komodifikasi keagamaan di kalangan pengemis di …

33
257 Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015 KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI KAMPUNG PENGEMIS KOTA BANDUNG Heny Gustini Nuraeni UIN Sunan Gunung Jati Bandung Abstrak Dalam masyarakat terjadi perbedaan cara pandang tentang pengemis, menurut masyarakat pada umumnya menjadi pengemis adalah sebagai satu pekerjaan yang hina, maka mereka menyebutnya, sampah masyarakat. Di Kelurahan Sukabungah inilah terletak tempat yang sering disebut sebagai “Kampung Pengemis”, tepatnya terdapat di RW 04 dan di RW 11 (Cibarengkok). Penelitian ini mencari tahu bagaimana pengemis memanfaatkan agama sebagai komoditi. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa Pengemis juga mempunyai gaya hidup hedonis serba materi, agama hanya hayalan belaka. Ini sejalan dengan pemikiran Karl Marx,

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

257Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGANPENGEMIS DI KAMPUNG PENGEMIS

KOTA BANDUNG

Heny Gustini NuraeniUIN Sunan Gunung Jati Bandung

Abstrak

Dalam masyarakat terjadi perbedaan cara pandang tentangpengemis, menurut masyarakat pada umumnya menjadipengemis adalah sebagai satu pekerjaan yang hina, makamereka menyebutnya, sampah masyarakat. Di KelurahanSukabungah inilah terletak tempat yang sering disebut sebagai“Kampung Pengemis”, tepatnya terdapat di RW 04 dan di RW11 (Cibarengkok). Penelitian ini mencari tahu bagaimanapengemis memanfaatkan agama sebagai komoditi.Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa Pengemis jugamempunyai gaya hidup hedonis serba materi, agama hanyahayalan belaka. Ini sejalan dengan pemikiran Karl Marx,

Page 2: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

258

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

bahwa manusia merealisasikan diri hanya dalam khayalanagama, karena struktur masyarakat nyata tidak mengijinkanmanusia merealisasikan diri dengan sungguh-sungguh. Parapengemis tidak benar-benar menghayati keagaman yangmereka anut, ritual yang dilakukan seperti shalat dan puasatidak merubah pola pikir dan cara hidup mereka yang tetapmemilih menjadi pengemis, sesudah kayapun mereka tetapsaja mengemis, bahkan aktivitas itu ditularkan kepadaketurunannya hingga empat generasi. Dikalangan pengemis,mereka melakukan modifikasi terhadap ajaran-ajaran agamasehingga mampu menghasilkan keuntungan secara ekonomisesuai dengan keinginan dan harapan, mereka telah melaku-kan komodifikasi keagamaan. Barang-barang keagamandikalangan pengemis muncul dalam berbagai bentuk, rupa,dan warna. Menghafal Al-Qur’an, Al-Qur’an itu sendiri, doa,jampi-jampi, berbagai jenis minyak pengasihan, rajah untukmendapatkan kekuatan, sesaji, untuk manusia yang dianggapkeramat, ini semua memiliki nilai pertukaran dan kegunaan.Barang-barang keagamaan tersebut memiliki satu sifat yakniekonomi.

Kata Kunci: Komodifikasi, Pengemis

A. Pendahuluan

Budaya keagamaan komersial, konsumsi keagamaan, ke-percayaan yang dipasarkan dan bentuk-bentuk lain komodifikasikeagamaan menjalar dikalangan pengemis, para pengemis inimengubah tradisi-tradisi atau kepercayaan keagamaan menjadibarang-barang yang dapat dikonsumsi dan dapat di pasarkan. DalamIslam ada pemahaman kalau membaca Al-Qur‘an harus di tempatyang bersih dan memiliki wudlu, Islam juga mengajarkan agar tangandi atas lebih baik daripada tangan dibawah.

Dalam masyarakat terjadi perbedaan cara pandang tentangpengemis, menurut masyarakat pada umumnya menjadi pengemisadalah sebagai satu pekerjaan yang hina, maka mereka menyebutnya,sampah masyarakat. Tetapi dalam pandangan para pengemis jelas

Page 3: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

259

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

berbeda, menjadi pengemis dalah pilihan hidup yang tidak dapatditawar lagi, karena cara inilah yang paling mudah dalam mengatasikebutuhan hidupnya secara materi. Hal ini juga sangat bertentangandengan aturan dalam Islam, bahwa mengemis adalah pekerjaan yangdilarang.

Gelandangan dan pengemis serta anak jalanan di kotaBandung, akan mengalami peningkatan sekitar 20% menjelang bulanRamadhan dan menjelang Iedul Fitri. Berdasarkan data Badan PusatStatistik (BPS) kota Bandung, jumlah gelandangan dan pengemis yangterdata di sensus 2010 ada 459 orang, padahal pada sensus tahun2000 lalu, jumlah gelandangan dan pengemis hanya sekitar 100orang.1

Berdasarkan hasil survey di tahun 2007-2009, gelandanganpengemis dan anak jalanan yang ada di kota Bandung ada sebanyak5.111 orang.2 Pada tahun 2011 menurut data Dinas Sosial pengemisyang di “garuk” istilah untuk razia berjumlah 575 orang dan padatahun 2012 pengemis yang di garuk menurun menjadi 525 orang,tetapi setelah diteliti ternyata nama-nama dan alamat pengemis yangdigaruk tidak sama, ini berarti jumlah pengemis yang berhasil didatadi kota Bandung sejumlah 1.052 orang. Jadi pada tahun 2010berdasar data statistik kota Bandung jumlah gelandangan danpengemis yang terdata sejumlah 459 orang. Dalam kurun waktu duatahun mengalami kenaikan yang signifikan sampai pada angka 1.052orang, ini yang baru terdata, tetapi jumlah tersebut menjadi tidakvalid karena sulitnya mendata para pengemis yang rata-rata tidakmemiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk), dan ini berarti belum efektif-nya penanggulangan masalah pengemis di kota Bandung. Data yangada di Dinas Sosial kota Bandung, itu hanya data berdasarkan raziabukan berdasarkan data pengemis yang sebenarnya.

Di Kelurahan Sukabungah inilah terletak tempat yang seringdisebut sebagai “Kampung Pengemis”, tepatnya terdapat di RW 04dan di RW 11 (Cibarengkok). Tidak sulit mencari daerah yang banyak

1 http://antarajawabarat.com/lihat/cetak/25229.2 http://www.republika.co.id/berita/regional/jawa-barat/11/11/28/ivdlu8-

bandung-jadi-magnet-gelandangan-dan-pengemis-90-persen-dari-luar-kota.

Page 4: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

260

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

dihuni oleh para pengemis ini, letaknya sangat strategis tepat di JalanSukajadi bersebrangan dengan Rumah Sakit Hasan Sadikin. Aksesmasuk ke daerah ini pun tidak sulit, bisa masuk dari gang Asli I-IIberdampingan dengan toko foto Cantik, atau Gang Eme samping TokoYogya, bisa juga masuk dari jalan Sukagalih.

Memasuki Kampung Pengemis dari samping toko Yogya,dengan lebar jalan sekitar 2 meter, akan melewati jembatan besibercat biru sepanjang 4 meter yang di bawahnya mengalir SungaiCilimus. Turun dari jembatan di sebelah kiri terdapat kamar mandiumum. Apabila terus menyusuri tepi sungai, di pinggirnya akan ter-lihat rumah-rumah petak. Sepanjang sungai sebelah kanan berjejerkarung-karung berisi gelas-gelas plastik bekas air mineral dantumpukan dus. Ternyata itu merupakan tempat penyimpanan barangpara kerompong (rongsokan) atau pencari barang bekas.

Memasuki gang-gang sempit, terasa pengap karena sinarmatahari tidak tembus, tetapi kehidupan tampak tenang. Sejak pagisampai sore suasana terasa sepi, tetapi menjelang magrib mulairamai karena para penghuninya telah kembali dari nyaba, istilahmengemis di kalangan penduduk di daerah tersebut. Semakin kedalam terlihat warung-warung kecil yang jarak satu sama lain tidakterlalu jauh, gang sempit, kebersihan lingkungan tidak terpelihara,karena memang penghuninya sudah sejak jam 4 pagi berangkatmeninggalkan tempat tinggalnya dan pulang sore hari sehingga tidaksempat memperhatikan kebersihan. Terus berjalan melewatipemakaman, lapangan kosong yang biasa digunakan untuknongkrong para remaja dan berkumpulnya sebagian masyarakatpengemis sekedar untuk melepaskan lelah dan ngobrol santai. Disamping lapang juga berjejer rumah-rumah kontrakan yang dihunipara pengemis dalam kondisi tidak layak huni. Rumah-rumah petakyang merupakan kontrakan para pengemis tersebut berukuran 2 x 2m, terasa pengap dan gelap walaupun pada siang hari karenamemang tidak memiliki ventilasi.

Istilah “ mengemis”, bagi para pengemis yang ada di Sukajadimereka tidak mengerti istilah itu, tapi pekerjaan mereka disebut“Nyaba”, sebutan kampung pengemis saja mereka tidak tahu,.Nyabaartinya bepergian, kalau ngemis itu menurut mereka terlalu kasar,

Page 5: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

261

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

maka supaya sopan dan halus dari dulu istilah nyaba digunakan atauistilah lain yang mereka kenal adalah turun ka jalan. Dikalanganpengemis istilah itu beda-beda, karena pada dasarnya mereka tahu,bahwa menjadi pengemis itu pekerjaan yang “hina”. Bagi pengemisdari Cicalengka mengemis ini diganti dengan sebutan “ mangkat”,pengemis orang Cianjur menyebutnya “ lungsur ka jalan”, pengemisorang Garut “ milari anu welas asih”, atau, “ ada juga yang menyebut“milari anu Ridho”.

Kalau kita perhatikan, para pengemis merasa risih dengansebutan itu, maka mereka coba memanipulasi dirinya sendiri danmencoba membenarnya sesuatu yang sebenarnya menurut merekapekerjaan tersebut bukanlah sebuah kemuliaan, hanya karena meng-hukum dirinya dengan ketidakberdayaan yang membuat merekamengambil keputusan tanpa kompromi dengan nuraninya yaknimenjadi “ pengemis”, bahasa atau istilah apapun namanya.Merekatidak mau peduli bahwa mengemis adalah pekerjaan yang tidakdibenarkan agama, bagi mereka mengemis adalah pekerjaan yangbaik yang bisa mengatasi hajat hidupnya.

Disini juga kita melihat terjadinya sebuah pergeseran nilai,untuk menghilangkan dan memupus pekerjaan yang dianggap hinadengan mengganti istilah mengemis dengan istilah lain makamengemis bukan lagi pekerjaan yang hina. Buat mereka mengemisitu menjadi pilihan rasional dan memiliki keuntungan yang lebih besarbagi dirinya. Bisa jadi apa yang dikatakan oleh Homans ( 1974), bahwasemakin bernilai hasil tindakan bagi seseorang, semakin cenderungia melakukan tindakan serupa.

Nilai adalah daya pendorong dalam hidup, yang memberimakna dan pengabsahan pada tindakan seseorang, sehingga tidakjarang pada tingkat tertentu orang siap untuk mengorbankan hidupmereka demi mempertahankan nilai. Kerelaan berkorban akanmeningkat jika sistem nilai yang berpengaruh terhadap seseorangsudah dianggap sebagai prinsip.(Jalaludin, 307). Jika menjadipengemis sudah dianggap sebagai pekerjaan yang bisa diandalkan,menghasilkan uang tanpa harus mengeluarkan modal materi, meng-hilangkan rasa malu, menganggap sebagai pekerjaan yang menjanji-kan, maka dengan sendirinya menjadi pengemis yang tadinya

Page 6: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

262

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

dianggap hina dan memalukan kini berubah menjadi pilihan hidupyang akan memberi mereka kebahagiaan.

Diilhami dari kaum rasionalis Descartes yang menyatakanbahwa kelebihan manusia dari binatang adalah tabiat rasionalnya,kemampuan menilai dan memilih; ditunjang oleh kaum Neo-Freudianyakni Frankl, Adler, dan Jung, yang menekankan aspek kesadaranmanusia- daya kemauan dan daya nalarnya; digerakan oleh oleh kaumeksistensialis yakni Sartre, Buber, dan Tillich, yang menyatakan bahwamanusia berbeda dengan binatang karena ia mampu menyadaribahwa ia bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakan yangdilakukannya; maka psikologi humanistic melihat manusia memilikikemampuan yang lebih tinggi dari binatang. Ia tidak saja digerakanoleh dorongan biologis, tetapi juga oleh kebutuhan untuk mengem-bangkan dirinya sampai bentuk yang ideal- untuk memenuhi dirinya(self actualization). Manusia ialah mahluk yang unik; rasional, ber-tanggung jawab, dan memiliki kesadaran. (Muthahhar, 35).

B. Kerangka Pemikiran

Kebanyakan barang-barang keagamaan memiliki sifat- sifatbersama seperti barang-barang ekonomi, seperti kelangkaan bernilaitinggi atau dibutuhkan seperti patung-patung bersejarah, citra dankarya seni. Yang lain ada juga benda-benda berhala seperti azimatdan benda-benda berkekuatan gaib yang dibuat melalui ritual-ritualhusus yang disucuikan dan prosedur-prosedur yang dipasarkan(Kittiarsa, 570) Akan tetapi benda-benda ini telah memiliki ciri yangberbeda dari produk-produk pada umumnya;1. Komoditas keagamaan dikaitkan secara erat pada riwayat hidup

yang disucikan dari para pendiri keparcayaan, pristiwa-peristiwapenting yang bersejarah atau lokalisasi yang dipasarkan.

2. Banyak komoditas keagamaan biasanya dihasilkan, dikendalikandan dimanipulasi secara kelembagaan oleh organisasi tertentu.Pelembagaan adalah salah satu mesin yang berpengaruh untukmerk, iklan dan pemasaran keagamaan. yang menjamin otensitaskesejarahan dan menstimulasi beberapa emosi dan pengabdianyang tulus. Dalam realitas, gereja-gereja, sinagog, kuil, dan

Page 7: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

263

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

masjid-masjid berperan penting di dalam cara setiap agama yangdibentuk, bahkan bagi orang-orang yang tidak termasuk dalamagama itu (Ammerman, 2007:8).

3. Komodifikasi keagamaan diisi dengan makna-makna simbolis,kualitas kesucian yang disucikan, dan reputasi kharismatik. Berger(1969:26) mendefinisikan “yang suci” sebagai sebuah kualitasmisterius dan kekuatan yang mengagumkan, selain daripadamanusia dan belum dikaitkan pada dirinya yang dipercaya meng-gantikan obejek-objek pengalaman tertentu. Kualitas kesucianinilah yang membuat komoditas keagamaan di luar objekduniawi. Para pemilik benda-benda keagamaan seringkalimenemukan diri didalam suasana hati yang tyerpengaruh disertaidengan pesan-pesan spriritual atau sentiment supernatural.

4. Komoditas keagamaan secara khusus dipromosikan melaluikegiatan-kegiatan masyarakat ritual, perayaan, festival dan wisatakeagamaan.

5. Komoditas keagamaan disalurkan kepada publik melalui mediamassa. Pada masyarakat modern seluruh dunia, media yangdapat diakses oleh public, seperti TV, radio, surat kabar, atauinternet dipergunakan sebagai sarana untuk mengiklankanbenda-benda keagamaan kepada masyarakat.(ibid, 573)

Berbagai studi komodifikasi keagamaan seperti yang dilakukanoleh (Einstein 2007; Henn 2008; Iannaccone 1991; Jacksen 1999, Roof1999; Smith 2011; Twitchell 2004; Wiegele 2005; Wilson, 2008), telahmengungkap metode-metode berikut L1) pembuatan danpemasaran, dan benda-benda keagamaan dengan penekanan khususpada karisma dan kepemimpinan yang luar biasa,(2)publikasi bisnisuntuk publikasi keagamaan, (3) tayangan pesan-pesan keagamaandan pertunjukan melalui media massa, termasuk didalamnya TV,radio, surat kabar, internet dan media online lainnya,(4) filmkomersial, olah raga, dan bentuk-bentuk budaya popular lainnya,(5) wisata keagamaan dan ziarah; (6) mengadopsi strategi pasar/bisnis dari perusahaan modern (ibid).

Harapan yang menjanjikan manfaat keduniawian ini adalahunsur intrinsi di dalam agama bangsa Jepang pada umumnya. Praktis

Page 8: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

264

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

dan manfaat keduniawian adalah sangat penting untuk menarikmasyarakat umum. Kuil-kuil Budha sudah lama aktif seperti agamabaru di dalam mempromosikan manfaat praktis yang dapat diperolehmelalui pemujaan pada tokoh-tokoh yang dipuja dan melalui ibadah,doa, dan pembelian benda-benda berkekuatan gaib dan azimat.Bentuk-bentuk religiusitas yang secara luas dipasarkan memberi kitasuatu gagasan yang jelas bahwa “agama ada dimana-mana” dan“agama di pasar budaya telah menjadi komoditas biasa”( Reader,1998: 8).

Di Indonesia komodifikasi keagamaan semakin berkembang,bagaimana lembaga-lembaga keagamaan bersaing di pasar spiritualuntuk menawarkan bimbingan Haji dan pemberangkatan Umroh.Lembaga-lembaga lain memperomosikan pembangunan rumahYatim, penyaluran Zakat dan Sodaqoh melalui lembaga tersebut,pada saat Iedul Adha dimana-mana termasuk media massa mem-promosikan hewan kurban, atau beramai-ramai persaingan antarBank Islam dan Konfensionalpun untuk menampung biaya Haji danUmroh, penyaluran Zakat dan Sodaqoh, pembelian hewan Qurban.Ceramah agama dengan berbagai gaya dipersembahkan lewat mediamassa seperti TV-TV Swasta. Dalam bidang seni kaligrafi denganberbagai corak bermunculan, wisata ziarah ke wali Songo atau kemakam-makan yang dianggap keramat.

Wiegele ( 2005:2) Melaporkan praktek-praktek sepertipersembahan bibit kepercayaan, pengakuan positif, dan doa untukmemohon keajaiban dan penyembuhan adalah metode-metodeuntuk mendapatkan keberhasilan materi dan popularitas gerakan.Bagi pelaku komodifikasi keagaamaan sangat penting dalam peng-gunaan simbol-simbol keagamaan demi mendapatkan keuntunganmateri.

A.N. Whitehead dalam bukunya Simbolism, menjelaskanbahwa simbolis , pikiran manusia berfungsi secara simbolis apabilabeberapa komponen pengalamannya menggugah kesadaran,kepercayaan, perasaan dan gambaran mengenai komponen-komponen lain pengalamannya. Menurut Erwin Goodenough,mengatakan bahwa symbol barang atau pola yang apapun sebabnya,bekerja pada manusia dan berpengaruh pada manusia, melampaui

Page 9: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

265

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

pengakuan semata-semata tentang apa yang disajikan secara harfiahdalam bentuk yang diberikan (Dillistone,18) . Jadi simbol merupakanalat yang kuat untuk memperluas penglihatan kita, merangsangimajinasi dan memperdalam pemahaman.

Bagaimanapun fungsi sejati sebuah simbol tetap tidakberubah:” fungsinya ialah mengubah suatu barang atau tindakanmenjadi sesuatu yang lain daripada yang kelihatan dari barang atautindakan itu di mata pengalaman profan. Namun peranan pentingyang dimainkan oleh simbolisme dalam pengalaman magis-religiusbangsa manusia tidak disebabkan oleh hal-hal hierofani-hierofanidapat diubah menjadi simbol-simbol. Tidak hanya karena simbolmendukung suatu hierofani atau mengambil tempatnya maka simbolitu penting; namun pertama-tama karena simbol mampumeneruskan proses hierofanisasi dan khususnya kadang kala menjadisebuah hierofani sendiri. Simbol menyatakan suatu realitas suci ataukosmologis yang tidak dapat dinyatakan oleh manifestasi lainnya (Dillistone,143).

Geertz melihat bahwa diantara simbol-simbol yang dipunyaioleh manusia terdapat suatu golongan yang merupakan suatu systemtersendiri, yang dinamakannya sebagai symbol-simbol suci . symbol-simbol suci ini bersifat normative dan mempunyai kekuatan yangbesar dalam pelaksanaan sangsi-sangsinya. Hal ini karena disebabkansymbol-simbol suci itu bersumber pada etos ( ethos) dan pandanganhidup ( world View), yang merupakan dua unsure yang paling hakikibagi eksistensi manusia; dan juga karena symbol-simbol ini terjalindalam symbol-simbol yang lainnya yang digunakan manusia dalamkehidupan sehari-hari yang nyata( Greetz, 1981:Xi).

Selain itu ungkapan pengalaman keagamaan secaraintelektual bisa bersifat spontan, belum mantap, atau baku dantradisional. Ungkapan pengalaman keagamaan teoritis yang palingpenting terdapat dalam mite (Wach, 98) Dan pengalaman keagamaansecara intelektual lainnya adalah dokrin. Apa-apa yang terkandungdalam symbol dan digambarkan oleh mite, apabila keadaanmemungkinkan akan dijelaskan secara sistematis. Ditetapkan sebagainorma dan dipertahankan dari penyimpangan. Dokrin mempunyai

Page 10: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

266

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

tiga macam fungsi yang berbeda-beda; penegasan dan penjelasaniman.

Dillistone,dalam bukunya Symbols Public and Private(Dillistone, 103). Hakikat Simbolisme,’ tulis Firth, “ terletak dalampengakuan bahwa hal yang satu mengacu hal yang lain dan hubunganantara keduanya pada hakekatnya adalah hubungan hal yang kongkritdengan yang abstrak, hal yang khusus dengan hal yang umum.Hubungan itu sedemikian rupa sehingga symbol dari dirinya sendiritampak mempunyai kemampuan untuk menimbulkan dan menerimaakibat-akibat yang dalam keadaan lain hanya diperuntukan bagi objekyang diwakili oleh simbol itu- dan akibat-akibat itu kerap kalimempunyai muatan emosional yang kuat. Begitu pula bagi banyakorang dari antara kita, relevansi utama dalam suatu pendekatanantropologi kepada studi tentang simbolisme adalah usaha untukmenghadapi secara seempiris mungkin masalah manusia yang pokok,yang hendak saya sebut masalah “putus hubungan”, suatu kesenjang-an antara pernyataan tindakan secara terbuka pada permukaan danmaknanya”. Ia memandang symbol mempunyai peran yang sangatpenting dalam urusan-urusan manusia: manusia menata dan me-nafsirkan realitasnya dengan symbol-simbol dan bahkan me-rekontruksi realitasnya itu dengan simbol.

Perilaku dan pemikiran simbolis adalah diantara ciri karakteris-tik dalam kehidupan manusia. Kemampuan memberikan maknasimbolis adalah keunikan manusia. Hewan hanya dapat berhubungansimbolisasi. Manusia tidak memerlukan pengalaman fisik agar dapatmenguasai pengetahuan tentang sesuatu. Sebagai contoh, individuyang hidup sekarang tak seorangpun pernah bertemu denganSokrates secara perorangan, tetapi melalui penggunaan symbol-symbol linguistic maka kita memelihara hubungan kita dengan masalalu.Simbol-simbol dapat merujuk pada hal-hal ada atau tidak ada,masa lalu atau masa depan, mengalami atau tidak mengalami secaralangsung. Konsep-konsep seperti cinta, kebebasan, atau tugas tidakmemiliki batasan fisik atau temporal.

Dengan memusatkan perhatian pada simbol-simbol ke-agamaan atau yang suci, Geertz memberikan paradigma ini: simbolkeagamaan “berfungsi mensintesiskan etos suatu bangsa, nada,

Page 11: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

267

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

watak,mutu hidup mereka, gaya, rasa moral dan estetisnya— sertapandangan hidup mereka— gambaran yang mereka punyai tentangcara hal ihwal apa adanya, gagasan-gagasan mereka yang palingkompprehensip tentang tatanan”. Cara hidup dan pandangan hidupsaling melengkapi, kerap kali melalui satu bentuk simbolis. Hal inimemberikan gambaran tatanan yang komprehensif dan pada waktuyang sama mewujudkan pola sintetis prilaku social. Ada kongruensiatau kesesuaian antara gaya hidup.

C. Pembahasan

1. Taqdir dalam Pandangan PengemisBerangkat pagi sebelum shubuh, menurut para pengemis,

shubuh adalah waktu yang tepat untuk mecari rizqi, karena orangtua mereka dahulu melakukan itu dan itu berdasarkan ajaran agama,bahwa jika selesai shubuh, maka bertebaranlah untuk mencarikarunia Allah. Dan prinsip mereka jika bangun kesiangan lebih baiktidak berangkat, karena dianggap sudah melanggar tradisi dikalanganpara pengemis yang tinggal di Kampung Pengemis Sukajadi KotaBandung.Sekali lagi para pengemis, memiliki pola pikir yang samabahwa mereka telah menilai dan memilih jalan hidup yang turuntemurun hingga empat generasi tetap menjadi pengemis, danmereka tidak peduli dengan norma keagamaan.

Hal ini tentu menguatkan perilaku mengemis itu menjadi“benar” sehingga tidak menyurutkan langkah mereka untukmenjalani profesinya dengan tenang dan nyaman. Pernyataanmereka tentu saja sangat paradok dengan ajaran Islam, ungkapanNabi Muhammad Saw, “Tangan yang diatas lebih baik daripadatangan yang dibawah, tangan diatas adalah tangan pemberisementara tangan yang di bawah adalah tangan peminta-minta.”Sebenarnya para pengemis ini berusaha untuk kompromi denganhati nuraninya dan mengakui bahwa menjadi pengemis adalahperbuatan yang merusak harga diri dan kehormatannya, tetapikeinginannya untuk tetap menjadi pengemis lebih kuat, sehinggamereka pun berjuang untuk mengenyahkan “malu” yang merekasembunyikan dalam ucapannya.

Page 12: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

268

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

Dengan bertambah besar jumlah para pengemis ini, upayayang harus dilakukan bukan sekedar usaha bersifat materi tapidengan meminjam istilah dari taufik Pasiak perlu adanya upayamembangun “intelektualisme Religius“ dikalangan pengemis.Agarmereka tidak bersandar pada alasan “taqdir” dan “nasib “ yang telahsalah menempatkannya. Batapa akhlak memiliki peran penting baginalar manusia, nalar agar tidak liar tanpa spirit, tetapi nalar yangsehat dan untuk kemanusiaan yang bermartabat.( Taufik Pasiak,2012: XVII) Mindset para pengemis tidak boleh lagi diberi peluangsebab akan semakin menularkannya pada warga di kampunghalamannya dan juga anak cucunya, kita harus memiliki keinginanuntuk memotong atau memutus generasi.

Taqdir sering menjadi kata akhir ketika manusia merasa dirinyasudah tidak berdaya, sebagian beranggapan bahwa hidup ini sudahditentukan dari Tuhannya, sehingga perjuangan dan keinginanmanusia menjadi mandeg. Kemiskinan itu juga menjadi taqdir,padahal pada kenyataannya banyak manusia yang mampu dankonsisten dalam berjuang mampu merubah taqdirnya menjadi kaya.Jadi saat manusia sudah menyerahkan diri bahwa hidup ini menjalanidengan taqdirnya, maka perjalanan manusia akan benhenti dan tidakmau bergeser untuk bisa lebih baik.

Menurut bahasa Arab (Lughawi), takdir berasal dari kata“qoddara”yuqoddiru, taqdir”, artinya menaksir, menentukan,menetapkan, membandingkan, menekan, menjadikan kuasa, danmenghargai.3 Secara Etimologis, takdir berarti mengukur, memberikadar atau ukuran. Allah telah memberikan kadar/ ukuran/ batastertentu dalam diri, sifat atau kemampuan maksimal mahluk-Nya.(Jamal Ma’mur Asmani, 2010:2). Menjadi pengemis bukan suatuperbuatan yang dianggap hina apalagi dianggap berdosa, merekasengaja tidak mau bekerja, bahkan para pengemis menganggapbahwa meminta-minta kepada manusia lebih baik ketimbang bekerja.Islam memiliki norma untuk menolak paradigm yang salah, bahkanIslam menghargai dan memuliakan jenis pekerjaan apapun.

3 Jamal Ma‘mur Asmani, 13 Cara Nyata Mengubah Taqdir, ( Jakarta: KAWAHMedia, 2010) hlm. 2.

Page 13: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

269

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

Islam tidak menghargai para pengangguran dan orang-orangyang hanya menggantungkan hidupnya pada orang lain. Islam dengantegas menjelaskan, bahwa setiap pekerjaan yang halal merupakanpekerjaan yang memiliki tingkat keutamaan yang tinggi dan agung,sekalipun ada sebagian orang yang menganggap pekerjaan tersebutsebagai suatu kehinaan. (Yusuf Qaradhawi, 85).

Diriwayatkan dari Zubir bin Al-Awwam, bahwa Rosulullahbersabda (Jamal Ma‘mur, 2010: 2).

“Sesungguhnya jika salah seorang kalian mengambil tali danmengikatkan kayu bakar dipundaknya lalu menjualnya, halitu lebih baik daripada meminta-minta kepada manusia, baikmereka memberi atau tidak”.

Rasulullah ternyata tidak cukup hanya dengan memberikanteori, tetapi beliau sendiri memberikan contoh kongkrit yang ber-sumber dari diri beliau sendiri, beliau bersabda:

“Allah tidak mengutus seorang Nabipun kecuali dia meng-gembala kambing. Mereka (sahabat) bertanya; apakahengkau juga begitu ya Rosulullah? Beliau menjawab: ya, akumenggembala kambing milik penduduk Makkah untukmendapatkan beberapa kirat/dinar.”

Imam Al- Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, bahwa NabiDaud as. Adalah tukang pembuat baju zirah. Nabi Adam as. Adalahseorang petani. Nabi Nuh as. Adalah seorang tukang kayu. Nabi Idrisas. Adalah tukang jahit, dan Nabi Musa as. Adalah tukang meng-gembala kambing (ibid).

Dalam pandangan para pengemis, menjadi pengemis bukansebuah perbuatan yang bertentangan dengan norma keagamaan,justru mereka berfikir bahwa norma agama yang ada telah mem-berikan inspirasi yang menakyubkan bagi pekerjaannya. Bahwamereka sering mendengarkan ceramah para Ustad yang mengatakanbahwa tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah, dan ini di-anggap sebagai peluang dan memberi kesempatan kepada parakonsumen untuk memberi mereka uang dan yang pasti pahala untukpara dermawan.

Page 14: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

270

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

Dari Kampung Pengemis Sukajadi, ditemukan delapan belascara mengemis dan peneliti gambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Modus Operandi Pengemis

Page 15: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

271

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

Melihat cara-cara mereka mengemis sungguh luar biasa, dulupaling populer itu cara mengemis dengan berpura-pura tidak melihatdan membuat luka palsu, sekarang begitu banyak cara untukmengemis. Dalam teori Sosial hal seperti ini disebut sebagai per-tunjukan “dramaturgis”.

Disamping itu tingkah laku secara fisik mereka akan me-masang wajah memelas, tidak gembira, sikap tubuh yang lemah. Parapengemis ini mencoba menampilkan diri lebih dekat dengan calonkonsumen yang menjadi sasarannya, menyapa dengan ucapan“Assalamualaikum”, ”punten”, menyampaikan doa-doa yangmeyakinkan dan berharap konsumen bahagia dengan doa yangmereka lontarkan. Para pengemis ini harus merasa yakin bahwakonsumen bisa terpengaruh oleh apa yang dilakukannya.

2. Komodifikasi Keagamaan Dikalangan Pengemis di KotaBandung

Pada masyarakat Islam seperti di Indonesia komodifikasikeagamaan juga Nampak semakin jelas. Para Ustad menyampaikanceramahnya melalui media elektronik seperti TV dengan berbagaigaya dan cara untuk menarik minat penonton dan ini sudah masukke tatanan komersial. Menurut Moore (1994: 256) menjelaskanbahwa bentuk-bentuk religiousitas yang secara luas dipasarkan mem-beri kita suatu gagasan yang jelas bahwa “agama ada dimana-mana”dan “agama dipasar budaya telah menjadi komoditas biasa.” Sekarangyang menjadi pertanyaan, apakah komodifikasi keagamaan terjadijuga dikalangan para pengemis?

Dibawah ini terdapat tabel tentang Penggunaan Simbol Ke-agamaan untuk digunakan informan selama mengemis.

Page 16: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

272

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

Tabel 1 Simbol Keagamaan Pengemis

Dalam tabel diatas informan yang menggunakan Al-Qurandalam mengemis satu orang yaitu Mualim. Ia selalu memegang Al-Qur’an dan membacanya, dan ia duduk dengan baju kokonya, kepala-nya pake kopiah hitam yang sudah lusuh. Cara membacanya terbata-bata, kadang tidak jelas huruf yang dibacanya. Tapi ternyata ia cukupmengerti apa yang dia baca, ketika peneliti meminta untuk membacasurat Al-Isra, Mualim membacanya dan ia menjelaskan tentangkandungan surat yang ia baca;

“Allah the Rohman sareng Rohim, buktina jalmi the butuhnafas, Allah maparin udara, Allah nyiptakeun angin jeungangin teu dibeuli, Allah nu nyiptakeun cai jeung taneuh eta geteu dibeuli ku jelema. Yeuh mata aki the geus 80 taun, tapiaki masih awas, yeuh sok ku Enden bandungan aki rek ngajisurat Al-Isro, ”Bismillahirrahmanirrahim, subhaanalladziiasroo bi’abdihii lailam minal masjidil haromi ilal masjidilaqsho…..ieu ayat the nyarioskeun Isro sareng mi’rajna NabiMuhammad ti Masjidil Haram dugi ka Masjidil Aqsho, kasidrotul muntaha langit ka tujuh eta the berjuta-juta km panteu kaharti ku otak manusa mah. Apolo sabelas mah teu tepika langit kahiji-hiji acan, Nabi Muhammad mah sapeu-ting,”jelas Mualim.”

Page 17: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

273

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

(Allah itu Rahman dan Rahim, buktinya manusia membutuh-kan nafas, Allah memberinya udara. Allah menciptakan angindan angin tidak usah dibe,li, Allah yang menciptakan air dantanah itu juga tidak dibeli oleh manusia. Nih mata aki yangsudah usia 80 tahun, tapi aki masih jelas melihat. Nihperhatikan sama Neng aki mau ngaji surat Al-Isra,Bismillahirrahmanirrahim, Subhanalladzii asroo bi‘abdihillailam minal masjidil haromi ilal masjidil aqsho……,ini ayatmenjelaskan tentang Isra dan Mi‘rajanya Nabi MuhammadSaw dari masjidil haram ke masjidil aqsho, ke sidratul muntahalangit ke tujuh itu jaraknya berjuta-juta kilo meter, kan tidakmasuk akal manusia. Apolo sebelas tidak sampai ke langitkesatu, Nabi Muhammad hanya semalam)

Mualim selalu mengemis setiap hari Minggu di Gasibu, ia akanduduk diatas bangku kayu yang khusus ia bawa, meletakan karungberas di depannya, diatasnya disimpan batok kelapa untuk tempatuang yang kadang-kadang batok kelapa bisa berfungsi menjaditempat minum kopi hitamnya. Tubuhnya kurus, baju lusuh warnaputih, celana hitam, kepalanya juga berkopiah hitam pendek,memakai sandal jepit, ia memegang Al-Qur‘an dan membacanya,suaranya cukup keras, namun tetap kalah dengan haru birunya musikdari pedagang vcd dan ramainya suara para pengunjung atau pejalankaki, belum lagi deru kendaraan mobil dan motor yang melintas didepannya.

Sedangkan yang mengemis dengan menggunakan hafalanQur‘an satu orang yakni Agus alias ilyas, Satu orang menggunakanrebana dan membaca shalawat yaitu H. Luqman.Yang selalu me-manjatkan doa saat mengemis dan juga memberikan do‘a pada yangmemberi sebanyak enam orang. Informan pengemis wanita yangmenggunakan pakaian muslim sebagai alat untuk mengemissejumlah lima orang dan yang mengunakan baju koko dalammengemisnya dua orang. Informan yang menggunakan jampi-jampisebanyak tiga orang dan Rajah satu orang.

Agus atau ia lebih dikenal dengan panggilan Ilyas kaki kanan-nya patah, badannya cukup besar dan sehat, dia mengemis di pintutimur taman tegalega kota Bandung, yang setiap hari minggu selalududuk diatas kardus yang ia lapisi dengan plasik. Ketika ia berjalan

Page 18: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

274

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

tubuhnya ditopang oleh tongkat kayu. Pada saat mengemis tongkatia letakan di sebelah kiri, ransel biru yang selalu ia bawa diletakan diatas tongkatnya dan tidak jauh dari situ tergeletak air minum mineral88. Didepan nya ia simpan mangkuk kecil yang dilapisi keresek hitam,tubuhnya besar dan tampak sehat, wajahnya bersih.

Agus mengenakan pakaian yang tidak kotor, baju warna putihtulang, pake celana pendek dibawah lutut warna hijau bercorakloreng, untuk menutupi kepalanya ia gunakan kopiah warna hitam.Untuk menarik perhatian para dermawan, terlebih dahulu iamembaca istigfar, Al-Fatihah, shalawat, surat pendek, surat Yasin,Al- Mulk, ayat Kursi, ahalawat Nariyah.Ia hafal dan fasih bacaannya;

BismillahirrahmanirrahimAlhamdulillahi robbil alamiinArrohmanirrahimMalikiyaumiddinIyya kana budu wa iyya kanastainIhdinashirotol mustakimShirotolladzina an amta alaihimWaladhdhollliinAstagfirulloh hal adzim, Laa Ilaha Illallohu lahaula walaaquwwata illa Billah 4xAllohummasholli‘ala sayyidina Muhammad, wa ala alisayyidina Muhammad 3xBismillahirrahmanirrahimQul huwallohu ahadAllahushshomadLamyalid walam yuladWalam yakullahu kufuwan ahad.BismillahirrahmanirrahimQul a‘uudzu birobbil falaqMin syarri maa kholaqWamin syarri ghasiqin idzaa waqabWamin syarrin naffaastaati fil ‘uqadWamin syarri Haasidin idza hasadBismillahirrahmanirrahimQul a‘uudzu bi robbin naasMalikin naasIlaahin naas

Page 19: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

275

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

Min syarril waswaasil khannaasAlladzi yuwaswisu fii shudurin naasMinaljinnati wan naasAllahu laa ilaaha illa huwal hayyul qoyyuum, laa ta‘khudzuhuusinatuituw walaanauumLahuu ma fissamaawaati wal ardi ,man dzalladzii yasfa‘u‘indahu illa bi idznihi, ya‘lamu maaBaina aidihim wa maa khalfahum wala Yuhiithuuna bi syai‘immin ilmihi illaa bimaa syaa‘aWasi‘a kursiyyuhus samaa waati wal ardha wa ya ‘uuduhuuhifzhuhumaa wa huwal‘aliyyul‘adziimBissmillahirrahmanirrahimYaa siinWal Qur aanil hakim, innaka laminal mursaliin‘Alaa shiraathim mustaqimTanziiilal ‘aziizir rahiimLitundziraa qauma maa undzira aabaa uhum fahumghaafiluunLaqod haqqal qaulu‘alaa aktsarihim fahum laa yu‘minuunInna ja‘alna fii a‘naaqihim aghlalan fahiya ilal adzqaani fahummuqmahumWaja alna min baini aidihim saddan wamin khalfihim saddanfa aghsyainaahum fahum laa yubshirunWasawa‘un ‘alaihim a‘andzartahum amlam tundzirhumAgus membaca surat Yasin hanya 10 ayat, kemudian ialanjutkan dengan membaca surat Al-Mulk 5 ayatBismillahirrahmanirrahimTabarokalladzii biyadihil mulkWahuwa ‘alaa kulli syaiin qadirAlladzii khalaqalmauta walhayaata liyabluwakumAyyukum ahsanu ‘amalanWahuwal ‘adziidzul ghafurAlladzii khalaqa sab‘asamaawaatinthibaqanMaa taraa fii khalqirrohmaani mintafaawutinFarji‘il bashara hal taraa min futuurTsummar ji‘ilbasharra karrataini yanqalib ilaikal basharuKhaasiawwahuwa hasiirWalaqad zayyannassamaa addunya bimashaa biihaWaja‘alnaaha rujuu mallisysayaatiini

Page 20: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

276

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

Wa‘atadnaa lahum ‘adzaa bassa‘ir membaca Shalawat Nariyah 7 kali.Bismillaahir RahmaanirRahim,Allohumma shalli shalatan kaamilatan wa sallimSalaaman taamman ‘alaa sayyidinaa muhammadinAlladzii tanhallu bihil ‘uqadu wa fariju bihiKurabu wa tuqdlaa hawaaijuWatunaalu bihirraghooibu wa husnu KhawatimiWa‘alaa aalihi wa shahbihi fii kulli lamhatinWa nafaasin Bi‘adadi kulli ma‘luumin laka

Bacaan diatas terus diulang-ulang sampai jam 10, kadang-kadang ia selang bacaannya dengan minum, kemudian ia membacalagi dengan matanya tetap terpejam. Yang lewat dihadapannya selaluberhenti dan memberinya uang, minimal yang memberi sebesarRp.2000, sesekali kalau sudah penuh mangkoknya Agus akan meng-hitungnya dan ia masukan ke saku baju kokonya.

Cara mengemis Agus cukup unik dan menarik dan dapatmenghasilkan uang yang lebih besar, walaupun hanya sampai jam 10tapi hasilnya cukup menakyubkan bisa dapat 100 sampai 200 riburupiah. kalau Agus ada yang memberi uang, ia tenang saja membacakarena memang matanya selalu terpejam jadi tidak ada komunikasisama sekali dengan yang memberi, ini merupakan tehnik dia untuktidak mengenal orang lain, karena ia menyadari kalau dirinya pernahaktif di Masjid Agung Bandung, malu jika ada orang yang mengenalnya.

Punclut adalah kawasan Ciumbuleuit, udaranya yang sejukmenjadi kawasan public yang menarik, setiap hari minggu ratusanorang dari berbagai tempat akan datang ke Punclut sekedar berjansampai ke puncak. Dengan banyaknya pejalan kaki yang sengajadatang untuk berolah raga ternyata menarik minat para pedagang,sehingga setiap minggu dari mulai pintu masuk sudah berjejer parapedagang, dari mulai kebutuhan makan minum, tanaman, barang –barang kebutuhan dapur, hingga pedagang pakaian ada disana.

Para pengemis pun tidak menyia-nyiakan kesempatan yangmenjanjikan, pengemis tunanetra ada yang sendiri, ada juga yangberpasangan, pengemis yang cacat hampir ada di empat titik, rata-rata mereka bertubuh sepotong. Haji Luqman, ia biasa ngemis di

Page 21: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

277

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

Punclut, hanya ia berjalan tidak sampai puncak, menurutpengakuannya karena usianya yang sudah tua jadi tidak terlalu kuatuntuk bisa berjalan sampai puncak juga termasuk penyakit herniayang dialaminya sekarang.

H. Luqman selalu didampingi cucunya, pakaian yangdikenakan khas kasunanan Cirebon, gamis putih, sal hijau, kepalanyadiikat meniru Wali, cucunya yang duduk di bangku SMAmenggunakan pakaian muslim, mereka begitu bersih dan rapih.Iaselalu membawa tape yang disimpan di roda, sehingga bisa didorong,tangannya memegang mike, suaranya terasa nyaring, biasanya iamelantunkan istigfar dan shalawat Badar, juga tidak ketinggalan alatrebana selalu ia bawa.

Astagfirullah Robbal baroyaAstagfirullah minal khotoyaAstagfirulloh Robbal baroyaAstagfirullah Minal KhotoyaAssalamu‘alaikumMugia tukang dagang sadayana sing pajengKa tukang sate, tukang sayur, tukang sanguTukang kupat, tukang kembang, sing digampilkeun rizqinaAtuh kanu jalan kaki sing dipaparin kasehatanDipaparin kakuatan.Sholatulloh, salamulloh‘ala thoha RosulillahupiahSalatulloh, salamulloh‘ala yasin habibillahSakali deui kasadayanaMugi ku Allah dipaparin kasalametanRizqi anu berkah, amiinSholatulloh salamulloh‘ala thoha RosulullahnSalatullah salamullah‘ala yasin habibillah

Page 22: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

278

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

Sepanjang jalan, H. Luqman selalu ada yang menghampiriuntuk memberikan uang, mereka rata-rata memberi 2000 rupiah,ada juga yang memberi 5000 sampai 10.000 rupiah, selain pejalankaki yang memberi, ternyata para pedagang juga banyak yangmenghampirinya dan memberinya uang. Untuk tempat uangdigunakan kaleng kue bekas roll monde. Tiba-tiba ada seorangpedagang menghampiri untuk menukarkan uang sebesar Rp.50.000,dan dengan sigap cucunya memberikan receh lima dan sepuluhribuan yang diambil dari kaleng tempat uang.Jika hari minggu,Luqman mengakui minimal ia bisa mendapatkan uang sebesar 75.000rupiah, dan maksimal bisa mendapatkan uang sebesar 200.000rupiah.Setiap ada yang memberi uang H. Luqman akan selalumengucapkan kalimat “ Jazakallohu khoiron katsiro”, sebagaiungkapan terima kasih.

H. Luqman sesekali ia tidak memegang mike, tapi ia mainkanrebana juga sesekali bergaya, menepak rebana dengan menurunkantubuhnya tangannya ditarik keatas , yang dibacanya tetap istigfardan shalawat, tapi yang kita amati shalawat badar yang dibaca tidakpernah selesai, hanya ia selalu tersenyum dan mengajakberkomunikasi pada siapapun yang dilewatinya, sesekali ia istirahatdengan nafasnya yang terengah. Tampak ia lelah, menurutpengakuannya ia kena hernia, sehingga harus menggunakan celanadalam yang juga diikat dengan rapia ke belakang, dengan begitu akanterhindar dari rasa sakit.

Bagaimana dengan Kastu, ia mengaku selalu membaca dalamhatinya atau suaranya hanya terdengar oleh dirinya sendiri jikasedang mengemis, hal ini dilakukan agar orang yang lewatdihadapannya terbersit rasa kasih untuk memberinya uang. Iapengemis yang tidak memiliki tempat tinggal, ia selalu tidur dari satutoko ke toko yang lain.Doa yang ia ucapkan seperti ini;

BismillahirrahmanirrahimAlhamdulillahi robbil alamiinArrohmanirrohiimMaaliki yaumid dinIyyaakana‘ budu wa iyya kanasta‘in

Page 23: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

279

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

Ihdinash shiraathal mustaqiimShirathall ladziina an‘amta ‘alaihim ghoiril maghdubi ‘alaihimwaladhdhoolliinBismillahirrahmanirrahim,Dedeg ku nabi adam kaulaRupaku nabi yusuf kaulaSoraku nabi daud kaulaYa isun hu ya latif ya latifYa isun hu ya latif- ya latifYa isun hu ya latif- ya latif

Doa adalah simbol yang agung yang menghubungkan diriseorang hamba dengan Tuhannya, seperti yang diungkapkan olehAlexis Carel yang mengatakan bahwa Doa merupakan gejala ke-agamaan yang paling agung bagi manusia karena pada keadaan itujiwa manusia terbang melayang kepada Tuhan.” Ia berkata lagi;” padabatin manusia kesalahan-kesalahan dan penyimpangan-penyimpang-an yang kadang-kadang dilakukan. Sinar inilah yang mencegahmanusia dari terjerumus kedalam perbuatan dosa dan penyimpang-an. Ada kalanya manusia, pada beberapa keadaan ruhaniahnyamerasakan kebesaran dan keagungan ampunan Tuhan.4

Menurut Taufik Pasiak, Doa mempengaruhi kesehatandengan empat mekanisme berikut, pertama, doa berfungsi sebagairespon relaksasi, kedua , doa berfungsi sebagai plasebo, ketiga, doaberfungsi sebagai ekspresi positif manusia. Keempat,doa berfungsisebagai saluran untuk intervensi supernatural. Dikalangan pengemisdoa merupakan sebuah tehnik untuk mempengaruhi masyarakatdimana ia melakukan pekerjaannya, dia mendoakan mereka yangmemberi, sementara tidak menutup kemungkinan masyarakatpunmenerima doa itu dengan harapan dan senang hati. Doa dikalanganpengemispun menjadi bagian dari cara komunikasi mereka , doa jugasebagai alat pertukaran, jika ada yang memberi maka ia berikan doa.Doa juga memiliki kekuatan untuk memiliki daya untuk me-langsungkan roda perekonomian mereka.

4 Muthahhari, Manusia dan Agama, hlm. 57.

Page 24: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

280

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

Dikalangan pengemis ada pula yang mempercayai jampi-jampi yang berkaitan dengan mitos yang mereka percayai.Fungsiutama mitos bukanlah untuk menerangkan dan menceritakankejadian-kejadian historis dimasa lampau bukan pula untukmengekspresikan fantasi-fantasi impian suatu masyarakat. Fungsiutama dari mitos adalah mengungkapkan, mengangkat danmerumuskan kepercayaan, melindungi dan menguatkan moralitas,menjamin efisiensi dari ritus, serta memberi peraturan-peraturanpraktis untuk menuntun manusia.

Ma Sonyep selalu rutin memberikan sesaji dan doa sepertiini;Bul kukus serepan uripLalenggih kana hateSuka herang, sukma lenggahSukmana takonan gusti AllahYa Allah Ya Rosulullah

Sartiah menggunakan magi produktif, ini dilakukan untukperorangan dan untuk kepentingan mereka sendiri atau oleh paraahli magi untuk orang lain. Magi merupakan upacara verbal yangmemproyeksikan hasrat manusia ke dunia luar atas dasar teoripengontrolan manusia untuk suatu tujuan. Pada prakteknya dalammagi terdapat tiga unsur yakni benda yang digunakan, benda yangdigarap dan sesuatu yang diucapkan.

Para pengemis ini terus memutar otak untuk menggalikreativitas mereka dalam mengemis untuk mengumpulkan rupiah.Pengemis jaman dulu menggunakan pakaian rombeng sekarang tidaklagi. Pengemis perempuan yang dijadikan informan semuamenggunakan pakaian muslim lengkap, tapi mereka menggunakanpakaian koko, kopiah, bahkan baju gamis, pakaian-pakaian ini telahdi klaim sebagai pakaian muslim.

“kapungkur mah teu nganggo acuk muslim, acuk biasa we,kadang nganggo kabaya sareng samping tos butut, mungupami panas nganggo karembong we dibulitkeun siga MaUwo, eta gening nu sok bintang filem baheula. Ayeuna mah

Page 25: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

281

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

pan tos usum acuk muslim, janten we nganggo kieu ayeunamah karaos teu panas teuing da iuh ku tiung,” Kata Warsem

(dulu tidak menggunakan baju muslim, baju biasa saja, kadangpake kebaya sama kain samping yang sudah jelek, hanya kalaupanas pake kerudung tipis panjang yang ditutupkan ke kepalaseperti yang se;perti Ma Uwo, seperti bintang filem dulu.Sekarang kan sudah musim pakaian muslim, jadi pake beginisekarang terasa tidak terlalu panas kan pake kerudung)Pengakuan Nana ini, ternyata sama dengan pengakuan Ati‘ah,

Warsem, Carini, Sartiah, dan pengemis perempuan lainnya.merekamengaku lebih nyaman dan mendapatkan keuntungan secaramateri.Pengemis laki-laki juga seluruhnya menggunakan pakaiankoko, kepala berkopiah.

Sartiah disamping memakai minyak wangi, iapun dibekalijampi-jampi sebagai berikut;

BismillahirrahmanirrahimSukmana atmanaRasana jalma-jalma sajagat kabehMaka nyimpang ka badan awakingAsih ka badan awaking 3x

Adapun jampi-jampi yang selalu dipake oleh Warsem saatmengemis adalah;

BismillahirrahamnirrahimKulo nyuwun rizqi raketKalayan langkung manfaatKagem sukses kulo dunya aherat

Selain Doa ada juga satu orang informan yang menggunakanrajah, ini digunakan untuk kekuatan tubuhnya karena yang satu orangini tugasnya menggendong yang cacat Yakni Karso. Dalam SpiritualJawa ada beberapa jenis rajah, yakni Rajah Kala Cakra, Rajah KalaMisani, dan Rajah Wungkus atau lebih dikenal dengan sebutan RajahPager Jalalloh.Menurut Karso rajah juga doa yang memohon berkat

Page 26: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

282

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

dan rahmat dan irodatNya sehingga memiliki kekuatan yangdiridloiNya. Ada rajah yang dia gunakan yang menurut pengakuannyaberupa warisan dari buyutnya, disamping itu ia menggunakan rajahwungkus, yAng selalu ia bawa kalau sedang mengemis.

Tumpak gajah panglanahanGajahna ti tintapura ti muara kandang haurLambitna ti sulambitanCingcin simaleyanaEar senggak ti ciheaTuluy manjak ka gunung harumanNeyang landeuh ka gunung-gunung kaledongTuluy ka nagara BandungBari ngukur-ngukur kampuhSindang kaparakan muncangTuluy mande-mande saurMundut sangu ti maruyungLalabna ti tintapuraTi muara kandanghaurTumilis nyawiskeun bumiNu mapang putera kumambangCucu mulya jadi jenengJenengna di timbangantenLa ilahab illa Allah.

Kepercayaan dikalangan pengemis menemukan ungkapanverbalnya didalam Al-Qur’an, Hafalan Qur‘an, Shalawat, doa, jampi-jampi, rajah, pakaian yang dikenakan, minyak wangi.Benda-bendatersebut dikalangan pengemis lambat laun menjadi benda yangmemiliki daya magis.

Dari uraian diatas tentang symbol-simbol keagamaan yangdigunakan oleh pengemis sebagai alat ekonomi dapat digambarkansebagai berikut:

Page 27: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

283

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

Gambar 5. Model Pengemis Dalam Pengelolaan SimbolKeagamaan

Gambar diatas sebagai gambaran secara singkat tentangproses pengemis dalam menggunakan simbol-simbol keagamaanyang mereka gunakan dalam menjalankan operasinya.

1. Simbol KeagamaanPenggunaan simbol keagamaan dikalangan pengemis

merukan cara yang dapat menghasilkan uang lebih besar, hal inidianggap oleh semua informan sebagai berkah sehingga pemikiranmereka lebih kuat bahwa memilih menjadi pengemis bukan sebuahkesalahan dan menjadi sebuah pekerjaan yang menjanjikan.Bagaimanapun fungsi sejati sebuah simbol tetap tidak berubah:”fungsinya ialah mengubah suatu barang atau tindakan menjadisesuatu yang lain daripada yang kelihatan dari barang atau tindakanitu di mata pengalaman profan. Namun peranan penting yangdimainkan oleh simbolisme dalam pengalaman magis-religius bangsamanusia tidak disebabkan oleh hal-hal hierofani-hierofani dapatdiubah menjadi simbol-simbol. Tidak hanya karena simbol men-dukung suatu hierofani atau mengambil tempatnya maka simbol itupenting; namun pertama-tama karena simbol mampu meneruskanproses hierofanisasi dan khususnya kadang kala menjadi sebuahhierofani sendiri. Simbol menyatakan suatu realitas suci atau kosmo-logis yang tidak dapat dinyatakan oleh manifestasi lainnya.

Page 28: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

284

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

2. Mengetuk Rasa KeberagamaanTujuan mereka menggunakan simbol keagamaan adalah untuk

menarik simpati para calon dermawan sehingga mereka lebih sukamemberi kepada mereka dengan ikhlas pula. Para pengemis tahubetul bahwa para dermawan yang dianggapnya mayoritas umat Islamakan lebih tersentuh jika menggunakan symbol-simbol keagamaan,pada dasarnya mereka bertujuan untuk menyentuh RasaKeberagamaan para dermawan yang diyakini para pengemis bahwaislam mengajarkan “ tangan di atas lebih baik dari pada tangan dibawah”.

3. Memberikan DoaDoa merupakan tehnik dari para pengemis sebagai bentuk

rasa terimakasih mereka pada dermawan dan juga sebagai bentukrasa syukur mereka pada Allah. Hal ini seperti yang dilakukan olehMirah, Kastu, Rokayah, Botin, Ati‘ah, dan Mualim. Menurut pengaku-an para pengemis ini dengan mendoakan , para dermawan rata-ratasenang dengan didoakan oleh mereka, hal ini dibuktikan kalaumereka datang ke Tegallega, Gasibu, Punclut, Pasar Kosambi, ataupunlewat ke jalan Laswi, mereka dipastikan akan memberi mereka uang,dengan istilah sodaqoh.

Bahkan sering disaksikan peneliti, sering juga para dermawanini sengaja meminta didoakan oleh para pengemis, hal ini tentu sajapara pengemis ini merasa senang mendoakan karena uang yangdiberikan biasanya lebih besar.

4. Menggunakan Magi dan MitosBerbeda dengan yang dilakukan oleh Agus, Nana, Kastu,

Mualim, dan Luqman yang menganggap doa bukan untuk kekuatantapi untuk ucapan terimakasih kepada para dermawan.PengemisWarsem, Sartiah, dan Karso mereka menggunakan doa atau jampi-jampi bukan untuk ucapan terima kasih, tapi untuk menyihir paracalon dermawan yang lewat dihadapannya untuk memiliki belaskasihan pada mereka dan mereka merasa usahanya berhaasil,buktinya hasil mengemis mereka sangat besar, dan ini dilakukan sejakdari generasi pertama keluarga, mereka merupakan generasi ke tiga

Page 29: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

285

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

yang tetap menggunakan doa menjadi Magi, mereka meng-hubungkan dirinya dengan kekuatan “ supernatural” yang melampauialam dan manusia.Menurut Karso ia sangat membutuhkan kekuatandiluar kemampuannya karena cara mengemisnya menanggung bebanyakni menggendong orang yang cacat.

5. Membaca Al-Qur‘an dan Hafalan Al-Qur‘anMembaca Al-Quran ditengah kerumuan dan lalu lalangnya

orang yang tengah berbelanja dan pejalan kaki, ditengah bisingnyakendaraan, suara musik dari penjual vcd, belum lagi bertarungdengan suaru ngaji dari penjual vcd mahir membaca Al-Qur‘an, buatMualim itu tidak perduli. Dia terus saja membaca Al Qur‘an yangdipegangnya, tetapi kalau kita dengar secara seksama bacaannyaterkadang tidak jelas. Cara ini ia lakukan setiap hari minggu di Gasibu.

Di pintu Timur Tegallega tidak jauh dengan tugu BandungLautan api, Agus duduk setiap hari minggu di lahan parkir, denganmata terpejam ia mendemontrasikan bacaan Qur‘annya yang tampakbegitu hafal dan fasih, matanya sesekali terbuka hanya untuk meng-hitung uang dan memasukannya ke baju koko yang dikenakannya.

6. Membaca Shalawat dan RebanaH. Luqman, ia satu-satunya pengemis yang mengaku pernah

pergi ke Tanah Suci, ia menyusuri jalan dengan membacakanshalawat, sesekali ia juga menggunakan rebana, disampingnya gadisberwajah manis dengan pakaian muslim rapih sama sekali tidak lusuhmendorong roda tape recorder sebagai perangkat elektronik agarsuaranya terdengar keras walau harus bersaing dengan pengamenlain yang tunanetra. Di depan roda yang didorongnya ada tulisan“Untuk Membantu Operasi Hernia dan Anak Yatim.

H. Luqman selalu menggunakan baju gamis putih, syal warnahijau, dan kepalanya diikat pake sorban putih. Dia keukeuh padapendiriannya bahwa ia bukan mengemis tapi “mencari yang ridho”,ia lakukan itu untuk membiayai cucunya gadis yang selalu men-dampinginya adalah sudah ditinggalkan ayah ibunya. Caranya selaindengan membaca shalat ia juga selalu mendoakan siapapun baikkepada yang memberi maupun yang tidak, kekuatannya yang lain

Page 30: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

286

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

dalam mencari uang, ia juga membawa cucunya yang yatim piatusebagai cara untuk lebih menarik para dermawan.

7. Menggunakan Pakaian MuslimTren menggunakan pakaian muslim bukan hanya dilakukan

oleh masyarakat kebanyakan dari mulai pekerja pabrik, guru, sampaiPolisi Wanita ingin menggunakan pakaian muslim. Tren ini rupanyamelanda hampir semua pengemis yang ada di kota Bandung tidakterkecuali pengemis yang jadi informan. Eni, Wati, dan Nana, Carini,Ati‘ah saat mereka mengemis pakaiannya maenggunakan bajumuslim, selain untuk menutupi tubuh dan kepalanya dari sengatanmatahari, menurut pengakuan mereka hasil mengemisnya cukuplumayan semenjak menggunakan pakaian Muslim. Baju koko dankopiah yang sudah dianggap pakaian muslim laki-laki digunakan pulaoleh Adis dan Adnan, tampilannya tetap bersih.

Komoditas keagamaan yang dilakukan pengemis ada yanglangsung di promosikan seperti yang dilakukan Agus iamendemontrasikan kemampuannya dalam hafalan Al-Quransehingga mampu menyedot perhatian yang lewat dihadapannya danmereka akan dengan sukarela memberinya uang, karena merasatertarik dan kagum akan kemampuannya. Kemudian kita perhatikanMualim, ia juga memperlihatkan kepiawaiannya membaca Al-Qurandalam usianya yang sudah 80 tahun ia masih mampu membaca Al-Quran. Rupanya caranya ini tidak begitu menarik perhatian parapengunjung, namun Mualim tetap melakukan itu, karena ia tetapbisa menjual produk yang dimilikinya walaupun keuntungannya tidaksebesar Agus.

H. Luqman Ia bukan hanya memamerkan suaranya yangbegitu khas dalam membaca shalawat, tapi sapa, senyum dan salamia lakukan, doa menjadi daya tarik tersendiri termasuk pakaian yangdikenakan bagai seorang wali yang sedang musafir. Dan cara yang iaperlihatkan dan perdagangkan menghasilkan daya tarik dan nilai jualyang cukup tinggi, sehingga para pejalan kaki, dan pedagangmengampirinya untuk memberikan uang.

Tampaknya kegiatan para pengemis ini telah mampumenciptakan suasana hati yang damai dan mampu menyentuh rasa

Page 31: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

287

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

keberagamaan orang sekitarnya sehingga mendorong terjadinyapertukaran atas nama mencari orang yang ikhlas, orang yang ridho,dan merekapun berdalih untuk mendapatkan rido dari Yang MahaKuasa Allah.

Pengemis perempuan mereka mengandalkan daya tarik fasionyakni baju muslim legkap dengan kerudungnya, walaupun tidakseindah hijaber, namun mereka juga berharap dengan mengemismemakai baju muslim bisa memikat para consumen dengan baik,menghasilkkan rasa iba dan kasih saying. Pengemis laki-laki sudahmenjadi biasa menggunakan baju koko atau baju hitam-hitam padasaat mereka beroperasi.

Pengemis lain melakukan investasi dan mengkonsumsi benda-benda keagaman Islam Jawa, hal ini berkaitan dengan latar belakangmereka yang rata-rata berasal dari Jawa, dan mereka sangat kentaldengan ajaran Kejawen walau mereka tidak mengakuinya secaralangsung, namun dalam prakteknya mereka melakukan. Jampi-jampiyang di ucapkan setiap akan mengemis, mengeluarkan asap rokokkolobot setiap subuh ketika mereka akan berangkat mengemis,memulaskan minyak wangi yang sudah diisi dengan jampi-jampi,semedi,dan memberikan sesaji bagi karuhun atau wali yangdikeramatkan adalah merupakan fenomena keagaman yang terjadidikalangan pengemis, magi dan mitos satu sama lain saling ber-kaitan.Para pengemis yang melakukan ini juga memiliki keuntungansecara ekonomi, sehingga kepercayaan terhadap magi semakin kuat.

D. Penutup

Kita harus akui, bahwa benda-benda keagamaan muncul dalamberbagai bentuk, rupa, dan warna dan barang –barang keagamaanmemiliki sifat ekonomi dan ini melekat dengan kegunaan danpertukaran. Simbol-simbol keagamaan yang memiliki nilai seni sepertikaligrafi, pahatan-pahatan kayu, isim, jimat, jampi-jampi, minyak wangiyang biasanya melalui ritual-ritual khusus dan benda-benda inidipasrkan tidak secara umum melainkan pada konsumen tertentu.

Pengemis, ditemukan pula gaya hidup hedonis serba materi,agama hanya hayalan belaka. Ini sejalan dengan pemikiran Karl Marx,

Page 32: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

288

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

bahwa manusia merealisasikan diri hanya dalam khayalan agama,karena struktur masyarakat nyata tidak mengijinkan manusia me-realisasikan diri dengan sungguh-sungguh. Karena dunia meng-asingkan manusia dari dirinya sendiri, ia membangun suatu kerajaandalam angan-angan. Karena dalam masyarakat nyata manusiamenderita, ia mengharapkan mencapai keselamatan di surga.

Melihat kenyataan dari penelitian tentang bagaimanareligiusitas para pengemis, mereka tidak benar-benar menghayatikeagaman yang mereka anut, ritual yang dilakukan seperti shalatdan puasa tidak merubah pola pikir dan cara hidup mereka yangtetap memilih menjadi pengemis, sesudah kayapun mereka tetapsaja mengemis, bahkan aktivitas itu ditularkan kepada keturunannyahingga empat generasi. Dikalangan pengemis, mereka melakukanmodifikasi terhadap ajaran-ajaran agama sehingga mampu meng-hasilkan keuntungan secara ekonomi sesuai dengan keinginan danharapan, mereka telah melakukan komodifikasi keagamaan.

Barang-barang keagaman dikalangan pengemis muncul dalamberbagai bentuk, rupa, dan warna. Menghafal Al-Qur’an, Al-Qur’anitu sendiri, doa, jampi-jampi, berbagai jenis minyak pengasihan, rajahuntuk mendapatkan kekuatan, sesaji, untuk manusia yang dianggapkeramat, ini semua memiliki nilai pertukaran dan kegunaan. Barang-barang keagamaan tersebut memiliki satu sifat yakni ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Ammerman N.T,Introduction, in N.T Ammerman (ed), Everiday Reli-gion Observing Modrn Religious Lives, New York : Oxford Uni-versity Press. 2007.

Jamal Ma‘mur Asmani, 13 Cara Nyata Mengubah Taqdir, Jakarta:KAWAH Media, 2010 .

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Amanah, Jakarta; Pustaka Kartini,1994.Nursayyid Santoso Kristeva, 2011, Negara Marxis Dan Revolusi Pro-

letariat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Clifford Greertz, Abangan, Santri, Priyayi, Dalam Masyarakat Jawa,

Bandung, Pustaka Jaya. 1981.

Page 33: KOMODIFIKASI KEAGAMAAN DI KALANGAN PENGEMIS DI …

289

Heny Gustini Nuraeni, Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis...

Jurnal Dakwah, Vol. XVI, No. 2 Tahun 2015

Moore, R.L, Selling God; American Religion in the Marketplace ofCulture, New York: Oxford University Press, 1994.

Reader, I and Tanabe, G.J.Jr , Practically Religious; Worldly Benefeitsand the Common Religion of Japan, Honolulu University ofHawaii Press. 1998.

Bryan S Tuner, Sociology Of Religion, Singapore, Wiley- Blackwell,2010

Joachim Wach, Essay in the Hitory of Religions, New York, MacmillanPublishing, 1988.

Annemarie De Waal Malefijt, Religion and Culture, New York, TheMacmillan Company

Murtadha Muthahhari, Membumikan Kitab Susci,Manusia danAgama,Bandung, Mizan, 1968.

Bryan S Tunner,I Nyiak Ridwan Muzir,(Trj), Agama dan Teori SosialYogjakarta,IRCiSoD., 2003.

Graham C Kinloch,Dadang Kahmad (ed), Perkembangan danParadigma Utama Teori Sosiologi, Bandung, Pustaka Setia,2005.