pengemis binal - 20. asmara putri racun

Upload: wendi-surdinal

Post on 06-Jul-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    1/125

     

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    2/125

     

    ASMARAPUTRI RACUN

    Serial Pengemis Binal

    Cetakan pertamaPenerbit Cintamedia, Jakarta

    Pengolah cerita oleh S. PranowoHak cipta pada Penerbit

    Dilarang mengcopy atau memperbanyaksebagian atau seluruh isi buku ini

    tanpa izin tertulis dari penerbit

    Serial Pengemis Binal

    dalam episode:Asmara Putri Racun128 hal.

    https://www.facebook.com/

    DuniaAbuKeisel 

    https://www.facebook.com/DuniaAbuKeiselhttps://www.facebook.com/DuniaAbuKeiselhttps://www.facebook.com/DuniaAbuKeiselhttps://www.facebook.com/DuniaAbuKeiselhttps://www.facebook.com/DuniaAbuKeisel

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    3/125

     

    1

    Semburat cahaya jingga di langit menan-dakan fajar telah menyingsing. Ranting-rantingpohon meliuk gemulai terbawa irama hembusansang bayu. Butiran embun berjatuhan dari lem-bar-lembar daun, membasahi tanah kering mu-sim kemarau.

    Pemuda tampan yang tidur di atas dahan

    pohon ini tersentak tatkala telinganya menangkapsuara titir kentongan. Dia pertajam pendengaran-nya untuk mengetahui dari mana asal suara yangdidengarnya.

    "Dusun Pakiaplang agaknya sedang tertim-pa musibah...," kata hati si pemuda. "Tadi siangbeberapa warga dusun itu telah menyambutkuseperti layaknya menerima tamu terhormat. Me-reka telah menanam budi kepadaku. Maka, ber-dosalah aku bila tak memberi pertolongan."

    Berpikir demikian, pemuda bernama SakaPurdianta alias si Dewa Guntur ini lalu meloncatdari atas dahan yang telah menopang tubuhnyasemalaman. Pakaiannya yang berwarna coklatbergaris-garis hitam tampak berkibar saat tubuh-nya meluncur turun setinggi dua tombak.

     Tak ada suara yang terdengar ketika putra Tumenggung Sangga Percona ini mendarat di ta-nah dengan bertumpu pada ujung jari kaki. Se-perti bola karet, tubuh pemuda tampan ini lalumental ke udara. Dalam keadaan masih me-

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    4/125

     

    layang, dia merenggangkan otot-ototnya yang ka-ku. Begitu menginjak tanah lagi, tubuhnya mele-

    sat secepat kilat ke utara.Untuk kedua kalinya Saka Purdianta ter-kesiap. Segera pemuda ini menghentikan lesatantubuhnya, lalu menyusup ke semak-semak yangtumbuh di tepi jalan. Walau samar-samar, mataSaka Purdianta dapat menangkap kelebatan tu-buh seorang lelaki tinggi besar berpakaian serba

    kuning."Hmm.... Menilik buntalan yang dikempit-nya di tangan kanan, orang itu tentu habis mela-kukan pencurian atau perampokan di Dusun Pa-kiaplang. Aku akan menangkapnya hidup-hidup.Biar kepala dusun yang menghukumnya."

    Namun, Saka Purdianta jadi kecewa karena

    orang yang hendak ditangkapnya tidak lewat didepannya. Orang itu membelokkan arah larinyamemasuki hutan. Bergegas Saka Purdianta me-loncat dari tempat persembunyiannya.

    Diam-diam Saka Purdianta merasa kagumakan kegesitan orang yang sedang dikuntitnya.Lelaki tinggi besar yang rambutnya dikuncir dua

    itu dapat melesat cepat hingga tubuhnya berubah jadi bayangan yang hampir tak dapat diikuti pan-dangan mata. Agaknya dia telah mengerahkan se-luruh ilmu meringankan tubuhnya.

    Berkat matanya yang tajam, walau dalamremang-remang fajar, Saka Purdianta masih da-pat melihat benda terbungkus kain selimut di

    kempitan lelaki tinggi besar. Saka Purdinta men-

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    5/125

     

     jadi geram sekali ketika sayup-sayup didengarnyasuara rintihan menyayat hati. Suara itu berasal

    dari benda yang dikempit lelaki tinggi besar. Taksalah lagi, itu adalah tangisan bayi yang agaknyatelah mengalami siksaan hebat. Terbersit dari rin-tihannya yang putus-putus.

    "Menurut cerita ayahku, di rimba persila-tan ada beberapa tokoh tua yang menggunakandarah bayi sebagai sarana untuk menyempurna-

    kan ilmu kesaktiannya. Apakah orang itu salahsatu dari mereka? Hmm.... Walau aku juga bukanorang baik-baik, tapi hati kecilku tak rela melihatseorang bayi tak berdosa mesti mati karena dija-dikan tumbal...."

    Saka Purdianta mengerahkan seluruh ke-mampuan berlari cepatnya. Tapi, lelaki tinggi-

    besar yang sedang dikejarnya agaknya memangbukan tokoh sembarangan. Setiap kali menjejaktanah, tubuhnya akan melesat cepat sejauh lima-enam tombak. Apalagi ketika memasuki padangilalang setinggi manusia dewasa, tubuh lelakitinggi-besar benar-benar laksana lenyap daripandangan.

    Saka Purdianta berkali-kali mengumpatdalam hati. Pemuda ini jadi sangat penasaran.Hanya karena bantuan matanya yang tajam, diatidak sampai kehilangan jejak.

    Remang-remang fajar terusir oleh cahayaperak Sang baskara yang telah beranjak naik. Tanpa terasa Saka Purdianta telah berlari dua

    peminum teh lamanya. Pemuda tampan yang

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    6/125

     

    rambutnya diikat ke belakang ini tampak celingu-kan ketika bayangan orang yang dikuntitnya hi-

    lang mendadak.Saka Purdianta menghentikan langkahnyadi mulut gua kecil bergaris tengah dua kaki."Mungkinkah orang itu memasuki gua kecil ini?"tanyanya dalam hati.

    Berkali-kali Saka Purdianta mengedarkanpandangan. Pemuda ini jadi sangsi, akan mene-

    ruskan pengejarannya atau tidak. Akan tetapi ka-rena sudah kepalang tanggung, dia memasukigua kecil yang ditemukannya. Oleh sebab mulutgua terlalu sempit untuk dapat dimasuki, SakaPurdianta mempergunakan ilmunya yang berna-ma ‘Melemaskan Tulang Mengerutkan Otot’.

    Baru saja Saka Purdianta memasukkan

    kepala-nya, dia mendengar suara tawa bergelakdari dalam gua. Maka, hatinya jadi yakin bila sipenculik bayi itu berada di dalam gua.

    Sedikit pun tak terdengar suara ketika Sa-ka Purdianta menyelinap masuk. Di saat pemudaini bangkit berdiri, matanya melihat sosok bayan-gan kuning jauh di ujung gua yang ternyata amat

    lebar bagian dalamnya. Saka Purdianta tahu bilaitu adalah bayangan orang yang sedang dikejar-nya.

    Saka Purdianta hendak mengejar, namundia terkesiap. Hingga, niatnya jadi urung. Ruan-gan gua yang dimasukinya ternyata dindingnyadipenuhi tulang-belulang anak kecil. Tulang-

    belulang itu ditata beraturan hingga tidak tampak

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    7/125

     

    dinding gua yang asli. Cepat Saka Purdianta me-nekan perasaannya yang jadi tak karuan. Dengan

    menggunakan ilmu meringankan tubuhnya, pe-muda ini memasuki lorong gua yang ada. SakaPurdianta merasakan hawa yang lembab dan din-gin. Ditambah kesunyian yang mencekam, bulukuduk Saka Purdianta pun berdiri. Apalagi selu-ruh dinding gua dipenuhi tulang-belulang.

    Setelah melalui jalan berkelok-kelok yang

    naik-turun tak rata, Saka Purdianta sampai disebuah ruangan lebar bercahaya terang. Agaknyasinar matahari dapat menerobos masuk dari ce-lah-celah atas.

    Kali ini Saka Purdianta benar-benar dibuatmerinding hingga keringat dingin keluar bercucu-ran. Lantai gua di mana dia berada dipenuhi tem-

    purung kepala bayi! Penuh sampai ke sudut-sudut ruangan gua!Menurut perasaan Saka Purdianta, walau

    sinar matahari dapat menerobos masuk, tapi dia yakin ruangan gua tempatnya berdiri berada jauhdi bawah tanah. Ini terbukti ketika dia memasukilebih jauh ke lorong gua. Bagian atas gua dipenu-

    hi tanah kapur berujung runcing. Ada yangmenggantung hingga mencapai lantai gua hinggamenyerupai tiang. Tapi, lebih banyak yang ber-bentuk kerucut menggantung. Menurut ceritaayah Saka Purdianta, Tumenggung Sangga Perco-na yang berpengetahuan luas, tonjolan-tonjolanitu terjadi dari hasil campuran tetesan batu kapur

    dan air hujan. Karena sangat banyak dan terjadi

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    8/125

     

    bertahun-tahun, cairan itu lalu membeku. Seba-gian menggantung dalam bentuk kerucut Seba-

    gian lagi dapat mencapai lantai gua hingga ber-bentuk seperti tiang. (Sekarang benda-benda bua-tan alam itu disebut sebagai stalagtit dan stalag-mit).

    Dari balik stalagtit yang cukup besar, SakaPurdianta mengedarkan pandangan. Jantung pe-muda ini berdegup lebih kencang tatkala melihat

    tubuh bayi yang masih merah berada di atas sta-lagtit yang sengaja dirobohkan. Menilik kain seli-mut yang dijadikan alas, Saka Purdianta yakin bi-la itu adalah bayi yang diculik lelaki tinggi besar yang berpakaian serba kuning. Karena si bayi ti-dak menunjukkan tanda-tanda kehidupan, SakaPurdianta mengurungkan niatnya untuk memberi

    pertolongan. Pemuda ini menyumpah-nyumpahdalam hati, mengutuk perbuatan si penculik yangsedemikian kejam. Membunuh bayi yang baru sa- ja dapat menghirup udara dunia!

    Kini tahulah Saka Purdianta bila tulang-belulang yang baru saja dijumpainya di mulutgua adalah berasal dari bayi korban lelaki tinggi-

    besar yang agaknya menganut ilmu sesatSaka Purdianta terkesiap. Dan, cepat sekali

    pemuda ini menyembunyikan tubuhnya di balikstalagtit. Terlihat olehnya sesosok bayangan ber-kelebat menghampiri bayi yang terbaring tanpanyawa. Karena ingin tahu apa yang akan diper-buat oleh lelaki tinggi besar itu, Saka Purdianta

    tetap bersembunyi di tempatnya.

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    9/125

     

     Terdengar suara tawa dingin menyeram-kan. Lelaki tinggi besar meloncat ke atas stalagtit

    tempat tubuh bayi terbaring. Orang ini agaknyabelum sadar bila ada sepasang mata yang men-gawasi gerak-geriknya.

    Kebetulan si lelaki tinggi-besar duduk den-gan muka menghadap Saka Purdianta. Sehinggadengan jelas Saka Purdianta melihat wajahnya yang penuh bulu kasar. Kulit tubuhnya juga pe-

    nuh bulu kasar seperti orang hutan. Dahi dankedua pipinya terdapat banyak luka goresan sen- jata tajam. Saka Purdianta tidak mengenal siapatokoh yang sedang diintainya itu walau dia seo-rang pemuda yang sudah cukup matang penga-laman karena banyak mengembara dan berjumpadengan tokoh-tokoh tua rimba persilatan.

    Mendadak, sambil mengeluarkan gerengankeras yang bercampur dengan suara tawa, lelakimuka buruk yang sudah berusia lanjut mengang-kat si bayi di depan wajahnya. Di lain kejap, ke-pala si bayi sudah masuk dalam cengkeraman ja-ri-jari panjang penuh bulu, yang kemudian di-angkat tinggi-tinggi

    Geram kemarahan yang menggeluti hatiSaka Purdianta semakin menjadi-jadi melihatperbuatan si muka buruk yang akan ditimpakankepada si bayi. Saka Purdianta hendak meloncatkeluar dari persembunyiannya. Tapi karena diatahu bila si bayi sudah tiada bernyawa, maka diamengurungkan niatnya untuk memberi pertolon-

    gan sekaligus mengajar adat si muka buruk yang

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    10/125

     

    sudah dapat dipastikan sebagai tokoh jahat yangsuka berbuat kejam. Akhirnya, Saka Purdianta

    cuma memperhatikan lebih lanjut perbuatanorang yang sedang diintainya. Tampak kemudian, si muka buruk menan-

    capkan jari-jari kedua tangannya ke kepala sibayi. Sebuah aliran tenaga dalam dahsyat menga-lir, membuat hancur isi perut si bayi. Lebih hebatlagi, darah si bayi yang hampir membeku terhisap

    masuk ke pembuluh-pembuluh darah si mukaburuk lewat sepuluh jari tangannya!Saka Purdianta terperangah sekaligus ter-

    kejut luar biasa. Waktu si bayi diturunkan, tu-buhnya telah kering layu tanpa tulang. Hanya be-rupa kulit tanpa darah ataupun daging! Keterke- jutan Saka Purdianta berubah jadi perasaan ngeri

    ketika melihat si muka buruk melempar bangkaidi bayi seperti melempar kertas!Sambil menarik napas panjang berulang

    kali, Saka Purdianta menekan perasaannya yangmenyentak-nyentak tak karuan. Apa yang dilihat-nya barusan mengingatkannya pada cabang pela- jaran ilmu tenaga dalam India yang lihai bukan

    main. Untuk dapat menguasainya membutuhkanwaktu sekurang-kurangnya sepuluh tahun. Dan,apabila sudah mencapai tingkatan terakhir, orang yang mempelajarinya membutuhkan darah bayisebagai sarana penyempurnaan. Tidak sedikit to-koh rimba persilatan tanah Jawa yang mengeta-huinya. Tapi karena ilmu itu terlalu kejam, mere-

    ka jadi tidak sampai hati mempelajari atau men-

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    11/125

     

    dalaminya."Hmm... Siapa sebenarnya orang itu?"

    tanya Saka Purdianta dalam hati. "Menilik tu-buhnya yang tinggi-besar dan kulitnya yang pe-nuh bulu, tampaknya dia memang orang India. Tapi kalau dilihat dari cara berpakaiannya, me-nunjukkan bahwa dia orang Jawa. Mungkinkahdia orang India yang telah lama tinggal di tanah Jawa?"

     Terbawa rasa penasaran, Saka Purdiantamenajamkan penglihatannya untuk terus mengin-tai gerak-gerik si muka buruk. Saka Purdiantamelihat cukup jelas lelaki tinggi-besar itu menge-luarkan sebuah kitab putih dari balik bajunya. Terdengar si muka buruk tertawa terkekeh-kekehsambil menimang kitab di tangannya. Akan teta-

    pi, tiba-tiba dia menghentikan tawanya serayamemalingkan muka seperti sedang menajamkanpendengaran. Dan dengan gerakan yang luar bi-asa cepatnya, dia menyimpan kembali kitab pu-tihnya ke balik bajunya.

    "Hei! Siapa itu?! Cepat tunjukkan batanghidung!" si muka buruk membentak dengan bola

    mata melotot lebar.Saka Purdianta terkesiap. Pemuda ini

    menduga bila tempat persembunyiannya telah di-ketahui. Saka Purdianta jadi tak habis mengerti.Bukankah dia telah menggunakan ilmu simpa-nannya pada tingkat yang paling tinggi? Apakahlelaki tinggi-besar itu mampu mencium kebera-

    daannya walau dia telah mengetrapkan ilmu

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    12/125

     

    'Penghilang Tanda Kehidupan'? Ilmu 'Penghilang Tanda Kehidupan' adalah ilmu ajaran guru Saka

    Purdianta yang dapat menyamarkan dengus na-pas dan detak jantung. Jangankan manusia, seri-gala yang mempunyai indera penciuman tajampun tak akan dapat mengetahui keberadaan SakaPurdianta bila dia telah mengetrapkan ilmunyaitu. Tapi bila si muka buruk dapat mengeta-huinya, dia tentu tokoh sakti pilih tanding yang

    pasti melebihi kesaktian Saka Purdianta ataubahkan gurunya sekalipun!Namun pada saat Saka Purdianta hampir

    menampakkan diri, berkelebat sesosok bayangandari lorong gua yang sebelah depan. Kelebatanbayangan itu disertai runtuhnya tiga buah sta-lagmit, yang meluncur deras dari atas hendak

    meremukkan tubuh si muka buruk!Blarrr...! Timbul ledakan keras saat si muka buruk

    menghantam tiga buah stalagmit yang mengan-cam jiwanya. Batu kapur berbentuk kerucut itukontan hancur berkeping-keping!

    Si muka buruk mendengus gusar ketika

    melihat seorang nenek telah duduk santai di atasstalagtit, sekitar tiga tombak dari stalagtit yangditempatinya.

    Saka Purdianta bernapas lega. Kiranya yang diteriaki si muka buruk bukan dirinya, me-lainkan nenek yang baru datang itu. Lewat ma-tanya yang tajam, Saka Purdianta dapat melihat

    wajah si nenek yang ternyata sama buruk dengan

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    13/125

     

    walah lelaki berbulu lebat yang didatanginya. Diamemakai pakaian putih-hitam, dan tampak kotor

    sekali sepertinya dia habis keluar dari pertapaan."Ah, kiranya kau yang datang, Nenek Kepa-rat!"

     Terdengar si kakek berteriak memekakkantelinga. Nada ucapannya sungguh membuat SakaPurdianta tersenyum geli. Walau si kakek berte-riak keras sekali, namun jelas menunjukkan nada

    kasih sayang dan kerinduan. Suatu tanda bahwadia pernah berhubungan dekat dengan si nenek."Angin apakah yang telah membawamu

    kemari, Prabandati?" lanjut kakek muka buruk,menyebut nama si nenek.

    "Tua bangka keparat Prajna Singh! Lupa-kah kau pada perjanjian kata dua puluh tahun

     yang lalu?!"Prajna Singh? Tergerak hati Saka Purdian-ta mendengar nama kakek muka buruk yang jelasmenunjukkan nama orang India. Segera mengin-gat-ingat cerita ayahnya. Hanya dalam beberapatarikan napas saja Saka Purdianta sudah dapatmengetahui siapa sebenarnya orang India itu.

    Prajna Singh adalah putra kedua seorangraja di India. Karena bukan putra mahkota, diatak mungkin menggantikan kedudukan ayahnya. Terbawa ketamakannya, dia bermaksud merebuttakhta secara paksa. Namun karena dia berotakcerdas, dicarinya cara halus. Dia menjual rahasiaistana kepada negara tetangga dengan harapan di

    kelak kemudian hari negara tetangga itu bersedia

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    14/125

     

    membantunya untuk melakukan pemberontakan.Sayangnya, siasat liciknya terbongkar. Orang-

    orang istana pun membencinya, tak terkecuali se-luruh rakyat. Ayahnya berniat menjebloskannyake dalam penjara. Tapi, rakyat malah menuntutagar dia dijatuhi hukuman mati.

    Untuk menyelamatkan diri, terpaksa Praj-na Singh melarikan diri. Hingga bertahun-tahunkemudian, tak terdengar lagi kabar beritanya.

    Banyak orang mengatakan bahwa Prajna Singhtelah bunuh diri karena tak tahan hidup menderi-ta. Banyak pula yang mengatakan bila PrajnaSingh menemui ajalnya karena dikeroyok tokoh-tokoh sakti yang membencinya. Tapi sesungguh-nya Prajna Singh melarikan diri ke tanah Jawa.Kemudian, dia bertemu dengan Prabandari, nenek

     yang kini mendatanginya."Oh ya! Sungguh kau mempunyai ingatan yang baik. Aku sendiri benar-benar telah lupa.Kalau tidak salah, dua puluh tahun yang lalu,aku berjanji akan menyambut kedatanganmu diliangku ini. Sungguh aku sudah tua dan menjadipelupa.... Mari... mari minum bersamaku...," ajak

    Prajna Singh sambil melambaikan tangannya."Pelupa?" ejek Prabandari. "Kukira kau

    hanya pura-pura lupa! Aku tidak butuh arak ha-rammu! Aku datang hanya untuk menagih janji-mu. Bersiap-siaplah...!"

    Di ujung kalimatnya, si nenek bangkit ber-diri. Sesaat kemudian, tubuhnya melesat cepat,

     yang dibarengi kata-kata, "Aku hendak melihat

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    15/125

     

    kemajuan apa yang telah kau peroleh selama duapuluh tahun ini!"

    Lelaki muka buruk Prajna Singh tertawabergelak. Dia tidak menangkis atau memberi per-lawanan. Ketika pukulan si nenek sudah dekat,dia cuma menggeser tubuh ke kanan.

    "Nenek keparat Prabandari! Apakah kau ti-dak dapat bersabar? Atau, otakmu memang telahkena Racun Ingatan, yang membuat dirimu jadi

    lupa bahwa kita pernah sama-sama mencicipimanisnya hidup sebagai suami-istri selama sepu-luh tahun? Tak perlu kau tergesa-gesa. Tenang-kan pikiranmu. Marilah kita minum arak sambilmenceritakan pengalaman masing-masing. Sete-lah sekian lama berpisah, tidakkah kau ingin me-lepas rindu?" ujar Prajna Singh dengan nada

    sungguh-sungguh."Hmm.... Baiklah, kuterima tawaranmu.Anggaplah untuk babak pertama ini aku telahtakluk oleh bujuk-rayumu. Hi hi hi...!"

    Sambil tertawa genit, Prabandari yang pa-rasnya sama buruk dengan Prajna Singh, dudukdi hadapan bekas suaminya itu. Sementara, Praj-

    na Singh tertawa bergelak penuh luapan rasagembira. Dia lalu meloncat dari atas stalagtit. Be-berapa kejap mata kemudian, dia telah kembalike hadapan di nenek dengan membawa belahantempurung kepala bayi berisi arak merah.

    "Terimalah ini cawan arakku...," ujar Praj-na Singh seraya menyodorkan tempurung kepala

    bayi berisi arak merah.

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    16/125

     

    Prajna Singh bersikap menghormati sekali. Tempurung kepala bayi yang tercengkeram di an-

    tara sepuluh jarinya disorongkan ke muka den-gan badan membungkuk dan kepala menghadapke bawah. Namun, apa yang dia lakukan bukan-lah penghormatan yang sewajarnya. Lewat sepu-luh jarinya yang panjang-panjang berbulu, diamengalirkan tenaga dalam tingkat tinggi.

    "Terima kasih... terima kasih...," sambut

    Prabandari dengan mengulurkan kedua tangan-nya.Agaknya Prabandari pun telah mengetahui

    maksud tersembunyi Prajna Singh yang inginmenjajal kepandaiannya. Pada saat kedua tanganPrabandari terjulur ke depan, urat-uratnya terli-hat membiru. Jelas bila Prabandari juga menga-

    lirkan tenaga dalam tingkat tinggi.Prajna Singh tak menarik kedua tangannyaketika Prabandari telah menyentuh tempurungkepala bayi. Mendadak, arak merah mendidihkemudian bergolak dan mengepulkan asap tebalseperti habis direbus di atas api ribuan derajatpanasnya. Prajna Singh dan Prabandari sama-

    sama tersenyum. Tapi di balik senyum itu, mas-ing-masing menambah kekuatan tenaga dalam. Tak ayal lagi, arak merah mengobarkan api, yangkemudian bermuncratan. Dua kejap mata kemu-dian, tempurung kepala bayi yang menadahinyameledak pecah!

    Cepat sekali Prajna Singh dan Prabandari

    menggeser duduknya ke belakang untuk meng-

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    17/125

     

    hindari cipratan arak merah yang panas luar bi-asa. Permukaan stalagtit yang mereka tempati

    tampak berlubang-lubang terkena cipratan mi-numan keras yang menjadi alat adu kekuatan te-naga dalam itu!

    Menyaksikan kehebatan tenaga dalam duamanusia yang sedang diintainya, Saka Purdiantaterkagum-kagum dalam hati. Pemuda ini semakintertarik untuk terus mengetahui apa yang akan

    diperbuat oleh Prajna Singh dan bekas istrinya."Ha ha ha...!" Prajna Singh tertawa berge-lak. "Selama dua puluh tahun kita berpisah, ter-nyata kau telah maju pesat, Perempuan Keparat!Wajahmu juga semakin cantik saja. Tergerak ha-tiku untuk dapat bermesra-mesraan lagi dengan-mu.... Melihat keadaanmu ini, tentunya kau sela-

    lu baik-baik saja. Ha ha ha...!""Hmm... hi hi hi...!" Prabandari turut terta-wa sambil mempermainkan bola matanya danmenggoyang-goyangkan kepalanya. Bertolak bela-kang dengan sikapnya saat baru datang. "Tepatsekali dugaanmu itu, Lelaki Bangsat! Memang, se- jak perpisahan kita tempo hari, aku selalu baik-

    baik saja. Malah untuk menagih janjimu, yangaku duga pasti kau ingkari, aku telah berusahakeras melemaskan urat, menebalkan daging, bela- jar membekukan darah dan mengeraskan tulang.Apakah kitab itu masih tersimpan baik?"

    Mendengar ucapan-ucapan Prajna Singhdan Prabandari yang sering menggunakan kata-

    kata kasar, Saka Purdianta tertawa geli dalam ha-

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    18/125

     

    ti walau sebenarnya dia muak melihat sikap Pra-bandari yang dibuat-buat. Namun, Saka Purdian-

    ta tak pernah bosan mendengarkan ucapan me-reka. Dia makin tertarik untuk mengetahui apa yang akan diperbuat bekas suami-istri itu. Dan,kitab apa pula yang dimaksud oleh Prabandari?

    "Ha ha ha...! Sudah kubilang, kau tak perlutergesa-gesa, Perempuan Keparat! Cobalah kaulupakan dulu urusan lama kita. Aku ingin meme-

    luk tubuhmu yang menggairahkan dan menciumbibirmu yang tentunya lebih hangat dari yang du-lu pernah kurasakan...."

    "Huh! Lelaki bangsat tak tahu malu! Kaukira aku tak tahu apa yang ada di balik keingi-nanmu itu! Dari tulang-belulang bayi yang berse-rakan di tempat ini, tentunya kau telah mengua-

    sai ilmu 'Lima Jari Pencabut Jiwa'. Hmmm.... Hihi hi...! Ketika aku terlena dalam pelukanmu, kaupasti akan membunuhku dengan ilmu setanmuitu!''

    "Ha ha ha...! Sungguh buruk pikiranmu,Perempuan Keparat! Aku memang ingin membu-nuhmu, tapi tidak dalam waktu dekat ini. Karena,

    aku masih ingin mengulang masa-masa indah ki-ta sebagai suami-istri. Dan ketahuilah, Perem-puan Keparat Istriku Sayang.... Aku telah mengu-asai ilmu 'Lima Jari Pencabut Jiwa' dengan sem-purna. Beberapa bayi yang kujadikan tumbal ak-hir-akhir ini bangkainya tak akan bertulang. Itutandanya ilmu yang kubawa dari tanah kelahi-

    ranku telah sempurna. Tidakkah kau merasa

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    19/125

     

    bangga akan berita ini, Sayang...?""Cih! Tak punya malu! Lelaki bangsat! Jan-

    gan katakan aku bangga atas kemajuan yang kauperoleh. Ilmu setanmu itu pada akhirnya pastiakan kau pergunakan untuk membunuhku. Tapi, jangan dikira aku tak punya penangkalnya!"

    Usai berkata, Prabandari tertawa ngakak.Suaranya keras menggelegar, hingga stalagtit yang ada di hadapannya runtuh separo tanpa

    menimbulkan sedikit pun suara. Yang terdengarhanyalah tawa panjang Prabandari yang terusmeledak-ledak.

    Melihat kehebatan tenaga dalam yang di-tunjukkan bekas istrinya, Prajna Singh terkesiap. Tapi, tak hendak lelaki tinggi besar ini memperli-hatkan rasa kagumnya. Cepat dia berkata, "Agak-

    nya kau sengaja pamer kepandaian. Semakin la-ma, kau membuatku semakin gemas saja. Ha haha...!"

    Prajna Singh melanjuti tawa Prabandari.Stalagtit yang telah runtuh separo tadi tiba-tibahancur-luluh rata dengan lantai gua. Juga takmemperdengarkan suara sedikit pun!

    "Bedebah...!" geram Prabandari. Mukanya yang buruk penuh keriput semakin bertambahburuk, karena terbawa luapan amarahnya.

    "Maafkan aku, Perempuan Keparat! Bu-kannya aku hendak pamer kepandaian, tapi mak-sud hati ini hanya untuk memperlihatkan bahwadiriku masih pantas untuk menjadi suamimu.

    Bukankah begitu, Sayang? Melihat kepandaian-

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    20/125

     

    mu barusan, kau pun masih pantas menjadi is-triku."

    Mendengar ucapan Prajna Singh, Praban-dari tersenyum genit. Matanya mengerling penuharti. Hilang sudah amarah di hati nenek ini.

    "Agaknya kau sudah dapat menguasai diri.Sekarang terimalah peluk kerinduan Prajna Singh yang gagah-perkasa...."

    Prabandari sama sekali tak mengelak keti-

    ka secara tiba-tiba Prajna Singh menerkamnya!

    2

    Prabandari memejamkan matanya serayabalas memeluk. Dengan satu sentakan kasarPrajna Singh menggulingkan tubuh Prabandari.Dan, nenek tua renta ini merintih panjang tatkalaPrajna Singh mendaratkan ciuman ganas di le-hernya.

    "Aku ingin tahu apakah kau lebih perkasadari yang dulu, Lelaki Bangsat...!" ucap Praban-dari di sela-sela rintihannya.

    "Tak usah kau minta, aku pasti akan me-nunjukkannya. Aku akan membuatmu menggeliatseperti cacing kepanasan...," sahut Prajna Singh.

    "Oh, benarkah itu...?""Aku segera membuktikannya...."Kasar sekali Prajna Singh menanggalkan

    pakaian Prabandari satu persatu. Semakin ganasciuman Prajna Singh menelusuri sekujur tubuh

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    21/125

     

    Prabandari. Kini bukan rintihan yang keluar darimulut Prabandari, melainkan erangan keras yang

    menyertai kedua tangan dan kakinya yang me-nyentak-nyentak."Ough.... Kau benar-benar lebih perkasa...,"

    ujar Prabandari dengan mata terpejam rapatPrajna Singh tak menyahuti ucapan yang

    didengarnya. Dia membenamkan wajahnya kedada Prabandari. Si nenek yang tengah digeluti

    nafsu itu pun menggelinjang seraya mendekapkepala Prajna Singh erat-erat"Tak tahu malu!" umpat Saka Purdianta di

    tempat persembunyiannya. "Kalau tahu merekaakan berbuat menjijikkan seperti itu, tak bakalanaku berlama-lama diam di tempat ini."

    Saka Purdianta menundukkan kepala. Pe-

    muda ini benar-benar tak tahan menyaksikanadegan yang berlangsung sekitar sepuluh tombakdari hadapannya. Namun karena masih tersim-pan rasa penasaran di hatinya, dia memperta-hankan diri untuk tak beranjak dari tempatnyabersembunyi. Pemuda ini baru menatap lurus kedepan lagi saat terdengar tawa puas Prajna Singh.

    "Ha ha ha...! Ternyata tubuhmu masih te-tap hangat seperti dulu. Bahkan, geliatanmuhampir saja membuat aku kewalahan. Ha haha...!"

    Prabandari tak menimpali ucapan PrajnaSingh. Begitu pakaiannya telah usai dikenakan,nenek ini mendengus dengan pandangan berkilat

    menatap wajah Prajna Singh lekat-lekat

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    22/125

     

    "Tak dapat kupungkiri bila kau memang le-laki jantan yang sangat perkasa walau usiamu te-

    lah bau tanah...," ujar si nenek kemudian. "Sete-lah kita sama-sama mereguk kenikmatan, sam-pailah saatnya kita membuka urusan lama. Se-perti janjimu dua puluh tahun yang lalu, seka-rang ini kau harus menyerahkan kitab putih itu!"

    "Ha ha ha.,.!" suara tawa Prajna Singh me-nyambung ucapan Prabandari. "Tidak masuk ak-

    al! Sungguh tidak masuk akal! Tua bangka sepertidirimu yang sebentar lagi akan memeluk bumi se-lama-lamanya, kenapa masih menginginkan kitab

     yang hanya pantas dimiliki oleh anak muda....""Tutup mulutmu!" potong Prabandari. "Le-

    kas serahkan kitab itu, atau kupecahkan batokkepalamu!"

    "Ha ha ha...! Aku tak akan menyerahkan-nya. Karena, kau tak pantas memilikinya! Ha haha...!"

    Prabandari, menggeram marah mendengarucapan Prajna Singh. Matanya melotot dan gi-ginya yang tinggal beberapa buah terdengar ber-kerot-kerot. Lupa sudah nenek ini pada keme-

    sraan yang baru saja didapatkannya dari PrajnaSingh. Lalu dengan suara kaku-dingin, dia berka-ta, "Aku sudah menduga bila kau akan berbuatculas mengingkari janjimu, Lelaki Bangsat! Tapi,aku masih mau memberi kesempatan untuk ber-pikir agar kau tak menyesal nantinya bila akuterpaksa menjatuhkan tangan maut!"

    "Baiklah... baiklah akan kuserahkan kitab

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    23/125

     

    itu. Tapi, tidak sekarang. Kau tunggu setelah akuselesai mempelajarinya. Kitab itu akan kuserah-

    kan kepadamu setelah ku rubah bentuknya men- jadi abu. Ha ha ha...!"Semakin mendidih darah Prabandari men-

    dengar ucapan Prajna Singh. Kemarahannya me-muncak sampai membuat terengah-engah napas-nya. Nenek ini semakin lupa bila Prajna Singhadalah bekas suaminya. Sambil menggereng ke-

    ras, dia meloloskan empat buah gelang dari perge-langan tangannya. Gelang-gelang itu berwarna hi-tam legam. Bulatannya tidak rata. Terbuat dariperak, yang entah telah diapakan sehingga war-nanya bisa berubah hitam-legam.

    Di tempat persembunyiannya, Saka Pur-dianta memandang heran. Apa yang akan diper-

    buat si nenek dengan empat buah gelang yang ga-ris tengahnya hanya sekitar seperempat kaki itu?Karena sudah mempunyai pengalaman cukupluas, dapatlah Saka Purdianta menduga bila ge-lang si nenek tentu senjata yang amat ampuh.

     Terlihat kemudian, Prabandari melontar-kan salah satu gelangnya disertai dorongan tena-

    ga dalam yang luar biasa kuatnya. Karena khawa-tir lontaran gelang pertamanya dapat dihindariPrajna Singh, dia melontarkan juga gelang keduadan ketiganya!

    Sing! Sing! Sing!Prajna Singh sama sekali tak menjadi ter-

    kejut melihat serangan mematikan itu. Dia sudah

    menduga sebelumnya. Cepat sekali dia menggu-

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    24/125

     

    lingkan tubuh ke lantai stalagmit seraya melon-tarkan tempurung kepala manusia!

    Prakkk...!Walau tenaga lontaran masing-masing sa-ma kuat, tetapi tempurung kepala manusia jelaskalah keras bila dibanding dengan gelang perak.Senjata Prajna Singh hancur-luluh. Akan tetapikarena hempasan tenaga dorong yang amat kuat,ketiga gelang Prabandari melesat balik hendak

    menghajar tuannya!Prabandari terkesiap, tapi cepat sekali ne-nek ini dapat menyadari keadaan. Dengan sigapdia menjulurkan tangan kanannya. Ketiga gelangmelesat masuk ke tempat asalnya. Hebatnya, per-gelangan tangan Prabandari laksana dapat beru-bah jadi karet yang amat kenyal. Ketiga gelang

    miliknya terlontar lagi. Sedangkan satu gelang yang berada di tangan kiri, yang tadi belum digu-nakan, turut dia lontarkan pula. Semuanya men-gancam jalan darah penting di tubuh PrajnaSingh!

    Karena masih khawatir serangannya men-galami kegagalan, Prabandari menjejak lantai sta-

    lagmit, hingga tubuhnya melesat cepat dengankedua tangan telah mencekal sepasang kapak!Gerakan ini cepat sekali, sampai-sampai SakaPurdianta yang tengah mengintai menduga bilaPrabandari dapat menghilang!

     Tak kalah cepatnya Prajna Singh meron-tokkan gelang-gelang yang menghujamnya den-

    gan melontarkan beberapa tempurung kepala

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    25/125

     

    manusia. Di lain kejap, kakek tinggi besar ini te-lah mencekal senjata tulang-belulang yang di-

    rangkaikan dengan tempurung kepala berada diujung,Disertai suara tawa keras menyeramkan,

    Prajna Singh menggerakkan senjata cambuk tu-langnya ke muka. Sepasang kapak Prabandarihendak dibelitnya!

    Seperti seekor bajing meloncat, Prabandari

    melentingkan tubuhnya ke atas. Alangkah terke- jutnya nenek keriputan itu. Sewaktu tubuhnyamelayang di atas kepala Prajna Singh, dia mera-sakan hembusan angin keras dari arah belakang.Cambuk tulang Prajna Singh berbelok arah hen-dak menggedor punggung Prabandari!

     Trakkk...!

    Untunglah Prabandari masih sempat me-lindungi punggungnya dengan putaran salah satukapaknya ke belakang. Cambuk tulang tertangkis.Namun, Prabandari menjerit kecil karena tubuh-nya melesat cepat tanpa terkendali karena tenagadorongan cambuk tulang di tangan PranamSingh!

    Dengan bersalto beberapa kali di udara,Prabandari dapat mendarat dengan mulus di lan-tai gua. Sementara, Prajna Singh tertawa bergelakseraya meloncat turun dari stalagtit

    "Kulihat wajahmu pucat, Perempuan Kepa-rat!" ejek Prajna Singh. "Tidakkah kau mengu-rungkan niatmu untuk meminta kitab putih? Aku

    punya dua tawaran untuk dapat kau pilih baik-

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    26/125

     

    baik. Pertama, tinggalkan tempat ini setelah akubersumpah untuk tak akan menampakkan ba-

    tang hidung di hadapanku lagi. Kedua, kau bolehtinggal di tempat ini selama kau suka, tapi kaupun harus bersumpah untuk tak mengungkit-ungkit lagi masalah kitab putih. Bila tawaran ke-dua yang kau pilih, kita bisa menjadi suami-istrilagi, yang tentunya hari-hari akan kita lalui den-gan penuh kemesraan. Ha ha ha...!"

    "Jahanam! Lelaki bangsat!" geram Praban-dari. "Mestinya kau mengajukan tiga tawaran,Kunyuk Busuk! Dan, aku pasti akan memilih ta-waran yang ketiga itu!"

    "Tak ada tawaran ketiga, Perempuan Ba-wel!"

    "Ada! Tawaran itu aku sendiri yang mem-

    buatnya!""Apa?""Aku akan pergi dari tempat kotor ini sete-

    lah kau berlutut di hadapanku. Mengakui kesala-hanmu, dan menyerahkan kitab putih, lalu bu-nuh diri dengan memecahkan batok kepalamusendiri!"

    "Ha ha ha...! Rupanya semakin tua, bukansaja kau semakin menggairahkan, tapi juga se-makin pandai melucu. Ha ha ha...!"

    Prajna Singh tertawa terbahak-bahak. Ba-hunya naik-turun dengan kepala tengadah keatas. Lelaki itu agaknya hendak berlaku licik.Sambil terus tertawa, dia menggerakkan cambuk

    tulangnya. Namun, Prabandari pun berlaku tak

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    27/125

     

    kalah liciknya. Dia menendang bongkahan batukapur yang kebetulan berada di depan kakinya!

    Wusss...!Blaaarrr...!Batu kapur sebesar kepala kerbau hancur

    berkeping-keping terhantam ujung cambuk tu-lang yang berupa tempurung kepala. Segera Pra-bandari meloncat ke belakang karena senjataPrajna Singh hendak menyodok dadanya. Betapa

    terkejutnya nenek tua-renta ini melihat cambuktulang yang tak lebih dari dua tombak panjang-nya ternyata dapat bertambah panjang. Denganmengeluarkan suara berkeretekan, senjata PrajnaSingh seakan telah berubah menjadi seekor ularhidup yang terus menyambar-nyambar mencari jalan kematian di tubuh Prabandari.

    Dalam keterkejutannya Prabandari masihsempat membuat gerakan 'Bangau Bermain diAtas Air'. Sambaran cambuk tulang dapat dihin-darinya. Ketika masih melambung di udara, Pra-bandari melentingkan tubuhnya seraya melan-carkan serangan beruntun dengan sepasang ka-paknya.

    Prajna Singh dan Prabandari segera terlibatdalam pertarungan sengit. Keduanya sama-samamempunyai ilmu simpanan yang aneh-aneh.Membuat Saka Purdianta yang juga bukan tokohsembarangan jadi terkagum-kagum. Dan, berkatkecerdasannya, Saka Purdianta dapat menangkapbeberapa gerakan Prajna Singh dan Prabandari,

     yang lalu dicatat dalam otaknya.

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    28/125

     

    Walau dalam gebrakan pertama Prabandaritelah dibuat terkejut oleh kehebatan senjata Praj-

    na Singh, tapi karena dia mampu bergerak gesit,melebihi kegesitan Prajna Singh yang bertubuhtinggi-besar, pertempuran jadi berjalan seimbang. Tanpa terasa seratus jurus telah berlalu. Taktampak sedikit pun siapa yang akan kalah. Kedu-anya masih sama-sama tangguh.

    Satu ketika, Prajna Singh ingat sifat ganjil

    Prabandari semasa mereka masih hidup bersama-sama sebagai suami-istri. Prabandari amat takutpada anjing. Bahkan, pada anak anjing yang barulahir sekalipun, Prabandari akan lari terbirit-biritketakutan. Teringat akan hal itu, Prajna Singh se-gera mendapat akal bagus untuk dapat menyu-dahi perlawanan Prabandari.

    Sigap sekali Prajna Singh meloncat dariajang pertempuran. Lalu, kakek berbulu lebat ituberteriak-teriak dengan sikap seperti sedang me-manggil anjing. "Belang! Hitam! Segera sergap ke-dua kaki nenek bawel itu! Kamu Putih, terkampunggungnya! Cepat...!"

    Wajah Prabandari jadi pucat mendadak.

    Nenek tua-renta ini agaknya termakan muslihatPrajna Singh. Belum sempat Prabandari berpikirapa yang harus diperbuatnya, cambuk tulangPrajna Singh telah berkelebat mengincar beberapa jalan darah penting di tubuhnya.

    Prabandari jadi kerepotan. Selain harusmenghindari cecaran cambuk tulang, dia pun

    mesti menjaga kedua kaki dan punggungnya yang

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    29/125

     

    dia kira hendak dijadikan sasaran terkaman anj-ing-anjing Prajna Singh. Dalam keadaan seperti

    itu, pertahanan Prabandari berkurang enam ba-gian. Dan, tentu saja Prajna Singh tak mau me-nyia-nyiakan kesempatan yang telah diperoleh-nya.

    Prabandari meloncat tinggi seraya memba-batkan salah satu kapaknya ke belakang tubuh-nya. Maksudnya untuk membelah si Putih yang

    dikira benar-benar hendak menerkam punggung-nya. Malang bagi nenek berpakaian lusuh-kotorini. Begitu babatan kapaknya mengenai angin ko-song, dia memekik kesakitan. Bahu kanannyakena hajar cambuk tulang. Oleh karena senjataPrajna Singh itu digerakkan oleh tenaga yang luarbiasa kuatnya, otak Prabandari sampai turut ber-

    getar. Hingga, Prabandari jadi linglung beberapakejap mata. Pada saat cambuk tulang gantimenghajar dadanya, Prabandari memekik lebihkeras. Tubuhnya terlontar, dan membentur dind-ing gua yang penuh rangkaian tulang-belulang!

    Susah-payah Prabandari bangkit berdiri.Dari mulutnya menyembur darah segar. Tenaga

    dalam nenek ini sudah sedemikian tinggi, hinggatulang bahu dan dadanya tidak sampai remuk.

    "Setan alas!" maki Prabandari yang telahmenyadari bila dirinya telah kena tipu.

    "Ha ha ha...!" Prajna Singh tertawa bergelak"Sebetulnya aku tidak tega untuk mencabut nya-wamu, Nenek Keparat. Tapi kalau kau nekat, jan-

    gan menyesal kalau aku jadi lupa diri dan menja-

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    30/125

     

    dikan dirimu sebagai korban ilmu 'Lima Jari Pen-cabut Jiwa'!"

    Prabandari menggembor. Dalam keadaanterluka dalam, nenek ini merasa tak mungkin da-pat mengalahkan Prajna Singh. Namun, benaknyadipenuhi keinginan untuk mati bersama-samadaripada mati sendiri. Maka tanpa memikirkankeselamatannya sendiri, dia meloncat ke depanseraya melontarkan sepasang kapaknya bergan-

    tian. Begitu kapaknya terlepas dari cekalan, ne-nek yang sudah gelap mata ini menghentakkankedua telapak tangannya ke depan, melancarkanpukulan jarak jauh. Tapi, Prabandari tiba-tiba takdapat melihat lagi, semua jadi gelap. Menyusulkemudian, tubuhnya jadi sangat ringan, lalu me-layang jatuh ke lantai gua. Seketika itu juga jan-

    tungnya berhenti berdetak!Rupanya kepala Prabandari telah pecahterkena hantaman cambuk tulang. Sementara,Prajna Singh sendiri mesti merelakan sebagiandaging bahu kirinya tersayat salah satu kapak yang disambitkan Prabandari.

    Prajna Singh marah bukan alang-kepalang.

    Matanya berkilat-kilat menatap Prabandari yangtelah terbujur kaku tanpa nyawa. Tanpa mempe-dulikan bahwa mayat itu adalah bekas istrinya,Prajna Singh melangkah maju lima tindak. Lalu,sepuluh jari tangannya meraup kepala Prabandari yang sudah tak karuan lagi wujudnya. Luar biasasekali! Mendadak, tubuh Prabandari terangkat

    naik dengan kepala tercengkeram sepuluh jari

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    31/125

     

    Prajna Singh!"Ha ha ha...! Perempuan keparat Prabanda-

    ri! Hari ini kau akan merasakan kehebatan ilmu'Lima Jari Pencabut Jiwa'!"Wajah Prajna Singh jadi tegang. Diiringi

    suara menggembor amat keras, tiba-tiba perge-langan kaki Prabandari yang terjulur ke atastampak terkulai layu. Sekejap mata kemudian,tubuh Prabandari telah berubah jadi selembar

    kulit tanpa daging dan tulang!Prajna Singh melemparkan lembaran kulit yang di tangannya. Mendadak, kakek ini menjeritnyaring. Luka di bahu kirinya terasa panas bukanmain bagai ditempeli besi cap kuda yang habis di-tempa. Kalau ada orang terkejut karena disambarpetir, seperti itulah yang dirasakan Prajna Singh

    saat ini. Luka di bahu kirinya ternyata bertambahlebar dan semakin lama semakin terasa panas."Kurang ajar! Racun...! Racun...!" Prajna Singhmemekik-mekik melihat luka di bahu kirinya yangterus melebar dan membengkak. Dalam kekalu-tannya, terlintas di benak kakek ini sebuah ilmumengeluarkan racun yang pernah dipelajari di ne-

    geri kelahirannya, India.Bergegas Prajna Singh menggenjot tubuh-

    nya ke atas, lalu mendarat dalam keadaan terba-lik. Kedua telapak tangan menopang tubuhnya yang terjulur lurus ke atas. Kemudian, dia berge-rak melompat-lompat. Lompatan yang disertaipengerahan tenaga dalam membuat aliran darah-

    nya kacau, memberi tekanan ke kanan dan ke ki-

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    32/125

     

    ri. Luka di bahu kirinya segera mengalirkan darahkental kehitaman. Darah yang mengandung ra-

    cun itu lalu menggumpal di punggung telapaktangan kiri Prajna Singh.Sepuluh lompatan selanjutnya, panas yang

    dirasakan Prajna Singh berangsur-angsur lenyap.Kejernihan otaknya pulih kembali. Tubuhnya punmenjadi lebih segar.

    Pada lompatan selanjutnya, mendadak ki-

    tab putih yang ada di balik baju Prajna Singh me-loncat keluar. Saka Purdianta yang sedang men-gintai melototkan mata. Timbul niat buruk dalambenak pemuda ini. Kitab yang baru saja jadi rebu-tan Prajna Singh dan Prabandari tentu kitab ilmukesaktian yang luar biasa, demikian pikir SakaPurdianta. Maka tanpa pikir panjang lagi, pemuda

     yang pada dasarnya punya sifat jahat ini segerameloncat dari tempat persembunyiannya. Karenatelah tahu kesaktian Prajna Singh, dia mengelua-rkan seluruh kemampuan ilmu meringankan tu-buhnya, yang membuat loncatannya melebihi ke-cepatan anak panah lepas dari busur!

     Tahu ada bayangan orang berkelebat ke

    arahnya, Prajna Singh terkesiap. Cepat dia nor-malkan aliran darahnya. Karena masih dalamkeadaan berdiri terbalik, Prajna Singh tidak men-dapatkan cara lain untuk menghentikan maksudsi bayangan yang hendak menyambar kitabnya,kecuali menyampokkan gumpalan darah yang adadi punggung tangan kirinya!

    Srattt...!

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    33/125

     

    Saka Purdianta yang sudah merasa senangkarena akan dapat menyambar kitab putih den-

    gan mudah, mendadak memekik. Gumpalan da-rah bercampur racun yang hampir membeku me-nyiram mukanya. Karena terkejut, mulutnya jaditerbuka. Akibatnya, lebih dari setengah bagiangumpalan darah masuk tertelan dan tak dapatdimuntahkan lagi!

    Gagal sudah usaha Saka Purdianta yang

    hendak menyambar kitab putih yang tergeletak dilantai sekitar satu depa dari muka Prajna Singh.Loncatannya terhenti, dan tubuhnya berdiri ter-huyung-huyung karena pandangannya mulai ge-lap. Pada saat inilah cambuk tulang Prajna Singhmeluncur deras hendak memecahkan batok kepa-lanya

    Antara sadar dan tidak, Saka Purdiantamenjulurkan kedua tangannya ke depan untukmelindungi kepalanya. Apa yang terjadi sungguhdi luar dugaan. Cambuk tulang Prajna Singhhancur berantakan ketika membentur telapaktangan Saka Purdianta!

    "Celaka...!" pekik Prajna Singh. Kakek ini

    tak habis mengerti pada kejadian yang baru sajaterjadi. Cambuk tulangnya bukanlah senjatasembarangan. Untuk membuatnya membutuhkanwaktu yang cukup lama. Setelah tulang-belulangdirangkaikan menjadi satu jalinan, senjata itudimandikan sinar matahari selama tiga ratus ha-ri, mulai matahari muncul sampai terbenam, dan

    tak boleh sekejap pun tertimpa cahaya rembulan.

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    34/125

     

    Sesudahnya, direndam dalam tumpukan salju se-lama seratus hari. Usai digembleng, cambuk tu-

    lang itu disimpan di ruang gelap selama tujuh ha-ri, barulah kemudian dapat dipergunakan. Sela-ma malang-melintang di rimba persilatan, belumada satu pun senjata yang mampu menandingikekerasan cambuk tulang Prajna Singh. Semuasenjata tajam, baik yang terbuat dari logam biasamaupun logam simpanan, akan patah atau han-

    cur bila membentur senjata yang terbuat darirangkaian tulang-belulang manusia itu. Kecuali,sepasang kapak Prabandari yang memang berupasenjata mustika.

     Tapi, sekarang.... Kenapa senjata ampuhmilik Prajna Singh bisa hancur-berantakan saatmembentur telapak tangan Saka Purdianta? Bah-

    kan, urat-urat di sekujur tubuh Prajna Singh punturut bergetar menimbulkan rasa nyeri!Dalam keterkejutannya, Prajna Singh men-

    gira Saka Purdianta adalah setan gentayangan yang hendak membalas segala kekejamannya.Maka tanpa pikir panjang lagi, Prajna Singh me-mutar tubuh, lalu lari terbirit-birit keluar gua. Dia

    tidak peduli lagi pada kitab putih yang tergeletakdi lantai, yang baru saja dia pertahankan dengantaruhan nyawa.

    Beberapa saat setelah bayangan PrajnaSingh tak tampak lagi, Saka Purdianta jatuhpingsan. Entah berapa lama tubuhnya terbaringtelentang di lantai gua, yang Saka Purdianta tahu

    ketika siuman, ruangan gua telah remang-

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    35/125

     

    remang. Apa yang telah terjadi? Bagaimana tena-ga Saka Purdianta bisa berlipat ganda tapi otak-

    nya jadi gelap setelah tanpa sengaja minum darahPrajna Singh yang telah bercampur racun?Sebenarnya Prajna Singh pun tak tahu bila

    darahnya yang bercampur racun memiliki khasiatluar biasa. Racun yang masuk melalui babatankapak Prabandari dilawan kuat oleh darah putihPrajna Singh yang dibantu dengan ilmu 'Hawa

    Kodok Kahyangan'. Racun kapak yang bertemudengan darah putih menjadi senyawa yang beru-bah sifat menjadi anti racun yang amat kuat.Hingga apabila ada orang yang minum senyawadarah itu setetes saja, tenaganya akan bertambahbesar. Jadi, tak mengherankan apabila cambuktulang Prajna Singh hancur berantakan ketika

    berbenturan dengan telapak tangan Saka Pur-dianta yang telah minum senyawa darah PrajnaSingh cukup banyak. Karena tambahan tenagaitu berlangsung cepat, jantung Saka Purdiantapun berdegup lebih kencang dan berlanjut denganaliran darahnya yang kacau. Hal inilah yangmembuat Saka Purdianta jatuh pingsan.

    "Uh!" keluh Saka Purdianta sambil bangkitberdiri. Pandangan pemuda tampan ini masihberkunang-kunang. Hatinya diliputi perasaansangsi, apakah dirinya masih hidup.

    Saka Purdianta menggigit bibirnya. Karenamerasa sakit, sadarlah pemuda ini bila dirinyamasih berada di alam fana. Segera dia mengge-

    leng-gelengkan kepala untuk mengusir bayang-

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    36/125

     

    bayang gelap yang mengabuti pandangannya.Saka Purdianta menghela napas panjang

    saat melihat bangkai Prabandari yang tinggal ku-lit tipis bagai selembar kertas lebar. Pemuda itu jadi heran melihat lantai gua tempatnya berbaringtelah berlubang sejengkal mirip cap manusia.

    "Bagaimana tubuhku bisa jadi sedemikianberat sampai lantai gua yang keras ini pun dapatberlubang tertimpa tubuhku tatkala aku jatuh

    pingsan tadi?" tanya Saka Purdianta kepada dirisendiri.Selang beberapa saat, setelah ingatannya

    terkumpul kembali, Saka Purdianta mencium bauamis dan mulutnya terasa asin. Teringat dirinyatelah minum darah tanpa sengaja, segera SakaPurdianta mengambil sikap semadi untuk kemu-

    dian mengatur jalan pernapasannya.Heran tiada terkira Saka Purdianta. Pemu-da ini pun semakin tak habis mengerti. Tidak adatanda-tanda tubuhnya telah terserang racun.Bahkan, dia merasa tenaganya bertambah besar.Dirasa tak perlu melakukan semadi, dia lalubangkit berdiri. Mendadak, matanya bersinar

    aneh. Sekitar dua depa di hadapannya, tergolekkitab putih yang tadi hendak dirampasnya.

    Ketika kitab putih telah dipungutnya, SakaPurdianta mengumpat-umpat dalam hati. Bukankitab ilmu kesaktian yang didapatkannya, me-lainkan sebuah kitab yang sebetulnya tak pantasuntuk dimiliki Prajna Singh ataupun Prabandari.

    Sampul kitab putih itu bertuliskan : 'Seni Memi-

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    37/125

     

    kat Pria dan Wanita'."Gila...!" maki Saka Purdianta seraya me-

    remas kitab di tangannya. Pemuda ini terkejut se-tengah mati. Walau dia hanya mengerahkan se-perdelapan tenaga dalam, tapi kitab yang dire-masnya dapat hancur menjadi abu, bahkan me-nyemburkan lidah api biru.

    "Ya, Tuhan.... Apa yang telah terjadi padadiriku...?" sebut Saka Purdianta kemudian. Walau

    benaknya masih dipenuhi berbagai tanda tanya,pemuda ini berkelebat keluar dari gua. Merasatubuhnya dapat bergerak lebih ringan dari bi-asanya, dia tertawa terbahak-bahak.

    3

    Remaja tampan berpakaian putih penuhtambalan ini duduk di atas pelana kuda dengankening berkerut. Hembusan napasnya panjangdan berat, pertanda dia tengah memikirkan sesu-atu yang sulit Sementara kudanya melangkah pe-lan menapaki jalan kecil di pinggiran desa, diamendongak sebentar. Dilihatnya langit cerah sorehari. Lalu, remaja tampan yang menyelipkantongkat butut di pinggang ini menggaruk kepa-lanya walau tak terasa gatal.

    "Ini hari kedua aku mencari Kusuma aliasPutri Racun. Kalau sampai empat hari lagi akutak menemukannya, jiwa Arya Wirapaksi tak akantertolong lagi...," gumam si remaja. "Kasihan dia.

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    38/125

     

    Kasihan juga Baginda Prabu Arya Dewantara. Akutak dapat membayangkan bagaimana sedih hati

    beliau ketika menjumpai putra mahkotanya telahterbujur kaku menjadi mayat. Ah...."Sambil mendesah panjang, remaja tampan

    ini menggaruk kepalanya lagi. Melihat jalan pan- jang di depan yang tampak sepi, dia cengar-cengirdan tangan kanannya terus menggaruk-garuk,hingga rambutnya yang panjang jadi terburai tak

    karuan. Melihat sikap yang amat menyebalkanini, siapa lagi dia kalau bukan Suropati atau Pen-gemis Binal.

    "Hei...!" seru Suropati tatkala melihat seo-rang gadis meluncur di atas kuda yang munculdari kelokan jalan di depan.

    Karena seruannya tak mendapat sahutan,

    Suropati segera menggebah kudanya. Kuda yangditunggangi Suropati adalah kuda Adipati Danu-braja yang dipinjamkan kepadanya. Selain mem-punyai daya tahan tinggi yang membuatnya takcepat lelah, juga bertenaga dalam. Sehingga se-bentar saja Suropati telah dapat menyusul kuda yang berlari cukup jauh di depannya.

    "Hei...!" seru Suropati lagi.Gadis penunggang kuda menoleh. Raut wa-

     jahnya yang semula muram, berubah cerah men-dadak. "Oh, kau, Suro...," sahutnya seraya meng-hentikan laju kudanya.

    Mata Suropati berbinar melihat seraut wa- jah cantik yang telah dikenalnya. Gadis di atas

    punggung kuda yang berpakaian biru-biru adalah

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    39/125

     

    Puspita atau si Pedang Perak, salah seorang darikepercayaan Prabu Arya Dewantara. Suropati

    mengenalnya tatkala Puspita menyusup ke sarangPerkumpulan Bidadari Lentera Merah untuk me-numpas sekelompok orang yang hendak makarterhadap kerajaan itu (Baca serial Pengemis Binaldalam episode : "Bidadari Lentera Merah").

    "Kebetulan sekali aku berjumpa denganmudi tempat ini, Suro...," ujar Puspita dengan mata

    berbinar pula."Kebetulan pula aku berjumpa denganmu.Ada sesuatu yang harus kusampaikan kepada-mu," sahut Suropati.

    "Hmm.... Yah! Beberapa hari ini aku men-carimu. Setiap anggota Perkumpulan Pengemis Tongkat Sakti yang kutanya tak dapat menunjuk-

    kan di mana kau berada. Aku butuh bantuanmu,Suro. Dan, aku membawa sepucuk surat dari Ba-ginda Prabu untuk disampaikan kepadamu."

    Usai berkata, Puspita mengeluarkan gu-lungan kertas kecil dari balik lipatan bajunya. Su-ropati menerimanya tanpa turun dari punggungkuda. Sebelum membuka gulungan kertas, dia

    menatap wajah cantik Puspita dalam-dalam."Kenapa kau menatapku seperti itu, Suro?"

    tanya Puspita, sedikit jengah."Setelah lama kita tak berjumpa, kau tam-

    bah cantik saja," puji Suropati. "Kau masih se-nang tinggal di istana?"

    Puspita diam. Pendekar pedang ini menun-

    duk dalam. Tak mampu membalas tatapan Suro-

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    40/125

     

    pati."Bagaimana kabar Kapi Anggara?" tanya

    Suropati lagi. Kapi Anggara atau Pendekar Asma-ra juga sahabat baik Suropati. Dalam menjalan-kan tugas yang diembankan Prabu Arya Dewanta-ra, Kapi Anggara biasanya selalu bersama Puspi-ta.

    "Dia baik-baik saja, Suro," jawab Puspita."Karena suatu hal, kami harus berpisah."

    "Kau bertengkar?""Ah, sudahlah. Kenapa kau bertanya yangtidak-tidak. Bacalah surat dari Baginda Prabuitu."

    Perlahan sekali Suropati membuka gulun-gan kertas yang dibawanya. Tak ada perubahanraut wajah tatkala Suropati membaca tulisan

     yang tertera. Remaja tampan ini memang telahmenduga isi yang tersirat sebelumnya.

    Untuk Pendekar Budiman Suropati, Pemim-  pin Perkumpulan Pengemis Tongkat Sakti. Bukansekali-dua Kerajaan Anggarapura membutuhkan pertolonganmu. Untuk itu, saya haturkan banyak

    terima kasih. Namun, kali ini istana dilanda musi- bah lagi. Putra mahkota Arya Wirapaksi menghi- lang. Ssya sudah menyebar tokoh istana, tapi ha- silnya sia-sia belaka. Bila kau baca surat ini, sudi- lah kau membantu mencarinya. Budi baikmu akantercatat dalam sejarah kerajaan.

    Arya Dewantara

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    41/125

     

    "Arya Wirapaksi di tempat yang aman seka-rang," beri tahu Pengemis Binal. Suaranya ringan

    dan datar, namun tersimpan kekhawatiran."Jadi, kau sudah menemukan Arya Wira-paksi?" kejut Puspita. Sinar matanya menyala-nyala, terbawa luapan rasa gembira.

    Suropati mengangguk lemah."Di mana dia? Kita harus membawanya

    kembali ke istana. Baginda Prabu sangat cemas

    memikirkan keadaannya."Pengemis Binal menggeleng "Tidak mung-kin," ucapnya, perlahan dan hampir tak dapat di-dengar.

    "Kau bilang apa, Suro? Arya Wirapaksi takmungkin dibawa kembali ke istana? Kenapa? Apa yang telah terjadi pada dirinya?" cecar Puspita.

    Kegembiraan di hatinya langsung hilang, bergantidengan kekhawatiran."Ingatannya telah hilang.""Hah?!"Bukan main terkejutnya si Pedang Perak.

    Kalau saja yang bicara bukan Suropati, gadis can-tik ini tentu tak akan percaya pada apa yang telah

    didengarnya."Apa maksudmu, Suro? Apakah... apakah

    dia telah....""Tenanglah. Saat ini Kakek Wajah Merah

    tengah merawatnya di Pendapa Kadipaten Bumi-raksa."

    "Kakek Wajah Merah? Tabib ternama itu?"

    "Ya. Dan menurut penuturannya, usia Arya

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    42/125

     

    Wirapaksi tinggal empat hari saja."Mengelam paras Puspita mendengar pem-

    beritahuan Pengemis Binal. Saking terkejutnya,mulut gadis ini sampai terbuka beberapa saat."Bagaimana bisa begitu, Suro? Apakah dia benar-benar tak dapat ditolong lagi?"

    "Arya Wirapaksi telah mempelajari sebuahilmu kesaktian dahsyat. Entah karena dia kelirumenerapkannya atau karena suatu hal yang lain,

     jalan pikirannya jadi terganggu. Bila sedang kam-buh, dalam jiwanya terkandung keinginan mem-bunuh. Tak peduli siapa pun dia, semua yang di-temuinya akan dibunuhnya...."

    "Celaka!" seru Puspita sambil mendekapmulutnya.

    "Kakek Wajah Merah mengatakan bahwa

    otak Arya Wirapaksi telah tercampuri racun ga-nas, sehingga dia tak dapat berpikir jernih lagi.Karena otaknya telah bercampur racun, dia takmungkin hidup lama. Empat hari lagi dia akanmati."

    "Aku harus memberitahukan hal ini kepa-da Baginda Prabu," ujar si Pedang Perak.

    "Tunggu dulu!" cegah Suropati melihatPuspita hendak menggebah kudanya.

    "Ada apa lagi, Suro. Aku tak punya waktu.Dari sini untuk menuju istana butuh waktu se-tengah hari. Ini gawat Baginda Prabu harus cepatdiberi tahu. Kau carilah Kapi Anggara. Suruh diakembali ke istana. Ceritakan apa yang kau keta-

    hui."

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    43/125

     

    'Tunggu dulu, Puspita! Aku belum selesaibicara!" ujar Pengemis Binal, setengah memben-

    tak. "Apa lagi yang akan kau katakan?" bumPuspita, tak sabaran.

    "Daripada kembali ke istana, bantulah akumencari Putri Racun."

    "Putri Racun? Siapa dia?""Dia seorang ahli racun yang telah berumur

    lebih dari satu abad, tapi wajahnya masih cantik- jelita persis gadis berumur dua puluh tahunan.""Kenapa bisa begitu? Dia mempunyai ilmu

    awet muda? Kalau sudah kita temukan, apakahdia bisa menolong nyawa Arya Wirapaksi?"

    "Mudah-mudahan begitu. Aku juga pernahdisembuhkan olehnya. Dulu darahku pernah ter-

    campuri racun ganas yang membuat seluruh ke-saktianku lenyap, dan Putri Racun-lah yang me-nyembuhkannya."

    "Kau katakan tadi Putri Racun telah beru-mur satu abad lebih tapi wajahnya masih cantik- jelita, kenapa bisa begitu?"

    "Sejak muda dia tinggal di Kerajaan Silu-

    man milik Nyai Catur Asta. Di sana, dia tak ikutdalam putaran waktu."

    "Kalau begitu, kita cari dia sekarang. Tapi,ke mana?" (Tentang Putri Racun, silakan bacaserial Pengemis Binal dalam episode : "Petaka Ke-rajaan Air").

    Kening Pengemis Binal berkerut. Ketika se-

    dang menggaruk kepalanya yang tak gatal, wajah

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    44/125

     

    Pemimpin Perkumpulan Pengemis Tongkat Saktiini jadi tampak lucu dan bodoh.

    "Seandainya ada Saka Purdianta atau siDewa Guntur, kita bisa minta pertolongan kepa-danya...," ucap Suropati. "Pemuda itu mempunyaiilmu 'Pelacak Jejak'. Dia bisa mendengar getarantubuh seseorang dari jarak ribuan tombak."

    "Dia tak bersama kita, Suro. Jangan berpi-kir macam-macam. Saka Purdianta belum tentu

    mau membantu. Kudengar, dia adalah musuh be-sarmu. Dia sangat membencimu. Mana mungkindia mau memberi pertolongan."

    "Itu dulu," sergah Pengemis Binal, cepat,"Sejak ayah Saka Purdianta, Tumenggung SanggaPercona meninggal, dia telah insyaf dan kukiradia telah menjadi orang baik-baik sekarang. Dia

    pernah membantuku untuk menumpas pembe-rontakan I Halu Rakryan Subandira di KerajaanPasir Luhur." (Baca serial Pengemis Binal dalamepisode : "Pemberontakan Subandira").

    "Hmm.... Yah! Tapi, kita tak punya waktubanyak. Sebaiknya kita cari Putri Racun secepat-nya. Barangkali juga kita bisa berjumpa dengan

    Saka Purdianta, dan dia bersedia membantu.""Itu gagasan bagus. Kita ke kota Kadipaten

     Tanah Loh sekarang," cetus Suropati penuh keya-kinan.

    "Kenapa mesti ke sana?""Kupikir dia di sana. Kalau dia di kotapraja

    atau di kota Kadipaten Bumiraksa atau tempat-

    tempat di sekitarnya, anak buahku pasti sudah

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    45/125

     

    menemukannya."Puspita mengangguk, lalu menggebah ku-

    danya kuat-kuat Pengemis Binal berbuat serupa.Kuda mereka pun melaju cepat. Hari sudah ham-pir gelap ketika mereka memasuki pintu gerbangkota Kadipaten Tanah Loh.

    "Sudah lama kudengar arak merah KedaiMelati tersohor harum dan nikmat. Tidakkah kitalebih baik mencoba satu-dua cawan sambil mele-

    pas lelah, Puspita?" cetus Pengemis Binal sambilmemperlambat laju kudanya.Si Pedang Perak tak memberi tanda perse-

    tujuan, tapi dia memperlambat juga laju kudanya.Suropati menduga si gadis menyetujui ga-

    gasannya. Maka, remaja tampan ini lalu meng-hentikan kudanya di depan sebuah kedai besar

     yang lebih pantas disebut rumah makan.Ketika menambatkan kudanya, Suropatimelihat seekor kuda merah gagah-tegap dan ba-gus sekali. Seluruh bulu tubuhnya berwarna me-rah, termasuk keempat kakinya. Polos, tiada nodawarna lain. Suropati menambatkan kudanya disamping kuda yang menarik perhatiannya itu.

    Pengemis Binal memasuki kedai denganlangkah tenang. Remaja tampan ini sama sekalitak mempedulikan tatapan orang yang ditujukankepadanya. Pakaiannya yang penuh tambalantentu saja menarik perhatian orang. Tapi melihatPuspita yang berpakaian bagus berjalan di si-sinya, orang-orang jadi tahu bila Suropati bukan-

    lah orang sembarangan.

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    46/125

     

    Suropati dan Puspita mengambil tempatduduk di pojok utara yang kebetulan kosong. Sa-

    tu tombak dari jendela, duduk seorang pemudatampan berpakaian ungu-hitam. Cara berpa-kaiannya menunjukkan bahwa dia mengerti ilmusilat. Seorang diri dia minum araknya.

    Suropati merasa heran melihat wajah pe-muda yang tengah minum arak itu. Wajahnya yang halus sepertinya hanya pantas dimiliki oleh

    seorang gadis. Gerak-geriknya pun lemah-lembut.Di sebelah timur pemuda itu, terpaut satu mejakosong, duduk dua orang lelaki berwajah kasar.Yang satu gemuk dan satunya lagi kurus. Asyiksekali dua lelaki itu menenggak araknya. Dua po-ci besar berada di atas mejanya. Agaknya merekaadalah jago-jago minum. Yang membuat Suropati

    tertarik adalah sikap kedua lelaki berwajah kasaritu yang sering melirik si pemuda tampan berpa-kaian ungu-hitam.

    Pemuda tampan yang mirip wanita ituagaknya sudah terlampau banyak minum. Sikapduduknya sudah tak lagi tegak. Dilihat dari airmukanya, dia seperti sedang bersusah hati. Ter-

    bukti dari kepalanya yang sebentar-sebentar di-goyang-goyangkan dan tangannya yang mengepal-ngepal. Beberapa kali terdengar suara ngorok daridalam perutnya.

    "Pemuda itu menyimpan beban batin berat,sepertinya mempunyai urusan besar. Tapi, kena-pa dia masih saja melanjutkan minumnya? Ti-

    dakkah dia menyadari bila sedang diincar dua

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    47/125

     

    orang jahat? Apakah dia benar-benar begitu to-lol?" pikir Pengemis Binal.

    Sementara, Puspita yang duduk di sisi Su-ropati sama sekali tak memperhatikan keadaan disekelilingnya. Dia benar-benar menikmati arakmerah yang telah disajikan. Sebelum diangkat se-bagai orang kepercayaan Prabu Dewantara, Pus-pita adalah seorang pendekar pedang yang sukaberpetualang. Jadi, soal minum arak, dia sudah

    terbiasa walau dia seorang gadis.Sementara itu, si gemuk di timur terdengarberseru, "Hayo, Kawan, kau harus minum dua ra-tus cawan! Tidak boleh curang!"

    Sang kawan yang bertubuh kurus mengge-drukkan kaki ke lantai. "Kau sinting!" bentaknya."Kau sendiri belum habis sepuluh cawan, sudah

    mendesak aku untuk minum dua ratus cawan!""Bodoh! Tubuhmu kurus. Kau membutuh-kan lebih banyak air agar tubuhmu lekas gemuk,dan bisa jadi panas setiap kali minum. Untuk itu,paling sedikit kau harus minum dua ratus cawan. Tidak boleh kurang!"

    "Kentut busuk! Kentut bau!" maki si kurus

    dengan hati tambah dongkol. "Tidak! Aku tidakmau minum lagi. Cukuplah sampai di sini!"

    "Eh! Tidak mau minum?! Kupaksa kau!"ujar si gemuk seraya mengangkat salah satu pociarak untuk kemudian dituangkan ke mulut te-mannya.

    Si kurus mendengus gusar. Dia tampak

    naik pitam. Dengan kasar ditepisnya tangan si

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    48/125

     

    gemuk. Karena si gemuk memaksa, cairan arakmerah tumpah menyiram wajah dan pakaian si

    kurus."Keparat kau!" caci si kurus seraya menon- jok wajah si gemuk, tapi berhasil dikelitkan. Sigemuk terus memaksa, hingga bergumullah me-reka. Seperti disengaja, pergumulan mereka me-nabrak meja pemuda tampan berpakaian ungu-hitam.

    "Kurang ajar!" geram si pemuda serayabangkit dari duduknya. Tanpa disadari oleh pe-muda ini, karena gerakannya tergesa-gesa, kan-tung sulam yang terikat di pinggangnya jatuh kelantai. Dan, dari dalam kantung itu meloncat ke-luar beberapa keping uang emas.

    Mendengar suara gemerincing jatuhnya

    uang logam, si gemuk dan temannya menghenti-kan pergumulan mereka. Mata kedua orang initerbeliak melihat beberapa keping uang emas ber-ceceran di lantai. Namun sebelum mereka berha-sil meraupnya, si pemuda tampan meloncat un-tuk menghalangi niat buruk si gemuk dan te-mannya.

    "Maling busuk! Kalian hendak merampasuangku?!" bentak si pemuda tampan dengan ta-tapan garang menyimpan amarah.

    Si gemuk dan temannya cepat bangkit. Ka-rena ketahuan niat jahat mereka, wajah mereka jadi bersemu merah menahan rasa malu.

    "Siapa hendak merampas uangmu?!"

    pungkir si gemuk.

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    49/125

     

    "Jangan sembarang menuduh orang! Kuha- jar kau nanti," ancam si kurus turut memungkiri

    niat jahatnya.Menyaksikan ketiga orang ini ribut dan se-perti hendak berkelahi, beberapa orang pengun- jung kedai meninggalkan tempat duduknya untukmelerai. Sementara, Suropati tertawa dalam hatimelihat ulah si gemuk dan temannya. Jelas sekalibila mereka bukanlah orang baik-baik. Mereka

    sengaja bergumul hanya untuk menjatuhkankantung uang emas si pemuda tampan untuk di-rampas. Hanya karena si pemuda tampan lebihcepat bertindak, maksud mereka jadi tak kesam-paian.

     Tanpa mempedulikan lagi si gemuk dantemannya yang terus menatapnya dengan tajam,

    si pemuda tampan memunguti uang emasnya yang berceceran di lantai, lalu memasukkannyakembali ke kantung sulam. Beberapa orang yangsemula hendak melerai kembali ke tempat dudukmasing-masing.

    Pengemis Binal yang seringkali berperilakukonyol tiba-tiba bangkit dari tempat duduknya.

    "Kalian sudah sinting! Kenapa ribut-ribut denganteman sendiri?!" bentaknya seraya mendorongdada di gemuk dan temannya. Tanpa sepengeta-huan mereka, Suropati meraba saku mereka danmengambil uangnya. Setelah itu, Suropati mendo-rong dada mereka lebih keras, hingga mereka ja-tuh ke lantai dan mengerang kesakitan.

    "Bangsat kau!" hardik si gemuk. "Kenapa

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    50/125

     

    mencampuri urusan orang?!""Sudah. Sudahlah! Kalianlah yang bersa-

    lah. Kalian telah menubruk orang. Seharusnyakalian minta maaf, bukannya malah marah-marah seperti itu," ujar Suropati. "Lanjutkan sajaminum kalian. Kalau masih belum puas, minum-lah di rumah sampai jebol perut kalian!"

    Merasakan dorongan keras Suropati, sigemuk dan temannya tahu bila remaja berpa-

    kaian penuh tambalan ini bukanlah orang semba-rangan. Maka, mereka segera mengambil tempatduduk lagi walau disertai gerutu panjang-pendek.

    Pemuda tampan berpakaian ungu-hitammengangkat cawannya ke arah Pengemis Binal."Saudara baik sekali. Mari minum bersama,"ajaknya.

    Suaranya menyebarkan bau arak yang ke-ras."Terima kasih. Aku sudah punya teman,"

    tolak Suropati sambil mengalihkan pandangan kePuspita yang tetap duduk tenang di kursinya.

    "Ajaklah teman itu untuk turut minumbersama," buru si pemuda tampan.

    "Terima kasih. Aku menghargai ajakanSaudara. Tapi, untuk kali ini aku tidak bisa me-nerimanya," tolak Suropati lagi. Remaja tampanini lalu kembali ke tempat duduknya semula. Sipemuda tampan pun agaknya tak merasa tersing-gung atas tolakan Suropati.

    Sementara, si gemuk dan temannya duduk

    dengan wajah ditekuk. Agaknya kedua orang ini

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    51/125

     

    masih mendongkol. Mata mereka menatap si pe-muda tampan dengan tajam. Si kurus bangkit da-

    ri duduknya. Bukan untuk membuat perkara lagi,melainkan berteriak memanggil pelayan. Seorangpelayan setengah baya datang tergopoh-gopoh.

    Pelayan setengah baya menyebutkan jum-lah uang yang harus dibayar. Si kurus merogohsaku bajunya. Namun, betapa terkejutnya lelakiberwajah kasar ini. Dia tak dapat menemukan

    uang yang tersimpan di dalam saku bajunya."Uangku...?" desis si kurus dengan mata je-lalatan. Tangannya sibuk meraba-raba saku bajudan celananya. Karena masih tak dapat menemu-kan apa yang dicarinya, mata lelaki ini tambah je-lalatan. "Uangku...? Uangku...?" desisnya beru-lang kali.

    "Kenapa dengan uangmu?" tanya si gemukdengan air muka amat keruh."Uangku hilang!" beri tahu si kurus. Tubuh

    lelaki ini mendadak terkulai layu dan jatuh ter-duduk di kursinya tanpa sadar.

    "Keparat! Jangan kau tipu aku!" hardik sigemuk. "Kau ajak aku minum di sini, bukankah

    kau yang bayar! Sekarang kau hendak bikin ulah.Kau minta aku yang bayar, bukan?!"

    Mendengar bentakan temannya, wajah sikurus makin pucat-pasi saja, "Sungguh! Aku ti-dak bohong! Uangku benar-benar hilang!" beri ta-hunya dengan penuh kesungguhan.

    Usai berkata, si kurus mengedarkan pan-

    dangan ke lantai kedai. Tentu saja dia tak akan

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    52/125

     

    dapat menemukan uangnya di lantai karena sikonyol Suropati telah mengambilnya secara diam-

    diam tadi."Sungguhkah uangmu hilang?" tanya sigemuk, mulai percaya pada keterangan teman-nya.

    "Ya! Ya! Untuk apa aku berbohong!" tegassi kurus. "Kau bayarlah dulu. Aku hutang kepa-damu!"

    Si gemuk menyeringai seperti monyet men-ginjak tahi. Lelaki bertubuh tambun ini tak me-nemukan pula uangnya di saku bajunya. Untukbeberapa saat, dia tak dapat membuka suara.Hanya matanya yang melotot lebar.

    "Celaka!" desis si gemuk akhirnya. "Adaapa?" tanya si kurus, tak mengerti. "Uangku juga

    hilang!"Pengemis Binal berusaha keras untuk da-pat menahan tawanya ketika melihat si gemukdan si kurus celingukan ke sana kemari untukmencari uang mereka yang mereka pikir tentu ter- jatuh ke lantai. Sementara, pelayan setengahbaya yang menunggu pembayaran jadi tak saba-

    ran."Cepatlah bayar! Tunggu apa lagi?! Masih

    banyak tugas yang harus kukerjakan!" ujar si pe-layan dengan nada keras.

    Si kurus menatap wajah pelayan lekat-lekat, lalu dilemparnya sebuah senyum. "Boleh-kah saya membayar lain kali saja?" rayunya den-

    gan raut wajah dibuat seperti tak berdosa.

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    53/125

     

    Pelayan setengah baya mendengus. Tanpaberkata apa-apa, lelaki ini lalu masuk ke ruang

    dalam. Hanya dalam beberapa kejap mata, dia te-lah kembali bersama lelaki gendut berpakaian ba-gus yang tak lain si pemilik kedai.

    "Tuan, uang kami hilang. Kami harap Tuanbisa mengerti. Kami akan membayar di lain wak-tu...," pinta si kurus yang telah mengenali si pe-milik kedai.

    "Tidak! Kedai ini akan bangkrut bila akumengizinkan orang berhutang!" bentak pemilikkedai, garang sekali.

    Pelayan setengah baya yang sudah merasatak senang pada si gemuk dan si kurus turutangkat bicara. "Kedatangan kalian ke kedai iniapakah bukan sengaja untuk membuat onar?!

    Sudah minum sepuas-puasnya, malah berlagakberkelahi sampai menubruk orang! Kalau bukanhendak membuat onar, mau apa lagi?!"

    "Jika kalian benar-benar tak punya uang,buka semua baju kalian!" tambah pemilik kedai.

    Kasar dan keras sekali perkataan pemilikkedai. Melihat wajah si gemuk dan si kurus yang

    makin pucat-pasi, seluruh pengunjung kedai jaditertawa. Pengemis Binal pun tak kuasa lagi me-nahan tawanya. Dia tertawa terkekeh-kekeh sam-pai matanya berkaca-kaca. Puspita yang duduk disampingnya turut tertawa pula. Hanya pemudatampan berpakaian ungu-hitam yang tak mem-perlihatkan perubahan. Raut wajahnya tetap mu-

    ram.

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    54/125

     

    "Memang mereka berdua hendak membuatonar...!" beberapa orang turut bicara untuk mem-

    beratkan kesalahan si gemuk dan si kurus."Cepat buka baju kalian!" bentak pemilikkedai makin kasar dan keras.

    Si gemuk dan si kurus saling pandang. Terpaksa kedua lelaki berwajah kasar ini membu-ka baju mereka.

    Pemilik kedai mengamati sebentar dua po-

    tong baju yang diberikan padanya. Lalu, dilihat-nya dua poci besar di meja yang semula ditempatisi gemuk dan si kurus. Lelaki gendut ini kemu-dian menggerendeng.

    "Kalian telah menghabiskan dua poci arakmerah yang paling baik. Dua potong baju saja be-lum cukup untuk membayarnya!" ujar pemilik

    kedai. "Buka celana kalian!"Selagi seluruh pengunjung kedai tertawabergelak mendengar ucapan pemilik kedai, si ge-muk dan si kurus mendelikkan mata. Tubuh me-reka kontan terasa lemas. Tanpa sengaja kedualelaki itu melihat Suropati yang tengah tertawaterbahak-bahak keras sekali.

    "Keparat!" umpat si gemuk dalam hati. "Ke-tika bocah edan itu mendorong dadaku tadi, diatentu telah mengambil uangku. Hmmm.... Tunggupembalasanku!"

    "Hei! Kenapa malah bengong?! Cepat bukacelana kalian!" bentak pemilik kedai.

    Si gemuk menatap wajah pemilik kedai se-

    bentar, lalu membuka celananya. Perbuatannya

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    55/125

     

    segera diikuti oleh si kurus. Dengan menyimpanrasa malu dan marah luar biasa, kedua lelaki ini

    berlari keluar kedai hanya dengan mengenakancawat. Tawa riuh-rendah seluruh pengunjung ke-dai mengiringi kepergian mereka.

    Puas sekali hati Pengemis Binal berhasilmempermainkan mereka. Begitu tawanya berhen-ti, remaja konyol ini mengeringkan dua cawanaraknya. Ketika menoleh ke arah pemuda tampan

    berpakaian ungu-hitam, kening Pemimpin Per-kumpulan Pengemis Tongkat Sakti ini berkerut.Digaruk-garuknya kepalanya yang tak gatal

    "Sudah pasti si gemuk dan temannya tadibukan orang baik-baik. Mendapat hinaan sepertibarusan, mereka tentu berniat untuk membalas.Hmm..., Kemungkinan besar mereka akan kemba-

    li dengan membawa banyak teman atau barang-kali memanggil ketua mereka..." pikir Suropati."Jangan-jangan mereka menimpakan kesalahanpada pemuda tampan itu. Kasihan sekali dia. Pe-muda tampan itu tak tahu apa-apa. Sudah punyamasalah berat yang membuat wajahnya muram,kini justru akan dibebani masalah lagi. Ini gara-

    gara ulahku! Bodoh sekali aku ini!"Puspita terkejut ketika tiba-tiba Pengemis

    Binal menggaplok kepalanya sendiri."Eh, kau kenapa, Suro?" tanyanya, heran."Emmm... Ah! Tak apa-apa. Hanya ada la-

    lat yang hinggap di kepalaku," jawab Suropati se-kenanya sambil cengar-cengir.

    Karena merasa kasihan pada pemuda ber-

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    56/125

     

    pakaian ungu-hitam, Suropati berniat mengajak-nya untuk cepat-cepat meninggalkan kedai. Na-

    mun sebelum remaja konyol ini bangkit dari tem-pat duduknya, di depan kedai terdengar suara ri-but-ribut. Disusul kemudian, belasan lelaki yangwajahnya rata-rata bengis serta bertubuh tinggi-besar, masuk ke kedai menimbulkan suara derapkeras karena langkah mereka sengaja diperberat.

    4Di antara belasan orang kasar itu terlihat si

    gemuk dan si kurus yang telah berpakaian leng-kap kembali. Wajah kedua orang yang bam sajadipermainkan Pengemis Binal itu terlihat tegangdan menampakkan sebuah ancaman kematian.Begitu melihat Suropati masih duduk di tempat-nya, si gemuk menggembor seraya menuding.

    "Itulah bocah edan itu!"Lima orang lelaki menghampiri Pengemis

    Binal serempak. Sedang yang lainnya, mengikutisi kurus yang menghampiri pemuda tampan ber-pakaian ungu-hitam.

    Dengan datangnya belasan lelaki bertam-pang bengis itu, pengunjung kedai jadi panik.Yang bernyali kecil segera membayar sejumlahuang sebagai pengganti arak yang telah diminum,lalu beranjak pergi dengan tergopoh-gopoh.

    Si gemuk yang air mukanya masih keruhdan tampak mendongkol sekali, tanpa berkata

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    57/125

     

    apa-apa langsung melayangkan telapak tangankanannya untuk menampar Pengemis Binal. Tapi

    sebelum tangannya yang besar dan berbulu lebatmengenai sasaran, dia menjerit kesakitan denganbola mata melotot lebar!

    "Auw...! Aduh...!"Di tengah jerit kesakitan si gemuk, terden-

    gar suara berdebam. Tubuhnya yang hampir se-besar kerbau terbanting ke lantai dengan amat

    kerasnya. Beberapa pengunjung kedai yang masihberada di tempatnya tertawa geli melihat si gemuk yang menggelepar-gelepar berusaha bangun, tapimendapat kesulitan karena dia jatuh dengan pe-rut di bawah. Ketika berhasil bangun, terlihatmulutnya berdarah. Empat buah giginya telahtanggal karena membentur lantai yang keras.

    Puspita atau si Pedang Perak cuma terse-nyum-senyum saja. Gadis cantik ini dapat meli-hat bagaimana Pengemis Binal menelikung perge-langan tangan si gemuk, lalu menghempaskannyake lantai.

    "Kubunuh kau! Kubunuh kau!" ancam sigemuk seraya mencabut golok yang disandangnya

    di pinggang.Pengemis Binal tersenyum kecil walau re-

    maja konyol ini melihat bahaya mengancam ji-wanya. Timbul suara berdesing ketika golok sigemuk berkelebat. Namun sebelum kepala Pen-gemis Binal terpenggal, tubuhnya yang besar ja-tuh ke lantai lagi. Kali ini terdengar berdebam le-

    bih keras. Orang-orang yang menyaksikan peris-

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    58/125

     

    tiwa ini terkejut bukan main. Apalagi si gemuksudah tak bangun-bangun lagi. Dia pingsan.

    Agaknya ketika sambaran golok hampir mengenaisasaran, Pengemis Binal berhasil menendang pe-rut si gemuk, hingga dia jatuh telentang. Karenakepalanya membentur lantai cukup keras, kesa-darannya jadi hilang.

    "Kita bunuh dia! Kita bunuh dia!" teriakteman-teman si gemuk seraya mencabut golok

    masing-masing. Si kurus dan beberapa temannya yang semula menghampiri pemuda tampan ber-pakaian ungu-hitam pun turut mengepung Suro-pati.

    Melihat gelagat kurang baik yang kemung-kinan besar akan terjadi pertumpahan darah, pa-ra pengunjung kedai yang tertinggal kontan me-

    nyingkir. Tidak terkecuali para pelayan dan pemi-lik kedai. Sementara, si kurus yang digeluti ama-rah luar biasa melihat temannya telah tergeletaktak berdaya segera memberi aba-aba kepada te-man-temannya.

    "Cincang tubuhnya!" Tapi sebelum Pengemis Binal benar-benar

    dihujani sambaran golok, terdengar teriakan lan-tang. "Hentikan...!"

    Suara bentakan itu amat keras dan berwi-bawa, terlebih lagi dialiri tenaga dalam. Hingga,orang-orang yang mendengarnya jadi terpaku ditempatnya tanpa tahu apa yang harus diperbuat.Hebatnya, beberapa golok yang sudah dibabatkan

    pun tampak berhenti di udara.

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    59/125

     

    Suropati dan Puspita melihat kehadiranseorang lelaki tua bertubuh tinggi-besar. Dia ber-

    diri berkacak pinggang di pintu kedai. Wajah ka-kek itu penuh bulu kasar. Begitu juga dengan ku-lit tubuhnya. Dahi dan kedua pipinya terdapatbanyak sekali luka goresan senjata tajam. Ram-butnya yang panjang dikuncir jadi dua. Pakaian-nya yang mirip jubah berwarna kuning tampakkotor sekali. Dia adalah Prajna Singh!

    "Pergi kalian semua!" usir kakek yang be-rasal dari India itu.Belasan lelaki kasar yang agaknya telah

    mengenal siapa Prajna Singh tampak terkejut se-kali. Tanpa pikir panjang lagi mereka segera ke-luar kedai. Tubuh si gemuk yang belum sadar da-ri pingsannya mereka seret beramai-ramai.

    "Ya! Ya! Keluarlah kalian semua!" pemudatampan berpakaian ungu-hitam turut angkat bi-cara diselingi tawa terkekeh-kekeh. Bola matanyamembesar dan kedua tangannya tiada hentimenggebah-gebah seperti sedang mengusir ayam."Hayo! Cepat keluar semua! Keluar!" tambahnyatanpa mempedulikan beberapa lelaki kasar masih

    sempat menatap tajam ke arahnya dengan penuhancaman.

    Prajna Singh menatap sebentar ke wajah sipemuda tampan. Tahu dia sedang mabuk, kakekbermuka buruk mengalihkan pandangan. Dita-tapnya Pengemis Binal dan Puspita yang dudukberdampingan. Tapi, agaknya dia tak bercuriga

    apa-apa.

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    60/125

     

    "Mana pemilik kedai ini?!" teriak PrajnaSingh dengan suara keras seperti guntur.

    "Ya... ya... ya...," terdengar suara si gendutpemilik kedai yang muncul tiba-tiba dari bawahmeja. Tubuhnya gemetar dan dibanjiri keringatdingin. Agaknya lelaki ini terserang rasa takut yang sangat. "Maaf... maaf, Tuan.... Aduh...!"

    Ucapan pemilik kedai dihentikan oleh jeritkesakitannya sendiri. Tanpa tahu apa yang terja-

    di, dia merasa tubuhnya limbung ke kanan dan jatuh berdebam di lantai. Prajna Singh telah me-namparnya. Untung tamparannya hanya meng-gunakan tenaga luar, hingga kepala pemilik kedaitidak sampai pecah.

    Mendadak, dari ruang dalam muncul pe-layan setengah baya dengan pisau pemotong dag-

    ing di tangan. Dia meloncat kencang sekali hen-dak membacok dada Prajna Singh. Tapi....Creppp...!"Wuahhh...!"Cepat sekali gerakan Prajna Singh. Tahu-

    tahu kelima jari tangannya telah menancap di ba-tok kepala si pelayan. Saat Prajna Singh meng-

    gembor, tiba-tiba tubuh si pelayan terangkat naikdalam keadaan tegak lurus dengan kaki terjulurke atas. Satu kejap mata kemudian, tubuh si pe-layan telah terkulai layu menjadi selembar kulittanpa daging dan tulang!

    "Ha ha ha...! Kerbau dungu! Kenapa kauhendak membokong Prajna Singh, hah?! Kau ra-

    sakan sekarang ilmu 'Lima Jari Pencabut Jiwa'-

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    61/125

     

    ku. Ha ha ha...!"Betapa terperanjatnya Suropati dan Puspi-

    ta menyaksikan kehebatan kakek tinggi-besar ini.Bagaimana mungkin tubuh manusia yang meng-gumpal besar terdiri dari daging, tulang, darah,dan lain sebagainya bisa diubah jadi selembar ku-lit tipis bagai lembaran kertas saja layaknya? Pe-muda tampan berpakaian ungu-hitam yang ten-gah mabuk pun tak kalah terperanjatnya. Dia

    sampai menjomblak bangkit dari duduknya den-gan mulut terbuka lebar."Kau telah mempermainkan dua anak bua-

    hku, Keparat! Agaknya kau pun harus merasakanilmu 'Lima Jari Pencabut Jiwa'!"

    Di ujung kalimatnya, Prajna Singh meng-hampiri pemilik kedai yang masih merintih kesa-

    kitan di lantai sambil mendekap pipinya yang me-rah matang. Mulutnya terlihat berlelehan darahsegar. Dapat dipastikan tidak kurang lima giginyatelah tanggal.

    Sebelum Prajna Singh melakukan pembu-nuhan lagi, cepat Pengemis Binal meloncat untukmenghadang langkah Prajna Singh.

    "Tahan...!" sergah Pengemis Binal. "Bukandia yang bersalah. Akulah yang mempermainkananak buahmu!"

    Prajna Singh menatap tajam seraut wajahtampan di hadapannya. Namun, kepalanya segeramenggeleng-geleng. "Bukan... bukan kau. Pemilikkedai itulah yang telah menelanjangi anak bua-

    hku!"

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    62/125

     

    "Bukan dia! Juga bukan pemilik kedai. Ta-pi, akulah orangnya. Aku yang menelanjangi anak

    buahmu tadi...!"Pengemis Binal terkesiap. Pemuda tampanberpakaian ungu-hitam tiba-tiba meloncat danmendarat di depan Prajna Singh, membelakangiPengemis Binal. Suropati mengerutkan kening.Walau remaja konyol itu telah menduga bila sipemuda tampan memiliki ilmu silat, tapi melihat

    loncatannya yang gesit tadi, dia sempat terkagumdalam hati. Apalagi gerakan itu dilakukan dalamkeadaan mabuk.

    "Persetan! Minggir kau!" usir Prajna Singhseraya menghantam dada si pemuda tampan.Namun, pemuda yang masih dipengaruhi minu-man keras ini dapat bergerak gesit. Tubuhnya

    melenting ke kiri, hingga hantaman Prajna Singhhanya mengenai tempat kosong.Prajna Singh mendengus gusar. Karena

    penasaran, dia majukan tubuhnya selangkah. La-lu, tangan kirinya berkelebat hendak mengulanghantamannya yang gagal. Selagi pemuda tampanberpakaian ungu-hitam melangkah mundur, tan-

    gan kanan Prajna Singh bergerak dua kali lebihcepat dari kelebatan tangan kirinya. Pengemis Bi-nal yang melihat gerak tipu ini jadi terkesiap me-lihat jemari tangan Prajna Singh yang besar-besarberbulu hendak mencengkeram batok kepala sipemuda. Pengemis Binal tak dapat membayang-kan bagaimana akibatnya bila si pemuda menjadi

    korban ilmu 'Lima Jari Pencabut Jiwa'. Namun,

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    63/125

     

    kekhawatiran Pengemis Binal sebenarnya tak per-lu karena si pemuda walau tengah mabuk tapi

    masih dapat membaca tipuan lawan. Bahkan....Bukkk...!"Hekkk...!"Pemuda tampan berpakaian ungu-hitam

    merundukkan tubuhnya untuk menghindaricengkeraman jemari tangan kanan Prajna Singh.Lalu, dengan kecepatan luar biasa dia berhasil

    menyarangkan tendangan ke perut kakek tinggibesar itu.Prajna Singh mengumpat panjang-pendek.

    Bola matanya melotot besar seperti hendak keluardari rongganya. Kakek ini seperti tak percaya pa-da apa yang baru terjadi. Bagaimana mungkinseorang pemuda mabuk bisa menendang perut-

    nya sampai dia tersurut tiga tindak ke belakang?"Haram jadah!" umpat Prajna Singh. Bebe-rapa saat lamanya kakek ini masih menggerutupanjang-pendek. Tiba-tiba dia teringat pengala-mannya tempo hari di gua tempat tinggalnya dimana ada seorang pemuda mampu menghancur-kan senjata cambuk tulangnya.

    "Kupikir aku telah berhasil melipatganda-kan ilmu kepandaianku. Tapi, kenapa banyak to-koh muda yang membuat diriku merasa lemah?Apakah di rimba persilatan telah bermunculantokoh-tokoh muda yang amat sakti?" kata hatiPrajna Singh.

    Mendadak, lima orang lelaki berpakaian

    serba putih dan menyandang pedang di punggung

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    64/125

     

    masuk ke kedai. Wajah mereka sama-sama halus.Anehnya, walau umur mereka belum genap tiga

    puluh tahun, tapi alis mereka telah memutih. Sa-lah seorang dari mereka langsung berseru danmenuding ke arah pemuda tampan berpakaianungu-hitam. "Itu dia pembunuh itu!" Mendengartuduhan itu, wajah si pemuda kontan memucatNamun, cepat pemuda ini membentak lantang."Siapa yang kau tuduh membunuh?!"

    "Hei! Kau jangan mungkir!" sergah lelaki yang bam saja melempar tuduhan. "Kawan-kawan, bukankah dia juga yang merampok se-kantung uang emas Danang Burgundi?"

     Tanpa menunggu tanggapan dari keempattemannya, lelaki yang sebenarnya adalah KetuaPartai Alis Putih ini merangsek dengan pedang

    terhunus. Sementara, pemuda tampan berpa-kaian ungu-hitam mendengus. Dengan gerakansedikit sempoyongan, dia melompat ke pintu. Ge-rakan yang dilakukan ini cepat sekali, hingga tu-buhnya laksana dapat lenyap. Lelaki yang sedangmenyerangnya pun terperangah karena sasarantusukan pedangnya telah lenyap mendadak. Satu

    kejap mata kemudian, terdengar ringkik kudapanjang sekali yang disusul derap kaki kuda yangdipacu amat cepat

    Pengemis Binal yang merasa penasaranpada si pemuda cepat memberi isyarat kepadaPuspita. Kedua muda-mudi ini meloncat keluarkedai hampir bersamaan. Di depan kedai, Penge-

    mis Binal tak melihat lagi kuda merah gagah dan

  • 8/18/2019 Pengemis Binal - 20. Asmara Putri Racun

    65/125

     

    bagus yang tadi dilihatnya sebelum memasukikedai. Rupanya kuda itu milik pemuda tampan

    berpakaian ungu-hitam yang kini telah digunakanuntuk melarikan diri."Kita kejar pemuda itu, Puspita!" ajak Su-

    ropati seraya meloncat ke punggung kuda. Tanpa berkata apa-apa Puspita menuruti

    ajakan Suropati. Gadis ini turut meloncat kepunggung kudanya. Lalu, memacunya dengan ce-

    pat, menyusul kuda Suropati yang lebih dulu me-lesat

    ***

    Pemuda yang wajahnya masih tampak mu-ram ini terus memacu kudanya bagai orang kese-

    tanan. Lari kuda yang sudah cepat, dia rasa ma-sih kurang cepat Pantat kuda dipukulinya berka-li-kali. Hingga, kuda gagah berbulu merah indahitu meringkik-ringkik terus di sepanjang jalan.

    "Cepatlah...! Cepatlah...!" teriak si pemuda,menyimpan kekhawatiran yang sangat.

    Gelap sudah menyelimuti bumi tatkala ku-

    da si pemuda menginjakkan kaki di tepi gurunkecil yang orang Kadipaten Tanah Loh menyebut-nya Gurun Angkara.

    Cahaya rembulan yang dalam bulatan pe-nuh menyiram permukaan pasir dengan bebas-nya. Walau malam t