simbol-simbol komunikasi kelompok pengemis (studi .../simbol... · (studi deskriptif kualitatif...

111
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal- Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis Di Pasar Klewer Surakarta Tahun 2011) SKRIPSI Oleh : DINA SUCI ROHMATUL AWWAL D1209027 Diajukan Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: vonhi

Post on 03-Mar-2019

291 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS

(Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-

Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis

Di Pasar Klewer Surakarta Tahun 2011)

SKRIPSI

Oleh :

DINA SUCI ROHMATUL AWWAL

D1209027

Diajukan

Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

MOTTO

Jangan mabuk karena sukses,

Dan jangan terpuruk karena gagal

-Aristoteles-

Bila tekad seseorang kuat dan teguh,

Tuhan akan bergabung dalam usahanya

-Aeschylus-

DUIT!

Kunci penting yang berarti :

Do’a, Usaha, Istiqomah, Tawakal

-Shofa Al farisi-

Tidak ada alasan untuk menunda pekerjaan

Lakukan Sekarang!

-Penulis-

Page 5: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kedua orang tuaku tercinta:

Setiyadi (alm) dan Ratna Hidayati

Semoga Allah SWT selalu menyayangi kalian

seperti kalian menyayangiku sepanjang masa

Adik-adikku :

Muhammad Rozi Syafi’i, Muhammad Zaki Aditama,

Robiatul Azizah, dan Muhammad Hikam Maulana,

Aku Sayang kalian

Shofa Al Farisi Latief

Semoga dan Selalu

Ammiin

Page 6: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah SWT rabb semesta alam,

sholawat beserta salam kepada Nabi dan Rasul Muhammad SAW atas kelancaran

yang hamba peroleh dan nikmat yang selalu diberikan tanpa alpa hingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi dengan judul SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI

KELOMPOK PENGEMIS ( Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-

Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis Di Pasar

Klewer Surakarta Tahun 2011) ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Jurusan Ilmu

Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sebelas

Maret Surakarta. Penulis menyadari sepenuhnya keberhasilan penulis tidak

terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya

kepada:

1. Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D dan Drs. Hamid Arifin, M.Si. selaku dosen

pembimbing yang telah meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran

memberikan bimbingan, serta kemudahan yang diberikan dalam penulisan

skripsi ini. Semoga Allah membalas dengan kelimpahan berkah dan

dipermudah segala urusan.

2. Drs. Surisno Satrijo Utomo, M.Si selaku pembimbing akademik yang telah

membimbing penulis selama menempuh masa studi.

3. Prof. Drs. Pawito. Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret.

4. Semua narasumber (pengemis Pasar Klewer) yang telah bersedia untuk

berbagi dan menceritakan tentang dirinya dan kehidupannya untuk

kelengkapan data skripsi.

5. Bapak dan Ibu Dosen semua, terimakasih untuk ilmu yang diberikan selama

kuliah, semoga bermanfaat.

Page 7: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

6. Semua staf pengajaran, administrasi dan sebagainya, terimakasih untuk segala

bantuan pelayanannya selama ini.

7. Ibu Ratna Hidayati, selaku ibu dari penulis terimakasih untuk setiap do’a,

harapan, nasehat, bimbingan dan kesabarannya selama ini.

8. Bapak Setiyadi (alm), selaku bapak dari penulis, semoga Allah SWT

memberi tempat yang terindah untukmu, terimakasih untuk pengorbanan

selama hidupmu padaku hingga akhir hayatmu, dan bapak selalu ada dalam

hatiku selamanya.

9. Ozik, Zaki, Azizah, Hikam, aku bangga punya adik seperti kalian,

terimakasih untuk kesabaran kalian dengan ke-usilan dan ke-

bawelanku.heheh..

10. Shofa Al farisi Latief, terimakasih untuk segalanya, suka dukanya,

pengalamannya, motivasinya, nasehatnya yang tak henti-henti agar aku “tidak

mudah menyerah”, semoga Allah menjawab do’a kita. Amin.

11. Situk Marituk, terimakasih untuk ide dan buku-buku yang sangat mendukung

dan membantu skripsi ini, juga semua pihak yang terlibat dalam pembuatan

skripsi, terimakasih banyak.

12. Semua teman senasib dan seperjuangan jurusan ilmu komunikasi non-reguler

angkatan 2009 kelas A, terimakasih untuk kebersamaan dan kekompakannya

selama ini.

Surakarta, Oktober 2011

Penulis,

Dina Suci RA

Page 8: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL..................................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii

MOTTO ................................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................... v

KATA PENGANTAR ..... ....................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................... viii

DAFTAR TABEL.................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………... xiv

ABSTRAK ……………………………………………………………. xv

ABSTRACK …………………………………………………………... xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1

1. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

2. Rumusan Masalah .............................................................. 4

3. Tujuan Penelitian ................................................................ 5

4. Manfaat Penelitian ……………………………………… 5

5. Telaah Pustaka ................................................................... 5

A. Komunikasi ................................................................ 6

B. Komunikasi Verbal dan Nonverbal ........................... 10

Page 9: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

1. Simbol Verbal ………………………………….. 11

2 . Simbol Nonverbal ……………………………… 12

A. Klasifikasi Pesan Nonverbal ……………...... 12

1. Perilaku Tubuh ………………………....... 13

a. Penampilan …………………………… 13

b. Pakaian atau Busana ………………….. 13

c. Ekspresi Wajah ……………………….. 13

d. Kontak Mata …………………………. 14

e. Sentuhan ……………………………... 15

f. Parabahasa ……………………………. 16

g. Gerakan Badan (Kinesics) …………… 17

2. Ruang Lingkup…………………………. 18

a. Tampat atau Ruang ……………........... 18

b. Waktu ………………………………... 19

c. Diam …………………………………. 19

B. Fungsi Komunikasi Nonverbal …………….. 19

C. Kerangka Teori …………………………………… 20

1. Dramaturgis Erving Goffman …………………. 20

a. Presentasi Diri Goffman …………………….. 21

b. Panggung Depan dan Panggung Belakang ….. 24

c. Pengelolaan Kesan ……………………………. 27

d. Penggunaan Tim ……………………………… 28

6. Kerangka Berpikir ………………………………………. 30

Page 10: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

7. Batasan Konsep ………………………………………… 31

A. Komunikasi ………………………………………… 31

B. Simbol Verbal dan Nonverbal ……………………… 32

C. Pengemis …………………………………………… 38

8. Metodologi Penelitian ………………………………… 38

A. Jenis penelitian …………………………………….. 38

B. Lokasi Penelitian …………………………………… 38

C. Sumber Data ……………………………………….. 39

D. Teknik Pengumpulan Data ………………………….. 40

E. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel …………... 42

F. Teknik Analisis Data ………………………………… 45

BAB II DESKRIPSI LOKASI …………………………………… 49

A. Pasar Klewer Surakarta ………………………………. 49

B. Sejarah Berdirinya Pasar Klewer …………………….. 50

C. Visi dan Misi Pasar Klewer ………………………….. 52

D. Denah dan Kondisi Fisik Pasar Klewer ……………… 53

E. Struktur Organisasi …………………………………… 53

F. Perkembangan Pasar Klewer ………………………. 53

G. Pengemis di Pasar Klewer …………………………. 59

BAB III SAJIAN DAN ANALISIS DATA …………………….. 62

A. Identitas Informan ………………………………….. 62

B. Pengelolaan Kesan Pengemis ……………………… 64

1. Pengelolaan Kesan Melalui Simbol Verbal …….. 65

Page 11: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

2. Pengelolaan Kesan Melalui Simbol Nonverbal … 73

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ……………………….. 93

A. Kesimpulan ………………………………………… 93

B. Saran ……………………………………………….. 94

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Daftar Nama Pengemis …………………………………… 61

Page 13: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Pikir ………………………………….... 30

Gambar 2. Analisis Data Interaktif Milles dan Huberman …….... 48

Gambar 3. Struktur Organisasi Pasar Klewer …………………… 53

Page 14: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 2. Interview Guaide dan Transkip Wawancara

Lampiran 3. Foto-foto Pengemis

Page 15: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini dilatar belakangi oleh menjamurnya jumlah pengemis di

setiap kota termasuk Surakarta. Seperti yang peneliti temukan jumlah

pengemis beberapa di antaranya, mangkal di selatan RS Panti Waluyo, dan di

perempatan Jalan RM Said, Manahan, Surakarta. Di persimpangan Jalan RM

Said, sebelah utara stadion Manahan, sejumlah pengemis mengharap iba dari

pengendara yang berhenti saat lampu merah menyala. Kondisi yang nyaris

sama, juga terjadi di persimpangan kawasan RS Panti Waluyo, di mana

pengemis berpakaian kumal menengadahkan tangan pada pengendara yang

berhenti.

Sosok pengemis dengan berbagai macam atributnya telah melahirkan

sebuah persepsi kurang menyenangkan baik dari sisi sosial, maupun ekonomi.

Fenomena mengemis merupakan masalah sosial dari nilai dan norma-norma

yang berlaku. Mereka adalah orang sehat dengan kondisi tubuh tidak kurang

apapun. Pengemis adalah suatu gejala sosial yang terwujud di perkotaan dan

telah menjadi suatu masalah sosial karena beberapa alasan, pertama, di satu

pihak menyangkut kepentingan orang banyak (warga kota) yang merasa

wilayah tempat hidup dan kegiatan mereka sehari-hari telah di kotori oleh

pihak pengemis dan dianggap dapat menimbulkan ketidaknyamanan harta

benda, menurut harian Kompas Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan

Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kota Surakarta, Singgih Yudoko,

Page 16: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

mengatakan, permasalahan pengemis, (gepeng) merupakan permasalahan

yang cukup kompleks, dan memerlukan peranan dari banyak pihak.

Menurutnya, Satpol PP sudah berupaya melakukan razia dengan

menempatkan beberapa personelnya di beberapa titik. Saat ada petugas, para

gelandangan dan pengemis tidak ada yang datang. Tetapi, ketika petugas

pergi mereka bermunculan.”Kita juga menempatkan petugas di beberapa

titik,” katanya.

Perkembangan kota di segala bidang tampaknya tidak hanya

memberikan nuansa positif bagi kehidupan masyarakat. Namun juga

melahirkan persaingan hidup, sehingga muncul fenomena kehidupan yang

berujung pada kemiskinan. Mengemis sebenarnya tidak diinginkan oleh para

pengemis sendiri. Karena para pengemis tidak tau lagi apa yang harus mereka

lakukan, mencari pekerjaan apa, seperti apa, tidak mudah untuk mereka yang

rata-rata tidak mengenyam pendidikan cukup. Menjadi pengemis adalah jalan

satu-satunya bagi mereka untuk mempertahankan hidup di kota dengan

berbagai banyak tuntutan hidup yang mau tidak mau harus mereka hadapi.

Hanya dengan bermodal muka memelas, dan menengadahkan tangan, mereka

bisa mendapatkan uang, yang penting halal. Mungkin ini hanya pendapat

peneliti saja bahwa mereka yang mengemis itu telah menjadikan itu sebagai

pekerjaan yang mudah bagi mereka karena sulitnya mencari pekerjaan di

zaman sekarang.

Alasan pengambilan judul ini, karena peneliti melihat dari sisi lain dari

diri pengemis adalah mereka telah melakukan kegiatan komunikasi dengan

cara verbal maupun nonverbal dan mungkin tanpa mereka sadari. Secara

Page 17: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

verbal, yaitu dengan cara berbicara dengan menggunakan lisan dan bahasa

mereka. Secara nonverbal pengemis bisa berkomunikasi dengan

menyampaikan pesan lewat pakaian, ekspresi wajah, gerakan tubuh, nada

suara dengan berbagai macam intonasinya, tatapan mata, dan lain sebagainya.

Pengemis mempunyai cara komunikasi yang unik dimana proses

komunikasinya bisa terjadi bukan hanya melalui komunikasi verbal tetapi

mereka juga bisa berkomunikasi berdasarkan simbol-simbol komunikasi

nonverbal. Karena, menurut peneliti hal ini lebih menarik untuk dibahas,

sebab jika setiap melihat pengemis berhadapan dengan calon dermawannya,

sikap dan ekspresi mereka berbeda. Pengemis mengatur bagaimana supaya

dirinya terlihat benar-benar sangat membutuhkan belas kasihan dari orang

lain. Mereka (pengemis) berupaya menampilkan dirinya dengan mengatur

setting, appearance, dan mannernya. Semuanya dilakukan untuk mengelola

kesan bahwa dirinya layak di sebut pengemis. Pada umumnya, pengemis

selalu berpakaian compang-camping, lusuh, kumal, serta memasang muka

memelas meminta belas kasihan, suara lirih, bergetar-getar, dilakukan

pengemis untuk memberi kesan bahwa dia sedang dalam kesusahan dan

karenanya layak untuk diberi sedekah. Akan tetapi, peneliti pernah melihat

dan menyaksikan ketika pengemis sudah tidak berhadapan lagi dengan target

sasaran atau para dermawan mereka berinteraksi dengan teman sesama

pengemis tampak biasa saja dan berubah seketika yang tadinya bermuka

memelas menjadi tidak memelas lagi, yang tadinya suaranya lirih menjadi

lantang penuh canda.

Page 18: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Di Surakarta, tepatnya di Pasar Klewer, peneliti mendapati sekelompok

pengemis yang melakukan aksinya di tempat tersebut. Mereka ada yang

berkeliling di sekitar pasar, ada yang hanya duduk di tempat terus menerus

selama menjalankan aksinya dan tidak berpindah tempat, ada pula yang

berkeliling, setelah itu berganti dengan duduk di tempat yang nyaman

menurut mereka. Selain itu, pengemis ada yang menjalankan aksinya di

depan Masjid Agung, yang terletak didekat Pasar Klewer. Peneliti mengambil

lokasi di Pasar Klewer, karena menurut peneliti, pengemis yang menjalankan

aksinya di Pasar Klewer, mudah untuk diteliti dan bisa di wawancarai untuk

memperoleh data yang peneliti butuhkan, juga lokasi yang mudah untuk di

jangkau.

Dengan demikian, dengan adanya simbol-simbol komunikasi yang unik

pada diri kelompok pengemis tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang bagaimana simbol-simbol komunikasi tersebut digunakan

oleh kelompok pengemis di Pasar Klewer, dengan mengangkat topik “

Simbol-Simbol Komunikasi Dan Pencitraan Kelompok Pengemis Di Pasar

Klewer Tahun 2011”.

2. Rumusan Masalah

Bagaimana penggunaan simbol-simbol komunikasi verbal-nonverbal

dalam pengelolaan kesan pengemis di Pasar Klewer tahun 2011?

Page 19: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

3. Tujuan Penelitian

Untuk menggambarkan atau mendeskripsikan serta menganalisis

bagaimana penggunaan simbol-simbol komunikasi kelompok pengemis di

Pasar Klewer tahun 2011.

4. Manfaat Penelitian

a. Dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya, serta mengaplikasikan teori

ke dalam sebuah permasalahan yang di angkat dalam penelitian. Dan

diharapkan hasil penelitian ini dapat memperkaya dan menambah

rangkaian deskripsi dan analisa tentang komunikasi dalam kaitannya

dengan citra kelompok terpinggirkan.

b. Dapat memperoleh akurasi ketepatan yang mendalam, kaitannya dengan

kemampuan akademis peneliti dengan maksud untuk menerapkan teori

dan konsep yang peneliti peroleh selama kuliah.

c. Dapat mengetahui bagaimana pengemis menggunakan simbol-simbol

komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal.

5. Telaah Pustaka

Banyak studi tentang pola komunikasi namun masih sedikit yang

membahas tentang pola komunikasi pengemis khususnya tentang bagaimana

mereka (pengemis) mengelola kesan melalui simbol verbal dan nonverbal

untuk memperlihatkan citra diri mereka sebagai pengemis. Karena itu definisi

untuk mengemukakan suatu pandangan untuk menjelaskan tentang pola

Page 20: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

komunikasi serta ruang lingkup komunikasi yang merupakan suatu proses

informasi yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang.

A. Komunikasi

Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam

kehidupan sehari-hari. Komunikasi merupakan medium penting bagi

pembentukan atau pengembangan pribadi untuk kontak sosial. Melalui

komunikasi seseorang tumbuh dan belajar, menemukan pribadi kita dan

orang lain, kita bergaul, bersahabat, bermusuhan, mencintai atau

mengasihi orang lain, membenci orang lain dan sebagainya.

Berdasarkan berbagai arti kata communicare yang menjadi asal

kata komunikasi, maka secara harfiah komunikasi berarti pemberitahuan,

pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan (Hardjana,

2003:10).

Komunikasi sendiri berasal dari gagasan yang ada pada seseorang.

Gagasan itu diolahnya menjadi pesan dan dikirim melalui media tertentu

kepada orang lain sebagai penerima. Dari proses terjadinya komunikasi

itu, secara teknis pelaksanaan, komunikasi dapat dirumuskan sebagai “

kegiatan seseorang dimana seseorang menyampaikan pesan melalui

media tertentu kepada orang lain dan sesudah menerima pesan serta

memahami sejauh kemampuannya, penerima pesan menyampaikan

tanggapan melalui media tertentu pula kepada orang yang menyampaikan

pesan itu kepadanya “ (Hardjana, 2003:11).

Page 21: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa tidak akan bisa lepas

dari proses komunikasi, baik verbal maupun nonverbal, disadari maupun

tidak disadari. Dalam proses komunikasi tersebut, masing-masing

individu, masing-masing tempat ataupun komunitas tidaklah sama.

Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung

makna atau arti. Arti ini perlu dipahami bersama oleh pihak-pihak yang

terlibat dalam suatu kegiatan komunikasi (Susanto,1985 : 1).

Johnson (1981) sebagaimana dikutip oleh Supratiknya (1995:30)

mengatakan, bahwa pengertian komunikasi secara luas adalah setiap

bentuk tingkah laku sesorang baik verbal maupun non verbal yang di

tanggapi oleh orang lain, komunikasi mencakup pengertian yang lebih

luas dari sekadar wawancara, setiap bentuk tingkah laku yang

mengungkapkan peran tertentu, sehingga juga merupakan sebentuk

komunikasi. Secara sempit, komunikasi juga diartikan sebagai pesan

yang dikirimkam seseorang kepada satu atau lebih penerima dengan

dengan maksud secara sadar untuk mempengaruhi tingkah laku si

penerima, dalam setiap bentuk komunikasi setidaknya dua orang saling

mengirimkan lambang-lambang yang memiliki makna tertentu.

Lambang-lambang tersebut bisa bersifat verbal berupa kata-kata atau

bersifat nonverbal berupa ekspresi atau ungkapan tertentu dan gerak

tubuh.

Dalam pengertian lain, Riswandi (2009:5) berpendapat bahwa

komunikasi komunikasi adalah suatu proses. Artinya bahwa komunikasi

merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara

Page 22: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

barurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya

dalam kurun waktu tertentu. Sebagai suatu proses, komunikasi tidak

statis, melainkan dinamis dalam arti akan selalu mengalami perubahan

dan berlangsung terus menerus. Proses komunikasi melibatkan banyak

faktor atau komponen. Faktor-faktor atau unsur yang dimaksud antara

lain meliputi komunikator, komunikan, pesan, saluran atau media.

Selain itu, komunikasi juga bisa didefinisikan sebagai tindakan

yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang. Lambang yang

paling umum digunakan dalam komunikasi antar manusia adalah bahasa

verbal dalam bentuk kata-kata, kalimat, angka-angka, atau tanda-tanda

lainnya. Bahasa verbal yang digunakan untuk keperluan membujuk atau

meminta tolong, tentunya akan berbeda dengan bahasa verbal yang

digunakan untuk tujuan memerintah atau memaksa. Selain verbal, juga

ada lambang-lambang yang bersifat nonverbal yang dapat digunakan

dalam komunikasi seperti gesture (gerakan tangan, kaki, atau bagian

tubuh lainnya), warna, sikap duduk, berdiri, dan bentuk lambang lainnya

(Riswandi, 2009:6).

Definisi lain diungkapkan oleh Colin Cherry sebagaimana dikutip

oleh Jalaluddin (1990 :11) ”komunikasi merupakan pembentukan satuan

sosial yang terdiri dari individu-individu melalui penggunaan bahasa dan

tanda. Memiliki kebersamaan dalam peraturan-peraturan untuk barbagai

aktivitas pencapaian tujuan”.

Page 23: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Wiryanto (2005:19) juga mendefinisikan komunikasi sebagai suatu

proses, suatu bentuk kegiatan yang berkelanjutan tidak mempunyai titik

awal dan titik. Hal ini juga menunjukan bahwa komunikasi bersifat

dinamis dan transaksional, dimana kemudian akan terjadi perubahan

dalam setiap diri peserta komunikasi tersebut. Karena dalam proses

komunikasi, para peserta komunikasi saling mempengaruhi, seberapa

kecil pun pengaruh itu, baik lewat komunikasi verbal, maupun lewat

komunikasi nonverbal (Mulyana, 2004:19). Pengaruh-pengaruh tersebut

akan menimbulkan pengetahuan dan perilaku yang baru.

Pemolaan (patterning) terjadi pada semua tingkat komunikasi :

masyarakat, kelompok, dan individu. Pada tingkat masyarakat

komunikasi biasanya berpola dalam bentuk fungsi kategori

ujaran(categories of talk), dan sikap konsepsi tentang bahasa dan

penutur. Komunikasi juga berpola menurut pesan tertentu dan kelompok

tertentu dalam suatu masyarakat, tingkat pendidikan, wilayah geografis,

dan ciri-ciri organisasi sosial yang lain. Kemudian komunikasi juga

berpola pada tingkat individual, pada tingkat ekspresi dan interprestasi

kepribadian. Komunikasi yang terjadi pada tingkat kelompok juga

melibatkan komunikasi antar pribadi. Karena itu kebanyakan teori

komunikasi antar pribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok

(Ibrahim, 1994:12-13).

Pola adalah sebuah sistem maupun cara kerja sesuatu yang

memiliki bentuk dan struktur tetap pada tingkat masyarakat. Komunikasi

biasanya berpola dalam bentuk-bentuk, fungsi, kategori, ujaran dan sikap

Page 24: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

konsepsi tentang bahasa. Komunikasi berpola menurut pesan tertentu dan

kelompok tertentu dalam suatu masyarakat, tingkat pendidikan, wilayah

geografis dan ciri-ciri organisasi lainnya. Pada tingkat individual,

komunikasi berpola pada tingkat ekspresi, dan interprestasi kepribadian

dalam bentuk fungsi, bahasa yang ditunjukan (Ibrahim, 1994:15).

B. Komunikasi Verbal dan Nonverbal

Simbol atau lambang adalah salah satu kategori tanda. Salah satu

kebutuhan pokok manusia, seperti yang telah di sampaikan oleh Susanne

K. Langer adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang.

Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk

sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan kelompok orang lain. Lambang

meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non-verbal dan objek yang

maknanya disepakati bersama (Mulyana, 2000:83).

Sifat-sifat lambang atau simbol adalah :

a. Sembarangan, Manasuka, dan Sewenang-wenang.

Apa saja bisa dijadikan lambang, tergantung pada kesepakatan

bersama. Kata-kata, isyarat anggota tubuh, tempat tinggal,

jabatan, hewan, peristiwa, gedung, bunyi, waktu, dan sebagainya

bisa dijadikan lambang.

b. Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna, akan tetapi

manusialah yang member makna. Makna sebenarnya dari

lambang ada dalam kepala kita, bukan terletak pada lambang itu

sendiri.

Page 25: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

c. Bervariasi

Lambang itu bervariasi dari suatu budaya ke budaya lain, dari

suatu tempat ke tempat lain, atau dari suatu konteks ke konteks

lain (Riswandi, 2009:26).

1. Simbol Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang

menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara

yang kita sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal disengaja,

yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan

dengan orang lain secara lisan (Mulyana, 2001).

Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran,

dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang

merepresentasikan berbagai aspek realitas individual kita.

Konsekuensinya kata-kata adalah abstraksi realitas kita yang tidak

mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau

konsep yang diwakili kata-kata itu. Bahasa verbal juga dapat

didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk

mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan di

pahami suatu komunitas (Mulyana, 2000:238).

Bahasa adalah seperangkat kata yang di susun secara

berstruktur sehingga menjadi suatu kalimat yang mengandung

makna. Menurut Larry L. Barker sebagaimana dikutip oleh

Riswandi (2009:60), bahasa memiliki 3 fungsi, yaitu :

Page 26: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

a. Penamaan (naming/labeling)

Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha

mengidentifikasi objek, tindakan, atau orang dengan menyebut

namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.

b. Fungsi Interaksi

Fungsi interaksi menekankan pada berbagai gagasan dan

emosi yang dapat menghubungkan antara orang dengan orang

lainnya, atau kelompok orang dengan kelompok orang lainnya.

Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain.

c. Fungsi Transmisi Informasi

Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang

lain. Melalui bahasa,kita menerima informasi setiap hari dari

orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung.

2. Simbol Nonverbal

Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua

peristiwa komunikasi diluar kata-kata terucap dan tertulis. Pada saat

yang sama kita harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan

perilaku nonverbal ini ditafsirkan melalui simbol-simbol nonverbal.

A. Klasifikasi Pesan Nonverbal

Banyak klasifikasi membagi pesan nonverbal ke dalam

dua kategori komprehensif (Samovar, dkk, 2010:299):

Page 27: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

1. Perilaku Tubuh

a. Penampilan

Komponen penting dari penampilan adalah

persepsi mengenai hal yang menarik dan cantik. Ruben

menuliskan bahwa penampilan seseorang dapat

menunjukan “kepandaian, gender, usia, pendekatan,

kemampuan, ekonomi, kelas, selera, nilai, dan latar

belakang budaya”.

b. Pakain/Busana

Pakaian di samping berfungsi sebagai pelindung,

juga merupakan suatu bentuk komunikasi. Di Amerika

Serikat, seperti yang dinyatakan oleh Adler dan

Rodman,”pakaian dapat digunakan untuk menampilkan

status ekonomi, pendidikan, status sosial, standar

moral, kemampuan atletik/ketertarikan, system

kepercayaan (politik, filosofi, agama), dan tingkat

kepuasan.

c. Ekspresi Wajah

Ada tiga macam tentang wajah. Pertama, adalah

wajah “yang sebenarnya”, wajah yang dibawa sejak

lahir. Kedua, wajah yang kita manipulasi bila kita mau,

misalnya tersenyum, berkedip, cemberut, dan lain

sebagainya. Ketiga, kita memiliki wajah yang berubah

oleh sekeliling kita dan pesan yang kita terima. Ferraro

Page 28: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

lebih lanjut menekankan pentingnya ekspresi wajah

dengan menyatakan bahwa wajah merupakan pusat dari

proses komunikasi, sehingga manusia kadang berbicara

“wajah ke wajah”.

d. Kontak Mata

Pengaruh kontak mata dalam komunikasi juga

dapat dilihat dalam karya dan musik mengenai mata

yang ada selama ratusan tahun. Emerson menuliskan,

”Mata mencerminkan jiwa”.

Alasan lain dari pentingnya mata dalam proses

komunikasi adalah bahwa pesan yang kita kirimkan

dengan mata kita tak terbatas jumlahnya. Kita telah

mendengar beberapa kata berikut untuk menjelaskan

mata orang: kontak mata langsung, dalam banyak

budaya merupakan hal tabu dan menghina. Kontak

mata yang lama, dianggap kasar, mengancam, tidak

menghargai, dan bahkan tanda menantang. Di Amerika

utara, tatapan mata yang lama merupakan kode

nonverbal yang digunakan oleh subkultur gay. Tatapan

mata menyolok, untuk menyatakan rasa marah. Tatapan

mata berbinar-binar, untuk menyatakan ketulusan,

kebahagiaan, kebanggaan. Kedipan, sangat umum di

Spanyol dan Prancis untuk menyatakan konspirasi.

Page 29: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Gerakan mata mengedipkan berkali-kali, digunakan

perempuan untuk membujuk.

e. Sentuhan

Disentuh dan menyentuh juga merupakan sarana

komunikasi. “Sentuhan merupakan perasaan yang

paling tua, paling primitif dan mendarah daging.

Sentuhan merupakan perasaan pertama yang kita alami

ketika masih dalam kandungan dan yang terakhir kita

hilangkan sebelum kematian. Dengan demikian, arti

suatu sentuhan dan alasan kita menyentuh orang lain,

memberikan pengetahuan mengenai komunikasi yang

kita lakukan.

Menurut bentuknya, sentuhan badan dibagi atas 4

macam (Riswandi , 2009:75-76) :

1. Kinesthetic

Ialah isyarat yang ditunjukan dengan

bergandengan tangan satu sama lain, sebagai simbol

keakraban atau kemesraan.

2. Sosiofugal

Ialah isyarat yang ditunjukan dengan jabat

tangan atau saling merangkul.

Page 30: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

3. Thermal

Ialah isyarat yang ditunjukan dengan sentuhan

badan yang terlalu emosional sebagai tanda

persahabatan yang begitu intim. Misalnya menepuk

punggung karena sudah lama tak bertemu.

4. Paralanguage

Ialah isyarat yang ditimbulkan dari tekanan

atau irama suara sebagai penerima pesan dapat

memahami sesuatu di balik apa yang diucapkan.

Misalnya kata “ datang-datanglah ke rumah” bisa

diartikan betul-betul mengundang kehadiran kita

atau sekedar basa-basi.

f. Parabahasa

Parabahasa atau vokalika (vocalics) mengacu

pada aspek-aspek suara selain ucapan yang dapat

dipahami, misalnya :

1. Kualitas Vokal, meliputi : volume, intonasi (cepat-

lambat), dialek, nada suara ( tinggi-rendah), tempo,

gema.

2. Karakteristik Vokal, misalnya : tertawa,

menangis, merintih, merengek, menguap, suitan,

erangan, desahan, gumaman, gerutuan, suara

terputus-putus, suara gemetar, dan sebagainya.

Page 31: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

3. Pembeda Vokal, seperti : “uh-huh,”uh”,”ooh”,

“mmmh”, “huuuu..”

Meskipun aspek-aspek parabahasa ini berkaitan

dengan komunikasi verbal, aspek-aspek tersebut harus

dianggap sebagai dari komunikasi nonverbal yang

menunjukan kepada kita bagaimana perasaan

pembicara. Mengenai pesannya, apakah ia percaya diri,

gugup, sedih, senang, menggerutu, atau menunjukan

aspek-aspek emosional lainnya.

g. Gerakan Badan (Kinesics)

Menurut Cangara sebagaimana dikutip oleh

Riswandi (2009:73-74), Gerakan-gerakan badan

(Kinesics) bisa dibedakan atas 5 jenis, yaitu:

1. Emblem

Ialah isyarat yang punya arti langsung pada

simbol yang dibuat oleh gerakan tubuh. Misalnya

mengangkat jari V yang artinya victory atau

menang.

2. Illustrators

Ialah isyarat yang di buat dengan gerakan-

gerakan badan untuk menjelaskan sesuatu. Misalnya

tinggi rendahnya objek yang dibicarakan.

Page 32: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

3. Affect displays

Ialah syarat yang terjadi karena adanya

dorongan emosional sehingga berpengaruh pada

ekspresi muka. Misalnya tertawa, menangis,

senyum, mencibir, sinis,sinis, dan sebagainya.

4. Regulators

Ialah gerakan-gerakan tubuh yang terjadi pada

daerah kepala. Misalnya mengangguk tanda setuju

atau menggeleng tanda menolak.

5. Adaptory

Ialah gerakan-gerakan badab yang dilakukan

sebagai tanda kejengkelan. Misalnya menggerutu,

mengepalkan tinju ke atas meja.

2. Ruang Lingkup

a. Tempat/Ruang

Edward T. hall dalam Riswandi (2009:77),

mengemukakan istilah proxemics sebagai studi yang

mengkaji persepsi manusia atas ruang (pribadi dan

sosial), yaitu cara manusia menggunakan ruang dalam

berkomunikasi.

Page 33: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

b. Waktu

Banyak orang menyadari bahwa waktu adalah

gambaran pemikiran. Refleksi diri akan menyatakan

apa yang dikomunikasikan waktu mengenai kehidupan

profesional dan kehidupan pribadi kita.

c. Diam

Peribahasa Afrika menyatakan, “Dalam diam kita

dapat berkata-kata”. Samovar, dkk berpendapat bahwa

sikap diam dapat mengirimkan petunjuk nonverbal

mengenai situasi komunikasi di mana kita

berpartisipasi.

B. Fungsi Komunikasi Nonverbal

Dalam buku Riswandi (2009:70), menjelaskan dalam

hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku nonverbal

mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :

1. Perilaku nonverbal dapat mengulangi/repetisi perilaku

verbal. Misalnya kita sering menggunakan kepala ketika

kita mengatakan ‘ya’ atau menggelengkan kepala ketika

mengatakan ‘tidak’.

2. Memperteguh, menekan, atau melengkapi perilaku verbal.

Misalnya dengan melambaikan tangan seraya

mengucapkan’selamat jalan’, ‘sampai jumpa’, atau ketika

Page 34: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

berpidato kita melakukan ‘gerakan tangan’, atau ‘nada suara

tinggi’ atau ‘nada suara merendah’.

3. Perilaku nonverbal dapat menggantikan/substitusi perilaku

verbal. Misalnya menggoyangkan tangan dengan telapak

tanganmenghadap ke depan (sebagai pengganti kata

“tidak”).

4. Perilaku nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal.

Misalnya anda sebagai pembaca mengenakan jaket atau

membereskan buku-buku, atau melihat anda ketika waktu

kuliah sudah berakhir, sehingga dosen segera menutup

kuliah.

C. Kerangka Teori

1. Dramaturgis Erving Goffman

Perspektif dramaturgis dari Erving Goffman, sebenarnya

merupakan salah satu model pendekatan interaksi simbolik selain

teori penjulukan dan etnometodologi (Mulyana, 2007 : 37). Goffman

begitu terilhami oleh teori interaksi simbolik dari Mead. Mead

melihat pikiran (mind) dan dirinya (self) menjadi bagian dari

perilaku manusia yaitu bagian interaksinya dengan orang lain.

Bahkan menurut Mead : “sebelum seseorang bertindak, ia

membayangkan dirinya dalam posisi orang lain dengan harapan-

harapan orang lain dan mencoba memahami apa yang diharapkan

orang itu”.

Page 35: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Intinya, hanya dengan menyerasikan diri dengan harapan-

harapan orang lain, maka interaksi menjadi mungkin. Karena itulah

lewat pendekatannya terhadap interaksi sosial, Goffman sering

dianggap sebagai salah satu penafsir ‘teori diri’ dari Mead dengan

menekankan sifat simbolik dari manusia. Goffman menganggap

individu (bukan struktur yang lebih besar) sebagai satuan analisis.

Untuk menjelaskan tindakan manusia, Goffman memakai analogi

drama dan teater. Hal itulah yang menjadikannya sebagai seorang

dramaturgis.

Goffman tidak memusatkan perhatiannya pada struktur sosial.

Ia lebih tertarik pada interaksi tatap muka atau kehadiran bersama

(co-presence). Menurut Goffman : Biasanya terdapat suatu arena

kegiatan yang terdiri dari serangkaian kegiatan individu-individu

yang saling mempengaruhi tindakan mereka satu sama lain ketika

masing-masing berhadapan secara fisik. Para aktor adalah mereka

yang melakukan tindakan-tindakan atau penampilan rutin.

Pendekatan dramaturgis Goffman khususnya berintikan

pandangan bahwa ketika manusia berinteraksi dengan sesamanya, ia

ingin mengelola kesan yang ia harapkan tumbuh pada orang lain

terhadapnya.

a. Presentasi Diri Goffman

Diri dari Mead diinterpretasikan dan dikembangkan oleh

Goffman dalam bukunya yang paling berpengaruh, The

Presentation of Self in Every Day Life (1959). Jika Mead

Page 36: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

menganggap diri pada dasarnya bersifat sosial, lebih-lebih lagi

Goffman. Bagi Goffman, individu tidak sekadar mengambil peran

orang lain, melainkan bergantung pada orang lain untuk

melengkapkan citra diri tersebut.

Presentasi diri, seperti yang ditunjukkan Goffman,

bertujuan memproduksi definisi situasi dan identitas sosial bagi

para aktor dan definisi situasi tersebut mempengaruhi ragam

interaksi yang layak dan tidak layak bagi para aktor dalam situasi

yang ada.

Konsep diri Goffman sangat dipengaruhi oleh pemikiran

Mead, khususnya dalam diskusi mengenai ketegangan antara diri

spontan, “I” dan “me”, diri yang dibatasi oleh kehidupan sosial.

Ketegangan itu tercermin dalam pemikiran Goffman tentang apa

yang disebutnya “ ketidaksesuaian antara diri manusiawi kita dan

diri kita sebagai hasil proses sosialisasi”. Ketegangan ini

disebabkan perbedaan antara apa yang ingin kita lakukan secara

spontan dan apa yang diharapkan orang lain untuk kita lakukan

(Ritzer, 2007 : 297).

Menurut Goffman, diri bukan milik aktor tetapi lebih

sebagai hasil interaksi dramatis antara aktor dan audien. Diri

adalah pengaruh dramatis yang muncul dari suasana yang

ditampilkan. Karena diri adalah hasil interaksi dramatis, maka

mudah terganggu selama penampilannya.

Page 37: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Konsep cermin diri Cooley (dalam Ritzer, 2007 : 295) dapat

dirinci menjadi tiga komponen. Pertama, kita membayangkan

bagaimana penampilan di mata orang lain. Kedua, kita

membayangkan apa yang seharusnya mereka nilai berkenaan

dengan penampilan kita. Ketiga, kita membayangkan semacam

perasaan diri tertentu seperti rasa harga diri atau rasa malu,

sebagai akibat dari bayangan kita mengenail penilaian oleh orang

lain. Konsep cermin diri ini berkaitan dengan presentasi diri dari

Goffman.

Goffman mengasumsikan bahwa ketika orang-orang

berinteraksi, mereka ingin menyajikan suatu gambaran diri yang

akan diterima orang lain. Ia menyebut upaya itu sebagai

“pengelolaan kesan” (impression management), yakni teknik-

teknik yang digunakan aktor untuk memupuk kesan-kesan

tertentu dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Goffman, kebanyakan atribut, milik atau aktivitas

manusia digunakan untuk presentasi diri ini, termasuk busana

yang kita pakai, tempat kita tinggal, rumah yang kita huni, cara

kita melengkapinya (furniture dan perabotan rumah), cara kita

berjalan dan berbicara, pekerjaan yang kita lakukan dan cara kita

menghabiskan waktu luang kita. Segala sesuatu yang terbuka

mengenai diri kita sendiri dapat digunakan untuk memberitahu

orang lain siapa kita. Pendeknya, kita mengelola informasi yang

Page 38: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

kita berikan kepada orang lain. Goffman menyebut aktivitas

untuk mempengaruhi orang lain itu sebagai pertunjukan.

b. Panggung Depan dan Panggung Belakang

Presentasi diri Goffman dalam interaksi sosial mereka

dimainkan ibarat pertunjukan teater di atas panggung.

Menggunakan metafor teater, Goffman (dalam Mulyana, 2007

:38) membagi kehidupan sosial ke dalam dua wilayah yaitu :

Pertama, Wilayah Depan (front region), yaitu tempat atau

peristiwa sosial yang memungkinkan individu menampilkan

peran formal atau bergaya layaknya aktor yang berperan. Wilayah

ini disebut juga ’panggung depan’ (front stage) yang ditonton

khalayak.

Kedua, Wilayah Belakang (back region), yaitu tempat

untuk mempersiapkan perannya di wilayah depan, disebut juga

’panggung belakang’ (back stage) atau kamar rias tempat pemain

sandiwara bersantai mempersiapkan diri atau berlatih untuk

memainkan perannya di panggung depan.

Goffman membagi panggung depan menjadi dua bagian :

front pribadi (personal front), dan setting. Setting yakni situasi

fisik yang harus ada ketika aktor harus melakukan pertunjukan.

Sebagai contoh, seorang dokter bedah umumnya memerlukan

kamar operasi.

Page 39: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Front pribadi terdiri dari alat-alat yang dapat dianggap

khalayak sebagai perlengkapan yang dibawa aktor ke dalam

setting. Dokter bedah misalnya, diharapkan memakai jubah putih.

Goffman kemudian membagi front personal ini menjadi

penampilan dan gaya. Penampilan meliputi berbagai jenis barang

yang mengenalkan kepada kita status sosial aktor. Sedangkan

gaya mengenalkan pada penonton, peran macam apa yang

diharapkan aktor untuk dimainkan dalam situasi tertentu (contoh

menggunakan gaya fisik, sikap. Tingkah laku kasar dan yang

lembut menunjukkan jenis pertunjukan yang sangat berbeda.

Umumnya kita mengharapkan penampilan dan gaya saling

bersesuaian (Ritzer, 2004 : 299).

Sedangkan panggung belakang biasanya berbatasan dengan

panggung depan, tetapi bersembunyi dari pandangan khalayak. Ini

dimaksudkan untuk melindungi rahasia pertunjukan, dan oleh

karena itu, khalayak biasanya tidak diizinkan memasuki

panggung belakang, kecuali dalam keadaan darurat. Suatu

pertunjukan akan sulit dilakukan bila aktor membiarkan khalayak

berada di panggung belakang.

Goffman berpendapat bahwa karena umumnya orang-orang

berusaha menyajikan diri mereka yang diidealisasikan dalam

pertunjukan mereka di panggung depan, mereka merasa bahwa

mereka harus menyembunyikan hal-hal tertentu dalam

pertunjukan mereka. Pertama, aktor mungkin ingin

Page 40: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

menyembunyikan kesenangan-kesenangan tersembunyi, seperti

meminum minuman keras, yang dilakukan sebelum pertunjukan

atau kehidupan masa lalu sebagai pecandu alkohol. Kedua, aktor

mungkin ingin menyembunyikan kesalahan yang dibuat saat

persiapan pertunjukan, juga langkah-langkah yang diambil untuk

memperbaiki kesalahan tersebut. Ketiga, aktor mungkin merasa

perlu menunjukan hanya produk akhir dan menyembunyikan

proses memproduksinya. Keempat, aktor mungkin perlu

menyembunyikan “kerja kotor” yang dilakukan untuk membuat

produk akhir itu dari khalayak. Kelima, dalam melakukan

pertunjukan tertentu, aktor mungkin harus mengabaikan standar

lain. Akhirnya, aktor mungkin perlu menyembunyikan hinaan,

pelecehan, atau perundingan, yang dibuat sehingga pertunjukan

dapat berlangsung. Umumnya aktor berkepentingan

menyembunyikan semua fakta itu dari khalayak.

Aspek dramaturgi lain di front stage adalah aktor sering

mencoba menyampaikan kesan bahwa mereka lebih akrab dengan

audien ketimbang dalam keadaan yang sebenarnya. Contoh, aktor

mungkin mencoba menimbulkan kesan bahwa pertunjukan di

mana mereka terlibat di saat itu adalah satu-satunya pertunjukan

mereka. Untuk melakukan ini, aktor harus yakin bahwa audien

mereka dipisahkan sedemikian rupa sehingga kepalsuan

pertunjukan tidak ditemukan (Ritzer, 2004 : 300).

Page 41: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

c. Pengelolaan Kesan (Impression Management)

Goffman menutup bahasan Prensentation of Self in Every

Day dengan pemikiran tambahan mengenai seni mengelola kesan.

Pada umumnya, pengelolaan kesan mengarah pada kehati-hatian

terhadap serentetan tindakan yang tak diharapkan, seperti gerak

isyarat yang tak diharapkan, gangguan yang tak menguntungkan

dan kesalahan bicara atau bertindak maupun tindakan yang

diharapkan seperti membuat adegan.

Goffman tertarik pada berbagai metode yang menjelaskan

masalah seperti itu. Pertama, ada sekumpulan metode yang

melibatkan tindakan yang bertujuan menciptakan loyalitas

dramaturgis, misalnya dengan memupuk kesetiakawanan dalam

kelompok. Kedua, Goffman menunjukkan berbagai bentuk

disiplin dramaturgis, seperti menjaga kesadaran untuk

menghindari kekeliruan (Ritzer, 2007 : 302).

Penonton juga perlu menjadi bahan pertimbangan oleh aktor

atau tim aktor dalam mengelola kesan yang berhasil. Penonton

sering bertindak membantu pertunjukan melalui muslihat seperti

memberikan perhatian besar terhadap pertunjukan,

menghindarkan ledakan emosional, tidak menghiraukan

kekeliruan, dan memberikan perhatian khusus terhadap aktor

pendatang baru.

Goffman mengakui bahwa orang tidak selamanya ingin

menunjukan peran formalnya dalam panggung depannya. Orang

Page 42: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

mungkin memainkan suatu peran, meskipun ia enggan akan peran

tersebut, atau menunjukkan keengganannya untuk memainkannya

padahal ia senang dengan peran tersebut. Salah satu pemikiran

Goffman adalah bahwa jarak peran adalah fungsi status sosial

seseorang. Orang yang berstatus sosial tinggi lebih sering

menunjukkan jarak sosial karena alasan yang berbeda pada posisi

status lebih rendah.

Dalam jarak peran (role distance), Goffman memusatkan

perhatian pada derajat pelaksanaan peran tertentu oleh individu

(aktor). Menurut pandangannya, karena banyaknya peran, maka

hanya sedikit individu yang benar-benar terlibat sepenuhnya

dalam peran-peran tertentu. Role distance menerangkan derajat

pemisahan antara individu dengan peran-peran yang diharapkan

dimainkannya.

d. Penggunaan Tim

Penggunaan tim atau pembentukan tim harus ada dalam

proses dramaturgi. Tanpa sebuah tim, maka suatu fenome na

sosial tidak bisa diteropong oleh teori dramaturgi Goffman. Fokus

perhatian Goffman sebenarnya bukan hanya individu, tetapi juga

kelompok atau tim. Selain membawakan peran dan karakter

secara individu, aktor-aktor sosial juga berusaha mengelola kesan

orang lain terhadap kelompoknya, baik itu keluarga, tempat kerja,

partai politik, atau organisasi lainnya yang mereka wakili. Semua

Page 43: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

nggota itu adalah apa yang Goffman sebut sebagai ”tim

pertunjukan”(performance team) yang mendramatisasikan suatu

aktivitas. Kerjasama tim sering dilakukan oleh para anggota

dalam menciptakan dan menjaga penampilan dalam wilayah

depan (Mulyana, 2008 :122).

Para anggota tim sering melakukan latihan (rehearsel)

terlebih dahulu, tanpa kehadiran khalayak, agar dalam

pertunjukan yang sebenarnya semua kesan yang baik dan

berwibawa terpelihara. Mereka harus mempersiapkan

perlengkapan pertunjukan dengan matang dan jalannya

pertunjukan, memilih pemain inti yang layak (siapa melakukan

apa), dan melakukan pertunjukan secermat dan seefisien

mungkin, dan kalau perlu juga memilih khalayak yang sesuai.

Setiap anggota saling mendukung dan bila perlu memberi arahan

lewat isyarat nonverbal, seperti isyarat tangan atau isyarat mata,

agar pertunjukan berjalan mulus.

Goffman menekankan bahwa pertunjukan yang dibawakan

suatu tim sangat bergantung kesetiaan setiap anggotanya. Setiap

anggota tim memegang rahasia tersembunyi bagi khalayak yang

memungkinkan kewibawaan tim tetap terjaga. Seperangkat tehnik

harus diciptakan dan diterapkan untuk menjaga kewibawaan dan

kekompakan pertunjukan kelompok, membatasi kontak antara

anggota kelompok dengan khayalak, dan melakukan pertunjukan

Page 44: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

agar khalayak secara periodik, agar khalayak tidak banyak tahu

tentang tim pertunjukan.

6. Kerangka Berpikir

Gambar 1. Kerangka Pikir

Skema diatas menjelaskan mengenai pengemis sebagai pelaku

komunikasi, atau bisa disebut sebagai komunikator, apa yang dibayangkan

dan dipikirkan pengemis untuk mengelola kesan bagi orang lain, awalnya

terjadi pada diri sendiri. Pengemis dapat menyadari dirinya sendiri,

mengevaluasi dirinya sendiri. Proses selanjutnya, terjadinya proses

komunikasi verbal dan nonverbal yang dilakukan oleh pengemis atau bisa

disebut sebagai pengiriman pesan dari komunikator (pengemis) kepada

komunikannya, yaitu calon dermawan. Dari proses komunikasi tersebut,

terjadilah apa yang dinamakan management impressions atau pengelolaan

kesan ketika akan berhadapan dengan calon dermawan (komunikator). Dalam

Pengemis

Komunikasi Verbal : Bahasa, Intonasi, Nada Suara,

Komunikasi Nonverbal : Isyarat dan gerakan tubuh,, Penampilan, Ekspresi wajah,

Pengelolaan Kesan

Presentasi diri

Mendapat Sedekah

Page 45: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

pengelolaan kesan tersebut, pengemis berupaya sedemikian rupa untuk

mengolah pesan yang akan disampaikan agar pesan tersbut dapat

tersampaikan dengan baik. Proses selanjutnya adalah mempresentasikan diri

atau self presentation kepada calon dermawannya. Dari situlah pesan tersebut

tersampaikan dan menimbulkan efek timbal balik dalam bahasan disini yaitu

“mendapatkan sedekah” atau sebaliknya jika pesan yang dikemas dan

dipresentasikan tidak sampai pada sasaran maka tidak akan mendapat efek

tersebut atau “tidak mendapat sedekah”.

7. Batasan Konsep

A. Komunikasi

Berdasarkan berbagai arti kata communicare yang menjadi asal

kata komunikasi, maka secara harfiah komunikasi berarti pemberitahuan,

pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan (Hardjana,

2003:10). Komunikasi sendiri berasal dari gagasan yang ada pada

seseorang. Gagasan itu diolahnya menjadi pesan dan dikirim melalui

media tertentu kepada orang lain sebagai penerima. Dari proses

terjadinya komunikasi itu, secara teknis pelaksanaan, komunikasi dapat

dirumuskan sebagai “ kegiatan seseorang dimana seseorang

menyampaikan pesan melalui media tertentu kepada orang lain dan

sesudah menerima pesan serta memahami sejauh kemampuannya,

penerima pesan menyampaikan tanggapan melalui media tertentu pula

kepada orang yang menyampaikan pesan itu kepadanya “ (Hardjana,

2003:11).

Page 46: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

B. Simbol Verbal dan Nonverbal

1. Simbol Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang

menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara

yang kita sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal disengaja,

yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan

dengan orang lain secara lisan (Mulyana, 2001).

Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran,

dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang

merepresentasikan berbagai aspek realitas individual kita.

Konsekuensinya kata-kata adalah abstraksi realitas kita yang tidak

mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau

konsep yang diwakili kata-kata itu. Bahasa verbal juga dapat

didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk

mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan di

pahami suatu komunitas (Mulyana, 2000:238).

Bahasa verbal dapat diungkapkan dalam beberapa macam :

a. Ungkapan hiperbola, yaitu suatu gaya bahasa yang mengandung

pernyataan yang berlebihan.

b. Ungkapan redudensi, yaitu suatu gaya bahasa yang diucapkan

secara berulang.

c. Ungkapan litotes, yaitu semacam gaya bahasa yang dipakai

untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri.

Page 47: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

d. Ungkapan metafora, yaitu semacam analogi yang menimbulkan

dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat.

2. Simbol Nonverbal

a. Perilaku Tubuh

1. Penampilan

Komponen penting dari penampilan adalah persepsi

mengenai hal yang menarik dan cantik. Ruben menuliskan

bahwa penampilan seseorang dapat menunjukan

“kepandaian, gender, usia, pendekatan, kemampuan,

ekonomi, kelas, selera, nilai, dan latar belakang budaya”.

2. Pakaian/Busana

Pakaian di samping berfungsi sebagai pelindung, juga

merupakan suatu bentuk komunikasi. Di Amerika Serikat,

seperti yang dinyatakan oleh Adler dan Rodman,”pakaian

dapat digunakan untuk menampilkan status ekonomi,

pendidikan, status sosial, standar moral, kemampuan

atletik/ketertarikan, system kepercayaan (politik, filosofi,

agama), dan tingkat kepuasan.

3. Ekspresi Wajah

Ada tiga macam tentang wajah. Pertama, adalah

wajah “yang sebenarnya”, wajah yang dibawa sejak lahir.

Page 48: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Kedua, wajah yang kita manipulasi bila kita mau, misalnya

tersenyum, berkedip, cemberut, dan lain sebagainya. Ketiga,

kita memiliki wajah yang berubah oleh sekeliling kita dan

pesan yang kita terima. Ferraro lebih lanjut menekankan

pentingnya ekspresi wajah dengan menyatakan bahwa

wajah merupakan pusat dari proses komunikasi, sehingga

manusia kadang berbicara “wajah ke wajah”.

4. Kontak Mata

Pengaruh kontak mata dalam komunikasi juga dapat

dilihat dalam karya dan music mengenai mata yang ada

selama ratusan tahun. Emerson menuliskan,”Mata

mencerminkan jiwa”.

Alasan lain dari pentingnya mata dalam proses

komunikasi adalah bahwa pesan yang kita kirimkan dengan

mata kita tak terbatas jumlahnya. Kita telah mendengar

beberapa kata berikut untuk menjelaskan mata orang:

kontak mata langsung, dalam banyak budaya merupakan

hal tabu dan menghina. Kontak mata yang lama, dianggap

kasar, mengancam, tidak menghargai, dan bahkan tanda

menantang. Di Amerika utara, tatapan mata yang lama

merupakan kode nonverbal yang digunakan oleh subkultur

gay. Tatapan mata menyolok, untuk menyatakan rasa

marah. Tatapan mata berbinar-binar, untuk menyatakan

Page 49: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

ketulusan, kebahagiaan, kebanggaan. Kedipan, sangat

umum di Spanyol dan Prancis untuk menyatakan

konspirasi. Gerakan mata mengedipkan berkali-kali,

digunakan perempuan untuk membujuk.

5. Sentuhan

Disentuh dan menyentuh juga merupakan sarana

komunikasi. “Sentuhan merupakan perasaan yang paling

tua, paling primitif dan mendarah daging. Sentuhan

merupakan perasaan pertama yang kita alami ketika masih

dalam kandungan dan yang terakhir kita hilangkan sebelum

kematian. Dengan demikian, arti suatu sentuhan dan alasan

kita menyentuh orang lain, memberikan pengetahuan

mengenai komunikasi yang kita lakukan.

Menurut bentuknya, sentuhan badan dibagi atas 3

macam (Riswandi , 2009:75-76) :

1. Kinesthetic

Ialah isyarat yang ditunjukan dengan bergandengan

tangan satu sama lain, sebagai simbol keakrabanatau

kemesraan.

2. Sosiofugal

Ialah isyarat yang ditunjukan dengan jabat tangan atau

saling merangkul.

Page 50: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

3. Thermal

Ialah isyarat yang ditunjukan dengan sentuhan badan

yang terlalu emosional sebagai tanda persahabatan yang

begitu intim. Misalnya menepuk punggung karena sudah

lama tak bertemu.

4. Paralanguag

Ialah isyarat yang ditimbulkan dari tekanan atau irama

suara sebagai penerima pesan dapat memahami sesuatu

di balik apa yang diucapkan.

6. Parabahasa

Apa yang sedang kita bicarakan adalah merupakan

bagian kecil dari apa yang disebut dengan parabahasa.

Pertama, kualitas vocal (volume, nada suara, tempo, gema);

kedua, karakteristik vokal (tertawa, menangis, merintih,

merengek, menguap); dan ketiga, pembeda vokal (“uh-

huh,”uh”,”ooh”, “mmmh”)

7. Gerakan Badan atau Tubuh

Menurut Cangara sebagaimana dikutip oleh Riswandi

(2009:73-74), Gerakan-gerakan badan (Kinesics) bisa

dibedakan atas 5 jenis, yaitu:

Page 51: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

a. Emblem

Ialah isyarat yang punya arti langsung pada simbol

yang dibuat oleh gerakan tubuh. Misalnya mengangkat

jari V yang artinya victory atau menang.

b. Illustrators

Ialah isyarat yang di buat dengan gerakan-gerakan

badan untuk menjelaskan sesuatu. Misalnya tinggi

rendahnya objek yang dibicarakan.

c. Affect displays

Ialah syarat yang terjadi karena adanya dorongan

emosional sehingga berpengaruh pada ekspresi muka.

Misalnya tertawa, menangis, senyum, mencibir,

sinis,sinis, dan sebagainya.

d. Regulators

Ialah gerakan-gerakan tubuh yang terjadi pada daerah

kepala. Misalnya mengangguk tanda setuju atau

menggeleng tanda menolak

e. Adaptory

Ialah gerakan-gerakan badab yang dilakukan sebagai

tanda kejengkelan. Misalnya menggerutu, mengepalkan

tinju ke atas meja.

Page 52: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

C. Pengemis

Seseorang yang mencari penghasilan dengan cara meminta-minta.

Biasanya mereka melakukan pekerjaannya itu dengan alasan sulitnya

mencari pekerjaan di zaman sekarang karena sempitnya lapangan

pekerjaan.

8. Metodologi Penelitian

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian deskriptif

dan jenis penelitian kualitatif. Krik dan Miller mendefinisikan bahwa

penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial

yang secara fundamental bergantungan dengan orang-orang tersebut

dalam bahasanya dan dalam peristilahannya (Moleong, 2005:13).

Oleh karena itu, strategi penelitian ini terarah pada penelitian

kualitatif yang bersifat deskriptif. Bogdan dan Taylor mengatakan

metode kualitatif sebagai prosedur-prosedur penelitian yang digunakan

untuk menghasilkan data deskriptif yang ditulis atau yang di ucapkan

orang dan perilaku-perilaku dapat diamati. Studi deskriptif kualitatif

adalah suatu gejala-gejala sosial atau berusaha mendeskripsikan

fenomena sosial tertentu secara terperinci (Pawito, 2007:84).

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah wilayah atau daerah dimana data

dikumpulkan. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil daerah di

Page 53: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

wilayah Pasar Klewer Surakarta. Adapun pengambilan daerah penelitian

ini didasarkan atas pertimbangan :

a. Lokasi penelitian yang letaknya di Pasar Klewer Surakarta,

merupakan salah satu tempat perdagangan pakaian dan sejenisnya di

kota Surakarta, yang terdapat banyak pengemis yang menjalankan

‘pekerjaannya’di sekitar daerah tersebut.

b. Lokasi tersebut, walaupun sedikit jauh untuk peneliti tempuh,tetapi

terjangkau dan akses jalannya mudah.

C. Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data

kualitatif yang bukan merupakan angka-angka nominal melainkan berupa

kalimat-kalimat bermakna derkriptif dan dilengkapi dengan penjelasan-

penjelasan. Menurut Lofland dan Lofland, sumber data utama dalam

penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Moleong, 2005 :157).

Berdasarkan asal perolehannya, data kualitatif dapat dibagi menjadi :

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

informan, melalui wawancara dan pengamatan. Dalam penelitian ini

diambil informan yaitu pengemis yang mampu memberikan

informasi, bersedia di wawancarai,dan yang tidak menutup diri.

Page 54: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

2. Data Sekunder

Data Sekunder, adalah data yang dikumpulkan untuk

mendukung dan melengkapi data primer berkenaan dengan masalah

penelitian. Data ini diperoleh melalui pemanfaatan sumber data yang

telah tersedia seperti dokumen dan arsip-arsip yang dimiliki.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan teknik :

1. Wawancara Mendalam (In-depth Interview)

Menurut Moleong (2005 : 186), wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu.

Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan teknik

wawancara mendalam. Wawancara mendalam adalah teknik

pengumpulan data dimana peneliti mengajukan pertanyaan-

pertanyaan tentang segala sesuatau kepada informan untuk

memperoleh informasi yang di harapkan. Wawancara dalam metode

ini tidak mengunakan struktur yang ketat namun menggiring

pertanyaan yang makin memusat sehingga informasi yang di

kumpulkan cukup memadai. Wawancara mendalam disebutkan oleh

Mulyana bahwa wawancara mendalam ini sama atau serupa dengan

wawancara tak berstruktur, wawancara intensif, wawancara

Page 55: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

kualitatif, wawancara terbuka, dan wawancara etnografis (Mulyana,

2004:80).

2. Observasi

Dalam konteks ilmu komunikasi, penelitian dengan

pengamatan atau observasi biasanya dilakukan untuk melacak secara

sistematis dan langsung gejala-gejala komunikasi terkait dengan

persoalan-persoalan sosial, politis, dan kultural masyarakat. Di sini

kata ‘langsung’ memiliki pengertian bahwa peneliti hadir dan

mengamati kejadian-kejadian di lokasi. Kemudian kata’sistematis’

menunjuk pada karakter (Pawito, 2007:111).

Dalam penelitian ini, peneliti memilih untuk melakukan

observasi tidak terlibat (nonparticipant observation). Artinya,

peneliti tidak ikut terlibat langsung dalam sebuah komunitas tertentu

melainkan hanya mengambil data yang hanya diperlukan (Pawito,

2007:114).

3. Dokumentasi

Dokumentasi tertulis atau arsip merupakan sumber data yang

sering memiliki posisi penting dalam penelitian kualitatif, teruma

bila sasaran dan kajian mengarah pada latar belakang atau berbagai

peristiwa yang terjadi di masa lampau yang sangat berkaitan dengan

kondisi atau peristiwa masa kini yang sedang diteliti (Sutopo,

2002:69).

Page 56: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

E. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Sampel

Sampel adalah wujud kongkrit yang terjadi pada suatu populasi

atau individu yang merupakan sebagian dari keseluruhan yang

menjadi bagian dari suatu penelitian (Arikunto, 2002:112).

Sampel yang diambil dalam penelitian ini bukan sesuatu yang

mutlak, artinya sampel yang diambil disini menyesuaikan dengan

kebutuhan di lapangan. Dalam penelitian kualitatif, sampel bukan

mewakili populasi sebagaimana dalam penelitian kuantitatif. Tetapi

informan mewakili informasi. Dan sampel juga berfungsi untuk

menggali beragam informasi serta menemukan sejauh mungkin

sebagai informasi penting. Dalam memilih sampel yang lebih utama

adalah bagaimana menentukan sampel sevariatif mungkin, dan

berikutnya dan dipilih untuk memperluas dan menambah informasi

yang telah diperoleh terlebih dahulu sehingga dapat dipertentangkan.

Dengan demikian dapat mengisi kesenjangan informasi.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

metode snowball sampling. Artinya cara pengambilan sampel ini

mengaplikasi jumlah sampel yang semakin membesar seiring dengan

perjalanan waktu pengamatan. Peneliti berangkat dari seorang

informan untuk mengawali. Kepada informan ini peneliti

menanyakan siapa lagi berikutnya atau siapa saja orang yang

Page 57: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

selayaknya diwawancarai, kemudian peneliti beralih menemui

informan berikutnya sesuai disarankan oleh informan pertama, dan

begini seterusnya hingga peneliti yakin merasa yakin bahwa data

yang dibutuhkan sudah didapatkan secara memadai. Cara ini dapat

membawa bias, yakni hanya orang (atau tokoh-tokoh) yang memiliki

kedekatan hubungan saja yang direkomendasi oleh informan.

Kemungkinan informan menyarankan peneliti untuk menemui tokoh

yang berlawanan pendapat atau memiliki hubungan kurang harmonis

dengannya sangat kecil. Untuk mengatasi hal ini, Lindlof

menyarankan agar agar peneliti meminta kepada informan yang

tergolong awal didatangi untuk menyebutkan beberapa nama yang

disarankan untuk di datangi. Dengan daftar nama ini, peneliti

kemudian membandingkan daftar satu dengan yang lainnya sehingga

dapat mengetahui nama-nama informan berikutnya yang lebih

banyak disarankan untuk ditemui (Pawito, 2007:92).

Adapun kriteria informan yang peneliti ambil adalah :

1. Pengemis yang mengemis tetap di Pasar Klewer

2. Pengemis yang tergolong dewasa usia minimal 17 tahun

3. Pengemis yang bisa memberikan informasi dengan jelas

3. Validitas Data

Triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin

Page 58: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

sebagaimana dikutip dalam Moleong (2005 : 330), membedakan

empat macam triangulasi sebagai tehnik pemeriksaan yaitu :

a. Triangulasi Sumber

b. Triangulasi Peneliti

c. Triangulasi Penyidik

d. Triangulasi Teori

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber

yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh pada waktu dan alat yang berbeda.

Hal ini dapat dilakukan dengan cara :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum

dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat orang lain dengan latar belakang berbeda

seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau

tinggi, orang berada, pemerintahan, dan lain sebagainya.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

yang berkaitan.

Page 59: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses yang merinci usaha secara formal untuk

menemukan tema dan merumuskan hipotesis kerja (ide) seperti yang

disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada

tema dan hipotesis kerja itu (Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2005

:280). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

data kualitatif. Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen

(dalam Moleong, 2005 : 248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari, dan

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari,

dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Menurut Miles dan Huberman dalam Sutopo (2002:91), ada tiga

komponen pokok dalam tahap analisis data, yaitu :

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Komponen pertama dalam analisis yang merupakan proses

seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data kasar dari

fieldnote. Reduksi data berlangsung sejak peneliti mengambil

keputusan tentang kerangka kerja konsetual, melakukan pemilihan

kasus, penyusunan pertanyaan penelitian, dan juga waktu

menentukan cara pengumpulan data yang akan digunakan. Dengan

kata lain reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang

mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal

yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga

Page 60: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

kesimpulan penelitian dapat dilakukan. Reduksi data merupakan

proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-

catatan lapangan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah

menajamkan analisis, menggolongkan atau pengkategorisasian ke

dalam tiap permasalahan melalui uraian singkat, mengarahkan,

membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sehingga

kesimpulan- kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

Adapun data yang direduksi antara lain seluruh data mengenai

permasalahan penelitian dan kemudian dilakukan penggolongan ke

dalam beberapa bagian. Kemudian dari masing-masing bagian

tersebut dikelompokkan lagi berdasarkan sistematisasinya. Adapun

perolehan data mengenai hal-hal yang tidak relevan dengan

penelitian, sebaiknya tidak dimasukkan dalam penyajian hasil,

namun tetap disimpan untuk masa yang akan datang jika diperlukan.

Dengan demikian, data yang direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih spesisifk dan mempermudah peneliti

melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencari data

tambahan jika diperlukan. Semakin lama peneliti berada di lapangan,

jumlah data akan semakin banyak, semakin kompleks dan rumit.

Untuk itulah diperlukan reduksi data sehingga data tidak betumpuk

dan mempersulit analisis selanjutnya.

Page 61: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

b. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, langkah analisis selanjutnya adalah

penyajian (display) data. Penyajian data merupakan analisis

merancang deretan dan kolom sebuah matriks untuk data kualitatif

dan menentukan jenis serta bentuk data yang dimasukkan ke dalam

kotak-kotak matriks (Miles, 1992:17-18). Penyajian data diarahkan

agar data hasil reduksi terorganisasikan, tersusun dalam pola

hubungan, sehingga makin mudah dipahami. Penyajian data dapat

dilakukan dalam bentuk uraian naratif, bagan, hubungan antar

kategori, diagram alur (flow chart), dan lain sejenisnya. Penyajian

data dalam bentuk- bentuk tersebut akan memudahkan peneliti

memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja penelitian

selanjutnya.

Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun data yang

relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan

memiliki makna tertentu. Prosesnya dapat dilakukan dengan cara

menampilkan dan membuat hubungan antar fenomena untuk

memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu

ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan penelitian. Penampilan atau

display data yang baik dan jelas alur pikirnya merupakan hal yang

sangat diharapakan oleh setiap peneliti. Display data yang baik

merupakan satu langkah penting menuju tercapainya analisis

kualitatif yang valid dan handal. Penyajian data merupakan suatu

rakitan organisasi informasi atau deskripsi dalam bentuk narasi yang

Page 62: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan. Penyajian

data merupakan komponen analisis kedua yang penting sehingga

kegiatan perencanaan kolom dalam bentuk matriks bagi data

kualitatif dalam bentuknya yang khusus sudah membawa peneliti

memasuki daerah analisis penelitian. Kedalaman dan kemantapan

hasil analisis sangat ditentukan oleh kelengkapan sajian datanya.

c. Penarik Kesimpulan (Conclution Drawing and Verifying)

Kesimpulan yang diambil akan ditangani secara longgar dan

tetap terbuka sehingga kesimpulan yang semula belum jelas

kemudian akan meningkat menjadi lebih rinci.dan kokoh (Glaser dan

Strauss dalam Moleong, 1992 : 19). Kesimpulan – kesimpulan ini

nantinya diverifikasi selama penelitian berlangsung untuk menguji

kebenarannya, kekokohannya, kecocokannya, yang merupakan

validitasnya.

Miles dan Huberman menggambarkan keterkaitan komponen-

komponen analisis data pada gambar berikut :

Gambar 2. Analisis Data Interaktif Milles dan Huberman

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Kesimpulan

Reduksi Data

Page 63: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

BAB II

DESKRIPSI LOKASI

A. Pasar Klewer Surakarta

Secara geografis, Surakarta berada pada 110o 45’15’’-110o 45’35’’

Bujur Timur dan 7o 36’ 00’’-7o 56’ 00’’ Lintang Selatan, dengan ketinggian

92 meter di atas permukaan air laut, merupakan daerah dataran rendah. Kota

Surakarta juga mempunyai akses sarana transportasi darat maupun

transportasi udara yang mudah dijangkau, sehingga Surakarta tumbuh dan

berkembang sebagai kota strategis yang sarat dengan berbagai asset potensi

perdagangan. Adanya pasar-pasar yang cukup ternama di Surakarta

membuktikan hal ini, apalagi keberadaan pasar merupakan salah satu asset

andalan yang memberi kontribusi bagi PAD (Pendapatan Asli Daerah) kota

Surakarta.

Beberapa Pasar tradisional yang terbesar di wilayah Surakarta, cukup

memiliki peran sebagai pusat perdagangan yang legendaris, seperti Pasar

Klewer, yang merupakan salah satu pasar sandang terbesar di Indonesia dan

menjadi asset terhandal yang cukup memiliki jaringan bisnis terluas sebagai

penyangga ekonomi kota Surakarta. Posisi Pasar Klewer sendiri menghadap

ke utara, yang berada di daerah jalur pusat kota, dan tidak jauh dari pusat

pemerintahan baik pada masa kerajaan maupun pada masa sekarang.

Bangunan Pasar Klewer menempati tanah seluas 13.456 m2, yang

menempel pada tembok Keraton Kasunanan Surakarta, di antara sudut

sebelah barat dan utara keraton, berseberangan dengan Masjid Agung

Page 64: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Surakarta, tepatnya melekat dengan pintu gerbang atau gapura keraton

sebelah barat. Gapura ini merupakan akses penting ke wilayah pusat

pemerintahan keraton Surakarta, dan sekarang gapura tersebut lebih dikenal

dengan nama gapura Klewer. Secara administratif teritorial (kewilayahannya)

Pasar Klewer masuk dalam wilayah kalurahan Gajahan, Kecamatan Pasar

Kliwon.

Kecamatan Pasar Kliwon terletak diantara 110o-111o Bujur Timur, 7,6o-

8o Lintang Selatan, sedangkan batas wilayahnya sebagai berikut :

Utara : Kecamatan Banjarsari dan kecamatan Jebres

Selatan : Kecamatan Serengan dan Kabupaten Sukoharjo

Barat : Kecamatan Serengan dan Kecamatan Banjarsari

Timur : Kabupaten Sukoharjo

Secara administratif, pengelolaan Pasar Klewer berada pada wilayah IV

(empat) dibawah Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) kota Surakarta. Beberapa

pasar yang masuk dalam wilayah ini adalah, Pasar Gading, Pasar

Hardjodaksimo, Pasar Besi Semanggi, dan Pasar Kliwon. Keberadaan Pasar

Klewer, berdekatan pula dengan bangunan bersejarah seperti Sitihinggil

Keraton, Alun-alun, Masjid Agung Kauman dan bangunan sepanjang

Coyudan (Setjoyudan).

B. Sejarah Berdirinya Pasar Plewer

Pasar Klewer dirintis sejak jaman penjajahan Jepang, dimana kehidupan

warga Surakarta banyak mengalami kesulitan. Keadaan serba sulit ini karena

harga-harga berbagai kebutuhan masyarakat termasuk sandang relatif mahal.

Page 65: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Kehidupan yang serba sulit ini menjadikan sejumlah orang berinisiatif untuk

berjualan pakaian dan kain. saat itu lokasinya terletak disebelah timur Pasar

Legi atau kawasan kantor Air Minum dan Pasar Burung. Sejumlah orang ini

menjajakan pakaian dan kain dengan cara menggantungkannya dipundak, dan

berjalan hilir mudik dilingkungan tersebut, yang tentu saja barang

dagangannya menjuntai kebawah tidak beraturan atau istilah orang jawa

“kleweran”. Komunitas tersebut belum ada nama, maka disebutlah dengan

Pasar Klewer. Pada tahun 1970, pertama kali Pasar Klewer disebut Pasar

Slompretan, karena daerah tersebut bernama Kampung Slompretan. Pada saat

itu, kondisi pasar tidak memenuhi persyaratan ekonomis dan kesehatan, maka

dilakukan perkembangan fisik, sarana, dan prasarana pasar.Pada tahun 1971,

Pasar Slompretan dibangun dan para pedagang dipindahkan sementara di

alun-alun utara Keraton Surakarta. Pemerintah kemudian merenovasi pasar

hingga mencapai bentuk seperti yang sekarang ini, dengan pelaksana PT.

Sahid yang bermitra dengan Bank Bumi Daya dan pada tanggal 8 juni 1971

pasar tersebut telah selesai dibangun dan diresmikan oleh Presiden RI ,

Soeharto. Pada tahun 1971 ini, juga terjadi pergantian nama dari Pasar

Slompretan menjadi Pasar Klewer. Pergantian nama ini terjadi karena

banyaknya pedagang yang berjualan kain yang diletakkan (bahasa jawa :

disampirke) di pundak dan kain tersebut berkibar (bahasa jawa: nglewer-

nglewer) akhirnya disebut dengan Pasar Klewer. Pasar Klewer di bangun di

atas tanah seluas 10.000 m, dengan bangunan sebanyak kurang lebih 642

kios, 134 los, dan 310 pedagang kaki lima (PKL).

Page 66: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, keberadaan

Pasar Klewer semakin dikenal sebagai pusat tekstil di Jawa Tengah. Hal ini

mengakibatkan orang dari berbagai penjuru daerah, tidak hanya dari Pulau

Jawa tetapi juga dari Sumatra, Lombok, Kalimantan, dan sebagainya

berdatangan ke Surakarta untuk mencari barang dagangan. Melihat keadaan

Pasar Klewer yang berkembang sangat pesat, akibatnya memancing animo

pedagang untuk berjualan dilingkungan Pasar Klewer, sehingga

keberadaannya sangat mengganggu kelancaran arus lalu lintas dan

menganggu pedagang yang mempunyai Surat Ijin Penempatan (SIP). Untuk

mengatasi hal tersebut oleh Pemerintah Kota Surakarta waktu itu, R. Hartomo

pada tahun 1985 membangun Pasar Klewer Timur yang letaknya berhimpitan

dengan Pasar Klewer lama, dan peresmiannya dilakukan oleh Gubernur Jawa

Tengah, H.M Ismail pada 17 Desember 1986.

C. Visi dan Misi Pasar Klewer

1. Visi

Terwujudnya citra pasar yang bersih, tertib dan aman bertumpu pada

perekonomian Kota.

2. Misi

a. Meningkatkan kesempatan bekerja dan berusaha

b. Meningkatkan ketertiban dan keamanan pasar

c. Meningkatkan pelayanan kepada pedagang

d. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia

Page 67: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

D. Denah dan Kondisi Fisik Pasar Klewer

Denah Pasar Klewer terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian induk

untuk lantai atas, bagian induk lantai bawah, dan bagian timur, dengan

perincian sebagai berikut :

Luas tanah : 14.000 meter persegi

Jumlah Kios : 2.210 kios

Dengan pengkodean huruf kapital tunggal untuk

kios lantai bawah sedangkan huruf dobel kapital

untuk kios lantai atas.

Jumlah Pedagang : 1.804 pedagang

Kios yang memiliki SHP dan kurang lebih 650

pedagang pelataran (pedagang di dalam kios

maupun pedagang di pelataran)

E. Struktur Organisasi

Srtuktur Organisasi Dinas Pengelolaan Pasar (termasuk Pasar Klewer)

diatur dalam Peraturan daerah nomor 1 tahun 1987. Adapun susunan

organisasi tersebut, sebagai berikut :

Gambar 3. Struktur Organisasi Pasar Klewer

Kepala Pasar

Staf Administrasi

Pemungut Retribusi

Bagian Keamanan

Teknisi Listrik

Pembersih Pasar

Page 68: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Keterangan :

1. Kepala Pasar

Sebagai pelaksana teknis di lapangan yang bertugas memimpin

segala kegiatan pengelolaan pasar, dalam rangka menjalankan kebijakan-

kebijakan pemerintahan kota melalui Dinas Pengelolaan Pasar (DPPKS).

2. Bagian Administrasi

Membantu kelancaran pelaksanaan administrasi pasar, khususnya

penerimaan retribusi dan penyetoran hasil pungutan retribusi tersebut pada

pemerintah melalui kas daerah.

3. Pemungut Retribusi

Bertugas menjalankan kegiatan pemungutan retribusi pasar kepada

pedagang yang selanjutnya disetorkan ke kas daerah yang selanjutnya

menjadi sumber (Pendapatan Asli daerah) PAD Kota Surakarta.

4. Bagian Keamanan

Membantu kepala pasar dalam rangka mewujudkan pasar yang

tertib, aman, dan nyaman dari gangguan Kantibmas.

5. Teknisi Listrik

Membantu kepala pasar dalam pemonitoran instalasi listrik,

mengadakan perbaikan-perbaikan dan pelaporan-pelaporan agar selalu

terjaga dari bahaya kebakaran.

6. Pembersih Pasar

Membantu kepala pasar dalam rangka mewujudkan pasar yang

berseri.

Page 69: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Daftar nama staf Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta (untuk Pasar

Klewer), sebagai berikut :

1. Totok Supriyanto 10. Sunyono

2. Agus Putradi 11. Dwi Adi Prihutomo

3. Sunarto 12. Darmawan Yulianto

4. Nur atika 13. Sugiyanto

5. Andri Hendrawan 14. Agus Siswoyo

6. Pardi Istanto 15. Muh. Syaebani

7. Sigit Purnomo 16. Martha Ariwibowo

8. Sudirna 17. Fajar Susilo

9. Sarno

F. Perkembangan Pasar Klewer

Pasar Klewer merupakan pusat sandang, baik berupa bahan tekstil dan

produk tekstil dengan ciri khas unggulan kain batik. Pasar ini tidak hanya

menjadi kegiatan usaha masyarakat kota Surakarta, tetapi telah menjadi pusat

kegiatan usaha berskala nasional. Keberadaannya cukup terkenal sampai

mancanegara, sehingga tidak salah jika Pasar Klewer mendapat julukan

sebagai Pasar Proyek Tekstil Nasional. Selain itu, Pasar Klewer merupakan

mata rantai perdagangan tekstil dan produk tekstil yang memiliki jaringan

kegiatan dengan pusat-pusat perdagangan kain atau tekstil. Berbagai wilayah

jaringan perdagangan itu tersebar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali,

dan kawasan lain di luar Pulau Jawa.

Page 70: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Pembangunan pertama kali Pasar Klewer, dikerjakan oleh kontraktor

utama Sukamdani S. Gitosardjono, melalui perusahaan patungan ( Joint

Venture), Antara New Sahid Builders milik Sukamdani dan perusahaan

Negara Pembangunan Perumahan (PNPP) yang merupakan badan usaha milik

Negara. Peletakan batu pertama sebagai dimulainya pembangunan dilakukan

pada 8 Juni 1970, kemudian purna bangun Pasar Klewer diresmikan pertama

kali pada tanggal 9 Juni 1971 oleh Presiden Soeharto yang pada saat itu,

bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke 50 tahun. Pembangunan Pasar

Klewer tersebut, membutuhkan waktu kurang lebih 11 bulan. Pertama kali

Pasar Klewer dibangun terdiri dari sejumlah 1.370 kios sebagai lahan

berdagang dan sekarang, telah berkembang menjadi 2.114 kios di Pasar

Klewer.

Awal mula perkembangan sejarah Pasar Klewer, dimulai ketika masa

pendudukan penjajahan Jepang di Indonesia. Keterpurukan akibat panjajahan

berakibat hancurnya kondisi perekonomian bangsa. Masyarakat berada pada

kondisi kekurangan, karena harga segala kebutuhan menjadi mahal, demikian

pula akan kebutuhan sandang dan pangan sangat sulit di dapat. Akibat kondisi

ekonomi buruk, maka sejumlah penduduk secara serabutan berjualan kain

maupun pakaian jadi. Dimana saat itu, lokasi berjualannya masih di Stabelan,

sebelah timur Pasar Legi ( Banjarsari).

Asal kata “Klewer” sebagai nama Pasar berasal dari perilaku unik

pedagang sandang di dalamnya. Klewer secara etimologi berasal dari bahasa

jawa “ Kleweran” yaitu tergantung menjuntai karena memang awal cara

menjajakan (menawarkan) dagangannya, para pedagang sandang ini

Page 71: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

menggantungkan dagangan di bahunya. Gantungan sandang tersebut dibuat

menjuntai kedepan, sehingga berjuntaian dari beberapa dagangannya yang di

gantungkan dalam ucapan kalimat bahasa jawa di sebut “pating klewer”,

kemudian kalau menawarkan, ujung juntaian (kleweran) tersebut di kibaskan

untuk menunjukkan dagangan pada pembeli yang lewat dan begitulah hilir

mudik pedagang ketika menawarkan dagangan kepada calon pembeli.

Juntaian dagangan terlihat terlihat “kleweran”, kata tersebut kemudian

terabadikan menjadi penanda jaman menjadi Pasar Klewer hingga jaman

sesudahnya.

Demikianlah perjalanan dan perkembangan Pasar Klewer mengukuhkan

diri sebagai pasar yang legendaris dan cukup berpengaruh bagi pertumbuhan

ekonomi perdagangan. Pasar Klewer tumbuh menjadi salah satu icon Pusat

Tekstil Nasional dengan omset penjualan mencapai milyaran rupiah setiap

hari. Pasar Klewer telah berkembang dari komoditas tekstil tradisional

sebagai unggulan, dan kini sudah menambah pada tren kebutuhan sandang

maupun tekstil yang mengacu pada jamannya. Pasar Klewer menawarkan

berbagai kebutuhan tekstil yang sangat lengkap dengan harga yang murah

dibanding dengan pasar tekstil lain. Pasar Klewer sempat mengukuhkan diri

sebagai pasar sandang di Asia Tenggara, khususnya tradisional.

Laju pertumbuhan penduduk dan kebutuhan ekonomi berubah pesat,

Pasar klewer menjadi daya tarik ekonomi masyarakat untuk mencari

penghidupan di dalamnya. Kapasitas pasar sangat terbatas secara fisik, hingga

kegiatan semakin padat dan terkesan overload. Bangunan fisik seakan tidak

Page 72: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

menampung lagi kegiatan di dalamnya dan persoalan berkembang semakin

komplek karena mengalami polarisasi problem yang sulit terkendali.

Beberapa tahun terakhir ini kondisi dan situasi Pasar Klewer sangat

memprihatinkan baik di dalam pasar maupun di luar pasar. Setiap sudut pasar

akan terlihat pemandangan yang terkesan sumpek, dan awut-awutan.

Persoalan keamanan, kemacetan, meupun penyakit masyarakat lain mulai

melingkupi dan menjadi problem keberadaan pasar, sehingga pasar terkesan

kumuh, rawan macet dan kehilangan daya tarik penggunanya, karena kurang

didukung oleh kenyamanan dan keamanan dalam berbelanja.

Klewer telah menjadi economic space yang handal dan cukup

diperhitungkan. Sehingga memiliki nilai ekonomi yang menjadi magnit

pengusaha untuk berusaha dan berinvestasi di sana. Peluang ini dimanfaatkan

oleh pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kota

Surakarta. Sebagai upaya mengurangi problem keberadaan Pasar Klewer,

untuk menciptakan kondisi dan situasi lebih nyaman dengan berubahnya

jaman yang semakin modern, pemerintah kota Surakarta menggulirkan

rencana renovasi Pasar Klewer dengan menggandeng investor.

Keberadaan Pasar Klewer dan persoalannya bukan lagi sekedar

persoalan pasar sebagai ruang ekonomi. Pasar Klewer sudah menjadi wilayah

sosial dan budaya kota Surakarta. Upaya renovasi total oleh pemerintah

dipahami belum memiliki kajian komperhenship oleh beberapa kalangan,

bahkan mendapat reaksi penolakan cukup keras dari pedagang Pasar Klewer,

sehingga sosialisasi yang dilakukan pemerintah tidak berjalan efektif, karena

Page 73: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

memiliki beberapa kekurangan implementatif hingga apa yang ada sekarang,

Pasar Klewer masih bertahan sebagaimana kondisinya.

G. Pengemis di Pasar Klewer

Pengemis di Pasar Klewer, tidak tergabung dalam suatu organisasi

tertentu, atau tidak terikat dengan suatu kelompok tertentu. Mereka mengemis

secara individu, dan hasilnya pun untuk dirinya sendiri. Akan tetapi, mereka

(para pengemis) tersebut saling mengenal satu sama lain, dan ketika tidak

sedang malakukan aksinya mereka berkumpul, istirahat, saling bercanda,

bercerita, bertukar pengalaman. Dari situ peneliti melihat bahwa dari segi

pendapatan, bisa dikatakan pengemis di Pasar Klewer mencari penghasilan

sendiri-sendiri, dengan kata lain tidak diberikan pada ketua kelompok

pengemis atau sejenisnya. Apa yang mereka dapat, seberapa besar yang

mereka dapat, itulah hasil pendapatan yang mereka dapat. Tetapi, di sisi lain,

mereka tidak jarang berkumpul bersama, bergerombol, ketika sedang tidak

mengemis, atau bisa di sebut jam istirahat mereka. Pada saat istirahat itulah

mereka gunakan untuk berkumpul bersama dengan sesamanya. Maka dari

itulah diantara mereka saling mengenal satu sama lain. Selain itu, jika

pengemis sedang beristirahat dan berkumpul dengan sesamanya, mereka tidak

akan meminta sedekah pada orang yang lewat ketika itu. Mereka meminta

sedekah pada calon dermawannya ketika mereka memulai kembali

berkeliling.

Page 74: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Pengemis di Pasar Klewer, ada yang mengemis tetap, dan ada yang

tidak tetap, atau berdasarkan hari yang mereka tentukan sendiri. Misalnya

pada hari Jum’at, pengemis yang datang melebihi hari biasanya. Pada hari

biasa, peneliti mendapat informasi dari bagian kemanan pasar, serta dari

pengurus Masjid Agung Surakarta yang setiap harinya berada di Pasar

Klewer dan mengetahui keadaan sekitar pasar, bahwa pada hari biasa terdapat

sekitar 10 hingga 20 pengemis tetap yang selalu mengemis tetap di Pasar

Klewer. Pada hari Jum’at, pengemis yang datang bisa mencapai 50 orang

bahkan lebih. Para pengemis di Pasar Klewer ada yang berasal dari dalam

kota Surakarta, dan ada pula yang berasal dai luar kota Surakarta, seperti

Klaten, Boyolali, Sragen, Kartosuro, dan Wonosegoro. Mengenai usia

pengemis, rata-rata mereka berusia 50 tahun ke atas, yang kebanyakan

didominasi oleh pengemis wanita. Dari jumlah pengemis tetap tersebut,

biasanya dari mereka datang ke lokasi pada pagi hari, atau saat pasar buka,

dan mereka pulang pada sore hari, saat pasar tutup. Pengemis tidak tetap,

biasanya hanya mengemis sampai siang saja, dan sisa waktunya digunakan

untuk mengemis di tempat lain. Pengemis yang dari pagi hingga sore menetap

di pasar, mereka memulai aksinya di pagi hari, berkeliling, dan siangnya

mereka gunakan untuk istirahat, setelah itu mereka kembali berkeliling

kembali untuk mengemis. Dari hasil pengamatan peneliti, juga berdasarkan

keterangan dari bagian keamanan Masjid Agung, bahwa pengemis tetap,

jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan pengemis yang tidak tetap.

Paneliti mendapatkan 15 orang pengemis tetap, dengan menanyakan nama

beserta asal mereka, dan dari 15 pengemis tetap tersebut peneliti mengambil 4

Page 75: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

orang yang menurut peneliti masuk pada kriteria informan, juga dapat

memberikan informasi yang jelas untuk memperkuat data. Adapun daftar

nama pengemis yang peneliti dapat dari masing-masing pengemis :

No. NAMA ASAL

1. Kasiman Boyolali

2. Ngatiyem Kauman

3. Sunarni Sragen

4. Sulasmi Nusukan

5. Slamet Klaten

6. Juminah Kaliwingko

7. Isah Dawung

8. Kusmiyati Wonosegoro

9. Sugiman Boyolali

10. Parinah Kartosuro

11. Waluyo Kauman

12. Sugeng Ledoksari

13. Lastri Sragen

14. Wartinah Ledoksari

15. Sajinem Jebres

Tabel 1. Daftar Nama Pengemis

Page 76: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

BAB III

SAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Identitas Informan

Dalam penelitian ini, tidak hanya mengambil informan dari pengemis

saja akan tetapi calon dermawan. Dari semua pengemis yang di data, hanya 4

orang pengemis yang bisa mewakili semua pengemis yang ada di Pasar

Klewer. Dibawah ini adalah identitas informan yang terdiri dari 4 orang

pengemis dan 3 orang yang bukan pengemis.

1. Informan Pengemis

a. Nama Informan : Slamet

Usia : 56 tahun

Asal : Klaten

Alamat Rumah/Tinggal : Kauman

Status : Duda (Cerai)

Jumlah Anak : 5

b. Nama Informan : Sulasmi

Usia : 51 tahun

Asal : Minapade, Nusukan, Surakarta

Alamat Rumah/Tinggal : Minapade, Nusukan, Surakarta

Status : Janda (Cerai mati)

Page 77: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

c. Nama Informan : Isah

Usia : 70 tahun

Asal : Tanjung Anom, Pasar Dawung, Surakarta

Alamat Rumah/Tinggal : Tanjung Anom, Pasar Dawung, Surakarta

Status : Janda (Cerai mati)

Jumlah anak : 3

Cucu : 5

d. Nama Informan : Juminah

Usia : 69 tahun

Asal : Kaliwingka

Alamat Rumah/Tinggal : Kaliwingko

Status : Janda (cerai mati)

Jumlah Anak : 1

2. Informan Bukan Pengemis

a. Nama Informan : Supriyadi

Usia : 48 tahun

Asal : Joyotakan

Alamat Rumah/Tinggal : Joyotakan

Pekerjaan : Pedagang Pakaian di Pasar Klewer

b. Nama Informan : Nur Hayati

Usia : 43 tahun

Page 78: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Asal : Madiun

Alamat Rumah/Tinggal : Mojosongo

Pekerjaan : Swasta

Status : Pengunjung Pasar Klewer

c. Nama Informan : Warsono

Usia : 40 tahun

Asal : Boyolali

Alamat Rumah/Tinggal : Jayengan

Pekerjaan : Keamanan Pasar Klewer

B. Pengelolaan Kesan Pengemis

Apabila pengemis diberi sejumlah identitas, maka pengemis merupakan

subjek yang melakukan suatu tindakan sosial, pengemis adalah aktor

kehidupan, pengemis memiliki hidup yang penuh dengan makna simbolik,

dan pengemis memerankan sebuah panggung drama kehidupan . Fenomena

pengemis yang ada di Pasar Klewer, memang tidak jauh berbeda dengan

pengemis yang ada di tempat-tempat lain, berciri yang khas, yakni berpakaian

kusam, lusuh, compang-camping, serta dengan raut wajah yang jelas dibuat-

buat supaya menimbulkan kesan yang pantas untuk dikasihani dan diberi

sedekah. Di sisi lain, terlihat bagaimana ketika pengemis di Pasar Klewer

berhadapan dengan calon dermawannya, dan meminta sedekah sangat

berbeda dengan sebelum berhadapan, maka dari itu kejadian ini dianggap

unik.

Page 79: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Sebagai tindakan sosial, perilaku pengemis secara subjektif memiliki

karakteristik yang unik seperti apa yang digambarkan sendiri oleh pengemis,

mereka mempunyai harapan sekaligus mereka memiliki cara, pandangan dan

bentuk sendiri dalam mengkontruksi realitas mereka, seperti apa yang mereka

inginkan. Pada sisi lain, interaksi diantara pengemis dan orang lain yang

bukan pengemis, dibangun oleh sistem simbol atau lambang dengan makna

tersendiri. Secara intersubjektif pengemis memilih lambang yang dapat

digunakan untuk dapat berinteraksi di dalam sistem sosial mereka.

Komunikasi yang dilakukan oleh pengemis di Pasar Klewer dibagi

menjadi ke dalam dua pembahasan, yaitu bagaimana pengemis mengelola

kesan secara verbal dan mengelola kesan secara nonverbal. Pengelolaan

kesan menjadi topik penting dalam komunikasi yang dilakukan oleh

pengemis, karena pada dasarnya pengelolaan komunikasi tiada lain adalah

pengelolaan pesan melalui kesan (makna) yang disepakati bersama.

Pengelolaan kesan didasarkan pada upaya yang secara sengaja dilakukan

pengemis agar perilakunya diberi makna oleh orang lain seperti apa yang

mereka inginkan.

1. Pengelolaan Kesan Melalui Simbol Verbal

Goffman mengasumsikan bahwa ketika seseorang berinteraksi

dengan orang lain, dia ingin menyajikan suatu gambaran diri yang akan

diterima orang lain. Upaya tersebut sebagai pengelolaan kesan, yaitu

teknik yang digunakan pengemis untuk memupuk kesan tertentu dalam

situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan wawancara

Page 80: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

dengan pengemis dan pengamatan atas perilaku mereka dengan sesama

pengemis dan (calon) dermawan, maka komunikasi verbal menjadi

penting juga dalam pengelolaan kesan yang mereka lakukan. Simbol

verbal yang dikelola pengemis dalam melakukan aktivitasnya, dapat

dibagi ke dalam dua peristiwa :

a. Peristiwa Komunikasi Dengan Sesama Pengemis Dan Anggota

Komunitas Lainnya

a.1. Bahasa Verbal Yang Digunakan

Semua pengemis yang diteliti, menyatakan bahwa

mereka tidak memiliki bahasa khusus ketika berkomunikasi

dengan sesamanya, namun demikian, apabila diamati ketika

mereka berbicara lebih dominan menggunakan bahasa daerah,

seperti diungkapkan oleh Slamet, ketika diwawancara :

“Nggih ngagem Jawa no mbak…wong bendinane ngageme Jawa…” (Ya pakai Jawa mbak, orang setiap harinya memakai Jawa) (Wawancara dilakukan dengan Slamet, di Pasar Klewer, pada tanggal 17 Juli 2011)

Mereka pada umumnya mengakui memakai bahasa

daerah sendiri, yaitu bahasa Jawa, karena dengan

menggunakan bahasa daerah, tampaknya mereka lebih dapat

mengekspresikan secara utuh apa yang mereka rasakan dan

pikirkan. Penggunaan bahasa daerah asal (Bahasa Jawa)

menjadi lebih dominan ketika bersama komunitas mereka.

Berbeda dengan Sulasmi yang mempunyai alasan berbeda.

Page 81: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

“Ngagem Jawa ngaten, biasa mawon, kula niku mboten saget kok mbak ngagem bahasa napa-napa, sagete nggih naming Jawa, sekolah mawon mboten rampung naming SD, kula niku mboten mudheng napa-napa mbak,”(memakai bahasa Jawa begitu, biasa saja, saya tidak bisa mbak memakai bahasa apa-apa, bisanya ya hanya Jawa, sekolah saja tidak selesai hanya sampai SD, saya itu tidak tau apa-apa mbak) (Wawancara dilakukan dengan Sulasmi, di Pasar Klewer, pada tanggal 18 Juli 2011)

Sulasmi mengakui tidak tahu menahu tentang bahasa

selain bahasa Jawa, karena SD pun dia tidak lulus, jadi, ketika

mengemis dia menggunakan bahasa Jawa yang halus, tetapi

ketika berkomunikasi dengan teman sesamanya, dia

menggunakan bahasa Jawa yang biasa. Terlihat rata-rata

pengemis di Pasar Klewer menggunakan bahasa Jawa karena

tidak ada yang berasal dari luar daerah Jawa, hanya berasal

dari luar kota yang masih masuk kawasan Jawa Tengah.

Pendapat berikutnya adalah Isah, yang tidak berbeda jauh

dengan Sulasmi.

“Nggih ngagem Jawa dhen, kula mboten saget yen mboten ngagem Jawa…” (Ya memakai bahasa Jawa den, saya tidak bisa kalau tidak memakai bahasa Jawa) (Wawancara dilakukan dengan Isah, di Pasar klewer, pada tanggal 22 Juli 2011)

Dari jawaban Isah tersebut, bahwa Isah tidak bisa

menggunakan bahasa lain selain bahasa Jawa. Hal yang sama

juga tidak berbeda dengan informan lain, Juminah, dirinya juga

tidak bisa memakai bahasa lain selain bahasa Jawa.

Page 82: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Dari ketiga informan tersebut, dapat dikatakan bahwa

sebagian besar dari mereka (pengemis) menggunakan bahasa

Jawa ketika sedang bersama diantara sesama pengemis atau

komunitasnya, dengan alasan mereka tidak bisa atau tidak

lancar menggunakan bahasa lain selain bahasa Jawa. Seperti

menurut Larry L. Barker sebagaimana dikutip oleh Riswandi

(2009:60), bahwa bahasa memiliki tiga fungsi, yaitu, fungsi

penamaan; fungsi interaksi; dan fungsi transmisi informasi.

Melihat dari ketiga fungsi tersebut, bersangkutan dengan cara

pengemis menggunakan bahasa. Misalnya saja, fungsi

interaksi, yaitu menekankan pada berbagai gagasan dan emosi

yang dapat menghubungkan antara orang dengan orang

lainnya, atau antara pengemis dengan sesamanya, misalnya

saja ketika mereka bercerita, bercanda. Mereka melakukan

fungsi bahasa, yaitu fungsi interaksi, dimana pengemis

menyampaikan berupa gagasan dan emosinya, dan

menghubungkannya dengan teman sesamanya, dengan bahasa

yang mereka pahami. Menurut mereka, mereka lebih merasa

nyaman dan leluasa saat menuangkan ide, gagasan, pendapat,

atau gurauan, karena dapat mudah memahami dan dipahami

dengan persamaan bahasa yang mereka pakai saat

berkomunikasi.

Fungsi berikutnya, adalah fungsi transmisi informasi,

dimana informasi dapat disampaikan kepada orang lain, secara

Page 83: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

langsung, maupun tidak langsung. Pengemis menyampaikan

informasi melalui bahasa yang mereka pahami kepada teman

sesamanya, karena dengan bahasa yang mereka pahami

tersebut, lebih mudah untuk menyampaikan informasi terutama

saat berada pada komunitasnya.

b. Peristiwa Komunikasi Dengan Calon Dermawannya

Dalam peristiwa kedua ini, pengemis melakukan komunikasi

verbal dengan calon dermawannya. Peristiwa komunikasi antara

pengemis dengan calon dermawannya dibagi ke dalam dua sesi. Sesi

pertama, ketika mereka pertama kali menemui calon dermawan

untuk mendapatkan sedekah, sedangkan sesi kedua setelah selesai

bertemu dengan calon dermawannya (terlepas memberi atau

menolak untuk memberi sedekah).

b.1 Pilihan Kata Yang Digunakan

Pengemis mempunyai pilihan kata masing-masing untuk

menarik simpati calon dermawannya, dengan bahasa atau

menggunakan pilihan kata-kata pembuka yang sopan, halus,

dan lirih. Seperti yang diungkapkan oleh Isah :

“Naming ngaten, kula paringi dhen, kalih ngagem mangkok niki..” (Hanya begini, saya dikasih den, menggunakan mangkok ini) (Wawancara dilakukan dengan Isah, di Pasar klewer, pada tanggal 22 Juli 2011)

Pendapat lain juga diungkapkan oleh Sulasmi, dengan

pilihan kata yang sedikit berbeda dengan Isah :

Page 84: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

“Kula Lenggahan mawon, ngatungke adah, kalih matur nyuwun Bu..nyuwun Pak..sedekahe Bu..sedekahe Pak..ngaten mawon..” (Saya duduk saja, memberikan wadah, minta Bu..minta Pak..sedekahnya Bu..sedekahnya Pak..begitu saja) (Wawancara dilakukan dengan Sulasmi, di Pasar Klewer, pada tanggal 18 Juli 2011)

Selain itu, Juminah mempunyai pilihan kata sendiri yang

diucapkan ketika sedang meminta sedekah, seperti berikut :

“Nggih ngaten, mature kulanuwun bu..assalamualaikum, mugi diparingi sehat, lancar, berkah, kula yen nyuwun ngaten kula dongani dik..” (Ya begini, bu, assalamualaikum, semoga diberi sehat, lancar, berkah, saya kalau minta begini saya doakan dik) (Wawancara dilakukan dengan Juminah, di Pasar klewer, pada tanggal 10 Agustus 2011)

Begitu pula dengan Slamet, yang juga mempunyai

pilihan kata dan bahasa yang sehari-hari digunakannya,

sebagai berikut :

“Matur paringi bu..paringi pak…mangke sing maringi pun nyemplungi arta ten ember niki..” (Dikasih bu, dikasih pak, nanti yang memberi uang sudah memasukan uangnya di ember ini) (Wawancara dilakukan dengan Slamet, di Pasar Klewer, pada tanggal 17 Juli 2011)

Pada sesi pertama ini, pengemis mengelola kata-kata

pembuka yang dipakai saat berhadapan dengan calon

dermawannya, dengan harapan mereka mendapat respon dan

akhirnya mendapat sedekah. Dari cara pengemis meminta pada

calon dermawannya tersebut, adakalanya mendapat reaksi dari

calon dermawan, dan bahkan tidak mendapat reaksi sama

Page 85: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

sekali dari calon dermawannya. Pada saat meminta, pengemis

sebisa mungkin menata kata-kata, bahasa verbal yang

digunakan secara sopan dan halus, jika mendapat respon,

mereka akan sangat senang, dan sebaliknya jika mereka tidak

mendapatkan respon, mereka ada yang kecewa, atau mungkin

menerima dengan lapang dada.

Setelah sesi pertama tersebut selesai, masuklah pada sesi

kedua, yaitu ketika pengemis sudah mendapatkan sedekah dan

ketika tidak mendapatkan sedekah. Seperti yang diungkapkan

oleh juminah :

“ Nggih matursuwun ngaten, kalih kula dongani, muga berkah, tambah rejekine, ngaten, kula niku diparingi pun alhamdulillah banget dik..”( Ya terimakasih begitu, sambil saya doakan, semoga berkah, tambah rejekinya , saya kalau diberi sudah Alhamdulillah sekali dik) (Wawancara dilakukan dengan Juminah, di Pasar Klewer, pada tanggal 10 Agustus 2011)

Pendapat lain diungkapkan oleh Sulasmi, seperti berikut

“Nggih matursuwun ngaten, sok nggih matur sembah suwun bu, pak..”(Ya terimakasih begitu, kadang terimakasih sekali bu, pak) (Wawancara dilakukan dengan Sulasmi, di Pasar Klewer, pada tanggal 18 Juli 2011)

Berbeda dengan pengemis yang tidak mendapat respon

dari calon dermawan, seperti yang diungkapkan oleh Slamet :

“Nggih mendel mawon, mboten napa-napa, biasa mawon, wong kula niku mboten ate mekso napa melih nesu mbak, sak paringane ngaten yen kula..”(Ya diam saja, tidak apa-apa, biasa saja orang saya itu tidak pernah

Page 86: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

memaksa apalagi marah mbak, sedikasihnya saja kalau saya) (Wawancara dilakukan dengan Slamet, di Pasar Klewer, pada tanggal 17 Juli 2011)

Berbeda dengan Slamet, Isah mempunyai pendapat

sendiri ketika tidak mendapatkan sedekah dari calon

dermawan, sebagai berikut :

“Kula mendel mawon, mboten nesu..gelo niku nggih mesti enten dhen, tur nggih pripun kula nggih trima mawon..diparingi pun alhhamdulillah...” (Saya diam saja, tidak marah..kecewa itu pasti ada Den, tapi ya bagaimana saya ya terima saja di kasih sudah alhamdulillah..) (Wawancara dilakukan dengan Isah, di Pasar Klewer, pada tanggal 22 Juli 2011)

Dari keterangan diatas, secara verbal, pengemis

mengekspresikannya melalui permintaan langsung (begging),

atau secara tidak langsung melalui ucapan salam (greeting).

b.1 Bahasa verbal yang digunakan

Mengacu pada fungsi bahasa seperti yang diungkapkan

oleh Larry L. Barker, penggunaan bahasa verbal (berupa

ucapan) yang digunakan sebagian besar adalah bahasa daerah

(Jawa), baik ketika berhadapan dengan calon dermawan, atau

dengan teman sesama pengemis, tergantung penempatannya.

Seperti yang dikatakan oleh Supriyadi sebagai berikut :

“Setahu saya ya bahasa krama mbak, Jawa krama, alus begitu, jarang saya itu dengar pengemis disini pakai bahasa Indonesia, ya kebanyakan Jawa mbak kalau minta-minta disini”.

Page 87: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

(Wawancara dilakukan dengan Supriyadi, di Pasar Klewer, pada tanggal 20 Juli 2011)

Menurut Supriyadi, ketika sedang berhadapan

dengannya, umumnya mereka menggunakan bahasa Jawa yang

halus, agar terlihat menghormati, dan menggunakan bahasa

Jawa yang biasa ketika berada pada komunitasnya. Rata-rata

diantara mereka cenderung menggunakan permintaan langsung

(begging) untuk meminta sedekah kepada calon dermawannya,

dan tidak banyak yang menggunakan permintaan tidak

langsung seperti ucapan salam (greeting), walaupun ada.

Pendapat yang sama diungkapkan oleh Nur hayati, yaitu

pengunjung pasar, walaupun sedikit tetapi mempunyai alasan

lain dari calon dermawan sebelumnya.

“Bahasanya ya bahasa Jawa mbak setahu saya, jadinya nanti lucu kalau pakai bahasa Indonesia, kalau kata saya sih begitu mbak”. (Wawancara dilakukan dengan Nur Hayati, di Pasar Klewer, pada tanggal 20 Juli 2011)

Menurut Nur Hayati, pengemis menggunakan bahasa

Jawa pada umumnya, karena berada di Jawa, berhadapan

dengan orang Jawa, Nur berpendapat lucu jika nanti pengemis

menggunakan bahasa Indonesia.

2. Pengelolaan Kesan Melalui Simbol Nonverbal

Upaya pengelolaan kesan melalui simbol nonverbal yang dilakukan

pengemis di Pasar Klewer lebih dominan daripada upaya secara verbal.

Page 88: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Terdapat beberapa simbol nonverbal yang ditemukan dalam konteks

komunikasi pengemis dengan sesama mereka dengan calon

dermawannya. Terdapat beberapa simbol nonverbal yang dikelola

pengemis di Pasar Klewer dalam memberi kesan kepada calon

dermawannya, yaitu pada perilaku tubuh yang meliputi :

a. Isyarat dan gerakan tubuh

b. Penampilan

c. Ekspresi wajah

d. Parabahasa

Keempat kelompok simbol nonverbal tersebut dapat diamati dari

setting-nya baik untuk front stage (panggung depan) maupun back stage-

nya (panggung belakang), seperti apa yang di katakan oleh Goffman,

bahwa dalam interaksi sosial mereka dimainkan ibarat pertunjukan teater

di atas panggung.

a. Isyarat dan Gerakan Tubuh

Bahasa Isyarat paling banyak digunakan pengemis dalam

mengelola kesan untuk sebuah permintaan sedekah, sebagai

pelengkap bahasa verbal yang mereka pakai. Hal yang umum

dipakai adalah dengan ‘menengadahkan tangan’, selain itu alat

pendukung lain dengan menggunakan alat, seperti gelas plastik,

mangkok, rantang, atau ember kecil. Slamet misalnya menjelaskan,

lebih baik menggunakan ember kecil dengan diikatkan pada kursi

Page 89: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

rodanya, supaya orang lain bisa langsung memasukkannya ke dalam

ember kecil tersebut, tanpa harus menengadahkan tangannya.

“ Nggih pripun nggih mbak...yen tangan lak mesti saben enten sing liwat niku kudu ngatungke mbak, tapi yen ngagem adhah ngaten kaya ember ngaten tiyang lak pun ngertos piyambak, ajeng nyemplungi napa mboten ngaten, pun ngertos yen kula niki ngemis, lak ngaten tha mbak..”(Ya bagaimana mbak...kalau tangan itu pasti setiap ada yang lewat harus menengadah mbak, tapi kalau pakai wadah begini seperti ember ini orang nanti sudah tau sendiri, akan memberi sedekah atau tidak, sudah tahu kalau saya ini mengemis, kan begitu mbak) (Wawancara dilakukan dengan Slamet, di Pasar Klewer, pada tanggal 17 Juli 2011)

Pendapat lain diungkapkan oleh Sulasmi, yang tidak jauh

berbeda dengan Slamet :

“ Lha nggih ngaten...wong yen ngge adhah kan kajenge penak mawon mbak..” (Ya begini... kalau pakai wadah supaya enak saja mbak) (Wawancara dilakukan dengan Sulasmi, di Pasar Klewer, pada tanggal 18 Juli 2011)

Selain itu, Isah mempunyai jawaban sendiri mengenai cara

meminta sedekah pada calon dermawannya:

“ Lha nggih ngaten, yen nyuwun kula ngagem tangan ngaten, terus kula cemplungke piyambak ten mriki..”(Ya begini, kalau meminta saya memakai tangan begini, terus saya masukkan sendiri ke sini) (Wawancara dilakukan dengan Isah, di Pasar Klewer, pada tanggal 22 Juli 2011)

Berbeda dengan Juminah, yang malu jika menggunakan alat-

alat pelengkap untuk mengemis, dia menjelaskan bahwa dia lebih

Page 90: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

senang jika memakai tangan atau menengadahkan tangannya, karena

bisa lebih menghargai orang lain atau calon dermawannya.

“Alaah…ngaten mawon dik…kula malah isin yen ngagem gelas napa adah-adah ngaten, yen ngagem tangan lak ketok ngajeni uwong,, sing sae yen nyuwun niku, sopan, nyembah nyuwun, tur nggih sing alus mature dik...” (Alaah…begini saja dik, saya malu kalau memakai gelas atau wadah-wadah begitu, kalau memakai tangan itu terlihat menghargai orang, kalau meminta itu yang baik, sopan, tapi ya yang halus bicaranya dik) (Wawancara dilakukan dengan Juminah, di Pasar Klewer, pada tanggal 10 Agustus 2011)

Pengemis di Pasar Klewer berbeda-beda dalam menampilkan

dirinya, yaitu dengan cara mereka sendiri, tetapi intinya sama dengan

maksud untuk mengambil simpati para calon dermawannya, dengan

menampilkan ‘panggung depannya’ sedemikian rupa, sebagus

mungkin. Isyarat dalam mengemis ini, menurut dramaturgi Goffman

merupakan manner (gaya). Gaya ini adalah bagian dari personal

front. Jadi, pengemis sudah mempersiapkan dirinya untuk

memerankan diri sebagai seorang pengemis melalui isyarat

menengadahkan tangan atau menyodorkan sebuah wadah. Hal itu

terjadi di ‘panggung depan’ yang tidak pernah mereka lakukan

di’panggung belakang’, kepada sesama pengemis atau

komunitasnya. Goffman membagi kehidupan sosial ke dalam dua

wilayah, yang pertama wilayah depan (front region), yaitu tempat

atau peristiwa sosial yang memungkinkan individu menampilkan

peran formal atau bargaya layaknya aktor yang berperan. Wilayah

ini, disebut juga ‘panggung depan’, yang kedua adalah wilayah

Page 91: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

belakang (back region), yaitu tempat untuk mempersiapkan

perannya di wilayah depan. Goffman membagi panggung depan

tersebut menjadi dua bagian : front pribadi (personal front) dan

setting. Setting yakni situasi fisik yang harus ada ketika aktor harus

melakukan pertunjukan . Sebagai contoh, dokter memerlukan kamar

operasi, dalam bahasan ini adalah pengemis yang memerlukan

tempat dimana mereka akan melakukan aksinya, seperti Pasar

Klewer, adalah tempat pengemis tersebut untuk menampilkan

dirinya di depan calon dermawannya. Front pribadi yaitu terdiri dari

alat-alat yang dianggap khalayak sebagai perlengkapan aktor ke

dalam setting, yang dimaksudkan disini adalah perlengkapan

pengemis, atau alat-alat yang digunakan oleh pengemis sebagai

pelengkap setting mereka yang berupa gelas plastik, ember kecil,

tongkat, kursi roda, dan lain sebagainya.

Mengenai isyarat dan gerakan yang dilakukan oleh pengemis,

sebagaimana yang dikatakan oleh Cangara, bahwa gerakan tubuh

(kinesics) terdiri dari emblem, illustrator, affect displays, regulators,

dan adaptory, yang mana kelima macam gerakan tubuh tersebut,

merupakan gerakan yang sering dilakukan oleh pengemis ketika

berada di ‘panggung depan’, mungkin secara sadar atau tidak sadar

pengemis melakukan gerakan-gerakan tubuh tersebut ketika diamati.

Gerakan yang khas dan umum yang terlihat selama pengemis di teliti

adalah gerakan secara pelan-pelan, lamban, menganggukkan kepala

seraya mengucapkan terimakasih, menunduk, dan sebagainya.

Page 92: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

b. Penampilan

Goffman menyebutkan appearance atau penampilan bagian

daripada personal front. Seperti juga bahasa nonverbal lainnya,

bahasa penampilan dibagi menjadi dua, yaitu :

b.1. Penampilan Karena Bukan Direncanakan

Penampilan ini maksudnya adalah penampilan yang

tidak dibuat-buat oleh pengemis, bersifat permanen. Misalnya :

cacat dari lahir, kecelakaan yang fatal, dan sebagainya. Selama

penelitian, ditemukan beberapa pengemis di Pasar Klewer

berpenampilan karena bukan direncanakan, ketika ditanyakan

langsung kepada salah satu informan, Slamet, dia bercerita

bahwa dia mengemis menggunakan kursi roda karena

kecelakaan fatal yang mengakibatkan kakinya tidak bisa untuk

berjalan, maka dari itu setiap mengemis, Slamet hanya duduk

terus-menerus di kursi rodanya.

“Riyin pernah dhawah, tabrakan, patah tulang, pun mboten saget kerja napa-napa, dadose nggih namek ngaten, ngemis..” (dulu pernah jatuh, kecelakaan, patah tulang, sudah tidak bisa bekerja apa-apa..jadinya ya hanya seperti ini, mengemis..) (Wawancara dilakukan dengan Slamet, di Pasar Klewer, pada tanggal 17 Juli 2011)

Slamet semakin terbuka dengan tentang apa yang

dialaminya dan bagaimana kehidupannya setelah menjadi

pengemis. Memang benar dia tidak bisa berjalan, maksudnya

kalaupun bisa berdiri atau berjalan, dia hanya mengandalkan

apa yang ada di dekatnya untuk berpegangan agar tidak jatuh

Page 93: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

dan untuk membantunya berdiri. Slamet mengatakan jika

ingin turun dari kursi roda itu ketika akan tidur saja. Selama

penelitian, Slamet memang cenderung lebih tenang di banding

teman sesamanya yang lain, dari segi pakaian yang dikenakan

ketika mengemis, dia mengakui bahwa tidak mengganti

pakaiannya, karena tidak memiliki pakaian yang khusus

digunakan untuk mengemis, yang dipakai untuk mengemis

adalah pakaian harian yang dia miliki. Begitu pula dengan

informan lain, Juminah, tidak beda jauh dengan Slamet.

Juminah mengakui tidak memiliki pakaian khusus untuk

mengemis, yang dipakai saat mengemis adalah pakaian yang

sehari-harinya dia pakai. Juminah juga menceritakan kepada

peneliti tentang dirinya, keluarganya, dan keadaannya yang

tidak memiliki mata yang sempurna, atau bisa disebut dengan

katarak. Memang, dari segi penampilan saat berada di

panggung depan, atau di depan calon dermawan, Juminah

berpenampilan apa adanya, dan tidak ada yang dia buat-buat.

“Mboten gadhah kula, yen ngemis nggih ngaten mawon, asal sing resik mawon, mboten klumbrak-klumbruk, kula malah mboten seneng ngateniku dik, pun biasa mawon ngaten, sak gadhahe…wong gadhahe kula niku ngaten dik elek-elek ngaten, nggih napa bedhane kalih salin napa mboten..” (Saya tidak punya, kalau mengemis ya seperti ini saja, asal yang bersih saja, tidak semrawut, saya malah tidak suka seperti itu dik, sudah biasa saja, sepunyanya, orang punyanya saya itu begini dik jelek-jelek begini, ya apa bedanya sama ganti atau tidak) (Wawancara dilakukan dengan Juminah, di Pasar Klewer, pada tanggal 10 Agustus 2011)

Page 94: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Dari cerita Juminah, terlihat Juminah lebih sering

mengelola kesan dengan lebih memperlihatkan bahasa

verbalnya di banding dengan nonverbalnya, karena secara

penampilan pun, Juminah terlihat apa adanya, bahkan tidak

terlihat kumal. Menurut Juminah, kalau sedang mengemis

tidak suka dengan gaya yang “klumbrak-klumbruk”, karena

tidak enak jika dilihat orang lain, atau calon dermawannya,

dari situlah dia berpendapat jika orang lain sudah tidak enak

melihat dirinya, maka orang lain akan enggan pula memberi

sedekah padanya.

b.2. Penampilan Karena Direncanakan

Penampilan karena direncanakan ini maksudnya adalah

penampilan yang cenderung dibuat-buat oleh pengemis ketika

berada di depan calon dermawannya, atau ketika mereka

sedang menampilkan dirinya layaknya seorang pengemis.

Misalnya : pura-pura pincang, memakai pakaian lusuh dan

kumal, jalan tertatih-tatih, diverban, dan sebagainya. Seperti

informan lain, Sulasmi, ketika peneliti berbincang cukup

banyak dengannya, lama-lama Sulasmi bisa membuka dirinya

dan menceritakan tentang dirinya, baginya mengemis itu

adalah sebuah pekerjaan yang harus memiliki ‘pakaian’ khusus

untuk melakukan pekerjaan itu yaitu mengemis. Sulasmi

mengatakan, tidak layak disebut pengemis atau tidak pantas

Page 95: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

disebut pengemis apabila pakaian yang dikenakan itu tidak

selayaknya seperti pengemis yaitu terlihat kumal dan lusuh.

“Nggih, gadhah yen ra kalih nggih tiga, klambi ngge ngemis piyambak, klambi ngge arisan piyambak, klambi ngge jagong piyambak, nggih sok ganti sok mboten ngaten…”(Ya, punya kalau tidak dua ya tiga, baju untuk ngemis sendiri, baju untuk arisan sendiri, baju untuk kondangan sendiri, ya kadang ganti, kadang tidak, begitu…) (Wawancara dilakuka dengan Sulasmi, di Pasar Klewer, pada tanggal 18 Juli 2011)

Sulasmi mengakui bahwa dia mengganti pakaiannya

ketika masih dirumah atau sebelum berangkat ke Pasar

Klewer, dengan alasan dia tidak enak kalau nanti terlihat orang

atau diketahui oleh orang lain selain sesamanya.

“Nggih ten ndalem ngaten mbak, sederenge mriki niku kula pun gantos ngagem klambi elek-elekan ngge ngemis ngaten, yen gantos ten mriki niku gantos ten pundi mbak, mengke yen ketok uwong lak kula mboten penak tha mbak..”(Ya di rumah begitu mbak, sebelum kesini saya sudah mengganti memakai baju yang jelek buat ngemis begitu, kalau ganti disini itu ganti dimana mbak, nanti kalau kelihatan orang kan saya jadi tidak enak kan mbak) (Wawancara dilakukan dengan Sulasmi, di Pasar Klewer, pada tanggal 18 Juli 2011)

Memang, secara fisik, Sulasmi tidak ada kekurangan

apapun, dia seperti orang biasa pada umumnya, badannya pun

terlihat sehat. Sulasmi juga bercerita ketika berangkat menuju

Pasar Klewer, dia menggunakan angkutan umum, karena

rumahnya lumayan jauh dengan Pasar Klewer. Tidak jauh beda

dengan Isah, yang juga mengganti pakaiannya ketika akan

mengemis. Isah pun membagi ceritanya, bahwa ketika

Page 96: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

berangkat mengemis, Isah diantar oleh cucunya dengan

menggunakan becak, lalu ketika akan pulang ke rumahnya,

Isah kembali di jemput oleh cucunya.

“Wonten, naming gadhah kalih, yen ajeng mangkat mriki (ngemis) kula gantos riyin, mangke yen pun ten ndalem nggih gantos melih..” ( Ada, hanya punya dua, kalau mau berangkat ngemis saya ganti dulu, nanti kalau sudah di rumah ganti lagi) (Wawancara dilakukan dengan Isah, di Pasar Klewer, pada tanggal 22 Juli 2011)

Isah berpendapat, kalau mengemis itu memakai pakaian

yang bagus, nanti orang lain yang melihat akan berpendapat

bahwa dia tidak layak mengemis karena terlihat seperti orang

yang mampu, dan tidak terlihat seperti orang yang kekurangan.

Isah mengatakan juga, niatnya adalah untuk meminta sedekah,

jadi bagaimanapun harus berpenampilan layaknya orang yang

akan meminta sedekah agar mendapat belas kasihan dari calon

dermawannya.

Mengenai penampilan, dengan melihat kembali teori

dramaturgi milik Erving Goffman, bahwa penampilan adalah

bagian dari ‘atribut’ atau pelengkap bahkan syarat utama aktor

dalam memainkan drama ketika berada di depan khalayak,

begitu pula dengan pengemis. Pengemis berpenampilan

bagaikan seorang aktor yang akan memainkan drama.

Penampilan tersebut sebagai pelengkap setting saat pengemis

berada di ‘panggung depan’ atau ketika berhadapan dengan

calon dermawannya.

Page 97: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Konsep cermin diri Cooley, sebagaimana dikutip oleh

Ritzer (2007:295), dapat dirinci menjadi tiga komponen.

Pertama, kita membayangkan bagaimana penampilan di mata

orang lain. Kedua, kita membayangkan apa yang seharusnya

mereka nilai berkenaan dengan penampilan kita. Ketiga, kita

membayangkan semacam perasaan diri tertentu seperti rasa

harga diri atau rasa malu, sebagai akibat dari bayangan kita

mengenai penilaian oleh orang lain. Konsep cermin diri ini

berkaitan dengan presentasi diri dari Goffman. Seperti konsep

dari Cooley tersebut sebelumnya, dalam bahasan ini, pengemis

mengelola kesan dalam berpenampilan dan mempresentasikan

dirinya ketika berada di ‘panggung depan’, dengan tujuan

orang lain dapat menangkap dan memaknai penampilan

mereka sebagai pengemis, begitu pula pengemis mengharap

orang lain seharusnya berpendapat apa terhadapnya. Seperti

Sulasmi dan Isah, kedua informan ini, harus berganti pakaian

dahulu sebelum melakukan aksinya, mengemis. Tindakan

Sulasmi dan Isah tersebut, dapat dikatakan bahwa mereka

telah mempersiapkan dirinya sebelum menampilkan dirinya di

‘panggung depan’, dengan mengganti pakaiannya. Keduanya

mempunyai pakaian khusus untuk mengemis dan berbeda

dengan pakaian yang dipakai sehari-hari atau ketika berada di

‘panggung belakang’.

Page 98: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Konsep diri Cooley sangat tepat untuk menjelaskan apa

yang dilakukan Sulasmi dan Isah. Sulasmi cenderung tidak

enak hati, malu, terhadap orang lain apabila melihat dirinya

berganti pakaian saat akan mengemis. Sulasmi mengakui

memiliki pakaian khusus yang digunakan untuk mengemis,

dan dirinya berpendapat bahwa ketika akan mengemis harus

berpakaian yang selayaknya untuk mengemis, dengan tujuan

supaya orang lain menangkap bahwa dirinya adalah seorang

pengemis dan ini masuk pada konsep diri Cooley yang

pertama. Sulasmi dalam berpenampilan sebagai pengemis

bukan pakaian yang dipakai sehari-hari ketika sedang tidak

mengemis, karena sulasmi berpikir bahwa orang lain akan

mengatakan dirinya tidak layak menjadi pengemis jika pakaian

yang dipakai terlihat bagus, seperti konsep diri Cooley yang

ketiga.

Sedikit berbeda dengan Isah, yang berganti pakaian

dirumah karena ada yang membantunya mempersiapkan

segalanya sebelum mengemis. Selain itu, Isah berpendapat

sama dengan Sulasmi mengenai penampilan saat mengemis.

Intinya, keduanya ingin memperlihatkan melalui

penampilannya, agar terlihat seperti pengemis dan layak untuk

diberi sedekah.

Page 99: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

c. Ekspresi Wajah

Ada tiga macam tentang wajah. Pertama, adalah wajah “yang

sebenarnya”, wajah yang dibawa sejak lahir. Kedua, wajah yang kita

manipulasi bila kita mau, misalnya tersenyum, berkedip, cemberut,

dan lain sebagainya. Ketiga, kita memiliki wajah yang berubah oleh

sekeliling kita dan pesan yang kita terima. Ferraro lebih lanjut

menekankan pentingnya ekspresi wajah dengan menyatakan bahwa

wajah merupakan pusat dari proses komunikasi, sehingga manusia

kadang berbicara “wajah ke wajah”.

Wajah adalah alat yang sangat penting dalam menyampaikan

makna. Mengamati wajah pengemis, dalam memerankan perannya

untuk dapat mengungkapkan emosi didalamnya sangatlah tidak

mudah. Peneliti membatasi pengamatan, yaitu hanya melihat apa

yang tampak pada diri pengemis dengan ekspresi wajahnya ketika

melakukan aktivitas mengemis. Selama penelitian, dengan

mengamati tingkah-laku pengemis dengan raut wajah, atau ekspresi

wajah yang penuh dengan kesedihan. Rata-rata dari apa yang

terlihat, pada awalnya, sebelum pengemis bertemu dengan calon

dermawannya, ekspresi wajah pengemis yang ditampilkan sangat

biasa, tidak ada raut yang sedih apalagi ketika sedang berkumpul

dengan teman sesamanya, terlihat jauh beda. Perbedaan ekspresi

wajah tersebut sangat cepat terjadi, dan sepertinya mereka mudah

membuat kesan ekspresi wajah mereka, dengan cara mereka, sesuka

mereka. Salah satu informan, Juminah ketika berkeliling meminta-

Page 100: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

minta kepada pedagang dan penjual di Pasar Klewer, terlihat cara

berjalan Juminah yang cenderung melamban, dengan menunduk, dan

membuat raut mukanya sedih, seperti meminta pertolongan agar

diberi sedikit sedekahnya. Setelah itu, Juminah kembali berjalan ke

tempat berikutnya, dan begitu pula seterusnya. Juminah mengaku

malu ketika mengemis diikuti oleh orang lain. Ketika mengikuti

Juminah berjalan ke tempat berikutnya, Juminah kembali bercerita

dengan ekspresi wajah yang berbeda ketika dia meminta kepada

penjual dan pedagang pasar. Dia bercerita dengan raut wajah yang

ceria, kadang di selingi tertawa kecil. Tetapi memang pada dasarnya

Juminah mengakui bahwa dirinya tidak suka mengeluh, ataupun

menggerutu.

Cerita lain, ketika sedang duduk-duduk di samping salah satu

informan, Slamet, dengan mengamati selama penelitian, Slamet

memang cenderung pendiam dan tidak banyak bicara jika tidak ada

yang mengajaknya bicara, akan tetapi pembawaan diri Slamet ramah

kepada orang yang mengajaknya bicara. Terlihat perbedaan ekspresi

wajah Slamet ketika sedang bercerita dengan selain calon dermawan,

dan ketika di depan calon dermawan atau ketika ada orang lewat di

depan Slamet. Ekspresi yang tadi didapati terlihat biasa saja, bahkan

diselingi tertawa, dan ketika ada orang lain lewat di depannya,

seolah orang lain yang mengajaknya bicara diacuhkan oleh Slamet

dan ekpresi wajahnya menjadi memelas. Begitu mengherankan saat

melihat Slamet yang begitu drastis akan perubahan ekspresi

Page 101: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

wajahnya ketika berhadapan dengan selain calon dermawan. Setelah

selesai memainkan ‘panggung depan’nya, Slamet kembali

berbincang kembali, dan begitu seterusnya.

Selain itu, informan lain, yaitu Isah. Dari segi fisik, Isah sudah

masuk kategori tua bahkan usia lanjut. Walaupun begitu, Isah tetap

bisa diteliti dan mudah memberikan informasi dengan jujur dan apa

adanya. Ketika melihat Isah saat berhadapan dengan calon

dermawan, Isah cenderung banyak diam, dan hanya bicara sedikit

ketika akan meminta sedekah. Melihat Isah saat meminta, dia

mengerutkan kening, dengan mengucapkan kata-kata verbalnya yang

didukung oleh ekspresi wajahnya yang memelas. Jika ditanya,

mengapa demikian, Isah cenderung tidak bisa mengungkapkannya

dengan kata-kata, hanya mengatakan, “biasa mawon, nggeh

ngateniki” tetapi Isah tidak menyadari apa yang sedang

dilakukannya itu mengandung makna simbolik, yaitu perubahan

ekspresi wajah ketika berhadapan dengan calon dermawannya, dan

ketika berada diantara teman sesamanya, juga terhadap. Bukan

hanya Isah saja yang demikian, bahkan informan lain mengatakan

sama dengan apa yang Isah katakan.

Melihat kembali teori dari Goffman, ekspresi wajah adalah

salah satu pendukung dari bahasa verbal seseorang untuk mengelola

kesan dan mempresentasikannya di depan orang lain. Seperti pemain

drama ketika harus berakting dengan memainkan wajah yang

mengandung makna tersendiri. Misalnya saja ekspresi wajah yang

Page 102: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

sinis, melotot, menandakan bahwa aktor tersebut berperan menjadi

antagonis yang berperilaku jahat, dan apabila ekspresinya kuyu,

sedih, menandakan aktor tersebut memerankan tokoh yang tertindas

yang perlu dikasihani. Seperti halnya pengemis, dalam bahasan ini

adalah sebagai pelaku komunikasi yang mengelola kesannya

meliputi isyarat dan gerakan tubuh, penampilan, juga ekspresi wajah,

yang mana sebelum mempresentasikan dirinya didepan calon

dermawan (panggung depan), sudah dipersiapakan dan dikelola

sedemikian rupa ketika masih berada di ‘panggung belakang’, agar

bisa menampilkan dirinya dengan sebaik mungkin, dan mendapat

respon dari calon dermawan.

d. Parabahasa

Dalam parabahasa, jika dilihat cenderung dan identik dengan

komunikasi secara verbal, karena menggunakan kata-kata, nada

suara, juga intonasi. Akan tetapi , aspek-aspek tersebut harus

dianggap sebagai dari komunikasi nonverbal, yang menunjukan

kepada kita bagaimana perasaan pembicara. Mengenai pesannya,

apakah ia percaya diri, gugup, sedih, senang, menggerutu, atau

menunjukan aspek-aspek emosional lainnya, dengan mengambil

salah satu dari bentuk parabahasa tersebut yang sesuai dengan apa

yang peneliti lihat ketika pengemis menggunakannya, yaitu dari segi

kualitas vokal, salah satunya adalah nada suara.

Page 103: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

d.1. Nada Suara

Nada suara, umumnya di pakai pengemis menyertai

ucapan verbal ketika bertemu dengan calon dermawannya.

Misalnya ketika mereka mengucapkan “assalamualaikum”,

“paringi dhen”, dan sejenisnya suara mereka memelas, suara

mereka biasanya menjadi lemah lembut, dan lirih. Pada

penampilan panggung depan, ketika berhadapan dengan

calon dermawan, hampir semua pengemis menunjukan nada

suara yang lemah lembut, halus, dengan intonasi rendah dan

panjang. Tetapi ketika di panggung belakang, atau sedang

bersama dan berkumpul dengan teman sesama pengemis

lainnya, nada memelas, halus tersebut menghilang.

“Yen kula niku biasane nyuwun sing alus mbak yen nyuwun niku, kajenge uwong niku nggih maringi, lha cobi yen nyuwune kula mboten apik-apik, alus, uwong lak wegah tha mbak yen ajeng maringi, ngaten mawon..paringi sithik, radi kathah, kula tompo..”(kalau saya itu biasanya meminta yang halus mbak kalau meminta itu, agar orang mau sedekah, coba kalau mintanya tidak baik-baik, tidak halus, orang kan pasti tidak mau kalau ingin sedekah, begitu saja..diberi sedikit, agak banyak, saya terima..) (Wawancara dilakukan dengan Sulasmi, di Pasar Klewer, pada tanggal 18 Juli 2011)

Dari wawancara tersebut Sulasmi menganggap bahwa

meminta secara halus itu akan menimbulkan simpati bagi

calon dermawannya, dan apabila tidak secara halus, maka

calon dermawannya pun tidak akan memberi sedekah

padanya. Begitu pula dengan Isah, sedikit berbeda ceritanya.

Page 104: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

“ Biasa ngaten, mboten pripun-pripun, kula niki pun sepuh, suarane nggih sok cetho, sok mboten, serak ngaten lhe dhen..dadose nggih sok meneng kalih ngatung ngaten, mengkeh tiyang niku pun dha maringi, sing pun kenal kalih kula niku pun bendinten maringi ngaten, lawong pun ngertos, pun kenal..”(biasa begini, tidak dibuat-buat, saya itu sudah tua, suaranya ya kadang jelas, kadang tidak, serak begitu dhen..jadinya ya kadang diam sambil menengadah begitu, nanti orang itu sudah memberi, yang sudah kenal dengan saya itu sudah setiap hari memberi begitu, orang sudah tau, sudah kenal..) (Wawancara dilakukan dengan Isah, di Pasar Klewer, pada tanggal 22 Juli 2011)

Isah mengakui bahwa dia sudah tua dan suaranya

kadang-kadang terasa serak, dan kadang tidak jelas, jadi

suaranya terdengar lirih, pelan, dan cenderung bergetar-getar,

tatapi ketika suaranya normal dan tidak sedang serak, Isah

mengatakan bahwa jika meminta pada calon dermawannya

dengan cara yang halus. Juminah tidak jauh berbeda dengan

Sulasmi dan isah, hanya perbedaanya adalah Juminah

cenderung banyak bercerita dan periang daripada teman-

teman sesamanya.

“Nggih ngaten, mature kulonuwun Bu..assalamualaikum, mugi diparingi sehat, lancar, berkah, kulo yen nyuwun ngaten kula dongani dik,nggih kaya ngaten mawon, mboten saget bahasanan dik, ngathung ngagem tangan ngaten nggean..” (Ya begini, Bu..assalamualaikum, semoga diberi sehat, lancar, berkah, saya kalau meminta begini saya doakan dik, ya seperti ini saja, tidak bisa berbahasa dik, meminta pakai tangan begini saja) (Wawancara dilakukan dengan Juminah, di Pasar Klewer, pada tanggal 10 Agustus 2011)

Page 105: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Dari cara berbicara Juminah dapat terlihat ketika dia

mengucapkan salam, mendoakan, sambil menengadahkan

tangannya, karena, ucapan verbal tersebut dapat terkemas

baik apabila diiringi juga dengan perilaku nonverbalnya yaitu

dengan menengadahkan tangannya. Juminah mengatakan,

bahwa ketika akan meminta sedekah pada calon dermawan,

hendaknya dengan ucapan yang halus, perilaku yang sopan,

dan menunduk. Menurutnya, jika bersikap seperti itu, dapat

menghargai orang lain dan orang lain pun senang melihatnya,

dan kemudian bisa memberi sedekah padanya.

Tidak banyak yang dikemukakan dalam parabahasa,

hanya saja yang cenderung sering dibahas adalah nada suara.

Nada suara berperan sebagai pendukung yang lain dari

bahasa verbal yang digunakan pengemis. Nada suara akan

lebih kuat lagi apabila didukung pula oleh intonasinya. Di

balik nada suara, terkandung makna tersendiri, misalnya saja

nada suara yang keras dan membentak, umumnya

menandakan bahwa orang sedang marah, atau menyuruh,

Nada suara yang lirih, pelan, dan halus, umumnya

menandakan bahwa orang sedang memohon sesuatu, merayu,

dan lain sebagainya. Dari segi verbal maupun nonverbalnya,

sebenarnya keduanya saling mendukung satu sama lain dalam

kaitannya mempresentasikan diri seseorang kepada orang

Page 106: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

lain, dan dikelola sedemikian rupa untuk ditampilkan di

‘panggung depan’.

Selama penelitian berlangsung, didapatkan data hasil

wawancara dengan pengemis di Pasar Klewer, bahwa rata-

rata dari mereka mengakui, nada suara yang mereka pakai

saat berhadapan dengan calon dermawannya adalah dengan

halus, lirih dan sopan. Membandingkan antara apa yang

terlihat selama penelitian berlangsung dengan data yang

didapat dari hasil wawancara, terdapat kesamaan antara

keduanya. Melihat pengemis ketika berhadapan dengan calon

dermawannya dan mendengar kata-kata yang mereka

ucapkan dengan halus dan lirih, berbeda ketika pengemis

sedang bersama dengan komunitasnya, cara berbicaranya

cenderung biasa saja, tidak menunjukan dan tidak terdengar

nada suara yang halus dan lirih. Kembali pada teori Goffman,

mengenai panggung depan dan panggung belakang,

pengelolaan kesan, serta presentasi diri, nada suara adalah

salah satu pelengkap dari beberapa macam cara pengemis

dalam mempresentasikan diri kepada calon dermawannya,

yang mana semuanya saling melengkapi satu sama lain dan

akhirnya terbentuk sebuah pengelolaan kesan yang akan

dinilai dan dimaknai oleh orang lain ( calon dermawan).

Page 107: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian ini maka dihasilkan beberapa kesimpulan yaitu :

1. Pengemis mempunyai cara untuk mengelola kesan yang akan

disampaikan pada calon dermawan, yaitu dengan menggunakan simbol

verbal yang berupa kata-kata, pilihan kata yang digunakan, dan bahasa

yang digunakan. Simbol nonverbal, diungkapkan dengan perilaku tubuh

yang meliputi : penampilan, pakaian/busana, ekspresi wajah, dan

parabahasa.

2. Pengelolaan kesan melalui simbol verbal, dibagi dalam 2 peristiwa, yaitu

peristiwa komunikasi dengan sesama pengemis dan anggota komunitas

lainnya dan peristiwa komunikasi dengan calon dermawannya.

3. Peristiwa komunikasi dengan calon dermawannya terbagi dalam 2 sesi,

sesi pertama adalah ketika pengemis pertama kali bertemu dengan calon

dermawannya untuk mendapatkan sedekah, dan sesi kedua adalah setelah

pengemis selesai bertemu dengan calon dermawannya (terlepas member

atau menolak untuk memberi sedekah).

4. Penelitian ini menggunakan teori dramaturgi milik Erving Goffman, yang

membahas bagaimana manusia itu menampilkan dirinya di depan orang

Page 108: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

lain dengan mengelola kesan sedemikian rupa, sehingga orang lain dapat

menilai, seperti halnya dalam pembahasan ini, pengemis sebagai aktor

kehidupan, dimana mereka dapat memposisikan diri mereka ketika

berada di ‘panggung depan’ saat berhadapan dengan calon dermawan ,

dan di ‘panggung belakang’ saat berada diantara sesamanya dan

komunitasnya, serta dapat men-setting bagaimana akan menampilkan,

mempresentasikan dirinya, layaknya seorang aktor yang akan tampil di

atas panggung memainkan drama.

5. Dalam teori dramaturgi Goffman mengelompokkan menjadi 4 bagian,

yaitu presentasi diri Goffman, panggung depan dan panggung belakang,

pengelolaan kesan (impression management), dan penggunaan tim.

Keempat bagian tersebut, saling melengkapi satu sama lain sehingga

dapat menghasilkan kesan yang diharapkan dari penilaian orang lain.

6. Komunikasi dengan menggunakan simbol nonverbal lebih dominan

digunakan oleh para pengemis di Pasar Klewer daripada simbol verbal.

B. Saran

1. Komunikasi yang digunakan oleh pengemis selama penelitian, cenderung

menggunakan bahasa nonverbalnya daripada bahasa verbal dimana

pengemis melakukan dramatisasi dalam berkomunikasi dengan calon

dermawan, maka dari itu, hendaknya bisa lebih mewaspadai jangan

terlalu percaya dengan dramatisasi yang mereka lakukan dan jangan

sering memberi sedekah ketika bertemu dengan pengemis, karena hal

Page 109: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

tersebut dapat menjadikan pengemis semakin malas dalam bekerja, dan

akan terus mengandalkan orang lain.

2. Dalam penelitian ini, belum dapat membahas secara mendalam terkait

dengan bahasan tentang nada suara secara detail, maka dari itu untuk

penelitian berikutnya, agar dapat melengkapi kekurangan dalam

penelitian ini, dan bisa lebih detail lagi dalam pembahasannya.

3. Untuk penelitian berikutnya, jika ingin melakukan penelitian yang sama,

tidak harus pengemis yang bisa dijadikan sebagai subjek penelitian,

karena masih banyak subjek penelitian yang menarik untuk diteliti

terutama yang menyangkut kelompok pinggiran, misalnya : anak jalanan,

pengamen, waria, homoseksual, lesbi, dan lain sebagainya.

Page 110: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta, 2002. Effendi, O. Uchjana. Dinamika Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,

1989. . Ilmu ,Teori, Dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, 2002. Hardjana, Agus. M. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta :

Kanisius, 2003. Ibrahim, Abdul Syukur. Panduan Penelitian Etnografi Komunikasi. Surabaya:

Usaha Nasional, 1994. Jefkins, Frank. Yadin, Daniel. Public Relation. Jakarta: Erlangga, 2002. Keraf, Gorys. Diksi Dan Gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia, 2000. Larry A. Samovar. Richard E. Porter. Edwin R. McDaniel. Komunikasi Lintas

Budaya. Jakarta: Salemba Humanika, 2010. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung : PT

Remaja Rosdakarya., 2005. Mulyana, Deddy dan Jalaluddin, Rakhmad. Komunikasi Antar Budaya. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 1990. . Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2001. . Metode Penelitian Kualitatif; Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT. Rosdakarya. 2008. Mulyana, Deddy dan Solatun. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya, 2007. Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : PT. LKis Pelangi Aksara,

2007. Rakhmat, Jalaluddin. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya, 1990. Riswandi. Ilmu Komunikasi. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009. Ritzer, George. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana, 2007.

Page 111: SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI KELOMPOK PENGEMIS (Studi .../Simbol... · (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Simbol-Simbol Komunikasi Verbal-Nonverbal Oleh Kelompok Pengemis ... B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Ruslan, Rosady. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi Persepsi dan

Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.1999. Saefullah, Ujang. Kapita Selekta Komunikasi; Pendekatan Budaya Dan Agama.

Bandung: Simbiosa Media Rekatama, 2007. Soeprapto, Riyadi. Interaksionisme Simbolik ; Perspektif Sosiologi Modern.

Malang: Averroes press, 2002. Supratiknya. Tinjauan Psikologis; Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta :

Kanisius, 1995. Susanto. Astrid S. Komunikasi Sosial di Indonesia. Bandung : Bina Cipta, 1985. Sutopo, H.B. Metodologi Penelitian Kualitatif, Dasar Teori dan Penerapannya

dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press, 2002. Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia

Grasindo, 2005. Zeitlin, Irving. Terjemahan Anshori dan Juanda. Memahami Kembali Sosiologi,

Kritik Terhadap Sosiologi Kontemporer. Yogyakarta: Gadjah Mada university Press, 1995.

Jurnal: Roessing, Thomas. The Effects Of Verbal And Nonverbal Elements In Persuasive

Communication. Journal Of Communication : 2011, vol.1, hal. 3. Brook, Donald. On Non-Verbal Representation. Journal Of Communication :

1997, Vol. 2, hal. 4