yang terkena razia
I1.1 Walaupun ini memang ranah kami menangani pengemis, tapi kalo
memberi sangsi bukan ranahnya Dinas Sosial, kalo ada pengemis yang
terjaring razia Satpol PP lalu di berikan kepada kami, tindak lanjut kami
adalah hanya memberikan bimbingan seperti memberikan arahan
motivasi, namun pada saat terjaring razia pengemis memberikan surat
pernyataan jikalau sampai 3x mereka tertangkap mereka akan di kirim ke
panti rehabilitasi.
I1.2 Kalau ngasih sangsi sih ibu pikir bukan dari Dinas Sosial
Q1
Sumber Daya Keuangan dan Peralatan
Q
A
Adakah anggaran khusus yang di ajukan Dinas Sosial Kota Serang
kepada Pemerintah Kota Serang
I1.1 Rencana anggaran khusus pasti ada, sedangkan diajukannya tidak
langsung ke pemerintah melainkan harus lewat kepala Dinas terlebih
dahulu, apakah rencana anggaran khusus tersebut penting atau tidak
I1.2 Ya Rencana anggaran khusus, ada pastinya sedangkan kan diajukannya
tidak langsung ke pemerintah. Kita harus lewat kepala Dinas terlebih
dahulu.
Q2
Q
A
Apakah anggaran sudah memadai dalam pelaksanaan pengawasan
I1.1 Kalau masalah memadai atau tidak memadai ya memang tidak memadai,
Cuman kan permasalahanna kita dengan dana kecil bisa memaksimalkan
kegiatan itu atau tidak, ya kalo kita ya Alhamdulilah beres juga
I1.2 Anggaran nya sangat minim, oleh karena itu kita sesuaikan juga dengan
program-program atau kegiatan-kegiatan yang akan kita lakukan
I1.3 Kalau anggaran teteh rasa memang masih minim dan belum memadai
Q3
Q
A
Apakah peralatan dalam melakukan pengawasan sudah memadai
I2.1 Belum, tidak ada kita pakai alat transportasi sendiri
I1.3 Belum ada, misalnya dalam hal kendaraan kalau kendaraan operasional
dipake, kita pake motor sendiri
I1.1 Peralatan pendukung sih belum ada ya, ya bapa sih pengenya ada baju
atau rompi untuk tim bapa Tim SATGAS ya biar kita bajunya seragam,
jadi pada saat melakukan pengawasan di lihat oleh masyarakat juga enak
selain itu belum ada juga alat suara setidaknya untuk kita melakukan
kordinasi setiap saat, kan enak kalo kita punya alat suaramah koordinasi
enak bisa kapan aja, sebenarnya sih hal sepele pakai hp kita juga bisa,
cuman biar lebih efektif saja gitu
Q1
Jadwal pelaksanaan kegiatan
Q
A
Apakah terdapat jadwal dalam melaksanakan pengawasan
I1.1 Itu sudah tertuang di dalam program jadwalnya itu, ya programnya yang
di lakukan Dinas Sosial itu ya kita lakukan 1 tahun 2 kali, jadi 6 bulan
sekali lah kita melakukannya. Kalau di tanya ada atau tikak ya ada
jadwalnya
I1.2 iya kita punya jadwalnya, kita lakukan 2 kali dalam setahun
I2.1 Satu tahun biasanya 2 kali, kalau jadwal dari mereka. Biasanya Dinsos
ngasih surat ke kita Tim Satgas untuk melakukan pengawasan
Q2
Q
A
Bagaimana cara penentuan jadwal yang dilakukan dalam
pengawasan
I2.1 Dinas Sosial sudah menentukannya dari awal tahun, bapa selaku Kepala
Pealayanan dan Rehabilitasi Sosial ya buatnya dari awal tahun kita sudah
merencanakannya bagaimana kedepan, namun jadwal yang sudah kita
tentukan bisa berubah pada saat ingin pelaksanaan, karna anggaran belum
turun. Misalnya bapak sudah menentukan jadwal bulan maret tapi
anggarannya belum keluar terpaksa kita undur di bulan depannya, jadi
bisa berubah sewaktu-waktu
Q3
Q
A
Apakah pengawasan yang dilakukan sudah sesuai dengan jadwal
yang sudah ditentukan
I1.1 Kita sudah merencanakan, selebihnya menunggu anggaran dari
pemerintah turun, kalo sesuai ya kita juga sesuai dengan jadwal
pelaksanaan yang sudah di tetapkan
I1.2 Ya ibu pikir sih sesuai yah, kita sudah merencanakannya ya.
SURAT KETERANGAN INFORMAN
Nama Informan : Heli Priatna. A ma. Pd
Jabatan : Kepala Bidag Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Tampat : Kantor Dinas Sosial Kota Serang
Waktu : Rabu 4 April 2018 pukul 10.07
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Nim : 6661141363
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Perguruan Tinggi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Saya tidak keberatan apabila nama saya dicantumkan dalam penelitian ini, guna
keperluann keabsahan data dalam penelitian ini.
Serang, 2018
…..…………………….
SURAT KETERANGAN INFORMAN
Nama Informan : Hendri Sudiarni, S. Sos
Jabatan : Seksi Pelayanan dan Perlindungan Sosial dan Anak
Tampat : Kantor Dinas Sosial Kota Serang
Waktu : Rabu 4 April 2018 pukul 11.10
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Nim : 6661141363
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Perguruan Tinggi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Saya tidak keberatan apabila nama saya dicantumkan dalam penelitian ini, guna
keperluann keabsahan data dalam penelitian ini.
Serang, 2018
…..…………………….
SURAT KETERANGAN INFORMAN
Nama Informan : Ayu Sifi Fatimah
Jabatan : Staff Pelaksana
Tampat : Kantor Dinas Sosial Kota Serang
Waktu : Kamis 5 April 2018 pukul 10.00
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Nim : 6661141363
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Perguruan Tinggi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Saya tidak keberatan apabila nama saya dicantumkan dalam penelitian ini, guna
keperluann keabsahan data dalam penelitian ini.
Serang, 2018
…..…………………….
SURAT KETERANGAN INFORMAN
Nama Informan : A. Ayi. Asy’ari
Jabatan : Provos
Tampat : Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
Waktu : Jum’at 6 April Pukul 09:00
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Nim : 6661141363
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Perguruan Tinggi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Saya tidak keberatan apabila nama saya dicantumkan dalam penelitian ini, guna
keperluann keabsahan data dalam penelitian ini.
Serang, 2018
…..…………………….
SURAT KETERANGAN INFORMAN
Nama Informan : Ade
Jabatan : Wiraswasta
Tampat : Lampu Merah Kebon Jahe Kota Serang
Waktu : Senin 16 April 2018 Pukul 09:00
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Nim : 6661141363
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Perguruan Tinggi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Saya tidak keberatan apabila nama saya dicantumkan dalam penelitian ini, guna
keperluann keabsahan data dalam penelitian ini.
Serang, 2018
…..………………
SURAT KETERANGAN INFORMAN
Nama Informan : Yayan
Jabatan : Pedagang
Tampat : Lampu merah alun-alun Kota Serang
Waktu : Senin 16 April 2018 Pukul 19:00
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Nim : 6661141363
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Perguruan Tinggi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Saya tidak keberatan apabila nama saya dicantumkan dalam penelitian ini, guna
keperluann keabsahan data dalam penelitian ini.
Serang, 2018
…..…………………….
SURAT KETERANGAN INFORMAN
Nama Informan : Suratmi
Jabatan : Pengemis
Tampat : Lampu merah Lontar Kota Serang
Waktu : Minggu 15 April 2018 pukul 19.00
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
Nim : 6661141363
Serang, 2018
…..…………………….
SURAT KETERANGAN INFORMAN
Nama Informan : Juriah
Jabatan : Pengemis
Tampat : Lampu Merah Alun-alun Kota Serang
Waktu : Minggu 15 April 2018 pukul 20.00
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
Nim : 6661141363
Serang, 2018
…..…………………….
SURAT KETERANGAN INFORMAN
Nama Informan : Ahyani
Jabatan : Pengemis
Tampat : Banten Lama
Waktu : Minggu 15 April 2018 pukul 16.30
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
Nim : 6661141363
Serang, 2018
…..…………………….
SURAT KETERANGAN INFORMAN
Nama Informan : Jajuli
Jabatan : Pengemis
Tampat : Banten Lama
Waktu : Minggu, 15 April 2018 pukul 17.00
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
Nim : 6661141363
Serang, 2018
…..…………………….
SURAT KETERANGAN INFORMAN
Nama Informan : Sabirin
Jabatan : Wakil Ketua Bidang Program Kerja Karang Taruna
Tampat : Kantor Kecamatan Serang
Waktu : Jumat 16 November Pukul 13:00
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Nim : 6661141363
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Perguruan Tinggi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Saya tidak keberatan apabila nama saya dicantumkan dalam penelitian ini, guna
keperluann keabsahan data dalam penelitian ini.
Serang, 2018
…..…………………….
SURAT KETERANGAN INFORMAN
Nama Informan : Nawahi
Jabatan : Seksi Humas Publikasi dan Dokumentasi Karang Taruna
Tampat : Pemukiman Warga Karang Taruna
Waktu : Jumat, 16 November Pukul 13:30
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Nim : 6661141363
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Perguruan Tinggi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Saya tidak keberatan apabila nama saya dicantumkan dalam penelitian ini, guna
keperluann keabsahan data dalam penelitian ini.
Serang, 2018
…..…………………….
SURAT KETERANGAN INFORMAN
Nama Informan : Junaidi
Jabatan : Staff Pelaksana Lapangan Taruna Siaga Bencana (TAGANA)
Tampat : Dinas Sosial Provinsi Banten
Waktu : Kamis, 15 November Pukul 13:30
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Nim : 6661141363
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Perguruan Tinggi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Saya tidak keberatan apabila nama saya dicantumkan dalam penelitian ini, guna
keperluann keabsahan data dalam penelitian ini.
Serang, 2018
…..…………………….
SURAT KETERANGAN INFORMAN
Nama Informan : Rasman
Jabatan : Seksi Bimbingan dan Pelatihan Taruna Siaga Bencana
(TAGANA)
Tampat : Kantor Taruna Siaga Bencana (TAGANA)
Waktu : Kamis 15 November Pukul 13:00
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Nim : 6661141363
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Perguruan Tinggi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Saya tidak keberatan apabila nama saya dicantumkan dalam penelitian ini, guna
keperluann keabsahan data dalam penelitian ini.
Serang, 2018
…..…………………….
SURAT KETERANGAN INFORMAN
Nama Informan : Wahyu
Jabatan : Anggota Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)
Tampat : Kantor Dinas Sosial Kota Serang
Waktu : Rabu 14 November Pukul 10:00
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Nim : 6661141363
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Perguruan Tinggi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Saya tidak keberatan apabila nama saya dicantumkan dalam penelitian ini, guna
keperluann keabsahan data dalam penelitian ini.
Serang, 2018
…..…………………….
SURAT KETERANGAN INFORMAN
Nama Informan : Agus Amy
Jabatan : Anggota Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)
Tampat : Kantor PSM
Waktu : Rabu 14 November Pukul 10:20
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Nim : 6661141363
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Perguruan Tinggi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Saya tidak keberatan apabila nama saya dicantumkan dalam penelitian ini, guna
keperluann keabsahan data dalam penelitian ini.
Serang, 2018
…..…………………….
SURAT KETERANGAN INFORMAN
Nama Informan : Ayu A
Jabatan : Anggota Perkumpulan Anti Narkoba (PERANK)
Tampat : Sekretariat Perkumpulan Anti Narkoba (PERANK)
Waktu : Senin, 19 November Pukul 09:00
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Nim : 6661141363
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Perguruan Tinggi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Saya tidak keberatan apabila nama saya dicantumkan dalam penelitian ini, guna
keperluann keabsahan data dalam penelitian ini.
Serang, 2018
…..…………………….
SURAT KETERANGAN INFORMAN
Nama Informan : Heru
Jabatan : Anggota Perkumpulan Anti Narkoba (PERANK)
Tampat : Dinas Sosial Kota Serang
Waktu : Senin, 19 November Pukul 13:30
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Nim : 6661141363
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Perguruan Tinggi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Saya tidak keberatan apabila nama saya dicantumkan dalam penelitian ini, guna
keperluann keabsahan data dalam penelitian ini.
Serang, 2018
…..…………………….
Member Check
Nama Informan : Heli Priatna. A ma. Pd
Jabatan : Kepala Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Tampat : Kantor Dinas Sosial Kota Serang
Waktu : Rabu 4 April 2018 pukul 10.07
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
Nim : 6661141363
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
1. Siapakah yang melakukan pengawasan dalam penanganan pengemis di Kota
Serang.
Kalau pengawasannya memang dari Dinas Sosial. tapi kita mempunyai Tim
SATGAS yang membantu Dinas Sosial dalam melakukan pengawasan
terhadap pengemis
2. Apa saja yang dilakukan Dinas Sosial dalam melakukan pengawasan
Jadi pengawasan yang kami lakukan yaitu setelah pengemis mendapatkan
penanganan, setelah di beri araha, di bina, di beri pelatihan, jadi kita
melakukan pengawasan agar pengemis mengikuti yang kita rencanakan. Kita
melakukan pengawasanpun sebelum terjadi hal yang tidak di inginkan,
misalnya pengemis menjual alat yang kita beri, atau menggunakan dana tidak
untuk semestinya. Semuanya bertujuan agar pengemis bisa bekerja atau
berwirausaha dan tidak kembali menjadi pengemis.
3. Seperti apakah bentuk pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
Jadi pengawasan yang kami lakukan yaitu setelah pengemis mendapatkan
penanganan, setelah di beri araha, di bina, di beri pelatihan, jadi kita
melakukan pengawasan agar pengemis mengikuti yang kita rencanakan. Kita
melakukan pengawasanpun sebelum terjadi hal yang tidak di inginkan,
misalnya pengemis menjual alat yang kita beri, atau menggunakan dana tidak
untuk semestinya. Semuanya bertujuan agar pengemis bisa bekerja atau
berwirausaha dan tidak kembali menjadi pengemis dan kita awasi terus mulai
dari mereka di data sampai mereka beres di tangani seperti di beri pelatihan,
agar mereka mempunyai kemampuan supaya mereka tidak mengemis lagi.
4. Berapa jumlah pegawai yang ada pada bagian pengawasan
Jadi hanya ada 1 pegawai di dalam 1 seksi dan tidak mempunyai staff atau
bawahan, dinas sosial memang kekurangan sdm, jadi dalam menjalankan
tupoksinya ya dengan sdm yang ada termasuk dalam pelaksanaan
pengawasan.
5. Apakah jumlah pegawai dalam bidang pengawasan sudah memadai
Dari Dinas Sosial ya hanya bapak sebenarnya di bantu juga oleh bu hendri,
sama staff 1. Paling kita mengajak orang lain sebagai tenaga sukarela seperti
PSM, Karang Taruna dan yang lainnya
6. Apakah masing-masing pegawai dalam bidang pengawasan sudah memadai
Kalau berkompeten ya bapa pikir iya karna ini ranah kita dan kalau dari
Dinas Sosial kan terutama bidang bapa pelayanan dan rehabilitasi sosial,
memang mengurusi penyakit masyarakat terus, jadi kita sudah mengerti.
7. Apakah ada kendala atau hambatan dalam melakukan pengawasan
Ya kendalanya sebenarnya ada saja, mulai dari SDMnya yang kurang, SDM
sebenarnya penting untuk kita melakukan pengawasan terhadap pengemis,
pengemis sendiri kan banyak, kalau SDMnya kurang tentu kita juga yang
kwalahan untuk melakukan pengawasannya terus juga dari segi anggarannya
yang belum turun,ini sebenarnya yang penting karna menurut bapak memang
kan apa” perlu dana, jadi kalo dana tidak turun tidak akan terealisasi
pengawasannya ataupun penanganan terhadap pengemis.
8. Apa yang dilakukan oleh Dinas Sosial dalam mengatasi kendala atau
hambatan tersebut
Dalam mengatasi kendala sebenarnya kita gampang saja, misalnya kendala
kita dalam SDM di Dinas Sosialnya kita minta bantuan kepada pihak lain
untuk membantu, sedangkan untuk anggaran ya pengawasan sebenarnya
tetap akan berjalan cuma kita ganti waktunya saja
9. Apa ada dari pihak eksternal yang melakukan pengawasan dalam penanganan
pengemis di Kota Serang
Kalau dari external ya tadi itu kita ada dari Karang Taruna, Tagana, Satpol
PP, PERANK dan juga PSM yang membantu kita dalam pengawasannya
10. Apakah ada kerja sama dengan instansi lainnya untuk melakukan pengawasan
dalam menangani pengemis di Kota Serang
Mestinya memang harus ada kerja sama dengan pihak lain karna pengemis di
kota serang kan tidak 1 atau 2 kan banyak dan menurut bapa kalo hanya
dinas sosial saja tidak akan cukup orangnya
11. Apakah pernah ada laporan pengaduan dari masyarakat terkait terganggunya
terhadap keberadaan pengemis
Ya sebenarnya ada saja masyarakat yang ngadu ke kita saat kita turun
kelapangan, ya mulai dari warga yang ada di sekitaran situ maupun para
pedagang, mereka ngomong bahwa pengemis meminta” ada saja yang mulai
sedikit maksa, ataupun tidak mau pergi kalau belum di beri uang, mereka
bilang sedikit risih dengan itu
12. Apakah masyarakat dilibatkan dalam kegiatan pengawasan
Ya justru kalau kita tanpa masyarakat dari mana kita dapat pengaduan-
pengaduan kaya gitu, kita intinya sih begini, mau pengemis yang belum kita
tangani atau yang sudah yang jelas jangan sampai meresahkan masyarakat
13. Apakah Dinas Sosial Kota Serang melakukan sosialisasi terhadap Perda Kota
Serang nomor 2 tahun 2010 tentang pencegahan, pemberantasan dan
penanggulangan penyakit masyarakat
Bapa pikir kalo untuk sosialisasi tentang Perda ini bukan tugasnya dari
Dinas Sosial ya, karena Dinas Sosial sendiri hanya pelaksana, mungkin kalo
untuk sosialsasi dari Pemerintahan Kota Serang
14. Bagaimana tata cara pengaduan kepada Dinas Sosial terkait pengemis yang
beredar di Kota Serang
Tata cara ya gada, kalo ada masyarakat yang terganggu bisa lapor ke Dinas
Sosial atau Satpoll PP
B. Standar Operasional Prosedur Pengawasan
1. Apakah Dinas Sosial memliki SOP dalam melaksanakan pengawasan
Iya kita punya SOPnya
2. Apakah Dinas Sosial sudah memenuhi SOP dalam melakukan pengawasan
Ya kalau pengawasan ya udah kita lakukan dengan SOPnya
3. Apakah terdapat alat monitoring dalam menilai kinerja pegawai
Kalau alat monitoring untuk untuk menilai kinerja pegawai, kayanya paling
dari SKP
4. Apakah ada tindakan korektif saat terdapat pelanggaran dalam melaksanakan
pengawasan
Ya kadang-kadang apa yang kita lihat ya itulah yang kita bina, ya misalnya
dia kebingungkan bagaimana kita kasih tau, ya pokonya kita langsung kasih
tau dan arahkan
5. Seperti apakah sangsi yang diberikan oleh Dinas Sosial terhadap pengemis
yang terkena razia
Walaupun ini memang ranah kami menangani pengemis, tapi kalo memberi
sangsi bukan ranahnya Dinas Sosial, kalo ada pengemis yang terjaring razia
Satpol PP lalu di berikan kepada kami, tindak lanjut kami adalah hanya
memberikan bimbingan seperti memberikan arahan motivasi, namun pada
saat terjaring razia pengemis memberikan surat pernyataan jikalau sampai
3x mereka tertangkap mereka akan di kirim ke panti rehabilitasi.
C. Sumber Daya Keuangan dan Peralatan
1. Adakah anggaran khusus yang di ajukan Dinas Sosial Kota Serang kepada
Pemerintah Kota Serang
Rencana anggaran khusus pasti ada, sedangkan diajukannya tidak langsung
ke pemerintah melainkan harus lewat kepala Dinas terlebih dahulu, apakah
rencana anggaran khusus tersebut penting atau tidak
2. Apakah anggaran sudah memadai dalam pelaksanaan pengawasan
Kalau masalah memadai atau tidak memadai ya memang tidak memadai,
Cuman kan permasalahanna kita dengan dana kecil bisa memaksimalkan
kegiatan itu atau tidak, ya kalo kita ya Alhamdulilah beres juga
3. Apakah peralatan dalam melakukan pengawasan sudah memadai
Peralatan pendukung sih belum ada ya, ya bapa sih pengenya ada baju atau
rompi untuk tim bapa Tim SATGAS ya biar kita bajunya seragam, jadi pada
saat melakukan pengawasan di lihat oleh masyarakat juga enak selain itu
belum ada juga alat suara setidaknya untuk kita melakukan kordinasi setiap
saat, kan enak kalo kita punya alat suaramah koordinasi enak bisa kapan
aja, sebenarnya sih hal sepele pakai hp kita juga bisa, cuman biar lebih
efektif saja gitu
D. Jadwal Pelaksana Kegiatan
1. Apakah terdapat jadwal dalam melaksanakan pengawasan
Itu sudah tertuang di dalam program jadwalnya itu, ya programnya yang di
lakukan Dinas Sosial itu ya kita lakukan 1 tahun 2 kali, jadi 6 bulan sekali
lah kita melakukannya. Kalau di tanya ada atau tikak ya ada jadwalnya
2. Bagaimana cara penentuan jadwal yang dilakukan dalam pengawasan
Dinas Sosial sudah menentukannya dari awal tahun, bapa selaku Kepala
Pealayanan dan Rehabilitasi Sosial ya buatnya dari awal tahun kita sudah
merencanakannya bagaimana kedepan, namun jadwal yang sudah kita
tentukan bisa berubah pada saat ingin pelaksanaan, karna anggaran belum
turun. Misalnya bapak sudah menentukan jadwal bulan maret tapi
anggarannya belum keluar terpaksa kita undur di bulan depannya, jadi bisa
berubah sewaktu-waktu
3. Apakah pengawasan yang dilakukan sudah sesuai dengan jadwal yang sudah
ditentukan
Kita sudah merencanakan, selebihnya menunggu anggaran dari pemerintah
turun, kalo sesuai ya kita juga sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang sudah
di tetapkan
Serang, 2018
…..…………………….
Member Check
Nama Informan : Hendri Sudiarni, S. Sos
Jabatan : Seksi Pelayanan dan Perlindungan Sosial dan Anak
Tampat : Kantor Dinas Sosial Kota Serang
Waktu : Rabu 4 April 2018 pukul 11.10
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
Nim : 6661141363
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
10. Siapakah yang melakukan pengawasan dalam penanganan pengemis di Kota
Serang.
Kalau yang melakukan pengawasan itu bapak heli selaku kepala bidang
pelayanan dan rehabilitasi sosial yang menangani permasalahan pengemis,
kalau ibu hanya mendampingi saja, kebetulan memang ini di bidang ibu, jadi
paling yang melakukan pengawasan ya pa heli dengan staffnya
11. Apa saja yang dilakukan Dinas Sosial dalam melakukan pengawasan
Ya kami mengawasi, mengawasi pengemis yang masih turun kejalan maupun
pengemis yang baru mendapatkan penanganan dari panti PSBK, agar yang
sudah mendapatkan penanganan tidak kembali menjadi pengemis. Kami
meminimalisir itu
12. Seperti apakah bentuk pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
Ya kami mengawasi, mengawasi pengemis yang masih turun kejalan maupun
pengemis yang baru mendapatkan penanganan dari panti PSBK, agar yang
sudah mendapatkan penanganan tidak kembali menjadi pengemis. Kami
meminimalisir itu.
13. Berapa jumlah pegawai yang ada pada bagian pengawasan
ya memang di Dinas Sosial kekurangan sumber daya manusianya, saya saja
tidak mempunyai staff jadi kita di bidang pelayanan dan rehabilitasi, hanya
1,1 saja perseksinya
14. Apakah masing-masing pegawai dalam bidang pengawasan sudah memadai
ya memang kita sudah sesuai dengan bidangnya, kalau di bidang pelayanan
dan rehabilitasi sosial ya, tidak tahu tapi ibu kalo bidang lain
15. Apa yang dilakukan oleh Dinas Sosial dalam mengatasi kendala atau
hambatan tersebut
Karna memang anggaaran yang menjadi kendala yang cukup krusial, ya kita
cari waktu yang pas saja, kalau memang anggaran sudah turun kita langsung
membuat jadwalnya yang baru lagi, yang penting kan sebenarnya bagaimana
kordinasnya
16. Apa ada dari pihak eksternal yang melakukan pengawasan dalam penanganan
pengemis di Kota Serang
Pihak eksternal ya ada, ada dari Satpol PP, Karang .taruna dan yang
lainnya.
17. Apakah ada kerja sama dengan instansi lainnya untuk melakukan pengawasan
dalam menangani pengemis di Kota Serang
Ya memang ada
18. Apakah pernah ada laporan pengaduan dari masyarakat terkait terganggunya
terhadap keberadaan pengemis
Ada saja yang ngadu ke kita, ya mereka terganggu dengan pengemis dan
pengamen itu, yang kita temuin memang kebanyakan masyarakat merasa
terganggu di tempat makan, tempat wisata atau di lampu-lampu merah.
B. Standar Operasional Prosedur Pengawasan
1. Apakah Dinas Sosial memliki SOP dalam melaksanakan pengawasan
SOPnya, iya ada
2. Apakah Dinas Sosial sudah memenuhi SOP dalam melakukan pengawasan
Kita melakukannya sesuai dengan SOP yang berlaku pastinya
3. Apakah ada tindakan korektif saat terdapat pelanggaran dalam melaksanakan
pengawasan
Tindakan yang kita lakukan ya langsung menindak saja , kalau pada saat kita
melakukan pengawasan terhadap pengemis yang bandel ya kita jarring saja
kita kirim ke panti sosial bina karya
4. Seperti apakah sangsi yang diberikan oleh Dinas Sosial terhadap pengemis
yang terkena razia
Kalau ngasih sangsi sih ibu pikir bukan dari Dinas Sosial
C. Sumber Daya Keuangan dan Peralatan
1. Adakah anggaran khusus yang di ajukan Dinas Sosial Kota Serang kepada
Pemerintah Kota Serang
Ya Rencana anggaran khusus, ada pastinya sedangkan kan diajukannya tidak
langsung ke pemerintah. Kita harus lewat kepala Dinas terlebih dahulu
2. Apakah anggaran sudah memadai dalam pelaksanaan pengawasan
Anggaran nya sangat minim, oleh karena itu kita sesuaikan juga dengan
program-program atau kegiatan-kegiatan yang akan kita lakukan
Serang, 2018
…..…………………….
Member Check
Nama Informan : Ayu Sifi Fatimah
Jabatan : Staff Pelaksana
Tampat : Kantor Dinas Sosial Kota Serang
Waktu : Kamis 5 April 2018 pukul 10.00
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
Nim : 6661141363
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
1. Siapakah yang melakukan pengawasan dalam penanganan pengemis di Kota
Serang.
Memang bukan hanya dari dinas sosial saja yang melakukan penanganan
terhadap pengemis, kalo dari dinas sosial saja orangnya sedikit
2. Seperti apakah bentuk pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
iya memang,dalam melaksanakan pengawasan kita dari pendataan sampai
dengan mereka di berikan alat atau dana.
3. Berapa jumlah pegawai yang ada pada bagian pengawasan
dari Dinas Sosial ini pegawainya memang masih sedikit, dan di bidang yang
melakukan pengawasan terhadap pengemis tidak ada staffnya
4. Apakah jumlah pegawai dalam bidang pengawasan sudah memadai
Teteh pikir ya kalau hanya dari Dinas Sosial saja mungkin kurang efektif ya
karna sedikit, makannya kita meminta bantuan kepada pihak lain untuk
setidaknya membantu
5. Apakah ada kendala atau hambatan dalam melakukan pengawasan
Kendala pasti ada seperti anggaran, kita sih melakukan apapun kan
tergantung anggarannya, kalau anggarannya turun ya kegiatan itu bakal
terlaksana
6. Apa ada dari pihak eksternal yang melakukan pengawasan dalam penanganan
pengemis di Kota Serang
Ya ada, ya itu contohnya Satpol PP
7. Apakah ada kerja sama dengan instansi lainnya untuk melakukan pengawasan
dalam menangani pengemis di Kota Serang
Kerja sama memang sudah dari lama dengan berbagai pihak, tapi teteh
sendiri gabung dengan tim satgas sih baru tahun ini
8. Apakah pernah ada laporan pengaduan dari masyarakat terkait terganggunya
terhadap keberadaan pengemis
Ya sebenarnya ada saja masyarakat yang ngadu ke kita saat kita turun
kelapangan, ya mulai dari warga yang ada di sekitaran situ maupun para
pedagang, mereka ngomong bahwa pengemis meminta” ada saja yang mulai
sedikit maksa, ataupun tidak mau pergi kalau belum di beri uang, mereka
bilang sedikit risih dengan itu
Serang, 2018
…..…………………….
Member Check
Nama Informan : A. Ayi. Asy’ari
Jabatan : Provos
Tampat : Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
Waktu : Jum’at 6 April Pukul 09:00
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
Nim : 6661141363
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
1. Siapakah yang melakukan pengawasan dalam penanganan pengemis di Kota
Serang.
Ya memang yang melakukan pengawasan itu dari dinas sosial, pa heli
sebagai bidang pelayanan dan rehabilitasi sosial. Saya dari satpol pp sebagai
unit pelaksana dalam petugas penjaringan, penjangkauan dan pengawasan
penyakit masyarat, jadi tidak hanya dinas sosial saja ada juga dari pihak lain
seperti karang taruna, psm dan yang lainnya
2. Seperti apakah bentuk pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
kalau kita sebagai unit pelaksana mengikuti arahan dari pak heli selaku
penanggung jawab, jadi dalam pelaksanaannya beliau selalu ikut
3. Apakah pernah ada laporan pengaduan dari masyarakat terkait terganggunya
terhadap keberadaan pengemis
Ada saja yang ngadu ke kita, ya mereka terganggu dengan pengemis dan
pengamen itu, yang kita temuin memang kebanyakan masyarakat merasa
terganggu di tempat makan, tempat wisata atau di lampu-lampu merah.
C. Sumber Daya Keuangan dan Peralatan
1. Apakah peralatan dalam melakukan pengawasan sudah memadai
Belum, tidak ada kita pakai alat transportasi sendiri
Serang, 2018
…..…………………….
Member Check
Nama Informan : Ade
Jabatan : Wiraswasta
Tampat : Lampu Merah Kebon Jahe Kota Serang
Waktu : Senin 16 April 2018 Pukul 09:00
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
Nim : 6661141363
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
1. Apa Masyarakat Dilibatkan Dalam Kegiatan Pengawasan
Kurang tau kalo itu, bapa ya ga perah di suruh atau pun ada orang dinas
yang ngasih tau suruh ngawasih. Lagian saya mah ga terlalu mikirin
beginian, ya masing-masing aja gitu, terserah pengemis mau apa.
2. Seperti apakah bentuk pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
Yang sering bapa liat sih ya langsung pada datengin para pengemisnya. Tapi
kebanyakan pengemis ya bandel udah di razia mau di apa juga tetep balik
lagi. Emang susah sih kalo kerjaannya kaya gitumah, mau kaya gimana juga
bakal balik lagi.
3. Apakah ada tindakan korektif saat terdapat pelanggaran dalam melaksanakan
pengawasan
Ya biasanya sih ya langsung di tegur. ya misalnya pengemis kebingungkan
bagaimana di kasih tau, ya pokonya gitu langsung kasih tau dan arahkan
yang bapa liatmah, soalnya disinimah udah sering. Engga sekali dua kali.
Kadang ya ada juga yang ngelawan pas dikasih tau, ada yang kabur, ya
macem-macem pokonyamah lah a.
Serang, 2018
…..………………
Member Check
Nama Informan : Yayan
Jabatan : Pedagang
Tampat : Lampu merah alun-alun Kota Serang
Waktu : Senin 16 April 2018 Pukul 19:00
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
Nim : 6661141363
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
1. Apa Masyarakat Dilibatkan Dalam Kegiatan Pengawasan
Cuma bilang sih pernah, waktu itu ada petugas ya saya bilang kalo disini ya
suka ada aja pengemismah.
2. Seperti apakah bentuk pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
Kalo itu bapa engga ngerti, ya yang sering saya lihat mah kayanya dari
Dinas Sosial terus bareng Satpoll PP tuh sering patroli, kalo di lampu merah
ginimah pengemis banyak a, jadi ya ada aja yang suka di samperin Satpoll
PPmah gatau tuh di apain.
3. Apakah ada tindakan korektif saat terdapat pelanggaran dalam melaksanakan
pengawasan
Owh kalo pengemis yang abis di tanganin mah ada tetangga saya, dikasih
alat-alat bengkel, sempet ngobrol sama warga ada dari Dinas juga gatau
Dinas apa pokonya pengen di jual tuh alat buat makan katanyamah. Ya Dina
itu ngelarang dan sempat bilang kalo sampai di jual bakal di rehabilitasi lagi.
Kemarin kan lama a berapa bulan dia gada dirumah , ya saya baru tau kalo
ketangkep Satpoll PP terus di rehabilitasimah.
Serang, 2018
…..…………………….
Member Check
Nama Informan : Suratmi
Jabatan : Pengemis
Tampat : Lampu merah Alun-alun Kota Serang
Waktu : Minggu 15 April 2018 pukul 19.00
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
Nim : 6661141363
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
15. Apakah Saudara pernah mendapatkan penanganan dari Dinas Sosial Kota
Serang ?
Ibu pernah ketangkep Satpoll PP ya 2 kali terus di kumpulin di rumah gitu, di
kasih tau sama orang gitu di ceramahin juga, ya pokonya jangan ngemis lagi
katanya.
Serang, 2018
…..…………………….
Member Check
Nama Informan : Juriah
Jabatan : Pengemis
Tampat : Lampu Merah Lontar Kota Serang
Waktu : Minggu 15 April 2018 pukul 20.00
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
Nim : 6661141363
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
15. Apakah Saudara pernah mendapatkan penanganan dari Dinas Sosial Kota
Serang ?
Di tangani ya pernah sih, cuma ya saya tetep ngemis aja, disuruh berenti juga
gimana saya gada kerjaan, anak kan butuh makan, bapaknya juga udah gada,
yaudah mau gimana lagi, lagian saya gabisa apa-apa de, jadi pembantu juga
gajinya kecil, yang ada capenya doang.
Serang, 2018
…..…………………….
Member Check
Nama Informan : Jajuli
Jabatan : Pengemis
Tampat : Banten Lama
Waktu : Minggu 15 April 2018 pukul 14.00
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
Nim : 6661141363
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
15. Apakah Saudara pernah mendapatkan penanganan dari Dinas Sosial Kota
Serang ?
Belum pernah, pernah ada razia juga bapak kabur ga pernah ketangkep, saya
ngemis udah lama belum pernah dapet penanganan, semua orang pasti mau
berenti jadi pengemis cuma mau gimana kalo kita sendiri yang ga cari makan
siapa yang ngasih, kita minta-minta gini aja masih banyak yang ga peduli,
gimana kita diem aja, liat aja bapak kaya gini mau kerja apa.
Serang, 2018
…..…………………….
Member Check
Nama Informan : Ahyani
Jabatan : Pengemis
Tampat : Banten Lama
Waktu : Minggu, 15 April 2018 pukul 17.00
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
Nim : 6661141363
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
15. Apakah Saudara pernah mendapatkan penanganan dari Dinas Sosial Kota
Serang ?
Ibu taun kemarin pernah di kirim ke panti sosia soalnya ibu udah sering
ketangkep razia yaudah ibu pasrah aja mau gimana lagi, di sana lama de
berapa bulan gitu, disana enak sih makan gausah mikir dari mana tidur
lumayan enak, sehari-harinya sih ya di ajarin jahit bikin kerajinan ya gitu
aja, udah pulang ke dinas sosial lagi di kasih mesin jahit sama duit, terus
ampir setiap minggu lah setelah ibu pulang itu ada pendataan mesinnya di
pake usaha engga uangnya di pake apa, ya di awasin aja gitu terus kaya
kitanya apa aja ya heran ibu juga, cuma pas udah ga pernah dateng ya ibu
jual itu alat, enakan ngemis uangnya lebih banyak, ngejait mah dapetnya geh
brapa de mana di kampungmah mereka juga jait masing-masing.
Serang, 2018
…..…………………….
Member Check
Nama Informan : Sabirin
Jabatan : Wakil Ketua Bidang Program Kerja Karang Taruna
Tampat : Kantor Kecamatan Serang
Waktu : Jum’at 16 November Pukul 13:00
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
Nim : 6661141363
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
1. Siapakah yang melakukan pengawasan dalam penanganan pengemis di Kota
Serang.
Kalau yang melakukan pengawasan itu bapak heli selaku kepala bidang
pelayanan dan rehabilitasi sosial yang menangani permasalahan pengemis,
kalau ibu hanya mendampingi saja, kebetulan memang ini di bidang ibu, jadi
paling yang melakukan pengawasan ya pa heli dengan staffnya
2. Apa saja yang dilakukan Dinas Sosial dalam melakukan pengawasan
Ya kami mengawasi, mengawasi pengemis yang masih turun kejalan maupun
pengemis yang baru mendapatkan penanganan dari panti PSBK, agar yang
sudah mendapatkan penanganan tidak kembali menjadi pengemis. Kami
meminimalisir itu
3. Seperti apakah bentuk pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
Ya kami mengawasi, mengawasi pengemis yang masih turun kejalan maupun
pengemis yang baru mendapatkan penanganan dari panti PSBK, agar yang
sudah mendapatkan penanganan tidak kembali menjadi pengemis. Kami
meminimalisir itu.
4. Berapa jumlah pegawai yang ada pada bagian pengawasan
ya memang di Dinas Sosial kekurangan sumber daya manusianya, saya saja
tidak mempunyai staff jadi kita di bidang pelayanan dan rehabilitasi, hanya
1,1 saja perseksinya
5. Apakah masing-masing pegawai dalam bidang pengawasan sudah memadai
ya memang kita sudah sesuai dengan bidangnya, kalau di bidang pelayanan
dan rehabilitasi sosial ya, tidak tahu tapi ibu kalo bidang lain
6. Apa yang dilakukan oleh Dinas Sosial dalam mengatasi kendala atau
hambatan tersebut
Karna memang anggaaran yang menjadi kendala yang cukup krusial, ya kita
cari waktu yang pas saja, kalau memang anggaran sudah turun kita langsung
membuat jadwalnya yang baru lagi, yang penting kan sebenarnya bagaimana
kordinasnya
7. Apa ada dari pihak eksternal yang melakukan pengawasan dalam penanganan
pengemis di Kota Serang
Pihak eksternal ya ada, ada dari Satpol PP, Karang .taruna dan yang
lainnya.
8. Apakah ada kerja sama dengan instansi lainnya untuk melakukan pengawasan
dalam menangani pengemis di Kota Serang
Ya memang ada
9. Apakah pernah ada laporan pengaduan dari masyarakat terkait terganggunya
terhadap keberadaan pengemis
Ada saja yang ngadu ke kita, ya mereka terganggu dengan pengemis dan
pengamen itu, yang kita temuin memang kebanyakan masyarakat merasa
terganggu di tempat makan, tempat wisata atau di lampu-lampu merah.
B. Standar Operasional Prosedur Pengawasan
1. Apakah Dinas Sosial memliki SOP dalam melaksanakan pengawasan
SOPnya, iya ada
2. Apakah Dinas Sosial sudah memenuhi SOP dalam melakukan pengawasan
Kita melakukannya sesuai dengan SOP yang berlaku pastinya
3. Apakah ada tindakan korektif saat terdapat pelanggaran dalam melaksanakan
pengawasan
Tindakan yang kita lakukan ya langsung menindak saja , kalau pada saat kita
melakukan pengawasan terhadap pengemis yang bandel ya kita jarring saja
kita kirim ke panti sosial bina karya
4. Seperti apakah sangsi yang diberikan oleh Dinas Sosial terhadap pengemis
yang terkena razia
Kalau ngasih sangsi sih ibu pikir bukan dari Dinas Sosial
C. Sumber Daya Keuangan dan Peralatan
1. Adakah anggaran khusus yang di ajukan Dinas Sosial Kota Serang kepada
Pemerintah Kota Serang
Ya Rencana anggaran khusus, ada pastinya sedangkan kan diajukannya tidak
langsung ke pemerintah. Kita harus lewat kepala Dinas terlebih dahulu
2. Apakah anggaran sudah memadai dalam pelaksanaan pengawasan
Anggaran nya sangat minim, oleh karena itu kita sesuaikan juga dengan
program-program atau kegiatan-kegiatan yang akan kita lakukan
Serang, 2018
…..…………………….
Member Check
Nama Informan : Nawahi
Jabatan : Seksi Humas Publikasi dan Dokumentasi Karang Taruna
Tampat : Pemukiman Warga Karang Taruna
Waktu : Jum’at 16 November Pukul 13:30
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
Nim : 6661141363
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
1. Siapakah yang melakukan pengawasan dalam penanganan pengemis di Kota
Serang.
Bapa sendiri dari karang taruna bukan dari Dinas Sosial, cuma kalau untuk
sama-sama memerangi penyakit masyarakat pasti kita bantu, cuma ya kadang
kegiatan kita banyak tidak cuma membantu Dinas Sosial saja, jadi kalau ada
waktu luang pasti kita saling membantu, Bapa sendiri dari karang taruna
bukan dari Dinas Sosial, cuma kalau untuk sama-sama memerangi penyakit
masyarakat pasti kita bantu, cuma ya kadang kegiatan kita banyak tidak cuma
membantu Dinas Sosial saja, jadi kalau ada waktu luang pasti kita saling
membantu
2. Seperti apakah bentuk pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
iya memang,dalam melaksanakan pengawasan kita dari pendataan sampai
dengan mereka di berikan alat atau dana.
3. Berapa jumlah pegawai yang ada pada bagian pengawasan
Karang taruna ikut dalam pengawasan karna kita sendiri kan di dalam
lembaga yang di bina oleh Dinas Sosial, kita tergabung dalam Potensi
Sumber Kesejahteraan Masyarakat (PSKS) jadi kita bergabung dengan Dinas
Sosial Kota Serang untuk pengawasan terhadap penyakit masyarakt
4. Apakah jumlah pegawai dalam bidang pengawasan sudah memadai
ya kalau hanya dari Dinas Sosial saja mungkin kurang efektif ya karna
sedikit, makannya kita meminta bantuan kepada pihak lain untuk setidaknya
membantu
5. Apakah ada kendala atau hambatan dalam melakukan pengawasan
anggaran, kita sih melakukan apapun kan tergantung anggarannya, kalau
anggarannya turun ya kegiatan itu bakal terlaksana
6. Apa ada dari pihak eksternal yang melakukan pengawasan dalam penanganan
pengemis di Kota Serang
Namanya juga pengawasan ya kita langsung kelapangan pastinya
7. Apakah ada kerja sama dengan instansi lainnya untuk melakukan pengawasan
dalam menangani pengemis di Kota Serang
kalo untuk pengemis yang udah di rehabilitasi sih warga sekitar gada yang
merasa terganggu ya, karna biasanya mereka berwirausaha entah itu
ngejahit, benkel dll
8. Apakah pernah ada laporan pengaduan dari masyarakat terkait terganggunya
terhadap keberadaan pengemis
Ya sebenarnya ada saja masyarakat yang ngadu ke kita saat kita turun
kelapangan, ya mulai dari warga yang ada di sekitaran situ maupun para
pedagang, mereka ngomong bahwa pengemis meminta” ada saja yang mulai
sedikit maksa, ataupun tidak mau pergi kalau belum di beri uang, mereka
bilang sedikit risih dengan itu
C. Sumber Daya Keuangan dan Peralatan
1. Apakah anggaran sudah memadai dalam pelaksanaan pengawasan
Kalau anggaran teteh rasa memang masih minim dan belum memadai
2. Apakah peralatan dalam melakukan pengawasan sudah memadai
Belum ada, misalnya dalam hal kendaraan kalau kendaraan operasional
dipake, kita pake motor sendiri
Serang, 2018
…..…………………….
Member Check
Nama Informan : Junaidi
Jabatan : Staff Pelaksana Lapangan Taruna Siaga Bencana (TAGANA)
Tampat : Dinas Sosial Provinsi Banten
Waktu : Kamis, 15 November Pukul 13:30
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
Nim : 6661141363
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
1. Siapakah yang melakukan pengawasan dalam penanganan pengemis di Kota
Serang.
Kita hanya membantu saja, Dinas Sosial sebagai lembaga yang menaungi
kita jadi kita juga turut berpartisipasi dalam kegiatannya, termasuk
pengawasan kita ya punya Tim
2. Seperti apakah bentuk pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
iya memang,dalam melaksanakan pengawasan kita dari pendataan sampai
dengan mereka di berikan alat atau dana.
3. Berapa jumlah pegawai yang ada pada bagian pengawasan
dari Dinas Sosial ini pegawainya memang masih sedikit, dan di bidang yang
melakukan pengawasan terhadap pengemis tidak ada staffnya
4. Apakah jumlah pegawai dalam bidang pengawasan sudah memadai
Pengawasan ya, kalo pengawasan ya kita sih tim SATGAS ngelakuinnya
langsung kita pantau kerumahnya atau usahanya, biasanya kan mereka di
beri modal atau alat makannya kita awasi terus
5. Apakah ada kendala atau hambatan dalam melakukan pengawasan
Ya sebenarnya masalah klasik sih ya kalo kekurangan orang, cuma gabisa di
pungkirin itu emang terjadi, dibilang kwalahan sih iya, yang kita tangani kan
bukan cuma pengemis, penyakit masyarakat lainnya juga, jadi seharusnya
Tim SATGAS ya di tambah personilnnya
6. Apa ada dari pihak eksternal yang melakukan pengawasan dalam penanganan
pengemis di Kota Serang
Pelaksanaan pengawabsan dari Tim SATGAS sendiri ya kita dengan turun
langsung, kita sudah punya beberapa titik atau pengemis yang ingin di awasi,
kita berpencar dengan langsung turun
7. Apakah ada kerja sama dengan instansi lainnya untuk melakukan pengawasan
dalam menangani pengemis di Kota Serang
kita dari Taruna Siaga Bencana (TAGANA) ya ngikut saja, sudah ada
penanggung jawabnya dari Tim SATGAS itu ya Pak heli sebagai
koordinatornya, kita hanya mengikuti saja
8. Apakah pernah ada laporan pengaduan dari masyarakat terkait terganggunya
terhadap keberadaan pengemis
Ya sebenarnya kita langsung turun kelapangan mencegah kan istilahnyamah,
lagian kan udah ada jadwalnya ya kita laksanain aja sesuai jadwal
\
Serang, 2018
…..…………………….
Member Check
Nama Informan : Rasman
Jabatan : Seksi Bimbingan dan Pelatihan Taruna Siaga Bencana
(TAGANA)
Tampat : Kantor Taruna Siaga Bencana (TAGANA)
Waktu : Kamis 15 November Pukul 13:00
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
Nim : 6661141363
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
1. Siapakah yang melakukan pengawasan dalam penanganan pengemis di Kota
Serang.
Ya memang kita hanya membantu terutama Dinas Sosial ya
2. Seperti apakah bentuk pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
iya memang,dalam melaksanakan pengawasan kita dari pendataan sampai
dengan mereka di berikan alat atau dana.
3. Berapa jumlah pegawai yang ada pada bagian pengawasan
dari Dinas Sosial ini pegawainya memang masih sedikit, dan di bidang yang
melakukan pengawasan terhadap pengemis tidak ada staffnya
4. Apakah jumlah pegawai dalam bidang pengawasan sudah memadai
Teteh pikir ya kalau hanya dari Dinas Sosial saja mungkin kurang efektif ya
karna sedikit, makannya kita meminta bantuan kepada pihak lain untuk
setidaknya membantu
5. Apakah ada kendala atau hambatan dalam melakukan pengawasan
Menurut bapak ya orangnya sih kurang banyak, kita kan ngawasin pengemis
ga cuma 1 tapi kan banyak sedangkan untuk yang ngelakuin pengawasannya
kan 10 oranglah itu Tim Satuan Petugas (SATGAS)nya kan, kalo masalah
lainnya ya paling kita masih pake kendaraan pribadi aja sih walaupun ya kita
di kasih buat bensin
6. Apa ada dari pihak eksternal yang melakukan pengawasan dalam penanganan
pengemis di Kota Serang
pastinya dengan Dinas Sosial terutama Pak Heli, karna beliau kan
penanggung jawabnya
7. Apakah ada kerja sama dengan instansi lainnya untuk melakukan pengawasan
dalam menangani pengemis di Kota Serang
Kerja sama memang sudah dari lama dengan berbagai pihak, tapi teteh
sendiri gabung dengan tim satgas sih baru tahun ini
C. Sumber Daya Keuangan dan Peralatan
1. Apakah anggaran sudah memadai dalam pelaksanaan pengawasan
Kalau anggaran memang masih minim dan belum memadai
2. Apakah peralatan dalam melakukan pengawasan sudah memadai
Belum ada, misalnya dalam hal kendaraan kalau kendaraan operasional
dipake, kita pake motor sendiri
Serang, 2018
…..…………………….
Member Check
Nama Informan : Wahyu
Jabatan : Anggota Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)
Tampat : Kantor Dinas Sosial Kota Serang
Waktu : Rabu 14 November Pukul 10:00
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
Nim : 6661141363
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
1. Siapakah yang melakukan pengawasan dalam penanganan pengemis di Kota
Serang.
Yang melakukan pengawasan memang dari dinas sosial, namun dinas sosial
mempunyai Tim Satuan Petugas (SATGAS), jadi gabungan gitu termasuk dari
saya dari Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)
2. Seperti apakah bentuk pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
iya memang,dalam melaksanakan pengawasan kita dari pendataan sampai
dengan mereka di berikan alat atau dana.
3. Berapa jumlah pegawai yang ada pada bagian pengawasan
dari Dinas Sosial ini pegawainya memang masih sedikit, dan di bidang yang
melakukan pengawasan terhadap pengemis tidak ada staffnya
4. Apakah jumlah pegawai dalam bidang pengawasan sudah memadai
Kalo pengawasan ya kita sesuai dengan yang udah di rencanakan
sebelumnya, kalo pengemis ya sesudah di rehabilitasi terutama, tidak cuma
pengemis sih, PMKS yang lain juga sama begitu
5. Apakah ada kendala atau hambatan dalam melakukan pengawasan
sebenarnya ya inikan ranah kita di bidang sosial, Pekerja Sosial Masyarakat
(PSM) kaya saya kan kebetulan relawan cuma kan sudah terdaftar di Dinas
Sosial menjadi Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), ya saya pikir rata-rata dari
kita sudah berkompeten di bidang ini, lagi pulan kan kita di damping oleh
Dinas Sosial sendiri kan
6. Apa ada dari pihak eksternal yang melakukan pengawasan dalam penanganan
pengemis di Kota Serang
Kita laksanain pengawasan itu tentu buat mencegah kan kalo mereka
nyeleweng, ya seperti jual peralatan atau ya jadi pengemis lagi
7. Apakah ada kerja sama dengan instansi lainnya untuk melakukan pengawasan
dalam menangani pengemis di Kota Serang
Ya Tim Satuan Petugas (SATGAS) kelapangan pasti ada aja, entah itu dia
ngasih tau keberadaan merekanya atau ngadu kalo mereka merasa terganggu
gitu ya, terutama pedagang
8. Apakah pernah ada laporan pengaduan dari masyarakat terkait terganggunya
terhadap keberadaan pengemis
Ya sebenarnya ada saja masyarakat yang ngadu ke kita saat kita turun
kelapangan, ya mulai dari warga yang ada di sekitaran situ maupun para
pedagang, mereka ngomong bahwa pengemis meminta” ada saja yang mulai
sedikit maksa, ataupun tidak mau pergi kalau belum di beri uang, mereka
bilang sedikit risih dengan itu
Serang, 2018
…..…………………….
Member Check
Nama Informan : Agus Amy
Jabatan : Anggota Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)
Tampat : Kantor PSM
Waktu : Rabu 14 November Pukul 10:20
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
Nim : 6661141363
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
1. Siapakah yang melakukan pengawasan dalam penanganan pengemis di Kota
Serang.
Pengawasan pengemis atau penyakit masyarakat lainnnya memang tugas
Dinas Sosial, kalau ini di Kota ya berarti Dinas Sosial Kota Serang, ya kalo
Dinsos Kota Serang sih punya Tim gabungan jadi ga Cuma Dinas Sosial
doang
2. Seperti apakah bentuk pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
iya memang,dalam melaksanakan pengawasan kita dari pendataan sampai
dengan mereka di berikan alat atau dana.
3. Berapa jumlah pegawai yang ada pada bagian pengawasan
dari Dinas Sosial ini pegawainya memang masih sedikit, dan di bidang yang
melakukan pengawasan terhadap pengemis tidak ada staffnya
4. Apakah jumlah pegawai dalam bidang pengawasan sudah memadai
Ya sama kita laksanaik pengawasan kan buat mencegah, istilahnyamah lebih
baik mencegah dari pada mengobati kan, namanya juga dulu dia mengemis
siapa tau mereka kembali lagi kan, makannya kita awasi, yang di jalanan aja
udah banyak, jangan nambah banyak lagi lah kan istilahnyamah begitu
5. Apakah ada kendala atau hambatan dalam melakukan pengawasan
Kendala pasti ada seperti anggaran, kita sih melakukan apapun kan
tergantung anggarannya, kalau anggarannya turun ya kegiatan itu bakal
terlaksana
6. Apa ada dari pihak eksternal yang melakukan pengawasan dalam penanganan
pengemis di Kota Serang
Saya rasasih ya semua orang bisa lah, kalo di bilang berkompeten itu ya
spesifik saja, seharusnya semua orang kan memang sebagai Pekerja Sosial
Masyarakat (PSM), terutama mahasiswa KKM aja kan itu bisa di bilang
pekerja sosial
7. Apakah ada kerja sama dengan instansi lainnya untuk melakukan pengawasan
dalam menangani pengemis di Kota Serang
Kerja sama memang sudah dari lama dengan berbagai pihak, tapi teteh
sendiri gabung dengan tim satgas sih baru tahun ini
8. Apakah pernah ada laporan pengaduan dari masyarakat terkait terganggunya
terhadap keberadaan pengemis
Iya kita lakukan pengawasan pengemis udah di rehabilitasi
Serang, 2018
…..…………………….
Member Check
Nama Informan : Ayu A
Jabatan : Anggota Perkumpulan Anti Narkoba (PERANK)
Tampat : Sekretariat Perkumpulan Anti Narkoba (PERANK)
Waktu : Senin, 19 November Pukul 09:00
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
Nim : 6661141363
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
1. Siapakah yang melakukan pengawasan dalam penanganan pengemis di Kota
Serang.
Teteh sendiri dari PERANK (Perkumpulan Anti Narkoba) kalo ditanya
kenapa bisa bergabung di Tim Satgas karna ya ada undangan ya untuk
membantu, bukan cuma kita aja sih lagian ada juga yang lain ya, kaya
Karang Taruna juga ikut kan
2. Seperti apakah bentuk pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
iya memang,dalam melaksanakan pengawasan kita dari pendataan sampai
dengan mereka di berikan alat atau dana.
3. Berapa jumlah pegawai yang ada pada bagian pengawasan
dari Dinas Sosial ini pegawainya memang masih sedikit, dan di bidang yang
melakukan pengawasan terhadap pengemis tidak ada staffnya
4. Apakah jumlah pegawai dalam bidang pengawasan sudah memadai
Teteh pikir ya kalau hanya dari Dinas Sosial saja mungkin kurang efektif ya
karna sedikit, makannya kita meminta bantuan kepada pihak lain untuk
setidaknya membantu
5. Apakah ada kendala atau hambatan dalam melakukan pengawasan
Kendala pasti ada seperti anggaran, kita sih melakukan apapun kan
tergantung anggarannya, kalau anggarannya turun ya kegiatan itu bakal
terlaksana
6. Apa ada dari pihak eksternal yang melakukan pengawasan dalam penanganan
pengemis di Kota Serang
Ya ada, ya itu contohnya Satpol PP
7. Apakah ada kerja sama dengan instansi lainnya untuk melakukan pengawasan
dalam menangani pengemis di Kota Serang
Kerja sama memang sudah dari lama dengan berbagai pihak, tapi teteh
sendiri gabung dengan tim satgas sih baru tahun ini
8. Apakah pernah ada laporan pengaduan dari masyarakat terkait terganggunya
terhadap keberadaan pengemis
setau teteh ya semua udah ada prosedurnya, ya pasti kita awasi dari awal
sampe akhir kita awasi terus
Serang, 2018
…..…………………….
Member Check
Nama Informan : Heru
Jabatan : Anggota Perkumpulan Anti Narkoba (PERANK)
Tampat : Dinas Sosial Kota Serang
Waktu : Senin, 19 November Pukul 13:30
Menyatakan dengan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang
terteradi lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagai berikut di bawah ini :
Nama : Sandhi Ade Putra
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
Nim : 6661141363
A. Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
1. Siapakah yang melakukan pengawasan dalam penanganan pengemis di Kota
Serang.
Kita bergabung di Tim Satuan Petugas (SATGAS), init uh gabungan dari
Dinsos, kita sendiri PERANK, Satpoll PP dan yang lainnya
2. Seperti apakah bentuk pengawasan yang di lakukan oleh Dinas Sosial
iya memang,dalam melaksanakan pengawasan kita dari pendataan sampai
dengan mereka di berikan alat atau dana.
3. Berapa jumlah pegawai yang ada pada bagian pengawasan
dari Dinas Sosial ini pegawainya memang masih sedikit, dan di bidang yang
melakukan pengawasan terhadap pengemis tidak ada staffnya
4. Apakah jumlah pegawai dalam bidang pengawasan sudah memadai
Teteh pikir ya kalau hanya dari Dinas Sosial saja mungkin kurang efektif ya
karna sedikit, makannya kita meminta bantuan kepada pihak lain untuk
setidaknya membantu
5. Apakah ada kendala atau hambatan dalam melakukan pengawasan
ya pokonya dari awal, dari pengawasan titik untuk penjaringan kan kita
awasi dulu mana titik yang mau di jaring kan kemudian sampe mereka selesai
rehabilitasi tetep kita awasi
6. Apa ada dari pihak eksternal yang melakukan pengawasan dalam penanganan
pengemis di Kota Serang
Teteh sendiri kan dari Perkumpulan Anti Narkoba (PERANK), namanya kita
bermasyarakat pasti saling membantu
7. Apakah ada kerja sama dengan instansi lainnya untuk melakukan pengawasan
dalam menangani pengemis di Kota Serang
Kerja sama memang sudah dari lama dengan berbagai pihak, tapi teteh
sendiri gabung dengan tim satgas sih baru tahun ini
8. Apakah pernah ada laporan pengaduan dari masyarakat terkait terganggunya
terhadap keberadaan pengemis
Ya sebenarnya ada saja masyarakat yang ngadu ke kita saat kita turun
kelapangan, ya mulai dari warga yang ada di sekitaran situ maupun para
pedagang, mereka ngomong bahwa pengemis meminta” ada saja yang mulai
sedikit maksa, ataupun tidak mau pergi kalau belum di beri uang, mereka
bilang sedikit risih dengan itu
Serang, 2018
…..…………………….
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG
NOMOR 2 TAHUN 2010
TENTANG
PENCEGAHAN, PEMBERANTASAN DAN PENANGGULANGAN
PENYAKIT MASYARAKAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA SERANG,
Menimbang : a. bahwa Kota Serang adalah daerah dengan landasan kehidupan
masyarakat yang berbudaya dan beragama, sejalan dengan visi
dan misi Kota Serang;
b. bahwa berbagai bentuk perbuatan yang merupakan penyakit
masyarakat merupakan perbuatan yang meresahkan masyarakat,
ketertiban umum, keamanan, kesehatan dan nilai-nilai yang
hidup dalam masyarakat Kota Serang;
c. bahwa rasa aman, nyaman dan tentram perlu diwujudkan di Kota
Serang oleh karena itu perbuatan penyakit masyarakat yang ada
di Kota Serang diperlukan aturan tentang pembinaan,
pengawasan dan pengendalian, pelarangan serta penindakan
terhadap penyakit masyarakat agar terhindar dari gangguan /
dampak negatif yang akan timbul di dalam masyarakat;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, huruf b dan huruf c perlu membentuk Peraturan Daerah
tentang Pencegahan, Pemberantasan dan Penanggulangan
Penyakit Masyarakat.
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1974
tentang Ketentuan - ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial (
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 53,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3039 );
3. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana ( Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3209 );
4. Undang-Undang ………………..
4. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Azazi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3886);
5. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
6. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
7. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2007
tentang Pembentukan Kota Serang di Provinsi Banten (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 98, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4748);
8. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009
tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4967);
9. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005
tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4593);
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten / Kota ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010
tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5104);
13. Peraturan ………………….
13. Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 4 Tahun 2008 tentang
Urusan Pemerintahan Daerah Kota Serang (Lembaran Daerah Kota
Serang Tahun 2008 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Kota
Serang Nomor 7);
14. Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 10 Tahun 2008 tentang
Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah
Kota Serang (Lembaran Daerah Kota Serang tahun 2008 Nomor
13).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SERANG
dan
WALIKOTA SERANG
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENCEGAHAN,
PEMBERANTASAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT
MASYARAKAT
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kota Serang;
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah
daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas - luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang - Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
3. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah;
4. Walikota adalah Walikota Serang;
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kota Serang;
6. Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Kota Serang;
7. Tim adalah Tim pengendalian dan pengawasan Peraturan Daerah yang keanggotaannya
terdiri dari Dinas atau Instansi dan pihak terkait lainnya;
8. Pejabat yang berwenang adalah pejabat atau pegawai yang diberi tugas di bidang tertentu
sesuai dengan peraturan perundang – undangan;
9. Penyidik adalah Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri
Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang – undang untuk melakukan
penyidikan;
10. Satuan ………………….
10. Satuan Polisi Pamong Praja yang selanjutnya disingkat SATPOL PP adalah bagian
perangkat daerah dalam penegakan Peraturan Daerah dan pelaksanaan kebijakan daerah
dibidang ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;
11. Ketertiban umum dan ketentraman masyarakat adalah suatu keadaan dinamis yang
memungkinkan Pemerintah, Pemerintah daerah dan masyarakat dapat melakukan
kegiatannya dengan tentram, tertib dan teratur;
12. Pencegahan adalah upaya mendeteksi sedini mungkin disertai usaha terhadap segala
sesuatu yang akan menimbulkan keadaan tertentu;
13. Penanggulangan adalah suatu proses, cara, dan perbuatan mengatasi permasalahan
melalui upaya pencegahan (preventif), pembinaan dan rehabilitasi (kuratif) dan
penindakan (represif);
14. Penyakit masyarakat adalah hal - hal atau perbuatan yang terjadi ditengah - tengah
masyarakat yang tidak menyenangkan masyarakat atau meresahkan masyarakat yang
tidak sesuai dengan aturan agama dan adat serta tata krama kesopanan dalam masyarakat;
15. Maksiat adalah setiap perbuatan yang menyimpang dari ketentuan hukum, agama, adat
dan tata krama kesopanan, meliputi pelacuran atau prostitusi dan mabuk-mabukan;
16. Tempat maksiat adalah lokasi yang diduga atau dipandang sebagai sarana untuk
melakukan transaksi atau negosiasi kearah perbuatan maksiat maupun sarana untuk
melakukan perbuatan maksiat itu sendiri;
17. Pelacuran adalah perbuatan atau kegiatan seseorang atau sekelompok orang baik pria,
wanita atau waria, yang menyediakan dirinya kepada umum atau seseorang tertentu
untuk melakukan perbuatan atau kegiatan cabul atau hubungan seksual atau perbuatan
yang mengarah pada hubungan seksual di luar perkawinan yang dilakukan di hotel atau
penginapan, restoran, tempat hiburan, lokasi pelacuran atau di tempat-tempat lain di
daerah, dengan tujuan untuk mendapatkan imbalan berupa uang, barang dan / atau jasa
lainnya;
18. Perbuatan cabul adalah segala perbuatan yang tidak senonoh atau perbuatan yang
melanggar kesusilaan, norma social dan agama;
19. Pekerja Seks Komersial yang selanjutnya disebut PSK adalah wanita atau pria atau waria
yang memenuhi kebutuhan hidupnya baik memperoleh imbalan maupun tidak dengan
cara menjual diri atau melakukan persetubuhan yang menyimpang dari ketentuan hukum,
agama, adat dan tata krama, kesopanan yang berlaku di masyarakat;
20. Waria adalah seseorang yang memiliki kelamin pria atau kelamin ganda yang
mempunyai jiwa atau tingkah laku seperti wanita;
21. Perantara adalah orang yang menghubungkan secara langsung maupun tidak langsung
antara pasangan berlawanan jenis atau sejenis kearah terlaksananya perbuatan maksiat,
baik mendapat atau tidak mendapat imbalan atas usahanya tersebut;
22. Backing adalah orang atau sekelompok orang yang melindungi, menjamin atau
memberikan jasa, baik secara fisik maupun non fisik sehingga terjadi perbuatan maksiat;
23. Minuman ……………….
23. Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung ethanol yang di proses dari
bahan hasil kimia atau pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi
dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan
terlebih dahulu atau tidak, menambahkan bahan lain atau tidak, maupun yang diproses
dengan cara pengenceran minuman mengandung ethanol dengan kadar alkohol 1 %
sampai 5 % untuk Golongan A, 5 % sampai 20 % untuk Golongan B dan 20 % sampai 55
% untuk Golongan C;
24. Pengedaran minuman beralkohol adalah penyaluran minuman beralkohol untuk
diperdagangkan di daerah;
25. Hotel adalah rumah atau fasilitas berbentuk bangunan tempat orang menginap, makan
maupun fasilitas lainnya yang disediakan;
26. Wisma adalah fasilitas berbentuk rumah yang terdiri dari kamar - kamar untuk disewakan
sebagai tempat bermalam;
27. Pemondokan atau tempat kos - kosan adalah rumah yang terdiri dari kamar - kamar untuk
disewakan sebagai tempat tinggal dengan sewa per bulan atau per tahun;
28. Obyek wisata adalah fasilitas umum untuk berekreasi baik yang bersifat alami maupun
buatan;
29. Tempat hiburan adalah fasilitas umum dimana orang bisa menikmati hiburan seperti :
film, musik, sauna dan karaoke atau menikmati minuman atau tempat bersenang-senang;
30. Salon kecantikan adalah tempat usaha melayani jasa perawatan rambut, perawatan
kecantikan dan perawatan tubuh;
31. Kafe adalah tempat pelayanan mendapatkan minuman yang pengunjungnya mendapatkan
sajian hiburan berupa musik atau dalam bentuk lainnya;
32. Prostitusi adalah praktek pelacuran yang dilakukan oleh pria atau wanita dan/ atau waria
dengan mengharapkan imbalan uang;
33. Homoseks adalah pemenuhan hasrat seks yang dilakukan sesama laki - laki;
34. Lesbian adalah pemenuhan hasrat seks yang dilakukan sesama wanita;
35. Sodomi adalah hubungan seks melalui anus;
36. Penyimpangan seksual lainnya adalah penyaluran seksual yang dilakukan oleh
perseorangan atau lebih diluar kewajaran selain homoseks, lesbian dan sodomi;
37. Warnet adalah tempat usaha yang menyediakan layanan internet, browsing, chating,
facebook, email ataupun konten sejenisnya berbasis website;
38. Pengemis adalah seseorang yang melakukan pekerjaannya dengan cara meminta-minta
baik dilakukan sendiri-sendiri atau berkelompok yang terorganisir secara sistematis
dengan mengatasnamakan lembaga-lembaga social, bertempat di jalan, rumah warga
maupun fasilitas umum;
39. Gelandangan adalah setiap orang yang hidup tidak menetap atau tuna wisma menempati
fasilitas sosial dan fasilitas umum sebagai tempat aktifitasnya;
40. Anak jalanan adalah anak–anak yang menghabiskan sebagian waktunya untuk bekerja
atau hidup di jalanan dan tempat–tempat umum, seperti jalan umum, terminal, pasar,
stasiun dan taman kota;
41. Rehabilitasi ........................
41. Rehabilitasi sosial adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk
memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam
kehidupan bermasyarakat;
42. Pemberdayaan sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk menjadikan warga
negara khususnya warga Daerah yang mengalami masalah sosial, sehingga mampu
memenuhi kebutuhan dasarnya.
BAB II
TUJUAN
Pasal 2
Peraturan Daerah ini bertujuan untuk menciptakan ketertiban dalam masyarakat melalui
jaminan kepastian hukum, dengan melarang kegiatan yang termasuk dalam kategori penyakit
masyarakat di Daerah.
BAB III
KLASIFIKASI PENYAKIT MASYARAKAT
Pasal 3
(1) Klasifikasi penyakit masyarakat yang diatur dalam Peraturan Daerah ini, mencakup
segala bentuk perbuatan, tindakan atau perilaku yang tidak menyenangkan dan
meresahkan masyarakat dan/atau melanggar nilai – nilai ajaran agama dan norma susila.
(2) Penyakit masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. Pelacuran dan penyimpangan seksual;
b. Waria yang menjajakan diri;
c. Minuman beralkohol;
d. Gelandangan dan pengemis;
e. Anak jalanan;
f. Kegiatan yang dilarang pada bulan ramadhan.
(3) Semua tindakan dan/atau perbuatan yang berhubungan dengan penyakit masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), adalah tindakan dan/atau perbuatan yang
melanggar ketertiban sebagaimana diatur dalam Peraturan Perundang - undangan.
BAB IV
LARANGAN
Pasal 4
(1) Pejabat yang berwenang dilarang mengeluarkan izin usaha dan/atau kegiatan yang
merangsang tumbuh dan berkembangnya perbuatan, tindakan dan perilaku penyakit
masyarakat.
(2) Pejabat yang berwenang dilarang memperpanjang izin usaha dan/atau kegiatan yang
diduga dan/atau pantas diduga telah merangsang tumbuh dan berkembangnya penyakit
masyarakat.
(3) Pejabat ………………
(3) Pejabat yang berwenang dapat mencabut izin usaha dan/atau menghentikan kegiatan
yang diduga dan/atau pantas diduga telah merangsang tumbuh dan berkembangnya
perbuatan, tindakan dan perilaku penyakit masyarakat.
(4) Pejabat yang berwenang berhak melarang setiap orang yang sikap atau perilakunya
menunjukkan indikasi yang kuat patut diduga sebagai pelaku penyakit masyarakat,
berada di tempat ibadah, jalan- jalan umum, lapangan, losmen, hotel, asrama, rumah
penduduk atau kontrakan, warung kopi, warung internet, tempat hiburan, gedung atau
tempat tontonan, sudut jalan atau lorong jalan dan tempat lainnya di daerah.
Bagian Kesatu
Pelacuran dan Penyimpangan Seksual
Pasal 5
Setiap orang dilarang :
a. Melakukan pelacuran atau perzinahan;
b. Menjadi pelacur dan/atau PSK;
c. Memakai jasa PSK;
d. Membujuk atau merayu, mempengaruhi, memikat, mengajak dan memaksa orang lain
dengan kata-kata, isyarat, tanda atau perbuatan lainnya yang dapat mengakibatkan
perbuatan yang mengarah pada terjadinya perzinahan;
e. Memperlihatkan sikap bermesraan, berpelukan dan/atau berciuman yang mengarah pada
hubungan seksual di tempat umum;
f. Melakukan penyimpangan seksual dalam bentuk hubungan homoseks, lesbian, sodomi
atau penyimpangan seksual lainnya;
g. Melakukan tindakan yang bertujuan untuk mempertemukan atau menghubungkan para
pelaku perzinahan baik dengan atau tanpa imbalan;
h. Menawarkan dirinya kepada orang lain untuk melakukan hubungan seks, homoseks atau
lesbian baik dengan atau tanpa imbalan;
i. Menjadikan atau membiarkan tempat yang dikuasainya sebagai tempat dilakukannya
perzinahan atau pelacuran;
j. Menjamin keberadaan tempat dilakukannya perzinahan atau pelacuran.
Bagian Kedua
Waria Yang Menjajakan Diri
Pasal 6
Setiap waria baik sendiri–sendiri ataupun berkelompok, dilarang berada di tempat umum atau
tempat lain untuk menjajakan atau menawarkan dirinya, membujuk atau merayu,
mempengaruhi, memikat, mengajak dan memaksa orang lain untuk melakukan perzinahan
atau penyimpangan seksual baik dengan atau tanpa imbalan.
Bagian Ketiga .......................
Bagian Ketiga
Minuman Keras
Pasal 7
(1) Setiap orang dilarang meminum minuman beralkohol.
(2) Setiap orang dan/atau badan usaha dilarang menyimpan, mengedarkan dan/ atau menjual
minuman beralkohol golongan A, golongan B dan golongan C.
(3) Setiap orang dan/atau badan usaha dilarang menjadikan atau membiarkan tempatnya
sebagai tempat dilakukannya perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2).
(4) Setiap orang dilarang menjadi backing bagi tempat dilakukannya perbuatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
(5) Pengecualian dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada Ayat (2), adalah minuman
beralkohol yang mengandung rempah - rempah, jamu dan sejenisnya untuk tujuan
kesehatan dan yang berada di hotel berbintang.
(6) Minuman untuk tujuan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ditetapkan oleh
Walikota sesuai peraturan perundang–undangan.
Bagian Keempat
Permainan Ketangkasan
Pasal 8
(1) Setiap pengusaha tempat permainan ketangkasan atau jasa layanan internet dilarang
membiarkan anak–anak berpakaian seragam sekolah bermain ditempatnya pada jam–jam
sekolah.
(2) Permainan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah play station, video game dan on
line internet.
Bagian Kelima
Gelandangan dan Pengemis
Pasal 9
(1) Setiap orang dilarang menjadi gelandangan dan pengemis.
(2) Setiap orang dilarang menyuruh atau memaksa orang lain menjadi pengemis.
(3) Setiap orang dilarang memberikan uang ataupun lainnya kepada pengemis.
Bagian Keenam
Kegiatan Yang Dilarang pada Bulan Ramadhan
Pasal 10
(1) Setiap orang dilarang merokok, makan atau minum di tempat umum atau tempat yang
dilintasi oleh umum pada siang hari di bulan ramadhan.
(2) Setiap ………………..
(3) Setiap orang dilarang menjadi becking bagi tempat dilakukannya perbuatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(4) Setiap pengusaha restoran atau rumah makan atau warung dan pedagang makanan
dilarang menyediakan tempat dan melayani orang menyantap makanan dan minuman
pada siang hari selama bulan ramadhan.
Bagian Ketujuh
Penyalahgunaan Tempat Usaha
Pasal 11
(1) Setiap orang baik sendiri ataupun bersama - sama dilarang mendirikan dan/ atau
mengusahakan atau menyediakan tempat dan/atau orang untuk melakukan perbuatan
maksiat.
(2) Setiap pemilik dan/atau pengusaha hotel, wisma, penginapan, pemondokan atau rumah
kontrakan, tempat hiburan, obyek wisata, salon kecantikan, cafe, warung internet dan
warung kopi dilarang mempergunakan fasilitas sebgaimana dimaksud pada ayat (1),
sehingga memungkinkan terjadinya penyakit masyarakat, yaitu:
a. Memberi dan memperlancar kesempatan terjadinya penyakit masyarakat;
b. Memperdagangkan benda-benda yang merangsang terjadinya penyakit masyarakat;
c. Menyediakan prasarana dan sarana terjadinya penyakit masyarakat;
d. Meminjamkan fasilitas yang merangsang terjadinya penyakit masyarakat.
(3) Setiap orang atau kelompok dilarang menjadi backing yang memberi peluang untuk
terjadinya penyakit masyarakat.
BAB V
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 12
(1) Setiap orang berhak dan bertanggungjawab untuk berperan serta dalam mewujudkan
kehidupan dalam satu lingkungan yang aman, tertib dan tentram serta terbebas dari
perbuatan, tindakan dan perilaku penyakit masyarakat.
(2) Wujud peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa:
a. Mencegah segala perbuatan tindakan atau perilaku penyakit masyarakat yang
diketahui atau yang dimungkinkan akan terjadi;
b. Mengawasi semua tindakan dan/atau perbuatan yang berhubungan dengan penyakit
masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya;
c. Melaporkan kepada Pejabat atau pihak yang berwenang apabila mengetahui atau
menemukan tindakan, perbuatan dan perilaku penyakit masyarakat.
BAB VI …………………..
BAB VI
PENCEGAHAN, PENINDAKAN, PENGENDALIAN DAN
PENGAWASAN SERTA PEMBINAAN
Bagian Kesatu
Pencegahan
Pasal 13
Pejabat atau pihak yang berwenang berhak untuk mencegah dan melarang kegiatan yang
mengarah pada perbuatan, tindakan dan perilaku penyakit masyarakat.
Bagian Kedua
Penindakan
Pasal 14
(1) Pejabat atau pihak yang berwenang dapat melakukan tindakan untuk menutup atau
menyegel tempat yang digunakan atau diduga digunakan sebagai tempat dilakukannya
tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.
(2) Tempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilarang untuk dibuka kembali sepanjang
belum ada jaminan dari pemilik atau pengelola bahwa tempat itu tidak akan digunakan
kembali untuk perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.
(3) Masyarakat maupun pihak ketiga berhak mengajukan permohonan kepada Pejabat atau
pihak yang berwenang agar dilakukan penindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Tata cara penindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Walikota.
Pasal 15
(1) SATPOL PP berwenang melakukan razia terhadap tempat atau rumah, tempat usaha,
jalan atau tempat umum, yang digunakan atau mempunyai indikasi atau bukti yang
kuat, sehingga patut diduga tempat tersebut digunakan sebagai tempat kegiatan penyakit
masyarakat.
(2) Tata cara pelaksanaan razia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Walikota.
Bagian Ketiga
Pengendalian dan Pengawasan
Pasal 16
(1) Pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah ini, dilakukan
oleh Tim yang bersifat lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah.
(2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Walikota.
Bagian Keempat …………………..
Bagian Keempat
Pembinaan
Pasal 17
(1) Pemerintah Daerah dan masyarakat wajib melakukan pembinaan terhadap orang atau
sekelompok orang yang terbukti melakukan perbuatan penyakit masyarakat.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan melalui kegiatan
rehabilitasi sosial dan pemberdayaan sosial.
(3) Rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilaksanakan melalui kegiatan:
a. Bimbingan, pendidikan, pelatihan dan keterampilan teknis;
b. Bimbingan, penyuluhan rohaniah dan jasmaniah;
c. Penyediaan lapangan kerja atau penyaluran tenaga kerja.
(4) Pemberdayaan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilaksanakan melalui
kegiatan:
a. Peningkatan kemauan dan kemampuan;
b. Penggalian sumber daya.
(5) Pembinaan terhadap orang atau sekelompok orang yang melanggar ketentuan Peraturan
Daerah ini, selain diberikan tindakan sebagimana dimaksud pada ayat (2), dapat juga
diberikan tindakan berupa sanksi administrasi.
Pasal 18
(1) Guna mengefektifkan pelaksanaan di lapangan, penyiapan sarana dan prasarana untuk
pelaksanakan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, dilakukan secara
terpadu dibawah koordinasi Walikota atau Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
mempunyai tugas, pokok dan fungsi dibidang sosial.
(2) Tata Cara mengenai pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Walikota.
Pasal 19
Pemerintah Daerah menyediakan anggaran untuk kegiatan pencegahan, pemberantasan dan
penanggulangan penyakit masyarakat yang dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah dan sumber lain yang sah menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VII
PENYIDIKAN
Pasal 20
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kota Serang diberi
wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan Penyidikan tindak pidana dibidang
pencegahan, pemberantasan dan penanggulangan penyakit masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.
(2) Wewenang………………
(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah:
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan
dengan tindak pidana agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap
dan jelas;
b. Meneliti, mencari, mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan
tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana;
c. Meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan
dengan tindak pidana;
d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan
dengan tindak pidana;
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan
dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti
tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana;
g. Memerintahkan berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang
dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana;
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
j. Menghentikan penyidikan;
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana
menurut aturan yang berlaku.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (2), memberitahukan dimulainya penyidikan
dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Polisi
Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang -
Undang Hukum Acara Pidana.
BAB VIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 21
(1) Setiap orang dan/atau badan hukum yang melanggar ketentuan sebagaimnana diamaksud
dalam Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4), Pasal 8,
Pasal 9, Pasal 10 dan Pasal 11 Peraturan Daerah ini, diancam dengan pidana kurungan
paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- ( lima puluh
juta rupiah).
(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah pelanggaran.
Bab IX ………………….
BA B IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis
pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
Pasal 23
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Serang.
DDiitteettaappkkaann ddii SSeerraanngg
ppaaddaa ttaannggggaall 1155 JJuullii 22001100
WWAA LLII KKOOTTAA SS EERR AA NN GG,,
ttttdd
BBUUNNYYAAMMIINN
Diundangkan di Serang
pada tanggal 19 Juli 2010
SEKRETARIS DAERAH
KOTA SERANG,
ttd
S U L H I
L E M B A R A N D A E R A H K O T A S E R A N G T A H U N 2 0 1 0
N O M O R 2
P E N J E L A S A N
A T A S
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG
NOMOR 2 TAHUN 2010
TENTANG
PENCEGAHAN PEMBERANTASAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MASYARAKAT
I. UMUM
Bahwa dengan terbentuknya Kota Serang, maka sebagai daerah otonom baru
berdasarkan Undang - Undang Nomor 32 tahun 2007 tentang pembentukan Kota Serang di
Provinsi Banten, Pemerintah Kota Serang memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan
urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
Kota Serang adalah daerah dengan landasan kehidupan masyarakat yang berbudaya
dan beragama sejalan dengan visi dan misi Kota Serang. Dengan semakin berkembang dan
meluasnya kehidupan masyarakat dapat timbul berbagai bentuk perbuatan penyakit
masyarakat yang merupakan perbuatan yang meresahkan masyarakat, ketertiban umum,
keamanan, kesehatan dan nilai – nilai yang hidup dalam masyarakat. Hal ini dapat merusak
kehidupan sosial ekonomi, bahkan telah menurunkan mental dan moral masyarakat
khususnya generasi muda.
Oleh karena itu, agar dapat mendukung, mewujudkan dan menciptakan ketertiban
dalam masyarakat serta memberikan rasa aman, nyaman dan tentram maka perbuatan
penyakit masyarakat yang ada di Kota Serang, diperlukan aturan tentang pembinaan,
pengawasan dan pengendalian, pelarangan serta penindakan terhadap penyakit masyarakat
agar terhindar dari gangguan atau dampak negatif yang akan timbul dalam masyarakat.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4 ………………….
Pasal 4
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan merangsang tumbuh dan berkembangnya
perbuatan, tindakan dan perilaku penyakit masyarakat adalah perbuatan
atau kegiatan yang dapat mempengaruhi atau memikat orang lain untuk
melakukan perbuatan yang mengarah pada perbuatan, tndakan dan perilaku
penyakit masyarakat.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan siang hari adalah waktu pelaksanaan ibadah puasa.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Cukup Jelas
Pasal 16……………………….
Pasal 16
Cukup Jelas
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat ( 5 )
Yang dimaksud dengan sanksi administrasi adalah peringatan tertulis.
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Cukup Jelas
Pasal 23
Cukup Jelas
SURAT PERINTAH TUGAS
Nomor : 460/ /Dinsos/II/2018
Dalam rangka kegiatan Penjaringan, Penjangkauan dan Pengawasan PMKS Penyakit
Masyarakat (PEKAT) Kota Serang Tahun 2018, Dengan ini Kepala Dinas Sosial
Kota Serang, Menugaskan Kepada Tim Satuan Tugas (SATGAS) yang tercantum
Namanya di bawah ini untuk melaksanakan Penjaringan Penjangkauan PMKS sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Demikian surat tugas ini dibuat untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab
dan segera membuat laporan setelah kegiatan berakhir.
Serang, Februari 2018
Kepala Dinas Sosial
Kota Serang
SYAMSURI, S.Sos
NIP.19580912 198303 1 010
NAMA – NAMA PETUGAS
1. Sabirin Karang Taruna
2. Nawahi Karang Taruna
3. Rasman TAGANA
4. Junaidi TAGANA
5. Kholis SATPOL PP
6. Wahyu PSM
7. Agus Amy PSM
8. Ayu Siti Fatimah Staff Dinsos
9. Ayu A PERANK
10. Heru PERANK
Serang, Februari 2018
Kepala Dinas
Sosial
Kota Serang
SYAMSURI, S.Sos
NIP.19580912 198303 1 010
SURAT TUGAS
Nomor : 460/ /Dinsos/II/2018
Kepala Dinas Sosial Kota Serang menugaskan kepada Nama-nama
petugas di bawah ini :
1. Sabirin Karang Taruna
2. Nawahi Karang Taruna
3. Rasman TAGANA
4. Junaidi TAGANA
5. Kholis SATPOL PP
6. Wahyu PSM
7. Agus Amy PSM
8. Ayu Siti Fatimah Staff Dinsos
9. Ayu A PERANK
10. Heru PERANK
Untuk melaksanakan penjangkauan, penjaringan dan pengawasan
Gepeng sesuai dengan jadwa yang telah ditetapkan di setiap lampu merah
di Kota Serang.
Demikian surat tugas ini dibuat untuk dilaksanakan dengan penuh
tanggung jawab dan segera membuat laporan setelah kegiatan berakhir.
Serang, April 2018
Kepala Dinas Sosial
Kota Serang
SYAMSURI, S.Sos
NIP.19580912 198303 1 010